Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh Psikoedukasi tentang Pengetahuan

ADHD terhadap Kemampuan Guru dalam Melakukan


Deteksi Dini Masalah ADHD pada Siswa dan
Keterampilan Intervensi Kelas
1
Ana Karunia
2
Ika Yuniar Cahyanti
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Abstract
This study aimed to see the effect of psychoeducation on teacher's ability to do early detection of
ADHD students and classroom intervention skills. Design of this study was quasi experiment with
experiment and control group subject. Data collection techniques in this study were Evaluation
ADHD Early Detection and Evaluation of Classroom Intervention Skills. Data analysis technique in this
study was independent sample t-test using SPSS 16 for windows. The results of this study showed that
psychoeducation about ADHD knowledge affected teacher ability to ADHD early detection skills
problems on students (p<0.05). The study also proved that psychoeducation about ADHD affected
classroom intervention skills (p<0.05). Research findings showed that ADHD psychoeducation
significantly influenced teacher ability to obtain higher level of ADHD early detection skills on
students and classroom intervention skills.

Keywords: ADHD knowledge, classroom intervention skills, ADHD early detection skills,
psychoeducation.

Abstrak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh psikoedukasi terhadap kemampuan guru
dalam melakukan deteksi dini masalah ADHD pada siswa dan keterampilan intervensi kelas. Desain
penelitian ini adalah eksperimen kuasi dengan dua kelompok partisipan, kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Evaluasi
Kemampuan Deteksi Dini ADHD dan Evaluasi Keterampilan Intervensi Kelas. Teknik analisis data
menggunakan independent sample t-test. Hasil penelitian ini adalah psikoedukasi tentang
pengetahuan ADHD berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan guru melakukan deteksi
dini masalah ADHD pada siswa (p<0.05). Penelitian ini juga membuktikan bahwa psikoedukasi
tentang pengetahuan ADHD berpengaruh secara signifikan terhadap ketrampilan guru melakukan
intervensi kelas (p<0.05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah psikoedukasi mengenai ADHD
terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan guru melakukan deteksi dini masalah
ADHD pada siswa dan keterampilan intervensi kelas.

Kata kunci: deteksi dini ADHD, keterampilan, intervensi kelas, pengetahuan tentang ADHD,
psikoedukasi.

Korespondensi: Departemen Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Fakultas Psikologi Universitas Airlangga,
Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, e-mail: 1ana.karunia-12@psikologi.unair.ac.id,
2
ika.yuniar@psikologi.unair.ac.id

INSAN Vol. 01 No. 01, Juni 2016 01


Pengaruh Psikoedukasi tentang Pengetahuan ADHD terhadap Kemampuan Guru dalam Melakukan Deteksi Dini ...

PENDAHULUAN memasuki usia sekolah dimana anak dituntut


Attention Deficit Hyperactivity Disorder untuk mematuhi aturan-aturan sekolah,
(ADHD) adalah pola menetap dari kurangnya mengerjakan tugas, duduk diam di kelas dan
perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas yang memiliki pemusatan perhatian yang baik. Oleh
tampak lebih sering dan lebih parah daripada sebab itu, guru dituntut untuk memiliki
yang biasanya diamati pada individu lain pengetahuan yang cukup tentang ADHD.
dengan level perkembangan yang sama Guru memiliki keunggulan dalam
(American Psychiatric Association, 2000). melakukan deteksi dini ADHD karena sekolah
ADHD adalah salah satu gangguan kejiwaan merupakan tempat dimana ada kontak setiap
yang paling sering didiagnosiskan oleh psikiater hari dengan anak yang sama, sehingga gejala
pada anak-anak. ADHD sangat terlihat dan dapat diamati (Syed &
Presentase anak usia sekolah di Indonesia Husein, 2009). Selain itu kriteria diagnosis
yang didiagnosis ADHD belum diketahui secara ADHD menurut DSM IV-TR membutuhkan
pasti. Data yang diperoleh pada tahun 2002 gejala hiperaktif-impulsif atau kurangnya
hingga 2004 menyatakan prevalensi ADHD di perhatian tampak pada 2 atau lebih setting,
Indonesia paling sedikit terjadi pada 10% seperti di rumah dan di sekolah. Persyaratan ini
populasi anak dan remaja usia 3-18 tahun menekankan keunggulan informasi dari guru
(Saputro, 2004), dan data tahun 2009 dalam membuat diagnosis ADHD. Psikolog atau
menunjukkan peningkatan menjadi 15,8% dari tenaga medis akan membutuhkan informasi
populasi anak berusia 3 18 tahun (Saputro, dari guru, bukan hanya untuk menetapkan
2009). Di Surabaya, data yang diperoleh dari diagnosis, tetapi juga untuk merencanakan
Unit Psikiatri Anak (Day Care) RSUD Dr. intervensi yang paling tepat untuk anak
Soetomo Surabaya menunjukkan adanya (DuPaul & Stoner, 2003; Wolraich dkk, 2003;
peningkatan jumlah pasien anak ADHD dengan Saputro, 2009).
berbagai karakteristik dari tahun 2000-2001, Pentingnya posisi guru dalam melakukan
yaitu sebesar 43,33% (dari 60 anak menjadi 86 deteksi dini masalah ADHD pada siswa tidak
anak). Dari 86 anak ADHD terdapat 60 anak diimbangi dengan pengetahuan guru berkaitan
laki-laki (70%) dan 26 anak perempuan (30%) dengan ciri-ciri ADHD, penyebab ADHD, dan
yang terdiri dari usia 3 tahun sampai diatas 12 akibat dari gangguan tersebut. Hanya sedikit
tahun (Mulyono, 2003). guru yang pernah menerima pelatihan tentang
Jumlah siswa dengan ADHD di Sekolah ADHD, padahal pengetahuan yang tinggi
Dasar X Surabaya yang menjadi konteks mengenai gangguan ini dapat membantu
penelitian ini juga menunjukkan peningkatan mengurangi kesalahpahaman dan prasangka
yang signif ikan dari tahun ajaran 2013-2014 yang merugikan tentang ADHD (Alkahtani,
hingga tahun ajaran 2015-2016. Pada tahun 2013).
ajaran 2013-2014 jumlah siswa dengan ADHD Berdasarkan wawancara dengan lima
yang tercatat berjumlah 4 anak yang tersebar di orang guru di SD X Surabaya, pengetahuan
kelas 1 hingga kelas 6. Pada tahun ajaran 2014- guru-guru di sekolah tersebut mengenai
2015 jumlah siswa dengan ADHD bertambah gangguan ADHD sangat kurang. Guru-guru
menjadi 5 anak, dan pada tahun ajaran 2015-2016 memiliki pengetahuan yang sedikit mengenai
jumlah siswa dengan ADHD bertambah ciri-ciri perilaku ADHD, cara mendeteksi
menjadi 8 anak. gangguan ADHD pada siswa, penyebab
Siswa dengan ADHD menunjukkan tiga gangguan ADHD, akibat dari gangguan tersebut,
gejala utama yaitu sulit mempertahankan terapi untuk ADHD, dan penanganan yang tepat
perhatian, hiperaktivitas dan perilaku impulsif. untuk siswa dengan ADHD. Para guru
Saputro (2001) menyatakan bahwa banyak menganggap siswa dengan ADHD adalah anak
gejala ADHD yang baru teridentif ikasi saat anak nakal, pembangkang, malas, mudah bosan,

02 INSAN Vol. 01 No. 01, Juni 2016


Ana Karunia, Ika Yuniar Cahyanti

semau sendiri, pembuat onar di kelas, terlalu melakukan deteksi dini ADHD, belum
banyak bergerak, melanggar peraturan- tersedianya instrumen untuk deteksi dini
peraturan sekolah, dan bodoh. Siswa dengan masalah ADHD di SD X, serta rendahnya
ADHD juga dianggap cenderung agresif dan keterampilan intervensi kelas mendorong
tidak ragu menyakiti temannya. Para guru peneliti untuk merancang sebuah intervensi
menganggap penyebab ADHD adalah dengan pendekatan psikoedukasi tentang
kesalahan pengasuhan orangtua, pengaruh pengetahuan ADHD untuk meningkatkan
makanan yang dikonsumsi dan f aktor kemampuan guru dalam melakukan deteksi
keturunan. Sedangkan akibat dari ADHD yang dini masalah ADHD pada siswa dan
diketahui adalah mengganggu proses belajar di keterampilan melakukan intervensi kelas.
kelas, nilai yang buruk dan tidak naik kelas. I n t e r ve n s i p s i ko e d u k a s i t e n t a n g
Para guru mengungkapkan belum pengetahuan ADHD dipilih oleh peneliti karena
melakukan deteksi masalah ADHD atau deteksi berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya,
gangguan-gangguan lain pada siswa mereka psikoedukasi tentang pengetahuan ADHD
walaupun ada kecenderungan peningkatan s e c a ra s i g n i f i k a n b e r p e n g a r u h p a d a
jumlah siswa dengan kebutuhan khusus. Para pengetahuan dan kesadaran guru pada gejala-
guru juga seringkali tidak tahu apa yang harus gejala ADHD, meningkatkan keterampilan guru
dilakukan untuk menangani siswa-siswa mengidentif ikasi gejala ADHD dengan
tersebut sehingga disamaratakan dengan siswa menggunakan instrumen terstandar, dan
normal pada umumnya. Ketika mereka meningkatkan keterampilan intervensi kelas
mengganggu situasi kelas, atau melanggar (Adriyati, 2015; Syed & Husein, 2009; Aguiar,
peraturan sekolah, guru memberikan teguran 2013; Alkahtani, 2013, Piwowar, 2013).
dan hukuman supaya mereka tidak mengulangi Pengetahuan tentang ADHD yang
perbuatannya lagi, tetapi siswa-siswa tersebut diberikan kepada guru-guru di sekolah dasar
selalu mengulangi kembali perbuatan mereka mencakup def inisi ADHD, etiologi ADHD,
dan sulit sekali merubah perilaku mereka. gejala yang tampak, jenis-jenis ADHD, akibat
Deteksi dini gangguan ADHD yang dari ADHD, diagnosis pembanding dan
dilakukan sejak dini, terutama saat usia sekolah komorbid, terapi untuk ADHD dan manajemen
sangat penting dilakukan untuk ADHD di sekolah mengenalkan instrumen
meminimalisasi gejala dan akibat yang deteksi ADHD, dan alur rujukan. Penting untuk
ditimbulkannya di kemudian hari. Apabila guru untuk tidak hanya memiliki pengetahuan
ADHD tidak dideteksi sejak dini dan tentang ADHD, tetapi juga jika mereka benar-
mendapatkan terapi yang memadai, akibat yang benar terampil melakukan deteksi dini
ditimbulkan sangat luas yaitu menghambat gangguan ADHD dan tahu bagaimana
tahapan perkembangan psikososial anak mengimplementasikan intervensi kelas
sehingga menimbulkan kegagalan dalam (Barbaresi & Olsen, 1998; Syed & Husein, 2009;
bidang akademik, sosial dan harga diri yang Aguiar, 2013).
rendah (Saputro, 2001; U.S. Department of Berangkat dari latar belakang tersebut,
Education, 2008). Deteksi dini ADHD harus tujuan dari penelitian ini adalah untuk
melibatkan beberapa lapisan masyarakat mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
seperti tenaga medis, guru dan orangtua. Bila psikoedukasi tentang pengetahuan ADHD
gejala ADHD terdeteksi sejak dini maka akan terhadap kemampuan guru dalam melakukan
lebih mudah mengarahkan pola pendidikan dan deteksi dini masalah ADHD pada siswa dan
pengasuhan anak dengan ADHD (Judarwanto, keterampilan intervensi kelas di sekolah dasarX.
2009).
Rendahnya pengetahuan guru tentang Hipotesis 1
ADHD, rendahnya kemampuan guru dalam Ho: Psikoedukasi tentang pengetahuan

INSAN Vol. 01 No. 01, Juni 2016 03


Pengaruh Psikoedukasi tentang Pengetahuan ADHD terhadap Kemampuan Guru dalam Melakukan Deteksi Dini ...

ADHD tidak berpengaruh terhadap orang guru di SD X, peneliti memperoleh 9


kemampuan guru dalam melakukan orang guru yang dapat menjadi partisipan
deteksi dini masalah ADHD pada siswa. penelitian di kelompok eksperimen dan 9 orang
Ha: Psikoedukasi tentang pengetahuan guru yang menjadi kelompok kontrol
ADHD berpengaruh terhadap Teknik pengumpulan data
kemampuan guru dalam melakukan Alat pengumpulan data yang digunakan
deteksi dini masalah ADHD pada siswa. dalam penelitian ini adalah Skala Penilaian
Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia (SPPAHI).
Hipotesis 2 SPPAHI adalah instrumen penilaian perilaku
Ho: Psikoedukasi tentang pengetahuan yang dirancang khusus untuk mendeteksi
ADHD tidak berpengaruh untuk gangguan ADHD pada anak usia 6-13 tahun dan
meningkatkan keterampilan intervensi dikembangkan sesuai dengan ciri perilaku anak
kelas guru. ADHD di Indonesia. Kemampuan guru dalam
Ha: Psikoedukasi tentang pengetahuan melakukan deteksi dini masalah ADHD
ADHD berpengaruh untuk meningkatkan menggunakan SPPAHI diukur menggunakan
keterampilan intervensi kelas guru. metode pencatatan checklist. Penilaian
dilakukan sebelum dan sesudah diberikannya
METODE pelatihan sebagai pretest dan post test
Desain penelitian kemampuan guru dalam melakukan deteksi
Metode penelitian yang digunakan dalam dini masalah ADHD pada siswa. Pretest dan post
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif test kemampuan guru dalam melakukan deteksi
dengan metode eksperimen. Desain penelitian dini masalah ADHD pada siswa diberikan
pada penelitian ini menggunakan desain quasi- kepada setiap peserta dalam bentuk kasus nyata
experimental research (penelitian eksperimen satu siswa yang sudah memiliki diagnosis
semu) dengan non-randomized pretest-postest A D H D. S e t i a p g u r u d i m i n t a u n t u k
control group design. mempraktikkan cara menggunakan SPPAHI
Penelitian ini menggunakan desain dua yang meliputi pengadministrasian SPPAHI,
kelompok nonrandomized pretest-post test pemberian skor, interpretasi total skor, dan
control group. Pada desain ini juga dilakukan pemberian rujukan atau rekomendasi.
pretest dan post test untuk melakukan kontrol Keterampilan intervensi kelas untuk siswa
konstansi terhadap proactive history. ADHD yang dimiliki guru diukur menggunakan
metode checklist . Pretest dan post test
Variabel keterampilan intervensi kelas diberikan kepada
Variabel bebas pada penelitian ini adalah setiap peserta dalam bentuk blindcase
psikoedukasi tentang pengetahuan ADHD. berdasarkan gejala-gejala ADHD yang muncul
Variabel terikat pada penelitian ini adalah di sekolah dan paling banyak ditemui oleh guru.
kemampuan guru dalam melakukan deteksi Setiap partisipan penelitian kemudian diminta
dini masalah ADHD pada siswa di Sekolah Dasar untuk menuliskan rancangan intervensi
X dan keterampilan intervensi kelas pada guru berdasarkan blindcase tersebut dan diminta
di Sekolah Dasar X. Sedangkan partisipan dalam untuk melakukan roleplay.
penelitian ini merupakan guru wali kelas 1
hingga kelas 6 dan guru bidang studi yang Teknik analisis data
mengajar di SD X, belum pernah mengikuti Teknik analisis data kuantitatif yang akan
pelatihan tentang ADHD, serta bersedia digunakan yaitu uji asumsi data, yakni
mengikuti keseluruhan rangkaian kegiatan menggunakan uji normalitas. Analisis
pelatihan dari awal hingga akhir yang selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Uji
dinyatakan dalam informed consent. Dari 23 parametrik akan digunakan jika data normal,
namun jika tidak akan dilakukan uji non-

04 INSAN Vol. 01 No. 01, Juni 2016


Ana Karunia, Ika Yuniar Cahyanti

parametrik. Uji hipotesis dilakukan meng- kontrol menunjukkan peningkatan nilai gain
gunakan Independent Sample T-Test. score yang berkisar 1 sampai 3. Sedangkan 3
peserta kelompok kontrol tidak menunjukkan
Hasil Penelitian peningkatan nilai gain score. Peningkatan
Hasil analisis deskriptif kemampuan keterampilan intervensi kelas pada kelompok
deteksi dini masalah ADHD pada siswa di kontrol relatif rendah bila dibandingkan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. p e n i n g k a t a n p e n ge t a h u a n ke l o m p o k
Seluruh partisipan dalam kelompok eksperimen eksperimen yang memperoleh psikoedukasi.
menunjukkan nilai gain score positif yang Ada 2 hipotesis yang hendak diuji dalam
berkisar 2 hingga 10. Hal ini menunjukkan penelitian ini:
bahwa semua peserta psikoedukasi pada Hipotesis 1
ke l o m p o k e k s p e r i m e n m e n u n j u k k a n Ho: Psikoedukasi tentang pengetahuan
peningkatan kemampuan deteksi dini masalah ADHD tidak berpengaruh terhadap
ADHD pada siswa. kemampuan guru melakukan deteksi dini
Pada kelompok kontrol, tidak semua masalah ADHD pada siswa.
peserta kelompok kontrol mengalami Ha: Psikoedukasi tentang pengetahuan
peningkatan kemampuan deteksi dini masalah ADHD berpengaruh terhadap kemam-
ADHD. Peningkatan kemampuan deteksi dini puan guru melakukan deteksi dini masalah
masalah ADHD hanya dialami oleh 3 orang ADHD pada siswa.
dengan peningkatan skor 1 poin. Peningkatan
kemampuan deteksi dini masalah ADHD pada Tabel 1.
ke l o m p o k ko n t ro l l e b i h re n d a h b i l a Rata-Rata Skor Kemampuan Deteksi Dini ADHD
dibandingkan peningkatan kemampuan deteksi
Kelompok N Rata-rata
d i n i m as a l a h A D H D pad a ke l o m p o k
eksperimen yang memperoleh psikoedukasi. Eksperimen 9 6.22
Analisis deskriptif keterampilan intervensi Kontrol 9 0.33
kelas untuk siswa ADHD dilakukan sebelum
dan sesudah psikoedukasi pada kelompok Tabel 1 menunjukan rata-rata data
eksperimen dan kelompok kontrol. Seluruh kelompok eksperimen sebesar 6.22 dan rata-rata
partisipan dalam kelompok eksperimen dari kelompok kontrol sebesar 0.33. Kedua
menunjukkan nilai gain score positif yang kelompok mengalami peningkatan
berkisar 11 hingga 21. Hal ini menunjukkan kemampuan melakukan deteksi dini masalah
bahwa semua peserta psikoedukasi pada ADHD pada siswa, tetapi nilai kelompok
ke l o m p o k e k s p e r i m e n m e n u n j u k k a n eksperimen yang telah diberi psikoedukasi
peningkatan keterampilan intervensi kelas. memiliki nilai yang jauh lebih tinggi daripada
Pada kelompok kontrol, 6 peserta kelompok kelompok kontrol.

Tabel 2. Hasil Independent Sample T-Test Hipotesis 1


Variabel F p T p
Varian
Peningkatan diasumsikan 12.755 0.003 6.172 0.000
kemampuan sama
deteksi dini
ADHD Varian
diasumsikan 6.172 0.000
tidak sama

INSAN Vol. 01 No. 01, Juni 2016 05


Pengaruh Psikoedukasi tentang Pengetahuan ADHD terhadap Kemampuan Guru dalam Melakukan Deteksi Dini ...

Di tabel 2, uji hipotesis menggunakan Tabel 4 menunjukan nilai homogenitas


independent sample t-test menunjukkan hasil pada kolom varian diasumsikan sama adalah
Ho ditolak (p<0.05). Artinya terdapat perbedaan (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa varian
kemampuan guru dalam melakukan deteksi kedua kelompok tidak homogen sehingga nilai
masalah ADHD pada siswa yang telah diberi uji-t yang digunakan adalah varian diasumsikan
perlakuan psikoedukasi tentang pengetahuan tidak sama (p<0.05). Uji hipotesis
ADHD dibandingkan kelompok kontrol yang menggunakan independent sample t-test
tidak memperoleh perlakuan psikoedukasi menunjukkan hasil Ho ditolak (p<0.05). Artinya
tentang pengetahuan ADHD. Hal ini terdapat perbedaan keterampilan intervensi
membuktikan bahwa perlakuan yang diberikan kelas pada guru yang telah diberi perlakuan
pada kelompok eksperimen berhasil atau psikoedukasi tentang pengetahuan ADHD
berpengaruh terhadap kemampuan guru dalam dibandingkan kelompok kontrol yang tidak
melakukan deteksi masalah ADHD pada siswa. memperoleh perlakuan psikoedukasi tentang
pengetahuan ADHD. Hal ini membuktikan
Hipotesis 2
bahwa perlakuan yang diberikan pada
Ho: Psikoedukasi tentang pengetahuan
ke l o m p o k e k s p e r i m e n b e r h a s i l a t a u
ADHD tidak berpengaruh terhadap
berpengaruh terhadap keterampilan intervensi
keterampilan intervensi kelas.
kelas guru sekolah dasar.
Ha: Psikoedukasi tentang pengetahuan
ADHD berpengaruh terhadap keteram-
pilan intervensi kelas.
DISKUSI
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
Tabel 3. secara statistik, terdapat perbedaan yang
Rata-Rata Skor Keterampilan Intervensi Kelas
signif ikan pada kemampuan guru dalam
melakukan deteksi dini masalah ADHD pada
Kelompok N Rata-rata
s i s wa d i ke l o m po k e k s pe r i m e n ya n g
Eksperimen 9 14.67 memperoleh psikoedukasi dibandingkan
Kontrol 9 1.11 dengan kelompok kontrol yang tidak
memperoleh psikoedukasi. Hal ini
Tabel 3 menunjukan rata-rata dari menunjukkan bahwa psikoedukasi tentang
kelompok eksperimen sebesar 14.67 dan rata- pengetahuan ADHD memiliki pengaruh
rata dari kelompok kontrol sebesar 1.11. Kedua terhadap kemampuan guru melakukan deteksi
kelompok mengalami peningkatan dini masalah ADHD pada siswa. Hasil pengujian
keterampilan intervensi kelas, tetapi nilai hipotesis kedua secara s tatis tik juga
kelompok eksperimen yang telah diberi menunjukkan terdapat perbedaan yang
psikoedukasi memiliki nilai yang lebih tinggi signif ikan pada keterampilan intervensi kelas di
daripada kelompok kontrol. kelompok eksperimen yang memperoleh

Tabel 4. Hasil Independent Sample T-Test Hipotesis 2

Variabel F p T p
Varian
Peningkatan diasumsikan 8.530 0.010 11.231 0.000
keterampilan sama
intervensi
kelas Varian
diasumsikan 11.231 0.000
tidak sama

06 INSAN Vol. 01 No. 01, Juni 2016


Ana Karunia, Ika Yuniar Cahyanti

psikoedukasi dibandingkan dengan kelompok kemunculan beberapa perilaku ADHD, seperti


kontrol yang tidak memperoleh psikoedukasi. belum mampu dalam melihat kemunculan
Hal ini menunjukkan bahwa psikoedukasi perilaku ketidakmampuan memusatkan
tentang pengetahuan ADHD memiliki perhatian pada siswa. Para partisipan penelitian
pengaruh terhadap keterampilan intervensi di kelompok eksperimen juga masih salah
kelas. dalam menghitung jumlah skor, tidak
Pengaruh psikoedukasi tentang memahami arti jumlah skor dalam SPPAHI dan
pengetahuan ADHD terhadap kemampuan tidak mengetahui alur rujukan bila siswa
guru melakukan deteksi dini masalah ADHD berisiko tinggi mengalami ADHD.
pada siswa dapat dilihat dari pemaparan hasil Setelah pemberian psikoedukasi tentang
deskriptif penelitian, dimana sembilan pengetahuan ADHD, kemampuan partisipan
partisipan dalam kelompok eksperimen penelitian kelompok eksperimen dalam
mengalami peningkatan skor kemampuan mendeteksi masalah ADHD pada siswa
melakukan deteksi dini masalah ADHD pada meningkat. Kesalahan pada peng-
siswa. Gain score kemampuan guru melakukan administrasian identitas siswa masih terjadi,
deteksi dini masalah ADHD pada siswa di tetapi seluruh partisipan dalam kelompok
kelompok eksperimen berkisar dari 2 hingga 10. eksperimen mampu mengamati dan
Rata-rata skor kemampuan deteksi dini masalah memberikan penilaian terhadap ciri-ciri
ADHD pada kelompok eksperimen ketika perilaku ADHD pada siswa, yaitu kesulitan
pretest adalah 12.89 dan naik menjadi 19.11 mempertahankan perhatian, hiperaktivitas dan
ketika post test. impulsivitas. Para partisipan dalam kelompok
Pada kelompok kontrol yang tidak diberi eksperimen juga mampu menghitung skor
perlakuan tidak terdapat perbedaan signif ikan dalam SPPAHI dengan tepat. memahami arti
pada pretest dan post test kemampuan guru dari skor tersebut dan mengetahui alur rujukan
melakukan deteksi dini masalah ADHD pada bila siswa berisiko tinggi mengalami ADHD.
siswa. Dari 9 orang partisipan kelompok Psikoedukasi tentang pengetahuan ADHD
kontrol, hanya 3 orang yang mengalami pada penelitian ini juga berpengaruh terhadap
peningkatan skor d alam kemampu an keterampilan intervensi kelas. Gain score
melakukan deteksi dini masalah ADHD pada keterampilan intervensi kelas pada kelompok
siswa, sedangkan 6 orang lainnya tidak eksperimen berkisar 11 hingga 21. Rata-rata skor
mengalami peningkatan skor. keterampilan intervensi kelas siswa ADHD pada
Pengaruh psikoedukasi tentang ADHD kelompok eksperimen ketika pretest adalah 3
terhadap kemampuan guru melakukan deteksi dan naik menjadi 17.67 ketika post test. Pada
dini masalah ADHD juga dapat dilihat dari kelompok eksperimen, pengaruh psikoedukasi
pengisian pretest dan post test kemampuan tentang pengetahuan ADHD terhadap
guru melakukan deteksi dini ADHD terhadap keterampilan intervensi kelas dapat dilihat dari
salah seorang siswanya. Ketika pretest, para keterampilan peserta kelompok eksperimen
partisipan penelitian di kelompok eksperimen melakukan teknik-teknik intervensi kelas.
masih banyak mengalami kesulitan dalam Setelah pemberian psikoedukasi, para
pengadministrasian SPPAHI. Para partisipan partisipan penelitian di kelompok eksperimen
penelitian di kelompok eksperimen belum mampu mengidentif ikasi masalah perilaku
mampu memberikan informasi dengan benar pada siswa, mengidentif ikasi kebutuhan siswa,
mengenai identitas siswa serta belum mampu serta memilih dan merancang teknik-teknik
menuliskan masalah perilaku dan prestasi intervensi kelas yang sesuai untuk masalah
akademis maupun non-akademis dengan jelas. siswayang terdapat di blindcase.
Para partisipan penelitian juga belum mampu Pada kelompok kontrol yang tidak
memberikan skor dengan tepat pada memperoleh perlakuan, peningkatan skor post

INSAN Vol. 01 No. 01, Juni 2016 07


Pengaruh Psikoedukasi tentang Pengetahuan ADHD terhadap Kemampuan Guru dalam Melakukan Deteksi Dini ...

test keterampilan intervensi kelas juga terjadi dilihat dari skor pretest keterampilan intervensi
sebesar 1.111. Peningkatan ini jauh lebih rendah kelas kelompok kontrol. Jones dan Tuscano
dibandingkan kelompok eksperimen yang (2008) juga menyebutkan faktor peningkatan
memperoleh psikoedukasi. Peningkatan skor keterampilan intervensi kelas di kelompok
keterampilan intervensi kelas pada kelompok kontrol merupakan faktor yang tidak dapat
kontrol dialami oleh 6 orang kelompok kontrol dikontrol sepenuhnya oleh peneliti karena
yang memiliki pengalaman berkaitan dengan peserta kelompok kontrol dapat mencari
siswa ADHD. Para guru tersebut rata-rata informasi berkaitan dengan teknik-teknik
pernah memiliki 1 sampai 5 siswa dengan ADHD intervensi kelas melalui berbagai media.
dan pernah mencari informasi berkaitan Hasil yang diperoleh pada penelitian ini
dengan gangguan ADHD melalui internet, mendukung beberapa penelitian serupa yang
buku, maupun artikel. Hal ini tidak dimiliki telah dilakukan sebelumnya, seperti penelitian
oleh 3 orang kelompok kontrol lainnya yang dari Syed dan Husein (2010) yang membuktikan
tidak mengalami peningkatan keterampilan bahwa pelatihan berhubungan dengan
intervensi kelas. Mereka tidak memiliki peningkatan kesadaran pada banyaknya tanda
pengalaman mengajar siswa dengan ADHD dan gejala ADHD dan dapat meningkatkan
serta tidak pernah mencari informasi berkaitan pemahaman dan pengakuan pada anak-anak
dengan gangguan ADHD. dengan ADHD. Penelitian ini membuktikan
Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa pelatihan yang berisi tentang informasi
partisipan kelompok kontrol, peningkatan skor umum ADHD, pengenalan alat ukur untuk
post test keterampilan intervensi kelas pada mendeteksi gejala ADHD dan keterampilan
kelompok kontrol disebabkan mereka telah manajemen kelas efektif untuk meningkatkan
mencari informasi mengenai kegiatan yang pemahaman guru pada anak-anak dengan
dilakukan kelompok eksperimen. Kelompok ADHD, serta meningkatkan kesadaran guru
kontrol juga membaca buku materi kelompok pada gejala-gejala ADHD. Pelatihan ini juga
eksperimen sehingga pengetahuan mengenai menjelaskan pentingnya posisi guru untuk
teknik-teknik intervensi kelas juga mengalami mengidentif ikasi anak yang berisiko. Guru
peningkatan. Kelompok eksperimen dan memiliki posisi yang lebih baik daripada tenaga
kelompok kontrol yang berada di satu kesehatan lainnya karena mereka bertemu
lingkungan kerja membuat peneliti sulit untuk dengan anak yang sama setiap hari dan tempat
mengontrol tersebarnya informasi di dalam dimana gejala ADHD dapat terlihat. Hal ini
kelompok tersebut. membuat guru harus memiliki pengetahuan
Hasil temuan tersebut sesuai dengan yang cukup untuk mengidentif ikasi anak
penelitian dari Jones dan Tuscano (2008) yang dengan ADHD.
mengungkapkan bahwa guru yang pernah Hasil dari penelitian ini juga mendukung
memiliki siswa dengan ADHD lebih terlatih penelitian dari Aguiar, dkk. (2013) yang
untuk menangani siswa dengan ADHD menyatakan bahwa program intervensi
daripada guru yang sama sekali belum pernah psikoedukasi singkat secara signif ikan
memiliki siswa dengan ADHD. Penelitian meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
Barbaresi dan Olsen (1998) dan Jerome dkk. tentang ADHD. Hal ini membuktikan bahwa
(1994 dalam Jones & Tuscano, 2008) psikoedukasi yang berisi gambaran klinis
mengungkapkan peningkatan skor post test gangguan, prevalensi, etiologi dan strategi
keterampilan intervensi kelas pada kelompok m a n a j e m e n A D H D d i se ko l a h d a pa t
kontrol sebesar 1 hingga 3 poin dikarenakan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
pada dasarnya kelompok kontrol telah memiliki guru tentang ADHD dan gejala-gejalanya,
keterampilan intervensi kelas berkaitan dengan sekaligus meningkatkan keterampilan
profesi mereka sebagai guru. Hal ini dapat i n te r ve n s i ke l as. Pe n e l i t i a n i n i j u g a

08 INSAN Vol. 01 No. 01, Juni 2016


Ana Karunia, Ika Yuniar Cahyanti

menekankan peran guru yang sangat penting hari diberikan psikoedukasi, para peserta
untuk melakukan deteksi awal pada gangguan menjadi lebih memahami gangguan ADHD
ADHD, supaya anak yang berisiko tinggi pada anak serta lebih berempati pada anak-anak
mengalami ADHD mendapat penanganan yang yang memunculkan gejala ADHD. Selain itu,
sesuai. partisipan mengembangkan pemahaman
Penelitian ini juga mendukung penelitian bahwa perilaku mereka bukan karena mereka
dari Ardiyati (2015) yang bertujuan untuk nakal atau dengan sengaja membangkang tetapi
menguji pengaruh pelatihan ADHD dalam akibat dari gangguannya, sehingga mereka
meningkatkan pengetahuan tentang ADHD kesulitan mempertahankan perhatian atau
pada kelompok orangtua dan guru dan terlalu banyak bergerak. Para partisipan
pengaruh peningkatan pengetahuan ADHD penelitian juga lebih menyadari bahwa peran
dalam meningkatkan ketepatan melakukan mereka sebagai guru sangat penting untuk
deteksi dini. Hasil penelitian menunjukkan mendeteksi masalah ADHD pada siswa-siswa
pelatihan ini terbukti dapat meningkatkan mereka supaya siswa yang terdeteksi berisiko
pemahaman tentang ADHD dengan tinggi mengalami ADHD dapat segera dirujuk
sumbangan efektif sebesar 79% juga ke psikolog atau psikiater agar segera mendapat
meningkatkan ketepatan orangtua dan guru penanganan yang tepat. Mereka mengatakan
dalam melakukan deteksi dini. akan melakukan deteksi dini masalah ADHD
Hasil dari penelitian yang menyatakan pada siswa di kelas mereka yang dicurigai
terdapat peningkatan keterampilan intervensi memiliki masalah perilaku ADHD.
kelas setelah dilaksanakannya psikoedukasi Seluruh peserta psikoedukasi mengatakan
mendukung penelitian dari Garcia (2004). Hasil telah menggunakan teknik intervensi kelas yang
penelitian menunjukkan pengaruh pelatihan telah dipelajari untuk siswa mereka yang
terhadap peningkatan pengetahuan tentang mengalami gangguan ADHD. Teknik intervensi
ADHD dan dukungan dari guru untuk yang digunakan antara lain teknik akomodasi
melakukan beberapa teknik intervensi kelas kelas yang dapat digunakan untuk proses belajar
seperti mendudukkan siswa di depan kelas, seluruh siswa di kelas, memindahkan posisi
mengukur kebutuhan dan kekuatan siswa, serta duduk siswa dengan ADHD di depan kelas dekat
menggunakan teknologi untuk siswa dengan guru, penggunaan token ekonomi, response
ADHD. Penelitian dari Jones dan Chronis (2006) cost, serta pemberian pujian kepada setiap
juga menunjukkan adanya peningkatan pencapaian siswa walaupun kecil. Teknik-teknik
p e n ge t a h u a n A D H D p a d a ke l o m p o k intervensi kelas baru digunakan pada awal
eksperimen dan terdapat peningkatan tahun pelajaran 2015-2016 setelah
penggunaan teknik modif ikasi perilaku setelah dikonsultasikan dengan orangtua siswa.
diberikan pelatihan. Hasil wawancara dengan beberapa peserta
Seperti penelitian dari Syed dan Husein psikoedukasi setelah beberapa hari diberikan
(2010), Aguiar, dkk. (2012), Ardiyati (2015), psikoedukasi mengungkapkan bahwa salah satu
Garcia (2004) dan Jones dan Chronis (2006), peserta psikoedukasi, yaitu partisipan T sudah
penelitian ini juga membuktikan bahwa melakukan deteksi dini ADHD kepada salah
psikoedukasi ADHD mampu meningkatkan seorang siswanya di kelas 3 yang menunjukkan
p e n g e t a h u a n g u r u t e n t a n g A D H D, perilaku hiperaktif dan impulsif. Siswa tersebut
meningkatkan kemampuan guru dalam sebenarnya cukup pandai dan mampu
mendeteksi masalah ADHD pada siswa, serta menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dan
meningkatkan keterampilan guru melakukan sangat jarang tidak menyelesaikan tugas-
intervensi kelas. tugasnya. Setelah dilakukan deteksi dini
Berdasarkan wawancara singkat dengan masalah ADHD, mayoritas masalah perilaku
beberapa peserta psikoedukasi setelah beberapa yang muncul adalah hiperaktif-impulsif.

INSAN Vol. 01 No. 01, Juni 2016 09


Pengaruh Psikoedukasi tentang Pengetahuan ADHD terhadap Kemampuan Guru dalam Melakukan Deteksi Dini ...

Partisipan T sudah mengkomunikasikan hasil dini masalah ADHD pada siswa dan
deteksi dini siswa tersebut kepada orangtua dan keterampilan guru melakukan intervensi kelas.
meminta orangtua untuk memeriksakan siswa
tersebut kepada psikolog atau dokter. tetapi SARAN
orangtua siswa tersebut belum meme-
Terdapat saran yang ditujukan pada
riksakannya dengan alasan belum ada waktu
beberapa pihak, diantaranya para guru yang
untuk memeriksakan anaknya kepada dokter
telah mengikuti psikoedukasi. pihak sekolah,
atau psikolog.
serta untuk peneliti selanjutnya. Bagi para guru
yang telah mengikuti psikoedukasi, diharapkan
SIMPULAN agar melakukan deteksi dini masalah ADHD
Berdasarkan hasil analisis data secara pada siswa yang dicurigai memiliki ciri-ciri
statistik. psikoedukasi tentang pengetahuan perilaku gangguan ADHD. Bagi pihak sekolah
ADHD berpengaruh terhadap kemampuan sendiri hendaknya memberikan sosialisasi
guru melakukan deteksi dini masalah ADHD tentang perilaku anak ADHD kepada orangtua
pada siswa. Setelah mengikuti psikoedukasi siswa berdasarkan pengamatan guru di sekolah.
tentang ADHD terjadi perbedaan yang Pihak sekolah juga perlu menambah informasi
signif ikan pada kemampuan guru melakukan mengenai gangguan-gangguan psikologis lain
deteksi dini masalah ADHD antara kelompok yang dialami pada masa anak-anak.
eksperimen dengan kelompok kontrol. Anjuran bagi peneliti selanjutnya agar
Berdasarkan hasil analisis data secara statistik. dapat merancang psikoedukasi dengan jangka
psikoedukasi tentang pengetahuan ADHD juga waktu penelitian lebih panjang dengan
berpengaruh terhadap keterampilan intervensi memberikan beberapa kali penugasan lapangan
kelas antara kelompok eksperimen dengan yang disertai supervisi, melakukan follow up di
kelompok kontrol. lapangan, sehingga mampu melihat efektivitas
Isi psikoedukasi yang menitikberatkan psikoedukasi yang dilakukan. Hendaknya
pada pengetahuan umum tentang ADHD peneliti menambahkan waktu pelaksanaan
meliputi def inisi, prevalensi, penyebab ADHD, intervensi terutama untuk materi keterampilan
subtipe ADHD, ciri-ciri perilaku ADHD, pilihan intervensi kelas supaya peserta lebih memahami
terapi, deteksi dini masalah perilaku ADHD, teknik-teknik intervensi kelas dan mampu
peran guru dalam melakukan deteksi dini mengaplikasikannya dengan benar. Untuk
masalah ADHD pada siswa, alur rujukan bila memperkaya hasil penelitian, peneliti
siswa beresiko tinggi mengalami ADHD dan selanjutnya dapat menambahkan variabel lain
intervensi kelas terbukti memiliki pengaruh seperti stres guru sebagai variabel terikat.
terhadap kemampuan guru melakukan deteksi

PUSTAKA ACUAN
Adriyati, S.P. (2015). Pelatihan pemahaman ADHD bagi orangtua dan guru untuk meningkatkan
kemampuan deteksi dini. Tesis. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Aguiar, A.P., Kieling, R.R., Costa, A.C., Chardosim, N., Dorneles, B.V., Almeida, M.R., Mazzuca, A.C.,
Kieling, C. & Rohde, L.A. (2013). Increasing teachers' knowledge about ADHD and learning
disorders: An investigation on the role of psychoeducational intervention. Journal of Attention
Disorders. 18 (8). 691-698.
Alkahtani, K.D.F. (2013). Teacher's knowledge and misconceptions of attention def icit/hyperactivity
disorder. Journal of Psychology. 4 (12). 963-969.

10 INSAN Vol. 01 No. 01, Juni 2016


Ana Karunia, Ika Yuniar Cahyanti

th
American Psychiatric Association. (2000) Diagnostic and statistical manual of mental disorder (4 .ed.).
Washington DC: American Psychiatric Association.
Barbaresi, W.J. & Olsen, R.D. (1998). An ADHD educational intervention for elementary schoolteachers: A
pilot study. Developmental and Behavioral Pediatrics. 19 (2). 94100.
DuPaul, G.J. & Stoner, G. (2003). ADHD in the schools assessment and intervention strategies. New York:
The Guilford Press.
Garcia, M.J. (2004). Teacher knowledge of attention def icit-hyperactivity disorder (ADHD) and effective
classroom interventions. Thesis. Tidak diterbitkan. Los Angeles: California State University.
Jerome, L., Gordon, M., & Hustler, P. (1994). A comparison of American and Canadian teachers' knowledge
and attitudes towards attention def icit hyperactivity disorder. Canadian Journal of Psychiatry. 39.
563567.
Jones, H.A. (2006). Teacher in-service training for attention def icit/hyperactivity disorder (ADHD):
Influence on knowledge about ADHD use of classroom behavior management techniques and
teacherstress. Dissertation. Tidak dipublikasikan. Maryland: University of Maryland.
Jones, H.A. & Chronis-Tuscano, A. (2008). Eff icacy of teacher in-service training for attention-
def icit/hyperactivity disorder. Psychology in the schools. 45 (10). 2008.
Judarwanto, W. (2009, 9 Mei). Deteksi dini ADHD (Attention Def icit Hyperactivity Disorders). Terapi
Biomedis dan Komunikasi [on-line]. Diakses pada tanggal 8 September 2014 dari
http;//puterakembara.org/rm/adhd.shtml.
Mulyono, R. (2003). Menangani anak hiperaktif: Panduan orangtua dan guru dalam membimbing anak
yang mengalami gangguan pemusatan perhatian & hiperaktivitas (GPPH). Jakarta: Studia Press.
Piwowar, T.F. & Ophardt, B. (2013). Training inservice teachers' competencies in classroom management.
A quasi-experimental study with teachers of secondary schools. Teaching and Teacher Education.
30. 1-12.
Sadock, B.J. & Sadock, V.A. (2004). Kaplan & sadock buku ajar psikiatri klinis (edisi ke 2). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Saputro, D. (2001). Penatalaksanaan srategis gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
(GPPH/ADHD). Aima Indonesian Psychological Journal. 17 (1). 11-17.
Saputro, D. (2009). ADHD (Attention deficit hyperactivity disorder). Jakarta: Sagung Seto.
Syed, E.U. & Hussein, S.A. (2010). Increase in teachers' knowledge about ADHD after a week-long training
program: A pilot study. Journal of Attention Disorders. 13. 4. 420-423.
U.S. Department of Education. (2008). Identifying and treating attention deficit hyperactivity disorder: A
resource for school and home. Washington D.C.: U.S. Department of Education.
U.S. Department of Education. (2008). Teaching children with attention deficit hyperactivity disorder:
Instructional stratgies and practices. Washington D.C.: U.S. Department of Education.
U.S. Department Of Health And Human Services. (2012). Attention Deficit Hyperactivity Disorder.
National Institute od Mental Health [on-line]. Diakses pada tanggal 16 April 2015 dari
http://www.nimh.nih.go

INSAN Vol. 01 No. 01, Juni 2016 11

Anda mungkin juga menyukai