Anda di halaman 1dari 6

Lembar Tugas Mahasiswa

“Bentuk dan Hambatan Komunikasi :


Faktor dan Variabel yang Berperan”

Komkes 17-FG 2
Fathimah Aqiyla
Komunikasi Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia 
Depok 
2021
A. Pendahuluan

Komunikasi Kesehatan merupakan usaha yang sistematis untuk memengaruhi perilaku kesehatan
masyarakat secara positif dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik
menggunakan komunikasi interpersonal maupun komunikasi massa. (Notoatmodjo, 2007).
Tujuan utama komunikasi kesehatan sendiri adalah mengubah perilaku masyarakat dalam
menyikapi kesehatan yang selanjutnya akan berpengaruh pula kepada peningkatan kualitas
derajat kesehatan masyarakat. Melalui komunikasi kesehatan, seorang individu akan bertambah
pengetahuannya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kesehatan dan selanjutnya isu
kesehatan pun akan menjadi perhatian dan fokus utama dalam setiap kegiatan masyarakat.
Sehingga kehadiran komunikasi kesehatan sangatlah penting dalam proses penyampaian dan
penerimaan informasi kesehatan kepada masyarakat secara efektif dan interaktif.

Untuk bisa memahami dan mengimplementasikan komunikasi kesehatan, kita perlu terlebih
dahulu memahami definisi dan konsep dari komunikasi. Menurut Encarta Dictionary: English,
North America, komunikasi secara harfiah diartikan sebagai berikut: 1) Pertukaran informasi,
antar individu, misalnya dengan berbicara, menulis, atau menggunakan sistem tanda dan perilaku
yang umum; 2) Pesan—lisan,tertulis,simbolis; 3) Tindakan berkomunikasi; 4) Hubungan baik—
perasaan saling pengertian dan simpati; 5) Akses—alat atau media komunikasi. Dalam proses
komunikasi, pesan (baik pesan yang disampaikan maupun umpan baliknya) dikirim secara
bersamaan melalui berbagai saluran dari satu sumber-penerima ke yang lain. Proses ini terjadi
dalam konteks fisik, kultural, sosial,psikologis, dan temporal. Proses tersebut dapat saja
terhambat oleh gangguan fisik, psikologis, atau semantik. Dengan demikian, interaksi pesan
antara sumber dan penerimanya akan mengarahkan pada sebuah efek. Peran penting komunikasi
adalah menciptakan efek yaitu situasi atau keadaan yang diharapkan di mana gagasan baru dapat
disampaikan dengan baik sehingga informasi-informasi penting bisa disebarkan, dimengerti,
diserap, serta didiskusikan oleh kedua pihak dalam sebuah program yang sedang direncanakan.
Untuk menciptakan suasana seperti itu, tentu saja memerlukan adanya pemahaman yang
mendalam tentang target audiens yang ingin dicapai. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain
seputar kebutuhan, kepercayaan, larangan, perilaku, dan gaya hidup serta norma-norma sosial
yang menjadi pedoman komunikasi pada masyarakat tertentu.

Hal-hal yang perlu diperhatikan tersebut dapat kita bagi menjadi faktor yang berasal dari sumber
pesan dan penerima pesan, lalu sistem sosial yang mempengaruhi keduanya. Sementara itu,
dalam proses menyeimbangkan ketiga faktor, komunikasi kesehatan juga perlu memperhatikan
variabel yang berperan yakni empati, kontrol, kepercayaan, keterbukaan, dan konfirmasi.
Variabel ini merupakan lima prinsip yang menjadi kunci timbal balik komunikasi kesehatan dan
menjadi pembeda dengan komunikasi pada umumnya. Pengaplikasian variabel akan disesuaikan
setelah faktor yang mempengaruhi sumber pesan dan penerima pesan telah teridentifikasi.
Karenanya, komunikasi kesehatan merupakan pembelajaran jangka panjang. Sebab, komunikator
harus selalu memiliki kemauan dan kemampuan untuk beradaptasi dan mendefinisikan kembali
tujuan, strategi, dan kegiatan komunikasi yang tepat berdasarkan umpan balik audiens.
B. Pembahasan Topik

A) Faktor yang Berperan dalam Komunikasi


Sebagaimana kita ketahui, dalam proses komunikasi kesehatan terdapat faktor dan variabel yang
perlu kita perhatikan. Faktor-faktor tersebut pada dasarnya tidak terlepas dari peran-peran yang
terlibat dalam komunikasi kesehatan, yaitu faktor yang berasal dari sumber pesan, penerima
pesan, dan sistem sosial yang mempengaruhi keduanya.
1. Sumber pesan
Yang dimaksud dengan sumber pesan adalah komunikator atau orang yang
menyampaikan pesan. Disini, komunikator memegang peran sebagai tenaga kesehatan
yang memiliki tujuan agar audiens atau pasien mengubah perilaku yang berdampak pada
kesehatan dirinya dan ikut berkontribusi dalam peningkatan derajat kualitas kesehatan
masyarakat. Untuk menyelesaikan tujuan tersebut, pertama-tama perlu memperhatikan
tampilan visual dan perilaku yang mencerminkan tenaga kesehatan. Sebagai contoh,
perawat dengan atribut perawat dan tenaga kesehatan lainnya dengan atribut masing-
masing. Tampilan visual dan perilaku merupakan persepsi pertama yang akan diterima
oleh pasien, sehingga penting untuk membentuk rasa aman dan nyaman ketika pasien
melihat kita meski hanya melalui visual dan perilaku. Rasa aman dan nyaman akan
terbentuk kala kita senantiasa tersenyum, menyapa, dan terbuka kepada keluh kesah
pasien.
Setelah tampilan visual dan perilaku, tenaga kesehatan juga perlu memperhatikan
penggunaan bahasa yang disesuaikan dengan keadaan pasien. Selanjutnya, yang perlu
diperhatikan juga adalah waktu dan tempat pesan disampaikan. Tenaga kesehatan perlu
memiliki kepekaan dan menyusun regulasi atas aspek waktu, tempat, dan media
penyampaian di mana suasana psikologis memungkinkan untuk mengomunikasikan
perihal tertentu. Selain itu, kemampuan kontrol sosial juga perlu dimiliki oleh tenaga
kesehatan, sebagaimana komunikasi dengan pasien perlu dibangun keyakinan satu sama
lain akan program kesehatan yang akan dijalani.
2. Sumber penerima pesan
Yang dimaksud dengan sumber penerima pesan adalah audiens atau pasien yang akan
menerima informasi atau terapi kesehatan. Dari sisi audiens, tenaga kesehatan pertama-
tama harus memperhatikan pula tampilan visual dan perilaku dari audiens. Tampilan
visual dan perilaku ini mengindikasikan kesiapan audiens dalam menerima informasi
kesehatan yang akan disampaikan. Selain itu, tenaga kesehatan juga perlu mengetahui
kuantitas dan kualitas pengetahuan kesehatan audiens. Dengan adanya kesamaan
pengetahuan, kesalahan persepsi atas informasi yang diterima dapat terhindar dan
program kesehatan pun akan berjalan lancar. Setelah melihat latar belakang audiens,
tenaga kesehatan dapat memilih pendekatan komunikasi yang tepat untuk dilakukan
menggunakan dua tipe saluran komunikasi, yaitu komunikasi interpersonal dan
komunikasi yang berbasis masyarakat. Kedua saluran itu dilihat mampu menjangkau
seluruh masyarakat dan efektif ketika berhadapan dengan norma-norma masyarakat, serta
memberikan peluang masyarakat untuk saling memperkuat perilaku satu sama lain.
3. Sistem sosial
Sistem sosial memiliki dampak yang relatif besar terhadap komunikasi kesehatan. Sistem
sosial yang ada di lapisan masyarakat di antaranya terdiri dari norma, nilai, agama, dan
kebiasaan yang saling berkaitan antara satu sama lain.
 Norma
Dalam KBBI, norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam
masyarakat. Pendekatan yang dilakukan tenaga kesehatan akan sangat bergantung kepada
norma yang ada dalam masyarakat, mulai dari norma hukum, kesusilaan, agama, dan
kesopanan atau adat. Norma hukum ada untuk melindungi eksistensi kesehatan sebagai
bagian dari hak asasi manusia, yang mana dalam pengaplikasiannya perlu perlindungan
dan pengawasan dari badan yang ada dalam pemerintahan. Norma kesusilaan adalah
bagian dari panggilan hati manusia seperti perilaku saling membantu sama lain yang
berasal dari posisi manusia sebagai makhluk sosial.
 Nilai
Dalam KBBI, nilai adalah sifat-sifat yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Nilai
dalam proses komunikasi kesehatan adalah berbeda dari sisi komunikator dan komunikan
atau penerima pesan. Nilai yang dipegang komunikator atau tenaga kesehatan
terfokus pada memberikan pertolongan masalah kesehatan. Sedangkan dari sisi
komunikan lebih kepada bagaimana kebutuhan kesehatannya dapat terjaga dan teratasi.
 Agama
Dalam KBBI, agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Agama yang berperan sebagai
pedoman hidup seseorang memiliki pengaruh besar terhadap persepsi audiens mengenai
masalah kesehatan yang dihadapinya.
 Kebiasaan
Dalam KBBI, kebiasaan adalah sesuatu yang biasa dikerjakan dan sebagainya. Kebiasaan
individu atau masyarakat terbentuk melalui pengetahuan, perilaku, pandangan diri,
pandangan terhadap resiko, norma, emosi, advokasi personal, efikasi diri, dan dukungan
lingkungan sosial.

B) Variabel yang Berperan dalam Komunikasi


Variabel dalam komunikasi kesehatan sebagaimana dalam pendahuluan, adalah indikator atau
penentu kualitas dari berlangsungnya komunikasi kesehatan. Variabel tersebut di antaranya
adalah :
 Empati
Empati adalah kemampuan untuk menerima secara akurat mengenai perasaan orang lain
(Kalish. 1971). Empati adalah pembeda dasar dari komunikasi kesehatan dengan jenis
komunikasi lainnya (Mehrabian & Epstein, 1972. p.525). Tenaga kesehatan harus
memiliki empati yang tinggi untuk menunjang kualitas komunikasi dan tercapainya
tujuan utama yaitu kesehatan audiens. Menurut konsep Roger (1957), empati meliputi
aspek kognitif, afektif, dan komunikasi. Aspek kognitif berperan dalam mempersepsikan
kondisi yang dapat diamati dari tingkah laku klien dan persepsi dari informasi yang
diperoleh dari audiens. Aspek afektif berperan dalam proses memahami perasaan
audiens. Sedangkan aspek komunikasi merupakan respon yang diperlukan untuk
menunjukkan kepedulian terhadap audiens yang didasarkan pada aspek kognitif dan
afektif sebelumnya. Dengan demikian aspek komunikasi adalah sangat penting sebab
meliputi kedua aspek tersebut.
 Kontrol
Dalam interaksi manusia, kontrol adalah aspek pusat yang mempengaruhi timbal balik
komunikasi. Variabel dari kontrol dapat terbagi menjadi kontrol personal dan kontrol
hubungan. Kontrol personal adalah persepsi yang dianggap oleh individu dapat
mempengaruhi situasi tertentu yang terjadi dalam kehidupan. Kontrol individu ini
diharapkan mampu meningkatkan perasaan berdaya akan tindakan yang dilakukan dan
mengurangi perasaan tidak berdaya atas diri sendiri. Ada empat aspek dari kontrol
personal yaitu kontrol kebiasaan, kognitif, informasi, dan kontrol retrospektif atau kontrol
berdasarkan pengalaman individu. Sementara itu kontrol hubungan berfokus kepada cara
membangun hubungan yang sehat atas dasar kesepakatan kedua belah pihak. Apabila ada
ketidakseimbangan tertentu maka kontrol hubungan difokuskan untuk adanya usaha
saling melengkapi antara kedua pihak.
 Kepercayaan
Kepercayaan adalah suatu harapan di dalam hati komunikator dan komunikan dalam
proses komunikasi. Kepercayaan menuntut penerimaan tanpa syarat dan tanpa evaluasi
atau penilaian kepada orang lain. Kepercayaan berperan penting dalam menjaga
keefektifan hubungan. Untuk membangun kepercayaan, seorang individu terlebih dahulu
merasakan bahwa individu lain akan berperilaku yang menguntungkan dan tidak
merugikan dalam menjalin hubungan. Dimensi kepercayaan yang dapat mempengaruhi
tingkat kepercayaan
seseorang terhadap yang lain adalah dimensi intelektualitas dan dimensi karakter. Pada
umumnya, audiens akan percaya dengan tenaga kesehatan yang mempunyai
intelektualitas tinggi dan berkarakter baik.
 Keterbukaan
Sifat keterbukaan atau membuka diri akan menyebabkan hubungan interpersonal menjadi
sehat. Keefektifan hubungan tergantung pada seberapa besar kita membuka diri untuk
menerima dan memberi informasi kepada orang lain. Sebuah studi menyatakan bahwa
didalam membuka diri terdapat lima aspek, yaitu: Intention, Amount, Valence, Honesty,
dan Depth. Intention atau kesengajaan merupakan kesediaan individu, amount merupakan
kuantitas informasi yang disampaikan, valence merupakan kemampuan individu untuk
menilai efek dari komunikasi yang akan dilakukan, honesty merupakan kejujuran
individu, dan depth adalah aspek kedalaman dan kedekatan antar komunikator dan
komunikan.
 Konfirmasi
Konfirmasi terjadi ketika individu merespon individu lain, bertujuan adanya kesamaan
pengetahuan dan pemahaman akan pesan atau komunikasi yang disampaikan. Konfirmasi
sangat diperlukan untuk validasi pemahaman makna pesan dari perspektif audiens.
Respon konfirmasi ini dapat terjadi atau dilakukan pada setiap variabel komunikasi.
Menurut Sieburg (1975), manfaat respon konfimasi dapat dilihat dari tiga cara penurunan
perasaan takut akan kesalahpahaman, penurunan rasa takut akan penolakan, dan
penurunan perasaan terasing. Sehingga konfirmasi adalah bentuk kepedulian antar
komunikator dan komunikan.

C. Penutup

Dengan penelaahan yang menyeluruh mengenai faktor dan variabel yang berperan dalam
komunikasi, diharapkan ke depannya sebagai tenaga kesehatan dan bagian dari masyarakat yang
akan berkontribusi dalam derajat kualitas kesehatan masyarakat, seorang individu mampu
mengidentifikasi faktor dan mengaplikasikan variabel yang tepat demi berjalannya komunikasi
kesehatan yang efektif, interaktif, dan solutif.

Referensi :

Mundakir. 2016. Buku Ajar Komunikasi Pelayanan Kesehatan, Sleman: Tim Indomedia Pustaka,
pp.53-68, 71-78.

Schiavo, R. 2007. Health Communication : From Theory To Practice. 1st ed. San Fransisco:
Jossey-Bass, pp.6, 42

Endrawati, E. 2015. Penerapan Komunikasi Kesehatan Untuk Pencegahan Penyakit


Leptospirosis Pada Masyarakat Desa Sumberagung, Kecamatan Moyudan, Sleman, Yogyakarta.
Jurnal Komunikasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 7 (1). 1-25.

Anda mungkin juga menyukai