Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Pengaruh Koordinasi Antar Pegawai terhadap Peningkatan


Efektivitas Kerja di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Way Kanan

Oleh:

Revo Imam Waluya

NPP. 29.0572

PROGRAM STUDI POLITIK INDONESIA


TERAPAN
FAKULTAS POLITIK INDONESIA TERAPAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses manajemen menghendaki adanya keteraturan dalam setiap

aktivitas yang dilakukan. Tanpa adanya keteraturan pencapaian tujuan dapat

saja diselesaikan oleh para karyawan, namun pencapaian tujuan belum tentu

benar-benar efektif. Sebuah kegiatan atau pekerjaan baru efektif jika

pekerjaan tersebut dilakukan dengan benar sesuai dengan apa yang

direncanakan.

Pada dasarnya suatu organisasi merupakan suatu sistem yang bagian

bagiannya ialah unit-unit dalam organisasi tersebut. Setiap unit walaupun

mempunyai tugas dan sasarannya sendiri namun tiap unit tak dapat

melepaskan diri dari unit yang lainnya. Karena suatu unit tak mungkin dapat

berfungsi dengan baik tanpa dibantu oleh unit yang lain, tiap unit

berkewajiban mendukung pelaksanaan fungsi unit lainnya bila seluruh

organisasi ingin bergerak dengan lancar dan efektif melaksanakan tugasnya

mencapai tujuan. Di sinilah pentingnya penerapan prinsip koordinasi.

Koordinasi adalah sinkronisasi yang teratur dari usaha-usaha untuk

menciptakan pengaturan waktu yang terpimpin dalam hasil pelaksanaan yang

harmonis dan bersatu untuk menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan.


Koordinasi penting dalam organisasi-organisasi yang kompleks, karena di situ

terdapat banyak kegiatan yang berlainan dilakukan oleh banyak orang dalam

banyak bagian. Kebutuhan akan koordinasi timbul sewaktu-waktu apabila

satu orang atau kelompok bertanggung jawab atas kesempurnaan suatu

tugas. Apabila terdapat keadaan saling bergantungan diantara kegiatan-

kegiatan maka hasil yang efektif akan dapat tercapai apabila kegiatan-

kegiatan tersebut dikoordinasikan.

Salah satu faktor yang mendukung peningkatan efektivitas kerja adalah

koordinasi. Efektifitas kerja adalah suatu keadaan yang menunjukan tingkat

keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan manajemen yang

efektif disertai dengan manajemen yang efesien. Tingkat efektivitas kerja

dapat diukur berdasarkan kuantitas kerja, penyelesaian pekerjaan tepat pada

waktu yang telah di tetapkan, serta kualitas kerja yang baik.

Koordinasi merupakan salah satu yag dibutuhkan di perusahaan maupun

organisasi untuk melakukakn perencanaan pekerjaan antara pegawai agar

bekerja sesuai dengan bidangnya dan dapat bertanggung jawab. Sehingga

tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan di satu bidang. Seperti contoh di Badan

Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Way Kanan.

Beranjak dari permasalahan di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Koordinasi Antar Pegawai terhadap

Peningkatan Efektivitas Kerja di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

Kabupaten Way Kanan’’


1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh koordinasi dalam peningkatan efektifitas

kerja pegawai di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Way

Kanan?

2. Bagaimana hubungan koordinasi dalam mencapai tujuan perusahaan

di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Way Kanan?


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Penelitian ini berkonsentrasi pada studi tentang koordinasi antar pegawai

dalam instansi pemerintah yang berpengaruh terhadap peningkatan

efektivitas kerja pegawai. Di bawah ini merupakan beberapa pengertian

koordinasi menurut para ahli yang di kutip oleh Inu Kencana:

Menurut Leonard D. White : Coordination is the adjustment of tha part to

parts to each other, and of the movement and operation of parts in time so

that each can make is maximum contribution to the production to the product

of the whole, maksudnya adalah koordinasi adalah penyesuaian diri dari

masing-masing bagian, dan usaha menggerakkan serta mengoperasikan

bagian-bagian pada waktu yang cocok, sehingga dengan demikian masing-

masing bagian dapat memberikan sumbangan terbanyak pada keseluruhan

hasil.

Menurut Henry Payol: To coordinate means binding together, unifying, and

harmonizing all activity and effort maksudnya mengkoordinasikan berarti

mengikat bersama, menyatukan dan menyelaraskan semua kegiatan dan

usaha.

Menurut George R. Terry : coordination is the ordery synchronization of

effort to private the paper amount, timing, and directing of execution resulting
in harmonious and unified action to stated objective, maksudnya adalah

koordinasi adalah sinkronisasi yang teratur dari usaha-usaha untuk

menciptakan pengaturan waktu yang terpimpin dalam hasil pelaksanaan yang

harmonis dan bersatu untuk menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut James D. Mooney : Coordination, therefore, is the orderly

arrangement of group effoert, to provide unity of action in the pursuit of a

common purpose, Koordinasi, karenanya, adalah susunan yang teratur dari

usaha kelompok, untuk menciptakan kesatuan tindakan dalam mengejar

tujuan bersama.

Dari pengertian di atas Inuu Kencana Syafii menyimpulkan bahwa

unsurunsur koordinasi meliputi;

1. Pengaturan

2. Sinkronisasi

3. Kepentingan bersama

4. Tujuan bersama

Umumnya organisasi memiliki bentuk koordinasi yang dipilih dan

disesuaikan dengan kebutuhan atau kondisi-kondisi tertentu yang diperlukan

untuk melaksanakan tugas agar pencapaian tujuan tercapai dengan baik. Inu

Kencana Syafii berpendapat bahwa bentuk koordinasi di bagi menjadi tiga

bagian besar yaitu koord inasi horizontal, koordinasi vertikal dan koordinasi

fungsional. ketiga bentuk ini biasanya ada dalam sebuah organisasi. Makna

ketiga bentuk koordinasi ini dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini:
a. Koordinasi Horizontal.

Koordinasi horizontal adalah penyelarasan kerjasama secara harmonis

dan singkron antar lembaga yang sederajat.

b. Koordinasi Vertikal

Koordinasi vertikal penyelerasan kerjasama secara harmonis dan

singkron dari lembga yang sederajat lebih tinggi kepada lembaga lain

yang derajatnya lebih rendah.

c. Koordinasi Fungsional

Koordinasi fungsional adalah penyelarasan kerjasama secara harmonis

dan singkron antar lembaga yang memiliki kesamaan dalam fungsi

pekerjaan.

Menurut Sugandha beberapa prinsip yang perlu diterapkan dalam

menciptakan koordinasi antara lain adanya kesepakatan dan kesatuan

pengertian mengenai sasaran yang harus dicapai sebagai arah kegiatan

bersama, adanya kesepakatan mengenai kegiatan atau tindakan yang harus

dilakukan oleh masing-masing pihak, termasuk target dan jadwalnya, setelah

itu adanya kataatan atau loyalitas dari setiap pihak terhadap bagian tugas

masing-masing serta jadwal yang telah diterapkan. Kemudian adanya saling

tukar informasi dari semua pihak yang bekerja sama mengenai kegiatan dan

hasilnya pada suatu saat tertentu, termasuk masalahmasalah yang dihadapi

masing-masing, didukung dengan adanya koordinator yang dapat memimpin


dan menggerakkan serta memonitor kerjasama tersebut, serta memimpin

pemecahan masalah bersama, dan adanya informasi dari berbagai pihak

yang mengalir kepada koordinator sehingga koordinator dapat memonitor

seluruh pelaksanaan kerjasama dan mengerti masalah-masalah yang sedang

dihadapi oleh semua pihak, serta dilengkapi dengan adanya saling hormati

terhadap wewenang fungsional masing-masing pihak sehingga tercipta

semangat untk saling bantu.

Dari pendapat Sugandha di atas, dapat dipahami bahwa prinsip-prinsip

koordinasi adalah adanya tindakan dalam menyatukan informasi yang disertai

dengan ketaatan terhadap pertauran dan kepemimpinan

Sedangkan pengertian efektivitas kerja adalah : Menurut Hasibuan

efektivitas kerja adalah suatu keadaan yang menunjukan tingkat keberhasilan

kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang efektif dan efesien.

Tingkat keberhasilan tersebut meliputi kuantitas kerja, ketepatan waktu dalam

menyelesaikan pekerjaan, serta kualitas kerja yang baik6 Efektivitas kerja

dapat tercapai dengan menerapkan koordinasi efektif. Koordinasi merupakan

faktor yang sangat penting dalam mencapai efektivitas kerja, karena tanpa

adanya koordinasi akan terjadi kekacauan, pertentangan atau kekosongan

pekerjaan yang mengakibatkan tidak tercapainya efektivitas kerja. Suatu

sistem koordinasi yang baik akan menghasilkan hasil positif yang sangat

besar terhadap peningkatan efektivitas kerja. Tanpa koordinasi yang baik

maka efektivitas kerja akan sulit di capai.


BAB III

METODE

Disini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

deskriptif. Pendekatan kualitatif disebut dengan pendekatan investigasi

karena biasanya mengumpulkan data dengan secara langsung dan

berinteraksi dengan orang yang berada di tempat penelitian. Seperti yang

diungkapkan Simangunsong (2017:190) penelitian kualittatif ini dipandang

sebagai penelitian partisipasif dengan desain penelitian yang fleksibel artinya

rencana dapat saja berubah dengan menyesuaikan gejala yang ada di

tempat penelitian.

Metode deskriptif menurut Nazir (2014:43) merupakan metode yang

meneliti status kelompok individu, objek, kondisi, pemikiran maupun kelas

peristiwa yang terjadi di masa sekarang. Tujuan dari metode deskriptif ini

untuk membuat deskripsi, gambara secara sistematis, factual serta akurat

terkait fakta, sifat dan hubungan antarfenomena yang diteliti.


BAB IV

ANALISIS

Sebagaimana yang dikemukan Stoner (2007 : 318) bahwa : “urgensi akan

pentingnya kebutuhan koordinasi bagi aktivitas unit organisasi berbeda dalam

hal sejauh mana aktivitas itu perlu dipadukan dengan aktivitas unit lainnya.

Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada persyaratan bentuk dan

komunikasi tugas-tugas yang dilakukan dan tingkat ketergantungan berbagai

subunit yang melaksanakan tugas tersebut. Apabila tugas-tugas tersebut

memerlukan atau dapat memperoleh manfaat dari arus informasi antarunit,

maka yang terbaik adalah tingkat koordinasi yang tinggi. Akan tetapi, apabila

persyaratan atau manfaat sedemikian itu tidak ada, maka pekerjaan tersebut

mungkin lebih baik diselesaikan interaksi dengan anggota unit-unit lainnya

apabila tidak banyak memerlukan waktu.”

Koordinasi dibutuhkan dalam setiap hubungan kerja dalam suatu

organisasi, sebab tanpa koordinasi setiap anggota dalam suatu organisasi

tidak mempunyai pegangan dalam menentukan tujuan mereka, sehingga

akan merugikan organisasi itu sendiri. Dengan koordinasi diharapkan

keharmonisan atau keserasian seluruh kegiatan untuk mencapai tujuan yang

diharapkan, sehingga tiap departemen atau perusahaan atau bagian menjadi

seimbang dan selaras. Koordinasi merupakan usaha untuk menciptakan

keadaan yang serasi, selaras dan seimbang. Kebutuhan koordinasi

tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas


dan derajat ketergantungan dari tiap satuan pelaksanaan. Terdapat 3 (tiga)

macam saling ketergantungan di antara satuansatuan organisasi seperti

diungkapkan oleh Thompson (Stoner, 2007 : 318), yaitu:

1.Saling ketergantungan yang dikelompokan (pooled interdependence).

Apabila unit-unit organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain

dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi saling tergantung pada

prestasi yang memadai dari setiap unit bagi tercapainya tujuan akhir.

2 Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependece) di

mana suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih dulu

sebelum satuan yang lain dapat bekerja.

3 Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence)

merupakan hubungan timbal-balik antara sejumlah unit.

Selanjutnya setelah dijelaskan mengenai kebutuhan akan koordinasi,

maka yang perlu menjadi pertimbangan utama dalam memilih pendekatan

terbaik untuk koordinasi adalah dengan menyesuaikan/menandingkan

kapasitas organisasi dengan kebutuhannya akan koordinasi. Menurut Stoner

(2007: 324) hal berikutnya yang diperlukan adalah memilih mekanisme

pengkoordinasian yang sesuai, dengan kemampuan organisasi dalam

melakukan koordinasi.

Mekanisme koordinasi ke dalam tiga pendekatan teoritis alternatif untuk

koordinasi di sektor publik. Masing-masing pendekatan ini memiliki sesuatu


untuk memberikan kontribusi dalam memahami penyebab masalah

koordinasi, keuntungan yang ingin dicapai melalui koordinasi, dan

mekanisme melalui koordinasi yang lebih baik dapat dicapai.

Lain halnya sarana atau mekanisme koordinasi diungkapkan Lembaga

Administrasi Negara RI agar koordinasi dapat berjalan baik dibutuhkan

sarana atau mekanisme sebagai berikut:

1. Kebijakan; kebijakan sebagai alat koordinasi memberikan arah tujuan

yang harus dicapai oleh segenap organisasi atau instansi sebagai pedoman,

pegangan atau bimbingan untuk mencapai kesepakatan sehingga tercapai

keterpaduan, keselarasan dan keserasian dalam pencapaian tujuan.

Rencana; rencana dapat digunakan sebagai alat koordinasi karena didalam

rencana yang baik tertuang secara jelas, sasaran, cara melakukan, waktu

pelaksanaan, orang yang melaksanakan dan lokasi.

2. Prosedur dan Tata Kerja; sebagai alat koordinasi untuk kegiatan yang

sifatanya berulang-ulang.

3. Rapat dan Taklimat (Briefing); sebagi sarana koordinasi untuk

menyatukan bahasa dan saling pengertian mengenai sesuatu masalah.

Taklimat untuk memberikan pengarahan, memperjelas atau menegaskan

kebijaksanaan sesuatu masalah.

4. Surat Keputusan Bersama; Untuk memeperlancar penyelesaian sesuatu

kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan hanya oleh satu instansi, dapat

diterbitkan Surat Keputusan Bersama atau Surat Edaran Bersama. Sarana


koordinasi ini sangat efektif dalam mewujudkan kesepakatan dan kesatuan

gerak didalam pelaksanaan tugas antara dua atau lebih instansi yang terkait.

5. Tim, Panitia, Kelompok Kerja, Gugus Tugas; digunakan untuk

menangani kegiatan yang bersifat kompleks, mendesak, dan multi fungsi.

6. Dewan atau Badan; sebagai wadah koordinasi dibentuk untuk

menangani masalah yang bersifat kompleks, sulit dan terus-menerus, serta

belum ada sesuatu instansi yang secara fungsional menangani atau tidak

mungkin dilaksanakan oleh instansi fungsional yang sudah ada.

7. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap; dibentuk untuk

memperlancar dan mempercepat pelayanan kepentingan masyarakat yang

kegiatannya diselenggarakan dalam satu gedung (satu atap).

Dalam administrasi pemerintahan, koordinasi dimaksudkan untuk

menyerasikan dan menyatukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

pejabatpejabat pimpinan dan kelompok pejabat pelaksana. Suatu tindakan

pelaksanaan yang terkoordinasikan berarti kegiatan para kelompok pejabat

baik pimpinan dan para pelaksana menjadi serasi, seirama dan terpadu

dalam pencapaian tujuan bersama.

Adapun hal-hal yang biasanya menjadi hambatan dalam pelaksanaan

koordinasi, antara lain:

1. Para pejabat sering kurang menyadari bahwa tugas dilaksanakannya

hanyalah merupakan sebagian saja dari keseluruhan tugas dalam organisasi

untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.


2. Para pejabat sering memandang tugasnya sendiri sebagai tugas yang

paling penting dibandingkan dengan tugas-tugas yang lain

3. Adanya pembagian kerja atau spesialisasi yang berlebihan dalam

organisasi.

4. Kurang jelasnya rumusan tugas/fungsi, wewenang dan tanggung jawab

dari masing-masing pejabat atau satuan organisasi.

5. Adanya prosedur dan tata kerja yang kurang jelas dan berbelit-belit dan

tidak diketahui oleh semua pihak yang bersangkutan dalam usaha kerja

sama.

6. Kurangnya kemampuan dari pimpinan untuk menjalankan koordinasi

yang disebabkan oleh kurangnya kecakapan, wewenang, kewibawaan dan

sebagainya.

7. Tidak atau kurang adanya forum komunikasi di antara para pejabat yang

bersangkutan yang dapat dilakukan dengan saling tukar menukar informasi

dan diciptakan adanya saling pengertian guna kelancaran pelaksanaan

kerjasama.

Menurut Handayaningrat, (2006: 130) untuk mengatasi masalah-masalah

dalam koordinasi yang ditimbulkan oleh hal-hal seperti tersebut di atas,

berbagai usaha perlu dilakukan yang secara garis besarnya dapat

dikelompokkan dalam berbagai bentuk seperti:


1. Mengadakan penegasan dan penjelasan mengenai tugas/fungsi,

wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing pejabat/satuan

organisasi yang bersangkutan.

2. Menyelesaikan masalah-masalah yang mengakibatkan koordinasi yang

kurang baik, seperti sistem dan prosedur kerja yang berbelit-belit, kurangnya

kemampuan pimpinan dalam melaksanakan koodinasi dan sebagainya.

3. Mengadakan pertemuan-pertemuan staf sebagai farum tukar-menukar

informasi, pendapat, pandangan dan untuk menyatukan persepsi bahasa dan

tindakan dalam menghadapi masalah-masalah bersama.

Dalam usaha untuk mengatasi masalah-masalah koordinasi, maka prinsip

fungsionalisasi sebagaimana telah dikemukakan harus dijadikan sebagai

landasannya. Penerapan prinsip fungsionalisasi dalam rangka peningkatan

hubungan kerja menuntut berbagai hal seperti:

1) Adanya pelembagaan dimana semua fungsi organisasi tertampung;

2) Adanya pembinaan kelembagaan (functional building);

3) Adanya de-personalisasi kepemimpinan (depersonalized leadership)

sehingga ketergantungan kepada seseorang pejabat tertentu menjadi

berkurang.

4) Adanya tata kerja yang jelas;

5) Adanya forum koordinasi yang efektif;

6) Adanya informasi pimpinan yang menyeluruh dan sempurna;

7) Adanya jalur informasi yang bersifat multi-arah terbuka.


Dengan berpedoman kepada prinsip fungsionalisasi, diharpakan

permasalahan koordinasi dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya dan

dapat dihindarkan kemungkinan timbulnya masalah-masalah, yang apabila

tidak dipecahkankan akan mengakibatkan berbagai hal yang tidak diinginkan

seperti inefisiensi, tumpang tindih (overlapping), kekaburan, pemborosan dan

sejenisnya.
BAB V

KESIMPULAN

Koordinasi merupakan faktor yang sangat penting dalam mencapai

efektivitas kerja. Karena tanpa adanya koordinasi akan terjadi kekacauan,

pertentangan atau kekosongan pekerjaan yang mengakibatkan tidak

tercapainya efektivitas kerja. Suatu sistem koordinasi yang baik akan

menghasilkan hasil positif yang sangat besar terhadap peningkatan

efektivitas kerja. Tanpa koordinasi yang baik maka efektivitas kerja akan sulit

dicapai.

Prinsip-prinsip koordinasi apabila diterapkan dalam suatu organisasi, maka

akan memperlihatkan adanya kesatuan sub sistem saling berhubungan.

Pelaksanaan koordinasi pada organisasi sanagat berpengaruh dalam

terwujudnya harmonisasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sub sistem-

sub sistem sehingga seluruh aktivitas organisasi menuju pada kesatuan arah

yaitu pencapaian tujuan.


DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?

q=koordinasi+adalah&rlz=1C1GCEB_enID935ID935&oq=koordinasi+adalah&

aqs=chrome..69i57j69i59l3j0i271j69i60l3.6070j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF

-8

https://www.dosenpendidikan.co.id/koordinasi-adalah/

https://www.google.com/search?

q=efektifitas+kerja&rlz=1C1GCEB_enID935ID935&oq=efektifitas+kerja&aqs=

chrome..69i57.3851j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8

https://ranahresearch.com/metode-penelitian-dan-jenis-metode-

penelitian/#:~:text=Metode%20penelitian%20pada%20dasarnya

%20merupakan,yakni%20rasional%2C%20sistematis%20dan%20empiris.

Anda mungkin juga menyukai