HASIL KAJIAN
7
Pada tanggal 20 sampai dengan 23 Juni 2011 telah dilaksanakan penilaian
Akreditasi 16 Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah dr.Soehadi Prijonegoro oleh
KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit). Dan berhasil mendapatkan Sertifikat dari
Komisi Akreditasi Rumah Sakit dengan Nomor : KARS-SERT/16/VII/2011 tanggal
06 Juli 2011 dengan hasil penilaian telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan. Status Akreditasi Lulus Tingkat Lengkap.
Pemberian nama RSUD dr. Soehadi Prijonegoro yang sebelumnya hanya
RSUD Kabupaten Sragen berdasarkan Peraturan Bupati Sragen Nomor 40 Tahun
2012 tentang Pemberian Nama Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Dengan Nama
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soehadi Prijonegoro dan Rumah Sakit Umum
Daerah Gemolong Dengan Nama Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeratno di
Kabupaten Sragen.
Seiring dengan jumlah dan jenis pelayanan, sampai saat ini luas bangunan
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro ± 26.000 m2 dan akan terus dikembangkan sesuai
dengan Master Plan yang telah disusun untuk kurun waktu 2011-2031 di samping
upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien berdasarkan Akreditasi Rumah
Sakit Versi 2012 yang sedang ditempuh saat ini. Sebagai dasar penyelenggaraan
Rumah Sakit dituangkan dalam Peraturan Bupati Sragen Nomor 61 Tahun 2015
tentang Peraturan Internal (Hospital By Laws) Rumah Sakit Umum Daerah
dr.Soehadi Prijonegoro. Pada tanggal 8 sampai dengan 11 Nopember 2016 telah
dilaksanakan penilaian Akreditasi Rumah Sakit oleh KARS dan berhasil
mendapatkan sertifikat dari Komisi Akreditasi Ruah Sakit dengan Nomor : KARS-
SERT/468/VII/2016 dengan Penilaian Lulus tingkat PARIPURNA
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen visi dan misi yaitu:
a. Visi
“Menjadi Pilihan Utama Masyarakat dalam Pelayanan dan Pendidikan
Kesehatan”
b. Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan yang bermutu dan mengutamakan keselamatan
pelanggan
2. Menerapkan pelayanan kesehatan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, didukung sumber daya manusia yang profesional
serta ramah lingkungan
8
3. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta penelitian yang
berkualitas, didukung sumber daya manusia dan sarana prasarana yang
memadai
4. Meningkatkan kemitraan dengan institusi pendidikan dan pihak terkait.
Kapasitas Tempat
Ruang Kelas Pelayanan Jumlah Kamar
Tidur
Kamar 1 4 tempat tidur
Kamar 2 9 tempat tidur
Kamar 3 4 tempat tidur
Sakura Kelas rawat III
Kamar 4 6 tempat tidur
Isolasi 2 tempat tidur
Total Tempat Tidur 25 tempat tidur
Sumber : data inventaris ruang Sakura, 2019
9
6 Kipas Angin 13 Baik, Siap Pakai
Tabel 2.2
Inventaris Fasilitas kelas 3 di Ruang Sakura
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen 2018
Tabel 2.3
Inventaris Fasilitas Petugas Kesehatan di Ruang Sakura
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Tahun 2019
No Nama Jumlah Kondisi
1 Loker perawat 12 Baik, siap pakai
2 Computer 1 Baik, siap pakai
3 Kulkas 2 Baik, siap pakai
4 Kamar mandi perawat 1 Baik, siap pakai
5 Ruang jaga perawat 1 Baik, siap pakai
7 Meja 6 Baik, siap pakai
9 Kursi 11 Baik, siap pakai
10 Sofa 1 Baik, siap pakai
11 Dapur 1 Baik, siap pakai
12 Printer 1 Baik, siap pakai
Sumber : data inventaris ruang Sakura, 2019
10
11
Gambar 2.1
Bagan Organisasi Ruang Sakura RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
WIJI LESTARI, S.kep. Ns DWI UTAMI, AMK SRI SULASTRI, AMK AGUS TRI WAHYUNI, AMK
MUKAFI N. MUHAMMAD, AMK DEWI KHASANAH, AMK NUNING TRI H, AMK YULI RUSNANI, AMK
CHUDZAIFAN TRIYOSO, S.kep TRI INDRAYATI, AMK YANIK RAHMAWATI, S.kep NUR HIDAYATI, AMK
Tabel 2.4
Distribusi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Pendidikan Dan Jenis Kelamin
Ruang Sakura RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Tahun 2019
Tabel 2.5
Distribusi Perawat Berdasarkan Pendidikan Dan Pelatihan
Di Ruang Sakura RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Tahun 2019
13
Tabel 2.5
Distribusi Perawat Berdasarkan Pendidikan Dan Pelatihan
Di Ruang Sakura RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Tahun 2019
No Nama Jabatan Pendidikan Masa PK Status Pelatihan
Perawat Kerja Kepegawaian
2. Bheni Katim I Ners 13 3 PNS - Pelatihan K3
Setyowati, Tahun 2016
S.Kep, Ns - Pelatihan BHD
2016
- Pelatihan APAR
2016
- PMO 2016
- SKP2016
- TB DOTS
- PPI 2016
14
- Pelatihan APAR
2016
- PPGD
- TB Resistend
Tabel 2.5
Distribusi Perawat Berdasarkan Pendidikan Dan Pelatihan
Di Ruang Sakura RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Tahun 2019
No. Nama Jabatan Pendidikan Masa PK Status Pelatihan
Perawat Kerja Kepagawaian
15
AMK - Pelatihan APAR
2016
- Pelatihan
Komunikasi
Efektif 2016
Analisa data :
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan tenaga
keperawatan di Ruang Sakura adalah Magister Keperawatan (S2) sebanyak 1
orang perawat (7,14%), tingkat pendidikan profesi Ners (Profesi keperawatan)
sebanyak 4 orang perawat (28,6%),tingkat pendidikan Diploma 3 keperawatan
(DIII) sebanyak 9 orang perawat (64,3%). Dari uraian tingkat pendidikan perawat
di ruang sakura diatas dapat disimpulkan bahwa presentase terbesar adalah tingkat
pendidikan D3 yakni 64,3%, menurut Malik, 2014 dijelaskan bahwa tingkat
pendidikan sangat berpengaruh terhadap pemberian pelayanan asuhan
keperawatan bagi pasien yang dirawat. Semakin tinggi tingkat pendidikan
perawat, maka semakin baik pula pelayanan/pemberian asuhan keperawatan yang
diberikan. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat dari Notoadmojo, 2010 yang
mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin
mudah perawat dalam menerima segala bentuk informasi yang diperoleh,
sehingga sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada
klien.
Dari segi lama bekerja perawat ruang sakura sangat bervariasi. Dimana
lama kerja perawat dikategorikan sebagai berikut : 1-5 tahun sebanyak 1 orang
(7,14%), 5-10 tahun sebanyak 4 orang (28,6%), 10-15 tahun sebanayak 7 orang
(50%) daan >15 tahun sebanyak 2 orang (14,3%). Lama masa kerja disini tentu
saja berkaitan dengan umur perawat, dimana responden yang memiliki umur yang
lebih tua tentu saja akan memiliki pengalaman dan juga masa kerja yang lebih
dibandingkan dengan perawat dengan umur yang lebih muda. Tingkat pendidikan
seseorang yang semakin tinggi maka pengalaman akan semakin luas, sedangkan
16
semakin tua umur seseorang, maka pengalaman semakin banyak, (Notoadmojo,
2010).
Setelah dilakukan observasi diruangan didapatkan bahwa pembagian
tugas perawat ruangan sudah sesuai dengan peran masing-masing perawat, sesuai
dengan tugas perawat pelaksana yaitu melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien, memberi pendidikan kesehatan, merujuk pasien, mendokumentasikan
asuhan keperawatan, bekerja kooperatif, melaksanakan serah terima pencatatan
kepada petugas shift, memepersiapkan pasien pulang. Dan tugas ketua tim sudah
sesuai dengan tugas yang telah ditetapkan yaitu, mengatur pembagian tugas
anggota tim, melaporkan kepada coordinator keperawatan, membuat laporan jaga,
mengikuti rapat koordinasi.
Setelah dilakukan observasi didapatkan bahwa kepala ruangan telah
melaksanakan tugas dengan optimal dan sesuai tugas dan fungsi kepala ruang, hal
ini sesuai dengan (Depkes.1994) tugas kepala ruang adalah melaksanakan fungsi
perencanaan, dan Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan. Adapun
tugas kepala ruangan dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen keperawatan
(Kurniadi, 2013) yaitu, Fungsi perencanaan yaitu tentang rencana kerja, menyusun
falsafah dan tujuan ruang rawatnya dan merencanakan tenaga keperawatan,
Fungsi penggerakkan yaitu koordinasi tugas dengan perawat atau petugas
kesehatan lain, membuat jadwal dinas, melakukan orientasi tenaga baru atau
mahasiswa atau pasien beserta keluarganya, membimbing pelaksanaan asuhan
keperawatan, memberi kesempatan perawat mengikuti pendidikan atau latihan,
memelihara dan menggunakan alat kesehatan yang optimal, melakukan rapat
rutin, membuat pencatatan dan pelaporan yang telah ditetapkan,
mengikuti visite dokter dan memberikan pendidikan kesehatan.
Setelah dilakukan pengkajian dengan mewawancarai perawat ruangan didapatkan
hasil sebagian perawat merasa puas dengan pendidikan dan pelatihan yang telah
dilakukan oleh perawat ruangan ketu tim harus berpendidikan S1
Keperawatan/DIV Keperawatan dengan pengalaman kerja sekurang-kurangnya 1
tahun atau D3 Keperawatan dengan pengalaman kerja sekurang-kurangnya 3
tahun, Memiliki kemampuan kepemimpinan, Memiliki sertifikat
BLS/PPGD/Resusitasi Anak dan pendidikan perawat pelaksana yaitu D3
Keperawatan atau SPK, Memiliki sertifikat BLS dan Memiliki SIP dan SIK,
Berwibawa dan bertanggung jawab.
17
Setelah dilakukan pengkajian pembagian ruangan sesuai dengan tugas tim yaitu, tim
1 bertanggung jawab kepada pasien yang berada di ruang inap 3, ruang inap 4 dan ruang
isolasi dengan kapasitas 12 bed, dan tim 2 bertanggung jawab kepada pasien yang berada
di ruang inap 1 dan ruang inap 2 dengan kapasitas bed 13 bed.
Ruang sakura merupakan ruang inap kasus penyakit paru walaupun
masih ada sebagian pasien yang merupakan pasien titipan dari ruang penyakit
dalam lainnya seperti penyakit jantung dan syaraf. Beberapa pasien yang
dititipkan diruang sakura dikarenakan ruangan penyakit dalam lainnya penuh
sehingga beberapa pasien diruang penyakit dalam lainnya harus dititipkan, dan
jika dilihat dari jenis pelatihan atau diklat dari masing-masing perawat ruang
sakura, hanya ada sedikit perawat yang memiliki pelatihan sesuai dengan
kompetensi ruang sakura, yang mana merupakan ruang inap kasus penyakit paru
Misalkan saja hanya ada yang memiliki pelatihan TB 3 perawat (21,4%),
sedangkan untuk perawat yang lain 11 perawat (78,6%), belum ada yang memiliki
spesifikasi pelatihan sesuai dengan jenis pasien yang dirawat. Karena ada
penelitian yang menyebutkan bahwa jenis pelatihan atau diklat akan berpengaruh
terhadap kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
yang dirawat (Abdul Majid, 2016).
Berdasarkan data diatas rata-rata pasien perbulan sebanyak 81 pasien. Dari jumlah
pasien yang mondok di ruang sakura, ada 10 besar penyakit yang dirawat di ruang
Sakura adalah sebagai berikut:
Tabel 2.7
10 Besar Penyakit Di Ruang Sakura
RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
18
Periode Januari - Maret 2019
No
KD-ICD NM-ICD Jumlah Persentase
.
Tabel 2.7
10 Besar Penyakit Di Ruang Sakura
RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
Periode Januari - Maret 2019
No KD-ICD NM-ICD Jumlah Persentase
.
<48 >48
Jam Jam
1 2 3 4 5 6 7
Januari 94 8 68 3 2 81
Februari 77 7 63 2 7 79
Maret 71 5 73 3 7 88
Berdasarkan data table diatas dapat diuraikan bahwa jumlah pasien pada bulan
januari 2019 sampai dengan maret 2019 adalah orang. Dengan angka kematian
terbanyak adalah pada bulan maret yaitu sebanyak 10 orang. Apabila dihitung
nilai NDR (Nett Death Rate) adalah sebagai berikut :
NDR : Jumlah Pasien Mati >48 Jam X 1000%
Jumlah pasien keluar (H+M)
- NDR bulan januari 2019 : 2 X 1000% = 27,39 %
73
- NDR bulan februari 2019 : 7 X 1000% = 97,22 %
72
- NDR bulan maret 2019 : 7 X 1000% = 84,33 %
83
NDR : angka kematian >48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita
keluar, indikator dari hasil pengumpulan data di rumah sakit. Standar NDR yang
baik adalah <25 per mil (Depkes, 2015). Jadi dari hasil perhitungan NDR ruang
sakura selama bulan januari s/d maret 2019 nilai NDR menunjukkan angka yang
melebihi standar yang dianjurkan, dikarenakan sedangkan untuk perhitungan
GDR atau angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar diruang
sakura adalah sebagai berikut:
GDR : Jumlah Pasien Mati Seluruhnya X 1000%
Jumlah Pasien Keluar (H+M)
- GDR bulan januari 2019 : 5 X 1000% = 68,49 %
73
- GDR bulan februari 2019 : 9 X 1000% = 125 %
20
72
- GDR bulan maret 2019 : 10 X 1000% = 120,48 %
83
Berdasarkan perhitungan GDR diperoleh nilai dari bulan januari s/d bulan maret
melebihi angka standar, nilai GDR yang baik adalah <45 per mil (Depkes, 2015).
Berdasarkan perhitungan angka GDR diruang sakura dari bulan januari s/d maret
2019 menunjukkan peningkatan dan jelas sekali melebihi nilai standar. Fenomena
angka GDR dan NDR yang melebihi angka standar dihubungkan dengan rata-rata
pasien yang dirawat diruang sakura memiliki riwayat penyakit yang kronis dan
terminal.
e. Tingkat ketergantungan pasien :
1. Perhitungan BOR, LOS, TOI, BTO, GDR dan NDR
Tabel 2.9
Perhitungan BOR, LOS, TOI, BTO, GDR, dan NDR
Jml Total
No Bor Los Toi Bto Gdr Ndr
Bulan Pasien
. (%) (%) (%) (%) (%) (%)
Keluar
7 8 9 10 11 12 13
Jml TT 25 TT
Sumber : rekam medis RSSP bulan janari sampai maret tahun 2019
Analisa data :
1) Rata-rata angka BOR antara bulan januari – maret 2019 diruang sakura
adalah sebesar 81,99%. Dari hasil ini dapat di interpretasikan bahwa BOR
ruang sakura dalam kurun waktu trimester 1 tahun 2019 ini masih
termasuk kedalam standar ideal, dimana nilai standar BOR yang ideal
adalah 60 – 85% (Depkes , 2015) dan nilai ini hampir mendekati melebihi
nilai ideal BOR menurut Baber Johnson yaitu idealnya 75%-85%. Semakin
besar nilai BOR yang melebihi standar ideal maka semakin besar pula
21
beban kerja tenaga kesehatan yang bekerja diruang inap sakura. Hal ini
pun juga akan mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap pasien karena
sangat besar kemungkinan resiko tenaga kesehatan khususnya perawat
mengalami stress (Mahwidhi,2008).
2) Nilai rata-rata LOS atau lama rata-rata hari perawatan pasien diruang
sakura adalah sebesar 59,45. Hal ini sudah sesuai standar nasional yang
dianjurkan yaitu sebesar 3-12 hari (Baber Johnson). Karena semakin lama
rata-rata hari perawatan pasien, maka akan semakin tinggi juga resiko
terkena infeksi nosolomial (INOS)
3) Nilai rata-rata TOI atau waktu rata-rata tempat tidur kosong diruang sakura
adalah 1,58. Nilai ini sudah sangat mendekati batas paling kecil dari nilai
ideal TOI yaitu menurut Baber Johnson dan Depkes RI 1-3 hari. Semakin
kecil nilai TOI maka semakin besar nilai kemungkinan kejadian infeksi
nosocomial dirumah sakit (Sudra,2010)
4) Nilai BTO atau frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu-satuan waktu tertentu (Depkes
RI, 2015). Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai
40-50 kali. Nilai BTO ruang sakura dalam 3 bulan terakhir yaitu bulan
januari – maret 2019 adalah 10,34%. Nilai ini belum dapat dikatakan
sesuai atau melebihi standar normal karena dihitung tidak selama 1 tahun
penuh.
2. Klasifikasi Pasien
Klasifikasi pasien diruang sakura adalah sebagai berikut :
Ruang sakura merupakan salah satu ruang inap di RSUD dr.Soehadi
Prijonegoro Sragen yang melayani perawatan kelas III dengan kasus khusus
penyakit Paru dan ruang khusus isolasi diperuntukkan bagi pasien dengan
infeksi TB paru. Ruang sakura juga menerima titipan dari ruangan lain seperti
penyakit jantung, penyakit syaraf dan penyakit dalam. Kapasitas tempat tidur
ruang sakura sendiri adalah 25 tempat tidur termasuk 2 tempat tidur dikamar
isolasi. Kamar isolasi diruang sakura sendiri di khususkan bagi pasien dengan
kasus TB paru menular.
Klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungan menurut Douglas, 1984
dalam Swansburg R.C, 2012 adalah sebagai berikut:
22
1) Kategori I : self care/ perawatan mandiri/ Perawatan minimal
memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, dengan kriteria:
Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
a) Makan dan minum dilakukan sendiri.
b) Ambulasi dengan pengawasan.
c) Observasi tanda– tanda vital dilakukan tiap shift.
d) Pengobatan minimal, status psikologi stabil
e) Perawatan luka sederhana
3) Kategori III: total care/ intensive care memerlukan waktu 5-6 jam/hari
a) Segala diberikan atau dibantu.
b) Posisi diatur, observasi tanda – tanda vital tiap dua jam.
c) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena.
d) Pemakaian suction.
e) Gelisah/disorientasi
f) Perawatan luka kompleks
Klasifikasi Pasien :
- Perawatan minimal (self care) : 17 x 2 = 34 jam
- Perawatan intermediate : 4 x 3 = 12 jam
23
- Perawatan total care : 6 x 6 = 36 jam
82 jam
Jumlah tenaga keperawatan yang bertugas :
A = Jumlah Jam Perawatan Di Ruangan / Hari
Jam kerja per shift
= 82 jam = 11,71
24
2. 10-04-2019 23 20 21
3. 11-04-2019 21 17 17
Sumber : data primer hasil observasi diruang sakura 2019
Tingkat ketergantungan pasien :
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan perencanaan dalam hal
menentukan berapa banyak tenaga yang dibutuhkan dalam suatu ruangan dan
kriteria tenaga yang dipakai untuk suatu ruangan tiap shiftnya. Berikut adalah
cara perhitungan tenaga perawat :
Tabel 2.11
Klasifikasi Ketergantungan Pasien
Klasifikasi 09-04-2019 10- 04- 2019 11- 04- 2019
P S M P S M P S M
Minimal 11 10 12 14 9 11 9 8 8
Intermediate 7 8 10 8 9 8 9 8 8
Total 1 1 1 1 2 2 2 1 1
Sumber : Data Primer Hasil Observasi Di Ruang Sakura, 2019
Nb: apabila kapasitas bed terisi penuh adalah 25 pasien
b. Menurut Douglas
Tabel 2.12
Kebutuhan Perawat Menurut Douglas
Klasifikasi 09-04-2019 10- 04- 2019 11- 04- 2019
P S M P S M P S M
Minimal 11 x 10 x 12 x 14 x 9x 11 x 9x 8x 8x
0,17 0,14 0,07 0,17 0,14 0,07 0,17 0,14 0,07
Intermediate 7x 8x 10 x 8x 9x 8x 9x 8x 8x
0,27 0,15 0,10 0,27 0,15 0,10 0,27 0,15 0,10
Total 1x0, 1x0,3 1x0, 1x0,3 2x0, 2x0, 2x0, 1x0,3 1x0,
36 0 20 6 30 20 36 0 20
Jumlah 4,12 2,9 2,04 4,9 3,21 2,05 4,68 2,62 1,96
25
Tanggal 10-04-2019
Shift pagi tenaga yang dibutuhkan : 4,9 = 5 orang perawat
Shift sore tenaga yang dibutuhkan : 3,21 = 3 orang perawat
Shift malam tenaga yang dibutuhkan :2,05= 2 orang perawat
Tanggal 11-04-2019
Shift pagi tenaga yang dibutuhkan : 4,68 = 5 orang perawat
Shift sore tenaga yang dibutuhkan : 2,62 = 3 orang perawat
Shift malam tenaga yang dibutuhkan : 1,96 = 2 orang perawat
Jumlah rata-rata tenaga perawat yang dibutuhkan adalah : 5+3+2 = 10
Perawat yang libur adalah :1/3 x 10 =3
Bila dihitung keseluruhan jumlah perawat ditambah dengan kepala ruangan
adalah:
1 + 10 + 3 = 14 orang perawat
c. Menurut Gilies
Jumlah ketenaga kerjaan yang dibutuhkan (X) diruang rawat dapat dilihat dari
aspek kapasitas ruangan, BOR, jumlah jam efektif perawatan dan hari libur
perawat dalam satu athun dengan rumus :
Tenaga perawat : (BOR X TT) X jam efektif X hari dalam setahun
(hari dalam setahun – hari libur) x jam kerja/hari
Sedangkan untuk menentukan jam efektif perawat secara khusus dapat
dikategorikan sebagai berikut :
- Minimal care membutuhkan waktu 1-2 jam/24 jam
- Intermediate care membutuhkan waktu 3-4 jam/24 jam
- Total care membutuhkan waktu 5-6 jam/24 jam
Menurut Gilies, 2002 jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan ruang sakura
adalah sebagai berikut:
Tenaga perawat : A x B x 365
C x jumlah jam kerja/hari
Keterangan : apabila BOR rata-rata bulan adalah 81,99 %
Jam kerja efektif = 6,67= 7 jam
A : Jam Perawatan Efektif Per 24 jam = 4,28= 4 jam
B : BOR x jumlah tempat tidur (25) = 81,99% x 25 =20,49
26
C : Jumlah Hari Kerja Efektif 365-52 (Jumlah Hari Minggu) – 12 (Jumlah
Libur Nasional) – 12 (Cuti Dalam Satu Tahun) = 365-76 = 289 Hari
Jadi, Jumlah Tenaga Perawat Menurut Gillies adalah :
= AxBx365 = 4x20,49x36 = 14,78 = 15 perawat
C x jumlah jam kerja/ hari 289x7
Menurut hasil dari perhitungan jumlah perawat dan beban kerjanya sesuai
dengan jumlah pasien diruangan maka didapatkan hasil.
Menurut perhitungan Depkes perawat yang diperlukan diruang sakura yaitu 19
perawat dengan jumlah perawat saat ini di ruang sakura berjumlah 14 perawat
sehingga kurangnya tenaga perawat yang diperlukan yaitu berjumlah 5 perawat.
Menurut perhitungan Douglas didapatkan hasil perawat yang diperlukan diruang
sakura berjumlah 14 perawat dengan kapasitas perawat yang tersedia diruang
sakura 14 perawat dan hasil ini cukup dengan jumlah perawat yang diperlukan,
tetapi belum dihitung dengan perawat yang melakukan cuti/ijin.
27
Menurut perhitungan gilies didapatkan hasil memerlukan 15 perawat yang
bertugas, dan jumlah perawat yang tersedia berjumlah 14 perawat dan sesuai
dengan hasil yang didapatkan disimpulkan kurang 1 tenaga perawat diruang
sakura.
Menurut perhitungan thailan dan philipina didapatkan hasil 21 perawat yang
diperlukan, dan perawat yang tersedia diruangan berjumlah 14 perawat sehingga
disimpulkan kurangnya 7 tenaga perawat di ruang sakura, sehingga disimpulkan
dari 4 perhitungan masih kurangnya tenaga perawat diruang sakura.
2. Money
a. Sumber pemasukan
Sumber pemasukan ruang Sakura adalah berasal dari tarif pelayanan dirawat inap
pasien.
Tabel 2.14
Tarif pelayanan Ruang Sakura
Tarif Pelayanan
No Kelas
III
1 Kamar perawatan Rp. 40.000
2 Visite dokter umum Rp. 8.000
3 Visite dokter spesialis Rp. 16.000
4 Konsul dokter Rp. 35.000
5 Askep partial Rp. 30.000
6 Askep medium Rp. 45.000
7 Askep total care Rp. 60.000
8 Jasa administrasi Rp. 25.000
9 Penunggu pasien Rp. 5.000
10 Ecg Rp. 38.000
Sumber : data administrasi RSSP, 2019
b. Pengeluaran
Secara tidak langsung tidak terdapat penggunaan anggaran di ruang Sakura secara
mandiri. Akan tetapi sistem penggunaan anggaran ini secara umum langsung di
atur oleh bagian administrasi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
c. Sistem evaluasi anggaran
Karena tidak ada pengelolaan keuangan di ruang Sakura maka tidak ada evaluasi
anggaran.
d. Kendala dalam anggaran
28
Kesalahan identitas maupun kelengkapan berkas jaminan kesehatan yang
menjadikan penyaluran anggaran daerah terhadap jaminan kesehatan (BPJS, KIS,
dll) di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen menjadi terhambat.
29
Data subyektif dan data
obyektif.
Masalah keperawatan
yang muncul.
Intervensi keperawatan
yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara
umum)
Intervensi kolaboratif
dan dependen.
Rencana umum dan
persiapan yang perlu
dilakukan dalam
kegiatan operatif,
pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaa
n penunjang lainnya,
persiapan untuk
konsultasi atau untuk
prosedur yang tidak
rutin dilaksanakan.
Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Pelaksana 1. Kedua kelompok dinas 20 Ners Karu, PP
an sudah siap (shift jaga) menit station dan PA
2. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan buku
catatan
3. Kepala ruang membuka
acara operan jaga
4. Perawat yang melakukan
operan jaga dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab, dan
melakukan validasi terhadap
hal-hal yang telah di
operakan dan berhak
menanyakan mengenai hal-
hal yang kurang jelas.
5. Kepala ruangan /PP
menanyakan kebutuhan
dasar pasien
6. Penyampaian yang jelas,
singkat dan padat.
7. Perawat yang melaksanakan
operan jaga mengkaji secara
penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan, dan
tindakan yang telah atau
belum dilaksanakan serta
hal-hal yang penting lainnya
selama masaperawatan.
30
8. Hal-hal yang bersifat khusus
dan memerlukan perincian
yang matang sebaiknya
dicatat secara khusus untuk
kemudian diserah terimakan
kepada petugas berikutnya.
9. Lama untuk operan jaga tiap
pasien tidak lebih 3 menit
kecuali pada kondisi khusus
dan memerlukan keterangan
yang rumit.
Penutup Diskusi Pelaporan untuk operan 5 menit Ners Karu, PP
jaga dituliskan secara langsung station dan PA
pada format operan jaga yang
ditandatangani oleh PP yang
jaga saat itu dan PP yang jaga
berikutnya di ketahui oleh
kepala ruang
Ditutup oleh kepala ruang
Tabel 2.16
31
Lembar Observasi Pelaksanaan Operan Jaga Di Ruang Sakura
Tanggal 9 – 11 April 2019
N Tanggal pelaksanaan
O
KEGIATAN
9-04-2019 10-04-2019 11-04-2019
P S M P S M P S M
1 Semua perawat yang akan melakukan X X X X X X X X X
operan siap di nurse station
2 Kepala ruangan/Katim membuka X - - X - - X - -
kegiatan dengan salam
3 PP/PA yang mengoperkan
menyampaikan
a. Jumlah pasien dan tingkat V V V V V V V V V
ketergantungan pasien
32
10 Kepala Ruangan/Katim merangkum V - - V - - V - -
informasi operan
Tabel 2.16
Lembar Observasi Pelaksanaan Operan Jaga Di Ruang Sakura
Tanggal 9 – 11 April 2019
11 Kepala Ruangan/Katim/PA V V V V V V V V V
memberikan saran tindak lanjut
12 Kepala Ruangan/Katim/PA X X X X X X X X X
memimpin doa bersama
N Tanggal pelaksanaan
O
KEGIATAN
9-04-2019 10-04-2019 11-04-2019
P S M P S M P S M
13 Kepala Ruangan/Katim menutup X X X X X X X X X
kegiatan dengan salam
Jumlah 65 67 67 65 67 67 65 67 67
% % % % % % % % %
Nilai rata-rata 66%
Kriteria :
1. Kategori sangat baik : 76% - 100%
2. Kategori baik : 60% - 75%
3. Kategori cukup : 40% - 59%
4. Kategori kurang : < 40%
Analisa data :
Berdasarka hasil rata-rata pelaksanaan operan jaga di Ruang Sakura selama 3
hari didapatkan hasil sebesar 66% dalam kategori baik. Akan tetapi perlu
ditingkatkan dalam beberapa kegiatan yang belum dilakukan dan juga dalam
hal metode operan yang tidak dilakukan di meja perawat terlebih dahulu.
b. Metode penugasan
Metode penugasan asuhan keperawatan MAKP merupakan penataan
struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan. Agar implementasi
MAKP memberikan dampak yang lebih optimal, perlu disertai dengan
33
implementasi substansi keilmuan keperawatan. Pada ruang MAKP diuji coba
ilmu dan teknologi keperawatan karena sudah ada sistem yang tepat untuk
menerapkannya. Di ruang Sakura memberikan askep dilakukan oleh tim yaitu
Tim 1 dan Tim 2. Tim 1 melakukan askep pada kamar 3 dan 4, sedangkan Tim 2
melakukan askep kamar 1 dan 2.
Berdasarkan pembagian kamar untuk masing-masing tim ini jelas
sekali pembagian tugas yang jelas, namun hal ini bisa bersifat flexibel.
Pelaksanaan metode Tim yang baik akan mempengaruhi pelaksanaan pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien (Madonni, 2015). Pendapat ini pun juga
dipertegas kembali menurut penelitian dari Kosim (2016) yang mengatakan
bahwa semakin baik penerapan metode tim, maka akan semakin baik juga
kualitas pelayanan dan juga pendokumentasian asuhan keperawatan kepada
pasien.
c. Standar Dokumentasi Keperawatan
Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal sebagai
suatu yang dapat diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan sebagai tolok
ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai pembanding (Marr dan Biebing,
2001). Nursalam (2002) menyebutkan bahwa standar merupakan pernyataan yang
absah, model yang disusun berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan
mengenai apa yang memadai dan sesuai serta diterima dengan layak. Jenis-jenis
standar antara lain :
a) Standar input: tenaga, fasilitas, dana, organisasi, manajemen kebijakan dan
lain-lain.
b) Standar proses: prosedur tindakan pelayanan
c) Standar output: penampilan kinerja, kepuasan
Menurut Donabedian bahwa standar adalah rumusan tentang
penampilan atau nilai yang diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan
parameter yang telh ditetapkan.
Berdasarkan clinical practice guideline standar adalah tingkat
pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan
minimal atau disebut juga kisaran variasi yang masih dapat diterima.
Suatu ruangan perawatan di dalam sebuah Rumah sakit idealnya
mempunyai prosedur tetap (Protap) tindakan yang berlaku secara resmi dan
dipahami dan diterapkan oleh seluruh staf ruangan.
34
Standar praktek keperawatan adalah norma atau penegasan tentang
mutu pekerajaan seorang prawat yang dianggap baik, tepat dan benar yang
dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan bedah dan interna
dan umum serta sebagai tolak ukur dalam penilaian penampilan kerja seoarang
perawat (Nursalam, 2002). Menurut Gillies (1994) standar asuhan keperawatan
mempunyai 3 tujuan yaitu:
1. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memusatkan upaya
meningkatkan motivasi perawat terhadap pencapaian tujuan
2. Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi kegiatan asuhan
keperawatan yang tidak penting
3. Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian keperawatan dengan
mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar asuahan keperawatan
serta menentukan bahwa kegagalan dari perawat untuk memenuhi standar
dapat membahayakan pasien.
Di Indonesia standar keperawatan dipakai sebagai dasar pedoman dan
instrumentasi penerapan standar asuhan keperawatan yang disusun oleh Depkes
tahun 1997, yaitu :
a) Standar I Pengkajian Perawatan
Pengkajian keperawatan diperoleh dari data anamnesa, observasi yang
paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara terus-menerus tentang
keadaan pasien untuk menentukan asuhan keperawatan sehinga data
keperawatan juga dapat dimanfaatkan semua angggota tim. Data pengkajian
meliputi pengumpulan data, pengelompokkan data dan perumusan masalah.
b) Standar II Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien
yang dianalisis dan dibandingkan dengan keadaan pasien. Komponennya
terdiri atas : masalah, penyebab dan gejala (PES), bersifat aktual dan
potensial dan berdasarkan pohon masalah dan dapat ditanggulangi perawat.
c) Standar III Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan,
komponennya terdiri dari prioritas masalah, tujuan dan intervensi.
d) Standar IV Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan, bermaksud agar
kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek
35
peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan
melibatkan keluarga dan lingkungan yg meliputi komunikasi terapeutik,
terapi individu dan keluarga.
e) Standar V Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis, dan terencana
untuk menilai perkembangan pasien.
f) Standar VI Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat selama
pasien dirawat inap maupun rawat jalan. Digunakan sebagai informasi,
komunikasi dan laporan, dilakukan setelah tindakan dilakukan sesuai dengan
pelaksanaan proses keperawatan. Setiap mencatat harus mencantumkan
inisial atau paraf/nama perawat, menggunakan standar yang baku dan
disimpan sesuai peratutan yang berlaku.
Tabel 2.17
Lembar Observasi Pelaksanaan Dokumentasi Keperawatan Di Ruang Sakura
Tanggal 19 – 11 April 2019
Observasi
No Aspek Yang Dinilai (N=16)
Ya Tidak
A Pengkajian
1. Mencatat data yang di kaji sesuai dengan pedoman 14 2
pengkajian
2. Data dikelompokkan (bio-psiko-sosial-spiritual) 10 6
3. Data dikaji sejak pasien masuk sampai pindah ruangan 14 2
4. Masalah dirimuskan berdasarkan kesenjangan antara status
kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan 14 2
Presentasi (%) = 52/64 x 100% = 81,25%
B Diagnosa
1. Diagnosa keperawatan berdasarkan diagnosa yang telah 14 2
dirumuskan 13 3
2. Diagnosa keperawatan mencerminkan PE / PES 13 3
3. Merumuskan diagnosa keperawatan actual/potensial
Presentase (%) = 40/48 x 100% = 83,33%
36
C Perencanaan
1. Bersadarkan diagnosa keperawatan 15 1
2. Disusun berdasarkan prioritas 14 2
3. Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/subyek, 10 6
perubahan perilaku, kondisi pasien/kriteria
4. Rencana tindakan mengacu pada tujuan
5. Rencana tindakan mengambarkan keterlibatan 12 4
pasien/keluarga 12 4
6. Rencana tindakan menggambarkan kerjasama dengan tim
kesehatan lain 12 4
Presentasi (%) = 75/96 x 100% = 78,12%
D Implemtasi
1. Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana keperawatan 12 4
2. Perawat mengobsevasi respon pasien terhadap tindakan
keperawatan 13 3
3. Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi
4. Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat ringkas dan 13 3
jelas
12 4
Presentasi (%) = 50/64 x 100% = 78,12%
E Evaluasi
1. Evaluasi mengacu pada tujuan 12 4
2. Hasil evaluasi di catat 16 0
Presentasi (%) = 28/32 x 100% = 87,5%
Observasi
No Aspek Yang Dinilai (N=16)
Ya Tidak
F Dokumentasi
1. Menulis pada format yang baku 16 0
2. Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang 14 2
dilaksanakan
3. Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku 14 2
dan benar
4. Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat mencantumkan 16 0
paraf, nama jelas dan tanggal serta jam dilakukan tindakan
5. Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku 16 0
Sumber : data primer dari hasil observasi di Ruang Sakura, 2019
Kategori :
1. Kategori sangat baik : 76% - 100%
2. Kategori baik : 60% - 75%
3. Kategori cukup : 40% - 59%
4. Kategori kurang : < 40%
Analisa data :
Berdasarkan hasil tabel diatas jelas terlihat selama ini pelaksanaan dokumentasi
keperawatan sudah dapat dikatakan baik. Namun masih perlu peningkatan dan
37
pembenahan dalam hal implementasi tindakan. Diharapkan implementasi tindakan
harus sesuai dengan intervensi yang telah disusun sebelumnya dan disesuaikan
dengan kondisi pasien, dimana diagnosa keperawatan disusun berdasarkan prioritas
masalah pasien agar kebutuhan pasien terpenuhi.
No Penyakit Keterangan
1 Chronic Obstruktif Pulmonari Disease With Ada
Acut Axacerbation, Unspecified
2 Tuberkulosis Of Lung, Without Mention Of Ada
Bacteriological, Or Histologically
3 Status Asmatikus Ada
4 Cerebral Infarction, Unspecified Ada
5 Other Specified Cerebrovasculer Disease Ada
6 Old Myocardial Infarction Ada
7 Pleura Effution, Not Elsewhere Classified Tidak ada
8 Cronic Obstruktif Pulmonary Disease Ada
Unspecified
9 Dengue Haemorragic Fever Ada
10 Atrial Cardiac Arrhytmias Ada
Sumber: Buku SAK Ruang Sakura
38
Analisa data :
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa standar Asuhan keperawatan 90% sudah
tersedia, namun 10% belum tersedia yaitu Pleura effution, not elsewhere classified dari
10 besar penyakit yang ditemukan sehingga perlu dibuat SAK tentang Penyakit tersebut.
b) Tujuan SPO
Tujuan SPO menurut Atmoko (2010) adalah komitmen yang
diciptakan oleh satuan unit kerja instansi mengenai apa yang dikerjakan.
Sedangkan menurut Depkes RI (2006) tujuan umum dari SPO adalah
mengarahkan kegiatan asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang
efisien dan efektif sehingga dapat menjadi konsisten dan aman dalam
meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku.
Perumusan SPO dapat dikatakan relevan apabila dapat menjadi tolak ukur
dalam menilai keefektivitasan dan efisiensi kinerja instansi dalam
melaksanakan program kinerjanya (Atmoko, 2010).
Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus sesuai
dan mengacu pada protap-protap atau standar yang telah ditetapkan.
Prosedur tetap merupakan salah satu pedoman kerja bagi setiap tenaga
keperawatan dalam rangka mengimplementasikan praktik keperawatan
profesional. Sebagai dasar penilaian tindakan keperawatan mengacu pada
instrumen evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit.
Standar praktek keperawatan adalah ekspektasi minimal dalam
memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis (PPNI,
1999). Standar praktek keperawatan merupakan komitmen profesi
keperawatan dalam melindungi masyarakat terhadap praktek yang
39
dilakukan oleh anggota profesi. Standar praktek keperawatan harus
dinamik sesuai dengan perkembanngan IPTEK.
Tujuan standar praktek keperawatan menurut Gillies (1989)
adalah untuk meningkatkan klaitas asuhan keparawatan, mengurangi biaya
asuhan keperawatan dan melindungi perawat dari kelalaian dalam
melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak
terapeutik.
Tabel 2.19
Pedoman/Standart/Protab Kebijakan
Di Ruang Sakura RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
40
pelayanan di jam kerja oleh
2016
costemer service
Penanganan keluhan pada unit Sesuai
445.11/1205/12/rev.00/040/
16 pelayanan di luar jam kerja oleh
2016
costemer service
Penanganan komplain atau keluhan Sesuai
445.11/1206/13/rev.00/040/ (kotak saran, SMS, Email, webside
17
2016 dan media sosial dan costemer
service)
Perlindungan privacy pasien secara Sesuai
18 445.4/703/01/rev,00/040/ 2016 sosial
Tabel 2.19
Pedoman/Standart/Protab Kebijakan
Di Ruang Sakura RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
No No Dokumen Nama Protap Ket.
SOP HAK DAN KELUARGA
Perlindungan privacy pasien secara Sesuai
19 445.8/704/02/rev.00/040/ 2016
psikologis
Perlindungan privacy pasien secara Sesuai
20 445.8/705/03/rev,00/040/ 2016
biologis
445.11/1215/11/rev.00/040/ Rahasia pengamanan dokumen Sesuai
21
2016 rekam medis
Penggunaan kancing gelang Sesuai
445.11/1193/04/rev.00/040/
22 identifikasi pasien DNR (do not
2016
resusitation)
SOP TB DOTS/PROG NASIONAL
443.24/859/12/rev.01/040/ 2017 Alur pemerksaan sputum pasien TB Sesuai
1
rawat inap
Penetapan klasifikasi dan tipe Sesuai
2 443.24/850/04/rev.00/040/ 2016
pasien TB
Pemberian latihan batuk efektif Sesuai
3 443.24/855/08/rev.00/040/ 2016 pada pasien yang akan dilakukan
pemeriksaan BTA sputum
4 443.24/861/14/rev.00/040/ 2016 Pelayanan TB DOT Sesuai
Rujukan pasien ke fasilitas Sesuai
5 443.24/863/16/rev.00/040/ 2016
kesehatan lain
Penatalaksanaan pasien TB HIV Sesuai
6 443.24/856/09/rev.00/040/ 2016
bersama tim DOTS-tim VCT
7 443.24/852/05/rev.00/040/ 2016 Penegakan diagnosa TB Sesuai
Alur pemeriksaan sputum pasien Sesuai
8 443.24/859/12/rev.00/040/ 2016
TB rawat inap
9 443.24/864/17/rev.00/040/ 2016 Penjaringan suspek pasien TB Sesuai
SOP TB DOTS/PROG NASIONAL
Alur pelayanan pasien TB rawat Sesuai
10 443.24/861/13/rev.00/040/ 2016
jalan
11 443.24/847/01/rev.00/040/ 2016 Pengobatan pasien TB Sesuai
SOP ASSESMENT PERAWAT
1 445.3/1645/61/rev.00/040/ 2016 Penjadwalan jadwal dinas Sesuai
41
keperawatan
Komunikasi efektif timbang terima Sesuai
2. 445.1/4657/72/rev.00/040/ 2016
perawat jaga
3. 445.3/1629/45/rev.00/040/ 2016 Fisioterapi dada Sesuai
4. 445.3/1630/46/rev.00/040/ 2016 Bilas lambung Sesuai
5. 445.3/1631/47/rev.00/040/ 2016 Menerima pasien baru Sesuai
6 445.3/1632/48/rev.00/040/ 2016 Penggunaan nebulizer Sesuai
7 445.3/1642/58/rev.00/040/ 2016 Persiapan pasien pulang Sesuai
8 445.3/1656/71/rev.00/040/ 2016 Ijin belajar perawat/bidan Sesuai
9 445.3/1627/43/rev.00/040/ 2016 Pemilihan kepala ruangan Sesuai
10 445.3/1654/69/rev.00/040/ 2016 Instruksi kerja syring pump Sesuai
Tabel 2.19
Pedoman/Standart/Protab Kebijakan
Di Ruang Sakura RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Cuti perawat Sesuai
11 445.3/1652/67/rev.00/040/ 2016
42
rawata inap
39 445.13/506/47/rev.00/040/ 2016 Triase Sesuai
Transfer pasien antar ruang Sesuai
40 445.13/600/46/rev.00/040/ 2016
perawatan
Transfer pasien ke RS lain untuk Sesuai
41 445.13/599/45/rev.00/040/ 2016
tindakan perawatan
Rencana pemulangan pasien Sesuai
42 445.13/611/57/rev.00/040/ 2016
discharge planing
Pasien pulang atas ijin Sesuai
43 445.13/608/54/rev.00/040/ 2016
dokter/sembuh
Tabel 2.19
Pedoman/Standart/Protab Kebijakan
Di Ruang Sakura RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Pasien pulang atas permintaan Sesuai
445.13/1570/71/rev.00/040/
44 sendiri (APS)
2016
No No Dokumen Nama Protap Ket.
SOP ASSESMENT PERAWAT
45 445.13/610/56/rev.00/040/ 2016 Pasien meninggal Sesuai
445.13/1025/60/rev.00/040/ Komunikasi petugas dengan pasien Sesuai
46
2016 tuna rungu dan tuna wicara
Kominikasi petugas dengan tuna Sesuai
47 445.3/1026/61/rev.00/040/ 2016
netra
Pelayanan umum untuk pasien Sesuai
48 445.3/1001/59/rev.00/040/ 2016
difabel yang masih mampu berjalan
Pelayanan umum untuk pasien Sesuai
49 445.3/1001/58/rev.00/040/ 2016
difabel dengan kondisi tubuh lemah
Penundaan pelayanan Sesuai
50 445.3/605/50/rev.00/040/ 2016
Penundaan pelayanan karena tidak Sesuai
51 445.13/605/50/rev.00/040/ 2016
ada pelayanan
Penundaan pelayanan karena Sesuai
52 445.3/605/5/rev.00/040/ 2016 farmasi
43
antiseptik handscrub dan handwash
Kebersihan tangan bedah Sesuai
3 445/1501/06/rev.00/040/ 2106
Penggunaan alat single use-re use Sesuai
4 445/1500/05/rev.00/040/ 2016
Pengendalian KLB infeksi HAIS Sesuai
5 445/1162/04/rev.00/040/ 2016
Permintaan cairan handscrub baru Sesuai
6 443/063/040/2016
APD Sesuai
7 443/086/040/2016
Tabel 2.19
Pedoman/Standart/Protab Kebijakan
Di Ruang Sakura RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Analisa data
Dari hasil analisis, diperoleh bahwa SPO pelayanan dan tindakan di
ruang Sakura sudah memiliki pedoman atau standar / protap kebijakan tentang
tindakan pelayanan yang sesuai dengan standar. Sesuai tujuan dari adanya
SPO untuk memberikan pelayanan yang efisien dan efektif sehingga dapat
44
menjadi konsisten dan aman dalam meningkatkan mutu pelayanan melalui
pemenuhan standar yang berlaku.
Tabel 2.20
Lembar Observasi Pelaksanaan SPO Tindakan Keperawatan
Di Ruang Sakura Tanggal 9-11 April 2019 (N : 6)
No Komponen Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Pemasangan infus
A a. Perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah 0 6
tindakan
b. Perawat menggunakan APD handson 6 0
Tabel 2.20
Lembar Observasi Pelaksanaan SPO Tindakan Keperawatan
Di Ruang Sakura Tanggal 9-11 April 2019 (N : 6)
c. Menggunakan perlak atau pengalas 0 6
d. Menggunakan bengkok 6 0
e. Perawat memperhatikan reaksi klien selama 6 0
pemasangan infus
Mengukur tekanan darah
B Mengukur tekanan darah semua protap sudah 6 0
dilaksanakan
Memberikan oksigen
C Perawat memperhatikan reaksi klien saat 6 0
memasang oksigen dan semua protap sudah sesuai
Memberi obat suntikan
D Sudah sesuai, dan sudah memperhatikan prinsip 6 0
aseptik
No Komponen Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Perawatan luka
E a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah 6 0
tindakan
b. Evaluasi tindakan dilakukan 6 0
Jumlah 48 12
Total 48/60 x 12/60x100%=
100%= 20%
80%
Sumber : data observasi pengkajian di Ruang Sakura, 2019
Analisa data :
Berdasarkan hasil tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perawat Ruang Sakura
dalam melakukan tindakan yang rutin dalam kategori baik dengan presentase
80%. Namun ada 20% tindakan yang belum dilakukan seperti mencuci tangan
45
sebelum dan sesudah melakukan tindakan dan tidak menggunakan perlak dalam
pemasangan infus.
Pernyataan ini dapat di dukung juga dengan adanya penelitian dari Nur Yanti
(2013), yang mengatakan bahwa adanya kelengkapan sarana dan prasarana di RS
akan dapat mempengaruhi kepuasan pasiendan juga kualitas pelayanan yang
diberikan kepada pasien itu sendiri.
e. Discharge planning
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan
sistematis dari penilaian, persiapan serta koordinasi yang dilakukan untuk
meberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
sebelum dan sesudah pulang. Rencana pulang merupakan proses yang dinamis
agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan
pasien melakukan perawatan mandiri di rumah.
Rencana pulang didapatkan dari proses interaksi dimana perawat
profesional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur
kontiunitas keperawatan ynag diperlukan oleh pasien dimana perencanaan harus
berpusat pada masalah pasien yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif, serta
perawatan rutin yang sebenarnya. Berdasarkan hasil observasi perawat
menjelaskan tentang obat pasien dan menjelaskan surat kontrol yang harus
dibawa setiap kali periksa ke petugas kesehatan pada pasien yang sudah di ijinkan
pulang, pada pasien pulang atas permintaan sendiri tidak diberikan obat dan surat
kontrol.
Fase pelaksanaan discharge planning
1) Pre interaksi
a) Mengumpulkan data tentang klien
b) Membuat rencana pertemuan dengan klien
2) Orientasi
a) Memberi salam dan tersenyum kepada klien
b) Memperkenalkan nama diri
c) Menanyakan nama panggilan kesukaan klien
d) Menanyakan perasaan klien
e) Menjelaskan kerahasiaan
f) Menjelaskan tugas perawat
g) Mejelaskan kegiatan (orientasi) yang akan dilakukan
46
h) Menjelaskan tujuan kegiatan
i) Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk orientasi
j) Menjelaskan peran perawat
3) Kerja
a) Menanyakan keluhan utama klien
b) Memberi kesempatan bertanya
c) Melakukan orientasi
d) Memulai dengan ajakan untuk berkonsentrasi
4) Materi
a) Menjelaskan informasi mengenai penyakit
b) Menjelaskan informasi mengenai penyebab penyakit
c) Menjelaskan informasi mengenai tanda dan gejala penyakit
d) Menjelaskan informasi mengenai cara perawatan di rumah
e) Menjelaskan informasi mengenai cara pemberian obat
f) Menjelaskan informasi mengenai cara pencegahan penyakit dan infeksi
g) Menjelaskan informasi mengenai program pengobatan lanjutan
h) Menjelaskan informasi mengenai nutrisi yang sesuai dengan program diet
i) Menjelaskan informasi mengenai aktivitas dan istirahat
j) Menjelaskan informasi mengenai control waktu, tempat, cara control, persiapan
control
5) Terminasi
a) Menyimpulkan hasil kegiatan
b) Memberikan pujian positif
c) Merencanakan tindak lanjut kepada klien
d) Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik dan tersenyum
e) Melakukan kontrak selanjutnya.
Tabel 2.21
Lembar Ceklist Discharge Planning
Di Ruang Sakura Tanggal 9-11 Maret 2019 (N=9)
No Kegiatan Ya % Tidak %
1 PP Mengidentifikasi Pasien Yang Direncanakan 9 100 0 0
Untuk Pulang
2 PP Menyiapkan Lembar Dischange Planning 9 100 0 0
Dan Kelengkapan Yang Lain ( Obat, Hasil
Rontgen, Dll)
3 Mengucapkan Salam 9 100 0 0
47
4 PP Melakukan Kontrak Waktu Dengan Pasien 9 100 0 0
Dan Keluarga
5 PP Dibantu PL Melakukan Pemeriksaan Fisik 2 22 7 78
Sesuai Kondisi Pasien
6 PP Memberikan Pendidikan Kesehatan Yang 9 100 0 0
Diperlukan Pasien Dan Keluarga Untuk
Perawatan Dirumah Tentang : Aturan Diet, Obat
Yang Harus Diminum Dirumah, Aktivitas, Yang
Harus Dibawa Pulang, Rencana Kontrol Yang
Perlu Bawa Saat Kontrol ,Prosedur Kontrol,
Jadwal Pesan Khusus ( Bila Ada)
7 PP Memberikan Kesempatan Kepada Pasien 6 67 3 33
Dan Keluarga Untuk Mencoba
Mendemostrasikan Penkes Yang Telah
Diajarkan
Tabel 2.21
Lembar Ceklist Discharge Planning
Di Ruang Sakura Tanggal 9-11 Maret 2019 (N=9)
8 PP Memberikan Kesempatan Kepada Pasien 8 89 1 11
Dan Keluarga Untuk Bertanya Bila Belum
Paham
9 PP Mengajak Pasien Dan Keluarga Berdoa Atas 9 100 0 0
Diberikannya Kesembuhan
10 PA Mengantar Pasien Sampai Lobi RS 9 100 0 0
11 Mengucapkan Salam 9 100 0 0
Jumlah 89 89 11 11
89% 11%
Sumber: Observasi tanggal 9-11 Maret 2019 di Ruang sakura
Analisa dan Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data selama 3 hari untuk pelaksanaan
Discharge Planning di ruang Sakura baik dengan persentase 89% namun masih ada
11% yang kurang dalam pelaksanaannya, diantaranya :
a) 78% PP dan PL tidak melakukan pemeriksaan fisik sesuai kondisi pasien.
Pemeriksaan fisik harus dilakukan pada saat sebelum pasien pulang untuk
mengetahui keadaan umum pasien dan pasien di pulangkan benar-benar dalam
keadaan yang lebih baik sebelumnya.
b) 33% PP tidak memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
mencoba mendemostrasikan penkes yang telah diajarkan
Salah satu umpan balik dari pemberian penkes pada pasien dan keluarga
adalah pasien dan keluarga dapat mendemonstrasikan penkes yang telah
diberikan agar pasien dan keluarga memahami dan mengerti penkes yang di
berikan.
48
c) 11% PP tidak memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya bila belum paham.
Pasien dan keluarga harus diberikan kesempatan untuk bertanya setelah
petugas kesehatan memberikan penkes untuk menanyakan hal-hal yang belum
jelas dan dimengerti oleh pasien dan keluarga agar tidak ada kesalahpahaman
dalam menerima penkes.
f. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan pasien
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu
harus dilakukan oleh primery nurse dan atau konselor, kepala ruangan, assosiate
nurse yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan.
Karakteristik :
Pasien dilibatkan secara langsung
Pasien merupakan fokus kegiatan
PA, PP, dan konselor melakukan diskusi bersama
Konselor memfasilitasi kreatifitas
Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA dan PP dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah..
Tabel 2.22
Lembar Ceklist Ronde Keperawatan
N YA TIDAK
KEGIATAN
O (1) (0)
1 Menentukan Klien Minimal Satu Hari Sebelumnya 0
2 Melakukan Informed Consent 0
RUANG DISKUSI
3 Tim Kesehatan Hadir Di Ruang Diskusi 0
4 Karu Membuka Kegiatan Ronde Keparawatab Dan 0
Mempersilahkan Kepada PP Untuk Mempresentasikan
Kasus Klien
5 PP Mengucapkan Salam 0
6 PP Memperkenalkan Diri Kepada Tim (Tenaga 0
Kesehatan)
7 PP Menjelaskan Identitas Klien 0
8 PP Menjelaskan Masalah Keperawatan Klien 0
9 PP Menjelaskan Tindakan Dan Evaluasi Yang Telah 0
Dilakukan
RUANGAN KLIEN
10 PP Memperkenalkan Tim (Tenaga Kesehatan) Kepada 0
Klien Dan Keluarga
11 PP Melibatkan Klien Saat Melakukan Ronde Keperawatan 0
RUANG DISKUSI
49
12 PP Menentukan Prioritas Masalah Yang Perlu Di 0
Diskusikan
13 Tim Mendiskusikan Masalah Yang Diangkat 0
14 PP/CCM/Karu Memberikan Justifikasi Terhadap 0
Intervensi Yang Dilakukan
15 Menetapkan Tindakan Keperawatan Dari Masalah 0
Keperawatan Yang Menjadi Prioritas
16 Menyimpulkan Hasil Ronde Keperawatan 0
17 Menutup Ronde Keperawatan 0
18 Mengucapkan Salam 0
19 Mendokumtasikan Hasil Ronde Keperawatan 0
Jumlah 0 0
Total 0%
Sumber : data primer di Ruang Sakura, 2019
Analisa data :
Berdasarkan tabel diatas ronde keperawatan di ruang Sakura belum dilakukan.
g. Komunikasi efektif terapeutik
Komunikasi efektif dan terapeutik dalam hubungan antar manusia.
Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan
metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Terapeutik
adalah merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan
sehingga menjadi terapeutik berarti seseoranga mampu melakukan atau
mengkomunikasikan perkataan, perbuatan atau ekspresi yang memfasilitasi
proses penyembuhan. Dalam membina hubungan terapeutik perawat mempunyai
tugas yang harus dilakukan oleh perawat.
Tahap - tahapnya antara lain :
1) Tahap Pre interaksi
Merupakan tahap dimana perawat belum bertemu dengan pasien.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah :
Mendapatkan informasi tentang pasien dan sumber literatur yang berkaitan
dengan masalah yang dialami pasien
Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
2) Tahap orientasi/perkenalan
Merupakan tahap dimana perawat pertama kali bertemu dengan pasien.
Tugas perawat dalam hal ini adalah : melakukan kontrak dengan pasien :
Nama pasien
Peran yang diharapkan dari perawat dan klien
50
Tujuan
Kerahasiaan
Harapan
Membina hubungan saling percaya dengan klien
3) Tahap kerja
Merupakan tahap dimana klien memulai kegiatan wawancara. Tugas perawat pada
tahap ini adalah melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan pada tahap
prainteraksi.
4) Tahap terminasi
Merupakan tahap dimana perawat akan menghentikan interaksinya dengan
klien.Tahap ini merupakan terminasi sementara maupun terminasi akhir.
Tahap ini perawat mempunyai tugas :
Mengevaluasi kegiatan kerja yang telah dilakukan baik secara kognitif
maupun afektif
Merencanakan tindak lanjut dengan pasien
Melakukan kontrak
Mengakhiri terminasi dengan baik.
Tabel 2.23
Lembar Ceklist Observasi Komunikasi Efektif Dan Terapeutik
Di Ruang Sakura Tanggal 9 – 11 April 2019 (n: 8)
51
pasien termasuk didalamnya masalah administrasi dan hak
menolak untuk dilakukan tindakan medis
10 Perawat meluangkan waktunya untuk berkomunikasi dengan 8 0
pasien dan keluarganya selama persiapan tindakan/perawatan
11 Perawat memberikan rasa nyaman dan aman pada pasien dan 8 0
keluarganya
12 Perawat menjelaskan bagaimana mengatasi rasa nyeri atau 8 0
ketidaknyamanan
13 Perawat menanyakan keluhan yang dialami pasien dan 8 0
keluarga
14 Perawat membantu kegiatan fisik dan psikologis pasien serta 8 0
keluarganya
15 Perawat menanyakan hal-hal yang membuat pasien dan 8 0
keluarganya merasa takut
Tabel 2.23
Lembar Ceklist Observasi Komunikasi Efektif Dan Terapeutik
Di Ruang Sakura Tanggal 9 – 11 April 2019 (n: 8)
16 Perawat meyakinkan pasien dan keluarga bahwa tindakan yang 8 0
akan dilakukan demi kebaikan dan kesembuhan pasien
17 Perawat menekankan sekali lagi kepada pasien untuk patuh 8 0
dalam megikuti perawatan sebelum meninggalkan pasien
18 Perawat melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya bila 8 0
diperlukan
19 Perawat mengucapkan salam sebelum meninggalkan pasien 8 0
dan keluarga
Jumlah 152 0
Presentase 100% 0%
Sumber : data primer hasil observasi di Ruang Sakura, 2019
Berdasarkan tabel hasil observasi terhadap perawat dalam hal
komunikasi efektif dan terapeutik di Ruang Sakura sudah dilakukan dengan baik,
hasil 100%. Hal ini ketrampilan komunikasi efektif dan terapeutik perawat
tentunya akan memberikan kepuasan terhadap pasien dan keluarga selama
memberikan asuhan keperawatan (Hijriani, 2013). Untuk itu perlu kiranya
perawat Ruang Sakura mempertahankan ketrampilannya dalam berkomunikasi
secara efektif dan terapeutik sesuai dengan standar yang dianjurkan.
h. Komunikasi SBAR.
1) Definisi
Komunikasi SBAR menurut NHS (2012) adalah komunikasi yang dilakukan
oleh perawat dalam menyampaikan kondisi pasien dan untuk mengatur
informasi yang sesuai secara jelas dan lengkap sehingga dapat diterima oleh
52
perawat lainnya secara akurat dan efisien pada saat operan jaga. Komunikasi
SBAR meliputi situation, background, assesment, recomendation.
2) Tujuan
Tujuan komunikasi SBAR adalah :
a. Menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi efektif antara anggota tim
perawatan kesehatan dengan dokter.
b. Memberikan informasi yang akurat tentang kondisi pasien saat ini dan
setiap perubahan terbaru yang terjadi atau untuk mengantisipasi apabila
terjadi perubahan.
c. Membantu staf menjadi advokad pasien
3) langkah- langkah komunikasi SBAR
Pelaksanaan komunikasi SBAR di saat komunikasi secara langsung
berhadapan dengan tim kesehatan yang lain.
Langkah-langkah tersebut dijelaskan dibawah ini menurut Capital Health
(2011), kualiti inprovement tool :
a. Situation/situasi
Menentukan nama pasien dan kondisi atau situasi saat ini
Jelaskan apa yang terjadi pada pasien untuk mengawali percakapan
ini dan menjelaskan bahwa pasien telah mengalami perubahan
kondisi.
b. Background/latar belakang
Menyatakan tanggal-tanggal penerimaan pasien, diagnosisnya dan
sejarah medisnya.
Berikan sinopsis atau ringkasan singkat, dari apa yang telah
dilakukan selama ini
c. Assesment/pengkajian
Ringkasan kondisi atau situasi pasien
Jelaskan apa yang menjadi permasalahannya, “saya idak yakin apa
masalah dari pasien, namun kondisi pasien memburuk dan tidak
stabil, sehingga perlu dilakukan suatu tundakan”
Memperluas pernyataan perawat dengan tanda-tanda dan gejalanya
d. Recomendetion/rekomendasi
53
Jelaskan apa yang diinginkan dokter setelah melihat hasil tindakan
(misalnya : test laboratorium)
Perawat merecomendasikan dokter untuk melakukan kunjungan
kepada pasien dan keluarga pasien
Apakah ada test lain yang diperlukan seperti EKG
Perawat penyampaikan kepada dokter setiap terdapat pengobatan
baru atau apabila ada perubahan dalam perintah segera di
informasikan oleh dokter kepada perawat
Jika terdapat perbaikan ataupun tidak adanya perbaikan kondisi pada
pasien, perawat akan menghubungi dokter kembali, menanyakan ke
dokter tindakan ayang harus dilakukan perawat sampai ditempat
(capital health, 2011, kwality infrovment tool,
http://www.cdha.nshelath.ca/kwality/ihitool.html)
4) Alasan penggunaan komunikasi dengan SBAR
Komunikasi antar tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan ternyata
tidak memadai seperti komunikasi antara dokter dan perawat, hal ini
merupakan salah satu kesalahan medis/insident keselamatan pasien.
Hambatan yang terjadi dalam komunikasi berbedaan dalam staf pelayanan.
Hambatan tersebut dapat terjadi termasuk dalam hirarki, jenis kelamin, latar
belakang etnis dan perbedaan dalam gaya komunikasi antara kedisiplinan dan
individu itu sendiri.
Komunikasi dapat dikatakan efektif jika didalam tim terdapat standar
komunikasi yang terstruktur (WHO, 2007). Komunikasi dalam menggunakan
SBAR dapat menguangi insident komunikasi yang tidak terjawab dan telah
terjadi melalui penggunaan asumsi, bantuan atau ketidakjelasan sikap.
Tabel 2.24
Lembar Ceklist Menggunakan Komunikasi SBAR Di Ruang Sakura
Tanggal 9-11 April 2019 (N : 9)
NO KEGIATAN YA % TIDA %
K
SITUATION
1 Ucapkan salam 9 100 0 0
2 Sebutkan nama perawat dan unit/ruangan 9 100 0 0
3 Sebutkan nama pasien dan nomor ruangan 9 100 0 0
54
4 Menjelaskan kondisi klien saat ini 9 100 0 0
BACK GROUND
5 Sebutkan diagnosa medis pasien 9 100 0 0
6 Sebutkan riwayat medis pasien 9 100 0 0
7 Penjelasan singkat dari pengobatan sampai saat 9 100 0 0
ini
ASSESSMENT
8 Sebutkan vital sign TD, N, S, P 9 100 0 0
9 Jelaskan apakah ada perubahan hasil 9 100 0 0
pengkajian seperti : status mental, status
pernapasan, warna kulit, perubahan neurologis,
irama jantung, nyeri, drainase luka
muskuloskeletal (kelemahan deformitas),
gangguan pencernaan (mual, muntah, diare)
10 Menjelaskan tindakan yang sudah dilakukan 9 100 0 0
RECOMENDATION
Tabel 2.24
Lembar Ceklist Menggunakan Komunikasi SBAR Di Ruang Sakura
Tanggal 9-11 April 2019 (N : 9)
11 Menanyakan apa yang harus dilakukan, seperti 9 100 0 0
memindahkan pasien ke ICU, apakah perlu
melihat kondisi pasien langsung
12 Menanyakan apakah ada pemeriksaan yang 9 100 0 0
dibutuhkan seperti EKG, BNP, USG, dll
13 Menanyakan kepada dokter apakah ada terapi 9 100 0 0
tambahan
14 Mengucapkan salam 9 100 0 0
Jumlah 126 100 0 0
100 % 0%
Sumber : data primer observasi di Ruang Sakura, 2019
Berdasarkan tabel hasil observasi terhadap perawat dalam hal
komunikasi SBAR di Ruang Sakura sudah dilakukan dengan baik, hasil
100%.
Untuk itu perlu kiranya perawat Ruang Sakura mempertahankan
ketrampilannya dalam berkomunikasi secara SBAR sesuai dengan standar
yang dianjurkan. Sesuai menurut NHS (2012) adalah komunikasi yang
dilakukan oleh perawat dalam menyampaikan kondisi pasien dan untuk
mengatur informasi yang sesuai secara jelas dan lengkap sehingga dapat
diterima oleh perawat atau tim kesehatan lainnya secara akurat dan efisien.
55
Orientasi pasien baru : Orientasi pasien baru merupakan kontrak antara
perawat dan klien / keluarga dimana terdapat kesepakatan antara perawat dengan
klien/keluarganya dalam memberikan Asuhan keperawatan.
Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat
dan klien / keluarga dapat terbina (Trust). Hal – hal yang perlu diperhatikan :
1) Orientasi dilakukan saat pertama kali oleh klien datang ( 24 jam pertama )
dan kondisi klien sudah tenang.
2) Orientasi dilakukan oleh PP. Bila PP tidak ada, PA dapat memberikan
orientasi untuk klien dan keluarga, selanjutnya orientasi harus dilengkapi
kembali oleh PP sesegera mungkin. Hal ini penting karena PP yang
bertanggung jawab terhadap semua kontrak atau orientasi yang dilakukan
3) Orientasi diberikan pada klien dan didampingi anggota keluarga yang
dilakukan dikamar klien .
4) Orientasi ini diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau yang
mewakili sekaligus menginformasikan perkembangan kondisi keperawatan
klien dengan mengidentifikasi kebutuhan klien.
5) Pada saat penggantian dinas ( dikamar klien ), ingatkan klien nama perawat
yang bertugas saat itu.
Tabel 2.25
Data Observasi Ceklist Penerimaan Pasien Baru
Di Ruang SakuraTanggal 09-11 Maret 2019
(n=9)
No Kegiatan Ya % Tida %
k
1 Menyiapkan kelengkapan administrasi (form penerimaan 9 100 0 0
pasien baru, lembar tata tertib, format pengkajian, informed
concent, sentralisasi obat)
2 Menyiapkan fungsi kamar sesuai pesanan 9 100 0 0
3 Menyiapkan nursing kit 9 100 0 0
4 Karu, PP yang diberi delegasi dan PA menyambut 9 100 0 0
kedatangan pasien
5 Perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga 9 100 0 0
6 Perawat mengantarkan pasien ke tempat tidur yang telah 9 100 0 0
ditetapkan
7 Memindahkan pasien dari kursi roda / brankard 9 100 0 0
8 Mengatur posisi pasien dan peralatan pasien, infus dll 9 100 0 0
9 Mengecek kelengkapan administrasi dari perawat 9 100 0 0
pengantar
10 Memperkenalkan pasien baru kepada pasien sekamar 6 67 3 33
11 Mengkaji keadaan umum pasien 9 100 0 0
12 Melengkapi / mengkaji pasien 9 100 0 0
13 Menginventarisasi barang-barang yang dibawa pasien dan 9 100 0 0
56
menyimpan di almari pasien, barang yang tidak diperlukan
dibawa pulang keluarga pasien
14 Melakukan orientasi ruangan (peralatan yang bisa 9 100 0 0
digunakan), perawatan (perawat yang bertanggung jawab,
sentralisasi obat), medis (dokter, jadwal visit), tata tertib
15 Perawat menanyakan kejelasan informasi yang telah 9 100 0 0
disampaikan
16 Apabila sudah jelas, perawat meminta tanda tangan 9 100 0 0
persetujuan sentralisasi obat dan form penerimaan pasien
baru
17 Perawat berpamitan dan mengucapkan salam 9 100 0 0
Jumlah 150 98% 3 0,2%
98% 0,2%
Sumber: data primer Observasi di Ruang sakura. 2019
Analisa Data
Berdasarkan table diatas didapatkan data selama 3 hari untuk pelaksanaan orientasi
pasien baru di Ruang Sakura dengan kategori baik dengan persentase 98% yang
meliputi tata tertib dan hak kewajiban pasien, pemeriksaan TTV, penilaian resiko
jatuh, pengenalan dokter DPJP,dan perawat penaggung jawab serta pemberian gelang
identitas. Namun masih ada 0,2% yang kurang dalam pelaksanaannya, yaitu: dari
N=9 (perawat) 3 orang (33 %) tidak memperkenalkan pasien baru kepada pasien
sekamarnya. Memperkenalkan pasien baru kepada pasien yang lainnya merupakan
salah satu orientasi ruangan yang dilakukan perawat agar pasien mengenali
lingkungan sekitarnya.
57
Pengelolaan peralatan merupakan faktor pendukung dan penunjang
terlaksananya pelayanan keperawatan.Peralatan kesehatan untuk pelayanan
keperawatan merupakan semua bentuk alat kesehatan yang dipergunakan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan dalam menunjang kelancaran pelaksanaaan
sehingga diperoleh tujuan keperawatan yang efektif dan efisien.
Jumlah fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan dapat dipenuhi
dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing institusi dengan
memperhatikan jenis alat, bahan/warna, ukuran, jenis kegiatan, jumlah yang
dibutuhkan.Juga didasarkan atas per group bahan-bahan yang dipakai, disimpan atau
dicuci.
Rumah Sakit memiliki kondisi yang berbeda-beda dan kompleks, keadaan ini
mempengaruhi manajemen pelayanan keperawatan termasuk pengelolaan fasilitas dan
peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan. Sehubungan dengan hal itu
diperlukan adanya standar pengelolaan fasilitas dan peralatan kesehatan untuk
pelayanan keperawatan sebagai pedoman bagi managemen keperawatan dalam
menggunakan sumber daya fasilitas keperawatan demi mencapai pelayanan
keperawatan yang efektif dan efisien.
Analisa berdasarkan dokumentasi ruangan bulan Maret tahun 2019 mengenai
daftar inventaris Ruang Sakura didapatkan data penyediaan serta pengelolaan bahan
dan alat di Ruang Sakura RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen sebagai berikut:
Tabel 2.26
Daftar Inventaris Alat Ruang Sakura RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
Bulan Maret Tahun 2019
58
13. Kom sedang 2 2 - 2/set medikasi Cukup
14. Kom stenles sedang 3 3 - 2/set medikasi Cukup
15. Bak instrumen sedang 1 1 - 1/ruangan Cukup
16. Klem 2 2 - 2/set medikasi Cukup
17. Pinset anatomis 1 1 - 1/set medikasi Cukup
18. Pinset sirugis 1 1 - 1/set medikasi Cukup
19. Spekulum hidung 1 1 - 1/ruangan Cukup
20. Gunting jaringan 2 2 - 2/set medikasi Cukup
21. Tong spatel 2 2 - 1/ruangan Cukup
22. Bengkok 2 2 - 1/ruangan Cukup
23. Meja pasien 25 25 - 1/pasien Cukup
24. Kursi roda 3 3 - 1/ruangan Cukup
25. Troly injeksi 1 1 - 1/ruangan Cukup
26. Oksigen kecil 1 1 - 1/ruangan Cukup
27. Urinal 7 7 - 1/bed pasien Kurang 18
28. Ambu bag 1 1 - 2/ruangan Kurang 1
pasien
29. Almari kaca 11 - 1/ruangan
Cukup
Tabel 2.26
Daftar Inventaris Alat Ruang Sakura RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
Bulan Maret Tahun 2019
30. Flowmeter 16 16 - 1/bed pasien Kurang 9
31. Linen 104 104 - 1/bed pasien Cukup
32. Selimut 30 30 - 1/bed pasien Cukup
Sumber : data inventaris ruang Sakura RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen 2019
Analisa Data :
Berdasarkan data yang diatas, Peralatan kesehatan di ruang sakura belum lengkap untuk
merawat pasien karena masih banyak alat yang kurang dari standar rumah sakit seperti:
- Termometer Digital
- Urinal
- Ambu Bag
- Flowmeter
- Nebulizer
Semua perawat di ruang sakura mampu menggunakan semua peralatan kesehatan dengan
baik,dan menyimpan dengan baik hingga tidak mudah terjadi kerusakan pada peralatan kesehatan
karena di sesudah di pakai di bersihkan dan di simpan pada tempat yang aman.
Tabel 2.27
Penilaian Pengkajian Material
N NILAI
ASPEK PENILAIAN BOBOT
O YA TIDAK
1. Mengidentifikasi gambar denah rungan dan 15 √
fungsinya
59
2. Mengidentifikasi interventaris peralatan 30 √
kesehatan, jumlah linen, dan administrasi
penunjang?
3. Mengidentifikasi jenis kelas perawatan di ruangan 15 √
dan fasilitas masing-masing kelas, serta kodisinya
4. Menanyakan apakah ada rencana merenovasi 5 √
ruangan ? jika ya ruangan apa ?
5. Menanyakan apakah lokasi dan denah ruangan 5 √
sudah baik menurut anda ?
6. Menanyakan apakah peralatan kesehatan di 5 √
ruangan sudah sesuai dan lengkap untuk merawat
pasien ?
7. Menanyakan apakah ada rencana penambahan 5 √
peralatan perawatan ?
8. Menanyakan apakah jumlah alat sudah sesuai 5 √
dengan rasio pasien ?
9. Menanyakan apakah fasilitas di ruangan sudah 5 √
lengkap untuk merawat pasien ?
Tabel 2.27
Penilaian Pengkajian Material
10. Mengidentifikasi apakah semua perawat mampu 5 √
menggunakan semua peralatan dengan baik ?
11. Mengidentifikasi apakah administrasi penunjang 5 √
yang dimiliki ruangan sudah memadai ?
TOTAL 100 70 30
Sumber : Hasil Wawancara Kepala Ruangan Tanggal 12 April 2019
Analisa Data :
Berdasarkan tabel diatas hasil wawancara kepala ruangan bahwa masih ada
peralatan kesehatan diruangan yang belum sesuai dan belum lengkap untuk merawat
pasien seperti nebulizer yang sebenarnya sudah sesuai standar RS tetapi jika
disesuaikan dengan jumlah pasien yang akan dinebulizer setiap harinya itu tidak
cukup. Mengingat ruang sakura adalah ruangan khusus yang merawat pasien dengan
gangguan pernapasan, dalam satu hari pasien yang dinebulizer bisa lebih dari 10
orang.
60
Gambar 2.2
Denah Ruangan
u
Ruang
Alat
Selasar
Jalan Umum
stations Obat
Kamar 4
70
Keterangan :
: Kamar mandi
: Pintu
Ruang Inap Sakura di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen terdiri dari 25 tempat
tidur yang melayani pasien dengan kasus penyakit paru dan isolasi. Berdasarkan gambar
diatas tampak ruang pertama yang paling depan adalah ruang perawat (Nurse Station),
kemudian ada ruang obat. Disisi utara ruang obat ada ruang alat. Untuk ruang berikutnya
adalah :
1. Kamar 1 :
- 4 tempat tidur,
- 4 lemari
- 4 kursi
- 4 ventilasi udara
- 1 kamar mandi,
- 2 kipas angin
- 3 tabung oksigen besar
- 2 oksigen sentral
- 2 humidifiar
2. Kamar 2 dan 4 :
- 15 tempat tidur yang saling berdekatan (jarak ± 1,5 meter-2 meter tiap tempat
tidur)
- 4 Bed rusak
- 4 kamar mandi
- 10 kipas
- 15 Kursi
- 15 lemari
71
- 8 Tabung oksigen besar
- 15 Oksigen sentral
- 9 Humidifiar
- 18 Ventilasi
3. Kamar Isolasi :
- 2 tempat tidur
- 2 lemari
- 2 kursi
- 2 oksigen sentral
- 2 humidifiar
- 1 kamar mandi
- 1 AC Sentral
- 2 ventilasi terkunci
4. Kamar 3 :
- 4 bed
- 1 bed rusak
- 8 ventilasi
- 3 oksigen besar
- 2 kipas angina
- 4 lemari
- 4 kursi
- 4 oksigen sentral
- 4 humidifiar
C. UNSUR PROSES
1. Penerapan Proses Keperawatan
a. Kajian Teori
Proses keperawatan adalah metode ilmiah dalam pemberian asuhan
keperawatan.
72
Proses asuhan keperawatan juga merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 1989 cit
keliat, 1999).
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan professional merupakan
bagian integral yang dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor
penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya kualitas
pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal
mungkin.
UU RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan dalam penjelasan tentang pasal
53 ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai “pedoman yang harus
dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjelaskan profesi secara baik”. Atau
secara singkat dapat dikatakan standar adalah pedoman kerja agar pekerjaan
berhasil dan bermutu. Berdasarkan ini maka kehadiran Standar Asuhan
Keperawatan yang identik dengan standar profesi keperawatan, berguna sebagai
kriteria untuk mengukur keberhasilan dan mutu asuhan keperawatan.
Standar Asuhan Keperawatan (SAK) terdiri sebagai berikut :
1) Standar Pengkajian Keperawatan
2) Standar Diagnosis Keperawatan
3) Standar Perencanaan Keperawatan
4) Standar Pelaksanaan Keperawatan
5) Standar Evaluasi
6) Standar Catatan Asuhan Keperawatan (Depkes RI, 1998)
2. STANDAR II :
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien,
dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien.
Kriteria
1) Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan kebutuhan pasien
2) Dibuat sesuai dengan wewenang perawat
74
3) Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan tanda/gejala (PES) atau
terdiri dari masalah dan penyebab (PE)
4) Bersifat actual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi
5) Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar
akan terjadi
6) Dapat ditanggulangi oleh perawat
3. STANDAR III :
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
komponen perencanaan keperawatan meliputi :
1) Prioritas masalah :
Kriteria :
Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan priopritas
pertama
Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah
prioritas kedua
Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas
ketiga
2) Tujuan asuhan keperawatan :
Kriteria :
Spesifik
Bias diukur
Bias dicapai
Realistic
Ada batas waktu
3) Rencana tindakan :
Kriteria :
Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan
Melibatkan pasien/ keluarga
Mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/ keluarga
Menentukan alternative tindakan yang tepat
Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,
lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada
75
Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
Kalimat perintah ringkas, tegas dengan bahasanya mudah
dimengerti.
4. STANDAR IV :
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal
yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta
pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya.
Kriteria :
Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
Menyangkut keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien
Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan
kepada pasien/ keluarga
Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
Menggunakan sumber daya yang ada
Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik
Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy dan
mengutamakan keselamatan pasien
Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien
Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam
keselamatan pasien
Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan
Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan
Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur
teknis yang telah ditentukan.
76
Memenuhi kebutuhan keamanan
Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik
Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani
Memenuhi kebutuhan spiritual
Memenuhi kebutuhan emosional
Memenuhi kebutuhan komunikasi
Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologi
Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses
penyembuhan
Memenuhi kebutuhan penyuluhan
Memenuhi kebutuhan rehabilitasi
5. STANDAR V :
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana
untuk menilai perkembangan pasien.
Kriteria :
Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan
Hasil evaluasi segera dicatat dan komunikasikan
Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan
Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
6. STANDAR VI :
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual.
Kriteria :
Dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan
Dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan
Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan
Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang
baku
Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan
77
Setiap pencatatan harus mencantumkan intial/ paraf/ nama perawat
yang melaksanakn tindakan dan waktunya
Menggunakan formulir yang baku
Disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Depkes RI, 1998).
Pengorganisasian
Pengarahan Tujuan
Pengkoordinasian
Informasi Pengawasan
78
Keempat fungsi tersebut saling terkait serta saling berhubungan dan
memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia dan
konseptual yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu,
berdaya guna dan berhasil guna kepada pasien.
Dengan alasan tersebut, manajemen keperawatan perlu mendapat
perhatian dan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa
depan. Hal tersebut berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global
bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara
profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Nursalam,
2002).
80
b) Organizing
1) Kajian Teori
Organisasi kepemimpinan murni merupakan jenis struktur
formal paling sederhana dan tertua. Dalam organisasi dengan ukuran
tertentu, struktur kepemimpinan merupakan jenis yang besar
kemungkinan untuk berkembang melalui proses evolusioner karena
dengan peningkatan jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan dan
jumlah pekerjaan ke dalam tugas khusus dan untuk mengatur pekerja
yang terikat dalam tugas yang sama ke dalam kelompok yang jelas
menurut definisi pekerja yang logis.
Berdasarkan hal tersebut maka fungsi pengorganisasian dari
kepala ruang adalah (Nursalam, 2002).
- Merumuskan metode penugasan yang digunakan
- Merumuskan tujuan metode penugasan
- Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas
- Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim dan
ketua tim membawahi 2-3 perawat
- Mengatur dan mengendalikan logistik unit
- Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
- Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada ditempat
kepada ketua tim
- Member wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi klien
- Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
- Identifikasi masalah dan cara penanganan
81
Pendekatan manajemen
Metode pemberian asuhan keperawatan
Hubungan profesional
Sistem kompensasi dan penghargaan
82
b) Metode fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien. Pelayanan
keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda dan dilaksanakan oleh
perawat yang berbeda dan tergantung pada kompleksitas dari setiap
tugas. Misalnya fungsi menyuntik, membagi obat, perawatan luka.
Metode ini merupakan manajemen klasik yang menekankan
pada efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang lebih
mudah. Semua prosedur ditentukan untuk dipakai sebagai standar.
Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas managemenialnya
sedangkan asuhan keperawatan klien diserahkan kepada perawat
yunior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara fungsi
tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat karena asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien terfragmentasi menurut tugas
atau perasat yang dilakukan. Cara kerja yang diawasi membosankan
perawat karena berorientasi pada tugas dan sistem ini baik dan berguna
untuk situasi dimana rumah sakit kekurangan tenaga perawat, namun
disisi lain asuhan ini tidak profesional dan tidak berdasar pada masalah
klien.
Keuntungan dari metode ini adalah :
Lebih sedikit membutuhkan perawat
Efisien
Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
Para staff mudah menyesuaikan dengan tugas
Tugas cepat selesai
83
Tidak profesional
Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat
c) Metode TIM
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota
yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok klien. Ketua tim bertanggung jawab membuat
perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan untuk semua klien
yang ada di bawah tanggung jawab timnya.
Anggota tim melaksanakan asuhan keperawatan kepada
klien sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim. Tujuan
perawatan ini adalah memberikan asuhan keperawatan yang lebih
baik dengan menggunakan sejumlah staff yang tersedia.
Keuntungan dari metode ini adalah :
Memberikan kepuasan bagi perawat dan klien
Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan secara
optimal
Komprehensif dan holistik
Produktif, kerjasama, komunikasi dan moral
d) Metode Primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja
terbaik dalam suatu pelayanan dengan semua staff keperawatan
yang profesional. Pada metode ini setiap perawat primer
memberikan tanggung jawab penuh secara menyeluruh terhadap
84
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan mulai dari
pasien masuk sampai keluar dari rumah sakit, mendorong praktek
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan
dan pelaksana.
Metode primer ditandai dengan adanya keterkaitan kuat
dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, mengimplementasikan dan mengkoordinasikan
asuhan keperawatan selama pasien dirawat.Penanggung jawab
dilaksanakan oleh perawat primer (Primary Nurse/PP).
Setiap PP merawat 4-6 klien dan bertanggung jawab
terhadap klien selama 24 jam dari klien masuk sampai dengan
pulang. Terdapat kontinuitas asuhan keperawatan yang bersifat
komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam satu grup
PP mempunyai beberapa PA dan perawatan dilanjutkan oleh PA.
Kelebihan dari model primer ini adalah model ini
bersifat kontinyu dan komprehensif dalam melakukan proses
keperawatan kepada klien dan perawat primer mendapatkan
akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan
pengembangan diri. Keuntungan yang dirasakan adalah pasien
merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara
individu. Selain itu asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan
tercapai pelayanan yang efektif terhadap perawatan, dukungan,
proteksi, informasi dan advokasi.
Kelemahan dari model ini adalah model ini hanya dapat
dilaksanakan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang memadai dengan kriteria asertif, mampu
mengatur diri sendiri, kemampuan pengambilan keputusan yang
tepat, penguasaan klinik, akuntabel dan mampu bekomunikasi dan
berkolaborasi dengan berbagai disiplin. Berikut ini diagram model
keperawatan primer ada dalam gambar (Marquis and Huston,
1998).
85
Gambar 2.3
Diagram Model Keperawatan Primer
Perawat primer
Klien
86
Berdasarkan hal tersebut maka uraian tugas dari kepala ruang, perawat primer,
perawat asosiasi ruang Sakura (2019) adalah sebagai berikut :
a) Tugas PJ Ruang Keperawatan yang mendukung pelaksanaan system pemberian
asuhan keperawatan dengan Metode Primer Modifikasi (MPM) :
Membagi staf ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan dan beban
kerja
Membuat jadwal koordinasi dengan PP
Membagi pasien ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan dan
beban kerja.
Mengikuti operan tugas perawat dari jaga malam
Melakukan pertemuan pagi (meeting morning) dengan semua staf
ruangan.
Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas PP dan PA.
Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf keperawatan
untuk mencapai kinerja yang optimal
Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga sesuai
dengan kebutuhan klien
Mendelegasikan tugas kepada penanggung jawab jaga pada jaga sore,
malam, libur
Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staf melalui daftar hadir yang
ada di ruangan
Berperan serta sebagai konsultan dari PP
d) Wewenang PP :
1) Mengatur dan membimbing PA, siswa/mahasiswa dalam tim keperawatan
yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Meminta bahan dan perangkat kerja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
asuhan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien.
3) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan.
4) Melakukan konsultasi dan koordinasi tugas dengan penanggung jawab
ruang.
5) Melakukan asuhan dan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan prima.
6) Mendelegasikan tugas pada PA
f) Tanggung jawab PA :
Kebenaran asuhan keperawatan meliputi kajian diagnosis, rencana tindakan
keperawatan.
Kebenaran dan ketepatan pelayanan asuhan meliputi tindakan dan evaluasi
keperawatan.
90
Kelengkapan bahan dan peralatan kesehatan.
Kebersihan pasien dan alat-alat keperawatan.
Kebenaran isian rekam keperawatan.
Kebenaran infomasi / bimbingan / penyuluhan kesehatan kepada pasien /
keluarga.
Ketepatan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif.
Pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien dengan kolaborasi tim
Kebenaran dan bimbingan dan arahan kepada anggota tim primer
keperawatan dan mahasiswa
g) Wewenang PA :
Memeriksa kelengkapan peralatan ruang rawat.
Meminta bahan dan perangkat kerja sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan
tugas.
Melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa dan perencanaan keperawatan
bagi pasien baru pada saat PP tidak bertugas (S/M/L).
Melakukan asuhan keperawatan pasien.
Melaporkan asuhan keperawatan pasien ke PJ tugas jaga dan PP.
91
PP melakukan dokumentasi asuhan keperawatan terutama dalam pengkajian,
menetapkan dignosa dan rencana keperawatan
PA melakukan dokumentasi asuhan keperawatan terutama dalam hal
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan
PP membuat laporan tugas kepada kepala ruang setiap akhir tugas terutama
keadaan umum pasien dan permasalahan yang ada
PP melakukan motivasi/bimbingan/reinforcement kepada PA setiap hari
PA menggantikan tugas PP bila PP tidak ada
PA menggantikan tugas kepala ruang atau penanggung jawab ruang pada
tugas S/M/hari libur.
93
Menginformasikan kepada pasien atau keluarga nama perawat shift
berikutnya pada akhir tugas
Memberi salam kepada pasien, menanyakan keluhan-keluhan pasien (dalam
rangka klarifikasi)
94
n) Tugas Primary Nurse (PP) pada post conference
Menyiapkan ruangan
Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung jawabnya
Menjelaskan tujuan dilakukannya post conference
Menerima penjelasan dari Ka tentang hasil tindakan atau hasil keperawatan
yang telah dilakukan
Mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam memberikan askep pasien
dan mencari upaya penyelesaian masalah
Memberikan reinforcement positif kepada Karu
Menyimpulkan hasil post conference
Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan tugas jaga shift jaga
3. Kajian Data
1) Kepala Ruangan
Tabel 2.28
Data Kajian Tugas Kepala Ruang Terhadap Sistem Asuhan Keperawatan
Tanggal 09 – 11 April 2019 (n=1)
Observasi
NO Variabel Yang Di Nilai
YA % TIDAK %
Apakah kepala ruangan melakukan
1 1 100 0 0
meeting morning
Apakah kepala ruang membagi tugas
2 1 100 0 0
kepada PA dan PA
Apabila ada permasalahan diruangan,
apakah kepala ruang dapat
3 1 100 0 0
menyelesaikan masalah dengan baik
bersama dengan perawat ruangan
Apakah kepala ruang memberi
4 1 100 0 0
motivasi kerja kepada staf keperawatan
Apakah kepala ruang melakukan
5 1 100 0 0
supervisi keperawatan secara rutin
Apakah kepala ruang mengevaluasi
6 1 100 0 0
tugas-tugas
Apakah kepala ruang dalam membuat
7 jadwal dinas disesuaikan: harian, 1 100 0 0
bulanan, jenis kelamin
Apakah kepala ruang mengadakan
8. 1 100 0 0
rapat ruangan secara rutin
Setiap ada kasus keperawatan yang
9 menarik apakah kepala ruang dapat 1 100 0 0
menyelesaikan permasalahan.
Tabel 2.28
95
Data Kajian Tugas Kepala Ruang Terhadap Sistem Asuhan Keperawatan
Tanggal 09 – 11 April 2019 (n=1)
Observasi
NO Variabel Yang Di Nilai
YA % TIDAK % An
Apakah kepala ruang membuat
a 11 rencana kerja : harian, bulanan, 1 100 0 0 lisa
tahunan.
apakah kepala ruang mengikuti operan
12. tugas perawat dari jaga malam secara 1 100 0 0
rutin
Apakah kepala ruang melakukan
pengawasan kedisiplinan tugas staf
13 1 100 0 0
melalui daftar hadir yang ada
diruangan
Apakah kepala ruang menguasai
14 1 100 0 0
permasalahan yang ada diruangan
Apakah kepala ruang bisa sebagai
15 1 100 0 0
konsultan
Apakah kepala ruang bisa sebagai role
16 1 100 0 0
model
JUMLAH 16 100 0 0
Persentase 100% 0%
Data
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data selama 3 hari untuk pelaksanaan tugas
Kepala Ruangan di Ruang Sakura baik dengan persentase 100%. Kepala ruang sudah
melaksanakan secara optimal sehingga mencapai kinerja yang optimal dan berperan serta
sebagai konsultan.
Adanya kepala ruang yang memiliki gaya kepemimpinan yang baik secara tidak
langsung akan berpenagruh juga terhadap motovasi kerja perawat pelaksana yang
dibawahinya. Hal ini ditegaskan dalam penelitian daro Yulianti (2013) yang mengatakan
bahwa seorang kepala ruang harus memiliki tingkat kepemimpinan yang baik, sehingga
akan dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi kerja kepada perawat pelaksana
yang dibawahinya.
96
2) Primary Nurse (PP)
Tabel 2.29
Data Kajian Primary Nurse (PP)
Di Ruang Sakura Tanggal 09-11 April 2019 (n=2)
OBSERVASI
NO VARIABEL YANG DI NILAI
YA % TIDAK %
Melaksanakan operan tugas setiap awal
1 dan akhir jaga dari dan kepada PA yang 2 100 0 0
ada dalam satu grup
Melakukan konfirmasi atau supervisi
2 tentang kondisi pasien segera setelah 2 100 0 0
selesai operan setiap pasien
Melakukan do’a bersama setiap awal dan
3 akhir tugas yang dilakukan setelah selesai 2 100 0 0
serah terima operan tugas jaga
Mengikuti pre conference yang dilakukan
4 2 100 0 0
PN setiap awal tugas
Melaksanakan asuhan keperawatan
kepada pasien yang menjadi tanggung
5 2 100 0 0
jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
Melakukan monitoring respon pasien dan
6 2 100 0 0
ada bukti di rekam keperawatan
Melakukan konsultasi tentang masalah
7 2 100 0 0
pasien/keluarga kepada PN
Membimbing dan melakukan pendidikan
kesehatan kepada pasien yang menjadi
8 2 100 0 0
tanggung jawabnya dan ada bukti di
rekam keperawatan
Menerima keluhan pasien/keluarga dan
9 2 100 0 0
berusaha untuk mengatasinya
Melengkapi catatan asuhan keperawatan
10 pada semua pasien yang menjadi 2 100 0 0
tanggung jawabnya
Melakukan evaluasi asuhan keperawatan
11 pada semua pasien yang menjadi 2 100 0 0
tanggung jawabnya
Mengikuti post conference yang diadakan
oleh PN pada setiap akhir tugas dan
12 melaporkan kondisi dan perkembangan 2 100 0 0
semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya kepada PN
Tabel 2.29
Data Kajian Primary Nurse (PP)
97
Di Ruang Sakura Tanggal 09-11 April 2019 (n=2)
Bila tak ada PN wajib mengenalkan PA
yang ada dalam grup yang akan
13 memberikan asuhan keperawatan pada 2 100 0 0
jaga berikutnya kepada pasien/keluarga
baru
Observasi
NO Variabel Yang Di Nilai
YA % TIDAK %
Melaksanakan pendelegasian tugas PN
14 2 100 0 0
pada sore malam libur
Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim
15 kesehatan lain bila ada masalah pasien 2 100 0 0
pada sore malam libur
Mengikuti diskusi kasus dengan
16 dokter/tim kesehatan lain setiap minggu 2 100 0 0
sekali
Mengikuti diskusi kasus dalam
17 2 100 0 0
pertemuan rutin keperawatan di ruangan
Melaksanakan tugas lain sesuai uraian
18 2 100 0 0
tugas AN
Jumlah 36 100% 0 0
Persenatse 100% 0%
Analisa Data
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan data selama 3 hari untuk pelaksanaan tugas
Primery Nurse (PP) di Ruang Sakura baik dengan persentase 100%. Tugas PP sudah
dilakukan secara optimal. Tugas PP yang sudah dilakukan secara optimal yaitu bertugas
pagi hari, bersama PA menerima operan jaga dari PA yang jaga malam, bersama PP
melakukan konfirmasi sepervisi tentang kondisi klien segera setelah selesai operan
dengan petugas jaga malam, melakukan pengkajian, menetapkan masalah atau diagnosa
dan perenanaan perawatan kepada semua klien yang menjadi tanggungjawabnya dan ada
bukti di rekam keperawatan, melakukan operan jaga kepada PA jaga sore diikuti PA pagi,
mendelegasikan tugas kepada PA pada sore malam, menerima pendelegasian tugas PJ
ruang bila pagi hari tidak bertugas
98
Tabel 2.30
Data Kajian Pelaksanaan Tugas Perawat Associate di Ruang Sakura
Tanggal 09-11 April 2019, (n = 11)
OBSERVASI
N
VARIABEL YANG DI NILAI
O
YA % TIDAK %
1 Bertugas pada pagi hari 11 100 0 0
2 Bersama PP menerima operan tugas
11 100 0 0
jaga dari PA yang tugas malam
N Observasi
Variabel Yang Di Nilai
O YA % TIDAK %
3 Bersama PP melakukan
konfirmasi/supervisi tentang kondisi
11 100 0 0
pasien segera setelah selesai operan
tugas jaga malam
4 Bersama PP melakukan do’a
bersama sebagai awal dan akhir
8 73 3 27
tugas dilakukan setelah selesai
operan tugas jaga malam
5 Melakukan pre conference dengan
semua PP yang ada dalam grupnya 11 100 0 0
setiap awal dinas pagi
6 Menerimai tugas atau pasien dari PP
11 100 0 0
sesuai kemampuan dan beban kerja
Melakukan pengkajian, menetapkan
7 masalah atau diagnosa dan
perencanaan keperawatan kepada
11 100 0 0
semua pasien yang menjadi tanggung
jawab ada bukti di rekam
keperawatan
8 Memonitor dan membimbing pasien 11 100 0 0
9 Membantu tugas PP untuk
kelancaran pelaksanaan asuhan 11 100 0 0
pasien
10 Merevisi, dan melengkapi catatan
asuhan keperawatan yang menjadi 11 100 0 0
tanggung jawabnya
11 Melakukan evaluasi hasil kepada
setiap pasien sesuai tujuan yang ada
dalam perencanaan asuhan 11 100 0 0
keperawatan dan ada bukti dalam
rekam keperawatan
Tabel 2.30
Data Kajian Pelaksanaan Tugas Perawat Associate di Ruang Sakura
99
Tanggal 09-11 April 2019, (n = 11)
12 Melaksanakan post conference pada
setiap akhir dinas dan menerima
laporan akhir tugas jaga dari PA 11 100 0 0
untuk persiapan operan tugas jaga
berikutnya
13 Mendampingi PP dalam operan tugas
jaga kepada PA yang tugas jaga 11 100 0 0
berikutnya
14 Memperkenalkan PA yang ada
dalam satu grup atau yang akan
11 100 0 0
merawat selama pasien dirawat atau
kepada pasien/keluarga baru
15 Mendelegasikan tugas kepada PA
11 100 0 0
pada sore malam libur
16 Melaksanakan pendelegasian tugas
11 100 0 0
PJ ruang bila pagi hari tidak bertugas
N Observasi
Variabel Yang Di Nilai
O YA % TIDAK %
17 Menyelenggarakan diskusi kasus
dengan dokter dan tim kes lain setiap 11 100 0 0
minggu
18 Menyelenggarakan diskusi kasus
dalam pertemuan rutin keperawatan 11 100 0 0
di ruangan minimal sebulan sekali
19 Melaksanakan tugas lain sesuai
11 0 0 0
uraian tugas
20 Melakukan / mengikuti (ronde
keperawatan/ bed side teaching) 0 0 11 100
minimal seminggu sekali
Jumlah 217 99 14 1
99% 1%
Analisa Data
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data selama 3 hari untuk pelaksanaan tugas
Nurse Assosiete (PA) di Ruang Sakura baik dengan persentase 99%, namun masih ada
1% yang kurang dalam pelaksanaanya diantaranya :
a) 100% PA tidak Melakukan / mengikuti (ronde keperawatan/ bed side teaching)
minimal seminggu sekali
b) 27% PA tidak melakukan do’a bersama sebagai awal dan akhir tugas dilakukan
setelah selesai operan tugas jaga malam.
100
nutrisi, penilaian nyeri dan penilaian HAIs, mampu menjelaskan patofiologi tentang
kondisi pasien, menjelaskan bila ada perubahan status kondisi pasien, melakukan prioritas
rencana keperawatan, memberikan justifikasi dan manajemen waktu secara efektif,
melakukan dokumentasi semua aspek keperawatan pasein secara efektif, akurat dan jelas,
mampu melakukan persiapan peralatan secara lengkap dan benar sebelum memulai
tindakan dan mampu mengetahui bila terjadi kerusakan peralatan, menjaga privasi pasien,
menerapkan patient safety melalui identifikasi resiko, pelaporan insiden serta menjaga
lingkungan kerja yang aman, bersih dan mengutamakan keselamatan pasien.
4) Pre Conference
Adalah komunikasi kepala primer dan perawat elaksana setelah selesai opera
untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh kepala primer atau
penanggung jawab primer. Jika yang dinas pada primer hanya satu orang maka pre
conference di tiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana
harian) dan tambahan rencana dari kepala primer dan penanggung jawab primer.
Waktu :
Setelah operan
Tempat :
Meja masing – masing primer
Anggota :
Karu, KaTim, PA yang dinas saat itu.
PJ :
Kepala primer atau penanggung jawab primer
Kegiatan :
1. Kepala primer atau penanggung jawan primer membuka acara
2. Kepala primer dan penanggung jawab primer menanyakan rencana harian
masing– masing perawat pelaksana
3. Kepala primer atau penanggung jawab primer memberikan masukan dan tindakan
lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu
4. Kepala primer atau penanggung jawab primer memberikan reinforcement
5. Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup acara
Tabel 2.31
Data Observasi Pelaksanaan Pre Conference di Ruang Sakura
101
Tanggal 09-11 April 2019
TANGGAL PELAKSANAAN
N
KEGIATAN 9-04-2019 10-04-2019 11-04-2019
O
Y T Y T Y T
1 PP/Katim membuka acara V V V
2 PP membagi tugas kepada PA sesuai V V V
kemampuan yang dimiliki dengan
memperhatikan keseimbangan kerja
3 PA mencatat klien yang menjadi V V V
tanggung jawabnya
4 PP menjelaskan masalah keperawatan V V V
dan rencana keperawatan pasien
kepada masing-masing PA
TANGGAL PELAKSANAAN
N
KEGIATAN 9-04-2019 10-04-2019 11-04-2019
O
Y T Y T Y T
5 PA mencatat tindakan keperawatan V V V
pada klien yang menjadi tanggung
jawabnya
6 PA menanyakan yang kurang jelas V V V
terkait pembagian tugas dari PP
7 PP mendiskusikan cara dan strategi V V V
pelaksanaan asuhan pasien (tindakan)
8 PP/Katim memberikan masukan dan V V V
tindak lanjut terkait dengan asuhan
yang diberikan saat itu
9 PP/Katim memberikan reinfircement V V V
10 PP/Katim menutup acara V V V
Total nilai 100% 0% 100% 0 100% 0%
%
Nilai rata-rata 100%
Sumber: Data primer Ruang Sakura, 2019
Analisa data :
Berdasarkan tabel diatas hasil observasi selama 3 hari di dapatkan data untuk
pelaksanaan pre conference baik dengan persentase 100%. Dalam obeservasi pada pre
converence didapat kehadiran personil yang tidak komplit. Tujuan pre conference
membantu untuk mengidentifikasi asuhan keperawatan dan merencanaan evaluasi
hasil, mempersiapkan hal-hal yang ditemui di lapangan, memberikan kesempatan
untuk berdiskusi tentang keadaan pasien.
5) Post Conference
102
Adalah komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan pada shift berikutnya. Isinya adalah hasil
asuhan keperawatan tia perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut).
Post conference di pimpin oleh kepala primer atau penanggung jawab primer.
Waktu :
Sebelum operan dinas berikutnya
Tempat :
Meja masing – masing primer
Kehadiran :
Karu, KaTim, PA yang dinas saat itu.
PJ :
Kepala primer atau penanggung jawab primer
Kegiatan :
Kepala primer atau penanggung jawab primer membuka acara
Kepala primer atau penanggung jawab primer menanyakan kendala dalam
asuhan yang telah dberikan
Kepala primer atau penanggung jawan primer menanyakan tindakan lanjut
asuhan klien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya
Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup acara
Tabel 2.32
Data Observasi Pelaksanaan Post Conference di Ruang Sakura
Tanggal 09-11 April 2019
Tanggal Pelaksanaan
No Kegiatan 9-04-2019 10-04-2019 11-04-2019
Y T Y T Y T
1 PP/Katim membuka acara V V V
2 PP/Katim menanyakan hasil asuhan V V V
keperawatan masing-masing klien
3 PA mnyampaikan hasil asuhan V V V
keperawatan yang telah dilakukan
selama satu shift
4 PP/Katim menanyakan kendala V V V
asuhan keperawatan yang telah
diberikan
5 Pa menyampaikan kendala asuhan V V V
keperawatan yang sudah diberikan
Tabel 2.32
Data Observasi Pelaksanaan Post Conference di Ruang Sakura
103
Tanggal 09-11 April 2019
6 PP/Katim menanyakan tindak lanjut V V V
asuhan keperawatan yang telah
diberikan
7 PA menyampaikan tindak lanjut V V V
asuhan keperawatan yang telah
diberikan
8 PP/Katim menutup acara V V V
Total nilai 100% 0% 100% 0% 100% 0%
Nilai rata-rata 100%
Analisa data
Berdasarkan tabel di atas hasil observasi selama 3 hari diperoleh data untuk
pelaksanaan post conference di Ruang Sakura baik dengan hasil presentase 100%.
Dalam obeservasi didapat kahadiran personil lengkap. Tujaun post conference untuk
memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan
masalah yang akan dicapai.
6) Visite Dokter
Tabel 2.33
Lembar Observasi Visite Dokter
Ruang Sakura Tanggal 09 – 11 April 2019
No Kegiatan Ya Tidak
(1) (0)
1 PP menyiapkan data-data yang diperlukan 1 0
2 PP memberikan informasi tentang kemajuan dan masalah klien, 1 0
tindakan yang dilakukan dan hasinya kepada dokter
3 PP mendampingi dokter saat melakukan pemeriksaan dan 1 0
meminta dokter memberikan masukan terhadap hasil
pemeriksaan
4 PP mendiskusikan rencana tindak lanjut untuk klien 1 0
5 PP mencatat hasil kolaborasi/instruksi dokter ke catatan 1 0
keperawatan
Jumlah 5 0
Total 5/5x100%=100%
Sumber ; data primer di Ruang Sakura, 2019
Analisa data :
Berdasarkan tabel diatas pelaksanaan visite dokter dalam kategori baik, dengan hasil
presentase 100%. Visite dokter di Ruang Sakura sudah berjalan secara optimal.
Visite dokter adalah salah satu aktivitas rutin dokter di RS untuk memeriksa dan
mengevaluasi perkembangan pasien yang dirawat inap, termasuk rencana terapi dalam
pemberian obat.
104
7) Kolaborasi Perawat Dengan Dokter
Tabel 2.34
Lembar Observasi Kolaborasi Perawat Dengan Dokter Di Ruang Sakura
Tanggal 09-11 April 2019
N KEGIATAN YA TIDAK
O (1) (0)
1 Dokter – perawat primer telah siap 1 0
2 Mengucapkan salam, saling menyapa 1 0
3 Saling menghargai dan kerjasama 1 0
4 Menentukan/menyeleksi bersama klien yang akan di diskusikan 1 0
5 Dokter meminta informasi tentang pasien 1 0
6 Perawat memberikan informasi tentang kondisi pasien 1 0
7 Dokter meminta pendapat tentang penyelesaian masalah pasien 1 0
N KEGIATAN YA TIDAK
O (1) (0)
8 Perawat memberi usulan terkait penyelesaian masalah pasien 1 0
9 Saling memberi penghargaan terkait topik penyelesaian 1 0
masalah pasien
10 Kepala Ruang/Katim memimpin ronde ke kamar pasien 1 0
11 Katim memberi salam kepada pasien 1 0
12 Katim menanyakan keluhan kepada pasien untuk klarifikasi 1 0
13 Membuat keputusan bersama 1 0
14 Dokter – perawat primer saling memberikan pendidikan kepada 1 0
pasien
15 Saling memberikan dukungan/persetujuan 1 0
16 Berpamitan kepada pasien dan mengucapkan salam 1 0
17 Mendokumentasikan hasil kolaborasi 1 0
18 Menutup kolaborasi dan mengucapkan salam 1 0
Jumlah 18 0
Total 18/18 x 100%
= 100%
Sumber : data primer di Ruang Sakura, 2019
Analisa data :
Berdasarkan tabel diatas pelaksanaan kolaborasi perawat dengan tim dokter dalam
kategori baik, dengan hasil presentase 100%. Kolaborasi perawat dengan tim dokter
sudah berjalan secara optimal.
Hasil penelitian Wiwin Martiningsih (2014) Kolaborasi adalah memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik dari masing-masing
profesi sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatn secara maksimal.
1) Actuating
105
a) Reward
Menurut Matteson dalam Koencoro (2013) reaward dibagi menjadi dua jenis
yaitu reward extrinsik dan reward instrinsik. Penghargaan ekstrinsik adalah
suatu penghargaan yang datang dari luar diri orang tersebut. Penghargaan
ekstrinsik terdiri dari penghargaan finansial yaitu gaji, tunjangan,
bonus/insentiv dan penghargaan finansial yaitu penghargaan interpersonal
serta promosi. Penghargaan instrinsik adalah suatu penghargaan yang diatur
oleh diri sendiri yang terdiri dari penyelesaian (completion), pencapaian
(achievement) dan otonomi.
Hasil wawancara dengan kepala ruang Sakura didapatkan informasi secara
umum reward tidak secara khusus diberikan oleh ruangan melainkan langsung
dari pengurus RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang dilakukan setiap
bulan dengan pertimbangan terhadap beberapa point seperti masa kerja,
tingakat pendidikan, ketrampilan, penampila, dan lain sebagainya. Pemberian
reward ini tentunya sangat diharapkan oleh semua perawat tidak terkecuali
bagi perawat di Ruang Sakura. Karena reward itu sendiri diyakini mempu
menumbuhkan motivasi kerja bagi para pegawai atau perawat (Febrianti,
2014).
b) Punisment
Menurut penjelasan kepala Ruang Sakura dijelaskan bahwa didalam ruang
Sakura tidak memiliki sanksi yang berat terhadap pegawai ruangan melainkan
biasanya berupa teguran lisan. Apabila setelah dilakukan investigasi dan
terdapat adanya bukti kesalahan yang dilakukan petugas terhadap pasien atau
pelanggan.
c) Motivasi
Hasil wawancara dengan kepala ruang Sakura didapatkan hasil bahwa
motivasi selalu diberikan kepada petugas ruangan setiap melakukan rapat
evaluasi dengan memberikan semangat agar rencana kedepannya menjadi
lebih baik.
d) Wewenang kepala ruang dalam mengambil keputusan
Wewenang kepala ruang Sakura dalam hal mengambil keputusan dilakukan
secara mandiri dan demokratis terhadap pegawai namun apabila ada banyak
pertimbangan biasanya kepala ruang akan memerlukan pendapat dari para
pegawai ruangannya.
106
e) Konflik dan cara mengatasi
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang Sakura dijelaskan bahwa
terkadang diruangan ada sedikit konflik antar pegawai sebagai contoh
pembagian jadwal libur, namun konflik tersebut bisa segera teratasi dengan
cara berembug atau musyawarah bersama.
2) Controlling
a. Kinerja perawat
Kinerja pegawai selalu dinilai yaitu setiap 6 bulan sekali bagi pegawai BLUD
dan 1 tahun sekali untuk pegawai PNS.
b. Supervisi
Menurut keterangan kepala ruang Sakura untuk masalah supervisi dilakukan
secara langsung diruangan maupun tidak langsung. Dimana secara langsung
saat supervisi melihat tindakan perawat dan apabila ada kesalahan yang tidak
sesuai dengan standar operasional prosedur maka petugas tersebut segera
ditegur dan supervisi tidak langsung yakni dengan melihat asuhan keperawatan
dan laporan.
Fungsi supervisi yaitu
Memberikan pengarahan tentang penugasan dan tugas kepada ketua Tim
Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan yang lebih baik,
ketrampilan dan sikap
Melibatkan bawahan sejak awal sampai akhir kegiatan
Memberi teguran pada bawahan sejak awal sampai akhir kegiatan
Memberi teguran pada bawahan yang melakukan kesalahan atau yang
melanggar aturan
Meningkatkan kerjasama dengan kesehatan lain dan non medis
Tabel 2.35
Lembar Ceklist Supervisi Di Ruang Sakura
DILAKUKAN
N
KEGIATAN YA TIDAK
O
(1) (0)
1 Supervisor menetapkan kegiatan yang akan di suvervisi 1
2 Supervisor menetapkan tujuan supervisi, instrumen 1
Tabel 2.35
Lembar Ceklist Supervisi Di Ruang Sakura
3 Supervisor ikut dalam kegiatan pelayanan bersam-sama 1
107
PP dan PA
4 Suvervisor menilai penampilan kerja PP dan PA 1
5 Supervisor mendapatkan hal-hal yang perlu dilakukan 1
pembinaan
6 Supervisor memanggil PP dan PA yang perlu dilakukan 1
pembinaan
N DILAKUKAN
KEGIATAN YA TIDAK
O (1) (0)
7 Supervisor mengklasifikasikan permasalahan yang ada 1
8 Supervisor memberikan masukan kepada PP dan PA 1
9 Supervisor mengevaluasi hasil bimbingan 1
1 Supervisor memberikan reward atau umpan balik kepada 1
0 PP dan PA
Jumlah 10 0
Total 10/10x100%=100
%
Sumber : data primer di Ruang Sakura, 2019
Analisa data :
Berdasarkan tabel diatas kajian supervisi di Ruang Sakura sebesar 100% yang
termasuk dalam kriteria baik. Supervisi di Ruang Sakura sudah dilakukan secara
optimal. Menurut Nursalam (2014) supervisi adalah tehnik pelayanan yang tujuan
utamanya adalah mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama terhadap
permasalahan yang timbul di dalam runag kerja dan mampu mengaplikasikan
sepervisi dalam lingkup tanggungjawab sebagai seperviesor keperawatan, terutama
dalam melakukan sepervisi terhadap perawat primer dalam melakukan tindakan
keperawatan.
D. UNSUR OUTPUT
1. Pelaksanaan 6 solusi Keselamatan Pasien (Patient Safety)
a. Kajian Teori
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu
mencegah atau mengurangi cidera pasien yang berasal dari proses pelayanan
108
kesehatan. Enam solusi ini sangat bermanfaat dalam membantu RS memperbaiki
proses asuhan pasien, guna menghindari cedera maupun kematian yang dapat
dicegah. Enam solusi live saving keselamatan pasien rumah sakit meliputi:
1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (NORUM) (Look-Alike,
Sound Alike Medication Names)
Nama obat, rupa dan ucapan mirip, yang membingungkan staf pelaksana
adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat
(medication error) dan ini merupakan satu keprihatinan di seluruh dunia.
Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan
potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merk atau generik
serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk
pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label atau perintah yang
dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.
2) Pastikan identifikasi pasien
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien
secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, tranfusi maupun
pemeriksaan dsb. Rekomendasi ditekankan kepada metode untuk verifikasi
terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini,
standarisasi dalam metode identifikasi di semua RS dalam suatu system
layanan kesehatan dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini, serta
penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama
yang sama.
3) Komunikasi secara benar saat serah terima/ pengoperan pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antar
unit-unit pelayanan, dan di dalam serta antar tim pelayanan, bisa
mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak
tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien.
Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki serah terima pasien termasuk
penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat
kritis, memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan
menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima dan melibatkan
para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.
4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
109
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-
kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh
yang salah sebagian besar adalah akibat dari mis komunikasi dan tidak adanya
informasi atau informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak
kontribusinya terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau
kurangnya proses pra bedah yang distandarisasi. Rekomendasinya adalah
untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan
proses verifikasi pra pembedahan, pemberian tanda pada sisi yang akan
dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur, dan adanya tim yang
terlibat dalam prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur
dan sisi yang akan dibedah.
5) Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
Sementara semua obat-obatan, biologis, vaksin, dan kontras memiliki
profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya
adalah berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat standarisasi dari dosis
untuk unit ukuran dan istilah dan pencegahan atas campur aduk atau bingung
tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.
6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi atau
pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses
yang didesain untuk mencegah salah obat (medication error) pada titik-titik
transisi pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan suatu data yang paling
lengkap dan akurat dari seluuh medikasi yang sedang diterima pasien. Juga
disebut sebagai ”home medication list”, sebagai perbandingan dengan daftar
saat admisi, penyerahan dan atau perintah pemulangan bilamana menuliskan
perintah medikasi, dan komunikasikan daftar tersebut kepada petugas layanan
yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
Tabel 2.36
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien
Tanggal 09-11April 2019 (n=10)
110
A Identifikasi Pasien
Perawat memasang gelang identitas pasien
1 10 100 0 0
untuk rawat inap.
Perawat memberikan gelang (berawarna biru
2 pasien laki-laki dan warna pink untuk pasien 10 100 0 0
wanita)
Gelang diberi label nama lengkap dan tanggal
3 10 100 0 0
lahir
Pemasangan gelang identitas pasien yang
belum terpasang di IGD , dipasang di ruang
4 10 100 0 0
dimana pasien di rawat
111
kepada pasien?
Apakah perawat/bidan mendokumentasikan semua
6 pemberian hight alert medicine di Catatan Pemberian 10 100 0 0
Obat ?
D Pencegahan Infeksi Nosokomial
Di intalasi dan ruang rawat inap tersedia tempat cuci
1 tangan, cairan anti septic
10 100 0 0
Petugas kesehatan (perawat/bidan) melakukan
2 edukasi kepada pasien dan keluarga tentang 10 100 0 0
pentingnya cuci tangan.
Petugas kesehatan (Perawat/bidan) melakukan cuci
3 tangan dengan 6 langkah dan five moment
7 70 3 30
Petugas Rumah sakit, petugas kesehatan patuh
4 terhadap prosedur cuci tangan)
7 70 3 30
E Pengurangan Risiko Jatuh
Petugas/perawat/bidan melakukan assesmen resiko
1 jatuh (humpty dumty, VAS, Wong Baker, dll)
10 100 0 0
Petugas/perawat/bidan melakukan orientasi kamar
2 inap kepada pasien 10 100 0 0
112
intervensi untuk pasien resiko rendah dan resiko
sedang jatuh
Analisa Data
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data 3 hari pengkajian untuk
pelaksanan patient safety di Ruang Sakura baik dengan presentase 95%
dimana masih ada 5% yang kurang dalam pelaksanaanya diantaranya :
a) 30% Petugas kesehatan (Perawat/bidan) tidak melakukan cuci tangan
dengan 6 langkah dan five moment
b) 30% Petugas Rumah sakit, petugas kesehatan tidak patuh terhadap
prosedur cuci tangan)
113
c) 100% Petugas/Perawat/bidan tidak menganjurkan ke kamar mandi secara
rutin, kepada pasien
d) 100% Petugas/perawat/bidan tidak menawarkan bantuan kepada pasien
untuk ke kamar mandi/menggunakan pispot setiap 2 jam (saat pasien
bangun), dan secara periodik (saat malam hari).
e) 20% Petugas/perawat/bidan tidak mengunjungi dan memonitor pasien
setiap 2 jam
f) 10% Petugas/perawat/bidan tidak melakukan dokumentasi tata laksana
pencegahan pasien jatuh setiap 4 jam sekali.
Pelaksanaan patient safety perlu ditingkatkan guna bermanfaat dalam
membantu RS memperbaiki proses asuhan pasien, guna menghindari cedera
maupun kematian yang dapat dicegah
2. Pelaksanaan cuci tangan yang benar
a. Pengertian
Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan
dan jari jemari menggunakan air dan sabun atau handrub oleh manusia untuk
menjadi bersih dan untuk memutuskan mata rantai kuman (Kemekes, 2014).
b. Tujuan Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan satu teknik yang paling mendasar untuk menghindari
masuknya kuman kedalam tubuh, dimana tindakan ini dilakukan dengan tujuan:
1) Supaya tangan bersih
2) Membebaskan tangan dari kuman dan mikroorganisme
3) Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh
c. Langkah-langkah dalam mencuci tangan
Langkah-langkah dalam melakukan cuci tangan yang benar dan sehat adalah:
1) Gulung lengan baju sampai atas pergelangan tangan ,lepaskan cincin, jam
tangan dan perhiasan tangan lain
2) Basahi tangan sampai sepertiga lengan dibawah air mengalir
3) Ambil sabun cair kira-kira 5 ml,ratakan pada tangan yang telah dibasahi
4) Gosok bagian telapak tangan dengan telapak tangan satunya lalu masukan jari-
jari tangan kanan ke sela-sela jari-jari tangan kiri
5) Pindahkan telapak tangan kanan ke punggung tangan kiri gosokan, tanpa
saling melepaskan lalu masukan jari-jari tangan kanan ke sela-sela tangan kiri.
Lakukan pada tangan yang sama.
114
6) Lakukan penggosokan kuku-kuku
7) Bersihkan jempol tangan kanan dengan menggegamnya dengan tangan kiri
lalu diputar-putar, lakukan pada tangan yang satunya.
8) Kadang perlu menggosok garis telapak tangan
9) Bersihkan dengan air mengalir lalu keringkan.
Tabel 2.37
Data Kajian Langkah-Langkah Cuci Tangan
Di Ruang Sakuratanggal 09-11 April 2019 (N=10)
Pelaksanaan
No Langkah- Langkah
Ya % Tidak %
Usap Dan Gosokkan Kedua Telapak
1 10 100 0 0
Tangan Dengan Arah Memutar
Usap Dan Gosong Kedua Punggung
2 Tangan Secara Bergantian 10 100 0 0
Analisa Data :
Berdasarkan Tabel Diatas Perawat Ruang Sakura Telah Melakukan Tindakan
Cuci Tangan 6 Langkah Benar Dalam Kategori Baik, Dengan Hasil 100%. Cuci
Tangan 6 Langkah Benar Untuk Menghindari Masuknya Kuman Dalam Tubuh.
Tabel 2.38
Data Kajian Five Moment Cuci Tangan
Di Ruang Sakura tanggal 09-11 April 2019 (N=10)
No Pelaksanaan
Five Moment
. Ya % Tidak %
115
1 Sebelum Kontak Dengan Pasien 6 12 4 8
2 Sebelum Tindakan Asepsis 6 12 4 8
3 Setelah Kontak Cairan Tubuh 10 100 0 0
4 Setelah Kontak Dengan Pasien 10 100 0 0
5 Setelah Kontak Dengan Lingkungan Pasien 10 100 0 0
Jumlah 42 84% 8 16%
Sumber : Hasil pengkajian tanggal 09-11 April 2019
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data untuk five moment cuci tangan
perawat Ruang Sakura baik dengan persentase 84%, namun masih ada 16% yang
kurang dalam pelaksanaanya diantaranya:
a) 8% Perawat yang tidak mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien
b) 8% Perawat yang tidak mencuci tangan sebelum tindakan asepsis
Kepuasan pasien
Tabel 2.39
Lembar kepuasan Pasien di Ruang Sakura
Tanggal 09-11 April 2019 (n= 10)
116
Sangat
Tidak Sangat
No Pertanyaan Tidak Puas
Puas puas
Puas
a. Perawat memberi informasi
tentang admistrasi yang berlaku 0 0 6 4
bagi pasien rawat inap di RS
b. Perawat selalu menjaga
kebersihan dan kerapian ruangan 0 0 6 4
yang anda tempati
c. Perawat menjaga kebersihan dan 0 0 6 4
1.
kesiapan alat-alat kesehatan yang
digunakan
d. Perawat menjaga kebersihan dan
kelengkapan fasilitas kamar mandi 0 0 6 4
dan toilet
e. Perawat selalu menjaga kerapian 0 0 6 4
dan penampilannya
a. Perawat mampu menangani
masalah perawatan anda dengan 0 0 6 4
tepat dan professional
b. Perawat memberi informasi
tentang fasilitas yang tersedia, 0 0 6 4
cara penggunaan, dan tata tertib
yang berlaku di RS
c. Perawat memberitahu dengan jelas
2. 0 0 6 4
tentang hal-hal yang harus
dipatuhi dalam perawatan anda
d. Perawat memberitahu dnegan jelas
tentang hal-hal yang dilarang 0 0 6 4
dalam perawatan anda
e. Ketepatan waktu perawat tiba
diruangan ketika anda 0 0 6 4
membutuhkan
a. Perawat bersedia menawarkan
bantuan kepada anda ketika 0 0 6 4
mengalami kesulitan walau tanpa
diminta
b. Perawat segera menangani anda
ketika sampai diruangan rawat 0 0 6 4
inap
c. Perawat menyediakan waktu
3.
khusus untuk membantu anda 0 0 6 4
berjalan, BAB, BAK, ganti posisi
tidur, dll
d. Perawat membantu anda untuk 0 0 6 4
memperoleh obat
e. Perawat membantu anda untuk
pelaksanaan pelayanan foto dan 0 0 6 4
laboraturium di RS ini
a. Perawat memberikan perhatian
terhadap keluhan yang anda 0 0 6 4
rasakan
b. Perawat dapat menjawab
pertanyaan tentang tindakan 0 0 6 4
perawatan yang diberikan kepada
anda
4. c. Perawat jujur dalam memberikan 0 0 6 4 117
informasi tentang keadaan anda
d. Perawat selalu memberikan salam
dan senyum ketika bertamu 0 0 6 4
Analisa data
Berdasarkan kajian data diatas yang dinilai dari pembagian angket kepada 10
pasien / keluarga pasien di ruang sakura pada tanggal 09-11 April 2019 didapatkan
hasil tertinggi pasien merasa selalu dilayani dengan puas dengan hasil persentase
64% dan sangat puas denagn hasil presentase 40%.
Tabel 2.40
Penilaian Pelaksanaan Pencegahan Pasien Resiko Jatuh di Ruang Sakura
Tanggal 09-11 April 2019
9. Menghubungi dan menanyakan pada perawat bila 8 2
membutuhkan bantuan
Jumlah 58 32
Presentase 64% 36%
Sumber : data primer hasil observasi diruang sakura, 2019
Kriteria
Sangat Puas : 76-100%
Puas : 60-75%
Tidak Puas : 40-59%
Sangat Tidak Puas : <40%
Analisa Data :
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dari pencegahan pasien jatuh dengan presentase
sebesar 64%. Hal ini dapat disimpulkan secara umum penerapan pencegahan pasien jatuh
118
diruang Sakura sudah diaplikasikan dengan baik. Tetapi masih ada yang perlu
ditingkatkan dan diperbaiki sehingga kejadian – kejadian cidera pada pasien tidak terjadi.
119