Rencana Kerja Obat Rs Daha
Rencana Kerja Obat Rs Daha
A. Pengertian Obat
Obat adalah bahan atau materi yang dapat berwujud benda padat, cair atau gas yang
dapat di gunakan dalam proses penyembuhan penyakit pada manusia. Secara umum produksi
obat terdiri dari obat herbal yang komposisi dan bahannya bersifat alami dan obat pabrik yang
komposisi dan bahanya telah mengandung campuran bahan kimia.
Menurut Anief M (1991) pengertian Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan
yang di maksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah
ataurohaniah pada manusia atau hewan termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh
manusia
Dalam Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan Bab I pasal 1
tidak disebutkan mengenai pengertian obat, tetapi pengertian tentang sediaan farmasi. Sediaan
farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik (Presiden RI, 1992)
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
43/Menkes/SK/II/1988 tentang Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB), obat adalah tiap
bahan atau campuran bahan yang dibuat, ditawarkan untuk dibuat, ditawarkan untuk dijual
atau disajikan untuk digunakan dalam pengobatan, peredaran, pencegahan atau diagnosa suatu
penyakit, suatu kelainan fisik atau gejala-gejalanya pada manusia atau hewan, atau dalam
pemulihan, perbaikan atau pengubahan fungsi organis pada manusia atau hewan (Depkes RI,
1988)
Menurut Anief M (2003) beberapa istilah yang perlu diketahui tentang obat, antara lain;
a. Obat jadi adalah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan,
salep, tablet, pil, supositoria, atau bentuk lain yang mempunyai nama teknis sesuai dengan
Farmakope Indonesia (FI) atau buku lain.
b. Obat paten yakni obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat atau
yang dikuasakan dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.
c. Obat baru adalah obat yang terdiri atau berisi suatu zat baik sebagai bagian yang berkhasiat
maupunan mutunya terjamin yang tidak berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut,
bahan pembantu atau komponen lain yang belum dikenal, hingga tidak diketahui khasiat
dan keamanannya.
d. Obat esensial adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat terbanyak yang meliputi diagnosa, profilaksis terapi dan rehabilitasi yang
diupayakan tersedia pada unit pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatnya
(Depkes RI, 2002). Konsep obat esensial merupakan pendekatan untuk menyediakan
pelayanan bermutu dan terjangkau, yang diwujudkan dengan Daftar Obat Esensial Nasional
(Maryetty, I.P)
e. Obat generik berlogo adalah obat esensial yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) dan mutunya terjamin karena diproduksi sesuai dengan persyaratan
CPOB dan diuji ulang oleh Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan
(PPOM Depkes). PPOM Depkes saat sekarang telah menjadi Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
(obat dalam), guttae oris (tetes mulut), guttae auriculares (tetes telinga), guttae nasales
(tetes hidung), guttae opthalmicae (tetes mata).
17. Injeksi (injectiones).
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Tujuannya agar kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat
menerima pengobatan melalui mulut.
C. Jenis-Jenis Obat
Penggolongan jenis obat adalah pembagian obat menurut karakteristik tertentu
dengan tujuan untuk memudahkan dalam mengenali, pemilihan, dan penggunaan obat
tersebut. Penggolongan obat dapat dapat bermacam-macam;
a. Berdasarkan wujudnya.
Misalnya obat berwujud padat, cair/crem dan gas
b. Berdasarkan golongan
Misalnya obat generik dan non generik
c. Berdasarkan fungsinya
Misalnya obat untuk pengobatan dalam dan pengobatan di luar tubuh
d. Berdasarkan jangka waktu pemakaian
Misalnya obat dapat digunakan dalam waktu yang lama dan waktu yang singkat
e. Berdasarkan kemasan
Misalnya obat memakai kemasan Alminium foil, botol kaca atau kalen
f. Berdasarkan tingkat bahaya
Misalnya obat sangat berbahaya dan tidak berbahaya
g. Berdasarkan Kebebasan penggunaan
Misalnya obat yang di jual bebas dan tidak dijual bebas
Menurut Depkes (1993) tentang Wajib Daftar Obat Jadi, pembagian obat berdasarkan
golongannya ;
1. Obat Bebas
Menurut Depkes RI (2004) Bentuk pokok subsistem obat dan perbekalan kesehatan
antara lain:
1. Perencanaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan secara nasional diselenggarakan
oleh pemerintah bersama pihak terkait.
2. Perencanaan obat merujuk pada Daftar Obat Esensial Nasional yang ditetapkan oleh
pemerintah bekerja sama dengan organisasi profesi dan pihak terkait lainnya.
3. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan diutamakan melalui optimalisasi industri
nasional.
4. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan yang dibutuhkan oleh pembangunan kesehatan
dan secara ekonomis belum diminati swasta menjadi tanggung jawab pemerintah.
5. Pengadaan dan produksi bahan baku obat difasilitasi oleh pemerintah.
6. Pengadaan dan pelayanan obat di rumah sakit didasarkan pada formularium yang
ditetapkan oleh PFT rumah sakit.
7. Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan.
8. Pendistribusian obat diselenggarakan melalui pedagang besar farmasi.
9. Pelayanan obat dengan resep dokter kepada masyarakat diselenggarakan melalui apotek,
sedangkan pelayanan obat bebas diselenggarakan melalui apotek, toko obat dan tempat-
tempat yang layak lainnya, dengan memperhatikan fungsi sosial.
10. Dalam keadaan tertentu, dimana tidak terdapat pelayanan apotek, dokter dapat
memberikan pelayanan obat secara langsung kepada masyarakat.
11. Pelayanan obat di apotek harus diikuti dengan penyuluhan yang penyelenggaraannya
menjadi tanggung jawab apoteker.
12. Pendistribusian, pelayanan dan pemanfaatan perbekalan kesehatan harus memperhatikan
fungsi sosial.
13. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan
14. Pengawasan mutu produk obat dan perbekalan kesehatan dalam peredaran dilakukan oleh
industri yang bersangkutan, pemerintah, organisasi profesi dan masyarakat.
15. Pengawasan distribusi obat dan perbekalan kesehatan dilakukan oleh pemerintah,
kalangan pengusaha, organisasi profesi dan masyarakat.
16. Pengamatan efek samping obat dilakukan oleh pemerintah, bersama dengan kalangan
pengusaha, organisasi profesi dan masyarakat.
17. Pengawasan promosi serta pemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan dilakukan oleh
pemerintah bekerja sama dengan kalangan pengusaha, organisasi profesi dan masyarakat.
18. Pengendalian harga obat dan perbekalan kesehatan dilakukan oleh pemerintah bersama
pihak terkait.
19. Pengawasan produksi, distribusi dan penggunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan
bahan berbahaya lainnya dilakukan oleh pemerintah secara lintas sektor, organisasi
profesi dan masyarakat.
20. Pengawasan produksi, distribusi dan pemanfaatan obat tradisional dilakukan oleh
pemerintah secara lintas sektor, organisasi profesi dan masyarakat.
Selain SKN di Indonesia juga terdapat Kebijakan Obat Nasional (KONAS) yang
digunakan sebagai landasan, arah, dan pedoman dalam pembangunan di bidang obat.
Tujuannya menjamin (Depkes RI, 2004):
1. Ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial.
2. Keamanan, khasiat dan mutu semua obat yang beredar serta melindungi masyarakat dari
penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat.
3. Penggunaan obat yang rasional.
Strategi untuk menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat esensial,
yaitu (Depkes RI, 2004);
1. Perlu sistem pembiayaan obat berkelanjutan, baik sektor publik maupun sektor swasta.
2. Rasionalisasi harga obat dan pemanfaatan obat generik.
3. Penerapan sistem pengadaan dalam jumlah besar atau pengadaan bersama di sektor
publik.
4. Penyiapan peraturan yang tepat untuk menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat.
5. Memanfaatkan skema TRIPs seperti Lisensi Wajib, Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah
dan parallel import.
Strategi untuk menjamin keamanan, khasiat dan mutu obat beredar, serta perlindungan
masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat, yaitu (Depkes RI, 2004):
1. Penilaian keamanan, khasiat dan mutu melalui proses pendaftaran.
2. Adanya dasar hukum dan penegakan hukum secara konsisten, dengan efek jera yang
tinggi untuk setiap pelanggaran.
3. Penyempurnaan standar sarana produksi, sarana distribusi dan sarana pelayanan obat.
4. Pemberdayaan masyarakat melaui penyediaan dan peyebaran informasi terpercaya, untuk
menghindarkan dari penggunaan yang tidak memenuhi standar dan penyalahgunaan obat.
5. Penyempurnaan dan pengembangan berbagai standar dan pedoman.
Strategi untuk menjamin penggunaan obat yang rasional, yaitu:
1. Penerapan penggunaan DOEN dalam setiap upaya pelayanan kesehatan.
2. Penerapan pendekatan farmakoekonomi melalui analisis biaya efektif dengan biaya
manfaat pada seleksi obat yang digunakan di semua tingkat pelayanan kesehatan.
3. Penerapan pelayanan kefarmasian yang baik (pharmaceutical care), perubahan dari
product oriented ke patient oriented.
4. Pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE).
BAB 3
KONSEP PERENCANAAN
A. Pengertian Perencanaan
Perencanaan kesehatan menjadi bagian terpenting dalam pelayanan kesehatan.
Puskesmas dan rumah sakit sebagai unit pelayanan kesehatan dengan sederetan tugas pokok
dan fungsi yang dimiliki masing-masing, wajib memiliki perencanaan pelayanan kesehatan.
Di dalam perencanaan terkandung program kerja, penetapan sumber daya kesehatan yang
diperlukan, waktu pelaksanaan, indikator keberhasilan, sampai pada metode evaluasi yang
digunakan. Pendek kata perencanaan kesehatan sebagai pedoman yang disusun untuk
mencapai tujuan pelayanan kesehatan
Ilmu perencanaan kesehatan sebenarnya telah lama berkembang sebagai Disiplin ilmu
perencanaan kesehatan. Berbagai pengertian pula sangat beragam dari para pakar yang telah
menggeluti ilmu tersebut (Suhadi and Rais M.K, 2018)
Dalam pengertian sederhana perencanaan kesehatan adalah suatu proses yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang didahului dengan penetapan tujuan,
mengenali masalah kesehatan melalui analisis situasi masalah masyarakat, menentukan dan
memilih sumber daya yang dibutuhkan, menyusun kegiatan yang akan dilakukan,
menetapkan besarnya biaya, menentukan waktu pelaksanaan, menentukan tempat kegiatan,
menentukan sasaran, menetapkan target yang akan dicapai, dan menyusun indikator
pencapaian serta bentuk evaluasi yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat (Suhadi and Rais M.K, 2018).
Menurut Suandy E (2003) secara umum perencanaan merupakan proses penentuan
tujuan organisasi (perusahaan) dan kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas
strategi-strategi (program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program) dan operasi
(tindakan) yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh.
Menurut Robbins Stephen and Coutler Mary (2004) perencanaan adalah sebuah
proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian
tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan
seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi.
B. Dasar Perencanaan
Menurut Suhadi and Rais M.K, (2018) suatu perencanaan yang dibuat tidak lahir
begitu saja, namun memiliki latar belakang yang rasional sampai lahirnya sebuah
perencanaan yaitu ;
a. Adanya tujuan
Kenyataan masa depan yang pasti dan menjadi impian mendorong lahirnya usaha
perencanaan yang perlu disiapkan saat ini. Kondisi yang diperkirakan bakal diraih itulah
membutuhkan rancangan apa yang wajib dilakukan, dari saat kini, umumnya angan-angan
akan terlukiskan dalam dokumen tertulis berupa perencanaan.
b. Fungsi manajemen
Organisasi sebagai lembaga, didalamnya terdapat fungsi-fungsi administrasi. Salah satu
fungsi dari administrasi tersebut adalah aktifitas manajemen untuk menggerakan usaha
dan pekerjaan dalam mencapai hasil kerja yang diinginkan oleh lembaga tersebut.
c. Adanya keterbatasan sumber daya
Organisasi sebagai lembaga usaha mengumpulkan sumber daya dan menggunakan
sumber daya tersebut dalam proses produksi. Untuk mencapai hasil produksi yang
optimal, salah satunya ditentukan oleh ketersediaan dan kemampuan daya dukung sumber
daya tersebut. Sumber daya yang dimiliki memiliki keterbatasan dalam hal suplay, tentu
proses produksi juga terhambat. Olehnya itu pihak manajemen membutuhkan kerangka
perencanaan guna memperhitungkan pemilihan dan penggunaan sumber daya secara
efektif dan efisien.
d. Faktor Waktu
Tidak selamanya pekerjaan dalam usaha berjalan sesuai harapan. Terkadang pekerjaan
tidak mencapai hasil yang diinginkan. Salah satunya disebabkan oleh terbatasnya waktu
produksi. Suatu kegiatan membutuhkan waktu yang cukup agar proses usaha dapat
tercapai.
e. Pedoman
Dalam memulai dan melaksanakan proses produksi barang dan jasa untuk mencegah
hilangnya waktu kerja, peningkatan efisiensi, menghindari pekerjaan sia-sia dan lainnya,
terkadang sulit dilakukan. Problema ini muncul, salah satunya kerena tidak adanya
perencanaan dan pedoman yang menjadi acuan dalam proses produksi.
C. Tujuan Perencanaan
Menurut Suhadi and Rais M.K, (2018) secara umum tujuan perencanaan adalah :
a. Menentukan arah pekerjaan
Pekerjaan yang akan dikerjakan harus memiliki arah yang jelas agar bisa mencapai tujuan
dengan mudah. Jalannya upaya kesehatan disini ditentukan oleh perencanaan yang
disusun. Adanya perencanaan yang tersusun secara terstruktur menurut langkah kegiatan,
maka akan memberi jalur pada implementasi program yang jelas.
b. Menetapkan volume kegiatan
Program kesehatan yang akan dilaksanakan baik untuk program jangka pendek maupun
jangka panjang, telah terjabarkan dalam rencana kerja. Dalam program kerja menguraikan
jenis kegiatan termasuk volume kegiatan. Volume kegiatan ini menjadi penting dalam
penggunaan dan efisiensi sumber daya.
c. Pencarian, pemilihan dan meramalkan sumber daya
Setelah penetapan tujuan, dan program kegiatan, maka langkah selanjutnya adalah
menyusun sumber daya yang akan digunakan dalam implementasi program. Pada tahap
ini programmer akan mengeksplorasi, meramalkan, dan memilih sumber daya yang cocok
untuk proses pelayanan.
d. Kontrol produksi
Kegiatan yang dilakukan memerlukan kendali program, ini dimaksudkan agar
diketahuinya perkembangan dan hambatan kegiatan setiap saat. Salah satu tugas
manejerial disini adalah fungsi pengawasan. Dengan pengawasan akan membantu
pimpinan melakukan koreksi program yang telah berjalan.
e. Penentuan parameter output
Untuk memudahkan tim evaluator dalam pengukuran out put program, maka programmer
harus merumuskan secara jelas parameter out put tersebut dalam dokumen perencanaan.
Parameter hendaknya menguraikan secara rinci dan spesifik tiap item produk yang akan
dicapai, dengan demikian akan tergambar kerangka ukur yang tepat.
f. Memilih bentuk evaluasi
Setelah indikator dirumuskan, langkah selanjutnya adalah merumuskan bentuk evaluasi
yang dipilih. Bentuk evaluasi banyak macamnya, olehnya itu evaluator akan menjadi
mudah menentukan metode evaluasi bila dalam dokumen perencanaan telah ditetapkan
bentuk evaluasi program.
D. Manfaat Perencanaan
Menurut Suhadi and Rais M.K, (2018) manfaat perencanaan kesehatan yang disusun oleh
perencana diantaranya ;
a. Memudahkan penetapan tujuan.
Dengan perencanaan maka tujuan yang akan dicapai, mudah dirumuskan seperti apa hasil
yang diinginkan. Dalam perencanaan akan membatasi tujuan kegiatan karena pola
intervensi dibuat terstruktur dan fokus sesuai kebutuhan
b. Memudahkan pengenalan masalah kesehatan
Perencanaan tersebut membantu pimpinan untuk mengenali masalah apa yang terjadi
melalui analisis situasi masalah masyarakat. Dari masalah yang didapatkan dilapangan
akan tergambar masalah yang dihadapi masyarakat.
c. Memudahkan penentuan dan pemilihan sumber daya.
Perencanaan akan mengantar tugas perencana untuk menentukan sumber daya apa yang
diperlukan dalam kegiatan yang akan dilakukan, selanjutnya memutuskan pilihan sumber
daya apa yang cocok dan dibutuhkan nanti. Penentuan dan pemilihan sumberdaya tersebut
dengan memperhatikan kemampuan dan ketersediaan sumber daya.
d. Memudahkan penyusunan kegiatan yang akan dilakukan.
Perencana menjadi mudah menentukan kegiatan apa yang relevan dengan tujuan, tindakan
apa yang akan didahulukan, kegiatan apa saja yang akan dibuat sesuai ketersediaan
sumber daya, kegiatan apa yang masih ditunda pelaksanaanya, kegiatan apa yang sulit
dilakukan dan sebagainya.
e. Memudahkan penetapan besarnya biaya
Sumber daya lain yang diperlukan adalah sumber biaya (besarnya biaya serta alokasi
kegiatan apa saja yang akan dibiayai). Dengan perencanaan akan mengarahkan perencana
dalam mencari sumber biaya, menetapkan alokasi biaya dan bagaimana metode
mensiasati keterbatasan biaya.
f. Memudahkan penentuan waktu pelaksanaan
Memudahkan tugas perencanaan dalam melakukan estimasi waktu yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan kegiatan. Harus ada alokasi waktu berapa lama kegiatan dilakukan dan
disusun dalam rincian hari, bulan, mingguan atau tahunan. Seluruh kegiatan akan dinilai
dalam satuan waktu kerja yang terstruktur agar supaya kegiatan tidak berbenturan dalam
hal waktu.
g. Memudahkan penentuaan tempat kegiatan
Memudahkan tugas perencana memutuskan tempat kegiatan yang akan diintervensi.
Disini akan tergambar luas daerah, jumlah daerah, dan daerah manasaja yang menjadi
prioritas intervensi.
h. Memudahkan penentuan sasaran
Memudahkan tugas perencana menentukan sasaran yang akan diintervensi. Apakah
sasaranya adalah masyarakat desa, kota, pantai, pegunungan maupun daerah lainya. Disini
akan tergambar luas sasaran, jumlah sasaran, karakteristik sasaran, dan sasaran manasaja
yang menjadi prioritas intervensi.
i. Memudahkan penetapan target yang akan dicapai
Memudahkan tugas perencana memutuskan berapa target yang akan dicapai denga
berdasarkan kesiapan dan kemampuan sumber daya yang ada. Disini akan tergambar
besarnya target terhadap intervensi termasuk target terhadap populasi.
j. Mudahkan penyusunan indikator pencapaian
Memudahkan tugas perencana menyusun indikator-indikator pencapaian apa saja yang
relevan. Misalnya indikator tentang input, proses, output, out come. Indikator tersebut
menjadi rujukan dalam intervensi dan evaluasi.
k. Memudahkan bentuk evaluasi yang akan dilakukan
Memudahkan tugas perencana menentukan bentuk evaluasi sebagai pedoman dalam
melakukan penilaian beserta metode penilaian yang akan dikerjakan.
E. Aspek Perencanaan
Menurut Suhadi and Rais M.K, (2018) secara umum perencanaan kesehatan membicarakan
beberapa aspek pokok yang akan dikerjakan ;
a. Tujuan (Visi)
Visi disini adalah tujuan yang akan dicapai dimasa datang dari pekerjaan yang dikerjakan
saat sekarang. Misalnya; „Penurunan angka kejadian TB‟
b. Misi
Misi disini adalah tindakan nyata yang dikerjakan. Misalnya; penyuluhan TB, pengobatan
TB, sanitasi lingkungan dan lain-lain
c. Evaluasi
Penilaian disini dilakukan untuk mengetahui dan mengukur seberapa jauh keberhasilan
pekerjaan yang telah dilakukan. Misalnya dari hasil evaluasi diperoleh penurunan angka
kajadian TB dari 75 jiwa menjadi 40 jiwa. Maka disimpulkan kegiatan pengobatan dan
sanitasi lingkungan berhasil menurunkan kejadian penyakit sebesar 35 penderita.
d. Rekomendasi
Berbagai hambatan dan keberhasilan yang telah dicapai diberikan rekomendasi untuk
perbaikan di masa datang. Misalnya; saran penambahan tenaga dokter untuk membantu
pelayanan TB di desa terpencil.
e. Perbaikan
Tindakan yang dilakukan dalam rangka perbaikan pelaksanaan program pekerjaan.
Misalnya; pemeriksaan darah penderita TB.
F. Ciri Perencanaan
Menurut Suhadi and Rais M.K, (2018) perencanaan kesehatan memiliki ciri ;
a. Proses menciptakan gagasan (tujuan)
Proses menciptakan gagasan disini adalah merumuskan visi, berupa produk apa yang
ingin di capai di masa datang. Misalnya; produk dalam bentuk barang atau jasa pelayanan
kesehatan
b. Proses memperkirakan tindakan
Proses memperkirakan tindakan yaitu merumuskan program kerja apa yang akan
dikerjakan untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi saat ini dan masa
depan. Program disini dirumuskan terperinci mengacu pada tujuan, teruraikan secara jelas
untuk periode bulanan, semesteran, dan tahunan.
c. Bagian dari sub system manajemen
Perencanaan merupakan fungsi manajemen kesehatan, disini memiliki peran dalam upaya
pembangunan kesehatan sebagai dokumen acuan invertasi dan pengembangan kesehatan
masa datang
d. Bersifat Fleksibilitas.
Perencanaan memungkinkan dilakukan berbagai perubahan sesuai dengan situasi dan
kondisi yang melatarinya
e. Menemukan dan mencari solusi masalah.
Perencanaan memuat rumusan masalah dan pemecahan terhadap masalah yang
ditemukan. Seluruh masalah dan tindakan pemecahan masalah yang telah dipilih
diputuskan menjadi program kerja yang akan dikerjakan.
f. Dilakukan kontinyuitas
Permasalahan kesehatan tak pernah habis ditemui. Belum tuntas suatu permasalahan, lahir
lagi masalah baru, begitu sebaliknya kenyataan kehidupan di masyarakat. Perencanaan
kesehatan disusun untuk memecahkan seluruh permasalahan yang terjadi bukan hanya
saat ini tapi juga untuk masa depan. Dengan demikian keberlanjutan perencanaan akan
terus berjalan seiring waktu.
g. Dimuat dalam dokumen serta dipublikasikan.
Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang disusun secara sistematis,
terdokumentasi dan disosialisasikan kepada seluruh pemangku kepentingan.
h. Perangkuman sumberdaya secara memadai untuk didaya gunakan.
Dalam perencanaan tercipta pemilihan, peramalan dan perangkuman sumber daya untuk
digunakan secara secara efektif dan efisien
i. Motivasi kebutuhan dan permintaan masyarakat.
Perencanaan akan mendorong pelaku dan penerima program kesehatan agar bekerja sama,
sehingga tuntutan kebutuhan dan permintaan masyarakat bisa dicapai dengan baik
G. Macam Perencanaan
Menurut Suhadi and Rais M.K, (2018) perencanaan yang dikenal saat ini banyak
macamnya, tergantung dari sudut pandang seseorang dalam menilai perencanaan. Beberapa
macam perencanaan diantaranya ;
a. Perencanaan dipandang dari segi waktu pelaksanaan
Bila ditinjau dari segi waktu pelaksanaan, maka perencanaan dikategorikan atas tiga
aspesk;
i. Perencanaan jangka panjang (longe-range planning)
Umumnya Perencanaan jangka panjang, memiliki waktu berlakunya diatas 10 tahun.
Biasanya juga disebut master plan, karena memuat kebijakan makro yang akan
dicapai di masa datang.
ii. Perencanaan jangka menengah (medium-range planning)
Umumnya Perencanaan jangka menengah, memiliki waktu berlakunya antara 5-10
tahun.
iii. Perencanaan jangka pendek (short-range planning)
Umumnya Perencanaan jangka pendek, memiliki waktu berlakunya < 5 tahun.
b. Perencanaan dipandang dari segi intensitas penggunaan
Bila ditinjau dari intensitas penggunaan, maka perencanaan dibedakan atas dua kategori;
i. Intensitas satu kali (single-use planning)
Perencanaan yang disusun hanya dimanfaatkan satu kali, bila telah selesai maka
perencanaan tersebut tidak dipakai lagi, namun digantikan dengan perencanaan baru.
Tidak dimanfaatkannya lagi perencanaan tersebut atas pertimbangan perencana itu
sendiri. Misalnya; pertimbangan pemilihan strategi, penggantian sumber daya dan lain
sebagainya.
ii. Intensitas berulang kali
Perencanaan yang disusun dapat dimanfaatkan berulag kali, bila telah selesai maka
perencanaan tersebut akan tetap dipakai lagi untuk periode berikutnya. Tetap
dimanfaatkannya perencanaan tersebut atas pertimbangan perencana itu sendiri.
Misalnya; pertimbangan strategi yang masih tepat dan lain sebagainya.
c. Perencanaan dipandang dari segi tingkatan rencana
Bila ditinjau dari aspek tingkatan (hirarki) maka perencanaan dibedakan atas tiga
kategori ;
i. Perencanaan Pokok
Perencanaan ini dinamakan juga perencanaan induk (master plan). Umumnya
perencanaan ini memuat landasan atau kerangka pokok yang lebih luas, menjadi dasar
kebijakan, dan jangka waktu yang panjang.
ii. Perencanaan operasional
Perancanaan ini memuat operasionalisasi kerja, umumnya sebagai pedoman
pelaksanaan yang dijadikan petunjuk penataan usaha lembaga.
iii. Perencanaan harian
Umumnya perencanaan ini memuat aktifitas harian lembaga, bersifat spesifik dan
rinci. Rencana harian ini biasanya disusun untuk program yang bersifat rutin.
d. Perencanaan dipandang dari segi ruang lingkup
Perencanaan dipandang dari segi ruang lingkup rencana dibedakan atas;
i. Perencanaan strategik
Perencanaan strategi memuat secara lengkap tujuan, program, kebijakan, sasaran dan
strategi serta rangkaian dan pentahapan kegiatan yang akan dilakukan di masa datang.
Umumnya perencanaan strategik sulit untuk diperbaharui.
ii. Perencanaan taktis
Perencanaan taktis (tactical planning) umumnya mengandung uraian tentang
kebijakan, tujuan serta kegiatan jangka pendek saja. Perencanaan taktik disusun
sebagai respon perkembangan situasi dan kondisi makro dan mikro yang
mempengaruhi lembaga saat sekarang.
iii. Perencanaan menyeluruh
Perencanaan menyeluruh (comprehensive planning), memuat uraian program yang
bersifat menyeluruh, umumnya mencakup seluruh aspek dan ruang lingkup berbagai
aktifitas yang akan dikerjakan.
iv. Perencanaan terpadu
Perencanaan terpadu (integrated planning), umumnya memuat rangkaian kesatuan
berbagai program yang akan dikerjakan.
H. Fungsi Perencanaan
Robbins Stephen and Coutler Mary (2002) menjelaskan bahwa paling tidak terdapat 4
(empat) fungsi dari perencanaan, yaitu sebagai berikut :
a. Perencanaan sebagai Pengarah
Perencanaan akan menghasilkan sebuah upaya untuk meraih sesuatu dengan cara yang
lebih terkoordinasi. Organisasi yang tidak menjalankan sebuah perencanaan akan sangat
mungkin mengalami konflik kepentingan, pemborosan sumber daya, dan tujuan yang
tidak tercapai karena bagian-bagian dari organisasi bekerja secara sendiri-sendiri tanpa
adanya koordinasi yang jelas dan terarah. Perencanaan dalam hal ini memegang fungsi
pengarahan dari apa yang harus dicapai oleh organisasi.
b. Perencanaan sebagai Minimalisasi Ketidakpastian
Seringkali perubahan dalam organisasi berada di luar perkiraan sehingga menimbulkan
ketidakpastian bagi organisasi. Dengan adanya perencanaan diharapkan ketidakpastian
yang mungkin terjadi di masa yang akan datang dapat diantisipasi jauh-jauh hari.
c. Perencanaan sebagai Minimalisasi Pemborosan Sumber Daya
Jika perencanaan dilakukan dengan baik maka jumlah sumber daya yang diperlukan,
bagaimana cara penggunaannya, untuk penggunaan apa saja lebih baik dipersiapkan
sebelum kegiatan dijalankan.
d. Perencanaan sebagai Penetapan Standar dalam Pengawasan Kualitas
Perencanaan berfungsi sebagai penetapan standar kualitas yang harus dicapai oleh
organisasi dan diawasi pelaksanaannya dalam fungsi pengawasan/pengendalian
manajemen. Dalam perencanaan, organisasi menentukan tujuan dan rencana-rencana
untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam pengawasan/pengendalian, organisasi
membandingkan antara tujuan yang ingin dicapai dengan realisasi di lapangan,
membandingkan antara standar yang ingin dicapai dengan realisasi di lapangan,
mengevaluasi penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, hingga mengambil
tindakan yang dianggap perlu untuk memperbaiki kinerja organisasi. Dengan demikian,
maka perencanaan berfungsi sebagai penetapan standar kualitas yang ingin dicapai oleh
organisasi.
I. Asas-Asas Perencanaan
Menurut Stoner James and Wankel (1993) asas-asas perencanaan meliputi :
a. Principle of contribution to objective. Setiap perencanaan dan segala perubahannya harus
ditujukan kepada pencapaian tujuan.
b. Principle of efficiency of planning. Suatu perencanaan efisien, jika perencanaan itu dalam
pelaksanannya dapat mencapai dengan biaya sekecil-kecilnya.
c. Principle of primacy of planning (asas pengutamaan perencanaan). Perencanaan adalah
keperluan utama para pemimpin dan fungsi-fungsi lainnya, organizing, staffing, directing,
dan controlling. Seseorang tidak akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
lainnya, tanpa mengetahui tujuan dan pedoman dalam mwnjalankan kebijaksanaan.
d. Principle of pervasiveness of planning (asas pemerataan perencanaan). Asas pemerataan
perencanaan memegang peranan penting mengingat pemimpin pada tingkat tinggi banyak
mengerjakan perencanaan dan bertanggungjawab atas berhasilnya rencana itu.
e. Principle of planning premise (asas patokan perencanaan). Patokan-patokan perencanaan
sangat berguna bagi ramalan, sebab premis-premis perencanaan dapat menunjukkan
kejadian-kejadian yang akan datang.
f. Principle of policy frame work (asas kebijaksanaan pola kerja). Kebijaksanaan ini
mewujudkan pola kerja, prosedur-prosedur kerja, dan program-program kerja tersusun.
g. Principle of timing (asas waktu). Adalah perencanaan waktu yang relatif singkat dan
tepat.
h. Principle of planning communication (prinsip tata hubungan perencanaan). Perencanaan
dapat disusun dan dikoordinasikan dengan baik, jika setiap orang bertanggung jawab
terhadap pekerjaannya dan memperoleh penjelasan yang memadai mengenai bidang yang
dilaksanakannya.
i. Principle of alternative (asas alternatif) Altenatif ada pada setiap rangkaian kerja dan
perencanaan meliputi pemilihan rangkaian alternatif dalam pelaksanaan pekerjaan,
sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan.
j. Principle of limiting factor (asas pembatasan faktor). Dalam pemilihan alternatif-
alternatif, pertama-tama harus ditujukan pada faktor-faktor yang strategis dan dapat
membantu pemecahan masalah. Asas alternatif dan pembatasan factor merupakan syarat
mutlak dalam penetapan keputusan.
k. The commitment principle. Perencanaan harus memperhitungkan jangka waktu
keterkaitan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
l. The principle of flexibility (asas fleksibilitas). Perencanaan yang efektif memerlukan
fleksibilitas, tetapi tidak berarti mengubah tujuan.
m. The principle of navigation change (asas ketetapan arah). Perencanaan yang efektif
memerlukan pengamatan yang terus-menerus terhadap kejadian-kejadian yang timbul
dalam pelaksanannya untuk mempertahankan tujuan.
n. Principle of strategic planning (asas perencanaan strategis). Dalam kondisi terteentu
manajer harus memilih tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menjamin pelaksanaan
rencana agar tujuan tercapai dengan efektif.
J. Unsur Perencanaan
Menurut Suhadi and Rais M.K, (2018) adapun yang menjadi unsur-unsur perencanaan
kesehatan adalah sebagai berikut;
a. Adanya visi
b. Adanya misi
c. Adanya rumusan masalah
d. Adanya rumusan penyebab masalah
e. Adanya rumusan prioritas masalah
f. Adanya rumusan kegiatan
g. Adanya asumsi/peramalan sumber daya.
h. Adanya strategi pendekatan
i. Adanya kelompok sasaran
j. Adanya waktu pelaksanaan program
k. Adanya organisasi dan tenaga pelaksana
l. Adanya rincian pembiayaan
m. Adanya target program
n. Adanya indikator keberhasilan
o. Adanya tindakan pengawasan
p. Adanya metoda penilaian
K. Langkah Perencanaan
Menurut Suhadi and Rais M.K, (2018) dalam menyusun perencanaan kesehatan, tim
perencana puskesmas harus mengetahui dan memahami langkah yang tepat sehingga
perencanaan tersebut dapat berjalan dengan baik. Umumnya perencanaan dilakukan secara
berurutan, suatu tahapan perencanaan tidak saling mendahului dalam pelaksanaanya artinya
suatu langkah tidak dapat dilakukan sebelum langkah yang mendahuluinya terlaksana. Bila
diurutkan keseluruhan langkah perencanaan maka Langkah-langkah tersebut secara sistematis
dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Melakukan kegiatan Identifikasi masalah kesehatan yang terjadi
b. Menetapkan Perumusan masalah kesehatan yang dihadapi
c. Menetapakan prioritas masalah kesehatan yang dipilih
d. Menentukan tujuan perencanaan yang dilakukan
e. Menentukan apa yang menjadi alternatif pemecahan masalah kesehatan tersebut
f. Memilih alternatif pemecahan masalah yang paling baik
g. Menyusun rencana operasional pemecahan masalah atau program kerja
h. Menyusun kebutuhan sumber daya kesehatan yang diperlukan
i. Pelaksanaan program kesehatan yang telah direncanakan
j. Melakukan Pengawasan dan pengendalian program kesehatan
k. Melakukuan Evaluasi untuk memastikan hasil capaian program
l. Menyusun feed back untuk perbaikan dan kesinambungan pelaksanaan program
kesehatan yang sedang dikerjakan
BAB 4
LANGKAH PERENCANAAN OBAT
a. Evaluasi semua aspek pengadaan obat dan perbekalan kesehatan tahun sebelumnya.
b. Evaluasi dilakukan terhadap ketersediaan anggaran, jumlah pengadaan dan sisa persediaan
di Kabupaten/kota.
c. Rencana Kabupaten/Kota didasarakan atas hasil estimasi kebutuhan obat untuk unit
pelayanan kesehatan dasar dan program kesehatan untuk tahun berikutnya yang ditetapkan
berdasarkan data yang disampaikan oleh unit pelayanan kesehatan.
d. Rencana kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan tersebut dibahas pada rapat tim untuk
penyempurnaan perencanaan kebutuhan obat perbekalan kesehatan.
e. Hasil rapat adalah disepakitinya jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang
dibutuhkan, serta jumlah kebutuhan dana untuk tahun anggaran yang akan dilaksanakan,
sekaligus sebagai masukan dalam rakorbang Kabupaten/Kota untuk mendapatkan
pemecahan masalah mengenai kebutuhan dana.
f. Pertemuan terakhir dilaksanakan setelah gambaran alokasi dari berbagai sumber anggaran
diketahui.
d. Langkah-Langkah Perencanaan Obat Dan perbekalan Kesehatan Terpadu, yaitu:
a. Penyusunan Rencana Kerja Operasional (Plan Of Action).
Agar kegiatan dalam perencanaan pengadaam obat dan perbekalan kesehatan dapat
dilaksanakan sesuai dengan waktu yang ditetapkan, maka perlu ditetapkan jadwal kegiatan
yang selanjutnya disajikan dalam rencana kerja operasional (plan of action) untuk
perencanaan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di Kabupaten/Kota.
b. Penyusunan rencana kerja operasiaonal dengan jenis kegiatan dimulai dari persiapan
perencanaan, pelaksanaan perencanaa dan pengendalian perencanaan yang dilanjutkan
dengan penyusunan Rencana Kerja Operasional untuk pengadaan, Pelaksanaan pengadaan
dan pengendalian pengadaan dengan menggunakan (Formulir 1), dan masing-masing
kolom diisi :
Kolom 1 : Nomor urut Kegiatan .
Kolom 2 : Jenis Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan.
Kolom 3 : Uraian dari masing-masing kegiatan pokok.
Kolom 4 : Pelaksana / penanggung jawab kegiatan.
Kolom 5 : Instansi terkait.
Kolom 6: Waktu pelaksanaan masing-masing kegiatan
c. Melaksanakan perncanaan obat dan perbekalan kesehatan.
b. Metode Morbiditas
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan pola penyakit, waktu tunggu, dan
stok pengaman.
Langkah-langkah perhitungan metode morbiditas adalah :
1) Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur penyakit. Kegiatan
yang harus dilakukan :
Pengisian (Formulir 4) terlampir dengan masing-masing kolom diisi:
Kolom 1 : Nomor urut
Kolom 2 : Nomor kode penyakit.
Kolom 3 : Nama jenis penyakit diurutkan dari atas dengan jumlah paling besar.
Kolom 4 : Jumlah penderita anak dibawah 5 tahun.
Kolom 5 : Jumlah penderita dewasa
Kolom 6 : Jumlah total penderita anak dan dewasa
2) Menyiapkan data populasi penduduk.
Komposisi demografi dari populasi yang akan diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin
untuk umur antara :
0 s/d 4 tahun .
5 s/d 14 tahun.
15 s/d 44 tahun
45 tahun
3) Menyediakan data masing-masing penyakit pertahun untuk seluruh populasi pada
kelompok umur yang ada .
4) Menghitung frekuensi kejadian masing-masing penyakit pertahun untuk seluruh populasi
pada kelompok umur yang ada.
5) Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian obat menggunakan
pedoman pengobatan yang ada.
6) Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran yang akan datang
Menurut Depkes RI (2004) metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat
didasarkan pada pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan dan lead time. Langkah-langkah
yang dilakukan dalam metode ini adalah : menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani,
Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit, menyediakan
standar/pedoman pengobatan yang digunakan dan Menghitung perkiraan kebutuhan obat.
Adapun Jenis data yang diperlukan untuk perhitungan kebutuhan obat dengan metode
morbiditas adalah Perkiraan jumlah populasi, Komposisi demografi yang diklasifikasikan
untuk umur antara : 0 – 4 tahun; 5 – 14 tahun; 15 – 44 tahun; ≥ 45 tahun, menetapkan pola
morbiditas penyakit berdasarkan umur–penyakit, frekuensi kejadian masing-masing penyakit,
pedoman pengobatan untuk menghitung jumlah dan jenis obat, dan Menghitung perkiraan
kebutuhan obat
Menurut Depkes RI (2004) jenis data dan sumber data untuk merencanakan obat;
No Jenis Data Sumber Data
1. Jumlah pemakaian LPLPO (Sub unit) buku catatan / resep
2. Jumlah kunjungan Laporan penyakit (LB 1)
3. Pemakaian Riil Buku catatan / resep/ LPLPO
4. Lama kekosongan obat Buku catatan / LPLPO / kartu stok
5. Sisa stok LPLPO sub unit / buku catatan/ kartu stok
6. Data penyakit Laporan penyakit (LB 1)
7. Jumlah penduduk / Statistik
keadaan demografi
8. Jenis dan jumlah obat Buku pedoman pengobatan
yang diperlukan
9. Waktu tunggu (Lead Puskesmas / GFK
Time)
10. Jumlah pemakaian obat Lap. masing-masing program
program
11. Jumlah jenis Alkes LT 3
B. Metode ABC
Dalam perencanaan kebutuhan obat dikenal pula perhitungan obat dengan
menggunakan metode ABC. Analisis ABC adalah metode dalam manajemen persediaan
(inventory management) untuk mengendalikan sejumlah kecil barang, tetapi mempunyai nilai
investasi yang tinggi. Analisis ABC didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan
nama Hukum Pareto (Ley de Pareto), dari nama ekonom dan sosiolog Italia, Vilfredo Pareto
(1848-1923). Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase
Terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Pada tahun 1940-an, Ford
Dickie dari General Electric mengembangkan konsep Pareto ini untuk menciptakan konsep
ABC dalam klasifikasi barang persediaan. Berdasarkan hukum Pareto, analisis ABC dapat
menggolongkan barang berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan
kemudian dibagi menjadi kelas-kelas besar terprioritas, biasanya kelas dinamai A, B, C, dan
seterusnya secara berurutan dari peringkat nilai tertinggi hingga terendah, oleh karena itu
analisis ini dinamakan “Analisis ABC”. Umumnya kelas A memiliki jumlah jenis barang yang
sedikit, namun memiliki nilai yang sangat tinggi (Quick dkk, 1997)
Menurut Quick dkk (1997) Analisis ABC digunakan untuk menganalisa tingkat
konsumsi semua jenis obat. Analisis ini mengenai 3 kelas yaitu:
a) A (Always)
Obat harus ada karena berhubungan dengan pengendalian dalam pengadaannya.
Persentase kumulatifnya antara 75%-80%. Kelas A tersebut menunjukkan 10%-20%
macam persediaan memiliki 70%-80% dari total biaya persediaan. Hal ini berarti
persediaan memiliki nilai jual yang tinggi sehingga memerlukan pengawasan ekstra dan
pengendalian yang harus baik
b) B (Better)
Kelas B, 20-40% item obat di rumah sakit dengan alokasi dana 10-15% dari keseluruhan
anggaran obat. Persentase kumulatifnya antara 80-95%
c) C (Control)
Obat mempunyai nilai yang rendah, yaitu sekitar 5% namun jumlah obat sangat
banyak, yaitu mencapai 60%. Karena obat selalu tersedia maka pengendalian pada tingkat
ini tidak begitu berat. Persentase kumulatifnya antara 95%-100%
Tabel. Pareto ABC
C. Analisa VEN
Metode lain dalam perencanaan obat adalah dengan menggunakan metode analisa
VEN. Seorang perencana dalam menyusun kebutuhan obat dengan melihat kriteria V = Vital,
E = Esensial dan N = Non Esensial. Menurut Quick dkk (1997) Analisis VEN merupakan
analisa yang digunakan untuk menetapkan prioritas pembelian obat serta menentukan tingkat
stok yang aman dan harga penjualan obat. Kategori dari obat-obat VEN yaitu:
a) V (Vital)
Merupakan obat-obat yang harus ada, yang diperlukan untuk menyelamatkan
kehidupan, masuk dalam kategori potensial life saving drug, mempunyai efek samping
withdrawl secara signifikan (pemberian harus secara teratur dan penghentiannya tidak
tiba-tiba) atau sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan. Kriteria nilai kritis
obat ini adalah kelompok obat yang sangat essensial atau vital untuk memperpanjang
hidup, untuk mengatasi penyakit penyebab kematian ataupun untuk pelayanan pokok
kesehatan. Pada obat kelompok ini tidak boleh terjadi kekosongan.
b) E (Essensial)
Merupakan obat-obat yang efektif untuk mengurangi rasa kesakitan, namun sangat
signifikan untuk bermacam-macam penyakit tetapi tidak vital secara absolut, hanya untuk
penyediaan sistem dasar. Kriteria nilai kritis obat ini adalah obat yang bekerja kausal
yaitu obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit dan yang banyak digunakan
dalam pengobatan penyakit terbanyak. Kekosongan obat kelompok ini dapat ditolelir
kurang dari 48 jam
c) N (Non Essensial)
Merupakan obat-obat yang digunakan untuk penyakit yang dapat sembuh sendiri
dan obat yang diragukan manfaatnya dibanding obat lain yang sejenis. Kriteria nilai krisis
obat ini adalah obat penunjang agar tindakan atau pengobatan menjadi lebih baik, untuk
kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan. Kekosongan obat kelompok ini dapat ditolerir
lebih dari 48 jam
Menurut Kepmenkes RI (2008) Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan dana obat yang terbatas adalah dengan mengelompokkan obat yang didasarkan
kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan, semua jenis obat yang tercantum dalam daftar
obat di kelompokkan kedalam tiga kelompok berikut :
Kelompok V :
Kelompok obat yang vital, yang termasuk dalam kelompok ini antara lain :
Obat penyelamat (life saving drugs),
Obat untuk pelayanan kesehatan pokok (vaksin, dll),
Obat untuk mengatasi penyaikt-penyakit penyebab kematian terbesar
Kelompok E :
Kelompok obat yang bekerja kausal, yaitu obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit.
Kelompok N:
Merupakan obat penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan dan biasa dipergunakan untuk
menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan.
Penggolangan obat sistem VEN dapat digunakan untuk :
a. Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang tersedia. Obat-obatan yang
perlu di tambah atau dikurangi dapat didasarkan atas pengelompokan obat menurut VEN.
b. Dalam penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk dalam kelompok V agar
diusahakan tidak terjadi kekosongan obat. Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan
lebih dahulu kriteria penentuan VEN. Kriteria sebaiknya disusun oleh suatu tim. Dalam
menentukan kriteria perlu dipertimbangkan kondisi dan kebutuhan masing-masing wilayah.
Kriteria yang disusun dapat mencakup berbagai aspek antara lain ;
Klinis
Konsumsi
Target kondisi
Biaya
Langkah-langkah menentukan VEN
Menyusun kriteria menentukan VEN
Menyediakan data pola penyakit
Merujuk pada pedoman pengobatan
Untuk memudahkan penentuan persentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan sebaiknya
dibuat dalam bentuk tabel :
Nama Obat Jumlah Obat Harga Obat Jumlah Persentase
Harga Obat
Ampicilin
Amoxicicilin
Paracetamol
Diazepam
Cotrimoksazol
Total Dana Yang dibutuhkan
A = ( B + C+ D) – E
A. = Rencana pengadaan
B. = Pemakaian rata-rata x 12 %
C. = Stok pengaman 10 % - 20 %
D. =Waktu tunggu 3 – 6 bulan
E. =Sisa stok
Jawaban :
Jumah kasus diare non spesifik pada anak = 200 x 90 % = 180 kasus
Episode kejadian 2 kali = 2 x 180 = 360 kasus
Jumlah oralit yang dibutuhkan perkasus = 3 hari x 3 bungkus = 9 bungkus
Total oralit yang dibutuhkan = 9 bks x 360 kasus = 3.240 bks oralit @ 200 ml.
Formulir 5
b. Pelaksanaan X
c. Pengendalian X
II PENGADAAN
a. Persiapan X
b. Pelaksanaan X X X X X
c. Pengendalian X X X X X
RENCANA KEBUTUHAN PERBEKALAN KESEHATAN
RSUD DAHA SEJAHTERA 2022
E-CATALOG
N
NAMA OBAT SAT JUMLAH HARGA TOTAL DISTRIBUTOR
O
1 4 5 6 7 8 9 10
1 Ryzodeg Insulin pcs 200 112.000 22.400.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
2 Novorapid Insulin pcs 80 89.500 7.160.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
3 KSR tab 600 mg tab 2.000 1.842 3.684.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
4 Asam Mefenamat 500 mg tab 15.000 117 1.755.000 Ecat PT. PARIT PADANG GLOBAL
5 Amoxicilin 500 mg tab 10.000 231 2.310.000 Ecat PT. PARIT PADANG GLOBAL
6 Cefixime 100 mg tab 10.000 398 3.980.000 Ecat PT. PARIT PADANG GLOBAL
7 Manitol Infus 20% botol 200 24.350 4.870.000 Ecat PT. MERAPI UTAMA PHARMA
8 Infus Glukosa 10% botol 140 7.200 1.008.000 Ecat PT. MERAPI UTAMA PHARMA
9 MgSO4 Injeksi 40% amp 30 4.700 141.000 Ecat PT. MERAPI UTAMA PHARMA
10 Infus KA-EN 3B botol 200 11.500 2.300.000 Ecat PT. MERAPI UTAMA PHARMA
11 Calcitriol 0,25 mcg kaps 3.000 2.600 7.800.000 Ecat PT.KIMIA FARMA
12 Triamnicolon Injeksi Vial 100 33.500 3.350.000 Ecat PT.ANTARMITRA SEMBADA
13 Budesonid Injeksi ampul 200 10.400 2.080.000 Ecat PT. PARIT PADANG GLOBAL
14 Valsartan 80 mg tablet 900 415 373.500 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
15 Propiltiourasil 100 mg tablet 1.000 440 440.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
16 Ranitidin 150 mg tablet 5.000 85 425.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
17 Cefotaxim 0,5 g vial 3.000 3.188 9.564.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
18 Terazosin 1 mg tablet 1.000 580 580.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
19 Atorvastatin tab 10 mg tablet 2.100 323 678.300 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
20 As. Valproat tab 250 tablet 1.000 3.200 3.200.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
21 Spironolakton tab 25 mg tablet 3.000 220 660.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
22 As. Valproat sirup 250 mg/5 ml botol 50 12.752 637.600 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
23 Candesartan 8 mg tablet 12.000 212 2.544.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
24 Ryzodeg pen 400 112.000 44.800.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
25 Amlodipin 10 mg tablet 8.000 74 592.000 Ecat PT. MERAPI UTAMA PHARMA
26 Domperidon 10 mg tab tablet 7.000 75 525.000 Ecat PT. MERAPI UTAMA PHARMA
27 Cetirizin 10 mg tab tablet 5.000 52 260.000 Ecat PT. MERAPI UTAMA PHARMA
28 KAEN Infus botol 1.000 11.500 11.500.000 Ecat PT. MERAPI UTAMA PHARMA
29 Omeprazol 20 mg kaps kapsul 5.000 129 645.000 Ecat PT. ENSEVAL PUTERA MEGATRADING
30 Metformin 500 mg tablet 8.000 77 616.000 Ecat PT. ENSEVAL PUTERA MEGATRADING
31 Lansoprazole 30 mg kaps kapsul 3.000 278 834.000 Ecat PT. ENSEVAL PUTERA MEGATRADING
32 Irbesartan tab 150 mg tablet 600 425 255.000 Ecat PT. ENSEVAL PUTERA MEGATRADING
33 Metilprednisolon tab 4 mg tablet 7.000 102 714.000 Ecat PT. ENSEVAL PUTERA MEGATRADING
34 Cefotaxim 1 g vial 5.000 3.050 15.250.000 Ecat PT. ENSEVAL PUTERA MEGATRADING
35 Ampisilin 1 g +Sulbaktam 500 mg (Bactesyn) vial 200 20.010 4.002.000 Ecat PT. ENSEVAL PUTERA MEGATRADING
36 Insulin Ezelin pcs 70 89.000 6.230.000 Ecat PT. ENSEVAL PUTERA MEGATRADING
37 Dopamin HCL inj ampul 50 3.945 197.250 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
38 Ondansentron Inj ampul 3.000 963 2.889.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
39 Betahistin tab 6 mg tablet 5.000 92 460.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
40 Cefixime sirup 100 mg/5 ml botol 200 5.195 1.039.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
41 Gliklaxid 80 mg tablet 3.000 212 636.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
42 Diltiazem 30 mg tablet 500 140 70.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
43 Levofloxacin Infus 500 ml botol 500 9.148 4.574.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
44 As. Valproat Syr btl 200 12.752 2.550.400 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
45 Ketamin Inj 100 mg/ml amp 20 15.587 311.740 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
46 Bisoprolol 2,5 mg tab 4.000 135 540.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
47 Levofloxacin Inf btl 400 9.148 3.659.200 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
48 Arixtra Injeksi ampul 50 246.750 12.337.500 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
49 Lisinopril 10 mg tablet 3.000 148 444.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
50 Ceftriaxon 1 g vial 5.000 2.899 14.495.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
51 As. Ursodeoksikolat 250 mg kapsul 900 1.847 1.662.300 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
52 Sucralfate 500 mg tab tablet 2.000 263 526.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
53 Candesartan 16 mg tablet 3.000 319 957.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
54 Metoklopamid Injeksi ampul 3.000 1.983 5.949.000 Ecat PT. RAJAWALI
55 Aminofusin Pediatrik 250 ml botol 50 57.300 2.865.000 Ecat PT. ENSEVAL
56 Ciloztazol 100 mg tab tablet 3.000 5.900 17.700.000 Ecat PT. TRI SAPTA JAYA
57 Sucralfate sirup 500 mg/5 ml botol 1.000 6.130 6.130.000 Ecat PT. MERAPI UTAMA PHARMA
58 Noretisteron (Luteron) tablet 300 1.499 449.700 Ecat PT. MERAPI UTAMA PHARMA
59 Klindamisin kaps 300 mg kapsul 500 594 297.000 Ecat PT. MERAPI UTAMA PHARMA
60 Karbamazepin 200 mg tablet 5.000 216 1.080.000 Ecat PT. MERAPI UTAMA PHARMA
61 Diazepam 5 mg tablet 5.000 108 540.000 Ecat PT. MERAPI UTAMA PHARMA
62 Triheksifenidil tab 2 mg tablet 8.000 63 504.000 Ecat PT. MERAPI UTAMA PHARMA
63 Antasida tablet tablet 3.000 54 162.000 Ecat PT. MERAPI UTAMA PHARMA
64 Isoflurane Inhalsi botol 2 289.000 578.000 Ecat PT. MERAPI UTAMA PHARMA
65 Metamizol Injeksi ampul 5.000 3.045 15.225.000 Ecat KIMIA FARMA
66 Pirazinamid 500 mg tablet 2.000 263 526.000 Ecat KIMIA FARMA
67 Prednison 5 mg tablet 6.000 73 438.000 Ecat KIMIA FARMA
68 Eritromisin Syr 200 mg/5ml botol 120 7.436 892.320 Ecat KIMIA FARMA
69 Propanolol 10 mg tablet 6.000 63 378.000 Ecat KIMIA FARMA
70 Isoniazid 100 mg tablet 2.000 77 154.000 Ecat KIMIA FARMA
71 Amlodipin 5 mg tablet 5.000 55 275.000 Ecat KIMIA FARMA
72 Fenobarbital 30 mg tab tablet 300 182 54.600 Ecat KIMIA FARMA
73 Antihemoroid supp suppo 500 3.260 1.630.000 Ecat KIMIA FARMA
74 Codein tab 10 mg tablet 3.000 605 1.815.000 Ecat KIMIA FARMA
75 Vit K 2 mg/ml ampul 210 1.452 304.920 Ecat PT. KIMIA FARMA
76 Na.Diclofenak 25 mg tablet 4.500 115 517.500 Ecat PT. KIMIA FARMA
77 Na.Diclofenak 50 mg tablet 3.000 109 327.000 Ecat PT. KIMIA FARMA
78 Lidocain Injeksi 2% ampul 300 891 267.300 Ecat PT. KIMIA FARMA
79 Zink tab 20 mg tablet 3.000 253 759.000 Ecat PT. KIMIA FARMA
80 Ampisilin Injeksi vial 300 9.900 2.970.000 Ecat PT. KIMIA FARMA
81 Fenitoin Injeksi ampul 100 2.596 259.600 Ecat PT. KIMIA FARMA
82 Asetilsistein kaps 200 mg kapsul 3.000 317 951.000 Ecat INDOFARMA GLOBAL MEDIKA
83 Tab Tambah Darah tablet 9.000 255 2.295.000 Ecat INDOFARMA GLOBAL MEDIKA
84 Mineral Mix sachet 400 2.981 1.192.400 Ecat INDOFARMA GLOBAL MEDIKA
85 Gentamisin Inj 40 mg/ml ampul 30 3.355 100.650 Ecat INDOFARMA GLOBAL MEDIKA
86 Asam Folat 400 mcg tablet 5.000 45 225.000 Ecat INDOFARMA GLOBAL MEDIKA
87 Vit B Komplek tablet 30.000 60 1.800.000 Ecat INDOFARMA GLOBAL MEDIKA
88 Oksitosin Injeksi 10 IU/ml ampul 1.000 1.248 1.248.000 Ecat PT. ANUGRAH PHARMINDO LESTARI
89 Enoksaparin Sodium 60 g/0,6 ml pcs 50 125.325 6.266.250 Ecat PT. ANUGRAH PHARMINDO LESTARI
90 Kolkisin 500 mcg tablet 1.800 671 1.207.800 Ecat PT. ANUGRAH PHARMINDO LESTARI
91 Permetrin krim 5% tube 100 7.238 723.800 Ecat PT. ANUGRAH PHARMINDO LESTARI
92 Zink drop botol 50 5.397 269.850 Ecat PT. ANUGRAH PHARMINDO LESTARI
93 Karbimazole 5 mg (Neo Mercazole) tablet 2.000 1.195 2.390.000 Ecat PT.KEBAYORAN PHARMA
94 Lipofundin 20% 100 ml botol 20 71.350 1.427.000 Ecat PT.PARIT PADANG GLOBAL
95 Heparin Na 5000 IU vial 70 46.635 3.264.450 Ecat PT.PARIT PADANG GLOBAL
96 Tetagam pcs 10 146.800 1.468.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
97 Norefinefrin Inj 1 mg/ml ampul 50 6.613 330.650 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
98 Gabapentin Kaps 300 mg kapsul 1.500 673 1.009.500 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
99 Furosemid Inj 10 mg/ml ampul 400 969 387.600 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
10
Desoximetason cream tube 48 9.500 456.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
0
10
Calsium glukonas Inj 10% ampul 48 6.199 297.552 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
1
10
Ryzodeg pcs 100 112.000 11.200.000 Ecat PT. ANUGRAH ARGON MEDICA
2
10
Clopidogrel 75 mg tablet 3.600 575 2.070.000 Ecat PT. KIMIA FARMA
3
10
Hidroklorotiazid tab 25 mg tablet 500 148 74.000 Ecat PT. KIMIA FARMA
4
10
Nitrokaf Retard 2,5 mg kapsul 1.000 1.650 1.650.000 Ecat PT. KIMIA FARMA
5
10
Omeprazol Injeksi vial 3.000 5.346 16.038.000 Ecat PT. KIMIA FARMA
6
10
Aminofilin Injeksi ampul 90 2.836 255.240 Ecat PT. KIMIA FARMA
7
10
Ranitidin Injeksi ampul 5000 858 4.290.000 Ecat PT. KIMIA FARMA
8
10
Calcitriol 0,5 mcg kapsul 2100 2600 5.460.000 Ecat PT. KIMIA FARMA
9
11
Hemapo 3.000 pcs 30 80000 2.400.000 Ecat PT. KIMIA FARMA
0
11
Calcium Carbonat 500 mg tablet 500 500 250.000 Ecat PT. KIMIA FARMA
1
11
Amoksilin Sirup 125 mg/ml botol 300 2050 615.000 Ecat PT. KIMIA FARMA
2
11
Miniaspi 80 mg tablet 5000 89 445.000 Ecat PT. KIMIA FARMA
3
11
Alprazolam 0,5 mg tablet 3000 78 234.000 Ecat PT. KIMIA FARMA
4
11
Kompolax botol 120 5550 666.000 Ecat PT. KIMIA FARMA
5
11
Efedrin ampul 50 6486 324.300 Ecat PT. KIMIA FARMA
6
11
Atracur 50 mg/5 ml ampul 20 14235 284.700 Ecat PT. KIMIA FARMA
7
11
Bupicain ampul 20 25040 500.800 Ecat PT. KIMIA FARMA
8