2530 6449 1 SM
2530 6449 1 SM
Abstract
This study aimed to see the effect of psychoeducation on teacher's ability to do early detection of
ADHD students and classroom intervention skills. Design of this study was quasi experiment with
experiment and control group subject. Data collection techniques in this study were Evaluation
ADHD Early Detection and Evaluation of Classroom Intervention Skills. Data analysis technique in this
study was independent sample t-test using SPSS 16 for windows. The results of this study showed that
psychoeducation about ADHD knowledge affected teacher ability to ADHD early detection skills
problems on students (p<0.05). The study also proved that psychoeducation about ADHD affected
classroom intervention skills (p<0.05). Research findings showed that ADHD psychoeducation
significantly influenced teacher ability to obtain higher level of ADHD early detection skills on
students and classroom intervention skills.
Keywords: ADHD knowledge, classroom intervention skills, ADHD early detection skills,
psychoeducation.
Abstrak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh psikoedukasi terhadap kemampuan guru
dalam melakukan deteksi dini masalah ADHD pada siswa dan keterampilan intervensi kelas. Desain
penelitian ini adalah eksperimen kuasi dengan dua kelompok partisipan, kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Evaluasi
Kemampuan Deteksi Dini ADHD dan Evaluasi Keterampilan Intervensi Kelas. Teknik analisis data
menggunakan independent sample t-test. Hasil penelitian ini adalah psikoedukasi tentang
pengetahuan ADHD berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan guru melakukan deteksi
dini masalah ADHD pada siswa (p<0.05). Penelitian ini juga membuktikan bahwa psikoedukasi
tentang pengetahuan ADHD berpengaruh secara signifikan terhadap ketrampilan guru melakukan
intervensi kelas (p<0.05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah psikoedukasi mengenai ADHD
terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan guru melakukan deteksi dini masalah
ADHD pada siswa dan keterampilan intervensi kelas.
Kata kunci: deteksi dini ADHD, keterampilan, intervensi kelas, pengetahuan tentang ADHD,
psikoedukasi.
Korespondensi: Departemen Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Fakultas Psikologi Universitas Airlangga,
Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, e-mail: 1ana.karunia-12@psikologi.unair.ac.id,
2
ika.yuniar@psikologi.unair.ac.id
semau sendiri, pembuat onar di kelas, terlalu melakukan deteksi dini ADHD, belum
banyak bergerak, melanggar peraturan- tersedianya instrumen untuk deteksi dini
peraturan sekolah, dan bodoh. Siswa dengan masalah ADHD di SD X, serta rendahnya
ADHD juga dianggap cenderung agresif dan keterampilan intervensi kelas mendorong
tidak ragu menyakiti temannya. Para guru peneliti untuk merancang sebuah intervensi
menganggap penyebab ADHD adalah dengan pendekatan psikoedukasi tentang
kesalahan pengasuhan orangtua, pengaruh pengetahuan ADHD untuk meningkatkan
makanan yang dikonsumsi dan f aktor kemampuan guru dalam melakukan deteksi
keturunan. Sedangkan akibat dari ADHD yang dini masalah ADHD pada siswa dan
diketahui adalah mengganggu proses belajar di keterampilan melakukan intervensi kelas.
kelas, nilai yang buruk dan tidak naik kelas. I n t e r ve n s i p s i ko e d u k a s i t e n t a n g
Para guru mengungkapkan belum pengetahuan ADHD dipilih oleh peneliti karena
melakukan deteksi masalah ADHD atau deteksi berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya,
gangguan-gangguan lain pada siswa mereka psikoedukasi tentang pengetahuan ADHD
walaupun ada kecenderungan peningkatan s e c a ra s i g n i f i k a n b e r p e n g a r u h p a d a
jumlah siswa dengan kebutuhan khusus. Para pengetahuan dan kesadaran guru pada gejala-
guru juga seringkali tidak tahu apa yang harus gejala ADHD, meningkatkan keterampilan guru
dilakukan untuk menangani siswa-siswa mengidentif ikasi gejala ADHD dengan
tersebut sehingga disamaratakan dengan siswa menggunakan instrumen terstandar, dan
normal pada umumnya. Ketika mereka meningkatkan keterampilan intervensi kelas
mengganggu situasi kelas, atau melanggar (Adriyati, 2015; Syed & Husein, 2009; Aguiar,
peraturan sekolah, guru memberikan teguran 2013; Alkahtani, 2013, Piwowar, 2013).
dan hukuman supaya mereka tidak mengulangi Pengetahuan tentang ADHD yang
perbuatannya lagi, tetapi siswa-siswa tersebut diberikan kepada guru-guru di sekolah dasar
selalu mengulangi kembali perbuatan mereka mencakup def inisi ADHD, etiologi ADHD,
dan sulit sekali merubah perilaku mereka. gejala yang tampak, jenis-jenis ADHD, akibat
Deteksi dini gangguan ADHD yang dari ADHD, diagnosis pembanding dan
dilakukan sejak dini, terutama saat usia sekolah komorbid, terapi untuk ADHD dan manajemen
sangat penting dilakukan untuk ADHD di sekolah mengenalkan instrumen
meminimalisasi gejala dan akibat yang deteksi ADHD, dan alur rujukan. Penting untuk
ditimbulkannya di kemudian hari. Apabila guru untuk tidak hanya memiliki pengetahuan
ADHD tidak dideteksi sejak dini dan tentang ADHD, tetapi juga jika mereka benar-
mendapatkan terapi yang memadai, akibat yang benar terampil melakukan deteksi dini
ditimbulkan sangat luas yaitu menghambat gangguan ADHD dan tahu bagaimana
tahapan perkembangan psikososial anak mengimplementasikan intervensi kelas
sehingga menimbulkan kegagalan dalam (Barbaresi & Olsen, 1998; Syed & Husein, 2009;
bidang akademik, sosial dan harga diri yang Aguiar, 2013).
rendah (Saputro, 2001; U.S. Department of Berangkat dari latar belakang tersebut,
Education, 2008). Deteksi dini ADHD harus tujuan dari penelitian ini adalah untuk
melibatkan beberapa lapisan masyarakat mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
seperti tenaga medis, guru dan orangtua. Bila psikoedukasi tentang pengetahuan ADHD
gejala ADHD terdeteksi sejak dini maka akan terhadap kemampuan guru dalam melakukan
lebih mudah mengarahkan pola pendidikan dan deteksi dini masalah ADHD pada siswa dan
pengasuhan anak dengan ADHD (Judarwanto, keterampilan intervensi kelas di sekolah dasarX.
2009).
Rendahnya pengetahuan guru tentang Hipotesis 1
ADHD, rendahnya kemampuan guru dalam Ho: Psikoedukasi tentang pengetahuan
parametrik. Uji hipotesis dilakukan meng- kontrol menunjukkan peningkatan nilai gain
gunakan Independent Sample T-Test. score yang berkisar 1 sampai 3. Sedangkan 3
peserta kelompok kontrol tidak menunjukkan
Hasil Penelitian peningkatan nilai gain score. Peningkatan
Hasil analisis deskriptif kemampuan keterampilan intervensi kelas pada kelompok
deteksi dini masalah ADHD pada siswa di kontrol relatif rendah bila dibandingkan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. p e n i n g k a t a n p e n ge t a h u a n ke l o m p o k
Seluruh partisipan dalam kelompok eksperimen eksperimen yang memperoleh psikoedukasi.
menunjukkan nilai gain score positif yang Ada 2 hipotesis yang hendak diuji dalam
berkisar 2 hingga 10. Hal ini menunjukkan penelitian ini:
bahwa semua peserta psikoedukasi pada Hipotesis 1
ke l o m p o k e k s p e r i m e n m e n u n j u k k a n Ho: Psikoedukasi tentang pengetahuan
peningkatan kemampuan deteksi dini masalah ADHD tidak berpengaruh terhadap
ADHD pada siswa. kemampuan guru melakukan deteksi dini
Pada kelompok kontrol, tidak semua masalah ADHD pada siswa.
peserta kelompok kontrol mengalami Ha: Psikoedukasi tentang pengetahuan
peningkatan kemampuan deteksi dini masalah ADHD berpengaruh terhadap kemam-
ADHD. Peningkatan kemampuan deteksi dini puan guru melakukan deteksi dini masalah
masalah ADHD hanya dialami oleh 3 orang ADHD pada siswa.
dengan peningkatan skor 1 poin. Peningkatan
kemampuan deteksi dini masalah ADHD pada Tabel 1.
ke l o m p o k ko n t ro l l e b i h re n d a h b i l a Rata-Rata Skor Kemampuan Deteksi Dini ADHD
dibandingkan peningkatan kemampuan deteksi
Kelompok N Rata-rata
d i n i m as a l a h A D H D pad a ke l o m p o k
eksperimen yang memperoleh psikoedukasi. Eksperimen 9 6.22
Analisis deskriptif keterampilan intervensi Kontrol 9 0.33
kelas untuk siswa ADHD dilakukan sebelum
dan sesudah psikoedukasi pada kelompok Tabel 1 menunjukan rata-rata data
eksperimen dan kelompok kontrol. Seluruh kelompok eksperimen sebesar 6.22 dan rata-rata
partisipan dalam kelompok eksperimen dari kelompok kontrol sebesar 0.33. Kedua
menunjukkan nilai gain score positif yang kelompok mengalami peningkatan
berkisar 11 hingga 21. Hal ini menunjukkan kemampuan melakukan deteksi dini masalah
bahwa semua peserta psikoedukasi pada ADHD pada siswa, tetapi nilai kelompok
ke l o m p o k e k s p e r i m e n m e n u n j u k k a n eksperimen yang telah diberi psikoedukasi
peningkatan keterampilan intervensi kelas. memiliki nilai yang jauh lebih tinggi daripada
Pada kelompok kontrol, 6 peserta kelompok kelompok kontrol.
Variabel F p T p
Varian
Peningkatan diasumsikan 8.530 0.010 11.231 0.000
keterampilan sama
intervensi
kelas Varian
diasumsikan 11.231 0.000
tidak sama
test keterampilan intervensi kelas juga terjadi dilihat dari skor pretest keterampilan intervensi
sebesar 1.111. Peningkatan ini jauh lebih rendah kelas kelompok kontrol. Jones dan Tuscano
dibandingkan kelompok eksperimen yang (2008) juga menyebutkan faktor peningkatan
memperoleh psikoedukasi. Peningkatan skor keterampilan intervensi kelas di kelompok
keterampilan intervensi kelas pada kelompok kontrol merupakan faktor yang tidak dapat
kontrol dialami oleh 6 orang kelompok kontrol dikontrol sepenuhnya oleh peneliti karena
yang memiliki pengalaman berkaitan dengan peserta kelompok kontrol dapat mencari
siswa ADHD. Para guru tersebut rata-rata informasi berkaitan dengan teknik-teknik
pernah memiliki 1 sampai 5 siswa dengan ADHD intervensi kelas melalui berbagai media.
dan pernah mencari informasi berkaitan Hasil yang diperoleh pada penelitian ini
dengan gangguan ADHD melalui internet, mendukung beberapa penelitian serupa yang
buku, maupun artikel. Hal ini tidak dimiliki telah dilakukan sebelumnya, seperti penelitian
oleh 3 orang kelompok kontrol lainnya yang dari Syed dan Husein (2010) yang membuktikan
tidak mengalami peningkatan keterampilan bahwa pelatihan berhubungan dengan
intervensi kelas. Mereka tidak memiliki peningkatan kesadaran pada banyaknya tanda
pengalaman mengajar siswa dengan ADHD dan gejala ADHD dan dapat meningkatkan
serta tidak pernah mencari informasi berkaitan pemahaman dan pengakuan pada anak-anak
dengan gangguan ADHD. dengan ADHD. Penelitian ini membuktikan
Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa pelatihan yang berisi tentang informasi
partisipan kelompok kontrol, peningkatan skor umum ADHD, pengenalan alat ukur untuk
post test keterampilan intervensi kelas pada mendeteksi gejala ADHD dan keterampilan
kelompok kontrol disebabkan mereka telah manajemen kelas efektif untuk meningkatkan
mencari informasi mengenai kegiatan yang pemahaman guru pada anak-anak dengan
dilakukan kelompok eksperimen. Kelompok ADHD, serta meningkatkan kesadaran guru
kontrol juga membaca buku materi kelompok pada gejala-gejala ADHD. Pelatihan ini juga
eksperimen sehingga pengetahuan mengenai menjelaskan pentingnya posisi guru untuk
teknik-teknik intervensi kelas juga mengalami mengidentif ikasi anak yang berisiko. Guru
peningkatan. Kelompok eksperimen dan memiliki posisi yang lebih baik daripada tenaga
kelompok kontrol yang berada di satu kesehatan lainnya karena mereka bertemu
lingkungan kerja membuat peneliti sulit untuk dengan anak yang sama setiap hari dan tempat
mengontrol tersebarnya informasi di dalam dimana gejala ADHD dapat terlihat. Hal ini
kelompok tersebut. membuat guru harus memiliki pengetahuan
Hasil temuan tersebut sesuai dengan yang cukup untuk mengidentif ikasi anak
penelitian dari Jones dan Tuscano (2008) yang dengan ADHD.
mengungkapkan bahwa guru yang pernah Hasil dari penelitian ini juga mendukung
memiliki siswa dengan ADHD lebih terlatih penelitian dari Aguiar, dkk. (2013) yang
untuk menangani siswa dengan ADHD menyatakan bahwa program intervensi
daripada guru yang sama sekali belum pernah psikoedukasi singkat secara signif ikan
memiliki siswa dengan ADHD. Penelitian meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
Barbaresi dan Olsen (1998) dan Jerome dkk. tentang ADHD. Hal ini membuktikan bahwa
(1994 dalam Jones & Tuscano, 2008) psikoedukasi yang berisi gambaran klinis
mengungkapkan peningkatan skor post test gangguan, prevalensi, etiologi dan strategi
keterampilan intervensi kelas pada kelompok m a n a j e m e n A D H D d i se ko l a h d a pa t
kontrol sebesar 1 hingga 3 poin dikarenakan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
pada dasarnya kelompok kontrol telah memiliki guru tentang ADHD dan gejala-gejalanya,
keterampilan intervensi kelas berkaitan dengan sekaligus meningkatkan keterampilan
profesi mereka sebagai guru. Hal ini dapat i n te r ve n s i ke l as. Pe n e l i t i a n i n i j u g a
menekankan peran guru yang sangat penting hari diberikan psikoedukasi, para peserta
untuk melakukan deteksi awal pada gangguan menjadi lebih memahami gangguan ADHD
ADHD, supaya anak yang berisiko tinggi pada anak serta lebih berempati pada anak-anak
mengalami ADHD mendapat penanganan yang yang memunculkan gejala ADHD. Selain itu,
sesuai. partisipan mengembangkan pemahaman
Penelitian ini juga mendukung penelitian bahwa perilaku mereka bukan karena mereka
dari Ardiyati (2015) yang bertujuan untuk nakal atau dengan sengaja membangkang tetapi
menguji pengaruh pelatihan ADHD dalam akibat dari gangguannya, sehingga mereka
meningkatkan pengetahuan tentang ADHD kesulitan mempertahankan perhatian atau
pada kelompok orangtua dan guru dan terlalu banyak bergerak. Para partisipan
pengaruh peningkatan pengetahuan ADHD penelitian juga lebih menyadari bahwa peran
dalam meningkatkan ketepatan melakukan mereka sebagai guru sangat penting untuk
deteksi dini. Hasil penelitian menunjukkan mendeteksi masalah ADHD pada siswa-siswa
pelatihan ini terbukti dapat meningkatkan mereka supaya siswa yang terdeteksi berisiko
pemahaman tentang ADHD dengan tinggi mengalami ADHD dapat segera dirujuk
sumbangan efektif sebesar 79% juga ke psikolog atau psikiater agar segera mendapat
meningkatkan ketepatan orangtua dan guru penanganan yang tepat. Mereka mengatakan
dalam melakukan deteksi dini. akan melakukan deteksi dini masalah ADHD
Hasil dari penelitian yang menyatakan pada siswa di kelas mereka yang dicurigai
terdapat peningkatan keterampilan intervensi memiliki masalah perilaku ADHD.
kelas setelah dilaksanakannya psikoedukasi Seluruh peserta psikoedukasi mengatakan
mendukung penelitian dari Garcia (2004). Hasil telah menggunakan teknik intervensi kelas yang
penelitian menunjukkan pengaruh pelatihan telah dipelajari untuk siswa mereka yang
terhadap peningkatan pengetahuan tentang mengalami gangguan ADHD. Teknik intervensi
ADHD dan dukungan dari guru untuk yang digunakan antara lain teknik akomodasi
melakukan beberapa teknik intervensi kelas kelas yang dapat digunakan untuk proses belajar
seperti mendudukkan siswa di depan kelas, seluruh siswa di kelas, memindahkan posisi
mengukur kebutuhan dan kekuatan siswa, serta duduk siswa dengan ADHD di depan kelas dekat
menggunakan teknologi untuk siswa dengan guru, penggunaan token ekonomi, response
ADHD. Penelitian dari Jones dan Chronis (2006) cost, serta pemberian pujian kepada setiap
juga menunjukkan adanya peningkatan pencapaian siswa walaupun kecil. Teknik-teknik
p e n ge t a h u a n A D H D p a d a ke l o m p o k intervensi kelas baru digunakan pada awal
eksperimen dan terdapat peningkatan tahun pelajaran 2015-2016 setelah
penggunaan teknik modif ikasi perilaku setelah dikonsultasikan dengan orangtua siswa.
diberikan pelatihan. Hasil wawancara dengan beberapa peserta
Seperti penelitian dari Syed dan Husein psikoedukasi setelah beberapa hari diberikan
(2010), Aguiar, dkk. (2012), Ardiyati (2015), psikoedukasi mengungkapkan bahwa salah satu
Garcia (2004) dan Jones dan Chronis (2006), peserta psikoedukasi, yaitu partisipan T sudah
penelitian ini juga membuktikan bahwa melakukan deteksi dini ADHD kepada salah
psikoedukasi ADHD mampu meningkatkan seorang siswanya di kelas 3 yang menunjukkan
p e n g e t a h u a n g u r u t e n t a n g A D H D, perilaku hiperaktif dan impulsif. Siswa tersebut
meningkatkan kemampuan guru dalam sebenarnya cukup pandai dan mampu
mendeteksi masalah ADHD pada siswa, serta menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dan
meningkatkan keterampilan guru melakukan sangat jarang tidak menyelesaikan tugas-
intervensi kelas. tugasnya. Setelah dilakukan deteksi dini
Berdasarkan wawancara singkat dengan masalah ADHD, mayoritas masalah perilaku
beberapa peserta psikoedukasi setelah beberapa yang muncul adalah hiperaktif-impulsif.
Partisipan T sudah mengkomunikasikan hasil dini masalah ADHD pada siswa dan
deteksi dini siswa tersebut kepada orangtua dan keterampilan guru melakukan intervensi kelas.
meminta orangtua untuk memeriksakan siswa
tersebut kepada psikolog atau dokter. tetapi SARAN
orangtua siswa tersebut belum meme-
Terdapat saran yang ditujukan pada
riksakannya dengan alasan belum ada waktu
beberapa pihak, diantaranya para guru yang
untuk memeriksakan anaknya kepada dokter
telah mengikuti psikoedukasi. pihak sekolah,
atau psikolog.
serta untuk peneliti selanjutnya. Bagi para guru
yang telah mengikuti psikoedukasi, diharapkan
SIMPULAN agar melakukan deteksi dini masalah ADHD
Berdasarkan hasil analisis data secara pada siswa yang dicurigai memiliki ciri-ciri
statistik. psikoedukasi tentang pengetahuan perilaku gangguan ADHD. Bagi pihak sekolah
ADHD berpengaruh terhadap kemampuan sendiri hendaknya memberikan sosialisasi
guru melakukan deteksi dini masalah ADHD tentang perilaku anak ADHD kepada orangtua
pada siswa. Setelah mengikuti psikoedukasi siswa berdasarkan pengamatan guru di sekolah.
tentang ADHD terjadi perbedaan yang Pihak sekolah juga perlu menambah informasi
signif ikan pada kemampuan guru melakukan mengenai gangguan-gangguan psikologis lain
deteksi dini masalah ADHD antara kelompok yang dialami pada masa anak-anak.
eksperimen dengan kelompok kontrol. Anjuran bagi peneliti selanjutnya agar
Berdasarkan hasil analisis data secara statistik. dapat merancang psikoedukasi dengan jangka
psikoedukasi tentang pengetahuan ADHD juga waktu penelitian lebih panjang dengan
berpengaruh terhadap keterampilan intervensi memberikan beberapa kali penugasan lapangan
kelas antara kelompok eksperimen dengan yang disertai supervisi, melakukan follow up di
kelompok kontrol. lapangan, sehingga mampu melihat efektivitas
Isi psikoedukasi yang menitikberatkan psikoedukasi yang dilakukan. Hendaknya
pada pengetahuan umum tentang ADHD peneliti menambahkan waktu pelaksanaan
meliputi def inisi, prevalensi, penyebab ADHD, intervensi terutama untuk materi keterampilan
subtipe ADHD, ciri-ciri perilaku ADHD, pilihan intervensi kelas supaya peserta lebih memahami
terapi, deteksi dini masalah perilaku ADHD, teknik-teknik intervensi kelas dan mampu
peran guru dalam melakukan deteksi dini mengaplikasikannya dengan benar. Untuk
masalah ADHD pada siswa, alur rujukan bila memperkaya hasil penelitian, peneliti
siswa beresiko tinggi mengalami ADHD dan selanjutnya dapat menambahkan variabel lain
intervensi kelas terbukti memiliki pengaruh seperti stres guru sebagai variabel terikat.
terhadap kemampuan guru melakukan deteksi
PUSTAKA ACUAN
Adriyati, S.P. (2015). Pelatihan pemahaman ADHD bagi orangtua dan guru untuk meningkatkan
kemampuan deteksi dini. Tesis. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Aguiar, A.P., Kieling, R.R., Costa, A.C., Chardosim, N., Dorneles, B.V., Almeida, M.R., Mazzuca, A.C.,
Kieling, C. & Rohde, L.A. (2013). Increasing teachers' knowledge about ADHD and learning
disorders: An investigation on the role of psychoeducational intervention. Journal of Attention
Disorders. 18 (8). 691-698.
Alkahtani, K.D.F. (2013). Teacher's knowledge and misconceptions of attention def icit/hyperactivity
disorder. Journal of Psychology. 4 (12). 963-969.
th
American Psychiatric Association. (2000) Diagnostic and statistical manual of mental disorder (4 .ed.).
Washington DC: American Psychiatric Association.
Barbaresi, W.J. & Olsen, R.D. (1998). An ADHD educational intervention for elementary schoolteachers: A
pilot study. Developmental and Behavioral Pediatrics. 19 (2). 94100.
DuPaul, G.J. & Stoner, G. (2003). ADHD in the schools assessment and intervention strategies. New York:
The Guilford Press.
Garcia, M.J. (2004). Teacher knowledge of attention def icit-hyperactivity disorder (ADHD) and effective
classroom interventions. Thesis. Tidak diterbitkan. Los Angeles: California State University.
Jerome, L., Gordon, M., & Hustler, P. (1994). A comparison of American and Canadian teachers' knowledge
and attitudes towards attention def icit hyperactivity disorder. Canadian Journal of Psychiatry. 39.
563567.
Jones, H.A. (2006). Teacher in-service training for attention def icit/hyperactivity disorder (ADHD):
Influence on knowledge about ADHD use of classroom behavior management techniques and
teacherstress. Dissertation. Tidak dipublikasikan. Maryland: University of Maryland.
Jones, H.A. & Chronis-Tuscano, A. (2008). Eff icacy of teacher in-service training for attention-
def icit/hyperactivity disorder. Psychology in the schools. 45 (10). 2008.
Judarwanto, W. (2009, 9 Mei). Deteksi dini ADHD (Attention Def icit Hyperactivity Disorders). Terapi
Biomedis dan Komunikasi [on-line]. Diakses pada tanggal 8 September 2014 dari
http;//puterakembara.org/rm/adhd.shtml.
Mulyono, R. (2003). Menangani anak hiperaktif: Panduan orangtua dan guru dalam membimbing anak
yang mengalami gangguan pemusatan perhatian & hiperaktivitas (GPPH). Jakarta: Studia Press.
Piwowar, T.F. & Ophardt, B. (2013). Training inservice teachers' competencies in classroom management.
A quasi-experimental study with teachers of secondary schools. Teaching and Teacher Education.
30. 1-12.
Sadock, B.J. & Sadock, V.A. (2004). Kaplan & sadock buku ajar psikiatri klinis (edisi ke 2). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Saputro, D. (2001). Penatalaksanaan srategis gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
(GPPH/ADHD). Aima Indonesian Psychological Journal. 17 (1). 11-17.
Saputro, D. (2009). ADHD (Attention deficit hyperactivity disorder). Jakarta: Sagung Seto.
Syed, E.U. & Hussein, S.A. (2010). Increase in teachers' knowledge about ADHD after a week-long training
program: A pilot study. Journal of Attention Disorders. 13. 4. 420-423.
U.S. Department of Education. (2008). Identifying and treating attention deficit hyperactivity disorder: A
resource for school and home. Washington D.C.: U.S. Department of Education.
U.S. Department of Education. (2008). Teaching children with attention deficit hyperactivity disorder:
Instructional stratgies and practices. Washington D.C.: U.S. Department of Education.
U.S. Department Of Health And Human Services. (2012). Attention Deficit Hyperactivity Disorder.
National Institute od Mental Health [on-line]. Diakses pada tanggal 16 April 2015 dari
http://www.nimh.nih.go