Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4112/Pengantar Ilmu Ekonomi
Kode/Nama UPBJJ : 84/UPBJJ-UT Manado
Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA 1. Dik : APC = C/Y = 2100/2500 = 0,84 b = MPC = ΔC/ΔY = (2100-1850)/(2500-2000) = 250/500 = 0,5 Y = 2500 Dit : C = ? Penyelesaian : C = a + bY C = aY + bY C = (APC - MPC)Y + bY C = (0,84 – 0,5)2500 + 0,5Y C = 0,34 . 2500 + 0,5Y C = 850 Miliar + 0,5Y
2. Pengertian Kebijakan Diskonto
Menurut BI, pengertian kebijakan diskonto adalah kebijakan bank
sentral guna menambah atau mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat, dengan menaik-turunkan suku bunga bank umum.
Secara sederhananya, tujuan politik diskonto adalah meningkatkan
atau menurunkan jumlah uang yang dipegang masyarakat untuk tujuan tertentu, seperti mencegah inflasi, meningkatkan gairah investasi, dan sebagainya.
Politik/kebijakan diskonto adalah kebijakan krusial yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu, biasanya Bank Indonesia melakukan perhitungan matang dan mendalam dulu sebelum memutuskan politik diskonto.
Contoh politik diskonto paling umum, antara lain:
Perilisan Surat Berharga Negara (SBN) Contoh kebijakan diskonto pertama adalah perilisan Surat Berharga Negara (SBN), bisa berupa surat utang, obligasi negara, atau Saving Bond Ritel (SBR) seperti yang baru ini dilakukan pemerintah. Tujuan perilisan SBN adalah guna menampung sebanyak- banyaknya dana dari masyarakat, dengan periode pengembalian tertentu plus bunganya. Nantinya, dana dari penjualan SBN akan dimanfaatkan pemerintah guna membiayai sektor-sektor penting negara, seperti memenuhi APBN, pembangunan infrastruktur, atau pendanaan penanganan pandemi. Peningkatan BI Repo Rate Contoh kebijakan diskonto berikutnya adalah peningkatan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR), atau disebut juga dengan BI Repo Rate/BI Rate. BI7DRR adalah suku bunga acuan yang ditetapkan Bank Indonesia selaku bank sentral dan wajib dipatuhi seluruh bank umum beroperasi di Indonesia. Saat BI Rate naik, maka tingkat bunga bank juga akan naik. Dengan harapan mendapat bunga tinggi, masyarakat pun akhirnya beramai- ramai menaruh dana di bank. Akhirnya, tingkat inflasi pun turun.
Penurunan BI Repo Rate
Contoh terakhir kebijakan diskonto adalah kebalikan dari peningkatan BI Rate, yaitu penurunannya. Ada berbagai tujuan dibalik penurunan BI rate, seperti misalnya meningkatkan perputaran uang di masyarakat, mendistribusikan uang ke sektor- sektor lebih produktif, dan sebagainya. Saat BI menurunkan acuan bunga, umumnya masyarakat akan menarik dana dari bank dan menggunakannya untuk bertransaksi di pasar. Selain itu, saat suku bunga turun biasanya harga barang akan meningkat (inflasi), kurs Rupiah turun, dan masyarakat jadi makin konsumtif. Akan tetapi, sekali lagi ini tidak selalu berarti buruk, karena dengan banyaknya uang beredar, uang akan mengalir ke lebih banyak masyarakat, terutama masyarakat yang mengalami kekurangan finansial.
3. Menurut saya, fenomena depresiasi rupiah dapat mengakibatkan
: Order Para Eksportir Menyusut Dengan pelemahan Rupiah, maka para eksportir yang sebelumnya kebanjiran pesanan dari luar negeri, bisa-bisa menyusut. Tentu tidak semua eksportir, tapi khusus ekspotir yang produknya masih bergantung pada bahan baku impor. Hal ini diakibatkan karena Rupiah melemah, maka harga jual produk menjadi mahal. Tidak hanya di dalam negeri, tapi juga harga jual di luar negeri tak lagi kompetitif. Permintaan barang ekspor menurun sehingga penjualan makin lesu dan produsen banyak kehilangan order. Persaingan makin ketat karena karena bisa jadi negara lain punya produk yang lebih murah akibat nilai tukar mereka lebih kuat dibanding Rupiah. Hal ini akan makin merugikan produsen kita karena produknya tidak lagi kompetitif. Bila konsumen luar negeri tidak mau beralih dengan produk lain alias sudah jatuh cinta dengan produk kita, biasanya mereka hanya mengurangi jumlah pesanannya karena tidak mampu dengan harga yang ditawarkan. Peningkatan Kurs Pajak Mengakibatkan Beban Pengusaha Meningkat Depresiasi nilai tukar Rupiah yang berlangsung saat ini telah berdampak pada kenaikan nilai kurs pajak sehingga kian menambah beban pelaku usaha. Kurs pajak tersebut digunakan sebagai acuan untuk pelunasan pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) dan bea masuk. Sebagai contoh, kurs pajak dengan satuan dolar Amerika Serikat (AS) meningkat 0,34% menjadi Rp15.000-an dari posisi sebelumnya Rp14.000-an per dolar AS. Dapat diberi garis besar bahwa, depresiasi rupiah ini akan memberikan 2 dampak yang signifikan terhadap pengusaha, antara lain: o Biaya produksi meningkat Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar sangat memengaruhi terhadap pengusaha terlebih bagi pengusaha yang menggunakan bahan baku impor. Kondisi ini akan mengakibatkan semakin mahalnya bahan baku produksi. Kalau pada sebelumnya pengusaha dapat membeli dengan harga sekian Dolar dalam sekian Rupiah, kini mereka harus mengeluarkan Rupiah yang lebih untuk nilai bahan baku yang sama. Hal ini dapat mengakibatkan harga jual pada masyarakat, akibatnya gairah pembelian masyarakat pada sutu produk usaha akan menurun. o Beban pajak Depresiasi nilai Rupiah terhadap mata uang asing, akan mengakibatkan beban pajak pengusaha semakin meningkat. Apalagi bagi badan usaha yang bergerak di bidang ekspor impor dan ataupun penghasilannya berupa valuta asing. Mengapa hal ini dapat terjadi? Dikarenakan berpengaruh pada pembayaran pajak PPn, PPnBM, PPh, dan lain sebagainya.
Peran Pemerintah Menjaga Kurs Fiskal
Peran pemerintah di sini sangat dibutuhkan dikarenakan pemerintah terlebih kementerian keuangan sebagai entitas yang bertanggung jawab langsung terhadap kebijakan fiskal di sebuah Negara. Jika depresiasi nilai Rupiah ini terus dibiarkan, pendapatan Negara akan pajak memang akan tinggi, dikarenakan beban pajak yang tinggi pula yang harus diterima oleh badan pengusaha. Dampak yang lebih merugikan akan muncul terhadap keadaan domestik Negara seperti tingkat inflasi yang tinggi, penurunan gairah dan konsumsi pasar. Kebijakan yang dapat pemerintah lakukan yaitu menjaga suku bunga kredit, menjaga nilai impor, dan meningkatkan sektor ekspor. Menggerakkan sector UMKM dan penggunaan bahan baku buatan dalam negeri, dan lain sebagainya. Peran pemerintah disini sangat dibutuhkan untuk menjaga perekonomian domestik suatu Negara.