Anda di halaman 1dari 104

BAB II

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN


RUANG MENUR
A. Kajian Situasi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
1. Visi
Terwujudnya RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata sebagai pusat pelayanan
kesehatan rujukan yang mandiri dan bermutu tinggi
2. Misi
a. Memberikan sarana pelayanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan
semua lapisan masyarakat.
b. Memberikan pelayanan yang profesional, efisien, efektif dan memuaskan
semua pihak
3. Moto
Senyumku Kesembuhanmu
4. Falsafah
B. Kajian Situasi Di Ruang Menur
1. Profil dan Gambaran Umum Ruang Menur
Ruang cempaka merupakan unit kerja pelayanan keperawatan dibawah
instalasi rawat inap yang menyediakan pelayanan untuk pasien anak.
Falsafah keperawatan ruang cempaka kedudukan pasien dihadapan perawat
adalah sama, sehingga pasien mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pelayanan keperawatan secara bio-psiko-sosio-kultural-spiritual dengan
pelayanan yang profesional.
a. Visi ruang Menur
Menjadikan ruang cempaka sebagai ruang perawatan anak yang aman
dan nyaman secara holistik.
b. Misi ruang menur
1) Mengurangi efek hospitalisasi
2) Melindungi klien, pengunjung dan tenaga medis dari risiko infeksi
nosokomial
3) Meningkatkan kebersihan dan kerapihan ruangan
4) Meningkatkan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan
keperawatan
c. Tujuan keperawatan ruang menur
1) Terciptanya ruang keperawatan yang profesional secara aman dan
nyaman melalui proses asuhan keperawatan
2) Tercapainya angka keberhasilan pelayanan keperawatan
3) Meminimalisasi kejadian infeksi nosokomial
4) Memperpendek hari rawat inap pasien
d. Letak ruang menur berbatasan dengan:
1) Sebelah Utara : Ruang Lavender
2) Sebelah Timur : Ruang Flamboyan
3) Sebelah Selatan : Gudang
4) Sebelah Barat : Ruang Dahlia
e. Kapasitas tempat tidur sejumlah 21 tempat tidur dengan perincian
sebagai berikut:
1) Kelas utama : kamar, tempat tidur
2) Kelas I : kamar, tempat tidur
3) Kelas II : kamar, tempat tidur
4) Kelas III : kamar, tempat tidur
5) Ruang isolasi : kamar, tempat tidur
6) Ruang intensif : kamar, tempat tidur

8
Ruang Menur dipimpin oleh seorang kepala ruang yang dibantu oleh 2
kepala tim, 4 penanggung jawab shift , dan 7 orang perawat pelaksana, 2
orang asisten perawat, 1 house keeper dan 1 administrasi. Bentuk pelayanan
dengan menerapkan metode pelayanan keperawatan profesional (MPKP).

1. Pasien
a. Kajian Teori
Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi kesehatan yang
membutuhkan pelayanan keperawatan/medis yang terganggu kondisi
kesehatannya baik jasmani maupun rohani (WHO, 2009).
b. Kajian Data
Ruang Menur merupakan bangsal perawatan umum kelas 1, 2, 3
dan utama 1. Jumlah pasien yang dirawat di ruang Menur selama periode
Januari 2018- Desember 2018 terlihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Jumlah Pasien Ruang Menur Januari 2018- Desember 2018
Pasien Pasien Jumlah Persentase
No Bulan
sebelumnya Masuk %
1. Januari
2. Februari
3. Maret
4. April
5. Mei
6. Juni
7. Juli
8. Agustus
9. September
10. Oktober
11. Nopember
12. Desember
Jumlah
Sumber: Laporan Statistik Ruang Rawat Instalasi Rawat Inap RSUD dr.R.Goeteng
Tarunadibrata Purbalingga

Pasien yang dirawatdi ruang Cempaka tidak hanya berasal dari


wilayah Purbalingga, namun dari berbagai kota di wilayah Propinsi Jawa
Tengah. Asal rujukan pasien dari puskesmas, dokter swasta, dan tenaga
kesehatan lain.
Berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) penyakit dalam
di ruang Cempaka RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga
terhitung dalam 3 bulan terakhir, jenis penyakit yang termasuk 10 besar
dalam bulan Desember 2017 – Februari 2018 tampak pada tabel 2.2.
Tabel 2.2
10 Besar Penyakit Di Ruang Menur

9
RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga
Bulan Januari 2018 – Desember 2018

Jumlah
No Jenis Penyakit Total Persentase %
L P

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10.
Jumlah
Sumber: Laporan Kasus Perawatan Ruang Menur Bulan Januari 2018 – Desember 2018

c. Analisa Data
Berdasarkan hasil kajian di atas dapat disimpulkan bahwa Ruang
Cempaka merawat berbagai jenis penyakit pada pasien anak, dan yang
terbanyak adalah pasien dengan kasus Febris Thypoid. Kasus-kasus yang
lain mempunyai jumlah yang tidak jauh berbeda seperti
Bronchopneumonia, KDS, Talasemia dan GEA.

2. Mahasiswa Praktik
a. Kajian Teori
Visi RSUD dr.R.Goeteng Tarunadibrata Purbalingga ”Terwujudnya
RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga sebagai pusat pelayanan
kesehatan dan rujukan yang mandiri dan bermutu tinggi ”. Salah satu
upaya untuk mewujudkan visi tersebut yaitu dengan menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan termasuk tenaga
keperawatan, dan pendidikan keperawatan.
RSUD dr.R.Goeteng Tarunadibrata Purbalingga merupakan RS
milik Pemerintah Kabupaten Purbalingga. Berdasarkan SK Menkes
No.223/Menkes/VI/1983. RSUD dr.R.Goeteng Tarunadibrata
Purbalinggasedang direncanakan pengembangan menjadi Kelas B
Pendidikan. Namun pada kenyataannya, RSUD dr.R.Goeteng
Tarunadibrata Purbalinggamenjadi lahan praktek bagi mahasiswa
kedokteran, keperawatan, kebidanan, dan administrasi.

10
Untuk menghasilkan lulusan peserta didik yang berkualitas,
khususnya keperawatan, perlu adanya pengelolaan bimbingan praktek
yang baik, bermutu tinggi, dan selaras dengan perkembangan IPTEK.
Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI) yang dikutip Aditama
(2005) menyatakan bahwa untuk menjadi rumah sakit pendidikan
diperlukan beberapa persyaratan diantaranya:
1) Sumber daya manusia yang profesional
2) Organisasi
3) Sarana dan fasilitas medik maupun penunjang
4) Jumlah dan variasi teaching material
5) Budaya profesional dan atmosfer akademik
6) Transformasi perilaku pada peserta didik
7) Perpustakaan
8) Komitmen segenap pihak yang terkait
Pedoman yang digunakan RSUD dr.R.Goeteng Tarunadibrata
Purbalinggauntuk bimbingan mahasiswa adalah 1 CI memberikan
bimbingan pada 5- 10 mahasiswa.

b. Kajian Data
Menurut hasil wawancara dengan perawat pelaksana diketahui
bahwa perawat yang menjadi pembimbing PKK (Praktek Klinik
Keperawatan) di Ruang Cempaka berdasar Surat Tugas Direktur ada 5
orang perawat yang membimbing mahasiswa keperawatan S1 dan DIII
Keperawatan. Kajian data terhadap institusi pendidikan keperawatan yang
melakukan praktek di Ruang Cempaka terlihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3
Institusi Pendidikan Yang Melakukan Praktek Di Ruang Menur
RSUD dr.R.Goeteng Tarunadibrata PurbalinggaTahun 2018 (Januari
-Desember)

NO NAMA INSTITUSI Alamat Lama Jml


praktek
1. D3 Akper Yakpermas Purwokerto
2. S1 STIKES Harapan Bangsa Purwokerto
6. D3 Akper Depkes Purwokerto
7. D3 STIKES HarapanBangsa Purwokerto
10. D3 UMP Purwokerto
11. D3 Poltekkes Kemenkes Purwokerto
12. Ners Unsoed Purwokerto
13 S1 Unsoed
Jumlah
Sumber: Laporan Mahasiswa Praktek Ruang CempakaBulan Januari – Desember Tahun 2018.

11
c. Analisa Data
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa RSUD dr.R.Goeteng
Tarunadibrata Purbalingga sebagai rumah sakit pendidikan merupakan
lahan praktik bagi mahasiswa keperawatan. Melihat jumlah dan distribusi
mahasiswa praktek di Ruang Cempaka masih kurang merata. Hal ini
bukan karena kurangnya distribusi dari rumah sakit, tetapi karena institusi
pendidikan harus memenuhi kompetensi yang ingin dicapai.Saat
pengkajian (tanggal 12 – 14 Februari 2018), terdapat tiga institusi yang
sedang melakukan praktek di Ruang Cempaka, diantaranya Profesi Ners
Alih Jenjang STIKES Harapan Bangsa Purwokerto, D III Serulingmas dan
S1 Universitas Muhamadiyah Purwokerto.Sebagai RS pendidikan jumlah
mahasiswa praktek dan pembimbing yang ada belum sesuai/seimbang
baik jumlah dan kualitas.

3. Ketenagaan
a. KuantitasTenaga Perawat
1) Kajian Teori
Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah proses membuat
perencanaan untuk menentukan berapa banyak dan dengan kriteria
tenaga yang seperti apa pada suatu unitan tiap shiftnya. Untuk
keperluan itu beberapa ahli telah mengembangkan beberapa formula.
Formula tersebut juga dapat digunakan untuk menilai dan
membandingkan apakah tenaga yang ada saat ini cukup, kurang atau
berlebih. Formula tersebut antara lain adalah :
a) Menurut Gillies (1982)

Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan


dengan perhitungan sebagai berikut :

Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan / tahun


TP =
Jml jam kerja perawat/thn x jam kerja perawat/hari

atau :

A x B x 365
Tenaga Perawat (TP) :
(365 – C) x jam kerja/hari

Keterangan :

12
A : Jam efektif /24 jam : waktu perawatan yang dibutuhkan
klien
B : Sensus harian : BOR x jumlah tempat tidur
C : Jumlah hari libur
365 : Jumlah hari kerja selama 1 tahun
Dengan catatan:
 Ada satu jam pengganti
 Libur hari minggu = 52 hari
 Cuti tahunan = 12 hari
 Libur nasional = 14 hari
 Cuti hamil rata rata = 78 hari
b) Menurut Douglas (1984)

Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas


dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan untuk setiap shift
klien dan hasil keseluruhan ditambah sepertiga (1/3) untuk
perawat yang libur atau cuti. Kebutuhan tenaga perawat
berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan untuk tiap shift jaga
seperti pada tabel berikut :

Tabel 2.4.
Rumus Perhitungan Tenaga
Berdasarkan Formula Douglas
WaktuKlasifikasi Kebutuhan Perawat

Pagi Sore Malam


Minimal 0,17 0,14 0, 07
Intermediate 0,27 0,15 0, 10
Maksimal 0,36 0,30 0,20
Sumber : Douglas, 1984
Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan klien terhadap
keperawatan menurut Douglas berdasarkan kriteria sebagai berikut :
a. Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1 – 2 jam/24
jam, dengan kriteria :
 Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
 Makan dan minum dilakukan sendiri
 Ambulasi dengan pengawasan
 Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shiff
 Pengobatan minimal, status psikologi stabil
 Persiapan pengobatan memerlukan prosedur

13
b. Perawatan intermediet memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam
dengan kriteria
 Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
 Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
 Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
 Folley catheter/intake output dicatat
 Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur
c. Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5 – 6
jam/24 jam dengan kriteria :
 Segalanya diberikan/ dibantu
 Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
 Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
 Pemakaian suction
 Gelisah/ disorientasi
c). Menurut DEPKES (2002)

Model pendekatan Depkes dalam perhitungan kebutuhan tenaga


perawat diunit perawatan rawat inap menggunakan formula
berdasarkan klasifikasi pasien. Cara perhitungan berdasarkan:
 Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
 Rata rata pasien perhari
 Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
 Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
 Jam kerja efektif /perawat = 7 jam/hari
Formula perhitungan tenaga keperawatan menurut Depkes adalah:

Jumlah jam perawatan di ruangan/hari


jam efektif perawat

Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor


koreksi) dengan : hari libur/cuti/hari besar (loss day)

Jml hr mgg dlm 1 thn x cuti + hr besarX jml prwt yg diperlukan


Jumlah hari kerja efektif

Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non


keperawatan diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
Jumlah tenaga perawat + loss day x 25%
100

14
Jumlah tenaga = tenaga yang tersedia + faktor koreksi

2) Kajian Data
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruangan
didapatkan jumlah tenaga pelaksana di Ruang Menur saat ini adalah
18 orang, 14 orang perawat dan 4 orang tenaga non perawatdengan
perincian 1 orang Kepala Ruang, 2 orang KaTim,4 orang PJ shift serta
7 orang Perawat Pelaksana. Tenaga non perawat yang ada di Ruang
Cempaka adalah petugas administrasi (1 orang), petugas Asper (2
orang) dan HS (1 orang).

Dari 14 tenaga perawat yang ada, dalam pelaksanaannya dibagi


menjadi 2 kelompok Ketua Tim yang pelaksanaannya sudah
ditentukan oleh Kepala Ruang. Perawat di Ruang Cempaka dibagi
menjadi 3 shift jaga yaitu :

 Shift pagi : 4-5 orang


 Shift sore : 3orang
 Shift malam : 3 orang
 Libur lepas malam: 3 orang

Jumlah perawat yang bertugas dalam shift pagi secara menetap


adalah KaRu dan Ketua Tim serta perawat lain sesuai jadwal shift.

Dalam penentuan jumlah tenaga perawat di Ruang Cempaka


ditentukan oleh Bidang Keperawatan berdasarkan rasio dan angka
ketergantungan pasien. Sedangkan untuk pemberlakuan jam efektif di
Ruang Cempaka belum ditetapkan.

Pendekatan dalam perhitungan kebutuhan tenaga perawat


Ruang Cempaka:

a) Menurut Depkes RI (2002)


i. Berdasarkan klasifikasi pasien
Cara penghitungan :
- Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
- Rata-rata jumlah pasien setiap hari
- Jam perawatan yang diperlukan / hari / pasien
Rata-rata pasien /hari = 17
Rata-rata jam perawatan /pasien / hari = 4
Jumlah jam perawatan / jam kerja efektif per shiff = 7 jam
Rumus : 4 x 17 = 68 = 9,7 orang perawat

15
7 (hari) 7

Jadi jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan sebanyak 10


orang.
Untuk mengetahui jumlah tenaga tersebut perlu ditambah
faktor koreksi dengan hari libur/cuti/hari besar (lossday).
Jumlah hari minggu dalam 1 th + cuti + hr besar x jumlah perawat

Jumlah hari kerja efektif tersedia


= 52+12+14 x 9,7 orang = 2.63 orang
287
Jumlah tenaga yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan
(non jabatan nursing) seperti contoh tenaga administrasi,
kebersihan ruangan, kebersihan alat makan dan lain-lain
diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
Jumlah tenaga keperawatan + lossday x 25
100
= 9,7 + 2.63 x 25 = 3.08 orang
100
Jumlah tenaga yang tersedia + faktor koreksi
(9,7 + 2.63) + 3.08 = 15,41orang
Jadi tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang Cempaka = 16
orang.

ii. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien :


Pasien diklasifikasikan dalam beberapa kategori yang
berdasarkan pada kebutuhan terhadap asuhan keperawatan
meliputi :
1. Minimal care
2. Partial care
3. Total care
Tabel 2.5.
Perhitungan Tenaga Ruang Cempaka
Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien

Jumlah Jumlah jam


Rata2 jumlah
No. Kategori pasien prwtn/hr
pasien/hr
prwtn/hr (c x d)
A B C D E
1. Minimal care 15 3,2 jam 48
2. Partial care 2 4,4 jam 8,8
3. Total care - 5,6 jam -

16
Jumlah 17 13,2 56,8

Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah


Jumlah jam perawatan di ruangan / hari
Jam efektif perawat
= 56,8 = 8,1
7

Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah


(factor koreksi) dengan hari libur / cuti / hari besar (loossday).
Jumlah hari minggu 1 tahun + cuti + hari besar x jml perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif

= 52 + 12 + 14 x 8,1 = 2,2
287
BOR Ruang Cempaka = 80,2 %

Jumlah tenaga perawat yang mengerjakann tugas-tugas non


keperawatan (non jabatan nursing) seperti : administrasi,
kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat dan lain-lain
diperkirakan 25 % dari jam pelayanan keperawatan.
Jumlah tenaga keperawatan + lossday x 25
100
= 8,1 + 2,2 x 25
100
= 2,5

Jumlah tenaga adalah tenaga yang tersedia + factor koreksi


8,1 + 2,2 + 2,5 = 12,8 tenaga (13 perawat)
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkanruang Cempaka adalah 13
perawat.
3) Analisa Data
Sesuai kajian data dari formula penghitungan kebutuhan tenaga
(Depkes), maka dapat disimpulkan bahwa tenaga perawat di Ruang
Cempakabisa dikategorikan cukup. Saat ini, tenaga keperawatan yang
tersedia yaitu sejumlah 14 orang. Kebutuhan menurut depkes RI
adalah 16 orang sedangkan menurut tingkat ketergantungan pasien
adalah 13 orang.

b. Kualitas Tenaga Perawat


1) Kajian Teori

17
Keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan
kesehatan dapat dengan pemberian asuhan keperawatan yang
berkualitas, dan untuk dapat memberikan asuhan yang berkualitas
Diperlukan sumber daya yang cukup dengan kualitas yang tinggi dan
profesional. Menurut PPNI perpaduan perawat di suatu ruangan adalah
85% perawat profesional (DIII, DIV, S1), 9% perawat non profesional,
6% pembantu perawat.
Menurut Djojodibroto (2007) konsep pengembangan SDM yang
disebut Human Resource Development atau HRD mempunyai tiga
program :
1. Training, yaitu aktifitas dimana proses belajar diarahkan kepada
pekerjaan saat ini
2. Education, yaitu aktifitas dimana proses belajar diarahkan pada
pekerjaan yang akan datang
3. Development, yaitu aktifitas dimana proses belajar tidak diarahkan
untuk pekerjaan pegawai yang bersangkutan secara langsung.

2) Kajian Data
Jumlah tenaga keperawatan di ruang Cempaka RSUD dr. R.
Goeteng Tarunadibrata, Purbalingga, berdasarkan pendidikan, masa
kerja dan pelatihan yang pernah diikuti terlihat pada tabel 2.6, 2.7
dan 2.8.
Tabel 2.6
Kualifikasi Tenaga Ruang Menur
RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga
Berdasarkan Pendidikan

NO PENDIDIKAN JUMLAH PRESENTASE


(ORANG) (%)
1 S2 Keperawatan
2 Ners
3 S1 Keperawatan
4 D IV Keperawatan
5 D III Keperawatan
6 D III Ekonomi
7 DI
8 SMA
Jumlah

Tabel 2.7
Distribusi Petugas Ruang Menur
RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga
Berdasarkan Masa Kerja

18
No. Masa Kerja Jumlah Presentase
1. 0-1 tahun
2. 1-6 tahun
3. 6-10 tahun
4. 11-16 tahun
5. 16-20 tahun
6. 21-26 tahun
Jumlah

Tabel 2.8
Kualifikasi Perawat Di Ruang Menur
RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga
Berdasarkan Pelatihan Yang Pernah Diikuti

Pelatihan Yang
No Nama Perawat Jabatan
Pernah Diikuti

1. Ka. Ruang MPKP,MKR,


MOT
2. KaTim I MKR
3. KaTim II MKR
4. PJ Shift Kepribadian
5. PJ Shift -
6. PJ Shift -
7. PJ Shift -
8. Perawat -
Pelaksana
9. Perawat BTCLS
Pelaksana
10. Perawat -
Pelaksana
11. Perawat -
Pelaksana
12. Perawat BTCLS
Pelaksana
13. Perawat
Pelaksana
14. Perawat
Pelaksana
15. Asisten Perawat
16. Asisten Perawat
17. Admin
18. HS
Sumber : Sumber Primer Perawat Ruang Menur

19
3) Analisa Data
Dari data yang ada terlihat bahwa perawat di ruang Cempaka
sudah berpendidikan DIII Keperawatan (61,1%), profesi ners
(22,22%) dan S2 Magister Manajemen (5,55%) dengan masa kerja
rata – rata 1-6 tahun. Melihat dari pelatihan yang pernah diikuti,
sebagian besar perawat ruang Cempaka belum mengikuti pelatihan
tentang ilmu keperawatan anak, asuhan keperawatan anak maupun
pelatihan lain yang menunjang kompetensi di ruang keperawatan anak,
dan dapat diartikan bahwa ketrampilan yang dimiliki berdasar pada
pengalaman kerja. Namun demikian, dari observasi kegiatan perawat
selama 4 hari nampak kinerja perawat cukup bagus. Dengan jumlah
perawat yang terbatas, perawat mampu melaksanakan pelayanan
keperawatan kepada klien dengan berbagai kasus penyakit, namun hal
ini tetap perlu mendapat perhatian dari bidang keperawatan,
khususnya untuk pengembangan SDM, semua perawat perlu untuk
mengikuti pelatihan Asuhan Keperawatan terutama untuk kasus-kasus
keperawatan anak.

4. Sumber Dana
a. Kajian Teori
Memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun non medis
merupakan salah satu fungsi rumah sakit, agar pelayanan rumah sakit
tersebut dapat berjalan secara optimal dan dapat dirasakan oleh seluruh
masyarakat untuk itu rumah sakit perlu mempersiapkan peralatan atau
bahan medis dan jasa pemborongan. Menurut Djojo Dibroto (2007) ada
tiga komponen biaya tarif pelayanan rumah sakit yaitu :
1) Jasa pelayanan rumah sakit yang terdiri atas : biaya tenaga kerja, biaya
material, biaya over head.
2) Jasa medis dan anestesi adalah bisys professional medis yang
diberikan oleh tenaga medis.
3) Jasa sarana, penggunaan bahan dan alat yang digunakan langsung
untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien.
b. Kajian Data
Sumber dana yang digunakan berasal dari APBD Provinsi Jawa
Tengah dan APBN. Anggaran dana yang digunakan untuk anggaran rutin
gaji pegawai dibebankan dari APBN, sedangkan untuk pengadaan barang
dan untuk pemeliharaan alat diusulkan oleh kepala ruang kepada bidang
sarana dan perlengkapan, dibebankan pada anggaran APBD yang
sebelumnya telah disetujui oleh bidang keuangan RSUD dr. R. Goeteng
Tarunadibrata.

20
Tabel 2.9
Tarif Pelayanan Kamar Ruang Cempaka RSUD dr R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga tahun 2015

SPESIALIS
Jenis Kelas Utama 1 Kelas 1 Kelas 2 Kelas3
Jasa Sarana 55.000 45.000 25.000 15.000
Jasa Pelayanan 40.000 30.000 20.000 10.000
Jasa Askep 20.000 15.000 10.000 5.000

UMUM
Jenis Kelas Utama 1 Kelas 1 Kelas 2 Kelas3
Jasa Sarana 55.000 45.000 25.000 15.000
Jasa Pelayanan 24.000 18.000 12.000 6.000
Jasa Askep 12.000 9.000 6.000 3.000

TINDAKAN HARIAN
TINDAKAN PRWTN Utama 1 Kelas 1 Kelas 2 Kelas3
KECIL Jasa Sarana 15.000 12.000 9.000 6.500
SEDERHANA Jasa Pelayanan 28.000 22.000 17.500 12.800
Jumlah 43.000 34.000 26.500 19.300

BIAYA DIET PASIEN


Jenis Kelas Utama 1 Kelas 1 Kelas 2 Kelas3
Jasa Sarana 30.000 22.000 19.000 16.000
Jasa Pelayanan 3.750 2.750 2.375 2.000
Jumlah 33.750 24.750 21.375 18.000

TINDAKAN RUANG MENUR


TINDAKAN Jenis Kelas Utama 1 Kelas 1 Kelas 2 Kelas3
SEDERHANA
Jasa Sarana 5.000 4.000 3. 000 2.500
Jasa Pelayanan 7.000 5.500 4.500 3.000
Jumlah 12.000 9.500 7.500 5.500

TINDAKAN Jenis Kelas Utama 1 Kelas 1 Kelas 2 Kelas3


KECIL
Jasa Sarana 10.000 8.000 6. 000 4. 000
Jasa Pelayanan 21.000 16.500 13.000 9.500
Jumlah 31.000 24.500 19.000 13.500

TINDAKAN KECIL
TINDAKAN Jenis Kelas Utama 1 Kelas 1 Kelas 2 Kelas3
KECIL
Jasa Sarana 10.000 8.000 6. 000 4. 000

21
Jasa Pelayanan 21.000 16.500 13.000 9.500
Jumlah 31.000 24.500 19.000 13.500

TINDAKAN PASANG INFUS


P.32 Jenis Kelas Utama 1 Kelas 1 Kelas 2 Kelas3
2X KECIL
Jasa Sarana 20.000 16.000 12.000 8. 000
Jasa Pelayanan 42.000 33.000 26.000 19.000
Jumlah 62.000 49.000 38.000 27.000

ADMINISTRASI
Utama Non-utama
15.000 10.000

PELAYANAN FARMASI KLINIK


Utama 1 Kelas 1
Jasa Sarana 1.500 1.500
Jasa Pelayanan 7.500 6.000
Jumlah 9.000 7.500

22
Tabel 2.10
Distribusi Pasien Ruang Menur RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga
Berdasarkan Penanggung Jawab Pembayaran/Penjamin
Januari 2018 – Desember 2018

Penjamin/Penanggung Jawab Pembayaran


No Bulan BPJS BPJS Non BPJS Non PBI Jumlah
Jamkesda Umum Jamdakin Lain-lain SKTM
PBI PBI + Jamkesda
1 Januari
2 Februari
3 Maret
4 April
5 Mei
6 Juni
7 Juli
8 Agustus
9 September
10 Oktober
11 Nopember
12 Desember
JUMLAH
PERSENTASE
Sumber : Laporan Statistik Ruang Rawat Instalasi Rawat Inap RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata

29
c. Analisa Data
Pendanaan di Ruang Cempaka sudah sesuai dengan prosedur
yang berlaku di RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata.

5. Fasilitas / Alat / Bahan Dan Obat-Obatan


a. Kajian Teori
Dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya
pengelolaan peralatan sebagai faktor pendukung dan penunjang
terlaksananya pelayanan keperawatan. Peralatan kesehatan untuk
pelayanan keperawatan dan kebidanan merupakan semua bentuk alat
kesehatan yang dipergunakan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan dan kebidanan dalam menunjang kelancaran pelaksanaan
sehingga diperoleh tujuan yang efisien dan efektif.
Jumlah fasilitas dan alat kedokteran maupun keperawatan dapat
dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing
institusi dengan memperhatikan jenis alat, bahan/warna, ukuran, jenis
kegiatan dan jumlah yang dibutuhkan.
Selain itu juga didasarkan atas pertimbangan bahan yang
dipakai, disimpan atau dicuci. Untuk ruang Cempaka menyediakan
alat-alat kesehatan dengan menggunakan pedoman buku standar
fasilitasdan peralatan keperawatan yang disusun oleh RSUD
dr.R.Goeteng Tarunadibrata Purbalinggatahun 2015. standar tersebut
meliputi: fasilitas alat keperawatan/medis, alat rumah tangga, alat
pencatatan dan pelaporan dan alat tenun.
b. Kajian Data
Penyediaan alat, bahan dan obat-obatan di ruang Cempaka
sebagian sudah mennggunakan pedoman buku standar fasilitas dan
peralatan keperawatan dan rencana pengadaan alat dan bahan yang
langsung dikelola oleh tingkat divisi. Kepala ruang memberikan usulan
untuk kebutuhan alat dan bahan di ruangan. Fasilitas alat di ruang
Cempaka dan fasilitas rawat seperti pada tabel-tabel berikut:

31
1) Obat-obatan
Kebutuhan obat disesuaikan dengan kasus masing-masing
pasien, ruang Cempaka memiliki persediaan obat cadangan yang
sewaktu waktu dibutuhkan pasien untuk keadaan darurat.
Tabel 2.11
Inventaris Obat Cadangan Ruang Menur
RSUD dr. R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga 2018
No Nama Obat Jumlah Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

32
36
37
38
39
40
41
42

2) Fasilitas
Tabel 2.12
Inventaris alat rumah tangga Ruang Menur
RSUD dr. R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga 2018
No Jenis Jumlah Standar Keterangan
alat/barang /rasio
1 Almari linen 1 buah 1 Cukup
2 Almari obat 1 buah 1/pasien Baik
pasien
3 Meja tulis kayu 5 buah 2 buah Baik
4 Pesawat telepon 1 buah 1 Baik
5 Televisi 1 buah 1 buah Baik
6 Kereta makan 1 buah 1 Baik
steinless
7 Papan nama klien - 1/pasien Baik
8 Tempat tidur 21 buah 1/pasien Baik
steinless
9 Rak piring 2 buah 1 Baik
10 Kipas angin 5 buah 1:1 Baik
11 Almari ganti 2 buah 1 buah Baik
petugas
12 Almari kayu 4 buah 1 buah Baik
13 Almari obat 1 buah 1 buah Baik
emergensi
14 Kursi kerja 12 buah 5/ruangan Cukup
15 Kursi tunggu 15 buah 21 buah Kurang
pasien
16 Computer 1 1/ruangan Cukup

33
17 Papan daftar - - -
nama klien
18 Cermin 2 buah 2 buah Baik
19 Kursi roda 1 buah 1 buah Cukup
20 Rak pispot - 1/wc Kurang
21 Senter 1 buah 2 buah Kurang
22 Troly obat 1 buah 1 buah Baik
23 Troly tindakan 1 buah 3 buah Kurang 1
24 Troly CK 1 buah 1 buah Baik
25 Troly oksigen 2 buah 1 buah Baik
26 Kulkas 1 buah 1 buah Baik
27 Lemari pasien 21 buah 1/pasien Baik
28 Rak sepatu 1 buah 1 buah Kurang
29 Tempat sampah 6 buah 4/ruang Cukup
30 Wastafel 1 buah 2/ruang Kurang
31 Waskom CK 24 buah 1/pasien Baik
31 Dispenser 1 buah 1/ruangan Baik
Sumber: Data sekunder di Ruang Menur RSUD dr. R.
Goetheng Taroenadibrata Purbalingga.

Tabel 2.13
Daftar Alat dan Linen Ruang Menur
RSUD dr. R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga 2018

34
No Tenun Rasio Butuh Ada Keterangan
1 Sprei 1:3 63 <50 Kurang
2 Stik laken 1:3 63 <25 Kurang
3 Perlak 1:3 63 <25 Kurang
4 Sarung bantal 1:3 63 <50 Kurang
5 Selimut 1:3 63 <30 Kurang
6 Washlap 1/pasien 1/pasien 1/pasien Baik
8 Kasur 1:1 21 21 Baik
9 Bantal 1:1 21 21 Baik
10 Sketsel 1/kamar 11 - Kurang

Sumber:
Tab

Tabel 2.14
Daftar ATK Ruang Menur
RSUD dr. R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga 2018
No Nama buku Rasio Persediaan Keterangan
1 Vital sign 1:1 1 Aktif
2 Laporan harian 1:1 - Langsung di RM
pasien
3 Injeksi 1:1 1 Aktif
4 Obat oral 1:1 1 Aktif
5 Inventaris tenun 1:1 - Di bagian laundry
6 Pengembalian RM 1:1 1 Aktif
7 Pembayaran/administrasi 1:1 1 Aktif
8 Jadwal dinas ruang 1:1 1 Aktif
9 Orientasi pasien baru 1:1 1 Tidak aktif

10 Laporan asper 1:1 1 Aktif

11 Kunjungan satpam 1:1 - Di bagian


keamanan
12 Transfusi 1:1 1 Aktif

13 Visite 1:1 1 Aktif

14 Pasien APS 1:1 1 Aktif

35
15 Pengembalian obat 1:1 - Di apotik

16 Pemakaian waslap 1:1 - Di bagian laundry

17 Laborat 1:1 1 Aktif

18 Sosaialisasi protap 1:1 1 Aktif

19 Kejadian luar biasa 1:1 1 Aktif

20 Program operasi 1:1 - -

21 Diklat petugas 1:1 - -

22 Kerusakan alat 1:1 1 Tidak aktif

23 Bimbingan mahasiswa 1:1 1 Aktif

24 Informasi perkembangan 1:1 1 Aktif


pasien
25 Tindak lanjut kotak saran 1:1 1 Aktif

26 Alat canggih 1:1 - -

27 Pelimpahan tugas 1:1 1 Aktif

28 Kematian 1:1 1 Aktif

29 Ekspedisi pengiriman PA 1:1 - -

30 Bon pinjam alat 1:1 1 Aktif

31 Meeting Morning 1:1 1 Aktif

32 Rujukan 1:1 1 Aktif

33 Tukar dinas 1:1 1 Aktif

Sumber: buku inventaris ruang Menur

Tabel 2.15
Daftar Inventaris Medis Ruang Cempaka
RSUD dr. R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga 2018
N Nama alat Kebutuhan Jml Kketerang Kondisi
o yang ada
1 Stetoskop 2 3 buah Baik 1 rusak

36
buah/ruangan
2 Termometer 1 buah/5 3 buah Kurang Baik
pasien
3 Tensimeter 2 2 buah Kurang 1 rusak
buah/ruangan
4 Bak spuit 2 3 buah Cukup Baik
buah/ruangan
5 Set 1 : 1/3pasien 1 buah Cukup Baik
perawatan
luka
6 Korentang 2 2 buah Cukup Baik
dan buah/ruangan
tempatnya
7 Timbangan 1 1 buah Cukup Baik
injak buah/ruangan
8 Bengkok 2 2 buah Baik Baik
buah/ruangan
9 Lampu sorot 1 - Kurang Baik
buah/ruangan
10 Standar 1 buah/2- 24 buah Cukup Baik
infuse 3pasien
11 Pispot 1 6 buah Baik Baik
buah/5pasien
12 Urinal 1 - Kurang Kurang
buah/5pasien
13 EKG 1 - Kurang Kurang
buah/ruangan
14 Sputum pot 5 buah - Kurang Kurang
15 Tourniquet 2 buah 1 buah Kurang Kurang
16 Kom alcohol 1 buah 2 buah Baik Baik
17 Penumbuk 1 buah - Kurang Kurang
obat

37
18 Lampu baca 1 buah 1 buah Baik Baik
Ro
19 Gunting non 1/ruangan 2 buah Baik Baik
steril
Sumber: buku inventaris alat medis ruang menur

c. Analisa Data
Berdasarkan kajian yang ditemukan ada alat yang dibutuhkan
yang seharusnya tersedia, namun tidak tersedia seperti ambubag.Untuk
inventarisasi alat yang ada di Ruang Cempaka sudah dilakukan secara
rutin, karena sudah ada petugas khusus yang bertanggung jawab
dengan hal tersebut, namun pelaporan belum dilakukan secara optimal
kepada Ka. Irna sesuai standar. Pengelolaan alat-alat ini menjadi tugas
tenaga non keperawatan namun dalam pelaksanaannya masih belum
optimal. Pengisian inventaris alat yang dalam kebijakan diatur tiap
bulan belum dilaksanakan sepenuhnya. Penggunaan buku-buku
sebagai alat dokumentasi dan inventarisir di ruangan Cempaka
sebagian besar sudah berjalan dengan baik dan aktif digunakan.
1) Alat Medis/Keperawatan
Menurut data inventaris alat medis/keperawatan tahun 2017 di
Ruang Cempaka ternyata belum memenuhi standar yang ada
seperti lampu sorot, EKG, penumbuk obat, urinal, sputum pot,
torniquet. Alat-alat kesehatan yang ada di Ruang Cempaka tidak
sesuai dengan kapasitas tempat tidur pasien. Pencatatan alat-alat
keperawatan belum semuanya didokumentasikan.
2) Alat Pencatatan dan Pelaporan (ATK)
Alat pelaporan yang ada di ruang Cempaka sudah cukup sesuai
standar dan kebutuhan. Pelaporan juga belum dilkukan sesuai pada
tempatnya seperti harian masih dilakukan langsung di RM.
3) Alat Rumah Tangga
Alat rumah tangga sudah sesuai dalam kuantitasnya.

38
6. Metode/Standard/Pedoman/Prosedur Tetap Mesin
a. Kajian Teori
Standar adalah suatu tingkatan kinerja yang secara umum
dikenal sebagai sesuatu yang dapat diterima, adekuat memuaskan dan
digunakan sebagai tolak ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai
pembanding (Marr dan Biebing 2001).
Berdasarkan Clinical Practice Guideline (1990) standar
merupakan keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan
sempurna yang digunakan sebagai batas penerimaan minimal atau
disebut juga sebagai kisaran variasi yang masih dapat diterima. Standar
diperlukan untuk memberi suatu indikasi kualitas yang diinginkan
dengan kata lain standar digunakan untuk menilai mutu sesuai dengan
yang diharapkan.
Suatu ruang perawatan didalam sebuah rumah sakit idealnya
mempunyai prosedur tetap (protap) tindakan yang berlaku secara resmi
yang dipahami dan diharapkan oleh seluruh staf di ruangan, ruang
perawatan mempunyai prosedur tetap semua tindakan perawatan dan
SAK (Standar Asuhan Keperawatan) minimal 10 kasus terbanyak.

b. Kajian Data
Tabel 2.16
Daftar Protap Ruang Menur
RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata

No Nama Protap
1 Mencuci Tangan Hygiene
2 Mencuci Tangan Hygiene Alternatif
3 Mencuci Tangan Disinfeksi
4 Mencuci Tangan Bedah
5 Menyiapkan Tempat Tidur Terbuka
6 Menggganti Alat Tenun Dengan Pasien Diatasnya
7 Mengukur Suhu Tubuh
8 Menghitung Denyut Nadi
9 Menghitung Pernafasan

39
10 Mengukur Tekanan Darah
11 Menimbang Berat badan
12 Mengukur Tinggi Badan
13 Memberikan Posisi Dorsal Rekumbent
14 Memberikan Posisi Genu Pektoral
15 Memberikan Posisi Lithotomi
16 Memberikan Posisi Semi Fowler
17 Memberikan Posisi Sims
18 Memberikan Posisi Trendelenburg
19 Memberikan Huknah Rendah
20 Memberikan Huknah Tinggi
21 Memberikan Buli-Buli Panas
22 Memandikan Pasien Di Tempat Tidur
23 Mencuci Rambut
24 Membersihkan Mulut
25 Membantu Menggosok Gigi
26 Mencukur Rambut Daerah Operasi
27 Perawatan Vulva Dan Perineum
28 Perawatan Payudara
29 Menyiapkan Urin Untuk Pemeriksaan Laboratorium
30 Menyiapkan Faeses Untuk Pemeriksaan Laboratorium
31 Pengambilan Darah Vena
32 Pemberian Injeksi Intra Vena ( Langsung)
33 Pemberian Injeksi Intra Vena (Slang)
34 Pemberian Injeksi Intra Muskuler
35 Memasang Infus
36 Memasang NGT
37 Memberi Makan Melalui NGT
38 Melepas NGT
39 Memasang OGT Pada Bayi
40 Memberi Minum Melalui OGT
41 Memasang Catheter
42 Melepas Catheter Menetap
43 Perawatan Luka
44 Irigasi Luka
45 Melepas Drain
46 Mengangkat Jahitan ( Hecting Aff )
47 Perawatan Luka Dekubitus
48 Pemberian Transfusi Darah
49 Penghisapan Lendir
50 Fisioterapi Dada
51 Batuk Efektif
52 Bernapas Dalam
53 Memberi Minum Pada Bayi
54 Merawat Tali Pusat
55 Menimbang Berat Badan Bayi

40
56 Mengganti Pakaian Bayi
57 Pemberian Imunisasi BGC
58 Pemberian Imunisasi HB I
59 Pemberian Imunisasi Polio
60 Pemberian Imunisasi Kombo ( DPT/HB)
61 Memberi Kompres Air Hangat
62 Perawatan Isolasi
63 Meeting Morning
64 Timbang Terima/Operan Jaga
65 Sterilisasi Ruang Dengan U.V
66 Orientasi Pasien Baru di RRI
67 Penanganan Sampah Rumah Tangga
68 Penanganan Sampah Medis Tajam
69 Pengelolaan Sampah Medis
70 Pembuangan Sampah Medis Cair Yang Terkontaminasi
71 Pengelolaan Air Limbah
72 Orientasi Pegawai Baru
73 Orientasi Perawat/Bidan Baru
74 Pencengahan Dekubitus
75 Memotong Kuku
76 Pemberian Obat Melalui Mata
77 Pemberian Obat Melalui Vagina
78 Pemberian Obat Sub Lingual
79 Rentan Gerak Aktif/Pasif
80 Pemberian Inhalasi
81 Perawatan Catheter Menetap
82 Menyiapkan Dahak (Sputum) Untuk Pemeriksaan
Laboratorium
83 Pemberian Oksigen
84 Penatalaksanaan Tindakan Hemodialisa Dari Ruang Rawat
Inap
85 Perawatan Pasien Post Operasi Dengan Spinal Anastesi
86 Perawatan Pasien Post Operasi Dengan Spinal Anastesi
87 Menjahit Luka
88 Persiapan Bagi Pasien Untuk Pemeriksaan Colon In Loop
89 Persiapan Bagi Pasien Untuk Pemeriksaan USG
90 Persiapan Bagi Pasien Untuk Pemeriksaan OMD
91 Perawatan Jenazah
92 Pemberian Obat Secara Oral
93 Pemberian Obat Melalui Rektal
94 Pemberian Obat Melalui Telinga
95 Pemberian injeksi Intra Kutan
96 Pemberian Injeksi Sub Kutan
97 Redressing Infus
98 Penggantian Vena Chateter atau Jarum Suntik
99 Melepas Infus

41
100 Penggantian Catheter Menetap
101 Memandikan Bayi
102 Persiapan Operasi
103 Persiapan Untuk Pemeriksaan VIP
Sumber: Kumpulan Prosedur Tetap Perawatan Dasar
c. Analisa data
Berdasar tabel diatas, secara umum standar asuhan
keperawatan dan protap sudah sesuai dengan kebutuhan ruang
perawatan pasien di ruang rawat penyakit dalam di Ruang
CempakaRSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata.

7. Mesin
a. Kajian teori
Mesin (machine) adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim
atau mengubah energi untuk melakukan atau membantu pelaksanaan
tugas manusia. Dengan demikian, mesin digunakan untuk memberi
kemudahan atau menghasilkan keuntunganyang lebih besar serta
menciptakan efisiensi kerja.Biasanya membutuhkan sebuah masukan
sebagai pemicu, mengirim energi yang telah diubah menjadi sebuah
keluaran, yang melakukan tugas yang telah disetel.
Mengingat fungsi mesin adalah untuk mempermudah atau
membantu kerja manusia, mesin sangat dibutuhkan dalam pemberian
perawatan. Adanya mesin yang canggih akan menunjang hasil kinerja
perawat.
b. Kajian data
Tabel 2.17
Daftar Inventaris Ruang Menur
RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
NO Nama Alat Jumlah Kebutuhan Kondisi
1 Senter 1 2 Baik
2 Lemari Es 1 1 Baik
3 Kipas Angin 5 5 baik
4 Airphone - 1 -
6 Jam dinding 7 7 3 baik 1 rusak
7 Tabung oksigen 7 15 Baik

42
8 Suction 2 2 Baik
9 Nebulizer 2 2 Baik
10 Penlight 1 2 Baik
11 Hammer - 2 -
12. Infus pump 1 4 Baik
13 Syringe pump - 4 -
Sumber data: sekunder ruang Cempaka

c. Analis data
Menurut analisa, ketersediaan alat mesin di cempaka belum
memenuhi kebutuhan ruangan.

43
A. Proses
1. Asuhan keperawatan(instrumen A)
Kajian teori
Instrumen A merupakan instrumen evaluasi terhadap
pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah baku. Evaluasi
dilakukan terhadap dokumentasi asuhan keperawatan pasien yang dirawat
minimal 2 hari.Dokumentasi keperawatan merupakan suatu mekanisme
yang digunakan untuk mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien.Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat akan
memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan
masalah klien. Selain itu untuk mengetahui kondisi sejauh mana masalah
klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi
dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Melalui dokumentasi
keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat
dalam membentuk asuhan keperawatan kepada klien. Dengan demikian
akan dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian asuhan
keperawatan yang diberikan guna pembinaan dan pengembangan lebih
lanjut (Nursalam, 2001).
Kajian Data
Penilaian dokumentasi dengan mengambil 10 rekam medik pasien
yang dirawat minimal 2 hari kemudian dilakukan check list menggunakan
instrumen seperti pada lampiran hasil observasi instrument A. Hasil
evaluasi yang didapatkan adalah sebagai berikut :

44
Tabel 2.11 Evaluasi instrumen A di ruang Cempaka RSUD dr R.
Goetheng Taroenadibrata Purbalingga

N Aspek yang Hasil


(%) Keterangan
o dinilai
1) Mencatat data yg dikaji sesuai pedoman pengkajian
2) Data dikelompokkan (bio-psiko-sosial-spiritual)
3) Data dikaji sejak pasien datang sampai pulang
1. Pengkajian 67,5
4) Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status
kesehatan dgn norma dan pola fungsi kehidupan

1) Dx. Kep. Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan


Diagnosa
2. 70 2) Dx. Kep. Mencerminkan PE/PES
Keperawatan
3) Merumuskan Dx. Kep aktual/ potensial
1) Berdasarkan Dx. Kep.
2) Disusun menurut urutan prioritas
3) Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/subjek,
perubahan perilaku, kondisi pasien dan atau kriteria waktu
3. Perencanaan 70
4) Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat
perintah, terinci dan jelas
5) Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan
pasien/keluarga
1) Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana keperawatan
2) Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan
keperawatan
4. Tindakan 85 3) Revisi tindakan berdasarkan
4) evaluasi
5) Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat dengan
ringkas dan jelas
1) Evaluasi mengacu pada tujuan
5. Evaluasi 75
2) Hasil evaluasi dicatat
1) Menulis pada format yang baku
2) Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang
dilaksanakan
3) Pencatatan dirulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku
Dokumentasi
dan jelas/benar
6. Asuhan 94
4) Setiap melaksanakan tindakan/ kegiatan perawat
Keperawatan
mencantumkan paraf/nama jelas, tanggal dan jam
dilakukannya tindakan
5) Dokumentasi keperawatan tersimpan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku

45
Rata-rata 76,9 Cukup

Jawaban ya
Jawaban ya + jawaban tidak X 100%

Analisa
Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata dokumentasi keperawatan
ruang Cempaka sebesar 76,9 %. Dokumentasi yang memiliki nilai
terendah adalah pengkajian. Terdapat beberapa poin yang belum diisi
pada pengkajian. Pengkajian juga hanya dilakukan secara komprehensif
hanya pada saat pasien datang. Diagnosa keperawatan sesuai dengan
masalah yang ditemukan dengan nilai 70%. Diagnosa sudah menerapkan
PES, tetapi beberapa diagnosa belum diprioritaskan sesuai kebutuhan
berdasarkan teori Maslow. Rencana keperawatan yang dipilih kurang
melibatkan peran keluarga pasien. Sementara itu, tindakan keperawatan
yang didokumentasikan memiliki nilai 85%. Dokumentasi tindakan
sesuai dengan tindakan yang dilakukan. Sedangkan evaluasi 75%,
terdapat beberapa evaluasi yang kurang sesuai dengan rencana
keperawatan. Secara keseluruhan, dokumentasi keperawatan memiliki
nilai 94% yang terdiri dari penulisan baku, jelas, ringkas, mencantumkan
waktu dan paraf, serta tersimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Patient safety (Instrumen C)


Kajian teori
a. Definisi
Keselamatan pasien merupakan hal yang sangat penting dalam
pelayanan rumah sakit.Peraturan tentang keselamatan pasien
tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009
dan Undang-Undang Rumah Sakit Nomor 44 Tahun 2009.Rumah
sakit wajib melaksanakan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
anti diskriminasi dan efektif, dengan mengutamakan kepentingan
pasien.Rumah sakit harus memenuhi hak pasien untuk memperoleh
keamanan dan keselamatan selama perawatan di rumah sakit.

46
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah
terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan
resiko. Meliputi:
1) Assessment risiko
2) Identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien
3) Pelaporan dan analisis insiden
4) Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5) Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

b. Tujuan
Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah:
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2) Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3) Menurunnya KTD di Rumah Sakit
4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan KTD
Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional
adalah:

1) KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN:


 Gelang pasien digunakan untuk mengidentifikasi nama
pasien dengan tepat. yang mencakup minimal 4 (empat)
warna, yaitu
Biru pasien laki-laki
Merah muda pasien perempuan
Merah  pasien dengan alergi
Kuning  pasien dengan risiko jatuh
 Berikan penjelasan tentang manfaat pemasangan gelang.

47
 Pada gelang pasien tertera minimal dua identitas, yaitu
nama dan nomor RM. Identitas tidak boleh menggunakan
nomor kamar atau lokasi pasien.
 Lakukan identifikasi dan klarifikasi kecocokan identitas
nama pasien antara yang diucapkan pasien dg yang tertera
pada gelang pasien
 Identifikasi nama pasien wajib dilakukan pada saat:
sebelum memberikan obat, sebelum memberikan darah
atau produk darah, sebelum mengambil specimen darah,
dan sebelum melakukan tindakan/prosedur lainnya.

2) PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF


Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas,
dan yang dipahami oleh resipien/penerima akan mengurangi
kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau
tertulis.Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan
adalah perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan
melalui telpon.Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan
adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan klinis, seperti
laboratorium klinis menelpon unit pelayanan untuk
melaporkan hasil pemeriksaan segera /cito.
 Untuk itu setiap petugas wajib :
 Lakukan komunikasi, baik lisan maupun tertulis dengan
sejelas-jelasnya.
 Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
 Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan
secara lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah
atau hasil pemeriksaan tersebut.

48
 Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu
yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut

3) PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI
Indikator Peningkatan Keselamatan Penggunaan Obat-
Obat yang perlu Kewaspadan Tinggi :
 Elektrolit pekat (KCl 7.46%, Meylon 8.4%, MgSO4 20%,
NaCl 3%) tidak disimpan dalam unit pasien kecuali
dibutuhkan secara klinis, dan tindakan dilakukan untuk
mencegah penggunaan yang tidak seharusnya pada area
yang diijinkan sesuai kebijakan.
 Elektrolit pekat yang disimpan dalam unit perawatan pasien
memiliki label yang jelas dan disimpan di tempat dengan
akses terbatas.
 Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi
lainnya : Golongan opioid, anti koagulan, trombolitik, anti
aritmia, insulin, golongan agonis adrenergic, anestetik
umum, kemoterapi, zat kontras, pelemas otot dan larutan
kardioplegia.

4) KEPASTIAN TEPAT LOKASI/SISI, TEPAT PROSEDUR


DAN TEPAT ORANG YANG OPERASI
Indikator Keselamatan Operasi :
 Menggunakan tanda yang mudah dikenali untuk identifikasi
lokasi operasi dan mengikutsertakan pasien dalam proses
penandaan.
 Menggunakan checklist atau proses lain untuk verifikasi
lokasi yang tepat, prosedur yang tepat, dan pasien yang
tepat sebelum operasi, dan seluruh dokumen serta peralatan
yang dibutuhkan tersedia, benar dan berfungsi.
 Seluruh tim operasi membuat dan mendokumentasikan
prosedur time out sesaat sebelum prosedur operasi dimulai.

49
Tandai lokasi operasi (Marking), terutama :
 Pada organ yang memiliki 2 sisi, kanan dan kiri.
 Multiple structures (jari tangan, jari kaki)
 Multiple level (operasi tulang belakang, cervical, thorak,
lumbal)
 Multipel lesi yang pengerjaannya bertahap
Anjuran Penandaan Lokasi Operasi
 Gunakan tanda yang telah disepakati
 Dokter yang akan melakukan operasi yang melakukan
pemberian tanda
 Tandai pada atau dekat daerah insisi
 Gunakan tanda yang tidak ambigu (contoh : tanda “X”
merupakan tanda yang ambigu)
 Daerah yang tidak dioperasi, jangan ditandai kecuali sangat
diperlukan
 Gunakan penanda yang tidak mudah terhapus (contoh :
Gentian Violet)

5) PENGURANGAN RISIKO INFEKSI MELALUI 6


LANGKAH CUCI TANGAN
Budayakan cuci tangan di RS pada saat :
 Sebelum dan sesudah menyentuh pasien
 Sebelum dan sesudah tindakan / aseptik
 Setelah terpapar cairan tubuh pasien
 Sebelum dan setelah melakukan tindakan invasive
 Setelah menyentuh area sekitar pasien / lingkungan
 Adapun 6 langkah cuci tangan standar WHO adalah
Buka kran dan basahi kedua telapak tangan
Tuangkan 5 ml handscrub/sabun cair dan gosokkan pada
tangan dengan urutan TEPUNG SELACI PUPUT:
- Telapak tangan; gosok kedua telapak tangan
- Punggung tangan; gosok punggung dan sela-sela jari
sisi luar tangan kiri dan sebaliknya.
- Sela-sela jari, gosok telapak tangan dan sela-sela jari
sisi dalam

50
- Kunci; jari jari sisi dalam dari kedua tangan saling
mengunci
- Putar; gosok ibu jari tangan kiri dan berputar dalam
genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya
- Putar; rapatkan ujungjari tangan kanan dan gosokkan
pada telapak tangan kiri dengan cara memutar mutar
terbalik arah jarum jam, lakukan pada ujung jari
tangan sebaliknya.
Ambil kertas tissue atau kain lap disposable, keringkan
kedua tangan
Tutup kran dengan sikut atau bekas kertas tissue yang
masih di tangan.

6) PENGURANGAN RISIKO CIDERA KARENA PASIEN


JATUH
 Amati dengan teliti di lingkungan RS terhadap fasilitas,
alat, sarana dan prasarana yang berpotensi menyebabkan
pasien cidera karena jatuh
 Laporkan pada atasan atas temuan risiko fasilitas yang
dapat menyebabkan pasien cidera
 Lakukan pengkajian risiko jatuh pada setiap pasien dg
menggunakan skala (Skala Humpty Dumpty untuk pasien
anak, Skala Risiko Jatuh Morse (MSF) untuk pasien
dewasa, dan skala geriatric pada pasien lansia.
Elemen Patient Safety:
1) Adverse drug events(ADE)/ medication errors (ME)
(ketidakcocokan obat/kesalahan pengobatan)
2) Restraint use (kendali penggunaan)
3) Nosocomial infections (infeksi nosokomial)
4) Surgical mishaps (kecelakaan operasi)
5) Pressure ulcers (tekanan ulkus)
6) Blood product safety/administration (keamanan produk
darah/administrasi)
7) Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba)

51
8) Immunization program (program imunisasi)
9) Falls (terjatuh)
10) Blood stream–vascular catheter care (aliran darah–perawatan
kateter pembuluh darah)
11) Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor
incident reports (tinjauan sistematis, tindakan lanjutan, dan
pelaporan pasien/pengunjung laporan kejadian)
TujuhStandarKeselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital
Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on
Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002),
yaitu:
1) Hak pasien
2) Mendidik pasien dan keluarga
3) Keselamatan pasien dan asuhan berkesinambungan
4) Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja, untuk
melakukan evaluasi dan
5) meningkatkan keselamatan pasien
6) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7) Mendidik staf tentang keselamatan pasien
8) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
c. Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit
WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2
Mei 2007 resmi menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety
Solutions” (“Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah
Sakit”). Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang
dibuat, mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal
dari proses pelayanan kesehatan. Sembilan Solusi ini merupakan
panduan yang sangat bermanfaat membantu RS, memperbaiki proses
asuhan pasien, guna menghindari cedera maupun kematian yang dapat
dicegah.

52
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong
RS-RS di Indonesia untuk menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, atau 9 Solusi, langsung atau
bertahap, sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS masing-masing.
1) Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike,
Sound-Alike Medication Names).
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM),yang
membingungkan staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang
paling sering dalam kesalahan obat (medication error) dan ini
merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan
ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi
terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau
generik serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada
penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan memastikan
terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak
lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.
2) Pastikan Identifikasi Pasien
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk
mengidentifikasi pasien secara benar sering mengarah kepada
kesalahan pengobatan, transfusi maupun pemeriksaan; pelaksanaan
prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan
keluarganya, dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk
verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien
dalam proses ini; standardisasi dalam metode identifikasi di semua
rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan; dan partisipasi
pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan protokol untuk
memtempat tidurakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.

3) Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien


Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/
pengoperan pasien antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta
antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya

53
kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan
potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien.
Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima
pasien termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan
informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi para
praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan
pada saat serah terima,dan melibatkan para pasien serta keluarga
dalam proses serah terima.
4) Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat
dicegah. Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru
atau penempatan tidur pada sisi tubuh yang salah sebagian besar
adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau
informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya
terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau
kurangnya proses pra-tempat tidur yang distandardisasi.
Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan
yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi pra-tempat
tidur; pemberian tanda pada sisi yang akan ditempat tidur oleh
petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan adanya tim yang
terlibat dalam prosedur Time out sesaat sebelum memulai prosedur
untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang
akan ditempat tidur.
5) Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated)
Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media
kontras memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang
digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.
Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit
ukuran dan istilah; dan pencegahan atas campur aduk/bingung
tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.
6) Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan

54
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat
transisi/pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan pertempat tiduraan)
medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah salah
obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien.
Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling
lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima
pasien juga disebut sebagai “home medication list”, sebagai
perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan/atau
perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi; dan
komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut
dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
7) Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube)
Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus
didesain sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya
KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera
atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah, serta
memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.
Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas
medikasi secara detail/rinci bila sedang mengenjakan pemberian
medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan
bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya
menggunakan sambungan & slang yang benar).
8) Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran
dan HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse)
dari jarum suntik. Rekomendasinya adalah penlunya melarang
pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik
para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya
tentang prinsip-pninsip pengendalian infeksi,edukasi terhadap
pasien dan keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui
darah;dan praktek jarum sekali pakai yang aman.

55
9) Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan
lnfeksi Nosokomial
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta
orang di seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah-
rumah sakit. Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran
preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini.
Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan
cairan “alcohol-based hand-rubs” tersedia pada titik-titik pelayan
tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai
teknik kebarsihan taangan yang benar mengingatkan penggunaan
tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan penerapan
kebersihan tangan melalui pemantauan/observasi dan tehnik-tehnik
yang lain.

Kajian Data
Berdasarkan hasil pengkajian awal, ditemukan beberapa SOP
tindakan yang biasa dilakukan di ruang Cempaka. Penilaian pelaksanaan
SOP dilakukan dengan melihat pelaksanaan tindakan kemudian
dilakukan check list pada lembar SOP. Hasil observasi yang didapatkan
adalah sebagai berikut :

SOP yang Hasil Keterangan


dinilai pencapaian
SOP cuci 66,6% Pada pelaksanaan cuci tangan, perawat sudah menerapkan enam lang
tangan menurut WHO. Namun beberapa perawat masih mengenakan akses
higienis saat mencuci tangan. Setelah selesai mencuci tangan, perawat men

56
kran menggunakan tangan yang sudah bersih kemudian mengering
tangan dengan tissue.
SOP injeksi 63,6% Sebelum memberikan injeksi, perawat menginformasikan terkait obat y
intravena akan diberikan, mendesinfektan area injeksi. Namun perawat t
mengenakan pengalas saat injeksi intravena serta tidak melakukan h
hygiene setelah keluar dari kamar pasien.
SOP terapi 68% Tindakan terapi inhalasi yang dilakukan oleh perawat sudah sesuai den
inhalasi SOP namun kurang memperhatikan komunikasi terhadap pasien dan t
memposisikan pasien dengan benar. Setelah terapi inhalasi selesai, pera
tidak mengevaluasi perasaan pasien.
SOP 72,9% Secara keseluruhan prosedur pemasangan infuse pada anak di ru
Pemasangan cempaka sudah baik. Namun komunikasi perawat pada pasien m
infus kurang terkait salam, perkenalan, validasi nama pasien, dan penjel
tujuan serta prosedur pemasangan infuse dan evaluasi perasaan pa
setelah pemasangan infuse. Selain itu perawat juga tidak menulis
tanggal pemasangan infuse dan penomoran plabot infuse.
Tabel 2.12 Evaluasi instrumen C di ruang Cempaka RSUD dr R.
Goetheng Taroenadibrata Purbalingga

Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan cuci tangan higienis tidak


melepas aksesoris, dan menutup kran menggunakan tangan yang sudah
bersih. Saat tindakan terapi inhalasi, perawat kurang berkomunikasi
dengan pasien dan tidak memposisikan pasien (semifowler/fowler).
Selain itu perawat kurang mempraktekan teknik cuci tangan secara benar
berdasarkan standar WHO.Selain itu perawat tidak menutup keran
dengan lap tangan dan juga tidak mengeringkan dengan tissue.
Berdasarkan hasil observasi saat melakukan injeksi IV, perawat
tidak melakukan hand hygiene sebelum tindakan, tidak mengenakan
pengalas, tidak mendesinfektan ulang setelah injeksi selesai, tidak
mengevaluasi perasaan pasien, dan tidak melakukan hand hygiene setelah

57
keluar dari kamar pasien. Selain tindakan –tindakan tersebut, perawat
sudah melakukan tindakan sesuai dengan SOP.
Berdasarkan hasil observasi saat tindakan inhalasi perawat tidak
melakukan hand hygiene sebelum tindakan, tidak memakai APD, dan
komunikasi dengan pasien dan keluarga masih minimal serta perawat
tidak memposisikan pasien menjadi fowler atau semifowler. Secara garis
besar, tindakan terapi inhalasi sudah sesuai dengan SOP.

Analisa
Berdasarkan analisa diatas, didapatkan bahwa beberapa tindakan
keperawatan di ruang cempaka masih belum sesuai dengan SOP.
Ketidaksesuaian pelaksanaan SOP dapat meningkatkan risiko infeksi
nosokomial sehingga perlu adanya perbaikan pelaksanaan SOP yang
berfokus pada patient safety disesuaikan dengan sarana prasarana dan
kondisi ruangan.Selain itu berdasarkan observasi di ruangan, dari 20
orang pasien yang dirawat di ruang Cempakahanya 3 pasien yang
mengenakan gelang identitas.Keluarga pasien mengatakan bahwa
sebelumnya perawat telah memberikan gelang identitas namun anak
merasa tidak nyaman sehingga dilepas.. Berdasarkan observasi, banyak
pengunjung anak yang masuk ke ruang Cempaka. Para pengunjung tidak
menempatkan alas kaki pada rak yang telah disediakan sehingga tampak
tidak rapih. Hal tersebut merupakan salah satu risiko timbulnya infeksi
nosokomial. Tidak tersedianya pengesat kaki di kamar mandi pasien,
lantai di depan kamar mandi licin sehingga memunculkan resiko cedera
karena jatuh.

3. Atraumatic Care
Terapi bermain
Salah satu metode pendidikan yang menyenangkan bagi anak-anak
yaitu melalui permainan yang mendidik.“Bermain” (play) merupakan
setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan,
tanpa mempertimbangkan hasil akhir.Bermain dilakukan secara suka rela,
dantidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.
Piaget menjelaskan bahwa bermain “terdiri atas tanggapan yang
diulang sekedar untuk kesenangan fungsional”. Menurut Bettelheim

58
kegiatan bermain adalah kegiatan yang “tidak mempuyai peraturan lain
kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang
dimaksudkan dalam realita luar”. Bermain secara garis besar dapat
dibagi ke dalam dua kategori, aktif dan pasif “hiburan”. Pada semua usia,
anak melakukan permainan aktif dan pasif. Proporsi waktu yang
dicurahkan ke masing-masing jenis bermain itu tidak bergantung pada
usia, tetapi pada kesehatan dan kesenangan yang diperoleh dari masing-
masing kategori. Meskipun umumnya permainan aktif lebih menonjol
pada awal usia prasekolah dan permainan hiburan ketika anak
mendekati masa puber, namun hal itu tidak selalu benar.

Skala Penilaian (%)


No Tindakan
Ya Tidak
1 Apakah anda mengetahui konsep atraumatic care pada anak ? 3 2
2 Berikut ini adalah contoh dari konsep atraumatik care: 4 1
a. Terapi bermain
b. Kompres
c. Injeksi
3 Apakah anda mengetahui konsep terapi bermain 3 2
4 Apakah anda pernah melakukan terapi bermain pada pasien? 4 1
5 Apakah anda melakukan kompres untuk mengurangi nyeri, 5
menurunkan panas, dan pada saat injeksi

59
6 Apakah anda melakukan komunikasi terapeutik sebelum 5
melakukan tindakan ke pasien?
7 Apakah anda melakukan pengenalan alat kesehatan sebelum 3 2
melakukan tindakan ke pasien
8 Apakah anda mengetahui konsep atraumati care yang lain, selain 1 4
yang disebutkan diatas??

9 Tidak, distraksi, relaksasi 4 1


Apa yang anda lakukan selama ini untuk mengurangi kecemasan
pada anak ?
mengalihkan perhatian, melibatkan keluarga berkata yang lembut,
senyum.
Rata-rata 32 13
Kuisioner Atraumatic Care
Di Ruang Cempaka RSUD Purbalingga

Sistem penilaian dari kuisioner diatas menggunakan rumus sebagai berikut :


Jawaban ya
Jawaban ya + jawaban tidak X 100%

x 100% = 71

Analisa data
Kesimpulan dari analisis dari hasil kuesioner di atas terkait pengetahuan
konseptentang atraumatic care sebesar 71%. Secara penegtahuan perawat sudah
memiliki wawasan yang baik tentang atraumatic care.Namun saat melakukan
tindakan keperawatan, perawatjarang mengenalkan alat-alat kesehatan yang
digunakan pada anak serta keterlibatan orang tua juga masih belum maksimal.Saat
diwawancarai, perawat mengatakan bahwa terapi bermain tidak dilaksanakan
apabila tidak ada mahasiswa yang sedang praktik. Ruang terapi bermain tampak
kurang tertata dan penggunaannya kurang maksimal. Berdasarkan hasil observasi
di ruangan, kegiatan terapi musik yang dilakukan setiap pagi, suara musiknya
tidak terdengar ke seluruh ruangan.

60
Proses manajemen (MPKP)

a. Perencanaan
Kajian teori
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan
yang berisikan apa yang akan dilakukannya serta bagaimana, kapan
dan dimana akan dilaksanakannya (Marquis, 2000). Perencanaan
dibuat untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan
kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran
belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang
dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan kebijaksanaan dan
prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah
ditetapkan.
Unit perawatan merupakan unit terkecil dalam kegiatan
pelayanan rumah sakit. Perencanaan yang disusun mengacu kepada
kerangka utama rencana strategi rumah sakit dengan
mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang yang nyata dan
ancaman eksternal yang harus diantisipasi.
Kerangka perencanaan terdiri dari
1) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana
langkah mencapai visi
2) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi
3) Tujuan, berisikan tujuan yang ingin dicapai
4) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai
tujuan
5) Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan
6) Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang
menyimpang.
Model perencanaan meliputi :
1) Reactive planning, yaitu tak ada perencanaan, manajer langsung
melakukan tindakan begitu menemukan masalah. Perubahan yang

61
terjadi tidak pasti karena dipengauhi oleh masalah dan kondisi yang
ada
2) Inactive planning, yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan dengan
masalah yang muncul (telah ada bayangan atau perencanaan tetapi
dalam pelaksanaannya dilakukan sejalan dengan pekembangan
masalah.
3) Preactive planning, yaitu penyusunan perencanaan dengan
mengetahui rencana ke depan pencapaian target yang sudah pasti
(sudah jelas dan tidak berubah).
Ciri dari perencanaan ini adalah tujuan yang akan dicapai jelas,
tedapat pembatasan waktu perencanaan belangsung, terdapat
indikator pencapaian target, risiko dan ketidakpastian jelas.
4) Proactive planning, yaitu pembuatan perencanaan dengan
memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Masa
lalu digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun perencanaan
sekarang dan masa depan, masa sekarang sebagai pelaksanaan
perencanaan, dan masa depan merupakan perencanaan yang
disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan perencanaan masa lalu
dan sekarang.

Perencanaan meliputi:
1) Jangka pendek (target waktu dalam minggu/bulan)
Meliputi perubahan jadwal dinas (pagi, siang, malam) akibat
perubahan kondisi bangsal dan permintaan fasilitas yang segera
akibat kerusakan yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya

2) Jangka menengah (periode dalam satu tahun)


Meliputi pengaturan dinas, perbaikan peralatan/service, permintaan
perlengkapan rutin/barang habis pakai
3) Jangka panjang (untuk tahun mendatang)

62
Meliputi pengembangan SDM baik perawat maupun non perawat,
penambahan peralatan, penambahan jumlah tenaga, cuti tahunan
dan sebagainya
Berdasarkan buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di RS
(Depkes RI, 1999), Tugas Kepala Ruang dalam perencanaan (P1)
meliputi:
1) Menyusun rencana kerja kepala ruang
2) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan
keperawatan di ruang rawat yang bersangkutan
3) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah
maupun kualifikasi untuk di ruang rawat, koordinasi dengan kepala
perawat instalasi/kepala instalasi.
Tugas kepala ruang dalam perencanaan ( RSUD Purbalingga, 2009)
meliputi:
a). Membuat jadwal dinas koordinasi dengan perawat primer
b). Membuat usulan pengembangan tenaga.
c). Mengajukan permintaan peralatan dan obat-obatan sesuai
kebutuhan
Tabel 2.14Kajian PlanningDi Ruang CempakaRSUD dr R Goeteng
TaroenadibrataPurbalingga

No Standar Dokumen Keterangan


1 Jadwal dinas Ada Disusun setiap bulan
2 Koordinasi dengan perawat Ada Dilakukan koordinasi rutin
primer tetapi tidak
didokumentasikan
3 Perencanaan tahunan oleh kepala Ada Perencanaan terakhir
ruang dilakukan pada awal tahun
-Pengembangan staf 2018
-Alat/fasilitas
-Kebutuhan tenaga
-Cuti

Penyusunan perencanaan mengacu pada perencanaan dari divisi


keperawatan dan Instalasi rawat inap dengan melibatkan penanggung
jawab pelayanan, penangung jawab logistic,dan penanggung jawab

63
SDM. Karu bertugas mensosialisasikan hasil perencanaan ke staf
ruang.Setelah sosialisasi dilakukan karu beserta staf bertugas untuk
melaksanakan perencanaan yang telah diprogramkan.Perencanaan
jangka panjang melalui pengembangan SDM terutama perawat
diusulkan oleh kepala ruang dengan ketentuan yang telah diatur oleh
prosedur tetap dan disesuaikan dengan kebutuhan ruangan.Kepala
ruang setiap tahun juga melakukan evaluasi kegiatan dan kebutuhan di
ruangan untuk membuat rencana kegiatan dan rencana kebutuhan
tahun berikutnya.
Perencanaan jangka menengah dijadwalkan oleh kepala ruang
yang diketahui dan disetujui oleh kepala ruang dan kepala
IRNA.Kepala ruang memberikan kesempatan setiap perawat untuk
mengaukan jadwal perencanaan cuti yang disesuaikan dengan kedaan
ruangan serta diketahui oleh kepala ruang. Sedangkan untuk
perencanaan jangka pendek perubhan jadwal dinas dilakukan antar
perawat yang bersangkutan apabila ada keperluan yang mendesak
dengan diketahui oleh kepala ruang. Untuk kerusakan barang-barang
yang tidak dapat diperkirakan seperti telepon, tensimeter dll dapat
melaporkan langsung ke bagian teknik untuk dilakukan perbaikan.
Analisa Data :
Prose perencanan di ruang Cempaka sudah berjalan sesuai
dengan prosedur, yaitu melakukan koordinasi dengan unit pelayanan
terkait dengan melibatkan staf. Secara garis besar tidak ada masalah
dengan sistem perencanaan di ruang Cempaka.

b. Organizing
Kajian Teori
Di dalam pengorganisasian asuhan keperawatan dikenal
beberapa model pemberian asuhan keperawatan. Model Praktek

64
Keperawatan Profesional (MPKP) terdiri dari 5 elemen subsistem
(Hoffart and Woods, 1996) yaitu :
1. Nilai-nilai profesional
2. Pendekatan manajemen
3. Metode pemberian Askep
4. Hubungan profesional
5. Sistem kompensasi dan penghargaan.
Ada beberapa teori mengenai metode asuhan keperawatan care
dellivery system antara lain menurut teori Gillies (1989):
1. Metode Kasus (Total Care Method)
Disebut juga Total patient care, perawat mempunyai otonomi dan
tanggung jawab terhadap perawatan pasien selama shift kerja (±
8jam). Pasien menerima asuhan keperawatan yang diberikan secara
total dan tidak terfragmentasi atau terpecah-pecah. Metode ini lebih
mudah dikerjakan karena satu orang perawat hanya bertanggung
jawab pada satu atau dua orang pasien dan maksimal tiga,
tergantung dari tingkat kebutuhan pasien dan model ini
membutuhkan koordinasi diantara perawat-perawat yang
melakukan asuhan keperawatan.
Kelebihan dari metode kasus ini:
a) Sederhana dan langsung
b) Garis pertanggung jawaban jelas
c) Kebutuhan klien cepat terpenuhi
d) Memudahkan perencanaan tugas
Kerugian dari metode ini, yaitu:
a) Membutuhkan dana yang cukup tinggi (Costly), karena pada
pelaksanaannya memerlukan perawat pelaksana yang
mempunyai kemahiran, keterampilan dan profesionalisme
tinggi sehingga reward juga harus tinggi.
b) Memerlukan supervisi yang adekuat dari kepala ruang (charge
nurse)

65
c) Memerlukan kepala ruang (charge nurse) yang mampu
memberikan training yang baik kepada perawat pelaksana.
2) Metode Fungsional (functional nursing)
Perawat pelaksana hanya bertugas berdasarkan tugas tertentu (task
oriented).
Keuntungan dari metode ini, yaitu:
a) Lebih efisien
b) Tugas dapat segera diselesaikan
c) Sedikit kebingungan karena tugasnya hanya satu
d) Kebutuhan akan perawat profesional (register nurse) sedikit
sehingga dana yang dibutuhkan juga minimal.
Kerugian dari metode ini, yaitu:
a) Asuhan keperawatan menjadi terfragmentasi
b) Kepuasan kerja rendah
c) Tidak ada tantangan dalam melakukan tugas
d) Lebih banyak membutuhkan koordinasi, terutama supervisi dari
kepala ruang untuk menghindari kesalahan dalam pemberian
asuhan keperawatan
e) Keseluruhan asuhan keperawatan tidak diperhatikan karena
tanggung jawab hanya pada tugas yang dilakukan
3) Metode Tim (team nursing)
Metode ini menggunakan prinsip bahwa ada sekelompok perawat
pelaksana yang dipimpin oleh ketua tim dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada sekelompok pasien. Ketua Tim bertanggung
jawab kepada kepala ruang.
Keuntungan dari metode ini, yaitu:
a) Meningkatkan metode kolaborasi
b) Kebingungan akses ke pasien berkurang
Kerugian dari metode tim, yaitu:
a) Saat pelaksanaan rencana keperawatan yang dibuat oleh Ketua
Tim, kemungkin terjadi pelaksanaan yang tidak sesuai standar
asuhan keperawatan

66
b) Membutuhkan perencanaan dan komunikasi diantara anggota
tim, sehingga metode ini menjadi tidak efektif karena
membutuhkan banyak waktu
c) Jalur tanggung jawabmenjadi tidak jelas
d) Asuhan keperawatan terfragmentasi dan dapat terjadi
overlapping/nursing error.
4) Metode Primer (primary nursing)
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik
dalam suatu organisasi atau kelompok kerja dengan semua staf
keperawatan yang profesional. Pada pelaksanaannya hampir sama
dengan metode case method nursing atau total patient care.
Kebutuhan akan Register Nurse sangat tinggi. Pada metode ini
setiap perawat primer memberikan tanggung jawab secara
menyeluruh terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan.
Penanggung jawab adalah Perawat Primer (PN). PN harus
mempunyai kemampuan membina komunikasi antara pasien,
dokter, AN dan anggota tim kesehatan lain. Setiap PN merawat 4-6
pasien dan bertanggung jawab terhadap pasien selama 24 jam dari
pasien masuk sampai pasien pulang. Ada kontinuitas asuhan
keperawatan yang bersifat komprehensif dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam satu tim PN mempunyai beberapa
perawat pelaksana (associate nurse/AN) dan bila PN tidak ada,
perawatan dilanjutkan oleh AN.
Keuntungan dari metode primer, yaitu:
a) Tingkat kepuasan yang tinggi
b) Tingkat tanggung jawab dan otonomi jelas
c) Perawat tertantang dalam menyelesaikan masalah dan diberi
penghargaan
Kerugian dalam metode ini, yaitu:
a) Costly

67
b) Kesulitan dalam menentukan standar RN. Hal ini disebabkan
untuk mencapai standar, semua PN harus RN, dan hal ini
menjadi sulit karena kendala ekonomi sehingga RS tidak
mampu memberi reward yang cukup dan terjadi keterbatasan
tenaga.

Dokter Kepala Ruang Sarana RS

Perawat Primer

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

pagi Gambar 2.3Bagan Model


sore Keperawatan Primer
malam

5) Metode Manajemen Kasus (nursing case management)


Pada metode ini ada seorang perawat yang menjalankan
sekumpulan aktivitas, mengerahkan, memantau dan
mengevaluasi semua sumber yang digunakan oleh pasien secara
total selama sakit.
Empat hal penting dalam manajemen kasus:
a) Pencapaian berdasar waktu yang ditentukan tim yang
terlibat
b) Yang bertindak sebagai case manager adalah orang yang
memberi pelayanan langsung
c) Seorang perawat/dokter yang terlibat bisa melampaui
unit
d) Perlu partisipasi aktif pasien dan keluarga untuk
menyusun evaluasi pelaksanaan kegiatan
Penerapan MPKP di ruang Cempaka RSUD Purbalingga
adalah modifikasi atau gabungan dari model keperawatan primer
yang dimodifikasi yang disebut Metode Primer Modifikasi
(MPM) yang dikembangan oleh Nuryandari (1998).

68
Model keperawatan primer modifikasi didasarkan pada
beberapa alasan antara lain:
a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena
sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang
pendidikan S1 Keperawatan.
b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena
tanggung jawab pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada PN.

Uraian tugas pokok kepala ruang


Tugas kepala ruangan dalam pengorganisasian, meliputi:
1) Tugas Pokok:
a) Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan
pasien di ruang rawat
b)Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
c) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan
keluarga
d)Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
e) Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian
f) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi
kegiatan guna peningkatan mutu pelayanan keperawatan di
ruang rawat
g)Mendukung terlaksananya program Patient Safety.
2) Uraian tugas:
a) Mensosialisasikan, mengatur dan mengendalikan
pelaksanaan kebijakan yang telah ditentukan kepada
semua staf
b) Mengecek kelengkapan inventaris peralatan dan obat-
obatan yang tersedia untuk kelancaran pelayanan

69
c) Mengajukan permintaan peralatan dan obat-obatan sesuai
kebutuhan
d) Memeriksa keadaan ruangan dan peralatan serta
menyusun laporan kerusakan, usulan perbaikan dan
pemeliharaannya
e) Menyusun data yang berhubungan dengan pelayanan
untuk membuat laporan harian, bulanan, triwulan serta
tahunan
f) Mengadakan rapat secara berkala untuk mengetahui
masalah dan mendapatkan cara penyelesaian agar
pelaksanaan pelayanan berjalan baik
g) Memberikan pengarahan, orientasi dan bimbingan
kepada staf baru/mahasiswa praktek di ruangan
h) Mengkoordinir pelaksanaan tata tertib, disiplin,
kebersihan dan keamanan ruangan.
i) Melaksanakan asuhan dengan menggunakan pendekatan
proses ilmiah
j) Membuat usulan nilai pra DP3 semua tenaga yang
menjadi tanggung jawabnya
k) Membuat usulan pengembangan tenaga
l) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
dalam rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan di
instalasi
m) Membagi staf keperawatan ke dalam grup MPM sesuai
dengan kemampuan dan beban kerja
n) Membuat jadwal dinas koordinasi dengan perawat
primer (PN)
o) Membagi pasien kepada grup MPM sesuai kemampuan
dan beban kerja
p) Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas perawat
primer dan perawatan asosiet (PN & AN)

70
q) Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf
untuk mencapai kinerja yang optimal
r) Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan dan
pelayanan dengan mengevaluasi melalui berbagai
metode evaluasi peningkatan mutu
s) Berperan sebagai konsultan/pembimbing bagi perawat
primer (PN)
t) Mendelegasikan tugas pada sore, malam, dan hari libur
kepada penanggung jawab tugas jaga ruangan
u) Membuat laporan pelaksanaan tugas secara
berkala/insidentil
v) Bertanggung jawab terhadap kelengkapan entry data
dalam billing system.

Uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari PN ,


AN , dan PJ
Berdasarkan struktur organisasi dan uraian jabatan
keperawatan adalah sebagai berikut:
Tugas Pokok Primery Nurse:
1) Mengelola asuhan keperawatan pasien di ruang rawat
2) Melakukan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan
keluarga
4) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan
PKK
5) Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian
6) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi
kegiaatan guna peningkatan mutu pelayanan keperawata
di ruang rawat
7) Mendukung terlaksananya program Patient Safety
Tugas Primary Nurse :
1) Bertugas pada pagi hari

71
2) Bersama AN menerima operan tugas jaga dari AN yang
tugas jaga malam
3) Bersama AN melakukan konfirmasi /Supervisi tentang
kondisi pasien segera setelah selesai operan tugas jaga
setiap pasien.
4) Bersama AN melakukan do’a bersama sebagai awal dan
akhir tugas, dilakukan setelah selasai operan tugas jaga
malam.
5) Melakukan pre conference dengan semua AN yang ada
dalam grupnya pada setiap awal dinas pagi
6) Membagi tugas / pasien kepada AN sesuai kemampuan
dan beban kerja.
7) Melakukan pengkajian, menetapkan masalah/diagnosa
dan perencanaan keperawatan kepada semua pasien yang
menjadi tanggungjawabnya dan ada bukti direkam
keperawatan.
8) Memonitor dan membimbing tugas AN.
9) Membantu tugas AN untuk kelancaran pelaksanaan
asuhan pasien
10) Mengoreksi, merevisi dan melengkapi catatan askep
yang dilakukan oleh AN yang ada dibawah tanggung
jawabnya.
11) Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai
tujuan yang ada dalam perencanaan asuhan keperawatan
dan ada bukti dalam rekam keperawatan.
12) Melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas
dan menerima laporan akhir tugas jaga dari AN untuk
persiapan operan tugas jaga berikutnya.
13) Mendampingi AN dalam operan tugas jaga kepada AN
yang tugas jaga berikutnya.

72
14) Memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup /yang
akan merawat selama pasien dirawat kepada pasien/kel.
Baru.
15) Menyelenggarakan diskusi kasus/conference dengan
dokter/tim kes. Lain setiap seminggu sekali.
16) Menyelenggarakan diskusi kasus /conference dalam
pertemuan rutin keperawatan di ruangan minimal
sebulan sekali.
17) Menyelenggarakan diskusi kasus/conference sesuai
prosedur.
18) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
dalam rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan
19) Menggantikan tugas PJ ruang pada pagi hari jika PJ tidak
ada.
20) Mendelegasikan tugas perawat primer pada sore, malam,
hari libur kepada perawat asosiete
21) Memberikan bimbingan mahasiswa praktek yang ada
dalam groupnya dalam rangka orientasi dan pelaksanaan
praktek keperawatan.
22) Perawat primer menginformasikan peraturan dan tata
tertib yang berlaku pada pasien/keluarga.
23) Perawat primer melakukan visite/monitoring
perkembangan pasien dan memberitahukan serta
menyiapkan pasien yang akan pulang
24) Perawat primer meneriama konsultasi/keluahan
pasien/keluarga dan berupaya mengatasinya, serta
memfasilitasi pelaksanaan konsultasi dengan dokter
25) Perawat primer membuat laporan tugas kepada Karu
setiap akhir tugas tentang kondisi pasien dan masalah
yang ada
26) Mengikuti pertemuan ilmiah/rutin yang diselenggaraan
RS di lingkungan tugasnya

73
27) Betanggung jawab atas kelengkapan entry data dalam
Billing System.
Tanggung Jawab Primary Nurse :
1. Kebenaran kajian data, diagnosa dan rencana keperawatan
a. Kebenaran kajian data keperawatan
b. Kebenaran diagnosis
c. Kebenaran rencana keperawatan
2. Kebenaran layanan asuhan, evaluasi dan resume
keperawatan
a. Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan tindakan
keperawatan
b. Kebenaran evaluasi keperawatan
c. Kebenaran resume keperawatan
3. Kebenaran dan ketetapan pendidikan/penyuluhan kesehatan
pada pasien
4. Pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien dengan kolaborasi
tim kesehatan lain
5. Kelengkapan dan kebenaran informasi kepada pasien
tentang dokter dan perawat yang bertanggung jawab, jadwal
konsultasi & rencana tindakan yang akan dilakukan &
rencana perawatan setelah pasien pulang
6. Kelengkapan dan kebenaran isian dokumen asuhan
keperawatan
7. Kebenaran bimbingan dan arahan kepada perawat asosiet
dan mahasiswa praktek klinik keperawatan
8. Kebenaran dan kelengkapan laporan dan dokumen asuhan
keperawatan
Wewenang Primary Nurse :
1) Mengatur dan membimbing dan memberikan arahan tugas
kepada AN/mahasiswa PKK yang menjadi tanggung
jawabnya

74
2) Meminta bahan dan perangkat kerja yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan asuhan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
pasien
3) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan
4) Melakukan konsultasi dan koordinasi tugas dengan
penanggung jawab ruang dan PN lain
5) Melakukan asuhan dan pelayanan yang komprehensif dan
prima kepada semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
6) Mendelegasikan tugas pada AN bila sedang tidak bertugas.

Tugas Pokok Penanggung Jawab Tugas Jaga:


1) Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan
pasien di ruang rawat pada sore, malam dan hari libur
2) Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan
keluarga
4) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
5) Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian
6) Melakukan pengendalian, pemantuan dan evaluasi kegiatan
guna peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang
rawat pada sore, malan, dan hari libur.
7) Mendukung terlaksananya program Patient Safety.
Uraian Tugas Penanggung Jawab Tugas Jaga:
1) Memberikan pengarahan, orientasi dan bimbingan kepada
mahasiswa praktek di ruangan
2) Mengkoordinir pelaksanaan tata tertib, disiplin, kebersihan
dan keamanan ruangan
3) Melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan
4) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam
rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan di ruangan

75
5) Membagi pasien kepada grup MPM sesuai kemampuan dan
beban kerja
6) Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas asuhan dan
pelayanan
7) Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf
untuk mencapai kinerja yang optimal
8) Melakukan upaya peningatan mutu asuhan dan pelayanan
9) Berperan sebagai konsultan dari perawat asosiet (AN) pada
saat PN tidak bertugas.
Tanggung Jawab Penanggung Jawab Tugas Jaga:
1) Ketepatan koordinasi tugas asuhan dan
pelayanan di ruangan
2) Kebenaran arahan tugas staf dan mahasiswa
3) Kelancaran memfasilitasi kebutuhan yang
diperlukan untuk asuhan dan pelayaan
4) Kelancaran layanan dan asuhan yang
komprehensif dan prima
5) Kelancaran pelaksanaan pendelegasian tugas
Pj. Ruang keperawatan pada sore, malam dan hari libur
6) Kebenaran dan ketepatan penggunaan
sumber daya yang efisien dan efektif
7) Kebenaran laporan pelaksanaan kegiatan
asuhan dan pelayanan keperawatan.
Wewenang Penanggung Jawab Tim:
1) Mengatur dan membimbing dan memberikan
arahan anggota tim/mahasiswa PKK yang menjadi tanggung
jawabnya
2) Meminta bahan dan perangkat kerja yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan asuhan dan pelayanan sesuai
dengan kebutuhan pasien
3) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan

76
4) Melakukan konsultasi dan koordinasi tugas
dengan penanggung jawab ruang dan PN lain
5) Melakukan asuhan dan pelayanan yang
komprehensif dan prima kepada semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
6) Mendelegasikan tugas pada AN bila sedang
tidak bertugas.
Tugas Pokok Assosiate Nurse ( AN ) :
1) Melaksanakan asuhan keperawatan pasien di ruang rawat
inap
2) Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan
keluarga
4) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
5) Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian
6) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan
guna peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang
rawat inap
7) Mendukung terlaksananya program Patient Safety
Uraian Tugas Assosiate Nurse (AN):
1) Melakukan doa bersama setiap awal dan akhir tugas yang
dilakukan setelah selesai serah terima operan tugas jaga.
2) Mengikuti pre konference yang dilakukan PN setiap awal
tugas pagi.
3) Melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawab dan ada bukti direkam
keperawatan.
4) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti direkam
keperawatan.
5) Melakukan konsultasi tentang masalah pasien kepada PN.

77
6) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti
direkam keperawatan.
7) Menerima keluhan pasien dan keluarga dan berusaha untuk
mengatasinya.
8) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien
yang menjadi tanggung jawabnya.
9) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan setiap akhir tugas
pada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan
ada bukti direkam keperawatan.
10) Mengikuti post konference yang diadakan oleh PN pada
setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi/perkembangan
semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya kepada PN
dan ada bukti di rekam keperawatan
11) Bila PN tidak ada, wajib mengenalkan AN yang ada dalam
satu group yang akan memberikan asuhan keperawatan pada
jaga berikutnya kepada pasien/keluarga baru.
12) Mengkuti diskusi kasus/conference dalam pertemuan rutin
13) Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN
14) Melaksanakan tugas PN pada sore, malam, dan hari libur
15) Berkoordinasi dengan Pj tugas jaga apabila ada kesulitan
tentang pelayanan
16) Bertanggung jawab atas kelengkapan entry data dalam
Billing System.
Tanggung Jawab Assosiete Nurse (AN ):
1) Kebenaran asuhan keperawatan meliputi kajian diagnosis,
rencana tindakan keperawatan
2) Kebenaran dan ketepatan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang komprehensif dan prima
3) Kelengkapan bahan dan peralatan kesehatan
4) Kebenaran isian rekam keperawatan

78
5) Kebenaran infomasi/bimbingan/penyuluhan kesehatan
kepada pasien/keluarga
6) Ketepatan penggunaan sumber daya secara efisien dan
efektif
Wewenang Assosiete Nurse (AN) :
1) Memeriksa kelengkapan dan alat yang diperlukan
2) Meminta bahan dan perangkat kerja sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan tugas
3) Melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa dan
perencanaan keperawatan bagi pasien baru pada saat PN
tidak bertugas sore, malam, dan hari libur
4) Melakukan asuhan keperawatan pasien
5) Melaporkan asuhan keperawatan pasien ke Pj tugas jaga dan
Perawat Primer (PN)
Kajian data
Tabel 2.15Kajian Organizing Di Ruang Cempaka RSUD dr R Goeteng
TaroenadibrataPurbalingga
No Standar Dokumen Keterangan
1 Pembagian Tugas Ada Dilakukan oleh ketua tim dengan
diketahui kepala ruang
2 Pendelegasian Tugas Ada
3 Koordinasi tugas Ada Dilakukan sesuai tugas dan
wewenang masing-masing staf yang
sudah ditentukan sebelumnya
4 Pengaturan/manajemen waktu Ada
5 Pengaturan dan pengendalian Ada Ditentukan bersama antara pihak
situasi tempat praktik akademik dengan pihak rumah sakit
6 Memberi wewenang kepada tata Ada
usaha untuk mengurus
administrasi klien
7 A. Pelaksanaan Tugas
1. Pelaksanaan tugas kepala Tidak Ada Hasil kajian mencapai 85,64%
ruang keperawatan
2. Pelaksanaan tugas primary Tidak Ada Hasil kajian mencapai 62,38%
nurse Tidak Ada
3. Pelaksanaan tugas perawat Hasil kajian mencapai 81,48%
assosiet Tidak Ada

B. Hubungan profesional
Tidak Ada Hasil kajian mencapai 73%

79
1. Pelaksanaan serah terima
tugas jaga Tidak Ada Hasil kajian mencapai 82%
2. Pelaksanaan meeting
morning Tidak Ada Hasil kajian mencapai 59,3%
3. Pelaksanaan pre
conference Hasil kajian mencapai 50,35%
4. Pelaksanaan post
Tidak Ada
conference
Tidak Ada Hasil kajian mencapai 94 %
5. Pelaksanaan ronde
keperawatan

Pengorganisasian staf mengacu pada struktur organisasi


ruangan yang ada sesuai dengan surat keputusan direktur RSUD
Purbalingga. Sewaktu kepala ruang berhalangan, tugas harian di
ruang Cempaka diserahkan kepada PJ Tim Primer
Modifikasi/PPJR. Pembinaan staf dan koordinasi yang dilakukan
oleh kepala ruang diselenggarakan 2 bulan sekali atau sewaktu-
waktu bila dibutuhkan melalui pertemuan pleno staf ruang
Cempaka. Pengorganisasian yang ada di ruang Cempaka adalah :
1) Tugas pelayanan keperawatan dilakukan oleh perawat,
sistem penugasan dengan menggunakan metode tim dan primer
yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 2 tim masing-
masing tim ada penanggung jawab (PN) yang membawahi 5
orang perawat pelaksana (PA).
2) Untuk tugas rumah tangga dilakukan oleh asisten
perawat.
3) Untuk pelayanan administrasi dilakukan oleh petugas
administrasi.
4) Tugas menjaga kebersihan ruangan dilaksanakan oleh
petugas kebersihan (Cleaning Service).
Pengorganisasian tugas jaga perawat diatur dan dijadwal oleh
kepala ruang demikian juga untuk jadwal pramu husada dan pramu
rumah tangga. Pembagian Perawat Primer (PN) dan Perawat
Pelaksana/ Associate Nurse (AN) telah dibekali dengan uraian
tugas yang jelas di protap, hanya pada pelaksanaan belum

80
seluruhnya optimal, terutama pendokumentasian sehingga perawat
seakan hanya melakukan tindakan keperawatan yang insidentil dan
rutinitas.
Penunjukan Ketua Tim (Primary Nursing) berdasarkan masa
kerja dan pendidikan serta faktor kedisiplinan atau prestasi kerja.
Begitu pula dalam pembagian shift, faktor masa kerja atau
senioritas tetap dipakai, hal ini untuk mengantisipasi kejadian-
kejadian selama pelaksanaan shift yang bersangkutan dan biasanya
senior ini didampingi oleh perawat yang lebih yunior.
Serah terima tugas operan jaga antar shift jaga masih
dilakukan antar perawat yang waktu itu sudah datang atau ada
(Kepala Ruang, PN, AN) dan masih belum lengkap materi yang
dilaporkan. Untuk kelancaran pelayanan keperawatan,
pengorganisasian di Ruang Cempaka dilakukan dengan cara:
1) Tugas pelayanan keperawatan dilakukan oleh tim primer
modifikasi
2) Tugas perawat dibantu oleh petugas administrasi dan
housekeeping.
Jumlah tenaga yang ada di ruang Cempaka RSUD
purbalingga adalah sebanyak 18 orang termasuk penanggung jawab
ruangan dan dibagi dalam 3 shift, rata-rata pembagian tiap shift:
Pagi 5 orang di tambah 1 orang administrasi dan 1 orang
housekeeping. Sedangkan untuk shift sore terdiri dari 3 orang
perawat dan shift malam 3 orangperawat.

Tabel 2.16Penilaian Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Di Ruang


Cempaka RSUD dr R Goeteng TaroenadibrataPurbalingga
RSUD Purbalingga
No Observasi
Variabel yang Dinilai
SL SR KD TP
1. Membagi staf kedalam beberapa group sesuai dengan 2 3
kemampuan dan beban kerja
2. Membuat jadwal dinas pagi, sore, malam dengan koordinasi 2 3
dengan KA. Tim
3. Melakukan meeting morning 5

81
4. Membagi pasien kepada masing-masing group Metode Tim 3 2
Modifikasi (MTM) sesuai dengan kemampuan dan beban
kerja
5. Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas Ka. TIm dan 3 2
PA
6. Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf kep. 3 2
untuk mencapai kinerja yang optimal
7. Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan kep. dengan 2 1 2
melakukan evaluasi melalui angket setiap pasien pulang
8. Mendelegasikan tugas kepada PA pada jaga malam S/M/HL 4 1
9. Berperan sebagai konsultan 5
JUMLAH 28 12 11 2

SL : Selalu; SR: Sering; KD : kadang – kadang ; TP : tidak pernah


Sistem penilaian dari kuisioner di atas menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah nilai kuisioner X 100 = ...%
Jumlah kuisioner tertinggi

x 100% = 88%

Analisa data
Hasil perhitungan tabel 2.16 menunjukkan nilai tugas kepala
ruang sudah baik yaitu 97%. Tugas kepala ruang sebagian besar sudah
dilakukan dengan intensitas selalu dilakukan. Meskipun demikian,
pada poin upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan dengan
melakukan evaluasi melalui angket setiap pasien pulang tidak selalu
dilakukan.

Tabel 2.17Penilaian Pelaksanaan Tugas Ketua Tim Di Ruang


Cempaka RSUD dr R Goeteng TaroenadibrataPurbalingga
Observasi
No Variabel yang Dinilai
SL SR KD TP
1. Bertugas pada pagi hari 5
2. Bersama PA menerima operan tugas jaga malam 5
3. Bersama PA melakukan konfirmasi/supervisi tentang kondisi 5
klien segera setelah operan
4. Bersama PA melakukan doa bersama sebagai awal dan akhir 5
tugas, dilakukan setelah operan
5. Melakukan pre conference dengan semua PA yang ada dalam 5
grupnya setiap awal dinas pagi

82
6. Membagi pasien/tugas pada anggota group sesuai kemampuan 3 2
dan beban kerja
7. Melakukan pengkajian, menetapkan masalah/diagnosa dan 2 3
perencanaan keperawatan semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
8. Memonitor dan membimbing tugas PA 5
9. Membantu tugas PA untuk kelancaran pelaksanaan asuhan pasien 3 2
10. Mengoreksi, merevisi dan melengkapi catatan askep yang 5
dilakukan oleh PA yang ada dibawah tanggung jawabnya
11. Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai dengan 1 1 3
tujuan yang ada dalam perencanaan askep di rekam keperawatan
12. Melaksanakan post conference setiap akhir dinas dan menerima 2 1 2
lapoan akhir tugas jaga dari PA pada groupnya untuk persiapan
operan tugas jaga berikutnya
13. Mendampingi PA dalam operan tugas jaga kepada group yang 2 3
tugas berikutnya
14. Memperkenalkan anggota group yang ada dalam satu grup/yang 3 1 1
akan merawat selama pasien dirawat pada klien/keluarga baru
15. Mendelegasikan tugas kepada PA pada S/M/HL 1 2 1 1
16. Melaksanakan pendelegasian tugas Ka Ruang pagi hari bila tidak 3 1 1
bertugas
17. Melaksanakan studi kasus dengan dokter dan tim kesehatan lain 2 2 1
tiap minggu
18. Melaksanakan studi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di 5
ruang minimal sebulan sekali
19. Menyelenggarakan diskusi kasus sesuai prosedur 2 3

20. Melakukan tugas lain sesuai uraian tugas 5 5


JUMLAH 55 18 18 4
SL : Selalu; SR: Sering; KD : kadang – kadang ; TP : tidak pernah
Sistem penilaian dari kuisioner di atas menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah nilai kuisioner X 100 = ...%
Jumlah kuisioner tertinggi
x 100% = 78%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan pelaksanaan tugas


PN mencapai 75%. Beberapa item tugas PN yang dikaji dalam tabel
dikatakan belum optimal, seperti pada:
a. Membagi pasien/tugas pada anggota group
sesuai kemampuan dan beban kerja
b. Melaksanakan studi kasus dengan dokter
dan tim kesehatan lain tiap minggu
c. Melaksanakan studi kasus dalam pertemuan
rutin keperawatan di ruang minimal sebulan sekali

83
Tabel 2.18Penilaian Pelaksanaan Tugas Perawat Assosiet Di Ruang
Cempaka RSUD dr R Goeteng TaroenadibrataPurbalingga
OBSERVASI
No VARIABEL YANG DINILAI
SL SR KD TP
1. Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari dan 5
kepada PA yang ada dalam satu group
2. Melakukan konfirmasi/supervisi tentang kondisi pasien segera 3 2
setelah operan
3. Melakukan doa pada awal dan akhir dinas 2 2 1
4. Mengikuti pre confeence yang diadakan oleh PA tiap dinas pagi 5
5. Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi 3 1 1
tanggungnjawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
6. Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam 3 2
keperawatn
7. Melakukan konsultasi tentang masalah klien/klg kepada Ka. Tim 2 1 2
8. Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada 3 2
pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada di bukti rekam
keperawatan
9. Menerima keluhan klien/klg dan berusaha mengatasinya 2 2 1
10. Melengkapi catatan askep pada semua pasien yang menjadi 3 2
tanggung jawabnya
11. Melakukan evaluasi askep setiap akhir tugas pada semua pasien 2 3
yang menjadi tanggung jawabnya dan ada di bukti rekam
keperawatan
12. Mengikuti post conference yang dilakukan oleh PP pada akhir 3 2
tugas dan melaporkan kondisi dan perkembangan semua pasien
yang menjadi tanggung jawabnya pada PP
13. Bila PP tidak ada, wajib mengenalkan anggota group yang ada 2 3
dalam satu gup yang akan memberikan askep pada jaga
berikutnya kepada klien/klg
14. Berkoordinasi dengan PP/Ka. Ruang/dokter/tim keehatan lain 3 2
bila ada masalah klien pada S/M/HL
15. Mengikuti diskusi kasus dengan tim kesehatan lain tiap satu 3 2
minggu sekali
16. Melaksanakan tugas pendelegasian PP pada sore, malam dan atau 3 1 1
hari libur
17. Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di 2 3
ruangan
18. Melaksanakan tugas lain sesaui uraian tugas anggota tim 2 2
JUMLAH 45 24 15 3

SL : Selalu; SR: Sering; KD : kadang – kadang ; TP : tidak pernah

Sistem penilaian dari kuisioner di atas menggunakan rumus sebagai berikut :


Jumlah nilai kuisioner X 100 = ...%
Jumlah kuisioner tertinggi

84
x 100% = 78 %

Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi didapatkan pelaksanaan tugas AN
terlaksana 79 %. Setelah dilakukan observasi ada beberapa aspek yang di
observasi belum optimal yaitu:
1)Melakukan doa pada awal dan akhir dinas
2)Mengikuti diskusi kasus dengan tim kesehatan lain tiap satu minggu
sekali
3)Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di ruangan
4)Selama periode pengamatan AN tidak pernah melakukan pendidikan
kesehatan kepada pasien dalam bentuk formal dan hal ini juga diperkuat
dengan tidak adanya dokumentasi keperawatan yang mencatat kegiatan
pendidikan kesehatan.

Tabel 2.19Penilaian Pelaksanaan Meeting MorningAssosiet Di Ruang


Cempaka RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
OBSERVASI
No VARIABEL YANG DINILAI
SL SR KD TP
1 Karu menyiapkan tempat untuk meeting morning 3 2
2. Karu memberikan arahan pada staf dengan materi yang telah 3 1 1
disiapkan sebelumnya
3. Karu memberikan klarifikasi apa yang telah disampaikan pada 2 1 2
staf
4. Memberikan pada staf untuk mengungkapkan permasalahan 5
yang muncul di ruangan
5. Bersama staf mendiskusikan pemecahan masalah yang dapat 3 2
ditempuh
6. Karu memberi motifasi dan reinforcement pada staf 2 2 1
JUMLAH 18 8 4
SL : Selalu; SR: Sering; KD : kadang – kadang ; TP : tidak pernah
Sistem penilaian dari kuisioner di atas menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah nilai kuisioner X 100 = ...%
Jumlah kuisioner tertinggi
x 100% = 82 %
Analisa Data

85
Berdasarkan hasil observasi didapatkan pelaksanaan meeting morning
mencapai 82%. Namum ada beberapa hal yang harus ditingkatkan yaitu:
1) Karu memberikan arahan pada staf dengan materi yang telah
disiapkan sebelumnya
2) Karu memberikan klarifikasi apa yang telah disampaikan pada
staf
3) Karu memberi motifasi dan reinforcement pada staf

Tabel 2.20Penilaian Pelaksanaan Pre ConferenceAssosiet Di Ruang Cempaka


RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

No OBSERVASI
VARIABEL YANG DINILAI
SL SR KD TP
1. Menyiapkan tempat untuk pre coference 4 1
2. Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung jawab 3 2
3. Menjelaskan tujuan dilakukan post conference 1 3 1
4. Memandu pelaksanaan pre conference 3 2
5. Menjelaskan masalah keperawatan pasien dan rencana 2 3
keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya
6. Membagi tugas pada PA sesuai kemampuan yang dimiliki 1 3 1
dengan memperhatikan keseimbangan kerja
7. Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan 2 3
keperawatan pasien/tindakan
8. Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian 1 4
masalah yang sedang didiskusikan
9. Mengklarifikasikan kesiapan PA untuk melaksanakan asuhan 2 3
keperawatan pada pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
10 Memberikan reinforcemen positif pada PA 4 1
11 Menyimpulkan hasil post conference 1 3 1
JUMLAH 15 16 21 3
SL : Selalu; SR: Sering; KD : kadang – kadang ; TP : tidak pernah
Sistem penilaian dari kuisioner di atas menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah nilai kuisioner X 100 = ...%
Jumlah kuisioner tertinggi
x 100% = 59,3 %
Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi didapatkan nilai sebesar 59,3%, hasil ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan pre-conference masih belum maksimal.
Beberapa hal yang masih memerlukan perbaikan antara lain: menyiapkan
tempat untuk pre coference, menjelaskan tujuan dilakukan post conference,
membagi tugas pada PA sesuai kemampuan yang dimiliki dengan

86
memperhatikan keseimbangan kerjamendiskusikan cara dan strategi
pelaksanaan asuhan keperawatan pasien/tindakan, mendiskusikan cara dan
strategi pelaksanaan asuhan keperawatan pasien/tindakanmemotivasi untuk
memberikan tanggapan dan penyelesaian masalah yang sedang
didiskusikan, mengklarifikasikan kesiapan PA untuk melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien yang menjadi tanggung jawabnya, menyimpulkan
hasil pre conference.

Tabel 2.21Penilaian Pelaksanaan Post ConferenceAssosiet Di Ruang


Cempaka RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
OBSERVASI
No VARIABEL YANG DINILAI
SL SR KD TP
1. Menyiapkan tempat untuk post coference 1 2 2
2. Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung 2 1 2
jawab
3. Menjelaskan tujuan dilakukan post conference 3 2
4. Menerima penjelasan dari PA tentang hasil tindakan/hasil 2 2 1
asuhan keperawatan yang telah dilakukan
5. Mendiskusikan masalah yang telah ditemukan dalam 1 3 1
memberikan askep pada pasien dan mencari upaya
penyelesaian masalah
6. Memberi reinforcemen pada PA 2 1 1 1
7. Menyimpulkan hasil post conference 2 1 2
8. Mengklarifikasi pasien sebelum melakuakan operan tugas jaga 1 3 1
shift berikutnya (melakukan ronde keperawatan)
JUMLAH 10 14 3 12
SL : Selalu; SR: Sering; KD : kadang – kadang ; TP : tidak pernah
Sistem penilaian dari kuisioner di atas menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah nilai kuisioner X 100 = ...%
Jumlah kuisioner tertinggi

x 100% = 50,3 %

Analisa Data

Berdasarkan hasil pesebaran kuisioner didapatkan nilai sebesar 50,3


%, hasil ini menunjukkan bahwa pelaksanaan post-conference masih belum
maksimal. Beberapa hal yang masih memerlukan perbaikan antara lain:
Menyiapkan tempat untuk post coference; Menyiapkan rekam medik pasien

87
yang menjadi tanggung jawab; Menyimpulkan hasil post conference;
Mengklarifikasi pasien sebelum melakuakan operan tugas jaga shift
berikutnya (melakukan ronde keperawatan)
Meeting Morning, Pre dan Post Conference
Berdasarkan hasil observasi meeting morning, pre, dan
postconference selama 3 hari (12 -14Maret 2018) dapat dijelaskan bahwa
Ruang Cempaka telah terbiasa melaksanakan kegiatan tersebut setiap pagi.
Meskipun demikian, pelaksanaannya perlu ditingkatkan sesuai dengan poin
yang telah dijelaskan sebelumnya.

Tabel 2.22Hasil Rekapitulasi Evaluasi Total Penerapan MPKP di


Ruang Cempaka RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata

No. Variabel yang dinilai Jumlah Kategori


(%)
1. Tugas Karu 88% Baik
2. Tugas PN 78% Cukup
3. Tugas AN 78% Baik
4. Evaluasi pelaksanaan meeting morning 82% Baik
5. Evaluasi pelaksanaan pre conference 59,3% Cukup
6. Evaluasi pelaksanaan post conference 50,3% Cukup
Jumlah Rata – rata (%) 72,6% Baik
Sumber : hasil observasi Maret 2018
Analisa Data
Berdasarkan kajian data yang telah dilakukan di Ruang Cempaka
diperoleh data bahwa rata-rata pelaksanaan MPKP berada dalam kategori
Baik, yaitu sebesar 72,6%. Meskipun demikian, terdapat keterbatasan

4. Ronde Keperawatan
Kajian Teori
Peningkatan mutu pelayanan keperawatan pada klien secara
profesional dapat membantu klien dalam mengatasi masalah keperawatan
yang dihadapi.Salah satu bentuk penataan sistem pemberian pelayanan
keperawatan adalah melalui pengembangan model praktik keperawatan
yang ilmiah dan sering disebut sebagai model praktik keperawatan
professional (MPKP), (Sitorus, R & Nurachmah, 2005). Salah satu metode
yang diterapkan pada MPKP adalah dengan memperhatikan seluruh

88
kebutuhan maupun keluhan yang dirasakan klien kemudian
mendiskusikannya dengan tim keperawatan untuk merencanakan
pemecahan masalahnya.
Pelayanan keperawatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai
hal tersebut adalah dengan ronde keperawatan. Dimana ronde keperawatan
merupakan sarana bagi perawat baik perawat primer maupun perawat
assosiate untuk membahas masalah keperawatan yang terjadi pada klien
yang melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan termasuk konsultan
keperawatan. Melalui ronde keperawatan, perawat dapat meningkatkan
kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotor sehingga mempengaruhi
kualitas pelayanan kesehatan.Salah satu tujuan dari kegiatan ronde
keperawatan adalah meningkatkan patient safety sehingga tercapai
kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.

Tabel 2.23Hasil Kajian Data Ronde Keperawatan di Ruang Cempaka


RSUD dr R Goeteng TaroenadibrataMPKP

NO PERTANYAAN YA % TIDA %
K
1 Apakah anda mengetahui apakah itu 5 100
ronde keperawatan? %
2 Apakah ronde keperawatan sudah 2 40% 3 60%
menjadi rutinitas di ruangan anda
bekerja?
3 Apakah anda pernah melihat 5 100
pelaksanaan ronde keperawatan? %
4 Apakah anda pernah melaksanakan 5 100
ronde keperawatan? %
5 Sebagai perawat, apakah ronde 5 100
keperawatan bermanfaat? %
6 Apakah kepala ruang melakukan 5 100
pengarahan terhadap ronde %
keperawatan?
7 Apakah kepala ruang melakukan 5 100
bimbingan dalam melaksanakan ronde %
keperawatan?
8 Apakah kepala ruang melakukan 5 100
observasi selama pelaksanaan ronde %
keperawatan?
9 Apakah kepala ruang melakukan 5 100
evaluasi pelaksanaan ronde %
keperawatan?

89
10 Apakah ronde keperawatan yang telah 5 100
dilakukan di ruangan sudah sesuai? %

JUMLAH %
94

Analisis
Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa ronde keperawatan
di ruang Cempaka sudah berjalan dengan baik.

c. Actuating
Kajian teori
Actuating/directing tidak lepas dari kemampuan manajer/pimpinan
untuk bisa mengarahkan stafnya ataupun bawahannya untuk menjalankan
fungsi masing-masing dengan baik (Adikoesoema, 1994).
Adikoesoema (1994) menjelaskan beberapa cara manajer merangsang
bawahannya agar pelaksanaan kegiatan meningkat dalam rangka mencapai
tujuan organisasi:
1) Motivasi
Motivasi atau memotivasi merupakan proses dengan apa seseorang
manajer merangsang bawahannya untuk bekerja dalam rangka mencapai
sasaran organosatoris. Teori model motivasi yang perlu diterapkan dalam
rangka mencapai sasaran organisasi adalah :
a) Model tradisional: menaikkan sistem upah untuk
memotivasi para karyawan
b) Model hubungan antar manusia: kontak sosial yang
dialami karyawan baik di alam kerja maupun di luar jam kerja juga
mempunyai arti penting
2) Kemampuan Individu
Untuk memajukan organisasi/perusahaan disamping motivasi juga
penting untuk menelaah kemampuan individu. Bila sudah menjadi karyawan
tentu tugas manajer meng-upgrade, mengadakan training, kursus dan
sebagainya secara berkelanjutan untuk memajukan pengetahuannya.
Menurut buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di Rumah Sakit
tugas Kepala ruang sebagai penggerak dan pelaksanaan (P2) terdiri dari :

90
a) Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan di
ruang rawat, melalui kerja sama dengan petugas lain yang bertugas
diruang rawatnya.
b) Menyusun jadual/daftar dinas tenaga keperawatan dan tenaga lain
sesuai kebutuhan pelayanan dan peraturan yang berlaku di RS.
c) Melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawatan baru/tenaga
lain yang akan kerja di ruang rawat.
d) Memberikan orientasi kepada siswa/mahasiswa keperawatan yang
menggunakan ruang rawatnya sebagai lahan praktek.
e) Memberi orientasi kepada pasien/keluarganya meliputi: penjelasan
tentang peraturan RS, tata tertib ruang rawat, fasilitas yang ada dan cara
penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari.
f) Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan
pelayanan/asuhan keperawatan sesuai standar.
g) Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-waktu dengan staf
keperawatan dan petugas lain yang bertugas di ruang rawatnya.
h) Memberi kesempatan/ijin kepada staf keperawatan untuk
mengikuti kegiatan ilmiah/penataran dengan koordinasi kepala
instalasi/kepala bidang perawatan.
i) Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai
kebutuhan berdasarkan ketentuan/kebijaksanaan RS.
j) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar selalu
dalam keadaan siap pakai.
k) Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter,
khususnya bila ada perubahan program pengobatan pasien.
l) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang
rawat menurut tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi untuk kelancaran
pemberian asuhan keperawatan.
m) Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan asuhan
keperawatan dan kegiatan lain secara tepat dan benar, hal ini penting
untuk tindakan keperawatan.

91
n) Memberi motivasi kepada petugas dalam memelihara kebersihan
lingkungan di ruang rawat.
o) Meneliti/memeriksa pengisian daftar permintaan makanan pasien
berdasarkan macam dan jenis makan pasien.
p) Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian makanan pasien
sesuai dengan program dietnya.
Teori pengarahan SDDM:
a) Teori X
Teori ini menganggap karyawan adalah orang yang malas hingga harus
diarahkan dengan paksaan bahkan dengan ancaman atau hukuman.
b) Teori Y
Teori ini menganggap bahwa rata-rata karyawan senang bekerja asal
diberi rangsangan dan dihargai, mempunyai kemauan dan dedikasi yang
tinggi asal diajak komunikasi yang baik serta imbalan yang baik.
c) Teori Z
Teori ini menyatakan bahwa peran serta semua jajaran karyawan
merupakan kunci suksesnya produktivitas dari suatu organisasi. Untuk
mencapai sasaran tersebut, perlu 3 hal penting:
1) Motivasi
2) Kemampuan individu
3) Sistem manajemen
Kajian data
Tabel 2.24 Kajian Actuating Di Ruang Cempaka RSUD dr R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga
No Standar Data Keterangan
1 Pengarahan Dilakukan Pengarahan selalu diberikan
kepada staf baik dalam forum
formal maupun informal,
pengrahan diberikan pada saat
meeting moorning.
2 Supervisi staf Dilakukan Supervisi dilakukan dari pihak
supervise bagian keperawatan,
kepala ruang maupun ketua tim.
3 Koordinasi Dilakukan Pola koordinasi mengacu pada
struktur yang sudah dibuat
sebelumnya

92
4 Orientasi staf Dilakukan Dilakukan ketika ada staf baru
dan orientasinya meliputi
ruangan, obat-obatan.
5 Orientasi mahasiswa Dilakukan Dilakukan setiap ada praktikan
praktek baru, tetapi yang melakukan CI.
6 Orientasi pasien/keluarga Tidak Tidak dilakukan orientasi saat
dilakukan ada pasien baru karena padatnya
kegiatan di dalam ruangan.
7 Memobilisasi sumber daya Dilakukan
yang ada untuk mencapai
tujuan
8 Memberi motivasi kepada Tidak Tidak dilakukan karena sudah
anggota dilakukan merupakan tindakan rutin.
9 Membuat keputusan Dilakukan Dilakukan dari keputusan
bersama( musyawarah)
10 Manajemen konflik Dilakukan Dilakukan dengan cara berbicara
empat mata , pendekatan. kalau
tidak dapat diselesaikan
langsung diserahkan oleh kepala
bidang keperawatan.
11 Menelaah kemampuan Dilakukan Dilakukan pada saat 1 tahun 1
individu kali.
12 Membimbing tenaga Dilakukan Dilakukan pada saat ada
keperawatan informasi dan dilakukan pada
waktu meeting moorning.
13 Mengadakan pertemuan Dilakukan Pertemuan dilakukan rurin setiap
berkala/sewaktu-waktu 2 bulan sekali, namun ketika ada
dengan staf keperawatan masalah urgent yang harus
dan petugas lain yang dibahas maka pertemuan bisa
bertugas diruang rawatnya diadakan secara mendadak
14 Memberi kesempatan/ijin Dilakukan Diberikan dengan
kepada staf keperawatan mempertimbangkan kebutuhan
ruangan dan mencari pengganti
yang sedang libur.
15 Mengupayakan pengadaan Dilakukan Dilakukan hanya pada peralatan,
peralatan dan obat-obatan hanya kalau obat-obat sudah pernah
sebagian diberikan tetapi tidak efektif jadi
tidak pernah diberikan.
16 Mendampingi visite dokter Dilakukan Dilakukan setiap ada visite
dan mencatat instruksi dokter
dokter
17 Mengelompokan pasien Dilakukan Dilakukan saat ada pasien yang
dan mengatur memerlukan tempat infeksius.

93
penempatannya di ruang
rawat menurut tingkat
kegawatan, infeksi/non
infeksi untuk kelancaran
pemberian asuhan
keperawatan
18 Mengendalikan kualitas Dilakukan
sistem pencatatan dan
pelaporan asuhan
keperawatan
19 Meneliti pengisian Dilakukan Dilakukan oleh petugas
formulir sensus harian administrasi tetepi belum ada
pasien di ruang rawat format baku.
20 Meneliti/memeriksa Dilakukan Dilakukan oleh kepala ruagann
pengisian daftar dan petugas gizi .
permintaan makanan
pasien berdasarakan
macam dan jenis makanan
pasien
21 Menyiapkan berkas Dilakukan Dilakukan setiap persiapan
catatan medik pasien pergantian shift dan ketika visite
dokter
22 Membimbing Dilakukan Sesuai jadwal yang disepakati
siswa/mahasiswa antara pihak akademik dan
keperawatan yang rumah sakit
menggunakan ruang
rawatnya sebagai lahan
praktek
23 Memberi penyuluhan Tidak Penyuluhan kesehatan
kesehatan Dilakukan ditugaskan pada pengendalian
mutu
24 Melakukan serah terima Dilakukan
pasien dan lain-lain pada
saat pergantian dinas

Analisa data
Penggerakan dan pelaksanaan dilakukan oleh kepala ruang Cempaka
dengan memberikan komando, arahan dan bimbingan kepada seluruh staf.
Hal ini dilakukan rutin setiap saat sesuai kondisi dan setiap bulan dan

94
didokumentasikan di buku notulen rapat ruangan. Kepala ruang juga
mengkomunikasikan, mengkoordinasikan dan melakukan bekerjasama yang
baik antara staf, PN dan didalam melaksanakan tugasnya.
Orientasi pasien dan keluarga selama ini belum dilakukan secara
formal diruangan khusus, orientasi hanya sebatas pemberian informasi
mengenai ruangan dan fasilitas yang ada. Pembuatan jadwal dinas
dilaksanakan oleh kepala ruang dengan mengikutkan perawat ruangan dan
perawat primer. Penggerakan yang tidak dilakukan yaitu melakukan
penyuluhan kesehatan kepada pasien atau keluarga pasien kurang optimal.
d. Controlling
Kajian Teori
Nursalam (2002), pengawasan melalui komunikasi, mengawasi dan
berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Kegiatan supervise meliputi:
1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga
2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang
dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang
pelaksanaan tugas.
3) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim

4) Audit keperawatan
Menurut buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di RS
bahwa, tugas kepala ruang yaitu sebagai Pengawasan, Pengendalian dan
Penilaian (P3) meliputi :

95
1) Mengendalikan dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang
telah ditentukan.
2) Mengawasi dan menilai siswa/mahasiswa keperawatan untuk
memperoleh pengalaman belajar sesuai tujuan program bimbingan
yang telah ditentukan.
3) Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada dibawah
tanggung jawabnya.
4) Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga
keperawatan, peralatan dan obat-obatan.
5) Mengawasi dan menilai mutu asuhan keperawatan sesuai standar yang
berlaku secara mandiri atau koordinasi dengan tim pengendalian mutu
asuhan keperawatan.
Untuk keperluan mengevaluasi hasil kerja diperlukan terlebih dahulu
persiapan:
1) Standard operation procedure.
2) Standar/pedoman diagnosis dan terapi.
3) Indikator penilaian penampilan
Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi terakhir
dari proses manajemen. Ada 3 macam pengawasan yaitu :
1) Pengendalian pendahuluan, yaitu pengendalian ini dipusatkan pada
permasalahan pencegahan timbulnya penyimpangan-penyimpangan
dari bawahan terhadap kinerja pemberi pelayanan keperawatan, baik
sumber daya, SDM, bahan/alat maupun dana.
2) Concurent control, pengendalian ini berlangsung saat pekerjaan
berlangsung guna memastikan sasaran tercapai.
3) Feedback control. Pengendalian ini untuk mengontrol terhadap hasil
dari pekerjaan yang telah diselesaikan, jika ada penyimpangan akan
merupakan pelajaran untuk aktifitas yang sama di masa yang akan
datang.

Tabel 2.25KajianControlingDi Ruang Cempaka RSUD dr R Goeteng


Taroenadibrata Purbalingga
No Standar Data Keterangan

96
1 Pengawasan langsung melalui Dilakukan
inspeksi
2 Pengawasan langsung melalui laporan Dilakukan Dilakukan pada
langsung secara lisan saat operan jaga
3 Pengawasan langsung melalui laporan Tidak
tertulis dilakukan
4 Pengawasan kelemahan yang ada Dilakukan
5 Pengawasan tidak langsung dengan Dilakukan Dilakukan setiap
mengecek daftar hadir perawat yang shift
ada
6 Pengawasan tidak langsung dengan Dilakukan
membaca dan memeriksa rencana
keperawatan
7 Pengawasan dengan mendengar Tidak
langsung dari PN dilakukan
8 Evaluasi upaya pelaksanaan Dilakukan
9 Membandingkan dengan rencana Dilakukan
keperawatan yang telah disusun
bersama dengan PN
10 Pengawasan yang dilakukan oleh
kepala ruang: Dilakukan Dilakukan ketika
 Sosialisasi kebijakan Dilakukan meeting morning
 Mengatur dan mengendalikan
pelaksanaan kebijaksanaan Dilakukan
 Mengecek kelengkapan
inventaris peralatan
 Mengecek obat-obatan yang Dilakukan

tersedia Dilakukan
 Melakukan supervisi Dilakukan
 Menilai pelaksanaan asuhan
keperawatan yang telah
Tidak Tidak dilakukan
dilakukan
dilakukan karena sudah ada
 Menilai siswa/mahasiswa
Dilakukan CI yang menilai.
keperawatan
 Melakukan penilaian kinerja Dilakukan pada
tenaga keperawatan Dilakukan waktu satu tahun
 Menilai mutu asuhan satu kali.

97
keperawatan sesuai standar yang
berlaku secara mandiri atau
koordinasi dengan tim
pengendalian mutu asuhan
keperawatan
Pengontrolan yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung
sudah dilakukan, untuk pelayanan Ka Ru melibatkan PN untuk ikut
mengontrol jalannya pelayanan keperawatan yang menjadi tanggung
jawabnya. Pengawasan langsung dilakukan dengan supervise pada staf
pada saat melaksanakan tugas, sedang pengawasan tidak langsung
dengan mendengarkan masukan dan laporan dari penanggung jawab
group dan staff.
Hal yang belum dilakukan secara optimal adalah pengawasan
dengan pengecekan daftar hadir. Daftar hadir di cek pada setiap shif
sebelum di serahkan kepada PJ pelayanan.

Analisa Data
Fungsi Kepala Ruang dalam pengontrolan di Ruang Cempaka
sudahberjalan dengan baik dimana Kepala Ruang selalu melaksanakan
kontrol pada staf maupun pelayanan pada pasien

3. Manajemen bimbingan PKK bagi peserta didik praktikan


Kajian teori
Rumah sakit sebagai bagian integral dari keseluruhan sistem
pelayanan kesehatan, tidak hanya menjadi institusi pemberi jasa pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, akan tetapi memiliki fungsi lainnya yaitu
sebagai lahan tempat untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh pada
saat menempuh pendidikan kesehata, khusunya dalam keperawatan.
Proses pembelajaran klinik yang dilakukan untuk setiap program
pendidikan kesehatan akan memberikan manfaat yang optimal untuk
menghasilkan lulusan kesehatan yang berkualitas. Manajemen
pembelajaran klinik yang terorganisir memberikan dampak positif bagi

98
lulusan keperawatan yang belajar secara nyata di lingkup pelayanan
kesehatan.
Menurut Corkhill (1998) dikutip dari Syahreni dan Waluyanti
(2007) tujuan pembelajaran klinik adalah mengintegrasikan teori dengan
praktik. Pembelajaran klinik tidak hanya memberikan kesempatan untuk
menerapkan teori-teori yang telah diperoleh sebelumnya. Selain itu,
menurut Oermann (2007) pembelajaran klinik juga memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan
berfikir kritis. Pembelajaran klinik harus ditata sedemikian rupa sehingga
mahasiswa mempunyai kemampuan untuk berhubungan dengan masalah
nyata (Syahreni & Waluyanti, 2007).
Praktik klinik diharapkan bukan hanya sekedar kesempatan untuk
menerapkan teori yang dipelajari di saat proses belajar mengajar di
institusi kesehatan kedalam praktik profesional. Melalui praktik klinik
mahasiswa diharapkan lebih aktif dan siap dalam setiap tindakan sehingga
akan menjadi orang yang cekatan dalam menggunakan teori tindakan.
Sehingga baik secara teori yang didapat pada saat pendidikan dapat sejalan
dengan praktik yang dilakukan secara nyata dan langsung di lahan
pelayanan kesehatan.
Pada pembelajaran klinik, mahasiswa dituntut mampu
pengambilan keputusan klinis yang mengintegrasikan teori, hukum,
pengetahuan, prinsip dan pemakaian keterampilan khusus. Tidak kalah
pentingnya adalah bagaimana tenaga kesehatan menerima klien sebagai
makhluk hidup yang utuh, unik dan mandiri dengan hak-haknya yang
tidak dapat dipisahkan. Selama praktik klinis, mahasiswa dapat
bereksperimen dengan menggunakan konsep dan teori untuk praktik,
menyelesaikan masalah, dan mengembangkan bentuk perawatan baru
(Reilly, 2002).
Kajian Data
No Standar Data Keterangan
1 Orientasi tujuan, ruang Dilakukan Dilakukan oleh
pembimbing klinik
2 Jadwal praktek Dilakukan Pembagian jadwal

99
praktek dilakukan oleh
bagian keperawatan diklat
3 bimbingan klinik Dilakukan Bimbingan klinik
dilakukan 1 kali dalam
satu periode. Bimbingan
tersebut meliputi pre
conference, post
conference
4 Bedside teaching Tidak dilakukan Biasanya bedside
teaching dilakukan oleh
pembimbing akademik
5 Daftar hadir Tidak dilakukan Tidak tersedianya absensi
bagi mahasiswa

Analisis
Pembelajaran klinik keperawatan (PKK) di ruang cempaka 80 %
sudah dilakukan dengan baik, dimana mahasiswa praktik melakukan
praktik sesuai dengan target dari institusinya dalam melakukan tindakan
keperawatan. Proses pembelajaran yang diperoleh mahasiswa adalah
penyusunan LP (teori tentang penyakit), menyusun asuhan keperawatan,
pembimbing klinik membuat jadwal shift, pembimbing klinik juga
melakukan pre conference sebelum mahasiswa menghadapi lahan praktik,
pembimbing klinik juga melakukan orientasi ruang kepada mahasiswa.
Pembagian penugasan pembimbing (delegasi) dilakukan sesuai dengan
tingkat pendidikan perawat (pembimbing mahasiswa). Misalnya
mahasiswa DIII dibimbing dengan lulusan DIII dan mahasiswa S1
dibimbing oleh perawat lulusan S1 ners.

100
C. Output
1. Efisiensi ruang rawat (BOR, LOS, BTO, TOI)
Kajian teori
a. BOR (Bed Occupancy Rate), merupakan
indikator untuk menilai seberapa efektifitas pemakaian tempat tidur
yang ada di suatu ruangan atau rumah Sakit dalam jangka waktu
tertentu. Standar nasional untuk RSU dalam satu tahun adalah
sekitar(60 – 85%).

BOR = ×100 %

b. LOS (Length Of Stay), adalah efisiensi yang


menunjukkan lama waktu pasien tinggal. Semakin pendek Length of
Stay pasien semakin baik, menurut standart yang baik adalah sekitar 7-
10 hari.

LOS =

c. BTO (Bed Turn Over), merupakan indicator yang menunjukkan


pemakaian tempat tidur di suatu rumah sakit dalam satu satuan waktu.
standar nasional BTO adalah 5 – 45 kali. Semakin banyak BTO di
suatu rumah sakit akan lebih baik.

BTO =

d. TOI (Turn Over Internal), merupakan indikator mutu pelayanan


keperawatan yang menunjukkan rata-rata tempat tidur kosong atau
waktu antara tempat tidur ditinggalkan pasien sampai diisi kembali.
Standart nasional adalah 1 – 3 hari.

TOI =

101
Kajian Data
Indikator Efisiensi Ruangan Di Ruang Cempaka RSUD dr R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga
No. Indikator Standar
1. BOR 60 – 85%
2. LOS 7 – 10 Hari
3. TOI 1 – 3 hari
4. BTO 5 – 45 kali

Diketahui jumlah pasien selama bulan Nopember 2017 sebanyak 144


pasien dengan lama hari rawat 681 hari. Bulan Desember 2017 sebanyak
157 pasien dengan lama hari rawat 695 hari. Bulan Januari 2018 113
pasien dengan lama hari rawat 444 hari. Total pasien selama 3 bulan (92
hari) adalah sebanyak 414 pasien, dengan lama hari rawat selama 3 bulan
sejumlah 1820 hari.

BOR = × 100 %

= × 100 %

= × 100 %

= 0,94 × 100 %
= 94 % / 3 bulan

LOS =

= 4,39

102
= 4 hari / 3 bulan

BTO =

= 19,7 = 20 kali / 3 bulan

TOI =

= 0,27 hari / 3 bulan


Hasil rekapitulasi efisiensi ruangan Cempaka RSUD dr R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga pada bulan Nopember 2017- Januari 2018.
Pasien
keluar BOR LOS TOI BTO
Tahun
(hidup dan (%) (hari) (hari) (kali)
mati)
Nopember 2017- 414 94% 4,39 0,27 19,7
Januari 2018
Sumber: buku laporan masuk dan keluar pasien ruang Cempaka.
Hasil rekapitulasi efisiensi ruangan Cempaka RSUD dr R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga pada tahun 2017.

BOR LOS TOI BTO NDR CDR


Tahun
(%) (hari) (hari) (kali) (%) (%)

2017 80,90 3,52 0,82 84,9 2,8 6,17

Sumber: Medical Record Goeteng Tarunadibrata;data pelayanan rawat inap


Bangsal Cempaka tahun 2017

Analisis

103
a. BOR (Bed Occupancy Rate), di ruang Cempaka satu tahun 2017 rata-
rata 80,9%. Jumlah tersebut dapat dikatakan efisien jika disamakan
dengan standar nasional BOR yaitu 60-85%. Jika dibandingkan dengan
analisa selama 3 bulan terakhir pada tahun 2017 nilai BOR sebesar
94%. Jumlah yang demikian menunjukkan ketidakefektifan pemakaian
tempat tidur di rumah sakit.
b. LOS (Length Of Stay) pasien di ruang Cempaka dalam satu tahun 2017
yaitu 3,52 atau dibulatkan menjadi 4 hari. Jumlah LOS tersebut
menunjukkan lama perawatan lebih pendek daripada standar nasional
yaitu 7-10 hari. Jika dibandingkan dengan angka LOS pada 3 bulan
terakhir pada tahun 2017 yaitu 4,39 atau dibulatkan menjadi 4 hari.
Angka tersebut sama dengan lama perawatan pada tahun 2017. Lama
hari perawatan yang semakin pendek menunjukkan baik perawatan yan
diberikan.
c. TOI (Turn Over Internal) di Ruang Cempaka selama satu tahun 2017
yaitu 0, 82 atau dibulatkan menjadi 1 hari. Jumlah tersebut
menunjukkan efisien dikarenakan sesuai dengan standar nasional TOI
yaitu 1-3 hari. Jeda waktu pemakaian bed yang singkat menandakan
suatu rumah sakit atau ruangan tertentu memiliki banyak pasien. jika
dibandingkan dengan TOI pada 3 bulan terakhir pada tahun 2017
jumlah TOI yaitu 0,27 kali.
d. BTO (Bed Turn Over) di Ruang Cempaka tahun 2017 yaitu 84,9 kali
atau dibulatkan menjadi 85 kali. Hal tersebut menunjukkan
penggunaan tempat tidur di ruangan dalam satu tahun melebihi nilai
standar nasional nilai BTO yaitu 5-45 kali. Penggunaan tempat tidur
yang semakin banyak menunjukkan semakin baik suatu rumah sakit.
Dalam 3 bulan terakhir pada tahun 2017 jumlah BTO sebanyak 19,7
kali atau dibulatkan menjadi 20 kali.

2. Hasil evaluasi penerapan SAK (Instrumen ABC)


a. Instrumen A
Kajian Teori

104
Instrumen A merupakan evaluasi terhadap pendokumentasian
asuhan keperawatan yang telah baku. Evaluasi dilakukan terhadap
dokumentasi asuhan keperawatan pasien yang dirawat minimal 3 hari.
Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan kegiatan
sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan keperawatan sehingga
terwujud data yang lengkap, nyata, dan tercatat dan bukan hanya tingkat
kesakitan dari pasien tapi juga jenis, kualitas, dan kuantitas pelayanan
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Dokumentasi
keperawatan merupakan sesuatu yang mutlak harus ada untuk
perkembangan perawatan, khususnya proses profesionalisasi
keperawatan serta upaya uuntuk membina dan mempertahankan
akontabilitas perawat dan keperawatan.

Dalam membuat dokumentasi harus memperhatikan aspek-aspek:


a) Keakuratan data
b) Breavity (ringkas)
c) Legibility (mudah dibaca)
Komponen dokumentasi keperawatan:
a) Pengkajian
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus-menerus tentang keadaaan pasien untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data harus bermanfaat
bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian meliputi
pengumpulan data, pengelompokan data, dan perumusan masalah.
b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien baik aktual
maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data. Diagnosa
dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisa, dan
dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan pasien. Kriteria
diagnosa dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan
kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat, dengan

105
komponen terdiri atas masalah, penyebab dan tanda gejala (PES) atau
terdiri dari masalah dan penyebab (PE) yang bersifat aktual apabila
masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat potensial apabila
masalah kesehatan kemungkinan besar akan terjadi, dan dapat
ditanggulangi oleh perawat.
c) Rencana keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.
Komponen rencana perawatan meliputi prioritas masalah, tujuan, dan
rencana tindakan. Prioritas masalah ditentukan dengan memberi
prioritas utama masalah yang mengancam kehidupan dan prioritas
selanjutnya masalah yang mengancam masalah kesehatan pasien.
Prioritas ketiga adalah masalah yang mempengaruhi perilaku.

d) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan
dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi yang mencakup aspek
peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan
dengan mengikutsertakan pasien dan keluarga.
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan rencana yang
ada, menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien, menjelaskan
setiap tindakan perawatan yang akan dilaksanakan pada klien, sesuai
waktu yang telah ditentukan dengan menggunakan sumber-sumber yang
ada. Tindakan perawatan dilakukan dengan menerapkan prinsip aseptik
dan antiseptik, aman, nyaman, ekonomis, menjaga privasi, dan
mengutamakan keselamatan pasien, dan merapikan pasien dan alat
setiap selesai tindakan. Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat
pada format asuhan keperawatan yang berlaku. Perbaikan tindakan
dilakukan berdasarkan respon pasien dan merujuk dengan segera bila
ada masalah yang mengancam keselamatan pasien.
e) Evaluasi

106
Evaluasi dilaksanakan secara peroidik, sistematis, dan berencana, untuk
menilai perkembangan pasien. Evaluasi dilaksanakan dengan
memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal untuk
mengidentifikasi masalah dan rencana perawatan selanjutnya termasuk
strategi perawatan yang telah diberikan untuk memecahkan masalah
pasien.
f) Catatan asuhan keperawatan
Pencatatan merupakan data tertulis tentang status kesehatan dan
perkembangan pasien selama dalam perawatan. Pencatatan dilakukan
selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan. Pencatatan dapat
digunakan sebagai bahan informasi dan komunikasi. Penulisan harus
jelas dan ringkas, serta menggunakan istilah yang baku sesuai dengan
pelaksanaan proses perawatan. Setiap pencatatan harus mencantumkan
paraf dan nama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktu
pelaksanaan, dan menggunakan format yang tersedia serta sesuai
dengan peraturan yangn berlaku.

Kajian Data
Evaluasi Instrumen A Di Ruang Cempaka RSUD dr R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga Periode12 Maret – 14 Maret 2018
Aspek yang Hasil
No (%) Keterangan
dinilai
1) Mencatat data yg dikaji sesuai pedoman pengkajian
2) Data dikelompokkan (bio-psiko-sosial-spiritual)
1. Pengkajian 67,5 3) Data dikaji sejak pasien datang sampai pulang
4) Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status
kesehatan dgn norma dan pola fungsi kehidupan

1) Dx. Kep. Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan


Diagnosa 2) Dx. Kep. Mencerminkan PE/PES
2. 70
Keperawatan 3) Merumuskan Dx. Kep aktual/ potensial

3. Perencanaan 70 1) Berdasarkan Dx. Kep.


2) Disusun menurut urutan prioritas
3) Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/subjek,

107
perubahan perilaku, kondisi pasien dan atau kriteria waktu
4) Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat
perintah, terinci dan jelas
5) Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan
pasien/keluarga

1) Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana


keperawatan
2) Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan
4. Tindakan 85 keperawatan
3) Revisi tindakan berdasarkan evaluasi
4) Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat dengan
ringkas dan jelas

1) Evaluasi mengacu pada tujuan


5. Evaluasi 75 2) Hasil evaluasi dicatat

1) Menulis pada format yang baku


2) Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang
dilaksanakan
3) Pencatatan dirulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku
Dokumentasi dan jelas/benar
6. Asuhan 94 4) Setiap melaksanakan tindakan/ kegiatan perawat
Keperawatan mencantumkan paraf/nama jelas, tanggal dan jam
dilakukannya tindakan
5) Dokumentasi keperawatan tersimpan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku

Rata-rata 76,9 Cukup


Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata dokumentasi keperawatan
ruang Cempaka sebesar 76,9 % (Cukup). Dari tindakan 85 % mengacu
pada rencana keperawatan; perawat mengobservasi respon pasien terhadap
tindakan keperawatan; revisi tindakan berdasarkan evaluasi; semua
tindakan yang telah dilaksanakan dicatat dengan ringkas dan jelas.
Dokumentasi asuhan keperawatan (94%) menulis pada format yang baku;
pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan;
pencatatan dirulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan jelas/benar;
setiap melaksanakan tindakan/ kegiatan perawat mencantumkan
paraf/nama jelas, tanggal dan jam dilakukannya tindakan; dokumentasi
keperawatan tersimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata pengkajian memiliki skor
terendah. Hal tersebut dikarenakan data pengkajian bio-psiko-sosial-

108
spiritual yang kurang lengkap, pencatatan pengkajian tidak dilakukan sejak
pasien datang sampai pulang, masalah tidak dirumuskan berdasarkan
kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi
kehidupan.

b. Instrumen B
Kajian Teori
Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari
persepsi klien tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Dan
untuk mengevaluasi hal ini diperlukan suatu instrumen yang baku.
Rumah Sakit Goeteng Tarunadibrata menggunakan format standar asuhan
keperawatan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit untuk mengevaluasi
persepsi klien terhadap mutu asuhan keperawatan.
Kajian Data
Evaluasi Instrumen B Di Ruang Cempaka RSUD dr R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga Periode12 Maret – 14 Maret 2018
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak

1 Apakah perawat selalu memperkenalkan diri? 5 5

2 Apakah perawat melarang pengunjung merokok di ruangan? 10

Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu makan 8 2


3
klien?

Apakah perawat pernah menanyakan adanya makanan 6 4


4
pantangan dalam keluarga?

Apakah perawat memperhatikan jumlah diet yang dimakan 4 6


5
oleh klien?

Pada saat klien dipasang infus, apakah perawat selalu 7 3


6 memeriksa cairan/tetesannya dan area sekitar pemasangan
infus?

Bila klien mengalami kesulitan buang air besar, apakah 7 3


7 perawat menganjurkan makan buah, sayur, minum yang
cukup dan banyak bergerak?

109
Apakah perawat membantu pasien saat mengalami 8 2
8
kecemasan

9 Apakah ruangan tidur klien selalu dijaga kebersihannya? 6 4

Apakah lantai kamar mandi/WC selalu: bersih, tidak licin, 6 4


10
tidak berbau, cukup terang?

Apakah alat-alat tenun seperti seprei, selimut,dll diganti 6 4


11
setiap kotor?

Apakah perawat pernah memberikan penjelasan akibat dari: 4 6


12
kurang bergerak, berbaring terlalu lama?

Pada saat klien masuk ruangan, apakah perawat memberikan 6 4


13 penjelasan tentang fasilitas yang tersedia dan cara
penggunaannya, peraturan/tata tertib yang berlaku di RS?

Selama klien dalam perawatan, apakah perawat memanggil 10


14
nama klien dengan benar?

Selama klien dalam perawatan, apakah perawat mengawasi 10


15 keadaan klien secara teratur pada pagi, sore maupun malam
hari?

Selama klien dalam perawatan, apakah perawat segera 10


16
memberi bantuan bila diperlukan?

17 Apakah perawat bersikap sopan dan ramah? 10

Apakah klien/keluarga mengetahui perawat yang 6 4


18
bertanggungjawab setiap kali pergantian dinas?

Apakah perawat selalu memberikan penjelasan sebelum 7 3


19
melakukan tindakan perawatan/pengobatan?

Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan dan 10


20
memperhatikan setiap keluhan klien?

Dalam hal memberikan obat, apakah perawat membantu 5 5


21
menyiapkan/ meminumkan obat?

Selama klien dirawat, apakah diberikan penjelasan tentang 9 1


22 perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjutan setelah klien
diperbolehkan pulang?

Jumlah 320 60

Hasil kepuasaan pasien =

110
x 100% = 86 %

Berdasarkan hasil perhitungan, maka persepsi pasien terhadap mutu


asuhan keperawatan termasuk katagori cukup baik (51% – 75%).

Kesan dan saran yang didapatkan dari instrumen B:


1. Perawat bersikap sopan dan ramah
2. Perawat selalu melarang pasien merokok
3. Perawat sering menanyakan nafsu makan klien namun kurang
memperhatikan jumlah makanan dan minuman yang biasa
dihabiskan pasien
4. Pasien puas dengan pelayanan
5. Perawat selalu memanggil nama pasien dengan benar
6. Perawatan selalu mengawasi keadaan pasien secara teratur pada
pagi, sore maupun malam hari.
7. Perawat segera memberi bantuan bila diperlukan
8. Perawat selalu bersedia mendengarkan dan memperhatikan setiap
keluhan pasien.
9. Pasien sering diberikan penjelasan tentang perawatan/ pengobatan/
pemeriksaan lanjutan setelah klien diperbolehkan pulang
10. Tingkatkan pelayanan terhadap pasien, memperkenalkan diri,
memperhatikan jumlah diet, dan menjelaskan dampak dari
berbaring terlalu lama.

c. Instrumen C
Kajian Teori
Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus sesuai
dan mengacu pada protap-protap atau standar yang telah ditetapkan
dengan hasil tindakan mencapai 100%. Sebagai dasar penilaian tindakan
keperawatan yang mengacu pada instrumen evaluasi penerapan standar
asuhan keperawatan di rumah sakit yang telah ditetapkan oleh Rumah

111
Sakit Goeteng Tarunadibrata yang mengacu pada pedoman dari
Departemen Kesehatan.

Kajian Data
Kepatuhan Terhadap Sop Cuci Tangan Higienis Di Ruang Cempaka
RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Periode12 Maret – 14
Maret 2018
No. Alur tindakan Ya Tidak
1 Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan √
air mengalir
2 Tuang sabun cair dibagian tengah tangan yang telah basah. √
Gosokkan secara merata.
3 Lakukan cuci tangan dengan teknik benar √
4 Bilas kembali dengan air bersih √
5 Keringkan tangan dengan kain/tissue yang bersih dan √
kering
6 Matikan keran dengan menggunakan kain/tissue tersebut √
Jumlah 5 2
5/7x100% = 71,4%
Kepatuhan Terhadap SOP Pemasangan Infus Di Ruang Cempaka RSUD dr R
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Periode12 Maret – 14 Maret 2018
No Alur tindakan Ya Tidak
1 Mengecek status pasien (instruksi/kolaborasi dengan dokter) √
2 Cuci tangan √
3 Meberi salam, memanggil nama pasien dengan benar, √dan
memperkenalkan diri
4 Membawa alat-alat ke tempat pasien √
5 Menjelaskan tujuan pemasangan infuse dan akibat yang mungkin √
timbul dari tindakan pemasangan infuse
6 Menjelaskan langkah-langkah/ prosedur yang akan dilakukan √
7 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya √
8 Memulai tindakan dengan cara yang baik √
9 Memasang sampiran bila perlu √
10 Menyiapkan posisi pasien, jaga privasi √
11 Membuka kemasan botol cairan yang akan dipasang √
12 Membuka kemasan infuse set √
13 Menyambungkan infuse set dengan botol cairan √
14 Mengisi drip chamber/ reservoir dengan cairan infuse √
15 Mengeluarkan udara yang ada di selang infuse √
16 Menentukan lokasi vena yang akan dipasang infuse √
17 Meletakkan perlak/pengalas dibawah bagian yang akan di infus √
18 Menggunakan sarung tangan √

112
19 Melakukan pembendungan dengan tourniquet 12 cm diatas lokasi √
insersi
20 Mendesinfeksi lokasi tusukan dengan menggunakan kapas alcohol √
70 %
21 Menusukkan vena cateter ke dalam Intravena dengan posisi lubang √
jarum menghadap keatas
22 Pastikan vena cateter masuk kedalam pembuluh darah vena, √
keudian tourniquet di lepas
23 Sambungkan vena cateter dengan seang infuse, kemudian pengatur √
tetesan/klem dibuka
24 Mengecek ada tidaknya pembegkakan dilokasi insersi dan respon √
pasien terhadap tindakan (verbal/non verbal)
25 Vena cateter dan slang infuse difiksasi dengan plester √
26 Daerah tusukan jarum dan sekitarnya dioles dengan betadine/salep √
ikamicetin, kemudian ditutup dengan kassa streril dan diplester
27 Mengatur tetesan sesuai instruksi dengan jam tangan √
28 Pasang bidai/spalk bila perlu √
29 Melepas sarung tangan √
30 Member tulisan pada plester/covermet (tanggal dan jam √
pemasangan)
31 Mencatat pada label botol infuse (botol ke berapa) √
32 Merapikan pasien √
33 Mmbereskan alat-alat √
34 Mengevaluasi perasaan pasien √
35 Mengakhiri tindakan dengan cara yang baik dan memberikan √
reinforcement yang positif
36 Cuci tangan √
37 Mendokumentasikan tindakan dalam catatan asuhan keperawatan √
(tanggal dan jam pemasangan, jenis cairan, jumlah tetesan, botol ke
berapa, tanda tangan dan nama terang perawata yang memasang
infus)
Jumlah 27 10
Sistem penilaian dari kuisioner diatas menggunakan rumus sebagai berikut :

x 100 %

27/37 x 100% = 72,9 %

Kepatuhan Terhadap SOP Pemberian Injeksi Intravena (Intra selang) diRuang


Cempaka RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Periode12 maret – 14
maret 2018
No Alur tindakan Ya Tidak
1 Mengecek status pasien (instruksi/kolaborasi dengan dokter) √

113
2 Cuci tangan √
3 Meberi salam, memanggil nama pasien dengan benar, dan √
memperkenalkan diri
4 Membawa alat-alat ke tempat pasien √
5 Menjelaskan tujuan pemasangan infuse dan akibat yang √
mungkin timbul dari tindakan pemasangan infuse
6 Menjelaskan langkah-langkah/ prosedur yang akan dilakukan √
7 Memberikan kesempatan pasie untuk bertanya √
8 Memulai tindakan dengan cara yang baik √
9 Memasang sampiran bila perlu √
10 Menyiapkan posisi pasien, jaga privasi √
11 Membuka kemasan botol cairan yang akan dipasang √
12 Membuka kemasan infuse set √
13 Menyambungkan infuse set dengan botol cairan √
14 Mengisi drip chamber/ reservoir dengan cairan infuse √
15 Mengeluarkan udara yang ada di selang infuse √
16 Menentukan lokasi vena yang akan dipasang infuse √
17 Meletakkan perlak/pengalas dibawah bagian yang akan di √
infus
18 Menggunakan sarung tangan √
19 Melakukan pembendungan dengan tourniquet 12 cm diatas √
lokasi insersi
20 Mendesinfeksi lokasi tusukan dengan menggunakan kapas √
alcohol 70 %
21 Menusukkan vena cateter ke dalam Intravena dengan posisi √
lubang jarum menghadap keatas
22 Pastikan vena cateter masuk kedalam pembuluh darah vena, √
keudian tourniquet di lepas
23 Sambungkan vena cateter dengan seang infuse, kemudian √
pengatur tetesan/klem dibuka
24 Mengecek ada tidaknya pembegkakan dilokasi insersi dan √
respon pasien terhadap tindakan (verbal/non verbal)
25 Vena cateter dan slang infuse difiksasi dengan plester √
26 Daerah tusukan jarum dan sekitarnya dioles dengan √
betadine/salep ikamicetin, kemudian ditutup dengan kassa
streril dan diplester
27 Mengatur tetesan sesuai instruksi dengan jam tangan √
28 Pasang bidai/spalk bila perlu √
29 Melepas sarung tangan √
30 Member tulisan pada plester/covermet (tanggal dan jam √
pemasangan)
31 Mencatat pada label botol infuse (botol ke berapa) √
32 Merapikan pasien √
33 Mmbereskan alat-alat √
34 Mengevaluasi perasaan pasien √
35 Mengakhiri tindakan dengan cara yang baik dan memberikan √
reinforcement yang positif

114
36 Cuci tangan √
37 Mendokumentasikan tindakan dalam catatan asuhan √
keperawatan (tanggal dan jam pemasangan, jenis cairan,
jumlah tetesan, botol ke berapa, tanda tangan dan nama terang
perawata yang memasang infus)
Jumlah 24 13

Sistem penilaian dari kuisioner diatas menggunakan rumus sebagai berikut :

x 100 %

x 100% = 63, 6 %

Kepatuhan Terhadap SOP Pemberian Terapi Inhalasi diRuang Cempaka RSUD dr


R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Periode12 maret – 14 Maret 2018
No Alur tindakan Ya Tidak
1 Mengecek status pasien √
2 Mencuci tangan √
3 Memakai sarung tangan dan masker √
4 Check kembali 6 benar (benar nama, benar obat, dosis, cara √
pemberian, waktu, dan benar pendokumentasian)
5 Member salam, memanggil nama dengan benar √
6 Menjelaskan tujuan √
7 Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan √
8 Member kesempattan pasien untuk bertanya √
9 Memulai tindakan dengan cara yang baik √
10 Mendekatkan alat kepasien √
11 Mengatur posisi pasien : semifowler atau fowler √
12 Memasang face mask pada pasien √
13 Apabila sudah keluar uap dari face mask, pasien dianjurkan untuk √
menghirup uap berulang-ulang selama 10-15 menit/uap tidak ada
14 Mengevaluasi keadaan pasien/perasaan pasien √
15 Mengakhiri tindakan dengan cara yang baik dan memberikan √
reinforcement yang positif
16 Membereskan alat √
17 Melepaskan sarung tangan dan masker √
18 Mencuci tangan √
19 Mendokumentasikan tindakan dalam catatan asuhan keperawatan √
(tanggal dan jam, nama obat, respon pasien, tanda tangan dn nama
terang perawat)
Jumlah 13 6

115
Sistem penilaian dari kuisioner diatas menggunakan rumus sebagai berikut :

x 100 %

x 100%= 68%

Evaluasi instrumen C di ruang Cempaka RSUD dr R. Goetheng Taroenadibrata


Purbalingga Periode 12 Maret – 14 maret 2018

SOP yang Hasil Keterangan


dinilai pencapaian
SOP cuci 66,6% Pada pelaksanaan cuci tangan, perawat sudah menerapkan enam lang
tangan menurut WHO. Namun beberapa perawat masih mengenakan akses
higienis saat mencuci tangan. Setelah selesai mencuci tangan, perawat men
kran menggunakan tangan yang sudah bersih kemudian mengering
tangan dengan tisue.
SOP injeksi 63,6% Sebelum memberikan injeksi, perawat menginformasikan terkait obat y
intravena akan diberikan, mendesinfektan area injeksi. Namun perawat t
mengenakan APD, dan pengalas saat injeksi intravena serta t
melakukan hand hygiene setelah keluar dari kamar pasien.
SOP terapi 68% Tindakan terpi inhalasi yang dilakukan oleh perawat sudah sesuai den
inhalasi SOP namun kurang memperhatikan komunikasi terhadap pasien dan t
memposisikan pasien dengan benar. Setelah terapi inhalasi selesai, pera
tidak mengevaluasi perasaan pasien.
SOP 72,9% Secara keseluruhan prosedur pemasangan infuse pada anak di ru
Pemasangan cempaka sudah baik. Namun komunikasi perawat pada pasien m
infus kurang terkait salam, perkenalan, validasi nama pasien, dan penjel
tujuan serta prosedur pemasangan infuse dan evaluasi perasaan pa
setelah pemasangan infuse. Selain itu perawat juga tidak menulis
tanggal pemasangan infuse dan penomoran plabot infuse.
Rata-rata 69,72 %

Secara umum tindakan keperawatan yang dilakukan kurang baik, karena


terdapat beberapa tindakan yang belum sesuai SOP sehingga perlu adanya
perbaikan pelaksanaan SOP yang berfokus pada patient safety disesuaikan
dengan sarana prasarana dan kondisi ruangan.

Hasil Rekapitulasi Instrumen A B C SOP diRuang Cempaka RSUD dr R


Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Periode12 Maret-14 Maret 2018

116
Instrumen
Ruang
A B C Rata-rata
Ruang Perawatan
76,9 % 86 % 69,7 % 77,5%
Cempaka
Sumber: Rekapitulasi Instrumen ABC di Ruang Cempaka Rumah Sakit
Goeteng Tarunadibrata

Hasil evaluasi total instrument A, Instrumen B dan Instrumen C adalah


sebesar 77,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa evaluasi penerapan SAK di
Ruang Cempaka, termasuk dalam kategori baik. Namun masih memerlukan
beberapa perbaikan terutama pada penerapan SOP tindakan keperawatan.
3. Hasil evaluasi bimbingan PKK (dari Pembimbing
PKK/peserta didik)
Berdasarkan hasil wawancara terhadap peseta didik diketahui
bahwa bimbingan yang diberikan oleh pembimbing PKK pada peserta
didik dilakukan 1 kali selama 1 minggu, bergantung pada jumlah kasus
yang diambil. Bimbingan yang diberikan yaitu terkait asuhan keperawatan
dan penugasan lain seperti resume serta laporan pendahuluan kasus yang
dikerjakan oleh peserta didik. Bimbingan terkait tindakan asuhan
keperawatan diberikan seiring berjalannya kegiatan praktik mahasiswa
seperti menghitung dosis obat anak saat akan dilakukannya injeksi.
Berikut merupakan haasil kuesioner kepuasan peserta didik yang
diberikan kepada 2 mahasiswa.
Alternatif Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak
1. Anda diorientasikan tentang tujuan praktek mahasiswa 2
2. Anda diorientasikan (ruang, alat, staf) sebelum memulai 2
praktek
3. Anda mendapatkan lahan praktek sesuai dengan 2
kompetensi yang harus dicapai
4. Anda mendapatkan jadwal praktek sesuai kompetensi 2
yang ingin dicapai
5. Pembimbing klinik menyediakan waktu untuk 2
membimbing
6. Anda mendapat penjelasan tentang metode bimbingan 2
yang akan digunakan selama anda paktek
7. Pembimbing klinik mempersiapkan pasien yang akan 2
anda jadikan objek pengalaman belajar
8. Anda mendapat pengarahan tentang asuhan keperawatan 2

117
9. Anda melaksanakan pre-conference minimal 1 kali 2
selama anda praktek
10. Anda melaksanakan post-conference minimal 1 kali 2
selama anda praktek
11. Pembimbing klinik memberi contoh tentang pelaksanaan 2
prosedur yang benar
12. Anda mendapatkan penjelasan tentang cara 2
menggunakan alat-alat yang dipergunakan untuk proses
pembelajaran klinik
13. Anda mendapatkan bimbingan beside teaching minimal 2
1 kali selama anda praktek
14. Anda mendapatkan bimbingan rondekeperawatan 2
minimal 1 kali selama anda praktek
15. Anda diingatkan untuk mengisi daftar hadir baik datang 2
maupun pulang
Jumlah 40 10
Persentase
×100 ×100
% = 80 % = 20
% %

Dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan peserta didik terhadap bimbingan


PKK di lahan praktik ruang Cempaka yaitu 80%. Nilai tersebut cukup tinggi dan
dapat diartikan bimbingan yang diberikan sudah cukup baik.

118

Anda mungkin juga menyukai