Anda di halaman 1dari 17

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

SEORANG PEREMPUAN 56 TAHUN DENGAN DIARE KRONIS

HALAMAN JUDUL

PENYUSUN

Yesya Melin Merari, S.Ked.


J510215305

PEMBIMBING

dr. Mohamad Ananto C., Sp.PD

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS
CASE REPORT
Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : Seorang Perempuan 56 tahun dengan Diare Kronik

Penyusun : Yesya Melin Merari, S. Ked (J510215305)

Pembimbing : dr. Mohamad Ananto C., Sp.PD.

Magetan, 1 Agustus 2023


Penyusun,

Yesya Melin Merari, S. Ked

Menyetujui,
Pembimbing

dr. Mohamad Ananto C.,


Sp.PDrasetyawati,
Mengetahui, Sp. PD
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran FK UMS

dr. Sulistyani, Sp. N


LAPORAN KASUS : SEORANG PEREMPUAN USIA 56 TAHUN DENGAN DIARE
KRONIK
CASE REPORT : A 56 YEAR-OLD WOMAN WITH CHRONIC DIARRHEA
Yesya Melin Merari, S.Ked*, dr. Mohamad Ananto C, Sp.PD**
* Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
** Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD dr. Sayidiman Magetan

ABSTRAK
Kolitis adalah peradangan akut atau kronik pada kolon yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik
akibat infeksi maupun non-infeksi. Secara umum colitis masuk ke dalam Inflammatory bowel yaitu penyakit inflamasi
kronik yang melibatkan saluran cerna, bersifat remisi dan relaps/kambuhan. Jenis Inflammatory bowel disease lainnya
yaitu Crohn disease dan Inflammatory bowel disease type unclassified (indeterminate colitis). Gejala kolitis tergantung
pada luas dan beratnya inflamasi yang terjadi. Perdarahan rektal yang nyata dan tenesmus selalu ada, dan dapat
menjadi satu-satunya gejala pada pasien dengan proktitis saja. Apabila kolon proksimal telah terlibat, terdapat keluhan
diare dan nyeri perut. Mual dan penurunan berat badan menunjukkan penyakit yang lebih berat. Pemberian antibiotik
misalnya metronidazole dosis terbagi 1500 – 3000 mg per hari dikatakan cukup bermanfaat menurunkan derajat
aktivitas penyakit. Antibiotik diberikan dengan latar belakang bahwa salah satu agen proinflamasi disebabkan oleh
bakteri intraluminal.
Kata kunci: Kolitis, Metronidazole, Inflammatory Bowel Disease

ABSTRACT
Colitis is an acute or chronic inflammation of the colon which can be caused by various diseases, both infectious and
non-infectious. In general, colitis is included in the Inflammatory Bowel, which is a chronic inflammatory disease that
involves the digestive tract, is remitting and relapses. Other types of Inflammatory Bowel Disease are Crohn's disease
and Inflammatory Bowel Disease type unclassified (indeterminate colitis). Symptoms of colitis depend on the extent
and severity of the inflammation that occurs. Marked rectal bleeding and tenesmus are always present, and may be
the only symptoms in patients with proctitis alone. When the proximal colon is involved, there are complaints of
diarrhea and abdominal pain. Nausea and weight loss indicate more severe disease. Administering antibiotics such as
metronidazole in divided doses of 1500 – 3000 mg per day is said to be sufficient to help reduce the degree of disease
activity. Antibiotics are given against the background that one of the proinflammatory agents is caused by intraluminal
bacteria.
Keywords: Colitis, Metronidazole, Inflammatory Bowel Disease
PENDAHULUAN BAB cair. Keluhan disertai dengan nyeri
Kolitis adalah peradangan akut atau perut disertai bab cair secara terus-menerus
kronik pada kolon yang dapat disebabkan tidak ada ampas, tidak ada lendir maupun
oleh berbagai penyakit baik akibat infeksi darah, BAB cair berwarna coklat, keluhan ini
maupun non-infeksi. Secara umum colitis sudah dialami sejak dua minggu SMRS.
masuk ke dalam Inflammatory bowel yaitu Sebelum BAB cair pasien mengeluhkan
penyakit inflamasi kronik yang melibatkan perutnya kadang sakit tetapi diabaikan.
saluran cerna, bersifat remisi dan Selama sakit pasien mengatakan bahwa
relaps/kambuhan. Jenis Inflammatory bowel dalam sehari bisa BAB cair sebanyak 10x-
disease lainnya yaitu Crohn disease dan 20x per harinya. Keluhan lain yang dirasakan
Inflammatory bowel disease type unclassified yaitu mual, muntah sebanyak lima kali
(indeterminate colitis). Secara global setelah makan sehingga pasien tidak nafsu
dikatakan bahwa insidens IBD adalah 10 untuk makan dan juga perut terasa begah.
kasus per 100.000 penduduk, Kolitis Pasien juga merasa pusing cekat cekot, tidak
Ulseratif 2.2–14.3 kasus per 100.000 kuat duduk dan lemas. Pasien
penduduk. Terdapat faktor yang diduga mengatakan BAK biasa. Pasien juga
berperan dalam terjadinya kolitis yaitu faktor mengatakan tidak nafsu untuk makan. Pasien
genetik, imunologis, infeksi, psikologis dan mengatakan tidak pernah mengalami keluhan
linkungan atau kebiasaan. Pada kolitis dapat serupa.
ditemukan ulserasi mukosa superfisial,
Riwayat penyakit dahulu seperti penyakit
dengan manifestasi klinis perdarahan rektal,
serupa, Hipertensi, Dislipidemia, PJK,
diare kronis, dan nyeri perut.
Gangguan ginjal, ISPA, Alergi, asma,
Penatalaksanaan colitis sejatinya tidak hanya
hiperurisemia, ISK tidak pernah dialami oleh
berupa terapi medis melainkan harus melalui
pasien.
tiga pendekatan yakni rencana diagnostik,
rencana terapeutik dan rencana edukasional. Keluarga pasien tidak memiliki keluhan
serupa, riwayat penyakit keluarga yang lain
seperti Hipertensi, Dislipidemia, PJK,
LAPORAN KASUS
Gangguan ginjal, ISPA, Alergi, Asma,
Seorang perempuan inisial Ny. S datang ke
Hiperurisemia, ISK, DM juga tidak dialami
IGD RSUD dr. Sayidiman Magetan pada
oleh keluarga pasien.
tanggal 27 Juni 2023 dengan keluhan utama
Pasien mengatakan tinggal di lingkungan Selanjutnya dilakukan pemeriksaan status
yang cukup bersih. Keseharian pasien hanya generalis pasien didapatkan hasilnya yaitu
dirumah saja sebagai Ibu Rumah Tangga. pada pemeriksaan kepala/leher didapatkan
Pasien sehari-hari dirumah hanya bentuk kepala normocephal, jejas (-),
beraktivitas ringan. Pasien tinggal dengan konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-),
anak dan cucunya. udem palpebra (-/- ), wajah udem (-), wajah
simetris (+), papil lidah atropi (-),
Pasien dan keluarga tidak memiliki kebiasaan
pembesaran kgb (-), jvp meningkat (-),
merokok, minum alkohol, jamu ataupun obat
pembesaran tiroid (-).
warung.
Pemeriksaan paru-paru didapatkan pada
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum
inspeksi bentuk dada normal, simetris,
pasien terlihat sakit/lemas. GCS pasien
retraksi dinding dada (-). Palpasi paru-paru
compos mentis (E4V5M6). Berat badan
didapatkan fremitus (+) dan ketertinggalan
pasien adalah 46 kg dan tinggi badan pasien
gerak (-). Perkusi paru-paru didapatkan sonor
adalah 150 cm. Berdasarkan berat badan dan
(+/+), dan pada auskultasi paru-paru
tinggi badan pasien didapatkan IMT pasien
didapatkan SDV (+/+) , RH (-/-), WH (-/-).
adalah 20.4 (Normal).
Pada pemeriksaan jantung didapatkan pada
Vital sign saat pemeriksaan pasien di IGD
inspeksi ictus cordis tidak tampak. Palpasi
didapatkan tekanan darah pasien adalah
jantung didapatkan ictus cordis teraba/kuat
128/73, heart rate adalah 75x/menit,
angkat. Perkusi jantung didapatkan batas
respiratory rate adalah 20x/menit, suhu
jantung atas terletak di SIC II parasternal
adalah 36.0ºC, dan SpO2 adalah 98%.
sinistra, batas kanan jantung terletak di SIC
Setelah pasien melalui tahap observasi di
IV garis parasternal dextra, batas kiri jantung
triase IGD, pasien dipindahkan di bangsal
terletak di SIC IV garis midclavicula sinistra.
ilmu penyakit dalam yaitu sadewa dan
Pada auskultasi jantung didapatkan S1/S2
dilakukan pemeriksaan fisik kembali.
tunggal, regular, bising jantung (-) gallop (-).
Pemeriksaan vital sign di bangsal ilmu
penyakit dalam didapatkan tekanan darah Pada pemeriksaan abdomen didapatkan pada
pasien adalah 120/60, heart rate adalah inspeksi jejas (-) dan distensi abdomen (-).
75x/menit, respiratory rate adalah 20x/menit, Pada auskultasi abdomen didapatkan bising
suhu adalah 36,5ºC, dan SpO2 adalah 96%. usus (+) normal. Palpasi abdomen nyeri tekan
abdomen (+). Perkusi abdomen didapatkan Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan
suara Timpani (+). pada ekstremitas superior: akral hangat (+/+),
edema (-/-), CRT < 2 detik.

Problem Oriented Medical Record (POMR)

No Cue and Clue Problem Initial Planning Planning Monitoring


List Diagnosis Daignosis Tatalaksana
1 Tn.S/L/50th 1. CKD - - Non farmakologi: 1. TTV dan
S : sesak Stage Diet rendah protein, rendah KU
• Kaki bengkak V garam, balance cairan 2. Cek
+ 2 bulan Farmakologi : DL/24 jam
hilang timbul 1. Asam Folat 1x1
tanpa nyeri
atau panas
O:
• Pitting oedem
(+/+) grade I
• Kreatinin :
12.5 (eGFR :
4)
• BUN : 178.64

2 Tn.S/L/50th 2. Gout 2.1 Hiperuri - Non – farmakologi 1.TTV dan


S: Arthriti semia 1. Penatalaksanaan gizi KU
• Nyeri s • Pembatasan asupan 2.Monitorin
persendian makanan yang g UIO
lutut, jari kaki mengandung purin 3.Pemeriks
dan tangan tinggi seperti jeroan, aan fungsi
- daging, ikan teri, ginjal
O: sarden, dll
• Topus di • Menghindari konsumsi
metacarpo- minuman tinggi gula
phalangeal dan minuman
joint (+/+) beralkohol
dan articulatio • Menurunkan berat
genu (+/+) badan jika menderita
• Asam Urat : obesitas
13.9 Farmakologi
• Allopurinol 0 – 0 – 1
3. Tn.S/L/50th 3. Anemia 3.1 Anemia Pemeriksa Non – farmakologi Monitor
S: normos normositik an • Tirah baring KU, TTV,
- Lemas itik normokromi retikulosit • Asupan cairan dan DL, cek
O: normok k ec nutrisi yang adekuat perbaikan
- Bibir romik defisiensi Farmakologi tanda klinis
pucat (+) erithropoeiti • Asam folat 1x1
Pemeriksaan lab: n
- Hb : 7,8
- Hct : 11,5
4. Tn.S/L/50th 4. Hiperka - - Farmakologi KU dan
S:- lemia • Kalitake 3x1 target
O: tujuan
Kalium: 5,13 kalium 3,5-
5
PEMBAHASAN saja (hospital based). Simadibrata
dari Jakarta pada tahun 2002
DEFINISI
melaporkan 5.2% kasus Penyakit
Kolitis adalah peradangan akut atau
Crohn dan Kolitis Ulseratif dari
kronik pada kolon yang dapat
seluruh total kasus kolonoskopi yang
disebabkan oleh berbagai penyakit
dilakukan di RS Cipto
baik akibat infeksi maupun non-
Mangunkusumo. Dari data di unit
infeksi. Secara umum colitis masuk
endoskopi pada beberapa rumah sakit
ke dalam Inflammatory bowel disease
di Jakarta (RSCM, RS Tebet, RS
(IBD) yaitu penyakit inflamasi kronik
Siloam Gleaneagles, RS Jakarta)
yang melibatkan saluran cerna,
terdapat kesan bahwa kasus IBD
bersifat remisi dan relaps/kambuhan.
berkisar 12.2% kasus yang dikirim
Jenis Inflammatory bowel disease
dengan diare kronik, 3.9% kasus
(IBD) lainnya yaitu Crohn disease
hematoschezia, 25.9% kasus diare
dan Inflammatory bowel disease
kronik, berdarah dan nyeri perut,
(IBD) type unclassified
sedangkan pada kasus nyeri perut
(indeterminate colitis).
didapatkan sekitar 2.8%. Data ini juga
ETIOLOGI
menyebutkan bahwa secara umum,
Sekitar satu hingga dua juta orang di
kejadian Kolitis Ulseratif lebih
Amerika Serikat diperkirakan
banyak daripada kasus Penyakit
mengalami Kolitis Ulseratif ataupun
Crohn.
Penyakit Crohn’s, dengan insindens
Secara global dikatakan
berkisar 70-150 kasus per 100.000
bahwa insidens IBD adalah 10 kasus
individu. Sedangkan di Eropa,
per 100.000 penduduk, Kolitis
insidens Kolitis Ulseratif berkisar 7.3
Ulseratif 2.2–14.3 kasus per 100.000
kasus per 100.000 penduduk dan
penduduk dan Penyakit Crohn 3.1–
insidens Penyakit Crohn sekitar 5.8
14.6 kasus per 100.000 penduduk dari
kasus per 100.000 penduduk. Di
seluruh total kasus kolonoskopi yang
Indonesia sendiri belum ada studi
dilakukan di RS Cipto
epidemiologi mengenai IBD, data
Mangunkusumo. Dari data di unit
masih didasarkan laporan rumah sakit
endoskopi pada beberapa rumah sakit
di Jakarta (RSCM, RS Tebet, RS colitis radiasi, colitis iskemik,
Siloam Gleaneagles, RS Jakarta) colitis non spesifik (simple
terdapat kesan bahwa kasus IBD kolitis)
berkisar 12.2% kasus yang dikirim FAKTOR RISIKO
dengan diare kronik, 3.9% kasus Terdapat beberapa faktor yang di
hematoschezia, 25.9% kasus diare anggap berperan dalam terjadinya
kronik, berdarah dan nyeri perut, kolitis yaitu:
sedangkan pada kasus nyeri perut 1. Faktor Genetik
didapatkan sekitar 2.8%. Data ini juga Tidak dapat disangkal bahwa faktor
menyebutkan bahwa secara umum, genetik dapat berperan dalam
kejadian Kolitis Ulseratif lebih terjadinya kolitis, faktor yang lebih
banyak daripada kasus Penyakit tinggi terjadi pada anak kembar dan
Crohn. Secara global dikatakan adanya keterlibatan familial.
bahwa insidens IBD adalah 10 kasus 2. Faktor Infeksi
per 100.000 penduduk, Kolitis Infeksi virus, bakteri atau parasit dari
Ulseratif 2.2–14.3 kasus per 100.000 makanan, minuman atau tangan yang
penduduk dan Penyakit Crohn 3.1– kotor, umumnya : Shigella, E. Coli,
14.6 kasus per 100.000 penduduk. Salmonella dan Campylobacter.
KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI Amuba juga dapat menyebabkan
Berdasarkan penyebabnya secara kolitis (menyebabkan diare darah,
umum colitis dapat diklasifikasiakn demam dan dehidrasi) dan Parasit :
sebagai berikut: Giardia.
 Kolitis Infeksi: misalnya 3. Faktor imunologik
shigellosis, colitis Teori bahwa mekanisme imun dapat
tuberculosis, colitis amoeba, terlibat didasarkan pada konsep
colitis pseudomembran, bahwa manifestasi ekstraitestinal
colitis karena virus/bakteri/ yang dapat menyertai (misalnya
parasite arthritis, perikolangitis) dapat
 Kolitis non infeksi: misalnya mewakili proses autoimun dan zat
colitis ulseratif, penyakit teurapetik tersebut, seperti
crohn’s, colitis mikroskopik, glukokortikoid dapat menunjukan
efek melalui mekanisme Gejala kolitis tergantung pada
imunosupresif. luas dan beratnya inflamasi yang
4. Faktor Psikologis terjadi. Perdarahan rektal yang nyata
Stres psikologi mayor (ex : dan tenesmus selalu ada, dan dapat
kehilangan seorang anggota menjadi satu-satunya gejala pada
keluarga), rentan terhadap stres emosi pasien dengan proktitis saja. Apabila
yg dapat merangsang penyakit kolon proksimal telah terlibat,
Kolitis. terdapat keluhan diare dan nyeri
5. Faktor Lingkungan/Kebiasaan perut. Mual dan penurunan berat
Komponen diet seperti asam lemak badan menunjukkan penyakit yang
rantai panjang, protein dan lebih berat.
karbohidrat, antibiotik, dan infeksi Nyeri perut yang berat atau
patogen berperan dalam patogenesis demam mengarahkan diagnosis pada
dengan mengubah mikrobiota usus, kolitis fulminan atau megakolon
meningkatkan permeabilitas usus dan toksik. Tanda kolitis ulseratif
merangsang inflamasi usus meliputi nyeri tekan abdomen ringan
MANIFESTASI KLINIS di daerah hipogastrium atau kuadran
Gejala utama kolitis adalah diare, kiri bawah. Tanda adanya malnutrisi
perdarahan rektal, tenesmus, adanya dapat terjadi. Nyeri tekan yang berat,
lendir, dan nyeri perut. Walau kolitis demam atau takikardi menunjukkan
dapat muncul secara akut, gejala penyakit fulminan
biasanya telah ada selama beberapa PATOGENESIS DAN
minggu hingga tahun. Terkadang PATOFISIOLOGI
diare dan perdarahan jarang dan Secara umum, diperkirakan bahwa
ringan sehingga pasien tidak mencari proses patogenesis diawali adanya
pengobatan. infeksi, toksin, produk bakteri atau
Manifestasi ekstraintestinal diet intralumen kolon pada individu
meliputi demam, anemia, artralgia, rentan dan dipengaruhi oleh faktor
penurunan berat badan, keterlibatan genetis, defek imun, lingkungan
mata (episkleritis, uveitis) dan sehingga terjadi kaskade proses
eritema nodosum. inflamasi pada dinding usus.
Banyak mediator inflamasi Pada Kolitis Ulseratif, proses
telah dikenali dalam patogenesis peradangan dimulai di rektum dan
seperti sitokin yang dilepaskan oleh meluas ke proksimal secara kontinu
makrofag sebagai respons terhadap sehingga secara umum dapat
berbagai stimulus antigenik akan melibatkan seluruh bagian kolon.
berikatan dengan beragam reseptor Lesi biasanya hanya melibatkan
dan menghasilkan efek autokrin, lapisan mukosa dan submukosa usus.
parakrin, dan endokrin. Sitokin Inflamasi hampir tidak pernah terjadi
mengubah limfosit menjadi sel T di daerah usus halus kecuali jika di
dimana sel T helper-1 (Th-1) ileum terminalis juga terdapat
berperan dalam patogenesis Crohn peradangan. Keterlibatan rektum
Disease dan sel T-helper 2 (Th-2) hampir selalu terjadi pada Kolitis
berperan dalam Kolitis Ulseratif. Ulseratif, tidak adanya skip area
Respons imun ini akhirnya akan yakni area normal di antara daerah
merusak mukosa saluran cerna dan lesi menjadi penanda khas Kolitis
memicu terjadinya kaskade proses Ulseratif sehingga dapat dijadikan
inflamasi kronik. pembeda dengan Crohn Disease.

Gambar 1. Dasar Patofisiologis


DIAGNOSIS keluarga. Kemudian pemeriksaan
Secara umum penegakan diagnosis fisik dapat ditemukan sesuai dengan
didasarkan pada anamnesis akurat kondisi pasien dapat ditemukan nyeri
adanya perjalanan penyakit yang akut tekan abdomen, demam, takikardi,
disertai eksaserbasi kronik-remisi hingga penurunan berat badan.
diare, kadang berdarah,nyeri perut, Pemeriksaan lanjutan yang dapat
serta ada Riwayat penyakit di dalam mendukung diagnosis yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium kurang dari 1cm, ulkus dalam, bentuk
Pemeriksaan laboratorium linier (longitudinal).
yang dapat dilakukan adalah 3. Radiologi
pemeriksaan kadar leukosit, Pemeriksaan radiologi foto
hemoglobin, LED, trombosit, kadar polos abdomen dapat melengkapi
serum iron, C-reative protein. Tidak endoskopi. Foto polos abdomen
ada parameter spesifik, sebagian secara sederhana dapat mendeteksi
besar hanya parameter proses adanya dilatasi toksik yaitu tampak
inflamasi secara umum atau dampak lumen usus yang melebar tanpa feses
sistemik akibat proses inflamasi didalamnya. Apabila terjadi perforasi
gastrointestinal yang mempengaruhi usus maka dengan foto polos dapat
proses absorpsi. dideteksi adanya pneumoperitoneum,
2. Endoskopik terutama pada foto abdomen posisi
Pemeriksaan endoskopik tegak atau left lateral decubitus
mempunyai peranan penting dalam (LLD) maupun pada fotot thoraks
penegakan diagnosis dengan akurasi tegak.
kolonoskopi sekitar 89%. Pada 4. Ultrasonografi (USG)
dasarnya colitis merupakan penyakit Pemeriksaan USG pada
melibatkan mukosa kolon secara pasien colitis dapat ditemukan
difus dan kontinu, dimulai dari penebalan dinding usus yang simetris
rectum dan menyebar ke proksimal. dengan kandungan lumen kolon yang
Gambaran lesi endoskopik yang dapat berkurang. Mukosa kolon yang
ditemukan lesi inflamasi (hiperemis, terlibat tampak menebal dan
ulserasi, dll) bersifat kontinu, berstruktur hpoekoik akibat dari
kterlibatan rectum, lesi mudah edema. Berkurangnya Gerakan
berdarah, kadang ditemukan peristaltic dan hilangnya haustra
cobblestone appearance/pseudopolip. kolon.
Sifat ulkus terdapat pada mukosa 5. Histopatologi
yang inflamasi, terkadang lesi ulkus Spesimen dapat diambil
bersifat diskrit. Bentuk ulkus rata-rata melalui biopsy maupun pada saat
operasi. Namun, pengambilan
spesimen pada saat operasi memiliki dengan panjang kolon yang terlibat.
nilai diagnostic lebih tinggi Lesi mukosa bersifat difus dan
dibandingkan melalui biopsi. terutama hanya melibatkan lapisan
Gambaran yang dapat ditemukan mukosa
pada colitis adanya abses kripte, 2. Crohn disease
distorsi kripte, infiltrasi sel Proses inflamasi pada crohn
mononukleus dan polimorfonukleardi disease bersifat transmural,
lamina propia. melibatkan semua lapisan dinding
DIAGNOSIS BANDING usus, sehingga meningkatkan risiko
1. Kolitis ulseratif perforasi dapat berkembang
Inflamasi pada colitis ulseratif menimbulkan proses fibrosis,
terbatas pada lapisan mukosa kolon fistulasi, abses dan striktur. Pada
saja. Rectum hamper selalu terlibat crohn disease terjadi pada semua
dan progresivitas menjalar kearah bagian saluran cerna.
proksimal. Sepertiga kasus colitis Gejala adanya nyeri perut
ulseratif hanya melibatkan rectum lebih mencolok, hal ini disebabkan
dan sigmoid (proktosigmoiditis). oleh sifat lesi yang transmural
Derajat klinik colitis ulseratif sehingga menimbulkan fistula dan
dapat dibagi atas berat sedang dan obsruksi serta berdampak pada
ringan, berdasarkan frekuensi diare, timbulnya bacterial overgrowth. Ada
ada/tidaknya demam, derajat berat nya keterlibatan usu halus yang tidak
anemia yang terjadi dan laju endap terjangkau oleh endoskopi sehingga
darah (klasifikasi truelove). dapat dipakai Crohn’s Disease
Perjalanan penyakit colitis ulseratif Activity Index yang didasari oleh
dapat dimulai dengan serangan penilaian demam, data laboratorium,
pertama yang berat ataupun dimulai manifestasi ekstraintestinal, frekuensi
reingan yang bertambah secara diare, nyeri abdomen, fistula
gradual setiap minggu, berat penurunan berat badan, terabanya
ringannya serangan pertama sesuai masa intraabdomen.
3. Kolitis Infeksi TATALAKSANA
Pada kolitis infeksi memiliki Pengobatan Umum
gejala yang bervariasi dari Pemberian antibiotik misalnya
asimptomatik, ringan, diare yang metronidazole dosis terbagi 1500 –
sembuh sendiri, sampai kolitis toksik 3000 mg per hari dikatakan cukup
fulminan. Penyebab yang masuk bermanfaat menurunkan derajat
kedalam Kolitis Infeksi: misalnya aktivitas penyakit. Antibiotik
shigellosis, colitis tuberculosis, colitis diberikan dengan latar belakang
amoeba, colitis pseudomembran, bahwa salah satu agen proinflamasi
colitis karena virus/bakteri/ parasite. disebabkan oleh bakteri intraluminal.
Dalam hal ini untuk memastikan Sebagian besar bakteri intraluminal
penyebab tersebut dapat dilakukan bersifat komensal dan tidak
pemeriksaan lanjutan seperti menginduksi reaksi inflamasi namun
pemeriksaan specimen tinja. mereka masih mampu memengaruhi
Tabel 1. Perbedaan Kolitis Ulseratif dan respons imun dan menginduksi sel
Crohn Disease
epitel intestinal untuk menekan
Kolitis Crohn kemotaksis, menurunkan ekspresi
ulseratif disease
Diare kronik ++ ++ sitokin proinflamasi dan

Hematoschezia ++ + meningkatkan produksi interleukin.

Nyeri perut + ++
Pengobatan Radang Aktif

Massa abdomen (-) ++ Dua golongan obat yang dikenal luas

Fistulasi
untuk mengobati radang aktif
± ++
bertujuan menginduksi remisi secepat
Stenosis/striktur + ++
mungkin adalah kortikosteroid dan
Keterlibatan ± ++
usus halus asam amino salisilat.
Keterlibatan 95% 50% Kortikosteroid Hingga saat
rectum
Ekstraintestinal + + ini, obat golongan glukokortikoid
Megatoksik + ± masih merupakan obat pilihan untuk
kolon derajat sedang dan berat dalam fase
Keterangan: ++ = sering; + = kadang;
+ = jarang; (-) = tidak ada peradangan aktif. Pemilihan obat
steroid konvensional, seperti
prednison, metilprednisolon ataupun gram per hari4 meski ada
steroid enema, masih menjadi kepustakaan yang menyebutkan
primadona karena harga yang murah penggunaan 5-ASA ini minimal 3
dan ketersediaan yang luas. Dosis gram per hari. Umumnya remisi
umumnya adalah setara 40 – 60 mg tercapai dalam 16 – 24 minggu yang
prednison. Namun, jangan dilupakan kemudian diikuti dengan dosis
efek sistemik obat-obatan ini. pemeliharaan. Dosis pemeliharaan
Idealnya, dicapai kadar steroid yang 1,5 – 3 gram per hari. Untuk kasus-
tinggi pada dinding usus namun kasus usus bagian kiri atau distal,
dengan efek sistemik yang rendah. dapat diberikan mesalazin supositoria
Umumnya, preparat yang digunakan atau enema, sedangkan untuk kasus
dewasa ini adalah budesonid. Remisi berat, biasanya tidak cukup hanya
biasanya tercapai dalam waktu 8 – 12 dengan menggunakan preparat 5-
minggu yang kemudian diikuti ASA.
dengan penurunan dosis (tapering Imunosupresif
down) yakni sekitar 10 mg per Obat ini dipakai bila dengan 5-ASA
minggu hingga tercapai dosis 40 mg dan kortikosteroid gagal mencapai
atau 5 mg per minggu hingga tercapai remisi. Obat golongan ii seperti 6-
20 mg. Kemudian dosis ditapering off mercaptopurin (6-MP), azathioprine,
2.5 mg per minggu. siklosporin, methotrexate dan obat
Asam Aminosalisilat golongan Anti-Tumor Necroting
Preparat 5-asam aminosalisilat (5- Factor (TNF).
ASA) atau mesalazine saat ini lebih Terapi Bedah
disukai dari preparat sulfasalazin Pada terapi bedah dilakukan terutama
karena efek sampingnya lebih kecil apabila terapi konservatif atau
meski efektivitasnya relatif sama. Di medikamentosa gagal atau terjadinya
Indonesia, sulfasalazin dipasarkan komplikasi (perdarahan, obstruksi
dalam bentuk sediaan tablet 250 mg ataupun megacolon toksik).
dan 500 mg, enema 4 g/60 mL, serta Pada colitis, operasi dilakukan
supositoria 500 mg. Dosis rerata bila terjadi perjalanan penyakit yang
untuk mencapai remisi adalah 2 – 4 berat tidak dapat diatasi dengan
medikamentosa atau terdapat efek jangka waktu yang lama. Prognosis
samping yang terlalu berat, terjadinya banyak dipengaruhi oleh ada tidaknya
perforasi, peritonitis, sepsis, komplikasi atau tingkat respons
perdarahan massif, serta timbulnya terhadap pengobatan konservatif.
tanda dysplasia berat atau kanker.
KOMPLIKASI DAFTAR PUSTAKA
Dalam perjalanan penyakit dapat Amatullah, A., dan Miro, S. 2021.
terjadi komplikasi sebagai berikut: Pankolitis Akibat Kolitis
- Perforasi usus yang terlibat Ulseratif. Health & Medical
- Terjadinya stenosis usus akibat Journal, Vol. 3, No. 2.
proses fibrosis Desy., dan Wahono, S.P. 2020.
- Megacolon toksik Laporan kasus: ulcerative
- Perdarahan colitis dan infeksi ancylostoma
- Degenerasi maligna duodenale pada laki-laki
- Kanker koloretal, merupakan dewasa. Jurnal Kedokteran
komplikasi jangka panjang. Raflesia, Vol. 6, No. 2.
Terdapat beberapa faktor risiko Firmansyah, M.A. 2018.
termasuk lama dan panjang Perkembangan Terkini
usus yang terlibat, derajat Diagnosis dan Penatalaksanaan
inflamasi, riwayat kanker Imflammatory Bowel Disease.
dalam keluarga dan adanya Jurnal CDK, Vol. 40, No. 4.
kolangitis sclerosing primer. Lipinwati. 2021. Inflamasi bowel
Risiko terjadinya kanker disease. Jurnal e-sahad, vol. 2,
biasanya 8-10tahun perjalanan no. 2.
sakit. Kucharzik, T., et al. 2020. Ulcerative
PROGNOSIS Colitis Diagnostic and
Pada dasarnya penyakit ini Therapeutic Algorhtms.
merupakan penyakit yang bersifat Deutsches Ärzteblatt
remisi dan eksaserbasi. Cukup International, Vol. 117. Hal.
banyak dilaporkan adanya remisi 564-74.
yang bersifat spontan dan dalam
Mustika, S., dan Triana, N. 2016. The
prevalence, Profile, and Risk
Factor of Patient with
Ulcerative Colitis at Dr. Saiful
Anwar Malang General
Hospital. The Indonesian
Journal of Gastroenterology,
Hepatology and Digestive
Endoscopy, Vol. 17, No. 1.
Salma, M.D., et al. 2020. Case report
on ulcerative colitis in 16 year
girl. World Journal of Current
Med and Pharm Research, Vol.
2, No. 4.
Setiati, S., et al. 2015. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam FK UI jilid II.
Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai