Disusun Oleh :
Febri Hidayat (G1D005035)
Rahmat Irfan (G1D005048)
Rico Bernando Putra (G1D005050)
Rina Anggraini (G1D005013)
Rinda Kusnita (G1D005011)
Yanolanda Suzantry (G1D005018)
Yoli Andi Rozzi (G1D005020)
(7.1)
RTH XC Terbuka DC
A B A B
Dan
VTH RL
Hubung
Singkat AC
Dimana R adalah resistansi total dari simpul. Pada gambar 7.1a, R = RTH + RL.
Bila frekuensi naik, XC turun sampai menjadi jauh lebih kecil dari pada R.
Teknik Elektro
Universitas Bengkulu
Elektronika II
TANAH AC
Kapasitor pintas (bypass capasitors) sama dengan kapasitor penggandeng, kecuali
bahwa ia menggandengkan titik yang tidak ditanahkan ke titik yang ditanahkan. Sekali
lagi, VTH dan RTH dapat berupa satu sumber dan tahanan, seperti yang ditunjukan, atau
dapat berupa rangkaian thevenin.
Teknik Elektro
Universitas Bengkulu
Elektronika II
+VCC +VCC
R1 RC R1 RC
Penggandeng
RS RL
Penggandeng
R2 RE R2 RE
Pintas
(a) (b)
RS
R1 R2 RC RL
(c)
Gambar 7.2. Dalil superposisi. (a) Rangkaian yang sebenarnya. (b)Rangkaian ekivalen
DC. (c) Rangkaian ekivalen AC.
NOTASI
Untuk membedakan DC dari AC, adalah kebiasaan baku menggunakan huruf
besar dan tulisan di bawah garis yang besar untuk besaran-besaran DC. Misalnya, kita
menggunakan
IE, IC, IB untuk arus DC
VE, VC, VB untuk tegangan DC terhadap tanah
VBE, VCE, VCB untuk tegangan DC di antara terminal-terminal
Teknik Elektro
Universitas Bengkulu
Elektronika II
Demikian pula kita akan menggunakan huruf kecil dan huruf di bawah garis yang
kecil untuk arus dan tegangan AC :
ie, ic, ib untuk arus AC
ve, vc, vb untuk tegangan AC terhadap tanah
vbe, vce, vcb untuk tegangan AC di antara terminal-terminal
Ada juga kebiasan baku menggunakan tanda kurung menunjukkan dua tegangan
sinusoidal yang berbeda fasa 1800. Misalnya persamaan
Vout = -Vin
Berarti bahwa tegangan keluar berbeda fasa 1800 dengan tegangan masuk.
(7.3)
Dimana r’e = resistansi emiter AC
ΔVBE = perubahan kecil pada tegangan basis emiter
ΔIE = perubahan yang sesuai pada arus emiter
Karena perubahan pada VBE dan IE ekivalen dengan tegangan dan arus AC.
Sehingga sering ditulis sebagai :
(7.4)
Dimana r’e = resistansi emiter AC
vBE = tegangan AC melintas basis emiter
IE = arus AC yang melalui emiter
Teknik Elektro
Universitas Bengkulu
Elektronika II
(7.5)
7.4. BETA AC
Gambar 7.3 memperlihatkan grafik yang lazim antara IC terhadap IB.βdc adalah
perbandingan arus kolektor dc IC terhadap arus basis dc IB. Karena grafiknya tidak
linear, βdc tergantung pada di mana titik Q di tempatkan. Itulah sebabnya mengapa
lembaran data mencantumkan βdc untuk harga IC tertentu.
Beta ac (ditulis βac atau β saja) adalah besaran sinyal kecil yang tergantung dari
letak titik Q. Pada gambar 7.3, β ditetapkan sebagai
(7.6)
Atau, karena arus bolak-balik sama dengan perubahan arus total, maka
(7.7)
Secara grafis, β adalah kemiringan lengkungan pada titik Q. Itulah sebabnya ia
memiliki harga yang yang berbeda pada letak Q yang berbeda pula.
Pada lembaran data, β dicantumkan sebagai hfe. Perhatikan dengan teliti bahwa
huruf di bawah garis pada hfe adalah huruf kecil, sedangkan huruf di bawah garis pada
hFE adalah huruf besar. Jadi, kalau membaca lembaran data, jangan dibingungkan
dengan bati (penguatan) arus searah dan bati arus bolak balik. Besaran hFE adalah
perbandingan IC/IB. Juga dikenal sebagai βdc. Besaran hfe adalah perbandingan ic/ib,
sama seperti β.
IC
VCE TETAP
A
IC Q
B
IB
IB
Gambar 7.3. Lengkungan arus kolektor dc terhadap arus basis dc tidak linear
Teknik Elektro
Universitas Bengkulu
Elektronika II
7.5. PENGUAT EMITER-DITANAHKAN
Gambar 7.4a memperlihatkan penguat CE (common emiter, emiter sekutu).
Karena emiternya dipintaskan ke tanah, penguat ini kadang-kadang disebut penguat
emiter-ditanahkan; ini berarti bahwa emiter terletak pada tanah ac, tetapi tidak pada
tanah dc.
PEMBALIKAN FASA
Selama setengah siklus tegangan masuk yang positif arus basis naik,
mengakibatkan arus kolektor juga naik. Ini menimbulkan penurunan tegangan yang
lebih besar melintas tahanan kolektor. Sehingga, tegangan kolektor turun dan kita
memperoleh setengah siklus negatif yang pertama pada tegangan keluar. Sebaliknya,
pada setengah siklus tegangan masuk yang negatif arus kolektor lebih sedikit mengalir
dan penurunan tegangan melintas tahanan kolektor berkurang. Dengan demikian,
tegangan kolektor tanah naik dan kita memperoleh setengah siklus positif pada
tegangan keluar.
+VCC
R1 RC
Vout
IC
Vin
R2 RE Q
(a)
(b)
(7.8)
ie= Vin/r’e
+
+ Vout
V in R1 R2 RC Vin r'e RC -
-
(a) (b)
Gambar 7.5. (a) rangkaian ekivalen ac untuk penguat emiter-ditanahkan. (b) model ac
Ebers-Moll yang digunakan untuk transistor.
Karena arus arus kolektor hampir sama dengan arus emiter, maka
Bati tegangan dapat juga dicari dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
(7.9)
Teknik Elektro
Universitas Bengkulu
Elektronika II
+10 V
b
e
0 Vin +1,1 V
Contoh 7.1
Sebuah Osiloskop tergandeng dc menampilkan sinyal total dengan kmponen-
komponen dc dan ac nya. Gambar 7.6 memperlihatkan tegangan-tegangan pada
basis,emiter,dan kolektor dari penguat emiter ditanahkan. Jelaskan apa yang
digambarkan tegangan-tegangan ini.
Penyelesaian
Pembahasan dimulai dengan menganggap bahwa sinyal masuk ac adalah tegangan
gelombang sinus yang kecil. Sinyal ini mengalir melalui kapasitor pengandeng
masukan dan muncul pada basis. Tingkat tenang tegangan basis adalah 1,8 V karena
tegangan keluar dc yang berasal dari pembagi tegangan :
Dengan demikian, tegangan masuk total pada basis adalah 1,8 V dc,ditambah
sumber sinysl ac yang kecil. Bila kapasitor penggandeng kaku, semua tegangan sumber
ac muncul pada basis.
Perhatikan tegangan emiternya. Harganya 1,1 V dc karena emitter dibootstrap 0,7
V terhadap masukan tegangan dc. Tak ada sinyal ac yang muncul disini karena emitter
dipintas ke tanah melalui kapasitor pintas emitter. Dengan perkataan lain, kapasitor
pintas kaku menghubung singkat sinyal ac ke tanah. Ini sama dengan mengatakan
Teknik Elektro
Universitas Bengkulu
Elektronika II
bahwa tak ada arus bolak-balik yan gmengalir melalui RE karena semua arus bolak-
balik dihubung singkatkan melalui kapasitor pintas. Inilah sebabnya mengapa kita tak
melihat sinyal ac pada emitter. Arus emitter dc sama dengan :
Tegangan ac yang diperkuat dan dibalik muncul pada kolektor. Titik ini
mempunyai tingkat tenang 6,04 V, yang dihitung dari :
VC = 10V –(1,1mA)(3,6kΩ) = 6,04 V
Contoh 7.2
Sinyal masuk ac mempunyai harga puncak 1mV pada gambar 7.6. Berapa nilai puncak
tegangan keluar ac?
Penyelesaian
Pada contoh sbelumnya, kita telah menghitung arus emitter dc sebesar 1,1 Ma.
Jadi, resistansi emitter ac adalah :
IMPEDANSI MASUK
Impedansi masuk ac ditetapkan sebagai berikut :
Teknik Elektro
Universitas Bengkulu
Elektronika II
(7.10)
Di mana Vin dan Iin adalah harga puncak, harga puncak-ke-puncak, atau harga rms
(a)
(b)
Gambar 7.7. Impedansi Masuk Dan Impedansi Keluar
Pada gambar 7.7a arus konvensional i1 mengalir ke dalam R1, i2 ke dalam R2, dan
ib ke dalam basis. Impedansi yang dipandang langsung ke arah basis dilambangkan
sebagai Zin (basis), di berikan oleh :
Teknik Elektro
Universitas Bengkulu
Elektronika II
Karena arus basis adalah β kali lebih kecil daripada arus emiter, impedansi masuk
dari basis adalah β kali lebih besar daripada .
Penguat emiter di tanahkan memiliki impedansi masuk
(7.11)
Harga ini adalah impedansi masuk total karena mengandung tahanan pemberi
prategangan dan impedansi yang dipandang ke arah basis transistor.
IMPEDANSI KELUAR
Pada gambar 7.7b, tegangan thevenin yang muncul pada keluaran adalah
Vout = AVin
Impedansi thevenin adalah gabungan parallel dari dan impedansi dalam dari
sumber arus kolektor. Pada model Ebers Moll sumber arus kolektor adalah ideal:
dengan demikian, ia memiliki impedansi dalam tak terhingga. Dengan demikian,
impedansi thevenin adalah
+10 V
1 Kohm
Vout
1-mV Vin
2,2 Kohm 1 Kohm 1,5 Kohm
puncak
(a)
Teknik Elektro
Universitas Bengkulu
Elektronika II
1 Kohm 3,6 Kohm
(b)
Gambar 7.8. (a) tahanan sumber dan beban dihubungkan, dengan penguat emiter-
ditanahkan. (b) rangkaian ekivalen ac.
Contoh 7.3
Gambar 7.8a memperlihatkan penguat emitter ditanahkan yang telah dianalisa pada
Contoh 7.2. Jika transistor memiliki ß sebesar 150, berapa tegangan keluar ac?
Penyelesaian
Ada dua hal yang baru terdapat pada gambar 7.8a. Pertama, sumber ac kini
memiliki impedansi sumber sebesar 1 kΩ. Dengan dmikian, sebagian dari sinyal
sumber akan turun melintas resistansi ini sebelum mencapai basis. Pada sisi keluaran,
kapasitor menggandeng sinyal ac ke resistensi beban 1,5 kΩ. Hal ini mengakibatkan
muncul nya efek pembebanan. Sehingga,sinyal keluar akan terlihat lebih rendah dai
sebelumnya. Untuk melihat pengaruh resistansi sumber dan beban, gantilah penguat
emitter ditanahkan dengan model ac nya. Mula-mula kita menghitung impedansi masuk
pasa bais sebesar :
Zin (basis) = ßr’e = 150(22,7Ω) = 3,4kΩ
Selanjutnya kita menghitung impedansi masuk penguat sebesar
Zin = R1||R2||ßr’e = 10kΩ || 2,2kΩ ||3,4kΩ = 1,18kΩ
Bati tegangan tanpa beban, yang telah ditentukan sebelumnya, adalah -159.
Impedansi keluar sama dengan RC. dengan demiian,kita dapat membayangkan
rangkaian seperti yang diperlihatkan pada gambar 7.8b.
Kita sekarang kedua pembagi tegangan. Pembagi tegangan masuk mengurangi sinyal
pada basis sebesar :
Teknik Elektro
Universitas Bengkulu
Elektronika II
Tegangan ini adalah keluaran tanpa beban. Keluaran yang sebenarnya adalah tegangan
yang muncul melintas 1,5kΩ :
PENGERTIAN TERBENAM
Bila rE jauh lebih besar daripada emiter di bootstrap ke basis untuk sinyal ac
maupun sinyal dc. Gambar 7.9b memperlihatkan rangakaian ekivalen ac. Karena rE seri
dengan resistansi totalnya adalah + . masukan ac muncul melintasi resistansi
ini dan menghasilkan arus emiter ac sebesar
R1 Vout
RC
Vout
ie
Vin Vin
rE r'e
R1 R2 RC
R2 RE rE
(a) (b)
Teknik Elektro
Universitas Bengkulu
Elektronika II
Gambar 7.9. (a) Penguat terbenam. (b)Rangkaian Ekivalen
(7.12)
+10 V
b e 1,2 V
100 mV +1,1 V
0 Vin 1V
-100 mV 180 ohm
2,2 Kohm
+0,902 V
820 ohm
Contoh 7.4
Gambar 7.10 memperlihatkan sebuah penguat terbenam. Jelaskan tegangan-
tegangannya.
Penyelesaian
Sepanjang menyangkut arus seara, rangkaian ini serupa dengan penguat emitter
ditanahkan yang telah dibahas pada contoh 7.1. Dengan alsan ini, tegangan basis dc
Teknik Elektro
Universitas Bengkulu
Elektronika II
tetap 1,8V, tegangan emitter dc 1,1V, dengan tegangan kolektor dc 6,04 V. Perhatikan
bahwa resistansi emitter dc total adalah tetap1kΩ, sehingga r’e tetap 22,7Ω.
Perbedaannya adalah sebagai berikut. Tegangan sumber ac lebih besar, 100mV
dan bukan 1mV. Sinyal ini digandeng ke basis. Karena pengaruh bootstrapping,hamper
semua sinyal 100mV muncul melintas tahanan pembenam. Ujung bawah tahanan
pembenam terletak pada tanah ac, dan itulah sebabnya mengapa osiloskop
memperlihatkan garis horizontal (tak ada sinyal ac) pada +0,902V. Tegangan kolektor
ac diperkuat dan dibalik sperti sebelumnya.
Contoh 7.5
Hitunglah tegangan keluar pada gambar 7.10
Penyelesaian
Bati tegangan adalah
Ini berarti bahwa puncak tegangan keluar adalah 1,78V. Sehingga, ayunan puncak
kepuncak sepanjang garis beban adalah dua kalinya, yaitu 3,56 V. Operasinya adalah
sinyal besar, yang dimungkinkan dengan pengeringan distorsi karena adanya
pembenaman (disebut juga umpan balik setempat atau umpan balik negative).
Contoh 7.6
Anggap kapasitor pintas pada gambar 7.10 terbuka. Apa yang terjadi dengan bati
tegangannya?
Penyelesaian
Kapasitor pintas yang terbuka bahwa
Teknik Elektro
Universitas Bengkulu
Elektronika II
Karena ujung bawah tahanan 180 Ω tidak lagi pada tanah ac. Dalam hal seperti
ini, pembenaman menjadi terlalu besar, dan bati tegangan turun menjadi :
Bila anda sedang memperbaiki sebuah penguat dengan keluaran yang ajauh lebih
rendah dari pada yang seharus nya. Yang mula-mula harus diperiksa adalah kapasitor
pintas. Osiloskop tergandeng dc yang dipasang melintas kapasitor pintas harus
menampilkan garis horizontal pada tingkat dc yang tepat (+0,902 V Pada gambar 7-14).
Jika anda melihat sinyal ac melintas kapasitor ini dengan harga puncak ke puncak
hampir sebesar tegangan emitter ac, anda dapat memperkirakanbahwa kapasitor nya
terbuka.
+10 V
Vout Vload
1 Kohm Vin
Vsource
(a)
Teknik Elektro
Universitas Bengkulu
Elektronika II
1 Kohm 3,6 Kohm
+
1,7 Kohm + -17,8 Vin 51 Kohm
Vin Vout
-
-
(b)
Gambar 7.11. (a) Tahanan sumber dan tahanan beban yang di hubungkan ke penguat
terbenam. (b) Rangkaian ekivalen ac
Contoh 7.7
Bila ß = 150, berapa tegangan keluar ac pada gambar 7.11?
Penyelesaian
Dari persamaan (7.13), impedansi masuk basis adalah
Bati tegangan tanpa beban dari basis ke kolektor adalah -17,8 (telah dihitung).
Jadi model ac penguat tampak seperti yang ditunjukan pada gambar 7.11b.
Tegangan ini adalah tegangan keluar tanpa beban. Tegangan keluar ac yang sebenarnya
muncul pada kolektor dan melintas tahanan beban sebesar
Teknik Elektro
Universitas Bengkulu
Elektronika II
Gambar 7.12a memperlihatkan penguat dua tahap yang menggunakan rangkaian-
rangkaian CE yang dikaskade. Sebuah sumber ac dengan resistansi sumber Rs
menggerakkan masukan penguat itu. Tahap emiter-ditanahkan memperkuat sinyal, yang
kemudian digandeng dengan tahap CE berikutnya. Lalu sinyal diperkuat sekali lagi
untuk mendapatkan keluaran yang terakhir yang jauh lebih besar daripada sinyal
sumber.
Gambar 7.12b memperlihatkan model ac untuk penguat dua tahap. Setiap tahap
mempunyai impedansi, yang diberikan oleh gabungan paralel dari R1, R2, dan β .
Setiap tahap mempunyai bati tegangan tanpa beban Rc/ dan impedansi keluar Rc.
+VCC
R1 RC R1 RC
RS
R2 RE R2 RE RL
(a)
(b)
Gambar 7.12. (a) Penguat dua tahap dengan tahap emiter-ditanahkan. (b) Rangkaian
ekivalen ac
Teknik Elektro
Universitas Bengkulu
Elektronika II
+10 V
10 Kohm 10 Kohm
3,6 Kohm 3,6 Kohm
1 Kohm
(a)
Vout(1)
1 Kohm Vin(1) 3,6 Kohm V 3,6 Kohm
in(2)
-159Vin(1) -159Vin(2)
1-mV
1,18 Kohm Vout
puncak 1,18 Kohm 1,5 Kohm
(b)
Gambar 7.13. (a) Tahanan sumber dan tahanan beban yang di hubungkan ke penguat
dua tahap. (b) Rangkaian ekivalen ac
Contoh 7.8
Setiap transistor pada gambar 7.13a mempunyai = 150. Berapa tegangan keluar ac
nya?
Penyelesaian
Setiap tahap adalah seupa. Pada contoh 7-3, kita telah menganalisa tahap CE ini,
dengan hasil-hasil sebagai berikut : r’e = 22,7 Ω, =1,18 kΩ, A= -159, dan Zout = 3,6
kΩ. Gambar 7.13b memperlihatkan model ac untuk penguat dua tahap. Tegangan
masuk ac pada tahap oertam adalah
Teknik Elektro
Universitas Bengkulu
Elektronika II
Sambil lalu, karena ada dua tahap yang mempunyai bati membalik, sinyal keluar
terakhir sefasa dengan sinyal masuk. Sehingga, bila kita menggandeng gelombang sinus
dengan puncak 1mV,kita mendapatkan gelombang sinus dengan frekuensi dan fasa
yang sama tetapi dengan puncak 991mV. Pengguat dua tahap ini mempunyai bati
tegangan 991 dari sumber sampai keluaran terakhir nya.
Teknik Elektro
Universitas Bengkulu