Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN KASUS:

TBC PARU DENGAN


EFUSI PLEURA
CHRISTINA SONIA WIBOWO
112019164

PEMBIMBING:
dr. Susanto Isman, SpA
IDENTITAS
An. VM
22 Nov 2007 (12 tahun 9 bulan)
Laki-laki
Kalibaru Timur

Tn. AR Ny. S
Kalibaru Timur Kalibaru Timur
38 tahun 35 tahun
Tukang Buruh pabrik
ANAMNESIS
IGD RSUD Cilincing
3 Agustus 2020 (13:00) 25/7 (00:00)
Ada cairan di paru

IGD Koja
25/7 (15:00)
Batuk hilang timbul Rumah (4 jam SMRS) Rujukan RS
Demam 39oC Demam 38oC Cilincing
Berobat klinik & puskesmas
Obat(?)

Warnet  pagi-sore (x masker)


Kontak (-)
BB : 33 kg  31 kg
Nafsu makan masih baik
RPD (-)
Riwayat Penyakit
Dahulu:

TB (-), Typhoid (+)


Keluarga :
Batuk2 lama (-), pengobatan lama (-)
Sosial :
5 bersaudara (anak ke 3) 7 anggota keluarga
Pintu jendela  dibuka
Sinar matahari masuk rumah
Merokok (-)
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
ANC (-)
Penyakit kehamilan (-)
Kelahiran  dukun beranak, spontan pervaginam
 39 minggu (cukup bulan)
 3200 gram, 47 cm
 langsung menangis, APGAR (?)
 kelainan bawaan (-)
Imunisasi
• Tidak pernah imunisasi
• Imunisasi di sekolah (?)
PEMERIKSAAN FISIK
25 Juli 2020 (15:00)

KU : TSS
Kesadaran : CM BB : 31 kg
GCS : 15 TB : 155cm

TTV Paru : vesikuler +/+ (suara menurun pd kedua lapang


S : 37.0 paru), Rhonki -/-, wheezing -/-
HR : 100 Jantung : BJ I-II normal
RR : 24 Abdomen : supel, BU (+), nyeri tekan (-)
TD : 123/76 Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 det, edema (-)
SpO2 : 97%
PEMERIKSAAN FISIK
3 Agustus 2020 (13:00)

KU : TSR
Kesadaran : CM
GCS : 15

TTV
HR : 102
RR : 20
TD : 110/70
SpO2 : 97%
BB : 31 kg
TB : 155cm
BMI : 12,9 kg/m2

TB/U : 50-75%
BB/U : <5% (underweight)
BB : 31 kg
TB : 155cm
BMI : 12,9 kg/m2

TB/U : 50-75%
BB/U : <5% (underweight)
BMI/U : <5% (underweight)
• Kepala : Tidak teraba benjolan, rambut hitam distribusi merata, tidak
mudah dicabut, cekung (-).
• Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, kornea kanan dan kiri
jernih, pupil bulat isokor +/+ diameter 3 mm, refleks cahaya langsung dan
tidak langsung +/+, sekret -/-, kedua mata tidak cekung.
• Telinga : Normotia, liang telinga lapang, serumen -/-, sekret -/-.
• Hidung : Bentuk normal, deviasi septum tidak ada, sekret -/-.
• Mulut : Bentuk normal, mukosa buccal merah muda, sianosis (-),
tonsil T1-T1 tenang, faring tidak hiperemis.
• Leher : Kelenjar getah bening dan tiroid tidak teraba pembesaran, trakea di
tengah.
Paru-paru
• Inspeksi : Bentuk thoraks normal, simetris kanan dan kiri saat
stasis maupun dinamis, retraksi sela iga (-), tidak tampak sesak
• Palpasi : Tidak ada pelebaran sela iga, massa/benjolan (-)
• Perkusi : sonor pada paru kiri
Pada paru kanan, mulai redup pada SI 6 dan 7.
• Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+ suara napas menurun di dada
kanan, ronki -/-, wheezing -/-.
Jantung
• Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
• Palpasi : Teraba pulsasi ictus cordis di sela iga IV linea midclavicularis
sinistra.
• Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
• Inspeksi : Tampak rata, tidak tampak adanya vaskularisasi, lesi, atau
perubahan warna
• Auskultasi: Bising usus (+) normal.
• Palpasi : tidak teraba benjol, tidak terdapat nyeri, tidak teraba
adanya perbesaran hepar dan lien, turgor kulit segera kembali < 1 detik.
• Perkusi : timpani
Ekstremitas (lengan & tungkai)
• Akral hangat, CRT <2 detik
• Tonus : Normotonus,
• Massa : Tidak ada,
• Sendi : Gerakan baik, tidak ada pembengkakan atau nyeri
• Edema (-)
• Sianosis (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Tes Mantoux 25 Juli 2020  28 Juli 2020 (negative)


Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hasil Satuan Nilai Rujukan
Elektrolit
Hematologi
Na 25 Juli
1352020 - RSUDmEq/L
Cilincing 136-146
Hemoglobin 10.6 g/dL 13-17
K 3,8 mEq/L 3,5-5,0
Cl Hematokrit 94 32 mEq/L % 98-10641-50
Leukosit 12,6 103/uL 5-10

Trombosit
Glukosa Sewaktu 105 415 mg/dL103/uL <140150-400
Analisa Gas Darah
Eritrosit 4,7 juta/uL 4,5-5,5
pH 7,45 7,38-7,45
PCO2 31,5 mmHg 38-42
Basofil 0 % 0-1
PO2 99 mmHg 75-100
Eosinofil 1 % 0-3
HCO3 22 mEq/L 22-28
N. Segmen 74 % 35-66
Rapid SARS-COV2 ANTIBODI
RapidLimfosit
SARS-COV-2 IgG Non-reaktif20 % 24-44

RapidMonosit
SARS-COV-2 IgM Non-reaktif5 % 3-6
Hasil
Hasil Satuan
Satuan Nilai Rujukan
Nilai Rujukan
Hasil Satuan Nilai Rujukan
Analisa Gas Darah
Darah Lengkap
pH
25 Juli
7.516
2020 - RSUD Koja 7,35-7,45
Hemoglobin
CRP Kuantitatif 10.83 11.3 mg/dL g/dL <0.512,5-16,1
pCO2 25.0 mmHg 32,0-45,0
Leukosit 11.26 103/uL 4 -10,5
PO2 92.5 mmHg 95-100
Hematokrit 33.8 % 36-47
HCO3 20.4 mEq/L 21-28,8
BaseTrombosit
Excess -2.7415 103/uL
Mmol/L -2,5 -136-337
+2,5
Eritrosit
O2 saturation 98.15.06 %Juta/uL 4,2-5,6
94-100
Hitung Jenis
Elektrolit Basofil 0.3 % 0,2-1,2
Natrium
Eosinofil 132 0.1 mEq/L% 135-147
0,8-7
Kalium 3.64 mEq/L 3,5-5
Neutrofil 77.5 % 34-67,9
Klorida 102 mEq/L 96-108
Limfosit 12.5 % 21,8-53,1

Monosit 9.6 % 5,3-12,2


Glukosa sewaktu 106 mg/dL 60-100
3 Agustus 2020 - RSUD Koja

Hasil

Mikrobiologi

Tes Cepat Molekular Spesimen Sputum


MTB (+) Rifampisin sensitif
3 Agustus 2020 - RSUD Koja

Posisi Supine Proyeksi PA


• Perselubungan homogen di apikolaterobasal hemitoraks kanan
yang menutupi sinus-hemidiafragma kanan dan di laterobasal
hemitoraks kiri yang menutupi dinus-diafragma kiri
• Jantung tidak membesar (CTR<50%)
• Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
• Trakea di tengah. Kedua hilus tidak menebal
• Corakan bronkovaskular kedua paru yang tervisualisasi baik
• Tidak tampak infiltrate maupun nodul di kedua lapangan paru
yang tervisualisasi
• Tulang-tulang dinding dada kesan intak

Kesan : efusi pleura bilateral


RINGKASAN (RESUME)
• Anak laki-laki usia 12 tahun 8 bulan datang dengan demam dan batuk yang
hilang timbul sejak sebulan lalu. Batuk sembuh sementara setelah minum obat
batuk, namun akan kambuh lagi setelah seminggu tanpa batuk. Pasien tidak ada
riwayat kontak TBC. Pasien dirujuk ke RSUD Koja dengan hasil rontgen dari
RSUD Cilincing yaitu terdapat efusi pleura bilateral.
• Dari pemeriksaan fisik di RSUD Koja didapatkan frekuensi napas sedikit
meningkat dari normal (24x/menit) namun saturasi oksigen masih baik (97%),
pasien sudah tidak ada demam dan tidak mengeluh adanya sesak. Bunyi
vesikuler paru kanan dan kiri menurun, tidak ada retraksi.
• Pada hasil rontgen thorax didapatkan gambaran efusi pleura bilateral. Tes
Mantoux didapatkan hasil negatif. Dari hasil Tes Cepat Molekular didapatkan
MTB positif sensitif rifampisin.
WORKING DIAGNOSIS
• TBC paru dengan efusi pleura
• Dasar Diagnosis: gejala klinis pasien adalah batuk yang timbul lagi
walaupun sudah minum obat dan sudah berlangsung >3 minggu,
terdapat demam dan penurunan berat badan. Pasien dan keluarga
menyangkal adanya kontak dengan orang lain yang memiliki gejala
serupa, tidak ada KGB yang membesar atau nyeri, tidak ada
pembengkakan sendi. Uji tuberculin/Mantoux didapatkan hasil
negatif. Foto rontgen thorax terdapat efusi pleura bilateral. Tes Cepat
Molekuler didapatkan hasil MTB (+) sensitif rifampisin.
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
• Pneumonia ringan-sedang
Dasar Diagnosis: terdapat febris <38,5 , peningkatan respiration rate
(24x/menit), terdapat perselubungan pada rontgen thorax,
leukositosis, namun pada pasien batuk tidak produktif dan tidak ada
sesak.

• COVID19
Dasar Diagnosis: terdapat demam, gejala pernapasan (batuk kering),
namun pada pemeriksaan Rapid SARS-COV2 IgM dan IgG didapatkan
hasil non-reaktif.
PEMERIKSAAN YANG DIANJURKAN
• Foto polos Thorax posisi supine proyeksi AP/PA, juga posisi left lateral
decubitus ataupun right lateral decubitus
PENATALAKSANAAN
• INH 300 mg
• Rifampisin 450 mg
• Pirazinamid 1,5 Tab
• Etambutol 1,5 Tab PROGNOSIS
• Metilprednison 2X16 mg
• Ad Vitam : Dubia ad
bonam
• Ad Functionam : Dubia ad bonam
• Ad Sanationam : Dubia ad bonam
FOLLOW UP
Tanggal Subyektif Objektif Assesment Penatalaksanaan
25/7/20 Batuk hilang  Keadaan umum: Tampak Sakit Efusi paru  O2 Nasal kanul 2
Bangsal anak timbul sejak 1 Sedang bilateral suspek lpm
bulan SMRS.  Kesadaran: Compos mentis TB paru  Kaen3B 1500
 TTV: Suhu 38oC, nadi 112x/menit, cc/hari
pernafasan 28x/menit  Ceftriaxone 1x1.5
 BB: 31 kg gr IV
 Mata: Konj.Anemis -/-, mata cekung  Paracetamol
-/- 3x0,25 tablet
 Thoraks: Retraksi -/-, Vesikuler +/+  Vestein syr 3x5 ml
 Cor: Bunyi jantung I dan II murni
regular, gallop (-) , murmur (-)
 Abdomen: BU (+), nyeri tekan (-)
 Extremitas ; akral hangat, sianosis
(-), CRT <2 detik, edema (-)
 Xray toraks : efusi pleura bilateral
 Leukosit 12.600/uL
 Rapid SARS-COV2 non reaktif
FOLLOW UP
Tanggal Subyektif Objektif Assesment Penatalaksanaan
26/7/20 Tidak sesak,  Keadaan umum: Tampak Sakit Efusi paru  O2 Nasal kanul
batuk masih Sedang bilateral suspek 2 lpm
ada  Kesadaran: Compos mentis TB paru  Kaen3B 1500
 Suhu: 36,7 oC cc/hari
 HR :102 x/menit  Ceftriaxone
1x1.5 gr IV
 Paracetamol
3x0,25 tablet
 Vestein syr 3x5
ml
FOLLOW UP
Tanggal Subyektif Objektif Assesment Penatalaksanaan
27/7/20 Masih ada  Keadaan umum: Tampak Sakit Efusi paru  O2 Nasal kanul
batuk Sedang bilateral suspek 2 lpm
 Kesadaran: Compos mentis TB paru  Kaen3B 1500
 Suhu : 36,5 oC cc/hari
 HR : 98 x/menit  Ceftriaxone
 Auskultasi paru: vesikuler +/+ 1x1.5 gr IV
 Vestein syr 3x5
ml
 Ambroxol
3x5ml
FOLLOW UP
Tanggal Subyektif Objektif Assesment Penatalaksanaan
28/7/20 Masih ada  Keadaan umum: Tampak Sakit Efusi paru  O2 Nasal kanul
batuk Sedang bilateral suspek 2 lpm
 Kesadaran: Compos mentis TB paru  Kaen3B 1500
 Suhu: 37,8 oC cc/hari
 HR : 100 x/menit  Ceftriaxone
 Mantoux (-) 1x1.5 gr IV
 Paracetamol
3x0,25 tablet
 Vestein syr 3x5
ml
 Ambroxol
3x5ml
FOLLOW UP
Tanggal Subyektif Objektif Assesment Penatalaksanaan
29/7/20 Masih ada  Keadaan umum: Tampak Sakit -Efusi paru  O2 Nasal kanul
batuk Sedang bilateral susp. 2 lpm
 Kesadaran: Compos mentis TB paru  Kaen3B 1500
 Suhu: 38,5 oC -IBA cc/hari
 HR : 100 x/menit  Ceftriaxone
1x1.5 gr IV
 Paracetamol
3x0,25 tablet
 Vestein syr 3x5
ml
 Ambroxol
3x5ml
 Amikasin
2x100mg
FOLLOW UP
Tanggal Subyektif Objektif Assesment Penatalaksanaan
30/7/20 Masih ada  Keadaan umum: Tampak Sakit Efusi paru  O2 Nasal kanul
batuk Sedang bilateral suspek 2 lpm
 Kesadaran: Compos mentis TB paru  Kaen3B 1500
 Suhu: 37,5 oC cc/hari
 HR : 96 x/menit  Ceftriaxone
1x1.5 gr IV
 Vestein syr 3x5
ml
 Ambroxol
3x5ml
 Amikasin
2x100mg
FOLLOW UP
Tanggal Subyektif Objektif Assesment Penatalaksanaan
31/7/20 Masih ada  Keadaan umum: Tampak Sakit Efusi paru  O2 Nasal kanul
batuk Sedang bilateral suspek 2 lpm
 Kesadaran: Compos mentis TB paru  Kaen3B 1500
 Suhu: 37,4 oC cc/hari
 HR : 110 x/menit  Ceftriaxone
1x1.5 gr IV
 Vestein syr 3x5
ml
 Ambroxol
3x5ml
 Amikasin
2x100mg
FOLLOW UP
Tanggal Subyektif Objektif Assesment Penatalaksanaan
1/8/20 Masih ada  Keadaan umum: Tampak Sakit Efusi paru  O2 Nasal kanul
batuk Sedang bilateral suspek 2 lpm
 Kesadaran: Compos mentis TB paru  Kaen3B 1500
 Suhu: 37,0 oC cc/hari
 HR : 96 x/menit  Ceftriaxone
 Auskultasi paru: vesikuler +/+ 1x1.5 gr IV
 Vestein syr 3x5
ml
 Ambroxol
3x5ml
 Amikasin
2x100mg
 Inhalasi : untuk
mengeluarkan
sputum untuk
specimen Tes
Cepat Molekuler
FOLLOW UP
Tanggal Subyektif Objektif Assesment Penatalaksanaan
2/8/20 Masih ada  Keadaan umum: Tampak Sakit Efusi paru  O2 Nasal kanul
batuk Sedang bilateral suspek 2 lpm
 Kesadaran: Compos mentis TB paru  Kaen3B 1500
 Suhu: 36,9 oC cc/hari
 HR : 98 x/menit  Ceftriaxone
1x1.5 gr IV
 Vestein syr 3x5
ml
 Ambroxol
3x5ml
 Amikasin
2x100mg
FOLLOW UP
Tanggal Subyektif Objektif Assesment Penatalaksanaan
3/8/20 Batuk sudah  Keadaan umum: Tampak Sakit Efusi paru  O2 Nasal kanul
Jam 13:00 tidak ada Sedang bilateral ec TB 2 lpm
 Kesadaran: Compos mentis paru  Kaen3B 1500
 Suhu: 37,1 oC cc/hari
 HR : 102 x/menit  Ceftriaxone
 RR : 20x/menit 1x1.5 gr IV
 TD : 110/70 mmHg  Vestein syr 3x5
 Auskultasi paru : vesikuler ml
menurun +/+  Ambroxol
 Tes Cepat Molekuler : MTB 3x5ml
(+) Sensitif Rifampisin  Amikasin
 Xray throrax : efusi pleura 2x100mg
bilateral
TINJAUAN PUSTAKA
TBC : penyakit infeksi menular langsung yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis.
Sebagian besar menyerang paru,
Ekstraparu  kelenjar, kulit, saluran pencernaan, selaput otak, dan
sebagainya. Kuman TB terdapat pada percik renik (droplet) dalam
ukuran yang sangat kecil (<5μm) yang akan terhirup dan mencapai
alveolus
KLASIFIKASI
1. ANATOMI
- PARU
- EKSTRAPARU : meningitis, tulang/sendi, kelenjar, skrofuloderma,
abdomen, ginjal, jantung

2. RIWAYAT PENGOBATAN
- BARU : belum pernah pengobatan / pernah menelan OAT namun
<1bulan (<28 dosis)
- PERNAH DIOBATI : pernah menelan OAT ≥1bulan  berdasarkan
pengobatan TB terakhir : kambuh, diobati kembali setelah gagal, diobati
kembali setelah putus obat, pernah diobati namun hasil akhir tidak
diketahui
- Riwayat pengobatan tidak diketahui
KLASIFIKASI
3. UJI KEPEKAAN OBAT
- Mono Resisten : resisten salah satu jenis OAT lini pertama
- Poli Resisten : resisten > 1 jenis OAT lini pertama selain INH & Rifampisin
- MDR : resisten INH & Rifampisin bersamaan
- Extensive drug Resistant (XDR) : MDR yang juga resisten salah satu OAT gol.
Floroquinolon & minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan
- Resisten Rifampisin (RR)

4. STATUS HIV
- Positif
- Negatif
- Tidak diketahui
EPIDEMIOLOGI
• Setiap tahun : 10 juta orang TB, 1.5 juta meninggal, 7.5 juta anak
• Indonesia  1 dari 8 negara kontributor kejadian TB terbanyak
• Konfirmasi diagnosis TB anak sulit  penanganan terabaikan.
• Under diagnosis and under reporting rata-rata di dunia sekitar 55%
kasus TB pada anak berusia 0-14 tahun yang tidak terlaporkan
• TB Anak dari semua kasus TB di Indonesia : 2010 (9.4%), 2011 (8.5%),
2012 (8.2%), 2013 (7.9%), 2014 (7.16%)
• 2019 di Indonesia 27/10.000 balita, 2/10.000 anak berusia 5-14
tahun terkena TB, dan 63.111 total kasus TB anak
• Anak < 3 tahun + malnutrisi / imunisupresan  risiko tinggi TB
(terutama TB paru)
• TB menyerang organ lain : 20-30%
ETIOLOGI

• Mycobacterium tuberculosis  family Mycobactericeae


• Basil, gram positif lemah, tahan asam, tidak bergerak, (-) membentuk
spora, Panjang 2-4 µm, aerob abligat, tumbuh paling baik pd suhu 37-
41, menghasilkan niasin, dan permukaan sel berlilin yang
mengandung tiga lapis tipis peptidoglikan yang terhubung dan dilapisi
oleh asam lemak rantai panjang (asam mikolik).
• Pewarnaan : Ziehl-Neelsen dgn Karbolfukhsin
• Tumbuh lambat. isolasi dr specimen pada media sintetik padat : 3-6
minggu. Uji kerentanan : butuh 4 minggu tambahan
PATOGENESIS
FAKTOR RISIKO
• Kontak dgn penderita
• Malnutrisi
• Etiket batuk, bersin. Tanpa APD
• Sinar UV kurang
• ventilasi kurang
• (-) imunisasi BCG
• Kepadatan penduduk, kebersihan
GEJALA KLINIS
• Pada anak  gejala tidak spesifik

Gejala Sistemik/Umum :
- Nafsu makan berkurang
- BB turun/tidak naik dalam 2 bulan sebelum/gagal tumbuh walaupun sudah
perbaikan gizi dalam 1 bulan
- Demam ≥2 minggu (lama atau berulang) tanpa sebab yg jelas
- Batuk ≥2 minggu (tidak reda & semakin parah),
- Lesu, malaise
- Pembesaran kelenjar superfisial (leher, aksila, inguinal, dll)
- Gejala gastrointestinal (diare persisten, dll)
Gejala klinis - spesifik
1. Tuberkulosis kelenjar.
• Sering di daerah leher (region colli), pembesaran (KGB), tidak nyeri. Tidak berespon dengan antibiotika,
terbentuk rongga dan bernanah.
2. Tuberkulosis SSP
• Pada meningitis TB : biasanya demam lama, sakit kepala diikuti kejang dan penurunan kesadaran.
3. Tuberkulosis sistem skeletal
• Pada tuberkulosis tulang belakang (spondylitis) : penonjolan tulang belakang/ daerah punggung biasaya sulit
membungkuk. Pada tuberkulosis tulang panggul (koksitis) : pincang, gangguan berjalan, atau tanda peradangan
di daerah panggul. Pada tuberkulosis tulang lutut (gonitis) : pincang dan/atau bengkak pada lutut tanpa sebab
yang jelas, tuberkulosis juga dapat terjadi di tulang kaki dan tangan disebut juga Spina ventosa/daktilitis.
4. Tuberkulosis kulit (skrofuloderma)
• Ditandai adanya luka disertai dengan jembatan kulit antar tepi luka.
5. Tuberculosis organ-organ lain
• Misalnya peritonitis TB, TB ginjal; dicurigai bila ditemukan gejala gangguan pada organ-organ tersebut
tanpa sebab yang jelas dan disertai kecurigaan adanya infeksi TB.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan sputum  terutama anak >5 tahun, HIV (+), gambaran kelainan paru luas.
• Pengambilan sputum : berdahak, bilas lambung, induksi (inhalasi)
• BTA : sebaiknya minimal 2x (pagi & sewaktu)
• TCM (Xpert MTB/RIF  identifikasi MTB cepat (2 jam) & menentukan ada/tidak resistensi
rifampisin. Paling cepat, sensitive, spesifik.
• Gold standard : biakan (4-8 minggu)
• Uji Tuberculin  0.1 ml tuberculin PPD RT 23 intrakutan di volar lengan bawah. Raksi
diukur 48-72 jam setelah penyuntikan.
indurasi transversal diukur, dilaporkan dalam mm.
≥ 10 mm positif
<5 mm negatif
5-9 mm meragukan  perlu ulang minimal 2 mgg kemudian.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Foto toraks tidak khas, kecuali TB milier
UMUM : pembesaran kel. Hilus +/- infiltrate, konsolidasi
segmental/lobular, efusi pleura, milier atelectasis, kavitas,
tuberculoma, kalsifikasi dgn infiltrate
• Histopatologi  granuloma + nekrosis kaseosa ditengahnya + sel datia langhans dan/
kuman TB
• IGRA (INF-g Release Assay)
Ukur reaktivitas imun thd infeksi MTB. Tidak bisa bedakan laten / Sakit TB. WBC org yg
terinfeksi MTBINF-g.
Hasil : ukur konsentrasi INF-g atau sel yg produksi INF-g
Keuntungan : 1x, hasil dalam 24 jam, tidak pengaruhi PP lain, tidak dipengaruhi BCG
Kekurangan : darah harus diproses dalam 8-30 jam, eror dalam pengambilan
darah;transport darah; proses; baca hasil, memengaruhi akurasi, tidak bisa prediksi
apakah pasien akan sakit TB, mahal
DIAGNOSIS

• Kemenkes & IDAI  Skoring


≥6 : TB & OAT
<6 + Mantoux (+) / kontak erat (+) : TB & OAT
< 6 + Mantoux (-) / kontak erat (-) : observasi 2-4 mgg,
jika menetap, evaluasi ulang kemungkinan TB / rujuk
DIAGNOSIS
• BTA sputum  2x  jika 1 positif : TB (+)
• TCM (+)  TB (+)
• Jika alat pemeriksaan terbatas :
Kontak erat penderita TB : OAT
Jika (-) kontak : observasi 2-4 mgg  jika
menetap, rujuk utk Mantoux & Xray
• efusi, milier, cavitas, gibus, koksitis, kejang, kaku kuduk, penurunan
kesadaran, sesak napas  rujuk
TATALAKSANA
OAT
2 fase : INTENSIF (3-5 OAT) 2 bulan
LANJUTAN (2 OAT : INH-Rif) 6-12bulan

Regimen dasar (2HRZ-4HR) : INH, Rif, Piraz (2 bulan)


INH, Rif (4 bulan)
TB paru berat & ekstraparu : 4-5 OAT (2 bulan)
INH-Rif (4-6 bulan)

*tambah Etambutol pd awal pengobatan jika risiko resistensi / TB paru berat


*TB SSP, pericarditis, milier, efusi pleura : prednisone 1-2mg/kg/hari (2-4 mgg). Dosis
prednisone diturunkan bertahap selama 2-6 minggu
OAT Profilaksis
Primer : Mencegah tertular/infeksi pd kelompok kontak erat pasien TB
dewasa BTA (+)
Sekunder : cegah sakit TB pd kelompok terinfeksi TB

INH 5-10mg/kg/hari (3 bulan)  primer


(6-12 bulan)  sekunder
• Kombinasi dosis tetap / fixed dose combination
Memudahkan pemberian OAT utk 1 orang
• Nutrisi
Imunitas
Pengamatan gejala&tanda malnutrisi
Asi tetap diberikan jika masih menyusu
Vitamin D

• Pemantauan & hasil evaluasi


Pemantauan : minum obat setiap hari o/ PMO
Pantau tiap 2 mgg selama masa intensif, tiap bulan selama masa lanjutan.
TB milier  cek Xray setlah 1 bulan OAT
Efusi  cek Xray setelah 2-4 mgg OAT
• Pemantauan & hasil evaluasi
Hasil akhir pengobatan :
- SEMBUH : pasieb TB baru, BTA (+) di awal pengobatan, BTA (-) di akhir
pengobatan & di masa pemantauan
- LENGKAP : pasien TB selesai pengobatan lengkap, BTA (-) di masa
pemantauan, di akhir pengobatan tidak ada hasil BTA
- GAGAL : BTA tetap (+) atau kembali (+) pd bulan ke-5 / lebih selama
pengobatan / kapan saja selama pengobatan + ada bukti lab resistensi OAT
- MENINGGAL : pasien TB meninggal krn sebab apapun, sebelum mulai /
sedang pengobatan
- PUTUS OBAT : tidak mulai pengobatan / pengobatan terputus selama 2
bulan terus menerus atau lebih
- TIDAK DIEVALUASI : tidak diketahui hasil akhir pengobatan (misal: pasien
pindah ke kota lain)
Tatalaksana pasien yang tidak berobat teratur:
- Tidak minum OAT >2 mgg di fase intensif / >2bulan di fase lanjutan &
ada gejala TB : ulang OAT dr awal
- Tidak minum OAT < 2 mgg di fase intensif / <2 bulan di fase lanjutan &
ada gejala TB : lanjutkan sampai selesai

Pengobatan ulang:
Pernah pengobatan, tetapi masih ada gejala TB. Evaluasi ulang dgn
periksa BTA atau sistem skoring. Jika BTA (+) : kasus kambuh.
• Tatalaksana efek samping OAT
Sering : hepatotoksik (INH, Rif, Piraz).
Tidak perlu cek fungsi hati rutin. Peningkatan enzim hati tanpa gejala klinis
bukan indikasi stop OAT. Jika hepatomegaly / icterus  cek enzim hati, jika perlu
stop OAT.

Neuritis perifer (ex: kesemutan) beri vitamin B6 10mg tiap 100mg INH
PENCEGAHAN
1. Pencegahan dengan INH
Anak tinggal serumah dgn TB dewasa BTA (+). Risiko infeksi 50-60%, risiko sakit
10%
Diberikan pd anak <5 tahun, HIV (+), immunocompromised (gizi buruk, DM,
keganasan, steroid jangka Panjang). 10mg/kg/hari (max 300 mg/hari) 6 bulan
2. Pencegahan pd anak kontak dgn Pasien TB Resistensi Obat
Jika anak tidak sakit TB  rujuk ke spesialis anak : observasi atau berikan
pengobatan pencegahan berdasarkan resistensi OAT
3. Investigasi kontak
Diproritaskan pd anak usia 0-14 tahun dgn kriteria kontak dgn orang yg : BTA (+),
TB Resisten OAT, TB + HIV.
4. Vaksin BCG
Vaksin hidup yg dilemahkan  M. bovis
Prognosis
• Umumnya baik jika diagnosis dini dan pengobatan efektif
• TB tulang, sendi, meningitis, tergantung stadium penyakit ketika
dimulai pengobatan
• Kepatuhan pengobatan, gizi yg baik  potensi sembuh tinggi
• Kasus resistensi  angka kesembuhan 50%
TB MDR
• Resistensi INH & Rif
• 5% kasus TB di 2014 : MDR
• Data MDR TB anak blm pasti
• Diagnosis MDR : gejala TB (+), ada riwayat pengobatan, tidak
perbaikan dgn OAT lini pertama, ada kontak dgn MDR TB, kontak
dengan pasien yg meninggal saat pengobatan TB, kontak dengan
pasien yang gagal pengobatan
• PP : Xpert MTB/Rif
TATALAKSANA MDR
• Sama dengan MDR dewasa
• Pengobatan : sesuai hasil uji kepekaan,
atau jika gagal OAT lini 1 dan tidak jelas apakah ada kontak
dgn pasien TB resisten : asumsikan resisten INH & Rif
• harus rawat inap di RS rujukan TB MDR 2 minggu
• Panduan:
1. Panduan Standar (RR/MDR)
kombinasi OAT lini 1 & 2. Tahap awal : kombinasi sekurangnya 5
jenis obat
• Panduan:
1. Panduan Standar (RR/MDR)
Untuk pasien TB Resisten Rifampisin (RR) dan TB MDR di faskes
TB-RO dan faskes TB-RO rujukan. Pengobatan dapat berjalan selama 9-
11 bulan atau 20-26 bulan.
CONTOH:
4 OAT inti (1 grup A, 1 grup B, 2 grup C)
yaitu Kanamisin (Km), Levofloksasin (Lfx),
Etionamid (Eto), Sikloserin (Cs). 1 OAT lini
pertama (grup D1) yaitu Pirazinamid (Z). 1
obat tambahan yaitu Etambutol.
• Panduan:
2. Panduan Individual (pre-XDR/XDR)
Kombinasi OAT lini pertama, lini kedua dan OAT jenis baru
(minimal 24 bulan). Panduan OAT standar dapat disesuaikan bila terjadi
perubahan hasil uji kepekaan MTB menjadi panduan individual yang
ditetapkan oleh dokter terlatih di faskes TB-RO rujukan.
PEMANTAUAN KEMAJUAN
PENGOBATAN
ANALISIS KASUS
IGD RSUD Cilincing
25/7 (00:00)
Ada cairan di paru

IGD Koja
25/7 (15:00)
Batuk hilang timbul Rumah (4 jam SMRS) Rujukan RS
Demam 39oC Demam 38oC Cilincing
Berobat klinik & puskesmas
Obat(?)

Warnet  pagi-sore (x masker)


Kontak (-)
BB : 33 kg  31 kg
Nafsu makan masih baik
RPD (-)
PASIEN BARU :
Riw TB (-)
Riw OAT (-)

2HRZ-4HR (atau pakai regimen


OAT dewasa kategori 1) + steroid
(misal prednisone 1-2mg/kghari
selama 2-4 minggu)

Evaluasi pengobatan :
- Tiap 2 mgg (f.INTENSIF)
- Tiap 1 bln (f.LANJUTAN)
- Xray toraks : 2-4 mgg setelah
mulai OAT
- *pantau gizi
2RHZE/4HR

Anda mungkin juga menyukai