Anda di halaman 1dari 8

Kementerian Pertahanan RI, Jangan Salah Pilih Frigate

Oleh: Djono W. Oesman

Tentara Nasional Indonesia, Angkatan Laut, sudah lama berniat mengganti Frigate kelas Ahmad Yani,
yang sudah menua. Frigate ini yang dibeli pada tahun 1980-an dari Angkatan Laut Belanda,
dikategorikan dalam kelas Van Speijk, ini aslinya yang dibuat tahun 1967.

Kementerian Pertahanan Indonesia saat ini berniat untuk membeli, frigate dari empat kelas yang
berbeda. Keempat kelas tersebut adalah, kelas Iver Huitfeldt Class buatan Denmark, kelas Fremm
Multipurpose Frigate buatan Italia, kelas Mogami Class buatan Jepang, serta kelas Arrowhead 140
buatan Inggris yang merupakan sub-kelas turunan dari Iver Huitfled Denmark yang dimodifikasi
sedemikian rupa guna keperluan pengawalan pantai.

Tapi, dari keempat calon itu, Kementerian Pertahanan akan memilih yang mana?

Apa akan mengambil keempatnya? Apakah dasarnya dalam memilih jenis Frigate dari berbagai kelas
yang berbeda tersebut? Ancaman pertahanan apa yang membutuhkan jenis Frigate dengan kelas yang
beragam tersebut? Bagaimana nanti urusan pengoperasian dan logistiknya?

Pertanyaan-pertanyaan itu kerap muncul untuk bisa memastikan operability, readiness serta ketepatan
alut sista tersebut dalam menghadapi potensi ancaman yang akan dihadapinya nanti yang tentunya juga
perlu memperhatikan konteks perkembangan teknologi alut sista di kawasan saat ini.

Sebenarnya, pemerintah sudah sempat menentukan pilihan frigate kelas Iver Huitfeldt buatan Denmark.
Pemilihan itu antara lain diambil dengan memperhatikan siapa negara pemilik teknologi itu karena
Indonesia pernah memiliki pengalaman buruk di embargo oleh antara lain negara Inggris dan Amerika
Serikat yang tidak membolehkan produk alut sista produksi mereka digunakan untuk kepentingan
Indonesia khususnya dalam menangani masalah-masalah pemberontakan separatisme di dalam negeri
sendiri.

Dalam perencanaan pengadaan frigate-frigate ini, Pemerintah akan membeli lisensi produksi dimana
pembuatannya akan dikerjakan oleh BUMN, PT PAL.
Ide dari strategi ini adalah untuk memastikan kemampuan sendiri dan mulai melepas diri dari
ketergantungan negara lain saat pengoperasiannya nanti dan atau bila diingikan untuk memperbanyak
produk secara mandiri.

Kontrak pembukaan (preamble contract) pembelian lisensi produksi sudah ditandatangi pada 30 April
2020 di Jakarta, di hadapan perwakilan dari Kementerian Pertahanan, galangan kapal PT PAL Indonesia,
dan perusahaan Denmark, Odense Maritime Technology (OMT) Sea, sebagai perwakilan OMT Denmark.

Sayangnya, kontrak kesepakatan itu tanpa sebab yang jelas kemudian dibatalkan dan dialihkan kepada
pihak Babcock Inggris yang memproduksi Frigate Arrowhead 140 sebagai frigate turunan atau subclass
dari frigate aslinya yaitu kelas Iver Huitfledt, Denmark, yang sampai saat ini kelas Iver Huitfeldt masih
menjadi Frigate tempur andalan NATO dan merupakan salah satu kelas Frigate dunia saat ini yang
memiliki kemampuan anti peperangan kapal selam dan anti pertahanan udara yang canggih serta
peperangan kapal permukaan.

Tapi, ada hal yang mungkin jauh lebih menarik yaitu dipilihnya produk negara Inggris yang jadi negara
yang diberikan catatan untuk dihindari karena pengalaman embargo yang pernah dirasakan Indonesia
saat alut sistanya akan digunakan.

Mudah-mudahan ini adalah tanda diplomasi pertahanan yang positif kalau Indonesia tidak akan lagi
diembargo oleh Inggris khususnya saat alut sista mereka yang dibeli Indonesia akan digunakan untuk
keperluan apapun termasuk menghadapi pemberontak separatisme dalam negeri.

Kontrak beli lisensi produk frigate Arrowhead 140 sudah ditandatangani di London, Inggris, 16
September 2021 oleh CEO PT PAL Indonesia, Kaharuddin Djenod, dan CEO Rosyth Royal Dockyard Ltd,
David Lockwood. yang disaksikan Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto. Disaat yang sama, kontrak
dengan OMT Sea yang masih berlaku terus menimbulkan pertanyaan apakah kelas Iver Huitfeldt ini juga
masih akan dibangun untuk Angkatan Laut Indonesia?

Untuk lebih mengenal spesifikasi keempat frigate yang jadi incaran Kementerian Pertahanan RI itu,
demikianadalah sebagai berikut:

1. IVER HUITFELDT CLASS buatan Denmark.


Dibangun oleh Odense Steel Shipyard di Denmark pada tahun 2008. Beroperasi sejak tahun 2012 di
Angkatan Laut Kerajaan Denmark. Sebanyak 3 unit (F361,F362 dan F363).

Deskripsi

Frigate ini dibangun berdasarkan pengalaman pembangunan kapal komando kelas Absalon. Penggunaan
rancang lambung yang sama telah menghasilkan penghematan biaya dibandingkan dengan fregat Eropa
yang setara.

Kapasitas awak kapal lebih dari 100 orang dengan dimensi panjang 138,7 meter dan lebar 19,75 meter.
Bobot standar dari kapal ini mencapai 5.850 ton sedangkan bobot maksimal dapat mencapai 6.645 ton.

Kapal ini mampu berlayar di lautan dengan kecepatan mencapai 30 knot dengan jangkauan 9300
Nautical Mile. Artinya kapal ini dapat mengarungi lautan dari Sabang sampai Merauke pulang pergi non-
stop tanpa perlu pengisian bahan bakar.

Frigate ini terutama dimaksudkan untuk pertahanan anti-pesawat dengan peluru kendali standar. Tetapi
juga, untuk pertama kalinya bagi Angkatan Laut Denmark, dengan peluru kendali jelajah BGM-109
Tomahawk.

Iver Huitfeldt berbobot 6645 ton. Didukung empat mesin diesel MTU 20V 8000 M70 dalam konfigurasi
gabungan diesel dan diesel (CODAD), memberikan kecepatan tertinggi sekitar 30 knot.

Menurut Defencyclopedia, kelas Iver Huitfeldt adalah frigate terbaik keempat di dunia, di awal abad ke-
21.

Persenjataan

* Dilengkapi dengan 2 unit meriam Otomelara 76 mm di bagian depan. Sistem senjata pertahanan anti
rudal (CIWS) 35 mm di bagian buritan.

* Rudal sistem peluncuran vertikal (Vertical Launching System - VLS) untuk rudal anti-udara dan
permukaan, di bagian tengah kapal.
* Misil SM-2 dengan jangkauan 150 km dan misil RIM-162 Evolved Sea Sparrow dengan jangkauan 50
km.

* Dua senjata meriam OTO Melara 76 mm dan 1 unit 35 mm Oerlikon Millennium Close-In Weapon
System (CIWS).

* Jenis terbaru yang paling canggih. Dengan Oerlikon Millennium CIWS berkecepatan 1.000 round per
minute dapat mencegat serangan peluru kendali lawan.

2. FREMM MULTIPURPOSE buatan Italia

Dilansir dari laman Naval Technology, fregat kelas FREMM memiliki panjang 140 meter dan lebar 20
meter. Daya tampung penumpang 108 orang.

Deskripsi

Kontraktor utama untuk program FREMM adalah Armaris dari Perancis dan Orizzonte Sistemi Navali dari
Italia. Sedangkan pemerintah Indonesia, tertarik pada Orizzonte Sistem Navali dari Italia.

Orizzonte Sistemi Navali, adalah perusahaan joint venture antara Fincantieri dan Finmeccanica.

Kapal ini mampu berjalan dengan kecepatan maksimum adalah 27 knot dan 15 knot untuk operasi anti-
kapal selam.

Persenjataan

* Sistem rudal SAAM Aster 15 untuk kemampuan pertahanan udara. Jangkauan minimum 1,7 kilometer,
jangkauan maksimum 30 kilometer terhadap ancaman udara subsonik. Namun hingga saat ini rudal ini
kemungkinan masih belum dapat dimiliki oleh Indonesia.

* Rudal anti kapal skimming laut Teseo Mk2.


* Teseo Mk2 menggunakan panduan inersia yang diperbarui, dan memiliki jangkauan hingga 55
kilometer.

* Dua sistem peluncuran vertikal DCNS Sylver A43.

* Senjata anti-kapal selam segala cuaca, Milas.

* Sistem itu dapat membawa dan melepaskan torpedo ringan seperti MU-90 di dekat kapal selam
musuh yang ditentukan.

* Rudal anti-kapal Exocet MM40 blok tiga milik MBDA. Dikendalikan melalui konsol multifungsi CMS oleh
sistem kontrol senjata. Mer-Mer.

3. MOGAMI CLASS buatan Jepang.

Dikutip dari Janes, Mogami Class masih dalam tahap sea trial. Ini dibangun untuk Angkatan Laut Bela Diri
Jepang, atau Japan Maritime Self-Defense Force (JMSDF).

Deskripsi

Berbobot 3.900 ton, dibangun Jepang dengan biaya sekitar JPY47,6 miliar atau setara dengan USD431
juta.

Daya tampung penumpang 90 orang dengan lebar kapalnya 16,3 m dan draft lambung 9 m.

Mogami Class didukung sistem propulsi gabungan, diesel dan gas (CODAG) yang menampilkan dua
mesin diesel MAN 12V28/33D STC dan satu turbin gas Rolls-Royce MT30.

Persenjataan

* Rudal TYPE-03 jarak menengah.


* Rudal permukaan-ke-udara, 5-inci (127mm) atau meriam kaliber 62,

* Rudal anti-kapal yang diluncurkan tabung,

* Sistem senjata jarak dekat SeaRAM. Sistem itu menggunakan Rudal Bergulir RIM-116C yang
ditingkatkan.

* Rudal dengan sistem peluncuran vertikal.

4. ARROWHEAD 140 prototipe buatan Inggris, tapi belum lahir. Istilahnya, belum Ship Commisioning

Frigat UK ini diadopsi sepenuhnya mengadopsi dasar rancang bangun dari Iver Huitfeldt Class buatan
Denmark.

Arrowhead 140 dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan Royal Navy, UK dimana fungsi utamanya adalah
Patrol Ship. sebagai light frigate.

Beberapa komponen dari Iver Huitfeldt, pada design baru Arrowhead Royal Navy, UK, dihilangkan.
Seperti Degaussing System dan Fin Stabilizer, sistem pertahanan NBCD dan bow thruster.

Arrowhead menggunakan design Iver Huitfeldt Class, yang fungsi utama kapal Iver adalah full Combat.
Sekarang ini kontrak designnya di pindahkan ke Design Babcock Arrowhead 140.

Untuk Arrowhead Royal Navy Perubahan Design dan produksinya sudah dilakukan di Rosyth Royal
Dockyard Ltd (Babcock) sebagai penyedia desain Arrowhead 140.

Deskripsi

Kapal Arrowhead Royal Navy, UK buatan Babcock ini, akan disesuaikan lagi sesuai keinginan AL
Indonesia. Dimana, perubahan engine dan Diesel generator yang lebih besar. Penyesuaian ini akan
membutuhkan waktu.
Berbeda dgn di Arrowhead versi Royal Navy, UK. Kapal yang ditawarkan ke Indonesia ini dirancang
mengusung main engine dengan spesifikasi 4 x 9100 kW.

Tenaga tersebut mampu memacu kapal dengan maximum speed 28 knot dengan kondisi MCR (full
boad)., endurance pada 18 knot sebesar 8.000 Nautical Mile.

Kapal Frigate nantinya juga akan dilengkapi dengan diesel generator 4×1360 kW dan emergency D/G
1X180 kW. Untuk kemudahan manuver, kapal ini dilengkapi dengan Bow Thruster sebesar 925 kW.

Persenjataan

* Rudal sistem pertahanan udara, yakni peluncur rudal vertikal jarak sedang (Vertical launcher missile
surface to air medium range) 3×8 cells.

* Rudal vertikal ke udara dengan jarak jauh (Vertical launcher Missile Surface to Air Long range) 4×8 cells

* Rudal vertikal ke permukaan dengan jarak jauh (Vertical launcher missile surface to surface long range)
2×8 cells. Akan dilakukan proses pemasangan dengan sistem Fit For But Not With (FFBNW). Apabila
frigate arrowhead 140 disesuaikan dengan kebutuhan sesuai spesifikasi Indonesia, maka designnya akan
dikembalikan sesuai design Iver Huiltfeldt.

Dengan melihat perbedaan spesifikasi masing-masing kelas Frigate yang akan dibeli, maka lebih mudah
bagi kita untuk bisa membedakan kelebihan sekaligus kekurangan dari masing-masing produk.

Lepas dari spesifikasi dari kelas masing-masing, Pemerintah dalam hal ini Kementrian Pertahanan RI
perlu bersikap bijak untuk mensiasati kiat produksi dari kapal-kapal tersebut mengingat kapasitas
terbatas yang dimiliki oleh PT PAL di Surabaya.

UU Cipta Kerja yang baru disahkan memang bisa dimanfaatkan oleh Kementrian Pertahanan dalam
memberikan hak pelaksanaan produksi kapal-kapal pesanannya untuk dibangun diluar PT PAL. Lepas
dari itu, bentuk lisensi produksi juga musti diperhatikan tentang kewajiban-kewajiban dibalik hak
intelektual produk yang biasanya akan mengingkat produsen dalam keleluasaan menjual produk
tersebut.
Sebagai negara maritim, Indonesia wajib memiliki pertahanan laut yang kuat. Adalah suatu keharusan
bagi Indonesia untuk memilih freigate terbaik yang handal dan mampu menjawab tantangan
ancamanan setidaknya di kawasan sendiri yang saat ini tengah sarat dengan potensi konflik dimana
sebagian wilayah kedaulatan Zona Ekonomi Eksklusifnya dekat pulau Natuna tengah diklaim oleh pihak
Tiongkok yang saat ini sangat aktif beroperasi diwilayah Indonesia yang diklaimnya itu secara sepihak.

Keterbatasan dana anggaran belanja negara yang juga masih harus berhadapan dengan pandemi covid
menyebabkan perlu bijak dalam menentukan produk yang terjangkau tetapi memenuhi kriteria
spesifikasi yang diperlukan. Bijak juga berarti untuk tidak memilih jenis produk yang terlalu banyak
karena kerumitan penyediaan logistik operasionalnya juga bagaian penting yang harus diperhatikan.
Memenuhi semua kriteria yang ditentukan serta dapat dioperasikan sesuai kebutuhan pertahanan
Indonesia. Salah dalam menentukan frigate akan berpotensi beresiko menghadapi perkembangan
lingkungan strategis dimasa yang akan datang.

Semoga apa yang harapan bangsa ini bisa segera terwujud. Jales veva jaya mahe!! (*)

Anda mungkin juga menyukai