Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR


PENENTUAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN TAG
CLOSED TESTER

DISUSUN OLEH :

NAMA : PASKALIS LOUIS UMBU HANDANG NIPPA


NIM : 113200155
PLUG : H

LABORATORIUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR


JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR
PENENTUAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN TAG
CLOSED TESTER

DISUSUN OLEH :
NAMA : PASKALIS LOUIS UMBU HANDANG NIPPA
NIM : 113200155
PLUG : H

Disetujui untuk Laporan Mingguan


Praktikum Analisa Fluida Reservoir
Jurusan Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Asisten Praktikum

Frisya Magriva Putri


(113170053)
6.1. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
6.1.1. Hasil Percobaan
Tabel VI – 2
Data Titik Nyala dan Titik Bakar
Sampel A Sampel B
PLUG Titik Nyala Titik Bakar Titik Nyala Titik Bakar
(°C) (°C) (°C) (°C)
A 52°C 57°C 55°C 62°C
B 55°C 72°C 60°C 64°C
C 45°C 51°C 55°C 61°C
D 50°C 56°C 50°C 57°C
E 50°C 60°C 59°C 64°C
F 55°C 72°C 60°C 64°C
G 45°C 51°C 44°C 50°C
H 50°C 57°C 51°C 57°C
I 51°C 55°C 60°C 63°C
J 50°C 06°C 50°C 62°C
K 41°C 50°C 49°C 56°C
L 48°C 52°C 45°C 65°C

6.1.2. Perhitungan
1. Titik nyala dan titik bakar dalam satuan °F
a. Sampel A
9
• Titik Nyala = 50°C 𝑥 5 + 32

= 122°F
9
• Titik Bakar = 57°C 𝑥 5 + 32

= 134,6°F
b. Sampel B
9
• Titik Nyala = 51°C 𝑥 5 + 32

= 123,8°F
9
• Titik Bakar = 57°C 𝑥 5 + 32

= 134,6°F
2. Titik nyala dan titik bakar rata – rata (mean)
a. Sampel A
Σ𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑛𝑦𝑎𝑙𝑎
• Titik Nyala = 𝑥 100%
Σ𝐷𝑎𝑡𝑎(𝑛)
1449,6
= 𝑥 100%
12

= 120,8%
Σ𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟
• Titik Bakar = 𝑥 100%
Σ𝐷𝑎𝑡𝑎(𝑛)
1631,4
= 𝑥 100%
12

= 135,95%
b. Sampel B
Σ𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑛𝑦𝑎𝑙𝑎
• Titik Nyala = 𝑥 100%
Σ𝐷𝑎𝑡𝑎(𝑛)
1631,4
= 𝑥 100%
12

= 127,7
Σ𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟
• Titik Bakar = 𝑥 100%
Σ𝐷𝑎𝑡𝑎(𝑛)
1631,4
= 𝑥 100%
12

= 140,75
3. Standar Deviasi
a. Sampel A
Σ(TN−TNmean)2
• Titik nyala =√ 𝑛−1

598,32
=√ 11

= 7,375142526
Σ(TB−TBmean)2
• Titik Bakar =√ 𝑛−1

1983,69
=√ 11

= 13,4289037
b. Sampel B
Σ(TN−TNmean)2
• Titik Nyala =√ 𝑛−1

1210,68
=√ 11

= 10,49103513
Σ(TN−TNmean)2
• Titik Bakar =√ 𝑛−1

722,25
=√ 11

= 8,103029736
6.1.3. Tabel
Tabel VI – 3
Tabulasi Hasil Perhitungan Flash Point & Fire Point Sampel A
Titik Nyala Titik (TN – (TB –
PLUG
(°F) Bakar (°F) TNmean)2 TBmean)2
A 125,6 134,6 23,04 1,8225
B 131 161,6 104,04 657,9225
C 113 123,8 60,84 147,6225
D 122 132,8 1,44 9,9225
E 122 140 1,44 16,4025
F 131 161,6 104,04 657,9225
G 113 123,8 60,84 147,6225
H 122 134,6 1,44 1,8225
I 123,8 131 9 24,5025
J 122 140 1,44 16,4025
K 105,8 122 225 194,6025
L 118,4 125,6 5,76 107,1225
Jumlah 149,6 1631,4 598,32 1983,69
Tabel VI – 4
Tabulasi Hasil Perhitungan Flash Point & Fire Point Sampel B
Titik Nyala Titik Bakar (TN – (TB –
PLUG
(°F) (°F) TNmean)2 TBmean)2
A 131 143,6 10,89 8,1225
B 140 147,2 151,29 41,60025
C 131 141,8 10,89 1,1025
D 122 134,6 32,49 37,8225
E 138,2 147,2 110,25 41,6025
F 140 147,2 151,29 41,6025
G 111,2 122 272,25 351,5625
H 123,8 134,6 15,21 37,8225
I 140 145,4 151,29 21,6225
J 122 143,6 32,49 8,1225
K 120,2 132,8 56,25 63,2025
L 113 149 216,09 68,0625
Jumlah 1532,4 1689 1210,68 722,25
6.5.4. Grafik
Grafik 6.1.
Plug Vs Titik Nyala (oF)
Grafik 6.2.
Plug Vs Titik Bakar (oF)
6.6. PEMBAHASAN
Praktikum Analisa Fluida Reservoir acara kelima berjudul percobaan
penentuan titik nyala dan titik bakar, yang bertujuan untuk menentukan titik nyala
dan titik bakar dari crude oil. Titik nyala sendiri didefinisikan sebagai suhu terendah
dimana suatu material yang terbakar akan menimbulkan uap tertentu sehingga akan
bercampur dengan udara yang campuranya mudah terbakar. Sedangkan titik bakar
adalah temperatur dimana suatu produk minyak yang dipanaskan akan terbakar
sementara, tetapi tidak selamanya. Titik nyala secara prinsip ditentukan untuk
minyak bumi dengan demikian dapat mengantisipasi bahaya terbakarnya produk-
produk minyak bumi. Semakin rendah titik nyala suatu cairan maka akan semakin
mudah terbakar.
Percobaan ini menggunakan tag closed tester yang memiliki prinsip kerja
pemanasan dan pembakaran. Pemanasan dihasilkan oleh minyak dapan
menyalakan api sesaat (flash point) dan kemudian akan mati kembali. Sedangkan
pembakaran diperoleh saat uap pada minyak mampu menyalakan api pada waktu
yang lebih lama atau terus menerus. Bagian-bagian dari tag closed tester sendiri
terdiri dari lid yang berguna sebagi penutup, gas inlet yang berguna untuk
mengalirkan gas dari tabung gas, test flame berfungsi sebagai tempat awal api mulai
dipercikkan dan thermometer yang berguna untuk mengukur nilai titik nyala dan
titik bakar. Di dalam tag closed tester tersebut telah dimasukkan test cup yang berisi
sampel crude oil yang nantinya dimasukkan ke dalam bath yang berisi air. Air di
dalam bath berfungsi agar panas yang dihasilkan tersebar merata dan juga agar suhu
yang dihasilkan naik secara perlahan-lahan. Sedangkan bahan yang digunakan
meliputi air, sampel minyak mentah (crude oil) sebanyak 50 ml, dan gas LPG.
Langkah kerja untuk praktikum ini ialah untuk minyak mentah dengan titik
nyala 55 oF atau yang lebih tinggi, mengisi bath dengan air hingga tumpah. Untuk
minyak mentah dengan titk nyala yang rendah digunakan cairan yang berupa
campuran air dengan ethylene glycol atau cairan dengan viskositas yang rendah dan
mempunyai titik beku yang rendah. Temperatur dari cairan di dalam bath harus
berada pada temperatur lebih kurang 20 oF dibawah perkiraan titik nyala dari
sample. Lalu, mengisi mangkok (test cup) dengan sample hingga batas (kira-kira
50 ml). Membersihkan bila ada sample yang tumpah membasahi dinding mangkok.
Kemudian, memasang penutup (lid) yang telah diberi termometer ke dalam bath.
Selanjutnya menyalakan test flame, mengatur nyala pada test flame sehingga
mencapai ukuran yang sebesar bead yang terdapat pada penutup, mengatur pula
kenaikan temperatur sebesar 1 derajat setiap 30-60 detik. Jika temperatur sample di
dalam mangkok 10 oF di bawah titik nyala yang diperkirakan, menyulutkan test
flame ke dalam mangkok sample dengan memutar alat pada penutup mangkok.
Mengulangi cara ini setiap kenaikan 1 o, sehingga penyulutan test flame
menyebabkan uap di dalam mangkok sample menyala. Mencatat temperatur pada
saat sample menyala. Selanjutnya, untuk menentukan titik bakar, melanjutkan
pemanasan perlahan-lahan dengan kenaikan kurang lebih 10 oF setiap menit.
Melanjutkan penyulutan dengan test flame tiap-tiap kenaikan temperatur 5 oF
hingga sample menyala / terbakar 5 detik, dan mencatat temperatur tersebut sebagai
titik bakar.
Pada percobaan ini kita menggunakan 2 sampel minyak yaitu sampel A dan
sampel B. Dari pengamatan yang dilakukan kita mendapatkan titik nyala dan titik
bakar untuk sampel A sebesar 122 ºF dan 134,6 ºF dan titik nyala dan titik bakar
untuk sampel B sebesar 123,8 ºF dan 134,6 ºF. Dari hasil tersebut jelas bahwa
sampel A akan lebih mudah menguap dibandingkan dengan sampel B itu
disebabkan karena fraksi ringan yang terdapat pada sampel A lebih banyak dari
sampel B sehingga berdampak pada harga titik nyala yang rendah.
Adapun perbedaan titik nyala dan titik bakar pada kedua sampel tersebut yaitu
sampel A dan sampel B disebabkan oleh besar SG dan oAPI nya yang berbeda. Jika
suatu sampel memiliki SG yang rendah berarti memiliki oAPI yang tinggi sehingga
titik nyala dan titik bakarnya akan rendah dan begitupun sebaliknya.
Dari grafik 6.1, sampel A memiliki titik nyala yang berbeda-beda tiap plug
namun perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan, begitupun dengan sampel B.
Pada sampel A titik nyala tertinggi pada plug B dan F dan terendah pada plug K.
sedangkan pada sampel B, titik nyala tertinggi pada plug B dan I dan terendah pada
plug G. Sedangkan pada Grafik 6.2, sampel A dan sampel B juga memiliki hasil
yang berbeda-beda tiap plug tetapi tidak terlalu signifikan. Pada sampel A titik
bakar tertinggi pada plug B dan F dan yang terendah pada plug K. Sedangkan pada
sampel B, titik bakar tertinggi pada plug E dan F dan terendah pada plug G. Dari
kedua grafik tersebut sampel A memiliki titik nyala dan titik bakar yang lebih
rendah karena sampel A lebih ringan dan memiliki rantai hidrokarbon yang lebih
pendek dari sampel B.
Titik nyala dan titik bakar memiliki pengaruh berbanding lurus dengan nilai
SG. Sebaliknya, titik nyala dan titik bakar memiliki pengaruh berbanding terbalik
dengan oAPI. Dalam pembakaran dikenal dengan istilah segitiga api, yaitu elemen
pendukung terjadinya kebakaran yaitu oksigen, panas, dan bahan bakar. Namun,
adanya ketiga elemen tersebut belum tentu menghasilkan api apabila tidak
dibarengi dengan adanya rekasi kimia.
Saat digunakan untuk kebutuhan bahan bakar, minyak ringan lebih baik
daripada minyak berat, karena minyak ringan mengandung fraksi-fraksi seperti
metana, etana yang rantai karbonnya pendek, sehingga mudah terbakar. Sedangkan
pada minyak berat mengandung fraksi-fraksi berat, sehingga membutuhkan waktu
yang lama untuk pembakaran, karena titik didihnya tinggi. Hal ini membuat minyak
ringan memiliki nilai keekonomian lebih tinggi daripada minyak berat.
Aplikasi lapangan dari percobaan ini dengan mengetahui titik nyala dan titik
bakar suatu minyak, kita dapat mendesain surface facilities agar tidak terjadi
problem saat produksi berlangsung. Dimana jika titik nyala dan titik bakar suatu
minyak semakin kecil maka minyak tersebut akan mudah terbakar dan jika titik
nyala dan titik bakar terlalu tinggi minyak tersebut akan sulit mengalami
pembakaran. Untuk itu kita bisa mendesain peralatan produksi agar menjaga
temperatur minyak tetap dibawah titik nyala dengan menggunakan coating warna
silver (terang) pada flow line dan storage tank pengecetan warna silver (terang)
dilakukan karena warna silver memiliki sifat memantulkan cahaya dan panas.
Selain itu juga bisa dilakukan dengan menggunakan water sprayer dan heat
exchanger untuk menanggulangi kebakaran.
6.7. KESIMPULAN
1. Tujuan dari praktikum ini ialah untuk menentukan titik nyala dan titik
bakar dari crude oil
2. Prinsip kerja dari percobaan ini adalah pemanasan dan pembakaran
3. Berdasarkan percobaan yang dilakukan plug H, diperoleh hasil :
Sampel A :
• Titik nyala = 122 F
• Titik bakar = 134,6 F
Sampel B
• Titik nyala = 123,8 F
• Titik bakar = 1134,6 F
4. Berdasarkan data yang diperoleh, sampel A lebih mudah menguap
daripada sampel B karena memiliki titik nyala lebih rendah.
5. Ttitik nyala dan titik bakar memiliki pengaruh berbanding lurus dengan
SG.
6. Minyak berat memiliki nilai SG yang besar, dan oAPI yang kecil
sehingga memiliki titik nyala dan titik bakar yang lebih tinggi dari
minyak ringan.
7. Aplikasi lapangan dari percobaan ini untuk mengetahui titik nyala dan
titik bakar, kita dapat mendesain fasilitas produksi agar tidak terjadi
kebakaran, dan menjaga temperatur minyak tetap dibawah titik nyala.
Kita bisa mendesain peralatan produksi dengan melakukan coating
warna putih pada flow line dan storage tank, dan juga bisa dengan
memasang water sprayer dan heat exchanger untuk menjaga temperatur
minyak tetap dibawah titik nyala.

Anda mungkin juga menyukai