Anda di halaman 1dari 20

MATA KULIAH EKOWISATA BERKELANJUTAN

PROGRAM MAGISTER BIOMANAJEMEN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Stakeholder collaboration as a major


factor for sustainable ecotourism
development in developing countries

NADYA JULIA M. 21321002


ABRYANTO SILIWANGI 21321004
Pendahuluan
- Alternatif pariwisata konvensional;
- menggabungkan unsur alam, konservasi, dan
pembangunan lokal;
Ekowisata - tujuan ganda berupa konservasi dan pembangunan
berkelanjutan;
- berdampak postif pada lingkungan, ekonomi dan sosial
budaya.
-
(Koens, Dieperink, & Miranda,2009; Mondino & Beery, 2018; Weaver, 2006);
(Jamaliah & Powell, 2018; McKercher, 2010; Walter, 2011, 2013)

- Ketidakpuasan terhadap pariwisata


konvensional
- peningkatan permintaan terhadap produk
berbasis alam
(Doan, 2000; Hawkins, 1994); (Hawkins & Khan, 1998; Yeoman et al., 2015)
Eksekusi ekowisata dikritisi gagal memenuhi tujuan
awalnya
(Cater, 2006; Manyara & Jones, 2007; McKercher, 2010; Nyaupane & Thapa,
2004; Sharpley, 2006; Southgate, 2006; Wall, 1997)
Salah satu alasan utama kegagalan
ekowisata adalah kolaborasi yang
Tujuan
tidak efektif dari pemangku
1. Mengusut pengembangan ekowisata di
kepentingan
negara berkembang contohnya Etiopia
(Backman & Munanura, 2015; Bjork, 2007; Chan & Bhatta, 2013;
Diamantis, 2018; Kennedy, Monica, Maria, & Carlos, 2013; Towner, Selatan;
2018).
2. mengeksplorasi interaksi pemangku
Kolaborasi antar stakeholder kepentingan ekowisata yang ada dan
dipengaruhi: hubungan yang terjadi;
- kekuatan, 3. mengidentifikasi faktor-faktor yang
- kepercayaan, mempengaruhi kolaborasi pemangku
- kapabilitas finansial, kepentingan dan
- dukungan eksternal,
4. mengembangkan kerangka kerja
- latar belakang sosial budaya,
- tingkat kesadaran, dan kolaborasi baru untuk kerjasama dan
- skill kewirausahaan kemitraan ekowisata yang efektif pada
(Kimbu & Ngoasong, 2013; Palmer & Chuamuangphan,
stakeholder di negara-negara berkembang.
2018; Timothy, 1998; Tosun, 2000; Towner, 2018).

Penelitian ini dilakukan dengan menginvestigasi isu terkait stakeholder yakni faktor yang
mempengaruhi interaksi antar stakeholder, hubungan, dan kolaborasi stakeholder pada
negara berkembang.
Ekowisata Berkelanjutan dan Kolaborasi Stakeholder

Kolaborasi akan meningkatkan


hubungan antar-organisasi,
memperluas partisipasi aktor,
memberikan solusi yang lebih
baik, memfasilitasi demokrasi
dan memaksimalkan hasil
kolektif dari destinasi .
Czernek, 2013; Graci, 2013; Yodsuwan & Butcher, 2012).
Memahami kelemahan dan keunggulan kolaborasi sangat berperan bagi stakeholder
ekowisata untuk mempersiapkan solusi permasalahan kedepannya ketimbang
bersusah payah ditengah keberjalanan

- Menghalangi konflik yang sehat;


- Memfasilitasi pengembangan ekowisata - Memerlukan lebih banyak sumber daya;
yang berkelanjutan melalui rencana - Stakeholder dengan kekuasaan yang lebih kecil dapat
pembangunan yang selaras dikecualikan
- Merancang solusi yang komprehensif - Kebutuhan mengembangkan konsensus dan ide-ide
- Meningkatkan kelayakan rencana baru berpotensi menghambat pengembangan
- Mempromosikan diskusi, komunikasi dan kewirausahaan;
negosiasi di antara stakeholder - Melibatkan berbagai stakeholder dengan kepentingan
- Meningkatkan kepercayaan dan saling beragam
pengertian antar stakeholder - Beberapa kemitraan terlalu kuat, menyebabkan adanya
kartel;
- Dalam banyak kasus, kolaborasi dan kemitraan dapat
(Jamal & Getz, 1995; Joppe, 1996; Timothy, 1999); (Graci, 2013); (Kennedy
et al., 2013; Waligo, Clarke, & Hawkins, 2013); (de Araujo & Bramwell, dimanipulasi
2002; Graci, 2013)

(Bramwell and Lane, 2000)


Guiding Theories

- Stakeholder, perlunya
kolaborasi antar aktor untuk
mencapai tujuan bersama
- Kolaborasi, keputusan
kemungkinan besar
diimplementasikan jika
aktor utama berpartisipasi
aktif
- Triple-bottom-line,
mempertimbangkan ekologi
dan sosial dalam
pengambilan keputusan
Lokasi Penelitian Studi berfokus pada Bangsa-Bangsa Selatan,
Kebangsaan dan Negara Regional Rakyat
(SNNPRS), yang merupakan salah satu dari
sembilan daerah federal otonom yang terletak
di Etiopia Selatan dan Barat Daya.

Etiopia Selatan memiliki lebih dari 56 suku yang


memiliki bahasa, budaya, dan sosial
identitasnya sendiri

Terdapat aset pariwisata berupa


- tempat mengamati burung
- suku asli sepertiMursi, Hamar, Karo, Surma, dan
Tsamai;
- empat situs Warisan Dunia UNESCO di negara
tersebut (Tiya Stalae, Lembah Bawah Omo,
Lanskap Budaya Konso, dan Fiche Chambalala)
Destinasi utama dalam berwisata
ke Etiopia Selatan yakni

- Hawasa, ibu kota


- Arbaminch, salah satu kota
terbesar

Keduanya memilii berbagai


macam keindahan alam dan
atraksi budaya

- Konso

memiliki pemandangan budaya


dengan adanya terasering dan
lanskap wilayah yang dibentengi
pemukiman masyarakat
Metodologi dan Analisis Data
Metodologi

- Exploratory qualitative research melalui in


depth interviews, fgd, dan observasi
lapangan.

Partisipan (Snowball sampling)

- Pemerintah lokal (Kementerian budaya


dan pariwisata; Kementerian kehutanan
dan lingkungan)
- Komonitas lokal
- Institusi ekowisata privat
- NGO

Analisis Data

Qualitative Data Analysis Software

- Open, axial, dan selective coding Gambar 6. QDA Software


Pengembangan Ekowisata dan Keterkaitan nya dengan Stakeholder
di Ethiopia Selatan

Ethiopia Selatan
● Negara Berkembang
● Pendekatan pembangunan berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi
● Pertumbuhan mengabaikan prinsip Gambar 7. Gambaran ekowisata dan budaya di Ethiopia Selatan
triple-bottom-line
● Sebagai negara berkembang, pemerintah kurang
memperhatikan aspek pariwisata yang Pertentangan Perspektif
berorientasi lingkungan, ekonomi lokal, dan
budaya
Professional vs. Stakeholder
● Pemerintah menyambut semua jenis
pengembangan ekowisata yang mendukung Professional: Stakeholder:
manfaat ekonomi terlepas dari dampak ●Pembangunan infrastruktur (pariwisata) ●Mendukung gagasan wisata berbasis
lingkungan dan sosial budaya
berlandaskan konservasi dan rehabilitasi peningkatan ekonomi
● Kondisi SDA buruk dan mengkhawatirkan
● Klaim ekowisata tidak berhasil ,
ekosistem dan lingkungan
●Mempromosikan “ekowisata” secara
(Bien, 2010; de Haas, 2002; Ruhanen, 2013; Parker & Khare, ●Kegiatan pemasaran kepada wisatawan bersamaan karena pendapatan
2005; Sayang, 2008; Lindsey, Alexander, Mills, Romanach, & disesuaikan kondisi lingkungan ekowisata sangat dibutuhkan
Woodroffe, 2007; TIES, 2018)

2
Faktor Utama Penyebab Kerusakan SDA Ekowisata di Ethiopia Selatan

● Tata kelola yang buruk


● Kurangnya kesadaran
● Buruk partisipasi masyarakat
● Ketergantungan pada kegiatan ekonomi
● Tekanan penduduk yang meningkat
● Kolaborasi pemangku kepentingan yang
buruk

[2009] Penyusunan kebijakan wisata oleh


pemerintah yang mengabaikan isu
lingkungan dan keberlanjutan Gambar 8. Faktor yang menyebabkan kerusakan SDA

Komunitas Konservasi Lingkungan Vs. Jasa Tour


● Saat ini ekowisata dikuasai oleh swasta ● Operator tour dimiliki perusahaan swasta
(nasional/internasional) (pribadi)
● Masih mengkompromikan konsep ● Tour berorientasi pada keuntungan (bahkan)
kesetaraan dan keadilan dalam distribusi dengan mengorbankan lingkungan
manfaat ekowisata Tata kelola yang buruk
3
Faktor Penting yang Menghalangi Partisipasi Masyarakat Lokal dalam
Ekowisata
● Tidak adanya dukungan pemerintah Ekowisata berbasis masyarakat perlu dilakukan
● Struktur pemerintahan yang rusak untuk memastikan keterlibatan masyarakat
● Kurangnya pemantauan dan evaluasi dalam pengelolaan sumber daya berkelanjutan
● Kurangnya kesadaran yang efektif dan praktik konservasi lingkungan,
● Kelangkaan kewirausahaan keterampilan khususnya di negara berkembang
● Kekurangan sumber daya keuangan
● Kurangnya pemberdayaan dan keterbatasan
kapasitas NGO (Non Governmental Organization)
● Kurangnya keterampilan pemasaran dan ● Memiliki peran penting dalam mengatasi
promosi beberapa kendala partisipasi masyarakat
● Rendahnya inisiatif organisasi masyarakat ● Membantu mempromosikan pembentukan
● Jaringan yang buruk kolaborasi pemangku kepentingan yang efektif
● Keterampilan komunikasi yang buruk
● Kurangnya kolaborasi yang efektif dengan Stakeholder masih menganggap NGO sebagai lawan
ekowisata lainnya politik (oposisi)
● Pemangku kepentingan secara signifikan ● Berpengaruh terhadap performa negatif NGO
menghambat keterlibatan masyarakat ● Stakeholder melakukan pemantauan terhadap
● Kecilnya volume manfaat ekonomi yang aktivitas NGO
diperoleh dari sektor ekowisata

4
Stakeholder Interaction dan Relationship
Hubungan stakeholder dipahami sebagai seperangkat
interaksi yang tidak seragam antara aktor (ekowisata)
sektor pariwisata di destinasi tertentu
(Merinero-Rodríguez & Puli do-Fernandez, 2016; Pulido-Fernandez & Merinero-Rodríguez, 2018).

● Jaringan pariwisata sukses ditandai dengan


stakeholder pariwisata yang bekerja sama secara
konsisten dan saling bergantung menjaga
keseimbangan persaingan yang tepat
(Beritelli, 2011)

● Peserta penelitian menyatakan bahwa di Ethiopia


Selatan saat terjadi kekurangan interaksi antar
pemangku kepentingan ekowisata
● Hubungan dan interaksi yang ada antara dan di
antara para pemangku kepentingan ekowisata
lebih bersifat informal dan sporadis atau
musiman.
Gambar 9. Tipe interaksi antara pemerintah dengan penyedia ekowisata
5
Factor Affecting Ecotourism Stakeholder Collaboration
● Pemerintah seharusnya menjadi fasilitator
dan enabler bagi pemangku kepentingan
lainnya untuk mewujudkan kolaborasi
pemangku kepentingan yang efektif
(Liu, 2003;Penenun, 2006; Elang et al., 2013)
● Konsep triple-bottom-line hanya bisa
berjalan jika ranah politik mendukungnya
untuk berfungsi
(Butler, 2017)

● Di Ethiopia Selatan, pemerintah gagal


memenuhi janjinya secara konsisten.
Cendekiawan mengkritik bahwa di Afrika,
pemerintahan adalah sumber dari banyak
masalah.

Lumumba (2015) berpendapat bahwa di berbagai negara


Afrika, individu yang mengaku sebagai pemimpin, adalah
pemimpin yang salah. Secara keseluruhan, kolaborasi yang
berlangsung kurang efektif dikaitkan dengan banyak
anteseden seperti:
❖ Kurangnya diskusi reguler
❖ Tidak adanya dukungan eksternal yang konsisten
❖ Kurangnya pemberdayaan
❖ Kekurangan sumber daya
❖ Inisiatif diri yang buruk
❖ Komitmen dari pemangku kepentingan terkait
(Beritelli, 2011; Bouwen & Taillieu, 2004; Czernek, 2013; Czernek & Czakon, 2016; Kelliher dkk., 2018; Keppel dkk., 2012;
Pansiri, 2013; Zapata & Hall, 2012).

Gambar 10. Factor Affecting Ecotourism Stakeholder Collaboration 6


Effective Stakeholder Collaboration for Sustainable Ecotourism

● Teori stakeholder menggarisbawahi


pentingnya pemahaman menanggapi
kepentingan pemangku kepentingan terkait
yang lain
(Adiyia, Stoffelen, Jennes, Vanneste, & Ahebwa, 2015; Bouwen & Taillieu, 2004; Parmar
dkk., 2010; Loi, 2016; Palmer & Chuamuang phan, 2018).

Gambar 11.Saran prosedur untuk meraih konsensus antar stakeholder dalam


mewujudkan kolaborasi yang efektif 7
Effective Stakeholder Collaboration for Sustainable Ecotourism

Gambar XX.Recommended steps of ensuring feasible ecotourism


stakeholder collaboration for sustainable ecotourism development

Gambar 12X.Proposed horizontal and vertical integrations amongst MoCT,


MoFE, and MoARD 8
Stakeholder Collaboration Framework for Sustainability Ecotourism Development

Gambar 13.Stakeholder collaboration framework that boosts collaboration and facilitates sustainable ecotourism development
9
Kesimpulan
Ekowisata berusaha untuk memastikan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan secara
lingkungan, kelayakan ekonomi (bisnis) dan bertanggung jawab secara sosial budaya
(Honey, 2008; Eshun & Tagoe-Darko, 2015; TIES, 2018).

Saat ini, di Ethiopia Selatan, ekowisata tidak hanya dalam masa pertumbuhan tetapi juga
tumbuh tidak tepat, karena adanya perusakan sumber daya alam dan konflik kepentingan antara
stakeholder. Selain itu ekowisata juga sangat dikontrol dan dieksploitasi oleh pemerintah, swasta,
dan segelintir anggota masyarakat elit.

Kurangnya kesadaran tentang relevansi kolaborasi dan budaya (tradisi) kolaborasi yang buruk
telah menyebabkan adanya perusakan sumber daya dan mencegah pembentukan yang efektif
kerjasama pemangku kepentingan.

Ekowisata secara konsisten berkontribusi pada pelestarian lingkungan, revitalisasi budaya dan mata
pencaharian masyarakat lokal di negara berkembang. Namun realita di Ethiopia Selatan, di mana
terdpapat komunitas yang beragam dan heterogen nasib ekowisata tampaknya suram kecuali
pemerintah dan masyarakat berpartisipasi aktif dalam pengembangan ekowisata mengintegrasikan ke
dalam sistem ekonomi lokal.
10
Contoh Kasus Peran Stakeholder dalam Ekowisata Berkelanjutan

- Stakeholder berperan dalam pembangunan


pariwisata sesuai dengan rencana
- Terdapat kolaborasi antar stakeholder
primer dan sekunder
- Kolaborasi antar stakeholder sesuai peran
dan tanggungjawab berdampak positif pada
pembangunan pariwisata.
- Pembangunan pariwisata berdampak pada
- Ekonomi
- Sosial
- Lingkungan

Gambar 14. Contoh kasus kolaborasi antar stakeholder


THANKS

Anda mungkin juga menyukai