LANDASAN TEORI
a. Pengertian profesi
berasal dari bahasa latin profesus ang berarti “mampu atau ahli dalam
makna yaitu makna Secara etimologi profesi berasal dari bahasa ingris
tertentu.
1
Alma buchari, guru profesional, edisi revisi (bandung:alfabeta,2012),115.
2
Suprihatiningrum jamil, guru profesional, cetakan II (jogjakarta: ARUZZ media, 2014), 45-46.
17
18
sebagai berikut:
kerjaanya.
suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut ke ahlian yang didapat dari
berikut:
3
Alma buchari, guru profesional, 116..
4
Ibid,117.
19
jawabkan.
sense.
materil.5
b. Pengertian profesional
berikut:
5
Suprihatiningrum jamil, guru profesional, 49-50.
6
Suetjipto, kosasi raflis, profesi keguruan, cetakan pertama (jakarta: RINEKA CIPTA, 1999),15.
20
yang di kutip oleh uzer usman profesional berasal dari kata sifat yang
berarti pencarian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang
mempunyai keahlian seperti guru, dokter dan hakim dengan kata lain
7
Suhrasimi, Arikunto. Manajemen Pengajara Secara manusiawi.(Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1990),231
8
Ibid.14.
21
profesi.10
atau bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan
lembaga sertifikas.
9
Nurdin, syafrudin. Basyiruddin usman, M. guru profesional dan implementasi kurikulum.
(jakarta: ciputat pres,2002),15.
10
Suprihatiningrum jamil, guru profesional, 50.
11
Martinis yamin. Sertifikasi profesi keguruan di Indonesia. (Jakarta: gaung Persada
Press, 2006),2.
22
pendidik bagi guru dan dosen yang telah memenuhi persyaratan dan
kependidikan.
kompeten
tenaga kependidikan
hanya terkait dengan kualitas semata, lebih jauh lagi dari itu, sertifikasi
merujuk pada dua hal pertama orang yang menyandang suatu profesi,
c. Pengertian profesionalisme
13
Suprihatiningrum jamil, guru profesional, 51.
24
suatu tingkah laku suatu tujuan atau kualitas yang menandai atau
tugas-tugasnya15
sebagai berikut:
pengembangan
a. Pengertian kompetensi
jerman yaitu max wertheiner, kohler dan kofka, dimana dalam teori
16
Zainal Aqib dan Elham Rohmanto. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas
Sekolah. (Bandung: CV.Yrama Widya. 2007), 145-146.
26
lingkungan.17
yang di harapkan.18
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh Guru
17
B. Uno, hamzah. Profesi kependidikan.(jakarta: bumi aksara. 2008), 60.
18
Uzer usman, moh. Menjadi guru profesioanal. Edisi kedua. (bandung: remaja posda
karya.1995).14.
19
Undang RI No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Jakarta: Depdiknas RI, 2005), 5.
27
keprofesionalan.21
a. Kompetensi pedagogis
20
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan (KTSP), (Jakarta:
PT Raja Grafindo, 2007), 51
21
Mulyasa. Standard Kompetensi dan Sertifikasi Guu .26.
28
3) Mengembangkan kurikulum.
5) Memanfaatkan teknologi.
7) Menyelenggarakan evaluasi.
b. Kompetensi profesional
22
Marselus r payong. Sertifikasi profesi guru. (jakarta: PT. Indeks.2011).29.
23
Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Yogyakarta: Pustaka
Yustisia, 2006), 56.
24
Marselus r payong. Sertifikasi profesi guru. 29.
29
keilmuannya27
profesional.
25
Ibid. 43-44..
26
Hamzah B. Uno. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran (Jakarta. Bumi aksara.
2006). 130.
27
Kunandar, Guru Profesional (Jakarta: Rajawali Press, 2007),76.
28
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Guru dan Dosen
(Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2006) ,57.
30
1) Menguasai materi.
3) Mengembangkan materi.
4) Mengembangkan keprofesionalan.
c. Kompetensi kepribadian
29
Muhammad Suya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran (Bandung: Yayaysan Bhakti
Winaya, 2003) 138.
30
Marselus r payong. Sertifikasi profesi guru. 43-44.
31
Ibid..51.
32
Moh. Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru: Upaya Mengembangkan Kepribadian
Guru yang Sehat di Masa Depan (Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2009) 122.
31
yaitu „Ing Ngarsa Ing Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut
Wur Handayani‟.33
dan sebagainya.35
33
Hamzah B. Uno. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, 69.
34
Mulyasa. Standard Kompetensi dan Sertifikasi Guu, 48.
35
Dalyono. Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta. 1996), 243
32
36
Marselus r payong. Sertifikasi profesi guru. 51.
37
Marselus r payong. Sertifikasi profesi guru. 51.
38
Ibid, 51.
33
d. Kompetensi sosial
didik.
39
Marselus r payong. Sertifikasi profesi guru. 51.
40
Ibid, 29.
34
lebih rinci indikator kompetensi sosial yang dimiliki oleh setiap guru
dengan baik.
masyarakat43
41
Hamzah B. Uno. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, 19.
42
Suharmi, Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta. Bumi Aksara,
2003), 239.
43
Suyatno. Panduan sertifikasi guru.(jakarta: PT.indeks. 2008).16-17.
35
pengetahuan yang luas dari subjek matter (bidang study) yang akan
pendidikan.
3. Pengertian pegawai
yang senantiasa dibutuhkan dan oleh karena itu menjadi salah satu modal
36
sebagai berikut:
44
A.W.Widjaja, Administraasi Kepegawaian. (jakarta:Rajawali, 2006),13.
45
Musanef, Manajemen Kepegawaian di Indonesia (Jakarta: Gunung Agung, 1984),5.
37
a. Pengertian dosen
46
Undang-Undang No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
38
Dosen.
47
Juanda Pangaribuan, Kedudukan Dosen dalam Hukum Ketenagakerjaan (Jakarta: PT Bumi
Intitama Sejahtera, 2011),1.
48
E. Mulyasa, Standard Kompetensi dan SertifikasiGuu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007),33
39
masyarakat.
berlaku bagi dosen PNS, tetapi juga dosen non PNS. Semakin tinggi
diberikan.
masyarakat.49
49
Muwardi, “dosen dan asisten dosen dalam pengelolaan perkuliahan”, jurnal ilmiah didaktika, 11
(februari, 2011)), 224-227.
50
Tim Penilai Angka Kredit (TPAK), Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Dosen dan
Angka Kreditnya, Banda Aceh: IAIN Ar-Raniry, 2003, 9.
41
c Tugas pokok Guru Besar Muda, Guru Besar Madya dan Guru
c. Hak Dosen
penganggaran PTKIN.
51
Tim Penilai Angka Kredit (TPAK), Petunjuk Pelaksanaan.43-45.
42
penganggaran.
d. Kewajiban dosen
masyarakat.
pelaksanaan tugasnya
52
Keputusan direktur jendral pendidikan slam, nomor 844, tahun 2016, tentang pedoman
pengangkatan dosen tetap bukan pegawai negeri sipil.
43
sebagai Dosen.
53
Keputusan direktur jendral pendidikan slam, nomor 844, tahun 2016, tentang pedoman
pengangkatan dosen tetap bukan pegawai negeri sipil.
54
Peraturan pemerintah rebublik indonesia nomor 7 tahun 2009 tentang dosen.
44
tambahan. 55
kontinyuitas.
dipertanggungjawabkan.
PTKIN.
55
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Pasal 71 ayat (4) tentang Pendidikan tinggi.
45
Istilah kode etik terdiri dari dua kata yaitu kode dan etik.
Perkataan etik berasal dari bahasa yunani “ethos” yang berati watak,
adab dan cara hidup. Jadi, kata etik bisa diartikan “cara berbuat yang
Secara harfiah “kode etik” berarti sumber etik, etik artinya tata susila
susila keguruan.”
56
Keputusan direktur jendral pendidikan slam, nomor 844, tahun 2016, tentang pedoman
pengangkatan dosen tetap bukan pegawai negeri sipil.
57
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, 31.
46
kepentingan pendidikan.
keseluruhan.
pengabdiannya.59