TAHUN
PENYUSUN
Fathya Nurohmah Choirunnisa, S. Ked
J510215269
PEMBIMBING
dr. Mohamad Ananto Cahyoajibroto, Sp. PD
Nama : Tn. S
Umur : 65 Tahun
Alamat : Tamanarum
Agama : Islam
Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang ke IGD RSUD dr. Sayidiman Magetan pada Rabu, 21
September 2022 pukul 10.20 WIB dengan keluhan BAB hitam 4 kali sejak pagi di hari kedatangan
pasien ke IGD. Hari Senin 19 September 2022 pasien sudah merasa sakit perut saat hendak pergi ke
masjid, kemudian pasien BAB dan BAB yang keluar berwarna hitam encer. Pasien pergi ke bidan desa
kemudian pasien diberikan obat melalui suntikan. Mual dan muntah 1 kali disertai dengan nyeri perut di
epigastrium. Keluhan lain seperti pusing, nyeri dada, sesak nafas, batuk, pilek tidak didapatkan
Pasien sebelumnya pernah mengalami keluhan yang serupa pada tahun 2016 dan mendapat
pengobatan di RS Soedono Madiun serta sempat dilakukan endoskopi.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Penyakit serupa : ada (tahun 2016) Penyakit serupa : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada Hipertensi : Tidak ada
Diabetes melitus : Tidak ada Diabetes melitus : Ada
Penyakit jantung : Tidak ada Penyakit jantung : Ada
Penyakit paru : Tidak ada Penyakit paru : Tidak ada
Penyakit ginjal : Tidak ada Penyakit ginjal : Tidak ada
Alergi : Tidak ada Alergi : Tidak ada
Pasien memiliki aktivitas sehari-hari sebagai penjual bakso. Pasien mengatakan memiliki riwayat
konsumsi obat pegal linu. Tidak ada Riwayat konsumsi alkohol dan rokok. Dilingkungan keluarga
pasien terdapat anggota keluarga yang merokok.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum dan Status Gizi Vital Sign (IGD 21 September 2022)
TD :160/76 mmHg
KU : Cukup
HR : 95x/menit
GCS : RR : 22x/menit
● E4V5M6 (IGD, 21 September T : 36.3oC
2022), SpO2 : 97%
● E4V5M6 (Pemeriksaan, 26 Vital Sign (Pemeriksaan 26 September 2022)
September 2022)
BB : 65 kg TD : 148/79 mmHg
HR : 75x/menit
TB : 160 cm
RR : 22x/menit
IMT : 25.4 T : 37.1 oC
Gizi : Obesitas tingkat 1 SpO2 : 93%
STATUS GENERALIS
Bentuk kepala normal, tidak terdapat jejas pada kepala, bentuk wajah simetris, konjungtiva anemis (+/+),
edema palpebra (-), mukoasa mulut normal, hygiene mulut baik, atrofi papil lidah (-), pembesaran kelenjar
Kepala dan Leher getah bening
RONTGEN THORAX AP
● Co r : Ukuran normal
Trigliserida 86 <200
P.O
Candesartan 8mg 1x1
PROBLEM ORIENTED MEDICAL RECORD
Cue and Clue Problem List Initial Dx Planning Dx Planning Tx Planning Monitoring
Tn. S/L/65 th/65 kg 6. Edema perifer 6.1 Limfadema •Limfoscintigrafi Non farmakologi: •Monitoring KU
S: 6.2 Gout Arthritis •UrCr 1. Tirah baring • Monitoring SE
O: 6.3 Penyakit ginjal •SE 2. Menghindari •Monitoring UrCr
Bengkak pada telapak makanan yang
kaki kanan mengandung
Asam urat : 5.00 garam
Leukosit : 7.3 3. Menghindari berdiri
terlalu lama
Farmakologi:
Inj. Furosemide 2x1
MELENA
DEFINISI
Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal (ter) dengan bau khas,
yang menunjukkan perdarahan SCBA (Saluran Cerna Bagian Atas) serta dicernanya darah pada
usus halus
KLASIFIKASI SCBA
● Varises Esophagus : berkaitan erat dengan sirosis hepatis
● Non-Varises Esophagus : keganasan (Ca gaster/esophagus), gastritis
erosive, Ulkus Peptikum, Mallory-Weiss tears
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
• Riwayat konsumsi obat pegal linu gangguan fisiokimia mukosa lambung kerusakan mukosa berlanjut
inflamasi
• NSAID menghambat COX asam arakidonat menjadi prostaglandin (PG) sintesa PG terhambat
mengahmbat rasa nyeri.
• Penggunaan NSAID jangka Panjang kerusakan organ (gaster)
• Fungsi PG pada gaster sebagai sitoprotektif lapisan mukosa dan meningkatkan sekresi mucus serta
bikarbonat, mempertahankan pompa sodium, stabilisasi membrane serta meningkatkan aliran darah mukos
• Jika sintesis PG terhambat mengurangi ketahanan mukosa lesi pada mukosa lambung
• 2 mekanisme yang merusak lambung local dan sistemik
• Lokal ulserasi. Sistemik kerusakan mukosa lambung sehingga produksi PG menurun
• Mukosa rusak difusi balik H+ dari lumen ke mukosa reaksi berantai pepsin dilepas dalam jumlah
besar, Na+ dan protein plasma banyak masuk ke dalam lumen pelepasan histaminsekresi asam
lambung meningkat, permeabilitas kapiler meningkat, udem dan perdarahan
• Merangsang parasimpatik lokal akibat sekresi asam lambung dan tonus muskularis mukosa meningkat
kongesti venaperdarahan
DIAGNOSIS
● Anamnesis
○ Riwayat penyakit hepar kronis
○ Riwayat konsumsi NSAID
○ Riwayat dyspepsia
○ Riwayat konsumsi jamu-jamuan,obat rematik, obat penyakit jantung, obat stroke
○ Riwayat penyakit ginjal, paru
○ Riwayat perdarahan di tempat lainnya
● Pemeriksaan fisik
○ Evaluasi status hemodinamik
○ Laju respirasi
○ Kesadaran
○ Konjungtiva pucat
○ Waktu pengisian kapiler melambat
○ Stigmata sirosis hepatis
DIAGNOSIS
● Pemeriksaan Penunjang
○ Tes Laboratorium : Hb.Hct,ureum darah, kreatinin,trombosit,PT,PTT,INR,tes fungsi hepar
○ Endoskopi Gold standar
Endoskopi bukan hanya menentukan diagnosis dan menentukan stigmata perdarahan, tetapi juga untuk
Tindakan hemostasis endoskopi
TATALAKSANA
● Tatalaksana Awal
○ Penilaian status hemodinamik dan resusitasi.
Resusitasi pemberian cairan I.V, pemberian oksigen, koreksi koagulapati, transfuse darah bila dibutuhkan
• Batas transfuse darah : Hb ≤7,0 g/dL (lebih tinggi apabila perdarahan berlanjut, perdarahan massif, adanya
komorbid)
○ Pemasangan NGT menilai perdarahan yang sedang berlangsung pada hemodinamik tidak stabil tidak
direkomendasikan
● Tatalaksana Endoskopi
○ Direkomendasikan dalam ≤24 jam; pada pasien risiko tinggi seperti instabilitas hemodinamik (takikardia,
hipotensi) yang menetap setelah resusitasi atau muntah darah segar, aspirat darah segar pada selang
nasogastrik, endoskopi dilakukan very early dalam ≤12 jam
○ Pada pasien dengan status hemodinamik stabil dan tanpa komorbid serius, endoskopi dapat dilakukan
sebelum pasien pulang. Tujuan endoskopi adalah untuk menghentikan perdarahan aktif dan mencegah
perdarahan ulang.
○ Terapi endoskopi tidak direkomendasikan untuk ulkus dengan dasar bersih atau bintik pigmentasi.
Perdarahan ulkus aktif memerlukan kombinasi terapi hemostasis, salah satunya adalah epinefrin yang dapat
dikombinasikan dengan pemasangan hemoklip, termokoagulasi, dan elektrokoagulasi.
TATALAKSANA
● Farmakologi
○ PPI
PPI lebih superior dibandingkan antihistamin. Data terkini merekomendasikan pemberian PPI intravena dosis
tinggi selama 72 jam untuk pasien risiko tinggi. Pasien dengan ulkus dasar bersih dapat diberi terapi PPI dosis
standar (oral satu kali per hari). Pasien perdarahan ulkus peptikum yang dipulangkan direkomendasikan
mendapat PPI oral sekali sehari.
● Tes H.Pylori
Direkomendasikan pada semua pasien perdarahan ulkus peptikum. Jika hasil positif maka diberikan terapi tripel
selama 1 minggu. Setelah pemberian terapi eradikasi, pemeriksaan konfirmasi harus dilakukan menggunakan
urea breath test (UBT) atau H. pylori stool antigen test. Pemberian PPI dapat dihentikan setelah eradikasi H.
pylori dinyatakan berhasil, kecuali jika pasien memakai AINS. Bila AINS tetap diperlukan, sebaiknya dari
golongan COX-2-selective dengan dosis efektif terendah ditambah PPI. Pasien ulkus idiopatik (non-H. pylori,
non-AINS) perlu diberi PPI jangka panjang.
TERIMAKASIH