Anda di halaman 1dari 13

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT
SEORANG LAKI-LAKI 65 TAHUN DENGAN MELENA NON VARISEAL

PENYUSUN
Fathya Nurohmah Choirunnisa, S. Ked

PEMBIMBING
Dr. Mohammad Ananto Cahyoajibroto, Sp.PD

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS
CASE REPORT

Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran


Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : Seorang Laki-Laki 65 Tahun dengan Melena Non-Varisea


Penyusun : Fathya Nurohmah Choirunnisa, S.Ked J510215269
Pembimbing : dr. Mohammad Ananto Cahyoajibroto,Sp.PD

Magetan, 28 September 2022


Menyetujui,
Pembimbing

dr. Mohammad Ananto C, Sp.PD

Mengetahui,
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

dr. Sulistyani, Sp.N


LAPORAN KASUS : SEORANG LAKI-LAKI 65 TAHUN DENGAN MELENA NON-
VARISEAL
CASE REPORT : A 65-YEAR-OLD MAN WITH NON-VARICEAL MELENA
Fathya Nurohmah Choirunnisa, S.Ked*, dr. Mohammad Ananto C, Sp.PD**
* Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
** Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD dr. Sayidiman Magetan

ABSTRAK
Melena adalah buang air besar berwarna hitam seperti ter yang berasal dari saluran
cerna bagian atas. Dalam kasus ini, seorang laki-laki 65 tahun datang dengan keluhan BAB
hitam encer sebanyak 4 kali disertai mual,muntah 1 kali dan nyeri perut di epigastrium. Pada
pemeriksaan didapatkan tekanan darah 148/79 mmHg, nadi 75 kali/ menit, dan saturasi
oksigen sebesar 93 %. Diketahui pasien memiliki Riwayat mengkonsumsi obat pegal linu
sejak lama, dan telah melakukan endoskopi di RSI Aisyah Madiun dengan hasil ulkus
peptikum dan gastritis erosive. Pemeriksaan foto thorax didapatkan hasil elevasi
hemidiaphragma dextra. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil hb 8,1.
Penatalaksanaan medikamentosa berupa , transfusi PRC 4 kolf, inf. NaCl 20 tpm, inj.
Pantoprazole 40 mg 1x1, inj. Vit K 2mg 1A, inj. Asam traneksamat 250 mg 1Amp, inj.
Antrain 1g 3x1, inj. Ceftriaxone 1g 2x1, sucralfate syr 3xCI, Asam folat 2x1, cefixime 2x1,
repimid 2x1, paracetamol 3x 1 ¼, methylprednisolone 4 mg 1-1-0, maltofer 1x1
Kata kunci : Melena, Saluran Cerna Bagian Atas, NSAID

ABSTRACT
Melena is a black, tar-like bowel movements that come from the upper gastrointestinal tract.
In this case, a 65-year-old man came with complaints of watery black stools 4 times
accompanied by nausea, vomiting 1 time and abdominal pain in the epigastrium. On
examination, blood pressure was 148/79 mmHg, pulse was 75 beats/minute, and oxygen
saturation was 93%. It is known that the patient has a history of taking pain and aches for a
long time, and has performed endoscopy at Madiun Hospital with the results of peptic ulcer
and erosive gastritis. Examination of the chest x-ray revealed the right hemidiaphragm
elevation. Based on laboratory examination, the result of hb is 8.1. Medical management in
the form of transfusion of PRC 4 kolf, inf. NaCl 20 tpm, inj. Pantoprazole 40 mg 1x1, inj.
Vitamin K 2mg 1A, inj. Tranexamic acid 250 mg 1Amp, inj. Antrain 1g 3x1, inj. Ceftriaxone
1g 2x1, sucralfate syr 3xCI, Folic acid 2x1, cefixime 2x1, repimide 2x1, paracetamol 3x 1 ,
methylprednisolone 4 mg 1-1-0, maltofer 1x1
Keywords: Melena, Upper Gastrointestinal, NSAID
PENDAHULUAN Berdasarkan pemeriksaan fisik
didapatkan hasil bentuk kepala normal,
Melena adalah buang air besar
tidak terdapat jejas pada kepala, bentuk
berwarna hitam seperti ter yang berasal
wajah simetris, konjungtiva anemis (+),
dari saluran cerna bagian atas. Yang
edema palpebra (-), mukosa mulut normal,
dimaksud dengan saluran cerna bagian atas
ulkus pada mulut (-), papil lidah atropi (-),
adalah saluran cerna di atas ligamentum
pembesaran kelenjar getah bening (-),
treitz, yakni dari jejunum proksimal,
peningkatan tekanan vena jugularis (+),
duodenum, gaster, dan esophagus. Pada
pembesaran tiroid (-). Berdasarkan
perdarahan SCBA penting untuk
pemeriksaan thorax didapatkan hasil
dibedakan antara perdarahan yang
elevasi hemidiaphragma dextra.
disebabkan oleh varises esofagus dan non-
Berdasarkan pemeriksaan paru didapatkan
varises dikarenakan perbedaan tatalaksana
hasil bentuk dada simetris, fremitus (+),
dan prognosis.
gerak dada tertinggal (-), perkusi
LAPORAN KASUS didapatkan hasil sonor. Berdasarkan hasil
pemeriksaan jantung ictus cordis tidak
Seorang laki-lai berusia 65 tahun terlihat namun teraba pada spasium
datang ke IGD RSUD dr. Sayidiman interkosta V linea axila anterior sinistra.
Magetan pada Rabu, 21 September 2022 Berdasarkan auskultasi didapatkan hasil
pukul 10.20 WIB dengan keluhan BAB suara jantung I dan II regular dan terdapat
hitam 4 kali sejak pagi di hari kedatangan bising jantung. Berdasarkan pemeriksaan
pasien ke IGD. Hari Senin 19 September abdomen didapatkan hasil jejas (-), distensi
2022 pasien sudah merasa sakit perut saat (-), bising usus (+), nyeri tekan abdomen
hendak pergi ke masjid, kemudian pasien (-), undulasi (), nyeri ketuk CVA (-), serta
BAB dan BAB yang keluar berwarna pada perkusi didapatkan hasil timpani.
hitam encer. Pasien pergi ke bidan desa Pemeriksaan ekstremitas superior (-), dan
kemudian pasien diberikan obat melalui CRT <2 detik. Pemeriksaan ekstremitas
suntikan. Mual dan muntah disertai dengan inferior didapatkan hasil akral hangat,
nyeri perut di epigastrium. pitting edema (-), bengkak pada telapak
Pasien sebelumnya pernah kaki kanan, nyeri sendi (-) dan CRT < 2
mengalami keluhan yang serupa pada detik.
tahun 2016 dan mendapat pengobatan di Berdasarkan pemeriksaan
RSI Aisyah Madiun serta sempat laboratorium darah lengkap pada tanggal
dilakukan endoskopi. 21 Agustus 2022 didapatkan hasil
Keluarga pasien tidak memiliki hemoglobin 8.1 (L), hematokrit 26.3 (L),
keluhan yang serupa. Riwayat penyakit Leukosit 15.4 (H), MCV 72.5 (L), MCH
pada keluarga pasien antara lain diabetes 22.3 (L), MCHC 30.8 (L), Eritrosit 3.63
melitus dan penyakit jantung. (L). Pemeriksaan darah lengkap pada
tanggal 23 September 2022 didapatkan
Pasien memiliki aktivitas sehari- hasil hemoglobin 7.9 (L)  post transfusi
hari sebagai penjual bakso. Pasien 2 kolf, hematokrit 25.7 (L), Lekosit 7.3,
mengatakan memiliki riwayat konsumsi MCV 73.0 (L), MCH 22.4 (L), MCHC
obat pegal linu. Tidak ada Riwayat 30.7 (L), Eritrosit 3.52 (L). Pemeriksaan
konsumsi alkohol dan rokok. darah lengkap pada tanggal 24 September
Dilingkungan keluarga pasien terdapat 2022 didapatkan hasil hemoglobin 6.4 (L)
anggota keluarga yang merokok.  post transfuse 1 kolf, hematokrit 19.6
(LL), lekosit 8.8, MCV 72.9 (L), MCH Gambar 1. Hasil foto thorax AP
23.8 (L), MCHC 32.7, eritrosit 2.69 (L). menunjukkan terdapat elevasi
Pemeriksaan darah lengkap pada tanggal hemidiaphragma dextra.
26 September 2022 didapatkan hasil
Pemeriksaan penunjang Endoskopi
hemoglobin 8.4 (L), hematokrit 26.7 (L),
yang
lekosit 9.2, MCV 77.4 (L), MCH 24.3 (L),
MCHC 31.5 (L), Eritrosit 3.45 (L).
pemeriksaan gula darah sewaktu pada
tanggal 21 September 2022 didapatkan
hasil gula darah sewaktu 147 (H).
Pemeriksaan kimia klinik pada tanggal 23
September 2022 didapatkan hasil asam
urat 5.00 (L), Kreatinin 1.31 (H).
Berdasarkan hasil urin analisa pada
tanggal 22 September 2022 didapatkan
hasil dalam batas normal.
Pemeriksaan penunjang foto thorax
AP pada tanggal 21 September 2022 dilakukan di RSI Aisyah Madiun pada
didapatkan hasil elevasi hemidiaphragma tanggal 5 April 2016 didapatkan hasil
dextra. ulkus peptikum, gastritis kronis erosive.
Gambar 2. Hasil Endoskopi di RSI Asiyah
Madiun terdapat ulkus peptikum, gastritis
kronis erosive.
Berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang diagnosis pada kasus ini adalah
melena. Penatalaksanaan medikamentosa
antara lain, transfusi PRC 4 kolf, inf. NaCl
20 tpm, inj. Pantoprazole 40 mg 1x1, inj.
Vit K 2mg 1A, inj. Asam traneksamat 250
mg 1Amp, inj. Antrain 1g 3x1, inj.
Ceftriaxone 1g 2x1, sucralfate syr 3xCI,
Asam folat 2x1, cefixime 2x1, repimid
2x1, paracetamol 3x 1 ¼,
methylprednisolone 4 mg 1-1-0, maltofer
1x1

CUE AND CLUE Problem List Initial Dx Planning Tx Planning


Planning Dx
monitoring
Tn. S/L/65 th/65 kg 1. Melena 1.1 Gastritis erosive Endoskopi Non Farmakologi 1. Monitoring
1.2 Ulkus peptikum - Tirah baring KU
S: 2.1 Gastritis kronis - Menghindari 2. Monitoring
- BAB hitam encer makanan yang TTV
4x, mengiritasi 3. Monitoring
- nyeri perut di lambung DL
epigastrium,
- mual, muntah Farmakologi
- Riwayat Inf. Nacl 20 tpm
konsumsi obat Inj. Pantoprazole
pegal linu, 1x1
- suka makan Inj. Vit K
makanan pedas Inj. Asam
Tranexamat 2x1
O: Sucralfat syr
TD : 173/ 131 3x1C

Tn. S/L/65 th/65kg 2. Anemia 2.1 Anemia e.c HDT Non farmakologi 1. Monitoring
Mikrositik perdarahan Serum ion - Tirah baring KU
S:- Hipokromik 2.2 Anemia e.c TiBC - Konsumsi 2. Monitoring
defisiensi besi Serum ferritin makanan TTV
O: 2.3 Anemia e.c tinggi zat besi 3. Monitoring
Konjungtiva anemis inflamasi - Konsumsi Hb
Hb : 8.1 (L)  kronis makanan gizi
(21/09/2022) seimbang
Hb : 7,9 (l)  post Farmakologi
transfuse 1 kolf - Transfusi
(23/09/2022) PRC 2 kolf
Hb : 8.4 (L)
MCV : 72.5 (L) P.O
MCH : 22.3 (L) - Asam Folat 2x1
MCHC : 30.8 (L) - Maltofer 1x1

Tn. S/L/65 th/65kg 3. Hipertensi 3.1 Hipertensi - Non Farmakologi 1. Monitoring


S:- primer - Tirah baring KU
O: 2. Monitoring
TD : 148/79 Farmakologi TTV

P.O
- Candesartan
8mg 1x1
Tn.S/L/65 th/65 kg 4. Edema Limfoscintigrafi Non Farmakologi 1. Monitoring
S: perifer 4.1 Gout Arthritis UrCr - Tirah baring KU
O: 4.2 Osteoarthritis SE - Menghindari 2. Monitoring
Bengkak pada telapak makanan yang TTV
kaki kanan mengandung
Asam urat : 5.00 garam
Leukosit : 7.3 - Menghindari
berdiri terlalu
lama

Farmakologi
- Inj.
Furosemide
2x1

PEMBAHASAN
Melena adalah keluarnya tinja yang sejak lama. Ulkus peptikum merupakan
lengket dan hitam seperti aspal (ter) kerusakan jaringan mulai dari mukosa,
dengan bau khas, yang menunjukkan submukosa,sampai dengan muskularis
perdarahan SCBA (Saluran Cerna Bagian mukosa dari saluran makan bagian atas
Atas) serta dicernanya darah pada usus dengan diameter>5mm yang dapat diamati
halus. Yang dimaksud dengan saluran secara endoskopis atau radiologis, yang
cerna bagian atas adalah saluran cerna di merupakan luka terbuka, pinggir edema
atas ligamentum treitz, yakni dari jejunum dengan batas yang jelas disertai indurasi
proksimal, duodenum, gaster, dan dengan dasar tuka kditutupi debris, akibat
esophagus. Pendarahan saluran cerna pengaruh asam lambung dan pepsin.
bagian atas sendiri dibagi menjadi dua
Penyebab dari gastritis erosif yang
bagian yakni perdarahan oleh
terbanyak adalah akibat obat-obatan yang
karena Varises esophagus dan Non
mengiritasi mukosa lambung atau obat
Esofagus. Pada kasus ini penting untuk
yang merangsang timbulnya tukak
dibedakan antara perdarahan yang
(ulcerogenic drugs). Semua keadaan ini
disebabkan oleh varises esofagus dan non-
meliputi sampai 90 persen dari semua
varises dikarenakan perbedaan tatalaksana
kasus perdarahan gastrointestinal atas
dan prognosis. Pada perdarahan yang
dengan ditemukannya suatu lesi yang
disebabkan karena varises
pasti. Terdapat perbedaan distribusi
esophagus sangat seringterjadi dan erat
penyebab perdarahan saluran cerna bagian
kaitanya pada kasus Sirosis hepatis yang
atas (SCBA) di Indonesia dengan laporan
dapat disebabkan oleh karena Hepatitis B,
pustaka Barat. Penyebab terbanyak di
C, atau penyakit hati alkoholik, dimana
Indonesia adalah perdarahan varises
terjadi peningkatan tekanan dalam vena
karena sirosis hati (65%), sedangkan di
porta >10mmHg oleh karena adanya
negara Eropa dan Amerika adalah
obstruksi aliran darah vena porta.
perdarahan non variceal karena ulkus
Sementara untuk perdarahan yang
peptikum (60%).8 Penyebab lain yang
disebabkan karena non-varises dapat di
jarang meliputi, Malory Weiss tears,
sebabkan karena keganasan seperti Ca
duodenitis erosive, ulkus dielafoy (salah
gaster/esophagus, gastritis erosive,
satu tipe malformasi vaskuler), neoplasma,
Mallory-weiss tear, dan Ulkus
aortoenteric fistula, GAVE (gastric antral
peptikum/PUB. Hal ini dapat dibuktikan
vascular ectasia) dan gastropathy prolapse.
dari data yang hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik, serta Terdapat beberapa faktor risiko
pemeriksaan penunjang pada pasien. yang dianggap berperan dalam patogenesis
perdarahan SCBA.Faktor risiko yang telah
Ada empat penyebab SCBA yang
di ketahui adalah usia, jenis kelamin,
paling sering ditemukan, yaitu ulkus
penggunaan OAINS, penggunaan obat
peptikum, gastritis erosif, varises esofagus,
antiplatelet, merokok, mengkonsumsi
dan ruptur mukosa esofagogastrika.
alkohol, riwayat ulkus, diabetes mellitus
Dimana penyebab kelainan diatas dapat
dan infeksi bakteri Helicobacter pylori.
berasal dari kelainan esofagus, kelainan
lambung, dan kelainan duodenum. Pada 1. Usia
kasus ini mengarah pada kelainan di Perdarahan SCBA sering
lambung yaitu adanya ulkus peptikum dan terjadi pada orang dewasa dan risiko
gastritis erosif atas dasar riwayat kebiasaan meningkat pada usia >60 tahun. Usia
pasien meminum obat-obat pegal linu ≥ 70 tahun dianggap sebagai faktor
risiko karena terjadi peningkatan terjadinya ulkus duodenum, ulkus
frekuensi pemakaian OAINS dan gaster maupun keduanya. Merokok
interaksi penyakit komorbid yang menghambat proses penyembuhan
menyebabkan terjadinya berbagai ulkus, memicu kekambuhan, dan
macam komplikasi. meningkatkan risiko komplikasi.

2. Jenis Kelamin 6. Alkohol


Kasus perdarahan SCBA Mengkonsumsi alkohol
lebih sering dialami oleh laki-laki konsentrasi tinggi dapat merusak
pertahanan mukosa lambung
3. Penggunaan obat antiinflamasi non terhadap ion hidrogen dan
steroid (OAINS) menyebabkan lesi akut mukosa
Peningkatan risiko komplikasi gaster yang ditandai dengan
ulkus yang terjadi pada orang tua perdarahan pada mukosa.
yang mengkonsumsi OAINS. Studi
cross sectional terhadap individu 7. Riwayat Gastritis
yang mengkonsumsi OAINS pada Riwayat Gastritis memiliki
dosis maksimal dalam jangka waktu dampak besar terhadap terjadinya
lama 35% hasil endoskopi adalah ulkus. Pada kelompok ini diprediksi
normal, 50% menunjukkan adanya risiko terjadi bukan karena sekresi
erosi atau petechiae, dan 5%-30% asam 15 tetapi oleh adanya gangguan
menunjukkan 14 adanya ulkus.27 dalam mekanisme pertahanan
Jenis-jenis OAINS yang sering mukosa dan proses penyembuhan
dikonsumsi adalah ibuprofen,
naproxen, indomethacin, piroxicam, 8. Diabetes mellitus (DM)
asam mefenamat, diklofenak. Beberapa penelitian menyatakan
bahwa DM merupakan penyakit
4. Penggunaan obat-obat antiplatelet komorbid yang sering ditemui dan
Penggunaan aspirin dosis menjadi faktor risiko untuk
rendah (75 mg per hari) dapat terjadinya perdarahan.11 Namun,
menyebabkan faktor perdarahan naik belum ada penelitian yang
menjadi dua kali lipat, bahkan dosis menjelaskan mekanisme pasti yang
subterapi 10 mg per hari masih dapat terjadi pada perdarahan SCBA yang
menghambat siklooksigenase. 19 disebabkan oleh diabetes mellitus.
Aspirin dapat menyebabkan ulkus
lambung, ulkus duodenum, 9. Infeksi bakteri Helicobacter pylori
komplikasi perdarahan dan perforasi Helicobacter pylori merupakan
pada perut dan lambung. Obat bakteri gram negatif berbentuk spiral
antiplatelet seperti clopidogrel yang hidup dibagian dalam lapisan
berisiko tinggi apabila dikonsumsi mukosa yang melapisi dinding
oleh pasien dengan komplikasi lambung. Beberapa penelitian di
saluran cerna. Amerika Serikat menunjukkan
tingkat infeksi H.pylori
5. Merokok
penelitian menunjukkan 10. Chronic Kidney Disease
merokok meningkatkan risiko
Patogenesis perdarahan saluran untuk mengurangi pegal linu yang
cerna pada chronic kidney disease dirasakan pasien. Tetapi efek lain yang
masih belum jelas, diduga faktor ditimbulkan dalam penggunaan jangka
yang berperan antara lain efek panjang NSAID justru berdampak negatif
uremia terhadap mukosa saluran atau menjadi faktor predisposisi terjadinya
cerna, disfungsi trombosit akibat kerusakan organ seperti pada kasus ini
uremia, hipergastrinemia, adalah gaster/lambung. Pada lambung
penggunaan antiplatelet dan fungsi dari prostaglandin memiliki efek
antikoagulan, serta heparinisasi pada sitoprotektif terhadap lapisan mukosa dan
saat dialysis berperan penting dalam meningkatkan
sekresi mucus
11. Hipertensi dan bikarbonat, mempertahankan pompa
Hipertensi menyebabkan sodium, stabilisasi membran sel sertameni
disfungsi endotel sehingga mudah ngkatkan aliran darah mukosa. Apabila
terkena jejas. Selain itu hipertensi terjadi hambatan pada sintesis PG akan
memperparah artherosklerosis mengurangi ketahanan mukosa, dengan
karena plak mudah melekat sehingga efek berupa lesi pada mukosa lambung
pada penderita hipertensi dianjurkan dengan bentuk ringan sampai berat
untuk mengkonsumsi obat-obat (Scheiman JM, 2009). Obat antiinflamasi
antiplatelet. non-steroid/NSAID akan merusak mukosa
lambung melalui 2 mekanisme utama yaitu
12. Chronic Heart Failure lokal dan sistemik.
Penelitian yang ada mengatakan
Kerusakan mukosa secara lokal
bahwa chronic heart failure dapat
terjadi karena OAINS bersifat lipofilik dan
meningkatkan faktor risiko
asam, sehingga mempermudah trapping
perdarahan SCBA sebanyak 2 kali
ion hidrogen masuk kedalam mukosa dan
lipat.
menimbulkan ulserasi. Efek sistemik
NSAID lebih penting yaitu terjadinya
Patofisiologi dari kasus ini dapat kerusakan mukosa lambung akibat dari
ditentukan dari kebiasaan pasien yang produksi prostaglandin yang menurun. Pad
sering mengkonsumsi obat-obatan pegal a keadaan normal, asam lambung dan pep
linu yang merupakan faktor predisposisi in tidak akan menyebabkan kerusakan
yang menyebabkan terjadinya gangguan mukosa lambung (Scheiman JM, 2009).
fisiokimia pertahanan dari mukosa
Bila oleh karena sesuatu sebab
lambung dan menyebabkan kerusakan
ketahanan mukosa rusak (misalnya karena
mukosa akanterus berlanjut, hingga
salisilat) maka akan terjadi difusi balik H+
memudahkan terjadinya proses inflamasi.
dari lumen masuk ke dalam mukosa.
NSAID memiliki mekanisme kerja
Difusi balik H+ akan menyebabkan reaksi
menghambat enzim siklooksigenase
berantai yang dapat merusak mukosa
(COX) yang mengubah asamarakidonat
lambung dan menyebabkan pepsin dilepas
(AA) menjadi prostaglandin (PG) yang
dalam jumlah besar. Na+ dan protein
merupakan suatu mediator nyeri. Untuk
plasma banyak yang masuk kedalam
itu, dengan dihambatnya sintesa
lumen dan terjadi pelepasan histamin. Hal
prostaglandin, timbulnya rasa nyeri juga
ini akan menyebabkan terjadinya
akan dihambat seperti pada kasus ini
peningkatan sekresi asam lambung oleh sel
pasien sering mengkonsumsi NSAID
parietal, peningkatan permeabilitas kapiler, diagnosis perdarahan SCBA, bukan hanya
oedema dan perdarahan. Di samping menentukan diagnosis dan menentukan
itu juga stigmata perdarahan, tetapi juga untuk
akan merangsang parasimpatik lokal akiba tindakan hemostasis endoskopi.
tdari sekresi asam lambung dan tonus mus
Tatalaksana awal dapat dilakukan
kularis mukosa meningkat, sehingga
penilaian status hemodinamik dan
kongesti vena makin hebat dan dapat
resusitasi. Resusitasi meliputi pemberian
menyebabkan perdarahan.
cairan intravena, pemberian oksigen,
Penegakkan diagnosis dari melena koreksi koagulopati, dan transfusi darah
dapat dilakukan dengan bila dibutuhkan. Batas transfusi darah
anamnesis,pemeriksaan fisik, dan adalah jika Hb ≤7,0 g/dL, lebih tinggi
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis apabila perdarahan masih berlanjut atau
yang perlu ditanyakan adalah riwayat perdarahan masif atau adanya komorbid
penyakit hati kronis, riwayat seperti penyakit jantung koroner,
dyspepsia ,riwayat mengkonsumsi NSAID, hemodinamik tidak stabil, dan lanjut usia.
obat rematik, alkohol, jamu –jamuan, obat Hemoglobin minimal untuk endoskopi
untuk penyakit jantung, obat stroke. adalah 8 g/dL, namun jika akan dilakukan
Kemudian ditanya riwayat penyakit ginjal, terapi endoskopi, hemoglobin minimal 10
riwayat penyakit paru dan adanya g/dL dan hemodinamik stabil. Pemakaian
perdarahan ditempat lainnya. Pada selang nasogastrik untuk diagnosis,
pemeriksaan fisik dapat di evaluasi status prognosis, visualisasi, atau terapi tidak
hemodinamik (denyut nadi dan tekanan direkomendasikan. Selang nasogastrik
darah), laju respirasi, kesadaran, dapat dipasang untuk menilai perdarahan
konjungtiva pucat, waktu pengisian kapiler yang sedang berlangsung pada
melambat, dan stigmata sirosis hepatis, hemodinamik tidak stabil; tujuan
merupakan tanda utama yang harus segera pemasangan adalah untuk mencegah
dikenali. Takikardi saat istirahat dan aspirasi, dekompresi lambung, dan
hipotensi ortostatik menandakan evaluasi perdarahan. Tindakan kumbah
banyaknya darah yang hilang. Perhatikan lambung dengan es tidak
adanya keluaran urin yang rendah, bibir direkomendasikan. Terapi pra-endoskopi
kering, dan vena jugular kolaps. dengan proton pump inhibitor (PPI)
Pemeriksaan fisik harus menilai adanya direkomendasikan pada perdarahan ulkus
defans muskuler, nyeri tekan lepas, skar peptikum; PPI dapat dengan cepat
bekas operasi, dan stigmata penyakit hepar menetralkan asam lambung. pH in vitro di
kronik. Pemeriksaan rektum dilakukan atas 6 dapat mendukung pembentukan dan
untuk menilai warna feses. Spesimen feses stabilitas bekuan. Lingkungan asam dapat
perlu diambil untuk tes darah samar. menghambat agregasi trombosit dan
Pemeriksaan penunjang berupa koagulasi plasma, juga menyebabkan lisis
pemeriksaan laboratorium yang perlu bekuan. ACG (American College  of
diperhatikan adalah hemoglobin, Gastroenterology) merekomendasikan
hematokrit, ureum darah, kreatinin, hitung pemberian PPI bolus 80 mg diikuti dengan
trombosit, prothrombin time (PT), partial infus 8 mg/jam untuk mengurangi tingkat
thromboplastin time (PTT), international stigmata dan mengurangi terapi endoskopi.
normalized ratio (INR), tes fungsi hepar, Meskipun begitu PPI tidak menurunkan
serta tes golongan darah dan crossmatch. angka perdarahan ulang, pembedahan, dan
Endoskopi merupakan gold standard kematian. jika endoskopi ditunda dan tidak
dapat dilakukan, terapi PPI intravena memulai diet cair jernih segera setelah
direkomendasikan untuk mengurangi endoskopi dan ditingkatkan bertahap. Bila
perdarahan lebih lanjut. Penilaian risiko terjadi perdarahan ulang, endoskopi dapat
untuk stratifikasi pasien, juga dilakukan diulang. Jika tidak dapat dihentikan
untuk membantu membuat keputusan awal dengan endoskopi, dapat dilakukan
seperti saat endoskopi, saat pemulangan, pembedahan atau embolisasi arterial
dan tingkat perawatan.
Pasien dengan ulkus dasar bersih
Tatalaksana endoskopi dapat langsung diberi diet lunak dan
direkomendasikan dalam ≤24 jam; pada dipulangkan setelah endoskopi bila status
pasien risiko tinggi seperti instabilitas hemodinamik stabil, hemoglobin adekuat,
hemodinamik (takikardia, hipotensi) yang dan tidak ada masalah medis lain.
menetap setelah resusitasi atau muntah
Farmakoterapi memiliki peran besar
darah segar, aspirat darah segar pada
setelah endoskopi pada perdarahan SCBA
selang nasogastrik, endoskopi dilakukan
karena ulkus peptikum. PPI lebih superior
very early dalam ≤12 jam. Di lain pihak,
dibandingkan antihistamin. Data terkini
endoskopi early meningkatkan risiko
merekomendasikan pemberian PPI
desaturasi terutama bila dilakukan sebelum
intravena dosis tinggi selama 72 jam untuk
resusitasi dan stabilisasi. Pada pasien
pasien risiko tinggi. Pasien dengan ulkus
dengan status hemodinamik stabil dan
dasar bersih dapat diberi terapi PPI dosis
tanpa komorbid serius, endoskopi dapat
standar (oral satu kali per hari). Pasien
dilakukan sebelum pasien pulang. Tujuan
perdarahan ulkus peptikum yang
endoskopi adalah untuk menghentikan
dipulangkan direkomendasikan mendapat
perdarahan aktif dan mencegah perdarahan
PPI oral sekali sehari. Durasi dan dosis
ulang. ACG merekomendasikan terapi
PPI tergantung etiologi dan penggunaan
endoskopi untuk perdarahan aktif
obat lain.
memancar atau merembes atau pembuluh
darah visibel tanpa perdarahan. Pada Tes H. pylori direkomendasikan
bekuan yang resisten dengan irigasi pada semua pasien perdarahan ulkus
(bekuan adheren), terapi endoskopi dapat peptikum. Jika hasil positif maka diberikan
dipertimbangkan terutama pada pasien terapi tripel selama 1 minggu. Setelah
risiko tinggi perdarahan ulang. Terapi pemberian terapi eradikasi, pemeriksaan
endoskopi tidak direkomendasikan untuk konfirmasi harus dilakukan menggunakan
ulkus dengan dasar bersih atau bintik urea breath test (UBT) atau H. pylori stool
pigmentasi. Perdarahan ulkus aktif antigen test. Pemeriksaan dilakukan paling
memerlukan kombinasi terapi hemostasis, tidak 4 minggu setelah akhir terapi. Jika
salah satunya adalah epinefrin yang dapat terapi gagal mengeradikasi H. pylori, maka
dikombinasikan dengan pemasangan perlu diberikan terapi lini kedua.Diagnosis
hemoklip, termokoagulasi, dan H. pylori memiliki nilai prediksi negatif
elektrokoagulasi. Epinefrin tidak rendah pada pasien perdarahan SCBA
direkomendasikan sebagai terapi tunggal. akut, sehingga hasil tes negatif dalam
Pasien dengan stigmata risiko tinggi kondisi akut perlu diulang. Pemberian PPI
(perdarahan aktif, pembuluh darah visibel, dapat dihentikan setelah eradikasi H.
bekuan darah) memerlukan rawat inap pylori dinyatakan berhasil, kecuali jika
setidaknya 3 hari. Pasien dipulangkan jika pasien memakai AINS. Bila AINS tetap
tidak ada perdarahan ulang dan tidak ada diperlukan, sebaiknya dari golongan COX-
indikasi rawat inap lagi. Pasien dapat 2-selective dengan dosis efektif terendah
ditambah PPI. Pasien ulkus idiopatik (non-
H. pylori, non-AINS) perlu diberi PPI
jangka panjang.
ACG merekomendasikan untuk
menghentikan dan menilai ulang
kebutuhan aspirin untuk pencegahan
kejadian kardiovaskular primer. Aspirin
perlu dilanjutkan jika digunakan untuk
pencegahan sekunder, idealnya dalam 1-3
hari, lebih pasti dalam 7 hari. ESGE
(European Society for Gynaecological
Endoscopy) merekomendasikan pemberian
ulang terapi antikoagulan pada pasien yang
memiliki indikasi pemakaian antikoagulan
jangka panjang. Saat aman untuk memulai
kembali terapi adalah antara hari ke-7
sampai hari ke-15. Pemberian kurang dari
7 hari hanya pada pasien dengan risiko
trombosis besar.
Kesimpulan
Pada kasus ini menggambarkan
terjadinya melena yang disebabkan
Riwayat konsumsi obat pegal linu.
Berdasarkan pemeriksaan penunjang
berupa endoskopi didapatkan hasil ulkus
peptikum dan gastritis erosive. Pasien
mendapatkan perawatan berupa tirah
baring. Tatalaksana farmakologis yang
diberikan pada pasien berupa inf. NaCl 20
tpm, inj. Pantoprazole 40 mg 1x1, inj. Vit
K 2mg 1A, inj. Asam traneksamat 250 mg
1Amp, inj. Antrain 1g 3x1, inj.
Ceftriaxone 1g 2x1, sucralfate syr 3xCI,
Asam folat 2x1, cefixime 2x1, repimid
2x1, paracetamol 3x 1 ¼,
methylprednisolone 4 mg 1-1-0, maltofer
1x1

DAFTAR PUSTAKA
Nugraha, Dwi Adhi.2017." Diagnosis dan Tatalaksana Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Non-Variseal.Jurnal CDK-252/ vol. 44 no. 5 th. 2017
ScheimanJM. 2009. Nonsteroidal antiinflamatory drug (nsaid)-induced gastropathy.Dalam:
KimK, editor. Acute gastrointestinal bleeding; diagnosis andtreatment. New Jersey:
Humana. hlm. 75-93Saroinsong, L., Jim, E. L., & Rampengan, S. H. (2021). Diagnosis
dan Tatalaksana Terkini Gagal Jantung Akut. E-CliniC, 9(1), 60–67.
https://doi.org/10.35790/ecl.v9i1.31857
Farida, Millani Nur." Hematemesis Melena dikarenakan Gastritis Erosif dengan Anemia dan
Riwayat Gout Atritis".
Almi,DU.2013." Hematemesis Melena Et Causa Gastritis Erosif Dengan Riwayat
Penggunaan Obat Nsaid Pada Pasien Laki-Laki Lanjut Usia"

Anda mungkin juga menyukai