Anda di halaman 1dari 36

https://blog.mizanstore.

com/drs-suyadi-dan-karyanya-yang-abadi/

Drs. Suyadi dan Karyanya yang Abadi


Menyebut nama aslinya, barangkali Anda tidak mengenalnya. Bagaimana kalau kita
menyebut nama panggungnya: Pak Raden. Semua pasti tahu, kan?

Drs. Suyadi atau yang akrab disapa Pak Raden lahir di Puger, Jember, Jawa Timur,
pada 28 November 1932. Beliau merupakan sarjana dari Fakultas Seni Rupa dan
Desain, Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1955. Setelah menamatkan
pendidikan sarjananya, beliau  melanjutkan pendidikan dengan mengikuti program
beasiswa ke Paris, Prancis pada tahun 1961—1964.

Pak Raden mendedikasikan seluruh hidupnya untuk seni dan anak-anak. Mula-mula,
ketika berada di Paris, ia sempat bekerja sebagai tenaga animator di Les Cineast
Associest dan pelukis animasi Les Film Martin Boschet. Ketika kembali ke
Indonesia, Drs. Suyadi menciptakan serial Si Unyil di televisi TVRI yang tayang setiap
hari Minggu dari tahun 1981—1993. Dari sanalah beliau dikenal sebagai sosok Pak
Raden.
Drs. Suyadi dan Beragam Keahlian yang Ia Miliki
Tidak banyak yang tahu bahwa sosok Pak Raden tidak hanya sebagai pengisi suara
dalam serial Si Unyil. Lebih dari itu, Pak Raden memiliki peran sebagai art director,
mengatur dan menciptakan semua karakter dalam serial Si Unyil seperti Pak Ogah, Bu
Bariah, dan semua teman Unyil. Kehadirannya memberikan nyawa sehingga seluruh
tokoh dalam serial Unyil terasa nyata dan hidup bagi siapapun yang menyaksikannya.
Selain membuat serial Si Unyil, Suyadi juga melakukan kegiatan seni lainnya seperti
melukis, mendalang, membuat ilustrasi buku anak, membuat boneka, mendongeng,
dan membuat sketsa-sketsa di atas kertas. Sketsa-sketsa tersebut barangkali tidak
seterkenal karya besarnya, Si Unyil. Akan tetapi, sekitar 60 sketsa karya Suyadi
pernah dipamerkan di Bentang Budaya Jakarta pada 25 April—5 Mei 2014 dan
mendapat antusiasme besar dari masyarakat. Sebelumnya, ketika berada di Paris,
sketsa-sketsa tersebut pun pernah dipamerkan dalam pameran tunggal berjudul Noir
at Blanc (Hitam dan Putih) pada tahun 1960-an.
Sosok Suyadi alias Pak Raden (gambar dari www.merdeka.com)
Masih berkenaan dengan karya ilustrasi Suyadi, tahukah kalian bahwa ia juga
membuat ilustrasi untuk buku pelajaran di Indonesia? Beliau mendapat kepercayaan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menjadi ilustrator buku pelajaran
Bahasa Indonesia tingkat sekolah dasar. Idiom “Ini Budi. Ini Ibu Budi.” merupakan
salah satu hasil karya Suyadi.

Mendongeng, sudah. Membuat ilustrasi, sudah. Semua hal yang beliau dedikasikan
untuk anak tentu sudah melekat dalam karakter Suryadi. Adakah yang mengetahui
keahlian lain yang beliau miliki? Tidak banyak yang tahu bahwa Drs. Suyadi alias Pak
Raden menguasai 4 bahasa asing! Bahasa asing ini meliputi bahasa Inggris, bahasa
Belanda, bahasa Perancis, dan bahasa Italia. Wah, itu sebabnya ketika memarahi si
Unyil yang nakal dan menggemaskan, sosok Pak Raden kadang mengeluarkan kata-
kata dalam bahasa Belanda, lho!

Sosoknya Telah Tiada, Tetapi Karyanya Abadi


Sepanjang Masa
Dunia dirundung duka ketika pada 30 Oktober 2015 Pak Raden dikabarkan telah
tutup usia. Banyak yang berpikir bahwa itulah akhir dari segala dongeng dan cerita
anak yang mendidik anak Indonesia menjadi generasi seperti saat ini. Tidak ada lagi
canda dan tawa dari mulut berkumis tebalnya yang khas. Tidak ada lagi pria jawa
berbeskap dan berbelangkon yang akan berbagi cerita pada anak cucu mereka.
Kepergiannya menyisakan luka mendalam bagi semuanya.
Bagi mereka yang mendamba dan merindukan sosoknya, percayalah bahwa karya-
karya Pak Raden tidak pernah hilang. Raganya mungkin tidak lagi bersama kita di
dunia, tetapi karya-karyanya masih tetap abadi di dunia.

Salah satunya adalah buku yang baru-baru ini diterbitkan berjudul Pedagang Peci
Kecurian dan Seribu Kucing untuk Kakek. Keduanya dapat dipesan mulai 21—28
Februari 2017 di mizanstore. Bagi mereka yang hidup di era kejayaan Pak Raden, buku
ini diharapkan mampu mengobati kerinduan Anda pada sosok khasnya. Begitu pula
bagi Anda yang ingin mengenalkan sosok Pak Raden kepada anak dan cucu Anda,
tidak ada salahnya membeli kedua bukunya. Pesanlah segera agar selain mendapat
buku, si kecil bisa mendapatkan kaus bergambar ilustrasi asli dari Drs. Suyadi alias Pak
Raden.
(informasi mengenai Drs. Suyadi dikutip dan diolah dari berbagai sumber)
https://www.fimela.com/entertainment/read/2663409/mengenang-kehidupan-drs-suyadi-
pencipta-si-unyil

Mengenang Kehidupan Drs


Suyadi, Pencipta Si Unyil
Regina Novanda
28 Nov 2016, 08:49 WIB

Fimela.com, Jakarta Mendengar nama Drs Suyadi, mungkin masih terasa asing. Namun,


bagaimana dengan Pak Raden dalam serial Si Unyil? Tentu sudah melekat bukan? Ya,
pribadi cerdas di balik karakter tegas Pak Raden itu adalah Drs Suyadi.

Satu tahun lalu, Suyadi menghembuskan napas terakhirnya dalam usia 82 tahun. Suyadi
meninggal akibat infeksi pada paru-paru sebelah kanan di Rumah Sakit Pelni, Petamburan,
Jakarta Barat, Jumat (30/10/2015), pukul 22.20 WIB.

Pak Raden (Veronica Agustina/Bintang.com)

Meski raganya telah tiada, namun karya-karya Suyadi masih terkenang hingga kini. Untuk
mengapresiasinya, Google Doodle hari ini (28/11/2016) pun menampilkan jejeran boneka
karya Suyadi dalam serial Si Unyil, yang di mana bertepatan dengan hari lahir sang kreator.

Suyadi lahir pada 28 November 1932 silam di Puger, Jember, Jawa Timur. Suyadi adalah
putra patih Surabaya di zaman Belanda, Sabekti Wirjokoesoemo. Ia anak ketujuh dari
sembilan bersaudra. Masa kecil Suyadi dihabiskan dengan menyaksikan film-film garapan
Walt Disney dan mengasah kemampuan melukisnya.

Pak Raden saat masih muda (dok. Apa & Siapa 1985-1986)

Hingga akhirnya, takdir mengantarkan Suyadi ke Jurusan Seni Rupa di Institut Teknologi
Bandung (ITB). Usai sukses meraih gelar doktorandus (Drs), Suyadi kemudian terbang
Perancis untuk belajar tentang perfilman di studio Perancis, Les Cineastes Associes dan di
Les Films Martin Boschet selama tiga tahun.

Seiring berjalannya waktu, Suyadi menciptakan serial boneka Si Unyil yang kemudian
diproduksi oleh Perum Produksi Film Negara (PPFN) yang tayang setiap Minggu pagi di
TVRI dimulai sejak 5 April 1981 sampai 1993. Sayangnya, Suyadi dan PPFN sempat
berseteru soal hak cipta. Namun, pada 15 April 2014, kedua belah pihak menjalin
bersepatakan atas dasar kesadaran ingin kembali menghadirkan karakter Si Unyil pada
kehidupan anak-anak Indonesia, baik saat itu mau di masa depan.
Dalam kesehariannya, Pak Raden hidup sendiri berteman dengan kucing-kucing kampung. Ia
tinggal di sebuah gang sempit di kawasan Petamburan, Jakarta. Seniman besar ini menempati
rumah yang dimiliki sang kakak. (via facebook.com/Toto Santiko Budi)

Melegendanya Si Unyil dan Pak Raden nyatanya tak membuat kehidupan finansial hari tua
Suyadi mencukupi. Sebelum tinggal di Petamburan, Jakarta Barat, ia sempat mengontrak di
sebuah rumah di Jalan Kebon Nanas I/22, Jakarta Timur. Tak ada barang mewah di sana,
hanya ada televi 14 inci. Ruang tamu, ruang makan, dan kamar disesaki lukisan, sketsa,
boneka, buku-buku, hingga kucing.

Kala kepergian Drs Suyadi alias Pak Raden setahun lalu, psikolog anak Seto Mulyadi
meminta kepada Kementerian Kebudayaan untuk menghargai jasa Pak Raden sebagai tokoh
budaya. Sebuah LSM Saya Indonesia, juga mendesak agar Menteri Sosial memberi gelar
Pahlawan Budaya kepada Pak Raden sebagai penghargaan atas jasanya mendidik bangsa.

Sejumlah pihak mengusulkan agar Pak Raden dinobatkan sebagai Pahlawan Budaya atas jasa-jasanya
(Galih W. Satria/Bintang.com)
https://www.fimela.com/entertainment/read/2357062/catatan-kehidupan-pak-raden-6
Catatan Kehidupan Pak
Raden (6)

Komarudin
04 Nov 2015, 17:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Kepergian Pak Raden untuk selamanya membuat simpati berbagai


kalangan. Mulai dari pekerja seni hingga kalangan menteri. Mereka ikut merasakan
kehilangan atas wafatnya pemilik nama lengkap Raden Suyadi itu.

"Selamat Jalan Pak Raden. :( Masa kecilku begitu bahagia bersama cerita2mu. Hatur Nuhuuun

pisan," tulis Ridwan Kamil pada 30 September 2015 lalu.


Pak Raden (Instagram/@ridwankamil)

Ucapan terima kasih juga disampaikan Walikota Bandung, Ridwan Kamil. Dalam akun
Instagramnya ia mengunggah foto Pak Raden saat sedang mendongeng dengan menggunakan
boneka Si Unyil.

Sementara itu, psikolog anak Seto Mulyadi, misalnya, meminta kepada Kementerian
Kebudayaan untuk menghargai Pak Raden sebagai tokoh budaya. Ia juga harus diperhatikan
oleh sesama tokoh budaya.
Pak Raden mendongeng, menjual lukisan, sketsa dan karya-karyanya yang lain untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sejak mahasiswa ia sudah menghasilkan buku
cerita anak bergambar dan film pendek animasi. (via facebook.com/Toto Santiko Budi)

Usulan senada juga disampaikan Saya Indonesia, sebuah lembaga swadaya masyarakat
(LSM). Pihaknya mendesak agar Menteri Sosial memberi gelar Pahlawan Budaya kepada Pak
Raden sebagai penghargaan atas jasanya mendidik bangsa.

Pak Raden menghembuskan nafas terakhir di RS Pelni, Petamburan, Jakarta, Jumat


(30/10/2015) malam. Seharusnya, ia dijadwalkan hadir dalam acara Festival Ayo Dongeng di
Museum Nasional, Jakarta, Minggu (1/11/2015). Selamat jalan Pak Raden! (Selesai)

https://www.fimela.com/entertainment/read/2355869/catatan-kehidupan-pak-raden-5

Catatan Kehidupan Pak Raden


(5)

Komarudin
03 Nov 2015, 12:00 WIB
Sepanjang hayat Pak Raden salah satu sosok yang konsisten dalam dunia anak. Ia membuat acara anak-
anak yang mendidik (Facebook/Toto Santiko Budi)

Fimela.com, Jakarta Sepanjang hayatnya, Pak Raden memang sangat konsisten dengan


dunia anak-anak. Di mata psikolog anak, Seto Mulyadi, atau yang akrab disapa Kak Seto
menilai Pak Raden guru pertamanya, terutama terkait mencintai anak. Hal yang paling
membekas dalam ingatan Kak Seto, Pak Raden telah berhasil membuat acara anak-anak yang
mendidik.

"Dengan karyanya dari cerita bergambar dan mendongeng isinya membangun karakter, cinta Tanah
Air, hormat kepada orang tua, rajin belajar," kata Kak Seto, Sabtu (31/10/2015).
Seto Mulyadi atau lebih dikenal dengan sapaan Kak Seto turut berduka atas kepergian Pak Raden. Ia
terlihat datang ke rumah duka di kawasan Petamburan, Jakarta Pusat hari ini, Sabtu (31/10/2015). (Galih
W. Satria/Bintang.com)

Kecintaan Pak Raden pada dunia anak mulai tumbuh dari kegemarannya menonton film-film
produk Walt Disney. Karakter yang kuat dalam tiap tokoh Disney dinilai Suyadi amat luar
biasa.

Hal itulah yang kemudian mengilhami Suyadi membuat karakter-karakter yang kuat pada tiap
tokoh yang ada pada film serial boneka Si Unyil. Selain melalui Si Unyil, Pak Raden juga
menyirami jiwa anak-anak Indonesia dengan kasih sayang melalui mendongeng dan buku-
buku cerita hasil karyanya.

Pak Raden sedang mendongeng (Instagram/@prasodjochusnato)

Kasih sayang kepada anak-anak tersebut dicurahkan hingga Pak Raden menghembuskan


nafas terakhir pada usia 83. Ia lebih memilih hidup tetap melajang sebagai seniman dan
mencintai dunia anak serta hidup sederhana. Hal tersebut sempat disampaikan Kartini, kakak
ke-6 Pak Raden.

https://www.fimela.com/entertainment/read/2355409/catatan-kehidupan-pak-raden-4

Catatan Kehidupan Pak Raden


(4)
Komarudin
02 Nov 2015, 20:00 WIB

Sempat terjadi perselisihan antara Pak Raden dengan Perusaahaan Umum Produksi Film Negara (PPFN)
tentang hak cipta Si Unyil (Instagram/@pakraden)

Fimela.com, Jakarta Kesuksesan Si Unyil rupanya sempat menimbulkan konflik antara Pak


Raden atau Suyadi dengan Perusahaan Umum Produksi Film Negara (PPFN). Pak Raden
mengeluhkan karakter Si Unyil yang diciptakannya tak menghasilkan royalti.  Ia berjuang
dengan gigih hingga akhirnya terjadi 'perdamaian'. Seperti dilansir sejumlah media saat itu,
Pak Raden menganggap apa yang ia alami menjadi kenangan dalam perjalanan hidupnya.

"Biarlah ini jadi kenangan terindah buat saya," ungkap Pak Raden saat itu.
Pak Raden mendongeng, menjual lukisan, sketsa dan karya-karyanya yang lain untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sejak mahasiswa ia sudah menghasilkan buku
cerita anak bergambar dan film pendek animasi. (via facebook.com/Toto Santiko Budi)

Konflik Pak Raden dengan PPFN bermula saat ia membuat kesepakatan penyerahan hak cipta
atas nama Suyadi kepada PPFN. Pada Pasal 7 surat perjanjian itu tertulis, kesepakatan kedua
belah pihak berlaku selama lima tahun terhitung sejak perjanjian tersebut ditandatangani pada
Desember 1995.

Namun, PPFN menganggap bahwa perjanjian penyerahan hak cipta tersebut tetap pada PPFN
untuk selamanya. Hak cipta si Unyil sepenuhnya milik PFN dan sudah terdaftar di
Departemen Kehakiman saat itu. Selain itu, PFN beralasan hak cipta tidak bisa dilimpahkan
kembali kepada Pak Raden karena biaya pembuatan karakter tokoh Unyil sepenuhnya
ditanggung PFN.
Pak Raden (Veronica Agustina/Bintang.com)

Setelah terjadi perseteruan cukup panjang pada 15 April 2014 terjalin kerja sama antara Pak
Raden dengan Perum PFN. Hal tersebut terjadi atas dasar kesadaran kedua belah pihak yang
ingin menghadirkan kembali karakter Si Unyil pada kehidupan anak-anak Indonesia, baik
saat itu mau di masa depan.
Dalam perjanjian lisensi yang ditandatangani Pak Raden dan PPFN, dicantumkan PPFN
diberi hak  menggunakan atau memanfaatkan secara ekonomi atas ciptaan karakter Si Unyil
selama 10 tahun. Suyadi  pemegang hak paten dari pencipta ide boneka si Unyil. Saat itu Pak
Raden merasa lega. Tunggu kisah selanjutnya di Bintang.com.

https://www.fimela.com/entertainment/read/2355051/catatan-kehidupan-pak-raden-3

Catatan Kehidupan Pak Raden


(3)

Komarudin
02 Nov 2015, 15:00 WIB
Pak Raden sedang membuat sketsa. Tangannya terlihat mencoret-coret di sebuah kertas (Vero
Agustina/Bintang.com)

Fimela.com, Jakarta Kesuksesan Si Unyil rupanya tak berbanding lurus dengan


kehidupan Pak Raden. Untuk menyambung hidup ia menjadi dosen tamu di Institut
Kesenian Jakarta (IKJ) pada 1999. Seperti diceritakan Aprilia Apsari, alumnus Jurusan
Desain Grafis, Fakultas Seni Rupa IKJ dalam tulisannya 'Potret Seorang Pak Raden' yang
dimuat dalam Katalog Pameran Tunggal Sketsa Drs Suyadi pada 2013 lalu.

"Beliau yang berdiri di hadapan kalian ini adalah Suyadi, yang juga populer dengan panggilan Pak

Raden," kenang Aprilia mengutip pernyataan seorang dosen tetapnya. "...dalam kuliah beliau saat itu

kami diwajibkan untuk membuat ilustrasi dengan warna hitam putih saja, ternyata itu tidak mudah,"

lanjutnya.
Pak Raden bersama kucing-kucingnya (via Facebook.com/Toto Santiko Budi)

B A C A JU G A

 Catatan Kehidupan Pak Raden (2)


 Catatan Kehidupan Pak Raden (1)
 Pak Raden Ajarkan Kak Seto Mencintai Anak-anak Indonesia

Hari itu Fakultas Seni Rupa IKJ kedatangan seorang dosen tamu, seorang lelaki berbadan
gemuk berambut ikal. Ia tak datang dengan identitasnya, mengenakan beskap, kumis tebal
dan alis melengkung, serta suara berat. Pak Raden hanya mengenakan kemeja lengan pendek.

Selain sempat mengajar, Pak Raden juga tinggal di sebuah kontrakan. Sebelum tinggal di
Petamburan, Jakarta Barat,  ia sempat mengontrak di sebuah rumah di Jalan Kebon Nanas
I/22, Jakarta Timur. Di rumah itu, ia tinggal bersama Nanang. 

Pak Raden (via Facebook.com/Toto Santiko Budi)

Seperti diberitakan, di rumah itu tak ada barang mewah. Di ruang tamu hanya ada televisi 14
inci. Ruang tamu, ruang makan, dan kamar disesaki lukisan, sketsa, boneka, buku-buku,
hingga kucing.  

Bagaimana  kehidupan Pak Raden selanjutnya?

https://www.fimela.com/entertainment/read/2354544/catatan-kehidupan-pak-raden-2

Catatan Kehidupan Pak Raden


(2)
Komarudin
01 Nov 2015, 22:00 WIB

Pak Raden mahir melukis, mendalang, membuat ilustrasi buku anak, membuat boneka, serta mendongeng
(Dok. Apa & Siapa 1985-1986)
Fimela.com, Jakarta Meski telah selesai studinya di Prancis, Suyadi atau Pak Raden tak
langsung pulang ke Tanah Air. Ia memperpanjang masa tinggalnya di Paris dengan berkerja
kecil-kecilan. Hal tersebut diungkapkan Pierre Labrousse, penyusun Kamus Indonesia -
Perancis, dalam Katalog Pameran Tunggal Sketsa Drs Suyadi untuk memperingati '60 Tahun
Pak Raden Berkarya' di Jakarta, pada 25 April-5 Mei 2013 lalu.

"Di Bandung pun menjalani hidup yang sama...Saya mempunyai kesan bahwa kehidupan Suyadi

tidak begitu berubah sekarang ini," tulis Pierre.


Pak Raden (Veronica Agustina/Bintang.com)

B A C A JU G A

 Catatan Kehidupan Pak Raden (I)


 Selamat Jalan Pak Raden, Karyamu Akan Terus Hidup
 Meninggal Dunia, Selamat Jalan Pak Raden

Selama di Perancis pada 1961-1964, Suyadi mengalami berbagai peristiwa yang terjadi di
kota seni itu. Banyak kejadian yang membuatnya kagum, bahkan ada yang membuatnya
keceewa. Semua itu terekam kuat dalam ingatannya. Ia lalu menuangkannya lewat sketsa.

Selain melukis, mendalang, membuat ilustrasi buku anak, membuat boneka, mendongeng,
Suyadi juga rajin membuat corat-coret di atas kertas secara spontan. Ia mengaku mencari
nafkah lewat menggambar. Kemampuan tersebut biasa ia lakukan saat menonton pertunjukan
wayang orang. Meski gelap, ia mampu menghabiskan puluhan kertas.

Seiring waktu berjalan, ketenaran Suyadi sebagai tokoh Pak Raden dalam serial boneka Si
Unyil  yang ia ciptakan mampu menyingkirkan prestasi di bidang seni lainnya. Si
Unyil adalah film serial televisi Indonesia produksi Perum Produksi Film Negara (PPFN)
yang tayang setiap Minggu pagi di TVRI dimulai sejak  5 April 1981 sampai 1993.

Dalam serial tersebut, tokoh Pak Raden selalu mengenakan blangkon, alis melengkung, dan
kumis tebal.  Ia tampil sebagai orang desa yang selalu mengomel, ketinggalan zaman, serta
menjadi bahan ejekan anak-anak. Bagaimana kiprah Pak Raden selanjutnya?

Catatan Kehidupan Pak Raden


(1)
Komarudin
01 Nov 2015, 12:00 WIB

Suasana sebelum Pak Raden dimakamkan di rumahnya di Petamburan III, Jakarta (Galih W.
Satria/Bintang.com)
Fimela.com, Jakarta Puger adalah sebuah kecamatan di Jember, Jawa Timur. Kecamatan ini
sangat terkenal karena hasil lautnya yang sangat melimpah. Di sanalah pada 28 November
1932, Suyadi, yang kemudian dikenal dengan nama Pak Raden dilahirkan.

Suyadi adalah putra patih Surabaya di zaman Belanda, Sabekti Wirjokoesoemo. Ia anak
ketujuh dari sembilan bersaudra. Semasa kecil, selain gemar menonton film-film Walt
Disney, Suyadi juga hobi menggambar.
Pak Raden saat masih muda (dok. Apa & Siapa 1985-1986)

Meski lahir dari keluarga terpandang, Suyadi ternyata suka mainan dengan pensil warna yang
dipakainya untuk menggambar. Bakatnya dalam dunia lukis sudah terlihat sejak masih kecil.
Seluruh tembok dan lantai rumahnya menjadi media untuk mengekspresikan bakatnya.
Suyadi kecil bercita-cita ingin menjadi seorang dalang. Namun, nasib justru mengantarnya ke
Jurusan Seni Rupa di Institut Teknologi Bandung (ITB). Saat masih berstatus mahasiswa ia
sudah menghasilkan berbagai karya seni, berupa buku cerita anak bergambar dan film pendek
animasi.

Pak Raden sedang mendongeng (Instagram/@prasodjochusnato)

Dari ITB ia berhasil meraih gelar sarjana 'doktorandus' (Drs) yang melekat di depan
namanya, Drs Suyadi. Selesai kuliah di ITB, setahun kemudian Suyadi terbang ke Perancis.

"Seorang Jawa yang melukis dan menggambar dengan iringan gamelan Langendriyan karya Sri
Mangkunagoro IV berada di tengah gemerlapnya kota Paris...," komentar Prasodjo Chusnato, dalam
Katalog Pameran Tunggal Sketsa Drs Suryadi.
Mendiang Suyadi saat masih hidup. (via: Youtube.com)

Di sana ia belajar perfilman di studio Perancis, Les Cineastes Associes dan di Les Films
Martin Boschet selama tiga tahun. Ia lulus pada 1964. Pada 1972 Suyadi terpilih sebagai
ilustrator buku cerita anak-anak terbaik di acara Tahun Buku Internasional.

Bagaimana kisah perjalanan hidup Suyadi alias Pak Raden selanjutnya?

https://www.fimela.com/entertainment/read/2354918/lewat-unicef-pak-raden-
perkenalkan-si-unyil-ke-mata-dunia

Lewat UNICEF, Pak Raden


Perkenalkan Si Unyil ke Mata
Dunia

Regina Novanda
02 Nov 2015, 09:55 WIB
Drs. Suyadi alias Pak Raden telah mengenalkan Si Unyil ke mata dunia lewat artikelnya yang dimuat di
laman UNICEF. (Veronica Agustina/Bintang.com)
Fimela.com, Jakarta Pak Raden dan Si Unyil menjadi tokoh serial TV paling fenomenal
sejak awal kemunculannya 1981 silam. Bagaimana tidak, keduanya berhasil memberikan
warna berbeda bagi dunia hiburan anak-anak Indonesia hingga sekarang.

Drs. Suyadi alias Pak Raden, pencipta karakter Unyil sekaligus pemilik hak cipta dari boneka
Unyil pun pernah mencoba mengenalkan Unyil ke mata dunia. Ia membuat sebuah artikel
tentang Unyil yang dimuat di laman UNICEF pada 17 Februari 2007.

Dalam artikelnya, Suyadi mencoba menjelaskan tentang perbedaan Si Unyil dengan boneka-
boneka lainya. Berlandaskan budaya, Suyadi ingin anak-anak Indonesia dapat mengambil
pelajaran dari cerita keseharian Si Unyil.

Tak hanya itu, ia juga ingin menyampaikan tentang program Si Unyil yang bukan hanya
sekedar hiburan semata. Lebih dari itu, Si Unyil hadir untuk membahas tentang partriotisme,
nasionalisme, kesehatan, alam lingkungan, pasukan bersenjata, keluarga berencana, seni dan
budaya, dan banyak lainnya yang anak-anak Indonesia harus ketahui.
Pak Raden lahir dengan nama Suyadi, lahir di Puger, kecamatan di Jember, Jawa Timur pada
28 November 1932. Sejak kecil kecintaannya pada seni sudah terlihat, ia gemar menggambar
dan juga menonton film-film Walt Disney. (via facebook.com/Toto Santiko Budi)

Sebetulnya, UNICEF sudah melirik Si Unyil sejak 1982 silam. Saat itu, Pusat Produksi Film
Nasional (PPFN) Departemen Penerangan dan UNICEF melakukan kerjasama menyangkut
penggunaan film Si Unyil sebagai bahan pembelajaran. Dengan bantuan dana Rp 30 juta,
buku dan film Si Unyil dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris pun berhasil diterbitkan
(Kompas, 23/12/1982).

Berkat Drs. Suyadi, telah lahir banyak karakter-karakter dari program Si Unyil. Sebut saja
seperti Pak Raden, Si Unyil, Pak Ogah, Ucrit, Usro, Pak Ableh dan Cuplis. Kini, Suyadi
telah berpulang ke ribaan sang Illahi. Namun segala karya dan dedikasinya untuk dunia seni
Indonesia akan selalu terkenang. Selamat jalan, Pak Raden.

https://www.fimela.com/entertainment/read/2665305/kenali-karakter-pak-raden-yang-
diperankan-suyadi

Kenali Karakter Pak Raden yang


Diperankan Suyadi

Floria Zulvi
30 Nov 2016, 08:42 WIB
Fimela.com, Jakarta Bila kamu tumbuh di generasi 90an dan senang menonton serial
boneka sedari kecil tentu nggak asing dengan nama Si Unyil. Yup, unyil adalah sebuah
boneka yang dibuat oleh almarhum Drs Suyadi yang sangat dicintai oleh anak Indonesia.
Hingga saat ini, banyak sekali seniman yang 'menghidupkan' tokoh si Unyil.
Nama tokoh utama ini bisa dibilang unik dan lucu. Hadir dengan nama Unyil sendiri hadir
dari kata 'mungil' yang berarti kecil, tokoh ini nggak akan sulit diingat. Tokoh-tokoh yang
ada di dalamnya pun dikenal baik oleh masyarakat seperti Pak Raden dan juga Pak Ogah.
Suyadi berhasil meraih gelar sarjana 'doktorandus' (Drs) dari ITB. Ketenarannya sebagai
tokoh Pak Raden dalam serial boneka ‘Si Unyil’ yang ia ciptakan mampu menyingkirkan
prestasi di bidang seni lainnya. (via facebook.com/Toto Santiko Budi)

Pak Raden sendiri miliki karakter Jawa yang sangat kental. Dengan kumis tebal, beskap dan
blangkon membuat ciri tokoh ini sangat mudah diingat oleh masyarakat. Apalagi sifatnya
yang sehinga membuatnya seringkali ribut dengan Pak Ogah. Spesialnya, karakter Pak Raden
yang seringkali bikin jengkel ini diperankan oleh Suyadi sendiri.

Mungkin kamu nggak asing dengan tokoh tersebut. Bagaimana tidak? Rasanya menonton Si
Unyil tak lengkap tanpa mendengan kebawelan dan kejengkelan tokoh Pak Raden. Dandanan
tokoh ini sendiri sama persis dengan Suyadi dnegan kumis tebal, beskap dan belangkonnya.

Si Unyil hadir setiap hari Minggu pagi di TVRI. Hal tersebut terus berlanjut dari 5 April1981
hingga tahun 1993. Setelah itu Unyil pun memulai langkahnya di berbagai stasiun televisi
swasta di Indonesia. Kini Si Unyil hadir dengan nuansa lebih modern dalam program Laptop
Si Unyil.

Anda mungkin juga menyukai