CASE REPORT
SEORANG LAKI- LAKI 69 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2,
DISLIPIDEMIA, ISK DISERTAI CHOLELITIASIS
PENYUSUN
Izzah Tsaqoofah Jati, S. Ked
J510215310
PEMBIMBING
dr. Dian Prasetyawati, Sp. PD
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui,
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran FK UMS
ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Pathogenesis terjadinya DM
melibatkan otot, hepar, sel beta pancreas, serta delapan organ lain yang berperan disebut dengan the
egregious eleven. DM ditegakkan ketika HbA1C>6.5%. Dalam kasus ini, seorang laki-laki berusia 69
tahun datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 1 minggu dan merasa lebih berat ketika 2 hari sebelum
masuk rumah sakit dengan riwayat cholelitiasis. Didapatkan pada pemeriksaan GDS 451 mg/dl, HbA1C
12.2%, GDP 289 mg/dl, GD2PP 330mg/dl. Tekanan darah didapatkan hasil 170/82 mmHg.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil leukosit 23.0 103/uL. Pemeriksaan foto thorax didapatkan
hasil cor dan pulmo dalam batas normal dan pemeriksaan USG abdomen upper-lower didapatkan
parenkimal liver disease disertai simple cyst, hydrops GB disertai sludge minimal, dan
pancreas/lien/ginajl kanan dan kiri/buli/prostat saat ini tak tampak kelainan. Tatalaksana yang diberikan
meliputi Inj.Ceftriaxone 2 gr/24 jam, Inj.Pantoprazole 1x1 Ampul, Inj. Atorvoastatin 0-0-1, urdafalk
250 mg 1x1, curcuma 20 mg 2x1, Inj. Lantus 0-0-16 dan Inj. Novorapid 4-4-4.
ABSTRACT
Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases characterized by hyperglycemia resulting
from defects in insulin secretion, insulin action or both. The pathogenesis of DM involves the
muscles, liver, pancreatic beta cells, and eight other organs that play a role called the
egregious eleven. DM is enforced when HbA1C>6.5%. In this case, a 69-year-old man came
with complaints of heartburn since 1 week and felt worse 2 days before entering the hospital
with a history of cholelithiasis. Obtained on examination GDS 451 mg/dl, HbA1C 9.9%, GDP
176 mg/dl, GD2PP 269 mg/dl. Blood pressure results obtained 123/74 mmHg. Laboratory tests
showed leukocytes 23.0 103/uL. Examination of the chest photo showed cor and pulmo within
normal limits and examination of the BOF 2 position found meteorismus and no ileus or
pneumoperitoneum was seen. The treatments given include Inj. Ceftriaxone 2 gr/24 hours, Inj.
Pantoprazole 1x1 Ampoule, Inj. Antrain 2x1 Ampule, Inj. Atorvoastatin 0-0-1, urdafalk 250 mg
1x1, curcuma 20 mg 2x1, Inj. Lantus 0-0-16 and Inj. Novorapids 4-4-4.
pneumoperitoneum
SGOT 29.0 U/L < 37
2. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 2 Pemeriksaan Laboratorium SGPT 32.0 U/L <47
Tanggal 01 Februari 2023
DM :
Nilai HbA1C 9.9 (H) %
Pemeriksaan Hasil Satuan 6.5%
Rujukan
62.43
Hematologi Lengkap (01-02-2023) BUN mg/dL 10-25
(H)
Bilirubin 23.22
mg/dl
Total (HH) 0.1-1.0
Bilirubin 10.95
mg/dL 0-0.2
Direk (H)
- -
S:- Dislipidemia Non Farmakologis KU dan
O: 1. Makan makanan target tujuan
-Trigliserida tinggi serat triglisedrida
(01/02) : 453 2. Berhenti merokok <200
3. Kurangi makanan
berlemak seperti
gajih, santan
Farmakologi
1. Inj. Atorvastatin
0-0-1
1.
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes.
Tujuan penatalaksanaan meliputi: Tujuan jangka pendek yaitu menghilangkan keluhan DM,
memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut. Tujuan jangka panjang
yaitu mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Penatalaksanaan
diabetes melitus meliputi 5 pilar, yaitu : edukasi, nutrisi, latihan fisik, intervensi farmakologis
dan pemeriksaan gula darah (PERKENI, 2021).
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipoprotein, termasuk defisiensi lipoprotein dan
produksinya yang berlebih. Hal ini dapat meningkatkan kolestrol total, LDL (Low
DensityLipoprotein), dan trigliserida, serta penurunan HDL (High Density Lipoprotein).
Klasifikasi dislipidemia terbagi menjadi 2 diantaranya:
• Dislipidemi primer disebabkan karena kelainan penyakit genetik dan bawaan yang
dapat menyebabkan kelainankadar lipid dalam darah.
• Dislipidemia Sekunder Disebabkan oleh suatu keadaan seperti hiperkolesterolemia
yang diakibatkan olehhipotiroidisme, nefrotik syndroma, kehamilan, anoreksia
nervosa, dan penyakit hatiobstruktif. Hipertrigliserida disebebkan oleh DM, konsumsi
alkohol, gahal ginjal kronik, miokard infark, dan kehamilan. Dan dislipidemia dapat
disebabkan oleh hipotiroidisme, nefrotik sindroma, gagal ginjal akut, penyakit hati, dan
akromegali
Gejala yang dirasakan yaitu cemas, palpitasi, berkeringat, tanpa nyeri dadasampai nyeri
dada kuat, sesak napas, hilang kesadaran, nyeri abdomen (tanpa nyeri sampai nyerikuat)
pankreatitis, polineuropati perifeal, BMI > 30 kg/m2 atau lingkar pinggang pria > 40 inchi(100
cm) dan wanita 35 inchi (87,5 cm ). Diagnosis hipertensi primer dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu: anamnesis, pemeriksaan fisik lengkap, terutama pemeriksaan tekanan
darah, pemeriksaan penunjang meliputi tes urinalisis, pemeriksaan kimia darah (untuk
mengetahui kadar potassium, sodium, kreatinin, High Density Lipoprotein (HDL), Low
Density Lipoprotein (LDL), glukosa)) pemeriksaan EKG (Fitri, 2019).
Infeksi salurah kemih (ISK) merupakan istilah yang menunjukkan
keberadaan suatu mikroorganisme di dalam Urine. Bakteri yang terdapat di dalam urine disebut
dengan bakteriuria. Bakteriuria dikatakan bermakna apabila di dalam Urine menunjukkan
adanya pertumbuhan mikroorganisme murni melebihi dari 10.000 atau >105 colony forming
units (CFU) pada biakan Urine. Keberadaan infeksi saluran kemih ditandai dengan nyeri
suprapubik, hematuria, disiuria, urgensi dan straguria, bahkan ada beberapa yang disertai
dengan demam, muntah serta nyeri punggung (Aryawan,2020).
ISK diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu: ISK uncomplicated (sederhana) dan
ISK (rumit). Istilah ISK uncomplicated (sederhana) adalah infeksi saluran kemih pada pasien
tanpa disertai kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih. ISK complicated
(rumit) adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan
anatomic atau struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik kelainan ini akan
menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika. Klasifikasi infeksi saluran kemih dapat
dibedakan berdasarkan anatomi dan klinis. Infeksi saluran kemih diklasifikasikan berdasarkan
anatomi, yaitu (Hastuti,2020):
1) Infeksi saluran kemih bawah
Berdasarkan presentasi klinis dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Perempuan
Sistitis adalah infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna dan Sindroma uretra akut
b) Laki-laki
Berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
2) Infeksi saluran kemih atas
Berdasarkan waktunya terbagi menjadi 2 yaitu:
a) Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan oleh
infeksi bakteri (Sukandar, 2011).
b) Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil (Liza, 2011).
Berdasarkan klinisnya, ISK dibagi menjadi 2 yaitu :
1) ISK Sederhana (tak berkomplikasi)
2) ISK berkomplikasi
Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam, susah
buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering buang air kecil, kadang
kadang merasa panas ketika berkemih, nyeripinggang dan nyeri suprapubic. Namun, gejala-
gejala klinis tersebut tidak selalu diketahui atau ditemukan pada penderita ISK. Untuk
memegakan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang pemeriksaan darah lengkap,
urinalisis, ureum dan kreatinin, kadar gula darah, urinalisasi rutin, kultur urin, dan dip-stick
urine test. (Stamm dkk, 2001) Penegakan diagnosis ISK selain dengan manifestasi klinis juga
diperlukanpemeriksaan penunjang seperti analisis urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin
segar tanpa sentrifus, kultur urin juga jumlah kuman CFU/ml (Herlina,2019).
Cholelithiasis atau batu empedu merupakan suatu pembentukan batu yang berada di
dalam kandung empedu yang terbentuk dari satu atau lebih endapan berbagai jenis material
seperti kolesterol, bilirubin, protein, garam empedu dan asam lemak. penyakit batu empedu
terjadi karena gangguan metabolism yang disebabkan oleh adanya perubahan susunan empedu,
stasis empedu, dan infeksi pada kandung empedu. Penyakit batu empedu sering kali di tandai
dengan rasa nyeri yang terjadi pada perut bagian kanan atas dan dirasakan menjalar ke
punggung sampai bahu kanan atas kadang juga disertai dengan rasa mual dan muntah. Penyakit
batu empedu sendiri dapat dingaruhi oleh banyak faktor diantaranya seperti usia, jenis kelamin,
aktivitas fisik, keturunan, jenis makanan, pola makan dan lain sebagainya (Tanaja, 2020).
Banyaknya faktor yang mempengaruhi terjadinya cholelithiasis adalah faktor keluarga,
tingginya kadar estrogen, insulin, dankolesterol, penggunaan pil KB, infeksi, obesitas,
gangguan pencernaan, penyakit arteri koroner, kehamilan, tingginya kandung lemak dan
rendah serat, merokok, peminum alkohol, penurunan berat badan dalam waktu yang singkat
dan kurang olahraga (Agus, 2020).
Penatalaksanaan penyakit batu empedu dapat dilakukan dengan cara farmakologi dan
pembedahan. Secara farmakologi biasanya menggunakan analgesic dan antibiotik, sedangkan
untuk penatalaksanaan pembedahan salah satunya dapat menggunakan operasi
cholesistectomy. Cholesistectomy merupakan prosedur operasi yang dilakukan dengan cara
tusukan kecil yang dibuat menembus dinding perut di umbilicus kemudian rongga perut ditiup
dengan gas karbon monoksida untuk membantu pemasangan endoskopi (Cahyono,2021).
DAFTAR PUSTAKA
Aryawan, K. Y., & Purnamayanti, N. K. D. (2020). Studi kasusu Manajemen Nyeri pada Klien Infeksi
Saluran Kemih di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Negara. Jurnal Kesehatan
Midwinweslion.
Cahyono, B. S. 2021. Tatalaksana Klinis di Bidang Gastro dan Hepatologi. Jakarta.
Fitri, D. R. 2019. Diagnose Enforcement and Treatment of High Blood Pressure. J Majority, 4(3): 47-
51.
Hastuti, R., & Noer, M. S. (2020). INFEKSI SALURAN KEMIH. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis
dan Infeksi di Indonesia Jilid 3, 3, 171.
Herlina, S., & Mehita, A. K. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Saluran Kemih
Pada Pasien Dewasa Di RSUD Kota Bekasi. Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 2(2).
Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B. & Syam AF. 2019. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi VI. Jakarta: InternaPublishing.
PERKENI. 2021. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia
2021. PB Perkeni.
Tanaja J, Lopez R, Meer J. Cholelithiasis. StatPearls Publ LCC. 2020;
Agus, M., Sueta, D., & Bahar, B. (2020). Faktor-Faktor Terjadinya Batu Empedu
Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusoda Makassar, 1–78.