Anda di halaman 1dari 3

Macam-macam ritus life-cycle

Seperti kita ketahui, Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam suku bangsa. Masing-
masing suku bangsa memiliki tradisi yang berbeda-beda antara satu suku bangsa dengan yang
lainnya, termasuk ritus itu sendiri. Terdapat beberapa ritus yang umum dilakukan oleh
masyarakat, antara lain:
1. Ritus of passage
Pada sebagian besar kebudayaan di dunia, daur kehidupan sudah dimulai sejak
seseorang masih berada dalam kandungan. Penyelenggaraan ritus sendiri dilaksanakan
pada usia kandungan empat atau tujuh bulan. Upacara-upacara seperti ini dipercaya
memiliki unsur-unsur penolak bahaya gaib. Beberapa kebudayaan menganggap bahwa
masa peralihan merupakan saat-saat yang penuh dengan bahaya, baik nyata ataupun gaib.
Ritus ini juga dapat memberikan efek psikologis dalam menenangkan, menentramkan,
dan menumbuhkan keyakinan akan keberhasilan. Lalu, Ritus of passage diselenggarakan
kembali saat kelahiran dan seterusnya.
Seorang ahli folklore Perancis bernama A. van Gennep juga mengembangkan konsep
mengenai asas-asas ritus dan upacara yang ditulisnya dalam buku Rites de Passage
(1908). Buku tersebut merupakan hasil penelitian komparatif mengenai ritus dan upacara
dalam puluhan kebudayaan suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi. Terdapat
beberapa hal yang perlu diketahui dari pendapat Gennep. Pertama, ritus secara umum
berfungsi sebagai aktivitas pengembalian semangat kehidupan sosial antara warga
masyarakat. Kedua, adanya gejala penurunan semangat kehidupan sosial yang biasa
terjadi pada masa akhir suatu musim alamiah, seperti akhir musim berburu, menangkap
ikan, dll. Ketiga, adanya berbagai perubahan biologis dan lingkungan sosial budaya pada
manusia yang dapat memengaruhi jiwanya. Ketiga hal tersebut berhubungan erat dengan
semangat kehidupan sosial sehingga diperlukan “regenerasi” semangat kehidupan sosial
untuk mengembalikan semangat kehidupan sosial masyarakat.
Gennep juga membagi ritus menjadi tiga bagian. Pertama, separation (perpisahan)
yang terdiri dari tindakan-tindakan yang melambangkan perpisahan. Kedua, marge
(peralihan) dimana seseorang dipersiapkan untuk menjadi manusia baru dalam
lingkungan sosial barunya. Dengan demikian, mereka diberi pelajaran oleh orang yang
lebih tua mengenai adat istiadat para nenek moyang, dll. Ketiga, aggregation (integrasi
kembali) dimana seseorang diresmikan ke dalam tahap kehidupan dan lingkungan
sosialnya yang baru.

a. Sesudah lahir
Setelah 9 bulan mengandung dan kemudian melahirkan, masih ada ritus-ritus yang
harus dikerjakan dalam rangka ritus peralihan ini. Terdapat dua ritus terkenal pada
tahap ini, yakni upacara pemberian nama dan upacara khusus untuk memasukkan
anak dalam kelompoknya. Upacara ini dapat dilakukan beberapa bulan setelah
kelahiran tersebut.
b. Tahap anak-anak
Pada tahap ini, seorang anak akan ditempatkan sebagai calon warga masyarakat.
Anak-anak akan sedikit diperlakukan sebagai makhluk pra-kultural. Namun, di sisi
lain, anak-anak itu juga akan diberi status yang lebih rendah dibandingkan orang yang
sudah beralih status dari anak-anak menuju ke status dewasa. Pada beberapa suku
bangsa tradisional, tahap ini masih dibagi-bagi lagi secara simbolik ke dalam
beberapa tahap khusus yang masing-masing tahap memiliki upacara kecil. Upacara-
upacara tersebut adalah upacara pupak puser, pemberian nama, akekah, selapanan,
dll.
c. Tahap remaja
Tahap ini menjadi perbatasan antara masa anak-anak dengan dewasa. Awal masa
remaja hampir selalu dipenuhi dengan berbagai ritus sebagai penanda peralihan status
dari anak-anak menuju status baru. Ritus yang berkaitan dengan tahap ini adalah
Ritus Inisiasi. Ritus ini biasanya dilakukan bagi yang sudah menunjukkan tanda-tanda
kematangan biologik tertentu, seperti haid pertama.
d. Tahap dewasa
Sejumlah masyarakat menganggap bahwa seseorang akan dikatakan dewasa apabila
sudah melewati status perkawinan dan bahkan hingga memiliki anak. Pada tahap ini,
ritus yang terjadi adalah ritus perkawinan yang seringkali sangat kompleks dan rumit.
e. Tahap kehidupan alam baka
Untuk memasuki tahap ini, terdapat suatu proses peralihan yang disebut kematian
atau ajal. Pelaksanaan ritus-ritus ini berbeda di setiap masyarakat. Dalam ritus ini
tubuh orang yang meninggal ada yang dikubur, dibakar, dll.
2. Ritus of Intensification
Ritus ini sering kali dihubungkan dengan persoalan krisis dalam kehidupan berkelompok.
Ritus ini menyangkut tentang keselamatan kelompok, bukan individu.
3. Ritus of Purification
Suatu ritus yang bertujuan untuk menjadikan pribadi dalam keadaan suci dan bersih.
Melalui ritus ini seseorang yang diangga kotor dan bersih kembali sehingga akan diterima
oleh masyarakat sekitar.
4. Ritus of Desacralization
Ritus ini merupakan ritus yang berfungsi membersihkan seseorang dari konrak gaib atau
kekuatan supranatural. Orang yang kerasukan dianggap tidak normal dan harus segera
dipulihkan sehingga dapat memasuki dunia kehidupan yang normal sehari-hari.
Selain itu, ada pula seorang tokoh antropologi bernama Victor Turner yang juga membahas
mengenai ritus atau ritual ini. Menurut beliau ritus yang dilakukan oleh masyarakat merupakan
penampakan dari keyakinan religius yang mendorong orang-orang untuk melakukan serta
menaati tatanan sosial tertentu. Melalui penelitiannya, Turner menggolongkan ritus menjadi dua,
yakni ritus krisis hidup dan ritus gangguan. Ritus krisis sendiri merupakan ritus yang dilakukan
guna mengiringi segala macam krisis hidup yang dialami oleh manusia. Ritus ini meliputi
kelahiran, pubertas, perkawinan, dan kematian. Ritus ini meliputi individu dan perubahan dalam
relasi sosial dengan orang yang memiliki hubungan dengan mereka, seperti ikatan darah,
perkawinan, dll. Sedangkan, ritus gangguan dihubungkan dengan nasib sial dalam memburu oleh
masyarakat Ndembu. Selain itu, ritus ini dihubungkan juga dengan ketidakaturan reproduksi para
wanita yang disebabkan oleh roh para leluhur.

http://digilib.uinsby.ac.id/17312/56/Bab%202.pdf diakses pada tanggal 24 April 2021


http://scholar.unand.ac.id/56359/2/BAB%20I.pdf diakses pada tanggal 24 April 2021
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13361/3/T2_762011001_BAB%20III.pdf
diakses pada tanggal 24 April 2021

Anda mungkin juga menyukai