Anda di halaman 1dari 188

KOMUNIKASI KESEHATAN PETUGAS MEDIS PADA KELUARGA PASIEN

(STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF PADA PETUGAS MEDIS DI INSTALASI RAWAT


INTENSIVE dan REMINASI (IRIR) RSUD DR SOETOMO SURABAYA)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi


pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

OLEH:

Intan Rakhmayanti Dewi

NIM: 125120207111037

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya , sehingga
penyusunan skripsi dengan judul: “Komunikasi Kesehatan Petugas Medis Pada
Keluarga Pasien (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Petugas Medis Di Instalasi Rawat
Intensive dan Reminasi (IRIR) RSUD Dr Soetomo Surabaya.”, ini dapat
terselesaikan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi
ini tidak dapat terselesaikan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak
sebagai berikut:

1. Orang tua yang sangat penulis cintai dan banggakan yaitu Ayah Widayanto
dan Mama Esti Hardini yang senantiasa memberikan suntikan semangat,
dukungan materi dan doanya untuk ananda tercinta.
2. Adik laki laki penulis Ridho Ananda Dwitya beserta seluruh keluarga besar
penulis yang selalu memberi semangat.
3. Ibu Sinta Swastikawara, S.I.Kom., M.Ikom dan Bapak M. Irawan Saputra,
S.I.Kom., M.Ikom sebagai dosen pembimbing skripsi penulis. Terima kasih
atas kesabarannya dan ketelitiannya dalam membimbing penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi.
4. Ibu Yun Fitrah Laturrakhmi . S.I.Kom., M.I.Kom dan Bapak Dewanto Putra
Fajar, S.Sos, M. Si sebagai dosen penguji. Terimakasih atas segala masukan
dan saran yang membangun untuk skripsi ini.
5. Dokter, perawat, keluarga pasien di IRIR yang telah bersedia menjadi
Informan yang membantu penulis dalam memberikan data, terimakasih.

iv
6. Ibu Yuniar, Bapak Juni, Ibu Roestika, Ibu Lia dan seluruh jajaran pimpinan
IRIR yang sudah sangat membantu sekali dalam pengambilan data, terimakasih
sudah memudahkan jalan penulis.
7. Seluruh Pihak yang telah membantu penulis dalam perijinan di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih.
8. Partner penulis Andhika Aulia Permana yang selalu memberikan dukungan dan
mendengarkan keluhkesah penulis selama pengerjaan skripsi ini.
9. Teman teman AING Vita, Thoriq, Ivan, Deydeandy, Aga, Bobby, Mbakanya,
Ndun, Cibi, Rani Terimakasih sudah saling menyamangati, membantu, dan
mewarnai kehidupan perkulihan penulis. Sukses untuk kalian semua.
10. Sahabat-sahabat Paus yang selalu memberikan semangat agar penulis segera
menyelesaikan skripsi Rula, Elak, Ipol.
11. Teman-teman angkatan 2012 dan seluruh dukungan yang peneliti dapatkan
selama penulisan karya ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
kritik dan saran yang konstruktif diperlukan dalam perbaikan-perbaikan demi
terciptanya karya yang lebih baik. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya, terutama bagi seluruh
civitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya,
khususnya jurusan Ilmu Komunikasi.

Malang, 23 Oktober 2017

Penulis

v
Komunikasi Kesehatan Petugas Medis Pada Keluarga Pasien
(Studi Deskriptif Kualitatif Pada Petugas Medis di Instalasi Rawat Intensif dan
Reminasi (IRIR) RSUD Dr Soetomo Surabaya)

ABSTRAK
Intan Rakhmayanti Dewi, dibawah bimbingan Sinta Swastikawara, S.I.Kom.,
M.I.Kom dan M. Irawan Saputra, S.I.Kom., M.I.Kom. Jurusan Ilmu Komunikasi.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Brawijaya.

Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Kualitatif, bertujuan untuk


mengetahui komunikasi kesehatan yang dilakukan petugas medis kepada keluarga
pasien di IRIR RSUD Dr Soetomo Surabaya. IRIR merupakan gabungan dari
empat ruangan intensive care ICU, ICCU, NICU dan Burn Unit. IRIR dipilih
sebagai lokasi penelitian karena pasien pasien yang dirawat di ruangan ini adalah
pasien yang dalam keadaan gawat, sehingga peran keluarga dibutuhkan sebagai
support group dalam perawatannya.
Penelitian Ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo
Surabaya, yang beralamat lengkap di Jl. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo 6-8
Surabaya. Pengambilan data menggunakan teknik wawancara snowball sampling.
Informan penelitian ini adalah dokter, perawat dan keluarga pasien di IRIR RSUD
Dr Soetomo Surabaya. Keabsahan data menggunakan tringulasi metode.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komunikasi oleh petugas medis
pada saat menyampaikan vonis, diagnosis maupun selama masa perawatan bahwa
mereka tidak hanya menyampaikan apa adanya mengenai penyakit yang dialami
pasien kepada keluarganya, namun mereka juga memberi sugesti positive,
motivasi dan berusaha memunculkan rasa percaya keluarga pasien pada petugas
medis. Namun tidak semua petugas medis melakukan hal itu, ada beberapa yang
hanya menyampaikan saja mengenai penyakit pasien tanpa memikirkan aspek
komunikasi. Untuk memunculkan rasa percaya keluarga, yang petugas medis
lakukan adalah dengan melakukan perkenalan terlebih dahulu. Dokter dan
perawat saat berkomunikasi dengan keluarga pasien tidak hanya menggunakan
komunikasi verbal namun juga non verbal, dan juga menggunakan media lain
seperti gambar.

Kata Kunci: komunikasi kesehatan, petugas medis, keluarga pasien.

vi
The Health Communication of Medical Officer toward Patient Family
(Qualitative Descriptive Study on the Medical Officer in Intensive care
Installation and Remission (IRIR) of RSUD Dr Soetomo of Surabaya)

ABSTRACT
Intan Rakhmayanti Dewi, advised by Sinta Swastikawara, S.I.Kom., M.I.Kom and
M. Irawan Saputra, S.I.Kom., M.I.Kom. Department of Communication Science.
Faculty of Social and Political Sciences. University of Brawijaya.

The research is descriptive qualitative that aims at knowing the health


communication that is done by medical officer toward patient family at IRIR
RSUD Dr Soetomo of Surabaya. IRIR is a combination of four of intensive care
rooms of ICU, ICCU, NICU and Burn Unit. IRIR is chosen as the research site
because the patients that have been treated in this room is an emergency patient,
so the role of the family is needed as a support group in the treatment.
The research was conducted at Dr. Soetomo General Hospital (RSUD Dr
Soetomo) Surabaya, which was located at Jl. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo 6-8 of
Surabaya. The data collection used snowball sampling technique. Informants of
this research were doctors, nurses and family of patients in IRIR RSUD Dr
Soetomo of Surabaya. The data validity used tringulation method.
The research results indicated that the communication by medical officer
during the verdict, diagnosis and during the treatment period conveyed about the
disease only that had been experienced by patients to the families, and given
positive suggestions, motivation and trying to raise the confidence of the patient's
family to the medical officer, but not all medical officers can do that, there were
some medical officers who just delivered it about the patient's illness without
thinking the communication aspect. In raising family’s confidence was through an
introduction first. Doctors and nurses in communicating with the patient's family
didn’t only use verbal but also used non-verbal communication, and also used
other media such as images.
Keywords: The health communication, medical officer, patient's family

vi
Daftar Bagan

Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran…………………………………………… 23

Bagan 4.1 Struktur Ruangan ……………………………………………… 38

xi
Daftar Gambar

Gambar 4.1 Visi Misi RSUD Dr Soetomo ……………………………………41

Gambar 4.2 Home Website RSUD Dr Soetomo…..………………………… 41

Gambar 4.3 Ruang Perawatan ICU ……….………………………………… 44

Gambar 4.4 Ruang Perawatan ICCU…………..……………...………………44

Gambar 4.5 Ruang Perawatan NICU………………………………………… 45

Gambar 4.6 Penyampaian informasi kepada keluarga pasien……………… 50

Gambar 4.7 Edukasi Diruang ICU…………………………………………… 58

x
DAFTAR ISI

COVER HALAMAN DEPAN


LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………… ii

LEMBAR ORISINALITAS ............................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iv

ABSTRAK…………………………………………………………………...…………….vi

ABSTRACT …………………………...………………………………………………… vii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… viii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………...… x

DAFTAR BAGAN…………………………………………………………………….… xi

I. . PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ................................................................................ 6


1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 7

1.4.1 Manfaat Akademis .................................................................................. ...7


1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................................ ...7

II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………..…8


2.1 Komunikasi Kesehatan……………………………….………………………..…10

2.1.1 Komunikasi Untuk Memunculkan Kepercayaan ……………………..….. 12

2.2 Penelitian Terdahulu…………………………………………………….….……17

2.3 Kerangka Pemikiran………………………………………………………...….. 23

III. METODE PENELITIAN ......................................................................................... 24


3.1 Paradigma dan Jenis Penelitian ............................................................................. 24

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................ 26

3.3 Fokus Penelitian ................................................................................................... 26

3.4 Sumber Data dan Jenis Data ................................................................................. 28

3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 30

3.6 Teknik Pemilihan Informan ................................................................................... 30

viii
3.7 Teknik Analisis Data ............................................................................................ 33

3.8 Etika Penelitian ..................................................................................................... .34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………………35


4.1 Gambaran Umum…………………………………………………………………35

4.1.1 Gambaran Umum IRIR RSUD DR Soetomo Surabaya………………40

4.2 Penyajian Data……………………………………………………………………41

4.2.1 Profil Informan ……….………………………………………………41

4.2.2 Dokter ………………………………………………………………….43

4.2.3 Perawat………………………………………………...……………… 52

4.2.4 Keluarga Pasien…………………………………………………………63


4.3 Pembahasan Data………………………………………………………………… 67

4.3.1 Kecemasan Pada Keluarga Pasien………………………………………67

4.3.2 Edukasi…………………………………………………………………70
4.3.3 Hambatan Dalam Komunikasi………………………………………… 72

4.3.4 Rasa Empati dan Komunikasi Non Verbal…..……...………………… 74

V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 77

5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 78

5.2 Saran ........................................................................................................... 79

5.2.1 Saran Akademis ............................................................................. 79

5.2.2 Saran Praktis .................................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 80

LAMPIRAN……………………………………………………………………... 87

ix
80

Daftar Pustaka
Arianto. (2013). Komunikasi Kesehatan (Komunikasi Antara Dokter Dan Pasien).
2-3
Astutik, W.S&Widodo, Y. (2014). Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kecemasan
Keluarga Pasien Dalam Menghadapi Perawatan Diruang ICU Rumah Sakit
Umum Daerah Pare.
Azwar, A. (2010). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.
Basuki, E. (2008). Komunikasi Antar Petugas Kesehatan. Maj Kedokt Indon, Volum:
58, Nomor: 9, (342-343).
Berry, D. (2007). Health Communication: Theory And Practice. New York: Two
Penn Plaza.
Budiningsih, Asri. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Bineka Cipta
Bungin, B.H.M, (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta : Kencana Prenama Media Group.
Darmawan, I. (2009). Hubungan Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Dengan
Kepuasan Klien Dalam Mendapatkan Pelayanan Keperawatan Di Instalasi
Gawat Darurat RSUD Dr. Soedarso Pontianak Kalimantan Barat,
DeVito, J.A. (1997). Komunikasi Antar Manusia, edisi 5. Jakarta: Profesionial Book
Dhaneswari, A. (2015). Komunikasi Antar Perawat Terhadap Pasien Di IGD RSU
Jati Husada Karanganyar, 426
Dolo, M.R.L. (2013). Komunikasi Keperawatan Metode Berbicara Asuhan
Keperawatan.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Donsbach, W. (2010). The Internation Encylopedia of Communication Theories. UK:
Blackwell Publishing
Dukasya, R. (2015). Strategi Komunikasi Kesehatan Untuk Pencegahan HIV/AIDS
(Studi pada Petugas Lapangan (PL) Yayasan Paramitra Jatim Dalam
Pendampingan Wanita Pekerja Seks (WPS) di Lokalisasi Kabupaten Malang).
(Skripsi, Universitas Brawijaya, 2015).
Edelmann, R.J. (2000). Psychosocial Aspects of the Health Care Process. London:
Prentice Hall.
Effendy,Onong Uchjana. (2000). Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Effendy, O.U. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Ellis, R. B., Gates, R. J. & Kenworthy, N. (1999). Komunikasi Interpersonal dalam
Keperawatan
Ewles, L. & Simnett, I. (1994). Promoting Health: Apractical Guide. Elsevier.
81

Hidayat, D.N. 2003. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik.
Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia.
Hofstede, G. (2011). Dimensionaliz ing Cultures: The Hofstede Modelin Context.
Jane, S. L. (2002). Interventions to decrease family anxiety. Critical Care Nurse.
Diunduh pada tanggal 18 Desember 2016. Retrieved from
http://search.proquest.com/docview/228188067?accountid=17242
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat dan Rumah Sakit Daerah.
Kismantono, J. Krisyanti, T.Y & Nurhayati, Y. (2015). Hubungan Komunikasi
Interpersonal Perawat dengan Pelayanan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. 1-2.
Kriyantono, R. (2006). Teknis Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktik
Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi,
Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Media Group
Littlejohn, S.W & Foss, K.A. (2009). Encyclopedia Of Communication Theory.
California: SAGE Publications Inc.
Morissan. (2013). Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Mulyana, D. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Moleong, L. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Moleong, L. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nugroho, A.W. (2009). Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Pasien (Studi
Deskriptif Kualitatif Aktivitas Komunikasi Terapeutik Antara Perawat
Terhadap Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta)
(Skripsi, Universitas Sebelas Maret, 2009). Diakses dari
https://core.ac.uk/download/files/478/12352035.pdf
Nugroho, H.A. & Aryati, S. (2009). Hubungan Antara Komunikasi Terapeutik
Perawat dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Islam Kendal, 37
Nurdiana. (2007). Peran Dukungan Keluarga Pada Penanganan Penderita
Skizofrenia. Diakses pada 1 Oktober 2017, dari:
Repositpryunand.ac.id/17926/1/Hubungan%2Lingkungan%20Klinik%agn520
Nurulhuda,Rahmatiah Isnani. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Kecemasan Keluarga Pasien yang Dirawat Diruang ICU RSUD DR. M. M
Dunda Limboto (Thesis, Universitas Negri Gorontalo.)
Primadipta, D. (2014). Kualitas Pelayanan Pasien Instalasi Rawat Darurat (IRD) Di
RSUD Dr Soetomo Surabaya. (Skripsi Universitas Jember, 2014). Diakses
82

dari https://www.deepdyve.com/lp/emerald-publishing/the-impact-of-health-
communication-on-health-related-decision-making-a-KaDKmkSOj4
Rakhmat. J. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ritanto, L. (2015). Proses Komunikasi Terapeutik Perawat Dalam Mempersuasi
Pasien Untuk Beraktivitas, 2.
Pochard, F. et al (2005). Symptoms of Anxiety and Depression In Famili Members of
Intensive Care Unit Patients Before Discharge or Death. A prospective
Multicenter Study. Journal of Critical Care, 20(1), doi:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jcrc.2004.11.004
Rahmadiana, Metta. (2012). Komunikasi Kesehatan: Sebuah Tinjauan. Jurnal
Psikogenesis Vol. 1, no. 1/Desember 2012.
Rahmawati, Ira.Maria, Riri (2014) Kecemasan Keluarga Pasien yang di Rawat
Diruang ICU
Rahman, A. (2015). Jenis-Jenis Pelayana Kesehatan Di Indonesia. Diakses pada 12
Oktober 2016, dari http://www.info-kesehatan.web.id/2015/11/jenis-jenis-
pelayanan-kesehatan-di.html
Rakhmat, J. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Reports, G. (2014, Oktober 22). Indonesia (Masih) Membutuhkan Kesehatan. Ge
Reports Indonesia. Diakses dari
http://gereports.co.id/post/100660143640/indonesia-masih-membutuhkan-
fasilitas-kesehatan
Rinawati, S.A.,Maryana, Atik, B. (2012). Pengaruh Panduan Terstruktur Komunikasi
Terapeutik Perawat Terhadap Kecemasan Keluarga Pasien Di Unit
Perawatan Kritis RSUP Dr. Sardjito Yogjakarta. Diakses dari
Caring01f2b2012#0754.Pdf.
Salisah, N.H. (2011). Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 1. Komunikasi Kesehatan:
Perlunya Multidisipliner Dalam Ilmu Komunikasi, 170, 181.
Safaria.(2005). Interpersonal Intelligence:MetodePengembanganKecerdasan
Interpersonal Anak. Yogyakarta : Amara Books.
Sudrajat, M.I.T (2014). Komunikasi Interpersonal dan Motivasi Kesembuhan (Studi
Korelasi Antara Komunikasi Interpersonal Perawat dan Kualitas Pelayanan
Terhadap Motivasi Kesembuhan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Kasih Ibu
Surakarta),
Sugimin. (2017). Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit Rumah
Sakit Pusat Doktor Soeradji Tirtonegoro Klaten (Skripsi Progam Studi
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta)
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dah R&D. Bandung:
Alfabeta.
83

Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.


Sutopo, H.B. 2006, Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Tohari, hamim. (2014). Informed Consent Pada Pelayanan Sirkumsisi Di Puskesmas
Waru, Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa Timur Periode 1 Jan-31
Desember 2014. (Skripsi Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro)
Thomas, R.K. (2006). Health Communication. United States of America: Springer
Science+Business Media, Inc
Travis, D.M. (2013). A Qualitative Study of Organizational Communication
Practices In Primary Care Clinics. (Disertasi, The University of Texas at San
Antonio).
Tubbs, S. & Moss, S. (2008). Human Communication: Prinsip-Prinsip Dasar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wood, J. T. (2013). Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian. Jakarta:
Salemba Humanika.
Wulandari, T.A. (2013). Memahami pengembangan Hubungan Antarpribadi Melalui
Teori Penterasi Sosial. Jurnal Ilmiah UNIKOM, Vol. 11, No. 1
http://jurnal.unikom.ac.id/jurnal/memahami-pengembangan.3d
Vahabi, M. (2006). The Impact Of Health Communication On Health-Related
Decision Making: A Review Of Evidence. University of Toronto. Diakses dari
http://search.proquest.com/docview/222808022/fulltextPDF/17B587126E544
7CBPQ/16?accountid=4643
Komunikasi Kesehatan Petugas Medis Pada Keluarga Pasien

(Studi Deskriptif Kualitatif Pada Petugas Medis di Instalasi Rawat Intensif dan Reminasi
(IRIR) RSUD Dr Soetomo Surabaya)

INTAN RAKHMAYANTI DEWI, ILMU KOMUNIKASI, FISIP, UNIVERSITAS BRAWIJAYA

intanrkhmynti@gmail.com
Abstrak:
Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Kualitatif, bertujuan untuk mengetahui
komunikasi kesehatan yang dilakukan petugas medis kepada keluarga pasien di IRIR RSUD
Dr Soetomo Surabaya. IRIR merupakan gabungan dari empat ruangan intensive care ICU,
ICCU, NICU dan Burn Unit. IRIR dipilih sebagai lokasi penelitian karena pasien pasien yang
dirawat di ruangan ini adalah pasien yang dalam keadaan gawat, sehingga peran keluarga
dibutuhkan sebagai support group dalam perawatannya.
Penelitian Ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo Surabaya, yang
beralamat lengkap di Jl. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo 6-8 Surabaya. Pengambilan data
menggunakan teknik wawancara snowball sampling. Informan penelitian ini adalah dokter,
perawat dan keluarga pasien di IRIR RSUD Dr Soetomo Surabaya. Keabsahan data
menggunakan tringulasi metode.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komunikasi oleh petugas medis pada saat
menyampaikan vonis, diagnosis maupun selama masa perawatan bahwa mereka tidak hanya
menyampaikan apa adanya mengenai penyakit yang dialami pasien kepada keluarganya,
namun mereka juga memberi sugesti positive, motivasi dan berusaha memunculkan rasa
percaya keluarga pasien pada petugas medis. Namun tidak semua petugas medis melakukan
hal itu, ada beberapa yang hanya menyampaikan saja mengenai penyakit pasien tanpa
memikirkan aspek komunikasi. Untuk memunculkan rasa percaya keluarga, yang petugas
medis lakukan adalah dengan melakukan perkenalan terlebih dahulu. Dokter dan perawat saat
berkomunikasi dengan keluarga pasien tidak hanya menggunakan komunikasi verbal namun
juga non verbal, dan juga menggunakan media lain seperti gambar.

Kata Kunci: komunikasi kesehatan, petugas medis, keluarga pasien.


PENDAHULUAN mengalami gagal nafas, kritis, dan
kegawatdaruratan lainnya yang termasuk
Anxiety atau perasaan cemas pada dalam kriteria masing-masing ruangan.
pasien dan keluarga pasien yang masuk Keluarga pasien tidak diperbolehkan untuk
ruang intensif akan lebih jelas dijumpai berada di samping pasien selama masa
(Loihala, 2016).Kecemasan pada pasien perawatan. Oleh sebab itu komunikasi
dan keluarga pasien seringdiakibatkan oleh yang dilakukan petugas medis dokter
ketakutan akan kematian,ketidakberhasilan maupun perawat kepada keluarga pasien
medikasi komplikasi yang terjadi dan haruslah berjalan dengan baik, tidak hanya
masalah biaya (Ganda dalam Loihala, kepada pasiennya saja.
2016). Alfitri (2005) mengatakan bahwa Selama masa perawatan pasien,
kesalahan dalam menangkap makna dalam mekanisme dukungan social (social
dunia kedokteran akan berakibat fatal, support) didapatkan melalui interaksi
karena akan menyangkut jiwa manusia. dengan orang lain seperti anggota keluarga
Keluhan yang paling sering disampaikan yang merupakan bagian kelompok
para pasien beserta keluarganya di rumah pendukung (support group) (Viswanath
sakit terletak pada kurangnya komunikasi dalam Donsbach, 2010). Support
antar petugas rumah sakit dengan pasien groupdibutuhkan untuk memberikan
dan keluarganya (Alfitri, 2005). dukungan emosional seperti membantu
Menurut Pochard et al (dalam pasien menghadapi kondisi medis kronis.
Kiptyah & Mustikasari, 2013) bagi Dengan dukungan social dari support
keluarga, ICU adalah tempat paling tidak group tersebut akan membantu
menyenangkan, karena respon emosional kesembuhan pasien dan meningkatkan
keluarga dituntut lebih tinggi dibanding di kesehatan yang lebih baik pada pasien
ruangan lainnya dan ketepatan dalam tersebut (Viswanath dalam Donsbach,
pengambilan keputusan bagi kelangsungan 2010). Oleh karena itu, komunikasi dalam
atau kualitas hidup anggota keluarganya. perawatan yang berfokus pada keluarga
Pada ruangan yang memiliki pasien-pasien tidak hanya berkaitan dengan pemulihan
kritis tingkat kecemasan pada keluarga atau keputusan perawatan, namun juga
pasien sangat tinggi sehingga menjadi untuk memberikan dukungan kepada
lebih mudah tersinggung. Kecemasan juga pasien setelah perawatan medis di rumah
timbul akibat hasil perawatan yang tidak sakit agar pasien dapat menjadi produktif
pasti, gejolak emosi, masalah keuangan, kembali (Anna dalam Nurdiana, 2007).
perubahan peran, gangguan rutinitas dan Komunikasi yang baik antara
lingkungan rumah sakit yang asing (Jane, keduabelah pihak akan berdampak pada
2002). Sugimin (2017) mengatakan bahwa kesehatan yang lebih baik, kenyamanan,
kecemasan pada keluarga pasien yang kepuasan pada pasien, dan penurunan
dirawat di ruang ICU sangat penting resiko malpraktik, serta perselisihan atau
diperhatikan karena dalam perawatan sengketa yang terjadi antara dokter dan
pasien dan keluarga merupakan satu pasien (Arianto, 2013). Komunikasi yang
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu baik, yang dilakukan oleh petugas medis
dengan yang lain. Seperti pada ruangan di adalah dengan salah satu support
Instalasi Rawat Intensif RSUD Dr. groupyaitu keluarga pasien. Sebagai
Soetomo Surabaya. IRIR merupakan seorang petugas medis, kondisi dinamika
satuan dari beberapa ruangan yang berada sosial lingkungan masyarakat yang
di GBPT (Gedung Bedah Pusat Terpadu) beragam dituntut suatu kemampuan
RSUD Dr Soetomo Surabaya. IRIR terdiri berkomunikasi yang beragam pula salah
dari 4 ruangan yaitu ICU, ICCU, NICU, satunya adalah lingkup sosial dunia
dan Burn Unit. Keempat ruangan tersebut kesehatan (Arianto, 2013).
merupakan perawatan untuk pasien yang

2
Menyampaikan kemungkinan bentuk jasa yang dibutuhkan oleh public.
terburuk mengenai keadaan pasien kepada Azwar (2010, h. 95) membagi Rumah
keluarganya menjadi salah satu tantangan sakit di Indonesia menjadi 5 macam tipe,
bagi tenaga kesehatan, karena hal tersebut yaitu: Rumah Sakit kelas Ahingga Rumah
tidak hanya menentukan informasi apa Sakit Tipe E dan berdasarkan Keputusan
yang harus disampaikan, tetapi juga cara Menteri Kesehatan RI Nomor
penyampaian agar informasi dapat 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman
diterima dengan baik dan memutuskan Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat dan
tindakan perawatan selanjutnya (Berry, Rumah Sakit Daerah menjelaskan bahwa
2004, h. 66). Hal tersebut termasuk di Rumah sakit Dr Soetomo merupakan
dalam kajian komunikasi kesehatan, Rumah Sakit umum yang mempunyai
dimana komunikasi kesehatan meliputi kelas yang bertipe A karena mampu
studi dan penggunaan strategi komunikasi memberikan pelayanan yang lebih luas.
untuk menginformasikan dan memberi Oleh karena itu RSUD Dr Soetomo
pengaruh pada setiap individu dan merupakan pusat pelayanan dan rujukan
masyarakat mengenai pengetahuan, sikap terbesar di Asia bagian timur yang berbeda
dan praktik yang sehubungan dengan dari rumah sakit daerah lainnya. Fasilitas
kesehatan dan tim kesehatan (Thomas, yang ada tidak hanya alat kedokteran saja,
2006, h. 1). Komunikasi kesehatan ini namun juga tenaga medis yang ada di Dr.
didasarkan pada konsep dasar bahwa Soetomo sendiri.
penyebaran informasi kesehatan dapat
memengaruhi pengetahuan masyarakat dan
pada gilirannya dapat meningkatkan TINJAUAN PUSTAKA
kemampuan mereka untuk membuat
keputusan tentang kesehatan mereka Komunikasi Kesehatan
(Vahabi, 2006). Menurut Arianto (2013)
Ilmu komunikasi telah berkembang
pesan yang disampaikan pada komunikasi
pesat pada saat ini, salah satu kajian ilmu
kesehatan merupakan pesan khusus yang
komunikasi ialah komunikasi kesehatan.
dikirim dalam jumlah peserta yang terbatas
Komunikasi kesehatan secara umum
dengan menggunakan konteks komunikasi
didefinisikan sebagai segala aspek dari
antarpribadi. Komunikasi kesehatan
komunikasi antar manusia yang
memiliki prinsip-prinsip yang di gunakan,
berhubungan dengan kesehatan (Arianto,
seperti yang dikemukakan oleh Thomas
2013). Secara umum komunikasi
(2006):
kesehatan memiliki tujuan untuk petugas
“Health communication principles
medis untuk mengurangi ketidakpastian
are often used today for various
dengan memberikan penjelasan kepada
disease prevention and control
pasien maupun keluarga pasien tentang
strategies including advocacy for
perawatan dan resiko kesehatan (Berry,
health issues, marketing health
2007, h,3). Dalam komunikasi kesehatan
plans and products, educating
berbagai peserta yang terlibat dalam proses
patients about medical care or
kesehatan antara dokter, pasien, perawat
treatment choices, and educating
dan keluarga pasien. Harrington (2015)
consumers abouthealthcare quality
(dikutip dari Sjafirah, 2015) mengungkap
issues.”
definisi yang diberikan oleh divisi
Rumah sakit sendiri,menurut
organisasi professional yaitu NCA
Primadipta (2014) mengatakan bahwa
(National Communication Association)
termasuk dalam klasifikasi pelayanan
yang menyatakan bahwa:
publik pada pelayanan umum dibidang
“Health communication is the
jasa. Rumah sakit juga menyediakan
study of communication as it
pelayanan yang menghasilkan berbagai
relates to health professionals and

3
health edu cation, including the bagaimana cara menangani si sakit, dan
study of provider-client interaction, kemungkinan reaksi yang muncul pada si
as well as the diffusion of health sakit akan memperkecil kemungkinan
information through public health terjadinya ketidaktahuan (Rahmadiana,
campaigns” 2012)
Komunikasi kesehatan adalah studi
tentang komunikasi yang berkaitan dengan Sjafirah (2015) mengatakan bahwa
tenaga kesehatan dan pendidikan terdapat 8 point kunci yang terkait dengan
kesehatan, termasuk studi tentang interaksi arti penting komunikasi kesehatan:
penyedia-klien, serta penyebaran informasi
1. Komunikasi dalam praktik medis
kesehatan melalui kampanye kesehatan
sangat penting dan masalah
masyarakat. Isu kesehatan menjadi penting
komunikasi merupakan hal yang
untuk dikaji melalui bidang ilmu
biasa terjadi.
komunikasi dengan adanya masukan dari
banyak penelitian bidang kesehatan 2. Kecemasan dan ketidakpuasan
(Salisah, 2011) Komunikasi kesehatan pasien berkaitan dengan
telah diterapkan sebagai jenis komunikasi ketidakpastian, kekurangan
manusia yang isinya berkaitan dengan informasi dalam hal penjelasan atau
kesehatan, dimana fokusnya adalah pada pun feedback yang diberikan.
transaksi yang berhubungan dengan
kesehatan dan factor-faktor yang 3. Dokter seringkali keliru dalam
mempengaruhinya (Berry, 2007, h.1). persepsi menyangkut jumlah dan
bentuk informasi yang diinginkan
Komunikasi kesehatan tidak hanya oleh pasiennya.
mengenai komunikasi yang dilakukan
4. Menambah kualitas dalam
petugas medis kepada pasiennya, tetapi
komunikasi yang bersifat klinis
juga komunikasi yang dilakukan dengan
berkaitan dengan hasil
keluarga pasien. Keluarga pasien dalam
penyembuhan
konteks kesehatan pasien merupakan
bagiandarisupport group (Viswanath 5. Menjelaskan dan mencoba
dalam Donsbach, 2010). Dengan memberikan pemahaman terhadap
dukungan social dari support group akan pasien, agar mereka tidak cemas.
membantu kesembuhan pasien dan
meningkatkan hidup sehat (Viswanath 6. Lebih besar partisipasi yang
dalam Donsbach, 2010). Karena menurut dilakukan pasien akan menambah
Rahmadiana (2012) apabilapihak keluarga kepuasan dan mempengaruhi hasil
juga tidak dapat memahami isu isu (penyembuhan)
kesehatan yang berkaitan dengan anggota 7. Level stress psikologis pada
keluarganya yang sakit, besar pasien yang menderita sakit serius
kemungkinan pihak keluarga tidak akan akan lebih sedikit apabila mereka
memberikan dukungan sepenuhnya pada mempersepsi dirinya telah
anggota keluarga yang sakit. Partisipasi menerima informasi yang cukup
keluarga dalam merawat anggota yang mengenai sakit yang dideritanya.
sakit menjadi lebih mengerti mengenai
isuisu kesehatan anggota keluarga yang 8. Komunikasi kesehatan sangat
menderita sakit. Memastikan bahwa semua menguntungkan dan dapat dilakukan
anggota keluarga, termasuk anak-anak, dalam praktek keseharian oleh karenanya
telah memahami informasi dan isu isu kemampuan komunikasi harus selalu
kesehatan yang terjadi pada anggota ditingkatkan.
keluarganya yang sakit, termasuk

4
Komunikasi Untuk Memunculkan dengan jalan melibatkan berbagai metode
Kepercayaan yang ada. Sedangkan Bogdan dan Tylor
(dikutip dari Moleong, 2013)
Hubungan interpersonal merupakan mendefinisikan bahwa metodologi
hubungan yang dijalin antara individu satu kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
dengan individu lainnya, melalui social menghasilkan data deskriptif berupa kata-
interaksi tersebut dapat terdiri dari satu kata tertulis atau lisan dari orang-orang
individu maupun lebih (Febrianto, dan perilaku yang dapat diamati. Lokasi
Herani,&Supriyono, 2013). Rakhmat tempat penelitian ini pada IRIR RSUD Dr.
(2012) berkata dalam bukunya bahwa Soetomo Surabaya yang terdiri dari 4
komunikasi efektif ditandai dengan ruangan yaitu ICU, ICCU, NICU, Burn
hubungan interpersonal yang baik. Unit. Beralamat di Jl. Mayjend Prof. Dr.
Rakhmat (2012, h. 123) juga menyebutkan Moestopo No. 6 - 8, Kota Surabaya, Jawa
tahap-tahap dalam hubungan interpersonal, Timur 60285. Dipilihnya IRIR sebagai
seperti pembentukan Hubungan lokasi penelitian, karena keempat ruangan
Interpersonal. Pada tahap ini sering tersebut merupakan ruang intensive care,
disebutkan sebagai tahap perkenalan. dimana keluarga pasien tidak dapat Waktu
Dalam tahap ini informasi yang dicari dan penelitian ini kurang lebih selama 3 bulan.
disampaikan umumnya berkisar mengenai
data demografis, usia, pekerjaan, tempat Lofland dan Lofland (dalam
tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. Moleong, 2013) bahwa sumber data utama
Dengan data demografis ini, orang akan dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata,
berusaha membentuk kesan tentang diri dan tindakan, selebihnya adalah seperti
orang lain. Dalam proses pembentukan dokumen dan lain lain. Menurut
kesan ini orang akan melahirkan banyak Kriyantono (2006, h. 39) data dalam
informasi dengan memasukan pengalaman penelitian kualitatif merupakan data dalam
pada karegori yang ada. Kesan pertama ini bentuk kata-kata, kalimat, maupun narasi
akan menentukan hubungan tidaklah yang berhubungan dengan karakteristik,
interpersonal. kategorisasi berupa suatu pernyataan atau
kata-kata. Sumber data dibagi menjadi dua
METODOLOGI PENELITIAN diantaranya adalah data primer dan data
sekunder (Sugiyono, 2015, h.225). Maka
Penelitian ini merupakan penelitian
dalam penelitian ini data yang diperoleh
kualitatif berjenis deskriptif yang
dari data primer, yaitu data yang
menggunakan paradigma konstruktivis.
memberikan informasi kepada pengumpul
Penelitian konstruktivis mempelajari
data. Data primer dalam penelitian ini
beragam realita yang terkonstruksi oleh
diperoleh dari wawancara mendalam
individu dan implikasi dari kontruksi
dengan informan. Data tersebut berupa
tersebut bagi kehidupan mereka dengan
pernyataan informan mengenai bagaimana
yang lain. Paradigma konstruktivis ini
komunikasi kesehatan yang dilakukan
digunakan karena sebenarnya dalam
petugas medis terkait informasi kesehatan,
konstruksivis, setiap individu memiliki
pelayanan kepada pasien dan keluarganya.
pengalaman yang unik. Peneliti ingin
Penelitian ini merupakan jenis
mengetahui bagaimana komunikasi yang
penelitian kualitatif sehingga dalam
dilakukan oleh petugas kesehatan kepada
penelitian kualitatif ini peneliti akan
keluarga pasien.Selanjutnya, Denzin dan
menggunakan analisis kualitatif yang
Lincoln (dalam Moleong, 2013)
dikemukakan oleh Miles and Huberman
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif
(1984) (dalam Sugiyono, 2015, h. 246)
adalah penelitian yang menggunakan latar
menyatakan bahwa analisis data kualitatif
alamiah, dengan maksud menafsirkan
itu secara interaktid dan juga berlangsung
fenomena yang terjadi dan dilakukan

5
secara terus menerus hingga tuntas. selalu memperkenalkan diri kepada
Aktivitas dalam analisis data yaitu: keluarga pasien. Dengan cara
Reduksi data, Penyajian data, Conslusion memperkenalkan diri seperti ini setidaknya
Drawing/Verification. para orang tua atau keluarga bisa
mengenal siapa yang sedang merawat
anaknya dan juga agar mereka dapat
LAPORAN HASIL percaya bahwa anaknya ditangani oleh
orang yang tepat. Setelah kepercayaan
Surabaya merupakan ibu kota antar dokter dan keluarga itu sudah
propinsi Jawa Timur yang memiliki terbangun, setidaknya akan memudahkan
banyak rumah sakit milik pemerintah jalannya perawatan perawatan lainnya.
maupun swasta. Salah satu rumah sakit Karena keluarga sudah percaya dengan
milik pemerintah dan termasuk yang siapa pasien tersebut ditangani. Sejak awal
terbesar dan sedang dicanangkan sebagai masuk dokter sudah menjelaskan bahwa
rumah sakit internasional. Untuk menjadi apabila seseorang masuk di ruangan
rumah sakit bertaraf internasional, saat ini intensive care kondisi pasien tidak stabil
di RSUD Dr Soetomo sedang dalam kadang bisa membaik kadang juga bisa
proses JSI. JSI adalah singkatan dari Joint tiba tiba turun. Maka dari itu dari setiap
Commission International. RSUD Dokter tindakan apapun yang akan dilakukan,
Soetomo memberikan banyak sekiali dengan tujuan agar tidak terjadi hal hal
pelayanan kesehatan pada masyarakat, yang tidak diinginkan nantinya.
salah satunya adalah Pelayanan Intensive
Care. Pelayanan Intensive care ini Dokter merupakan petugas medis
ditujukan untuk pasien yang mengalami yang menangani penyakit yang dialami
kegagalan napas dan membutuhkan alat pasien. Disini peran dokter sangat penting
bantu pas seperti Ventilator. Pelayanan dalam menyampaikan seputar penyakit,
Intensive Care ini terdapat dalam satu vonis, diagnosis dan segala yang
naungan IRIR. IRIR merupakan satuan berhubungan dengan pasien. Seperti yang
dari beberapa ruangan yang berada di telah disebutkan diatas bahwa dokter
GBPT (Gedung Bedah Pusat Terpadu) adalah petugas medis yang mempunyai
RSUD Dokter Soetomo Surabaya yang wewenang dalam vonis, diagnosis dan
terletak di Jl. Darma Husada, Airlangga, tindakan tindakan kepada pasien. Hal
Gubeng, Kota Surabaya Jawa Timur. tersebut bukan lah hal yang mudah, karena
IRIR sendiri merupakan singkatan dari dari awal masuk ruang intensive
Instalasi Rawat Intensive & Reanimasi, khususnya sudah diberitahu bahwa pasien
terdiri dari 4 ruangan yaitu ICU, ICCU, yang masuk intensive adalah yang
NICU, dan Burn Unit. keadaanya kritis jadi mereka tidak bisa
menjanjikan apa pun mengenai keadaan
Dokter pasien tersebut. Dalam berkomunikasi
dengan keluarga pasien dokter
Perawatan yang dilakukan di
memberikan sugesti yang positive dan
ruangan ruangan IRIR ini merupakan
memberikan keluarga kepercayaan dan
perawatan intensif total care dimana
motivasi bahwa pasien sudah ditangani
semua sistemnya tertutup dan hanya boleh
dengan baik. Namun ada beberapa dokter
pada jam jam tertentu saja berkunjungnya.
yang menyampaikan apa adanya saja,
Dengan perawatan total care yang
langsung to the pointmengenai penyakit
diberikan kepada pasein, maka dari itu
atau diagnosis apa yang diberikannya.
membangun kepercayaan kepada keluarga
Selain itu dokter juga mempunyai
pasien sedari awal merupakan hal yang
kewajiban untuk melakukan KIE yaitu
mutlak untuk dilaksanakan. Membangun
komunikasi informasi edukasi yang di
kepercayaan itu bisa dimulai dengan cara

6
sampaikan diawal pasien masuk Pasien yang baru saja masuk
diruangan. Hal ini bertujuan agar keluarga ruangan intensive care seperti ICU ICCU
pasien mengerti mengenai diagnosis apa Burn Unit dan NICU pihak keluarga pasti
yang dilakukan dan juga untuk akan merasakan kecemasan yang
keberlanjutan proses penyembuhan dari berlebihan diawal. Seperti mereka
pasien tersebut. komunikasi informasi mengalami denial, dimana mereka akan
edukasi (kie) itu awalnya pasti dilakukan susah untuk menerima informasi. Edukasi
secara lisan, face to face kepada keluarga merupakan salah satu hal yang wajib
pasein. Baru setelah itu keluarga pasien dikomunikasi kan kepada keluarga pasien
menandatangani inform concent. Inform maupun pasien itu sendiri. Hal ini tertulis
concent ini adalah sebuah kertas dalam buku panduan komunikasi RSUD
persetujuan yang berisi mengenai tindakan Dokter Soetomo Surabaya. Edukasi yang
tindakan apa saja yang akan dilakukan dilakukan setiap ruangannya pun berbeda.
kepada pasien tersebut, dituliskan hitam
diatas putih dan kemudian inform concent Lain halnya dengan edukasi yang
dijelaskan kepada keluarga pasien oleh dilakukan di ruang Burn Unit. Di Burn
dokter yang bersangkutan. Tujuan utama unit edukasi dilakukan sebelum pasien
dari inform concent ini adalah untuk akan akan keluar dari ruangan. Edukasi
keluarga mengerti dengan apa yang telah yang diberikan berupa makanan makanan
disampaikan dan menyetujui tindakan apa saja yang berprotein untuk cepat
yang akan dilakukan. memulihkan bekas luka bakar. Ruangan
juga memberi fasilitas psikiater untuk para
Perawat pasien yang sekiranya memiliki masalah
pada sikisnya, misalnya pada pasien bapak
Perawat merupakan petugas medis yang bapak yang setelahnya tidak dapat bekerja
membantu dokter dalam melakukan lagi karena oprasi tersebut atau wanita
perawatan kepada pasien. Jika dokter yang yang mengalami luka bakar pada mukanya
mempunyai wewenang untuk vonis untuk mengembalikan kepercayaan dalam
diagnosis dan sebagainya yang dirinya. Feedback dari keluarga pasien
berhubungan dengan penyakit pasien, lain sangat dibutuhkan disini, agar pesan yang
halnya dengan perawat. Selain itu di ruang sedang disampaikan benar benar sudah
intensive perawatan yang dilakukan adalah difahami betul oleh mereka. Maka dari itu
perawatan total care. Yaitu dimana setiap sehabis menyampaikan informasi
seluruh aktivitas perawatan dilakukan oleh mengenai suatu hal, perawat pasti akan
perawat yang ada pada ruangan itu. menanyakan ulang mengenai hal tersebut.
Adapun tugas lain yang dilakukan perawat Keluarga Pasien
adalah untuk mengedukasi keluarga
pasien. Edukasi disini merupakan salah Pasien yang ada pada IRIR RSUD
satu hal yang harus dikomunikasikan Dokter Soetomo sangat beragam,begitu
kepada keluarga pasien, seperti yang ada pula dengan keluarga yang menunggu
pada buku panduan komunikasi RSUD pasien pasien tersebut. Didalam ruang
Dokter Soetomo Surabaya. Edukasi ini intensive seperti ICU, ICCU, burn unit,
bertujuan agar para keluarga pasien dapat dan NICU keluarga pasien dilarang untuk
memahami mengenai halhal apa saja yang ada didalam ruangan, mereka disediakan
terkait halhal yang mendukung untuk tempat sendiri untuk menunggu. Mereka
kesehatan pada pasien itu sendiri. Seperti hanya boleh menjenguk pasien pada jam
bagaimana cara mencegah infeksi, cara berkunjung saja. Dihari senin-jumat jam
cuci tangan yang benar, jam berkunjung berkunjung pada pukul 16.00 – 17.00
dan lainlain . sedangkan pada hari Sabtu Minggu dan

7
hari libur jam berkunjung ada juga pada lebih ekstra dan waktu untuk berkunjung
pukul 10.00 – 11.00 yang terbatasi menjadikan akses
komunikasi antara klien dan keluarga
Perawatan yang dilakukan benar menjadi berkurang (Nurulhuda, 2014).
benar secara intensive oleh petugas medis, Selain itu juga menurut pernyataan
baik perawat maupun dokter. Mereka dari salah satu keluarga pasien yang
berjaga 24 jam untuk pasien pasiennya anaknya dirawat di NICU bahwa apabila
yang dirawat. Namun tidak dipungkiri mereka mendapatkan panggilan dari
pasti rasa khawatir dan waswas pun ada ruangan, mereka akan tergesah gesah dan
pada keluarga pasien yang sedang merasakan cemas yang berlebihan
menunggu. Petugas medis perlu dikarenakan takut akan terjadi kondisi
memberikan informasi yang jelas kepada buruk pada anaknya.
keluarga pasien saat melakukan panggilan Sjafirah (2015) mengatakan ada 8
yang mengenai kebutuhan pasien. Karena poin kunci yang terkait dengan arti penting
pada umumnya fase fase awal saat pasien komuniasi kesehatan. Salah satunya adalah
baru masuk ruang Intensive, pasien Kecemasan dan ketidakpuasan pasien
maupun keluarganya sering mengalami berkaitan dengan ketidakpastian,
denial. kekurangan informasi dalam hal
penjelasan atau pun feedback yang
Kebanyakan dari keluarga pasien
diberikan. Feedback merupakan hal salah
mengalami tingkat kecemasan dan
satu unsur penting yang ada dalam lingkup
binggung yang lebih tinggi diawal pasien
komunikasi. Dari feedback tersebut akan
itu dirawat. Apalagi bagi seorang ibu yang
diketahui sudah sampai mana mereka
baru saja melahirkan lalu tiba tiba anaknya
mengerti mengenai apa yang telah
harus masuk ruang intensive care, yang
disampaikan oleh dokter atau perawat.
mereka butuhkan adalah pendampingan
Untuk mendapatkan feedback tersebut para
yang menenangkan dan kejelasan
komunikator yang disini adalah petugas
mengenai informasi informasi apapun
medis dokter dan perawat menanyakan
terkait dengan kesehatan pasien tersebut.
kembali mengenai apa yang telah
Kecemasan Pada Keluarga Pasien disampaikan tadi. Feedback ini digunakan
agar komunikasi berjalan dua arah, tidak
Pada ruangan rawat intensive satu arah hanya dari petugas medis saja.
seperti di ruang NICU, ICU, ICCU, dan Jika komunikasi yang dilakukan searah,
Burn Unit, keluarga pasien pasti akan maka pesan yang disampaikan tidak akan
mengalami yang disebut dengan anxiety diketahui apakah pesan tersebut sudah
dan disorganisasi perasaan pada awal sampai dengan benar kepada komunikan.
keperawatan. Mengenai itu juga Menurut Karin et a (dalam Ira,
dibenarkan oleh Pochard (dalam Kiptiyah Maria, 2014) Ketidakpastian tentang
dan Mustikasari, 2013) bahwa memang prognosis pasien, keputusan yang
betuh lebih dari dua pertiga keluarga dilakukan keluarga pasien belum kondisi
pasien di ICU memiliki gejala kecemasan terminal, apa yang diharapkan selama
atau depresi selama hari-hari pertama perawatan di ICU, dan besarnya
perawatan dan dapat berubah seiiring penderitaan pasien dan keluarga yang
dengan kondisi pasien selama perawatan. menunggu di unit perawatan intensif
Lalu mengapa tingkat kecemasan itu lebih termasuk didalamnya beban biaya yang
tinggi diruang intensive care seperti IRIR harus ditanggung oleh keluarga pasien
dibanding dengan ruang ruangan lainnya? adalah halhal yang membuat menambah
Karena peran keluarga yang sangat cemas para keluarga pasien sedang sakit di
terbatas, kondisi ruangan yang tertutup, ruang Intensive. Untuk mengurangi rasa
sedangkan klien butuh perawatan yang cemas yang disebab kan mengenai

8
prognosis, vonis dan segala yang masalahnya, maka edukasi yang dilakukan
berhubungan dengan perkembangan berbeda beda disetiap ruangan, disesuaikan
kesehatan pasien, dokter sebagai petugas dengan kebutuhan para pasien. Tetapi
medis yang mempunyai wewenang untuk yang pasti saat pertama pasien masuk
memberikan tindakan vonis dan prognosis diruangan, keluarga pasti akan dipanggil
kepada pasien akan menyampaikan dengan untuk di edukasi dijelaskan mengenai apa
secara apa adanya tanpa dikurang kurangi yang terjadi dengan pasien, lalu setelahnya
dan memeberikan harapan palsu juga. akan diberikan inform concent yang berisi
Maksudnya adalah menyampaikan yang form persetujuan tindakan yang diberikan
memang sebenarnya terjadi dan oleh dokter Dari pihak dokter edukasi juga
kemungkinan terjadi. Menurut ia dengan akan dilakukan setelah pasien masuk
begitu setidaknya keluarga pasien akan keruangan tersebut. Dokter pasti akan
faham dan sedikit akan mengurangi rasa memberitahukan mengenai penyakit apa
cemas mereka. yang di derita, tindakan tindakan apa saja
yang akan dilakukan, peralatan medis apa
Edukasi yang di gunakan. Setelahnya dokter akan
Dalam buku pedoman komunikasi RSUD memberikan inform concent untuk
Dokter spetomo Surabaya, terdapat 3hal disetujui keluarga pasien. Inform consent
yang wajib dikomunikasikan kepada klien menurut Tohari (2014) teridiri dari dua
informasi, inform concent, edukasi. kata yaitu “informed” yang berarti
Pemberian edukasi pada keluarga dan informasi atau keterangan dan “consent”
pasien merupakan usaha yang dilakukan yang berarti persetujuan atau memberi
petugas medis dokter dan perawat untuk izin. Informed Consent ini juga merupakan
memberikan informasi mengenai masalah suatu tanda bukti yang akan disimpan di
kesehatan pasien yang memang belum dalam arsip rekam medis pasien yang bisa
diketahui, sedang kan hal itu perlu dijadikan sebagai alat bukti bahwa telah
diketahui. Hal hal tersebut termasuk terjadi kontrak terapeutik antara dokter
didalamnya adalah jam berkunjung, dengan pasien (Wardhani, 2009). Inform
mengenai kebersihan, cuci tangan sebelum consent ini dapat diberikan secara lisan
memasuki ruangan. penggunaan baju dan tulisan, seperti yang telah dikatakan di
ruangan, sampai dengan perawatan yang atas bahwa setelah memberikan edukasi
akan atau sedang dilaksanakan. yang dilakukan secara lisan, setelah
Di IRIR masing masing ruangan mereka faham pihak dokter pun sudah
merawat pasien yang berbeda beda jenis yakin dan mendapatkan feedback dari
masalahnya, maka edukasi yang dilakukan komunikan, maka keluarga pasien diminta
berbeda beda disetiap ruangan, disesuaikan untuk mengisi inform consent tersebut.
dengan kebutuhan para pasien. Tetapi
yang pasti saat pertama pasien masuk Hambatan Dalam Komunikasi
diruangan, keluarga pasti akan dipanggil Seperti yang telah di jabarkan
untuk di edukasi dijelaskan mengenai apa dipenyajian data bahwa Dokter Soetomo
yang terjadi dengan pasien, lalu setelahnya merupakan rumah sakit ber tipe A yang
akan diberikan inform concent yang berisi merupakan rumah sakit rujukan dari Jawa
form persetujuan tindakan yang diberikan Timur bahkan Indonesia. Maka dari itu
oleh dokter pasien yang ada di rumah sakit ini datang
dari berbagai macam daerah dan juga
ruangan, penggunaan baju ruangan, bahasa. Menurut penuturan dari petugas
sampai dengan perawatan yang akan atau medis di ruangan ICU, ICCU, NICU dan
sedang dilaksanakan. burn unit bahwa mereka seringkali
Di IRIR masing masing ruangan mengalami kendala dalam berbahasa
merawat pasien yang berbeda beda jenis dengan keluarga pasien, khususnya mereka

9
yang datang dari pulau Madura. Seperti orang lain. Dalam dunia medis khususnya
yang dikatakan salah satu perawat di di ruangan intensive care seperti ICU,
NICU bahwa memang sering ICCU, Burn Unit dan NICU yang
diruangannya terjadi kesulitan dalam menangani pasien pasien yang beresiko
berkomunikasi dengan keluarga pasien tinggi terjadi kegawatan. Seseorang dapat
karena faktor bahasa. di katakan memiliki rasa empati jika ia
dapat memahami dan menghargai keadaan
Dalam komunikasi sendiri hal itu perasaan orang lain serta dapat melihat
disebut dengan hambatan dalam keadaan luar menurut yang dirasakan oleh
berkomunikasi. Segala sesuatu yang orang tersebut, dan mengomunikasikan
menghalangi kelancaran komunikasi penghayatan bahwa dirinya memahami
disebut dengan hambatan (noice). perasaan, tingkah laku dan pengalaman
Hambatan dalam proses komunikasi orang tersebut secara pribadi (Budiningsih,
datang dari beberapa factor. Seperti yang 2004)
disampaikan oleh. Effendi (2000) bahwa
ada beberapa hambatan yang mungkin Sebagai seorang petugas medis,
akan muncul dalam komunikasi. dokter perawat yang bekerja di ruangan
Hambatan hambatan tersebut adalah intensive care sudah dapat dipastikan
sosiologis-antropologis-psikologis, bahwa mereka sering mengalami pasien
hambatan semantic, hambatan mekanis dengan keadaan kritis, gagal nafas, koma
dan hambatan ekologis. sampai dengan meninggal dunia. Beda
halnya dengan keluarga pasien yang
Jika dalam IRIR hambatan mungkin baru kali itu saja mengalami hal
komunikasi itu datang dari kesuitan tersebut. Berempati berarti membayangkan
bahasa, maka termasuk dalam hambatan diri kita ada pada kejadian yang menimpa
antropologis. Dimana hambatan orang lain, berusaha merasakan apa yang
antropologis sendiri menurut Effendi orang lain rasakan. Menurut Rakhmat
(2000) adalah hambatan komunikasi (2005) adalah orang yang mempunyai rasa
secara antropologis dimaksudkan bahwa empati merupakan orang yang mampu
banyaknya suku, ras, agama, warna kulit, untuk memahami keadaan orang lain,
kebudayaan, bahasa, norma, dan dengan menunjukan reaksi secara
kebiasaan. Kesulitan bahasa disini yang emosional ketika orang lain mengalami
sering diaalami oleh perawat maupun emosi.
dokter merupakan hambatan antropologi
karena kedua belah pihak yang sedang Dari pernyataan tersebut terlihat
berkomunkasi berbeda latar belakang. Tak bahwa memang setiap petugas medis akan
jarang pula tingkat social dan pendidikan melakukan hal yang sama bahwa pasien
menjadi pemICU adanya hambatan yang mereka rawat mereka akan
tersebut. Apabila ada keluarga ngpasien merasakan bahwa yang dirawat itu adalah
yang memiliki tingkat pendidikan kurang, anggota keluarga mereka sendiri. Lalu ada
mereka akan sulit untuk diajak kemauan dalam diri seseorang untuk peka
berkomunikasi akan sulit untuk terhadap perasaan orang lain. Mereka para
menangkap informasi dengan cepat dan petugas medis perawat dan dokter sudah
jelas. memiliki pengalaman yang dibilang cukup
untuk mengetahui bagaimana cara
Rasa Empati dan Komunikasi Non menghadapi berbagai macamekejadian
verbal dan mereka akan peka terhadap perasaan
keluarga pasien. Empati ini tidak mutlak
Empati adalah suatu kemampuan
merupakan faktor bawaan, artinya empati
untuk mengenali, mempresepsi dan
ini dapat dikembangkan dalam kehidupan
merasaakn perasaan yang dirasakan oleh
seseorang dengan melatih dan

10
meningkatkannya seiring bertambahnya Sebagian dokter dan perawat sudah
usia dan kematangan serta pemahaman melakukan komunikasi dengan baik pada
tentang diri sendiri dan orang lain. keluarga pasien, meningkatkan
Peka terhadap bahasa non verbal. kepercayaan pada mereka, dan
Dalam menunjukan rasa empati memang memberikan sugesti yang positive pada
tidak hanya semata mata dengan kata kata keluarga pasien. Namun ada beberapa
saja namun juga dengan komunikasi petugas medis yang hanya menyampaikan
nonverbal. Dalam menunjukan rasa empati apa adanya mengenai keadaan pasien.
ada banyak cara yang dilakukan oleh Tanpa mempertimbangkan mengenai cara
petugas medis khususnya perawat yang berkomunikasi pada keluarga pasien.
berhubungan secara langsung dan personal Padahal keluarga dilibatkan sebagai
kepada keluarga pasien. Yang ke empat support group dalam masa perawatan
Mengambil peran, artinya dokter maupun pasien, dimana keluarga juga mempunyai
peerawat mampu mengambil tindakan peran penting dalam menunjang
bilang sedang seseorang mampu kesembuhan pasien.
mengambil tidakan atas permasalahan
yang sedang dihadapinya. Seperti misalnya Pada masa awal perawatan diruang
pasien dengan tingkat kegawatan keluarga intensive care keluarga pasien cenderung
pasti akan cemas, tugas perawatlah untuk mengalami fase fase denial. Fase denial ini
menenagkan mereka dengan tak lupa yang akan membuat keluarga pasien
untuk tetap tenang dan berdoa. menjadi sedikit sulit menerima informasi
Memasukan unsur agama juga sangat dari petugas medis. Hal itu disebabkan
penting bagi keluarga pasien. karena ruang intensive care yang
mengharuskan pasien menggunakan alat
Tidak larut atau tetap kontrol emosi seperti ventilator dan ketidak berdayaan
diri. Dari hasil wawancara tersebut bu Sri keluarga untuk selalu menemani pasien
mengatakan bahwa mereka hanya ada sehubungan dengan peraturan ruangan
dalam tahap empati, bukan simpati sampai yang ketat. Kemudian faktor-faktor lain
dengan ikut menangis atau semacamnya. yang membuat rasa cemas itu muncul
Disini peran perawat memang lebih karena seperti memikirkan biaya pengobatan,
menurut Bailey, Sabbagh, Loiselle, memikirkan situasi apabila mereka
Boileau, & McVey (dalam Sugiman 2017) ditempatkan pada posisi untuk memiih
perawat memiliki tanggung jawab penting hidup dan mati.
untuk mengatasi kebutuhan dan
Selain itu dibutuhkan kepercayaan
keprihatinan anggota keluarga selama di
antara keluarga pasiendengan petugas
ICU.
medis. Karena keluarga merupakan social
supportbagi anggota keluarga mereka yang
KESIMPULAN sedang mengalami sakit. Maka dari itu di
awal keperawatan seorang dokter yang
Sesuai dengan hasil penelitian yang lebih menangani keluarga pasien akan
telah di lakukan di Ruangan IRIR RSUD memperkenalkan diri terlebih dahulu.
Dr Soetomo Surabaya, mengenai Akan bertanya dari mana mereka berasal,
komunikasi kesehatan yang dilakukan mereka lebih melakukan pendekatan
petugas medis kepada keluarga pasien. interpersonal diawal agar terbangun rasa
Bahwa tugas seorang petugas medis tidak saling percaya satu sama lain. Begitu juga
hanya sekedar melakukan perawatan dengan perawat, mereka juga akan
kesehatan saja, namun juga memberikan memperkenalkan diri mereka diawal
sugesti positive, motivasi untuk perawatan.
menunjang kesembuhan pasien tersebut.

11
Tak jarang terjadi hambatan dalam Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial.
komunikasi antar petugas medis dokter Jakarta : Kencana Prenama Media
ataupun perawat dengan keluarga pasien. Group.
hambatan tersebut sering kalo terjadi
karena perbedaan bahasa yang digunakan. Darmawan, I. (2009). Hubungan
Dokter maupun perawat akan Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
menggunakan bahasa awam dalam setiap Dengan Kepuasan Klien Dalam
menyampaikan informasi kepada keluarga Mendapatkan Pelayanan
pasien. Agar dapat lebih dipahami oleh Keperawatan Di Instalasi Gawat
keluarga pasien. Mereka para petugas Darurat RSUD Dr. Soedarso
medis akan melihat latar belakang siapa Pontianak Kalimantan Barat,
yang mereka sedang ajak bicara.
DeVito, J.A. (1997). Komunikasi Antar
Pengalaman yang banyak mengajarkan
Manusia, edisi 5. Jakarta:
mereka untuk menghadapi karakter
Profesionial Book
keluarga pasien yang ada. Tak lupa dokter
dan perawat akan “meminta” feedback dari Dhaneswari, A. (2015). Komunikasi Antar
keluarga pasien setelah mereka Perawat Terhadap Pasien Di IGD
menyampaikan informasi. Dengan begitu RSU Jati Husada Karanganyar,
mereka akan tahu bahwa pihak keluarga 426
sudah benar benar mengerti dengan apa Dolo, M.R.L. (2013). Komunikasi
yang di sampaikan . tak jarang para Keperawatan Metode Berbicara
petugas medis menggunakan gambar Asuhan Keperawatan.Yogyakarta:
sebagai media lain untuk menyampaikan Graha Ilmu.
informasi. Donsbach, W. (2010). The Internation
Encylopedia of Communication
DAFTAR PUSTAKA Theories. UK: Blackwell
Arianto. (2013). Komunikasi Kesehatan Publishing
(Komunikasi Antara Dokter Dan Dukasya, R. (2015). Strategi Komunikasi
Pasien). 2-3 Kesehatan Untuk Pencegahan
Astutik, W.S&Widodo, Y. (2014). HIV/AIDS (Studi pada Petugas
Hubungan Tingkat Pendidikan Lapangan (PL) Yayasan Paramitra
dengan Kecemasan Keluarga Jatim Dalam Pendampingan Wanita
Pasien Dalam Menghadapi Pekerja Seks (WPS) di Lokalisasi
Perawatan Diruang ICU Rumah Kabupaten Malang). (Skripsi,
Sakit Umum Daerah Pare. Universitas Brawijaya, 2015).
Azwar, A. (2010). Pengantar Administrasi Edelmann, R.J. (2000). Psychosocial
Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara. Aspects of the Health Care Process.
Basuki, E. (2008). Komunikasi Antar London: Prentice Hall.
Petugas Kesehatan. Maj Kedokt
Indon, Volum: 58, Nomor: 9, (342- Effendy,Onong Uchjana. (2000).
343). Dinamika Komunikasi. Bandung:
Berry, D. (2007). Health Communication: PT Remaja Rosda Karya.
Theory And Practice. New York:
Two Penn Plaza. Effendy, O.U. (2003). Ilmu, Teori dan
Budiningsih, Asri. (2004). Belajar dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Pembelajaran. Yogyakarta: Bineka Citra Aditya Bakti.
Cipta
Bungin, B.H.M, (2007). Penelitian
Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,

12
Ellis, R. B., Gates, R. J. & Kenworthy, N. Moleong, L. (2007). Metode Penelitian
(1999). Komunikasi Interpersonal Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
dalam Keperawatan
Moleong, L. (2013). Metodologi
Ewles, L. & Simnett, I. (1994). Promoting Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Health: Apractical Guide. Elsevier. Rosdakarya.
Hidayat, D.N. 2003. Paradigma dan Nugroho, A.W. (2009). Komunikasi
Metodologi Penelitian Sosial Empirik Interpersonal Antara Perawat dan
Klasik. Jakarta: Departemen Ilmu Pasien (Studi Deskriptif Kualitatif
Komunikasi FISIP Universitas Indonesia. Aktivitas Komunikasi Terapeutik
Antara Perawat Terhadap Pasien
Hofstede, G. (2011). Dimensionaliz ing di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Cultures: The Hofstede Modelin Context. Moewardi Surakarta) (Skripsi,
Jane, S. L. (2002). Interventions to Universitas Sebelas Maret, 2009).
decrease family anxiety. Critical Diakses dari
Care Nurse. Diunduh pada tanggal https://core.ac.uk/download/files/4
18 Desember 2016. Retrieved from 78/12352035.pdf
http://search.proquest.com/docview Nugroho, H.A. & Aryati, S. (2009).
/228188067?accountid=17242 Hubungan Antara Komunikasi
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor Terapeutik Perawat dengan
983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Kepuasan Pasien di Rumah Sakit
Pedoman Organisasi Rumah Sakit Islam Kendal, 37
Umum Pusat dan Rumah Sakit Nurdiana. (2007). Peran Dukungan
Daerah. Keluarga Pada Penanganan
Kismantono, J. Krisyanti, T.Y & Penderita Skizofrenia. Diakses
Nurhayati, Y. (2015). Hubungan pada 1 Oktober 2017, dari:
Komunikasi Interpersonal Perawat
dengan Pelayanan Keperawatan Repositpryunand.ac.id/17926/1/
Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Hubungan%2Lingkungan%20Kl
Panti Waluyo Surakarta. 1-2. inik%agn520
Kriyantono, R. (2006). Teknis Praktis Nurulhuda,Rahmatiah Isnani. (2014).
Riset Komunikasi: Disertai Contoh Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Praktik Riset Media, Public Tingkat Kecemasan Keluarga
Relation, Advertising, Komunikasi Pasien yang Dirawat Diruang ICU
Organisasi, Komunikasi RSUD DR. M. M Dunda Limboto
Pemasaran. Jakarta: Kencana (Thesis, Universitas Negri
Media Group Gorontalo.)
Littlejohn, S.W & Foss, K.A. (2009).
Encyclopedia Of Communication Primadipta, D. (2014). Kualitas Pelayanan
Theory. California: SAGE Pasien Instalasi Rawat Darurat
Publications Inc. (IRD) Di RSUD Dr Soetomo
Surabaya. (Skripsi Universitas
Morissan. (2013). Teori Komunikasi: Jember, 2014). Diakses dari
Individu Hingga Massa. Jakarta: https://www.deepdyve.com/lp/eme
Kencana Prenada Media Group. rald-publishing/the-impact-of-
Mulyana, D. (2005). Pengantar Ilmu health-communication-on-health-
Komunikasi Suatu Pengantar. related-decision-making-a-
Bandung: Remaja Rosdakarya. KaDKmkSOj4
Rakhmat. J. (2005). Psikologi Komunikasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

13
Ritanto, L. (2015). Proses Komunikasi Multidisipliner Dalam Ilmu
Terapeutik Perawat Dalam Komunikasi, 170, 181.
Mempersuasi Pasien Untuk
Beraktivitas, 2. Safaria.(2005). Interpersonal
Pochard, F. et al (2005). Symptoms of Intelligence:MetodePengembangan
Anxiety and Depression In Famili Kecerdasan Interpersonal Anak.
Members of Intensive Care Unit Yogyakarta : Amara Books.
Patients Before Discharge or Sudrajat, M.I.T (2014). Komunikasi
Death. A prospective Multicenter Interpersonal dan Motivasi
Study. Journal of Critical Care, Kesembuhan (Studi Korelasi
20(1), doi: Antara Komunikasi Interpersonal
http://dx.doi.org/10.1016/j.jcrc.200 Perawat dan Kualitas Pelayanan
4.11.004 Terhadap Motivasi Kesembuhan
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
Rahmadiana, Metta. (2012). Komunikasi Kasih Ibu Surakarta),
Kesehatan: Sebuah Tinjauan. Jurnal Sugimin. (2017). Kecemasan Keluarga
Psikogenesis Vol. 1, no. Pasien di Ruang Intensive Care
1/Desember 2012. Unit Rumah Sakit Pusat Doktor
Soeradji Tirtonegoro Klaten
Rahmawati, Ira.Maria, Riri (2014) (Skripsi Progam Studi
Kecemasan Keluarga Pasien yang Keperawatan Universitas
di Rawat Diruang ICU Muhammadiyah Surakarta)
Rahman, A. (2015). Jenis-Jenis Pelayana Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
Kesehatan Di Indonesia. Diakses Kuantitatif, Kualitatif dah R&D.
pada 12 Oktober 2016, dari Bandung: Alfabeta.
http://www.info- Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian
kesehatan.web.id/2015/11/jenis- Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
jenis-pelayanan-kesehatan-di.html Sutopo, H.B. 2006, Metode Penelitian
Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Rakhmat, J. (2012). Psikologi Komunikasi. Tohari, hamim. (2014). Informed Consent
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Pada Pelayanan Sirkumsisi Di
Puskesmas Waru, Kabupaten
Reports, G. (2014, Oktober 22). Indonesia Pamekasan, Provinsi Jawa Timur
(Masih) Membutuhkan Kesehatan. Periode 1 Jan-31 Desember 2014.
Ge Reports Indonesia. Diakses dari (Skripsi Fakultas Kedokteran,
http://gereports.co.id/post/1006601 Universitas Diponegoro)
43640/indonesia-masih-
membutuhkan-fasilitas-kesehatan Thomas, R.K. (2006). Health
Communication. United States of
Rinawati, S.A.,Maryana, Atik, B. (2012). America: Springer
Pengaruh Panduan Terstruktur Science+Business Media, Inc
Komunikasi Terapeutik Perawat
Terhadap Kecemasan Keluarga Travis, D.M. (2013). A Qualitative Study
Pasien Di Unit Perawatan Kritis of Organizational Communication
RSUP Dr. Sardjito Yogjakarta. Practices In Primary Care Clinics.
Diakses dari (Disertasi, The University of Texas at San
Caring01f2b2012#0754.Pdf. Antonio).
Tubbs, S. & Moss, S. (2008). Human
Salisah, N.H. (2011). Jurnal Ilmu Communication: Prinsip-Prinsip
Komunikasi Vol 1. Komunikasi Dasar. Bandung: PT Remaja
Kesehatan: Perlunya Rosdakarya.

14
Wood, J. T. (2013). Komunikasi
Interpersonal: Interaksi
Keseharian. Jakarta: Salemba
Humanika.
Wulandari, T.A. (2013). Memahami
pengembangan Hubungan
Antarpribadi Melalui Teori
Penterasi Sosial. Jurnal Ilmiah
UNIKOM, Vol. 11, No. 1
http://jurnal.unikom.ac.id/jurnal/me
mahami-pengembangan.3d
Vahabi, M. (2006). The Impact Of Health
Communication On Health-Related
Decision Making: A Review Of
Evidence. University of Toronto.
Diakses dari
http://search.proquest.com/docview
/222808022/fulltextPDF/17B58712
6E5447CBPQ/16?accountid=4643

15
84

LAMPIRAN

Interview Guide
Petugas Kesehatan.
1. Sudah berapa lama anda bekerja di rumah sakit? Saat ini menjabat sebagai
apa?
2. Pasien yang dirawat di irir ini, pasien pasien yang seperti apa?
3. Selama ini seperti apa karakteristik keluarga yang menunggu pasien
disini?
4. Anda biasanya memberitahukan terkait diagnosis atau perjalananan
penyakit pasien, melalui keluarganya atau langsung kepada pasien yang
bersangkutan?
5. Lalu, Bagaimana cara anda menyampaikan vonis untuk mereka?
6. Selama ini saat menyampaikan diagnosis atau vonis, anda lebih sering
menyebutkan istilah medis atau Bahasa umum? Apa yang menjadi
pertimbangan anda menggunakannya?
7. Apakah anda memastikan informasi yang anda sampaikan pada keluarga
pasien sudah benar-benar difahami atau belum?
8. Jika iya bagaimana cara anda memastikan itu?
9. Bagaimana cara anda untuk menunjukan rasa empati pada pasien ataupun
keluarganya?
10. Bagaimana cara anda untuk menyemangati pasien?
11. Dari pengalaman anda selama ini, apa anda pernah menanyakan
bagaimana tanggapan mereka mengenai pelayanan pada IRIR ini?
12. Bagaimana cara anda untuk mengurangi rasa cemas, kawatir pada keluarga
pasien?
13. Apakah ada media media lain yang digunakan terkait proses penyampaian
informasi dalam pelayanan?

Keluarga Pasien.
1. Sejak kapan anggota keluarga anda dirawat di ruangan ini?
2. Dari pengalaman anda selama keluarga anda di rawat disini, bagaimana
menurut anda cara petugas medis saat menyampaikan segala informasi
yang terkait kesehatan keluarga anda?
3. Bagaimana menurut anda mengenai penyampaian informasi yang
dilakukan oleh pihak Rumah sakit?
85

4. Mereka lebih sering menyampaikan informasi dengan istilah medis atau


istilah umum?
5. Anda lebih mengerti saat petugas kesehatan menggunakan istilah medis
atau umum? Kenapa?
6. Apa harapan anda untuk pelayanan pada ruangan ini?
86

INFORM CONSENT

LEMBAR KESEDIAAN MENJADI INFORMAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (informed consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Tlp/Email :

Fakultas/instansi :

Sesudah mendengarkan penjelasan yang diberikan dan diberikan kesempatan untuk


menanyakan yang belum dimengerti, dengan ini memberikan:

PERSETUJUAN

Mengikuti penelitian sebagai subyek penelitian dengan judul penelitian :

“Komunikasi Kesehatan Petugas Medis Pada Keluarga Pasien

(Studi Kualitatif Deskriptif Pada Petugas Medis di Instalasi Rawat Intensive dan Reminasi
(IRIR) RSUD Dr. Soetomo Surabaya)”

Dan sewaktu waktu saya berhak mengundurkan diri.

Demikian persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Surabaya,

Yang Membuat Pernyataan


87

TRANSKRIP WAWANCARA INFORMAN

TRANSKRIP Burn Unit


Nama Informan: Ibu Srisuciati
Jabatan: Kepala Perawatan Burn Unit
Lokasi: Ruangan Burn Unit
Tanggal: 2 Maret 2017

P: Selamat sore…
I: Sore… Nama saya Bu Sri Suciati, usia saya 52 tahun
P: Udah berapa lama bu bekerja di NICU ini?
I: Bekerja sejak tahun 1989
P: Itu langsung disini?

I: Langsung, masuknya di Dokter Soetomo, tapi awalnya di ruang paru, kemudian


pindah ke bedah G. Tahun 1999 sampai sekarang di burn unit ini.
P: Pasien yang dirawat disini seperti apa sih bu?
I: Indikasi nya?
P: Iya

I: Indikasi-nya pasien yang ada luka bakar lebih dari 25% untuk orang dewasa,
untuk anak-anak lebih dari 20%, kemudian luka bakar di daerah wajah, luka bakar
karena listrik, kemudian luka bakar dengan komplikasi penyakit lain
P: Posisi Ibu disini?
I: Saya sebagai kepala ruangan, kepala perawat
P: Bagaimana cara Ibu sebagai kepala perawat agar para pegawai merasa senang?
I: Oh… supaya semangat kerjanya?
P: Iya, ada trdisi khusus nggak?

I: Begini, kita komunikasinya harus baik dengan perawat, setiap rolling ganti
shift, misalnya saya pasti ngasih pengarahan ilmu sedikit-sedikit dan istilahnya
kalau ada pelayanan yang kurang pas dengan pasien disitu, saya menegurnya
88

disini, di ruang ini rolling operan pasien, jadi saya tidak menegurnya di depan
pasien. Kemudian kita juga refreshing, dua tahun sekali, jadi perkenalkan keluarga
mereka. Kemudian saya juga memberi kepercayaan kepada mereka, kita juga
perlu memberi kepercayaan kepada mereka untuk bekerja. Kemudian…apa
ya…saya juga perlu masukan dari mereka, kekurangan saya dari mereka juga
untuk masukan saya sendiri.
P: Untuk menyampaikan masukannya itu gimana?

I: Ya langsung aja, biasanya waktu operan, misalnya ada masalah apa langsung
saja dipecahkan disini, di ruang lingkup kita sini aja.
P: Apakah ada tradisi khusus?
I: Tradisi?
P: Mungkin harus berdoa dulu?

I: Oh iya, kalau operan selalu, pokoknya setiap shift, saya selalu berdoa, terus ya
itu saya kasih masukan misalnya kekurangannya apa. Diagnosa, misalnya
diagnosa keperawatan ya, kok ini? Padahal pasien ini kenyataannya seperti ini
gitu saya kasih masukan. Ya itu berdoa, saya selalu mengingatkan bahwa kita ini
lebih bersyukur, bahwa kita ini yang merawat, bukan yang dirawat. Bahwa kita
dikasih sehat ini, bersyukurlah istilahnya ya. Saya juga selalu mengingatkan untuk
komunikasi dengan keluarga pasien itu harus baik. Kalau misalnya ya, semua
pasien kan gak sama, justru itu tantangan buat kita. Misalnya, Bu pasien ini
keluarganya begini, nah itu justru tantangan buat kamu bisa berkomunikasi,
pasien itu bisa percaya sama kamu, dengan kita sebagai perawat.
P: Pernah ada keluhan tentang pelayanan disini?

I: Oh keluhan itu, keluarga pasien misalnya? Ya pasti pernah ada, tapi kan kita
ada kuesioner untuk pelayanan di burn unit ini. Kuesioner itu kita evaluasi, kira-
kira kalau di pelayanan kira-kira dua minggu itu kita evaluasi atau kalau mau
pulang. Mungkin kalau masih dirawat disini ndak enak ya keluarganya mau nilai
ndak baik kan ndak enak, tapi kalau akhir pulang, saya selalu kasih kuesioner.
Alhamdulillah nilainya kuesioner itu di atas 95, di atas 98 lah. Jadi murni yang
menilai keluarga pasien dikomunikasikan dengan pasiennya. Ada lah complain,
ada. Biasanya kan gini, di burn unit ini kan keluarganya gak boleh masuk untuk
orang dewasa, lha ini, maunya keluarga itu, pinginnya ini, ya masuk lah, masuk ke
ruang tunggu itu.
P: Biasanya kalau ada yang ngeyel gitu gimana bu?
89

I: Saya…kalau ada yang ngeyel saya panggil kesini, keluhannya apa saya
dengerin dulu, biar dia curhat dulu, ngomong apa yang menyebabkan dia tidak
puas tentang pelayanan. Setelah itu, baru saya akan menjelaskan hak dan
kewajiban pasien, hak-nya apa dan kewajibannya-apa. Kalaupun memang ada
kesalahan di petugas saya, kalau perlu saya mohon maaf ke keluarganya pasien,
ya saya mohon maaf mungkin pelayanan kita yang kurang bagus atau mereka
yang kurang paham misalnya.

P: Apakah dalam menyampaikan keadaan pasien ke keluarga menggunakan


bahasa medis?
I: Begini, saya lihat latar belakang keluarga pasian dahulu, latar belakangnya
seperti apa. Biasanya ya bahasa awam kita jelaskan, kategori pendidikan,
kemudian suku. Saya jelaskan bahasa medisnya ini, kemudian bahasa awamnya
ini.
P: Dalam menyampaikan ke keluarga pasien, apakah ibu crosscheck ulang lagi?

I: Ya gini “Bu paham ya? Ngerti ya?” saya ulangi gitu, ngerti ya apa yang kita
maksud, paham ya.

P: lalu bagaimana cara ibu untuk bisa menyampaikan kondisi pasien yang darurat
atau memburuk kepada keluarga pasien?

I: kalo saya biasanya, saya panggil dulu keluarga pasien tersebut, lalu dijelaskan
bu.. pak ini kondisi pasiennya sedikit menurut, tapi tidak apa apa kita akan
berusaha yang terbaik untuk pasien in… ibu atau bapak tetap doakan saja
P: Pasien disini rata-rata masih sadar ya?

I: Kesadarannya baik, selama tidak ada komplikasi dan memburuk dengan kondisi
penyakitnya, pasiennya sadar.
P: Bagaimana cara untuk menyemangati pasien?

I: Nah setelah operan pasien, kita berdoa kan, saya setiap pagi dan operan siang,
karena saya kan pagi dan operan siang, saya selalu nyamperin pasien. Saya pasti
ngucapin Assalamualaikum, Selamat Pagi, Ibu atau Bapak gimana kondisinya hari
ini? Malam bisa tidur atau enggak? Boleh di cek di keluarganya pasien. Jadi saya
yang jaga. Mungkin kalau anak-anak ya keluarganya saya kasih salam, kecuali
kalau misalnya rapat, tapi saya pasti keliling ke pasiennya.
P: Berarti personal ya Bu? Kayak gitu tapi setiap hari?

I: Iya…selesai operan siang pun juga gitu, kecuali malem kan saya nggak ada di
tempat.
90

P: Bagaimana cara mengurangi rasa cemas bagi para keluarga pasien?

I: Nah itu saya panggil, menjelaskan tata tertib yang ada di ruangan ini. Kemarin
ada istrinya yang pojok itu, ya mungkin, saya paham, namanya istri, suaminya
sakit, luka bakarnya seluas itu ya saya paham. Jadi waktu dia mau nyuapi ya

sudah saya izinkan dulu biar selesai nyuapin dulu. Nanti kalau saya ngasih
masukan disitu, nanti nggak masuk. Saya biarkan dia nyuapi disitu dulu, padahal
dia nggak boleh masuk, tapi ya selesai itu baru saya panggil. Saya panggil, saya
dudukan disini, saya jelaskan, kemudian nanti nggak boleh masuk, kemudian tata
tertib-nya disini gimana nanti saya jelaskan. Alasannya apa tidak boleh nunggu
dan sebagainya
P: kalo disini memang ada bu?
I: Hmm… ada satu, ya ibu itu, kalau yang lain tahan. Dari pasien saya yang lain,
yang ini agak susah orangnya. Masih saya melihat, dia masuk lagi
P: ngaruh ngga sih bu dari segi …

I: Iya berpengaruh, saya jelaskan nanti kalau banyak orang yang masuk disitu
hmm bisa komplikasi eh apa itu namanya infeksi, terlalu banyak yang keluar
masuk. Nanti saya cek juga ke perawatnya, sore malem gimana keluarganya. Saya
nggak mau makin crash sama pasien. Paling ya saya tegur, tapi ya masuk lagi.
Saya jelaskan lagi, saya ulangi lagi. Tapi lihat karakternya memang susah.
P: Berarti dituntut untuk bisa membaca karakter orang juga ya?

I: Betul betul. Feeling aja, pengalaman aja. Ya saya ajak komunikasi, saya tanya
“bu, bapak kerjanya apa? Putranya berapa? Terus ibu disini ninggalin siapa saja?”.
Ya kayak gitu-gitu. Jadi saya menyentuh hatinya, supaya dia mau cerita, mau
curhat ke saya. Saya pingin tau problem-nya Ibu apa sih, sehingga kok pingin ke
Bapak terus. Apakah kurang percaya dengan pelayanan kita atau bagaimana.
P:eemm yang ini bu? Suidah berapa lama memang disini?
I: Pasiennya ini…di rawat disini lima hari
P: Selama lima hari apakah keluarganya seperti it uterus?

I: Awalnya iya. Karena pasiennya sendiri juga ini, kan deket dengan pintu ya, jadi
pasiennya itu dipasang selang MGT, selang untuk makan, lha dia itu pengen
makan lewat mulut, jadi kalau selangnya mengganggu itu dia pengen dicabut.
Sudah ke perawatnya tapi nggak boleh, mungkin dia kurang yakin, nah curhatnya
ke istrinya, istrinya makin cemas. Lalu saya jelaskan, bahwa fungsinya seperti ini.
P: Sering bu kasus kayak gini?
91

I: Ya Alhamdulillah jarang, pasien saya banyak yang ngerti. Ya ada tapi nggak
banyak.
P: Apakah mereka memberikan tanggapan terhadap pelayanan disini?
I: Ya pakai kuesioner itu.
P: Kalau selain kuesioner? Misalnya ngomong secara langsung?

I: Cerita. Kalau yang baik sampai keluarganya baik itu ibunya saya deketin, saya
ajak ngobrol, kadang-kadang ngomong, komunikasi, ya karena ruangannya segini,
keluarganya ini, jadi kita komunikasinya yo lancar lah.
Keluarganya ya… karena kita sering ngobrol sama keluarga pasien.
P: Pernah ada miss komunikasi? Atau kesalahpahaman?
I: Pernah tapi sudah lama.
P: Kayak gimana itu bu?

I: Yang ini ni, dia tuh anggota DPR gitu ya, kan aturan disini itu masuk nggak
boleh pakai sepatu, dia masuk aja, sudah nggak izin nggak apa ya masuk aja.
Terus saya tegur “Pak, mohon maaf”. Itu menurut saya yang paling… ya itu
orangnya masih tetep nggak bisa nerima. Saya tegur karena pakai sepatu, saya
jelaskan aturannya, eh malah dia “Saya ini anggota DPR”, jadi nunjukkin
jabatannya. Terus “oh iya pak, saya tahu, tapi mohon maaf sepatunya”. Ternyata
takut karena sepatunya itu bagus, takut sepatunya hilang. Yaudah sepatunya taruh
di depan pintu saya bilangin, eh malah “kalau saya ngga boleh masuk, kalau ada
apa-apa dengan kondisi keluarga saya, ibu mau tanggung jawab?”, yasudah ngga
saya ladeni karena orang emosi, nggak bisa saya ngomong dengan orang emosi.
Yasudah saya biarkan dulu, sampai dia selesai dulu kemauannya disitu. Nanti
kalau saya omongi nanti makin crash. Saya biarkan dulu, setelah selesai baru saya
kasih tau. Ya pokoknya orangnya menunjukkan “ saya ini orang punya jabatan”
gitu lho.
P: Masih ada ya orang kayak gitu?

I: Iya masih, ya satu, dua orang lah. Pernah ini masuk terus minta dirawat oleh
senior, ternyata dia itu orang LSM. Ya satu orang pejabat itu kemudian orang
LSM, dia minta semuanya yang terbaik, yasudah kita layani. Nah ternyata akhir-
akhirnya, dia ujung-ujungnya itu menunjukkan anggota begini-begini. Ada…
masih ada begitu.

P: Tadi dapet informasi dari mbak vina sm mas singgih di dalam, ada media lain
bu seperti lealet? Itu untuk mengumpulkan informasi?
92

I: Ada…
P: Itu kayak gimana bu? Dan siapa yang membikin itu?
I: Kita sama dokter senior
P: oohhh jadi disini ada dokter psikiaternya juga bu?

I: kalau yang luka bakarnya itu di daerah wajah. Nanti untuk menuju cacat atau
cacat mental itu saya selalu cerewet untuk kontrol ke psikiatri. Kena electric
injury, kesetrum listrik tangannya, recanca amputasi, satu jari amputasi pun saya
konsultasikan karena ini kan ada fungsinya, jadi support. Kalaupun tidak ada
kelainan jiwa pun, tapi kan untuk support, untuk mentalnya. Jadi kalau mau ada
tindakan amputasi, saya selalu komunikasikan bukan hanya dengan pasien, kalau
dengan yang sudah berkeluarga, saya dengan istrinya, karena ini kan untuk
kelangsungannya, untuk dia ke depan. Jadi kalau ada rencana amputasi itu, harus
dibicarakan berdua, tidak menyalahkan satu pihak. Misalnya pasiennya setuju,
istrinya nggak setuju, ya nggak kita lakukan. Jadi edukasi-nya kedua-duanya,
sampai dua-duanya paham. Jadi kita jelaskan dulu, oke, jadi nanti ke depannya
jangan sampai nyesel gara-gara bapak di amputasi, tapi kan karena dia nggak
paham apa tujuannya amputasi.
P: jadi gimana bu pendekatan ke keluarga pasiennya itu?

I: Kalau kita nggak paham pasien, pasien tuh marah-marah, cari sebabnya apa
marahnya, karena apa dulu. Misalnya tadi malam apakah bisa tidur, nah nggak
bisa tidurnya itu karena apa. Perawat itu harus paham, ojok mek ngomong “gak
bisa tidur”. Tapi tanya, penyebab nggak bisa tidurnya itu apa. Mungkin dia
mikirin keluarganya, mungkin dia mikirin biayanya, takut cacat, takut istrinya
nggak mau. Takut nanti kalau aku cacat istriku nggak mau gimana, aku nanti
kalau udah sembuh nggak punya kerja gimana, saya bagaimana menafkahi anak
saya, saya (perawat) harus ngerti yang kayak gitu, walaupun saya duduk disini. Ya
karena feeling karena sudah sekian tahun, jadi saya feeling-nya sudah kuat gitu,
sudah pengalaman.
P: hmm iyaiyaa, sudah bu cukup insyaallah. Terimakasihh.
I: iya mbak sama sama sukses ya…

Nama informan: Vina nur agustin


Jabatan: Perawat Burn Unit
Lokasi: Ruangan Burn Unit
Tanggal: 2 Maret 2017
93

P: boleh perkenalkan nama dan usianya?


I: nama saya vina nur agustin usia 29 tahun
P: sudah berapa lama bekerja di burn unit ini?
I: emm.. sejak tahun 2009 jadi kira kira 8 tahunan
P: pasien yang dirawat di burn unit ini kriteria nya ayng seperti apasih?

I: kayak yang dikatakan mas singgih tadi ya sekitar 15-20% ada yang kurang dari
itu tapi kalau mengenai genetalia ada trauma inhanasi meskipiun hanya 9%tapi
kalau ada trauma harus masuk sini, terus eksemitas kena tangan itu juga.
P: nah kalau keluarga yang menunggu disini itu seperti apa?

I: karena disini rumah sakit rujukan terakhir tipe adarisme jadi semua tipe
orang2nya itu disini juga ada, jawa ada Madura ada dan tingkat emosionanya juga
beda beda, ada yang bisa menerima ada yang cemas ada yang kurang bisa
menerima ada yang bisa bekerja sama dengan perawatnya ada yang ngga bisa ,
mungkin terkait sama kepercayaan dari mereka.
P: itu memang kepercayaan yang seperti apa mbak?

I: kayak ini misalnya biasanya sih kebanyakan dibawain minum2an yang ada
doanya. Selama ini kalo bawaan doanya kalo berupa air mineral itu tidak
mengganggu ya tapi kalau udah jamu jamuan itu yang kita larang. Pernah ada
yang kaya gitu, udah dibawa tp ya kita kasih tau lagi bahwa itu gaboleh. Disini
kan dituntut kan pasien itu banyak protein. Sedangkan ada beberapa yang makan
ikan gabus itu gaboleh, pantangan buat mereka kalo saya makan ikan gabus itu
bisa sesak dan itu udah jd kepercayaan mereka dari duluu dulu tapi ketika kita
kasih bukan ikan nya yang ekstraknya itu ya mereka terima.
P: itu yang biasa kayak gitu dari aman mbak?
I: jawa sih biasanya jawa kolot gitu hahahah jawa ortodok
P: biasanya menyampaikan komunikasi terkait pasien itu gimana ke keluarganya?

I: kita sampaikan informasi itu sesederhana mungkin, yang bertujuan biar pasien
sama keluarganya itu mengerti tanpa harus mengurangi informasi. Ya kalau
bahasa medis kurang mengerti kita jelaskan menggunakan bahasa Indonesia biasa
sampai mereka mengerti.
P: pernah ada kesulitan bahasa ngga dengan keluarga pasien atau pasiennya?

I: pernah… pernah… disini kan deket sama Madura ya. Jadi disini banyak pasien
rujukan dari Madura, itu yang susah hampir semua pegawai disini itu yang bisa
94

bahasa Madura itu cuma 1 orang. Itu gini kalo misal ada ke luarga pasien yang
lain yang bisa bahasa Madura kita minta tolong mereka, kalau gaada kita minta
tolong temen2 lain yang bisa, kalau msh gaada lagi itu kita Tanya keluarganya apa
ada anggota keluarga lain yang bisa dilibatkan untuk istilahnya translater ke
keluarga pasien tersebut.

Kayak pasien ini keluarganya itu susahhh sekali buat dijelaskan, akhirnya
ternyata ada salah satu keluarganya yang masih perawat di res ya kalo ga salah,
nah itu akhirnya kita libatkan kita jadikan dia sebagai translator. Akhirnya di
telfonkan dijelaskan meskipun via telfon terus ya udahh setelah itu mereka
ngerti&bisa dilanjutkan lagi pengobatannya.

P: saat menyampaikan informasi kepada keluarga pasien biasanya ngekroscek


ulang ngga mereka sudah faham atau belum?

I: iyaa pasti, kita cek ulang kita cek pemahamannya lagi, misalnya kita
menjelaskan ini kenapa harus gimana ngobatinnya kita gali lagi ibu kira kira kalau
luka itu baik berarti harus makan apa. Nah digalinya seperti itu pemahamannya
sudah sampaimana
P: ada pemberian edukasi ngga pada keluarga pasien?

I: edukasi ada pastinya, komunikasi langsung dengan pasiennya. Jadi edukasinya


itu kalau pasien udah mau pulang. Kalo kaya masih diruangan gini kita kasihlah
edukasi juga buat istilahnya itu edukasi yang untuk mensupport pasiennya terus
harus kan buth dukungan keluarga misalnya untuk kebutuhan tinggi proteinnya.
Jadi ke keluarganya ke pasiennya juga, Terus kalo pulang itu juga tetep harus cuci
tangan. Karena kan tindakan itu bermacam macam, kita juga kepanjangan dari
dokternya kadang kan dokter juga bukan dari sini kan jadi menjelasknya pake
bahasa jawa pun juga susah, jadi misal dia bicara soal skindraf , kita Tanya gali
lagi ibu ini di oprasinya itu apa tau skindraf itu apa? Oo jadi tandur kulit gituigitu.
P: pasien pasien disini itu rata rata masih sadar kan mbakya?
I: sadar sih sadar…
P: lalu bagaimana cara menyemangati atau memberi motivasi pada mereka?

I: kita ceritakan apaya…kasih tau pak harus banyak bergerak agar ga kaku dan
kita memberikan contoh langsung. Ayo latian pak kayak gini biar ga lengket
kulitnya, latian duduk karena luka bakar itu kan sangat kompleks ya. Jad kayak
gitu menyemangati itu kadangkan orang yang lagi dalam keadaan kaya gini kan
sulit menerima ya kadang menolak… ga gampang mengembalikan percaya diri
pada poasien itu. Pertama itu kita timbulkan trust dulu ya keperawat itu, pasien itu
biar bercerita kenapa apsien itu seperti itu. ya kita deketin aja ktia sapa kita tanya
95

kondisinya terus kadang tu lama lama pasiennya cerita sendiri "saya cemas sus,
setelah ini saya bisa bekerja apa saya bekerjanya gimana kalau keadaanya kayak
gini". Disaat sudah becerita seperti itu, kita bantukan mencari solusi mangkanya
harus semangat harus makan yang banyak biar cepet sembuh, banyak latihan biar
ngga kaku kaku badannya. banyak yang bisa bangkit kayak gitu, terus disini di
back up sama dokter sikiatri kan yang bantu untuk pasien pasien yang kaya gitu.
Semua pasien kita itu sekarang di backup sm dokter sikiatri. dokternya datang
kesini evaluasi tiap hari.
P: selama ini juga pernah terjadi miskomunkasi ngga dengan keluarga pasien?
I: kalo miskom gaada, cuma itu tadi kesulitan memahami bahasa lain tadi. Tapi
kalau sudah dapat bantuan sudah dikasih tau ya dah ngerti gitu.

P: Pernah mendapat tanggapan ngga mengenai pelayanan disini dari keluarga


pasien?

I: tanggapan itu disini setiap pasien pulang kita itu ada kuisioner tentang kepuasan
layanan. Disitu dari berapa persen kita liat hampir semuanya bagus. Tapi kalau
yang didapat secara langsung misalnya ucapan terimaksih atau apa itu juga
banyak. emm terus sampe pulang pun yg berhubungan baik dengan kita juga
banyak. Masih banyak juga yang kesini sama sekalian kontrol kayak gitu...
kangen sama perawat perawatnya disini...
P: ada media media lain ngga yang digunakan untuk penyampaian informasinya?

I: adaa... media leafleat yang masih sering disebarkan itu dari gizi. Jadi untuk
pasien2 yang tanpa ada komplikasi misal hipertensi ada tuntunan makanan yang
tinggi protein. Tapi kalaiu yang untuk yang luka bakar itu saya terakhir lat itu...
akhir bulan februari kemarin kayaknya.
P: Okee mba cukup terimakasihh.
I: iyaa sama sama.

Nama: Mabruhah
Keluarga pasien Burn Unit
P; selamat sore bu boleh perkenalkan nama dan usianya?
I: Ya sore mbak, nama saya mabruhah usia 30 tahun asalnya dari bangkalan
P; maaf bu kalo boleh tau ini adek bilqis sdh brp lama dan kenapa yaa?

I: sudahhh dua minggu… ya 17 harian mbak. Kena kuah sop ini pas ada acara. Ga
sengaja rebutan sm sodaranya kebelakang belakang gitu trs kecebur…
96

P: oohh.. lalu menurut ibu pelayanan disini kayak gimana bu?

I; ee menurut saya yaa sudah bagus. Mulai dari kebersihannya, pasien pasiennya
juga enak disini ga bau, perawat perawaatnya juga ya mbak telaten.
P: pendekatannya ke bilqis ini gimana bu kan in bilqisny masih kecil ya bu..

I: iya ini perawat disini itu baik baik semua mbak saama bilqisnya juga telaten
gitu. Cuma ini emang bilqisnya sendiri ya apa ya berubah 180derajat. Jadi
pendiam, ini udah mendingan udah mau ngomong kalo pas diruangan kemarin itu
udah gamau ngomong blas mbak

P: kalau perawarat atau dokter disini itu dalam menyampaikan tentang


perkambangan bilqis ini pake bahasa awam atau medis bu?

I: bahasa indonesia juga.. medis juga ya mbak… jadi dua duanya sih, kalo ga
ngerti pake bahasa medis. Kasarnya kalau semua tindakan apapun yang akan
dilakukan itu diomongkan semua sama kita jadi tau semua tindakan tindakan apa
yang akan dilakukan, terus juga dikasih lembar gitu mba sebelumnya setuju atau
nggak gitugitu.
P: kalo disini awalnya itu ibu diberi emm edukasi gitu ngga?
I: ooh iya mbak.. pas pindah dari ICU kesini itu…
P: ooh dulunay di ICU bu?

I: iyaa mbak, jd di IRD dulu pertama, terus ke OK kamar oprasi, terus ke ICU pas
udah stabil itu baru kesini..
P: oohh yaya bu, lalu mereka meng edukasi apa aja bu?

I: dikasih tau supaya gak infeksi, terus cuci tangan, pake baju ini, terus juga kalau
masuk kesini pakai sandal baru … kalo orang dewasa gausah ditunggu ada jam
besuknya, Cuma ini kan bilqis anak kecil jd ya harus ditunggu orgtua nya boleh
nemenin… terus pake tutup kepala ini… jadi kan buat menghindari infeksi itu

P: ibu kan menunggu disini ya, tapi pas sebelum bilqis dipindah kesini pas di ICU
gitu ibu gimana pas waktu dapat panggilan dari ruangan?

I: binggung mbaak, ya cemas, saya sm suami kadang gentian sm keluarga yang


lain gentian nunggu kan dibawah, itu kalo misal ada panggilan dari ruangan gitu
ya saya udh mikir yang macem macem mbaa, udh apa ya waswas gituloo takut
kenapa napakan…

P: biasanya habis menyampaikan informasi tersebut mengenai perawat atau


dokternya gitu nanya ualng ngga bu ibu sudah faham atau belum?
97

I: ooo iya mbak iya jadi biasanya ditanyain lagi “gimana buu sudah ngerti sama
yang dimaksud?” “iyaa pak..” “iya beneran apa ngangguk2 tokk” ditanyain ulang
juga mbak kadang “cobasihh jelasin lagi td apa yang saya kasih tau” kalo saya
ngga ngerti bener bener saya Tanya ulang atau saya yang nanya duluan

P: sebelum masuk sini kan di ICU dulu kan buu ya, itu masih blm boleh
ditungguin kan kayak sekarang. Nah itu ibu kalau dapat panggilan gitu dari
ruangan tu gimana bu?

I: loo ya kaget mbak tak pikir itu kalau dipanggil pasti gawat. Pas oprasi aja tidur
ga bisa aku mbak…

P: harapan ibu untuk pelayanan di dokter soetomo ini gimana bu? Kan perjalanan
ibu sudah jauh kan dari ird, OK, ICU, terus sampai disini?
I: yang perlu diperbaiki Cuma anu mbak… mungkin komunikasinya sudah bagus,
pelayanannya sudah bagus, mungkin lebih baik kedepannya.
P: em kalau untuk alur informasinya gitu?

I: cukup jelas ya mbak, kita kalo sebelum ada tindakan apa apa itu dikasih tau
dulu disuruh tanda tangan, persetujuan gitu.. Cuma kalau kita kan cek lab terus
ambil darah terus harus balik lagi kesini jadi apa yambak riwariwi gitu lo,
mungkin itu ya yang bisa dicarikan solusinya. Kadang sananya udah ok eh
ditelfon lagi jadi kan gimana ya udah capek mental mikir anak jadi capek fisik
juga… tempat nya jauh riwariwi kan malem ya mbak kalo ada panggilan harus
sekaranggg kan beneran harus sekarang… jadi telfon saudara buat bantuin
P: oohh iyaiya bu jadi harus riwa riwi gitu ya
I: iya mbak…
P: okk bu sudah cukup, terimakasihh. Semoga dek bilqisnya cepat sehat
I: iya mbaak aminn. Makasih ini hadiahnyaa hehe…

TRANSKRIP NICU
Dony
Keluarga pasien NICU
P: Selamat siang..Bapak boleh perkenalkan nama dan umurnya?
I: Dony..umur 27

P: Eeee...kalau boleh saya tahu semenjak kapan Pak anaknya...ee yang disini
anaknya ya Pak? Anaknya yang dirawat? Iya sejak kapan Pak masuk NICU ini?
98

I: Baru hari ini

P: selama ini, selama perawatan di sini ee menurut Bapak komunikasi yang


dilakukan petugas medis terhadap Bapak itu bagaimana Pak?
I: Baik...

P: Mereka menyampaikannnya dengan jelas Pak?


I: Jelas
P: Lebih sering menggunakan bahasa medis atau bahasa Indonesia..maksud saya
bahasa sehari-hari?
I: Bahasa Indonesia..bahasa sehari-hari.
P: Bapak jadi mengerti dong apa yang telah disampaikan dan dijelaskan?
Maksudnya mengenai administrasi maupun mengenai kesehatan anak Bapak?
I: Ya tadi sudah dijelaskan..
P: Sudah mengerti Pak? Mereka apa meng-crosscheck ulang begitu apa yang
sudah disampaikan? Misalnya menanyakan kembali untuk anak Bapak?
I: Gimana? Mengenai..?
P: Menanyakan kembali..oh misalnya menyampaikan mengenai pada anak-
anak..menanyakan kembali nggak Pak misalnya (tidak jelas)?
I: Oh ee lemah tapi stabil keadaannya..ee lemah tapi stabil
P: Eee harapan Bapak untuk pelayanan di NICU ini seperti apa Pak?
I: Ya..ya harapan saya ya lebih baik..
P: Baik Bapak terima kasih waktunya..

Voni
Keluarga Pasien
P; Selamaat sore Ibu, boleh perkenalkan nama dan usianya?
I: Sore, Sy Voni, umur 31
P: yang dirawat di sini anaknya ya Bu?
I: Iya..anak saya
P: Sudah berapa hari?
I: Emm dari tanggl 24..24..25..26..27..5 hari..5 harian yah
P: 5 harian ya..oke..eee selama anak Ibu dirawat di sini..itu dokter tu petugas
medisnya itu gimana sih Bu menginformasikan mengenai apa..apa yang sudah Ibu
dapat gitu mengenai apa?
99

I: kalau petugas medis..dokter.. terus susternya sih bener-bener menginfokan


bahwa anak saya ini ada sakit ini..terus kelainan ini..terus perlu ini.. Mereka udah
informasikan cuman kalau dari saya sendiri kan masih kurang paham medis, jadi
otomatis saya itu seringkali tiap hari bertanya..gimana perkembangannya..dan
jawabannya masih sama kayak di kondisi pertama.
P: Biasanya mereka menyampaikannya dalam bahasa medis atau bahasa ini...?

I: Kebanyakan bahasa medis terus saya tanya itu gimana..terus mereka jawab
artinya kayak gini gini gini gitu.

P: Biasanya mereka meng-crosscheck ulang nggak setelh mereka ngasi info


tentang perkembangan kesehatan anak ibu?
I: Eeengg kadang gitu kadang ada yang enggak rasanya..kaya gimanaaa gituh
P: Berarti nggak semuanya?
I: Nggak semuanya..tapi ya.. gitu aja..itu juga percaya pasti yang terbaik itu disini.
P: Berarti ibu cukup percaya dengan perawatan disini?

I: Iya..saya percaya di sini pasti NICU ya..NICU kan intensif pasti


perawatannya... mereka pasti nggak mungkin bermain-main dengan intensif care
ini.

P: Eeee, menurut Ibu pelayanan di sini seperti apa Bu selama anak Ibu dirawat di
sini? Informasi yang disampaikan?

I: Baik..pelayanannya cukup ramah juga..sistem kerjanya cukup baik


juga..informasinya juga lumayan jelas..
P: Mereka mengedukasi nggak bu? Misalnya masalah cuci tangan gitu-gitu?

I: Oh iya..mereka mengedukasi bahkan sampai ASI juga mereka mengedukasi


juga kita..awalnya saya ini nggak keluar ASInya mereka bilang caranya seperti ini
seperti ini..saya berusaha ternyata beneran keluar..meskipun mereka beritahunya
lisan lo ya..nggak praktek..saya yg praktek di rumah, kok ya puji Tuhan keluar..
P: Itu yg kasitahu siapa Bu?

I: Suster..pertama kali itu..di sini..terus paling ndak kalo misalnya bayi minum
ASI kan daya tahan tubuhnya lebih kuat..gitu lo..padahal saya udah wes
down..soalnya ASI saya nggak keluar..kan nggak bisa keluar bayangan
saya..ternyata susternya bilang suruh begini-begini tak lakuin wa ternyata bisa..
P: Berarti ini Bu ya nggak mengenai perawtcuci tan aja ya ngasitaunya?
100

I: Iya..ya sampai semuanya ya pokoke masuk sini harus apa..pakek baju ini
supaya terhindar kuman-kuman dari luar..cuci tangan pakek antiseptik ini..
P: Itu ngasitaunya di awal?
I: Di awal..

P: Mereka sering nggak maksudnya eee masalah ASI itu Ibu yang memberitahu
nggak keluar atau?

I: Oh mereka dulu ya...jadi mereka itu udah langsung bilang kalau bisa ASI ya
Bu..apa gitu maksudnya..dia itu udah kayak emang bener-bener naluriu keibuan
mungkin ya jadi mereka udah banyak pengalaman dibandingkan saya..jadi saya
kan itu ya pasti gini-gini gini..gini Bu caranya gini gini gini gitu..mereka telaten
juga sih...
P: Harapan untuk pelayanan disini seperti apa Bu?

I: Ya aku berharap mereka tetep baik sama calon pasien selamanya sih..soalnya
disini kan kita kan pasti bingung ya dengan keadaan anak kita atau keluarga
kita..pasti kan butuh yang menenangkan, butuh yang memberi informasi yang
bener-bener kayaak gini lo bu detailnya kayak gini gini gini..supaya baik
buruknya itu kan lega to..kayak tadi si dokter tadi biasanya kan bener-bener dia
bilang oh jelek..ya yaudah meskipun berat ya to tapi kan semua (tidak jelas..) yang
ngatur...jadi ya dokter bisanya apa..hanya bisa memberitahu kondisinya kita..

P: Kalau di awal itu ini ya diberi apa namanya infomasi mengenai kayak
informasi mengenai polis-polis..sudah paham belum gitu-gitu..?
I: oh iya dikasih he.eh ada kayak form bener-bener ini manfaatnya ini..ini
resikonya ini..tandat tangan-tanda tangan gitu..
P: Eeee di awal saat anak ibu masuk di sini ibu gimana perasaannya..bingung..?

I: ya bingung..soalnya kan apapun tindakannya pasti ada resikonya..jadi kalau


saya misalnya nggak setuju dengan tindakan yang dilakukan ini..pasti anak saya
nggak bisa bertahan sampai hari ini..dan mungkin seperti itu kali ya.. saya nggak
ngerti..Cuma yang jelas paham nggak..hapal nggak..ya apapun yang terbaik ya
mereka udah menjelaskan kalau misalnya contoh pertama kali pasang ventilator
oh ini nanti pita suaranya anak ini nggak bisa nangis..nanti kalau efeknya itu
setelah dilepas anak ini nggak bisa nangis dulu..atau infeksi atau pendarahan dsb
mereka udah jelasin..dan saya sebagai ibu kan pasti bingung.. kalau gitu pasti kan
bingung kalau sampai ada pendarahan..infeksi dan sebagainya kan saya nggak
mau anak itu kenapa2 gitu lo. Ya saya minta tolong sus..ati-ati apa apa pasti kan
101

susternya yang ngelakuin dokter..apa kan nggak mungkin mereka..mereka yang


ngelakuin..pasti kan dokter yang ahli dalam bidang itu yang bisa ngelakuin..

P: Di awal masuk misalnya dapet panggilan..di atas..maksudnya ditelfon dari sini


gitu kaget nggak? Suka apa gitu?

I: Deg-degan ya..deg-degan kalo dapet panggilan gitu disuruh ke ruangan, pasti


kaget cemas campur2 ya mbak soalnya kan udah apa ya ada apa apa... padahal
sebenernya juga gapapa sih pasti ada butuhnya kalo dipanggil… popoknya habis
atau susu nya.

P: Tapi biasanya kalau dapet panggilan gitu dijelasin nggak? Misalnya dikasitahu
butuhnya apa?

I: Oh iya...iya dikasitahu..cuma ambil resep..Cuma ini..ini cek darah ya..ini cek


foto..kayak gitu..
P: Berarti Ibu sudah ngerti ya masalah apa yang ada di anak Ibu ini?
I: iya..hee.em sedikit banyak pasti saya mengikuti perkembangnnya.
P: Makasih Ibu semoga cepat sembuh anaknya.
I: iya mbak sama sama, makasih ya ini bingkisannya. Semoga sukses.

Transkrip NICU
Evi
Dokter NICU
P: Selamat sore..boleh perkenalkan nama dan umurnya?
I: Nama saya Evi..usia 34 tahun
P: Udah berapa lama di NICU ini? Di NICU ini...jaga atau..?
I: Kalau jaga udah 7 bulan
P: 7 bulan..pasien yang masuk di NICU ini..yang dirawat di NICU ini pasien yang
seperti apa?
I: Kalau pertama, pasien dengan kegawatdaruratan..baik itu kegawatdaruratan
medis atau bedah. Yang dimaksud kegawatdaruratan adalah dia mengancam
nyawa..mulai dari kegawatan napas..aliran napas..pernapasan maupun sirkulasi
juga yang..status bedah yang membutuhkan operasi segera itu ada di sini.
P: keluarga pasien yang menunggu di sini itu seperti apa sih Bu?
I: Ada jam kunjungnya..jadi dia karena di sini..semua perawatan di ruang intensif
itu sistemnya tertutup. Jadi tidak boleh ada orang keluar masuk sembarangan
kan..karena kita mengamankan demi keselamatan pasien itu sendiri termasuk
102

keluarga. Nah kalau di sini, keluarga masih boleh berkunjung tapi jamnya
tertentu. Lamanya juga juga tertentu.
P: Jam berapa biasanya?
I: Biasanya sore..kayak biasanya jam-jam mungkin jam 4..jam 5..sekitar jam 4
jam 5 sore.
P: Terus kan ini kan maksudnya bayi ya di sini ya. Pasti orang tuanya ninggal atau
kek gimana gitu apa mereka secara psikologis itu jadi gimana sih maksudnya?
Jadi pemarah kah atau gimana gitu?
I: Tergantung kondisi..jadi itu kita sudah harus informasikan di awal, saat pasien
masuk kita akan memanggil keluarga. Misal ada pasien baru ya itu kita akan
memanggil keluarga. Jadi orang tua kita panggil untuk kita jelaskan..kenapa
anaknya dirawat di sini..kondisi penyakit anaknya..kompilkasinya terus
prognosisnya ke depan..bagaimana aturannya di sini..seperti itu. Nah, nanti dari
situ kita tanya..ada feedback..apakah keluarga mengerti? Kalau kalian sudah
mengerti maka kami..kita minta untuk menandatangani inform consent nah dari
situ nanti akan dikomunikasikan jadi setiap ada perkembangan keluarga boleh
bertanya..kan ada jam kunjung..atau sewaktu-waktu dokter yang akan memanggil.
Kalau misalnya ada perkembangan apa..apa..nah di situ kan kita selama
komunikas kita itu cukup jelas saya rasa selama ini..selama saya jaga di sini itu
alhamdulillah keluarga tidak ada yang..tidak ada yang apa..jadi kayak apa ya
mereka emosional atau bagaimana tidak..tapi mereka justru kerja samanya baik.
Itu kerja samanya sangat bagus..mengikuti aturan yang berlaku..seperti itu.
P: Reward apa sih dok yang pernah diberikan kepada..dari keluarga pasien entah
pribadi ke dokter atau ke ruangan ini....?
I: Saya pernah sih..biasanya keluarga akan sangat berterima kasih. Itu sudah lebih
dari cukup buat kita..jadi keluarga..jadi kalau ada keluarga yang pas anaknya
dirawat mereka sangat kooeperatif itu sudah sangat membantu. Kalau reward sih
apa ya..saya juga nggak ini ya nggak mempersoalkan itu. Tapi keluarga itu suka
kadang ngasih makanan kayak gitu, kue-kue buat dokter jaga buat perawat, kayak
itu untuk temen makan malem..biasanya seperti itu. Tetapi itu tidak selalu dan itu
nggak penting. Yang penting selama dia itu kooperatif aja kita itu udah sangat
senang. Karena itu sudah tugas kita tapi kalau udah keluarganya misalnya tidak
menunggu kita sampai harus telepon-telepon..justru menyusahkan.
P: Jadi selama ini dokter berkomunikasi dengan keluarga pasien mengenai
kesehatan mengenai perkembangan atau apapun itu..itu biasanya pakai bahasa
medis atau pakai bahasa awam?
I: Bahasa awam..bahasa awam kalau keluarganya bukan dari kalangan medis kita
pakai bahasa yang sesederhananya yang bisa dimengerti. Bahkan bahasa daerah
itu sering, jadi kayak misalnya keluarganya berasal dari daerah di luar Jawa..misal
103

dari luar Jawa..dari NTT, dari Madura, atau dari mana. Nah itu kadang malah
nggak ngerti Bahasa Indonesia.
P: Berarti ada kesulitan bahasa?
I: Terkadang. Terkadang ada tetapi itu jarang...jarang.
P: Untuk menangani itu?
I: Biasanya kita panggil keluarga yang lain. Kan biasanya dia ndak Cuma satu nih.
Bisa ada om-nya atau temennya..atau dari kita sendiri ada yang bisa mengerti.
Kalau keluarganya dari kalangan medis, baru kita bisa pakai bahasa medis yang
sama to..persepsinya sama. Ada beberapa kali itu orang tuanya dokter..pernah.
Jadi kalau kayak gitu enak..komunikasi ya sama gitu lo. Kayak gitu..kalau yang
bukan dokter ya sesederhana. Bisa dengan digambar..he.eh kayak ini..ini kan
ruang bedah Mbak. NICU GBBT...kasusnya dominan kasus bedah kan nah itu
biasa kalo kita ngomong, orang tua masih kurang..sama-samanya dibanding kita
gambarkan. Jadi yang dioperasi daerah mana itu kita gambarkan. Kalau kayak gitu
tuh orang tua malah langsung mengerti. Kadang malah seringnya malah gambar.
P: Tapi pernah ada yang kayak miskomunikasi begitu Mbak? Hanya karena
bahasa?
I: Mungkin ada..mungkin ada. Pasti ada lah ya. Selama kita jaga...tapi itu cepet-
cepet kita ini..biasanya itu kayaknya ngga ngerti deh itu kita biasanya ngerti. Itu
kita yang menyadari kalo kek misalnya orang tua mungkin belum paham. Atau
biasanya kek kasus-kasus yang sulit Mbak, itu kan kadang orang tua belum siap
menerima informasi yang mendadak..punya anaknya jelek… kondisinya
menurun..penyakitnya harapan sembuhnya sangat kecil misalnya ya. Nah itu
kadang kita mempersiapkan itu nggak bisa langsung. Jadinya pelan-pelan..butuh
misalnya kadang keluarga nggak terima dengan pemberian penjelasan itu dan
meminta dijelaskan ulang tapi minta misalnya disertai dengan neneknya,
kakeknya, ngajak keluarga besar nah itu bisa kayak gitu..bisa saja.
P: Kalau kayak masih..istilahnya denial ya..itu untuk mengurangi rasa cemas atau
denial itu gimana Mbak?
I: Kita biasanya pendekatan spiritual..jadi kita mesti bilang di depan. Pokoknya
intinya pada saat pasien datang itu langsung kita KIE..itu isitilahnya Komunikasi
Inforfmasi dan Edukasi..kita KIE ee kondisi saat ini gitulo. Dan kita selalu bilang
kalau ini adalah ruang intensif..semua yang dirawat di ruang intensif itu semua
kondisinya up and down dan unpredictable..itu di depan ngomongnya dan itu
untuk mengurangi..meminimalkan nanti harapan yang terlalu tinggi, beda persepsi
nah itu yang kita hindari, jadi keluarga persepsinya apa kita persepsinya apa..itu
kan harus kita samakan di depan, jadi kondisinya itu up and down kita bilang
unpredictable..anything..semua bisa terjadi. Yang tadinya gapapa bisa tiba-tiba
nggak napas, jantungnya berhenti apalagi ini bayi ya. Bayi yang baru lahir kurang
dari 30 hari umurnya. Nah itu beda sama anak-anak..kalo anak beda lagi..dewasa
104

apalagi, jauh berbeda. Jadi kita masih baru belum tahu kondisi penyakit-
penyakitnya...
P: Berarti treatment ke keluarganya juga..?
I: Iya jadi pasti orang tua kandung itu pasti kita panggil. Biasa kalo orang..yang
bermasalah biasanya gini, contohnya orang tua yang muda usianya. Jadi 20an..a
ada yaang belasan tahun pendidikannya SD SMP..nah itu kita betul-betul..nah
pasti kan ada siginificant figure yang lain. Hahahah kakeknya..neneknya..nah itu
kita ajak. Kalo enggak pasti..pasti bolak-balik ngomongnya. Enggak efisien
kan..udah kalo udah yang remaja..ibunya masih remaja.
P: Pernah memang?
I: pernah memang, jadi dia melahirkan umurnya baru 18 atau 16 gitu.. suaminya
20an..jadi neneknya kakeknya si pasien itu baru..ada yang sampe lurahnya itu ikut
menemani. Kan dia dari daerah terpencil nah itu kita ada plus minusnya mbak.
Untungnya kita bisa ada pihak ketiga, tapi minusnya kadang mereka ikut
ini..mencampuri..mencampuri keputusan ya kan. Padahal keputusan kan ada di
orang tua nih, tapi kalau ada kayak gitu banyak-banyak..anu kadang mereka jadi
lama.
P: Jadi kek banyak kepala yang ngomong gitu ya?
I: He.eeh..ada plus minusnya
P: Untuk menunjukkan rasa empati sendiri terhadap keluarga pasien biasanya apa
yang dilakukan?
I: Biasanya ya kita ngomong..tiaap kali apapun perkembangannya kita sampaikan.
Baik itu positif, negatif itu kita sampaikan. Semua di sini jadi kita perkenalkan
diri ya kayak gitu kan penting to. Membangun kepercayaan jadi perkenalkan diri
saya “saya dr Evi Bu, saya dokter jaga, nanti ada dokter ruangannya. Kan mesti
tau saya seperti itu, dokter ruangannya nanti dokter Yuri nah itu kami dokter yang
bertugas, nanti kami di bawah pengawasan dokter penanggung jawab, nah itu kita
menunjukkan apa ya..biar orangnya itu percaya..yakin..nah itu kita
memperkenalkan diri itu penting..nomer satu. Terus kedua, ya kita sampaikan
kalau anaknya kondisinya sekarang lemah mangkanya dirawat di sini..intensif..
apa adanya..kita jelaskan..ada pertanyaan itu kita persilahkan mereka bertanya.
Bahkan kita kasih nomer hp kita kalau perlu. Kayak gitu..boleh menelepon kapan
saja, ada dokter jaga yang standby 24 jam itu kita sampaikan. Ada paramedis,
biasanya sih gitu mbak.
P: Eeee, berarti sejauh ini keluarga itu apa..maksudnya sekarang-sekarang ini ya
mereka kooperatif atau..?
I: sejauh ini, untuk pasien yang selama saya jaga kooperatif. Saya belum pernah
ada pasien yang sampek ee dia nggak terima..terus ada permasalahan betul sih
belum ada. Saya pribadi..tapi banyak mungkin kejadian ya di luar tuh banyak.
Alhamdulillah enggak pernah ini..
105

P: Oke terima kasih dokter!


I: Oke
Dr Yurie
Dokter NICU
P: Selamt siang dokter, boleh diperkenalkan nama dan usinya?
I:Saya Yurie, usiaa 32 tahun.
P: Sudah berapa lama di NICU ini?
I: di NICU ini total dari awal saya masuk..6 bulan
P: Emm, pasien yang dirawat di NICU ini seperti apa sih yang msuk NICU ini?

I: yang masuk NICU GTPT ini pasien yang ada kegawatan entah itu kegawatan
dari jalur nafasnya atau breathingnya entah itu kegawatan dari paru-
parunya..pasien yang berada di sini biasanyaa kaalau bukan pasien yang eee ada
gawat nafasnya atau pasien yang setelah opersi. Setelah operasi pasti mampir ke
sini dulu klo sudah stabil baru pindah ke ruang bayi yang lebih stabil di belakang..

P: Eee kan kalau di sini kan ruang bayi maksudnya psiennya bayi nah itu
karakteristik keluarga yang menunggu di sini seperti apa sih dok? Maksudnya
kayak ibunya macam-macam atau kayak gimana?

I: Kalau yang di sini khususnya yang di GPPT ini kan sebenarnya NICU bersama
ntar semua dokter Soetomo di bagian lama dengan bagian yang baru di Graha
amerta. Kalau yang biasanya bayi-bayi yang biasanya dari Graha amerta ya
berasal dari keluarga yang intelek maksudnya selalu ingin tahu perkembangan
bayinya..kenapa sakitnya penyebabnya apa..kalau bayi-bayi yang berasal dari
bagian dokter Soetomo yang lama..maksudnya dengan BPJS kelas 3 atau yang
dengan SKCM merek lebih banyak menerima maksudnya dalam artian menerima
karena mereka tidak tahu di tidak tahunya. Kalau di belakang itu yang dari Graha
amerta itu mereka tidak tahu tetapi harus tahu.

P: Secar psikis mereka ini nggak..cemas, atu khawatir gitu Pak saat pertama kali
masuk ke sini?

I: Semua orang tua yang bayinya dirawat melihat ruang NICU pasti
khawatir..soalnya ya apalagi namanya NICU eee pasti dirawat secar intensif ya
namanya dirawat secara intensif ya berarti kan sakitnya berat. Pasti khawatir
siapapun orang tuanyaa.

P: Saat menyampaikan apa mengenai perkembangan pasien atau apapun kepada


keluarga menggunkan bahasa medis atau bahasa Indonesia..?
106

I: Pasien yang… salah satu yang eee saluran nafas itu kan makanya nggak
nyambung ya kita jelaskan dengan gambar bahwa pada saat..bahwa sakitnya
bayinya itu seperti ini..kondisi di dalam tubuhnya itu seperti ini..ya kita jelaskan
dengan gambar.
P: Pernah mengalami kesulitan bahasa nggak?

I: Berkomunikasi dengan keluarga pasien begitu..? kalau pasien..se..selama pasien


bisa bahasa Indonesia dengan baik dan benar Insya Allah nggak ada tetapi kalo ya
namanya kita harus menerima semua pasien..katakan ada keluarga pasien yang
nggak mengerti bahasa Indonesia dan tidak bisa bahasa Indonesia ya kita
kesulitan… biasanya bawa temen atau perawat di sini yang mengerti dengan
bahasa yang sama.
P: Biasanya itu dari mana datangnya yang mengalami kesulitan bahasa itu?

I: Paling sering datang dari pulau..suku Madura..paling sering itu..tapi ya nggak


jarang juga pasien yang mengertinya bahasa Jawa tapi bahasa Jawa yang halus
banget ya. Ya karena saya sendiri bukan orang Jawa asli..yya kadang-kadang
susah njelskannya. Bukan juga mau kek bahasa Jawa Surabaya kan juga kasar
ndak enak sama kelurga pasiennya. Ngga memandang ekonomi sih ya kalo itu
sebenrnya Cuma emng kalo ngga bisa bahasa sih gabisa aja gitu… ada juga kok
yg orang

I: Eeee, di saat menyampaikan mengenai pasien ke kelurga pasien itu kyk


informsi atau kayak tadi menggunakan gambar itu meng-crosscheck ulang nggak
mereka itu sesudah apa sebelum?

I: Ya..kita harus meng-crosscheck ulang..karena di rekam medis itu ada yang


namanya inform concent..tujuan utama inform concent itu kan itu keluarga
mengerti apa yang kita jelaskan. Dan kalau mereka mengerti ya baru tanda
tangan..kalau mereka nggak mengerti ya mereka ndak akan tanda tangan. Jadi
kalau mereka bener-bener mengerti ya mereka baru tanda tangan. ada poin-
poinnya juga.

P: Sebagai dokter bagaimana sih dok cara dokter apa… saat menyampaikan
diagnose atau saat ada kegawatan pada pasien kepada keluarga pasien?
I: Jadi saya berusaha memberikan..berusaha memberikan paling tidak
memberikan pengetahuan bahwa kelurga membawa putranya atau putrinya kesini
itu paling enggak kita berusaha memberikan terapi yang sesuai dengan
penyakitnya. Lha kalo ingin terapi yang sesuai dengan penyakitnya ya kan harus
tahu sakitnya apa dulu. Itu yang harus dicari tahu dengan pemeriksaan yang ada di
sini yang mungkin enggak ada di rumah sakit di luar sehingga harus dirujuk ke
107

sini. Dan kita sebagai tim medis akan melakukan yang terbaik bagi bayi mereka.
Jadi, saya lebih ke arah enaknya itu seperti apa..saya sebagai dokter prosedurnya
harusnya seperti ini..tetapi keputusan saya kembalikan kepada keluarga.

P: Eee pernah mendapat apa..dengar atau ada keluarga pasien nggak yang
menanggapi tentang pelayanan di sini, misalnya memberikan reward kah..marah-
marah..tu kayak gimana?

I: Kalau ndak puas ada yang puas juga ada..maksudnya puas itu ya sudah menurut
mereka ya kami sudah berusaha maksiml..jadi mereka sudah mengerti bahwa
kami di sini sebagai dokter, sebagai perawatnya..sebagai tenaga medisnya sendiri
sudah berusaha maksimal..menangani kelurgnya..tapi ada juga yang nggak terima,
jadi ya apa ya. Kan manusia kan beda-beda, jadi kalau diberi kabar yang buruk
kan jawabanya kan bisa macem-macem. ada yang marah, ada yang enggak terima,
ada yang menerima, ada yang pasrah, macem-maacem..

P: ada yang sampai balik ke sini nggak? Maksudnya anaknya sudah keluar dari
sini..terus memberikan rasa terima kasih gitu lho..?

I: sering..terutama pasien-pasien yang memang pasien lama ya terus kita merawat


ya trus kita pasti sudah berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Contohnya ya
pasien kalo di luar NICU ya..kalau di luar NICU pasien leukimia, pasien kanker
itu kan mereka harus ngamar seminggu dua minggu nggak nggak seminggu dua
minggu kadang sebulan dua bulan..jadi mau ndak mau ya kita attache sama
pasiennya maksudnya sudah tahu penyakit jenis kankernya ini, sebabnya ini dan
harus menjalani kemo terapi selama seminggu sekian puluh minggu ya kita
attache ke pasiennya karena setiap hari ketemu.
P: Untuk mengurangi rasa cemas terhadap keluarga pasien yang disni apa yang
dokter lakukan?
I: Mengurangi rasa cemas..rasa cemas seperti apa ini maksudnya?

P: Misalnya anaknya dapet panggilan dari sini terus apa.dateng ke sini terus kaget
gitu loo padahal cuma mau cek kondisinyaa atau kondisi sebelumnya kayak
gimana?

I: Kalau mengurangi rasa cemas kami kan ya memberitahu update keadaan


pasiennya..keadaan pasien kepada keluargnya, baik keluarga kandung misalnya
itu membaik, memburuk, atau tetap. Untuk supaya lebih enak ke depannya
biasanya kami sebagai tenaga medis di sini memberitahu ke keluarga pasien ini
sakitnya ini..direncankan pengobatannya ini. setelah pengobatan ini dilanjutkan
oleh ini jadi ke depannya pengobatnnya keluarga jdi lebih mengerti lebih mudah
menerima.
108

P: Terima kasih dokter!


I: iya sama sama

Mega
Perawat NICU
P: Selamat pagi, boleh diperkenalkan nama dan usianya?

I: Ee selamat pagi juga. Nama saya Heni Megawati, saya disini sebagai
perawat..biasa dipanggil Mega soalnya ada dua Heni ya..takut ketuker sama
Mbaknya..usianya 37 tahun.
P: Sudah berapa lama di NICU?
I: Di NICU saya baru 2006, sebelumnya saya bekerja di ICU..
P: Emang banyak yang di ICU terus dipindah ke sini ya Bu?

I: Eee sebenernya dulu basicnya dulu NICU ini kan ruangan sudah ada tapi belum
dibuka..karena SCRnya masih terbatas. Jadi waktu itu SKnya NICU GPPT tapi
kita diperbantukan dulu di ICU karena skillnya kan nggak jauh beda. Cuma nanti
kita spesifikasinya harus pegang byi begitu.
P: Pasien yang dirawat di NICU ini seperti apa sih yang masuk di NICU ini?

I: sebenernya pasien yang dikategorikan masuk NICU itu bayi baru lahir sampai
usia 28-29 hari. Untuk kriterinya sebenarnya ada 3 kriteria untuk masuk di NICU
itu ada kriteria 1 23..untuk kriteria pertama itu biasanya ada masalah di gangguan
pernafasan sehingga dia butuh alat bantu napas, mungkin karena alat bantu napas
di sini kan kadang ada yang berupa invasif maupun non invasif. Yng invasif itu
seperti contohnya pemakaian ventilator dan sejenis itu. Kalau kriteria yang kedua
itu biasanya pasien post-off atau pasien yang habis seksiu atau ibuknya ada yang
habis mungkin ada ibu yng butuh perhatian khusus. Seperti contohnya ada kasus
dengan ibu eklamsi..itu kan beresiko jdi biasanya bayinya observasi di sini dulu.
Ibu dengan masalah palsenta akreta yaitu Ibu dengn resiko pendarahan..bayinya
harus dicek observsi di sini dulu..1x24 jm bisa pindah. Untuk kriteria yang ketiga
itu biasanya bayi..bayi yang sebenernya nggak terlalu butuh perawatan yang
terlalu intensif tapi masih..masih sebenernya bayi kriteria ketiga ini bisa dirawat di
ruangan yang level di bawahnya seperti intermediate care..sebenarnya masih
butuh perawatan cuman nggak intensif banget jdi semisal ada pilihan ada
beberapa pasien masuk kriteria pertama ini yang harus masuk yang kriteria ketiga
ini bisa digeser ke intermedite, tapi kalau memang nggak ada pasien dengan
indikasi pertama kedua, kriteria ketiga ini boleh lah masuk untuk observasi dulu.
109

P: Eee selama menunggu di sini, karakter keluarga yang merawat di sini seperti
apa sih?

I: Kan ada bayi, terus kan dipnggil, kok langsung masuk kayak gini kan nah itu
gimana? Kalau karakter dari keluarga itu masing-masing unik ya. Jadi
kadang..kadang meskipun kita sudah merawat sepenuh hati kadang ada juga yang
masih belum puas. Itu kita memahami, kadang kan mereka rujukan dari beberapa
rumah sakit yang notabene bahkan rumah sakit swasta..mereka di sana mungkin
karena kehabisan biaya dan anaknya belum sembuh..kondisinya masih gawat
sehingga ada yang dirujuk ke sini, ada yang faktor dari emosi keluarga itu gimana
ya mungkin dia merasa mencari-cari kesalahan atau ketidakpuasan dia terluapkan
lah di sini. Nah kadang kita..kita harus memahmi seperti itu..kita harus bisa
mengendalikan emosi kita..kalau bisa kita ajak bicara sambil duduk. Mungkin
intinya ya intinya dengan ramah, pun mungkin dalam hati kita ada denial seperti
ini kadang kita harus menahan emosi kita..biasanya kalau sudah terlihat
emosi,temen-temen yang mungkin masih anu mungkin bisa mengambil alih.
Tolong itu dibantu anu sini saya bantu jelasin..jadi itu salah satu trik. Tapi nggak
menutup kemungkinan kadang ada juga yang keluarganya itu baik bnget..dia
sangat puas dengan pelayanan kita bahkan sudah menganggap kita itu seperti
saudara. Kadang ada yang meninggal dll tpi dia puas..mungkin karena
meninggalnya itu sudah dilayani secara maksimal.. sampek kadang ada yang 40
harinya itu kesini. Iya kita sudah tahu..nggak apa apa ini sambil untuk
mendoakan..

P: Eee kalau biasanya selama bekerja di sini itu tanggapan..pernah mendapat


tanggapan ini nggak..apa namanya..mengeni pelayanan di sini gitu? Selain yang
kayak tadi itu contahnya?

I: Iya sering..engga ya mungkin beberapa mungkin maksudnya komplain ya..kalau


masalah komplain ya kan namanya di sini rumah sakit pemerintah kadang kan kita
harus melihat keluarga..cuman kadang keluarga kan mereka mungkin nggak ngerti
ya kalau segala sesuatunya itu karena keterbatasan SDM itu keluarga kita libatkan
untuk misalkan ke pengendali..ngurus ini ke ini harus ke ini jdi kadang dia
merasa..kok jauh ya..kan rumh sakit Soetomo jarak antara ruangan ini ke ini ke itu
kan jauh..terkendala di situ. Terus kalau untuk mungkin ya masalah
pembiayaan..ada juga yang mungkin karena belum punya asuransi itu yang biasny
sering terjadi. Karena kan kalau belum ikut BPJS apa apa untuk pengurusan
asurnsi kan sulit, apalagi kalau bayi..dia sudah sakit duluan nah itu sering
terkendala masalah seperti itu. Kecuali kalau orang dewasa kan dia sudah daftar
dulun..dan sudah punya BPJS kalau sakit nggak masalah..kalau bayi, kadang
mereka informasi yang belum tau apa..sebelum byi itu lahir sebenarnya bisa
didaftarkan jadi kayak kartu nanti tertulisnya “Calon Bayi Nyonya”..seperti itu.
110

Mungkin sosialisasi yang di anten topcarenya ya yang perlu di garis bawahi. Jadi
mungkin kayak itu di bidannya..atau mungkin di antena topcarenya
dimana..puskemas.. sebaiknya kalau sudah tahu bayi ini nanti beresiko dan lain
sebagainya dengan riwayat obsetri ibuknya yang jelek sebelumnya seharusnya
sudah dimotivasi keluargnya untuk mengurus BPJS. Nah kecuali kalau
keluarganya mampu ya dengan pembiayaan umum ya nggak masalah.

P: Eee biasanya kalau menyampaikan informasi menggunakan bahasa


medis..maksudnya mengenai kesehatan atau perkembangan pasien itu
menggunakan bahasa medis atau bahasa yang umum begitu?
I: Biasanya kalau kita mau menjelaskan ke pasien..kan mesti ditanya dulu eee apa
ya..eee istilahnya tingkat pendidikan orang tuanya kita pasti sudah tau itu. Semisal
dia dari medis atau mungkin kalau ibunya dokter, keluarganya dokter dan lain
sebagainya kita kan pasti sudah tau juga. Jadi, cara menjelaskannya pun tentu kan
berbeda bahasanya. Apalagi tingkat pendidikan kan juga kan berpengaruh..bahasa
yang dipakek berpengaruh juga..hal itu harus dikaji dulu baru semisalkan dia
pendidikannya SD, kita pun menjelaskannya dengan bahasa yang sesimple
mungkin dan kalau bisa setiap penjelasan itu kita feedback gimana..dengan
penjelasan tadi sudah mengerti? Bingung? Nah itu kita feedback
P: Berarti apa..meng-crosscheck ulang gitu ya?

I: Iya kadang kan kita contohnya aja kalau memang.. disuruh ke sini “pak nanti
hbis ini ke pengendali”..kadang dia ada periksa lab ini ke pengendali..bingung
dia..nah sudah jelas apa belum? Nah bingung dia.. nah gini saya buatkan tulisan
ya pertama kesini, kedua habis dari sini nanti coba kesini, habis ini ketiga ke sini..
jadi dia bisa lupa bisa tanya satpam atau apa..”lhoo ini lo pak ya..ini...” “oh
iya”..seperti itu, fakta kok memang tingkat pemahamnnya sulit.

P: Eee, untuk mengurangi rasa..apa..rasa cemas terhadap pasien di NICU..ya


mungkin kan ya baru masuk terus baru lahir langsung ini atau kayak gimana..nah
itu cara mengurangi rasa cemasnya?

I: Kadang itu suatu masalah juga ya… jadi kita melihat kondisi keluarga pasien
dulu kalau dia masih masa-masa fase angry atau marah..entah karena faktor X
ya… sakit dan sebelumnya… jadi kita harus lihat situasinya dulu..biarkan dulu
tapi kalau sudah fase angrynya sudah berkurang mungkin kita bisa tenangkan …
ee kita dekati mungkin boleh dengan sambil eee apa ee apa maksudnya itu untuk
bersabar, mungkin eee kalau dia muslim mungkin bisa bantu dia dengan doa dan
sebagainya. atau mungkin kalau beliau butuh apa..ee istilahnya di sini kan ada
fasilitas rohaniawan. Kalau kita maksudnya ee menyampaikan tersebut... kan ada
agama apa apa itu ibadah, ada fasilitas rohaniawan, kalau memang membutuhkan
111

kita kan bantu. Kita di sini berusaha semaksiml mungkin, nah kita juga butuh
dukungan dari keluarga.. butuh dukungan dari keluarga berupa support, selain eee
khususnya orang tua. Karena biasanya doa orang tua itu sangat berpengaruh
terhadap si kecil apalagi ibu, apalagi biasanya kalau ibunya istilahnya kayak
nggak ikhlas..atau gimana biasanya juga kan ngaruh ke bayi ibuknya. Gupuh,
bingung itu juga kan pengaruh ke bayi biasanya. Jadi kayak efek apa ya..mungkin
kayak ikatan batin. “ibu, ibu harus menenangkan..pikiran..ibuk harus banyak
berdoa..mungkin banyak istighfar ibuk ya dICUrahkan kepada Yang Di Atas.. di
sini kita berusaha semaksimal mungkin, dokter sama perawat kan memberikan
yang terbaik. Biasanya gitu kita minta support dari keluarga..untuk bantu doa dan
juga untuk..kalau kita butuh sesuatu secepatnya keluarga harus segera naik..seperti
itu. Jangan ditinggal pulang..

P: Biasanya yang baru masuk gitu, dapet panggilan..mereka responnya gimana


sih?

I: Eee mungkin kalau yang sering..sering,, yang sebelumnya sudah pernah masuk
mungkin jadi sudah paham..misalkan sudah masuk misalnya mungkin riwayat
anak sebelumnya..jadi dia mungkin sudah tatag.. tapi kalau apa ya..mungkin
kasus-kasus kayak anak pertama atau mungkin di pasangan yang muda itu
biasanya juga ada rasa takut juga sih. Waduh ndredeg mbak, kenapa ya kok
dipanggil..jadi biasanya kita “anu buu, ee duduk dulu saya jelaskan..ini ini
ini..misalkan kayak pengambilan darah..apa apa..”ibu, kita butuh persetujuan
untuk pengambilan darah ya..” nah kalau dipanggil naik itu ngga selalu kondisi
jelek..atau turun..gimana produksi ASInya? Kita tanyain. Kalau memang rasa
sudah penuh boleh sewaktu-waktu Ibu naik ke sini untuk memompa ASI..jadi ini
kebetulan ASInya habis tadi dipanggil..Bu jangan banyak pikiran hehehe..kadang
kan mesti langsung drop “mbak saya takut kenapa kok dipanggil ke atas..biasanya
seperti itu..
P: Berarti untuk mengurangi rasa cemas yang seperti itu apa yang dilakukan
terhadap Ibu itu atau keluarga itu?

I: Misalnya ya begitu habis kita panggil suruh duduk dulu paling tidak soalnya
kalau kondisi berdiri kan mungkin habis dari bawah capek kan lari-lari..biasanya
kan takut ada apa2. “Bu duduk dulu, Ibu ini tadi...misalkan kondisinya turun
ditanyakan sama dokternya. Jadi langsung mengurangi..tesnya Ibu tadi ya
misalkan Ibu tadi..jangan datang suruh ke pasiennya dulu..duduk dulu..kalau
kondisinya jelek si biasanya “bu mohon maaf, kita ntar kita temenin ke
sebelahnya pasien trus kita jelaskan ini kondisi buruk dan lain sebagainya..kalau
cewek sih mungkin saya masih berani ya memegang bahunya dan lain
sebagainya..kalau cowok saya nggak berani gitu..
112

P: Untuk menunjukkan rasa empati kepada keluarga pasien seperti apa Mbak

I: Empati ya, jadi kita beritahu kalau adek kondisi jelek,..kita kalau Ibu biasanya
cuman duduk di sebelahnya pasien, kita pegang bahunya “Ibu yang sabar ya Ibu
banyak berdoa..ee Insya Allah kan ada jalan yang terbaik untuk adek..jadi seperti
itu..kalau ee biasanya kondisi kritis baru masuk kalau kami seperti itu ya kami
jelaskan juga ke ibuknya. Ibu istirahat di rumah nggak apa apa, yang jaga di sini
mungkin bisa suaminya..siapa..intinya ibu jangan capek..di rumah..jangan
stress..ibu harus rajin mompa ASInya..siapa tahu nanti dibutuhkan dek kalau
sudah boleh minum. Butuh dukungan support “Ibu harus banyak berdoa..karena
biasanya doa Ibu itu kan cepet nyampek terhadapNya..
P: Jadi yang dilakukan perawat kepada keluarga pasien itu personal sekali ya..?

I: he.eh soalnya hubungan ntar ibu dengan anak itu kan sangat dekat. Apalagi kan
kalau kasus bayi ya soalnya kan dia habis mengandung 9 bulan..idealnya 9 bulan.
Kadang ada kasus-kasus prematur yang lahir sebelum waktunya jadi hubungannya
jadi hubungannya sangat dekat habis dia merasakan ee ya bawa sekian bulan habis
itu dia ngerasain sakit iya kan ya kondisi sakit..tiba-tiba dia dipisahkan sama
bayinya, bayinya kondisi sakit jadi memahami juga perasaan Ibunya itu. Apalagi
ibu dengan riwayat perslinan sebelumnya mungkin bortus dll..nggak ada yang
hidup tentu dia kan sangat down sekali. Kalau ibu sudah punya anak banyak sih
ya tapi kan ada juga yang sempat down lihat..kalau ibu lihat anak sakit pasti drop..
P: Terus selama di sini pernah ada terjadi miskomunikasi gitu mbak atau kesulitan
bahasa atau nggak terjadi apa salah persepsi atau miskomunikasi begitu?
I: Ee kalau miskomunikasi mungkin pernah terjadi tapi nggak sama saya.
Kebetulan karena faktor yang menjaga hanya satu orng, kebetulan ibunya masuk
ICU..anaknya masuk ke NICU dan sama-sama kondisi jelek. Jadi otomatis
perawat yang juga membutuhkan ya wali dari bayi tersebut kan. Otomatis kan
bapaknya kan. Tapi mungkin bapaknya masih sibuk ngurus yang di sana. Jadi saat
“e ee bapak kemana aja” otomatis kan bikin..bikin bapak bayi tersebut kan emosi
kan..salah paham. Ya serba salah ya kalo kondisi seperti itu mungkin dilema
bapak itu dia sendirian harus mengurusi ibuknya yang kondisi kritis..anaknya juga
kondisi kritis..jadi kondisi seperti itu yang kita harus hati-hati banget untuk
komunikasi. Apalagi kalau manggil2 keluarga pasien nggak dateng-dateng jangan
langsung dimarahin “bapak kemana aja” dsb. Tanya dulu mungkin “gimana ibu?”
boleh to..soalnya yang ditakutkan ya itu tadi di merasa tersinggung kan habis
..”saya ini sudah wara-wiri ngurusi ibu kenapa..” lha itu..sebetulnya itu yang
bikin.. karena secara tidak langsung ya keluarga pasien itu secara psikis dia kan
ikut sakit ya karena dia harus ikut ngurusi ini ya. Ya harus mungkin mengeluarkan
113

daya kesana kemari, capek, ngurusi anaknya, ngurusi ibuknya..dan ibunya


memang juga drop. Jadi fisik dan psikisnya yang juga ikut..sakit..

P: Terus pernah ada ini nggak kayak memberikan reward begitu kepada NICU ini
dari keluarga pasien? Maksudnya tanggapan yang baik atau seperti apa begitu?

I: Biasanya rewardnya ucapan terima kasih..biasanya kalau bisa sampai pulang


foto breng “yok foto bareng” jadi diajak foto bareng. Seneng juga, kalo nggak gitu
kan eee mungkin pernah punya kontak personnya petugas sini..kadang kita
dikasih fotonya, ini dek sudah usia..kita juga ikut senang..kalau nggak gitu kadang
mungkin pas kontrol ke dokter..ke dokter tersebut sudah usia dua tahun...ke sini,
itu itu bagi kita suatu reward ya, suatu kebanggaan ya misalkan dulu ngerawat
bayi jelek ya berdarah-darah pakek mesin seperti itu. Begitu udah besar oh
rasanya bahagia banget..itu nggak ada tandinganny..oh jadi serasa oh kerjaan kit
selama ini ada artinya. Apalagi kalau melihat tumbuh kembangnya nggak
terganggu, anaknya pinter..kayak kayak dapet undian apa gitu hehehe...seneng
banget pokoknya
P: Masih sering nggak kayak gitu ke sini?
I: Trus ini kebetulan saya kan mengumpulkan itu mbak Intan..baby2 beberapa
alumnus NICU..yang survive artinya berhasil pindah atau pulang dari sini. Itu
saya kumpulkan beberapa fotonya. Itu yang saya punyak kontak personnya yang
saya kenal maksudnya. Kan ada juga yang kolega, kenalan, dsb. Oh itu dulu
perawat di Graha Amerta..ih itu dulu transporternya ini..anaknya perawat
IGD..saya cari kontak personnya saya mintain sekarang. Kalau foto yang dulu saat
sakit kan saya nggak punya, tapi saya punya oh ini nih bayi yang ini nih dulu. Kan
paling tidak keluarganya tahu. Ngamarnya dulu tahun berapa kan nama ibuknya
masih tertulis di situ. Saya masih bisa ngelist daftar oh ini bayi ini lo..tpi itu belum
nanti rencana kalau memang anu..fotonya saya pajang di dinding untuk memotivsi
Ibu2 yang seperti tadi mbak Intan bilang baru masuk pertama kali kondisi bayi
drop jadi bis a menyemangati..mensupport ibu tersebut
P: Nanti ditempel, dipigura gitu?

I: Kalau bisa, sebenarnya saya pinginnya kayak di galeri sepanjang di luar ini kan
panjang kosong, itu semisal ada sticker model kayak pohon apa..kan ada mbak
Intan pohon kayak pigura kecil-kecil..kepenginnya nanti saya kasih fotonya..ini
jadi bir menyemangti jadi ini sekarang udah usia sekian tahun atau apa,,jadi biar
ibunya termotivsi. Justru saya malah banyak yang nyari saya..kan pernah ada
perawatnya Graha Amerta anaknya survive trus saya mintain foto itu to..nah terus
beliau itu punya kenalan lagi yang sama-sama ngamar di sini saat itu. Tapi juga
survive pula akhirnya temennya juga ke saya, saya dikasih
114

fotonya..Alhmdulillah..sudah saya koordinir sudah saya anu lucu2 fotonya ..itu


yang bikin menginspirasi. Nanti setelah revitalisasi, pengecatan, Insya Allah
nanti..maunya sih saya sudah seizin beliau2nya untuk...
P: Terima kasih ya Mbak..!
I: iya monggo2

Heni Trijanti
Perawat NICU
P: Selamat paagi Mbk, boleh perkenalkan nama dan usianya?
I: Eee nama saya Heni Trijanti usia saya 39 tahun.
P: Eee, di NICU ini sudah bekeraj berapa lama?

I: Saya masuk itu April tahun 2000, jadi berapa lama sekarang 2016 ya? Hampir
15 lebih..15 setengah lah ya..ee awal masuk itu di ICU jadi tahun 2000 awal. awal
tahun 2000 itu saya kerja di ICU sampai tahun 2015. Itu tahun 2016 ini buka..eh
2005, 2006 ini buka saya pindah sini. Jadi di sini 2006 sampai 2016 jadi 10 tahun
ya.
P: Berarti istilahnya baru ya NICU ini?

I: iya kalau disamakan dengan ruangan lain ICU..ICCU dan lain-lain ini termasuk
baru, karena kalau emang dari segi ruangan sudah siap..alat sudah siap eh
SDMnya yang nggak ada waktu itu. Begitu nambah banyak-banyak..akhirnya
memang saya waktu masuk kan di surat tugasnya itu di NICU jadi saya harus mau
tidak mau dipindah ke sini hehehe walaupun dulu kalau di ICU ada kembar siam
ya saya ajukan ini untuk kembar siam. Bayi khusus bayi,,
P: Kayak gitu memang maksudnya yang untuk bayi itu d sekolahnya sendiri apa
memang..?

I: ada spesifikasinya ya. ada..d sistemny..jadi ada satu unit di NICU ini ada yang
namanya Perkumpulan Perawat Perinansia..jadi kalo neonatal kayak
gitu..neonatologi kayak gitu jadi khusus bayi. Kami juga ikut IRIN..Irisan ASI
Perawat Intensive Care itu di NICU sana juga..dari NIMSI..kita juga ikut
neontologi IRNA anak..kayak gitu. Jadi ikut dua instalsai sebetulnya di
sini..berdirinya apa..eee di NICU ini. IRIN sm IRNA anak.
P: Terus pasien-pasien yang dirawat disini itu seperti apa sih?
115

I: Kalau pasien-pasien yang di sini ee termasuk pasien-pasien yang ada


permasalahan di gangguan pernafasan..misalnya karena itu karena kelainan
congenital..bayi dengan MHF..bayi dengan MDF..kayak gitu. Jadi waktu
bersalinnya di ada masalah. Atau kelainan karena ini lo, tidak terbentuknya
diafragma..memang mau nggak mau harus pakek alat bantu napas.

P: Karena di sini bayi, itu orang tua atau karakteristik keluarga yang merawat itu
seperti apa sih?

I: Jadi kalau pasien-pasien yang mau masuk ke kami, sebetulnya kita..mulai dari
perawatan yang ada di sini karena mau ndak mau mereka harus patuh dengan
perawat yang ada di intensive care. Kami selain intensive care, kami juga
intensive yang khusus bayi. artinya peraturan yang ada di sini harus peraturan
yang disiplin. awal mereka masuk pun mulai kami ajari pakek baju kunjung, kami
ajari cuci tangan, kelahiran adek bayi..mau besuk, mau memasukkan cairan atau
susu kayak gitu..mereka harus cuci tangan.

P: Itu ada..waktu baru masuk itu cara mengajarkannya itu seperti apa? Maksudnya
satu person..ke satu orang..?
I: iya..iya tiap kali pasien masuk kita tunjukkan..kita KIE..tapi kalo ini kan
intensive care ya klo ini..intensive care itu langsung masuk dari OKA, dari
IRD..dari ruangan, kondisinya mereka sangat emergensi untuk ke sini. Jadi kami
yang pertama kita lakukan adalah nolong pasiennya dulu, keluarganya kita suruh
nunggu di luar, jadi sebelum kita KIE kita beriatahu informasi mengenai
kondisinya bayi..keluarganya kita informasikan Pak Bu..nunggu di luar dulu
karena memang kondisinya sangat emergensi. Soalnya yang harus masuk di sini
kan biasanya harus gagal napas kayak gitu , diagnosis sesak..ada yang sakit begitu
itu tangani dulu bayinya. Dia selamat, artinya sampai terpakek alat bantu napas,
tercover lah walaupun dia kondisinya masih kritis tetapi di tercover kan oleh alat
bantu napas gitu. Baru kalau misalnya bayinya sudah tertangani..infus sudah
pasang alat bantu napas juga..baru kami dudukkan..dokter kami panggil..kami
jelaskn masalah penyakitnya. Kita masalah aturan yang ada di sini: Mulai jam
besuk, masukny harus cuci tangan, sampai ke biaya pearwatan yang ada di sini.
Kalau sudah pakai jaminan ya syukur Alhmdulillah yang juga enak
langsung..biaya di sini..kan sekitar 4-5 juta/hari.. jadi itu perlu kita informasikan
ke mereka apalagi mereka yang umum. (tidak jelas)... rawat biaya..itu kan bukan
masalah kecil bagi mereka yang nggak mampu. Kalau bukan dari rumah sakit
swasta jadi mau ndak mau dari rujukan apapun dari status sosial apapun harus
kami terima. Tapi tetep ya kami...ya kalau misalnya di waktu masuk rumah sakit
belum ada jaminan ya kita minta untuk BPJS… maskin itu masih berlaku ya kalau
masih bisa berlaku ya masih kita usahakan untuk itu..
116

P: Biasanya selama kayak mengabarkan informasi mengenai apapun yang


berhubungan apapun itu ke keluarga pasien biasanya Mbak kayak cek
ulang..kayak nanya ulang “udha mengerti belum?”

I: ya jadi kalau kami, dokter ada bagiannya sendiri..dokternya jelaskan mulai


penyakit pasiennya, perjalanan penyakitnya..misalnya kalau di bayi ada kelainan
kelainannya apa apa apa..apa yang menyebabkan sampai dia butuh alat bantu
napas kayak gitu. Sampai ke pengobatannya itu bagiannya. Kalau kami masalah
perawatan yang ada di sini..peraturan perawatan di sini..pembiayaan kayak gitu.
Terus sampek bayinya kalau sudah boleh minum ASI kan kami usahakan untuk SI
eksklusif. Kalau mereka sudah kami jelaskan, apa yang perlu..sudah apa apa yang
kita jelaskan ke dokter atau perawat atau kami yang jelaskan tadi Bu? Kalaau di
persetujaun itu ada paham ada ndak,,kalau dia ndak paham di kan nulis ndak.
Kalau belum paham kan kami jelaskan mana yang belum paham. Itu kan ada
tertulis di inform concentnya..
P: Berarti misalnya meng-crosscheck ulangnya dari yang inform concent?

I: iya, kita tanya apakah kira-kira paham? ada yang perlu dibacakan lagi, kalau
mereka bilangnya paham..ada yang perlu didiskusikan lagi? Kalau dia
ngomongnya ngga ada ya sudah.
P: Ini mereka yang anaknya masuk sini ada rasa cemaskah atau kayak gimana?

I: Ya jelas, ee makanya kalau di intensive care ini kita sarankan terutama di bayi
ya..karena perubahannya setiap hari, setiap detik setiap menit setiap jam itu kan
ada terjadi peruba han baik itu nanti kira-kira pasien itu suhunya tinggi atau
suhunya rendah. Suhunya rendah, dia kedinginan, nggak napas..itu perlu kita
panggil sewaktu-waktu harus standbye di ruang tunggu kayak gitu. Itu perlu kita
komunikasikan kayak gitu ke keluarga.
P: Mereka biasanya kaget nggak kalau biasanya ada panggilan gitu-gitu?

I: Iya, rata-rata mereka kaget karena mereka tahu sejak awal kalau ini intensive
care artinya sewaktu-waktu itu tindakan emergensi atau tindakan
kegawatdaruratan itu kita lakukan dan selalu kita infokan ke keluarga baik itu
permasalahan apapun kita infokan. Kita mencukur rmbutny kita tanda tangan, kita
memberi susu formula kalau ibunya ndak mau tanda tangan kita ndak boleh ngasi.
Tetep kit mengharapkan ASI ya..

P: Terus kalu misalnya kayak gitu eee misalnya kalo udah waktunya ngasi ASI
gitu ya itu anaknya dibawa atau perawatnya?

I: Ya kondisi bayinya..kalo kondisi bayinya udah stabil udah reflek ngenyotnya


sudah ada..itu kita kasih ke mulut kita tetesi. Pakek (kurang jelas..alat medis buat
117

ngasi cairan) tapi kalau pakek alat bantu napas..sakitnya masih berat yang pasang
juga pasti belum akut..kita pakek O2...eh itu pakek oksigen..OGT..ee selang lewat
mulut..kayak gitu. Langsung masuk ke lambung kayak gitu.. kalo bayinya yang
ini, ini kelainan..ini ini memang nggak ada sambungannya untuk lambung. Dia
memang dari congenital, dari masuk TEF namanya, ada atresi..dia atresi osofagus
osofagusnya nggak ada sambungannya nggak ada sambungan sampek ke
lambung jadi ini dioperasi dibikin sambungan langsung ke lambung. Ya dipasang
ke lambung ditusuk ke lambungnya..itu itu kita kasih minum lewat hidungnya. Ya
lihat2 kondisi pasiennya jadi nggak harus..kalau dia toh sudah stabil biasanya ya
sudah kami pindah. Ya sudah stabil..hilang gitu ya kami pindah ke ruang rawat
inap biasa. MedICUs seperti itu untuk observasi..sampai dia nunggu pulang.
P: Apa Bu nama ruangannya?

I: Ruang bayi..he.eh..ruang bayi belakang kan kan ada dua RKL..yang satu
intensive ..kami kan level tiga mereka level satu..
P: Level dua level tiga itu di paling ujung itu ya?
I: Iyaaa..
P: Ada 3 level itu ya?
I: Iyaaa..

P:Biasanya kalau menyampaikan perkembangan kesehatan atau apa gitu kalau ke


keluarga pasien pakai bahasa Indonesia atau umum?

I: Bahasa sesuai yang di yang di-ini keluarganya..maksudnya gini kalau pasiennya


orang Madura kita bahasa Indonesia tetapi kalau dia nggak bisa..kita pernah dapet
pasien nggak bisa bahasa Indonesia sama sekali nggak bisa bahasa Indonesia tapi
bisa bahasa Madura, teman kami yang bisa bahasa Madura… Mbak Ika ini orang
Madura ya kita suruh komunikasi.
P: Pernah ada kesulitan bahasa nggak selain Madura?

I: Oh ndak..yang ada yan ada orang Madura itu makanya dari dinsos intu kan
turun ke sini untuk ngurus jaminanya itu.
P: Banyak yang pasien Madura di sini?

I: Iya..hampir..ya Madura ke sini..kalau di sini kan kalo pakek alat bantu napas
yang nggak bayar itu kan di sini..lainnya kan di swasta yang memang mahal,
kayak gitu sih.

P: Eemm, untuk menunjukkan rasa empati kepada keluarga pasien biasanya


seperti apa?
118

I: yaa eee kita ini..ee ini selama perawatan di sini apa pulang atau..?
P: Selama perawatan di sini atau kayak ada kritis atrau apa?

I: pertama awal masuk kami sudah menginfokan kepada keluarga agar jangan
sampai ditinggal. Adeknya nanti butuh pas waktu nanti ada informasi yang harus
kita sampaikan ke keluarga..kayak gitu. Kalau toh adek sudah bagus ibuknya nanti
pasti kesini kalau bayinya prematur. Prematur atau di bawah, di bawah 2500 atau
KMC..KMC itu digendong ke depan itu. Sampai dikasi orang ditetesi ASI gitu. Itu
bentuk kasih sayang Ibu ke bayi, karena apa karena dengan kasih sayang itu
kondisi bayi itu pelan-pelan akan membaik..(tidak jelas) ...selama kehamilan..kita
kayak gitu.
P: Kalau ibu-ibu yang kayak gitu ya itu opsional nggak sih mereka itu?
I: Iya rata-rata begitu, tapi kemaren kami pernah dapat pasien dari Sidoarjo itu
“saya ini nggak pernah anak pertama, kedua , ketiga itu menyusui..”. kenapa Ibu?
Baru dia cerita...ternyata anak pertama kedua ketiga itu bapaknya nggak ada
ehehe..Ibunya kerjanya di cafe. Jadi habis ngelahirkan langsung taruh di mbahnya,
langsung taruh mbahnya gitu. Jadi kita omongin dengan benar,”Ibu, anak adalah
amanah..” saya sampai merinding.. “Tugas panjenengan adalah menyusui, karena
apa? nanti waktu di yaumul akhir waktu dihisab akan dimintai pertanggung
jawaban panjengengan..dimintai pertanggung jawaban bahwa Ibu harus menyusui
bayinya. Bayinya yang akan maju kesana..bukan siapa..bayinya..” kan sudah
sunnatullah Ibu..seortang Ibu itu diciptakan untuk..tugasnya Ibu itu untuk
menyusui anaknya.´kecuali kalau memang Ibu sudah berusaha keras ternyata
ASInya tidak keluar itu baru..ya mohon maaf memang nggak bisa...” kayak gitu.
Misalnya Ibu ada penyakit menular..HIV atau Ibu dengan hepatitis berat kan
nggak boleh atau masih dapat terapi dari dokter itu pengecualian. Tetapi selama
Ibu mau berusaha itu ndak berdosa. Tapi kalo Ibu ndak ada niatan untuk menyusui
anaknya itu bukan seorang Ibu.Bu..saya begitu. Jadi ibuknya itu menangis..saya
itu Mbak..anak pertama kedua ketiga itu memang nggak ada bapaknya. Jadi dia
itu single parent ndak tau itu bapaknya yak apa hehehe. Di sini kalau malem
biasanya gitu. Ya sudah kalau begitu kita kembalikan ke orang tuanya, ya sudah
Ibu kalau itu memang anu panjenengan yang penting kami sudah berusaha gimana
panjenengan itu hubungannya bisa baik ke adek. Tapi kalau tetep..tapi kami
mohon kalau tiap hari adeknya butuh ASI..dibilangin kayak gitu.. akhirnya pulang
anaknya. Di sini cukup lama..3 minggu. Pulang dari ruang bayi..anak-anak.
P: Itu barusan kemarin atau..?

I baru..baru-baru ini.. saya pindah ke sana. Ini juga nangis, nggak punya suami
tapi bisa ngerawat anaknya dengan baik gitu lho.
119

P: Itu sakit apa? yang baru itu?

I: Yang baru itu dia itu lahir di bidan, pecah air ketuban akhirnya ke paru-parunya,
bisa sembuh..sampai anak-anak..
P: Kalau yang kayak gitu tugas perawat itu melakukan pendekatan yang..?

I: iya, kita harus menggali. Kira-kira apa sih yang menjadi masalah dia. Karena
kadang mereka, dia itu denger biaya kemaren mampu kok..disuruh umum.
JKIS..endak saya umum kok, ternyata mau pindah ruang belakang..habisnya
berapa Bu? 10 juta lebih..kemarin di sini..Ibu kemarin sudah tanda tangan di sini
kira-kira 3-4 juta per hari. Di sini 5 hari sudah segitu ya di umum sudah segitu
saya bilang gitu. Anak saya kan nggak pakek alat bantu napas? Iya tapi observas
di sini itu yang mahal..akhirnya dia cerita suami saya itu kerja di PT Indofood
kalau misalnya saya pakai jaminan itu boleh? Lho monggo itu kan hak
panjenengan. Saya kembalikan kalau mau pakai jaminan ya monggo. Akhirnya
ternyata..suaminya itu kayak manager gitu lho di Indofood, jadi dapet surat
namanya JKS..kerja sama ya ditanggung sama...lho kok berani ke sini ini orang
tuanya punya uang apa nggak..itu yang kita harus.. ternyata suaminya mutusin
nggak ke sini itu sakit di Mitra Waru. Berhubung istrinya melahirkan, dia juga
sakit, jadi mereka itu bingung nggak kepikiran ngurus yang begitu-begitu.. jadi
dia malun juga kemarin. Ndak apa-apa Bu kalau biaya kalau panjenengan punya
jaminan wong itu toh itu uang-uang Ibu sendiri. Kan per bulan suami njenengan
yang bayar ke PT Indofood kayak gitu. Ditanggung PT Indofood kayak gitu.

P: Selama bekerja di sini pernah dapat ini nggak, kayak tanggapa, atau masukan,
atau komunikasi atau yang berhubungan dengan layanan informasi gitu?
I: Iya kalau itu juga sering Mbak, jadi eee saya itu kasian hahaha. Ee ini dia itu
pasien prematur..orang Madura..bapaknya itu ini..jualan di pasar Pabean..saya
kesana saya itu nggak tau dia nyapa saya..bu dokter bu dokter..siapa ya Pak? ee
saya yang bapaknya bayi siapa gitu saya lupa. Ooh iya gitu, dia ngomong-
ngomong sama saya. (tidak jelas, dibisikkan informan) anak saya dirawat di sana
hampir satu bulan lebih..dia bilang gitu..sampai terlepas alat bantu napas sekarang
dia sudah besar..dia bilang gitu. Saya itu nggak tau wes lupa wes lama. Itu lo
Mbak Intan, jadi begitu saya pulang saya itu dibawain ikan banyak begitu. Jadi
itu,,itu yang positifnya, yang negatifnya yang sampai ya sudah kita terima Ibu ada
sebuah ada perbaikan untuk kita ke depan, ya mungkin perawatan..eee istilahnya
pelayanan kami di sini yang kurang baik, kurang ..ya itu masukan buat kami yang
ada di sini.
P: Ada yang sampek besar sampek apa gitu-gitu nggak?
120

I: Kalau itu kemaren ada masalah ini ada masalah keuangan kayak gitu. Jadi dia
itu nmggak nikah sama sekali, Cuma kayak kumpul kebo kayak gitu lho.
Makanya temen-temen yang ada di sini itu bingung dimintain KSK nggak dikasih,
KTP nggak dikasih, sampai sekitar jam setengah sebelas malem lek.e mbak. Saya
itu dinas sore pulang setengah sebelas malem. Anaknya itu masuk ke sini Cuma
berapa jam terus meninggal...kalo nggak dari Tambakrejo atau dari Rungkut
ya..dibawa ke sini dianu jaminan kalau dia bayar kok nggak mampu dimintaui
jaminan kok nggak ini malah marah-marah kan sudah saya operkan ke yang
malem waktu itu yang malem Mbak Ifa. Terus saya ajak omong-omongan
sebenarnya ada apa? panjengengan ngomong apa aja ke say..saya akan nerima.
Terus akhire dia cerita dia itu nggak nikah cuma kumpul kebo sama Ibu itu.
Kenapa panjenengan kok ndak ngurus KSK..iya karena itu saya sungkan. Gimana
buk akhirnya? Gini..sebetulnya itu masih bayi kalo bayi kan ikut di nama
Ibu..saya minta KSK ibu aja sama KTP Ibu..cukup. besok njenengan urus surat
keterangan tidak mampu dari RT RW sama kelurahan wes udah itu aja wes cukup.
Kan KK lahir kan sudah ada.besok njenengan ke sini tak uruskan..akhirnya
Ibunya sendiri yang ngurus. Buk, sampean..saya bilang Bu saya percaya ke
sampean, kepercayaan ini jangan sampean inikan ..waktu itu dia habis 5 juta. Satu
hari apa dua hari itu tapi mereeka dipanggil dalam dua hari itru nggak ngurus-
ngurus. Ngomongnya ke BPJS, saya bisa bantu Bu tapi panjenengan harus ke kita.
Tapi akhirnya dibawa ibuknya, sampean uruskan gitu itu akhirnya saya sampai
malem gitu itu lo. Ndak mau ngurus bapaknya itu mbulet ae dipakek apa-apa
jaminan apa..waktu itu bapaknya..Pak, bapak percaya kan sama saya..gitu. cerita
aja yang jujur Pak, saya bilang..nanti barangkali saya bis amembantu semampu
saya. Kalo panjenengan cerita apa adanya Insya Allah saya bisa kasih solusi kalau
misalkan tau kondisi njenengan..tau ternyata kayak gitu. Saya ndak bernai pulang
ke desa saya soalnya itu saya menghamili Ibu itu tanpa menikah jadi saya di desa
masih ada itu..
P: Itu kayaknya biar dia percaya anaknya bisa kebawa pulang..?
I:bisa kebawa pulang..
P: Terus menangani rasa cemas terhadap pihak keluarga itu seperti apa?

I: iya jadi awal masuk ya pasiennya itu dikasih tahu nama penyakitnya. Misalnya
dia kelainan yang kemungkinan kecil rasanya untuk diselamatkan tapi saya yakin
Ibu tetap semangat, karena ini adalah amanah Bu. Kalau Ibu semangat dan mau
membantu kami yang ada di sini, kami jua semangat Bu. Tapi biasanya pasien
bilang gini..gimana eee saya kan BPJS apakah nanti ditangani bagus? Kami tidak
akan membedakan pasien BPJS atau umum pasien yang ada di sini, semua kami
bantu semampu kami, semampu alat yang kita punyai. Kalau alatnya di sini sudah
121

malsimal dan kemampuan kami sudah maksimal untuk membantu adek di sini
tapi selama perawatan itu kalau misal toh ternyata tidak bisa tertolong, ya wallahu
a’lam tapi kita tetap berusaha. Kita mohon bantuan dan doanya dari keluarga, kita
tetap bekerja secara maksimal, kami perawat dan dokter..kayak gitu. Kita suruh
mereka pasrah, kalau memang pasien yang ada di sini pasien yang sangat gawat
dan sangat kritis gitu mereka juga tahu. Di manapun juga nggak ada yang nerima
kecuali rumah sakit yang ini. pakai BPJS dengan alat-alat yang lengkap kayak
gini..ya memang kondisinya begitu awal masuk yang..kayak yang disana itu yang
net itu dengan empat kelainan jantung. Dengan sesak yang ada di paru-
parunya..kayak gitu sudah menjadi beban berat keluarga, makanya kalau kami
disini pakai jaminan dsb artinya dengan beban jaminan dari segi keuangan
apa..sudah ada yang nanggung..yang njamin itu kebanyakan masuk ringan kayak
gitu. Kan ada tahap-tahapnya tinggal nanti tinggal usaha, nunggui anaknya ngasi
ASI rutin..mengujungi anaknya secara rutin membelai mengajak omong..karena
apa anak-anak yang kayak gini walaupun dia belum bisa ngomong ada kontak lain
dengan ibunya lain dengan perawat. Nalurinya seorang ibu kan lain..
P: Berarti bener-bener mengedukasi keluarganya ya Bu?
I; Iya betul..
P: Baik Bu terima kasih!
I: Iya Mbak Intan, terima kasih..

TRANSKRIP ICU
Aprilia Retno Sari
Perawat ICU
P: selamat pagi mbak, oleh perkenalkan nama lengkapnya

I: aprilia retno sari, 29 tahun alamat disurabaya dan bekerja di rumah sakit Dr
sutomo Surabaya
P: dibagian apa?
I: di bagian ICU IRIR.
P: kalo boleh tau sudah berapa lama bekerjanya?
I: Juni 2013

P: oke jadi yang mau saya tanyakan pertama itu pasien di ICU ini itu pasien yang
seperti apa sih yang dirawat disini? Emm penyakitnya yang seperti apa gitu?
122

I: ada kriterianya untuk masuk ICU. Ada grade kriteria 1 2 3 …. …

P: jadi selama mba lia bekerja disini tu kriteria keluarga pasien yang menuggu itu
sepeti apasih? Maksudnya mereka aware kah tentang penyakit pasiennya ini,
mereka nanya nanya gitu atau mereka hanya yang yauda nerima manut kata
petugas?

I: ada dua macem sih yang pertama itu kalo memang pasiennya itu pasien
kambuhan yang udah bolak balik masuk, kebanyakan penilaian saya mereka
sudah ngerti yaa tentang administrasi rumah sakit tentang peraturan di rumah sakit
tentang penyakitnya bahkan sudah hafal mengenai obat-obatan apa saja yang
diberikan sebelum makan setelah makan. Ada juga mungkin baru pertama kali
dirawat di ICU itu ya terlalu takut, terlalu binggung belum mengerti apa apa
begitu. Jadi penting bagi kita untuk kasih tau tentang penyakitnya gimana aja.

P: jadi biasanya cara menyampaikan mbak pribadi ke keluarga pasien itu


gimanasih, terkait penyakitnya?

I: jadi gini missal ni ya pasien baru dateng entah dari OK atau dari RR atau dari
Rest pertama dokternya dulu sebelum masuk kesini dokternya memberikan
penjelasan bahwa penyakitnya itu bagaimana bagaimana, nah dari kita dari
perawat menambahkan bukan tentang penyakitnya tapi tentang factor pendukung
lainnya. Karena penyakitnya sepeti ini bisa menyebabkan infeksi jadi keluarga
pasien harus mengerti cara menjaga kebersihan mereka sendiri, juga tentang jam
berkunjungnya. Kadang masih ada keluarga pasien yang denyel dengan
penyakitnya pasien yang bolak balik masuk, kan kayak gitu bisa bikin pasien
infeksi ya. Nah tugasnya kita untuk membatasi keluarga yang berkunjung, paling
enggak max 2 lah yang masuk pas jam berkunjung. Karena apa? Banyak orang
dari luar kan ya gimana mereka kan ga perlu ganti baju kan sedangkan kita tenaga
medis kan sudah pasti ganti baju. Jadi ya penting buat kita untuk
mengkomunikasikannya gitusih

P: berarti kalo perawat sendiri ada wewenang untuk menyampaikan vonis atau
diagnose ngga? Atau itu murni dokter?

I: kalo tentang praknosa penyakit engga sih ya, bukan ranah nya perawat. Kita kan
hanya memberi tahu teknik supaya pasien itu ga infeksi terus ya nggasih tau kayak
yg seperti tadi. Kalo misal sudah meninggal dokter sudah menyatakan bahwa
sudah meninggal . Yasudah kita hanya me… ya biasanya mereka kan msh yang
dinael kan ya jd kita menegaskan bahwa bukan bukan men judge tapi menegaskan
aja dari penjelasan dokter bahwa memang sudah ngga ada.. begitu.
123

P: selama ini kalo mba lia memberitahukan tentang kayak gitu, ya istilahnya
meberikan penyuluhan gitulah ya. Itu menggunakan bahasa medis yang memang
ada di ilmu keperawatan atau bahasa yang orang awam ngerti gitu?

I: tergantung sih kalo saya, kalo memang orang nya dengan latar belakang yg
baik… kitakita kan dengan komunikasi setiap harinya kan bisa tau yaa, jadi kalo
misalnya sudah mengerti atau mungkin mereka memang sudah me ngerti bahasa
medis gitu ya kita jelaskan dengan bahasa medis, tapi kalo misal enggak
masyarakat yang bener ener awam itu kita jelaskan dengan bahasa Indonesia.

P: dari situ gimana cara mbak buat tau mereka sudah ngerti atau enggak mengenai
informasi yang mbak udah sampaikan?

I: heem jadi biasanya setelah saya jelaskan semuanya saya Tanya ke keluarga
pasien itu mengerti apa ngga mengenai apa yang sudah saya jelaskan tadi? Kalo
belom ngerti bagian mana? Nanti bisa saya jelaskan kembali. Soalnya ada dari
beberapa keluarga pasien itu kita harus menjelaskan sampai berkali kali dan itu
harus kita ulangi lagi ulangi lagi, biasanya kalo kaya gitu antisipasinya kita
panggil keluarga pasien yang menjenguk kan banyak, tiap orang pasti nanya kan,
tiap beda hari beda jam kunjung kan beda orang yang mengunjungi, itu nanti
tanyak lagi tanyak lagi. Nah itu kita jelaskan ke keluarga intinya aja, keluarga
intinya siapa itu yang kita jelaskan. Setelah kita jelaskan semuanya, setelah
mereka bener2 ngerti kalo misal ada keluarga yang berkunjung itu bisa ditanyakan
langsung sm keluarga intinya itu gituu.

P: berarti disini bener bener penyampaian informasi yang disampaikan ke


keluarga inti bener bener mbak pastikan dulu ya, merek sudah faham atau belum?
I; iyaa heeh dengan menanyakan kembali. Sudah faham atau belum? Kalau belom
saya jelaskan kembali, kalo memang sudah faham yasudah. Jadi bener bener saya
menanyakan kembali, saya suruh jelaskan kembali apa yang sudah saya jelaskna
tadi. Kalo memang belom jelas misalnyua dia tidak bisa mengulangi apa yang
saya jelaskan baru saya jelaskan kembali.

P: ooohh yaya. Ok selanjutnya kalo di ICU kan yg dirawat kritis atau kayak
gimana gitu ya, nah itu gimana cara mbak lia untuk menimbulkan rasa empati
untuk keluarga pasien?

I: kalo pertama dari kita segi perawat kalo ada pasien dalam fase kritis ya,
meninggal atau anfal pertama ya empatinya tidak berbicara keras dan tertawa.
Kemudian memberikan dukungan ke keluarga, mohon bantuan dari keluarga
untuk mendoakan. Dari kita tim medis akan berusaha keras, tapi dari keluarga ktia
mohon bantuannya. Jadi menjaga sikap dari kita, untuk keluarga pasien itu ya kita
persilahkan pas sudah masuk termina emang sudah dari segi dokter atau dari
124

keluarga sudah menyatakan tidak ada tindakan yang bisa dilakukan lagi sudah
maksimal tindakannya empatinya kita kita berikan tempat duduk disamping
pasien yaitu kita persilahkan untuk mendoakan. Diluar jam kunjung kita berikan
kesempatan untuk mendampingi pasien.

P: itu kan kalo ke keluarga pasien ya, kalo ke pasiennya sendiri cara
menyamangati mereka gimana? Maksudnya ya yang lagi kritis?

I: pasien meskipun kritis kan dimasih bisa mendengar, jadi tetep dikasih semangat
misalnya kita ngasih tindakan atau apa gitu, sebelum tindakan ke pasien misalnya
mau ambil darah atau apa gitu pasien yang gabisa buka mata pasien yang kritis itu
tetep kita ajak bicara. Kita mau ambil darah misalnya”buu mau diambil darahh
dari tangan kanannya agak sakit yaa mohon maaf”
P: jadi ttp di ajak bicara yaa?

I: iyaa tetep di ajak ngomong, karna pasien kritis itu meskipun matanya tidak
dapat melihat itu masih bisa mendengar

P: sepengalamana mbal lia ini bekerja tanggapan keluarga pasien mengenai


pelayanan di ICU ini gimana?

I: soalnya kan kita dari berbagai macam karakter ya. Karakter dari pasien karakter
dari pasiennya juga. Kalo dari pasien nya kan kalo kritis ya kita ga bisa meminta
ya,tapi kalau pasiennya bisa di ajak ngobrol selama ini sepanjang saya bekerja sih
ya baik.
P: kalau dari keluarga pasien?
I: kalo dari keluarga pasien fase fase awal kita akan menemukan masalah itu
karena keluarganya masih denial masih gabisa dibilangin ada tanggapan mungkin
slentingan dari mereka kita sebenrnya sih bukan jahat ya tapi di akhirnya.
Mungkin di fase awalnya mereka akan mengatakan seperti itu, tapi di akhirnya
setelah mereka mengerti kita jelaskan berulangkali, ini demi kebaikan pasien.
Seperti jam kunjung ya, fase awal itu mereka ingin tau semua kan. Dari passien
itu masuk pengen tau kondisinya, apalagi yang besuk itu kan yang dating
buanyak. Kita jelaskan pelan pelan, mungkin dari awal mereka agak gimana gitu
ya, kok kita ga boleh menjaga padahal kan ya kondisinya kritis gitu. Kita jelaskan
bahwa kritis itu jangan malah ditambahi dengan infeksi, jadi dijelaskan teruss
lama kelamaan mereka akan mengerti bahwa apa yang kita larang itu juga demi
kebaikan pasiennya. Jadi selama saya bekerja sih fase denyel dari keluarga pasien
itu pasien sudha teratasi tangapan mereka positive semua.

P: itu kira kira denyel itu berapa lama sih mbak? Kalo setelah masuk itui? Ada ada
itu nggak kayak misalnya udah paten segitu atau masing2 orang berbeda beda?
125

I: kembali tergantung pada karakter orang nya itu ya, karakter dari keluarga pasien
itu

P; teruss gimana cara mbak buat mengurangi rasa cemas kepada pasien dan
keluarga pasiennya?

I: biasanya biasanyaa kalo keluarga pasien itu sudah dewasa pasiennya cemas itu
kita… pokoknya kita harus membina hubungan baik saling percaya dulu sama
pasiennya. Saya sama pasiennya dulu, pasiennya harus percaya dulu dengan saya.
Setelah mereka percaya… pokoknya setiap kali saya melakukan tindakan apapun
saya melakukan penjelasan dulu kepada pasien. “bukk saya mau ini mau ini” di
sela sela itu misalnya ada sesuatu yang bisa saya buat eee bikin hubungan saya
dengan pasien itu tidak seperti tenaga medis dan pasien itu seperti saudara yang
sedang merawat. Jadi membina hubungan saling percaya dulu saya pada keluarga
pasien saya dengan pasien memberikan pendejalasan sebelum tindakan diambil
darah kan pasti sakit itu kita andai andaikan , agak sakit tapi juga demi
kesembuhann. Setelah pasien percaya sama kita.

P: terus kalo di ICU ini sendiri ada ini gak media media lain gitu untuk
menyampaikan informasi itu?

I: Setiap hari kamis atau jumat sore di ICU itu kaluaga salah itu ada penyuluhan
ttg penyakit. Diagnose penyakit di ICU itu kan seputar itu aja ya sesuai kriterianya
masing2. Jadi hari kalo ga salah hari jumat itu. Itu biasanya kalo ada mahasiswa
ya ada penyuluhan. Tapi kalo gaada ya personal, terutama buat pasien2 baru kita
jelaskan di awal.
P: jam besuknya biasanya jam berapa mbak?
I: kalau hari aktif itu biasanya senin sampe jumat itu jam 4 sampe jam 5. Kalau
sabtu minggu dan hari libur libur bersama selain jam 4-5 ada juga jam 10-11. Tapi
diluar itu kalau ada pasien yang mau meninggal kalo dari dokter sudah
menyatakan sudah yaa ngak bisa lagi. Dengan persetujuan maksudnya inform
consent dari kita biasanya diberi ektra jam besuk. Dari segi dokter sudah
maksimal yasudah keluarga pasien di panggil atau ada kan biasanya keluarga yang
kasian sama pasiennya sudah jangan di apaapain lagi dengam persetujuan pastinya
inform consent dari kita. Keluarga bersedia alat bantu semuanya dilepas yasudah.
P: okee sip mbakk. Makasih banyak yaa.
I: sama samaa senang bisa membantu.
126

Sriatin
Perawat ICU
52tahun
P: selamat pagi boleh perkenalkan nama dan usianya?
I: ya nama saya sriatin usia 52 tahun
P; sudah berapa lama bekerja di ICU ini?
I: sudah 18 tahun…
P: pasien yang dirawat disini kriteria yang masuk ICU ini apaya?

I: ada 3 kriterianya yang pertama pasien yang gagal nafas, pasien yang gagal nafas
dari segala lingkungan ruangan dr soetomo atau dari rumah sakit luar. Kemudian
yang kedua pasien post oprasi besar. Oprasi transplatasi ginjal hepar kembar siam
itu bisa masuk ICU. Lalu yang ketiga itu yang mempunyai indikasi social, jadi
indikasi social itu seperti ini… dia dg keganasan itu kan gaharus masuk ICU tp
karena keluarganya pejabat lah atau keluarga pejabat rumah sakit kita ya terpaksa
harus masuk ya meskipun ada gagal nafasnya ga harus di ICU kan tp ttp masuk.
Itukan juga ngaruh ya mba kok sakit ga diopname itu padahal kan sudah paliatif
aja gitu… paliatif itu sudah bisa dirawat dirumah aja jd penyakit itu gabisa
sembuh jadi nyeri nya itu berkurang tp penyakitnya itu berkembang sampe pasien
meninggal. Sering mbak itu kayak gitu ada juga kolega perawat atau dokter disini
P: kalau disini karakteristik keluarga pasien itu seperti apasih bu?
I: ohh kalau disini keluarganya itu cemas ya jelas. Kita ngerawat orang di ICU itu
apalagi org yg udah lama atau pasien yang dari kiriman dari luar kota itu kan wes
apaya kadang istilahnya itu udh entek entekan kan uangnya, keluarganya itu jadi
sensitive sekali… jadi kita harus hati hati seklaii ngomongnya. Misalnya gini..
bpjs itu kan ada banyak…. macem macem ya ada bpjs mandiri, pegawai, gratis ya
nah gitu itu kita ngomongya juga harus enak… “bu ibu askes ya dari pegawai
negri?” nah gitu kan orangnya “Ohh enggak saya askes maskin” beda kalo kita
langsung nanya :”bu askes maskin ya?” gitu orang kan bisa tersinggung jadi kita
harus hati hati berkomunikasinya

P; berarti ini ya ada pemisahan masing2 komunikasi dari setiap golongan


ekonomi?

I: ya memang kita harus bisa menyesuaikan yaa jadi meski kita ngomongi
sampean dari umum ya? Gitu ajaa misalnyakalo ngomong bpjs yg ga bayar itu kan
bisa tersinggung ya nanti mikirnya dia berfikirnya gini beda ya perawatannya
127

antara askes yang bayar sm yg ga bayar… padahal kan kita butuhnya itu Cuma
buat tau datanya gitu aja… tp kan karena keluarga pasiennya ini sensitive jadi
mikirnya bisa aja krn dia askes yang gratis atau pegawai gitu ngga di perhatikan
atau gimana itu kan salah ya.
P: bearti factor ekonomi itu disini yang dirawat disini itu gimana sih bu?

I: campur mbak mulai orang yang minim sampai pejabat itu ya ada mbak semua
disini. Semua orang bisa masuk ICU ya asal kan indikasi indikasinya itu

P: selama ibu disini itu menyampaikan informaasi mengenai kesehatan kepada


keluarga pasien itu pakai bahasa medis atau bahasa Indonesia?

I: gini… kadang kadang kita campuran mba, jadi ya namanya kita orang berilmu
ya kita sampaikan dengan bahasa medis lalu kita kasih penjelasan itu apa artinya
ini. jadi biar mereka puas sama penjelasannyaa.
P: pernah mengalami kesulitan bahasa ngga bu?

I: oo pernah mba sering itu… kadang kadang karena kita gatau itu jadi sulit ya,
orang Madura yang gabisa bahasa Indonesia sama sekali… kadang2 kalau kita
kayak gitu ya minta tolong teman yg sedang dinas yang Madura juga
P: kalau yang kesulitan bahasa itu ada factor dari tingkat ekonomi juga gitu ngga?

I: hmm iya lumayan sih ya kayaknya. Biasanya dari Madura yang pelosok desa
sana lo ya yang gabisa bahasa Indonesia

P: Saat menyampaikan informasi terkait kesehatan pada keluarga pasien ibu


mengngecek ulang ngga mereka sudah faham atau belum?

I: Iyaa biasanya “ada pertanyaan bu?” atau “coba ulangi lagi yang saya kasih tau
tadi, cara cuci tangane yoopo?” gituu sih mbak jadi saya bisa tau mereka dah
faham atau belom, … tapi baru baru ini ada program edukasi yang dilakukan sama
mahasiswa… jadi kalau misalnya ada mahasiswa yang lagi praktik disini gitu kita
libatkan mereka, mereka yang memberi edukasi penyuluhan tentang program apa
gitu misalnya nah kita yang jadi fasilitatornya.
P: program yang melibatkan mahasiswa ini ada sejak kapan bu?

I: saya lupa tepatnya kapan… Cuma yang selama tiap tahun itu kan pasti ada
selalu mahasiswa ya itu, tapi kalau misal ngga ada ya kita sendiri yang ngelakuin
peerseorangan atau bekelompok. Kayak yang tadi loh mbakk yakan itu
bekelompok saya kumpulkan keluarga pasien yang baru baru trs di edukasi.

P: lalu bagaimana cara unutk menunjukan rasa empati terhadapa keluarga pasien
itu gimana bu?
128

I: hmm iya kalo saya ya kasih omongan yang enak terus kita masukan disitu
agama, mungkin disitu kita juga perlu menepuk bahunya biar supaya tabah… kita
kan hanya boleh empati ya kalo simpati kan ngga boleh ya yang sampe ikut
nangis nangis gitu juga… ya itusih mbak terakhir ttp kita masukan agama,
misalnya keluarganya lagi kritis terus atau dengan tingkat keganansan yang
cukup tinggi. Kalau islam ya disarankan baca surat yasin kita kasih tempat duduk
disamping bed, dikasih waktu lebih untuk berbicara pada pasiennya. Ya sama
yang agama lain juga gitu semua kita berikan perlakuan yang sama, tetap kita
suruh untuk selalu mendoakan, dari pada gelisah nangis ya seperti itu.
P: untuk mengurangi rasa cemas terhadap keluarga pasien kayak gitu gimana bu?

I: heem salah satu cara agar kecemasannya berkurang itu saat kita manggil
keluarga psien melalui satpam itu kita beritahu keperluannya kenapa kok
dipanggil misalnya untuk pak ini keluarga nya bu ani dipanggil buat diberi
penyuluhan gitu atau dipanggil buat saya butuh pempers gitu kan jadi ga langsung
dipanggil gitu aja kan keluarganya jadi cemas ya binggung gitu jadi gopoh kan
merekanya. Wong kadang sudah ada penjelasan butuhnya aja mereka gopoh kok
pas datang ke ruangan… Cuma kadang kalo yang sudah lama itu ya sudah biasa
sih.
P: kalo disini ada media lain ngga untuk menyampaikan informasi?

I: heem kita pakai leaflet yaa, sama anu ada banner sm kertas panjang apase itu
yang dibuka itulo mbak terus kita jelaskan gitu itu disitu ada apa aja giamna
gimana. Sama edukasi ya mbak.
P: nah untuk yang edukasi itu gimana bu?
I: kalau edukasi kita jdwalkan ya ngga mesti se kadang seminggu sekali sama
mahasiswa kadang kalo emng gaada mahasiswa ya saya panggil sendiri gitu
keluarga keluarga pasien khususnya yang baru baru. Misalnya pengurangan
infeksi, terus penggunaan kateter, nanti minggu lagi apa lagi, macem macem tema
besarnya tu apa bisa berkembang dari situ. Tapi tidak menutup kemungkinan
kalau keluarga pasien pasti nanya diluar itu mangkanya harus ada fasilitatornya
saya, kan namanaya juga mahasiswa ya mbak maksudnya apa ya belum kayak
kitayang udah oegawai lama gini, jadi masih butuh pendampingan.
P: berarti edukasi itu menjelaskan ttg penyakit atau diluar?

I: ya penyakit bisa, terus keadaan di ICU itu perawatannya bagimana, terus


penggunaan alat alat medis juga kita jelaskan

P: lalu selama ibu 18 tahun sendiri disini tanggapan dari keluarga pasien gimana
bu?
129

I: baik ya mbak yaa baik sekali. Kadang kadang kalau sudah pulang pun masih
ngehubungin saya ini bu cucu saya sudah gini sekarangg… atau kalau misalnya
ngga baik pun meninggal gitu ya misalnya, itu masih saya dihubungin keadaannya
bu sri giamna… meskipun sudah meninggal ya itu masih kayak gitu… berarti
mereka puas kan ya kalau kayak gitu, itu selama saya disini ya… nama nya kita
perawat masih dihubungi keluarga pasien dikasih kabar kseperti itu silahturami
masih jalan kan ya saya itukan masih kepuasan tersendiri ya
P: kalau disini ada alat pengukur yang buat tingkat kepuasan gitu ngga bu?

I: ooohh iyaiya ada kalo disini ada namanaya caring care itu ada formnya.
Biasanya pasien yang tak kasih itu yang lama ya mbak yang lebih dari satu
minggu. Pas tak kasih itu sudah tak wanti wanti pak bukk ini diisi bener bener
sesuai pelayanan yang kami berikan selama disini ya, jangan karena kenal saya
terus jadi diisi baik. Saya memang ga pernah janjikan kalo masuk ICU itu nanti
bisa pindah pulang ngga bisa seperti itu. Waktu itu sempat ada kasus juga mbak
udah dikasih formny itu udah baikbaik ternyata anaknya meninggal. Nah ternyata
ada bekas luka yang itu sampe apaya bolong gitu lo keliatan jaringan tulangnya.
Ternyata itu yang nanganin dokter bedah plastiknya ngga bilang, langsung diberi
tindakan sendiri… udahlah marah marah kan dia, udah diisi bagus kok malah
tangannya anakn saya kayak gini… ya itulah adanya miskomunikasi ya.
Mangkanya sekarang semua tindakan menggunakan inform consent harus tanda
tangan keluarganya. Semenjak ada JSI itu.
P: JSI itu apa ya bu?

I: JSI itu penilaian rumah sakit setara tingkat internasional, jadi kita ini lagi dalam
masa penilaian… kalau sudah paripurna ya kita setara rs internasionak. Kalo kars
itu yg nasional, itu kita sudah lama.
P: ini kalo Dr. soetomo ini rumah sakit tipe apa bu?

I: rumah sakit tipe A ya, rumah sakit rujukan bagian timur. Kan ada 2 barat sama
timur, kalo di timur sini kalo di barat itu RS Cipto… malah orang timur leste situ
kan berobatnaya kesini dari pada keluar negri lainnya.
P: hmm iyaiyaaa oke bu cukup. Terimakasihh
I: iya mbak intan sama sama. Sukses ya skripsinya.
130

Ermawati Dewi
Perawat ICU
43 thn
P: selamatt pagi boleh perkenalkan nama dan usia nya?
I: yaa nama saya Ermawati dewi usia 43 tahun.
P: sudah berapa alam bekerja ICU?
I: emm dimana? di ICU sudah 18tahun
P: kalau di soetomonya?
I: mulai tahun 97 tuh berapa berarti? Emm 20tahunan yaa
P: sebelumnya dibagian ruangan apa memang?
I: di bedah E di ruangan tulang orto.

P: oke . emm perta nyaan pertama yang ingin saya tanyakan adalah pasien yang
dirawat di ICU ini yang seperti apa?
I: kalau yang jelas yang mengancam jiwa
P: mengancam jiwa yang seperti apa itu?

I: pokoknya yang berhubungan dengan staksen ya, ya gagal nafas atau misalnya
habis oprasi itu pendarahan banyak atau oprasi yang lama itu perlu perawatan
yang intensif nya itu ya di ICU.

P: jadi selama ini karakteristik keluarga yang menunggu disini itu seperti apa?
Maksudnya mereka
I: ya ada yang ngerti ya ada yang ga ngerti, tergantung social pendidikannya juga
kan macem2 ya.

P: sebagai perawat disini cara menyampaikan menyampaikan kepada pasien dan


keluarga pasien mengenai penyakitnya itu seperti apa sih?
I: kalau untuk penyakit itu kita serahkan ke dokter biar satu kata iya…
P: kalau perawat sendiri disini?

I: paling ya kalo berhubungan dengan pasien yang membutuhkan perawatan


lebih, tetap membutuhkan dokter
P: berarti yang terkait dengan diagnosis atau segala macam dengan dokter ya?
131

I : Iya kesepakatan dengan dokter, biar satu kata

P : jadi selama ini kalau yang anda tahu menyampaikan diagnosis atau vonis
kepada pasien itu menggunakan bahasa medis atau bahasa yang mereka
mengerti??

I : Pokoknya bahasa yang umum yang mereka bisa paham dan mengerti,kadang
ada yang ngerti kadang ada yang gak ngerti karena pendidikan nya macem macem
kan
P:yang menjadikan pertimbangan untuk menggunakan bahasa umum apa?

I:karena menggunakan bahasa medis tidak banyak yang mengerti,kalo pake


bahasa umum kan paham,biar mudah.

P:jadi selama ini saat menyampaikan informasi ke keluarga pasien itu apakah
anda memastikan bahwa keluarga pasien sudah mengerti atau belom,seperti
mengkroscek ulang atau tidak?
I:iya pasti saya kroscek ulang agar mengerti

P:bagaiman cara anda menunjukan rasa empatidan simpati kepada keluarga


pasien?
I:iya pasti seperti kita doakan agar cepat sembuh
P:kalau untuk menyemangati pasien itu sendiri bagaimana caranya?

I:ayo semangat biar jaitan nya cepat lepas agar segera pindah,kalau anak anak ya
seperti ayo yang pinter biar segera keluar dari rumah sakit
P:brarti pasien nya dari semua umur ya?
I:iya dari bayi sampe orang tua seperti saya ini hahahahaha
P:berarti cara menyemangati dan memberi empati itu sesuai umur ya?

I:iya sesuai umur misalnya kalo ibu ibu,ayo semngat anak nya di rumah,ndang
waras ndang ngeramut anak nya,kalo bayi ya kita lebih memberi semngat ke
keluarganya dan kebanyakan doa ya

P:jadi selama 18tahun bekerja di ICU ini apa saja tanggapan dari keluarga pasien
mengenai pelayanan disini gak ?
I:mereka malah seneng malah pada gamau pindah
P: ada keluarga pasien yang complain gk ?
132

I: iya ada juga sih kadang kadang seperti ini kok masih berdarah,ini kok kenapa,ya
yang seperti itu,ini darah nya udah di sedot kok masih keluar darah nya? Padahal
sudah bolak balik di sedot darah nya padahal memang tidak langsung berhenti
karena ada proses nya

P: pernah ada yang sampe marah marah gtu gk ,seperti masalah administrasi atau
kesehatan nya gtu ?

I:iya pernah ada waktu itu yang ketipu,ternyata perawat nya kerja sama dengan
orang dalam,jadi keluarga pasien dimintain uang karena aka nada tindakan medis
dan dia langsung transfer,dia piker perawat disini yang nyuruh transfer padahal
bukan,kejadian nya sekitar tahun 2014
P:itu kira kira siapa yang minta transferan gitu ?
I:wah ndak tau,pokoknya orang makasar waktu itu,rame,korban nya 3 orang,tapio
yang kenak cuman 1 orang,jadi korban pertama di suruh untuk transfer tapi
korban gak ada duit,trus yang ke 2 pas di minta transfer ternyata biaya nya sudah
pas jadi tidak transfer,nah yang ke 3 ini duit nya banyak jadi dia langsung transfer
gitu
P:lalu dengan kasus seperti itu bagaimana cara penanganan nya ?

I:ya tidak tau,karena memang tidak ada yang minta transfer dan tidak ada yang
mencurigakan gtu

P:ada gak kasus kasus lain seperti miss komunikasi atau tidak terlalu mengerti
saat di jelasin?bagaiman cara pengenangan kasus seprti itu ?
I:ya ada,kalo tidak ngerti ya kita jelaskan ulang sampe mengerti
P:lalu bagimana anda mengurangi rasa cemas terhadap keluarga pasien?
I:ya kita jelaskan kalu disini sudah ada yang stand by untuk menjaga pasien

P:jadi untuk maslah menjaga atau menunggu pasien disini itu memang sudah ada
SOP dari sini atau memang memang harus ada yang jaga ?

I:iya memang wajib di tunggu di bawah Karena blom stabil kondisinya jadi di
waji bkan menunggu di bawah,karena harus ada cek darah sewaktu waktu
P:kalau disini jaga nya sampe malam ?

I:iya jaganya harus 24 jam,bisa keluarganya atau temen nya,ya gentian pokok nya
ada yang menunggu di ruang ttunggu itu
P:kalau di ICU sendiri ada gk media lain untuk menyampaikan informasi ?
133

I: Oooo ada itu, kita punya petugas nya sendiri untuk memberikan edukasi
nya,ada forumnya nanti di jelaskan dengan detail sampai jelas untuk pasien baru.
Kalo di ICU ini mbak sriatin ya itu tugasnya, jadi kalo ada pasien baru keluarga
pasien di dudukan dijelaskan gini gini ginii. Dokter nya ngomong perawatnya
juga ngomong. Kalo dari dokternya itu forum edukasinya ada jd kayak form gitu
inform consent. Nah disitu itu ada kata kata paham nggak nya.

P: ooo jadi misalnya ada pasien baru masuk itu keluarganya di jelasin apa apanya
gitu?

I: heeh iya jadi keluarganya di panggil sama mbak sri itu dijelasin gini gini gini,
pasiennya itu kayak gini ginigini, nah itu ada formnya nanti itu kao dia udah
faham di lingkari gitu. Kalo misalnya mau masang masang apa alat itu juga ada
form persetujuannya.
P: ooo begitu, berarti edukasi memang sudha dimulai dari awal ya?

I: iyaa memang bener. Tapi ini juga barusan2ini. Pas baru ada nya jci ini. Nah itu
dibikinkan format kayak gini.
P: berarti yang dulu dulu kayak gimana dong bu?

I: dulu tu ada tapi ya Cuma buat tindakan aja, Cuma kalo yang omong2an gini
edukasi yang seperti ini itu baru yang didudukan kayak gini. Dulu tu cuma ya kalo
ada yang Tanya ya baru ngomong, sebenrnya ya kita jelaskan juga sih cuma tanpa
format lebih jelas ada bukti kan tanda tangan juga.
P: hmm yayay. Oke bu terimakasihh
I: iyaa sama sama.

Dr Duddy
ICU
32 tahun
P: selamat malam. Bisa perkenalkan namanya siapa dan usianya?
I: malam.. nama saya duddy usia 32 tahun
P: oke sudah berapa lama di ICU ini?
I: emmm di ICU ini sudah 4 minggu
P: pasien yang masuk di ICU ini pasien yang seperti apasih?
134

I: eee tergantung ya. Di ICU itu kan ada tingkatan tingkatannya. ICU 1 2 dan 3.
Kalau saya di tingkat 3. Dimana ICU tingkat 3 itu hanya merawat pasien pasien
yang private dari keluarga kolega. Untuk kriteria masuk ruang ICU itu memang
ada beberapa juga. Dimana pasien yang kritis tapi yang refersible, itu artinya
pasien yang kritis tapi masih bisa kita kasih apaya terapi untuk memperbaiki
kondisi klinis pasien tersebut kembali normal. Bukan pada pasien yang terminal.
Contoh terminal yaitu seperti kanker stadium akhir yang penjalarannya sudah
kemana mana.

P: jadi selama di ICU ini karakteristik keluarga pasien yang menunggu itu seperti
apa?

I: emm kalo mungkin… mungkin pribadi ya kalo kita lihat dari segi perawatan di
ICU yang keluarganya itu jauh dari pasien itu pasti rasa cemas itu ada dan akan
meninggkat apalagi jam berkunjungnya kan sehari hanya satu jam, jadi mungkin
akan goyah karena kondisi keluarga di ICU itu gimana kan mereka ndak tau.

P: untuk memberitahukan vonis atau diagnosis ke keluarga pasien itu kayak


gimana? Menyampaikan secara langsung
I: yaa setiap saat pasti akan kita panggil bila ada perubahan pada pasien bila ada
perubahan perubahan yang terjadi. Kita sampaikan secara langsung ya dan apa
adanya

P: nah saat menyampaikan itu mengenai informasi2 yang terkait kondisi pasien itu
apa dokter mengkroscek ulang mereka sudah faham atau belum?

I: itu pasti semua tindakan inform consent edukasi terhadap keluarga pasien
maupun pasien itu sendiri ktia harus mengkrosceknya.

P: untuk menyampaikan informasi itu dokter menggunakan bahasa medis atau


bahasa awam?
I: oohh enggak itu harus menggunakan bahasa awam yang mereka mengerti.
P: emm untuk menunjukan rasa empati terhadap keluarga pasien tersebut?

I: yaa sebagai tenaga medis yang merawat pasien tersebut ya memang kita ikut
ngerasaiin ya, itu bagaikan keluarga kita sendiri yang kita rawat.

P: selama ini di ICU tanggapan keluarga pasien mengenai pelayanan disini kayak
gimana sih dok?
I: ya lebih dari perawatan gitu pokonya.
135

P: eee bagaimana cara anda mengurangi rasa cemas kepada keluarga pasien itu?
Kan tadi dibilang ya kalau misalnya jauh dari pasiennya tidak bisa menunggu dan
rasa cemas itu pasti meningkat. Nah itu gimana?

I: mengurangi rasa cemas sendiri itu kan ya hanya mereka yang bisa mengerti ya.
Untuk itu ya mungkin dari kita kita hanya bisa menjelaskan kondisi yang
sebenarnya, bila kondisi membaik itu akan menurunkan tingkat kecemasan pada
keluarga pasien tersebut. Tapi bila kondisinya memburuk itu ya kita jelaskan terus
terang kalau kita jelaskan apa adanya aja kalo jelek ya jelek kalo memang
membaik ya kita jelaskan jd kembali lg itu sih ga memberi harapan palsu. Itu
justru bikin kecemasan makin meningkat.
P: oke dok makasih banyakk.
I: iya sama sama.

Dr Olivia
ICU
30tahun
P: Selamat malam. Boleh perkenalkan nama dan usianya?
I: Olivia 30 tahun.
P: sudah berapa lama di ICU ini?

I: kalau di ICU kan kita tergantung puteran, satu putaran 1 bulan, ini sudah
putaran yang ke dua.

P: pasien yang dirawat di ICU ini pasien yang seperti apasih? Maksudnya yang
kategorinya seperti apa gitu yang bisa masuk ICU

I: jadi pasien pasien yang dirawatr di ICU ini pasien yang ya seperti namanya ya
intensive care unit pasien yang kritis atau sakit berat critical jadi eee kao di Tanya
seperti apa ya pasien pasien yang kritis itu.
P: emmm jadi selama ini dokter berhubungan dengan keluarga pasien nggak?

I: kan tiap kali melakukan tindakan itu pasti sebelumnya kita menjelaskan
tindakannya tu apa kemudian tujuannya apa resikonya apa, terus dari keluarga
bagaimana… ya gitu sih.

P: terus selama ini karakteristik keluarga pasien itu yang menunggu disini itu
seperti apa?
136

I: kalo pasien pasien yang saya rawat kebanyakan ini ya cemas memang jadii eee
mungkin sedikit ketakutannya terlalu berlebihan, contohnya minta di miring
miringkan. Terus eee ada keluahan sedikit gitu keluarganya nanya ke dokter
mungkin ya karena tidak terbiasa. Kalo kita melihatnya kan ya sudah biasa.

P: terus bagaimana cara dokter menyampaikan vonis atau penyakit gitu kayak
gmn sih?

I: kalo misalnya pasiennya jelek gitu ya? Yaa saya sampaikan ke keluarganya apa
adanya ya. Eee kalo kondisinya menjelek ya kita jelaskan kita sudah berusaha
maksimal obat obat nya juga sudah max. yaa kalo saya sih jelaskan apa ada nya
tidak memberikan harapan jgua

P: terus kalo misal memberitahukan itu langsung kepada keluarga pasien atau
kepasiennya juga?

I: Ooo kalo di ICU kan kebanyakan pasiennya kritis, gabisa di ajak


berkomunikasi. Jadi ke keluarganya.

P: jadi selama ini menyampaikan mengenai pasien ke keluarganya itu


emggunakan bahasa medis atau bahasa Indonesia awam?
I: ooo enggak kita kalau menjelaskan selalu dengan bahasa awam.

P: selama menyampaikan informasi mengenai apapun kepada keluarga pasien itu


mengcroscek ulang ngga mereka sudah faham atau belum?
I: ooo iya pasti slalu kroscek paham apa ngga nya.

P: kalau dari dokter sendiri cara untuk menyemangati pasien yang sedang kritis ini
seperti apasih?

I: dari pasien pasien yang saya rawat ya, mungkin kalau pasiennya sendiri ngga
terllau ya, kadang2 kesehatannya sudah menurun gabisa berkomunikasi jadi ya
mungkin ke keluarganya.
P: emm untuk menunjukan rasa empati sendiri?

I: Kalo menurut saya berbicara mengenai empati ke keluarganya itu bisa di lihat
dengan cara kita bekerja menangani pasiennya ini gimana gitu ya, care apa ngga,
kalo untuk menyemangati kalo saya sih lebih prever kalo misalnya kondisi seperti
apa jelek atau gimana ya saya sampaikan aja seperti itu. Tidak memberi harapan
lebih takutnya kan misalnya pasiennya ini sangat jelek ya kita jelaskna jelek
takutnya kan nanti keluargnya berharap bisa bangun lagi apa gimana gitukan. Ya
saya pernah gitu ya apalagi anak anak keluarganya kan sangat sulit menerima eee
ya ktia cuman bisa salah satunya ya ktia sudah berusaha buk tapi kan kalau hidup
137

dan mati kan sudah di atur sama tuhan, kalo ibuk kayak gini terus di tangisin terus
kan kasian adeknya. Gitu kalo kondisi terminal. Yaa seperti itu sih salah satu
support yang diberikan kepada keluarga pasien.
P: emm yaa yaa. Ok dok sudah terimakasih waktunya.
I: iya sama sama dek sukses ya.

Dr Elvira
ICU
34 tahun
p:selamat malam.boleh perkenalkan nama dan usianyabrp?
I: nama saya elvira34 tahun

P:sudah berapa lama kerja di ICU ?


I:sudah 4 tahun, kalo di rs dr soetomo sudah 3tahun

P:pasien yang di rawat di ICU ini biasanya seperti apa sih ?


I:seperti pasien yang kritis dan perlu pengananan yang intensif dan monitoring
ketat dan butuh istirahat total

P:kalo keluarga pasien sendiri yang menunggu di sini itu karakteristiknya seperti
apa sih?
I:dari awal itu kita sudah berhubungan dengan keluarga pasien,keluarga itu tidak
di izinin utuk berada di dalam ruangan ICU,karena nanti ada jam jam tertentu
untuk jam besuk kemudian baru boleh masuk,nah kalo keluarga setuju dengan
peraturan seperti itu baru di izinkan pasien masuk ke ruangan ICU.

P:biasanya yang memberikan proses menuju ICU itu dokter atau perawat?
I:dokter, lalu kita jelaskan kondisi kondisi nya di ICU,keluarga mengizinkan atau
enggak,trus gimana entar dari situ apa yang harus kita pasang pasang,apa kita
perlu pasang selang pernapasan atau infus infus yang perlu di pasang,dokumen
yang perlu di acc,kita harus memberi informasi ke keluarga,keluarga setuju tidak
dingan segala instalasi perwatan di ICU keluarga setuju atau tidak,kalau setuju
baru kita masukan pasien ke ruangan ICU

P:bagaimana cara menyampaikan vonis penyakit kepada keluarga pasien


mengenai keadaan kesehatan pasien itu sendiri?

I:ya kita dari awal itu selalu kita jelaskan kita panggil keluarga pasien untuk di
jelaskan setiap hari kondisi kesehatan pasien per hari per hari gimana,agar ketika
138

kondisi pasien terganggu keluarga pasien tau.dari awal itu pak buk kita beritahu
kondi pasien nya masih jelek masih kritis kita perlu pindah ke ICU,ya mungkin
bisa kita perbaiki kondisi nya di ICU,seperti sarapan nya dan gimana untuk
kedepan nya kita harus tau, penyakit nya ganas atau ndak yang kira kira dengan
perawatan ICU bisa membaik atau tidak. Jadi walaupun kita sudah memfonis
pasien kita tetap melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan diagnosis diagnosis
jadi nanti bisa tau kedepan nya bisa selamat atau tidak. Jadi dari awal itu tetepkita
beritahu pak buk ini kondisinya seperti ini, walaupun masuk ICU pun dengan
perawatan di ICU kita tidak bisa
menjamin pasien bisa selamat atau bakal sembuh seperti semula,kita usaha untuk
perawatan lebih lanjut. Kalau keluarga sudah mengerti dan tau ya meraka sih
biasanya bisa menerima apa pun kondisinya,atau memang dari awal kondisinya
sudah memburuk dengan perwatan di ICU pun kita tidak bisa menjamin,pihak
keluarga pun tau, Pokok nya kita setiap hari memberi laporan saat jam besuk
keluarga,nanti pasti mereaka tanya sendiri bagaiman kondisinya,karena masuk
ICU itu kondisi nya pasti kritis,keluarga pasti bertanya bagaimana kondisi pasien
saat ini, Pasti kita jelaskan kondisi perkembangan untuk hari itu juga.

P: berarti tiap hari dijelaskna terus ya?


I: iyaa dek bahkan sekarang ini keluarga keluarga pasien itu kritis kritis loh,
mereka aktif bertanya mengenai kondisi keluarganya.

P:kalau cara menyampaikan ke keluarga ketika kondisi pasien kritis itu langsung
di beritahu atu bagaimana ?
I: ya secara langsung tapi ya secara bahasa awam nya,ini pasien saat ini ini
kondisinya itu turun,pokok nya kita jelaskan kondisi pasien ke keluarga pasien
dengan bahasa awam dan yang mudah di mengerti,nanti kita tanya lagi bapak atau
ibuk sudah mengerti apa yang sudah jelaskan? Bapak mengerti nggak? Ada yang
mau di tanyakan?
P: berarti mengkroscek ulang ya?
I: nah iya itu saya kroscek ulang kirakira sudah faham belum sama yang sudah
saya jelaskan tadi? kalau belom ya kita jelaskan sampai mengerti,atau mereka bisa
googling juga kan. Bisa cari tau tentang apa dan kenapa, walaupun nanti kita
ngomong bahasa medis itu mereka juga jadi bisa tau kan.

P:untuk menunjukan empati dan simpati untuk keluarga pasien itu bagaimana?
I: mungkin lebih ke empati,kalau simpati gak boleh misalkan ikut sedih atau ikut
menangis kita tidak boleh,kita harus ber empati jelaskan apa adan ya,jangan tidak
tega dengan vonis pasien itu,kita harus beritahu apa adanya dan keluarga keluarga
berhak untuk tau dan keluarga berhak untuk putuskan melanjutkan pengobatan
139

atau tidak,walaupun kita berat untuk menyampaikan nya kita tetap harus
menyampaikan nya. Yang apa adanya aja, mereka berhak menentukan mau
melanjutkan pengobatan atau tidak. Maupun berat itukan kita juga harus tetep
sampaikan

P:selama bertugas di ICU ini bagaimana tanggapan dari keluarga pasien terhadap
pelayanan itu bagaimana ?
I:beda beda ya dek tanggapan nya,ada yang makasih ya dek makasih ya,ada yang
kritik ada yang protes ya beda beda lah tanggapan nya. Ada yang keluarganya
jarang dating, tp nanti marah2 ini kenapa kok gini kok gini padahal mereka sendir
juga ngga ada. Padahal kan kita juga butuh mereka untuk ambil darah cek darah,
periksa lab macem macem ya. Itusih ada yang kritik ada yang makasih bangettt.
Ada yang menerima apa adanya ada yang protes

P:untuk mengurangi rasa cemas dan kekawatiran terhadap keluarga pasien itu
bagaimana caranya?
I:ya memang biasanya itu keluarga pasiennya orang tua ya yang anak nya di
tungguin di sini biasanya kecemasan nya itu lebih tinggi ya,gimana ya anak saya
dok bisa gak ya di pindah apa lagi sudah di rawat seharian,dan kita harus yakinkan
ke keluarga bahwa kita akan merawat anak ibu dengan baik,tidak mudah juga ya
untuk meyakinkan kalo kita itu tenaga medis dan akan merawat anak ibu.

P:kalo pembagian tugas antara dokter dan perawat itu bagaimana?


I:biasanyakan disini dokter dan perawat sudah tau tugasnya masing masing, jadi
tindakan tindakan itu yang dilakukan ambil ganti infuse, oplos obat, kasihin obat
itu ya perawatnya. Tapi kalau misalnya yang berhubungan dengan pembuluh
darah besar atau tindakan2besar lainnya itu ya kita.
P: okee dokter terimakasihhh.
I: iya sama sama dek.
Fauziyah
Keluarga pasien ICU
35thn
P: selamat siang boleh perkenalkan nama dan usianya?
I: ya nama saya fauziyah asalnya dari Kalimantan
P: mohon maaf bu yang di rawat di ICU ini siapa ya?
I: adik saya.
140

P: oo oke. yang mau saya tanyakan pertama semenjak kapan adik ibu dirawat
disini?
I: emm semenjak hari selasa mbak.
P: selama disini menurut ibu bagimana cara penyampaian informasi nya?
I; baik mbak bagus
P: jelas ngga bu saat menyampaikan informasinya?
I: iyajelas.

P: selama disini petugas medis saat menyampaikan informasi mengenai informasi


kesehataan mengenai pasien menggunakan bahasa medis atau bahasa Indonesia?

I: pake bahasa awam mbak. Yang bisa saya dan keluarga saya lainnya mengerti
gitu mbak.

P: biasanya mereka mengkroscek ulang ngga atau menanyakan ulang ngga ibuk
sudah faham atau belum saat menyampaikan informasi informasi tersebut?

I: iya mbak biasanya ditanyain balik. Ibu sudah mengerti belum, kalo belum
faham yang mana? Nanti saya dsuruh jelaskan ulang biasanya.
P: jadi ibu sudah mengerti mengenai apa saja yang dijelaskan?
I: sudah mba kayak cara cuci tangan yg benar trs jam kunjung terus yaa itu.
P: harapan ibu untuk pelayanan disini gimana bu?
I: ya semoga lebih baik lagi mbak kedepannya.
P: oke ibu terimakasihh.
I: ya mba sama sama.

Siti Aisyah
Keluarga pasien ICU
36 tahun
P: selamat siang bu boleh perkenalkan nama dan usianya?
I; nama saya siti aisyah umurnya 36 tahun
P: disini kalo boleh tau yang dirawat siapanya bu?
I: anak saya yang ke 2
P: kalau boleh tau sakit apa ya bu?
141

I: anu tumor mata tapi katanya menjurus ke kanker, disini di ICU di rawatnya
karena paru paru tapi paru parunya yang kena. Infeksi paru paru gitu.
P; semenjak kapan dirawatnya?
I: sabtu malam kalo gasalah sekitar 5 hari di ICU.
P: jadi selama 5 hari disini gimana bu mengenai pelayanan yang ada di ICU ini?
I: Alhamdulillah baikkk sekali baik sekali.
P: ini diberikan edukasi yang seperti ini baru pertama kalinya bu?

I; iyaaiyaa ini baru pertama kali baru pertama masuk ICU ini kan. Ya ini dikasih
penyuluhan kan kita bisa jadi lebih mengerti cara caranya
P; menurut ibu informasi yang disampaikan sudah cukup jelas belum?
I: iya cukup cukupp, mengenai kesehatan anak saya sendiri terus saya juga harus
gimana, resikonya apa aja.

P: kalo disini petugas medisnya menyampaikan informasi mengenai kesehatan


anak ibu itu pake bahasa medis atau bahasa awam?

I: bahasa awam mbakk bahasa Indonesia jelas soalnya kalo pake bahasa medis
kan kita ngga ngerti ya kebanyakan. Bahasa Indonesia lah kita ngerti
P; tapi biasanya mereka mengkroscek ulang ngga ibu sudah mengerti atau belum?

I: iya mbak biasanya di tanyain balek ibu sudah faham atau belom, kalo ngga
faham buk nanya ngga fahamnya dimana sama dokter sama perawatnya itu. Suruh
ngulangin juga biasanya
P: kalau ibu biasanya dapat panggilan gitu dari ICU kaget ngga bu?

I: loo iya kaget banget mbakk, kalo pertama kali itu apalagi kalau ada yang
manggil saya sampe lari lari keluar ruang tunggu dikiranya ada apa
P: kalo ada panggilan gitu dikasih tau ngga kenapanya?

I: iya dikasih tau biasanya suruh ambil obat atau ngapain gitu, udah biasa
sekarang mbak. Kalo pas awal ituu msh kaget saya.
P: okee ibu makasihh atas waktunya. Semoga cepat sembuh anaknya.
I: iyaiya amin. Sama sama mbak
142

Transkrip ICCU
Arief
Dokter Iccu
P: ya selamat pagi boleh perkenalkan nama dan usianya?
I: ya nama saya arief rahman hakim usia 31 tahun
P: sudah berapa lama bekerja di iccu?
I: di iccu sudah 6 bulan.
P; pasien yang dirawat di iccu ini yang seperti apasih secara penyakit?
I: ya jadi pasein yang di rawat di iccu ini adalah pasien yang perlu di damping
P: selama ini karakteristik keluarga pasien yang di rawat disini seperti apa?

I: ya macem macem ya ada yang low educated ada yang high educated. Tapi rata
rata low educated

P: oooo oke. Kalau menghadapi yang low educated itu gimana? Cara
berkomunikasinya dengan mereka?

I: kalo yang kayak gitu biasanya kita pake istilah istilah yang mereka bisa
mengerti ya, bahasa sederhana yang bisa mereka mengerti
P; berarti kalau menyampaikan perkembangan kesehatan atau megenai pasiennya
itu menggunakan bahasa medis atau?
I: ya bahasa bahasa yang orang awam bisa mengerti gitu.

P: untuk saat menyampaikan informasi mengenai apapun itu dokter mengecek


ulang ngga mereka itu sudah faham atau belum?

I: oiyaa kalau saya pingin tau keluarga itu sudah faham atau ndak gitu. Ya dengan
cara saya tanyakan ulang ibu atau bapak sudah faham belum sama yang saya
terangkan tadi. Ya megenai kondisi pasein yang saat ini juga.

P: biasa nya menyampaikan diagnosis itu atau mengenai perkemangan kesehatan


ke pasiennya dulu atau ke keluarga pasiennya aja searah atau gimana?

I: tergantung sih ya terutama ke pasien dan keluarga terdekat dengan pasien. Ngga
seluruh nya kan terkait juga sama rahasia medis juga kan jadi yang mungkin
orang tuanya atau suaminya, jadi kalau bisa ya merekanitu aja yang dikash tau.

P: bagaimana cara dokter untuk menunjukan rasa empati terhadap keluarga


pasein?
143

I: ya bversikap ya apaya bersikap ya kita menunjukan bahwa kita care


terhadapnya menunjukan bahwa telah kita periksa sesuai dengan yang kita
periksa. Ya kita jaga sikap gitulo di depan pasien dan keluargnya itu menunjukaan
bahwa pasien sudah di terapi sesuai dengan kebutuhannya. Kita damping juga
berikan apaya agama agama yang sesuai gitu, terus ya apaya ya pendampingan itu
sih paling penting.

P: emm selama ini pernah mengalami kesulitan bahasa ngga atau berkomunikasi
dengan keluarga pasien maupun pasiennya?
I: tergantung ini ya asal daerahnya tersebut.
P: tapi pernah mengalami kesulitah bahasa tersebut?

I: pernah pernah biasanya yang dari Madura itu ya yang ngga terlalu bisa bahasa
Indonesia.

P: selama disini pernah mendapat tanggapan ngga bagaimana pendapat keluarga


pasien mengenai pelayanan di iccu ini?

I: ya macem macemsih tergantung kita KIE nya gimana. Kalau menyampaikan kie
dengan benar ratarata ya pasiennya baikbaik ajasih.
P: itu yang menyampaikan kie itu dokter kah atau?
I: kalau pasien baru pertama kali masuk itu ya dari dokternya.
P; pernah ada miskomunikasi ngga?

I: emm selama ini ngga ada sih ya, kalo kita menejalankan komunikasi dengan
baik antar petugas medis maupun petugas medis ke keluarga pasien ke pasien juga
ya ngga ada sih miskomunikasi itu.

P: untuk mengurangi rasa cemas yang terjadi pada keluarga pasien yang
menunggu diluar gmn dok?

I: ya dikasih tau kegawatannya juga dikasih tau juga ya sesuai dengan apa yang
ada.

P: ada media lain ngga yang digunakan saat menyampaikan informasi kepada
kelaurga pasien?

I: pake gambar, biasanya kalau udah pake omongan bbrp kali ga ngerti ya
biasanay kita jelasinnya pake gambar. Kita bikin gambar sebagai media
pendukung.
P: okee dokter terimakasihhhh.
144

I: iya sama sama

Dr Eka
ICCU
P: selamat pagi boleh perkenalkan nama dan usianya?
I: ya nama saya eka fatmawati, usia 30 tahun
P: di iccu ini sudah berapa lama?
I: di iccu ini sudah dari januari kemarin, sudah kuranglebih 3 bulanan.
P: okee pasien yang di rawat di iccu ini pasien yang seperti apasih?

I: penyakit yang spektrumnya sindroma akud, sama kegawatan dalam bidang


jantung biasanaybedema paru kelainan irama yang sifatnya malignan
P: selama disini pernah berhubungan dengan keluarga pasien ngga?
I: ooh iya
P: kalau karakteristik keluarga yang disini gimana/

I; macem macem emm bisa dari kalangan bawah dengan tingkat pendidikan yang
sedang ya mulai smp sma sampai kalangan yang atas ya yang well educated
pasien pasien yang private itu ya yang pendidikannya S1 smp S2.
P: cara menyampaikan diagnosis atau informasi apapun kepada keluarga pasien
dokter biasanya menggunakan bahasa medis atau bahasa Indonesia awam?
I: tergantung ya eee apa namanya yang kita terangkan itu siapa. Awal itu pasti kita
jelaskan dengan bahasa awam, tapi nanti kita liat juga feedbacknya dari pasien
dan keluarganya kalau misalnya mereka cukup mengerti atau kita liat mereka itu
well educated kita bicaranya pasti akan ada bahasa ilmiahnya atau bahasa bahasa
medisnya. Tapi biasanya kita pakai bahasa awam dulu.
P: kalau menyampaikan mengenai itu biasanya ke keluarga pasiennat dulu atau ke
pasiennya dulu yang searah gitu?

I: emm biasanya ke keluarganya dulu. Baru kemudian ke pasiennya tapi ya dilihat


dulu kalau yang masuk disini kan pasien yang keadaanya belum stabil. Yang
serangan jantung misalnya atau kemudian edema paru ga mungkin kan kita
berikan kie informasi edukasi ya jadi ke keluarganya dulu. Kalo misal pasiennya
sudah stabil baru kita jelaskan ke pasiennya juga seprti itu.
P: kalau KIE sendiri itu kepanjangandari apa ya dok?
145

I: komuniaksi informasi edukasi.


P: itu berupa apa memberikan kienya?

I: banyaak. Kalau kita di rekam medic itu sudah ada apa apa saja yang perlu di kie
kan. Yang pertama Mengenai diagnosis penyakitnya, mengenai komplikasinya,
mengenai prosedur yang akan dilakukan, kemudian komplikasi dari prosedurnya,
kemudian alternative apasaja yang bisa dilakukan.
P: itu berarti secara tertulis ya?

I: lisan terus kemudian kita berikan apa namanya dilembar itu kita tulis juga,
keluargnya kita surh baca dengan benar, lalu disitu ada kolom paham atau ngga
paham. Kalau memang pasiennya paham kita surh tanda tangan. Tapi memang
awal itu pasti lisan dulu, kalau kie ke pasien terus tiba tiba kita kasihkan lembar
kertasnya itu kan binggung juga mereka kan ga enak juga.

P: Selama ini dokter kalau misal menyampaikan kie itu atau informasi mengenai
apapun kepada keluarga pasien, dokter kroscek ngga mereka sudah faham atau
belum?

I: oo iya pasti saya kroscek ulang lagi, biasanya saya tanyakan gimana tadi sudah
faham? Kemudian bisa ceritakan lagi ngga apa yang saya jelaskna tadi? Soalnya
kadang ada yang Cuma ngangguk2 ngerti tapi ternyata pas disuruh cerita kembali
itu ngga bisa atau belum faham. Jadi ya itu saya suruh mengulang lagi apa yang
sudah saya jelskan.
P: untuk menunjukan rasa empati terhadap keluarga pasien itu biasanya dokter
gmn?

I: gimana ya kita kan disini itu udah biasa liat yang kejadian meninggal atau koma
jd kita udah terbiasa, nah beda kan sama mereka yang baru kali itu kehilangan
orang yang mereka sayangi jadi ya kita harus bener2 pinter jaga perasaan dengan
menunjukan rasa empati itu. Ya dengan mimik muka sih, terus sebisa mungkin
memang kita sendiri juga penampilannya harus tenang. Ngga mungkin gelisah kan
krn kalo kita gupuh juga itu akan mempengaruhi keluarga pasien juga. Terus
kedua cukup sampe empati saja menyampaikannya jgua harus focus kepada
point2 apa saja yang mau disampaikan, kemudian tidak usah terlalu tebelit belit
bicaranya. Kayak kalau misalnya gawat kita jelaskan kegawatannya itu kenapa
dan langkah yang akan dilakukan itu apa, gitu ajasih.

P: saat menyampaikan diagnosis atau vonis pertama kali atau dalam


perkembangan pasiennya itu gimana dok?
146

I: Macem macem kan kita ada visite pagi nah sambil di terapi itu sambil diajak
ngobrol. Kalau waktu makan juga sambil diajak ngorbrol aja dia pasiennya. Kalau
ke keluarganya sih kita biasa bilang, misalnya “gapapa ko bu bapaknya ini, Cuma
di jantungnya ada sedikit sumbatan jd jantungnya tu gabisa mompa dengan baik
ga kayak ibu saya ini kan misa bernafas dengan baik, nah bapak engga.. tapi
insyallah kita tangani semampu kita, keluarga doakan saja, dan ikuti prosedur2
yang ada. Jgn lupa kasih semangat juga ke bapaknya” gitu sih mbak biasanya

P: selama disini pernah mendapat tanggapan ngga dari keluarga pasien mengenai
pelayanan yang ada disini?
I: secara tidak langsung ya, kalau pasiennya sendiri enggak misalnya pasiennya
sudah pindah hanya bilang terimakasih secara langsung, atau kadang2
membawakan makanan kita taruh dikamar perawat. Atau kadang kadang lewat
teman atau perawat lain di shift yang lain.
P: untuk menangani rasa cemas kepada pasien?

I: ya ini kita terangkan beri informasi secara jelas itu akan berkurang rasa
kecemasannya.
P: terus kalau disini itu tingkat kecemasannya itu seperti apasih?

I: tergantung tergantung kita sih mangkanya. Berhubungan sama penyakitnya


sama tingkat kedaruratnya saat itu, sama inisih tergantung sama tingkat
pendidikannya ya kayaknya. Tingkat pendidikan juga pengaruh. Mereka yg
tingkat pendidikannya rendah kan apa ya kalo dijelasin tuh ya mereka ngerngerti
tp nanti biasanya akan mengulangi hal yang sama lagi,
P: pernah ada ini ngga kesulitan bahasa gitu ngga?

I: ooo pernah biasanya yang dari daerah kulonan, yang terus pasiennya itu sepuh
banget udah 70 80an kadang susah atau ngga bisa bahasa Indonesia sama sekali.
Pasiennya ngajak bahasa jawa yang halus, kita juga ga gnerti kan biasnaya kita
jgua spontan ngomong bahasa Indonesia, ya kita coba lah tapi sedikti sedikit.
Bahasa Madura juga, kalau disini kana da perawat dari Madura juga ada
dokternya yang dari Madura juga jadi kita minta tolong. Pasien pasien yang
sudah tua itu juga kadangkan sudah tuli, ya itu kita sambil bahasa isyarat juga
dikencengin juga bicaranya. Itusih tua tuli bahasa daerah juga yang ngga ngerti
bahasa Indonesia sama sekali itu biasanya orang Madura ya atau mungkin yang
dari jawa tapi jarang sih dari jawa sek ngerti itu kalo ngomong jowo.
P: siapp dokter makasih atas waktunya.
I: iya sama sama
147

Eka
Perawat ICCU
P:Pagi boleh perkenal kan nama dan usia nya ?
I: ya nama saya eka afidayanti umur 39 tahun
P:sudah berapa lama bekerja di ICCU ini ?
I:Sudah 17 tahun
P:yang pertama mau saya tanyakan pasien yang di rawat di ICCU ini seperti apa
sih ?

I:pasien pasien yang mempunyai penyakit jantung, sering nya jantung coroner.
P:selama ini karakteristik keluarga pasien seperti apa ?

I:macem macem sih ya agak tegang karena penyakit jantung itu kan serangan
yang mendadak jadi ya cemas tegang takut
P:di sini jam kunjungnya sama kayak di ICU ?

I:sama kalo di hari kerja jam 4 sore sampe jam 5 tapi sabtu minggu atau hari libur
ada tambahan jam 1 sampai jam 2

P:biasanya kalo memberi tahukan mengenai informasi kesehatan pasien langsung


ke keluarga pasien atau ke pasiennya dulu atau ke pasiennya atau gimana?

I: kalau ada apa apa sama pasien panggil keluarganya dulu. keadaanya gawat ya
langsung panggil keluarganya ya atau pas baru pertama kali pasien masuk ya
dijelaskan tentang peraturan dan apapun tentang kesehatan itu dengan
keluarganya.

P: oke lalu bagaimana cara menyampaikannya, maksudnya dengan bahasa medis


atau bahasa Indonesia awam gitu?

I: biasanya kita liat kita Tanya dulu pekerjaannya apa, kalau misal orang rumah
sakit ya pakai bahasa medis krn kan sama sama ngerti. Kan di Tanya pasiennya ini
stasusnya sebagai apanya, pekerjaannya apa. Tapi kebanyakan ya umum, pake
bahasa umum karena kan juga belum detail nanya nya.

P: saat menyampaikan informasi ibu biasanya ngecek ulang ngga mereka sudah
faham atau belum, pesan atau maksudnya itu sudah sama2 ditangkap?

I: biasanya di Tanya sudah mengerti bu? Biar jelas. Kadang lek orang awam kan
binggung, kadang kan orang yang latar belakang pendidikannya kurang itu kan ga
148

nyambungnyambung ya. Harus ada orang lain anaknya yang lebih muda atau
siapa gitu yang memang bisa diajak untuk bicara
P: selama ini pernah mengalami kesulitan bahasa ngga?

I: ada orang Madura, Madura pedalaman itu, biasanya ya minta tolong orang lain
minta toong di icu itu kan ada yang orang Madura atau kalo engga minta tolong
temen2 disini juga yg lagi ada di shift yang sama. Kalo ngga ada juga ya terpaksa
pake bahasa isyarat dan gambar sih. Tapi ya kadang2 dikit2 bisa pake bahasa
indoensia. Ya itu sih yang sulit kalo udah bahasa Madura itu.
P: kalo selain bahasa Madura kesulitan bahasa lainnya gitu?

I: ngga sih kalo dari luar jawa kan rata rata bisa bahasa Indonesia, Cuma pernah
ada itu yg orang asing lumayan kan bahasa inggris. Tapi ya itu sih Madura medok
itu yang duhh… kadang pasiennya itu juga yang gabisa keluarganya gabisa juga.

P: berarti setelah menyampaikan informasi mengenai apapun itu ibu kroscek


ulang ya?

I: iya yang diajak ngomong sudah faham belum buk? Kadang orangnya bialng
“aku masih belum binggung mbak” kadang gitu tapi ya kadang di Tanya sampe
bener2 dia faham.
P: bagaimana ibu menunjukan rasa empati terhadap keluarga pasien?

I: ya kita harus tenang, maksudnya ngomongnya juga harus sabar jadi keluarganya
juga ga gopoh gitu. Kan kalo misalnya ada keluarga yang stress itu jadi emosian
ya. Kitanya yang harus sabar.
P: tapi sejauh ini pernah ada keluarga yang sampe complain gitu ngga?

I: kalau complain banyak, ya apa ya kalau misalnya keluarganya memuncak ya


lebih baik ktia diem aja. Ga terlalu membantu gitu, tapi yang kadang emosi juga.
Apalagi yang jam besuk itu susah di atur. Kena orang orang Madura Madura itu
ya, mungkin sosialisasinya mereka bagus kekeluargaannya juga jd kalo besuk tuh
grudukan padahal kan yang boleh masuk Cuma dua orang aja. Akhirnya yaudah di
biarin aja , soalnya meresa kan kalo disini juga bayar kan

P: selama bekerja disini gimana sih bu tanggapan keluarga pasien mengenai


pelayanan yang ada di iccu ini?

I: ya macem macem, biasanya orangorang yang pasien private orang orang yang
kayak punya kedudukan itulo. Itu biasanya tetep aja meremehkan. “aku lo dprd”
jadi minta fasilitas lebih, padahal ya disini sama aja pelayanan dan perawatannya
149

mau itu pasien bpjs, rskpn semua sama icu iccu atau ruang intensive lainnya itu
kan sama ya, lain kalo udah dikamar perawatan kan itu jelas beda beda.
P: selain yang punya jabatan gitu bu?

I: oooh kalo orang awam itu malah enak mbak, malah nurut ohh enggeh. Kalo
orang yang berpendidikan tinggi itu malah gitu, soalnya merasa tau.
P: untuk mengurangi rasa cemas terhadap keluarga pasien sendiri gmn buk?

I: ya apa ya menenangkan setiap ada perkembangan pasien itu dijelaskan, kan


biasanya nanya “anak saya gimana” gituigitukan ya kita jelaskan gapapa buk
anaknya stabil, jd menjelaskan menjelaskna semua perkembangan pasien.
P: kalau di iccu ini ada media lain ngga yang digunakan untuk kepentingan
penyampaian informasi?

I: emm ngga ada sih kayaknya. Kalau kita kie itu kasih penjelasan itu ya langsung
secara lisan. Kie itu komunikasi informasi edukasi, itu didalamnya sudah ada
tulisan tulisannya jadi kita menjelaskan tentang penyakit, diagnosa, alat alat yang
digunakan tindakan setiap kali mau tindakan di jelaskan. Terus nanti kayak
peraturan peraturan. Itu sudah ada tanda tangan di a wal masuk, setelah di jelaskan
tentang penyakit pasien nanti mereka tanda tangan disitu. Inform consent itu ya
memang sudah paten, jadi biar ada legalnya gitu ya. Kalo dari awal kan dah
dijelaskan keluarga juga sdh tanda tangan. Yang tanda tangan itu dokter perawat
sama keluarga pasien paling ngga 3 orang yang tanda tangan itu.
P: okee bukk terimakasihhh.
I: iya mbak sama sama.

Ni ketut
47 tahun
ICCU
P: iyaa selamat pagi boleh perkenalkan nama dan usianya?
I: ya nama saya ni ketut suantari umur 47 tahun
P: sudah berapa lama bekerja di iccu ini?
I: emm kurang lebih 17tahun
P: pasien yang dirawat di icu ini pasien yang seperti apa?
150

I: iccu ini kan khusus yang penyakit jantung, seperti jantung coroner terus ada
macem macem pokoknya yang berhubungan dengan jantung. Biasanya sih yang
abis pemasangan ring gitu ya.
P: selama ini karakteristik keluarga yang menunggu disini gimana sih bu?

I: macem macem ya kalo disini kan kebanyakan semua aktivitas itu yang
melakukan perawatnya, kelaurga tidak boleh didalem. Nah itu mereka kadang
tidak terima, kondisi pasien sedang tidak stabil gitu kok malah gaboleh
ditungguin. Jadi ya kita jelaskan, ada yang bisa terima ada yang tidak mau tapi
ktia ttp menjelaskan. Kalo kecemasan pasti ada ya tapi kita jelaskan kalo disini
jam berkunjung cuma boleh pas jam kunjung aja, semuanya sudah ditangani sama
perawatnya. Seperti kayak memandikan makan kita yang nyuapin jadi membri
penjelasan bapak ibu jangan khawatir yang di rawat di iccu ini kita bantu
semuanya.

P; untuk menyampaikan mengenai informasi kepada keluarga pasien biasanya ibu


emnggunakan bahasa medis atau bahasa awam?

I: umum ajasih, soalnya kalo pakai bahasa medis kan taktunya ngga ngerti. Tidak
bisa di terima nanti binggung. Seperti kalo misal serangan jantung kita jelaskan
ada penyumbatan dipembulu darah yang kasih makan jantung mangkanya bapak
mengalami nyeri dada. Sekaian kita jelaskan juga kenapa ga boleh di tunggu
didalem, karena kalo banyak bicara banyak aktivitas jantung penuh darah banyak
sedangkan disitu ada pembuntuan nanti makin nyeri. Gitu jadi kita pakai bahasa
umum ajasih yang mudah dimengerti, jadi nanti keluarga pasien akan yang oohh
gitu ya baru n
P: kalau memberikan informasi seperti tadi, ibu apa mengecek ulang bahwa pesan
yag ibu sampaikan td sudah dimengerti belum?

I: iya biasanya kita Tanya lagi. Misalnya ibu gimana tadi sudah faham sm apa
yang saya sampaikan? Kalau misalnya belom mengerti ya saya ulangi lagi tadi
apa saja dan biasanya kita tu berharap ga satu orang aja kalo menyampaikan
kayak gitu jadi ada beberapa orang yang dijelaskan supaya ngga nanya nanya lagi
nantinya&bisa dijelaskan pada kerabatnya yang baru datang.

P: kebanyakan respon dari mereka kalo misalnya dapat panggilan dari ruangan
gmn bu?

I: kalo setiap pemeriksaan lab pengambilan obat itukan kita panggil lewat satpam
satpam nanti panggil keluarga itu biasanya mereka tergupuhgupuh dikira
keadaanya jelek atau kenapa gitu. Kalo orang awam kan masuk icu atau ruang
rawat intensive lainnya itukan pasti mikir kondisinya jelek. Padahal belum tentu
151

kayak gitu kalo di icu mungkin iya tapi kalo disini kan kadang pasiennya masih
sadar. Kaget ya pasti kita jelaskan oo ini buat periksa lab buat ambil obat gituu

P: saat menyapaikan mengenai diagnosis atau informasi gitu ke keluarga


pasiennya dulu atau ke pasiennya juga?

I: ya untuk perkembangan setiap hari ke keluarga pasien itu kalo nanya ya kita
sampaikan. Biasnya setiap pagi itukan kita ada visite dokter kita sampaikan
kondisinya hari ini gimana ke pasiennya juga kadang kan kalo udah 2 hari gitu dia
nanya kapan saya bisa pindah… jadi kita kasih tau ke pasein ke keluarga pasien
juga
P: untuk menunjukan rasa empati kepada keluarga pasien gimana?

I: ya kita damping keluarganya dengan pokoknya menjelaskan bagaimana mereka


bisa terima, jaga sikap tidak berbicara keras kalo menjelaskan sebisa selembut
mungkin dalam mendampingi mereka.
P: untuk menyemangati pasien agar bisa tetap stabile tau pulih kembali itu seperti
apabu?

I: kalau menyemangati pasien kan kadang mereka juga ngotot ya minta ada
keluarganya ada didalem, nah itu kita jelaskan “ bapak kalau misalnya keluarga di
dalem bapak jad gabisa istirahat, nanti kerja jantungnya lebih cepet gabisa
sembuh sembuh” terus mereka kan kadang kalau di iccu itu minumnya itukan di
batasi kita masih ya kita jelaskan juga gitu.n
P: selama ini tanggapan keluarga pasien terhadarp pelayanan di iccu ini gimana?
I: kan kalo di iccu waktu besuk kan nanya makanya gimana terus kebutuhan kan
semua yang urusin kita bahkan kalau sudah pindah ke ruang camalia itu minta
balik lagi kesini krn kalo disana kan keluarga full kan yang ngurus, enakan di iccu
jadi mereka tanggapannya selama di iccu ya senang karena kelularga atau orang
tuanya itu ada yang merawat dengan baik
P: kalau tadi dikatakan total care itu, seperti apa memang yang diberikan dengan
total care itu?

I: total care itu semua kebuthan kan kita yang membutuhkan ya, mulai dari mandi
makan buang air besar air kecil itu sama perawatnya soalnaya kan paseinnya
harus badrest kan.
P: untuk mengurangi rasa cemas kepada keluarga pasien itu biasanya gmn bu?

I: ya dengan menjelaskan apa adanya kepada keluarganya mengenai


keadaanpasien itu.
152

P: pernah terjadi miskomunikasi ngga dengan keluarga pasien?


I: emm engga sih ya jarang kita .
P: okee buu makasih atas waktunya
I: iya sama sama.
153

SertifikatKode Etik dari RSUD Dr Sotomo Surabaya

Inform Consent
(Pernyataan Persetujuan Menjadi Informan)
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
2

ICU sangat penting diperhatikan karena dalam perawatan pasien dan keluarga

merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.

Seperti pada ruangan di Instalasi Rawat Intensive RSUD Dr. Soetomo

Surabaya. IRIR merupakan satuan dari beberapa ruangan yang berada di GBPT

(Gedung Bedah Pusat Terpadu) RSUD Dr Soetomo Surabaya. IRIR terdiri dari 4

ruangan yaitu ICU, ICCU, NICU, dan Burn Unit. Keempat ruangan tersebut

merupakan perawatan untuk pasien yang mengalami gagal nafas, kritis, dan

kegawadaruratan lainnya yang termasuk dalam kriteria masing-masing ruangan.

Keluarga pasien tidak diperbolehkan untuk berada di samping pasien selama masa

perawatan. Oleh sebab itu komunikasi yang dilakukan petugas medis dokter maupun

perawat kepada keluarga pasien haruslah berjalan dengan baik, tidak hanya kepada

pasiennya saja.

Selama masa perawatan pasien, mekanisme dukungan social (social support)

didapatkan melalui interaksi dengan orang lain seperti anggota keluarga yang

merupakan bagian kelompok pendukung (support group) (Viswanath dalam

Donsbach, 2010). Support group dibutuhkan untuk memberikan dukungan emosional

seperti membantu pasien menghadapi kondisi medis kronis. Dengan dukungan social

dari support group tersebut akan membantu kesembuhan pasien dan meningkatkan

kesehatan yang lebih baik pada pasien tersebut (Viswanath dalam Donsbach, 2010).

Oleh karena itu, komunikasi dalam perawatan yang berfokus pada keluarga tidak

hanya berkaitan dengan pemulihan atau keputusan perawatan, namun juga untuk
3

memberikan dukungan kepada pasien setelah perawatan medis di rumah sakit agar

pasien dapat menjadi produktif kembali (Anna dalam Nurdiana, 2007).

Komunikasi yang baik antara keduabelah pihak akan berdampak pada

kesehatan yang lebih baik, kenyamanan, kepuasan pada pasien, dan penurunan resiko

malpraktik, serta perselisihan atau sengketa yang terjadi antara dokter dan pasien

(Arianto, 2013). Komunikasi yang baik, yang dilakukan oleh petugas medis adalah

dengan salah satu support group yaitu keluarga pasien. Sebagai seorang petugas

medis, kondisi dinamika sosial lingkungan masyarakat yang beragam dituntut suatu

kemampuan berkomunikasi yang beragam pula salah satunya adalah lingkup sosial

dunia kesehatan (Arianto, 2013).

Menyampaikan kemungkinan terburuk mengenai keadaan pasien kepada

keluarganya menjadi salah satu tantangan bagi tenaga kesehatan, karena hal tersebut

tidak hanya menentukan informasi apa yang harus disampaikan, tetapi juga cara

penyampaian agar informasi dapat diterima dengan baik dan memutuskan tindakan

perawatan selanjutnya (Berry, 2004, h. 66). Hal tersebut termasuk di dalam kajian

komunikasi kesehatan, di mana komunikasi kesehatan meliputi studi dan penggunaan

strategi komunikasi untuk menginformasikan dan memberi pengaruh pada setiap

individu dan masyarakat mengenai pengetahuan, sikap dan praktik yang sehubungan

dengan kesehatan dan tim kesehatan (Thomas, 2006, h. 1). Komunikasi kesehatan ini

didasarkan pada konsep dasar bahwa penyebaran informasi kesehatan dapat

memengaruhi pengetahuan masyarakat dan pada gilirannya dapat meningkatkan

kemampuan mereka untuk membuat keputusan tentang kesehatan mereka (Vahabi,


4

2006). Menurut Arianto (2013) pesan yang disampaikan pada komunikasi kesehatan

merupakan pesan khusus yang dikirim dalam jumlah peserta yang terbatas dengan

menggunakan konteks komunikasi antarpribadi. Komunikasi kesehatan memiliki

prinsip-prinsip yang di gunakan, seperti yang dikemukakan oleh Thomas (2006):

“Health communication principles are often used today for various disease
prevention and control strategies including advocacy for health issues,
marketing health plans and products, educating patients about medical care
or treatment choices, and educating consumers abouthealthcare quality
issues.”
Rumah sakit sendiri, menurut Primadipta (2014) mengatakan bahwa termasuk

dalam klasifikasi pelayanan p ublik pada pelayanan umum dibidang jasa. Rumah

sakit juga menyediakan pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang

dibutuhkan oleh public. Azwar (2010, h. 95) membagi Rumah sakit di Indonesia

menjadi 5 macam tipe, yaitu: Rumah Sakit kelas A hingga Rumah Sakit Tipe E dan

berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 983/Menkes/SK/XI/1992

tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat dan Rumah Sakit Daerah

menjelaskan bahwa Rumah sakit Dr Soetomo merupakan Rumah Sakit umum yang

mempunyai kelas yang bertipe A karena mampu memberikan pelayanan yang lebih

luas. Oleh karena itu RSUD Dr Soetomo merupakan pusat pelayanan dan rujukan

terbesar di Asia bagian timur yang berbeda dari rumah sakit daerah lainnya. Fasilitas

yang ada tidak hanya alat kedokteran saja, namun juga tenaga medis yang ada di Dr.

Soetomo sendiri. Oleh karena itu peneliti memilih RSUD Dr Soetomo sebagai lokasi

penelitian.
5

Mengenai bagaimana komunikasi kesehatan yang dilakukan para petugas

medis kepada keluarga pasien, sejumlah penelitian terdahulu telah dilakukan.

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Maria Loehala (2016) yang berjudul

Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kemasan Keluarga

Pasien Yang Dirawat di Ruang HCU RSU Lele Be Solu Kota Sorong. Penelitian

tersebut menjelaskan tentang sebuah hubungan bagaimana komunikasi terapeutik

yang dilakukan perawat dengan tingkat kecemasan pada keluarga pasien. Penelitian

tersebut merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan design penelitian

korelasi. Populasi sendiri diambil dari 30 keluarga pasien yang pasien tersebut sudah

dirawat di ruang HCU selama lebih kurang satu bulan, dengan menggunakan teknik

sampling accidental.

Penelitian kedua dilakukan oleh Vahabi (2006) yang berjudul The Impact Of

Health Communication On Health-related Decision Making. Penelitian tersebut

bertujuan untuk meninjau bagaimana dampak yang timbul dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi pemahaman masyarakat terhadap informasi kesehatan dan

bagaimana miskomunikasi informasi kesehatan dapat membahayakan kesehatan

masyarakat. Penelitian tersebut lebih berfokus pada kegiatan health literacy yaitu

mengenai cara penyampaian pesan dan bagaimana proses komunikasi interpersonal

yang dilakukan oleh pihak penyedia layanan kesehatan.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Alfitri (2006) di mana penelitian tersebut

membahas mengenai Komunikasi Dokter-Pasien. Penelitian tersebut berlatar

belakang maraknya kasus malpraktik yang terjadi karena pesan yang disampaikan
6

antara dokter dengan pasiennya tidak berjalan dengan baik. Di satu sisi pasien selalu

memasrahkan semuanya ke dokter dan selalu menganggap dokter adalah “dewa

penyelamat” sehingga posisinya ditinggikan.

Berangkat dari penelitian-penelitian tersebut peneliti tertarik untuk

memperkaya dan melengkapi kajian mengenai komunikasi kesehatan yang berkaitan

dengan bagaimana komunikasi kesehatan para petugas medis baik dokter, perawat

yang dilaksanakan di rumah sakit kepada keluarga pasien.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran dari latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Bagaimana komunikasi kesehatan yang dilakukan petugas medis pada

keluarga pasien di instalasi IRIR (Instalasi Rawat Intensive&Reanimasi)

RSUD Dr. Soetomo Surabaya?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan penelitian di atas tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui bagaimana komunikasi kesehatan yang dilakukan petugas

medis pada keluarga pasien di Instalasi Rawat Intensive&Reanimasi (IRIR)

RSUD Dr. Soetomo Surabaya.


7

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini mempunyai fokus dan bahasan yang masih jarang dilakukan

dimana membahas tentang bidang komunikasi kesehatan, sehingga

diharapkan dapat memperkaya kajian Ilmu Komunikasi di topik yang

tergolong baru.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi penjelasan kepada keluarga pasien

dalam hal tindakan perawatan dan penanganan anggota keluarganya. Juga

sebagai saran komunikasi kepada dokter maupun perawat dalam

berkomunikasi kepada keluarga pasien.


9

komunikasi dengan adanya masukan dari banyak penelitian bidang kesehatan

(Salisah, 2011) Komunikasi kesehatan telah diterapkan sebagai jenis komunikasi

manusia yang isinya berkaitan dengan kesehatan, dimana fokusnya adalah pada

transaksi yang berhubungan dengan kesehatan dan factor-faktor yang

mempengaruhinya (Berry, 2007, h.1).

Berry (2007) menjelaskan bahwa pentingnya komunikasi untuk membangun

informasi tentang orang lain dan mengurangi ketidakpastian, dan perkembangan

hubungan dikembangkan melalui keterbukaan diri melalui pengungkapan informasi,

sikap, dan perasaan melalui komunikasi. Kualitas hubungan antara petugas medis dan

pasien tergantung pada keterampilan persepsi diantara keduanya, sikap empati dan

kepercayaan merupaan faktor penting untuk membangun hubungan yang positif,

empati berarti mencoba merasakan dengan memahami orang lain dari sudut pandang

mereka dan kepercayaan berarti menerima orang lain tanpa menghakimi, maka dari

itu komunikasi kesehatan yang baik antara dokter dan pasien dapat berjalan dengan

baik (Berry, 2007, h. 40).

Komunikasi kesehatan tidak hanya mengenai komunikasi yang dilakukan

petugas medis kepada pasiennya, tetapi juga komunikasi yang dilakukan dengan

keluarga pasien. Keluarga pasien dalam konteks kesehatan pasien merupakan bagian

dari support group (Viswanath dalam Donsbach, 2010). Dengan dukungan social dari

support group akan membantu kesembuhan pasien dan meningkatkan hidup sehat

(Viswanath dalam Donsbach, 2010). Karena menurut Rahmadiana (2012) apabila


10

pihak keluarga juga tidak dapat memahami isu isu kesehatan yang berkaitan dengan

anggota keluarganya yang sakit, besar kemungkinan pihak keluarga tidak akan

memberikan dukungan sepenuhnya pada anggota keluarga yang sakit. Partisipasi

keluarga dalam merawat anggota yang sakit menjadi lebih mengerti mengenai isuisu

kesehatan anggota keluarga yang menderita sakit. Memastikan bahwa semua anggota

keluarga, termasuk anak-anak, telah memahami informasi dan isu isu kesehatan yang

terjadi pada anggota keluarganya yang sakit, termasuk bagaimana cara menangani si

sakit, dan kemungkinan reaksi yang muncul pada si sakit akan memperkecil

kemungkinan terjadinya ketidaktahuan (Rahmadiana, 2012)

Selama masa perawatan pasien, diagnosa, resiko, terapi terapi apa saja yang

akan dilakukan kepada pasien disampaikan sesuai dengan kebenaran atau keadaan

yang sebenarnya (honesty and truth telling), selain itu juga keputusan keperawatan

juga telah dijelaskan oleh petugas medis kepada pasien dengan jelas dan telah

mendapatkan persetujuan (informed consent) (Berry, 2004, h. 80).

a. Pemberian informasi dengan jujur (hoenesty and truth telling)

Pembentukan dan pemeliharaan hubungan interpersonal yang efektif antara

petugas medis, pasien dan anggota keluarga pasiena adalah dengan

menimbulkan rasa kepercayaan dan kejujuran. Pasien dan keluarga tidak akan

memiliki rasa percaya pada petugas medis, apabila tidak ada perkataan jujur

dari mereka.
11

b. Pesetujuan (informed consent)

Pemberian informasi perawatan tidak hanya kepada pasien saja, petugas

medis juga menginformasikan kepada anggota keluarga pasien atau pihak wali

untuk mendapatkan persetujuan perawatan (Viswanatah dalam Donsbach,

2010). Terlebih pada pasien pasien yang ada pada ruang intensive, dimana

mereka kehilangan kesadarannya dan membutuhkan support group nya yaitu

keluarga sebagai pengambilan keputusan.

Sjafirah (2015) mengatakan bahwa terdapat 8 point kunci yang terkait dengan

arti penting komunikasi kesehatan:

1. Komunikasi dalam praktik medis sangat penting dan masalah komunikasi

merupakan hal yang biasa terjadi.

2. Kecemasan dan ketidakpuasan pasien berkaitan dengan ketidakpastian,

kekurangan informasi dalam hal penjelasan atau pun feedback yang diberikan.

3. Dokter seringkali keliru dalam persepsi menyangkut jumlah dan bentuk

informasi yang diinginkan oleh pasiennya.

4. Menambah kualitas dalam komunikasi yang bersifat klinis berkaitan dengan

hasil penyembuhan

5. Menjelaskan dan mencoba memberikan pemahaman terhadap pasien, agar

mereka tidak cemas.


12

6. Lebih besar partisipasi yang dilakukan pasien akan menambah kepuasan dan

mempengaruhi hasil (penyembuhan)

7. Level stress psikologis pada pasien yang menderita sakit serius akan lebih

sedikit apabila mereka mempersepsi dirinya telah menerima informasi yang

cukup mengenai sakit yang dideritanya.

8. Komunikasi kesehatan sangat menguntungkan dan dapat dilakukan dalam

praktek keseharian oleh karenanya kemampuan komunikasi harus selalu

ditingkatkan.

2.1.1 Komunikasi Untuk Memunculkan Kepercayaan

Hubungan interpersonal merupakan hubungan yang dijalin antara individu satu

dengan individu lainnya, melalui social interaksi tersebut dapat terdiri dari satu

individu maupun lebih (Febrianto, Herani,&Supriyono, 2013). Rakhmat (2012)

berkata dalam bukunya bahwa komunikasi efektif ditandai dengan hubungan

interpersonal yang baik. Rakhmat (2012, h. 123) juga menyebutkan tahap-tahap

dalam hubungan interpersonal, seperti pembentukan Hubungan Interpersonal. Pada

tahap ini sering disebutkan sebagai tahap perkenalan. Dalam tahap ini informasi yang

dicari dan disampaikan umumnya berkisar mengenai data demografis, usia,

pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. Dengan data demografis

ini, orang akan berusaha membentuk kesan tentang diri orang lain. Dalam proses

pembentukan kesan ini orang akan melahirkan banyak informasi dengan memasukan
13

pengalaman pada karegori yang ada. Kesan pertama ini akan menentukan hubungan

interpersonal.

Tetapi dalam penelitian ini peneliti membatasi konteks hubungan interpersonal

pada tingkat menimbulkan kepercayaan. Kepercayaan yang dibangun dokter maupun

perawat kepada keluarga pasien. seperti yang dijelaskan oleh Rakhmat (2012, h. 127)

ada beberapa faktor pembentuk hubungan interpersonal, salah satunya adalah percaya

(trust). Untuk menumbuhkan sebuah hubungan antar orang yang melakukan

hubungan tersebut harus saling mempercayai. Menumbuhkan percaya bisa dilakukan

dengan cara saling mengungkapkan lebih banyak lagi tentang pikiran masing masing.

Atau dengan cara saling menunjukan penerimaan dukungan dan kerjasama. Seperti

antara dokter dan perawat dengan ,keluarga pasien.

Tanpa adanya rasa saling percaya tidak aka nada rasa pengertian. Hal tersebut

akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal. Tingkat kepercayaan

dalam melakukan suatu hubungan akan berubah sesuai dengan kemampuan individu

untuk mempercayai dan dapat dipercayai. Dalam ranah komunikasi kesehatan yang

dilakukan oleh petugas medis dan keluarga pasien, mereka harus saling rasa percaya

agar dapat bekerja sama dalam menyampaikan dan menerima informasi. Jika rasa

percaya itu belum ada akan susah untuk keduanya membangun hubungan

interpersonal.
14

Terdapat 3 faktor utama yang dapat menumbuhkan sikap percaya yaitu:

a. Menerima.

Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa

menilai dan berusaha mengendalikan. Apabila masing masing individu

cenderung menilai dan susah untuk menerima, bisa jadi mengakibatkan

hubungan interpersonal tidak berlangsung seperti yang diharapkan.

b. Empati.

Orang yang mempunyai rasa empati merupakan orang yang mampu

memahami keadaan orang lain dengan menunjukan reaksi secara

emosional ketika orang lain mengalami suatu kejadian. Berempati

berarti membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang

lain, berusaha melihat yang orang lain lihat dan merasakan apa yang

orang lain rasakan.

Dalam dunia medis rasa empati ini sangat dibutuhkan bagi para petugas

medis (dokter-perawat) memang dituntut untuk memiliki rasa empati

yang tinggi. Mereka yang terbiasa melihat keadaan kritis atau koma

namun beda dengan keluarga pasien yang baru saja mengalami hal itu.

c. Kejujuran.

Untuk mendapatkan suatu tanggapan yang sebenarnya, seorang

individu harus jujur mengungkapkan diri kepada orang lain. Orang lain

biasanya menaruh kepercayaan pada orang yang jujur atau tidak

menyembunyikan sesuatu. Kejujuran. Kejujuran dalam sebuah


15

hubungan antara petugas medis dan keluarga pasien pun juga sangat

sekali penting dibangun. Sebagai seorang dokter memang sudah

seharusnya memberikan informasi yang benar kepada keluarga pasien

mengenai perkembangan pasien itu. Tidak menutup nutupi apabila

memang ada yang harus di sampaikan meskipun itu pahit namun harus

tetap disampaikan kepada keluarga pasien.

A. Sikap suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi defensife atau sikap bertahan

dalam komunikasi. Orang yang defensive akan cenderung lebih banyak

melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikan

ketimbang memahami pesan orang lain. Orang yang bersikap defensif

biasanya disebabkan karena faktor-faktor personal seperti ketakutan,

kecemasan, harga diri dan sebagainya.

B. Sikap Terbuka

Sikap terbuka atau open mindedness sangat besar pengaruhnya dalam

menimbulkan hubungan interpersonal yang efektif. Sikap terbuka ini

memiliki lawan yaitu dogmatism atau sikap tertutup. Untuk memahami

mengenai sikap terbuka Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 2012 h. 134),

mengidentifikasikan mengenai karakteristik sikap terbuka. Menilai pesan

secara objektif dengan menggunakan data dan keajegan logika, membedakan

dengan mudah, berorientasi pada isi, mencari informasi dari berbagai


16

sumber, lebh bersifat provisional dan bersedia mengubah kepercayaan.

Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaan

Disamping faktor faktor personal, Rakhmat (2012, h. 129) menyebutkan ada lagi

4 faktor yang berhubungan dengan sikap percaya:

1. Karakteristik dan maksud orang lain. Orang akan menaruh

kepercayaan kepada seseorang yang dianggap memiliki

kemampuan, keterampilan atau pengalaman pada bidang tertentu.

Keluarga pasien atau pasien sendiri misalnya akan percaya kepada

dokter karena memang mereka ada dibidang kesehatan.

Karakteristik ini erat hubungannya dengan orang yang memiliki

faktor reputasi dan reliabilitas. Kita akan menaruh kepercayaan

pada orang yang memang sudah memiliki reputasi.

2. Hubungan kekuasaan. Hubungan kekuasaan yang dimaksud adalah

apabila salah satu pihak akan patuh terhadap pihak lain, maka rasa

percaya itu akan dapat terbentuk.

3. Sifat dan kualitas komunikasi. bila komunikasi bersifat terbuka dan

maksud beserta tujuan sudah jelas dan ekspektasi berjalan dengan

nyata, maka akan tumbuh rasa percaya itu.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, hubungan interpersonal juga dapat

diterapkan dalam komunikasi kesehatan petugas medis dengan keluarga pasien.

Hubungan antara petugas medis dengan keluarga pasien merupakan hubungan yang
17

terjalin karena didasari rasa saling percaya dan untuk menimbulkan rasa saling

percaya itu akan tumbuh sikap dari saling menerima, rasa empati kepada keluarga

pasien dan kejujuran yang dibangun satu sama lain merupakan dasar dari hubungan

interpersonal tersebut. Karena menurut Rahmadiana (2012) Komunikasi kesehatan

dengan pasien dan pihak keluarga merupakan bagian penting dalam perawatan

medis. Bila pihak keluarga juga tidak dapat memahami isu-isu kesehatan yang

berkaitan dengan anggota keluarganya yang sakit, besar kemungkinan pihak keluarga

tidak akan memberikan dukungan sepenuhnya pada anggota keluarga yang sakit

(Rahmadiana, 2012)

2.2 Penelitian Terdahulu

Sebelumnya peneliti sudah melakukan tinjauan penelitian terlebih dahulu.

Peneliti telah menemukan beberapa penelitian yang memiliki relevansi dengan tema

yang diangkat. Penelitian terdahulu yang mendari referensi dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Maria Loihala (2016) Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat

Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Yang Dirawat

Diruangan HCU RSU Sele Be Solu Kota Sorong

Penelitian ini merupakan tulisan dari Maria Loihala pada tahun 2016

yang berasal dari Politeknik Kesehatan Kemenkes Sorong. Penelitian ini

membahasa bagaimana komunikasi terapeutik yang dilakukan pada keluarga

pasien tersebut akan mempengaruhi tingkat kecemasan pada mereka.


18

Penelitian ini merupaka penelitian Kuantitatif dengan menggunakan desaign

penelitian korelasi. Mengambil teknik sampling accidental, penelitian ini

melibatnya 30 keluarga pasien yang pasien tersebut sudah dirawat HCU

selama kurang lebih satu bulan. Hasil dari penelitian ini ditemuakan bahwa

memang ada hubungan komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat

dengan tingkat kecemasan pada keluarga pasien pada ruang HCO.

Persamaan penelitian yang dilakukan ini dengan peneliti lakukan

adalah sama sama mempunyai subjek penelitian petugas medis yaitu perawat

dan keluarga pasien. Dan juga sama halnya membahasa mengenai kecemasan

yang ada pada ruangan intensive care. Hanya bedanya penelitian ini

merupakan peneltian kuantitatif dan menggunakan kuisioner sebagai alat

ukur dari penelitian ini.

2. Mandana Vahabi (2007) The Impact Of Health Communication

On Health-Related Decision Making

Penelitian ini merupakan tulisan dari Mandana Vahabi dari University

of Toronto, Toronto, Canada pada tahun 2007. Penelitian ini membahas

mengenai bagaimana dampak yang timbul dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi pemahaman masyarakat terhadap informasi kesehatan dan

bagaimana miskomunikasi informasi kesehatan dapat membahayakan

kesehatan masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan tinjauan literatur dari artikel yang dikutip dalam database


19

literatur utama dari 40 tahun terakhir. Paper ini menemukan bahwa

komunikasi kesehatan harus diperhatikan dengan baik dan harus

memperhatikan factor proses dan interpretasi mengenai informasi kesehatan,

seperti: pengetahuan tentang kesehatan, penempatan untuk informasi dan

menularkan secara personal.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti, yaitu secara garis besar sama sama membahas mengenai

masalah komunikasi kesehatan yang di mana di dalamnya ber orientasi pada

hasil dari komunikasi kesehatan itu sendiri. Kesamaan lainnya pada

penelitian ini focus kepada pihak eksternal yang jika dipenelitian ini pihak

eksternalnya adalah masyarakat, sedangkan pada topik yang akan peneliti

lakukan fokusnya adalah pasien. Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan

dengan penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan tinjauan literatur dari

artikel yang dikutip dalam database literatur utama dari 40 tahun terakhir,

sedangkan penelitian yang peneliti lakukan menggunakan jenis penelitian

kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif dan menggunakan teknik

wawancara dalam pengumpulan datanya.

3. Alfitri (2006) Komunikasi Dokter-Pasien

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2005 dan baru dipublis pada tahun

2006, dimana penelitian ini membahas mengenai komunikasi dokter-

pasien. Dilakukan oleh Alfitri, penelitian ini berlatar belakang maraknya


20

kasus malprakttik yang terjadi Karena miscomm antara dokter dengan

pasiennya. Disatu sisi pasien selalu memasrahkan semuanya ke dokter dan

selalu menganggap dokter adalah “dewa penyelamat” sehingga posisinya

ditinggikan. Menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini

mengambil objek di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit dr.

Mohammad Hoesin. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan

kunci yaitu 1 orang dokter spesialis penyakit dalam, dan 3 orang dokter

yang berstatus residen, sedangkan 40 pasien yang diambil secara acak

(random).

Penelitian ini memiliki beberapa kesimpulan yang pertama diagnosis

penyakit melalui komunikasi dokter- pasien dipengaruhi oleh kesamaan

dalam memaknai pesan yang dapat melahirkan komunikasi efektif, yang

dapat mendukung kebenaran dalam mendiagnosis penyakit pasien. Kedua

jarak kekuasaan yang mengalami kesenjangan dalam berkomunikasi

antara dokter-pasien akan berpengaruh tehadap keterbatasan informasi

yang diterima pasien mengenai penyakitnya. Pasien akan cenderung

pasrah, padahal jika terjadi kesalahan dalam pemaknaan pesan pesan dan

symbol merekalah yang akan menjadi “korban”. Ketiga keengganan

dokter memberikan informasi tentang perjalanan penyakit diyakini

sebagai upaya penghindaran dari munculnya prilaku emosional pasien dan


21

keluarganya, Karena itu dilakukan upaya lain dengan memberitahu

kepada keluarga pada saat yang tepat.

Penelitian terdahulu yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa yang

diteliti hanya berfokus pada komunikasi petugas medis kepada pasien nya saja, belum

kepada keluarga pasien. Hanya pada penelitian Maria Loihala saja yang membahas

mengenai keluarga pasien, namun penelitiannya berupa penelitian kuantitatif. Padahal

keluarga memegang peran penting sebagai salah satu support group dalam proses

perawatan pasien dalam mengambil keputusan perawatan, memberikan dukungan

emosional dan motivasi kepada pasien. Dengan demikian, penelitian ini akan

berfokus pada proses komunikasi yang dilakukan oleh petugas medis dokter dan

perawat dalam menyampaikan informasi tindakan keperawatan kepada keluarga

pasien di IRIR RSUD Dr Soetomo dan memberikan kebaruan dalam penelitian

komunikasi kesehatan.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir yang disusun peneliti dimulai dari komunikasi kesehatan,

yang di dalamnya membahas mengenai bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh

petugas kesehatan baik itu dokter atau perawat dalam hal menyampaikan pelayanan

terkait vonis diagnosis dan mengurangi kecemasan yang ada pada keluarga pasien.

Komunikasi kesehatan adalah mengenai bagaimana mereka mengerti megenai isu isu

kesehatan. Dalam komunikasi kesehatan juga terjadi hubungan antara petugas medis

seperti dokter, bagaimana mereka saling memiliki kesamaan makna satu sama lain
22

agar tidak terjadi salah pemaknaan pesan.. Karena komunikasi efektif antara petugas

medis dan pasien maupun keluarganya mampu mempengaruhi emosi pasien dalam

pengambilan keputusan tentang rencana tindak selanjutnya, sedangkan komunikasi

yang tidak efektif akan mengundang masalah.

Selanjutnya petugas medis yaitu dokter dan perawat pada ruang ICU, ICCU,

Burn Unit dan NICU perawatan pasien yang dilakukan secara intensive care, yaitu

perawatan 24 jam non stop. Maka dari itu petugas medis tidak hanya bertugas untuk

menyembuhkan saja, tetapi juga membangkitkan kepercayaan pada keluarga pasien,

memberikan motivasi dan mensugesti para keluarga pasien agar tetap tenang dan

dapat mempercayakan perawatan pada petugas medis. Keluarga pasien disini penting

berperan sebagai support group yang bertujuan untuk membantu pasien menyadari

bahwa ia tidak sendiri, ada orang lain yang memiliki rasa yang sama seperti mereka.

Support group sangat dibutuhkan untuk memberi dukungan emosional dalam

membantu pasien melewati kondisi medis kronis.

Komunikasi kesehatan yang dilakukan oleh dokter dan perawat tidak akan

dapat berjalan dengan baik apabila keluarga pasien tidak dilibatkan didalamnya atau

keluarga yang tidak faham betul dengan apa yang dilakukan. Maka dari itu

dibutuhkan feedback dari keluarga untuk agar dapat mengerti bahwa mereka sudah

faham betul dengan apa yang disampaikan. Keluarga pasien juga memiliki peraanan

yang penting dalam pengambilan keputusan pasien, melalui inform consent hal itu

akan di informasikan tindakan tindakan apa saja yang akan dilakukan dan mereka jika
23

sudah memahami akan menandatangani form tersebut. Sebelum menandatangi form

tersebut petugas medis akan memberikan edukasi yang dilakukan dengan tujuan

keluarga benar benar sudah faham mengenai tindakan apa yang akan dilakukan

kepada pasien.

PETUGAS
MEDIS

KELUARGA PASIEN
sebagai Support
Group dan decision
making

KOMUNIKASI KESEHATAN YANG


DILAKUKAN PETUGAS MEDIA KEPADA
KELUARGA PASIEN DI INSTALASI
RAWAT INTENSIVE DAN REMINASI
(IRIR) RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran


Sumber: data diolah peneliti
25

metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian kualitatif tepat digunakan dalam penelitian ini karena dalam

penelitian ini menggunakan latar alamiah, tidak menggunakan prosedur analisis

satatistik atau cara kuantitatif dan penelitian ini berupaya untuk membangun

pandangan subjek peneliti dalam bentuk kata kata dan gambaran yang rinci terkait

komunikasi kesehatan yang dilakukan para petugas medis kepada keluarga pasien.

Penelitian ini menggunakan prosedur analisis penggambaran dalam kata-kata terkait

proses komunikasi kesehatan yang dilakukan petugas medis dengan pasien dan

keluarganya.

Metode deskriptif menurut Moleong (2007, h, 56) yaitu penelitian yang

mempunyai langkah kerja untuk mendeskripsikan suatu objek dan fenomena

fenomena sosial tewujud dalam suatu tulisan yang bersifat naratif. Bungin (2007,

h.68) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian ruang

mempunyai tujuan untuk menggambarkan, berbagai situasi maupun kondisi ataupun

fenomena realitas sosial dalam masyarakat yang sebagai obyek penelitiannya, serta

dimaksudkan menarik suatu relaitas tersebut ke permukaan sebagai karakter, ciri-ciri,

tanda, model, maupun gambaran kondisi pada fenomena. Jadi data-data, fakta-fakta

yang didapatkan dalam bentuk kata-kata maupun gambar yang menjelaskan mengenai

hal, apa, mengapa dan bagaimana keadaan dalam lapangan itu berlangsung. Peneliti

memilih tipe penelitian deskriptif dikarenakan peneliti mengumpulkan data langsung


26

dari individu yang terlibat dalam proses komunikasi kesehatan petugas medis baik

dokter maupun perawat pada keluarga pasien.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi tempat penelitian ini pada IRIR RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang

terdiri dari 4 ruangan yaitu ICU, ICCU, NICU, Burn Unit. Beralamat di Jl. Mayjend

Prof. Dr. Moestopo No. 6 - 8, Kota Surabaya, Jawa Timur 60285. Dipilihnya IRIR

sebagai lokasi penelitian, karena keempat ruangan tersebut merupakan ruang

intensive care, dimana keluarga pasien tidak dapat Waktu penelitian ini kurang lebih

selama 3 bulan.

3.3 Fokus Penelitian

Sugiyono (2011, h. 207) mengungkapkan bahwa batasan masalah dalam

penelitian kualitatif disebut dengan focus, yang berisikan pokok masalah yang besifat

umum. Fokus penelitian dilakukan karena terdapat dua tujuan yang ingin dicapai,

yaitu membahas studi dan berfungsi untuk memenuhi informasi yang baru diperoleh

di lapangan.

Bedasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini difokuskan:

1. Komunikasi kesehatan dokter kepada keluarga pasien yang meliputi

informasi kesehatan, diagnosis, vonis di Instalasi Rawat Intensive dan

Reminasi (IRIR) RSUD Dr. Soetomo Surabaya.


27

2. Komunikasi kesehatan perawat kepada keluarga pasien yang meliput,

informasi perawatan, edukasi, pelayanan di Instalasi Rawat Intensive

dan Reminasi (IRIR) RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

3.4 Sumber dan Jenis Data

Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2013) bahwa sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah seperti dokumen

dan lain lain. Menurut Kriyantono (2006, h. 39) data dalam penelitian kualitatif

merupakan data dalam bentuk kata-kata, kalimat, maupun narasi yang berhubungan

dengan karakteristik, kategorisasi berupa suatu pernyataan atau kata-kata. Sumber

data dibagi menjadi dua diantaranya adalah data primer dan data sekunder (Sugiyono,

2015, h.225). Maka dalam penelitian ini data yang diperoleh dari data primer, yaitu

data yang memberikan informasi kepada pengumpul data. Data primer dalam

penelitian ini diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan. Data tersebut

berupa pernyataan informan mengenai bagaimana komunikasi kesehatan yang

dilakukan petugas medis terkait informasi kesehatan, pelayanan kepada pasien dan

keluarganya. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan data primer sebagai

sumber data, dikarenakan sudah merasa cukup untuk menjawab atau memenuhi

pertanyaan penelitian.
28

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Kriyantono (2006, h. 91) metode pengumpulan data adalah cara-cara

atau teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Wawancara

Dalam menggali fakta-fakta di lapangan peneliti menggunakan metode

wawancara. Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2013) mengatakan bahwa

maksud dari mengadakan wawancara adalah untuk mengkonstruksi

mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,

kepedulian dan lain-lain. Wawancara adalah bentuk komunikasi yang

melibatkan antara dua orang, yang diarahkan pada proses menggali atau

memperoleh informasi dari seseorang dengan mengajukan suatu

pertanyaan-pertanyaan berdasarkan dengan tujuan tertentu, pada suatu

masalah tertentu berhubungan dengan masalah dan focus penelitian

(Mulyana, 2008, h. 180). Wawancara digunakan untuk memperoleh

keterangan dengan tujuan mengetahui bagaimana komunikasi kesehatan

yang dilakukan petugas medis pada keluarga pasien dalam pelayan di

RSUD Dr. Soetomo terutama di IRIR.

Teknik yang digunakan merupakan in-depth interview. Sutopo (2006,

h.72) mengungkapkan bahwa in-depth interview adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab


29

sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang

yang diwawancarai, dengan atau tanpa pedoman wawancara dimana

pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif

lama.

Langkah langkah wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti adalah:

1. Peneliti membuat interview guide atau biasa disebut dengan panduan

wawancara.

2. Peneliti membuat daftar pertanyaan yang akan ditanyakan pada

informan untuk menggali data yang dibutuhkan peneliti.

3. Peneliti membuat janji dengan informan untuk melakukan wawancara

4. Peneliti melakukan wawancara sesuai dengan panduan wawancara

yang telah peneliti buat.

b. Observasi

Observasi difokuskan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan suatu

fenomena penelitian. Fenomena menurut Kriyantono (2007, h. 106)

meliputi interaksi secara langsung dan percakapan yang terjadi diantara

subjek yang sedang diteliti. Kegiatan yang diamati oleh peneliti adalah

bagaimana petugas medis berkomunikasi dengan keluarga pasien pada

ruangan ruangan di IRIR RSUD Dr. Soetomo Surabaya.


30

3.6 Teknik Pemilihan Informan

Penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling yaitu snowball

sampling. Snowball sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data yang

pada awalnya jumlahnya sedikit , lama lama menjadi besar (Sugiyono, 2015, h. 219).

Teknik ini dipilih oleh peneliti karena peneliti masih belum bisa memastikan dan

menentukan berapa jumlah pasti informan yang dibutuhkan.

Peneliti juga menentukan kriteria informan untuk memulai teknik snowball

sampling ini. Adapun kriterianya adalah sebagai berikut:

1. Informan merupakan petugas medis (dokter, perawat) yang

berhubungan dengan keluarga pasien dalam perawatan sehari hari.

2. Informan merupakan pegawai di RSUD Dr. Soetomo.

3.7 Teknik Analisis Data

Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2013, h. 248) mengatakan bahwa

analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan

data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari

berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam

catatan lapangan, dokumentasi pribadi, dokumentasi resmi, gambar, foto, dan


31

sebagainya (Moleong, 2013, h. 247). Setelah data dibaca, dipelajari dan ditelaah

langkah selanjutnya dilakukan reduksi data yang dilakukan dengan cara abstraksi dan

menyusun dalan satuan-satuan (klasifikasi kategori).

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif sehingga dalam penelitian

kualitatif ini peneliti akan menggunakan analisis kualitatif yang dikemukakan oleh

Miles and Huberman (1984) (dalam Sugiyono, 2015, h. 246) menyatakan bahwa

analisis data kualitatif itu secara interaktid dan juga berlangsung secara terus menerus

hingga tuntas. Aktivitas dalam analisis data yaitu: Reduksi data, Penyajian data,

Conslusion Drawing/Verification.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang

diperoleh dari lapangan. Data yang ditemukan dari lapangan jumlahnya

cukup banyak, oleh sebab itu perlu segera dilakukan analisis data melalui

raduksi data. Reduksi data berarti memilih, merangkum halhal yang pokok

kemudian memfokuskan kepada hal-hal yang penting dan dicari tema

polanya.

Selain itu reduksi data juga dilakukan dengan cara melakukan

abstraksi/rangkuman, dimana peneliti akan menyusun transkrip hasil

wawancara menjadi bentuk tertulis sesuai dengan klasifikasi kategori. Hal


32

tersebut bertujuan agar peneliti mudah dalam penyajian data dan proses

analisa data selanjutnya.

2. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan ke dalam

bentuk uraian singkat, hubungan antara kategori dan sejenisnya. Yang

paling sering dipergunakan untuk menyajikan data dalam penelitian

kualitatif adalah menggunakan teks yang bersifat naratif (Miles and

Huberman dalam Sugiyono, 2012, h. 246). Dengan melalui penyajian data

tersebut maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi,

kemudian merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami.

Peneliti melakukan reduksi data kemudian peneliti menyajikan data-

data yang telah dipilih oleh peneliti. Seperti peneliti mengelompkan data

yang dianggap penting, kemudian peneliti mendeskripsikan data-data

seperti hasil wawancara dan observasi. Dari hal tersebut peneliti dapat

memahami apa yang telah ditemukan.

3. Conlusion drawing/verification

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data selanjuutnya. Namun apabila kesimpulan yang

ditemukan pada tahap awal didukung dengan bukti-bukti yang valid dan

konsisten pada saat peneliti turun lapang, maka dapat dikatakan bahwa
33

kesimpulan yang telah ditemukan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan begitu maka kesimpulan pada penelitian kualitatif mungkin dapat

menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal.

3.8 Keabsahan Data

Menurut Kriyantono (2006), h,71) validitas penelitian kualitatif terletak pada

proses sewaktu periset turun ke lapangan mengumpulkan data dan sewaktu proses

analisis-interpretatif data. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode

triangulasi dalam menyelidiki keabsahan data yang diteliti atau diperoleh. Moleong

(2013, h. 330) mengatakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Tujuan triangulasi adalah bukan untuk

mencari kebenaran, melainkan pada peningkatan pemehaman peneliti dengan apa

yang telah ditemukan (Sugiyono, 2008, h. 85).

Dalam penelitian ini data yang diperoleh melalui wawancara akan diperiksa

dengan data-data yang diperoleh melalui observasi terhadap sumber data atau

informan. Peneliti disini memilih metode triangulasi dengan maksud untuk melihat

atau melakukan cross check mengenai data yang telah dikumpulkan oleh peneliti saat

berada di lapangan.
34

3.9 Etika Penelitian

Hal yang perlu diperhatikan oleh seorang peneliti sebagai etika penelitian

adalah (Hidayat, 2007):

1. Informed consent

Bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan

memberikan lembar persetujuan yang diberikan sebelum melakukan

penelitian agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian serta

mengetahui kesediaan dari responden yang diteliti.

2. Confidentiality (kerahasiaan)

Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, mengenai seluruh

informasi pribadi dari informan. Data yang diperoleh informan direkam

dengan menggunakan voice recorder dan data yang di peroleh akan disimpan

oleh peneliti dan hanya dapat diakses oleh peneliti pembimbing untuk

keperluan akademis.
36

Visi misi ini juga tersebar dibeberapa sudut rumah sakit Dokter Soetomo

Gambar 4.1 Visi Misi RSUD Dokter Soetomo

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Rumah sakit yang bertempat di Jl. Mayjen. Prof. Dokter. Moestopo 6-8

Surabaya ini memiliki website yang sangat lengkap menyajikan informasi sebagai

sarana berkomunikasi dengan public. Website ini berisikan mengenai Profil,

Pelayanan Kesehatan, Pendidikan dan pelatihan, Berita dan informasi terkait

pelayanan yang mereka berikan


37

Gambar 4.2 Home Website RSUD Dokter Soetomo Surabaya

(Sumber http://rsuDoktersoetomo.jatimprov.go.id/id/ )

RSUD Dokter Soetomo memberikan banyak sekiali pelayanan kesehatan pada

masyarakat, salah satunya adalah Pelayanan Intensive Care. Pelayanan Intensive care

ini ditujukan untuk pasien yang mengalami kegagalan napas dan membutuhkan alat

bantu pas seperti Ventilator. Pelayanan Intensive Care ini terdapat dalam satu

naungan IRIR. IRIR merupakan satuan dari beberapa ruangan yang berada di GBPT

(Gedung Bedah Pusat Terpadu) RSUD Dokter Soetomo Surabaya yang terletak di Jl.

Darma Husada, Airlangga, Gubeng, Kota Surabaya Jawa Timur. IRIR sendiri

merupakan singkatan dari Instalasi Rawat Intensive & Reanimasi, terdiri dari 4

ruangan yaitu ICU, ICCU, NICU, dan Burn Unit.


38

ICU ICCU

IRIR

BURN
NICU
UNIT

Bagan 4.1: Stuktur Ruangans


Sumber: Data Diolah peneliti

Terbentuknya IRIR berdasarkan SK Direktur tahun 2008. Dibentuk karena

untuk memberikan pelayanan intensif yang standart dari empat unit. Keempat

ruangan tersebut memiliki masing masing fungsi yang berbeda beda, ICU merupakan

singkatan dari Intensive Care Unit. Ada 3 kriteria pasien yang bisa masuk ICU adalah

mereka yang gagal nafas, post oprasi besar dan mempunyai indikasi social yaitu

keluarga pejabat rumah sakit atau pejabat lainnya. Pasien yang di rawat disini besar

kemungkinan tidak sadar, maka dari itu ICU ini merupakan ruangan yang sangat

steril agar tidak terjadi infeksi pada pasien, sehingga tidak boleh sembarang orang

boleh masuk. Keluarga hanya diperbolehkan berkunjung pada jam tertentu saja.
39

Gambar 4.3 Ruang Perawatan ICU


(Sumber: PPT profile IRIR)

Yang kedua adalah ICCU merupakan singkatan dari Intensive Cardiac Care

Unit, pasien pasien yang dirawat disini adalah pasien pasien yang mempunyai

penyakit jantung, sering nya jantung coroner. Ruangan ini sama halnya dengan ICU,

merupakan ruang intensive yang tidak boleh sembarangan dikunjungi orang

Gambar 4.4 Ruang Perawatan ICCU


(Sumber: PPT profile IRIR)
40

Lalu yang ke 3 adalah NICU adalah kepanjangan dari Neonatal Intensive Care

Unit, kriteria pasien yang masuk NICU ini adalah bayi bayi yang mengalami

kegawatan entah itu kegawatan dari jalur nafasnya atau paru parunya. Diruangan ini

pasiennya adalah bayibayi yang baru lahir di bawah 30 hari. Peraturan yang sama

juga berlaku orang tua atau keluarga pasien yang lain hanya bolekh berkunjung pada

jam tertentu saja, misalnya bayi tersebut butuh ASI.

Gambar 4.5 Ruang Perawatan NICU


(sumber: dokumentasi pribadi)

Yang terakhir adalah ruangan Burn Unit (luka bakar). Ruangan ini memiliki

pasien yang terindikasi 15-20% terbakar ad a yang kurang dari itu, tapi kalau

mengenai genetalia ada trauma inhanasi meskipiun hanya 9% harus masuk ke burn

unit ini. Burn Uanit ini lokasinya berbeda sendiri dengan ke tiga ruangan diatas, Burn

Unit ada di Lantai 3 GBBT RSUD Dokter Soetomo


41

IRIR dikepalai oleh satu pimpinan, namun disetiap ruangannya mempunyai

masing masing satu kepala perawat yang menjadi pimpinan dari ruangan tersebut.

Setiap ruangan dibagi menjadi 3 shift perawatan pagi, siang dan malam. Sedangkan

untuk dokter yang berjgaa. Peneliti melihat bahwa peran petugas medis disini sudah

mempuyai porsi masing masing. Namun perawatlah yang lebih sering ber interaksi

langsung kepada keluarga pasien dan perawatlah yang lebih mengerti bagaimana cara

menghadapi berbagai macam karakter dan tipe dari keluarga pasien yang sedang

dirawat disana.

4.2 Penyajian Data

4.2.1 Profil Informan

Seperti yang ada pada bab sebelumnya, telah dijelaskan bahwa teknik

pemilihan informan pada penelitian ini adalah snowball sampling. Informan yang

pertama adalah dari pihak dokter. Dokter yang ada di 4 ruangan IRIR merupakan

dokter jaga yang masing masing bertugas di shift yang berbeda . Seperti pada ruangan

NICU dokter Yurie yang ber usia 32 tahun adalah dokter ruangan tersebut yang

sudah lebih kurang selama 6 bulan ada diruangan tersebut, saat peneliti

mewawancarainya ia sedang berjaga pada shift pagi. Lain hal nya dengan dokter Evi

yang ber usia 34 tahun ia sedang ada di shift sore saat peneliti menemuinya untuk

wawancara, dokter Evi sudah berjaga di NICU ini selama 7 bulan.


42

Begitupula dengan ruangan ICU ada 3 dokter yang peneliti jadikan sebagai

informan yaitu dokter Olivia, Duddy dan Elvira. Dokter Elvira yang ber usia 34 tahun

bekerja di dokter Soetomo sudah selama 4 tahun dan di ruang ICU sudah selama 2

bulan. Lain hal nya dengan dokter duddy, lelaki berusia 32 tahun ini di ruangan ICU

selama 4 minggu. Sama halnya dengan dokter Olivia, dokter ber usia 30 tahun ini

sudah berada di ICU selama 2 bulan. Pada ruangan ICCU peneliti mewawancarai 2

dokter yaitu dokter Eka dan dokter Arief. Dokter Eka yang ber usia 30 tahun ini

sudah bertugas di iccu selama 3 bulan. Sedangkan dokter Arief yang ber usia 31

tahun telah berjaga di ICCU selama 6 bulan.

Informan perawat juga dari kr 4 ruangan yang ada di IRIR yang peratama di

ruang Burn Unit ada 2 perawat yang peneliti wawancarai yaitu ibu Suci sebagai

kepala perawatan di ruang Burn unit, beliau berusia 52 tahun dan sudah bertugas di

ruangan tersebut selama 18 tahun. Lalu ibu Vina yang berusia 29 tahun yang berugas

di Burn Unit selama 8 tahun. Selanjutnya diruangan NICU peneliti mewawancarai 2

perawat yaitu Ibu Mega selaku wakil kepala ruangan NICU yang berusia 37 tahun

yang telah bekerja di ruangan NICU selama 11 tahun. Begitu juga dengan ibu Heni

yang berusia 39 tahun yang sudah bertugas di ruangan NICU selama 10 tahun.

Seperti diruang ruang sebelumnya, ada 3 orang informan di ruang ICU dan 2 di

ruangan ICCU. Saat peneliti melakukan pengambilan data pada setiap ruangan di

IRIR, peneliti tidak memiliki banyak waktu dalam mewawancarai informa karena

waktu yang digunakan saat pengambilan data ketika saat mereka bekerja, sehingga
43

profil atau data pribadi yang peneliti dapat hanya seputar nama lengkap usia dan

sudah berapa lama bekerja diruangan tersebut.

4.2.2 Dokter

Perawatan yang dilakukan di ruangan ruangan IRIR ini merupakan perawatan

intensif total care dimana semua sistemnya tertutup dan hanya boleh pada jam jam

tertentu saja berkunjungnya. Seperti yang dikatakan oleh Dokter Evi salah satu dokter

jaga di NICU, iya berkata bahwa

“semua perawatan di ruang intensif itu sistemnya tertutup. Jadi tidak boleh
ada orang keluar masuk sembarangan kan..karena kita mengamankan demi
keselamatan pasien itu sendiri termasuk keluarga. Nah kalau di sini, keluarga
masih boleh berkunjung tapi jamnya tertentu. Lamanya juga juga tertentu.”
(Evi, wawancara, 2 maret 2017)

Dengan perawatan total care yang diberikan kepada pasein, maka dari itu

membangun kepercayaan kepada keluarga pasien sedari awal merupakan hal yang

mutlak untuk dilaksanakan. Membangun kepercayaan itu bisa dimulai dengan cara

selalu memperkenalkan diri kepada keluarga pasien. Seperti yang dikatakan oleh

Dokter Evi, dokter jaga diruangan NICU ini mengatakan

“disini jadi kita perkenalkan diri ya kayak gitu kan penting to. Membangun
kepercayaan jadi perkenalkan diri saya “saya Dokter Evi Bu, saya dokter
jaga, nanti ada dokter ruangannya.” ” (Evi, Wawancara, 2 Maret 2017)
Dengan cara memperkenalkan diri seperti ini setidaknya para orang tua atau

keluarga bisa mengenal siapa yang sedang merawat anaknya dan juga agar mereka

dapat percaya bahwa anaknya ditangani oleh orang yang tepat. Setelah kepercayaan

antar dokter dan keluarga itu sudah terbangun, setidaknya akan memudahkan
44

jalannya perawatan perawatan lainnya. Karena keluarga sudah percaya dengan siapa

pasien tersebut ditangani

Sejak awal masuk dokter sudah menjelaskan bahwa apabila seseorang masuk

di ruangan intensive care kondisi pasien tidak stabil kadang bisa membaik kadang

juga bisa tiba tiba turun. Maka dari itu dari setiap tindakan apapun yang akan

dilakukan, dengan tujuan agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan nantinya.

Hal tersebut juga dikatakan oleh Dokter Elvira. dokter ICU ini mengatakan

“kita jelaskan kondisi kondisi nya di ICU, keluarga mengizinkan atau


enggak,trus gimana entar dari situ apa yang harus kita pasang pasang, apa
kita perlu pasang selang pernapasan atau infus infus yang perlu di pasang,
dokumen yang perlu diacc, kita harus memberi informasi ke keluarga,
keluarga setuju tidak dengan segala instalasi perawatan di ICU keluarga
setuju atau tidak,kalau setuju baru kita masukan pasien ke ruangan ICU”
(Elvira, Wawancara, 17 februari 2017)

Dokter merupakan petugas medis yang menangani penyakit yang dialami

pasien. Disini peran dokter sangat penting dalam menyampaikan seputar penyakit,

vonis, diagnosis dan segala yang berhubungan dengan pasien. Seperti yang telah

disebutkan diatas bahwa dokter adalah petugas medis yang mempunyai wewenang

dalam vonis, diagnosis dan tindakan tindakan kepada pasien. Hal tersebut bukan lah

hal yang mudah, karena dari awal masuk ruang intensive khususnya sudah diberitahu

bahwa pasien yang masuk intensive adalah yang keadaanya kritis jadi mereka tidak

bisa menjanjikan apa pun mengenai keadaan pasien tersebut. Namun tim dokter yang

ada akan terus melakukan yang terbaik Seperti yang dikatakan oleh Dokter Elvira
45

“Jadi dari awal itu tetep kita beritahu pak buk ini kondisinya seperti ini,
walaupun masuk ICU pun dengan perawatan di ICU kita tidak bisa menjamin
pasien bisa selamat atau bakal sembuh seperti semula, kita usaha untuk
perawatan lebih lanjut. Tapi ibu tetap semangat, berdoa untuk pasien supaya
diberi kesembuhan. Beri pasien semangat juga ya bu nanti pas mbesuk…
meskipun tidak sadar tapi mereka masih bisa mendengar, diajak ngomong
terus aja diajak berdoa bersama juga. (Elvira, wawancara, 17 februari 2017)

Hal yang sama disampaikan juga oleh Dokter Yurie ia mengatakan bahwa

saat ia melakukan diagnosis atau vonis terhadap pasien ia akan menjelaskannya

terlebih dahulu bahwa anak mereka sudah ada ditempat yang tepat:

“Jadi saya berusaha memberikan..berusaha memberikan paling tidak


memberikan pengetahuan bahwa kelurga membawa putranya atau putrinya
kesini itu paling enggak kita berusaha memberikan terapi yang sesuai dengan
penyakitnya. Lha kalo ingin terapi yang sesuai dengan penyakitnya ya kan
harus tahu sakitnya apa dulu. Itu yang harus dicari tahu dengan pemeriksaan
yang ada di sini yang mungkin enggak ada di rumah sakit di luar sehingga
harus dirujuk ke sini. Dan kita sebagai tim medis akan melakukan yang
terbaik bagi bayi mereka. ” (Yuri, wawancara 2 Maret 2017)

Dalam hal menyampaikan vonis atau diagnosis dokter akan tetap menjelaskan

mengenai penyakit apa dan resiko apa yang akan dialami pasien. Tetapi cara

penyampaiannya yang berbeda antara dokter, Dokter Eka dari ruang ICCU

menyampaikan bahwa:

“Kalau ke keluarganya sih kita biasa bilang, misalnya “gapapa ko bu


bapaknya ini, Cuma di jantungnya ada sedikit sumbatan jd jantungnya tu
gabisa mompa dengan baik ga kayak ibu saya ini kan misa bernafas dengan
baik, nah bapak engga.. tapi insyallah kita tangani semampu kita, keluarga
doakan saja, dan ikuti prosedur2 yang ada. Jangan lupa kasih semangat juga
ke bapaknya” gitu sih mbak biasanya” (Eka, Wawancara 20 Maret 2017)

Lain hal nya dengan yang dikatakan oleh Dokter Olivia:

“kalo misalnya pasiennya jelek gitu ya… Yaa saya sampaikan ke keluarganya
apa adanya ya. Eee kalo kondisinya menjelek ya kita jelaskan kita sudah
berusaha maksimal obat obat nya juga sudah max. yaa kalo saya sih jelaskan
46

apa ada nya tidak memberikan harapan juga…” (Olivia, wawancara, 18


Februari 2017)

Begitu pula dengan pernyataan Dokter Duddy, ia mengatakan:

“yaa setiap saat pasti akan kita panggil bila ada perubahan pada pasien bila
ada perubahan perubahan yang terjadi. Kita sampaikan secara langsung ya
dan apa adanya”(Duddy, wawancara, 18 Februari 2017)

Dari pernyataan pernyataan diatas, bahwa dalam berkomunikasi dengan

keluarga pasien dokter memperikan sugesti yang positive dan memberikan keluarga

kepercayaan dan motivasi bahwa pasien sudah ditangani dengan baik. Namun ada

beberapa dokter yang menyampaikan apa adanya saja, langsung to the point

mengenai penyakit atau diagnosis apa yang diberikannya. Selain itu dokter juga

mempunyai kewajiban untuk melakukan KIE yaitu komunikasi informasi edukasi

yang di sampaikan diawal pasien masuk diruangan. Hal ini bertujuan agar keluarga

pasien mengerti mengenai diagnosis apa yang dilakukan dan juga untuk keberlanjutan

proses penyembuhan dari pasien tersebut. Dokter Eka, Salah satu dokter di ICCU

mengatakan

“Kalau kita di rekam medic itu sudah ada apa apa saja yang perlu di kie kan.
Yang pertama Mengenai diagnosis penyakitnya, mengenai komplikasinya,
mengenai prosedur yang akan dilakukan, kemudian komplikasi dari
prosedurnya, kemudian alternative apasaja yang bisa dilakukan.” (Eka,
wawancara, 20 februari 2017)
Selanjutnya Dokter Eka menambahkan komunikasi informasi edukasi (kie) itu

awalnya pasti dilakukan secara lisan, face to face kepada keluarga pasein. Baru

setelah itu keluarga pasien menandatangani inform concent


47

“lisan terus kemudian kita berikan apa namanya dilembar itu kita tulis juga,
keluargnya kita suruh baca dengan benar, lalu disitu ada kolom paham atau
ngga paham. Kalau memang pasiennya paham kita suruh tanda tangan. Tapi
memang awal itu pasti lisan dulu, kalau kie ke pasien terus tiba tiba kita
kasihkan lembar kertasnya itu kan binggung juga mereka kan ga enak juga.”
(Eka, wawancara, 20 februari 2017)
Inform concent ini adalah sebuah kertas persetujuan yang berisi mengenai

tindakan tindakan apa saja yang akan dilakukan kepada pasien tersebut, dituliskan

hitam diatas putih dan kemudian inform concent dijelaskan kepada keluarga pasien

oleh dokter yang bersangkutan. Tujuan utama dari inform concent ini adalah untuk

keluarga mengerti dengan apa yang telah disampaikan dan menyetujui tindakan yang

akan dilakukan. Dokter Yuri dokter di NICU mengatakan bahwa

“…karena di rekam medis itu ada yang namanya inform concent..tujuan


utama inform concent itu kan itu keluarga mengerti apa yang kita jelaskan.
Dan kalau mereka mengerti ya baru tanda tangan..kalau mereka nggak
mengerti ya mereka ndak akan tanda tangan. Jadi kalau mereka bener-bener
mengerti ya mereka baru tanda tangan. ada poin-poinnya juga.” (Yuri,
wawancara, 2 Maret 2017)
Hal tersebut dilanjutkan oleh Dokter Evi, yang berkata
“…kita minta untuk menandatangani inform consent nah dari situ nanti akan
dikomunikasikan jadi setiap ada perkembangan keluarga boleh bertanya..kan
ada jam kunjung..atau sewaktu-waktu dokter yang akan memanggil.” (Evi,
wawancara, 2 Maret 2017)
Sebagai seorang petugas medis, dokter yang memberikan informasi mengenai

diagnosis vonis dan tindakan lain kepada keluarga pasien dituntut untuk bisa

menyampaikannya dengan baik agar pesan yang dimaksud dapat tersampaikan.

Seperti saat peneliti melakukan observasi diruangan NICU, kebetulan disitu sudah

masuk jam kunjung, orangtua bayi bayi pun mulai berdatangan satu persatu. Disitu

peneliti melihat dokter Evi yang kebetulan saat itu sedang berjaga menghampiri Ibu
48

Voni ibu dari salah satu pasien. Disitu mereka memulai percakapan membahas

mengenai perkembangan anak ibu voni. Dokter Evi menjelaskan keadaan yang

sebenarnya dengan menggunakan bahasa awam yang akan di mengerti oleh ibu Voni.

Selain itu juga saat salah seorang bapak dari salah satu bayi itu datang. Dokter Evi

yang saat itu memang sedang berjaga mempersilahkan bapak ini untuk duduk dan

Dokter Evi memperkenalkan dirinya lalu dijelaskan mengenai apa yang anaknya

alami, tentunya dengan menggunakan bahasa awam dan lalu dilanjutkan dengan

pengisian Inform consent.

Gambar 4.6 Saat Dokter Evi sedang menyampaikan KIE pada keluarga pasien

(Sumber: Dokumentasi Peneliti)

Bahasa yang digunakan pun juga harus sesuai dengan bahasa yang dapat

dimengerti oleh keluarga pasien. Karena tidak semua keluarga pasien mengerti

bahasa medis, sedangkan apabila dokter berkomunikasi dengan petugas medis

lainnya menggunakan bahasa medis. Maka bahasa yang dijelaskan oleh dokter

setidaknya bisa dimengerti oleh keluarga pasien. Dokter Yurie yang merupakan

dokter ruangan NICU mengatakan


49

“tergantung latar belakang dari keluarga pasiennya. Kalau seperti salah satu
pasien di sini… yang memang orang tuanya dari medis ya kita pakek bahasa
medis… karena disamping lebih mengena maksudnya apa ya..yang ingin saya
sampaikan maksudnya yang orang tuanya juga mengerti juga lebih pas. Tapi
kalau memang orang tuanya bukan berasal dari bahasa..dari apa..bahasa…
lingkungan medis ya..ya kita sebisa mungkin dengan bahasa awam. Kalau
tetep mereka masih belum mengerti ya kita jelaskan dengan gambar.” (Yurie,
wawancara, 2 Maret 2017)
Begitu juga dengan yang dikatakan Dokter Eka, ia mengatakan

“Awal itu pasti kita jelaskan dengan bahasa awam, tapi nanti kita liat juga
feedbacknya dari pasien dan keluarganya kalau misalnya mereka cukup
mengerti atau kita liat mereka itu well educated kita bicaranya pasti akan ada
bahasa ilmiahnya atau bahasa bahasa medisnya. Tapi biasanya kita pakai
bahasa awam dulu.” (Eka, wawancara, 20 Februari 2017)
Tingkat pendidikan social dan ekonomi juga sangat berpengaruh dalam hal

berkomunikasi oleh dokter kepada keluarga pasien. Seperti yang telah katakan oleh

kedua dokter diatas bahwa mereka berkomunikasi dengan keluarga pasien, mereka

melihat latar belakang dari keluarga tersebut. Seperti yang telah dikatakan oleh kedua

dokter tersebut diatas. Mereka pasti diawal menggunakan bahasa awam terlebih

dahulu.

Apabila dengan bahasa Indonesia keluarga masih belum mengerti dengan apa

yang dimaksud dokter. Maka dokter akan menggunakan gambar sebagai media

ilustrasi dalam penyampaian informasi. Seperti yang dikatakan oleh Dokter Yurie

“…eee saluran nafas itu kan makanya nggak nyambung ya kita jelaskan
dengan gambar bahwa pada saat..bahwa sakitnya bayinya itu seperti
ini..kondisi di dalam tubuhnya itu seperti ini..ya kita jelaskan dengan
gambar.” (Yurie, wawancara, 2 Maret 2017)
50

Karena dengan gambar diharapkan mereka akan lebih mengerti dengan apa

yang dimaksud oleh dokter. Hal itu juga disampaikan juga oleh Dokter Arief

“Pake gambar, biasanya kalau udah pake omongan beberapa kali ga ngerti ya
biasanya kita jelasinnya pake gambar. Kita bikin gambar sebagai media
pendukung.” (Arief, 20 Februari 2017)
Setelah menyampaikan informasi mengenai perkambangan pasien, dokter pasti

akan memberikan feedback kepada keluarga pasien, dengan tujuan agar keluarga

pasien benar benar mengerti dengan apa yang disampaikan oleh dokter dan agar tidak

terjadi kesalahpahaman diantara petugas medis dan keluarga pasein. Seperti yang

dikatakan oleh Dokter Arief salah satu dokter di ICCU, ia berkata

“oiyaa kalau saya pingin tau keluarga itu sudah faham atau ndak gitu. Ya
dengan cara saya tanyakan ulang ibu atau bapak sudah faham belum sama
yang saya terangkan tadi. Ya megenai kondisi pasein yang saat ini juga.”
(Arief, wawancara, 20 Februari 2017)
Pernyataan tersebut juga dikatakan oleh Dokter Eka,
“oo iya pasti saya kroscek ulang lagi, biasanya saya tanyakan gimana tadi
sudah faham? Kemudian bisa ceritakan lagi ngga apa yang saya jelaskna
tadi? Soalnya kadang ada yang Cuma ngangguk2 ngerti tapi ternyata pas
disuruh cerita kembali itu ngga bisa atau belum faham. Jadi ya itu saya suruh
mengulang lagi apa yang sudah saya jelaskan.” (Eka, wawancara, 20
Februari 2017)
Tak dipungkiri bahwa pekerjaan sebagai dokter akan menimbulkan rasa empati

yang lebih. Dengan menangani banyak pasien mereka akan terbiasa dengan keadaan

kritis, sampai dengan pasien yang meninggal. Seperti yang dikatakan oleh Dokter eka

bahwa sebagai dokter mereka sudah biasa dengan kejadian koma atau meninggal

dunia.
51

“gimana ya kita kan disini itu udah biasa liat yang kejadian meninggal atau
koma jd kita udah terbiasa, nah beda kan sama mereka yang baru kali itu
kehilangan orang yang mereka sayangi jadi ya kita harus bener bener pinter
jaga perasaan dengan menunjukan rasa empati itu.” (Eka, wawancara, 20
Februari 2017)
Rasa empati itu timbul karena dokter juga merasa bahwa yang sedang dirawat

itu adalah keluarganya sendiri. Seperti yang Dokter Duddy katakan

“yaa sebagai tenaga medis yang merawat pasien tersebut ya memang kita ikut
ngerasaiin ya, itu bagaikan keluarga kita sendiri yang kita rawat.” (Duddy,
wawancara, 18 februari 2017)
Selain itu salah satu cara lain untuk menunjukan rasa empati dokter

meyakinkan bahwa pasien atau keluarga mereka sudah di tangani dengan baik.

Dokter yurie juga menyatakan hal yang sama

“ eee jdi saya berusaha memberikan..berusaha memberikan paling tidak


memberikan pengetahuan bahwa keluarga membawa putranya atau putrinya
kesini itu paling enggak kita berusaha memberikan terapi yang sesuai dengan
penyakitnya” (Yurie, wawancara, 2 Maret 2017)
Rasa empati itu tidak hanya bisa diucapkan saja, tetapi juga dengan

komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh dokter seperti tidak berbicara keras,

menenangkan keluarga dengan tidak ikut

“Ya dengan mimik muka sih, terus sebisa mungkin memang kita sendiri juga
penampilannya harus tenang. Ngga mungkin gelisah kan krn kalo kita gupuh
juga itu akan mempengaruhi keluarga pasien juga. Terus kedua cukup sampe
empati saja menyampaikannya juga harus focus kepada point point apa saja
yang mau disampaikan, kemudian tidak usah terlalu tebelit belit bicaranya.
Kayak kalau misalnya gawat kita jelaskan kegawatannya itu kenapa dan
langkah yang akan dilakukan itu apa, gitu ajasih.” (Eka, wawancara 20
Februari 2017)
52

Berdasarkan hasil penuturan dalam wawancara dengan subjek, dapat

disimpulkan bahwa dokter merupakan petugas medis yang melakukan tindakan vonis,

diagnosis dan memberikan inform concent pada keluarga pasien. Apabila

kepercayaan antara dokter dengan keluarga pasien sudah terjalin, maka untuk

pengobatan selanjutnya akan mudah dilakukan, karena keluarga sudah percaya dan

yakin bahwa pasien tersebut dalam penganganan yang benar dan mereka akan

kooperatif mengikuti arahan pengobatan-pengobatan selanjutnya. Dokter dalam

menyampaikan informasi terkait kesehatan pasien kepada keluarga lebih sering

menggunakan bahasa awam dari pada bahasa medis. Namun diawal perkenalan

dengan kelaurga pasien dokter pasti akan bertanya mereka berasal dari mana dan

dengan pengalaman yang dokter miliki akan mengetahui bagaimana cara

berkomunikasi dengan mereka.

4.2.3 Perawat

Perawat merupakan petugas medis yang membantu dokter dalam melakukan

perawatan kepada pasien. Jika dokter yang mempunyai wewenang untuk vonis

diagnosis dan sebagainya yang berhubungan dengan penyakit pasien, lain halnya

dengan perawat. Seperti yang dikatakan salah satu perawat di ICU, Lia. Ia berkata

dalam salah satu kesempatan wawacara

“dokternya dulu sebelum masuk kesini dokternya memberikan penjelasan


bahwa penyakitnya itu bagaimana bagaimana, nah dari kita dari perawat
menambahkan bukan tentang penyakitnya tapi tentang factor pendukung
lainnya.” (Lia, wawancara, 14 Februari 2017)
53

Selanjutnya peran perawat pun dijelaskan lagi oleh Heni salah satu perawat
NICU, beliau mengatakan
“Kalau kami masalah perawatan yang ada di sini, peraturan perawatan di
sini… pembiayaan kayak gitu. Terus sampek bayinya kalau sudah boleh
minum ASI kan kami usahakan untuk ASI eksklusif.” (Heni, wawancara, 2
Maret 2017)
Selain itu di ruang intensive perawatan yang dilakukan adalah perawatan total

care. Yaitu dimana seluruh aktivitas perawatan dilakukan oleh perawat yang ada

pada ruangan itu. Hal ini dijelaskan oleh ibu ketut seorang perawat yang ada di ruang

ICCU Ia menjelaskan total care adalah

“total care itu semua kebutuhan kan kita yang membutuhkan ya, mulai dari
mandi makan buang air besar air kecil itu sama perawatnya soalnaya kan
paseinnya harus baDokterest kan.” (Ketut, wawancara, 2
Maret 2017)
Dari beberapa hasil wawancara diatas dapat terlihat apa saja tugas tugas

perawat dan dimana posisinya sebagai petugas medis diruangan. Adapun tugas lain

yang dilakukan perawat adalah untuk mengedukasi keluarga pasien. Edukasi disini

merupakan salah satu hal yang harus dikomunikasikan kepada keluarga pasien,

seperti yang ada pada buku panduan komunikasi RSUD Dokter Soetomo Surabaya.

Edukasi ini bertujuan agar para keluarga pasien dapat memahami mengenai halhal

apa saja yang terkait halhal yang mendukung untuk kesehatan pada pasien itu sendiri.

Seperti bagaimana cara mencegah infeksi, cara cuci tangan yang benar, jam

berkunjung dan lainlain .

Pasien yang baru saja masuk ruangan intensive care seperti ICU ICCU Burn

Unit dan NICU pihak keluarga pasti akan merasakan kecemasan yang berlebihan
54

diawal. Seperti mereka mengalami denial, dimana mereka akan susah untuk

menerima informasi. Hal itu sampaikan juga oleh Lia perawat ICU itu mengatakan

“kalo dari keluarga pasien fase fase awal kita akan menemukan masalah itu
karena keluarganya masih denial masih gabisa dibilangin ada tanggapan
mungkin slentingan dari mereka kita sebenrnya sih bukan jahat ya tapi di
akhirnya. Mungkin di fase awalnya mereka akan mengatakan seperti itu, tapi
di akhirnya setelah mereka mengerti kita jelaskan berulangkali, ini demi
kebaikan pasien.” (Lia, wawancara, 14 Februari 2017)
Edukasi merupakan salah satu hal yang wajib dikomunikasi kan kepada

keluarga pasien maupun pasien itu sendiri. Hal ini tertulis dalam buku panduan

komunikasi RSUD Dokter Soetomo Surabaya. Edukasi yang dilakukan setiap

ruangannya pun berbeda. Seperti di ruang ICU, saat peneliti melakukan observasi

sekaligus wawancara, peneliti mendapat kesempatan secara langsung untuk dapat

mengikuti sesi edukasi yang dilakukjan oleh salah satu perawat ICU ibu sri. Bu

sriatin disini memang perawat yang bertugas untuk mengkordinasi edukasi ini, seperti

yang dikatakan oleh rekan perawat lainnya di ICU yaitu ibu Erma

“kita punya petugas nya sendiri untuk memberikan edukasinya ya bu sriatin


itu, ada forumnya nanti di jelaskan dengan detail sampai jelas untuk pasien
baru. Kalo di ICU ini mbak sriatin ya itu tugasnya, jadi kalo ada pasien baru
keluarga pasien di dudukan dijelaskan gini gini gini.” (Ermawati, Wawancara,
14 Februari 2017)
Keluarga pasien yang diedukasi ini merupakan pasien yang baru saja masuk

ruang ICU. Mereka dipanggil melalui satpam yang ada di ruang tunggu keluarga. lalu

dibuatkan forum disuatu ruangan sendiri. Jika ada mahasiswa, mahasiswalah yang

memberikan edukasi kepada keluarga pasien. Tema edukasi yang dilakukan berbeda

beda, seperti yang dikatakan oleh bu Sri


55

“kalau edukasi kita jadwalkan ya ngga mesti se kadang seminggu sekali sama
mahasiswa kadang kalo emng gaada mahasiswa ya saya panggil sendiri gitu
keluarga keluarga pasien khususnya yang baru baru. Misalnya pengurangan
infeksi, terus penggunaan kateter, nanti minggu lagi apa lagi, macem macem
tema besarnya tu apa bisa berkembang dari situ. Ya penyakit bisa, terus
keadaan di ICU itu perawatannya bagimana, terus penggunaan alat alat medis
juga kita jelaskan” (Sri, Wawancara, 19 April 2017)
Saat peneliti mengikuti sesi edukasi ini kebetulan sedang tidak ada mahasiwa

yang ikut dalam forum. Edukasi ini dilakukan kepada keluarga pasien yang baru saja

masuk ke ICU. Diskusi ini dilaksanakan secara santai dan tidak terlalu formal di ikuti

oleh 4 keluarga pasien. Ibu Sri saat diawal akan memulai edukasi ia memperkenal

kan diri, lalu bertanya pada masing masing perwakilan keluarga pasien tersebut siapa

dan mengapa pasien itu dirawat di ICU. Setelah itu ia memulai dari hal hal kecil dulu

seperti bagaimana cara mencuci tangan yang benar, peraturan peraturan apa saja yang

ada di ICU, penyakit apa pada pasien dan bagimana penanganan atau alternative lain

apa yang bisa dilakukan. Semua hal yang berhubungan dengan pasien penyakit

pengobatan maupun peraturan yang ada di ruangan ICU di sampaikan dengan tujuan

agar mereka teredukasi dan mengerti sejak awal tentang ICU dan lalu bu Sri

memberikan form yang berisi pertanyaan pertanyaan seputar apa yang telah di

sampaikan tadi sudah mengerti atau belum. Form itu diisi tidak dengan keterpaksaan,

saat mereka benar benar faham mereka mengisi bahwa mereka paham jika belum bu

sri akan mempertanyakan ulang apa yang belum dipahami sampai mereka benar

benar mengerti.
56

\Gambar 4.7 Foto Saat Edukasi di Ruang ICU


Sumber: dokumentasi peneliti.

Lain halnya dengan edukasi yang dilakukan di ruang Burn Unit. Di Burn unit

edukasi dilakukan sebelum pasien akan akan keluar dari ruangan. Edukasi yang

diberikan berupa makanan makanan apa saja yang berprotein untuk cepat

memulihkan bekas luka bakar. Salah satu perawat di Burn unit juga mengiyakan

tentang hal tersebut,Vina mengatakan

“Jadi edukasinya itu kalau pasien udah mau pulang. Kalo kaya masih
diruangan gini kita kasihlah edukasi juga buat istilahnya itu edukasi yang
untuk mensupport pasiennya terus harus kan buth dukungan keluarga
misalnya untuk kebutuhan tinggi proteinnya. Jadi ke keluarganya ke pasiennya
juga” (Vina, wawancara, 2 Maret 2017)
Ruangan juga memberi fasilitas psikiater untuk para pasien yang sekiranya

memiliki masalah pada sikisnya, misalnya pada pasien bapak bapak yang setelahnya

tidak dapat bekerja lagi karena oprasi tersebut atau wanita yang mengalami luka

bakar pada mukanya untuk mengembalikan kepercayaan dalam dirinya. Hal itu juga
57

di sampaikan oleh kepala perawatan di ruang Burn Unit yaitu ibu Suci, beliau

mengatakan

“Nanti untuk menuju cacat atau cacat mental itu saya selalu cerewet untuk
kontrol ke psikiatri. Kena electric injury, kesetrum listrik tangannya, recana
amputasi, satu jari amputasi pun saya konsultasikan karena ini kan ada
fungsi nya, jadi support. Kalaupun tidak ada kelainan jiwa pun, tapi kan
untuk support untuk mentalnya.” (Suci, wawancara, 2 Maret 2017)
Feedback dari keluarga pasien sangat dibutuhkan disini, agar pesan yang

sedang disampaikan benar benar sudah difahami betul oleh mereka. Maka dari itu

setiap sehabis menyampaikan informasi mengenai suatu hal, perawat pasti akan

menanyakan ulang mengenai hal tersebut.

“Iyaa biasanya “ada pertanyaan bu?” atau “coba ulangi lagi yang saya kasih
tau tadi, cara cuci tangane yoopo?” gituu sih mbak jadi saya bisa tau mereka
dah faham atau belom” (Sri, wawancara, 19 April 2017)
Hal itu juga dikatakan oleh perawat ICU lainnya. Lia mengatakan

“iyaa heeh dengan menanyakan kembali. Sudah faham atau belum? Kalau
belom saya jelaskan kembali, kalo memang sudah faham yasudah. Jadi bener
bener saya menanyakan kembali, saya suruh jelaskan kembali apa yang sudah
saya jelaskna tadi. Kalo memang belom jelas misalnya dia tidak bisa
mengulangi apa yang saya jelaskan baru saya jelaskan kembali.” (Lia,
wawancara, 14 Februari 2017)
Dari feedback tersebut, diharapkan keluarga pasien sudah benar benar faham

dengan apa yang disampaikan oleh perawat. Karena apabila mereka tidak benar benar

paham itu akan terjadi miskomunikasi dan dari miskomunikasi tersebut akan timbul

masalah masalah lain yang muncul. Tingkat pendidikan berpengaruh dengan

patuhnya mereka dengan peraturan peraturan di rumah sakit. Seperti yang dikatakan

oleh salah satu perawat ICCU, Eka. Ia mengatakan


58

“Kadang kan orang yang latar belakang pendidikannya kurang itu kan ga
nyambungnyambung ya kalo diajak ngomong. Harus ada orang lain anaknya
yang lebih muda atau siapa gitu yang memang bisa diajak untuk bicara”
(Eka, wawancara, 2 Maret 2017)
Saat menyampaikan informasi informasi tersebut, terkadang terjadi hambatan

dalam berkomunikasi. Hambatan itu datang dari kesulitan bahasa yang dialami oleh

salah satu pihak. Karena RSUD Dokter Soetomo Surabaya merupakan rumah sakit

tipe A yang pasien pasiennya datang dari berbagai wilayah di Jawa Timur bahkan

Indonesia dan tidak semua dari mereka dapat ber bahasa dengan baik. Menurut

beberapa petugas medis mereka sering kali mengalami kesulitan berkomunikasi

dengan kelaurga pasien karena factor bahasa tersebut, sampai sampai salah satu

perawat di Burn Unit mengatakan secara bergurai saat kami melakukan wawancara,

bahwa mereka butuh kursus bahasa Madura agar tidak sulit apabila berkomunikasi

dengan keluarga pasien. Vina juga mengakui bahwa memang pernah terjadi hambatan

komunikasi karena factor bahasa ini

“pernah… pernah… disini kan deket sama Madura ya. Jadi disini banyak
pasien rujukan dari Madura, itu yang susah hampir semua pegawai disini itu
yang bisa bahasa Madura itu cuma 1 orang. Itu gini kalo misal ada keluarga
pasien yang lain yang bisa bahasa Madura kita minta tolong mereka, kalau
gaada kita minta tolong temen2 lain yang bisa, kalau msh gaada lagi itu kita
Tanya keluarganya apa ada anggota keluarga lain yang bisa dilibatkan untuk
istilahnya translater ke keluarga pasien tersebut.” (Vina, wawancara, 2 Maret
2017)
Factor kesulitan bahasa ini juga dialami diruangan burn unit. Hal ini peneliti

lihat sendiri saat sedang melaksanakan wawancara dan observasi pada ruangan

tersebut. Dimulai dari keluarga pasien yang datang sebelum jam kunjung dimulai,

lalu dibawakan pasien air minum, dari situ sebenarnya keluarga pasien sudah
59

diberitahu mengenai peraturan peraturan di ruangan tersebut. Namun karena mereka

tidak menghiraukan pada akhirnya kepala perawatan sendiri yang turun tangan untuk

berkomunikasi dengan mereka. Ternyata istri dari pasien tersebut tidak mengerti apa

yang mereka katakan, alhasil telfon kan lah salah satu keluarga yang bekerja dirumah

sakit itu juga sebagai “translator” seperti yang dikatakan ibu Vina diatas. Dari situ

baru mereka mengerti apa saja yang dimaksud.

Sebagai seorang petugas medis yang cukup dekat hubungannya dengan

keluarga pasien, perawat sudah pasti akan memiliki rasa empati yang begitu besar

kepada keluarga pasien maupun ke pasien itu sendiri. Dengan perawatan yang total

care membuat para perawat dapat memahami langsung tentang apa yang menjadi

penyakit dan masalah apa yang terjadi kepada pasiennya tersebut. Rasa empati itu

ditunjukan tidak hanya dengan kata kata namun juga dengan komunikasi nonverbal

dari perawat tersebut kepada keluarga pasien. Seperti menepuk nepuk pundak,

memberikan kursi tempat duduk disamping pasien, menemani dalam keadaan

keadaan kritis. Hal tersebut diatas juga didukung oleh pernyataan dari perawat ICU,

Lia. Lia mengatakan

“kalo pertama dari kita segi perawat kalo ada pasien dalam fase kritis ya,
meninggal atau anfal pertama ya tidak berbicara keras dan tertawa.
Kemudian memberikan dukungan ke keluarga, mohon bantuan dari keluarga
untuk mendoakan. Dari kita tim medis akan berusaha keras, tapi dari keluarga
ktia mohon bantuannya. Jadi menjaga sikap dari kita, untuk keluarga pasien
itu ya kita persilahkan pas sudah masuk termina emang sudah dari segi dokter
atau dari keluarga sudah menyatakan tidak ada tindakan yang bisa dilakukan
lagi sudah maksimal tindakannya empatinya kita kita berikan tempat duduk
60

disamping pasien yaitu kita persilahkan untuk mendoakan” (Lia, wawancara,


14 februari 2017)
Begitu juga dengan yang dikatakan oleh mbak Mega salah satu perawat di NICU.
“jadi kita beritahu kalau adek kondisi jelek,..kita kalau Ibu biasanya cuman
duduk di sebelahnya pasien, kita pegang bahunya “Ibu yang sabar ya Ibu
banyak berdoa..ee Insya Allah kan ada jalan yang terbaik untuk adek..jadi
seperti itu..kalau ee biasanya kondisi kritis baru masuk kalau kami seperti itu
ya kami jelaskan juga ke ibuknya. Ibu istirahat di rumah nggak apa apa, yang
jaga di sini mungkin bisa suaminya..siapa..intinya ibu jangan capek..di
rumah..jangan stress..ibu harus rajin mompa ASInya..siapa tahu nanti
dibutuhkan dek kalau sudah boleh minum. Butuh dukungan support “Ibu
harus banyak berdoa..karena biasanya doa Ibu itu kan cepet nyampek
terhadapNya…” (Mega, wawancara, 2 Maret 2017)
Menyapa pasien setiap harinya juga merupakan salah satu cara menunjukan

rasa empati, seperti yang dilakukan oleh kepala keperawatan Burn Unit ibu suci. Ia

biasa menerapkan setelah pertukaran shift kerja ia sempatkan untuk menyapa dan

menanyakan bagaimana keadaan pasiennya tersebut. Bila ia masuk pagi ia menyapa

di pagi hari, setelah shif kerjanya pun ia juga sempatkan untuk bertemu secara

langsung dengan pasien.

“Nah setelah operan pasien, kita berdoa kan, saya setiap pagi dan operan
siang, karena saya kan pagi dan operan siang, saya selalu nyamperin pasien.
Saya pasti ngucapin Assalamualaikum, Selamat Pagi, Ibu atau Bapak gimana
kondisinya hari ini? Malam bisa tidur atau enggak? Boleh di cek di
keluarganya pasien. Jadi saya yang jaga. Mungkin kalau anak-anak ya
keluarganya saya kasih salam,” (Suci, 2 Maret 2017)
Menurut beliau itu merupakan cara yang efektif untuk membuat pasien

tersebut merasa nyaman berada diruangan ini. Meskipun fisiknya yang sakit tapi

dibantu dengan pelayanan yang baik setidaknya dapat mengurangi beban atau rasa

sakitnya. Selain itu juga pasien yang sedang kritis masih bisa mendengar dan

merasakan, maka dari itu salah satu cara untuk menyemangati pasien yang sedang
61

dalam keadaan tidak sadar adalah dengan terus memberikan semangat positive dan

terus diajak berbicara. Seperti yang dilakukan oleh Lia perawat ICU. Ia berkata

“pasien meskipun kritis kan dimasih bisa mendengar, jadi tetep dikasih
semangat misalnya kita ngasih tindakan atau apa gitu, sebelum tindakan ke
pasien misalnya mau ambil darah atau apa gitu pasien yang gabisa buka
mata pasien yang kritis itu tetep kita ajak bicara. Kita mau ambil darah
misalnya”buu mau diambil darahh dari tangan kanannya agak sakit yaa
mohon maaf” (Lia, wawancara, 14 Februari 2017)
Untuk mengukur kepuasan yang telah didapat di ruangan selama perawatan,

menurut ibu Sri di ICU sendiri menggunakan form caring care yang ber isi tentang

kuisioner bagaimana pelayanan yang telah didapatkan selama di ICU itu. Ibu Sri

mengatakan

“ooohh iyaiya ada kalo disini ada namanaya caring care itu ada formnya.
Biasanya pasien yang tak kasih itu yang lama ya mbak yang lebih dari satu
minggu. Pas tak kasih itu sudah tak wanti wanti pak bukk ini diisi bener bener
sesuai pelayanan yang kami berikan selama disini ya” (Sri, wawancara, 19
April 2017)
Namun tak jarang juga mereka mendapatkan comlplain atau sekedar eluhan

dari keluarga pasien. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Mega:

“kalau masalah komplain ya kan namanya di sini rumah sakit pemerintah


kadang kan kita harus melihat keluarga..cuman kadang keluarga kan mereka
mungkin nggak ngerti ya kalau segala sesuatunya itu karena keterbatasan
SDM itu keluarga kita libatkan untuk misalkan ke pengendali..ngurus ini ke ini
harus ke ini jdi kadang dia merasa..kok jauh ya..kan rumh sakit Soetomo jarak
antara ruangan ini ke ini ke itu kan jauh..terkendala di situ.” (Mega,
wawancara, 2 Maret 2017)
Peran perawat dalam ruang intensive care sangat dekat dengan keluarga pasien

dan bahkan pasien itu sendiri, karena perawatan yang dilakukan diruangan adalah

perawatan 24 jam penuh berjaga maka sesuai fungsinya perawat yang akan selalu
62

ada. Beda halnya dengan dokter yang mungkin tidak setiap saat berada disitu dan

tidak setiap saat pula berhubungan dengan keluarga pasein. Hal ini membuat perawat

mempunyai hubungan interpersonal yang baik dengan keluarga pasien. Ibu mega

mengatakan kembali bahwa

“biasanya kalau bisa sampai pulang foto breng “yok foto bareng” jadi diajak
foto bareng. Seneng juga, kalo nggak gitu kan eee mungkin pernah punya
kontak personnya petugas sini..kadang kita dikasih fotonya, ini dek sudah
usia..kita juga ikut senang..kalau nggak gitu kadang mungkin pas kontrol ke
dokter..ke dokter tersebut sudah usia dua tahun...ke sini, itu itu bagi kita suatu
reward ya, suatu kebanggaan ya misalkan dulu ngerawat bayi jelek ya
berdarah-darah pakek mesin seperti itu. Begitu udah besar oh rasanya
bahagia banget..itu nggak ada tandinganny..oh jadi serasa oh kerjaan kit
selama ini ada artinya. Apalagi kalau melihat tumbuh kembangnya nggak
terganggu, anaknya pinter..kayak kayak dapet undian apa gitu hehehe...seneng
banget pokoknya” (Mega, wawancara 2 Maret 2017)
Ia merasa sangat tersanjung dan bahagia apabila melihat pasien bayi nya yang

dulu dalam keadaan kritis dan kembali lagi sudah dalam keadaan sehat. Beliau bilang

bahwa apa yang selama ini dikerjakan selama ini ada artinya untuk orang lain. Dari

pengalaman itu ibu mega ingin membuatkan semacam “wall of fame” dari pasien

pasien “alumnus” yang pernah di rawat diruangan NICU tersebut, dengan tujuan

untuk menyemangati ibuibu yang anaknya sedang dirawat disitu saat ini.

“Trus ini kebetulan saya kan mengumpulkan itu mbak Intan..baby2 beberapa
alumnus NICU..yang survive artinya berhasil pindah atau pulang dari sini. Itu
saya kumpulkan beberapa fotonya. Itu yang saya punyak kontak personnya
yang saya kenal maksudnya. Kan ada juga yang kolega, kenalan, dsb. Oh itu
dulu perawat di Graha Amerta..ih itu dulu transporternya ini..anaknya
perawat IGD..saya cari kontak personnya saya mintain sekarang. Kalau foto
yang dulu saat sakit kan saya nggak punya, tapi saya punya oh ini nih bayi
yang ini nih dulu. Kan paling tidak keluarganya tahu. Ngamarnya dulu tahun
berapa kan nama ibuknya masih tertulis di situ. Saya masih bisa ngelist daftar
oh ini bayi ini lo..tpi itu belum nanti rencana kalau memang anu..fotonya saya
63

pajang di dinding untuk memotivsi Ibu2 yang seperti tadi mbak Intan bilang
baru masuk pertama kali kondisi bayi Dokterop jadi bisa
menyemangati..mensupport ibu tersebut” (Mega, wawancara, 2 Maret 2017)
Berdasar hasil penuturan para perawat diatas, bahwa hubungan interpersonal

mereka dengan keluarga pasien sangat dekat. Karena selama perawatan di intensive

care yang dilakukan selama 24 jam, perawatlah yang banyak berhubungan secara

langsung dan terus menerus dengan keluarga pasein. Jadi dari situlah hubungan

interpersonal itu terbentuk. Setiap masing masing orang pasti mempunyai masalahnya

sendiri, dengan membangun hubungan interpersonal tersebut perawat akan bisa

mengetahui sebenarnya apa yang menjadi masalah dengan orang tersebut dan akan

dicarikan jalan keluarnya dengan tujuan untuk mempermudah dan memperlancar

pengobatan dari pasien tersebut.

4.2.4 Keluarga Pasien

Pasien yang ada pada IRIR RSUD Dokter Soetomo sangat beragam,begitu pula

dengan keluarga yang menunggu pasien pasien tersebut. Didalam ruang intensive

seperti ICU, ICCU, burn unit, dan NICU keluarga pasien dilarang untuk ada didalam

ruangan, mereka disediakan tempat sendiri untuk menunggu. Mereka hanya boleh

menjenguk pasien pada jam berkunjung saja. Dihari senin-jumat jam berkunjung pada

pukul 16.00 – 17.00 sedangkan pada hari Sabtu Minggu dan hari libur jam

berkunjung ada juga pada pukul 10.00 – 11.00

Perawatan yang dilakukan benar benar secara intensive oleh petugas medis,

baik perawat maupun dokter. Mereka berjaga 24 jam untuk pasien pasiennya yang
64

dirawat. Namun tidak dipungkiri pasti rasa khawatir dan waswas pun ada pada

keluarga pasien yang sedang menunggu. Seperti yang dikatakan oleh salah satu

anggota keluarga di ICU ibu Siti Aisyah seperti berikut:

“Iya kaget banget mbakk, kawatir lo tak pikir kenapa. Kalo pertama kali itu
apalagi kalau ada yang manggil saya sampe lari lari keluar ruang tunggu
dikiranya ada apa apa kok dipanggil” (siti, wawancara, 2 Maret 2017)
Hal itu juga didukung dengan pernyataan yang dikatakan oleh ibu Voni, ibu dari

salah satu keluarga pasien di NICU:

“Deg-degan ya..deg-degan kalo dapet panggilan gitu disuruh ke ruangan,


pasti kaget cemas campur2 ya mbak soalnya kan udah apa ya ada apa apa...
padahal sebenernya juga gapapa sih pasti ada butuhnya kalo dipanggil…
popoknya habis atau susunya.” (Voni, wawancara, 2 Maret 2017)
Ibu mabruhah salah satu ibu yang sedang menunggu anaknya diruang Burnunit

juga mengatakan hal yang sama saat anaknya masih di ICU

“binggung mbak, ya cemas saya itu pas dia di ICU , saya sm suami kadang
gentian sm keluarga yang lain gentian nunggu kan dibawah, itu kalo misal ada
panggilan dari ruangan gitu ya saya udh mikir yang macem macem mbaa, udh
apa ya waswas gituloo takut kenapa napakan…” (Mabruhah, wawancara, 2
Maret 2017)
Dari pernyataan kedua keluarga pasien itu diatas bahwa bukan hanya pasien

yang mengelami kecemasan (anxiety) tingkat tinggi karena penyakitnya, para

keluarga pasien pun yang baru masuk ruangan ruangan di IRIR mengalami

kecemasan (anxiety) yang sama. Maka dari itu petugas medis perlu memberikan

informasi yang jelas kepada keluarga pasien saat melakukan panggilan yang

mengenai kebutuhan pasien. Karena pada umumnya fase fase awal saat pasien baru

masuk ruang Intensive, pasien maupun keluarganya sering mengalami denial.


65

Kebanyakan dari keluarga pasien mengalami tingkat kecemasan dan binggung

yang lebih tinggi diawal pasien itu dirawat. Apalagi bagi seorang ibu yang baru saja

melahirkan lalu tiba tiba anaknya harus masuk ruang intensive care, yang mereka

butuhkan adalah pendampingan yang menenangkan dan kejelasan mengenai

informasi informasi apapun terkait dengan kesehatan pasien tersebut. Pernyataan

tersebut juga dibenarkan oleh ibu Voni ibu dari pasien NICU, beliau mengatakan

“soalnya disini kan kita kan pasti bingung ya dengan keadaan anak kita atau
keluarga kita..pasti kan butuh yang menenangkan, butuh yang memberi
informasi yang bener-bener kayaak gini lo bu detailnya kayak gini gini
gini..supaya baik buruknya itu kan lega to...” (Voni, wawancara, 2 Maret
2017)
Memang betul bahwa petugas medis dalam menjalin komunikasi dengan

pasien menggunakan bahasa awam dulu lalu mungkin akan dikuti dngan bahasa

medis. Hal itu dikatakan oleh ibu Mabruhah bahwa

“bahasa indonesia juga.. medis juga ya mbak… jadi dua duanya sih, kalo ga
ngerti pake bahasa medis. Kasarnya kalau semua tindakan apapun yang akan
dilakukan itu diomongkan semua sama kita jadi tau semua tindakan tindakan
apa yang akan dilakukan, terus juga dikasih lembar gitu mba sebelumnya
setuju atau nggak gitugitu.” (Mabruhah, wawancara, 2 Maret 2017)
Namun di satu sisi dibutuhkan kerja sama yang baik dari pihak keluarga

pasien agar proses perawatan dapat berjalan dengan baik. Ibu Voni sebagai ibu yang

anaknya dirawat di NICU, ia merasa ingin banyak tahu mengenai anaknya tersebut.

Beliau mengatakan

“ kalau petugas medis..dokter.. terus susternya sih bener-bener menginfokan


bahwa anak saya ini ada sakit ini..terus kelainan ini..terus perlu ini.. Mereka
udah informasikan cuman kalau dari saya sendiri kan masih kurang paham
66

medis, jadi otomatis saya itu seringkali tiap hari bertanya..gimana


perkembangannya..dan jawabannya masih sama kayak di kondisi pertama.”
(Voni, wawancara, 2 Maret 2017).
Menurut ibu Mabruhah bahwa benar jika dokter atau perawat setelah

menyampaikan informasi kepada mereka, petugas medis meng cross check ulang dan

meminta feedback dari mereka mengenai apa yang telah disampaikan

“ooo iya mbak iya jadi biasanya ditanyain lagi “gimana buu sudah ngerti
sama yang dimaksud?” “iyaa pak..” “iya beneran apa ngangguk2 tokk”
ditanyain ulang juga mbak kadang “cobasihh jelasin lagi td apa yang saya
kasih tau” kalo saya ngga ngerti bener bener saya Tanya ulang atau saya
yang nanya duluan” (Mabruhah, Wawancara, 2 maret 2017)
Keluarga pasien yang peneliti temui untuk menjadi subjek penelitian,

megatakan mereka senang ada diruangan tersebut. Saat keluarganya sedang sakit

seperti itu, komunikasi pelayanan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit sangat baik.

Akan membuat mereka tenang dan nyaman dalam menghadapi cobaan yang sedang

mereka alami. Namun disatu sisi ibu Mabruhah mengeluhkan mengenai birokrasi

yang ada, seperti yang ia katakan

“Cuma kalau kita kan cek lab terus ambil darah terus harus balik lagi kesini
jadi apa yambak riwariwi gitu lo, mungkin itu ya yang bisa dicarikan
solusinya. Kadang sananya udah ok eh ditelfon lagi jadi kan gimana ya udah
capek mental mikir anak jadi capek fisik juga… tempat nya jauh riwariwi kan
malem ya mbak kalo ada panggilan harus sekaranggg kan beneran harus
sekarang… jadi telfon saudara buat bantuin” (Mabruhah, wawancara, 2 maret
2017)
Menurut penuturan yang dikatakan oleh para keluarga pasien bahwa benar,

mereka mengalami kecemasan diawal keperawatan pasien masuk ruang intensive.

Namun setelahnya setelah mereka mendapatkan informasi yang cukup jelas mereka
67

sudah bisa tenang didalam mencerna informasi dan mereka sudah percaya terhadap

dokter atau perawat yang menangani. Mereka hanya menyayangkan mengenai sedikit

rumitnya birokrasi yang ada. Sehingga mereka harus mondar-mandir dalam hal

administrasi atau dalam hal mengurus kebutuhan pasien.

4.3 Pembahasan Data

4.3.1 Kecemasan Pada Keluarga Pasien

Pada ruangan rawat intensive seperti di ruang NICU, ICU, ICCU, dan Burn

Unit, keluarga pasien pasti akan mengalami yang disebut dengan anxiety dan

disorganisasi perasaan pada awal keperawatan. Mengenai itu juga dibenarkan oleh

Pochard (dalam Kiptiyah dan Mustikasari, 2013) bahwa memang betuh lebih dari dua

pertiga keluarga pasien di ICU memiliki gejala kecemasan atau depresi selama hari-

hari pertama perawatan dan dapat berubah seiiring dengan kondisi pasien selama

perawatan. Lalu mengapa tingkat kecemasan itu lebih tinggi diruang intensive care

seperti IRIR dibanding dengan ruang ruangan lainnya? Karena peran keluarga yang

sangat terbatas, kondisi ruangan yang tertutup, sedangkan klien butuh perawatan yang

lebih ekstra dan waktu untuk berkunjung yang terbatasi menjadikan akses komunikasi

antara klien dan keluarga menjadi berkurang (Nurulhuda, 2014).

Selain itu juga menurut pernyataan dari salah satu keluarga pasien yang

anaknya dirawat di NICU bahwa apabila mereka mendapatkan panggilan dari

ruangan, mereka akan tergesah gesah dan merasakan cemas yang berlebihan

dikarenakan takut akan terjadi kondisi buruk pada anaknya.


68

Mengenai kecemasan pada keluarga pasien memang dibenarkan oleh Ira dan

Riri (2014) dalam sebuah jurnal mereka menyatakan bahwa benar keluarga pasien

saat sedang menunggu diruang tunggu akan sangat cemas, hal ini dikarenakan jam

besuk diruangan intensif yang terbatas, keadaan pasien yang tidak stabil serta

keadaan ruang tunggu yang berfasilitas minim untuk keluarga pasien menambah

kecemasan keluarga. Di ruangan tersebut pada keluarga pasien akan mengalami

pengalaman yang masing masingnya berbeda dalam menderita gangguan emosional

selama tinggal dan setelah keluar ICU. Kecemasan, depresi dan gangguan stres paska

trauma lebih tinggi pada keluarga pasien dari pada pasien itu sendiri,(Sugimin, 2017)

Di gedung bedah pusat terpadu (GBPT) sendiri tunggu keluarga pasien

tergolong cukup jauh dari lokari IRIR itu sendiri. Tempat tunggu yang jauh dari

ruang perawatan juga menjadi faktor yang membuat keluarga begitu cemas. Apabila

mereka mendapat panggilan dari ruangan, mereka pasti akan bergegas menuju

ruangan dan tidak sering tidak mendengarkan apa sebenarnya kebutuhkan untuk

mereka dipanggil ke ruangan tersebut. Seperti yang dikatakan oleh perawat di NICU

bahwa mereka selalu tergesah gesah saat dipanggil keruangan bahkan sampai mereka

tidak terlalu mendengarkan sebenarnya apa yang dibutuhkan kenapa mereka sampai

dipanggil keruangan. Untuk mengurangi rasa cemas tersebut para petugas medis

seperti dokter dan perawat pasti akan memberitahukan alasan mereka dipanggil ke

ruangan.

Dalam komunikasi kesehatan, kecemasan ini ada didalam cakupan kajian

tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Berry (2007) menjelaskan bahwa pentingnya
69

komunikasi untuk membangun informasi tentang orang lain dan mengurangi

ketidakpastian, dan perkembangan hubungan dikembangkan melalui keterbukaan diri

melalui pengungkapan informasi, sikap, dan perasaan melalui komunikasi.

ketidakpastian tersebut sebenarnya diciptakan oleh keluarga pasien yang mengalami

rasa cemas berlebihan itu sendiri. Mereka mengganggap ada hal yang terjadi dengan

keluarga mereka. Sedangkan dari pihak petugas medis sendiri sudah memberikan

informasi yang memang dibutuhkan.

Sjafirah (2015) mengatakan ada 8 poin kunci yang terkait dengan arti penting

komuniasi kesehatan. Salah satunya adalah Kecemasan dan ketidakpuasan pasien

berkaitan dengan ketidakpastian, kekurangan informasi dalam hal penjelasan atau pun

feedback yang diberikan. Feedback merupakan hal salah satu unsur penting yang ada

dalam lingkup komunikasi. Dari feedback tersebut akan diketahui sudah sampai mana

mereka mengerti mengenai apa yang telah disampaikan oleh dokter atau perawat.

Untuk mendapatkan feedback tersebut para komunikator yang disini adalah petugas

medis dokter dan perawat menanyakan kembali mengenai apa yang telah

disampaikan tadi. Feedback ini digunakan agar komunikasi berjalan dua arah, tidak

satu arah hanya dari petugas medis saja. Jika komunikasi yang dilakukan searah,

maka pesan yang disampaikan tidak akan diketahui apakah pesan tersebut sudah

sampai dengan benar kepada komunikan.

Menurut Karin et a (dalam Ira, Maria, 2014) Ketidakpastian tentang

prognosis pasien, keputusan yang dilakukan keluarga pasien belum kondisi terminal,

apa yang diharapkan selama perawatan di ICU, dan besarnya penderitaan pasien dan
70

keluarga yang menunggu di unit perawatan intensif termasuk didalamnya beban biaya

yang harus ditanggung oleh keluarga pasien adalah halhal yang membuat menambah

cemas para keluarga pasien sedang sakit di ruang Intensive. Untuk mengurangi rasa

cemas yang disebab kan mengenai prognosis, vonis dan segala yang berhubungan

dengan perkembangan kesehatan pasien, dokter sebagai petugas medis yang

mempunyai wewenang untuk memberikan tindakan vonis dan prognosis kepada

pasien akan menyampaikan dengan secara apa adanya tanpa dikurang kurangi dan

memeberikan harapan palsu juga. Maksudnya adalah menyampaikan yang memang

sebenarnya terjadi dan kemungkinan terjadi. Menurut ia dengan begitu setidaknya

keluarga pasien akan faham dan sedikit akan mengurangi rasa cemas mereka.

Salah satu cara agar kecemasan itu setidaknya sedikit berkurang adalah

dengan cara membangun komunikasi interpersonal dengan keluarga pasien.

Terbangunnya komunikasi interpersonal tersebut dapat menimbulkan kepercayaan

terhadap tim medis, khususnya dokter yang menangani pasiennya itu sendiri. Seperti

yang dikatakan oleh rakhmat (2005) bahwa percaya atau trust adalah faktor yang

paling penting untuk menumbuhkan atau membangun sebuah hubungan,

4.3.2 Edukasi

Dalam buku pedoman komunikasi RSUD Dokter spetomo Surabaya, terdapat

3 hal yang wajib dikomunikasikan kepada klien informasi, inform concent,

edukasi. Pemberian edukasi pada keluarga dan pasien merupakan usaha yang

dilakukan petugas medis dokter dan perawat untuk memberikan informasi


71

mengenai masalah kesehatan pasien yang memang belum diketahui, sedang

kan hal itu perlu diketahui. Hal hal tersebut termasuk didalamnya adalah jam

berkunjung, mengenai kebersihan, cuci tangan sebelum memasuki ruangan,

penggunaan baju ruangan, sampai dengan perawatan yang akan atau sedang

dilaksanakan.

Di IRIR masing masing ruangan merawat pasien yang berbeda beda jenis

masalahnya, maka edukasi yang dilakukan berbeda beda disetiap ruangan,

disesuaikan dengan kebutuhan para pasien. Tetapi yang pasti saat pertama pasien

masuk diruangan, keluarga pasti akan dipanggil untuk di edukasi dijelaskan mengenai

apa yang terjadi dengan pasien, lalu setelahnya akan diberikan inform concent yang

berisi form persetujuan tindakan yang diberikan oleh dokter

Menurut Astutik dan Widodo (2011) Salah satu peran perawat adalah sebagai

educator dengan begitu untuk mengurangi tingkat kecemasan keluarga. Perawat

memberikan informasi pada keluarga menjelaskan tentang perawatan yang diberikan

pada pasien. Dari pernyataan diatas memang benar bahwa perawat yang menjadi

educator untuk keluarga maupun pasien. Dalam beberapa wawancara yang telah

peneliti lakukan, memang perawatlah yang lebih banyak tugasnya untuk berhubugnan

dengan keluarga pasien dalam hal memberikan edukasi. Seperti pada ruang ICU

edukasi dilakukan diawal perawatan. Keluarga akan diedukasi dengan perantara

perawat, perawat disini menjadi moderator untuk diskusi.


72

Dari pihak dokter edukasi juga akan dilakukan setelah pasien masuk

keruangan tersebut. Dokter pasti akan memberitahukan mengenai penyakit apa yang

di derita, tindakan tindakan apa saja yang akan dilakukan, peralatan medis apa yang

di gunakan. Setelahnya dokter akan memberikan inform concent untuk disetujui

keluarga pasien. Inform consent menurut Tohari (2014) teridiri dari dua kata yaitu

“informed” yang berarti informasi atau keterangan dan “consent” yang berarti

persetujuan atau memberi izin. Informed Consent ini juga merupakan suatu tanda

bukti yang akan disimpan di dalam arsip rekam medis pasien yang bisa dijadikan

sebagai alat bukti bahwa telah terjadi kontrak terapeutik antara dokter dengan pasien

(Wardhani, 2009). Inform consent ini dapat diberikan secara lisan dan tulisan, seperti

yang telah dikatakan di atas bahwa setelah memberikan edukasi yang dilakukan

secara lisan, setelah mereka faham pihak dokter pun sudah yakin dan mendapatkan

feedback dari komunikan, maka keluarga pasien diminta untuk mengisi inform

consent tersebut.

4.3.3 Hambatan Dalam Komunikasi

Seperti yang telah di jabarkan dipenyajian data bahwa Dokter Soetomo

merupakan rumah sakit ber tipe A yang merupakan rumah sakit rujukan dari Jawa

Timur bahkan Indonesia. Maka dari itu pasien yang ada di rumah sakit ini datang dari

berbagai macam daerah dan juga bahasa. Menurut penuturan dari petugas medis di

ruangan ICU, ICCU, NICU dan burn unit bahwa mereka seringkali mengalami

kendala dalam berbahasa dengan keluarga pasien, khususnya mereka yang datang
73

dari pulau Madura. Seperti yang dikatakan salah satu perawat di NICU bahwa

memang sering diruangannya terjadi kesulitan dalam berkomunikasi dengan keluarga

pasien karena faktor bahasa.

Dalam komunikasi sendiri hal itu disebut dengan hambatan dalam

berkomunikasi. Segala sesuatu yang menghalangi kelancaran komunikasi disebut

dengan hambatan (noice). Hambatan dalam proses komunikasi datang dari beberapa

factor. Seperti yang disampaikan oleh. Effendi (2000) bahwa ada beberapa hambatan

yang mungkin akan muncul dalam komunikasi. Hambatan hambatan tersebut adalah

sosiologis-antropologis-psikologis, hambatan semantic, hambatan mekanis dan

hambatan ekologis.

Jika dalam IRIR hambatan komunikasi itu datang dari kesuitan bahasa, maka

termasuk dalam hambatan antropologis. Dimana hambatan antropologis sendiri

menurut Effendi (2000) adalah hambatan komunikasi secara antropologis

dimaksudkan bahwa banyaknya suku, ras, agama, warna kulit, kebudayaan, bahasa,

norma, dan kebiasaan. Kesulitan bahasa disini yang sering diaalami oleh perawat

maupun dokter merupakan hambatan antropologi karena kedua belah pihak yang

sedang berkomunkasi berbeda latar belakang. Tak jarang pula tingkat social dan

pendidikan menjadi pemICU adanya hambatan tersebut. Apabila ada keluarga

ngpasien yang memiliki tingkat pendidikan kurang, mereka akan sulit untuk diajak

berkomunikasi akan sulit untuk menangkap informasi dengan cepat dan jelas.
74

4.3.4 Rasa Empati dan Komunikasi Non verbal

Empati adalah suatu kemampuan untuk mengenali, mempresepsi dan

merasaakn perasaan yang dirasakan oleh orang lain. Dalam dunia medis khususnya di

ruangan intensive care seperti ICU, ICCU, Burn Unit dan NICU yang menangani

pasien pasien yang beresiko tinggi terjadi kegawatan. Seseorang dapat di katakan

memiliki rasa empati jika ia dapat memahami dan menghargai keadaan perasaan

orang lain serta dapat melihat keadaan luar menurut yang dirasakan oleh orang

tersebut, dan mengomunikasikan penghayatan bahwa dirinya memahami perasaan,

tingkah laku dan pengalaman orang tersebut secara pribadi (Budiningsih, 2004)

Sebagai seorang petugas medis, dokter perawat yang bekerja di ruangan

intensive care sudah dapat dipastikan bahwa mereka sering mengalami pasien dengan

keadaan kritis, gagal nafas, koma sampai dengan meninggal dunia. Beda halnya

dengan keluarga pasien yang mungkin baru kali itu saja mengalami hal tersebut.

Berempati berarti membayangkan diri kita ada pada kejadian yang menimpa orang

lain, berusaha merasakan apa yang orang lain rasakan. Menurut Rakhmat (2005)

adalah orang yang mempunyai rasa empati merupakan orang yang mampu untuk

memahami keadaan orang lain, dengan menunjukan reaksi secara emosional ketika

orang lain mengalami emosi.

Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa memang setiap petugas medis akan

melakukan hal yang sama bahwa pasien yang mereka rawat mereka akan merasakan

bahwa yang dirawat itu adalah anggota keluarga mereka sendiri. Lalu ada kemauan
75

dalam diri seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka para petugas

medis perawat dan dokter sudah memiliki pengalaman yang dibilang cukup untuk

mengetahui bagaimana cara menghadapi berbagai macamekejadian dan mereka akan

peka terhadap perasaan keluarga pasien. Empati ini tidak mutlak merupakan faktor

bawaan, artinya empati ini dapat dikembangkan dalam kehidupan seseorang dengan

melatih dan meningkatkannya seiring bertambahnya usia dan kematangan serta

pemahaman tentang diri sendiri dan orang lain.

Peka terhadap bahasa non verbal. Dalam menunjukan rasa empati memang

tidak hanya semata mata dengan kata kata saja namun juga dengan komunikasi

nonverbal. Dalam menunjukan rasa empati ada banyak cara yang dilakukan oleh

petugas medis khususnya perawat yang berhubungan secara langsung dan personal

kepada keluarga pasien. Rasa empati itu dapat berupa kata-kata seperti “Ibu yang

sabar ya Ibu banyak berdoa..ee Insya Allah kan ada jalan yang terbaik”, lalu sambil

memegang bahu dan menunjukan mimic muka bahwa benar mereka merasakan hal

yang keluarga pasien rasakan. Dalam keadaan pasien kritis ibu mega akan memanggil

ibu atau orang tua bayi dan memberikan tempat duduk dan memegang bahu ibu itu

untuk memberikan ketenangan pada sang ibu. Yang ke empat Mengambil peran,

artinya dokter maupun peerawat mampu mengambil tindakan bilang sedang

seseorang mampu mengambil tidakan atas permasalahan yang sedang dihadapinya.

Seperti misalnya pasien dengan tingkat kegawatan keluarga pasti akan cemas, tugas

perawatlah untuk menenagkan mereka dengan tak lupa untuk tetap tenang dan

berdoa. Memasukan unsur agama juga sangat penting bagi keluarga pasien.
76

Tidak larut atau tetap kontrol emosi diri. Dari hasil wawancara tersebut bu Sri

mengatakan bahwa mereka hanya ada dalam tahap empati, bukan simpati sampai

dengan ikut menangis atau semacamnya. Disini peran perawat memang lebih karena

menurut Bailey, Sabbagh, Loiselle, Boileau, & McVey (dalam Sugiman 2017)

perawat memiliki tanggung jawab penting untuk mengatasi kebutuhan dan

keprihatinan anggota keluarga selama di ICU.


78

dengan peraturan ruangan yang ketat. Kemudian faktor-faktor lain yang membuat

rasa cemas itu muncul seperti memikirkan biaya pengobatan, memikirkan situasi

apabila mereka ditempatkan pada posisi untuk memiih hidup dan mati.

Selain itu dibutuhkan kepercayaan antara keluarga pasiendengan petugas

medis. Karena keluarga merupakan social support bagi anggota keluarga mereka

yang sedang mengalami sakit. Maka dari itu diawal keperawatan seorang dokter yang

lebih menangani keluarga pasien akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Akan

bertanya dari mana mereka berasal, mereka lebih melakukan pendekatan

interpersonal diawal agar terbangun rasa saling percaya satu sama lain. Begitu juga

dengan perawat, mereka juga akan memperkenalkan diri mereka diawal perawatan.

Tak jarang terjadi hambatan dalam komunikasi antar petugas medis dokter

ataupun perawat dengan keluarga pasien. hambatan tersebut sering kalo terjadi karena

perbedaan bahasa yang digunakan. Dokter maupun perawat akan menggunakan

bahasa awam dalam setiap menyampaikan informasi kepada keluarga pasien. Agar

dapat lebih dipahami oleh keluarga pasien. Mereka para petugas medis akan melihat

latar belakang siapa yang mereka sedang ajak bicara. Pengalaman yang banyak

mengajarkan mereka untuk menghadapi karakter keluarga pasien yang ada. Tak lupa

dokter dan perawat akan “meminta” feedback dari keluarga pasien setelah mereka

menyampaikan informasi. Dengan begitu mereka akan tahu bahwa pihak keluarga

sudah benar benar mengerti dengan apa yang di sampaikan . tak jarang para petugas

medis menggunakan gambar sebagai media lain untuk menyampaikan informasi.


79

5.2 Saran

5.2.1 Saran Akademis

1. Peneliti sadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, maka untuk

penelitian selanjutnya mengenai komunikasi kesehatan dapat memenuhi

kekurangan dari penelitian ini.

2. Diharapkan dengan penelitian ini, dapat memperkaya lagi kajian ilmu

komunikasi khususnya pada bidang komunikasi kesehatan.

5.2.2 Saran Praktis

Diadakan pelatihan mengenai komunikasi kesehatan bagi petugas medis,

dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi yang dilakukan

petugas medis saat menyampaikan informasi mengenai kondisi pasien di

ruang intensive care kepada keluarga pasien, agar semua petugas medis

memiliki kompetensi yang sama dalam hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai