PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana Proses Komunikasi Kesehatan (Tahapan Dalam Proses
Komunikasi Kesehatan dan Pendekatan Tradisional Versus Kontemporer)?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2. Tahapan dalam Proses Komunikasi Kesehatan
2.2.1. Syarat Penyampaian Komunikasi
a. Saling menghormati
Syarat pertama dalam berkomunikasi adalah sikap menghargai setiap
individu yang menjadi sasaran pesan yang anda sampaikan. Sebab prinsip setiap
manusia adalah ingin dihargai dan dianggap penting.
b. Empati
Empati adalah perhatian dan kasih yang diwujudkan melalui tindakan.
Empati juga merupakan kemampuan seseorang untuk menempatkan diri pada
situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu syarat utama dalam
memiliki sikap empati adalah kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti
terlebih dahulu sebelum didengar atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati
akan memampukan orang untuk dapat menyampaikan pesan dengan cara dan
sikap yang akan memudahkan penerima pesan menerimanya.
c. Dapat didengarkan (Audible)
Audible artinya dapt didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati
orang harus mendengarkan terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan
balik dengan baik, maka audible artinya pesan yang disampaikan dapat diterima
oleh penerima pesan.
d. Kejelasan (Clarity)
Selain pesan harus dapat dimengerti denngan baik, hal penting lainnya
adalahnkejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menibulkan penafsiran
yang berlainan.
e. Rendah Hati (Humble)
Sikap rendah hati adalah unsur yang terkait dengan syarat saling menghargai.
Sikap rendah hati adalah sikap yang penuh melayani, menghargai mau
mendengar dan mau menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah
orang lain, berani mengakui kesalahan, dll.
4
2.2.2. Unsur Komunikasi
1. Sumber.
Sumber merupakan salah satu unsur dari komunikasi. Kegiatan komuikasi yang
terjadi antar manusia selalu melibatkan pembuat atau pengirim informasi.
Sumber ini dapat disampaikan oleh satu orang dan juga dapat disampaikan dalam
bentuk kelompok (contoh: partai, organisasi atau lembaga). Sumber juga sering
disebut dengan pengirim, komunikator, atau dengan kata lain source,
sender dan encoder.
2. Pesan.
Unsur kedua dalam komunikasi adalah pesan. Dalam proses komunikasi, pesan
adalah suatu hal berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau
propaganda yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima baik secara tatap
muka atau langsung, maupun melalui media komunikasi lainnya (contoh:
televisi, telepon, koran). Pesan ini juga dapat disebut dengan content.
3. Media (channel).
Unsur komunikasi berikutnya adalah media. Media dalam proses komunikasi
merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan dari
sumber kepada penerima. Bentuk dari media ini bermacam-macam:
Media antarpribadi, media ini berupa kurir, surat, maupun telepon.
Media kelompok, ditujukan bagi kegiatan komunikasi yang diikuti oleh lebih
dari 15 orang. Medianya dapat berupa rapat, seminar, dan konferensi.
Media publik, media ini digunakan apabila komunikasi terjadi lebih dari 200
orang dan dilakukan dalam rapat akbar.
Media massa, merupakan salah satu contoh penyampaian komunikasi secara
tidak langsung. Karena dalam penyampaiannya, media ini menggunakan
perantara berupa alat seperti televisi, koran, dan radio. Diantara bermacam-
macam media yang digunakan dalam proses komunikasi, media yang sangat
penting dan dominan digunakan oleh manusia adalah pancaindera seperti mata
dan telinga.
4. Penerima.
Penerima merupakan pihak utama yang dijadikan sasaran pengiriman pesan oleh
narasumber. Oleh karena itu, penerima merupakan salah satu elemen penting
5
dalam proses komunikasi. Karena tanpa adanya penerima pesan, seseoorang
yang menyampaikan pesan tersebut tidak dapat dikatakan atau disebut sebagai
narasumber. Penerima dapat berjumlah satu orang atau lebih, dalam bentuk
kelompok, partai, maupun negara. Penerima dapat disebut juga dengan receiver.
5. Pengaruh (decoding).
Pengaruh merupakan perbedaan yang terjadi pada penerima sebelum dan setelah
menerima pesan. Perbedaan ini dapat berupa perbedaan pola pemikiran, hal yang
dilakukan, maupun hal yang dirasakan baik dalam tingkah laku maupun
pengetahuan. Oleh karena itu, pengaruh juga dapat diartikan sebagai perubahan
atau penguat keyakinan, tindakan, dan sikap seseorang setelah menerima pesan.
6. Umpan Balik (feedback).
Umpan balik merupakan salah satu pengaruh yang berasal dari penerima.
Dimana penerima menanggapi pesan yang telah diberikan oleh narasumber.
Bentuk dari umpan balik ini akan berbeda-beda tergantung pada individu
masing-masing penerima pesan, apakah penerima setuju dengan pesan tersebut
atau penerima memiliki pandangan lain akan suatu pesan yang telah
disampaikan.
7. Lingkungan.
Lingkungan merupakan unsur terakhir dalam proses komunikasi. Faktor pada
lingungan terbagi menjadi lingkungan psikologis, sosial budaya, fisik dan
dimensi waktu. Faktor-faktor ini merupakan salah satu faktor penentu yang
secara tidak langsung berpengaruh pada proses komunikasi.
8. Gangguan.
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahpahaman mengenai
pesan yang disampaikan oleh narasumber kepada penerima disebut dengan
hambatan. Hambatan ini dapat berasal daripenyampaian pesan yang kurang
jelas, ataupun penerima yang tidak mendengarkan dengan baik. Gangguan juga
disebut dengan istilah noise, dimana noise ini terbagi menjadi dua macam, yaitu:
External noise, meliputi latar belakang pembicaraan, lingkungan sekitar,
maupun saluran yang digunnakan.
Internal noise, meliputi aspek psikologi maupun aspek semantik penerima.
Dimana contoh dari internal noise ini adalah suatu kata yang memiliki banyak
6
arti/ambigu, ataupun penerima yang didalam pemikirannya sedang memikirkan
banyak masalah senhingga pesan tidak tersampaikan dengan baik.
7
lain, kontak mata wajar, serta intonasi suara yang sedang. Sikap seperti ini
seharusnya dimiliki setiap idividu, agar proses komunikasi dapat berjalan
dengan baik.
2. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang merupakan isyarat dan bukan
berupa kata-kata. Penyampaian isyarat tersebut dapat melewati indera lain
seperti mata, alis, tangan, dagu, dll.Menurut Mark L. Knapp (1972: 9-12),
komunikasi non verbal memiliki lima fungsi.
a. Fungsi repetisi, yaitu fungsi mengulang pesan yang telah disampaikan oleh
pesan verbal. Contohnya adalah saat mengatakan ya lalu kepala mengangguk.
b. Fungsi subtitusi, yaitu fungsi menggantikan lambing-lambang verbal. Sebagai
contoh, melambaikan tangan untuk mengatakan tidak.
c. Fungsi kontradiksi, yaitu menolak pesan verbal atau memberikan makna yang
lain terhadap pesan verbal. Contohnya adalah saat seseorang mengatakan bagus
terhadap baju yang dipakai temannya padahal sebenarnya tidak, sambal
memainkan handphone.
d. Fungsi komplemen, yaitu fungsi yang melengkapi dan memperkaya makna
nonverbal. Sebagai contoh, seseorang melambaikan tangan saat mengatakan
selamat jalan.
e. Fungsi aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya.
Sebagai contoh, melihat jam tangan sebagai tanda waktu telah habis sehingga
orang lain sadar bahwa waktu telah habis.
Duncan mengklasifikasikan non verbal menjadi enam jenis, yaitu
kinesthetic atau gerak tubuh, paralinguistic atau suara, proksemik atau penggunaan
jarak dan ruangan social, olfaksi atau penciuman, sensitivitas kulit, artifaktural
seperti pakaian dan kosmetik. Sedangan Leather membagi pesan non-verbal dalam
tiga kategori utama yang saling berhubungan yaitu pesan nonverbal visual yang
meliputi kinesik, proksemik, dan artifaktual, lalu pesan nonverbal auditif yaitu
paralinguistic, dan yang terakhir pesan nonverbal nonvisual dan nonauditif yaitu
sentuhan, penciuman, dan telepatik.
8
Menurut Courtland L. Bovee dan John V. Thil tahapan-tahapan dalam
proses komunikasi dapat dibagi menjadi lima tahap, yaitu:
1) Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan.
2) Ide diubah menjadi suatu pesan.
3) Pemindahan pesan.
4) Penerima menerima pesan.
5) Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan-balik kepada pengirim.
Tahap Pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide
Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terbentang luas dihadapan
kita. Sebelum melakukan komunikasi syarat utama adalah adanya ide/gagasan.
Seorang komunikator yang baik, harus dapat menyaring hal-hal yang tidak penting
atau tidak relevan, dan memusatkan perhatian pada hal-hal yang memang penting
dan relevan. Proses tersebut dikenal sebagai abstraksi.
Tahap Kedua: Mengubah Ide menjadi Suatu Pesan
Dalam suatu proses komunikasi tidak semua ide dapat diterima atau
dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dan dimengerti secara
sempurna pengirim pesan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu: subjek (apa
yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), audience, gaya personal, dan latar
belakang budaya. Ide yang berbentuk abstrak harus diubah kedalam bentuk pesan.
Tahap Ketiga: Pemindahan Pesan
Setelah mengubah ide-ide ke dalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah
memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran yang ada kepada
si penerima. Pesan tak mungkin dapat dipahami oleh pihak lain tanpa adanya
pemindahan pesan. Panjang-pendeknya saluran komunikasi yang digunakan, akan
berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan.
Tahap Keempat: Penerima Menerima Suatu Pesan
Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi, bila pengirim
mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima suatu pesan pesan tersebut.
Pesan tak mungkin dapat dipahami oleh pihak lain tanpa adanya pemindahan pesan.
Tahap Kelima: Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan-Balik ke Pengirim
Umpan-balik (feed back) adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai
komunikasi. Ia merupakan tanggapan penerima pesan yang memungkinkan
9
pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Feed back dapat berfungsi sebagai
koreksi bagi pengirim.
10
malakukan modifikasi strategi, sasaran, dan tujuan organisasi. Dengan semakin
tidak pasti dan kompleksnya lingkungan persaingan, maka kebutuhan akan sistem
kontemporer semakin meningkat.
Pendekatan kontemporer dinamakan sebagai double-loop, dimana asumsi,
dasar pemikiran, sasaran dan strategi organisasi dievaluasi, diuji dan dikaji ulang
secara terus-menerus. Dalam pendekatan ini, adaptasi dan antisipasi perubahan
lingkungan internal dan eksternal merupakan bagian integral dari pengendalian
stratejik. Hubungan antara formulasi strategi, implementasi, dan pengendalian
memiliki interaksi yang tinggi, dua tipe berbeda dari pengendalian stratejik, yaitu
pengendalian informasi (informational control) dan pengendalian perilaku
(behavioral control). Pengendalian informasi terfokus pada apakah organisasi
melakukan hal-hal yang benar (doing the right things), dan pengendalian ini
berhubungan dengan lingkungan internal dan juga konteks stratejik eksternal,
pengendalian informasi menekankan pada asumsi dan landasan pemikiran yang
memberikan dasar bagi strategi organisasi. Sedangkan pengendalian perilaku
berfokus pada apakah organisasi melakukan segala sesuatunya dengan benar (doing
things right) dalam implementasi strategi.
Sistem pengendalian kontemporer harus mempunyai empat karakteristik
agar efektif (Simons,1995) :
1. Sistem ini harus terfokus pada informasi yang terus berubah yang dapat
diidentifikasi oleh manajer puncak sehingga mempunyai arti stratejik yang
penting.
2. Informasi harus cukup penting untuk dapat menarik perhatian manajer operasi
pada semua tingkatan organisasi secara rutin dan terus-menerus.
3. Data dan informasi yang dihasilkan oleh sistem pengendalian paling baik bila
diinterpretasikan dan didiskusikan pada pertemuan tatap muka dengan atasan,
bawahan, dan rekan bisnis.
4. Sistem pengendalian kontemporer adalah katalis kunci bagi perdebatan tentang
data, asumsi, dan rencana aksi yang dilakukan terus-menerus.
Perbedaan yang penting pada kedua pendekatan di atas dalam sistem
pengendalian stratejik adalah, dalam pendekatan tradisional, pemahaman asumsi
dasar adalah langkah awal dalam proses formulasi strategi, sedangkan dalam
11
pendekatan kontemporer, pengendalian informasi merupakan bagian dan proses
pembelajaran organisasi yang terus-menerus memperbaharui dan mempertanyakan
asumsi yang melandasi strategi organisasi.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai komunikasi kesehatan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa komunikasi merupakan penyampaian informasi yang berisi ide,
perasaan, perhatian, makna, serta pikiran yang diberikan oleh pengirim informasi
kepada penerima informasi dengan harapan si penerima pesan menggunakan
informasi tersebut untuk mengubah sikap dan perilakunya. Komunikasi terdiri dari
komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal yang paling baik miliki setiap
individu adalah sikap asertif yaitu tidak menang sendiri dan tidak terlalu menahan
diri terhadap intervensi orang lain. Untuk mendapatkan komunikasi yang efektif
harus memerhatikan syarat-syarat dalam berkomunikasi antara lain saling
menghormati, empati, penyampaian jelas, dan rendah hati. Dalam kehidupan tidak
mungkin akan berkomunikasi dengan diri sendiri, tetapi juga perlu berkomunikasi
dengan orang lain, sehingga komunikasi terdiri dari komunikasi intrapersonal,
komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi,
komunikasi massa, dan komunikasi interkultural. Komunikasi yang dilakukan
dengan juga pasti tidak akan selalu berjalan lancar, terdapat berbagai hambatan
yang mengharuskan pihak yang berkomunikasi mengondisikannya. Hambatan
dalam berkomunikasi dapat berasal dari pengirim pesan, penerima pesan,
lingkungan sekitar, maupun dari pesan itu sendiri.
Pedekatan tradisional adalah strategi, sasaran, dan tujuan organisasi yang
hanya sedikit berubah atau bahkan tidak ada perubahan sama sekali sampai batas
waktu yang ditentukan, yang biasanya empat bulan atau satu bulan penuh.
Pendekatan tradisional didasarkan pada pendekatan umpan balik.
Pendekatan kontemporer menekankan pada pentingnya evaluasi lingkungan
(baik secara internal maupun eksternal) yang berkelanjutan untuk melihat apabila
terdapat tren dan kejadian penting yang memberikan sinyal terhadap pentingnya
malakukan modifikasi strategi, sasaran, dan tujuan organisasi.
13
3.2. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini pembaca lebih dapat memahami
Bagaimana Proses Komunikasi Kesehatan (Tahapan Dalam Proses Komunikasi
Kesehatan dan Pendekatan Tradisional Versus Kontemporer)
14
DAFTAR PUSTAKA
15