Oleh:
Chozzanus Syifa
18040693
“Gangguan Perilaku”
1
B. Karakteristik Anak ADHD
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan pola
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif-impulsif yang terus menerus dan menetap.
ADHD adalah kondisi psikiatrik yang paling umum dan mengganggu pada masa kanak-
kanak yang diperkirakan mempengaruhi 5- 10% anak-anak usia sekolah. 4 Penyebab dari
ADHD sendiri belum diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa faktor yang diduga
menjadi kontribusi penyebab terjadinya ADHD, yakni faktor genetik, terdapat kelainan
anatomi otak (difisit fungsi otak bagian depan), gangguan Neurotransmiter, dan gangguan
pada masa kehamilan (ibu hamil yang memiliki strees berat saat hamil dan banyak
mengkonsumsi alkhohol dan rokok). Bahkan ADHD juga beresiko pada anak yang lahir
secara premature. Untuk mengetahui anak ADHD terdapat 3 gejala yang terjadi, yakni
Inttention (sulit berkonsentrasi, sering lupa, dan tidak teliti), Hyperactivity (tidak bisa
diam, berlari berlebihan, dan sangat aktif), dan Implusivity (sulit menunda keingingan,
tidak sabaran, dan sering mengganggu anak yang lain). ADHD berdampak negative
untuk umur anak sekolah karena prestasi belajarnya dapat menurun, sulit bergaul, dan
merasa rendah diri.5
Tidak semua anak yang berperilaku aktif dapat dikatakan ADHD, perlu adanya
beberapa langkah dalam mengatagorikan anak ADHD:
Menggali riwayat perjalanan penyakit pengidap, riwayat penyakit pada
keluarga, serta catatan sekolah pengidap.
Melakukan serangkaian pemeriksaan fisik dan psikologis yang akan dilakukan
oleh dokter ahli terhadap pengidap.
Melakukan wawancara atau kuesioner terhadap anggota keluarga, guru,
pengasuh, atau orang yang mengenal baik pengidap.
Melakukan beberapa tes gambar dan tes laboratorium untuk mencari
penyebab lain.6
4
Erry Nur Rahmawati, dkk, Binge Eating dan Status Gizi pada Anak Penyandang Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD), IJHN, Vol. 1, Juni 2014, hal. 2.
5
Channel Youtube Halosehat, ADHD-Gejala-dr.Maria Irene Hendrata, Sp, KJ,
https://youtu.be/rUUKX0sgQfM.
6
Kesehatan ADHD, halodoc.com.
2
Meski tidak dapat disembuhkan, anak ADHD dapat ditangani dengan beberapa
hal, yakni:
Penanganan dengan menggunakan obat khusus anak ADHD ketika gejala
sedang terjadi.
Penanganan melalui psikoterapi,
- Terapi perilaku kognitif, untuk mengubah pola pikir dan perilaku saat
menghadapi masalah atau situasi tertentu.
- Terapi psikoedukasi, dengan cara mengajak anak ADHD untuk
berbagi cerita.
- Pelatihan interaksi sosial, untuk membantu anak ADHD dalam
memahami perilaku sosial yang layak.
Hal diatas perlu didukung dengan perhatian dari orang tua, keluarga, dan guru,
serta mereka perlu diberikan program pelatihan khusus untuk mengetahui cara
menerapkan pujian menyemangati anak, cara menghukum anak ketika berperilaku buruk
dan kasar, dan cara mengarahkan aktivitas anak sesuai dengan kemampuannya.7
7
Penanganan ADHD, Alodokter.com.
3
keadaan anak ADHD (kurikulum modifikasi) dan Non-ADHD (kurikulum reguler).
Bagian kurikulum yang perlu di modifikasi adalah materi yang akan disampaikan,
metode pembelajaran di kelas, dan penilaian. Dapat dilihat seperti gambar di bawah.
Identifikasi anak
ADHD
Kurikulum Reguler
dengan Modifikasi
Modifikasi (Materi, Metode,
dan Penilaian)
2. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan untuk desain sekolah inklusi pada anak ADHD
yang sesuai menggunakan kurikulum reguler dan modifikasi. Modifikasi ini
disesuaikan dengan tahap perkembangan anak ADHD, yakni melakukan perubahan
pada materi, metode, dan penilaian. Untuk membantu kelancaran pembelajaran maka
setiap guru wajib membuat rancangan berupa RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) dan juga RPP khusus untuk anak ADHD. RPP khusus hanya guru
pembimbing anak ADHD yang membuatkannya. RPP yang dirancang untuk anak
Non-ADHD dibuat dengan aturan yang sudah sesuai dengan aturan pemerintah.
Sedangkan RPP khusus untuk anak ADHD dibuat berbeda, perlu dicantumkan jenis
hambatan yang terjadi serta berbagai modifikasi dalam RPP tersebut. Kenapa harus
dibedakan? Karena penting sekali untuk dapat merancang proses pembelajaran untuk
anak ADHD dengan Non-ADHD.
4
Perlu dipahami bahwa anak-anak yang mengalami ADHD akan lebih
sulit berkonsentrasi atau memerhatikan saat belajar di sekolah. Selain itu, hal-
hal umum lainnya seputar anak ADHD adalah disleksia, kesulitan belajar, dan
impulsivitas yang bisa mengganggu hubungan sosial dengan teman-temannya.
Dalam proses pembelajaran dikelas tidak ada pembedaan antara siswa ADHD
dengan Non-ADHD jadi semua akan disamaratakan. Metode yang cocok digunakan
adalah menggunakan metode pembelajaran kooperatif yang dimana proses
pembelajaran dibuat berkelompok tempat duduknya bervariasi, hal ini bertujuan
untuk menghindari sifat bosan pada anak dan ketertarikan belajar pada anak ADHD
meningkat. Bahkan metode ini dapat menimbulkan kerja sama antara anak ADHD
dan Non-ADHD dalam belajar menyelesaikan tugas. Anak Non-ADHD perlu
mengetahui kekurangan yang ada pada temannya, untuk menanggulangi terjadinya
tindakan pengasingan antara keduanya. Apabila saat di tengah-tengah proses belajar
anak ADHD mengalami kambuh sampai teriak-teriak, perlu adanya penangan cepat
oleh pendamping khusus dalam peredaanya dan memerintahkan anak yang lain agar
fokus kembali dalam belajar.
Dalam proses pembelajaran, materi yang disampaikan antara anak ADHD dan
Non-ADHD tidak ada perbedaan, akan tetapi materi tersebut perlu disesuaikan
diantara keduanya, jadi tidak ada kesulitan dalam memahami isi materi. Dalam
proses penyampaian guru tidak boleh terlalu fokus pada salah satu diantara anak
ADHD dan Non-ADHD, agar tidak ada sifat iri diantara keduanya. Materi harus
dapat tersampaikan sesuai waktu yang dirancang dan dapat dipahami oleh peserta
didik. Kemudian media yang digunakan dalam proses belajar perlu menggunakan
media-media menarik dan disesuaikan oleh kebutuhan materi yang akan
disampaikan.
Hal yang terpenting yakni evaluasi proses pembelajaran harus dilakukan oleh
guru kelas dan guru khusus untuk anak ADHD, karena dengan evaluasi proses
pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian
pembelajaran yang dilakukan peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu
mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan
pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
5
Guru juga dapat mengetahui efisien dan efektivitas strategi pembelajaran yang
digunakan pendidik, baik yang menyangkut metode, media maupun sumber-sumber
belajar.8
2. Lingkungan
Dampak lingkungan sosial bagi perkembangan anak ADHD harus benar-benar
disadari oleh semua pihak terkait. Sekolah sebagai salah satu lingkungan yang
bernuansa pendidikan harus menerapkan prinsip-prinsip kesamaan hak bagi semua
siswanya tak terkecuali bagi anak ADHD. Nuansa pendidikan yang diciptakan di
sekolah harus berlandaskan dengan nilai-nilai yang tidak bertentangan dengan
konsep mendidik itu sendiri. Bahwa mendidik seorang anak sama halnya seperti
membentuk karakternya. Saat seorang anak di didik dengan kekerasan maka dalam
diri siswa akan tertanam karakter sebagai seorang yang pemarah dan mudah
melakukan kekerasan.9
Selain lingkungan sosial, lingkungan sekitar sekolah inklusi perlu diperhatikan,
termasuk kelas yang digunakan. Kelas yang memiliki ruang besar, tempat duduk
yang di desain variatif, tembok kelas yang tidak terkesan monoton membantu sekali
dalam proses belajar siswa di sekolah inklusi. Di bagian luar kelas seperti halaman
atau lapangan olahraga di desain dengan semenarik mungkin. Ruang yang luas dapat
membantu ketenangan anak ADHD karena mereka tidak terlalu menyukai hal-hal
yang sempit. Selain itu, semua siswa akan senang juga dengan lingkungan sekolah
yang luas, dan terfasilitasi dengan baik untuk semua siswa.
8
Ihsana El Khuluqa, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hal.169-170.
9
Triyanto dan Desty Ratna Permatasari, Pemenuhan Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi, Vol.
25, No. 2, November 2016, hal. 177.
6
keluarga, teman dan masyarakat sekitar juga dapat membantu sosial anak ADHD. Dalam
hal ini, perlu adanya kesadaran dan sosialisasi terhadap pemenuhan kebutuhan khusus
anak ADHD. Psikososial guru dengan siswa sebaiknya terjalin dengan baik, dengan sikap
guru yang tidak lelah menasehati anak didiknya, dan mencontohkan banyak hal positif
kepada mereka. Selain guru, siswa juga harus memiliki sifat sopan, santun, dan teladan
terhadap guru mereka. Pembina dapat membantu anak ADHD menuju perubahan
yang positif. Terutama anak ADHD yang duduk di bangku sekolah, mereka akan
merasa lebih dihargai dan membuat anak tetap bertanggung jawab. Dengan kerja
sama antara orangtua, guru, dan semua pihak terkait, anak ADHD dapat dibantu
dan mendapat penanganan yang terbaik.
7
perjanjian awal oleh siswa. Penghargaan ini pun dapat diperoleh oleh seluruh siswa,
dari anak ADHD maupun Non-ADHD, jadi tidak ada pembedaan.
Daftar Pustaka
Ari Pratiwi, dkk, Disabilitas dan Pendidikan Inklusif di Perguruan Tinggi, Malang: UB Press,
2018.
Rona Fitria, Proses Pembelajaran dalam Setting Inklusi di Sekolah Dasar, Jurnla Ilmiah
Pendidikan Inklusi, Vol. 1, No.1, Januari 2012.
Erry Nur Rahmawati, dkk, Binge Eating dan Status Gizi pada Anak Penyandang Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), IJHN, Vol. 1, Juni 2014.
Triyanto dan Desty Ratna Permatasari, Pemenuhan Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah
Inklusi, Vol. 25, No. 2, November 2016.