Anda di halaman 1dari 14

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT
SEORANG LAKI- LAKI 69 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2,
DISLIPIDEMIA, ISK DISERTAI CHOLELITIASIS

PENYUSUN
Izzah Tsaqoofah Jati, S. Ked
J510215310

PEMBIMBING
dr. Dian Prasetyawati, Sp. PD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD DR. SAYIDIMAN MAGETAN
PRODI PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS
CASE REPORT
Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : Seorang Laki-Laki 63 Tahun dengan Diabetes Melitus tipe 2, Dislipidemia,


ISK disertai Cholelitiasis
Penyusun : Izzah Tsaqoofah Jati, S. Ked (J510215310)
Pembimbing : dr. Dian Prasetyawati, Sp. PD

Magetan, 14 Februari 2023


Penyusun,

Izzah Tsaqoofah Jati, S. Ked

Menyetujui,
Pembimbing

dr. Dian Prasetyawati, Sp. PD

Mengetahui,
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran FK UMS

dr. Sulistyani, Sp. N


LAPORAN KASUS: SEORANG LAKI-LAKI 43 TAHUN DIABETES MELITUS
TIPE 2, DISLIPIDEMIA, ISK DISERTAI CHOLELITIASIS

Izzah Tsaqoofah Jati, S. Ked*, dr. Dian Prasetyawati, Sp. PD**


*Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
**Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Sayidiman Magetan

ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Pathogenesis terjadinya DM
melibatkan otot, hepar, sel beta pancreas, serta delapan organ lain yang berperan disebut dengan the
egregious eleven. DM ditegakkan ketika HbA1C>6.5%. Dalam kasus ini, seorang laki-laki berusia 69
tahun datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 1 minggu dan merasa lebih berat ketika 2 hari sebelum
masuk rumah sakit dengan riwayat cholelitiasis. Didapatkan pada pemeriksaan GDS 451 mg/dl, HbA1C
12.2%, GDP 289 mg/dl, GD2PP 330mg/dl. Tekanan darah didapatkan hasil 170/82 mmHg.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil leukosit 23.0 103/uL. Pemeriksaan foto thorax didapatkan
hasil cor dan pulmo dalam batas normal dan pemeriksaan USG abdomen upper-lower didapatkan
parenkimal liver disease disertai simple cyst, hydrops GB disertai sludge minimal, dan
pancreas/lien/ginajl kanan dan kiri/buli/prostat saat ini tak tampak kelainan. Tatalaksana yang diberikan
meliputi Inj.Ceftriaxone 2 gr/24 jam, Inj.Pantoprazole 1x1 Ampul, Inj. Atorvoastatin 0-0-1, urdafalk
250 mg 1x1, curcuma 20 mg 2x1, Inj. Lantus 0-0-16 dan Inj. Novorapid 4-4-4.

Kata kunci: DM, Dislipidemia, ISK, Cholelitiasis

ABSTRACT
Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases characterized by hyperglycemia resulting
from defects in insulin secretion, insulin action or both. The pathogenesis of DM involves the
muscles, liver, pancreatic beta cells, and eight other organs that play a role called the
egregious eleven. DM is enforced when HbA1C>6.5%. In this case, a 69-year-old man came
with complaints of heartburn since 1 week and felt worse 2 days before entering the hospital
with a history of cholelithiasis. Obtained on examination GDS 451 mg/dl, HbA1C 9.9%, GDP
176 mg/dl, GD2PP 269 mg/dl. Blood pressure results obtained 123/74 mmHg. Laboratory tests
showed leukocytes 23.0 103/uL. Examination of the chest photo showed cor and pulmo within
normal limits and examination of the BOF 2 position found meteorismus and no ileus or
pneumoperitoneum was seen. The treatments given include Inj. Ceftriaxone 2 gr/24 hours, Inj.
Pantoprazole 1x1 Ampoule, Inj. Antrain 2x1 Ampule, Inj. Atorvoastatin 0-0-1, urdafalk 250 mg
1x1, curcuma 20 mg 2x1, Inj. Lantus 0-0-16 and Inj. Novorapids 4-4-4.

Keywords: DM, Dislipidemia, ISK, Cholelitiasis


LAPORAN KASUS Keluhan penyerta lain berupa mual
I. IDENTITAS PASIEN dan lemas yang dirasakan selama 2 hari
Nama : Tn. S sebelum masuk rumah sakit.
Jenis Kelamin : Laki-laki 3. Riwayat Penyakit Dahulu
Umur : 69 Tahun Pasien mengatakan bahwa
Alamat : Bulugunung sebelumnya belum pernah mengalami
Pekerjaan : Pensiunan keluhan serupa. Pasien menderita
Agama : Islam Diabetes Melitus sejak tahun 2014 dan
Tanggal MRS : 01 Februari 2023 menggunakan insulin dosisi 0-0-16 dan
Tanggal Pemeriksaan: 03 Februari novorapid 4-4-4, yang diperoleh dari
2023 poli klinik penyakit dalam RSUD
II. ANAMNESIS Sayyidiman Magetan. Pasien
1. Keluhan Utama mengatakan masih tidak rutin dalam
Nyeri dibagian ulu hati menggunakan insulin yang diberikan
2. Riwayat Penyakit Sekarang dengan alasan lupa. Pasien juga
Tn. S, Seorang laki-laki berusia 69 mengatakan memiliki riwayat penyakit
tahun datang ke IGD RS Sayyidiman cholelitiasis dari hasil pemeriksaan
Magetan pada tanggal 01 Februari USG oleh Labortorium Klinik Madya
2023 dengan keluhan utama nyeri Prima Medika.
dibagian ulu hati yang menjalar hingga 4. Riwayat Penyakit Keluarga
perut kanan atas. Nyeri terasa tajam Penyakit serupa : Tidak ada
dan dirasakan hilang timbul. Nyeri Hipertensi : Tidak ada
dirasakan selama satu minggu dan Preeklamsi : Tidak ada
semakin memberat dua hari terakhir Diabetes melitus : Ayah
sebelum masuk rumah sakit. Nyeri Penyakit jantung : Tidak ada
diperberat ketika pasien berdiri dan Penyakit paru : Tidak ada
tidur terlentang, dan diperingan ketika Penyakit ginjal : Tidak ada
pasien tidur dengan posisi miring ke Alergi : Tidak ada
kiri atau kanan. Keluhan mata dan 5. Riwayat Lingkungan dan
tubuh kuning diakui. Riwayat BAB Kebiasaan Sosial
warna dempul dan BAK warna pekat Pasien memiliki aktivitas sehari-hari
tidak ada. selama 3 tahun terakhir sebagai
pensiunan dengan kegiatan sehari-hari
yang minimal, sebelum pensiun pasien
bekerja sebagai wiraswasta. Pasien 4. Pemeriksaan Status Generalis
mengatakan memiliki riwayat Tabel 1 Pemeriksaan Status Generalis
merokok sejak tahun 2019 yang
Kepala/Leher
menghabiskan 1 bungkus rokok untuk Konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (+/+) sianosis
1 minggu tetapi 1 tahun terakhir sudah
(-), dismorfic face (-),
berhenti merokok Pasien tidak pembesaran kelenjar tiroid
(-), peningkatan JVP (-)
memiliki riwayat konsumsi obat
herbal, maupun konsumsi alkohol. Paru-paru Inspeksi: bentuk dada
Sejak masih muda pasien sering makan normal, simetris, retraksi
dada (-)
jeroan. Pasien juga memiliki hobi Palpasi: fremitus (+),
meminum segelas kopi setiap harinya. ketinggalan gerak (-)
Perkusi: sonor (+/+)
III. PEMERIKSAAN FISIK Auskultasi: SDV (+/+), RH
1. Keadaan Umum dan Status Gizi (-/-), WH (-/-)

KU : Tampak lemas Jantung Inspeksi: ictus cordis tidak


tampak
GCS : E4V5M6 Palpasi: ictus cordis teraba
BB : 65 kg di SIC V line axilaris
anterior sinistra
TB : 165 cm Perkusi: redup (+)
IMT : 23.88 (Normal) Auskultasi: suara jantung I-
II reguler (+), murmur (-),
2. Vital Sign (IGD 01 Februari 2023) gallop (-)
TD : 126/89 mmHg
Abdomen Inspeksi: asites (+), jejas (-),
HR : 94x/menit distensi abdomen (+), massa
RR : 20x/menit (-),
Auskultasi: peristaltik usus
T : 36.2 oC normal
SpO2 : 98% Perkusi: timpani (+)
Palpasi: supel (+), nyeri
3. Vital Sign (Pemeriksaan 03 tekan pada abdomen
Februari 2023) kuadran kanan atas (+),
defans muskular (-), nyeri
TD : 123/74 mmHg ketok CVA (-/-),
HR : 87x/menit pembesaran organ (-)

RR : 20 x/menit Ekstremitas Ekstremitas superior: akral


hangat (+/+), pitting edema
T : 35.5 oC
(+/+), CRT < 2 detik
SpO2 : 98% Ekstremitas inferior: akral
hangat (+/+), pitting edema
(+/+), CRT < 2 detik
MCHC 35.5 g/dL 32-36
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi Tabel 3 pemeriksaan GDS serial

Foto Thorax AP Kimia Klinik

Cor: ukuran normal GDS 451


Pulmo D/S: tidak tampak infiltrat/ Mg/dl <140
(01/02/23) (HH)
fibrosis/ kalsifikasi, hilus normal,
corakan vaskular normal GDS
399 (H) Mg/dl <140
Hemidiafragma D/S: dome shaped (02/02/23)

Sinus costophrenicus D/S: tajam


GDS
Kesimpulan: cor dan pulmo dalam 269 (H) Mg/dl <140
(03/02/23)
batas normal
Foto BOF 2 Posisi Tabel 4. Pemeriksaan Laboratorium Tanggal

Meteorismus 01 Februari 2023

Tidak tampak gambaran ileus maupun Kimia Klinik (01-02-2023)

pneumoperitoneum
SGOT 29.0 U/L < 37
2. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 2 Pemeriksaan Laboratorium SGPT 32.0 U/L <47
Tanggal 01 Februari 2023
DM :
Nilai HbA1C 9.9 (H) %
Pemeriksaan Hasil Satuan 6.5%
Rujukan
62.43
Hematologi Lengkap (01-02-2023) BUN mg/dL 10-25
(H)

13.2- Kreatinin 1.90 (H) mg/dL 0.8-1.25


Hemoglobin 14.5 g/dL
17.3
Trigliserida 453 (H) mg/dL <200
Hematokrit 40.9 % 40-52
Nitrit Positif Negatif
3
Leukosit 23.0 (H) 10 /uL 3.8-10.6
Elektrolit Serum (Na-K-Cl) (01-02-2023)
3
Trombosit 504 (H) 10 /uL 150-440
Natrium
MCV 89.7 fL 80-100 137 mmol/L 136-146
(Na)

MCH 31.8 pg 26-34 Kalium (K) 3.71 mmol/L 3.5-5.0


Clorida (Cl) 98 mmol/L 98-106 10 iu, dilanjutkan dengan pemasangan
syring pump yang berisikan actrapid 5iu
IMUNOLOGI dalam 50cc Nacl 90% dengan kecepatan

Non- Non- 5cc pantau dalam 1 jam pertama, dengan


HBsAg target gula darah sewaktu 250mg/dl.
Reaktif Reaktif
Pemberian terapi farmakologis lain berupa
Infus Pz 20 tpm, Inj.Ceftriaxone 2 gr/24
Tabel 5 Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 02 Februari 2023 jam, Inj.Pantoprazole 1x1 Ampul, Inj.
Lansoprazole 2x1 Ampul, Inj.
Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan Atorvoastatin 0-0-1, urdafalk 250 mg 1x1,
Rujukan
curcuma 20 mg 2x1, Inj. Lantus 0-0-16 dan
Kimia klinik (02-02-2023)
Inj. Novorapid 4-4-4.
GDP 176 (H) mg/Dl DM>126

GD2PP 269 (H) Mg/dl DM>200

Tabel 4. Pemeriksaan Laboratorium Tanggal


08 Februari 2023
Kimia Klinik (08-02-2023)

Bilirubin 23.22
mg/dl
Total (HH) 0.1-1.0

Bilirubin 10.95
mg/dL 0-0.2
Direk (H)

Berdasarkan hasil anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang diagnosis pada kasus ini adalah
Diabetes mellitus disertai dengan
cholelitiasis.
Penatalaksanaan medikamentosa
pertama kali untuk pasien antara lain, Infus
Pz 18 tpm, Inj. Antrain 2x1 Ampul, Inj.
Pantoprazole 1x1 Ampul, Bolus Actrapid
V. PROBLEM ORIENTED MEDICAL RECORD
Tabel 3 Problem Oriented Medical Record

Cue and Clue Problem List Initial Dx Planning Planning Tx Planning


Dx Monitoring

Tn. S/ 69 th Diabetes - - Non Farmakologi 1. Cek


Melitus Type - Penatalaksanaan GDS
S: II gizi malam
- Pasien 1. Jumlah kalori (target
mengeluhkan ditentukan menurut GDS
lemas umur, jenis kelamin, <200)
-Riwayat DM berat badan, tinggi 2. Monitor
sejak 2014 badan dan aktivitas ing
2. Batasi penggunaan TTV
O: karbohidrat dan KU
-GCS : E4V5M6 kompleks seperti
- GDS (01/02) : nasi, lontong, roti,
451 ketan dll. Dikurangi
- HbA1C jumlahnya dari
(01/02) : 9.9 kebiasaan sehari-hari
- GDP (02/02) : 3. Hindari
176 penggunana sumber
- GD2PP(02/23) karbohidrat
: 269 sederhana/mudah
diserap seperti gula
pasie, gula jawa,
sirup, selai, dll.
Farmakologi
1. Saat di UGD :
Bolus Actrapid 10 iu,
dilanjutkan dengan
pemasangan syring
pump yang berisikan
actrapid 50iu dalam
50cc Nacl 90%
dengan kecepatan
5cc pantau dalam 1
jam pertama, dengan
target gula darah
sewaktu 250mg/dl
2.Maintenance di
ranap :
Lantus 0-0-16
Novorapid 4-4-4

- -
S:- Dislipidemia Non Farmakologis KU dan
O: 1. Makan makanan target tujuan
-Trigliserida tinggi serat triglisedrida
(01/02) : 453 2. Berhenti merokok <200
3. Kurangi makanan
berlemak seperti
gajih, santan
Farmakologi
1. Inj. Atorvastatin
0-0-1
1.

S: ISK - - Non Farmakologi TTV dan


O: 1. Banyak minum air KU
- Leukosit putih Target
(01/02) : 23.0 2. Menjaga hygiene tujuan nitrit
- Nitrit (01/02) : genital eksterna negatif dan
Positif 3. Jangan menunda kadar
keinginan BAK leukosit
Farmakologi <10.6
1. Inj. Ceftriaxone 2
gr/24 jam

S: Cholelitiasis - - Farmakologis KU dan


-Pasien 1. Urdafalk 250 mg monitoring
mengeluhkan 1x1 kadar
nyeri ulu hati, 2. Inj.Pantoprazole bilirubin
mual, mata dan 1x1 total dan
tubuh kuning 3. Inj. Lansoprazole bilirubin
O: 2x1 direk setelah
- Sklera ikterik 4. Curcuma 250 mg pemberian
(+/+) 1x1 terapi/saat
- Nyeri tekan Bedah rencana
pada abdomen 1. Kolesistektomi KRS
kuadran kanan
atas (+)
-VAS : 5
- Bilirubin Total
(08/02) : 23.22
- Bilirubin Direk
(08/02) : 10.95
- Foto BOF 2
Posisi
Meteorismus
dan tidak
tampak
gambaran ileus
maupun
pneumoperitone
um
PEMBAHASAN

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik


hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi
atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh
darah. Pathogenesis terjadinya DM melibatkan otot, hepar, sel beta pancreas, serta delapan
organ lain yang berperan disebut dengan the egregious eleven. Sel beta pancreas terjadi
penurunan sekresi insulin, sel alpha pancreas mengalami peningkatan sekresi glucagon, sel
lemak terjadi peningkatan lipolysis, otot terjadi penurunan utilisasi glukosa, hepar peningkatan
produksi glukosa, otak terjadi disfunsi neurotransmitter, kolon/microbiota terjadi abnormal
microbiota, usus halus mengalami peningkatan absorpsi glukosa, ginjal peningkatan reabsorbsi
glukosa, lambung terjadi percepatan pengosongan, dan sestem isum terjadi
disregulasi/inflamasi (Setiati, 2019).
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah dan HbA1c.
Kecurigaan adanya DM apabila terdapat keluhan klasik seperti poliuria, polidipsi, polifagi dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya serta keluhan lain yang dapat
dirasakan yaitu lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria serta
pruritus vulva pada wanita. Berikut merupakan kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis
diabetes dan prediabetes:
Tabel 4 Diagnosis Diabetes Melitus

HbA1c Glukosa Glukosa


(%) darah plasma 2 jam
puasa setelah TTGO
(mg/dL) (mg/dL)

Diabetes >=6,5 >=126 >=200

Prediabet 5.7-6,4 100-125 140-199


es

Normal <5,7 70-99 70-139

Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes.
Tujuan penatalaksanaan meliputi: Tujuan jangka pendek yaitu menghilangkan keluhan DM,
memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut. Tujuan jangka panjang
yaitu mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Penatalaksanaan
diabetes melitus meliputi 5 pilar, yaitu : edukasi, nutrisi, latihan fisik, intervensi farmakologis
dan pemeriksaan gula darah (PERKENI, 2021).
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipoprotein, termasuk defisiensi lipoprotein dan
produksinya yang berlebih. Hal ini dapat meningkatkan kolestrol total, LDL (Low
DensityLipoprotein), dan trigliserida, serta penurunan HDL (High Density Lipoprotein).
Klasifikasi dislipidemia terbagi menjadi 2 diantaranya:
• Dislipidemi primer disebabkan karena kelainan penyakit genetik dan bawaan yang
dapat menyebabkan kelainankadar lipid dalam darah.
• Dislipidemia Sekunder Disebabkan oleh suatu keadaan seperti hiperkolesterolemia
yang diakibatkan olehhipotiroidisme, nefrotik syndroma, kehamilan, anoreksia
nervosa, dan penyakit hatiobstruktif. Hipertrigliserida disebebkan oleh DM, konsumsi
alkohol, gahal ginjal kronik, miokard infark, dan kehamilan. Dan dislipidemia dapat
disebabkan oleh hipotiroidisme, nefrotik sindroma, gagal ginjal akut, penyakit hati, dan
akromegali
Gejala yang dirasakan yaitu cemas, palpitasi, berkeringat, tanpa nyeri dadasampai nyeri
dada kuat, sesak napas, hilang kesadaran, nyeri abdomen (tanpa nyeri sampai nyerikuat)
pankreatitis, polineuropati perifeal, BMI > 30 kg/m2 atau lingkar pinggang pria > 40 inchi(100
cm) dan wanita 35 inchi (87,5 cm ). Diagnosis hipertensi primer dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu: anamnesis, pemeriksaan fisik lengkap, terutama pemeriksaan tekanan
darah, pemeriksaan penunjang meliputi tes urinalisis, pemeriksaan kimia darah (untuk
mengetahui kadar potassium, sodium, kreatinin, High Density Lipoprotein (HDL), Low
Density Lipoprotein (LDL), glukosa)) pemeriksaan EKG (Fitri, 2019).
Infeksi salurah kemih (ISK) merupakan istilah yang menunjukkan
keberadaan suatu mikroorganisme di dalam Urine. Bakteri yang terdapat di dalam urine disebut
dengan bakteriuria. Bakteriuria dikatakan bermakna apabila di dalam Urine menunjukkan
adanya pertumbuhan mikroorganisme murni melebihi dari 10.000 atau >105 colony forming
units (CFU) pada biakan Urine. Keberadaan infeksi saluran kemih ditandai dengan nyeri
suprapubik, hematuria, disiuria, urgensi dan straguria, bahkan ada beberapa yang disertai
dengan demam, muntah serta nyeri punggung (Aryawan,2020).
ISK diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu: ISK uncomplicated (sederhana) dan
ISK (rumit). Istilah ISK uncomplicated (sederhana) adalah infeksi saluran kemih pada pasien
tanpa disertai kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih. ISK complicated
(rumit) adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan
anatomic atau struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik kelainan ini akan
menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika. Klasifikasi infeksi saluran kemih dapat
dibedakan berdasarkan anatomi dan klinis. Infeksi saluran kemih diklasifikasikan berdasarkan
anatomi, yaitu (Hastuti,2020):
1) Infeksi saluran kemih bawah
Berdasarkan presentasi klinis dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Perempuan
Sistitis adalah infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna dan Sindroma uretra akut
b) Laki-laki
Berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
2) Infeksi saluran kemih atas
Berdasarkan waktunya terbagi menjadi 2 yaitu:
a) Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan oleh
infeksi bakteri (Sukandar, 2011).
b) Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil (Liza, 2011).
Berdasarkan klinisnya, ISK dibagi menjadi 2 yaitu :
1) ISK Sederhana (tak berkomplikasi)
2) ISK berkomplikasi
Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam, susah
buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering buang air kecil, kadang
kadang merasa panas ketika berkemih, nyeripinggang dan nyeri suprapubic. Namun, gejala-
gejala klinis tersebut tidak selalu diketahui atau ditemukan pada penderita ISK. Untuk
memegakan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang pemeriksaan darah lengkap,
urinalisis, ureum dan kreatinin, kadar gula darah, urinalisasi rutin, kultur urin, dan dip-stick
urine test. (Stamm dkk, 2001) Penegakan diagnosis ISK selain dengan manifestasi klinis juga
diperlukanpemeriksaan penunjang seperti analisis urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin
segar tanpa sentrifus, kultur urin juga jumlah kuman CFU/ml (Herlina,2019).
Cholelithiasis atau batu empedu merupakan suatu pembentukan batu yang berada di
dalam kandung empedu yang terbentuk dari satu atau lebih endapan berbagai jenis material
seperti kolesterol, bilirubin, protein, garam empedu dan asam lemak. penyakit batu empedu
terjadi karena gangguan metabolism yang disebabkan oleh adanya perubahan susunan empedu,
stasis empedu, dan infeksi pada kandung empedu. Penyakit batu empedu sering kali di tandai
dengan rasa nyeri yang terjadi pada perut bagian kanan atas dan dirasakan menjalar ke
punggung sampai bahu kanan atas kadang juga disertai dengan rasa mual dan muntah. Penyakit
batu empedu sendiri dapat dingaruhi oleh banyak faktor diantaranya seperti usia, jenis kelamin,
aktivitas fisik, keturunan, jenis makanan, pola makan dan lain sebagainya (Tanaja, 2020).
Banyaknya faktor yang mempengaruhi terjadinya cholelithiasis adalah faktor keluarga,
tingginya kadar estrogen, insulin, dankolesterol, penggunaan pil KB, infeksi, obesitas,
gangguan pencernaan, penyakit arteri koroner, kehamilan, tingginya kandung lemak dan
rendah serat, merokok, peminum alkohol, penurunan berat badan dalam waktu yang singkat
dan kurang olahraga (Agus, 2020).
Penatalaksanaan penyakit batu empedu dapat dilakukan dengan cara farmakologi dan
pembedahan. Secara farmakologi biasanya menggunakan analgesic dan antibiotik, sedangkan
untuk penatalaksanaan pembedahan salah satunya dapat menggunakan operasi
cholesistectomy. Cholesistectomy merupakan prosedur operasi yang dilakukan dengan cara
tusukan kecil yang dibuat menembus dinding perut di umbilicus kemudian rongga perut ditiup
dengan gas karbon monoksida untuk membantu pemasangan endoskopi (Cahyono,2021).

DAFTAR PUSTAKA

Aryawan, K. Y., & Purnamayanti, N. K. D. (2020). Studi kasusu Manajemen Nyeri pada Klien Infeksi
Saluran Kemih di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Negara. Jurnal Kesehatan
Midwinweslion.
Cahyono, B. S. 2021. Tatalaksana Klinis di Bidang Gastro dan Hepatologi. Jakarta.
Fitri, D. R. 2019. Diagnose Enforcement and Treatment of High Blood Pressure. J Majority, 4(3): 47-
51.
Hastuti, R., & Noer, M. S. (2020). INFEKSI SALURAN KEMIH. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis
dan Infeksi di Indonesia Jilid 3, 3, 171.
Herlina, S., & Mehita, A. K. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Saluran Kemih
Pada Pasien Dewasa Di RSUD Kota Bekasi. Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 2(2).
Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B. & Syam AF. 2019. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi VI. Jakarta: InternaPublishing.
PERKENI. 2021. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia
2021. PB Perkeni.
Tanaja J, Lopez R, Meer J. Cholelithiasis. StatPearls Publ LCC. 2020;
Agus, M., Sueta, D., & Bahar, B. (2020). Faktor-Faktor Terjadinya Batu Empedu
Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusoda Makassar, 1–78.

Anda mungkin juga menyukai