Anda di halaman 1dari 67

KUMPULAN ARTIKEL

1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ


2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN
SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP HAMBANYA.,
(DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTA CONTOH KASUS).
3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA
4. KEUTAMAAN SHODAQOH BERSERTA DALIL-DALILNYA
5. SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA
6. KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-
DALILNYA
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pendidikan
Agama Islam

Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

NAMA : DIA MUSTIKA PRAWITA


NIM : C1G021073
PRODI/KELAS : AGRIBISNIS/B

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii


BAB I PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ ....... 1
BAB II DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP
HAMBANYA., (DALIL, TERJEMAHAN,
PENJELASAN, SERTA CONTOH KASUS) .................................................................... 19
BAB III DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA ...................... 29
BAB IV KEUTAMAAN SHODAQOH BERSERTA DALIL-DALILNYA ..................... 36
BAB V SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA ........................ 43
BAB VI KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-
DALILNYA ........................................................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 64

ii
BAB I
PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ

Allah SWT melimpahkan rezeki,kebahagiaan, dan kenikmatan dunia lainnya kepada setiap
orang yang Dia kehendaki. Kenikmatan tersebut bisa menjadi peringatan akan azab Allah
apabila diberikan kepada orang yang sering melalaikan ibadah dan merasa tenang dalam
maksiatnya.

Peringatan istidroj termaktub dalam QS. Al An'am ayat 44 sebagai berikut:

َ‫ن‬Gُkِcnْ j‫ ِ َذا ھُ` ﱡ‬qَQ ًsَWtْ Nَ `ُaَlٰ uْ َvَ‫ ۟ا أ‬Gٓ ُI‫ أُو‬KLَ ِN ‫ا‬Gُ
۟ OPَQ ‫ إ َذا‬Uٓ ٰ ‫ﱠ‬WOَ ‫ ٍء‬Uَ
ِ ِ
۟ P^‫ ُذ ﱢ‬ej ‫ا‬Gُ
َ Gَْ ٰ Nَ‫ ْ` أ‬aِ bْ َcdَ eَf ْgَWَQ ‫ۦ‬iِ ِN ‫ُوا‬
ْ [ ‫ب ُ^]ﱢ‬ ۟
َ kَl eL‫َ ﱠ‬cَQ

Artinya: "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila
mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka
dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (QS. Al An'am:
44).

Dalam tafsir Al Ahzar jilid 3, istidraj menurut ayat di atas artinya dikeluarkan dari garis lurus
kebenaran tanpa disadari. Allah SWT memperlakukan apa yang dia kehendaki, dibukakan
segala pintu, hingga orang tersebut lupa diri.

Ibaratnya tidak ingat bahwa sesudah panas pasti ada hujan, sesudah lautan tenang gelombang
pasti datang. Mereka dibiarkan berbuat maksiat dengan hawa nafsunya hingga tersesat jauh.
Lalu, siksaan Allah datang sekonyong-konyong.

Dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, istidraj artinya pembiaran. Yaitu pembiaran
karena tidak mau berhenti melakukan hal-hal yang memalukan (maksiat). Istidraj merupakan
peringatan keras dari Allah SWT.

Malik Al-Mughis dalam bukunya yang berjudul Demi Masa menjelaskan, istidraj adalah
pemberian kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah agar mereka terus menerus
lalai. Hingga pada suatu ketika semua kesenangan itu dicabut oleh Allah, mereka akan
termangu dalam penyesalan yang terlambat.

1
Allah SWT berfirman dalam QS. al-Qalam ayat 44 sebagai berikut:

ِ |‚ِ gَ …‫ا ْٱ‬uَ َaٰ Nِ ُ‫ب‬u‫• |ُ َ‡ ﱢ‬jَ ‫ َو‬Uِl ْ‫ر‬uَ َQ


ُ bOَ •ْ j‫ُ` ﱢ‬a€ُ ‫َ ْ‚ ِر‬Wkْ َfƒَ ۖ ~
َ‫ن‬GLُ َc{ْ |َ }َ ~ْ

Artinya: "Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang


mendustakan perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-
angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui," (QS. al-Qalam: 44)

Orang mukmin akan merasa takut dengan istidroj, yakni kenikmatan semu yang sejatinya
murka Allah SWT. Namun sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman akan beranggapan
bahwa kesenangan yang mereka peroleh merupakan sesuatu yang layak didapatkan.

Biasanya, istidroj diberikan kepada orang-orang yang mati hatinya. Mereka adalah orang
yang tidak merasa bersedih atas ketaatan yang ditinggalkan dan tidak menyesal atas
kemaksiatan yang terus dilakukan.

Cara termudah untuk membedakan kesenangan yang datangnya dari kemurahan Allah dengan
istidraj adalah ketakwaan. Jika orang tersebut taat dalam beribadah, bisa jadi nikmat yang
diterima adalah kemurahan Allah. Begitupun sebaliknya, apabila orang tersebut lalai dalam
ibadah bisa jadi itu merupakan istidraj.

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad yang berasal dari sahabat Rasulullah SAW,
'Uqbah bin Amir, Rasulullah SAW bersabda: "Apabila engkau lihat Allah memberikan
sebagian keduniaan kepada hamba-Nya, apa saja yang diingininya dengan serba-serbi
kemaksiatannya maka pemberian yang demikian adalah istidraj." (HR. Ahmad)

Sebagai Muslim, kita harus berhati-hati dengan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
Untuk itu, kita diperintahkan untuk menafkahkan sebagian harta yang kita peroleh kepada
orang yang membutuhkan.

Bahagia Tapi Tak Berkah, Ini Pengertian dan Ciri-Ciri Istidraj

Bagi kamu yang saat ini sedang diliputi kebahagiaan, sedang merasakan rezeki yang lancar,
kenaikan jabatan atau pun kebahagiaan lainnya, memang sangat menyenangkan. Kamu harus
waspada apabila kamu merasakan itu semua tapi sering melalaikan ibadah. Bisa jadi saat ini
kamu sedang mengalami istidraj.

Apa itu istidraj? Yuk, simak pembahasan berikut ini agar kamu semakin paham apa itu
istidraj, cirinya dan tanda kamu sedang diuji dengan istidraj

2
1. Pengertian Istidraj

Istidraj diambil dari kata 'daraja' (bahasa Arab) yang berarti naik satu tingkatan ke tingkatan
berikutnya. Namun, lebih dikenal sebagai istilah azab yang berupa kenikmatan.

Dalam Alquran pembahasan mengenai istidraj dibahas pada Surat Al-An'am ayat 44 yang
berbunyi sebagai berikut.

Gُkِcnْ j‫ ِ َذا ھُ` ﱡ‬qَQ ًsَWtْ Nَ `ُaَlٰ uْ َvَ‫ ۟ا أ‬Gٓ ُI‫ٓ أُو‬eLَ ِN ‫ا‬Gُ
۟ OPَQ ‫ إ َذا‬Uٓ ٰ ‫ﱠ‬WOَ ‫ ٍء‬Uَ
ِ ِ
۟ P^‫ ُذ ﱢ‬ej ‫ا‬Gُ
َ Gَْ ٰ Nَ‫ ْ` أ‬aِ bْ َcdَ eَf ْgَWَQ ‫ۦ‬iِ ِN ‫ُوا‬
ْ [ ‫ب ُ^]ﱢ‬ ۟
َ kَl eL‫َ ﱠ‬cَQ

Fa lammā nasu mā żukkiru bihī fatahnā 'alaihim abwāba kulli syaī`, hattā iżā farihu bimā utū
akhażnāhum bagtatan fa iżā hum mublisun

Artinya: Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila
mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka
dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.

2. Ciri-Ciri umum istidraj

Beberapa mungkin tidak akan sadar bahwa ini adalah ciri istidraj. Bila kamu mendapati
dirimu jarang beribadah, namun nyatanya pekerjaan kamu terasa sangat lancar, bisa jadi itu
merupakan istidraj yang diberikan kepadamu.

Pekerjaan dan rezeki yang berlimpah yang kamu dapatkan merupakan ujian sesungguhnya
dari Allah SWT. Karena, Allah SWT ingin melihat, apakah dengan rezeki yang kamu
dapatkan itu akan membuat kamu semakin lalai dan meninggalkan ibadah, atau dapat
membuatmu ingat kepada Allah SWT sebagai Sang Maha Pemberi Rezeki.

3. Ciri lainnya dari istidraj adalah ketenangan

Ciri lain kamu mengalami istidraj adalah merasakan ketenangan. Di sini, ketenangan yang
dimaksud di sini adalah kamu merasa baik-baik saja dan tidak merasa bersalah atau gelisah
saat lalai menjalankan ibadah atau melakukan kegiatan yang sifatnya maksiat. Kamu bahkan
tidak merasakan penyesalan sedikit pun dalam hati setelah melakukan hal yang telah
disebutkan di atas.

Sungguh itu adalah cobaan hidup yang berat apabila kamu merasa tenang jika benar kamu
mengalami hal seperti ini dalam hidup.

3
4. Jarang sakit juga salah satu ciri istidraj

Sakit merupakan nikmat yang diberikan Allah SWT. Saat sakit, dosa-dosa berguguran dan
doa dikabulkan. Namun, jika kamu merasa jarang sakit dan sering melakukan maksiat atau
kurang beribadah, bisa jadi itu juga merupakan istidraj. Karena sesungguhnya, sakit
merupakan ujian dari Allah SWT agar hambanya selalu mengingat-Nya dan memohon
kesembuhan pada-Nya.

5. Perbanyak ibadah untuk menghindari istidraj

Agar kita dijauhkan dari istidraj, tobat dan rutin beribadah menjadi salah satu caranya. Minta
ampun kepada Allah SWT dan selalu mengingat-Nya di kala senang maupun susah, menjadi
cara terbaik untuk menghindarkan diri dari istidraj. Jangan lupa juga untuk selalu beribadah,
salat lima waktu, dan membaca Alquran, agar kita selalu dekat dengan Allah SWT.

Itulah tadi pengertian, ciri dan cara menghindari istidraj. Semoga kita termasuk dalam orang-
orang yang beriman dan dijauhkan dari istidraj.

Tidak sedikit orang yang lalai dalam ibadah justru diberikan harta yang berlimpah dari Allah
SWT. Dalam Islam, kenikmatan dunia itu disebut dengan istidraj.

Allah SWT melimpahkan rezeki, kebahagiaan, dan kenikmatan dunia lainnya kepada setiap
orang yang Dia kehendaki. Kenikmatan tersebut bisa menjadi peringatan akan azab Allah
apabila diberikan kepada orang yang sering melalaikan ibadah dan merasa tenang dalam
maksiatnya.

Peringatan istidraj termaktub dalam QS. Al An'am ayat 44 sebagai berikut:

َ‫ن‬Gُkِcnْ j‫ ِ َذا ھُ` ﱡ‬qَQ ًsَWtْ Nَ `ُaَlٰ uْ َvَ‫ ۟ا أ‬Gٓ ُI‫ أُو‬KLَ ِN ‫ا‬Gُ
۟ OPَQ ‫ إ َذا‬Uٓ ٰ ‫ﱠ‬WOَ ‫ ٍء‬Uَ
ِ ِ
۟ P^‫ ُذ ﱢ‬ej ‫ا‬Gُ
َ Gَْ ٰ Nَ‫ ْ` أ‬aِ bْ َcdَ eَf ْgَWَQ ‫ۦ‬iِ ِN ‫ُوا‬
ْ [ ‫ب ُ^]ﱢ‬ ۟
َ kَl eL‫َ ﱠ‬cَQ

Artinya: "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila
mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka
dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (QS. Al An'am:
44)

Dalam tafsir Al Ahzar jilid 3, istidraj menurut ayat di atas artinya dikeluarkan dari garis lurus
kebenaran tanpa disadari. Allah SWT memperlakukan apa yang dia kehendaki, dibukakan
segala pintu, hingga orang tersebut lupa diri.

4
Ibaratnya tidak ingat bahwa sesudah panas pasti ada hujan, sesudah lautan tenang gelombang
pasti datang. Mereka dibiarkan berbuat maksiat dengan hawa nafsunya hingga tersesat jauh.
Lalu, siksaan Allah datang sekonyong-konyong.

Dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, istidraj artinya pembiaran. Yaitu pembiaran
karena tidak mau berhenti melakukan hal-hal yang memalukan (maksiat). Istidraj merupakan
peringatan keras dari Allah SWT.

Malik Al-Mughis dalam bukunya yang berjudul Demi Masa menjelaskan, istidraj adalah
pemberian kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah agar mereka terus menerus
lalai. Hingga pada suatu ketika semua kesenangan itu dicabut oleh Allah, mereka akan
termangu dalam penyesalan yang terlambat.

Pengertian Dakwah Menurut Bahasa dan Istilah

Allah SWT berfirman dalam QS. al-Qalam ayat 44 sebagai berikut:

ِ |‚ِ gَ …‫ا ْٱ‬uَ َaٰ Nِ ُ‫ب‬u‫• |ُ َ‡ ﱢ‬jَ ‫ َو‬Uِl ْ‫ر‬uَ َQ


ُ bOَ •ْ j‫ُ` ﱢ‬a€ُ ‫َ ْ‚ ِر‬Wkْ َfƒَ ۖ ~
َ‫ن‬GLُ َc{ْ |َ }َ ~ْ

Artinya: "Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang


mendustakan perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-
angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui," (QS. al-Qalam: 44)

Orang mukmin akan merasa takut dengan istidraj, yakni kenikmatan semu yang sejatinya
murka Allah SWT. Namun sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman akan beranggapan
bahwa kesenangan yang mereka peroleh merupakan sesuatu yang layak didapatkan.

Biasanya, istidraj diberikan kepada orang-orang yang mati hatinya. Mereka adalah orang yang
tidak merasa bersedih atas ketaatan yang ditinggalkan dan tidak menyesal atas kemaksiatan
yang terus dilakukan.

Cara termudah untuk membedakan kesenangan yang datangnya dari kemurahan Allah dengan
istidraj adalah ketakwaan. Jika orang tersebut taat dalam beribadah, bisa jadi nikmat yang
diterima adalah kemurahan Allah. Begitupun sebaliknya, apabila orang tersebut lalai dalam
ibadah bisa jadi itu merupakan istidraj.

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad yang berasal dari sahabat Rasulullah SAW,
'Uqbah bin Amir, Rasulullah SAW bersabda: "Apabila engkau lihat Allah memberikan

5
sebagian keduniaan kepada hamba-Nya, apa saja yang diingininya dengan serba-serbi
kemaksiatannya maka pemberian yang demikian adalah istidraj." (HR. Ahmad)

Sebagai Muslim, kita harus berhati-hati dengan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
Untuk itu, kita diperintahkan untuk menafkahkan sebagian harta yang kita peroleh kepada
orang yang membutuhkan.

Pernahkah di antara kita berbangga saat memiliki kemewahan, menduduki jabatan bergengsi,
dan kenimatan-kenikmatan lain yang padahal diri kita saat itu malas untuk beribadah?

Cobalah mulai saat ini jangan terburu-buru untuk bangga dengan yang kita dapatkan itu.
Sebab, apabila semua itu didapat melalui jalan yang buruk–semisal korupsi, suap, atau cara-
cara haram lainnya. Semua harta, jabatan, dan kenikmatan-kenikmatan lainnya yang nyaman
itu bukanlah nikmat yang patut dibanggakan, bisa jadi semua itu merupakan malapetaka
(niqmah) yang mesti kita waspadai.

Dalam islam, hal ini disebut juga dengan Istidraj. Istilah ini mengarah pada jebakan bagi kita
sebagai manusia berupa kenikmatan, yang dengan kenikmatan itu kita menjadi lalai dan
binasa.

Istidraj sendiri secara bahasa bermakna naik dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya.
Sedangkan secara pengertian, istidraj ini dapat bermakna sebagai ‘hukuman’ dari Allah
kepada hambanya yang diberikan sedikit demi sedikit, tidak secara langsung. Allah tidak
menyegerakan hukumannya. Sebagaimana firman Allah:

ُ bOَ •ْ jِ `ْ ُa€ُ ‫َ ْ‚ ِر‬Wkْ َfƒَ


َ‫ن‬GLُ َc{ْ |َ َ} ~ْ

Artinya: “Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsurangsur (ke arah
kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (Qs Al-Qalam: 44)

Hadits Mengenai Istidraj


Untuk semakin memahami makna istidraj, coba kita simak hadist Rasul yang diriwayatkan
oleh Uqbah bin Amir

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir ra, Rasulullah saw bersabda: “Bila kamu melihat Allah memberi pada
hamba (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan
kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang
disegerakan) dari Allah.” Kemudian Rasulullah saw membaca ayat yang berbunyi, “Maka
tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun

6
membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka
bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan
sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa (Qs Al-An’am: 44).” (HR.
Ahmad)

Dari pengertian dan dalil di atas kita dapat menyimpulkan bahwasannya Istidraj itu adalah
jebakan berupa pemberian nikmat karena kita bermaksiat, dimana nikmat tersebut dapat
makin melalaikan kita, sehingga kita yang seharusnya dengan apa yang kita dapatkan itu
bersyukur dan semakin dekat dengan Allah, maka bisa makin terjerumus ke dalam
kemaksiatan bila tidak segera sadar dan bertaubat.

Ciri-Ciri Istidraj
Untuk menghindari dari perilaku ini, kita sebagai muslim harus mengetahui beberapa ciri
istidraj. Diantara ciri-cirinya adalah:

1. Nikmat dunia yang semakin bertambah, Namun keimanan kita semakin menurun.

Ketika Allah senantiasa memberikan kenikmatan-kenikmatan duniawi pada seseorang


sedangkan keimanannya semakin menurun. Perlu diketahui bahwasannya itu adalah salah satu
ciri dari istidraj.

Allah Yang Maha Pengasih memberikan kenikmatan duniawi kepada kita. Namun, tanpa kita
sadari, kenikmatan tersebut justru adalah ujian yang sungguh berat pertanggung jawabannya
di akhirat nanti.

Selain itu, kenikmatan yang dirasakan oleh seseorang yang beriman dengan yang tidak
beriman rasanya akan berbeda. Seseorang yang beriman akan senantiasa bersyukur dan
mendapati ketenangan yang sangat menentramkan dalam hidupnya. Berbeda dengan apa
yang dirasakan oleh orang yang tidak beriman, mereka akan terus merasa kurang dan gelisah
walaupun tengah menikmati semua kemudahan dan kebahagiaan yang Allah berikan tersebut.

Mengenai kewajiban manusia dalam menjaga keimanannya, Allah berfirman dalam surat ali
Imran yang berbunyi:

}َ ْ ۖ`aِ N‫ ْ• ﱠر ﱢ‬jِ َ‫ْ ن‬G‫ﱡ‬bِn‫ﱠ‬f…‫ َوا‬Ukْٰ bdِ ‫ َو‬Uƒٰ ْGjُ ™َ ِI ْ‫ٓ اُو‬ejَ ‫ ِط َو‬eَnƒْ َ}‫ب َو ْا‬ َ gْٰ ƒِ‫ َ] َوا‬bْ {ِ ٰLْƒِ‫ َ` َوا‬bْ ‫ ِھ‬Pْٰ Nِ‫ ا‬Ucَٓ ٰ d ‫ ِ• َل‬lْ ُ‫ٓ ا‬ejَ ‫ َو‬eَfbْ َcdَ ‫ ِ• َل‬lْ ُ‫ٓ ا‬ejَ ‫—ِ َو‬e
َ ْGُ’{ْ َ|‫“ َو‬ ّ ٰ ِN e‫ﱠ‬fjَ ‫˜ُ]ْ ٰا‬
َ‫ْ ن‬GLُ ِckْ jُ ٗiَ… ُ• ْgَl‫ُ ۖ ْ` َو‬afْ j‫ ٍ‚ ﱢ‬Oَ َ‫•َ ا‬bْ َN ‫ق‬
ُ P‫َ ﱢ‬œُl

7
Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan
yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya´qub, dan anak-anaknya, dan apa yang
diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan
seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri”. (QS Ali
Imran : 84).

2. Mendapat kemudahan hidup meski terus menerus bermaksiat

Menghindari istidraj

Ali Bin Abi Thalib r.a. berkata : “Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau lihat
Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus
melakukan maksiat kepadaNya”.

Istidraj sangat jelas dalam perkara ini karena perbuatan maksiat merupakan awal dari
kehancuran dan penderitaan. Namun ketika maksiat terus dilakukan sedangkan kehidupan di
dunianya semakin sukses dan sejahtera, maka hal tersebut adalah kemurahan hati yang Allah
berikan dalam bentuk istidraj.

3. Rizki selalu bertambah, meski terus lalai dalam ibadah

Tidak semua dari kita terlahir dalam keadaan yang serba berkecukupan. Sebagian dari kita
harus berusaha keras untuk mendapatkan penghasilan dan mendekatkan diri kepada Allah
agar Allah membantu melancarkan pintu rejekinya. Namun ketika seseorang yang selalu
meninggalkan ibadahnya secara sengaja namun rejekinya terus mengalir lancar maka hal
tersebut termasuk ke dalam ciri-ciri dari istidraj.

Dimana kelancaran rejeki yang didapat tentunya disertai dengan tanggung jawab yang besar
semakin banyak rejeki yang didapat, semakin kita mengabaikan ibadah dan perintah Allah
maka akan semakin berat juga dosa yang kita tanggung.

Ibnu Athaillah berkata : “Hendaklah engkau takut jika selalu mendapat karunia Allah,
sementara engkau tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya, jangan sampai karunia itu
semata-mata istidraj oleh Allah”.

4. Semakin Kaya, Namun semakin menjadi kikir

Definisi istidraj

8
Harta yang kita peroleh bukan hanya milik kita pribadi saja. Akan tetapi di dalamnya ada
sebagian hak para fakir dan miskin, bisa dalam bentuk sedekah, zakat, infaq, dan lainnya.
Semakin besar harta yang kita miliki maka semakin besar pula sedekah atau zakat yang harus
kita keluarkan dan berikan kepada orang yang membutuhkan.

Namun kebanyakan orang malah merasa bahwa harta yang ia dapatkan adalah miliknya
seorang saja sehingga ia merasa terlalu sayang jika hartanya harus dibagi dengan orang lain
walaupun dalam bentuk sedekah atau zakat sekalipun. Maka jika Allah masih bermurah hati
menjaga harta untuknya, itu adalah salah satu ciri ujian dalam bentuk istidraj.

Allah berfirman dalam surat al-Humazah ayat 1-3 yang berbunyi:

ۚ ‫َ‚ َٗه‬cvْ َ‫ ا‬iٓ ٗ َ…ejَ ‫ُ اَ ﱠن‬¢kَ ْgَ|ۙ ‫ ﱠ‚د َٗه‬dَ ‫} ﱠو‬eً jَ ¥َ Lَ €َ ْ‫ي‬uِ ‫ َ• ٍة ۙ ا…ﱠ‬Lَ …‫ َ• ٍة ﱡ‬Lَ ُ‫َو ْ| ٌ] …ﱢ ُ‡ ﱢ] ھ‬

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. Yang mengumpulkan harta dan
menghitung-hitung. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya.“(QS. Al-
Humazah : 1-3).

Meningkatkan Keimanan Jadikan keimanan kita kepada Allah SWT sebagai dasar bagi kita
dalam menjalankan kehidupan di dunia. Karena dengan iman yang kuat keberkahan yang
sejati akan kita dapatkan dalam hidup. 2. Mengerjakan Amal Sholeh Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman yang artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman. maka sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh akan kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

Ajaran dalam agama Islam yang paling utama ialah ibadah. Seluruh umat diwajibkan untuk
senantiasa beribadah kepada Allah SWT.

Menunaikan ibadah dengan benar dan tepat waktu pun menjadi jembatan umat Islam untuk
mendapatkan berkah serta karunia dari-Nya.

Namun, beberapa umat Islam justru dianugerahi banyak nikmat dari Allah SWT meskipun
tidak pernah beribadah.

Misalnya, rezeki yang berlimpah, kehidupan bahagia, dan banyak hal duniawi sehingga tak
jarang dapat membuat orang lain iri padanya.

9
Padahal, kondisi tersebut merupakan bentuk ujian yang dinamakan Istidraj, Ma. Berikut
penjelasan tentang Istidraj serta ciri-cirinya yang telah Popmama.com rangkum dari berbagai
sumber.

1. Arti itu Istidraj

Pexels/Andrea Piacquadio

Istidraj adalah berasal dari kata 'daraja' dalam bahasa Arab yang berarti naik satu tingkatan ke
tingkatan berikutnya. Namun, Istidraj lebih dikenal sebagai istilah azab yang berupa
kenikmatan yang sengaja diberikan pada seseorang.

Jadi, Allah SWT menguji hamba-hambanya yang lalai dalam beribadah dengan melimpahkan
mereka kenikmatan dunia. Padahal, segala hal yang dinikmati tersebut adalah suatu jebakan.

Adapun dalil dalam Alquran yang menjelaskan tentang Istidraj ialah Surah Al-An'am ayat 44:
ٓ
َ‫ن‬Gُۡ kِcnۡ j‫ ِ َذا ھُ`ۡ ﱡ‬eَQ ًsَWtۡ َN ۡ`ُalٰ uَۡ vَ‫ا ا‬Gۡۤ ُI‫ اُ ۡو‬eۤ Lَ ِN ‫ا‬Gُۡ OPِ َQ ‫ اِ َذا‬UّWٰ Oَ ؕ ‫ ٍء‬Uَۡ [ ]‫اب ُ^ ﱢ‬
َ Gَ Nۡ َ‫`ۡ ا‬aِ bۡ َcdَ eَfgَۡ WَQ iٖ ِN ‫ ُۡوا‬P^‫ ُذ ﱢ‬ejَ ‫ا‬Gُۡ kَl eL‫َ ﱠ‬cَQ

Fa lammaa nasuu maa zukkiruu bihii fatahnaa ‘alaihim abwaaba kulli syaii’, hattaaa izaa
farihuu bimaaa uutuuu akhoznaahum baghtatang fa izaa hum mublisuun

Artinya: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila
mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka
dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”

Semoga Mama dan keluarga bukan golongan penerima istiraj, azab berupa kenikmatan dari
Allah SWT.

2. Ciri-ciri Istidraj, diberi kenikmatan berlimpah

Pexels/Helena Lopes

Umumnya, Istidraj terjadi pada umat Islam yang lalai dalam beribadah. Namun, mereka selalu
dapat merasakan banyak kenikmatan di dunia.

Misalnya, seorang umat yang tidak pernah menunaikan salat dan mengerjakan amalan lain,
tetapi dilimpahkan rezeki begitu banyak. Padahal, kenikmatan yang membuat mereka terlena
adalah sebuah jebakan atau azab dari Allah SWT.

Sebagaimana yang diterangkan dalam Alquran Surah Ali Imran ayat 178:

10
•ٌْ baِ j‫ابٌ ﱡ‬uَ dَ `ْ ُaَ…‫ ۚ َو‬eLً ¯ْ ِ‫َ ْ•دَا ُد ْٓوا ا‬bِ… `ْ ُaَ… ™ْ ِcLْ ُl eLَ ‫ﱠ‬lِ‫ ْ` ۗ ا‬aِ kِ ُœlْ َ}‫ ﱢ‬Pٌ bْ vَ `ْ ُaَ… ™ْ ِcLْ ُl eLَ ‫ﱠ‬lَ‫ ُْٓوا ا‬Pَœ^َ َ•|ْ uِ ‫َ ﱠ• ا…ﱠ‬nkَ ْgَ| }َ ‫َو‬

Wa laa yahsabannallaziina kafaruuu annamaa numlii lahum khoirul li’ angfusihim, innamaa
numlii lahum liyazdaaduuu ismaa, wa lahum azaabum muhiin

Artinya: “Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang
Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami
berikan kepada mereka hanyalah agar dosa semakin bertambah, dan mereka akan mendapat
azab yang menghinakan.”

Ciri-ciri Istidraj lainnya ialah rasa tenang dan tentram dalam menjalani hidup. Padahal,
dirinya selalu melakukan maksiat.

Segala dosa yang diperbuat pun terasa biasa saja, tidak merasa bersalah atau menimbulkan
kegelisahan di hati.

Ibadah juga tidak pernah ditunaikan sehingga terlalu dalam menikmati dunia. Padahal,
sesungguhnya dirinya sedang tersesat.

Hal ini karena Istidraj merupakan hukuman dari Allah SWT yang terjadi sedikit demi sedikit.

Sebagaimana dalam firman-Nya berikut:

ِ |ۡ ‚ِ ‫ـ‬gَ …‫ا ۡا‬uَ aٰ Nِ ُ‫ب‬u‫ ۡ• ﱡ| َ‡ ﱢ‬jَ ‫ َو‬Uۡ ِl‫ ۡر‬uَ َQ َ‫ ۙن‬Gۡ Lُ َc{ۡ |َ }َ ~
~ ُ bۡ Oَ •ۡ j‫ُ`ۡ ﱢ‬a€ُ ‫ َۡ‚ ِر‬Wkَۡ fƒَ ؕ◌

Fazarnii wa many yukazzibu bihaazal hadiisi sanastad rijuhum min haisu laa ya'lamuun

Artinya: “Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsurangsur (ke arah
kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (QS. Al-Qalam: 44).

4. Jarang sakit juga tanda-tanda Istidraj

Pexels/fauxels

Banyak yang berpendapat bahwa kesehatan adalah hal tak ternilai. Hingga beberapa orang
akan mengeluh jika dirinya merasa tidak sehat. Padahal, sakit merupakan bentuk nikmat dari
Allah SWT pada hambanya.

Maka, umat Islam yang jarang sakit ini pun termasuk dalam ciri-ciri tertimpa Istidraj. Ketika
tubuhnya selalu sehat, mereka biasanya akan lalai dalam ibadah dan terus terlena pada urusan-
urusan duniawi yang fana.

11
Dari Ubah bin Amir radhiallahu ‘anhu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda.

ِ {َ jَ Uَcdَ `ٌ bِ’jُ Gَُ ‫ﱡ َوھ‬¢gُِ | ejَ eَblْ ‚‫•َ ا… ﱡ‬jِ ‚َ nْ {َ …‫ْ´™ ْا‬
‫ِ ْ‚ َرا ٌج‬Wƒْ ‫ُ ا‬ifْ jِ َ²ِ…‫ َذ‬eLَ ‫ﱠ‬lِqَQ iِ b³e ‫إِ َذا َرأَ|ْ¶َ ﱠ‬
ِ {ُ| U…e{َ َI َ‫ﷲ‬

Artinya: “Apabila Anda melihat Allah SWT memberikan kenikmatan dunia kepada seorang
hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah Istidraj
dari Allah SWT.”

5. Ajarkan anak untuk rajin dalam beribadah

Setelah memahami makna Istidraj, orangtua hendaknya selalu mengingatkan anak untuk
senantiasa beribadah dan bertaubat kepada Allah SWT. Biasakanlah anak mama dan papa
agar terus mengingat Allah SWT di kala suka maupun duka.

Hal ini bertujuan untuk menghindarkan diri anak dari Istidraj, berupa kenikmatan yang
berlimpah. Padahal, kenikmatan tersebut adalah hukuman yang diberikan oleh Allah SWT.

Itulah penjelasan apa itu Istidraj beserta ciri-cirinya yang bisa orangtua ajarkan pada anak.

Sunggung mengerikan jika seseorang tergolong dalam kaum penerima istiraj, azab yang
berupa kenikamatan dari Allah SWT. Semoga dapat memotivasi Mama, Papa, dan buah hati
agar selalu istiqomah dalam menjalankan segala perintah-Nya.

Awas Bahaya 'Istidraj'

Kenali tanda-tanda 'istidraj' sehingga kekayaan dan nikmat menjadi berkah.

Secara kebahasaan, istidraj berarti 'mengulur.' Secara terminologi keagamaan, istilah itu
merujuk pada keadaan 'terus-menerus diberi kenikmatan yang melalaikan, sehingga justru
membinasakan.' Dalam pengertian sederhana, istidraj bermakna membuat seseorang
terpedaya dengan jalan terus-menerus memberi apa-apa yang dinikmatinya.

Tanda-tanda orang yang mengalami istidraj dapat berupa banyak hal. Misalnya, terasa
menyenangkan bila berbuat dosa, sehingga lalai dari memohon ampun kepada Sang Pencipta.
Biasanya, mereka yang terkurung dalam istidraj kurang berhati-hati dalam mengonsumsi
harta--apakah sumbernya halal atau haram.

Istilah istidraj diisyaratkan dalam Alquran surah al-A'raf ayat ke-182. Artinya, "Dan orang-
orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan
berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui."

12
Ungkapan "menarik mereka dengan berangsur-angsur" disebut sebagai "sanastadrijuhum".
Maka dari itu, istilah istidraj mengandung makna 'daya tarik'. Di sinilah peluang tipu daya
syaitan atau iblis dalam menjerumuskan manusia agar kian jauh dari Allah SWT. Orang-
orang yang lemah imannya akan mudah tergiur tipu daya ini.

Berbeda dengan istidraj, mukjizat memang mengandung arti "daya tarik", tetapi bertujuan
baik, yakni meninggikan ayat-ayat Allah supaya manusia yang beriman kian kuat
keimanannya. Mukjizat biasa diberikan kepada para Nabi dan Rasul untuk memperkuat
dakwah Islam kepada kaum kafir dan musyrik.

Bila istidraj bersifat menyesatkan, mukjizat mengembalikan seseorang pada jalan kebenaran.
Hanya saja, wajar bila manusia yang lemah imannya mudah terpedaya dalam istidraj. Sebab,
yang menarik hati dan pandangan mereka adalah kenikmatan duniawi, entah itu kekayaan,
kemewahan, tubuh yang rupawan, dan sebagainya.

Apa solusi untuk menghindari istidraj? Minimal, dengan banyak-banyak introspeksi. Lihat
surah al-Anfaal ayat 29 (artinya), "Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa
kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan ...." Itulah instrumen yang
ditanam dalam diri setiap orang yang beriman.

Mereka merasakan getaran hati, firasat, atau ilham, dari Allah SWT sebagai awal introspeksi
diri. Biasanya, saat mengenang perbuatan-perbuatan buruk yang pernah dilakukannya, maka
timbul perasaan menyesal.

Ketika hati diingatkan untuk memohon ampun, maka itulah "perahu" yang menyelamatkan
dari arus istidraj. Agar sinyal taubat itu ada, hendaknya seorang beriman menjaga diri dari
harta yang haram dan berupaya konsisten dalam menjalankan perintah-perintah Allah.

Namun, karena sudah menjadi sunnatullah, berbagai persoalan hidup, solusinya sangat
tergantung ada atau tidaknya rasa syukur kepada Allah pada diri seseorang, bahwa hanya
Allah yang memberikan masalah dan juga yang mengangkatnya.

Karenanya, bersyukur tidak hanya dilakukan ketika harapan terkabul, tapi juga dituntut untuk
tetap merasa bersyukur dalam keadaan apa pun.

Yaitu, menggunakan semua nikmat yang kita terima sesuai keinginan Allah untuk beribadah
dan meraih keridhaan-Nya.

13
Sementara tidak adanya rasa syukur atas segala nikmat diberikan Allah, merupakan bentuk
dari Istidraj yang membuat seseorang semakin jauh dari Allah dan melahirkan kesombongan
dengan nikmat-nikmat yang diterima.

Hal itu disampaikan Ustaz H. Ridwan Ibrahim, S.Ag M.Pd, Kabid Dakwah Dinas Syariat
Islam Kota Banda Aceh, saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam
(KWPSI) di Meunasah Manyang, Pagar Air, Rabu (27/2) malam.

"Sudah sepatutnya kita sebagai seorang hamba terus menambah kesyukuran kepada Allah atas
segala nikmat-Nya yang tiada tara. Nikmat kehidupan ini, nikmat kesehatan, nikmat harta,
keluarga atau segudang nikmat kesenangan hidup yang telah Allah SWT anugerahkan kepada
kita. Karena kalau tidak, itulah kita sudah terkena penyakit Istidraj, yaitu nikmat yang
menjauhkan kita dari Allah," ujar Ustaz Ridwan Ibrahim.

Imuem Chik Masjid Haji Keuchik Leumiek Lamseupeung ini menyebutkan, Istidraj itu
hakikatnya lupa pada nikmat Allah, nikmat menjadikan seseorang menjadi sombong, lalai
dalam ketaatan beribadah, kerap berbuat dosa dan gemar bermaksiat.

"Dengan segala nikmat yang terus diterima, apa yang dilarang Allah justru itu yang
dikerjakan dan yang disuruh Allah justru itu yang sering ditinggalkan. Jika demikian adanya,
maka nikmat itu akan menjadi Istidraj yaitu azab Allah yang ditangguhkan sampai tiba
saatnya nanti akan dibalas Allah baik ketika masih berada di dunia lebih-lebih di akhirat
kelak," ungkap Ustaz Ridwan.

Hal ini sesuai dengan penegasan Alquran dalam Surat Ali-Imran ayat 178 yang artinya,"Dan
janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada
mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka
hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan".

"Mungkin dari kita banyak yang bertanya ‘padahal dia adalah seorang yang banyak dosa,
gemar bermaksiat, malas ibadah dan ingkar pada Allah, kok bisa ya kaya dan sukses terus?’
Jangan heran dulu, karena mungkin saja semua karunia yang ia terima adalah ‘Istidraj’ dari
Allah," jelasnya.

Meski derajatnya terus naik dari satu tingkatan ke tingkatan selanjutnya semakin terpadang di
mata manusia, itu adalah Istidraj dari Allah kepada hamba sebagai ‘hukuman’ yang diberikan
sedikit demi sedikit dan tidak diberikan langsung.

14
Allah SWT biarkan orang ini dan tidak disegerakan azabnya. Sebagaimana ditegaskan dalam
Surat Al-An'am ayat 44 yang artinya, "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah
diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka,
sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami
siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa".

"Maka berhati-hatilah kita. Apabila kita melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada
seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya
adalah istidraj dari Allah. Sederhananya, jika melihat orang yang secara agama ibadahnya
buruk, sementara maksiat kepada Allah dan manusia jalan terus, lalu rezekinya Allah berikan
melimpah, kesenangan hidup begitu mudah ia dapatkan, tidak pernah sakit dan jarang
tertimpa musibah, panjang umur, bahkan Allah berikan kekuatan pada fisiknya. Maka,
waspadalah sebab bisa jadi itu adalah istidraj baginya dan bukan kemuliaan," ungkapnya.

Ustaz Ridwan Ibrahim menyampaikan beberapa ciri-ciri tertimpa Istidraj antara lain, Pertama,
ibadahnya makin lama makin menurun, tapi nikmat terus bertambah. Semakin sedikit ibadah
tapi makin tambah umur.

Kedua, terus melakukan kemaksiatan tapi kesuksesan hidup justru semakin melimpah. Ali
Bin Abi Thalib ra berkata, “Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau lihat Tuhanmu
terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan
maksiat kepada-Nya.”

Ketiga, semakin banyak dan melimpah hartanya tapi semakin kikir. Sangat sulit bersedekah
dan berinfak di jalan Allah, tapi kalau untuk kepentingan kesenangan duniawi, sangat mudah
mengeluarkan harta termasuk untuk mempertahankan kekuasaannya. Ia mengira harta yang
ditumpuknya akan mengokohkan posisi dan kekuasaannya.

Keempat, jarang sakit. Imam Syafi’i berkata, “Setiap orang pasti pernah mengalami sakit
suatu ketika dalam hidupnya, jika engkau tidak pernah sakit, lihatlah ke belakang mungkin
ada yang salah dengan dirimu". Sakit juga jika kita menerimanya dengan ikhlas, bisa menjadi
penggugur dosa dan sering-sering ingat kepada Allah untuk minta kesembuhan.

“Agar terhindar dari Istidraj, maka gunakan nikmat sesuai keinginan Allah sebagai tanda
syukur. Gunakan harta yang sesuai yang disukai Allah. Dengan infak di jalan Allah.
Hendaklah kita takut jika selalu mendapat nikmat Allah, sementara kita tetap dalam perbuatan
maksiat kepada-Nya. Jangan sampai nikmat menjadi tabungan dosa. Yang harus kita ingat,

15
kita bisa buat apa saja, apakah itu baik dan jahat, syukur atau ingkar, maksiat atau taat, tapi
ingat semuanya itu akan dibalas oleh Allah dengan ganjaran yang setimpal," pungkasnya.

Di dunia yang penuh fatamorgana ini, sering kita menyaksikan kehidupan manusia bahwa
mereka selalu berada dalam kecukupannnya terutama dalam memenuhi aspek kebutuhan
duniawi. Salah satu hal yang dipat dilihat bahwa, dalam aspek kesehatan, ada sebagian
manusia sangat jarang mengalami sakit bahkan tidak ada sama sekali. Kemudian dalam
bidang rezkinya juga selalu bertambah, padahal kehidupannya selalu bergelimangan dalam
lembah kemaksiatan. Ada juga sebagian orang yang tidak taat dan kufur sering tampak hidup
makin membaik, segar bugar tanpa sakit, makin jauh dari kemiskinan, dan seterusnya. Tidak
perlu heran karena di sinilah sebenarnya rahmat Allah untuk mereka. Sehingga keadaan yang
demikian memunculkan tanda Tanya bagi hamba lain, “kenapa dia selalu sehat, kenapa rezki
si pulan selalu melimpah, kenapa anak dia sangat pinter, kenapa keluarganya selalu sukses,
kenapa istri dia bertambah terus, kenapa pangkatnya melonjak terus, padahal dia termasuk
hamba yang jauh dengan Allah dan mengingkari perintah-Nya.

Pertanyaan yang demikian wajar muncul, tetapi ketahuilah bahwa bisa saja kelebihan yang
diperoleh tersebut belum tentu selalu membawa rahmat bahkan sebaliknya sebagai dari
malapetaka, kalau dalam perspektif Islam sering disebut dengan “Istidraj”.

Istidraj adalah semacam perangkap bagi manusia di mana mereka yang durhaka kepada Allah
tampak semakin makmur, jaya, dan sejahtera. Tetapi sejatinya peningkatan kemakmuran yang
terus beranjak naik bahkan melimpah itu sejatinya adalah uluran atau semacam penundaan
untuk azab Allah yang pada gilirannya lebih dahsyat menimpa yang bersangkutan.

Istidraj adalah ujian tersembunyi di balik sebuah anugerah Allah. Istidraj terambil dari kata
‘daraj’ (angsuran), seperti anak kecil yang mulai berjalan selangkah demi selangkah. Terambil
dari kata ini juga adalah anak tangga di mana seseorang dapat naik ke atas. Sama halnya
dengan orang yang diistidraj. Ia dicekal melalui nikmat sedikit demi sedikit tanpa sadar. Allah
berfirman, ‘Kami memperdayakan mereka dari jalan yang mereka tak ketahui,’ maksudnya
kami cekal mereka dengan kenikmatan, lalu Kami jerumuskan mereka ke dalam siksa tanpa
mereka sadar. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-An ayat 44 yang berbunyi :

َ‫ن‬Gُkِcnْ jُ `ْ ُ‫ ِ َذا ھ‬qَQ ًsَWtْ َN `ْ ُ‫ھ‬eَluْ َvَ‫ا أ‬GُI‫ أُو‬eLَ ِN ‫ا‬GُOPِ َQ ‫ إِ َذا‬U‫ﱠ‬WOَ ‫َ™ ٍء‬ َ Gَْ Nَ‫ ْ` أ‬aِ bْ َcdَ eَf ْgَWَQ iِ ِN ‫ُوا‬P^‫ ُذ ﱢ‬ejَ ‫ا‬Gُkَl eL‫َ ﱠ‬cَQ
ْ [ ‫اب ُ^]ﱢ‬

Artinya: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila

16
mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka
dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am:
44).

Salanjutnya dalam Tafsir Al Jalalain (hal. 141) disebutkan, “Ketika mereka meninggalkan
peringatan yang diberikan pada mereka, tidak mau mengindahkan peringatan tersebut, Allah
buka pada mereka segala pintu nikmat sebagai bentuk istidraj pada mereka. Sampai mereka
berbangga akan hal itu dengan sombongnya. Kemudian kami siksa mereka dengan tiba-tiba.
Lantas mereka pun terdiam dari segala kebaikan.”

Selanjutnya, berdasarkan hadis dari ‘Uqbah bin ‘Amir ra, Rasulullah Saw bersabda:

ِ {َ jَ Uَcdَ `ٌ bِ’jُ Gَُ ‫ﱡ َوھ‬¢gُِ | ejَ eَblْ ‚‫•َ ا… ﱡ‬jِ ‚َ nْ {َ …‫ْ´™ ْا‬
‫ِ ْ‚ َرا ٌج‬Wƒْ ‫ُ ا‬ifjِ َ²ِ…‫ َذ‬eLَ ‫ﱠ‬lِqَQ iِ bْ ³e ِ {ُ| Uَ…e{َ َI َ‫إِ َذا َرأَ|ْ¶َ ﷲ‬

Artinya: “Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang
diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah)
bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR.
Ahmad 4: 145. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari
jalur lain).

Perihal ini Syekh Zarruq berkata, ‘Wahai para murid, takutlah pada karunia-Nya untukmu
berupa kesehatan, kelapangan, kucuran deras rezeki, dan aliran deras kekuatan baik material
maupun spiritual di tengah kedurhakaanmu terhadap-Nya berupa kelalaian dan keteledoran,’”
(Lihat Syekh Ibnu Ajibah, Iqazhul Himam fi Syarhil Hikam, Beirut, Darul Fikr, halaman
101).

Orang yang terjaga mata batinnya selalu waspada dan khawatir atas penambahan nikmat dari
Allah berupa harta, jabatan, status, eksistensi, dan lain sebagainya. Mereka khawatir nikmat
itu merupakan istidraj dari Allah karena kerap lalai bersyukur atas nikmat itu. Kekhawatiran
ini merupakan sifat orang-orang beriman.

“Takut pada ujian melalui nikmat Allah adalah sifat orang beriman. Tidak takut pada ujian
kenikmatan di tengah kedurhakaan adalah sifat orang kafir. Sebagian ulama mengatakan,
tanda-tanda istidraj adalah durhaka kepada Allah, terperdaya dengan ketenangan waktu,
mengandung penundaan siksa atas kewajiban sampai pada-Nya. Ini adalah tipudaya
tersembunyi. Allah berfirman, ‘Kami memperdayakan mereka dari jalan yang mereka tak
ketahui,’ maksudnya tanpa mereka sadari. Syekh Ibnu Athaillah berkata, ‘Setiap kali mereka
bermaksiat, Kami perbarui nikmat untuk mereka dan kami membuat mereka lupa pada

17
istighfar atas maksiat tersebut,’” (Lihat Syekh Ibnu Abbad, Syarhul Hikam, Indonesia,
Maktabah Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah, halaman 51).

BAB II

18
DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN
SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP HAMBANYA., (DALIL,
TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTA CONTOH KASUS).

Setiap pribadi manusia akan ditangguhkan dosa yang diperbuatnya hingga hari kiamat.
Namun terdapat tiga dosa besar yang balasannya akan disegeraka Allah SWT di dunia.

}‫ ﱠإ‬sِ jeb’…‫م ا‬G|


ِ U…‫ َء إ‬e[ ej eafj ُ‫ ﷲ‬Pُ vº|
ِ ‫ب‬ ٍ Gl‫ ^]ﱡ ذ‬: ‫ل‬e˜ `cƒ‫ و‬ibcd ‫ ﷲ‬Uc³ ™‫ِ ﱢ‬n‫ﱠ‬f…‫ َِ• ا‬d ،ُifْ dَ ُ‫ﷲ‬ ِ ‫ةَ َر‬Pَ ‡ْ َN ™ِNَ‫َ• أ‬d
‫¼ َ™ ﱠ‬
‫ت‬ِ GLَ …‫] ا‬n˜ ِ | ،`ِ O‫ﱠ‬P…‫َ ا‬s{b´˜ ‫ أو‬،•|َ
َ ebl‚‫™ ا… ﱡ‬Q eaِnOe¿… ]ُ À{ُ ِ ‚…‫ا‬G…‫ق ا‬
َ G’d‫ و‬،™t
َ َn…‫ا‬

Hal ini sesuai dalam hadist dari Abu Bakrah RA, Rasulullah SAW bersabda,” Setiap dosa
akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT hingga hari kiamat, kecuali al-baghy
(zalim), durhaka kepada orang tua dan memutuskan silaturahim, Allah akan menyegerakan di
dunia sebelum kematian menjemput.” (HR Al Hakim, Al Mustadrak No 7345).

Pertama, dosa orang yang berbuat zalim balasannya akan disegerakan. zalim adalah perbuatan
melampaui batas dalam melakukan keburukan.

Perbuatan zalim dapat mengotori hati, seperti sombong, dengki, ghibah, fitnah, dusta, dan lain
sebagainya. Karena itu zalim termasuk dari dosa besar.

Manusia yang zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa pedih di akhirat.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran:

“ `ٌ bِ…َ‫ابٌ أ‬uَ dَ `ْ ُaَ… َ²ِÁَ…ٰ ‫“ ۚ أُو‬


‫ ﱢ‬gَ …‫ ْا‬Pِْ btَ ِN ‫ض‬
ِ ْ‫َر‬Ã‫ِ™ ْا‬Q َ‫ن‬Gtُ nْ َ|‫س َو‬e ْ َ| َ•|uِ ‫ ا…ﱠ‬Uَcdَ ]ُ bِnk‫ ا… ﱠ‬eLَ ‫ﱠ‬lِ‫إ‬Sesungguhnya dosa itu
َ ‫ﱠ‬f…‫نَ ا‬GLُ ِcÅ
atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi
tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS Asy-Syura: 42)

Kedua, orang yang durhaka kepada orang tua. Sikap buruk dan tidak menghormati serta tidak
menyayangi kedua orang tua, adalah sikap yang sangat tercela, karena merekalah penyebab
keberadaan kita di dunia ini.

Jika sikap ini dilakukan, maka akan mengundang kemurkaan dari Allah SWT di dunia ini,
antara lain dalam bentuk pembangkangan sikap yang dilakukan anak-anak mereka.

Karena itu, sikap ihsan baik dalam ucapan maupun perbuatan merupakan suatu kewajiban
agama sekaligus merupakan suatu kebutuhan. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah
SWT:

19
ْ]ُ˜‫ َو‬eLَ ُ‫ْ ھ‬Pَafْ َI }َ ‫ أُفﱟ َو‬eLَ ُaَ… ْ]ُ’َI Êَ َQ eLَ ُ‫ھ‬Êَ ^ِ ْ‫ أَو‬eLَ ُ‫ ُ‚ھ‬Oَ َ‫ أ‬Pَ َn‡ِ …‫‚َكَ ْا‬fْ dِ •َ‫ ﱠ‬tُcnْ َ| ej‫ ۚ إِ ﱠ‬eًlekَ ْOِ‫ا…ِ َ‚| ِْ• إ‬Gَ …eْ Nِ ‫هُ َو‬e‫ُ‚ُوا إِ ﱠ} إِ|ﱠ‬n{ْ َI }‫َ أَ ﱠ‬²N‫ َر ﱡ‬Uٰ Ç
َ َ˜‫َو‬
Pِ ^َ }ً ْGَ˜ eLَ ُaَ…

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia.” (QS Al-Isra: 23).

Ketiga, dosa orang yang memutuskan silaturahim. Islam tidak menyukai orang-orang yang
memutuskan tali persaudaraan.

Islam mengancam dan mengecam secara tegas orang-orang yang memutuskan tali
persaudaraan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda dari Abu Muhammad Jubiar bin
Muth’im RA:

ِ َ˜ َs‫ﱠ‬fÀ…‫ا‬
“ ¥ٌ ‫ط‬e ‫ل ﱠ‬Gƒ‫ر‬
َ َ˜ ‫ﷲ ﷺ‬
َ ]ُ vُ ‚ْ َ| } :‫ل‬e َ ْ jُ •N
‫ أَ ﱠن‬ifd ‫´ ِ{ ٍ` ر¼™ ﷲ‬ ِ Pِْ bَn€ُ ‚Lgj ™Nَ‫• أ‬dTidak akan masuk
surga orang yang memutus (silaturahim)." (HR Bukhari dan Muslim).

Islam begitu tegas terhadap hubungan baik sesama manusia. Oleh karena itu, orang yang tidak
mau berbuat baik dan justru memutus persaudaraan, Islam pun memberikan ancaman yang
keras, yakni tidak akan masuk surga sebagai balasannya. Sungguh mengerikan.

Bagaimana keterangan Rasulullah SAW tentang orang-orang yang durhaka kepada orang
tuanya? Berikut ulasannya seperti dilansir Islam Web pada Jumat (7/5).

Terkait larangan berbuat durhaka kepada orang tua dijelaskan dalam sejumlah riwayat antara
lain sebagai berikut:

Pertama, hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan riwayat lainnya dari Mughirah bin
Syu'bah. Nabi Muhammad SAW bersabda:

‫ل‬eL…‫ ا‬sde¼‫ال وإ‬ºk…‫ة ا‬PË^‫ و‬: ‫ل‬e˜‫] و‬b˜ `‡… ‫ه‬P^‫ و‬، ‫ت‬e‫ وھ‬e{fj‫ و‬، ‫ت‬efn…‫ت ووأد ا‬eajÃ‫ق ا‬G’d `‡bcd ‫م‬PO ‫إن ﷲ‬
"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian berbuat durhaka kepada para ibu kalian, dan
mengharamkan mengubur anak perempuan hidup-hidup, menolak kewajiban dan menuntut
yang bukan haknya. Allah juga membenci kika kalian menyebarkan kabar burung, banyak
bertanya, dan menyia-nyiakan harta?”

Kedua, Imam Bukhari dan Imam Muslim serta sejumlah perawi hadits lainnya mengabarkan
hadits dari Abu Bakar. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

20
‫ل‬G˜‫ أ} و‬: ‫ل‬e’Q ÌcÀQ eÁ‡Wj ‫ن‬e^‫ و‬، •|‚…‫ا‬G…‫ق ا‬G’d‫— و‬eN ‫اك‬P[Í‫ل ا‬e˜ ‫ل ﷲ‬Gƒ‫ ر‬e| UcN efc˜ ‫ ؟‬e¯Ê¯ PÏen‡…‫ ا‬Pn^ÐN `‡Ánl‫أ} أ‬
¶‡ƒ iWb… efc˜ UWO e‫رھ‬P‡| ‫ زال‬eLQ ، ‫دة ا…•ور‬ea[‫ا…•ور و‬

‘Maukah aku ceritakan kepada kalian dosa besar yang paling besar, yaitu tiga perkara? Kami
menjawab, Ya, Rasulullah. Rasulullah berkata: Menyekutukan Allah, dan mendurhakai dua
orang tua.Rasulullah sedang bersandar lalu duduk, maka berkata Rasulullah: Tidak
mengatakan kebohongan dan kesaksian palsu. Beliau terus mengulainya sampai kami berkata
semoga beliau berhenti."

Ketiga, dalam hadits Imam Bukhari dari Abdullah bin Amr bin Aas, dari Nabi SAW berkata:

" ‫س‬GLt…‫• ا‬bLb…‫ وا‬، Ìœf…‫] ا‬W˜‫ و‬، •|‚…‫ا‬G…‫ق ا‬G’d‫ و‬، —eN ‫اك‬P[Í‫ ا‬PÏen‡…‫ا‬Dosa besar itu menyekutukan Allah,
durhaka kepada kedua orang tua, membunuh manusia dan Al Yamin Al Ghomus (sumpah
palsu)."

Keempat, Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits dari
sahabat Anas, ia berkata:

" •|‚…‫ا‬G…‫ق ا‬G’d‫ و‬، —eN ‫ك‬PÒ…‫ ا‬: ‫ل‬e’Q PÏen‡…‫` ا‬cƒ‫ و‬ibcd ‫ ﷲ‬Uc³ ‫ل ﷲ‬Gƒ‫ ر‬P^‫ذ‬Rasulullah SAW menyebutkan
tentang dosa besar, beliau berkata: Dosa besar yaitu menyekutukan Allah dan durhaka pada
orang tua. "

Kelima, dalam sebuah pesan yang ditulis Rasulullah untuk penduduk Yaman yang dikirim
melalui Amar bin Hamzah dijelaskan:

، ÓO•…‫م ا‬G| ‫] ﷲ‬bnƒ ™Q ‫ار‬Pœ…‫ وا‬، “g…‫ ا‬PbtN sfjºL…‫ ا‬Ìœf…‫] ا‬W˜‫ و‬، —eN ‫اك‬P[Í‫ ا‬sjeb’…‫م ا‬G| ‫‚ ﷲ‬fd PÏen‡…‫ ا‬Pn^‫وأن أ‬
`bWb…‫ل ا‬ej ]^‫ وأ‬، eNP…‫ وأ^] ا‬، Pgk…‫` ا‬c{I‫ و‬، sf¿gL…‫™ ا‬j‫ ور‬، •|‚…‫ا‬G…‫ق ا‬G’d‫و‬

“Sesungguhnya dosa yang paling besar di sisi Allah pada hari kiamat adalah syirik,
membunuh mumkn tanpa alasan yang benar, lari dari perang ketika melawan kafir, durhaka
kepada kedua orang tua, menuduh wanita suci dengan tuduhan perzinahan, mempelajari sihir,
memakan harta riba dan memakan harta anak yatim.” (Hadits riwayat Ibnu Hibban dalam
kitab sahihnya).

Keenam, dalam hadits yang diriwayatkan Imam Nasai dan Al Bazzar dari Ibnu Umar dari
Rasulullah SAW, beliau bersabda:

i|‚…‫ا‬G… ‫ق‬e{…‫ ا‬: sfÀ…‫ن ا‬Gcv‚| } s¯Ê¯‫ و‬. ‫ءه‬e´d ‫ن‬efL…‫ وا‬، PLÔ…‫• ا‬j‚j‫ و‬، i|‚…‫ا‬G… ‫ق‬e{…‫ ا‬: sjeb’…‫م ا‬G| `ab…‫ ﷲ إ‬PÅf| } s¯Ê¯
‫ء‬ekf…‫• ا‬j sc€P…‫ وا‬، ‫ث‬G|‚…‫ وا‬،

21
“Tiga orang yang tidak akan dipandang Allah di hari kiamat. Yang durhaka kepada orang tua,
yang kecanduan alkohol, yang juga mengungkit-ungkit pemberian. Dam tiga orang yang tidak
akan masuk surga, yang durhaka pada orang tua, dayyuts (membiarkan istrinya melakukan
maksiat), dan lelaki yang menyerupai perempuan.”

Ketujuh, Imam Ahmad, Imam Nasai, Al Bazzar dan Imam Hakim meriwayatkan hadits dari
Abdullah bin Amr bin Aas, bahwa Rasulullah berkata:

“ ic‫™ أھ‬Q ~nÔ…‫ ا‬P’| ‫ي‬u…‫ث ا‬G|‚…‫ وا‬، ‫ق‬e{…‫ وا‬، PLÔ…‫• ا‬j‚j : sfÀ…‫` ا‬abcd U…e{I‫رك و‬enI ‫م ﷲ‬PO s¯Ê¯

Ada tiga orang yang Allah haramkan mereka masuk surga. Pecandu Khomr, Anak yang
durhaka pada orang tua, dan dayyuts yaitu orang yang setuju dengan maksiat yang dilakukan
keluarganya.”

Meski azab dan siksa sewajarnya ada setelah berakhirnya kehidupan manusia, tetapi tersebab
besarnya dosa, Allah pun membuka pintu azab yang bisa saja disegerakan di dunia. Berikut
adalah tiga dosa yang disegerakan azabnya di dunia berdasarkan hadis Nabi.

Pertama, tamak di dunia. Tidak jarang manusia yang terlalu sibuk pada dunianya, pikirannya
melulu soal harta dan tahtanya. Habis waktu, tenaga dan hidupnya hanya untuk tujuan
sesaatnya.

Dalam hadis riwayat Imam Tirmidzi diterangkan bahwa, “Barangsiapa menjadikan akhirat
sebagai orientasi hidupnya, maka Allah akan jadikan kekayaan ada dalam hatinya, Allah
himpun kekuatannya, dan dunia akan menghampirinya, sedang ia tidak menginginkannya,
dan (sebaliknya) barangsiapa menjadikan dunia sebagai cita-citanya, Allah jadikan kefakiran
ada di depan matanya, Allah cerai beraikan urusannya dan dunia tidak menghampirinya
kecuali apa yang sudah Allah takdirkan untuknya."

Kedua, dzalim dan durhaka pada kedua orang tua. Betapa Allah dan Rasulnya saja
memuliakannya, lantas itulah mengapa Allah mengancam anak-anak yang durhaka pada
kedua orang tuanya dengan ancaman yang tidak biasa. Berkata “ah” saja dilarang oleh
baginda Rasulullah, apalagi yang jauh lebih buruk dari itu.

Rasulullah saw menegaskan, “Ada dua pintu (amalan) yang disegerakan balasannya di dunia;
kedzoliman dan durhaka (pada orang tua).” (HR. Hakim)

Tiga, memutus silaturahim. Dalam sebuah hadist Rasulullah mengingatkan, “Tidaklah sebuah
dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya di dunia dan juga disimpan di akhirat

22
dibandingkan dosa memutuskan silaturrahim, khianat, dan juga berdusta, dan sesungguhnya
amalan ketaatan yang paling disegerakan pahalanya adalah menyambung silaturrahim,
sesungguhnya dengan silaturrahim keluarga akan bahagia, harta akan melimpah dan jumlah
keluarga akan bertambah, jika mereka saling menyambung tali silaturrahim.”

Semoga kita terhindar dari ketiganya dan azab semasa di dunia.

HUKUMAN YANG DISEGERAKAN


Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan hukuman
untuknya didunia, dan apabila Dia menghendaki keburukan bagi hamba-Nya maka Dia
menahan hukuman dosanya agar kelak dihari kiamat ia menemuinya.

Riwayat Thabrani melalui Ammar ibnu Yaasir r.a.

Penjelasan:

Bahwa musibah itu adakalanya untuk membersihkan diri dari dosa. Apabila seorang mukmin
tertimpa musibah, maka hal itu sebagai pertanda bahwa Allah SWT menghendaki kebaikan
baginya. Dalam hadis lain disebutkan bahwa sesungguhnya diantara dosa itu terdapat suatu
dosa yang tidak dapat dihapuskan kecuali hanya dengan musibah yang menimpa pelakunya.
Musinah ini merupakan hukuman yang disegerakan untuknya di dunia sehingga kelak apabila
ia mati, maka dirinya bersih dari dosa dan dimasukkan ke dalam surga. Dan begitu pula
sebaliknya, bilamana Allah menghendaki keburukan bagi seorang hamba-Nya, maka Dia
memberikannya selamat dari siksa-Nya di dunia ini. Makin lama ia hidup di dunia semakin
banyak dosa-dosa yang dikerjakannya sehingga kelak di akhirat ia akan menerima
pembalasannya yang setimpal. Maka kala itu tidak ada jalan selamat baginya, dan tempat
kembalinya adalah neraka Jahannam. Allah SWT telah berfirman:

Maka janganlah engkau tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka karena


sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan
perhitungan yang teliti. (Q.S. Maryam: 84)

Dan Rabb-mu menyuruh manusia untuk beribadah kepada-Nya dan selali berbuat baik keada
orang tua. Jika salah satu atau keduanya berusia lanjut. Maka jangan mengatakan ‘ah’ dan
membentaknya.” (Al-Isra’ : 23)

DALAM Islam, durhaka kepada orang tua termasuk ke dalam kategori dosa besar. Hal ini
sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.

23
Dari Abdullah bin ‘Amr, ia berkata: Ada seorang Arab Badui yang datang kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, apakah dosa besar
itu?”

Lalu Rasulullah menjawab, “Isyrak (menyekutukan Allah).”

Lalu orang Badui tersebut tanya lagi, “Kemudian apa?”

“Dan Rabb-mu menyuruh manusia untuk beribadah kepada-Nya dan selali berbuat baik keada
orang tua. Jika salah satu atau keduanya berusia lanjut. Maka jangan mengatakan ‘ah’ dan
membentaknya.” (Al-Isra’ : 23)

DALAM Islam, durhaka kepada orang tua termasuk ke dalam kategori dosa besar. Hal ini
sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari

Dari Abdullah bin ‘Amr, ia berkata: Ada seorang Arab Badui yang datang kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, apakah dosa besar
itu?”

Lalu Rasulullah menjawab, “Isyrak (menyekutukan Allah).”

Lalu orang Badui tersebut tanya lagi, “Kemudian apa?”

Beliau menjawab, “Kemudian durhaka kepada dua orang tua.”

Ia bertanya lagi, “Kemudian apa?”

Rasulullah menjawab, “Sumpah yang menjerumuskan.”

Aku bertanya, “Apa sumpah yang menjerumuskan itu?”

Rasulullah kemudian menjawab, “Sumpah yang menjadikan dia mengambil harta seorang
muslim.” (Hadis Riwayat Bukhari)

Tidak heran jika dosa kepada orangtua akan disegerakan balasannya di dunia ini.

Contoh kasus dan Dalil hukuman yang di segerakan

Allah dapat mengazab makhluk-Nya selama hidup di dunia, di alam barzakh, dan di akhirat.
Dalam Alquran dan hadis dijelaskan tentang beberapa perkara yang azabnya disegerakan oleh
Allah. Apa saja?

Zina

24
Zina merupakan salah satu perbuatan yang dikutuk Allah SWT. Asy-Syairazi dari mazhab
Asy-Syafi'iyah mendefinisikan zina sebagai hubungan seksual yang dilakukan oleh seorang
laki-laki kepada perempuan yang haram baginya, yaitu tanpa akad nikah atau syibhu akad
atau budak wanita yang dimiliki, dilakukan dalam keadaan berakal dan tahu keharamannya.

Allah akan mengazab kaum yang melakukan zina secara terang-terangan berupa penyakit
menular. Rasulullah SAW bersabda:

”Tidaklah nampak perbuatan keji (zina) di suatu kaum, sehingga dilakukan secara terang-
terangan kecuali akan tersebar di tengah-tengah mereka tha’un (wabah) dan penyakit-penyakit
yang tidak pernah menjangkiti generasi sebelumnya.” [HR. Ibnu Majah, lihat ash-Shahihah
no. 106]

Allah dapat mengazab makhluk-Nya selama hidup di dunia, di alam barzakh, dan di akhirat.
Dalam Alquran dan hadis dijelaskan tentang beberapa perkara yang azabnya disegerakan oleh
Allah. Apa saja?

Zina

Zina merupakan salah satu perbuatan yang dikutuk Allah SWT. Asy-Syairazi dari mazhab
Asy-Syafi'iyah mendefinisikan zina sebagai hubungan seksual yang dilakukan oleh seorang
laki-laki kepada perempuan yang haram baginya, yaitu tanpa akad nikah atau syibhu akad
atau budak wanita yang dimiliki, dilakukan dalam keadaan berakal dan tahu keharamannya.

Allah akan mengazab kaum yang melakukan zina secara terang-terangan berupa penyakit
menular. Rasulullah SAW bersabda:

”Tidaklah nampak perbuatan keji (zina) di suatu kaum, sehingga dilakukan secara terang-
terangan kecuali akan tersebar di tengah-tengah mereka tha’un (wabah) dan penyakit-penyakit
yang tidak pernah menjangkiti generasi sebelumnya.” [HR. Ibnu Majah, lihat ash-Shahihah
no. 106]

Memutus Silaturahmi

Silaturahmi adalah amalan untuk menyambung tali persaudaraan. Umat Islam dianjurkan
untuk menjaga silaturahmi sebagai salah satu cara untuk mewujudkan ukhuwah islamiyah.

Namun bagaimana jika ada seseorang yang dengan sengaja memutuskannya? Sesungguhnya
Allah akan menyegerakan azab bagi orang-orang yang telah melukai semangat persaudaraan
tersebut. Dalam sebuah hadits, Rasulullah mengingatkan:

25
"Tidak ada dosa yang lebih pantas disegerakan balasannya bagi para pelakunya di dunia
bersama dosa yang disimpan untuknya di akhirat, daripada perbuatan zalim dan memutus
silaturahmi." (HR Abu Daud).

Durhaka Pada Orangtua

Orangtua adalah sosok yang dimuliakan dalam ajaran Islam. Perintah untuk berbakti kepada
orangtua tertuang dalam Surat Al-Luqman ayat 14 dan 15 yang berbunyi:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya;
ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Begitu besarnya pengorbanan orangtua, hingga Allah mengancam anak-anak yang zalim dan
durhaka kepada mereka. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Hakim, Rasulullah
SAW bersabda,

“Ada dua pintu (amalan) yang disegerakan balasannya di dunia; kedzaliman dan durhaka
(pada orang tua).”

Berbuat Zalim

Dalam Alquran, yang termasuk orang-orang zalim di antaranya yaitu orang-orang yang
melampaui batas. Mulai dari menganiaya diri sendiri dan orang lain, menumpahkan darah dan
mengusir suatu kaum dari kampung halamannya, menuduh berzina wanita baik-baik,
memakan harta dengan jalan yang bathil, bermewah-mewahan, berbuat kerusakan di bumi,
dan lain-lain.

Orang-orang zalim akan mendapat hukuman yang tidak mereka perkirakan. Allah SWT
berfirman, “Maka Allah mendatangkan kepada mereka hukuman dari arah yang tidak mereka
sangka-sangka,” (QS. Al-Hasyr: 2).

•|‚…‫ا‬G…‫ق ا‬G’d‫™ و‬tn…‫ ا‬:ebl‚…‫™ ا‬Q ‫ ﷲ‬eLacÀ{| ‫ن‬ef¯‫ا‬

“Ada dua dosa yang akan disegerakan hukumannya oleh Allah di dunia:

• Perbuatan zalim dan

• Durhaka pada orang tua.” [Lihat as-Silsilah as-Shahihah no. 1120]

26
Hal ini dikarenakan terkabulnya doa orang tua, apalagi di saat orang tua terzalimi. Kemudian
ia menengadahkan tangannya ke langit, mengadukan sakit hatinya kepada Allah, maka doa
orang tua ini akan bergerak dan berhembus menuju angkasa, menembus awan, mencapai
langit, dan diamini oleh para malaikat, kemudian Allah ‫ﷻ‬mengabulkannya. Maka berhati-
hatilah kita dari berbuat zalim dan durhaka kepada kedua orang tua!

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ‫ﷺ‬bersabda:

‫م‬G ْ Lَ …‫ةُ ْا‬Gَ dْ ‫ َو َد‬Pِ ِQekَ Lُ …‫ةُ ْا‬Gَ dْ ‫ا…ِ ِ‚ َو َد‬Gَ …‫ةُ ْا‬Gَ dْ ‫ ﱠ• َد‬aِ bِQ ²
ِ ُ cÅ ٌ َNeÀََ Wkْ jُ ‫ت‬
‫ت }َ َ[ ﱠ‬e ُ َÊَ¯
ٍ ‫ا‬Gََ d‫ث َد‬

“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu:

• Doa orang tua,

• Doa orang yang bepergian (safar) dan

• Doa orang yang dizalimi.” [HR. Abu Daud no. 1536. Syaikh Al Albani katakan bahwa hadis
ini Hasan]

Rasulullah ‫ﷺ‬bersabda:

Takutlah terhadap doa orang yang terzalimi, karena ia akan terbang di atas awan, kemudian
Allah berkata: ‘Demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, Aku pasti menolongmu, meskipun setelah
berlalunya waktu’. [Disahihkan al-Albani dalam Shohih al-Jami’ : 117]

Rasulullah ‫ﷺ‬juga bersabda:

Takutlah terhadap doa orang yang terzalimi, karena ia akan terbang menuju langit.
[Disahihkan al-Albani dalam Shahih al-Jami’ : 118]

Hal ini juga menunjukkan betapa agungnya hak kedua orang tua kita, sampai-sampai Allah
meletakkan kewajiban berbakti kepada kedua orang tua setelah kewajiban menyembah
kepada-Nya. Allah ‫ﷻ‬berfirman:

Sembahlah Allah dan janganlah kamu memersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada kedua orang tuamu. [QS. an-Nisa’ : 36]

27
BAB III
RIBA

Keriteria Riba

Riba adalah penetapan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian
berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang dibebankan kepada
peminjam. Riba secara bahasa bermakna ziyadah. Dalam pengertian lain, secara linguistik
riba juga berarti tumbuh dan membesar.

Untuk membedakan riba dengan tambahan keuntungan dari jual beli, pokok utang dan harta
(ra’sul mal) ini sendiri lantas dibagi menjadi dua yaitu: ribhun (laba) dan riba.

28
Ribhun (laba) didapatkan dari muamalah jual beli yang hukumnya halal. Sedangkan riba
adalah hasil dari adanya syarat tambahan pada kegiatan utang piutang barang (kredit) yang
waktu akhir pelunasannya tidak tentu.

Secara makna istilah (terminologi) riba adalah kelebihan/tambahan dalam pembayaran utang
piutang/jual beli yang disyaratkan sebelumnya oleh salah satu pihak.

Hukum riba

Pada Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2):275, Allah subhanahu wata’ala berfirman:

“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (QS. Al-Baqarah [2]: 275)

Riba dalam Islam hukumnya haram. Ada banyak efek negatif dari riba yang dipraktikkan
selama ini dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, agama samawi semuanya melarang praktik
riba. Mendapatkan keuntungan dari riba dapat menghilangkan sikap tolong menolong,
memicu permusuhan, dan sangat menyusahkan apabila pemberi riba menentukan bunga yang
sangat tinggi.

Dalam salah satu hadis Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Dari Jabir Ra. ia berkata: “Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam telah melaknat orang-orang
yang memakan riba, orang yang menjadi wakilnya (orang yang memberi makan hasil riba),
orang yang menuliskan, orang yang menyaksikannya, (dan selanjutnya), Nabi bersabda,
mereka itu semua sama saja." (HR. Muttafaq Alaih).

Para ulama sepakat bahwa riba adalah haram, serta Islam tidak memperkenankan hal itu
dipraktikkan dalam muamalah. Riba adalah usaha mencari rezeki yang tidak dibenarkan serta
dibenci Allah Subhanahu wata’ala.

Jenis riba

Fikih muamalah membagi riba menjadi empat jenis, seperti ditulis dalam buku Fikh Madrasah
Tsanawiyah kelas IX yakni:

1.Riba fadli

2.Riba qardi

3.Riba yad

4.Riba nasi’ah

29
Riba fadli

Adalah tukar menukar dua buah barang yang sama jenisnya, namun tidak sama ukurannya
yang disyaratkan oleh orang yang menukarnya. Hal yang dilarang disini adalah kelebihan
(perbedaan) dalam ukuran/takaran.

Riba qardi

Adalah meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau tambahan dari orang yang
dihutangi.

Sabda Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam:

“Semua piutang yang menarik keuntungan termasuk riba". (HR. Al- Baihaqi).

Riba yad

Adalah jual beli atau pertukaran yang disertai penundaan serah terima kedua barang yang
ditukarkan atau penundaan terhadap penerimaan salah satu barang. Misalnya jual beli emas,
perak dan bahan pangan yang penyerahan barangnya ditunda sampai harga emas naik atau
turun.

Riba Nasi’ah

Adalah tukar menukar dua barang yang sejenis maupun tidak sejenis atau jual beli yang
pembayarannya disyaratkan lebih oleh penjual dengan dilambatkan. Misalnya membeli
hewan, namun pembayarannya diberi jarak waktu yang tidak menentu. Padahal hewan itu
harus diberi makan oleh si penjual setiap hari.

Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Dari Samurah bin Jundub Ra. sesungguhnya Nabi telah melarang jual beli binatang yang
pembayarannya diakhirkan" (HR. Lima Ahli Hadis).

Dalil tentang Riba

Allah SWT mengharamkan secara tegar praktik riba. Allah SWT berfirman:

ّ ٰ ]‫ ﱠ‬Oَ َ‫َوا‬
ٰ ‫ َم‬P‫ ﱠ‬Oَ ‫ َو‬¥َ bۡ َn…‫ﷲُ ۡا‬
GN‫ﱢ‬P…‫ا‬

Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (Al Baqarah: 275).

30
2. Kemudian Allah juga memerintahkan orang-orang beriman untuk menghentikan praktik
riba. Allah berfirman:
ٰ ٰۤ
ٰٓ
" َ•bۡ ِfjِ ºۡ j‫ُ`ۡ ﱡ‬Wfۡ ^ُ ‫ا اِ ۡن‬GN‫ﱢ‬P…‫ا‬ َ ّ ‫ا‬Gُ’‫ﱠ‬I‫ا ا‬Gُfjَ ‫ ۡ|•َ ٰا‬uِ ‫ ا…ﱠ‬eَa|‫ َ ﱡ‬e‫|ـ‬Hai
َ•jِ Uَ ِ’Nَ ejَ ‫ﷲ َو َذر ُۡوا‬ orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang beIum dipungut) jika kamu orang-
orang yang beriman" (Al Baqarah 278).

3. Allah SWT mengancam akan memerangi orang-orang yang tidak menuruti perintah-Nya
untuk meninggalkan riba. Allah berfirman:

ّ ٰ َ•j‫ب ﱢ‬
iٖ ِ…Gُۡ ƒ‫ﷲِ َو َر‬ ٍ Pۡ gَ ِN ‫ا‬Gۡ ُl‫ َذ‬eۡ َQ ‫ا‬Gۡ ُc{َ œَۡ I ۡ`‫ ِ ۡن …ﱠ‬eَQ" ◌Maka
ۚ jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa
riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan RasulNya akan memerangimu." (QS Al Baqarah
279).

Atas ayat ini, Imam Al Qurthubi menjelaskan, ketika Imam Malik ditanya seseorang yang
mengatakan, "Istri saya tertalak jika ada yang masuk ke dalam rongga anak Adam lebih buruk
daripada khamr." Dia berkata," Pulanglah, aku cari dulu jawaban pertanyaanmu! Keesokan
harinya orang tersebut datang dan Imam Malik mengatakan hal serupa. Setelah beberapa hari
orang itu datang kembali dan imam Malik berkata, "Istrimu tertalak. Aku telah mencari dalam
seluruh ayat Alquran dan hadits Nabi tidak aku temukan yang paling buruk yang masuk ke
rongga anak Adam selain riba, karena Allah memberikan sanksi pelakunya dengan berperang
melawanNya." (Lihat Tafsir Al Qurthubi).

4. Dan Allah berjanji akan memasukkan pelaku riba ke dalam neraka kekal selamanya. Allah
berfirman:

ٰ ‫ َم‬P‫ ﱠ‬Oَ ‫ َو‬¥َ bۡ َn…‫ﷲُ ۡا‬


‫ا‬GN‫ﱢ‬P…‫ا‬ ّ ٰ ]‫ ﱠ‬Oَ َ‫ﷲِ َوا‬
ّ ٰ Uَ…ِ‫ ُٗۤه ا‬P ۡjَ‫َ ؕ َوا‬Óَcƒَ ejَ ٗiَcَQ Uaَٰ Wleۡ َQ i‫ ٖﱢ‬N‫ ۡ• ﱠر‬j‫ٌ ﱢ‬sÅ
َ dِ Gۡ jَ ‫ٓ َء ٗه‬e€َ •ۡ Lَ َQ ؕ◌ ُ¢gٰ ³ ٓ ٰ ُ eَQ ‫ َد‬eَd •ۡ j‫◌ؕ و‬
ۡ َ‫َ ا‬²Üِٕ …‫و‬ َ َ
ِ ‫ﱠ‬f…‫ِ‚ ُۡونَ ا‬cvٰ eَabۡ ِQ ۡ`ُ‫ۚ◌ ھ‬
‫ر‬e

"Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya Iarangan dari Tuhannya, laIu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang Iarangan) dan urusannya (terserah) kepada
Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka mereka kekaI di dalamnya (QS Al Baqarah 275).

Dalam hadits, Nabi ‫ﷺ‬juga memerintahkan agar seorang muslim menjauhi riba. Riba
termasuk salah satu dari tujuh dosa besar. Nabi SAW bersabda:

31
ِ eَ’ِNGLُ …‫ ْا‬¥َ nْ k‫ا ا… ﱠ‬GُnِfَW ْ€‫"ا‬. ‫ل‬e
‫ت‬ َ َ˜ •ُ‫ ھ ﱠ‬ejَ ‫ َو‬،ِ‫ﷲ‬‫ل ﱠ‬Gَُ ƒ‫ َر‬eَ| ‫ا‬Gُ…eَ˜" ،‫“ﱢ‬gَ …eْ ِN ‫ﷲُ إِ}ﱠ‬ ‫ َم ﱠ‬P‫ ﱠ‬Oَ ™ِW‫ ا…ﱠ‬Ì ‫ِ ﱠ‬N ‫ك‬
ِ œْ ‫ﱠ‬f…‫ ُ] ا‬Wْ َ˜‫ َو‬،ُP ْg‫ﱢ‬k…‫ َوا‬،ِ—e ُ ْPÒ‫ا… ﱢ‬
ِ َÊِQeَt…‫ت ْا‬
‫ت‬ ِ eَfjِ ºْ Lُ …‫ت ْا‬
ِ eَf¿َ ْgLُ …‫فُ ْا‬uْ َ˜‫ َو‬،Ó
ِ ْO•‫ْ َم ا… ﱠ‬Gَ| ™‫…ﱢ‬Gَ ‫ﱠ‬W…‫ َوا‬،`bِ ِWَb…‫ل ْا‬e
ِ jَ ]ُ ^ْ َ‫ َوأ‬،eَN ‫ﱢ‬P…‫" َوأَ ْ^ ُ] ا‬

"Jauhi tujuh hal yang membinasakan! Para sahabat berkata, "Wahai, Rasulullah! apakah itu?
Beliau bersabda, "Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah tanpa
haq, memakan harta riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan perang dan menuduh
wanita beriman yang Ialai berzina" (Muttafaq 'alaih).

2. Dosa riba setara dengan perbuatan dosa seseorang menzinahi ibundanya. Diriwayatkan dari
Baraa' bin 'Azib RA bersabda:

" ij‫] أ ﱠ‬€‫ﱠ‬


ِ P…‫ن ا‬ebI‫إ‬
ِ ]ُ Ëj e‫ھ‬el‫ أد‬eًNeN ‫ن‬G{nƒ‫ن و‬ef¯‫ ا‬eN‫ﱢ‬P…‫ا‬

Dosa riba terdiri dari 72 pintu. Dosa riba yang paling ringan adalah bagaikan seorang Iaki-
Iaki yang menzinai ibu kandungnya." (HR Thabrani).

Salah seorang perawi hadits ini bernama Umar bin Rashid. Dia dhukumi lemah oleh
mayoritas ulama hadits.

3. Lebih besar dari zina. Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA bahwa Nabi ‫ﷺ‬bersabda:

" ]€P…‫ ا‬eabl•| sbl‫• ز‬b¯Ê¯‫¶ و‬ƒ •j sÁb´Ô…‫™ ا‬œac…‫‚ ا‬fd `Åd‫ أ‬eNP…‫• ا‬j ]€P…‫ ا‬inb¿| `‫إن ا…‚رھ‬

“Sesungguhnya satu dirham yang didapatkan seorang Iaki-laki dari hasil riba Iebih besar
dosanya di sisi Allah daripada berzina 36 kali." (HR Ibnu Abi Dunya).

4. Laknat untuk para pelaku riba. Begitu besarnya dosa riba, pantas Rasulullah melaknat
pelakunya sebagaimana diriwayatkan Jabir RA,

‫ ُل ﱠ‬Gُƒ‫…َ{َ•َ َر‬
َ َ˜‫ َو‬iِ |ْ ‚َ ‫ ِھ‬eَ[‫ُ َو‬iَnِIe^َ ‫ُ َو‬iَc^ِ Gjُ ‫ َو‬eَN ‫ﱢ‬P…‫` آ ِ^ َ] ا‬cƒ‫ و‬ibcd ‫ ﷲ‬Uc³ ِ‫ﷲ‬
" ‫ا ٌء‬Gَ ƒَ `ْ ُ‫ل ھ‬e

“Rasulullah ‫ﷺ‬mengutuk orang yang makan harta riba, yang memberikan riba, penulis
transaksi riba dan kedua saksi transaksi riba. Mereka semuanya sama (berdosa)." (HR
Muslim).

1. QS Ar-Rum: 39:

Allah berfirman:

‫ َ‚ ﱠ‬fْ dِ GُN ْPَ| Êَ َQ ‫س‬e


ejَ ‫ﷲِ ۖ َو‬ ِ Gَ jْ َ‫ِ™ أ‬Q Gَُ N ْPَbِ… eًN‫ ْ• ِر‬jِ `ْ ُWbْ َI‫ آ‬ejَ ‫َو‬
ِ ‫ﱠ‬f…‫ال ا‬

َ‫ن‬Gُœ{ِ ْÇLُ …‫َ ھُ ُ` ْا‬²ِÁَ…ٰ ‫ُو‬ÐَQ ِ‫ﷲ‬


‫َ ﱠ‬i ْ€‫| ُ‚ونَ َو‬Pِ ُI ‫ ٍة‬e^َ َ‫ ْ• ز‬jِ `ْ ُWbْ َI‫آ‬

32
Artinya: "Dan, sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa
zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian)
itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)". (QS Al-Rum: 39).

2. QS An-Nisa Ayat 160-161:

َ Gَ jْ َ‫ ْ` أ‬aِ ِc^ْ َ‫ُ َوأ‬ifْ dَ ‫ا‬Gُaُl ‚ْ ˜َ ‫ َو‬eَN ‫ﱢ‬P…‫ ِھ ُ` ا‬uِ vْ َ‫اوأ‬


‫ال‬ ِ ‫] ﱠ‬b
َ ًPbِË^َ ‫ﷲ‬ ْ ‫ﱠ‬cOِ ُ‫ت أ‬
َ ِN‫ُ ْ` َو‬aَ… ¶
ِ ِnƒَ •َd `ْ ‫¿ ﱢ‚ ِھ‬ َ `ْ aِ bْ َcdَ eَfjْ P‫ ﱠ‬Oَ ‫دُوا‬eَ‫|•َ ھ‬uِ ‫•َ ا…ﱠ‬j‫ ٍ` ﱢ‬cْ ُÅِnَQ
ٍ eَnb‫ط ﱢ‬
eLً bِ…َ‫ أ‬eًN‫ا‬uَ dَ `ْ ُafْ jِ َ•|Pِ ِQe‡َ cْ ِ… eَl‚ْ َWdْ َ‫ط ِ] ۚ َوأ‬e
ِ َn…eْ ِN ‫س‬e
ِ ‫ﱠ‬f…‫ا‬

Artinya: "Maka disebabkan kedhaliman orang Yahudi, maka kami haramkan atas mereka
(memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka. Dan karena
mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan disebabkan mereka memakan
riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta
orang dengan jalan yang batil. Dan Kami telah menjadikan untuk orang-orang kafir di antara
mereka itu siksa yang pedih." (QS an-Nisa: 160-161)

3.QS Ali Imron Ayat 130:

Allah berfirman :

ْ ‚‫ ﱠ‬dِ ُ‫ِ™ أ‬W‫ر ا…ﱠ‬e


َ•|Pِ ِQe‡َ cْ ِ… ‫ت‬ ْ ُ’‫ﱠ‬I‫ َوا‬. َ‫ن‬Gُgِcœْ ُI `ْ ‡ُ ‫ﱠ‬c{َ َ… َ‫ﷲ‬
َ ‫ﱠ‬f…‫ا ا‬G ْ ُ’‫ﱠ‬I‫ً َوا‬sَœdَ eÇ
ّ ‫ا‬G ْ ُc^ُ ْÐَI َ} ‫ا‬G
َ j‫ ً ﱡ‬eQe{َ ْ¼َ‫ أ‬eَN ‫ﱢ‬P…‫ا ا‬G ْ ُfjَ ‫|•َ آ‬uِ ‫ ا…ﱠ‬eَa|‫ أَ ﱡ‬eَ|

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.
Peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir." (Qs. Ali
Imron [3]: 130).

4. Al Baqarah Ayat 278-280:

Allah berfirman:

ِ ‫•َ ﱠ‬j‫ب ﱢ‬
`ْ ‡ُ َcَQ `ْ ُWnْ ُI ‫ ۖ َوإِن‬iِ ِ…Gُƒ‫ﷲ َو َر‬ ٍ ْPgَ ِN ‫ا‬Gُl‫ْ َذ‬ÐَQ ‫ا‬Gُc{َ œْ َI `ْ ‫ِن …ﱠ‬qœَ fَ bِfjِ ºْ j‫ُ` ﱡ‬Wf^ُ ‫إِن‬eَN ‫ﱢ‬P…‫•َ ا‬jِ ™َ ِ’َN ejَ ‫ﷲَ َو َذرُوا‬
‫ا ﱠ‬Gُ’‫ﱠ‬I‫ا ا‬Gُfjَ ‫|•َ آ‬uِ ‫ ا…ﱠ‬eَa|‫ أَ ﱡ‬eَ|

َ I ‫ ٍة ۚ َوأَن‬Pَ kَ bْ jَ Uٰ َ…ِ‫ةٌ إ‬Pَ Åَِ fَQ ‫ ٍة‬Pَْ kdُ ‫نَ ُذو‬e^َ ‫إِن‬Gََ lGLُ َcÅ
َ‫ن‬GLُ َc{ْ َI `ْ ُWf^ُ ‫ …ﱠ ُ‡ ْ` ۖ إِن‬Pٌ bْ vَ ‫ا‬Gُ˜‚‫َ¿ ﱠ‬ ْ ُI }َ ‫نَ َو‬GLُ cِ Åَ
ْ I }َ `ْ ‡ُ ِ…‫ا‬Gَ jْ َ‫ُر ُءوسُ أ‬
"Wahai orang-orang yang beriman, tinggalkanlah apa yang tersisa dari riba, jika kalian adalah
orang-orang yang beriman.Maka jika kalian tidak meninggalkan, maka umumkanlah perang
kepada Allah dan Rasul-Nya.Maka jika kalian bertaubat, maka bagi kalian adalah pokok harta
kalian.Tidak berbuat dhalim lagi terdhalimi.Dan jika terdapat orang yang kesulitan, maka
tundalah sampai datang kemudahan.Dan bila kalian bersedekah, maka itu baik bagi kalian,
bila kalian mengetahui." (QS Al-Baqarah: 278-280).

33
Tahap-Tahap Turunnya Ayat Tentang Riba

Ramadan di rumah saja saatnya perbanyak hapalan surat pendek al quran

Setelah mengetahui ayat tentang riba dalam Alquran, perlu diketahui pula bahwa terdapat
beberapa tahapan turunnya ayat ini pada masyarakat. Tahap-tahap turunnya ayat tentang riba
ini juga tercantum dengan jelas dalam Alquran. Berikut tahap-tahap atau urutan turunnya ayat
tentang riba dalam Alquran yang perlu diketahui:

1. Tahap pertama : turunnya ayat tentang riba tahap pertama yaitu ketika Allah menunjukkan
sisi negatif dari riba seperti yang tercantum dalam QS. Ar Rum ayat 39.

2. Tahap kedua : tahap kedua dalam turunnya ayat tentang riba yaitu ketika Allah mengecam
kegiatan riba sebagai perbuatan haram. Dalam hal ini, Allah mengecam berbagai praktik riba
yang dilakukan oleh masyarakat Yahudi. Hal ini tidak lain berkaitan dengan aspek kezaliman
yang ditimbulkan akibat praktik riba pada masyarakat tersebut. Penjelasan ini tercantum
dalam QS. An-Nisa’ ayat 160-161.

“Maka disebabkan kedhaliman orang Yahudi, maka kami haramkan atas mereka (memakan
makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka
banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan disebabkan mereka memakan riba,
padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta
orang dengan jalan yang batil. Dan Kami telah menjadikan untuk orang-orang kafir di antara
mereka itu siksa yang pedih.” (QS an-Nisa: 160-161)

3. Tahap ketiga : tahap ketiga urutan ayat tentang riba adalah Allah memberikan isyarat
keharaman pada kegiatan riba. Dalam hal ini, Allah menunjukkan bahwa kegiatan riba
merupakan suatu perbuatan haram yang memberikan banyak kerugian. Penjelasan ini
tercantum dalam QS Al Imran ayat 130.

4. Tahap keempat : urutan ayat tentang riba dalam Al Quran yang terakhir yaitu tercantum
pada QS Al Baqarah ayat 278 – 280. Dalam hal ini, Allah berfirman bahwa riba dinyatakan
sebagai perubatan haram secara mutlak yang sebaiknya dihindari.

“Wahai orang-orang yang beriman, tinggalkanlah apa yang tersisa dari riba, jika kalian adalah
orang-orang yang beriman. Maka jika kalian tidak meninggalkan, maka umumkanlah perang
kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka jika kalian bertaubat, maka bagi kalian adalah pokok
harta kalian. Tidak berbuat dhalim lagi terdhalimi. Dan jika terdapat orang yang kesulitan,

34
maka tundalah sampai datang kemudahan. Dan bila kalian bersedekah, maka itu baik bagi
kalian, bila kalian mengetahui.” (QS al-Baqarah: 278-280).

BAB IV
SEDEKAH
Bersedekah adalah suatu ibadah yang dapat kita lakukan kapan saja. Bersedekah sangat
dianjurkan dalam Islam.Dengan bersedekah, hubungan bersosial bisa menjadi lebih baik.
Bersedekah juga menjauhkan diri dari sikap sombong dan angkuh. Memberikan sesuatu
dengan ikhlas kepada oang lain dapat meringankan beban mereka.Sedekah berasal dari bahasa
Arab "shadaqoh" yang artinya adalah suatu pemberian dari seorang muslim kepada orang lain
secara sukarela tanpa adanya batasan waktu dan jumlah tertentu.Allah berfirman dalam surat
An-Nisa ayat 114 yang menyuruh umat muslim untuk senantiasa berbuat kebaikan salah
satunya dengan bersedekah.

35
Keutamaan bersedekah bagi umat Islam beserta dalil-dalilnya

Laa khaira fii kasiirim min najwaahum illaa man amara bisadaqatin au ma'rufin au islaahim
bainan-naas, wa may yaf'al zaalikabtigaa'a mardaatillaahi fa saufa nu'tiihi ajran
'aziimaaArtinya:

"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari
orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan
perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari
keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar."

Bentuk-bentuk sedekah

Bersedekah tak hanya berupa harta, tapi bisa dengan apapun seperti menolong orang lain
dengan tenaga dan pikirannya, senyum, memberi nafkah keluarga, mengajarkan ilmu,
berdzikir, dan lain sebagainya.Cakupan bersedekah dalam Islam itu sangat luas. Namun, agar
lebih utama, harta benda yang kita miliki juga harus disedekahkan kepada orang-orang yang
membutuhkan.

Ayat-ayat tentang bersedekah

Allah telah menjelaskan dalam beberapa ayat mengenai sedekah. Di antaranya sebagai
berikut:1. Surat Al Baqarah ayat 177.

Keutamaan bersedekah bagi umat Islam beserta dalil-dalilnya Laisal-birra an tuwallu


wujuhakum qibalal-masyriqi wal magribi wa laakinnal birra man aamana billaahi wal yaumil
aakhiri wal malaa'ikati wal kitaabi wan nabiyyiin, wa aatal maala 'alaa hubbihii zawil qurbaa
wal yataamaa wal masaakiina wabnas sabiili was saa'iliina wa fir riqaab, wa aqaamas-salaata
wa aatazczakaah, wal-mufuna bi'ahdihim izaa 'aahadu, was-saabiriina fil ba'saa'i wad-darraa'i
wa hiinal-ba's, ulaa'ikallaziina sadaqu, wa ulaa'ika humul muttaqunArtinya:

"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang

36
benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa."2. Surat Al Baqarah ayat
254.

Yaa ayyuhallaziina aamanuu anfiqu mimmaa razaqnaakum ming qabli ay ya'tiya yaumul laa
bai'un fiihi wa laa khullatuw wa laa syafaa'ah, wal-kaafiruna humuz-zaalimunArtinya:

"Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah
Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan
tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim."3. Surat Al
Baqarah ayat 274.

Allaziina yunfiquna amwaalahum bil-laili wan-nahaari sirraw wa 'alaaniyatan fa lahum


ajruhum 'inda rabbihim, wa laa khaufun 'alaihim wa laa hum yahzanunArtinya:

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan
terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."

Keutamaan sedekah.

1. Bersedekah tidak akan mengurangi rezeki.Jika kita melakukan sedekah, hal tersebut tidak
akan mengurangi harta atau rezeki kita. Justru Allah akan menggantinya dengan rezeki yang
sebaik-baiknya.Seperti dalam firman Allah pada Alqurant Saba ayat 39 yang berbunyi:

Keutamaan bersedekah bagi umat Islam beserta dalil-dalilnya © 2020 brilio.net

Qul inna rabbii yabsutur-rizqa limay yasyaa'u min 'ibaadihii wa yaqdiru lah, wa maa
anfaqtum min syai'in fa huwa yukhlifuh, wa huwa khairur raaziqiinArtinya:

Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya


di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan
barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi
rezeki yang sebaik-baiknya."2. Membuka pintu rezeki.Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu
bahwasanny Rosulullah Shallallahu’ alaihi wasallam bersabda:"Tidak ada suatu hari pun
ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun dua malaikat. Lalu salah satunya
berkata, "Ya Allah berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya", sedangkan
yang satunya lagi berkata, "Ya Allah berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang
menahan hartanya (bakhil)." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)Dai hadits tersebut dijelaskan
bahwa bersedekah justru akan membuka pintu rezeki yang baru.3. Dapat menghapus dosa-

37
dosa.Rasulullah bersabda, "Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan
api." (HR. Tirmidzi)Allah hanya akan mengampuni dosa-dosa seseorang yang telah
bersedekah dengan syarat orang tersebut mengikutinya dengan taubat. Dan jika seseorang
melakukan sedekah dengan niat agar dosa-dosanya dianggap impas, maka sesungguhnya hal
ini tidaklah dibenarkan.4. Dijauhkan dari api neraka.Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam
bersabda, "Jauhilah neraka walupun hanya dengan (sedekah) sebiji kurma, kalau kamu tidak
menemukan sesuatu, maka dengan omongan yang baik." (HR. Ahmad, Bukhari dan
Muslim)5. Merupakan amal jariyah.Sedekah merupakan salah satu amal jariyah yang
pahalanya tidak akan pernah putus, bahkan saat kita sudah meninggal. Rasulullah bersabda,
"Jauhilah neraka walupun hanya dengan (sedekah) sebiji kurma, kalau kamu tidak
menemukan sesuatu, maka dengan omongan yang baik." (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim.)

Setiap umat Islam yang memiliki kelebihan rezeki diperintahkan untuk mengeluarkan sedekah
atau membagi setiap rezekinya kepada orang yang membutuhkan. Sebab dalam Quran surat
Al Talaq ayat 7 Allah SWT berjanji akan membalas kebaikan tersebut

Arab: Pْ ّ ٰ ]ُ {َ ْÀَbƒَ eۗ َaÜIٰ ‫ٓ ٰا‬ejَ }‫ اِ ﱠ‬eًkœْ َl ُ‫ﷲ‬


ٍ kdُ ‚َ {ْ َN ُ‫ﷲ‬ ّ ٰ ُÓ‫ﱢ‬c‡َ ُ| }َ ۗ ُ‫ﷲ‬
ّ ٰ ُiÜIٰ ‫ٓ ٰا‬eL‫ ﱠ‬jِ “ْ ِœfْ ُbcْ َQ ٗiُ˜‫ ِر ْز‬iِ bْ َcdَ ‫ ْ• ˜ُ ِ‚ َر‬jَ ‫ َو‬iۗ ٖ ِW{َ ƒَ •ْ j‫ ﱢ‬sٍ {َ ƒَ ْ‫ِ ْ“ ُذو‬œfْ ُbِ…
‫ً ا‬Pْk|‫ﱡ‬

Latin: liyunfiq żụ sa'atim min sa'atih, wa mang qudira 'alaihi rizquhụ falyunfiq mimmā
ātāhullāh, lā yukallifullāhu nafsan illā mā ātāhā, sayaj'alullāhu ba'da 'usriy yusrā

Artinya: Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut


kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta
yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan
(sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan
kelapangan setelah kesempitan.

Berikut Keutamaan Hadist dan Ayat Tentang Sedekah:

1. Hadis Tentang Perintah Sedekah

Sedekah menjadi salah satu sifat yang sangat disenangi oleh Allah SWT. Bahkan, dalam
hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda mengenai keutamaan sedekah bisa
menjaga diri dari api neraka

"Jaga lah diri kali dari neraka sekalipun hanya sedekah setengah biji kurma. Barangsiapa yang
tak mendapatkannya, maka ucapkan lah perkataan yang baik."

38
2. Ayat Al-Qur'an tentang Keutamaan Sedekah

Sedekah bukan menjadikan seorang Muslim menjadi miskin tetapi malah menjadikan kaya
raya. Hal ini sesuai dengan ayat tentang sedekah dan infaq dalam Quran surat Al Baqarah ayat
276 yang berbunyi

Arab: `ٍْ b¯ِ َ‫ر ا‬e ّ ٰ ‫¶ ۗ َو‬


ٍ ‫ﱠ‬œ^َ ]‫ﱡ ُ^ ﱠ‬¢gُِ | }َ ُ‫ﷲ‬ ِ ˜َٰ ‚¿ ٰ ُ‫ﷲ‬
‫ ا… ﱠ‬UِN ْPُ|‫ا َو‬GN‫ﱢ‬P…‫ا‬ ّٰ “
ُ gَ Lْ َ|

Latin: yam-ḥaqullāhur-ribā wa yurbiṣ-ṣadaqāt, wallāhu lā yuḥibbu kulla kaffārin aṡīm

Artinya: Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap
orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.

Selain itu, ada juga hadits riwayat Bukhari yang menjelaskan keutamaan sedekah bisa
menjadikan sebuah harta yang besar layaknya gunung.

Rasulullah bersadba, "Barangsiapa bersedekah senilai satu biji kurma yang berasal dari mata
pencaharian yang baik, dan Allah tidak akan menerima kecuali yang baik. Maka
sesungguhnya Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya, kemudian dipelihara
untuk pemiliknya sebagaimana seseorang di antara kalian memelihara anak kuda, sehingga
sedekah itu menjadi besar seperti gunung."

3. Dalil tentang Sedekah yang Paling Utama

Keutamaan Sedekah diriwayatkan dalam hadits riwayat Muslim, bahwa Rasulullah SAW
bersabda memberi atau bersedekah lebih baik daripada yang meminta.

"Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Tangan di atas adalah yang memberi
dan tangan di bawah adalah yang meminta."

Selain itu, dalam hadits riwayat Ibnu Khuzaimah dan Al Hakim dalam buku 'Dikerjar Rezeki
dari Sedekah' karya Fahrur Muls ketika amal manusia saling membanggakan diri, sedekah
berkata "Aku adalah amal kalian yang paling utama. Ini sebagian perkataan Umar bin Khatab,
"Sesungguhnya, amal-amal itu saling membanggakan diri, maka sedekah pun berkata, 'Aku
adalah amal kalian yang paling uatam."

Manfaat Bersedekah – Ketika melihat orang yang membutuhkan, umat Islam diwajibkan
untuk bersedekah dan meringankan beban mereka. Hal ini didasarkan tenggang rasa ke
sesama umat dan juga kemanusiaan.

39
Selain membantu sesama, ternyata terdapat banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh orang-
orang yang bersedekah

Manfaat Sedekah yang Perlu Kamu Tahu

1. Menyucikan Diri

Dengan menyedekahkan harta yang dimiliki, dosa-dosa orang yang bersedekah akan
dihapuskan.

Hal ini tentu saja dapat dituai jika dilakukan bersamaan dengan taubat atas dosa yang pernah
diperbuat dan melakukan kebaikan-kebaikan lainnya.

Lakukan kewajiban yang harus diikuti dan hindari larangan-Nya, maka kamu akan terhindar
dari dosa dan mendapatkan pahala.

2. Pahala Berlipat Ganda

Bersedekah merupakan tindakan yang mulia dan sangat dihargai oleh Allah SWT. Imbalan
bersedekah yang paling utama adalah mendapatkan pahala. Setelah melakukan sedekah,
pahala yang sudah kamu miliki akan dilipatgandakan.

Pahala yang didapat akan lebih besar lagi jika sedekah yang dilakukan benar-benar murni dari
hati, tanpa ingin diketahui oleh orang lain sama sekali. Jadi, tidak ada unsur ria atau ingin
menyombongkan harta yang disedekahkan.

3. Mendapat Imbalan Berlipat-lipat

Selain mendapat pahala dan membersihkan diri dari dosa, bersedekah juga akan
mendatangkan rezeki yang berlimpah.

Tidak perlu takut kehabisan harta atau jatuh miskin setelah bersedekah, karena Allah SWT
sudah menjanjikan balasan rezeki yang berlipatganda—baik dalam bentuk uang atau rezeki
lainnya yang tidak bisa dinilai dengan materi.

4. Terhindar dari Marabahaya

Berhubungan dengan poin sebelumnya, terhindarkan dari marabahaya merupakan salah satu
jenis rezeki yang tidak dapat dihitung dengan materi.

Terdapat dua sabda dari Rasulullah SAW, yaitu sedekah dapat menutup 70 pintu kejahatan
dan bencana atau musibah tidak dapat mendahului sedekah.

40
5. Memberi Ketenangan Hati

Sedekah dapat menciptakan ketenangan hati. Ketika bersedekah, pasti akan muncul rasa
senang karena telah memberi kepada mereka yang membutuhkan.

Setelah itu, hati akan terasa lebih tenang dan lapang karena beban-beban terangkat dan
digantikan dengan rasa senang karena telah membantu sesama.

6. Sebagai Jaminan Hari Akhir

Orang-orang yang bersedekah merupakan orang yang masuk ke dalam golongan yang akan
mendapatkan naungan di hari akhir.

Maksud dari pernyataan ini adalah ketika hari akhir datang dan tidak ada yang bisa
melindungi dari panasnya matahari, orang yang melakukan sedekah dengan ikhlas sepanjang
hidupnya akan berada di bawah naungan yang menyejukkan.

Hal ini bisa didapatkan jika kamu bersedekah tanpa pamrih atau ria, benar-benar tulus karena
ingin membantu sesama dan juga karena Allah SWT.

7. Terbebaskan dari Siksa Kubur

Ketika sudah berada dalam kubur dan menunggu hari kiamat datang, terdapat pertanyaan
perihal duniawi yang harus kamu pertanggungjawabkan.

Jika banyak melakukan hal yang dilanggar oleh Allah SWT dan tidak pernah berbuat baik,
terdapat siksa kubur untuk membersihkan dosa-dosa di dunia.

Pada saat ini sedang berlangsung, sedekah yang pernah dan sering kamu lakukan bisa
menyelamatkanmu dari siksa kubur. Seperti apa yang Rasulullah SAW katakan dalam HR
Thabrani: “Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur”.

8. Menyembuhkan Orang Sakit

Terdapat banyak orang yang sakit, namun hidup dalam ketidakcukupan atau bahkan
kemiskinan. Dengan bersedekah ke orang yang membutuhkan, kamu bisa mengangkat beban
mereka yang ingin berobat namun tidak memiliki uang.

9. Menambah Umur

41
Sedekah dipercaya dapat memperpanjang umur seseorang, lho. Hal ini dikarenakan kualitas
hidup akan meningkat jika sering melakukan sedekah, dengan membuat hati terasa tenang dan
juga terhindar dari marabahaya dan segala bentuk kejahatan.

10. Meninggal dengan Tenang

Manusia tidak luput dari dosa dan kesalahan-kesalahan yang disengaja maupun tidak. Ketika
bersedekah, kamu bisa memadamkan kemurkaan Allah SWT atas perbuatan dan kesalahan di
dunia.

Dengan begitu, kamu pun dapat meninggal secara tenang tanpa beban atau dipersulit cara
meninggalnya.

BAB V
KEMATIAN

Di dunia ini, menurut al-Ghazali, tak ada yang pasti, kecuali kematian. Hanya kematian yang
pasti, lainnya tak ada yang pasti. Namun, manusia tak pernah siap menghadapi maut dan
cenderung lari darinya. Sesungguhnya, kematian yang kamu lari daripadanya, sesungguhnya
kematian itu akan menemui kamu.” (QS al-Jumu’ah [62]: 8).

Bagi al-Ghazali, kematian tidak bermakna tiadanya hidup (nafi al-hayah), tetapi perubahan
keadaan (taghayyur hal). Dengan kematian, hidup bukan tidak ada, melainkan bertransformasi
dalam bentuknya yang lebih sempurna.

42
Diakui, banyak orang semasa hidup mereka tertidur (tak memiliki kesadaran), tetapi justru
setelah kematian, meraka bangun (hidup). Al-Nas niyam, fa idza matu intabihu,” demikian
kata Imam Ali.

Dalam Alquran, ada beberapa istilah yang dipergunakan Allah SWT untuk mengartikan
kematian. Pertama, kata al-maut (kematian) itu sendiri. Kata ini dalam bentuk kata benda
diulang sebanyak 35 kali.

Al-maut menunjuk pada terlepasnya (berpisah) ruh dari jasad manusia. Kepergian ruh
membuat badan tak berdaya dan kemudian hancur-lebur menjadi tanah.

Allah SWT berfirman, Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah
Kami akan mengembalikan kamu, dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada
waktu yang lain.” (QS Thaha [20]: 55).

Kedua, kata al-wafah (wafat). Kata ini dalam bentuk fi`il diulang sebanyak 19 kali. Al-Wafah
memiliki beberapa makna, antara lain sempurna atau membayar secara tunai. Jadi, orang mati
dinamakan wafat karena ia sesungguhnya sudah sempurna dalam menjalani hidup di dunia
ini. Oleh sebab itu, kita tak perlu berkata, sekiranya tak ada bencana alam si fulan tidak akan
mati.

Ketiga, kata al-ajal. Kata ini dalam Alquran diulang sebanyak 21 kali. Kata ajal sering
disamakan secara salah kaprah dengan umur. Sesungguhnya, ajal berbeda dengan umur.
Umur adalah usia yang kita lalui, sedangkan ajal adalah batas akhir dari usia (perjalanan
hidup manusia) di dunia. Usia bertambah setiap hari; ajal tidak. (QS al-A’raf [7]: 34).

Keempat, kata al-ruju’ (raji’). Kata ini dalam bentuk subjek diulang sebanyak empat kali, dan
mengandung makna kembali atau pulang. Kematian berarti perjalanan pulang atau kembali
kepada asal, yaitu Allah SWT. Karena itu, kalau ada berita kematian, kita baiknya membaca
istirja’, Inna Lillah wa Inna Ilaihi Raji’un (QS al-Baqarah [2]: 156).

Kematian nyata adanya. Siapa yang bernyawa pasti akan mati. Dalam agama Islam sendiri
ditegaskan bahwa hidup di dunia hanya sementara. Hal tentang kematian tersebut dijelaskan
dalam Alquran.

Dalam Alquran dijelaskan berbagai hal tentang kematian, mulai dari pernyataan kematian itu
ada, waktu kematian ditangan Allah SWT, malaikat pencabutan nyawa (Izrail), dan lainnya.

43
Hal tersebut baiknya Mama ajarkan pada anak-anak. Agar ia lebih mengetahui tentang
kematian dan percaya terhadap hal tersebut. Nantinya, anak bisa lebih mempersiapkan diri
menyambut kematian, seperti selalu berbuat kebaikan.

1. Ar-Rahman 26-27

Di dalam surat Ar-Rahman ayat 26-27 menjelaskan bahwa semua yang ada di bumi akan
binasa (meninggal), baik itu manusia, hewan, tumbuhan, maupun isi bumi yang lainnya.
Namun, Allah Sang Maha Besar tetap kekal.

Berikut bunyi QS. Ar-Rahman ayat 26-27,

‫ ٍن‬eَQ eَabۡ َcdَ •ۡ jَ ‫ُ^]ﱡ‬

Kullu man 'alaihaa faan

Artinya: Semua yang ada di bumi itu akan binasa,

ِ ۡ ‫ ِ] َو‬cٰ Àَ …‫َ ُذو ۡا‬²‫ﱢ‬N‫ُ َر‬i€ۡ ‫ َو‬U’ٰ nۡ َ|‫ۚ◌ ﱠو‬


‫ ِام‬Pَ ^ۡ }‫ا‬

Wa yabqoo wajhu rabbika zul jalaali wal ikraam

Artinya: tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal.

2. QS. Al-Mulk ayat 2

Adapun surat dalam Alquran yang berkaitan dengan kematian adalah QS. Al-Mulk ayat 2
seperti berikut ini,

‫ ۙ ُر‬Gۡ ُœtَ …‫ ۡا… َ{ ِ• ۡ| ُ• ۡا‬Gَُ ‫ ؕ َوھ‬Êً Lَ dَ ُ•kَ Oۡ َ‫ ُ^`ۡ اَ ﱡ| ُ‡`ۡ ا‬Gَ ُcnۡ َbِ… َ‫ة‬Gbٰ gَ …‫تَ َو ۡا‬Gۡ Lَ …‫“ ۡا‬
َ َc َv ‫ ۡى‬uِ ‫ۨا…ﱠ‬

Allazii khalaqal mawta walhayaata liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amalaa; wa huwal 'aziizul
ghafuur

Artinya: Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.

3. QS. Al-Anbiya Ayat 34-35

Pexels/Brett Sayles

Dalam QS. Al-Anbiya Ayat 34-35 ditegaskan bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara.
Semua yang hidup dan bernyawa pasti akan mati.

‚َ c‫ ۡـ‬Ôُ …‫َ ۡا‬²ِcnۡ َ˜ •ۡ j‫ ﱢ‬Pَ ۡ ۡ ‫ ﱠ‬j‫• ﱢ‬Üِٕ e۟ َQَ‫◌ؕ ا‬


ٍ Òَnِ… eَfc{َ €َ ejَ ‫ِ‚ ُۡونَ َو‬c‫ـ‬Ôٰ …‫ُ ُ` ا‬aَQ ¶
44
Wa maa ja'alnaa libasharim min qablikal khuld; afaimmitta fahumul khaaliduun

Artinya: "Dan Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia sebelum engkau
(Muhammad); maka jika engkau wafat, apakah mereka akan kekal?

ِ Gۡ Lَ …‫ُ ۡا‬sَ’Üِٕ ‫ َذ ٓا‬Ì


‫ت‬ ۡ …‫ﱢ َو ۡا‬PÒ‫… ﱠ‬eِN ۡ`^ُ Gۡ ُcnَۡ l‫نَ ◌ؕ َو‬Gُۡ {€َ Pۡ ُI eَfbۡ َ…ِ‫◌ؕ َوا‬
ٍ œَۡ l ‫ً ُ^]ﱡ‬sَfWۡ ِQ Pِ bَÔ

Kullu nafsin zaaa'iqatul mawt; wa nabluukum bishsharri walkhairi fitnatanw wa ilainaa


turja'uun

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.

4. QS. As-Sajdah ayat 11

Dalam Islam, ada 10 malaikat Allah, salah satunya ada yang bertugas mencabut nyawa yakni
Malaikat Izrail. Maka sudah jelas bahwa kematian akan datang.

Hal tersebut pun diterangkan pada QS. As-Sajdah ayat 11,

ُ َcj‫ ُ‡`ۡ ﱠ‬ÜّQٰ Gََ Wَ| ]ۡ ُ˜


ِ Gۡ Lَ …‫ ۡا‬²
َ‫ن‬Gُۡ {€َ Pۡ ُI ۡ`‡ُ ‫ﱢ‬N‫ َر‬U…ٰ ِ‫ِ ُ‡`ۡ ¯ُ ﱠ` ا‬N ]َ ^‫ ۡى ُو ﱢ‬uِ ‫ت ا…ﱠ‬

Qul yatawaffaakum malakul mawtil lazii wukkila bikum Thumma ilaa rabbikum turja'uun

Katakanlah, "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan
kamu, kemudian kepada Tuhanmu, kamu akan dikembalikan."

Dalam surat QS. Qaf Ayat 19 pun ditegaskan sakaratul maut akan benar-benar terjadi.

‫ـ ﱢ‬gَ …eۡ ِN ‫ت‬


“ ِ Gۡ Lَ …‫ةُ ۡا‬Pَ ‡ۡ ƒَ ‫ٓ َء ۡت‬e€َ ‫ ُ‚ َو‬bۡ gَِ I ُifۡ jِ َ¶fۡ ^ُ ejَ َ²ِ…‫◌ؕ ٰذ‬

Wa jaaa'at kullu nafsim ma'ahaa saaa'iqunw wa shahiid

Artinya: Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak
kamu hindari.

9.Manusia hidup di bumi atas izin Allah SWT dan mati pun atas izin-Nya. Hal tersebut
tercantum dalam QS. Ali 'Imran Ayat 145.

Ê‫ ًﱠ‬€ َºj‫ ﱡ‬eًnWٰ ^ِ ِ‫ﷲ‬ ّ ٰ ‫ ِ ۡذ ِن‬eِN }‫تَ اِ ﱠ‬Gۡ Lُ َI ‫ اَ ۡن‬Ì


ٍ œَۡ fِ… َ‫ن‬e^َ ejَ ‫ َو‬eَafۡ jِ iٖ ِIºۡ ُl eَblۡ ‚‫اب ا… ﱡ‬ ٰ ۡ ‫اب‬
َ Gَ َ¯ ‫ ۡد‬P‫ ۡ• | ِﱡ‬jَ ‫ ◌ؕ َو‬eَafۡ jِ iٖ ِIºۡ ُl ‫ ِة‬Pَ vِ }‫ا‬ َ Gَ َ¯ ‫ ۡد‬P‫ ۡ• | ِﱡ‬jَ ‫ۚ◌ َو‬
َ•|ۡ Pِ ‡ِ Òّ ٰ …‫ ِ•ى ا‬Àَۡ fƒَ ‫◌ؕ َو‬

45
Wa maa kaana linafsin an tamuuta illaa bi iznillaahi kitaabam mu'ajjalaa; wa mai yurid
sawaabad dunyaa nu'tihii minhaa wa mai yurid sawaabal Aakhirati nu'tihii minhaa; wa
sanajzish shaakiriin

Artinya: Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai
ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya
Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat,
Kami berikan (pula) kepadanya pahala (akhirat) itu, dan Kami akan memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur.

7. QS. Al-Jumu'ah Ayat 8

8. Dalam QS. Al-Jumu'ah Ayat 8 tertera bahwa kematian tidak dapat dihindari. Kapanpun, di
mana pun, kematian pasti akan menemui seluruh makhluk Allah SWT.

ۡ`‡ُ bۡ ِ’cٰ jُ ٗi‫ﱠ‬lِeَQ ُifۡ jِ َ‫ﱡ ۡون‬PِœَI ‫ ۡى‬uِ ‫تَ ا…ﱠ‬Gۡ Lَ …‫نَ ˜ُ ۡ] اِ ﱠن ۡا‬Gۡ ُcLَ {َۡ I ۡ`ُWfۡ ^ُ eLَ ِN ۡ`‡ُ ُÁ‫ﱢ‬nَfُbَQ ‫ َد ِة‬eَaÒ‫ َوا… ﱠ‬¢
ِ bَۡ t…‫ِ ِ` ۡا‬cdٰ U…ٰ ِ‫ ﱡد ۡونَ ا‬Pَ ُI `‫¯ُ ﱠ‬

Qul innal mawtal lazii tafirruuna minhu fa innahuu mulaaqiikum summa turadduuna ilaa
'Aalimil Ghaibi wash shahaadati fa yunabbi'ukum bimaa kuntum ta'maluun

Artinya: Katakanlah, "Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui
kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan
yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."

9. QS. Al-Munafiqun Ayat 11 menegaskan bahwa kematian benar-benar akan datang.

ّ ٰ Pَ v‫َ ﱢ‬º|‫نَ َو…َ ۡ• ﱡ‬Gۡ ُcLَ {َۡ I eLَ ِN Pٌ ۢ bۡ nِ َv ُ‫ﷲ‬


eَaُc€َ َ‫ٓ َء ا‬e€َ ‫ اِ َذا‬eًkœَۡ l ُ‫ﷲ‬ ّ ٰ ‫◌ؕ َو‬

Wa lany yu 'akhkhiral laahu nafsan izaa jaaa'a ajaluhaa; wallaahu khabiirum bimaa ta'maluun

Artinya: "Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya
telah datang. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan."

10. QS. An-Nahl Ayat

Ada dua amalan yang kita ketahui, amalan baik amalan buruk. Amalan baik berasal dari
perbuatan baik umat manusia dan akan menambahkan pahala. Sedangkan amalan buruk
merupakan hasil perbuatan buruk atau jahat yang dilakukan oleh manusia dan akan
menambah dosa. Barang siapa yang memiliki bekal amal baik yang banyak, maka ia akan
dipersilakan masuk ke dalam surga oleh malaikat. Hal tersebut dijelaskan dalam surat QS.
An-Nahl Ayat 32.

46
ۤ
َ ُs‡َ Üِٕ cٰ Lَ …‫ُ ُ` ۡا‬aÜّQٰ Gََ WَI َ•|ۡ uِ ‫نَ ا…ﱠ‬Gۡ ُcLَ {َۡ I ۡ`ُWfۡ ^ُ eLَ ِN َs‫ﱠ‬f‫ـ‬Àَ …‫ا ۡا‬Gُcvُ ‫ ُ‡ ۙ ُ` ۡاد‬bۡ َcdَ `ٌ cٰ ƒَ َ‫ن‬Gۡ ُ…Gۡ ُ’|َ ◌ۙ
َ•bۡ n‫ ِﱢ‬b‫ط‬

Allaziina tatawaf faahumul malaaa'ikatu taiyibiina yaquuluuna salaamun 'alai kumud khulul
Jannata bimaa kuntum ta'maluun

Artinya: (yaitu) orang yang ketika diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik, mereka
(para malaikat) mengatakan (kepada mereka), "Salamun ‘alaikum, masuklah ke dalam surga
karena apa yang telah kamu kerjakan."

11. QS. Al-Anfal Ayat 50

jika manusia dengan amal baik akan dipersilakan masuk ke surga, sedangkan seseorang yang
memiliki banyak amal buruk akan dicabut nyawanya oleh malaikat sambil dipukul wajah dan
punggungnya.

Hal tersebut dijelaskan dalam Al-Anfal Ayat 50.

‫ُوا‬Pَœ^َ َ•|ۡ uِ ‫ ا…ﱠ‬U‫ﱠ‬QGََ Wَ| ‫ى اِ ۡذ‬Pَٓ ٰ I Gۡ َ… ‫“ َو‬ ۡ َ uَ dَ ‫ا‬Gۡ ُ˜‫رھُ`ۡۚ َو ُذ ۡو‬e


ِ |ۡ Pِ gَ …‫اب ا‬ ۡ َ| ُs‡َ Üِٕ cٓ ٰ Lَ …‫ۙ◌ ۡا‬
َ Nَ ‫ُ`ۡ َواَ ۡد‬aَ‫ھ‬Gُۡ €‫نَ ُو‬Gُۡ NPِ Ç

Wa law taraaa iz yatawaf fal laziina kafarul malaaa'ikatu yadribuuna wujuuhahum wa


adbaarahum wa zuuquu 'azaabal hariiq

Artinya: Dan sekiranya kamu melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang yang
kafir sambil memukul wajah dan punggung mereka (dan berkata), "Rasakanlah olehmu siksa
neraka yang membakar."

Itulah 10 ayat Alquran tentang kematian. Semoga dapat membantu Mama mengajarkan
kepada anak bahwa hidup ini hanya sementara dan semua akan mati sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Dalam Islam, orang yang banyak mengingat kematian disebutkan oleh Rasulullah SAW
sebagai orang yang cerdas. Hikmahnya, hati semakin tenteram dan tidak terlalu banyak
angan-angan.

Karena sebenarnya, sumber dari kesusahan dan masalah adalah banyaknya keinginan. Saat
memiliki banyak keinginan, otak akan berputar mencari cara untuk memenuhinya, sehingga
menjadi lalai dari kehidupan setelah kematian.

Ada banyak sekali ayat Alquran tentang kematian. Ini bisa digunakan sebagai pengingat
untuk memperbanyak amalan shaleh. Beberapa di antaranya yakni:

1. Ayat Alquran tentang Kematian yang Pasti

47
َ‫ِ ُ‚ون‬c َÔٰ …‫ُ ُ` ْٱ‬aَQ ¶
‫ ﱠ‬j‫ ِ ۟|• ﱢ‬qَQَ‫ َ‚ ۖ أ‬cْ Ôُ …‫َ ْٱ‬²ِcnْ َ˜ •j‫ ﱢ‬Pَ
ٍ Òَnِ… eَfcْ {َ €َ ejَ ‫َو‬

Artinya: “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu
(Muhammad); maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? (QS Al-Anbiya: 34).

2. Ayat Alquran tentang Kematian Sebagai Takdir Manusia

َ‫ن‬Gُ{€َ ْPُI eَfbْ َ…ِ‫ً ۖ َوإ‬sَfWْ ِQ Pِْ b َÔ…‫ﱢ َو ْٱ‬PÒ‫ِﭑ… ﱠ‬N `^ُ Gُcnْ َl‫ت ۗ َو‬
ِ ْGLَ …‫ُ ْٱ‬sَ’ِÏ‫ َذ ٓا‬Ì
ٍ œْ َl ‫ُ^]ﱡ‬

Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada
Kamilah kamu dikembalikan,” (QS Al-Anbiya: 35)

3. Ayat Alquran tentang Kematian dan Amal

‫ ُر‬Gُœtَ …‫ ْٱ… َ{ ِ•| ُ• ْٱ‬Gَُ ‫ ۚ َوھ‬Êً Lَ dَ ُ•kَ ْOَ‫ ُ^ ْ` أَ ﱡ| ُ‡ ْ` أ‬Gَ ُcnْ َbِ… َ‫ة‬Gٰ َbgَ …‫ْ تَ َو ْٱ‬GLَ …‫“ ْٱ‬
َ َc َv ‫ى‬uِ ‫ٱ…ﱠ‬

Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” (QS Al-Mulk: 2)

4. Ayat Alquran tentang Kematian yang Tidak Bisa Ditunda

َ‫ن‬Gjُ ‚ِ ’ْ َWkْ َ| }َ ‫ً ۖ َو‬sdَ eƒَ َ‫ُون‬Pvِ ْÐَWkْ َ| }َ `ْ ُaُc€َ َ‫ٓ َء أ‬e€َ ‫ ِ َذا‬qَQ ۖ ]ٌ €َ َ‫ أ‬sٍ j‫َو…ِ ُ‡]ﱢ أُ ﱠ‬

Artinya: “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya
mereka tidak dapat mengundurkan-nya barang sesaat-pun dan tidak dapat (pula) memajukan-
nya,” (QS Al A’raf: 34).

5. Ayat Alquran tentang Kematian Sebagai Musibah

‫ ٱ… ٰ ﱠ‬Pِ Ò‫َ ﱢ‬N‫ت ۗ َو‬


َ•|Pِ ِn¿ ِ ُœlَÃ‫ ِل َو ْٱ‬Gَ ٰ jْ َÃ‫•َ ْٱ‬j‫ ﱢ‬è
ِ Pَ ٰ Lَ ‫ﱠ‬Ë…‫ َوٱ‬Ì ِ À…‫ف َو ْٱ‬
ٍ ’ْ lَ ‫ع َو‬Gُ ِ ْG َÔ…‫•َ ْٱ‬j‫ ٍء ﱢ‬Uَ
ْ ÒِN `‡ُ ‫ﱠ‬lGَ ُcnْ َfَ…‫َو‬

Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa (kematian) dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar,” (QS Al-Baqarah: 155).

6. Ayat Alquran tentang Kematian Syuhada

‫ْ ز‬Pُ| `ْ aِ ‫ﱢ‬N‫ َ‚ َر‬fdِ ‫ٓ ٌء‬eَb ْOَ‫َ]ْ أ‬N ۚ eًIۢ Gَ ٰ jْ َ‫ٱ—ِ أ‬


‫] ﱠ‬b ۟ ُcِWُ˜ َ•|uِ ‫َ ﱠ• ٱ…ﱠ‬nkَ ْgَI }َ ‫َو‬
ِ ِnƒَ UِQ ‫ا‬G

Artinya: “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati;
bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki,” (Q.S Ali Imran: 169).

7. Ayat Alquran tentang Kematian Atas Izin Allah

48
ۚ eَafْ jِ ‫ۦ‬iِ ِIºْ ُl ‫ ِة‬Pَ v‫ا‬ َ Gَ ¯َ ‫ ْد‬Pُِ | •jَ ‫ ۗ َو‬Ê‫ ًﱠ‬€ َºj‫ ﱡ‬eًnَWٰ ^ِ ِ—‫ٱ‬
َ Gَ َ¯ ‫ ْد‬Pُِ | •jَ ‫ َو‬eَafْ jِ i‫ِِۦ‬Iºْ ُl eَblْ ‚‫اب ٱ… ﱡ‬
ِ ‫اب ٱلْ َء‬ ‫ ِ ْذ ِن ﱠ‬qِN }‫تَ إِ ﱠ‬GLُ َI ‫ أَن‬Ì
ٍ œْ fَ ِ… َ‫ن‬e^َ ejَ ‫َو‬
َ•|Pِ ‡ِ Ò‫ْ ِ•ى ٱ… ٰ ﱠ‬Àَfƒَ ‫َو‬

Artinya: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai
ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya
Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat,
Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur,” (QS Ali Imran: 145)

8. Ayat Alquran tentang Kematian Orang Zalim

ٓ ٰ Pََ I ْGَ…‫ٱ—ُ ۗ َو‬


‫ى إِ ِذ‬ ‫•َ َل ﱠ‬lَ‫ٓ أ‬ejَ ]َ Ëْ jِ ‫• ُل‬l ُ َ َ˜ •jَ ‫ ٌء َو‬Uَ ْ [ iِ bْ َ…ِ‫ح إ‬Gَُ | `ْ َ…‫ َو‬U‫ إِ…َ ﱠ‬Uَ O‫و‬ ِ ُ‫ل أ‬e َ َ˜ ْ‫ أَو‬eًNuِ ^َ ِ—‫ٱ‬ ْ َ‫ ْ• أ‬jَ ‫َو‬
‫ ﱠ‬Uَcdَ ‫ ٰى‬Pََ WQْ ‫ ِ• ٱ‬L‫ ﱠ‬jِ `ُ َc‫ظ‬
ِ Ѓَ ‫ل‬e
ٓ ٰ
‫ ﱠ‬Uَcdَ َ‫ن‬Gُ…Gُ’َI `ْ ُWf^ُ eLَ ِN ‫ن‬Gُ
ِ—‫ٱ‬ ِ a…‫اب ْٱ‬ ِ َN ُs‡َ ِÁَcٰ Lَ …‫ت َو ْٱ‬
َ uَ dَ َ‫ْ •َ وْ ن‬ÀُI ‫ْ َم‬Gَb…‫ ُ‡ ُ` ۖ ْٱ‬kَ ُœlَ‫ ۟ا أ‬Gُٓ €Pِ vْ َ‫ ْ` أ‬aِ |‚ِ |ْ َ‫ ۟ا أ‬Gٓ ُ´ƒe ِ ْGLَ …‫ت ْٱ‬
ِ Pَ ٰ Lَ ìَ UِQ َ‫ن‬GLُ ِc‫ﱠ‬Å…‫ٱ‬
‫ ﱢ‬gَ …‫ ْٱ‬Pَْ bìَ
َ‫ُون‬Pnِ ‡ْ Wَ kْ َI ‫ۦ‬iِ ِWَ|ٰ ‫ َْ• َءا‬d `ْ ُWf^ُ ‫“ َو‬

Artinya: “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang berdusta terhadap Allah atau
yang berkata: “Telah diwahyukan kepada saya”, padahal tidak ada diwahyukan sesuatu-pun
kepadanya, dan orang yang berkata: “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan
Allah”.

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam
tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata):
“Keluarkanlah nyawamu”

Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu
mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya,” (QS. Al-An’am: 93)

Hadits tentang Kematian

Setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mendapatkan kematian. Meski waktunya hanya
Allah SWT yang tahu, umat Islam diperintahkan untuk terus mempersiapkan bekal dan
mengingatnya.

Di dalam kitab Lubbabul Hadis bab ke tiga puluh tujuh, Imam As-Suyuthi menuliskan
beberapa hadits yang berkaitan dengan kematian. Beberapa di antaranya yakni:

9. Hadits tentang Kematian dan Amalan

ُiَ… ْGdُ ‚ْ َ| {ï َ ‚ٍ َ…‫ أَوْ َو‬iِ ِN ¥ُ ِœَWfْ َ| `ٍ cْ dِ ْ‫ أَو‬sٍ َ|‫ر‬e


ٍ ِ … e³ ِ €َ sٍ َ˜‚َ ³ ٍ Êَ َ¯ •ْ jِ ّ}‫ُ إ‬iُcLَ dَ ¥َ ´
َ :‫ث‬ َ َ’lْ ‫•َ آ َد َم ا‬Nْ ‫تَ ا‬ejَ ‫ }إ َذا‬:‫ ُم‬Ê‫ َﱠ‬k…‫ ا‬iِ bْ َcdَ ‫ل‬e
َ َ˜‫َو‬

49
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Jika manusia itu meninggal dunia, maka
terputus amalnya kecuali tiga hal, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak yang
shalih yang mendoakannya,” (HR Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i).

10. Hadits tentang Kematian di Jalan Allah SWT

{‫ْ ِر‬Gُnُ’…‫ ْ• أَ ْھ ِ] ْا‬jِ َ²َkœْ َl ‚‫ ﱠ‬dُ ‫ ٍْ] َو‬bnِ ƒَ PِNeَd ْ‫ٌ أَو‬¢ْ|Pَ
ِ ì َ²‫ﱠ‬lÐ^َ eَblْ ‚‫ ا… ﱡ‬UِQ •ْ ^ُ } :‫ ُم‬Ê‫ َﱠ‬k…‫ةُ َوا‬Ê‫ ا…¿ َﱠ‬iِ bْ َcdَ ‫ل‬e
َ َ˜‫َو‬

Dari Ibnu ‘Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: “Jadilah di dunia seperti kamu mengembara
atau berjuang di jalan Allah dan anggaplah dirimu (termasuk) dari ahli kubur,” (HR Ahmad,
Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah).

11. Hadits tentang Kematian

{ َÓ‫ﱠ‬c َv ejَ ُ‫س‬e‫ﱠ‬f…‫ْ ُل ا‬Gُ’َ|‫ ˜َ ﱠ‚ َم َو‬ejَ ُs‡َ Ïِ َÊLَ …‫ْ ُل ْا‬Gُ’َI ¶‫ﱢ‬
ُ bLَ …‫تَ ْا‬ejَ ‫ }إِ َذا‬:‫ ُم‬Ê‫ َﱠ‬k…‫ةُ َوا‬Ê‫ ا…¿ َﱠ‬iِ bْ َcdَ ‫ل‬e
َ َ˜‫َو‬

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Jika ada orang yang meninggal dunia,
maka malaikat berkata apa yang telah lalu (amal), sedangkan manusia membicarakan apa
yang ia tinggalkan (warisan),” (HR Baihaqi).

Semoga dengan membaca ayat Alquran tentang kematian beserta haditsnya ini dapat
menambah keimanan dan termotivasi untuk melakukan amalan kebaikan.

Kematian adalah sesuatu yang pasti, akan tetapi tidak ada satupun makhluk di dunia ini yang
tahu kapan dirinya akan mati. Dalam Islam, dijelaskan bahwa hidup di dunia ini hanya
sementara, kehidupan yang kekal ada di akhirat kelak.

Sebagai umatnya yang beriman, kamu perlu menyiapkan amal sebaik-baiknya sebelum hari
kematian datang. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Perbanyaklah kalian
dalam mengingat penghancur segala kelezatan dunia, yaitu kematian.” (HR At-Tirmidzi).

Di dalam Alquran, sudah dijelaskan bahwa kematian adalah hal yang nyata. Kematian telah
disebut dan dijelaskan di beberapa ayat Alquran. Inilah ayat Alquran mengenai kematian
lengkap Arab dan terjemahannya.

1. Surat Ar Rahman ayat 26-27

‫ ٍن‬eَQ eَabْ َcdَ •ْ jَ ‫ُ^]ﱡ‬

Kullu man 'alaihaa faan

Artinya: "Semua yang ada di bumi itu akan binasa.

50
ٰ
ِ ْ ‫َ ِ] َو‬cÀَ …‫َ ُذو ْٱ‬²‫ﱢ‬N‫ُ َر‬i ْ€‫ َو‬Uٰ َ’nْ َ|‫َو‬
‫ ِام‬Pَ ^ْ Í‫ٱ‬

Wa yabqa waj-hu rabbika zul-jalali wal-ikram

Artinya: "Dan tetap kekal zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan."

2. Surat Al Mulk ayat 2

‫ ُر‬Gُœtَ …‫ ْٱ… َ{ ِ•| ُ• ْٱ‬Gَُ ‫ ۚ َوھ‬Êً Lَ dَ ُ•kَ ْOَ‫ ُ^ ْ` أَ ﱡ| ُ‡ ْ` أ‬Gَ ُcnْ َbِ… َ‫ة‬Gٰ َbgَ …‫ْ تَ َو ْٱ‬GLَ …‫“ ْٱ‬
َ َc َv ‫ى‬uِ ‫ٱ…ﱠ‬

Allazi khalaqal-mauta wal-hayata liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amala, wa huwal-'azizul-


gafur

Artinya: "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."

3. Surat Al Anbiya ayat 34-35

‚َ c‫ ۡـ‬Ôُ …‫َ ۡا‬²ِcnۡ َ˜ •ۡ j‫ ﱢ‬Pَ ۡ ۡ ‫ ﱠ‬j‫• ﱢ‬Üِٕ e۟ َQَ‫◌ؕ ا‬


ٍ Òَnِ… eَfc{َ €َ ejَ ‫ِ‚ ُۡونَ َو‬c‫ـ‬Ôٰ …‫ُ ُ` ا‬aَQ ¶

Wa maa ja'alnaa libasharim min qablikal khuld afaimmitta fahumul khaaliduun

Artinya: "Dan kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia sebelum engkau
(Muhammad) maka jika engkau wafat, apakah mereka akan kekal?

ِ Gۡ Lَ …‫ُ ۡا‬sَ’Üِٕ ‫ َذ ٓا‬Ì


‫ت‬ ۡ …‫ﱢ َو ۡا‬PÒ‫… ﱠ‬eِN ۡ`^ُ Gۡ ُcnَۡ l‫نَ ◌ؕ َو‬Gُۡ {€َ Pۡ ُI eَfbۡ َ…ِ‫◌ؕ َوا‬
ٍ œَۡ l ‫ً ُ^]ﱡ‬sَfWۡ ِQ Pِ bَÔ

Kullu nafsin zaaa'iqatul mawt wa nabluukum bishsharri walkhairi fitnatanw wa ilainaa


turja'uun

Artinya: "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada kami."

4. Surat As Sajdah ayat 11

ُ َcj‫ ُ‡`ۡ ﱠ‬ÜّQٰ Gََ Wَ| ]ۡ ُ˜


ِ Gۡ Lَ …‫ ۡا‬²
َ‫ن‬Gُۡ {€َ Pۡ ُI ۡ`‡ُ ‫ﱢ‬N‫ َر‬U…ٰ ِ‫ِ ُ‡`ۡ ¯ُ ﱠ` ا‬N ]َ ^‫ ۡى ُو ﱢ‬uِ ‫ت ا…ﱠ‬

Qul yatawaffaakum malakul mawtil lazii wukkila bikum thumma ilaa rabbikum turja'uun

Katakanlah, "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan
kamu, kemudian kepada Tuhanmu, kamu akan dikembalikan

5. Surat Qaf ayat 19

‫ـ ﱢ‬gَ …eۡ ِN ‫ت‬


“ ِ Gۡ Lَ …‫ةُ ۡا‬Pَ ‡ۡ ƒَ ‫ٓ َء ۡت‬e€َ ‫ ُ‚ َو‬bۡ gَِ I ُifۡ jِ َ¶fۡ ^ُ ejَ َ²ِ…‫◌ؕ ٰذ‬

51
Wa jaaa'at kullu nafsim ma'ahaa saaa'iqunw wa shahiid

Artinya: "Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak
kamu hindari."

6. Surat Ali Imran ayat 102

َ‫ن‬GLُ ِckْ j‫ُ` ﱡ‬Wlَ‫ُ ﱠ• إِ ﱠ} َوأ‬IGLُ Iَ }َ ‫ۦ َو‬iِ ِIeَ’ُI “ ‫ا ﱠ‬G


‫ ﱠ‬Oَ َ—‫ٱ‬ ۟ ُfj‫|•َ َءا‬uِ ‫ ٱ…ﱠ‬eَa|‫ َ ﱡ‬Ðَ|ٓ ٰ
۟ ُ’‫ﱠ‬I‫ا ٱ‬G
َ

Ya ayyuhallazina amanuttaqullaha haqqa tuqatihi wa la tamụtunna illa wa antum muslimun

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama islam."

7. Surat Ali Imran ayat 145

Ê‫ ًﱠ‬€ َºj‫ ﱡ‬eًnWٰ ^ِ ِ‫ﷲ‬ّ ٰ ‫ ِ ۡذ ِن‬eِN }‫تَ اِ ﱠ‬Gۡ Lُ َI ‫ اَ ۡن‬Ì


ٍ œَۡ fِ… َ‫ن‬e^َ ejَ ‫ َو‬eَafۡ jِ iٖ ِIºۡ ُl eَblۡ ‚‫اب ا… ﱡ‬ ٰ ۡ ‫اب‬
َ Gَ َ¯ ‫ ۡد‬P‫ ۡ• | ِﱡ‬jَ ‫ ◌ؕ َو‬eَafۡ jِ iٖ ِIºۡ ُl ‫ ِة‬Pَ vِ }‫ا‬ َ Gَ َ¯ ‫ ۡد‬P‫ ۡ• | ِﱡ‬jَ ‫ۚ◌ َو‬
َ•|ۡ Pِ ‡ِ Òّ ٰ …‫ ِ•ى ا‬Àَۡ fƒَ ‫◌ؕ َو‬

Wa maa kaana linafsin an tamuuta illaa bi iznillaahi kitaabam mu'ajjalaa, wa mai yurid
sawaabad dunyaa nu'tihii minhaa wa mai yurid sawaabal aakhirati nu'tihii minhaa, wa
sanajzish shaakiriin

Artinya : Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan."

8. Surat Al Jumu'ah ayat

ۡ`‡ُ bۡ ِ’cٰ jُ ٗi‫ﱠ‬lِeَQ ُifۡ jِ َ‫ﱡ ۡون‬PِœَI ‫ ۡى‬uِ ‫تَ ا…ﱠ‬Gۡ Lَ …‫نَ ˜ُ ۡ] اِ ﱠن ۡا‬Gۡ ُcLَ {َۡ I ۡ`ُWfۡ ^ُ eLَ ِN ۡ`‡ُ ُÁ‫ﱢ‬nَfُbَQ ‫ َد ِة‬eَaÒ‫ َوا… ﱠ‬¢
ِ bَۡ t…‫ِ ِ` ۡا‬cdٰ U…ٰ ِ‫ ﱡد ۡونَ ا‬Pَ ُI `‫¯ُ ﱠ‬

Qul innal mawtal lazii tafirruuna minhu fa innahuu mulaaqiikum summa turadduuna ilaa
'aalimil ghaibi wash shahaadati fa yunabbi'ukum bimaa kuntum ta'maluun

Artinya: "Katakanlah, "Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti
menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang
gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."

9. Surat Al Munafiqun ayat 11

ّ ٰ Pَ v‫َ ﱢ‬º|‫نَ َو…َ ۡ• ﱡ‬Gۡ ُcLَ {َۡ I eLَ ِN Pٌ ۢ bۡ nِ َv ُ‫ﷲ‬


eَaُc€َ َ‫ٓ َء ا‬e€َ ‫ اِ َذا‬eًkœَۡ l ُ‫ﷲ‬ ّ ٰ ‫◌ؕ َو‬

52
Wa lany yu 'akhkhiral laahu nafsan izaa jaaa'a ajaluhaa, wallaahu khabiirum bimaa ta'maluun

Artinya: "Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya
telah datang. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan."

10. Surat An Nahl ayat 32


ۤ
َ ُs‡َ Üِٕ cٰ Lَ …‫ُ ُ` ۡا‬aÜّQٰ Gََ WَI َ•|ۡ uِ ‫نَ ا…ﱠ‬Gۡ ُcLَ {َۡ I ۡ`ُWfۡ ^ُ eLَ ِN َs‫ﱠ‬f‫ـ‬Àَ …‫ا ۡا‬Gُcvُ ‫ ُ‡ ۙ ُ` ۡاد‬bۡ َcdَ `ٌ cٰ ƒَ َ‫ن‬Gۡ ُ…Gۡ ُ’|َ ◌ۙ
َ•bۡ n‫ ِﱢ‬b‫ط‬

Allaziina tatawaf faahumul malaaa'ikatu taiyibiina yaquuluuna salaamun 'alai kumud khulul
jannata bimaa kuntum ta'maluun

Artinya: "(yaitu) orang yang ketika diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik,
mereka (para malaikat) mengatakan (kepada mereka), "Salamun ‘alaikum, masuklah ke dalam
surga karena apa yang telah kamu kerjakan."

11. Surat Al Anfal ayat 50

‫ُوا‬Pَœ^َ َ•|ۡ uِ ‫ ا…ﱠ‬U‫ﱠ‬QGََ Wَ| ‫ى اِ ۡذ‬Pَٓ ٰ I Gۡ َ… ‫“ َو‬ ۡ َ uَ dَ ‫ا‬Gۡ ُ˜‫رھُ`ۡۚ َو ُذ ۡو‬e


ِ |ۡ Pِ gَ …‫اب ا‬ ۡ َ| ُs‡َ Üِٕ cٓ ٰ Lَ …‫ۙ◌ ۡا‬
َ Nَ ‫ُ`ۡ َواَ ۡد‬aَ‫ھ‬Gُۡ €‫نَ ُو‬Gُۡ NPِ Ç

Wa law taraaa iz yatawaf fal laziina kafarul malaaa'ikatu yadribuuna wujuuhahum wa


adbaarahum wa zuuquu 'azaabal hariiq

Artinya: "Dan sekiranya kamu melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang
yang kafir sambil memukul wajah dan punggung mereka (dan berkata), "Rasakanlah olehmu
siksa neraka yang membakar."

12. Surat Al An’am ayat 61

ُ ْGLَ …‫ َ‚ ُ^ ُ` ْٱ‬Oَ َ‫ٓ َء أ‬e€َ ‫ إِ َذا‬Uٓ ٰ ‫ﱠ‬WOَ ًsÅ


ُ ‫ﱢ‬Pَœُ| }َ `ْ ُ‫ َوھ‬eَfُcƒُ ‫ُ ُر‬iWْ ‫ﱠ‬QGََ I ‫ت‬
َ‫ن‬G‫ط‬ َ ْGَQ Pُ ‫ ِھ‬eَ’…‫ ْٱ‬Gَُ ‫َوھ‬
َ َœOَ `ْ ‡ُ bْ َcdَ ]ُ ƒِ ْPُ|‫ ِد ِهۦ ۖ َو‬eَndِ ‫ق‬

Wa huwal-qahiru fauqa 'ibadihi wa yursilu 'alaikum hafazah, hatta iza ja`a ahadakumul-mautu
tawaffat-hu rusuluna wa hum la yufarritun

Artinya: "Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan
diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada
salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat kami, dan malaikat-
malaikat kami itu tidak melalaikan kewajibannya."

Itulah kumpulan ayat Alquran mengenai kematian lengkap dengan bahasa Arab dan
terjemahannya. Seluruh makhluk di dunia ini telah ditetapkan waktu kelahiran dan
kematiannya. Sebagai umat yang beriman, sudah semestinya kamu mempersiapkan sebaik-

53
baiknya amalan, agar tidak ada penyesalan kelak. Dengan mengingat kematian, akan
meningkat juga ketaqwaan dan keinginan untuk memperbaiki diri. Amin.

BAB VI
AMAR MAKRUF-NAHI MUNGKAR

Amar makruf nahi mungkar dalam istilah fiqh disebut dengan al Hisbah. Perintah yang
ditujukan kepada semua masyarakat untuk mengajak atau menganjurkan perilaku kebaikan
dan mencegah perilaku buruk.

Bagi umat Islam, amar makruf nahi mungkar adalah wajib, sebab syariat Islam memang
menempatkannya pada hukum dengan level wajib. Dan siapa pun dari kita yang
meninggalkannya, maka kita akan berdosa dan mendapatkan hukuman berupa siksa yang
sangat pedih dan menyakitkan.

Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits

"Hendaklah kamu beramar makruf (menyuruh berbuat baik) dan benahi mungkar (melarang
berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling
jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdoa dan tidak
dikabulkan (doa mereka)." (HR. Abu Dzar).

54
Selain itu, amar makruf nahi mungkar merupakan prinsip dasar agama Islam yang harus
dilakukan oleh setiap muslim.

Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur'an:


ٓ
َ‫ن‬Gُgِcœْ Lُ …‫َ ھُ ُ` ْٱ‬²ِÁَ…ٰ ‫ ۚ َوأُ ۟و‬Pِ ‡َ fLُ …‫ َِ• ْٱ‬d َ‫ْ ن‬Gَafْ |َ ‫ُوف َو‬
ِ P{ْ Lَ …‫ِ ْﭑ‬N َ‫ُون‬Pjُ ْÐَ|‫ َو‬Pِْ b َÔ…‫ ْٱ‬Uَ…ِ‫نَ إ‬Gdُ ‚ْ َ| ٌsj‫ ُ‡ ْ` أُ ﱠ‬fj‫َ ُ‡• ﱢ‬W…ْ ‫َو‬

Artinya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-
orang yang beruntung." (QS. Ali Imran: 104)

Dalam ayat lain, Allah SWT juga memerintahkan amar makruf nahi mungkar, karena perilaku
ini merupakan perbuatan yang dapat memberikan keuntungan bagi pelakunya.

Allah SWT berfirman:

Pِ ‡َ fLُ …‫ َِ• ْٱ‬d `ْ ُaÜٰ aَ fْ |َ ‫ُوف َو‬ ِ P{ْ Lَ …‫ِ ْﭑ‬N `ُ‫ھ‬Pُ jُ ْÐَ| ]b ِ Àِ lÍ‫ٱ‬ِ ْ ‫ َو‬sِ Üٰ ‫ْ َر‬G‫ﱠ‬W…‫ ٱ‬UQِ `ْ ُ‫ َ‚ھ‬fdِ eًNGُW‡ْ jَ ُi‫َ ۥ‬l‫‚ُو‬Àِ َ| ‫ى‬uِ ‫ ٱ…ﱠ‬U‫ ﱠ‬j‫ُ ﱢ‬Ã‫ ْٱ‬U‫ِ ﱠ‬n‫ﱠ‬f…‫ل ٱ‬Gُ َ ƒP‫نَ ٱ… ﱠ‬Gُ{ِn‫ﱠ‬Wَ| َ•|uِ ‫ٱ…ﱠ‬
ُ ‫ُوه‬P¿َ َ l‫ ﱠ•رُوهُ َو‬dَ ‫ۦ َو‬iِ ِN ‫ا‬G ۟ ُfj‫|•َ َءا‬uِ ‫َﭑ…ﱠ‬Q ۚ `ْ aِ bْ َcdَ ¶
َ ْ َle^َ UِW‫َ َ] ٱ…ﱠ‬cٰ ìْ َÃ‫ھُ ْ` َو ْٱ‬Pَ ْ³ِ‫ُ ْ` إ‬afْ dَ ¥ُ Ç
َ َ|‫~ َو‬َ ِÁَnٓ ٰ َÔ…‫ ُ` ْٱ‬aِ bْ َcdَ ‫ﱢ ُم‬Pgَُ |‫¶ َو‬
ِ َnٰ ‫ﱢ‬b‫ُ ُ` ٱ…´ﱠ‬aَ… ‫]ﱡ‬gُِ |‫َو‬
ٓ
َ‫ن‬Gُgِcœْ Lُ …‫َ ھُ ُ` ْٱ‬²ِÁَ…ٰ ‫ُ ۙ أُ ۟و‬i‫ َ{ ٓۥ‬jَ ‫• َل‬l ُ ٓ uِ ‫ر ٱ…ﱠ‬G
ِ ‫ىأ‬ َ f‫ا ٱ… ﱡ‬Gُ ۟ {َn‫ﱠ‬I‫َوٱ‬

Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh
mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang
buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-
orang yang beruntung." (QS al-A'raaf: 157).

Perintah amar makruf nahi mungkar juga banyak dijelaskan dalam hadits. Salah satunya
adalah hadits dari Abi Said al-Khudri:

"Siapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka
ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut
adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim).

"Tidaklah seorang Nabi pun yang Allah Ta'ala utus di suatu umat sebelumku, kecuali
memiliki pengikut-pengikut setia dan sahabat-sahabat. Mereka mengambil sunnahnya dan
mengikuti perintahnya. Kemudian, datang generasi-generasi setelahnya yang mengatakan hal
yang tidak mereka ketahui dan tidak diperintahkan. Maka, barang siapa memerangi mereka

55
dengan tangannya maka ia adalah mukmin. Dan, barang siapa memerangi mereka dengan
lisannya maka ia adalah mukmin. Dan, barang siapa memerangi mereka dengan hatinya maka
ia adalah mukmin. Dan, tidak pernah ada di belakang itu semua keimanan sebesar biji atom."

Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Terjemah: Nabi saw. bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaknya
kalian benar-benar mengajak kepada yang ma’ruf dan benar-benar mencegah dari yang
munkar atau jika tidak, niscaya Allah akan mengirimkan hukuman/siksa kepada kalian sebab
keengganan kalian tersebut, kemudian kalian berdo’a kepada-Nya namun do’a kalian tidak
lagi dikabulkan.”

(HR. Tirmidzi dari Hudzaifah ibn al-Yaman, hadits no. 2095)

Hadits diriwayatkan oleh Tirmidzi dengan jalur sanad berturut-turut dari tingkat sahabat:
Hudzaifah ibn al-Yaman, Abdullah al-Anshori, ‘Amr ibn Abi ‘Amr, Abdul Aziz ibn
Muhammad, Qutaibah, Tirmidzi. Hadits ini menurut penilaian Tirmidzi berkualitas hasan.
(lihat Sunan al-Tirmidzi, 8: 75). Muhammad Nashiruddin Albani juga menilai hadits ini
berkualitas hasan (Shahih wa Dha’if Sunan al-Tirmidzi, 5: 169).

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad ibn Hanbal (Musnad Ahmad, 47: 281, hadis no.
22212, dan 47:307, hadits no. 22238) dan Baihaqi (al-Sunan al-Kubra, 10: 302).

Mufradat:

Ma’ruf: Semua jenis perbuatan yang diketahui oleh akal atau oleh syariat akan kebaikannya;
perbuatan baik.

Munkar: Semua jenis perbuatan yang tidak diketahui atau diingkari oleh akal atau oleh syariat
akan kebaikannya; perbuatan buruk.

1. Beramar ma’ruf nahi munkar atau akan disiksa dan doanya tidak dikabulkan

Hadis Nabi saw ini kembali menegaskan akan kewajiban setiap muslim untuk mengajak
orang lain, dirinya sendiri serta keluarganya kepada kebaikan dan mencegah perbuatan yang
buruk. Hukum wajib tersebut tercermin pada ancaman yang dikemukakan oleh Nabi
Muhammad SAW. bagi orang-orang yang tidak melakukan amar ma’ruf nahi munkar
tersebut, yaitu akan diberi hukuman/siksa atas keengganannya tersebut, dan juga pada saat itu
do’a yang ia panjatkan tidak akan dikabulkan lagi oleh Allah.

56
Hadits ini seiring dengan firman Allah dalam Qs. Ali Imran/3 ayat 110, terjemah: Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.

Ayat ini memerintahkan agar ada sebagian dari golongan kaum muslimin untuk menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Dengan
hadits riwayat Hudzaifah tersebut, kata waltakun minkum yang artinya, “hendaknya sebagian
dari kamu sekalian menjadi” dipahami dengan waltakun kullun minkum yang artinya
“hendaknya setiap kamu sekalian menjadi” (lihat Tafsir ibn Katsir, 2: 91).

Terjemah Qs. Ali Imran/3 ayat 110: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Menurut
ayat ini, sifat umat terbaik, salah satunya adalah menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang munkar.

Terjemah Qs. at-Taubah/9 ayat 71: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan
zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Ayat ini menegaskan bahwa salah
satu ciri orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan adalah menyuruh mengerjakan yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.

Perbuatan ma’ruf adalah perbuatan baik yang kebaikannya diketahui dengan salah satu dari
dua jalan. Pertama, diketahui oleh akal pikiran yang sehat. Kedua, diketahui melalui dalil-
dalil syar’i yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad saw. Oleh karenanya,
ma’ruf meliputi semua jenis kebaikan yang ada, baik ada dalilnya dari al-Qur’an dan al-
hadits, atau hanya berdasar pikiran manusia semata.

Hadits Nabi riwayat Hudzaifah tersebut memberi ancaman bagi orang mukmin yang enggan
melakukan amar ma’ruf nahi munkar akan mendapatkan hukuman dari Allah. Ketika ia
sedang dihukum, maka doa yang ia panjatkan tidak akan dijawab dan tidak dikabulkan.

2. Mampu mengubah kemunkaran, tapi tidak mengubahnya, akan disiksa sebelum meninggal.

57
Êَ َQ iِ bْ َcdَ ‫ُوا‬P‫ﱢ‬btَ ُ| ‫ أَ ْن‬Uَcdَ َ‫™ َ| ْ’ ِ‚رُون‬³e ِ {َ Lَ …eْ ِN `ْ aِ bِQ ]ُ Lَ ْ{ُ| ‫ْ ٍم‬Gَ˜ ™ِQ ُ‫ن‬G‡ُ َ| ]ُ
ٍ €‫ ْ• َر‬jِ ejَ :`َ ‫ﱠ‬cƒَ ‫ َو‬iِ bْ َcdَ ُ‫ﷲ‬
‫ ﱠ‬U‫ﱠ‬c³ ‫ل ﱠ‬Gƒُ ‫ل َر‬e
َ ِ‫ﷲ‬ َ َ˜
‫ا‬GُIGLُ َ| ‫ ِْ] أَ ْن‬nَ˜ •ْ jِ ‫ب‬ َ َ‫ُوا إِ ﱠ} أ‬P‫ﱢ‬btَ ُ|
‫ُ ْ` ﱠ‬aَNe³
ٍ ‫ا‬uَ {َ ِN ُ‫ﷲ‬

Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah seorang laki-laki berada pada sebuah kaum yang di
dalamnya dilakukan suatu kemaksiatan, mereka mampu mengubah kemaksiatan tersebut lalu
tidak melakukannya, maka Allah akan menimpakan siksa kepada mereka sebelum mereka
meninggal.” (HR. Abu Dawud dari Jarir, hadits no. 3776).

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan jalur periwayatan berturut-turut, dari sahabat
Jarir, Ubaidillah Ibn Jarir, Abu Ishaq, Abu al-Ahwash, Musaddad dan Abu Dawud.(Sunan
Abi Da-wud, 11: 414). Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibn Hibban (Shahih ibn Hibban,
2:93). Menurut Nashiruddin Albani hadits ini berkualitas hasan (Shahih wa Dha’if Sunan Abi
Dawud, 9: 337). Sedangkan menurut Ibn Hibban, hadits ini berkualitas shahih.

Al-Ma’ashi jamak dari al-Ma’shiyat: durhaka;

Ma’shiyat adalah perkataan, perbuatan dan perilaku durhaka yang mencerminkan


ketidaktaatan hamba kepada Tuhannya. Termasuk dalam ma’shiyat adalah perilaku kekafiran,
kemusyrikan, keengganan melakukan perintah-Nya, dan perbuatan yang melanggar larangan-
Nya.

Bila dalam suatu masyarakat ada perilaku ke-ma’shiyat-an tersebut, padahal ada orang yang
sanggup dan mampu mengubahnya, tetapi ia tidak melakukannya, maka Allah akan
menimpakan siksa kepada orang tersebut sebelum ia meninggal dunia.

3. Bila tidak ada yang berusaha mengubah kemunkaran, Allah akan meratakan adzab-Nya
kepada yang melakukan kemunkaran dan yang tidak melakukannya.

‫ُ ْ` ﱠ‬aL‫َ أَ ْن |َ ُ{ ﱠ‬²[َ ْ‫ُ أَو‬iَl‫ُو‬P‫ﱢ‬btَ ُ| }َ Pَ ‡َ fْ Lُ …‫س إِ َذا َرأَوْ ا ْا‬e


iِ ِNeَ’{ِ ِN ُ‫ﷲ‬ َ ‫ﱠ‬f…‫ إِ ﱠن ا‬:`َ ‫ﱠ‬cƒَ ‫ َو‬iِ bْ َcdَ ُ‫ﷲ‬
‫ ﱠ‬U‫ﱠ‬c³ ‫ل ﱠ‬Gُƒ‫ل َر‬e
َ ِ‫ﷲ‬ َ َ˜

Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya manusia apabila melihat kemunkaran, kemudian


mereka tidak merubahnya di khawatirkan Allah akan meratakan adzab-Nya kepada mereka.”
(HR. Ibn Majah dari Abu Bakar, hadits no. 3995).

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibn Majah dengan jalur sanad melalui: Abu Bakar, Qais ibn Abu
Hazim, Ismail ibn Abi Khalid, Abdullah ibn Numair dan Abu Usamah, Abu Bakar ibn Abi
Syaibah, Ibn Majah. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad ibn Hanbal (Musnad Ahmad,
1:4, 33, 53), Thabrani (al-Mu’jam al-Ausath, 6:67) dan Abu Ya’la (Musnad Abu Ya’la, 1:
124).

58
Hadis ini berkualitas hasan shahih menurut al-Baghawi (Syarh al-Sunnah, 1:991), dan
berkualitas shahih menurut penilaian al-Tibrizi (Misykat al-Ma-shabih, 3: 115) dan menurut
penilaian Nashiruddin Albani (Shahih wa Dha’if Sunan Ibn Majah, 9:5).

Suatu kemunkaran yang terjadi di muka bumi, apabila tidak ada yang merubahnya, maka
kemunkaran tersebut akan meluas dan mempengaruhi semua elemen masyarakat. Dan efek
merusak yang ditimbulkan akibat adanya kemungkaran itu tidak hanya dirasakan oleh pelaku
kemunkaran itu saja, tetapi juga dirasakan oleh orang lain yang tidak melakukannya tetapi
membiarkan kemungkaran tersebut tetap berlangsung. Hal ini sesuai dengan firman Allah
dalam Qs. al-Anfal/8 ayat 25, terjemah: Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak
khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah
amat keras siksaan-Nya.

4. Perumpamaan orang yang melanggar hukum seperti orang yang ada di kapal

eَaِcَœƒْ َ‫ِ™ أ‬Q `ْ ُaÇ ُ {ْ َN ‫ر‬e


َ ¿ َ َQ ًsَfbِœƒَ ‫ا‬GLُ َaَWƒْ ‫ْ ٍم ا‬Gَ˜ ]ُ َËjَ eَabِQ ¥ِ ِ˜‫ا‬Gَ …‫ﷲِ َو ْا‬ ‫‚ُو ِد ﱠ‬Oُ ™ِQ •ِ ‫ ْ‚ ِھ‬Lُ …‫َ ُ] ْا‬Ëjَ `َ ‫ﱠ‬cƒَ ‫ َو‬iِ bْ َcdَ ُ‫ﷲ‬
‫ ﱠ‬U‫ﱠ‬c³ َ ™‫ِ ﱡ‬n‫ﱠ‬f…‫ل ا‬e َ َ˜
]َ َœƒْ َ‫ أ‬Pُ ُ’fْ |َ ]َ {َ Àَ َQ eًƒْÐَQ uَ َvَÐَQ iِ ِN ‫ َ ﱠذوْ ا‬ÐَWَQ eَ‫ھ‬Êَ dْ َ‫ِ™ أ‬Q َ•|uِ ‫ ا…ﱠ‬Ucَ dَ ‫ ِء‬eLَ …eْ ِN َ‫ﱡ ون‬PLُ َ| eَaِcَœƒْ َ‫ِ™ أ‬Q ‫ي‬uِ ‫نَ ا…ﱠ‬e‡َ َQ eَ‫ھ‬Êَ dْ َ‫ِ™ أ‬Q `ْ ُaÇ ُ {ْ َN ‫ر‬e َ ³ َ ‫َو‬
ُ‫ه‬G‡ُ َc‫هُ أَ ْھ‬G^ُ Pََ I ‫ُ ْ` َوإِ ْن‬akَ ُœlْ َ‫ْ ا أ‬G‫ﱠ‬Àَl‫ْ هُ َو‬GÀَ lْ َ‫ أ‬iِ |ْ ‚َ َ| Uَcdَ ‫وا‬uُ َvَ‫ ِ ْن أ‬qَQ ‫ ِء‬eLَ …‫ ْ• ْا‬jِ ™ِ… ‚‫ُ ﱠ‬N }َ ‫ِ™ َو‬N `ْ ُW|ْ ‫َ ﱠذ‬ÐَI ‫ل‬e
َ َ˜ َ²َ… ejَ ‫ا‬Gُ…eَ’َQ ُ‫ْ ه‬GَIَÐَQ sِ َfbِœk‫ا… ﱠ‬
`ُْ akَ ُœlْ َ‫ا أ‬G‡ُ َc‫َوأَ ْھ‬

(BUKHARI – 2489) : Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Perumpamaan orang
yang bertahan pada batas-batas hukum Allah dan orang yang jatuh di dalamnya (melanggar)
adalah seperti sekelompok orang yang berlayar dengan sebuah kapal. Sebagian dari mereka
mendapat tempat di bagian bawah dan sebagian lagi di bagian atas perahu. Orang yang berada
di bawah perahu bila mencari air untuk minum, mereka harus melewati orang-orang yang
berada di atas sehingga mengganggu orang yang berada di atas. Lalu salah seorang yang
berada di bawah mengambil kapak untuk membuat lubang di bawah kapal. Orang-orang yang
berada di atas mendatanginya dan berkata: “Apa yang kamu lakukan?” Orang yang di bawah
itu berkata: “Kalian telah terganggu olehku sedangkan aku sangat memerlukan air”. Bila
orang yang berada di atas itu mencegahnya dengan tangan mereka , maka mereka telah
menyelamatkan orang tadi dan menyelamatkan diri mereka sendiri, namun apabila mereka
membiarkan saja berarti dia telah membinasakan orang itu dan diri mereka sendiri”.

Hadis ini secara lafdziyah diriwayatkan oleh Bukhari (Shahih al-Bukhari, 3:237) dengan mata
rantai sanad: ‘Umar ibn Hafs ibn Ghayyats dari ayahnya (Hafs ibn Ghayyats) dari A’masy
dari Sya’bi dari Nu’man ibn Basyir. Hadis semakna dengan lafal sedikit berbeda diriwayatkan
juga oleh Bukhari (Shahih al-Bukhari, 3: 182) dengan mata rantai sanad: Abu Nu’aim –

59
Zakaria – A’masy – Sya’bi – Nu’man ibn Basyir. Juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dengan
mata rantai sanad: Ahmad ibn Muni’ – Abu Mu’awiyah – A’masy – Sya’bi – Nukman ibn
Basyir. Selain itu hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad ibn Hanbal (Musnad Ahmad, 4:
268, 269), dan oleh al-Humaid

Rasulullah saw telah membuat suatu perumpamaan yang sangat baik. Masyarakat beliau
umpamakan seperti sebuah kapal besar yang menyeberangi samudra.Gelombang besar
maupun kecil datang silih berganti menyebabkan kapal bergoyang. Kemahiran nakoda sangat
diperlkan untuk menjaga kestabilan kapal agar selamat dan tidak tenggelam, begitu juga
bantuan semua penumpang. Setiap orang yang ada di atas kapal harus merasa bertanggung
jawab atas keselamatan kapal.

Ustadz Ahmad Azhar Basyir ketika menjelaskan hadis ini mengatakan, “Banyak orang lupa
bahwa kehidupan bermasyarakat kita itu benar-benar ibarat kapal besar yang mengarungi
samudera luas. Dikira bahwa mereka yang hidup di darat, tenang tidak pernah oleng dan
kadang-kadang goncang. Sebab itu, banyak di antara mereka yang tidak merasa berat untuk
hidup menyeleweng, hidup semau gue, dengan alasan asal tidak mengganggu orang lain.
Mereka lupa bahwa apa yang mereka lakukan itu berpengaruh besar dalam kehidupan
bermasyarakat”.

Atas adanya kenyataan bahwa banyak orang yang tidak menyadari kedudukannya dalam
hidup inilah Nabi memperingatkan agar orang jangan berdiam diri dan acuh tak acuh terhadap
tindakan-tindakan yang akan membahayakan diri, orang lain dan hidup bermasyarakat itu.
Kalau kita berdiam diri terhadap hal hal yang membahayakan tersebut, bukan saja yang
berbuat yang akan mengalami kerugian tetapi masyarakat seluruhnya, termasuk kita.

5. Barang siapa melihat kemunkaran hendaknya mengubah dengan tangannya

َ²ِ…‫ َو َذ‬iِ ِncْ َ’ِnَQ ¥ْ ´َِ Wkْ َ| `ْ َ… ‫ ِ ْن‬qَQ iِ ِlekَ ِcِnَQ ¥ْ ´َِ Wkْ َ| `ْ َ… ‫ ِ ْن‬qَQ ‫َ ِ‚ ِه‬bِN ُ‫ْ ه‬P‫ﱢ‬btَ ُbcْ َQ ‫ً ا‬P‡َ fْ jُ `ْ ‡ُ fْ jِ ‫ ْ• َرأَى‬jَ ‫ ُل‬Gُ’َ| `َ ‫ﱠ‬cƒَ ‫ َو‬iِ bْ َcdَ ُ‫ﷲ‬
‫ ﱠ‬U‫ﱠ‬c³ ‫ل ﱠ‬Gُ
َ ِ‫ﷲ‬ َ ƒ‫َر‬
ِ Lَ |Í‫ا‬
‫ن‬e ِ ْ ُÓ{َ ْ¼َ‫أ‬

(MUSLIM – 70) : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda: “Barangsiapa di antara


kamu melihat kemungkaran hendaklah ia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya. jika
tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu juga, hendaklah ia
mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman:

Hadis ini diriwayatkan oleh imam Muslim dalam kitab Shahihnya (1: 167) dengan mata rantai
sanadnya dari:

60
Muslim – Abu Bakar ibn Abi Syaibah – Waki’ – Sufyan – Qays ibn Muslim – Thariq ibn
Syihab – Abu Sa’id al-Khudriy – Rasulullah;

Muslim – Muhammad ibn Mutsanna – Muhammad ibn Ja’far – Syu’bah – Qays ibn Muslim –
Thariq ibn Syihab – Abu Sa’id al-Khudriy – Rasulullah.

Muslim- Abu Kuraib Muhammad ibn ‘Allai – Abu Mu’awiyah – A’masy – Ismail ibn Roja’ –
Ayahnya (Roja’) – Abu Sa’id al-Khudriy – Rasulullah.

Selain Muslim, periwayat hadis ini adalah Ibn Majah (Sunan ibn Majah, 12: 17), Ahmad ibn
Hanbal (Musnad Ahmad, 22: 96, 23:79), Baihaqi Ial-Sunan al-Kubra, 5: 1366) dan Ibn
Hibban (Shahih ibn Hibban, 2: 10

Amar ma’ruf nahi munkar hukumnya adalah fardhu kifayah, artinya bila sudah ada sebagian
orang yang melaksanakan maka gugurlah kewajiban tersebut atas orang lainnya, tetapi bila
tidak ada yang mengerjakan dan semua orang meninggalkan, maka dosalah semua orang yang
tidak udzur. Amar ma’ruf terkadang menjadi fardhu ‘ain, misalnya ketika ia melihat
kemunkaran sedangkan tidak ada yang melihatnya kecuali dia, atau tidak mungkin hilang
kecuali dia yang mencegahnya, atau tatkala melihat istrinya atau anaknya berada dalam
kemunkaran.

Menurut para ulama, kewajiban amar ma’ruf nahi munkar tidaklah gugur dengan persangkaan
tidak adanya perubahan. Sebab yang wajib baginya adalah amar ma’ruf nahi munkar, bukan
hilangnya kemunkaran. Allah swt berfirman:

ْ {b‫ٱ—َ َوأَ ِط‬


َ ƒP‫ا ٱ… ﱠ‬Gُ
‫ل‬Gُ ‫ا ﱠ‬Gُْ {b‫ُ`ۡ ˜ُ ۡ] أَ ِط‬Wcۡ L‫ ﱢ‬Oُ ej‫ُ` ﱠ‬ñbۡ َcdَ ‫ َ] َو‬L‫ ﱢ‬Oُ ejَ iِ bۡ َcdَ eLَ ‫ﱠ‬lِqَQ ‫ ْا‬Gۡ ‫…ﱠ‬Gََ I ‫ِن‬qَQ ◌ۖ ‫ُوا‬
ْ ‚Wَ aَۡ I ُ‫ه‬Gُ{b´ِ ُI ‫ل ۖ◌ َوإِن‬Gُ
ِ ƒP‫ ٱ… ﱠ‬Uَcdَ ejَ ‫ۚ◌ َو‬
٥٤) ُ•bِnLُ …‫ ۡٱ‬òُ ‫َ ٰـ‬cَn…‫إِ ﱠ} ۡٱ‬

Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.
(Qs. an-Nur/24: 54)

Bukan merupakan persyaratan bahwa pelaku amar ma’ruf nahi munkar adalah seseorang yang
telah sempurna keadaannya dalam melaksanakan apa yang dia serukan atau menjauhi apa
yang dia larang. Bahkan, hendaknya ia beramar ma’ruf sekalipun ia masih bertentangan
dengan apa yang ia serukan, karena ada dua kewajiban atasnya, pertama memerintahkan
dirinya sendiri, kedua menyuruh orang lain. Barang siapa mengerjakan salah satu dari
keduanya tidaklah menggugurkan yang lain.

61
Keadaan belum sempurnanya orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar tidaklah
bertentangan dengan al-Qur’an surat ash-Shaff ayat 2-3:

٣) َ‫ن‬Gُc{َ œَۡ I }َ ejَ ‫ا‬G ‫ َ‚ ﱠ‬fdِ eًW’ۡ jَ Pَ ُn َ÷ ٢) َ‫ن‬Gُc{َ œَۡ I }َ ejَ َ‫ن‬Gُ…Gُ’َI `َ ِ… ‫ا‬G
ْ ُ…Gُ’َI ‫ٱ—ِ أَن‬ ْ ُfjَ ‫|•َ َءا‬uِ ‫ ٱ…ﱠ‬eَõ|‫ َ ﱡ‬Ðٓ‫|َ ٰـ‬

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan? (2) Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak
kamu kerjakan (3). [Qs. ash-Shaf/61: 2-3]

Ash-Shaff ayat 2-3 ini melaknat orang beriman yang mengatakan sesuatu yang dia sendiri
tidak melakukan padahal ia mampu. Tidaklah termasuk dalam ancaman Allah orang yang
mengajak orang lain agar bersama-sama dengan dirinya bisa melakukan suatu kebaikan atau
menghindarkan diri dari keburukan, sebagai suatu ikhtiar bersama dalam melaksanakan ajaran
Allah.

Kewajiban amar ma’ruf nahi munkar bukan hanya dikhususkan bagi pemerintah saja,
melainkan juga merupakan kewajiban bagi masing-masing pribadi kaum muslimin. Orang
yang diperintahkan melakukannya adalah orang yang mengetahui apa yang ia serukan dan apa
yang ia larang. Jika berkaitan dengan hal-hal yang sudah jelas dan tegas, seperti shalat, puasa
larangan zina, larangan minum khamr, tentulah semua kaum muslimin telah mengetahuinya,
sehingga kewajibannya berlaku untuk seluruh kaum muslimin. Akan tetapi jika persoalannya
adalah berkaitan dengan perkara yang detil dan rumit, maka bukanlah kewenangan orang
awam. Untuk perkara terakhir ini, amar ma’ruf dan nahi munkar adalah tugas para ulama.

6. Orang yang mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran, tapi dia sendiri tidak
melakukannya, di neraka perutnya terburai

‫ ُر‬eLَ gِ …‫ |َ‚ُو ُر ْا‬eLَ ^َ ‫َ‚ُو ُر‬bَQ ‫ر‬e ِ ‫ﱠ‬f…‫ِ™ ا‬Q ُiُNeَW˜ْ َ‫“ أ‬ ِ ‫ﱠ‬f…‫ِ™ ا‬Q U’َ cُْ bَQ sِ jَ eَb’ِ …‫ْ َم ْا‬Gَ| ]ُ
ُ ِ…‚َ fْ َWَQ ‫ر‬e ِ €P‫… ﱠ‬eِN ‫ ُء‬eÀَُ | ‫ ُل‬Gُ’َ| `َ ‫ﱠ‬cƒَ ‫ َو‬iِ bْ َcdَ ُ‫ﷲ‬
‫ ﱠ‬U‫ﱠ‬c³ َ ِ‫ﷲ‬ ‫ل ﱠ‬Gُƒ‫َر‬
`ْ ^ُ Pُ jُ ‫¶ آ‬ُ fْ ^ُ ‫ل‬e ِ Pُ {ْ Lَ …eْ ِN eَlPُ jُ ْÐَI َ¶fْ ^ُ Ìْ
َ َ˜ Pِ ‡َ fْ Lُ …‫ َْ• ْا‬d eَleَafْ َI‫وف َو‬ َ bَ…َ‫َ أ‬²ُlْÐَ[ ejَ ُ‫ن‬Êَ ُQ ْ‫نَ أَي‬Gُ…Gُ’َbَQ iِ bْ َcdَ ‫ر‬e ِ ‫ﱠ‬f…‫ أَ ْھ ُ] ا‬¥ُ Lِ Wَ ْÀَbَQ ُ‫ه‬eOَ Pَ ِN
iِ bIِ ‫ َوآ‬Pِ ‡َ fْ Lُ …‫ َْ• ْا‬d `ْ ^ُ eَalْ َ‫ َوأ‬iِ bِI‫ُوف َو َ} آ‬
ِ P{ْ Lَ …eْ ِN

(BUKHARI – 3027) : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada hari qiyamat
akan dihadirkan seseorang yang kemudian dia dilempar ke dalam neraka, isi perutnya keluar
dan terburai hingga dia berputar-putar bagaikan seekor keledai yang berputar-putar menarik
mesin gilingnya. Maka penduduk neraka berkumpul mengelilinginya seraya berkata; “Wahai
fulan, apa yang terjadi denganmu?. Bukankah kamu dahulu orang yang memerintahkan kami
berbuat ma’ruf dan melarang kami berbuat munkar?”. Orang itu berkata; “Aku memang

62
memerintahkan kalian agar berbuat ma’ruf tapi aku sendiri tidak melaksanakannya dan
melarang kalian berbuat munkar, namun malah aku mengerjakannya”.

Hadis ini diriwayatkan oleh imam Bukhari (Shahih al-Bukhari, 11: 46) dengan mata rantai
sanad: Bukhari – ‘Ali – Sufyan – A’masy – Abu Wail – Rasulullah. Mereka adalah para
periwayat yang siqqah sehingga karenanya al-Bukhari menilai hadis ini shahih.

Selain al-Bukhari, hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim (Shahih Muslim, 4: 2290,
2989), Ahmad ibn Hanbal (Musnad Ahmad), al-Baihaqi (al-Sunan al-Kubra, 10: 308).

Hadis ini memberikan gambaran mengenai siksa orang yang mengajak kebaikan, tetapi ia
sendiri tidak melaksanakan ajakannya, dan mencegah kemunkaran tetapi ia sendiri
mengerjakannya. Hadis ini menjadi bayan ta’kid (penjelas yang memperkuat) dari firman
Allah dalam al-Qur’an surat ash-Shaff ayat 2-3:

٣) َ‫ن‬Gُc{َ œَۡ I }َ ejَ ‫ا‬G ‫ َ‚ ﱠ‬fdِ eًW’ۡ jَ Pَُ n َ÷ ٢) َ‫ن‬Gُc{َ œَۡ I }َ ejَ َ‫ن‬Gُ…Gُ’َI `َ ِ… ‫ا‬G
ْ ُ…Gُ’َI ‫ٱ—ِ أَن‬ ْ ُfjَ ‫|•َ َءا‬uِ ‫ ٱ…ﱠ‬eَõ|‫ َ ﱡ‬Ðٓ‫|َ ٰـ‬Wahai orang-orang yang
beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (Qs. ash-
Shaf/61: 2-3).

63
DAFTAR PUSTAKA
https://www.republika.co.id/berita/qd73x6366/terjebak-istidraj-kenikmatan
https://www.republika.co.id/berita/qm4fk9320/3-dosa-yang-balasannya-akan-disegerakan-allah-swt-
di-dunia
https://www.republika.co.id/berita/qsu7v0320/5-hadits-rasulullah-tegaskan-bahaya-durhaka-ke-orang-
tua
https://www.islampos.com/dosa-ini-disegerakan-hukumannya-di-dunia-20964
https://kumparan.com/berita-hari-ini/4-kemaksiatan-yang-mendatangkan-azab-allah-di-dunia-
1v660XbqsyT
https://journal.ar-raniry.ac.id/index.php/iqtishadiah/article/view/1404
https://tirto.id/apa-itu-riba-dalam-islam-pengertian-macam-hingga-hikmahnya-gihv
https://news.detik.com/berita/d-5135669/keutamaan-sedekah-dalam-hadist-dan-ayat-al-quran
https://www.tokopedia.com/blog/manfaat-dan-keutamaan-sedekah-slm/

https://www.republika.co.id/berita/q1y26b320/4-kata-dalam-alquran-yang-mewakili-kematian-dan-
maknanya

https://www.popmama.com/big-kid/10-12-years-old/devi-ari-rahmadhani/kumpulan-ayat-dalam-
alquran-tentang-kematian-yang-harus-diketahui-anak

https://www.orami.co.id/magazine/hadits-dan-ayat-alquran-tentang-kematian/

https://www.popbela.com/career/inspiration/aisyah-banowati/ayat-alquran-mengenai-kematian

https://news.detik.com/berita/d-5201638/amar-makruf-nahi-mungkar-perilaku-yang-diperintahkan-
allah-swt

https://muhammadiyah.or.id/amar-maruf-nahi-munkar/

https://news.detik.com/berita/d-5599775/ini-arti-istidraj-dalam-islam-hati-hati-dengan-nikmat-dunia
https://masjidpedesaan.or.id/apa-itu-istidraj/

https://www.popmama.com/big-kid/10-12-years-old/amelia-putri/apa-itu-arti-istidraj-dalam-agama-
islam

64
https://www.republika.co.id/berita/po943a458/awas-bahaya-istidraj
https://www.gatra.com/detail/news/395052-Istidraj-Azab-yang-Berbungkus-Nikmat
https://bdkaceh.kemenag.go.id/berita/memaknai-istidraj-dalam-perspektif-islam
unsplash.com/TheDancingRain

65

Anda mungkin juga menyukai