Anda di halaman 1dari 10

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

SEORANG PRIA 55 TAHUN DENGAN KOLESISTITIS DAN KOLELITIASIS

Penyusun

Qonita Rahmadiena, S.Ked J510215026

Pembimbing

dr. Catur Widayat, Sp.B

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK

UMS CASE REPORT

Prodi Profesi Doker Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : SEORANG PRIA 55 TAHUN DENGAN KOLESISTITIS DAN


KOLELITIASIS
Penyusun : Qonita Rahmadiena, S.Ked J510215026

Pembimbing : dr. Catur Widayat, Sp.B

Magetan, 26 Oktober 2021

Penyusun

Qonita Rahmadiena, S.Ked


Menyetujui,
Pembimbing

dr. Catur Widayat, Sp.B

Mengetahui,

Kepala Program Studi Profesi Dokter


Fakultas Kedokteran UMS

Dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD


SEORANG PRIA 55 TAHUN DENGAN KOLESISTITIS DAN KOLELITIASIS

Qonita Rahmadiena1 , Catur Widayat 2, Abdul Hakam Mubarok 3,


1
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
2
Bagian Bedah, RSUD Sayidiman Magetan
3
Bagian Bedah, RSUD Sayidiman Magetan
Korespondensi : Qonita Rahmadiena (qonitarahmadiena123@gmail.com)

Abstrak

Struma disebut juga goiter didefinisikan sebagai pembesaran kelenjar tiroid. Struma dapat meluas
keruang retro sternal, dengan dan atau tanpa pembesaran anterior substansial. Karena hubungan
anatomi kelenjar tiroid ke trakea, laring, saraf laring, superior dan inferior, dan esophagus,
pertumbuhan abnormal dapat menyebabkan berbagai sindrom komperhensif. Seorang perempuan
berusia 52 tahun datang ke poli bedah Rumah Sakit dengan keluhan benjolan di leher bagian depan.
Pasien merasa benjolan di leher bagian depan dirasakan sejak lama, namun baru disadari membesar
kurang lebih 2 minggu terakhir. Benjolan berukuran kecil lama kelamaan semakin membesar. Pasien
mengaku tidak ada kesulitan bernafas ataupun menelan serta tidak ada gangguan pada suara pasien,
hanya tidak nyaman karena ada benjolan. Pemeriksaan tanda vital pasien keadaan umum pasien
tampak baik, kesadaran compos mentis GCS E4V5M6, denyut nadi 80 kali/menit, respiratory rate 20
kali/menit, suhu tubuh 36.4oC, tekanan darah 140/80 mmHg dan saturasi oksigen 98%. Pada
pemeriksaan fisik dalam batas normal. Status lokalisasi pada inspeksi terdapat massa di leher bagian
anterior asimetri, berbentuk bulat, berbatas tegas dengan ukuran sekitar 5x5cm, tidak ada tanda-
tanda radang akut. Pada palpasi tidak terasa nyeri dan dapat digerakkan (mobile) serta ikut
bergerak saat menelan, konsistensi kenyal lunak, tidak berbenjol-benjol. Pemeriksaan laboratorium
darah lengkap pasien menunjukkan hasil Hb 14.0 g/dL; HCT 42.2 %; trombosit 325 x10 3/mL;
Leukosit 6.8 x103/mL; Hormon FT4 9.51 pmol/l; TSH-S 3.57 uIU/ml. Pada pemeriksaan foto thorax
AP didapatkan Cor dan Pulmo dalam batas normal, pemeriksaan EKG didapatkan normo sinus
rythm, pemeriksaan FNAB didapatkan Nodular Colloid Goitre. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang di dapatkan diagnosis Struma. Penatalaksanaan non
medikamentosa yaitu dilakukan tiroidektomi. Penatalaksaan medikamentosa yaitu pemberian IVFD
RL, Inj Pantoprazol, Inj As. Tranexamat dan Inj. Ketorolac.

Kata kunci : struma, kelenjar tiroid, tiroidektomi


A 55 YEAR OLD MAN WITH CHOLECYSTITIS AND CHOLELITHIASIS
Qonita Rahmadiena1 , Catur Widayat 2, Abdul Hakam Mubarok 3,
1
Medical faculty, Universitas Muhammadiyah Surakarta
2
Surgery department, RSUD Sayidiman Magetan
3
Surgery department, RSUD Sayidiman Magetan
Korespondensi : Qonita Rahmadiena (qonitarahmadiena123@gmail.com)

Abstract

Struma also known as goiter, is defined as an enlargement of the thyroid gland. The goiter may
extend into the retrosternal space, with and or without substantial anterior enlargement. Because of
the anatomical relationship of the thyroid gland to the trachea, larynx, laryngeal, superior and
inferior nerves, and esophagus, abnormal growth can lead to a variety of comprehensive syndromes.
A 52-year-old woman came to the hospital's outpatient clinic complaining of a lump in the front of
her neck. The patient felt a lump in the front of the neck had been felt for a long time, but it was only
realized that it had grown in the last 2 weeks. Small lumps are getting bigger over time. The patient
admitted that there was no difficulty in breathing or swallowing and there was no disturbance in the
patient's voice, only uncomfortable because there was a lump. Examination of the patient's vital signs,
the general condition of the patient looks good, consciousness compos mentis GCS E4V5M6, pulse 80
times/minute, respiratory rate 20 times/minute, body temperature 36.4 oC, blood pressure 140/80
mmHg and oxygen saturation 98%. On physical examination within normal limits. The localization
status on inspection was an asymmetrical anterior neck mass, round in shape, well demarcated with a
size of about 5x5cm, no signs of acute inflammation. On palpation there is no pain and can be moved
(mobile) and also moves when swallowing, the consistency is soft and supple, not lumpy. Laboratory
examination of the patient's complete blood showed Hb 14.0 g/dL; HCT 42.2%; platelets 325
x103/mL; Leukocytes 6.8 x103/mL; FT4 hormone 9.51 pmol/l; TSH-S 3.57 uIU/ml. On AP chest X-ray
examination, Cor and Pulmo were found within normal limits, ECG examination revealed normo
sinus rythm, FNAB examination revealed Nodular Colloid Goitre. From the anamnesis, physical
examination and supporting examination, the diagnosis of goiter was obtained. Non-medical
management is thyroidectomy. Medical management is the administration of IVFD RL, Inj
Pantoprazole, Inj As. Tranexamate and Inj. Ketorolac.

Keywords: goiter, thyroid gland, thyroidectomy


PENDAHULUAN Peradangan akut dinding kandung
empedu atau disebut juga dengan
Radang kandung empedu (kolesistitis)
kolesistitis akut biasanya terjadi akibat
adalah reaksi inflamasi dinding kandung
sumbatan duktus sistikus oleh batu. Sekitar10 –
empedu yang disertai dengan keluhan nyeri
20% warga Amerika menderita kolelitiasis
perut kanan atas, nyeri tekan dan demam.
(batu empedu) dan sepertiganyajuga menderita
Umumnya kolesistitis akut disebabkan oleh
kolesistitis akut. Penyakit ini lebih sering
adanya batu kandung empedu. Hingga kini
terjadi pada wanita, usia tua dan lebih sering
patogenesis penyakit yang cukup sering
terjadi pada orang kulit putih. Pada wanita,
dijumpai ini masih belum jelas. Walaupun
terutama pada wanita – wanita hamil dan yang
belum ada data epidemiologi penduduk,
mengkonsumsi obat – obat hormonal, insidensi
insiden kolesistitis dan batu empedu
kolesistitis akut lebih sering terjadi. Beberapa
(kolelitiasis) di Indonesia relatif lebih rendah
teori mengatakan hal ini berkaitan dengan
dibandingkan negara-negara barat.
kadar progesteron yang tinggi yang saluran.
menyebabkan statis aliran kandung empedu. Penyakit batu empedu atau Gallstone
Meskipun dikatakan bahwa pasien kolesistitis Disease (Kolelitiasis) adalah penyakit
akut umumnya perempuan, gemuk dan berusia hepatobilier kronis berulang, yang dasarnya
di atas 40 tahun, tetapi menurut Lesman LA, adalah gangguan metabolisme kolesterol,
dkk, hal ini sering tidak sesuai untuk pasien- bilirubin dan asam empedu, yang ditandai
pasien di negara kita. dengan pembentukan batu empedu di saluran
Kolesistitis akut sering berawal empedu hati, saluran empedu umum, atau
sebagai serangan kolik biliaris yang kantong empedu.
memburuk secara progresif. Sekitar 60–70% Kolelitiasis adalah salah satu kelainan
pasien melaporkan adanya Riwayat serangan yang umum di dunia. Prevalensi kolelitiasis
yang sembuh spontan. Namun, seiring dengan sangat bervariasi menurut wilayah. Di negara-
makin parahnya serangan,nyeri kolesistitis akut negara Barat, prevalensi penyakit batu empedu
makin menjadi generalisata di abdomen kanan dilaporkan berkisar dari sekitar 7,9% pada pria
atas. Sepertikolik biliaris, nyeri kolesistitis hingga 16,6% pada wanita.
dapat menyebar ke daerah antarskapula,
Kolelitiasis adalah penyakit
skapulakanan atau bahu. Tanda peradangan
multifaktorial. Salah satu faktor risiko utama
peritoneum seperti peningkatan nyeri dengan
kolelitiasis adalah jenis kelamin, kolelitiasis
penggetaran atau pada pernapasan dalam dapat
lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.
ditemukan. Pasien juga sering mual.
Faktor lainnya adalah usia, gen dan ras. Faktor
Kolesistitis akut merupakan suatu penyakit
tambahan adalah obesitas, penurunan berat
yang dapat mengganggu kualitas hidup pasien.
badan yang cepat, intoleransi glukosa,
Kolelitiasis adalah penyakit batu resistensi insulin, beban glikemik makanan
empedu yang dapat terjadi di dalam tinggi, penggunaan alkohol, diabetes mellitus,
kandung empedu, tetapi batu tersebut dapat hipertrigliseridemia, obat-obatan dan
bermigrasi melalui duktus sistikus kedalam kehamilan. Empat kelompok utama faktor yang
saluran empedu dan disebut sebagai batu berkontribusi pada pembentukan batu empedu
saluran empedu. Sebagian besar batu empedu kolesterol sampai tingkat tertentu dapat
terutama batu kolesterol, terbentuk di dalam diidentifikasi: (1) faktor-faktor yang
kandung empedu. Kandung empedu adalah berkontribusi pada supersaturasi kolesterol
sebuah kantong yang terletak di bawah hati empedu; (2) yang berkontribusi pada pemilihan
yang mengosentrasikan dan menyimpan yang berkontribusi pada pengendapan
empedu sampai ia dilepaskan ke dalam usus. kolesterol dan pembentukan inti kristalisasi; (3)
Kebanyakan batu duktus koledukus berasal yang menyebabkan gangguan kandung empedu
dari batu empedu, tetapi ada juga yang dasar yang mengakibatkan gangguan fungsi
terbentuk primer di dalam saluran empedu. dasar kandung empedu (kontraksi, penyerapan,
Batu empedu bisa terbentuk didalam sekresi, dll); dan (4) yang menyebabkan
saluran empedu jika empedu mengalami gangguan sirkulasi enterohepatik asam
aliran balik karena adanya penyempitan empedu.
Batu empedu kolesterol terbentuk dengan urgensi untuk berjalan, mual dan
terutama karena sekresi berlebihan dan saturasi muntah, serta diaphoresis; dan nyeri jenis ini
kolesterol oleh sel hati; dan hipomotilitas atau biasanya tidak berkurang dengan perut
gangguan pengosongan kandung empedu. Pada kembung atau buang air besar.
batu empedu berpigmen, kondisi dengan Adanya demam, takikardia persisten,
pergantian heme yang tinggi, bilirubin dapat hipotensi, atau ikterus pada temuan klinis,
hadir dalam empedu pada konsentrasi yang memerlukan pencarian komplikasi kolelitiasis,
lebih tinggi dari biasanya. Bilirubin kemudian termasuk kolesistitis, kolangitis, pankreatitis,
dapat mengkristal dan akhirnya membentuk atau penyebab sistemik lainnya.
batu.
Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda
Manifestasi kolelitiasis biasanya tidak bisa tampak seperti ikterus dan nyeri tekan
spesifik dan tidak berhubungan dengan kuadran kanan atas saat palpasi abdomen.
keberadaan batu empedu. Mereka termasuk Tanda Murphy yang positif juga dapat
mulas terisolasi, regurgitasi asam, bersendawa, diperoleh. Batu empedu dalam saluran
mual, muntah, kembung, perut kembung, nyeri empedu bisa mengakibatkan infeksi hebat
dada, rasa kenyang postprandial atau rasa saluran empedu (kolangitis). Jika saluran
kenyang dini, dan perut kembung. Nyeri empedu tersumbat, maka bakteri akan
viseral berasal dari benturan batu, atau tumbuh dan dengan segera menimbulkan
mikrolitiasis di duktus kistik atau ampula infeksi di dalam saluran empedu. Bakteri
Vater. Kondisi ini menyebabkan distensi dan bisa menyebar melalui aliran darah dan
kontraksi dari kantong empedu dan saluran menyebabkan infeksi dibagian tubuh lainnya.
empedu. Peningkatan tekanan yang terputus- Dengan adanya infeksi dapat menyebabkan
putus di kantong empedu mengaktifkan neuron kerusakan dinding kandung empedu, sehingga
sensorik viseral. Nyeri akan berkurang jika aliran empedu menjadi statis yang
batu bergerak kembali ke lumen kandung meningkatkan pembentukan batu empedu.
empedu, melewati ampula ke dalam
Insiden kolelitiasis di negara barat
duodenum, atau kembali ke saluran empedu
sekitar 20% dan banyak menyerang orang
komunis.
dewasa dan lanjut usia.
Rasa sakit akan berkembang sebagai
Kebanyakan kolelitiasis tidak
ketidaknyamanan yang intens dan tumpul, baik
bergejala atau bertanda. Gejala yang umum
terus menerus atau terputus-putus, dengan
muncul pada pasien kolelitiasis: nyeripada
episode nyeri mulai dari jam hingga tahun.
epigastrium, nyeri pada perut kuadran kanan
Selama episode nyeri, beberapa gejala
atas. Reaksi infeksi lebih sering terjadi pada
gastrointestinal non-spesifik dapat terjadi,
saat ada sumbatan batu dibanding proses
termasuk 60% kasus dimanifestasikan sebagai
infeksi yang mendasari terjadinya proses
nyeri menjalar ke sudut skapula atau bahu dan
pembentukan batu itu sendiri. Tiap tahun
kurang dari 10% kasus ke daerah retrosternal.
500.000 kasus baru daribatu empedu
Di sisi lain, pada dua pertiga pasien ditemukan di Amerika serikat, diperkirakan
mengalami nyeri kolik yang berhubungan sekitar 20 juta orang di Amerika Serikat
menderita kolelitaisis dengan prevalensi 5 juta fisik dalam batas normal. Status lokalisasi pada
pria dan 15 juta pada wanita. Di Indonesia inspeksi terdapat benjolan di ulu hati (regio
kolelitiasis baru mendapat perhatian klinis, epigastrica), berdiameter +/- 3 cm, pada palpasi
sementara untuk publikasi penelitian nyeri tekan (+), murphy sign (+), pada
kolelitiasis masih terbatas. auskultasi bising usus normal, pada perkusi

LAPORAN KASUS abdomen dalam batas normal.


Pemeriksaan laboratorium darah lengkap
Seorang laki-laki berinisial S dengan
pasien menunjukkan hasil Hb 10 g/dL; HCT
usia 55 tahun datang ke IGD Rumah Sakit
28,7 %; trombosit 186 x 103/mL; Leukosit 8,6
Umum Daerah Sayidiman Magetan dengan
x 103/mL. Pemeriksaan kimia klinik gula darah
keluhan nyeri pada perut bagian kanan atas
puasa 133 mg/dL, gula darah sewaktu adalah
dan nyeri ulu hati sejak semalam, serta adanya
128 mg/dL, HbA1C 7,3%. SGOT 18 U/L,
benjolan pada perut kanan atas sejak 3 bulan
SGPT 23 U/L, Albumin 3,7, BUN 13,69
yang lalu. Pasien merasa nyeri menjalar
mg/dL, Asam urat 6,60 mg/dL, Creatinin 1,60
hingga ke bahu kanan, nyeri hilang-timbul dan
mg/dL. Pemeriksaan serum elektrolit
perut nyeri apabila ditekan. Keluhan disertai
menunjukkan Natrium 138 mmol/L, Kalium
mual namun tidak sampai muntah. Keluhan
3,20 mmol/L, Clorida 103 mmol/L, HbsAg
lain seperti demam, pusing, batuk, pilek, sesak
Non Reaktif. Waktu Protombin 13.24 Detik;
disangkal.
APTT 29.78 Detik. Pemeriksaan laboratorium
Riwayat sakit serupa diakui, yaitu pada
serum elektrolit Natrium 146 mmol/L, Kalium
tanggal 26 Agustus 2021 pasien pernah berobat
3,10 mmol/L, dan Clorida 106 mmol/L.
ke rumah sakit dengan keluhan yang sama dan
Pemeriksaan Imunologi Rapid test antigen
dilakukan pemeriksaan USG, namun hasil
SARS Cov-2: Negatif.
USG menunjukkan keadaan normal, riwayat
Sebelumnya pada tahun 2020 pasien
alergi disangkal, riwayat penyakit serupa yang
pernah melakukan pemeriksaan laboraturium
diderita oleh keluarga disangkal, riwayat
kimia darah (lemak) menunjukkan kolesterol
penyakit-penyakit lain yang diderita sekarang
total 219 mg/dL, trigliserida 676 mg/dL, LDL
maupun masa lampau diakui, yaitu penyakit
kolesterol 133 mg/dL.
jantung kronis dan diabetes melitus. Pasien
Pemeriksaan EKG : normo sinus rythm.
memiliki riwayat penyakit diabetes melitus
Foto thorax AP cor : ukuran normal, Pulmo
selama kurang lebih 2 tahun, dan riwayat
D/S: Tidak tampak infiltrat/fibrosis/kalsifikasi,
sering makan malanan berlemak, riwayat
hilus normal, vaskular normal. Hemidiafragma
trauma disangkal, dan riwayat penyakit serupa
D/S : Dome shaped. Sinus Costophrenicus
di lingkungan sekitar pasien disangkal.
D/S : Tajam. Kesan : Cor dan Pulmo dalam
Pemeriksaan tanda vital pasien keadaan
batas normal.
umum pasien tampak baik, kesadaran compos
mentis GCS E4V5M6, denyut nadi 88
kali/menit, respiratory rate 20 kali/menit, suhu
tubuh 36,5 0C, tekanan darah 176/82 mmHg
dan saturasi oksigen 98%. Pada pemeriksaan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang pasien dapat
disimpulkan untuk diagnosis kerja yaitu
kolesistitis dan kolelitiasis. Penatalaksanaan
non medikametosa yaitu direncanakan untuk
dilakukan pembedahan laparotomi.
Penatalaksaan medikamentosa yaitu pemberian
Gambar 1. Rontgen Thorax pasien IVFD RL 20 tpm, Inj Ceftriaxone 3x1gr, Inj
Pantoprazol 2x40mg (Topazol), Inf.
Pemeriksaan foto BOF 2 poisi : pre Metronidazole 3x1, Inj. Ketorolac 2x1, Inf.
peritoneal fat line D/S : baik. Psoas line D/S : KCl 50 mEq dalam PZ 500 mg 16 tpm.
simetris. Kontur hepar lien : normal. Kontur Setelah pemeriksaan laboratorium darah,
ren D/S : sulit dievaluasi. Distribusi udara termasuk rapid tes menunjukkan hasil yang
usus : merata dengan fecal material prominen. baik. Pasien dipuasakan, dan dikonsulkan
Tidak tampak gambaran herring bone dan step dokter spesialis anastesi, lalu dilakukan pre-
ladder sign, tidak tampak gambaran udara OP pada pasien, pasien diberi injeksi
bebas. Kesimpulan : tidak tampak gambaran ceftriaxone 2g, lalu dilakukan tindakan
ileus maupun pneumoperitoneum. pembedahan yaitu laparotomi eksplorasi dan
Pemeriksaan USG abdomen didapatkan kolesistektomi dengan tujuan untuk
hepar : ukuran normal, sudut tajam, permukaan menjangkau organ sumber permasalahan dan
rata, intensitas echoparenchym homogen menyingkirkannya.
normal, system porta hepatic vein/biliary duct Proses operasi diawali dengan
tidak melebar, nodul/kista/abses (-). Gall laparotomi mediana superior, kemudian
bladder : ukuran normal, dinding menebal ditemukan omentum yang menyelimuti vesica
(0,51 cm), sludge (+). Pankreas : ukuran fellea. Nampak adanya cairan cairan
normal, echoparenchym homogen tidak tampak seropurulent di sekitar vesica fellea. Vesica
kalsifikasi. Lien : ukuran normal tepi tajam, fellea dievaluasi, ditemukan dalam keadaan
permukaan rata, echoparenchym homogen penuh, membengkak serta meradang,
tidak tampak nodul maupun kista, vena lienalis kemudian dilakukan kolesistektomi dan
tidak melebar. Ren D/S : ukuran normal, dilakukan pemeriksaan histopatologi anatomi
echocortex tidak meningkat, pelvic calyceal vesica fellea.
system D/S tidak melebar, batas cortex medulla
tegas, tidak tampak batu/kista/nodul. Vesica
urinaria : dinding tidak menebal, regular,
batu/massa (-). Prostat : ukuran membesar
ringan, volume sekitar 30 cc. tidak tampak
cairan bebas di cavum abdomen. Kesimpulan :
kolesistitis akut disertai sludge gall blader dan
prostat hypertrophy ringan (volume sekitar 30 Gambar 2. Vesica fellea pasca kolesistektomi
cc).
Hasil pemeriksaan histopatologi anatomi adalah darah lengkap dan kimia klinik,
menunjukkan : Makroskopik : jaringan gall pemeriksaan EKG, Rontgen Thorax dan
blader, berat 150 gram, ukuran panjang 12 cm, Rontgen BOF 2 posisi, serta USG abdomen.
diameter 5 cm, pada irisan berisi cairan lender, Pada pemeriksaan darah lengkap dan kimia
permukaan dalam halus. Mikroskopik : klinik didapatkan adanya dislipidemia.
potongan gall blader, epitel mukosa atrofi, Pemeriksaan EKG dalam batas normal.
lamina propria dengan sebaran sel radang pemeriksaan Rontgen Thorax dalam batas
limfosit. Tidak tampak tanda keganasan. normal, pemeriksaan BOF 2 posisi tidak
Kesimpulan : Cholesistitis kronik. tampak gambaran ileus maupun
Setelah dilakukan pembedahan dan pneumoperitoneum, serta USG menunjukkan
dilakukan histopatologi anatomi maka adanya kolesistitis akut disertai gall blader
didapatkan diagnosis etiologi : kolesistitis dan sludge (+).
kolelitiasis. Keadaan umum pasien post-OP Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik
baik, tanda vital baik. Setelah 12 jam post-OP dan pemeriksaan penunjang di dapatkan
dilakukan perawatan luka, lalu dilanjutkan tiap diagnosis kolesistitis dan kolelitiasis.
sehari sekali. Setelah 6 hari post-OP pasien Diagnosis banding koledokolitiasis dan
diperbolehkan pulang dan kontrol sesuai kolangitis.
jadwal untuk evaluasi luka, pemberian obat, Saat ini pilihan pengobatan utama
dan perawatan luka. pembedahan laparoskopi kolesistektomi dan

PEMBAHASAN terapi antibiotic pilihan sefalosporin generasi

Pada kasus seorang laki-laki berinisial S ke-3 yaitu pada kasus ini diberikan Ceftriaxone

dengan usia 55 tahun datang ke IGD Rumah 3x1 gram.

Sakit Umum Daerah Sayidiman Magetan KESIMPULAN


Seorang laki-laki berusia 55 tahun
dengan keluhan nyeri pada perut bagian kanan
datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan
atas dan nyeri ulu hati sejak semalam, serta
nyeri perut. Dari hasil anamnesis,
adanya benjolan pada perut kanan atas sejak 3
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
bulan yang lalu.
di dapatkan diagnosis kolesistitis dan
Diagnosis kolesistitis dan kolelitiasis
kolelitiasis. Selanjutnya dilakukan persiapan
diperlukan anamnesis dan pemeriksaan yang
operasi laparotomi kolesistektomi.
sistematis. Pada pasien nyeri perut menjalar
hingga ke bahu kanan dan hilang-timbul.
Kolelitiasis adalah penyakit batu
Terdapat benjolan di perut sejak 3 bulan yang
empedu yang dapat terjadi di dalam
lalu, yang disertai mual. Pemeriksaan fisik
kandung empedu, tetapi batu tersebut dapat
dalam batas normal. Pemeriksaan status lokalis
bermigrasi melalui duktus sistikus kedalam
pada inspeksi terdapat benjolan di ulu hati
saluran empedu dan disebut sebagai batu
(regio epigastrica), berdiameter +/- 3 cm, pada
saluran empedu. Sebagian besar batu empedu
palpasi nyeri tekan (+), murphy sign (+), pada
terutama batu kolesterol, terbentuk di
auskultasi bising usus normal, pada perkusi
dalam kandung empedu.
abdomen dalam batas normal.
Radang kandung empedu (kolesistitis)
Pemeriksaan untuk menunjang diagnosis
adalah reaksi inflamasi dinding kandung perut kanan atas, nyeri tekan dan demam.
empedu yang disertai dengan keluhan nyeri

DAFTAR PUSTAKA

Chung AY, Duke MC (2018) Acute biliary


disease. Surg Clin North Am 98(5):
877-894.
European Association for the Study of the
Liver (2016) EASL clinical practice
guidelines on the prevention,
diagnosis and treatment of
gallstones. Journal of Hepatology
65: 146-181.
Internal Clinical Guideline Teams. Gallstone
Disease:Diagnosis and
Management of Cholelithiasis,
Cholecystitis, and
Choledocholithiasis. London:
National Institute for Health and
Care Excellence (UK). 2014.
Lesmana LA. Penyakit Batu Empedu. Dalam :
Setiati S, et al. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI.
Jakarta: Interna Publishing, 2015.
hal 2020-5.

Sjamsuhidajat, R., 2016. Buku Ajar Ilmu


Bedah. Jakarta: EGC.

Sudoyo W. Aru, Setiyohadi B, Alwi I,


Simadibrata M, Setiasi S, Syam., Ari
Fahrial. 2009. “Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi VI”.
Jakarta: Interna Publishing.

Anda mungkin juga menyukai