Oleh:
dr. Yalsin Hericson
Pendamping Internsip:
dr. Aisah
Pembimbing:
dr. Asian Edward Sagala, Sp.B
Kupang,……………………2020
Mengetahui,
A. DEFINISI
Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus
atau oleh gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi
mekanik. Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus.
Pada obstruksi usus harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan
obstruksi strangulata. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia,
invaginasi, adhesi dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi,
sedangkan obstruksi oleh tumor atauaskariasis adalah obstruksi
sederhana yang jarang menyebabkanstrangulasi.1
Pada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya
disebabkan
oleh cacat lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau
ususnya
berputar (volvulus). Invaginasi merupakan penyebab tersering dari
sumbatan usus akut
pada anak, dan sumbatan usus akut ini merupakan salah satu
tindakan bedah darurat yang
sering terjadi pada anak..1
Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma
terutama
pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal. Tanda obstruksi usus
merupakan tanda lanjut
(late sign) dari karsinoma kolon. Obstruksi ini adalah obstruksi usus
mekanik total
yang tidak dapat ditolong dengan cara pemasangan tube lambung,
puasa dan
infus. Akan tetapi harus segera ditolong dengan operasi (laparatomi).
Umumnya gejala
pertama timbul karena penyulit yaitu gangguan faal usus berupa
gangguan sistem
saluran cerna, sumbatan usus, perdarahan atau akibat penyebaran
tumor.
Biasanya nyeri hilang timbul akibat adanya sumbatan usus dan diikut
muntah
muntah dan perut menjadi distensi/kembung. Bila ada perdarahan
yang
tersembunyi, biasanya gejala yang muncul anemia, hal ini sering
terjadi pada
tumor yang letaknya pada usus besar sebelah kanan.
B. E
Data pasien
Nama : Tn. H. C
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status Kawin : Belum menikah
Agama : Kristen
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Kayu Putih
Telepon :-
Nomor Registrasi : 066598
Terdaftar sejak : 25 Februari 2020
Hasil pembelajaran
1. Diagnosis Ileus obstruktif parsial
2. Penatalaksanaan Ileus obsturktif parsial
Obyektif:
Pemeriksaan fisik:
o PRIMARY SURVEY
A: clear, c-spine control (-)
B: bentuk dan gerak tidak simetris, dada kanan tertinggal, RR
28x/min, VBS kanan < kiri, saturasi O2 98%
C: TD: 110/70 mmHg N: 92x/min
D: GCS 15, pupil bulat isokor, diameter 3 mm, reflek cahaya +/+,
parese -/-
o SECONDARY SURVEY
o Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit berat
Kesadaran : Compos mentis (E4 V5 M6)
Tanda-Tanda Vital:
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Pernafasan : 28 kali/menit
Nadi : 92 kali/menit, regular, equal, isi cukup
Suhu : 37OC
Kepala : Rambut warna hitam. Tidak mudah dicabut, tidak terdapat nyeri
tekan, dan tidak ada luka.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor
ukuran 3mm/3mm, refleks pupil langsung +/+,refleks pupil tidak
langsung +/+.
THT : Epistaksis (-), perdarahan gingiva (-), tonsil T1/T1 hiperemis (-),
faring hiperemis (-).
Leher : Trakea di tengah, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,
tiroid tidak teraba, JVP tidak meninggi.
Paru : Gerakan paru statis dan dinamis tidak simetris, dinding dada
kanan tertinggal, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, vokal
fremitus lapang paru kanan < kiri, bunyi perkusi hipersonor pada
lapang paru kanan atas hingga bawah, sonor pada lapang paru kiri,
bunyi napas vesikuler kanan < kiri, rhonki (-/-), wheezing (-/-), a/r
thoracal superior: vulnus ictum, 4 cm dari garis tengah tubuh, 2 x 1
x 3 cm, perdarahan aktif (-), edema (-)
Gambar 1. Vulnus ictum a/r thoracal superior
Planning:
Diagnosis: Pemeriksaan rontgen dan CT scan
Pengobatan:
1. Oksigenasi 3 L/menit melalui nasal cannule
2. Needle decompression
3. Rawat luka
4. Hecting situasi 2x di bagian inguinal sinistra
5. Pemasangan akses intravena, dan diberikan cairan NaCl 0,9%
sebanyak 20 tpm
6. Ceftriaxone 2x1 gram (IV)
7. Santagesic 3x500 mg (IV)
8. ATS 1.500 IU (IM)
9. R/ Water Seal Drainage (WSD) kanan
10. Stab wound repair
Konsultasi:
Dilakukan dengan dokter spesialis bedah.
Planning:
Diagnosis: Pemeriksaan rontgen dan CT scan
Pengobatan:
1. Oksigenasi 3 L/menit melalui nasal cannule
2. Posisi setengah duduk
3. Pemasangan akses intravena, dan diberikan cairan NaCl 0,9% sebanyak 20
tpm
4. Ceftriaxone 1 gram/12 jam IV
5. Santagesic 500 mg/8 jam IV
6. Metilprednisolon 125 mg/12 jam IV
7. Ranitidin 50 mg/12 jam IV
8. Cek undulasi, bubble, produksi WSD
Planning:
Diagnosis: Pemeriksaan rontgen dan CT scan
Pengobatan:
1. Posisi setengah duduk
2. Pemasangan akses intravena, dan diberikan cairan NaCl 0,9% sebanyak 20
tpm
3. Ceftriaxone 2x1 IV
4. Asam traneksamat 3x1 IV
5. Ketorolac 3x1 IV
6. Dexamethason 3x1 IV
7. Ranitidin 2x1 IV
8. Cek undulasi, bubble, produksi WSD
Assessment:
Post insersi chest tube thoracostomy a.i open pneumothorax dextra e.c. vulnus
ictum a/r thoracal superior.
Planning:
Diagnosis: Pemeriksaan rontgen dan CT scan
Pengobatan:
1. Posisi setengah duduk
2. Pemasangan akses intravena, dan diberikan cairan Ringer Lactate
sebanyak 20 tpm
3. Ceftriaxone 2x1 IV
4. Asam traneksamat 3x1 IV
5. Ketorolac 3x1 IV
6. Dexamethason 3x1 IV
7. Ranitidin 2x1 IV
8. Cek undulasi, bubble, produksi WSD
Assessment:
Post insersi chest tube thoracostomy a.i open pneumothorax dextra e.c. vulnus
ictum a/r thoracal superior.
Planning:
Diagnosis: Pemeriksaan rontgen dan CT scan
Pengobatan:
1. Posisi setengah duduk
2. Pemasangan akses intravena, dan diberikan cairan Ringer Lactate
sebanyak 20 tpm
3. Ceftriaxone 2x1 IV
4. Asam traneksamat 3x1 IV
5. Ketorolac 3x1 IV
6. Dexamethason 3x1 IV
7. Ranitidin 2x1 IV
8. Cek undulasi, bubble, produksi WSD
Assessment:
Post insersi chest tube thoracostomy a.i open pneumothorax dextra e.c. vulnus
ictum a/r thoracal superior.
Planning:
Diagnosis: Pemeriksaan rontgen dan CT scan
Pengobatan:
1. Posisi setengah duduk
2. Pemasangan akses intravena, dan diberikan cairan Ringer Lactate
sebanyak 20 tpm
3. Ceftriaxone 2x1 IV
4. Asam traneksamat 3x1 IV
5. Ketorolac 3x1 IV
6. Dexamethason 3x1 IV
7. Ranitidin 2x1 IV
Follow up tanggal 26 April 2018
Subjektif:
Pasien mengeluhkan batuk, namun sudah berkurang.
Objektif:
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum : sakit ringan
Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg
N : 82x/m, isi cukup
RR : 20x/m
T : 36,3 oC
Status generalis:
Kepala : an -/-, ikt -/-, pupil bulat isokor
Thorak : VBS kanan = kiri, terpasang WSD pada dada kanan
WSD: undulasi (+), bubble (-), produksi (-)
Abd : datar, supel, NT (-), NL (-), DM (-), BU (+)
Ekst : AHKM (+), CRT < 2 detik
Assessment:
Post insersi chest tube thoracostomy a.i open pneumothorax dextra e.c. vulnus
ictum a/r thoracal superior.
Planning:
Diagnosis: Pemeriksaan rontgen dan CT scan
Pengobatan:
1. Posisi setengah duduk
2. Pemasangan akses intravena, dan diberikan cairan Ringer Lactate
sebanyak 20 tpm
3. Ceftriaxone 2x1 IV
4. Asam traneksamat 3x1 IV
5. Ketorolac 3x1 IV
6. Dexamethason 3x1 IV
7. Ranitidin 2x1 IV
8. WSD diklem
9. Rontgen thorax ulang
10. Acc KRS
11. Edukasi: istirahat total untuk menghindari kerja paru berat, dilarang
mengejan, batuk, atau bersin terlalu keras