8
Ruang Menur dipimpin oleh seorang kepala ruang yang dibantu oleh 2
kepala tim, 4 penanggung jawab shift , dan 7 orang perawat pelaksana, 2
orang asisten perawat, 1 house keeper dan 1 administrasi. Bentuk pelayanan
dengan menerapkan metode pelayanan keperawatan profesional (MPKP).
1. Pasien
a. Kajian Teori
Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi kesehatan yang
membutuhkan pelayanan keperawatan/medis yang terganggu kondisi
kesehatannya baik jasmani maupun rohani (WHO, 2009).
b. Kajian Data
Ruang Menur merupakan bangsal perawatan umum kelas 1, 2, 3
dan utama 1. Jumlah pasien yang dirawat di ruang Menur selama periode
Januari 2018- Desember 2018 terlihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Jumlah Pasien Ruang Menur Januari 2018- Desember 2018
Pasien Pasien Jumlah Persentase
No Bulan
sebelumnya Masuk %
1. Januari
2. Februari
3. Maret
4. April
5. Mei
6. Juni
7. Juli
8. Agustus
9. September
10. Oktober
11. Nopember
12. Desember
Jumlah
Sumber: Laporan Statistik Ruang Rawat Instalasi Rawat Inap RSUD dr.R.Goeteng
Tarunadibrata Purbalingga
9
RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga
Bulan Januari 2018 – Desember 2018
Jumlah
No Jenis Penyakit Total Persentase %
L P
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10.
Jumlah
Sumber: Laporan Kasus Perawatan Ruang Menur Bulan Januari 2018 – Desember 2018
c. Analisa Data
Berdasarkan hasil kajian di atas dapat disimpulkan bahwa Ruang
Cempaka merawat berbagai jenis penyakit pada pasien anak, dan yang
terbanyak adalah pasien dengan kasus Febris Thypoid. Kasus-kasus yang
lain mempunyai jumlah yang tidak jauh berbeda seperti
Bronchopneumonia, KDS, Talasemia dan GEA.
2. Mahasiswa Praktik
a. Kajian Teori
Visi RSUD dr.R.Goeteng Tarunadibrata Purbalingga ”Terwujudnya
RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga sebagai pusat pelayanan
kesehatan dan rujukan yang mandiri dan bermutu tinggi ”. Salah satu
upaya untuk mewujudkan visi tersebut yaitu dengan menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan termasuk tenaga
keperawatan, dan pendidikan keperawatan.
RSUD dr.R.Goeteng Tarunadibrata Purbalingga merupakan RS
milik Pemerintah Kabupaten Purbalingga. Berdasarkan SK Menkes
No.223/Menkes/VI/1983. RSUD dr.R.Goeteng Tarunadibrata
Purbalinggasedang direncanakan pengembangan menjadi Kelas B
Pendidikan. Namun pada kenyataannya, RSUD dr.R.Goeteng
Tarunadibrata Purbalinggamenjadi lahan praktek bagi mahasiswa
kedokteran, keperawatan, kebidanan, dan administrasi.
10
Untuk menghasilkan lulusan peserta didik yang berkualitas,
khususnya keperawatan, perlu adanya pengelolaan bimbingan praktek
yang baik, bermutu tinggi, dan selaras dengan perkembangan IPTEK.
Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI) yang dikutip Aditama
(2005) menyatakan bahwa untuk menjadi rumah sakit pendidikan
diperlukan beberapa persyaratan diantaranya:
1) Sumber daya manusia yang profesional
2) Organisasi
3) Sarana dan fasilitas medik maupun penunjang
4) Jumlah dan variasi teaching material
5) Budaya profesional dan atmosfer akademik
6) Transformasi perilaku pada peserta didik
7) Perpustakaan
8) Komitmen segenap pihak yang terkait
Pedoman yang digunakan RSUD dr.R.Goeteng Tarunadibrata
Purbalinggauntuk bimbingan mahasiswa adalah 1 CI memberikan
bimbingan pada 5- 10 mahasiswa.
b. Kajian Data
Menurut hasil wawancara dengan perawat pelaksana diketahui
bahwa perawat yang menjadi pembimbing PKK (Praktek Klinik
Keperawatan) di Ruang Cempaka berdasar Surat Tugas Direktur ada 5
orang perawat yang membimbing mahasiswa keperawatan S1 dan DIII
Keperawatan. Kajian data terhadap institusi pendidikan keperawatan yang
melakukan praktek di Ruang Cempaka terlihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3
Institusi Pendidikan Yang Melakukan Praktek Di Ruang Menur
RSUD dr.R.Goeteng Tarunadibrata PurbalinggaTahun 2018 (Januari
-Desember)
11
c. Analisa Data
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa RSUD dr.R.Goeteng
Tarunadibrata Purbalingga sebagai rumah sakit pendidikan merupakan
lahan praktik bagi mahasiswa keperawatan. Melihat jumlah dan distribusi
mahasiswa praktek di Ruang Cempaka masih kurang merata. Hal ini
bukan karena kurangnya distribusi dari rumah sakit, tetapi karena institusi
pendidikan harus memenuhi kompetensi yang ingin dicapai.Saat
pengkajian (tanggal 12 – 14 Februari 2018), terdapat tiga institusi yang
sedang melakukan praktek di Ruang Cempaka, diantaranya Profesi Ners
Alih Jenjang STIKES Harapan Bangsa Purwokerto, D III Serulingmas dan
S1 Universitas Muhamadiyah Purwokerto.Sebagai RS pendidikan jumlah
mahasiswa praktek dan pembimbing yang ada belum sesuai/seimbang
baik jumlah dan kualitas.
3. Ketenagaan
a. KuantitasTenaga Perawat
1) Kajian Teori
Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah proses membuat
perencanaan untuk menentukan berapa banyak dan dengan kriteria
tenaga yang seperti apa pada suatu unitan tiap shiftnya. Untuk
keperluan itu beberapa ahli telah mengembangkan beberapa formula.
Formula tersebut juga dapat digunakan untuk menilai dan
membandingkan apakah tenaga yang ada saat ini cukup, kurang atau
berlebih. Formula tersebut antara lain adalah :
a) Menurut Gillies (1982)
atau :
A x B x 365
Tenaga Perawat (TP) :
(365 – C) x jam kerja/hari
Keterangan :
12
A : Jam efektif /24 jam : waktu perawatan yang dibutuhkan
klien
B : Sensus harian : BOR x jumlah tempat tidur
C : Jumlah hari libur
365 : Jumlah hari kerja selama 1 tahun
Dengan catatan:
Ada satu jam pengganti
Libur hari minggu = 52 hari
Cuti tahunan = 12 hari
Libur nasional = 14 hari
Cuti hamil rata rata = 78 hari
b) Menurut Douglas (1984)
Tabel 2.4.
Rumus Perhitungan Tenaga
Berdasarkan Formula Douglas
WaktuKlasifikasi Kebutuhan Perawat
13
b. Perawatan intermediet memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam
dengan kriteria
Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
Folley catheter/intake output dicatat
Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur
c. Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5 – 6
jam/24 jam dengan kriteria :
Segalanya diberikan/ dibantu
Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
Pemakaian suction
Gelisah/ disorientasi
c). Menurut DEPKES (2002)
14
Jumlah tenaga = tenaga yang tersedia + faktor koreksi
2) Kajian Data
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruangan
didapatkan jumlah tenaga pelaksana di Ruang Menur saat ini adalah
18 orang, 14 orang perawat dan 4 orang tenaga non perawatdengan
perincian 1 orang Kepala Ruang, 2 orang KaTim,4 orang PJ shift serta
7 orang Perawat Pelaksana. Tenaga non perawat yang ada di Ruang
Cempaka adalah petugas administrasi (1 orang), petugas Asper (2
orang) dan HS (1 orang).
15
7 (hari) 7
16
Jumlah 17 13,2 56,8
= 52 + 12 + 14 x 8,1 = 2,2
287
BOR Ruang Cempaka = 80,2 %
17
Keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan
kesehatan dapat dengan pemberian asuhan keperawatan yang
berkualitas, dan untuk dapat memberikan asuhan yang berkualitas
Diperlukan sumber daya yang cukup dengan kualitas yang tinggi dan
profesional. Menurut PPNI perpaduan perawat di suatu ruangan adalah
85% perawat profesional (DIII, DIV, S1), 9% perawat non profesional,
6% pembantu perawat.
Menurut Djojodibroto (2007) konsep pengembangan SDM yang
disebut Human Resource Development atau HRD mempunyai tiga
program :
1. Training, yaitu aktifitas dimana proses belajar diarahkan kepada
pekerjaan saat ini
2. Education, yaitu aktifitas dimana proses belajar diarahkan pada
pekerjaan yang akan datang
3. Development, yaitu aktifitas dimana proses belajar tidak diarahkan
untuk pekerjaan pegawai yang bersangkutan secara langsung.
2) Kajian Data
Jumlah tenaga keperawatan di ruang Cempaka RSUD dr. R.
Goeteng Tarunadibrata, Purbalingga, berdasarkan pendidikan, masa
kerja dan pelatihan yang pernah diikuti terlihat pada tabel 2.6, 2.7
dan 2.8.
Tabel 2.6
Kualifikasi Tenaga Ruang Menur
RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga
Berdasarkan Pendidikan
Tabel 2.7
Distribusi Petugas Ruang Menur
RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga
Berdasarkan Masa Kerja
18
No. Masa Kerja Jumlah Presentase
1. 0-1 tahun
2. 1-6 tahun
3. 6-10 tahun
4. 11-16 tahun
5. 16-20 tahun
6. 21-26 tahun
Jumlah
Tabel 2.8
Kualifikasi Perawat Di Ruang Menur
RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga
Berdasarkan Pelatihan Yang Pernah Diikuti
Pelatihan Yang
No Nama Perawat Jabatan
Pernah Diikuti
19
3) Analisa Data
Dari data yang ada terlihat bahwa perawat di ruang Cempaka
sudah berpendidikan DIII Keperawatan (61,1%), profesi ners
(22,22%) dan S2 Magister Manajemen (5,55%) dengan masa kerja
rata – rata 1-6 tahun. Melihat dari pelatihan yang pernah diikuti,
sebagian besar perawat ruang Cempaka belum mengikuti pelatihan
tentang ilmu keperawatan anak, asuhan keperawatan anak maupun
pelatihan lain yang menunjang kompetensi di ruang keperawatan anak,
dan dapat diartikan bahwa ketrampilan yang dimiliki berdasar pada
pengalaman kerja. Namun demikian, dari observasi kegiatan perawat
selama 4 hari nampak kinerja perawat cukup bagus. Dengan jumlah
perawat yang terbatas, perawat mampu melaksanakan pelayanan
keperawatan kepada klien dengan berbagai kasus penyakit, namun hal
ini tetap perlu mendapat perhatian dari bidang keperawatan,
khususnya untuk pengembangan SDM, semua perawat perlu untuk
mengikuti pelatihan Asuhan Keperawatan terutama untuk kasus-kasus
keperawatan anak.
4. Sumber Dana
a. Kajian Teori
Memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun non medis
merupakan salah satu fungsi rumah sakit, agar pelayanan rumah sakit
tersebut dapat berjalan secara optimal dan dapat dirasakan oleh seluruh
masyarakat untuk itu rumah sakit perlu mempersiapkan peralatan atau
bahan medis dan jasa pemborongan. Menurut Djojo Dibroto (2007) ada
tiga komponen biaya tarif pelayanan rumah sakit yaitu :
1) Jasa pelayanan rumah sakit yang terdiri atas : biaya tenaga kerja, biaya
material, biaya over head.
2) Jasa medis dan anestesi adalah bisys professional medis yang
diberikan oleh tenaga medis.
3) Jasa sarana, penggunaan bahan dan alat yang digunakan langsung
untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien.
b. Kajian Data
Sumber dana yang digunakan berasal dari APBD Provinsi Jawa
Tengah dan APBN. Anggaran dana yang digunakan untuk anggaran rutin
gaji pegawai dibebankan dari APBN, sedangkan untuk pengadaan barang
dan untuk pemeliharaan alat diusulkan oleh kepala ruang kepada bidang
sarana dan perlengkapan, dibebankan pada anggaran APBD yang
sebelumnya telah disetujui oleh bidang keuangan RSUD dr. R. Goeteng
Tarunadibrata.
20
Tabel 2.9
Tarif Pelayanan Kamar Ruang Cempaka RSUD dr R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga tahun 2015
SPESIALIS
Jenis Kelas Utama 1 Kelas 1 Kelas 2 Kelas3
Jasa Sarana 55.000 45.000 25.000 15.000
Jasa Pelayanan 40.000 30.000 20.000 10.000
Jasa Askep 20.000 15.000 10.000 5.000
UMUM
Jenis Kelas Utama 1 Kelas 1 Kelas 2 Kelas3
Jasa Sarana 55.000 45.000 25.000 15.000
Jasa Pelayanan 24.000 18.000 12.000 6.000
Jasa Askep 12.000 9.000 6.000 3.000
TINDAKAN HARIAN
TINDAKAN PRWTN Utama 1 Kelas 1 Kelas 2 Kelas3
KECIL Jasa Sarana 15.000 12.000 9.000 6.500
SEDERHANA Jasa Pelayanan 28.000 22.000 17.500 12.800
Jumlah 43.000 34.000 26.500 19.300
TINDAKAN KECIL
TINDAKAN Jenis Kelas Utama 1 Kelas 1 Kelas 2 Kelas3
KECIL
Jasa Sarana 10.000 8.000 6. 000 4. 000
21
Jasa Pelayanan 21.000 16.500 13.000 9.500
Jumlah 31.000 24.500 19.000 13.500
ADMINISTRASI
Utama Non-utama
15.000 10.000
22
Tabel 2.10
Distribusi Pasien Ruang Menur RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga
Berdasarkan Penanggung Jawab Pembayaran/Penjamin
Januari 2018 – Desember 2018
29
c. Analisa Data
Pendanaan di Ruang Cempaka sudah sesuai dengan prosedur
yang berlaku di RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata.
31
1) Obat-obatan
Kebutuhan obat disesuaikan dengan kasus masing-masing
pasien, ruang Cempaka memiliki persediaan obat cadangan yang
sewaktu waktu dibutuhkan pasien untuk keadaan darurat.
Tabel 2.11
Inventaris Obat Cadangan Ruang Menur
RSUD dr. R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga 2018
No Nama Obat Jumlah Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
32
36
37
38
39
40
41
42
2) Fasilitas
Tabel 2.12
Inventaris alat rumah tangga Ruang Menur
RSUD dr. R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga 2018
No Jenis Jumlah Standar Keterangan
alat/barang /rasio
1 Almari linen 1 buah 1 Cukup
2 Almari obat 1 buah 1/pasien Baik
pasien
3 Meja tulis kayu 5 buah 2 buah Baik
4 Pesawat telepon 1 buah 1 Baik
5 Televisi 1 buah 1 buah Baik
6 Kereta makan 1 buah 1 Baik
steinless
7 Papan nama klien - 1/pasien Baik
8 Tempat tidur 21 buah 1/pasien Baik
steinless
9 Rak piring 2 buah 1 Baik
10 Kipas angin 5 buah 1:1 Baik
11 Almari ganti 2 buah 1 buah Baik
petugas
12 Almari kayu 4 buah 1 buah Baik
13 Almari obat 1 buah 1 buah Baik
emergensi
14 Kursi kerja 12 buah 5/ruangan Cukup
15 Kursi tunggu 15 buah 21 buah Kurang
pasien
16 Computer 1 1/ruangan Cukup
33
17 Papan daftar - - -
nama klien
18 Cermin 2 buah 2 buah Baik
19 Kursi roda 1 buah 1 buah Cukup
20 Rak pispot - 1/wc Kurang
21 Senter 1 buah 2 buah Kurang
22 Troly obat 1 buah 1 buah Baik
23 Troly tindakan 1 buah 3 buah Kurang 1
24 Troly CK 1 buah 1 buah Baik
25 Troly oksigen 2 buah 1 buah Baik
26 Kulkas 1 buah 1 buah Baik
27 Lemari pasien 21 buah 1/pasien Baik
28 Rak sepatu 1 buah 1 buah Kurang
29 Tempat sampah 6 buah 4/ruang Cukup
30 Wastafel 1 buah 2/ruang Kurang
31 Waskom CK 24 buah 1/pasien Baik
31 Dispenser 1 buah 1/ruangan Baik
Sumber: Data sekunder di Ruang Menur RSUD dr. R.
Goetheng Taroenadibrata Purbalingga.
Tabel 2.13
Daftar Alat dan Linen Ruang Menur
RSUD dr. R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga 2018
34
No Tenun Rasio Butuh Ada Keterangan
1 Sprei 1:3 63 <50 Kurang
2 Stik laken 1:3 63 <25 Kurang
3 Perlak 1:3 63 <25 Kurang
4 Sarung bantal 1:3 63 <50 Kurang
5 Selimut 1:3 63 <30 Kurang
6 Washlap 1/pasien 1/pasien 1/pasien Baik
8 Kasur 1:1 21 21 Baik
9 Bantal 1:1 21 21 Baik
10 Sketsel 1/kamar 11 - Kurang
Sumber:
Tab
Tabel 2.14
Daftar ATK Ruang Menur
RSUD dr. R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga 2018
No Nama buku Rasio Persediaan Keterangan
1 Vital sign 1:1 1 Aktif
2 Laporan harian 1:1 - Langsung di RM
pasien
3 Injeksi 1:1 1 Aktif
4 Obat oral 1:1 1 Aktif
5 Inventaris tenun 1:1 - Di bagian laundry
6 Pengembalian RM 1:1 1 Aktif
7 Pembayaran/administrasi 1:1 1 Aktif
8 Jadwal dinas ruang 1:1 1 Aktif
9 Orientasi pasien baru 1:1 1 Tidak aktif
35
15 Pengembalian obat 1:1 - Di apotik
Tabel 2.15
Daftar Inventaris Medis Ruang Cempaka
RSUD dr. R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga 2018
N Nama alat Kebutuhan Jml Kketerang Kondisi
o yang ada
1 Stetoskop 2 3 buah Baik 1 rusak
36
buah/ruangan
2 Termometer 1 buah/5 3 buah Kurang Baik
pasien
3 Tensimeter 2 2 buah Kurang 1 rusak
buah/ruangan
4 Bak spuit 2 3 buah Cukup Baik
buah/ruangan
5 Set 1 : 1/3pasien 1 buah Cukup Baik
perawatan
luka
6 Korentang 2 2 buah Cukup Baik
dan buah/ruangan
tempatnya
7 Timbangan 1 1 buah Cukup Baik
injak buah/ruangan
8 Bengkok 2 2 buah Baik Baik
buah/ruangan
9 Lampu sorot 1 - Kurang Baik
buah/ruangan
10 Standar 1 buah/2- 24 buah Cukup Baik
infuse 3pasien
11 Pispot 1 6 buah Baik Baik
buah/5pasien
12 Urinal 1 - Kurang Kurang
buah/5pasien
13 EKG 1 - Kurang Kurang
buah/ruangan
14 Sputum pot 5 buah - Kurang Kurang
15 Tourniquet 2 buah 1 buah Kurang Kurang
16 Kom alcohol 1 buah 2 buah Baik Baik
17 Penumbuk 1 buah - Kurang Kurang
obat
37
18 Lampu baca 1 buah 1 buah Baik Baik
Ro
19 Gunting non 1/ruangan 2 buah Baik Baik
steril
Sumber: buku inventaris alat medis ruang menur
c. Analisa Data
Berdasarkan kajian yang ditemukan ada alat yang dibutuhkan
yang seharusnya tersedia, namun tidak tersedia seperti ambubag.Untuk
inventarisasi alat yang ada di Ruang Cempaka sudah dilakukan secara
rutin, karena sudah ada petugas khusus yang bertanggung jawab
dengan hal tersebut, namun pelaporan belum dilakukan secara optimal
kepada Ka. Irna sesuai standar. Pengelolaan alat-alat ini menjadi tugas
tenaga non keperawatan namun dalam pelaksanaannya masih belum
optimal. Pengisian inventaris alat yang dalam kebijakan diatur tiap
bulan belum dilaksanakan sepenuhnya. Penggunaan buku-buku
sebagai alat dokumentasi dan inventarisir di ruangan Cempaka
sebagian besar sudah berjalan dengan baik dan aktif digunakan.
1) Alat Medis/Keperawatan
Menurut data inventaris alat medis/keperawatan tahun 2017 di
Ruang Cempaka ternyata belum memenuhi standar yang ada
seperti lampu sorot, EKG, penumbuk obat, urinal, sputum pot,
torniquet. Alat-alat kesehatan yang ada di Ruang Cempaka tidak
sesuai dengan kapasitas tempat tidur pasien. Pencatatan alat-alat
keperawatan belum semuanya didokumentasikan.
2) Alat Pencatatan dan Pelaporan (ATK)
Alat pelaporan yang ada di ruang Cempaka sudah cukup sesuai
standar dan kebutuhan. Pelaporan juga belum dilkukan sesuai pada
tempatnya seperti harian masih dilakukan langsung di RM.
3) Alat Rumah Tangga
Alat rumah tangga sudah sesuai dalam kuantitasnya.
38
6. Metode/Standard/Pedoman/Prosedur Tetap Mesin
a. Kajian Teori
Standar adalah suatu tingkatan kinerja yang secara umum
dikenal sebagai sesuatu yang dapat diterima, adekuat memuaskan dan
digunakan sebagai tolak ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai
pembanding (Marr dan Biebing 2001).
Berdasarkan Clinical Practice Guideline (1990) standar
merupakan keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan
sempurna yang digunakan sebagai batas penerimaan minimal atau
disebut juga sebagai kisaran variasi yang masih dapat diterima. Standar
diperlukan untuk memberi suatu indikasi kualitas yang diinginkan
dengan kata lain standar digunakan untuk menilai mutu sesuai dengan
yang diharapkan.
Suatu ruang perawatan didalam sebuah rumah sakit idealnya
mempunyai prosedur tetap (protap) tindakan yang berlaku secara resmi
yang dipahami dan diharapkan oleh seluruh staf di ruangan, ruang
perawatan mempunyai prosedur tetap semua tindakan perawatan dan
SAK (Standar Asuhan Keperawatan) minimal 10 kasus terbanyak.
b. Kajian Data
Tabel 2.16
Daftar Protap Ruang Menur
RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata
No Nama Protap
1 Mencuci Tangan Hygiene
2 Mencuci Tangan Hygiene Alternatif
3 Mencuci Tangan Disinfeksi
4 Mencuci Tangan Bedah
5 Menyiapkan Tempat Tidur Terbuka
6 Menggganti Alat Tenun Dengan Pasien Diatasnya
7 Mengukur Suhu Tubuh
8 Menghitung Denyut Nadi
9 Menghitung Pernafasan
39
10 Mengukur Tekanan Darah
11 Menimbang Berat badan
12 Mengukur Tinggi Badan
13 Memberikan Posisi Dorsal Rekumbent
14 Memberikan Posisi Genu Pektoral
15 Memberikan Posisi Lithotomi
16 Memberikan Posisi Semi Fowler
17 Memberikan Posisi Sims
18 Memberikan Posisi Trendelenburg
19 Memberikan Huknah Rendah
20 Memberikan Huknah Tinggi
21 Memberikan Buli-Buli Panas
22 Memandikan Pasien Di Tempat Tidur
23 Mencuci Rambut
24 Membersihkan Mulut
25 Membantu Menggosok Gigi
26 Mencukur Rambut Daerah Operasi
27 Perawatan Vulva Dan Perineum
28 Perawatan Payudara
29 Menyiapkan Urin Untuk Pemeriksaan Laboratorium
30 Menyiapkan Faeses Untuk Pemeriksaan Laboratorium
31 Pengambilan Darah Vena
32 Pemberian Injeksi Intra Vena ( Langsung)
33 Pemberian Injeksi Intra Vena (Slang)
34 Pemberian Injeksi Intra Muskuler
35 Memasang Infus
36 Memasang NGT
37 Memberi Makan Melalui NGT
38 Melepas NGT
39 Memasang OGT Pada Bayi
40 Memberi Minum Melalui OGT
41 Memasang Catheter
42 Melepas Catheter Menetap
43 Perawatan Luka
44 Irigasi Luka
45 Melepas Drain
46 Mengangkat Jahitan ( Hecting Aff )
47 Perawatan Luka Dekubitus
48 Pemberian Transfusi Darah
49 Penghisapan Lendir
50 Fisioterapi Dada
51 Batuk Efektif
52 Bernapas Dalam
53 Memberi Minum Pada Bayi
54 Merawat Tali Pusat
55 Menimbang Berat Badan Bayi
40
56 Mengganti Pakaian Bayi
57 Pemberian Imunisasi BGC
58 Pemberian Imunisasi HB I
59 Pemberian Imunisasi Polio
60 Pemberian Imunisasi Kombo ( DPT/HB)
61 Memberi Kompres Air Hangat
62 Perawatan Isolasi
63 Meeting Morning
64 Timbang Terima/Operan Jaga
65 Sterilisasi Ruang Dengan U.V
66 Orientasi Pasien Baru di RRI
67 Penanganan Sampah Rumah Tangga
68 Penanganan Sampah Medis Tajam
69 Pengelolaan Sampah Medis
70 Pembuangan Sampah Medis Cair Yang Terkontaminasi
71 Pengelolaan Air Limbah
72 Orientasi Pegawai Baru
73 Orientasi Perawat/Bidan Baru
74 Pencengahan Dekubitus
75 Memotong Kuku
76 Pemberian Obat Melalui Mata
77 Pemberian Obat Melalui Vagina
78 Pemberian Obat Sub Lingual
79 Rentan Gerak Aktif/Pasif
80 Pemberian Inhalasi
81 Perawatan Catheter Menetap
82 Menyiapkan Dahak (Sputum) Untuk Pemeriksaan
Laboratorium
83 Pemberian Oksigen
84 Penatalaksanaan Tindakan Hemodialisa Dari Ruang Rawat
Inap
85 Perawatan Pasien Post Operasi Dengan Spinal Anastesi
86 Perawatan Pasien Post Operasi Dengan Spinal Anastesi
87 Menjahit Luka
88 Persiapan Bagi Pasien Untuk Pemeriksaan Colon In Loop
89 Persiapan Bagi Pasien Untuk Pemeriksaan USG
90 Persiapan Bagi Pasien Untuk Pemeriksaan OMD
91 Perawatan Jenazah
92 Pemberian Obat Secara Oral
93 Pemberian Obat Melalui Rektal
94 Pemberian Obat Melalui Telinga
95 Pemberian injeksi Intra Kutan
96 Pemberian Injeksi Sub Kutan
97 Redressing Infus
98 Penggantian Vena Chateter atau Jarum Suntik
99 Melepas Infus
41
100 Penggantian Catheter Menetap
101 Memandikan Bayi
102 Persiapan Operasi
103 Persiapan Untuk Pemeriksaan VIP
Sumber: Kumpulan Prosedur Tetap Perawatan Dasar
c. Analisa data
Berdasar tabel diatas, secara umum standar asuhan
keperawatan dan protap sudah sesuai dengan kebutuhan ruang
perawatan pasien di ruang rawat penyakit dalam di Ruang
CempakaRSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata.
7. Mesin
a. Kajian teori
Mesin (machine) adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim
atau mengubah energi untuk melakukan atau membantu pelaksanaan
tugas manusia. Dengan demikian, mesin digunakan untuk memberi
kemudahan atau menghasilkan keuntunganyang lebih besar serta
menciptakan efisiensi kerja.Biasanya membutuhkan sebuah masukan
sebagai pemicu, mengirim energi yang telah diubah menjadi sebuah
keluaran, yang melakukan tugas yang telah disetel.
Mengingat fungsi mesin adalah untuk mempermudah atau
membantu kerja manusia, mesin sangat dibutuhkan dalam pemberian
perawatan. Adanya mesin yang canggih akan menunjang hasil kinerja
perawat.
b. Kajian data
Tabel 2.17
Daftar Inventaris Ruang Menur
RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
NO Nama Alat Jumlah Kebutuhan Kondisi
1 Senter 1 2 Baik
2 Lemari Es 1 1 Baik
3 Kipas Angin 5 5 baik
4 Airphone - 1 -
6 Jam dinding 7 7 3 baik 1 rusak
7 Tabung oksigen 7 15 Baik
42
8 Suction 2 2 Baik
9 Nebulizer 2 2 Baik
10 Penlight 1 2 Baik
11 Hammer - 2 -
12. Infus pump 1 4 Baik
13 Syringe pump - 4 -
Sumber data: sekunder ruang Cempaka
c. Analis data
Menurut analisa, ketersediaan alat mesin di cempaka belum
memenuhi kebutuhan ruangan.
43
A. Proses
1. Asuhan keperawatan(instrumen A)
Kajian teori
Instrumen A merupakan instrumen evaluasi terhadap
pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah baku. Evaluasi
dilakukan terhadap dokumentasi asuhan keperawatan pasien yang dirawat
minimal 2 hari.Dokumentasi keperawatan merupakan suatu mekanisme
yang digunakan untuk mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien.Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat akan
memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan
masalah klien. Selain itu untuk mengetahui kondisi sejauh mana masalah
klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi
dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Melalui dokumentasi
keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat
dalam membentuk asuhan keperawatan kepada klien. Dengan demikian
akan dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian asuhan
keperawatan yang diberikan guna pembinaan dan pengembangan lebih
lanjut (Nursalam, 2001).
Kajian Data
Penilaian dokumentasi dengan mengambil 10 rekam medik pasien
yang dirawat minimal 2 hari kemudian dilakukan check list menggunakan
instrumen seperti pada lampiran hasil observasi instrument A. Hasil
evaluasi yang didapatkan adalah sebagai berikut :
44
Tabel 2.11 Evaluasi instrumen A di ruang Cempaka RSUD dr R.
Goetheng Taroenadibrata Purbalingga
45
Rata-rata 76,9 Cukup
Jawaban ya
Jawaban ya + jawaban tidak X 100%
Analisa
Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata dokumentasi keperawatan
ruang Cempaka sebesar 76,9 %. Dokumentasi yang memiliki nilai
terendah adalah pengkajian. Terdapat beberapa poin yang belum diisi
pada pengkajian. Pengkajian juga hanya dilakukan secara komprehensif
hanya pada saat pasien datang. Diagnosa keperawatan sesuai dengan
masalah yang ditemukan dengan nilai 70%. Diagnosa sudah menerapkan
PES, tetapi beberapa diagnosa belum diprioritaskan sesuai kebutuhan
berdasarkan teori Maslow. Rencana keperawatan yang dipilih kurang
melibatkan peran keluarga pasien. Sementara itu, tindakan keperawatan
yang didokumentasikan memiliki nilai 85%. Dokumentasi tindakan
sesuai dengan tindakan yang dilakukan. Sedangkan evaluasi 75%,
terdapat beberapa evaluasi yang kurang sesuai dengan rencana
keperawatan. Secara keseluruhan, dokumentasi keperawatan memiliki
nilai 94% yang terdiri dari penulisan baku, jelas, ringkas, mencantumkan
waktu dan paraf, serta tersimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
46
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah
terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan
resiko. Meliputi:
1) Assessment risiko
2) Identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien
3) Pelaporan dan analisis insiden
4) Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5) Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
b. Tujuan
Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah:
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2) Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3) Menurunnya KTD di Rumah Sakit
4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan KTD
Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional
adalah:
47
Pada gelang pasien tertera minimal dua identitas, yaitu
nama dan nomor RM. Identitas tidak boleh menggunakan
nomor kamar atau lokasi pasien.
Lakukan identifikasi dan klarifikasi kecocokan identitas
nama pasien antara yang diucapkan pasien dg yang tertera
pada gelang pasien
Identifikasi nama pasien wajib dilakukan pada saat:
sebelum memberikan obat, sebelum memberikan darah
atau produk darah, sebelum mengambil specimen darah,
dan sebelum melakukan tindakan/prosedur lainnya.
48
Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu
yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
49
Tandai lokasi operasi (Marking), terutama :
Pada organ yang memiliki 2 sisi, kanan dan kiri.
Multiple structures (jari tangan, jari kaki)
Multiple level (operasi tulang belakang, cervical, thorak,
lumbal)
Multipel lesi yang pengerjaannya bertahap
Anjuran Penandaan Lokasi Operasi
Gunakan tanda yang telah disepakati
Dokter yang akan melakukan operasi yang melakukan
pemberian tanda
Tandai pada atau dekat daerah insisi
Gunakan tanda yang tidak ambigu (contoh : tanda “X”
merupakan tanda yang ambigu)
Daerah yang tidak dioperasi, jangan ditandai kecuali sangat
diperlukan
Gunakan penanda yang tidak mudah terhapus (contoh :
Gentian Violet)
50
- Kunci; jari jari sisi dalam dari kedua tangan saling
mengunci
- Putar; gosok ibu jari tangan kiri dan berputar dalam
genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya
- Putar; rapatkan ujungjari tangan kanan dan gosokkan
pada telapak tangan kiri dengan cara memutar mutar
terbalik arah jarum jam, lakukan pada ujung jari
tangan sebaliknya.
Ambil kertas tissue atau kain lap disposable, keringkan
kedua tangan
Tutup kran dengan sikut atau bekas kertas tissue yang
masih di tangan.
51
8) Immunization program (program imunisasi)
9) Falls (terjatuh)
10) Blood stream–vascular catheter care (aliran darah–perawatan
kateter pembuluh darah)
11) Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor
incident reports (tinjauan sistematis, tindakan lanjutan, dan
pelaporan pasien/pengunjung laporan kejadian)
TujuhStandarKeselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital
Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on
Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002),
yaitu:
1) Hak pasien
2) Mendidik pasien dan keluarga
3) Keselamatan pasien dan asuhan berkesinambungan
4) Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja, untuk
melakukan evaluasi dan
5) meningkatkan keselamatan pasien
6) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7) Mendidik staf tentang keselamatan pasien
8) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
c. Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit
WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2
Mei 2007 resmi menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety
Solutions” (“Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah
Sakit”). Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang
dibuat, mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal
dari proses pelayanan kesehatan. Sembilan Solusi ini merupakan
panduan yang sangat bermanfaat membantu RS, memperbaiki proses
asuhan pasien, guna menghindari cedera maupun kematian yang dapat
dicegah.
52
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong
RS-RS di Indonesia untuk menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, atau 9 Solusi, langsung atau
bertahap, sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS masing-masing.
1) Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike,
Sound-Alike Medication Names).
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM),yang
membingungkan staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang
paling sering dalam kesalahan obat (medication error) dan ini
merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan
ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi
terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau
generik serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada
penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan memastikan
terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak
lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.
2) Pastikan Identifikasi Pasien
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk
mengidentifikasi pasien secara benar sering mengarah kepada
kesalahan pengobatan, transfusi maupun pemeriksaan; pelaksanaan
prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan
keluarganya, dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk
verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien
dalam proses ini; standardisasi dalam metode identifikasi di semua
rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan; dan partisipasi
pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan protokol untuk
memtempat tidurakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
53
kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan
potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien.
Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima
pasien termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan
informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi para
praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan
pada saat serah terima,dan melibatkan para pasien serta keluarga
dalam proses serah terima.
4) Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat
dicegah. Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru
atau penempatan tidur pada sisi tubuh yang salah sebagian besar
adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau
informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya
terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau
kurangnya proses pra-tempat tidur yang distandardisasi.
Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan
yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi pra-tempat
tidur; pemberian tanda pada sisi yang akan ditempat tidur oleh
petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan adanya tim yang
terlibat dalam prosedur Time out sesaat sebelum memulai prosedur
untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang
akan ditempat tidur.
5) Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated)
Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media
kontras memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang
digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.
Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit
ukuran dan istilah; dan pencegahan atas campur aduk/bingung
tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.
6) Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan
54
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat
transisi/pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan pertempat tiduraan)
medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah salah
obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien.
Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling
lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima
pasien juga disebut sebagai “home medication list”, sebagai
perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan/atau
perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi; dan
komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut
dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
7) Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube)
Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus
didesain sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya
KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera
atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah, serta
memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.
Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas
medikasi secara detail/rinci bila sedang mengenjakan pemberian
medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan
bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya
menggunakan sambungan & slang yang benar).
8) Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran
dan HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse)
dari jarum suntik. Rekomendasinya adalah penlunya melarang
pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik
para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya
tentang prinsip-pninsip pengendalian infeksi,edukasi terhadap
pasien dan keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui
darah;dan praktek jarum sekali pakai yang aman.
55
9) Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan
lnfeksi Nosokomial
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta
orang di seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah-
rumah sakit. Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran
preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini.
Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan
cairan “alcohol-based hand-rubs” tersedia pada titik-titik pelayan
tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai
teknik kebarsihan taangan yang benar mengingatkan penggunaan
tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan penerapan
kebersihan tangan melalui pemantauan/observasi dan tehnik-tehnik
yang lain.
Kajian Data
Berdasarkan hasil pengkajian awal, ditemukan beberapa SOP
tindakan yang biasa dilakukan di ruang Cempaka. Penilaian pelaksanaan
SOP dilakukan dengan melihat pelaksanaan tindakan kemudian
dilakukan check list pada lembar SOP. Hasil observasi yang didapatkan
adalah sebagai berikut :
56
kran menggunakan tangan yang sudah bersih kemudian mengering
tangan dengan tissue.
SOP injeksi 63,6% Sebelum memberikan injeksi, perawat menginformasikan terkait obat y
intravena akan diberikan, mendesinfektan area injeksi. Namun perawat t
mengenakan pengalas saat injeksi intravena serta tidak melakukan h
hygiene setelah keluar dari kamar pasien.
SOP terapi 68% Tindakan terapi inhalasi yang dilakukan oleh perawat sudah sesuai den
inhalasi SOP namun kurang memperhatikan komunikasi terhadap pasien dan t
memposisikan pasien dengan benar. Setelah terapi inhalasi selesai, pera
tidak mengevaluasi perasaan pasien.
SOP 72,9% Secara keseluruhan prosedur pemasangan infuse pada anak di ru
Pemasangan cempaka sudah baik. Namun komunikasi perawat pada pasien m
infus kurang terkait salam, perkenalan, validasi nama pasien, dan penjel
tujuan serta prosedur pemasangan infuse dan evaluasi perasaan pa
setelah pemasangan infuse. Selain itu perawat juga tidak menulis
tanggal pemasangan infuse dan penomoran plabot infuse.
Tabel 2.12 Evaluasi instrumen C di ruang Cempaka RSUD dr R.
Goetheng Taroenadibrata Purbalingga
57
keluar dari kamar pasien. Selain tindakan –tindakan tersebut, perawat
sudah melakukan tindakan sesuai dengan SOP.
Berdasarkan hasil observasi saat tindakan inhalasi perawat tidak
melakukan hand hygiene sebelum tindakan, tidak memakai APD, dan
komunikasi dengan pasien dan keluarga masih minimal serta perawat
tidak memposisikan pasien menjadi fowler atau semifowler. Secara garis
besar, tindakan terapi inhalasi sudah sesuai dengan SOP.
Analisa
Berdasarkan analisa diatas, didapatkan bahwa beberapa tindakan
keperawatan di ruang cempaka masih belum sesuai dengan SOP.
Ketidaksesuaian pelaksanaan SOP dapat meningkatkan risiko infeksi
nosokomial sehingga perlu adanya perbaikan pelaksanaan SOP yang
berfokus pada patient safety disesuaikan dengan sarana prasarana dan
kondisi ruangan.Selain itu berdasarkan observasi di ruangan, dari 20
orang pasien yang dirawat di ruang Cempakahanya 3 pasien yang
mengenakan gelang identitas.Keluarga pasien mengatakan bahwa
sebelumnya perawat telah memberikan gelang identitas namun anak
merasa tidak nyaman sehingga dilepas.. Berdasarkan observasi, banyak
pengunjung anak yang masuk ke ruang Cempaka. Para pengunjung tidak
menempatkan alas kaki pada rak yang telah disediakan sehingga tampak
tidak rapih. Hal tersebut merupakan salah satu risiko timbulnya infeksi
nosokomial. Tidak tersedianya pengesat kaki di kamar mandi pasien,
lantai di depan kamar mandi licin sehingga memunculkan resiko cedera
karena jatuh.
3. Atraumatic Care
Terapi bermain
Salah satu metode pendidikan yang menyenangkan bagi anak-anak
yaitu melalui permainan yang mendidik.“Bermain” (play) merupakan
setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan,
tanpa mempertimbangkan hasil akhir.Bermain dilakukan secara suka rela,
dantidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.
Piaget menjelaskan bahwa bermain “terdiri atas tanggapan yang
diulang sekedar untuk kesenangan fungsional”. Menurut Bettelheim
58
kegiatan bermain adalah kegiatan yang “tidak mempuyai peraturan lain
kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang
dimaksudkan dalam realita luar”. Bermain secara garis besar dapat
dibagi ke dalam dua kategori, aktif dan pasif “hiburan”. Pada semua usia,
anak melakukan permainan aktif dan pasif. Proporsi waktu yang
dicurahkan ke masing-masing jenis bermain itu tidak bergantung pada
usia, tetapi pada kesehatan dan kesenangan yang diperoleh dari masing-
masing kategori. Meskipun umumnya permainan aktif lebih menonjol
pada awal usia prasekolah dan permainan hiburan ketika anak
mendekati masa puber, namun hal itu tidak selalu benar.
59
6 Apakah anda melakukan komunikasi terapeutik sebelum 5
melakukan tindakan ke pasien?
7 Apakah anda melakukan pengenalan alat kesehatan sebelum 3 2
melakukan tindakan ke pasien
8 Apakah anda mengetahui konsep atraumati care yang lain, selain 1 4
yang disebutkan diatas??
x 100% = 71
Analisa data
Kesimpulan dari analisis dari hasil kuesioner di atas terkait pengetahuan
konseptentang atraumatic care sebesar 71%. Secara penegtahuan perawat sudah
memiliki wawasan yang baik tentang atraumatic care.Namun saat melakukan
tindakan keperawatan, perawatjarang mengenalkan alat-alat kesehatan yang
digunakan pada anak serta keterlibatan orang tua juga masih belum maksimal.Saat
diwawancarai, perawat mengatakan bahwa terapi bermain tidak dilaksanakan
apabila tidak ada mahasiswa yang sedang praktik. Ruang terapi bermain tampak
kurang tertata dan penggunaannya kurang maksimal. Berdasarkan hasil observasi
di ruangan, kegiatan terapi musik yang dilakukan setiap pagi, suara musiknya
tidak terdengar ke seluruh ruangan.
60
Proses manajemen (MPKP)
a. Perencanaan
Kajian teori
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan
yang berisikan apa yang akan dilakukannya serta bagaimana, kapan
dan dimana akan dilaksanakannya (Marquis, 2000). Perencanaan
dibuat untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan
kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran
belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang
dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan kebijaksanaan dan
prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah
ditetapkan.
Unit perawatan merupakan unit terkecil dalam kegiatan
pelayanan rumah sakit. Perencanaan yang disusun mengacu kepada
kerangka utama rencana strategi rumah sakit dengan
mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang yang nyata dan
ancaman eksternal yang harus diantisipasi.
Kerangka perencanaan terdiri dari
1) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana
langkah mencapai visi
2) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi
3) Tujuan, berisikan tujuan yang ingin dicapai
4) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai
tujuan
5) Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan
6) Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang
menyimpang.
Model perencanaan meliputi :
1) Reactive planning, yaitu tak ada perencanaan, manajer langsung
melakukan tindakan begitu menemukan masalah. Perubahan yang
61
terjadi tidak pasti karena dipengauhi oleh masalah dan kondisi yang
ada
2) Inactive planning, yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan dengan
masalah yang muncul (telah ada bayangan atau perencanaan tetapi
dalam pelaksanaannya dilakukan sejalan dengan pekembangan
masalah.
3) Preactive planning, yaitu penyusunan perencanaan dengan
mengetahui rencana ke depan pencapaian target yang sudah pasti
(sudah jelas dan tidak berubah).
Ciri dari perencanaan ini adalah tujuan yang akan dicapai jelas,
tedapat pembatasan waktu perencanaan belangsung, terdapat
indikator pencapaian target, risiko dan ketidakpastian jelas.
4) Proactive planning, yaitu pembuatan perencanaan dengan
memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Masa
lalu digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun perencanaan
sekarang dan masa depan, masa sekarang sebagai pelaksanaan
perencanaan, dan masa depan merupakan perencanaan yang
disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan perencanaan masa lalu
dan sekarang.
Perencanaan meliputi:
1) Jangka pendek (target waktu dalam minggu/bulan)
Meliputi perubahan jadwal dinas (pagi, siang, malam) akibat
perubahan kondisi bangsal dan permintaan fasilitas yang segera
akibat kerusakan yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya
62
Meliputi pengembangan SDM baik perawat maupun non perawat,
penambahan peralatan, penambahan jumlah tenaga, cuti tahunan
dan sebagainya
Berdasarkan buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di RS
(Depkes RI, 1999), Tugas Kepala Ruang dalam perencanaan (P1)
meliputi:
1) Menyusun rencana kerja kepala ruang
2) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan
keperawatan di ruang rawat yang bersangkutan
3) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah
maupun kualifikasi untuk di ruang rawat, koordinasi dengan kepala
perawat instalasi/kepala instalasi.
Tugas kepala ruang dalam perencanaan ( RSUD Purbalingga, 2009)
meliputi:
a). Membuat jadwal dinas koordinasi dengan perawat primer
b). Membuat usulan pengembangan tenaga.
c). Mengajukan permintaan peralatan dan obat-obatan sesuai
kebutuhan
Tabel 2.14Kajian PlanningDi Ruang CempakaRSUD dr R Goeteng
TaroenadibrataPurbalingga
63
SDM. Karu bertugas mensosialisasikan hasil perencanaan ke staf
ruang.Setelah sosialisasi dilakukan karu beserta staf bertugas untuk
melaksanakan perencanaan yang telah diprogramkan.Perencanaan
jangka panjang melalui pengembangan SDM terutama perawat
diusulkan oleh kepala ruang dengan ketentuan yang telah diatur oleh
prosedur tetap dan disesuaikan dengan kebutuhan ruangan.Kepala
ruang setiap tahun juga melakukan evaluasi kegiatan dan kebutuhan di
ruangan untuk membuat rencana kegiatan dan rencana kebutuhan
tahun berikutnya.
Perencanaan jangka menengah dijadwalkan oleh kepala ruang
yang diketahui dan disetujui oleh kepala ruang dan kepala
IRNA.Kepala ruang memberikan kesempatan setiap perawat untuk
mengaukan jadwal perencanaan cuti yang disesuaikan dengan kedaan
ruangan serta diketahui oleh kepala ruang. Sedangkan untuk
perencanaan jangka pendek perubhan jadwal dinas dilakukan antar
perawat yang bersangkutan apabila ada keperluan yang mendesak
dengan diketahui oleh kepala ruang. Untuk kerusakan barang-barang
yang tidak dapat diperkirakan seperti telepon, tensimeter dll dapat
melaporkan langsung ke bagian teknik untuk dilakukan perbaikan.
Analisa Data :
Prose perencanan di ruang Cempaka sudah berjalan sesuai
dengan prosedur, yaitu melakukan koordinasi dengan unit pelayanan
terkait dengan melibatkan staf. Secara garis besar tidak ada masalah
dengan sistem perencanaan di ruang Cempaka.
b. Organizing
Kajian Teori
Di dalam pengorganisasian asuhan keperawatan dikenal
beberapa model pemberian asuhan keperawatan. Model Praktek
64
Keperawatan Profesional (MPKP) terdiri dari 5 elemen subsistem
(Hoffart and Woods, 1996) yaitu :
1. Nilai-nilai profesional
2. Pendekatan manajemen
3. Metode pemberian Askep
4. Hubungan profesional
5. Sistem kompensasi dan penghargaan.
Ada beberapa teori mengenai metode asuhan keperawatan care
dellivery system antara lain menurut teori Gillies (1989):
1. Metode Kasus (Total Care Method)
Disebut juga Total patient care, perawat mempunyai otonomi dan
tanggung jawab terhadap perawatan pasien selama shift kerja (±
8jam). Pasien menerima asuhan keperawatan yang diberikan secara
total dan tidak terfragmentasi atau terpecah-pecah. Metode ini lebih
mudah dikerjakan karena satu orang perawat hanya bertanggung
jawab pada satu atau dua orang pasien dan maksimal tiga,
tergantung dari tingkat kebutuhan pasien dan model ini
membutuhkan koordinasi diantara perawat-perawat yang
melakukan asuhan keperawatan.
Kelebihan dari metode kasus ini:
a) Sederhana dan langsung
b) Garis pertanggung jawaban jelas
c) Kebutuhan klien cepat terpenuhi
d) Memudahkan perencanaan tugas
Kerugian dari metode ini, yaitu:
a) Membutuhkan dana yang cukup tinggi (Costly), karena pada
pelaksanaannya memerlukan perawat pelaksana yang
mempunyai kemahiran, keterampilan dan profesionalisme
tinggi sehingga reward juga harus tinggi.
b) Memerlukan supervisi yang adekuat dari kepala ruang (charge
nurse)
65
c) Memerlukan kepala ruang (charge nurse) yang mampu
memberikan training yang baik kepada perawat pelaksana.
2) Metode Fungsional (functional nursing)
Perawat pelaksana hanya bertugas berdasarkan tugas tertentu (task
oriented).
Keuntungan dari metode ini, yaitu:
a) Lebih efisien
b) Tugas dapat segera diselesaikan
c) Sedikit kebingungan karena tugasnya hanya satu
d) Kebutuhan akan perawat profesional (register nurse) sedikit
sehingga dana yang dibutuhkan juga minimal.
Kerugian dari metode ini, yaitu:
a) Asuhan keperawatan menjadi terfragmentasi
b) Kepuasan kerja rendah
c) Tidak ada tantangan dalam melakukan tugas
d) Lebih banyak membutuhkan koordinasi, terutama supervisi dari
kepala ruang untuk menghindari kesalahan dalam pemberian
asuhan keperawatan
e) Keseluruhan asuhan keperawatan tidak diperhatikan karena
tanggung jawab hanya pada tugas yang dilakukan
3) Metode Tim (team nursing)
Metode ini menggunakan prinsip bahwa ada sekelompok perawat
pelaksana yang dipimpin oleh ketua tim dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada sekelompok pasien. Ketua Tim bertanggung
jawab kepada kepala ruang.
Keuntungan dari metode ini, yaitu:
a) Meningkatkan metode kolaborasi
b) Kebingungan akses ke pasien berkurang
Kerugian dari metode tim, yaitu:
a) Saat pelaksanaan rencana keperawatan yang dibuat oleh Ketua
Tim, kemungkin terjadi pelaksanaan yang tidak sesuai standar
asuhan keperawatan
66
b) Membutuhkan perencanaan dan komunikasi diantara anggota
tim, sehingga metode ini menjadi tidak efektif karena
membutuhkan banyak waktu
c) Jalur tanggung jawabmenjadi tidak jelas
d) Asuhan keperawatan terfragmentasi dan dapat terjadi
overlapping/nursing error.
4) Metode Primer (primary nursing)
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik
dalam suatu organisasi atau kelompok kerja dengan semua staf
keperawatan yang profesional. Pada pelaksanaannya hampir sama
dengan metode case method nursing atau total patient care.
Kebutuhan akan Register Nurse sangat tinggi. Pada metode ini
setiap perawat primer memberikan tanggung jawab secara
menyeluruh terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan.
Penanggung jawab adalah Perawat Primer (PN). PN harus
mempunyai kemampuan membina komunikasi antara pasien,
dokter, AN dan anggota tim kesehatan lain. Setiap PN merawat 4-6
pasien dan bertanggung jawab terhadap pasien selama 24 jam dari
pasien masuk sampai pasien pulang. Ada kontinuitas asuhan
keperawatan yang bersifat komprehensif dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam satu tim PN mempunyai beberapa
perawat pelaksana (associate nurse/AN) dan bila PN tidak ada,
perawatan dilanjutkan oleh AN.
Keuntungan dari metode primer, yaitu:
a) Tingkat kepuasan yang tinggi
b) Tingkat tanggung jawab dan otonomi jelas
c) Perawat tertantang dalam menyelesaikan masalah dan diberi
penghargaan
Kerugian dalam metode ini, yaitu:
a) Costly
67
b) Kesulitan dalam menentukan standar RN. Hal ini disebabkan
untuk mencapai standar, semua PN harus RN, dan hal ini
menjadi sulit karena kendala ekonomi sehingga RS tidak
mampu memberi reward yang cukup dan terjadi keterbatasan
tenaga.
Perawat Primer
68
Model keperawatan primer modifikasi didasarkan pada
beberapa alasan antara lain:
a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena
sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang
pendidikan S1 Keperawatan.
b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena
tanggung jawab pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada PN.
69
c) Mengajukan permintaan peralatan dan obat-obatan sesuai
kebutuhan
d) Memeriksa keadaan ruangan dan peralatan serta
menyusun laporan kerusakan, usulan perbaikan dan
pemeliharaannya
e) Menyusun data yang berhubungan dengan pelayanan
untuk membuat laporan harian, bulanan, triwulan serta
tahunan
f) Mengadakan rapat secara berkala untuk mengetahui
masalah dan mendapatkan cara penyelesaian agar
pelaksanaan pelayanan berjalan baik
g) Memberikan pengarahan, orientasi dan bimbingan
kepada staf baru/mahasiswa praktek di ruangan
h) Mengkoordinir pelaksanaan tata tertib, disiplin,
kebersihan dan keamanan ruangan.
i) Melaksanakan asuhan dengan menggunakan pendekatan
proses ilmiah
j) Membuat usulan nilai pra DP3 semua tenaga yang
menjadi tanggung jawabnya
k) Membuat usulan pengembangan tenaga
l) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
dalam rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan di
instalasi
m) Membagi staf keperawatan ke dalam grup MPM sesuai
dengan kemampuan dan beban kerja
n) Membuat jadwal dinas koordinasi dengan perawat
primer (PN)
o) Membagi pasien kepada grup MPM sesuai kemampuan
dan beban kerja
p) Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas perawat
primer dan perawatan asosiet (PN & AN)
70
q) Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf
untuk mencapai kinerja yang optimal
r) Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan dan
pelayanan dengan mengevaluasi melalui berbagai
metode evaluasi peningkatan mutu
s) Berperan sebagai konsultan/pembimbing bagi perawat
primer (PN)
t) Mendelegasikan tugas pada sore, malam, dan hari libur
kepada penanggung jawab tugas jaga ruangan
u) Membuat laporan pelaksanaan tugas secara
berkala/insidentil
v) Bertanggung jawab terhadap kelengkapan entry data
dalam billing system.
71
2) Bersama AN menerima operan tugas jaga dari AN yang
tugas jaga malam
3) Bersama AN melakukan konfirmasi /Supervisi tentang
kondisi pasien segera setelah selesai operan tugas jaga
setiap pasien.
4) Bersama AN melakukan do’a bersama sebagai awal dan
akhir tugas, dilakukan setelah selasai operan tugas jaga
malam.
5) Melakukan pre conference dengan semua AN yang ada
dalam grupnya pada setiap awal dinas pagi
6) Membagi tugas / pasien kepada AN sesuai kemampuan
dan beban kerja.
7) Melakukan pengkajian, menetapkan masalah/diagnosa
dan perencanaan keperawatan kepada semua pasien yang
menjadi tanggungjawabnya dan ada bukti direkam
keperawatan.
8) Memonitor dan membimbing tugas AN.
9) Membantu tugas AN untuk kelancaran pelaksanaan
asuhan pasien
10) Mengoreksi, merevisi dan melengkapi catatan askep
yang dilakukan oleh AN yang ada dibawah tanggung
jawabnya.
11) Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai
tujuan yang ada dalam perencanaan asuhan keperawatan
dan ada bukti dalam rekam keperawatan.
12) Melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas
dan menerima laporan akhir tugas jaga dari AN untuk
persiapan operan tugas jaga berikutnya.
13) Mendampingi AN dalam operan tugas jaga kepada AN
yang tugas jaga berikutnya.
72
14) Memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup /yang
akan merawat selama pasien dirawat kepada pasien/kel.
Baru.
15) Menyelenggarakan diskusi kasus/conference dengan
dokter/tim kes. Lain setiap seminggu sekali.
16) Menyelenggarakan diskusi kasus /conference dalam
pertemuan rutin keperawatan di ruangan minimal
sebulan sekali.
17) Menyelenggarakan diskusi kasus/conference sesuai
prosedur.
18) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
dalam rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan
19) Menggantikan tugas PJ ruang pada pagi hari jika PJ tidak
ada.
20) Mendelegasikan tugas perawat primer pada sore, malam,
hari libur kepada perawat asosiete
21) Memberikan bimbingan mahasiswa praktek yang ada
dalam groupnya dalam rangka orientasi dan pelaksanaan
praktek keperawatan.
22) Perawat primer menginformasikan peraturan dan tata
tertib yang berlaku pada pasien/keluarga.
23) Perawat primer melakukan visite/monitoring
perkembangan pasien dan memberitahukan serta
menyiapkan pasien yang akan pulang
24) Perawat primer meneriama konsultasi/keluahan
pasien/keluarga dan berupaya mengatasinya, serta
memfasilitasi pelaksanaan konsultasi dengan dokter
25) Perawat primer membuat laporan tugas kepada Karu
setiap akhir tugas tentang kondisi pasien dan masalah
yang ada
26) Mengikuti pertemuan ilmiah/rutin yang diselenggaraan
RS di lingkungan tugasnya
73
27) Betanggung jawab atas kelengkapan entry data dalam
Billing System.
Tanggung Jawab Primary Nurse :
1. Kebenaran kajian data, diagnosa dan rencana keperawatan
a. Kebenaran kajian data keperawatan
b. Kebenaran diagnosis
c. Kebenaran rencana keperawatan
2. Kebenaran layanan asuhan, evaluasi dan resume
keperawatan
a. Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan tindakan
keperawatan
b. Kebenaran evaluasi keperawatan
c. Kebenaran resume keperawatan
3. Kebenaran dan ketetapan pendidikan/penyuluhan kesehatan
pada pasien
4. Pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien dengan kolaborasi
tim kesehatan lain
5. Kelengkapan dan kebenaran informasi kepada pasien
tentang dokter dan perawat yang bertanggung jawab, jadwal
konsultasi & rencana tindakan yang akan dilakukan &
rencana perawatan setelah pasien pulang
6. Kelengkapan dan kebenaran isian dokumen asuhan
keperawatan
7. Kebenaran bimbingan dan arahan kepada perawat asosiet
dan mahasiswa praktek klinik keperawatan
8. Kebenaran dan kelengkapan laporan dan dokumen asuhan
keperawatan
Wewenang Primary Nurse :
1) Mengatur dan membimbing dan memberikan arahan tugas
kepada AN/mahasiswa PKK yang menjadi tanggung
jawabnya
74
2) Meminta bahan dan perangkat kerja yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan asuhan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
pasien
3) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan
4) Melakukan konsultasi dan koordinasi tugas dengan
penanggung jawab ruang dan PN lain
5) Melakukan asuhan dan pelayanan yang komprehensif dan
prima kepada semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
6) Mendelegasikan tugas pada AN bila sedang tidak bertugas.
75
5) Membagi pasien kepada grup MPM sesuai kemampuan dan
beban kerja
6) Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas asuhan dan
pelayanan
7) Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf
untuk mencapai kinerja yang optimal
8) Melakukan upaya peningatan mutu asuhan dan pelayanan
9) Berperan sebagai konsultan dari perawat asosiet (AN) pada
saat PN tidak bertugas.
Tanggung Jawab Penanggung Jawab Tugas Jaga:
1) Ketepatan koordinasi tugas asuhan dan
pelayanan di ruangan
2) Kebenaran arahan tugas staf dan mahasiswa
3) Kelancaran memfasilitasi kebutuhan yang
diperlukan untuk asuhan dan pelayaan
4) Kelancaran layanan dan asuhan yang
komprehensif dan prima
5) Kelancaran pelaksanaan pendelegasian tugas
Pj. Ruang keperawatan pada sore, malam dan hari libur
6) Kebenaran dan ketepatan penggunaan
sumber daya yang efisien dan efektif
7) Kebenaran laporan pelaksanaan kegiatan
asuhan dan pelayanan keperawatan.
Wewenang Penanggung Jawab Tim:
1) Mengatur dan membimbing dan memberikan
arahan anggota tim/mahasiswa PKK yang menjadi tanggung
jawabnya
2) Meminta bahan dan perangkat kerja yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan asuhan dan pelayanan sesuai
dengan kebutuhan pasien
3) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan
76
4) Melakukan konsultasi dan koordinasi tugas
dengan penanggung jawab ruang dan PN lain
5) Melakukan asuhan dan pelayanan yang
komprehensif dan prima kepada semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
6) Mendelegasikan tugas pada AN bila sedang
tidak bertugas.
Tugas Pokok Assosiate Nurse ( AN ) :
1) Melaksanakan asuhan keperawatan pasien di ruang rawat
inap
2) Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan
keluarga
4) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
5) Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian
6) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan
guna peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang
rawat inap
7) Mendukung terlaksananya program Patient Safety
Uraian Tugas Assosiate Nurse (AN):
1) Melakukan doa bersama setiap awal dan akhir tugas yang
dilakukan setelah selesai serah terima operan tugas jaga.
2) Mengikuti pre konference yang dilakukan PN setiap awal
tugas pagi.
3) Melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawab dan ada bukti direkam
keperawatan.
4) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti direkam
keperawatan.
5) Melakukan konsultasi tentang masalah pasien kepada PN.
77
6) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti
direkam keperawatan.
7) Menerima keluhan pasien dan keluarga dan berusaha untuk
mengatasinya.
8) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien
yang menjadi tanggung jawabnya.
9) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan setiap akhir tugas
pada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan
ada bukti direkam keperawatan.
10) Mengikuti post konference yang diadakan oleh PN pada
setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi/perkembangan
semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya kepada PN
dan ada bukti di rekam keperawatan
11) Bila PN tidak ada, wajib mengenalkan AN yang ada dalam
satu group yang akan memberikan asuhan keperawatan pada
jaga berikutnya kepada pasien/keluarga baru.
12) Mengkuti diskusi kasus/conference dalam pertemuan rutin
13) Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN
14) Melaksanakan tugas PN pada sore, malam, dan hari libur
15) Berkoordinasi dengan Pj tugas jaga apabila ada kesulitan
tentang pelayanan
16) Bertanggung jawab atas kelengkapan entry data dalam
Billing System.
Tanggung Jawab Assosiete Nurse (AN ):
1) Kebenaran asuhan keperawatan meliputi kajian diagnosis,
rencana tindakan keperawatan
2) Kebenaran dan ketepatan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang komprehensif dan prima
3) Kelengkapan bahan dan peralatan kesehatan
4) Kebenaran isian rekam keperawatan
78
5) Kebenaran infomasi/bimbingan/penyuluhan kesehatan
kepada pasien/keluarga
6) Ketepatan penggunaan sumber daya secara efisien dan
efektif
Wewenang Assosiete Nurse (AN) :
1) Memeriksa kelengkapan dan alat yang diperlukan
2) Meminta bahan dan perangkat kerja sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan tugas
3) Melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa dan
perencanaan keperawatan bagi pasien baru pada saat PN
tidak bertugas sore, malam, dan hari libur
4) Melakukan asuhan keperawatan pasien
5) Melaporkan asuhan keperawatan pasien ke Pj tugas jaga dan
Perawat Primer (PN)
Kajian data
Tabel 2.15Kajian Organizing Di Ruang Cempaka RSUD dr R Goeteng
TaroenadibrataPurbalingga
No Standar Dokumen Keterangan
1 Pembagian Tugas Ada Dilakukan oleh ketua tim dengan
diketahui kepala ruang
2 Pendelegasian Tugas Ada
3 Koordinasi tugas Ada Dilakukan sesuai tugas dan
wewenang masing-masing staf yang
sudah ditentukan sebelumnya
4 Pengaturan/manajemen waktu Ada
5 Pengaturan dan pengendalian Ada Ditentukan bersama antara pihak
situasi tempat praktik akademik dengan pihak rumah sakit
6 Memberi wewenang kepada tata Ada
usaha untuk mengurus
administrasi klien
7 A. Pelaksanaan Tugas
1. Pelaksanaan tugas kepala Tidak Ada Hasil kajian mencapai 85,64%
ruang keperawatan
2. Pelaksanaan tugas primary Tidak Ada Hasil kajian mencapai 62,38%
nurse Tidak Ada
3. Pelaksanaan tugas perawat Hasil kajian mencapai 81,48%
assosiet Tidak Ada
B. Hubungan profesional
Tidak Ada Hasil kajian mencapai 73%
79
1. Pelaksanaan serah terima
tugas jaga Tidak Ada Hasil kajian mencapai 82%
2. Pelaksanaan meeting
morning Tidak Ada Hasil kajian mencapai 59,3%
3. Pelaksanaan pre
conference Hasil kajian mencapai 50,35%
4. Pelaksanaan post
Tidak Ada
conference
Tidak Ada Hasil kajian mencapai 94 %
5. Pelaksanaan ronde
keperawatan
80
seluruhnya optimal, terutama pendokumentasian sehingga perawat
seakan hanya melakukan tindakan keperawatan yang insidentil dan
rutinitas.
Penunjukan Ketua Tim (Primary Nursing) berdasarkan masa
kerja dan pendidikan serta faktor kedisiplinan atau prestasi kerja.
Begitu pula dalam pembagian shift, faktor masa kerja atau
senioritas tetap dipakai, hal ini untuk mengantisipasi kejadian-
kejadian selama pelaksanaan shift yang bersangkutan dan biasanya
senior ini didampingi oleh perawat yang lebih yunior.
Serah terima tugas operan jaga antar shift jaga masih
dilakukan antar perawat yang waktu itu sudah datang atau ada
(Kepala Ruang, PN, AN) dan masih belum lengkap materi yang
dilaporkan. Untuk kelancaran pelayanan keperawatan,
pengorganisasian di Ruang Cempaka dilakukan dengan cara:
1) Tugas pelayanan keperawatan dilakukan oleh tim primer
modifikasi
2) Tugas perawat dibantu oleh petugas administrasi dan
housekeeping.
Jumlah tenaga yang ada di ruang Cempaka RSUD
purbalingga adalah sebanyak 18 orang termasuk penanggung jawab
ruangan dan dibagi dalam 3 shift, rata-rata pembagian tiap shift:
Pagi 5 orang di tambah 1 orang administrasi dan 1 orang
housekeeping. Sedangkan untuk shift sore terdiri dari 3 orang
perawat dan shift malam 3 orangperawat.
81
4. Membagi pasien kepada masing-masing group Metode Tim 3 2
Modifikasi (MTM) sesuai dengan kemampuan dan beban
kerja
5. Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas Ka. TIm dan 3 2
PA
6. Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf kep. 3 2
untuk mencapai kinerja yang optimal
7. Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan kep. dengan 2 1 2
melakukan evaluasi melalui angket setiap pasien pulang
8. Mendelegasikan tugas kepada PA pada jaga malam S/M/HL 4 1
9. Berperan sebagai konsultan 5
JUMLAH 28 12 11 2
x 100% = 88%
Analisa data
Hasil perhitungan tabel 2.16 menunjukkan nilai tugas kepala
ruang sudah baik yaitu 97%. Tugas kepala ruang sebagian besar sudah
dilakukan dengan intensitas selalu dilakukan. Meskipun demikian,
pada poin upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan dengan
melakukan evaluasi melalui angket setiap pasien pulang tidak selalu
dilakukan.
82
6. Membagi pasien/tugas pada anggota group sesuai kemampuan 3 2
dan beban kerja
7. Melakukan pengkajian, menetapkan masalah/diagnosa dan 2 3
perencanaan keperawatan semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
8. Memonitor dan membimbing tugas PA 5
9. Membantu tugas PA untuk kelancaran pelaksanaan asuhan pasien 3 2
10. Mengoreksi, merevisi dan melengkapi catatan askep yang 5
dilakukan oleh PA yang ada dibawah tanggung jawabnya
11. Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai dengan 1 1 3
tujuan yang ada dalam perencanaan askep di rekam keperawatan
12. Melaksanakan post conference setiap akhir dinas dan menerima 2 1 2
lapoan akhir tugas jaga dari PA pada groupnya untuk persiapan
operan tugas jaga berikutnya
13. Mendampingi PA dalam operan tugas jaga kepada group yang 2 3
tugas berikutnya
14. Memperkenalkan anggota group yang ada dalam satu grup/yang 3 1 1
akan merawat selama pasien dirawat pada klien/keluarga baru
15. Mendelegasikan tugas kepada PA pada S/M/HL 1 2 1 1
16. Melaksanakan pendelegasian tugas Ka Ruang pagi hari bila tidak 3 1 1
bertugas
17. Melaksanakan studi kasus dengan dokter dan tim kesehatan lain 2 2 1
tiap minggu
18. Melaksanakan studi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di 5
ruang minimal sebulan sekali
19. Menyelenggarakan diskusi kasus sesuai prosedur 2 3
83
Tabel 2.18Penilaian Pelaksanaan Tugas Perawat Assosiet Di Ruang
Cempaka RSUD dr R Goeteng TaroenadibrataPurbalingga
OBSERVASI
No VARIABEL YANG DINILAI
SL SR KD TP
1. Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari dan 5
kepada PA yang ada dalam satu group
2. Melakukan konfirmasi/supervisi tentang kondisi pasien segera 3 2
setelah operan
3. Melakukan doa pada awal dan akhir dinas 2 2 1
4. Mengikuti pre confeence yang diadakan oleh PA tiap dinas pagi 5
5. Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi 3 1 1
tanggungnjawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
6. Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam 3 2
keperawatn
7. Melakukan konsultasi tentang masalah klien/klg kepada Ka. Tim 2 1 2
8. Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada 3 2
pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada di bukti rekam
keperawatan
9. Menerima keluhan klien/klg dan berusaha mengatasinya 2 2 1
10. Melengkapi catatan askep pada semua pasien yang menjadi 3 2
tanggung jawabnya
11. Melakukan evaluasi askep setiap akhir tugas pada semua pasien 2 3
yang menjadi tanggung jawabnya dan ada di bukti rekam
keperawatan
12. Mengikuti post conference yang dilakukan oleh PP pada akhir 3 2
tugas dan melaporkan kondisi dan perkembangan semua pasien
yang menjadi tanggung jawabnya pada PP
13. Bila PP tidak ada, wajib mengenalkan anggota group yang ada 2 3
dalam satu gup yang akan memberikan askep pada jaga
berikutnya kepada klien/klg
14. Berkoordinasi dengan PP/Ka. Ruang/dokter/tim keehatan lain 3 2
bila ada masalah klien pada S/M/HL
15. Mengikuti diskusi kasus dengan tim kesehatan lain tiap satu 3 2
minggu sekali
16. Melaksanakan tugas pendelegasian PP pada sore, malam dan atau 3 1 1
hari libur
17. Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di 2 3
ruangan
18. Melaksanakan tugas lain sesaui uraian tugas anggota tim 2 2
JUMLAH 45 24 15 3
84
x 100% = 78 %
Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi didapatkan pelaksanaan tugas AN
terlaksana 79 %. Setelah dilakukan observasi ada beberapa aspek yang di
observasi belum optimal yaitu:
1)Melakukan doa pada awal dan akhir dinas
2)Mengikuti diskusi kasus dengan tim kesehatan lain tiap satu minggu
sekali
3)Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di ruangan
4)Selama periode pengamatan AN tidak pernah melakukan pendidikan
kesehatan kepada pasien dalam bentuk formal dan hal ini juga diperkuat
dengan tidak adanya dokumentasi keperawatan yang mencatat kegiatan
pendidikan kesehatan.
85
Berdasarkan hasil observasi didapatkan pelaksanaan meeting morning
mencapai 82%. Namum ada beberapa hal yang harus ditingkatkan yaitu:
1) Karu memberikan arahan pada staf dengan materi yang telah
disiapkan sebelumnya
2) Karu memberikan klarifikasi apa yang telah disampaikan pada
staf
3) Karu memberi motifasi dan reinforcement pada staf
No OBSERVASI
VARIABEL YANG DINILAI
SL SR KD TP
1. Menyiapkan tempat untuk pre coference 4 1
2. Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung jawab 3 2
3. Menjelaskan tujuan dilakukan post conference 1 3 1
4. Memandu pelaksanaan pre conference 3 2
5. Menjelaskan masalah keperawatan pasien dan rencana 2 3
keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya
6. Membagi tugas pada PA sesuai kemampuan yang dimiliki 1 3 1
dengan memperhatikan keseimbangan kerja
7. Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan 2 3
keperawatan pasien/tindakan
8. Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian 1 4
masalah yang sedang didiskusikan
9. Mengklarifikasikan kesiapan PA untuk melaksanakan asuhan 2 3
keperawatan pada pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
10 Memberikan reinforcemen positif pada PA 4 1
11 Menyimpulkan hasil post conference 1 3 1
JUMLAH 15 16 21 3
SL : Selalu; SR: Sering; KD : kadang – kadang ; TP : tidak pernah
Sistem penilaian dari kuisioner di atas menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah nilai kuisioner X 100 = ...%
Jumlah kuisioner tertinggi
x 100% = 59,3 %
Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi didapatkan nilai sebesar 59,3%, hasil ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan pre-conference masih belum maksimal.
Beberapa hal yang masih memerlukan perbaikan antara lain: menyiapkan
tempat untuk pre coference, menjelaskan tujuan dilakukan post conference,
membagi tugas pada PA sesuai kemampuan yang dimiliki dengan
86
memperhatikan keseimbangan kerjamendiskusikan cara dan strategi
pelaksanaan asuhan keperawatan pasien/tindakan, mendiskusikan cara dan
strategi pelaksanaan asuhan keperawatan pasien/tindakanmemotivasi untuk
memberikan tanggapan dan penyelesaian masalah yang sedang
didiskusikan, mengklarifikasikan kesiapan PA untuk melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien yang menjadi tanggung jawabnya, menyimpulkan
hasil pre conference.
x 100% = 50,3 %
Analisa Data
87
yang menjadi tanggung jawab; Menyimpulkan hasil post conference;
Mengklarifikasi pasien sebelum melakuakan operan tugas jaga shift
berikutnya (melakukan ronde keperawatan)
Meeting Morning, Pre dan Post Conference
Berdasarkan hasil observasi meeting morning, pre, dan
postconference selama 3 hari (12 -14Maret 2018) dapat dijelaskan bahwa
Ruang Cempaka telah terbiasa melaksanakan kegiatan tersebut setiap pagi.
Meskipun demikian, pelaksanaannya perlu ditingkatkan sesuai dengan poin
yang telah dijelaskan sebelumnya.
4. Ronde Keperawatan
Kajian Teori
Peningkatan mutu pelayanan keperawatan pada klien secara
profesional dapat membantu klien dalam mengatasi masalah keperawatan
yang dihadapi.Salah satu bentuk penataan sistem pemberian pelayanan
keperawatan adalah melalui pengembangan model praktik keperawatan
yang ilmiah dan sering disebut sebagai model praktik keperawatan
professional (MPKP), (Sitorus, R & Nurachmah, 2005). Salah satu metode
yang diterapkan pada MPKP adalah dengan memperhatikan seluruh
88
kebutuhan maupun keluhan yang dirasakan klien kemudian
mendiskusikannya dengan tim keperawatan untuk merencanakan
pemecahan masalahnya.
Pelayanan keperawatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai
hal tersebut adalah dengan ronde keperawatan. Dimana ronde keperawatan
merupakan sarana bagi perawat baik perawat primer maupun perawat
assosiate untuk membahas masalah keperawatan yang terjadi pada klien
yang melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan termasuk konsultan
keperawatan. Melalui ronde keperawatan, perawat dapat meningkatkan
kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotor sehingga mempengaruhi
kualitas pelayanan kesehatan.Salah satu tujuan dari kegiatan ronde
keperawatan adalah meningkatkan patient safety sehingga tercapai
kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
NO PERTANYAAN YA % TIDA %
K
1 Apakah anda mengetahui apakah itu 5 100
ronde keperawatan? %
2 Apakah ronde keperawatan sudah 2 40% 3 60%
menjadi rutinitas di ruangan anda
bekerja?
3 Apakah anda pernah melihat 5 100
pelaksanaan ronde keperawatan? %
4 Apakah anda pernah melaksanakan 5 100
ronde keperawatan? %
5 Sebagai perawat, apakah ronde 5 100
keperawatan bermanfaat? %
6 Apakah kepala ruang melakukan 5 100
pengarahan terhadap ronde %
keperawatan?
7 Apakah kepala ruang melakukan 5 100
bimbingan dalam melaksanakan ronde %
keperawatan?
8 Apakah kepala ruang melakukan 5 100
observasi selama pelaksanaan ronde %
keperawatan?
9 Apakah kepala ruang melakukan 5 100
evaluasi pelaksanaan ronde %
keperawatan?
89
10 Apakah ronde keperawatan yang telah 5 100
dilakukan di ruangan sudah sesuai? %
JUMLAH %
94
Analisis
Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa ronde keperawatan
di ruang Cempaka sudah berjalan dengan baik.
c. Actuating
Kajian teori
Actuating/directing tidak lepas dari kemampuan manajer/pimpinan
untuk bisa mengarahkan stafnya ataupun bawahannya untuk menjalankan
fungsi masing-masing dengan baik (Adikoesoema, 1994).
Adikoesoema (1994) menjelaskan beberapa cara manajer merangsang
bawahannya agar pelaksanaan kegiatan meningkat dalam rangka mencapai
tujuan organisasi:
1) Motivasi
Motivasi atau memotivasi merupakan proses dengan apa seseorang
manajer merangsang bawahannya untuk bekerja dalam rangka mencapai
sasaran organosatoris. Teori model motivasi yang perlu diterapkan dalam
rangka mencapai sasaran organisasi adalah :
a) Model tradisional: menaikkan sistem upah untuk
memotivasi para karyawan
b) Model hubungan antar manusia: kontak sosial yang
dialami karyawan baik di alam kerja maupun di luar jam kerja juga
mempunyai arti penting
2) Kemampuan Individu
Untuk memajukan organisasi/perusahaan disamping motivasi juga
penting untuk menelaah kemampuan individu. Bila sudah menjadi karyawan
tentu tugas manajer meng-upgrade, mengadakan training, kursus dan
sebagainya secara berkelanjutan untuk memajukan pengetahuannya.
Menurut buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di Rumah Sakit
tugas Kepala ruang sebagai penggerak dan pelaksanaan (P2) terdiri dari :
90
a) Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan di
ruang rawat, melalui kerja sama dengan petugas lain yang bertugas
diruang rawatnya.
b) Menyusun jadual/daftar dinas tenaga keperawatan dan tenaga lain
sesuai kebutuhan pelayanan dan peraturan yang berlaku di RS.
c) Melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawatan baru/tenaga
lain yang akan kerja di ruang rawat.
d) Memberikan orientasi kepada siswa/mahasiswa keperawatan yang
menggunakan ruang rawatnya sebagai lahan praktek.
e) Memberi orientasi kepada pasien/keluarganya meliputi: penjelasan
tentang peraturan RS, tata tertib ruang rawat, fasilitas yang ada dan cara
penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari.
f) Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan
pelayanan/asuhan keperawatan sesuai standar.
g) Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-waktu dengan staf
keperawatan dan petugas lain yang bertugas di ruang rawatnya.
h) Memberi kesempatan/ijin kepada staf keperawatan untuk
mengikuti kegiatan ilmiah/penataran dengan koordinasi kepala
instalasi/kepala bidang perawatan.
i) Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai
kebutuhan berdasarkan ketentuan/kebijaksanaan RS.
j) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar selalu
dalam keadaan siap pakai.
k) Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter,
khususnya bila ada perubahan program pengobatan pasien.
l) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang
rawat menurut tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi untuk kelancaran
pemberian asuhan keperawatan.
m) Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan asuhan
keperawatan dan kegiatan lain secara tepat dan benar, hal ini penting
untuk tindakan keperawatan.
91
n) Memberi motivasi kepada petugas dalam memelihara kebersihan
lingkungan di ruang rawat.
o) Meneliti/memeriksa pengisian daftar permintaan makanan pasien
berdasarkan macam dan jenis makan pasien.
p) Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian makanan pasien
sesuai dengan program dietnya.
Teori pengarahan SDDM:
a) Teori X
Teori ini menganggap karyawan adalah orang yang malas hingga harus
diarahkan dengan paksaan bahkan dengan ancaman atau hukuman.
b) Teori Y
Teori ini menganggap bahwa rata-rata karyawan senang bekerja asal
diberi rangsangan dan dihargai, mempunyai kemauan dan dedikasi yang
tinggi asal diajak komunikasi yang baik serta imbalan yang baik.
c) Teori Z
Teori ini menyatakan bahwa peran serta semua jajaran karyawan
merupakan kunci suksesnya produktivitas dari suatu organisasi. Untuk
mencapai sasaran tersebut, perlu 3 hal penting:
1) Motivasi
2) Kemampuan individu
3) Sistem manajemen
Kajian data
Tabel 2.24 Kajian Actuating Di Ruang Cempaka RSUD dr R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga
No Standar Data Keterangan
1 Pengarahan Dilakukan Pengarahan selalu diberikan
kepada staf baik dalam forum
formal maupun informal,
pengrahan diberikan pada saat
meeting moorning.
2 Supervisi staf Dilakukan Supervisi dilakukan dari pihak
supervise bagian keperawatan,
kepala ruang maupun ketua tim.
3 Koordinasi Dilakukan Pola koordinasi mengacu pada
struktur yang sudah dibuat
sebelumnya
92
4 Orientasi staf Dilakukan Dilakukan ketika ada staf baru
dan orientasinya meliputi
ruangan, obat-obatan.
5 Orientasi mahasiswa Dilakukan Dilakukan setiap ada praktikan
praktek baru, tetapi yang melakukan CI.
6 Orientasi pasien/keluarga Tidak Tidak dilakukan orientasi saat
dilakukan ada pasien baru karena padatnya
kegiatan di dalam ruangan.
7 Memobilisasi sumber daya Dilakukan
yang ada untuk mencapai
tujuan
8 Memberi motivasi kepada Tidak Tidak dilakukan karena sudah
anggota dilakukan merupakan tindakan rutin.
9 Membuat keputusan Dilakukan Dilakukan dari keputusan
bersama( musyawarah)
10 Manajemen konflik Dilakukan Dilakukan dengan cara berbicara
empat mata , pendekatan. kalau
tidak dapat diselesaikan
langsung diserahkan oleh kepala
bidang keperawatan.
11 Menelaah kemampuan Dilakukan Dilakukan pada saat 1 tahun 1
individu kali.
12 Membimbing tenaga Dilakukan Dilakukan pada saat ada
keperawatan informasi dan dilakukan pada
waktu meeting moorning.
13 Mengadakan pertemuan Dilakukan Pertemuan dilakukan rurin setiap
berkala/sewaktu-waktu 2 bulan sekali, namun ketika ada
dengan staf keperawatan masalah urgent yang harus
dan petugas lain yang dibahas maka pertemuan bisa
bertugas diruang rawatnya diadakan secara mendadak
14 Memberi kesempatan/ijin Dilakukan Diberikan dengan
kepada staf keperawatan mempertimbangkan kebutuhan
ruangan dan mencari pengganti
yang sedang libur.
15 Mengupayakan pengadaan Dilakukan Dilakukan hanya pada peralatan,
peralatan dan obat-obatan hanya kalau obat-obat sudah pernah
sebagian diberikan tetapi tidak efektif jadi
tidak pernah diberikan.
16 Mendampingi visite dokter Dilakukan Dilakukan setiap ada visite
dan mencatat instruksi dokter
dokter
17 Mengelompokan pasien Dilakukan Dilakukan saat ada pasien yang
dan mengatur memerlukan tempat infeksius.
93
penempatannya di ruang
rawat menurut tingkat
kegawatan, infeksi/non
infeksi untuk kelancaran
pemberian asuhan
keperawatan
18 Mengendalikan kualitas Dilakukan
sistem pencatatan dan
pelaporan asuhan
keperawatan
19 Meneliti pengisian Dilakukan Dilakukan oleh petugas
formulir sensus harian administrasi tetepi belum ada
pasien di ruang rawat format baku.
20 Meneliti/memeriksa Dilakukan Dilakukan oleh kepala ruagann
pengisian daftar dan petugas gizi .
permintaan makanan
pasien berdasarakan
macam dan jenis makanan
pasien
21 Menyiapkan berkas Dilakukan Dilakukan setiap persiapan
catatan medik pasien pergantian shift dan ketika visite
dokter
22 Membimbing Dilakukan Sesuai jadwal yang disepakati
siswa/mahasiswa antara pihak akademik dan
keperawatan yang rumah sakit
menggunakan ruang
rawatnya sebagai lahan
praktek
23 Memberi penyuluhan Tidak Penyuluhan kesehatan
kesehatan Dilakukan ditugaskan pada pengendalian
mutu
24 Melakukan serah terima Dilakukan
pasien dan lain-lain pada
saat pergantian dinas
Analisa data
Penggerakan dan pelaksanaan dilakukan oleh kepala ruang Cempaka
dengan memberikan komando, arahan dan bimbingan kepada seluruh staf.
Hal ini dilakukan rutin setiap saat sesuai kondisi dan setiap bulan dan
94
didokumentasikan di buku notulen rapat ruangan. Kepala ruang juga
mengkomunikasikan, mengkoordinasikan dan melakukan bekerjasama yang
baik antara staf, PN dan didalam melaksanakan tugasnya.
Orientasi pasien dan keluarga selama ini belum dilakukan secara
formal diruangan khusus, orientasi hanya sebatas pemberian informasi
mengenai ruangan dan fasilitas yang ada. Pembuatan jadwal dinas
dilaksanakan oleh kepala ruang dengan mengikutkan perawat ruangan dan
perawat primer. Penggerakan yang tidak dilakukan yaitu melakukan
penyuluhan kesehatan kepada pasien atau keluarga pasien kurang optimal.
d. Controlling
Kajian Teori
Nursalam (2002), pengawasan melalui komunikasi, mengawasi dan
berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Kegiatan supervise meliputi:
1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga
2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang
dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang
pelaksanaan tugas.
3) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
4) Audit keperawatan
Menurut buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di RS
bahwa, tugas kepala ruang yaitu sebagai Pengawasan, Pengendalian dan
Penilaian (P3) meliputi :
95
1) Mengendalikan dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang
telah ditentukan.
2) Mengawasi dan menilai siswa/mahasiswa keperawatan untuk
memperoleh pengalaman belajar sesuai tujuan program bimbingan
yang telah ditentukan.
3) Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada dibawah
tanggung jawabnya.
4) Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga
keperawatan, peralatan dan obat-obatan.
5) Mengawasi dan menilai mutu asuhan keperawatan sesuai standar yang
berlaku secara mandiri atau koordinasi dengan tim pengendalian mutu
asuhan keperawatan.
Untuk keperluan mengevaluasi hasil kerja diperlukan terlebih dahulu
persiapan:
1) Standard operation procedure.
2) Standar/pedoman diagnosis dan terapi.
3) Indikator penilaian penampilan
Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi terakhir
dari proses manajemen. Ada 3 macam pengawasan yaitu :
1) Pengendalian pendahuluan, yaitu pengendalian ini dipusatkan pada
permasalahan pencegahan timbulnya penyimpangan-penyimpangan
dari bawahan terhadap kinerja pemberi pelayanan keperawatan, baik
sumber daya, SDM, bahan/alat maupun dana.
2) Concurent control, pengendalian ini berlangsung saat pekerjaan
berlangsung guna memastikan sasaran tercapai.
3) Feedback control. Pengendalian ini untuk mengontrol terhadap hasil
dari pekerjaan yang telah diselesaikan, jika ada penyimpangan akan
merupakan pelajaran untuk aktifitas yang sama di masa yang akan
datang.
96
1 Pengawasan langsung melalui Dilakukan
inspeksi
2 Pengawasan langsung melalui laporan Dilakukan Dilakukan pada
langsung secara lisan saat operan jaga
3 Pengawasan langsung melalui laporan Tidak
tertulis dilakukan
4 Pengawasan kelemahan yang ada Dilakukan
5 Pengawasan tidak langsung dengan Dilakukan Dilakukan setiap
mengecek daftar hadir perawat yang shift
ada
6 Pengawasan tidak langsung dengan Dilakukan
membaca dan memeriksa rencana
keperawatan
7 Pengawasan dengan mendengar Tidak
langsung dari PN dilakukan
8 Evaluasi upaya pelaksanaan Dilakukan
9 Membandingkan dengan rencana Dilakukan
keperawatan yang telah disusun
bersama dengan PN
10 Pengawasan yang dilakukan oleh
kepala ruang: Dilakukan Dilakukan ketika
Sosialisasi kebijakan Dilakukan meeting morning
Mengatur dan mengendalikan
pelaksanaan kebijaksanaan Dilakukan
Mengecek kelengkapan
inventaris peralatan
Mengecek obat-obatan yang Dilakukan
tersedia Dilakukan
Melakukan supervisi Dilakukan
Menilai pelaksanaan asuhan
keperawatan yang telah
Tidak Tidak dilakukan
dilakukan
dilakukan karena sudah ada
Menilai siswa/mahasiswa
Dilakukan CI yang menilai.
keperawatan
Melakukan penilaian kinerja Dilakukan pada
tenaga keperawatan Dilakukan waktu satu tahun
Menilai mutu asuhan satu kali.
97
keperawatan sesuai standar yang
berlaku secara mandiri atau
koordinasi dengan tim
pengendalian mutu asuhan
keperawatan
Pengontrolan yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung
sudah dilakukan, untuk pelayanan Ka Ru melibatkan PN untuk ikut
mengontrol jalannya pelayanan keperawatan yang menjadi tanggung
jawabnya. Pengawasan langsung dilakukan dengan supervise pada staf
pada saat melaksanakan tugas, sedang pengawasan tidak langsung
dengan mendengarkan masukan dan laporan dari penanggung jawab
group dan staff.
Hal yang belum dilakukan secara optimal adalah pengawasan
dengan pengecekan daftar hadir. Daftar hadir di cek pada setiap shif
sebelum di serahkan kepada PJ pelayanan.
Analisa Data
Fungsi Kepala Ruang dalam pengontrolan di Ruang Cempaka
sudahberjalan dengan baik dimana Kepala Ruang selalu melaksanakan
kontrol pada staf maupun pelayanan pada pasien
98
lulusan keperawatan yang belajar secara nyata di lingkup pelayanan
kesehatan.
Menurut Corkhill (1998) dikutip dari Syahreni dan Waluyanti
(2007) tujuan pembelajaran klinik adalah mengintegrasikan teori dengan
praktik. Pembelajaran klinik tidak hanya memberikan kesempatan untuk
menerapkan teori-teori yang telah diperoleh sebelumnya. Selain itu,
menurut Oermann (2007) pembelajaran klinik juga memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan
berfikir kritis. Pembelajaran klinik harus ditata sedemikian rupa sehingga
mahasiswa mempunyai kemampuan untuk berhubungan dengan masalah
nyata (Syahreni & Waluyanti, 2007).
Praktik klinik diharapkan bukan hanya sekedar kesempatan untuk
menerapkan teori yang dipelajari di saat proses belajar mengajar di
institusi kesehatan kedalam praktik profesional. Melalui praktik klinik
mahasiswa diharapkan lebih aktif dan siap dalam setiap tindakan sehingga
akan menjadi orang yang cekatan dalam menggunakan teori tindakan.
Sehingga baik secara teori yang didapat pada saat pendidikan dapat sejalan
dengan praktik yang dilakukan secara nyata dan langsung di lahan
pelayanan kesehatan.
Pada pembelajaran klinik, mahasiswa dituntut mampu
pengambilan keputusan klinis yang mengintegrasikan teori, hukum,
pengetahuan, prinsip dan pemakaian keterampilan khusus. Tidak kalah
pentingnya adalah bagaimana tenaga kesehatan menerima klien sebagai
makhluk hidup yang utuh, unik dan mandiri dengan hak-haknya yang
tidak dapat dipisahkan. Selama praktik klinis, mahasiswa dapat
bereksperimen dengan menggunakan konsep dan teori untuk praktik,
menyelesaikan masalah, dan mengembangkan bentuk perawatan baru
(Reilly, 2002).
Kajian Data
No Standar Data Keterangan
1 Orientasi tujuan, ruang Dilakukan Dilakukan oleh
pembimbing klinik
2 Jadwal praktek Dilakukan Pembagian jadwal
99
praktek dilakukan oleh
bagian keperawatan diklat
3 bimbingan klinik Dilakukan Bimbingan klinik
dilakukan 1 kali dalam
satu periode. Bimbingan
tersebut meliputi pre
conference, post
conference
4 Bedside teaching Tidak dilakukan Biasanya bedside
teaching dilakukan oleh
pembimbing akademik
5 Daftar hadir Tidak dilakukan Tidak tersedianya absensi
bagi mahasiswa
Analisis
Pembelajaran klinik keperawatan (PKK) di ruang cempaka 80 %
sudah dilakukan dengan baik, dimana mahasiswa praktik melakukan
praktik sesuai dengan target dari institusinya dalam melakukan tindakan
keperawatan. Proses pembelajaran yang diperoleh mahasiswa adalah
penyusunan LP (teori tentang penyakit), menyusun asuhan keperawatan,
pembimbing klinik membuat jadwal shift, pembimbing klinik juga
melakukan pre conference sebelum mahasiswa menghadapi lahan praktik,
pembimbing klinik juga melakukan orientasi ruang kepada mahasiswa.
Pembagian penugasan pembimbing (delegasi) dilakukan sesuai dengan
tingkat pendidikan perawat (pembimbing mahasiswa). Misalnya
mahasiswa DIII dibimbing dengan lulusan DIII dan mahasiswa S1
dibimbing oleh perawat lulusan S1 ners.
100
C. Output
1. Efisiensi ruang rawat (BOR, LOS, BTO, TOI)
Kajian teori
a. BOR (Bed Occupancy Rate), merupakan
indikator untuk menilai seberapa efektifitas pemakaian tempat tidur
yang ada di suatu ruangan atau rumah Sakit dalam jangka waktu
tertentu. Standar nasional untuk RSU dalam satu tahun adalah
sekitar(60 – 85%).
BOR = ×100 %
LOS =
BTO =
TOI =
101
Kajian Data
Indikator Efisiensi Ruangan Di Ruang Cempaka RSUD dr R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga
No. Indikator Standar
1. BOR 60 – 85%
2. LOS 7 – 10 Hari
3. TOI 1 – 3 hari
4. BTO 5 – 45 kali
BOR = × 100 %
= × 100 %
= × 100 %
= 0,94 × 100 %
= 94 % / 3 bulan
LOS =
= 4,39
102
= 4 hari / 3 bulan
BTO =
TOI =
Analisis
103
a. BOR (Bed Occupancy Rate), di ruang Cempaka satu tahun 2017 rata-
rata 80,9%. Jumlah tersebut dapat dikatakan efisien jika disamakan
dengan standar nasional BOR yaitu 60-85%. Jika dibandingkan dengan
analisa selama 3 bulan terakhir pada tahun 2017 nilai BOR sebesar
94%. Jumlah yang demikian menunjukkan ketidakefektifan pemakaian
tempat tidur di rumah sakit.
b. LOS (Length Of Stay) pasien di ruang Cempaka dalam satu tahun 2017
yaitu 3,52 atau dibulatkan menjadi 4 hari. Jumlah LOS tersebut
menunjukkan lama perawatan lebih pendek daripada standar nasional
yaitu 7-10 hari. Jika dibandingkan dengan angka LOS pada 3 bulan
terakhir pada tahun 2017 yaitu 4,39 atau dibulatkan menjadi 4 hari.
Angka tersebut sama dengan lama perawatan pada tahun 2017. Lama
hari perawatan yang semakin pendek menunjukkan baik perawatan yan
diberikan.
c. TOI (Turn Over Internal) di Ruang Cempaka selama satu tahun 2017
yaitu 0, 82 atau dibulatkan menjadi 1 hari. Jumlah tersebut
menunjukkan efisien dikarenakan sesuai dengan standar nasional TOI
yaitu 1-3 hari. Jeda waktu pemakaian bed yang singkat menandakan
suatu rumah sakit atau ruangan tertentu memiliki banyak pasien. jika
dibandingkan dengan TOI pada 3 bulan terakhir pada tahun 2017
jumlah TOI yaitu 0,27 kali.
d. BTO (Bed Turn Over) di Ruang Cempaka tahun 2017 yaitu 84,9 kali
atau dibulatkan menjadi 85 kali. Hal tersebut menunjukkan
penggunaan tempat tidur di ruangan dalam satu tahun melebihi nilai
standar nasional nilai BTO yaitu 5-45 kali. Penggunaan tempat tidur
yang semakin banyak menunjukkan semakin baik suatu rumah sakit.
Dalam 3 bulan terakhir pada tahun 2017 jumlah BTO sebanyak 19,7
kali atau dibulatkan menjadi 20 kali.
104
Instrumen A merupakan evaluasi terhadap pendokumentasian
asuhan keperawatan yang telah baku. Evaluasi dilakukan terhadap
dokumentasi asuhan keperawatan pasien yang dirawat minimal 3 hari.
Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan kegiatan
sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan keperawatan sehingga
terwujud data yang lengkap, nyata, dan tercatat dan bukan hanya tingkat
kesakitan dari pasien tapi juga jenis, kualitas, dan kuantitas pelayanan
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Dokumentasi
keperawatan merupakan sesuatu yang mutlak harus ada untuk
perkembangan perawatan, khususnya proses profesionalisasi
keperawatan serta upaya uuntuk membina dan mempertahankan
akontabilitas perawat dan keperawatan.
105
komponen terdiri atas masalah, penyebab dan tanda gejala (PES) atau
terdiri dari masalah dan penyebab (PE) yang bersifat aktual apabila
masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat potensial apabila
masalah kesehatan kemungkinan besar akan terjadi, dan dapat
ditanggulangi oleh perawat.
c) Rencana keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.
Komponen rencana perawatan meliputi prioritas masalah, tujuan, dan
rencana tindakan. Prioritas masalah ditentukan dengan memberi
prioritas utama masalah yang mengancam kehidupan dan prioritas
selanjutnya masalah yang mengancam masalah kesehatan pasien.
Prioritas ketiga adalah masalah yang mempengaruhi perilaku.
d) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan
dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi yang mencakup aspek
peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan
dengan mengikutsertakan pasien dan keluarga.
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan rencana yang
ada, menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien, menjelaskan
setiap tindakan perawatan yang akan dilaksanakan pada klien, sesuai
waktu yang telah ditentukan dengan menggunakan sumber-sumber yang
ada. Tindakan perawatan dilakukan dengan menerapkan prinsip aseptik
dan antiseptik, aman, nyaman, ekonomis, menjaga privasi, dan
mengutamakan keselamatan pasien, dan merapikan pasien dan alat
setiap selesai tindakan. Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat
pada format asuhan keperawatan yang berlaku. Perbaikan tindakan
dilakukan berdasarkan respon pasien dan merujuk dengan segera bila
ada masalah yang mengancam keselamatan pasien.
e) Evaluasi
106
Evaluasi dilaksanakan secara peroidik, sistematis, dan berencana, untuk
menilai perkembangan pasien. Evaluasi dilaksanakan dengan
memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal untuk
mengidentifikasi masalah dan rencana perawatan selanjutnya termasuk
strategi perawatan yang telah diberikan untuk memecahkan masalah
pasien.
f) Catatan asuhan keperawatan
Pencatatan merupakan data tertulis tentang status kesehatan dan
perkembangan pasien selama dalam perawatan. Pencatatan dilakukan
selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan. Pencatatan dapat
digunakan sebagai bahan informasi dan komunikasi. Penulisan harus
jelas dan ringkas, serta menggunakan istilah yang baku sesuai dengan
pelaksanaan proses perawatan. Setiap pencatatan harus mencantumkan
paraf dan nama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktu
pelaksanaan, dan menggunakan format yang tersedia serta sesuai
dengan peraturan yangn berlaku.
Kajian Data
Evaluasi Instrumen A Di Ruang Cempaka RSUD dr R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga Periode12 Maret – 14 Maret 2018
Aspek yang Hasil
No (%) Keterangan
dinilai
1) Mencatat data yg dikaji sesuai pedoman pengkajian
2) Data dikelompokkan (bio-psiko-sosial-spiritual)
1. Pengkajian 67,5 3) Data dikaji sejak pasien datang sampai pulang
4) Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status
kesehatan dgn norma dan pola fungsi kehidupan
107
perubahan perilaku, kondisi pasien dan atau kriteria waktu
4) Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat
perintah, terinci dan jelas
5) Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan
pasien/keluarga
108
spiritual yang kurang lengkap, pencatatan pengkajian tidak dilakukan sejak
pasien datang sampai pulang, masalah tidak dirumuskan berdasarkan
kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi
kehidupan.
b. Instrumen B
Kajian Teori
Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari
persepsi klien tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Dan
untuk mengevaluasi hal ini diperlukan suatu instrumen yang baku.
Rumah Sakit Goeteng Tarunadibrata menggunakan format standar asuhan
keperawatan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit untuk mengevaluasi
persepsi klien terhadap mutu asuhan keperawatan.
Kajian Data
Evaluasi Instrumen B Di Ruang Cempaka RSUD dr R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga Periode12 Maret – 14 Maret 2018
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
109
Apakah perawat membantu pasien saat mengalami 8 2
8
kecemasan
Jumlah 320 60
110
x 100% = 86 %
c. Instrumen C
Kajian Teori
Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus sesuai
dan mengacu pada protap-protap atau standar yang telah ditetapkan
dengan hasil tindakan mencapai 100%. Sebagai dasar penilaian tindakan
keperawatan yang mengacu pada instrumen evaluasi penerapan standar
asuhan keperawatan di rumah sakit yang telah ditetapkan oleh Rumah
111
Sakit Goeteng Tarunadibrata yang mengacu pada pedoman dari
Departemen Kesehatan.
Kajian Data
Kepatuhan Terhadap Sop Cuci Tangan Higienis Di Ruang Cempaka
RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Periode12 Maret – 14
Maret 2018
No. Alur tindakan Ya Tidak
1 Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan √
air mengalir
2 Tuang sabun cair dibagian tengah tangan yang telah basah. √
Gosokkan secara merata.
3 Lakukan cuci tangan dengan teknik benar √
4 Bilas kembali dengan air bersih √
5 Keringkan tangan dengan kain/tissue yang bersih dan √
kering
6 Matikan keran dengan menggunakan kain/tissue tersebut √
Jumlah 5 2
5/7x100% = 71,4%
Kepatuhan Terhadap SOP Pemasangan Infus Di Ruang Cempaka RSUD dr R
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Periode12 Maret – 14 Maret 2018
No Alur tindakan Ya Tidak
1 Mengecek status pasien (instruksi/kolaborasi dengan dokter) √
2 Cuci tangan √
3 Meberi salam, memanggil nama pasien dengan benar, √dan
memperkenalkan diri
4 Membawa alat-alat ke tempat pasien √
5 Menjelaskan tujuan pemasangan infuse dan akibat yang mungkin √
timbul dari tindakan pemasangan infuse
6 Menjelaskan langkah-langkah/ prosedur yang akan dilakukan √
7 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya √
8 Memulai tindakan dengan cara yang baik √
9 Memasang sampiran bila perlu √
10 Menyiapkan posisi pasien, jaga privasi √
11 Membuka kemasan botol cairan yang akan dipasang √
12 Membuka kemasan infuse set √
13 Menyambungkan infuse set dengan botol cairan √
14 Mengisi drip chamber/ reservoir dengan cairan infuse √
15 Mengeluarkan udara yang ada di selang infuse √
16 Menentukan lokasi vena yang akan dipasang infuse √
17 Meletakkan perlak/pengalas dibawah bagian yang akan di infus √
18 Menggunakan sarung tangan √
112
19 Melakukan pembendungan dengan tourniquet 12 cm diatas lokasi √
insersi
20 Mendesinfeksi lokasi tusukan dengan menggunakan kapas alcohol √
70 %
21 Menusukkan vena cateter ke dalam Intravena dengan posisi lubang √
jarum menghadap keatas
22 Pastikan vena cateter masuk kedalam pembuluh darah vena, √
keudian tourniquet di lepas
23 Sambungkan vena cateter dengan seang infuse, kemudian pengatur √
tetesan/klem dibuka
24 Mengecek ada tidaknya pembegkakan dilokasi insersi dan respon √
pasien terhadap tindakan (verbal/non verbal)
25 Vena cateter dan slang infuse difiksasi dengan plester √
26 Daerah tusukan jarum dan sekitarnya dioles dengan betadine/salep √
ikamicetin, kemudian ditutup dengan kassa streril dan diplester
27 Mengatur tetesan sesuai instruksi dengan jam tangan √
28 Pasang bidai/spalk bila perlu √
29 Melepas sarung tangan √
30 Member tulisan pada plester/covermet (tanggal dan jam √
pemasangan)
31 Mencatat pada label botol infuse (botol ke berapa) √
32 Merapikan pasien √
33 Mmbereskan alat-alat √
34 Mengevaluasi perasaan pasien √
35 Mengakhiri tindakan dengan cara yang baik dan memberikan √
reinforcement yang positif
36 Cuci tangan √
37 Mendokumentasikan tindakan dalam catatan asuhan keperawatan √
(tanggal dan jam pemasangan, jenis cairan, jumlah tetesan, botol ke
berapa, tanda tangan dan nama terang perawata yang memasang
infus)
Jumlah 27 10
Sistem penilaian dari kuisioner diatas menggunakan rumus sebagai berikut :
x 100 %
113
2 Cuci tangan √
3 Meberi salam, memanggil nama pasien dengan benar, dan √
memperkenalkan diri
4 Membawa alat-alat ke tempat pasien √
5 Menjelaskan tujuan pemasangan infuse dan akibat yang √
mungkin timbul dari tindakan pemasangan infuse
6 Menjelaskan langkah-langkah/ prosedur yang akan dilakukan √
7 Memberikan kesempatan pasie untuk bertanya √
8 Memulai tindakan dengan cara yang baik √
9 Memasang sampiran bila perlu √
10 Menyiapkan posisi pasien, jaga privasi √
11 Membuka kemasan botol cairan yang akan dipasang √
12 Membuka kemasan infuse set √
13 Menyambungkan infuse set dengan botol cairan √
14 Mengisi drip chamber/ reservoir dengan cairan infuse √
15 Mengeluarkan udara yang ada di selang infuse √
16 Menentukan lokasi vena yang akan dipasang infuse √
17 Meletakkan perlak/pengalas dibawah bagian yang akan di √
infus
18 Menggunakan sarung tangan √
19 Melakukan pembendungan dengan tourniquet 12 cm diatas √
lokasi insersi
20 Mendesinfeksi lokasi tusukan dengan menggunakan kapas √
alcohol 70 %
21 Menusukkan vena cateter ke dalam Intravena dengan posisi √
lubang jarum menghadap keatas
22 Pastikan vena cateter masuk kedalam pembuluh darah vena, √
keudian tourniquet di lepas
23 Sambungkan vena cateter dengan seang infuse, kemudian √
pengatur tetesan/klem dibuka
24 Mengecek ada tidaknya pembegkakan dilokasi insersi dan √
respon pasien terhadap tindakan (verbal/non verbal)
25 Vena cateter dan slang infuse difiksasi dengan plester √
26 Daerah tusukan jarum dan sekitarnya dioles dengan √
betadine/salep ikamicetin, kemudian ditutup dengan kassa
streril dan diplester
27 Mengatur tetesan sesuai instruksi dengan jam tangan √
28 Pasang bidai/spalk bila perlu √
29 Melepas sarung tangan √
30 Member tulisan pada plester/covermet (tanggal dan jam √
pemasangan)
31 Mencatat pada label botol infuse (botol ke berapa) √
32 Merapikan pasien √
33 Mmbereskan alat-alat √
34 Mengevaluasi perasaan pasien √
35 Mengakhiri tindakan dengan cara yang baik dan memberikan √
reinforcement yang positif
114
36 Cuci tangan √
37 Mendokumentasikan tindakan dalam catatan asuhan √
keperawatan (tanggal dan jam pemasangan, jenis cairan,
jumlah tetesan, botol ke berapa, tanda tangan dan nama terang
perawata yang memasang infus)
Jumlah 24 13
x 100 %
x 100% = 63, 6 %
115
Sistem penilaian dari kuisioner diatas menggunakan rumus sebagai berikut :
x 100 %
x 100%= 68%
116
Instrumen
Ruang
A B C Rata-rata
Ruang Perawatan
76,9 % 86 % 69,7 % 77,5%
Cempaka
Sumber: Rekapitulasi Instrumen ABC di Ruang Cempaka Rumah Sakit
Goeteng Tarunadibrata
117
9. Anda melaksanakan pre-conference minimal 1 kali 2
selama anda praktek
10. Anda melaksanakan post-conference minimal 1 kali 2
selama anda praktek
11. Pembimbing klinik memberi contoh tentang pelaksanaan 2
prosedur yang benar
12. Anda mendapatkan penjelasan tentang cara 2
menggunakan alat-alat yang dipergunakan untuk proses
pembelajaran klinik
13. Anda mendapatkan bimbingan beside teaching minimal 2
1 kali selama anda praktek
14. Anda mendapatkan bimbingan rondekeperawatan 2
minimal 1 kali selama anda praktek
15. Anda diingatkan untuk mengisi daftar hadir baik datang 2
maupun pulang
Jumlah 40 10
Persentase
×100 ×100
% = 80 % = 20
% %
118