Anda di halaman 1dari 212

Akuntansi Biaya

Buku Ajar Mahasiswa

Penulis
Drs. Joni Susilowibowo, M.Pd
Dr. Agung Listiadi, M.Ak
Han Tantri Hardini, S.Pd., M.Pd

Editor
Prof. Dr. Hariyati, M.Ak., C.A
Dr. Titik Indarti, M.Pd

Penerbit
Unesa University Press

i
AKUNTANSI BIAYA

Penulis
Drs. Joni Susilowibowo, M.Pd
Dr. Agung Listiadi, M.Ak
Han Tantri Hardini, S.Pd., M.Pd

Nama Editor
Prof. Dr. Hariyati, M.Ak., C.A
Dr. Titik Indarti, M.Pd

Diterbitkan Oleh
UNESA UNIVERSITY PRESS
Anggota IKAPI No. 060/JTI/97
Anggota APPTI No. 133/KTA/APPTI/X/2015
Kampus Unesa Ketintang
Gedung C-15 Surabaya
Telp. 031 – 8288598; 8280009 ext. 109
Fax. 031 – 8288598
Email : unipress@unesa.ac.id

XVIII, 194 hal., Illus, 15.5 x 23


ISBN : 978-602-449-550-3

copyright © 2021 Unesa University Press

All right reserved


Hak cipta dilindungi oleh undang-undang dilarang mengutip atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun baik
cetak, fotoprint, microfilm, dan sebagainya, tanpa izin tertulis dari penerbit.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga buku ajar untuk mahasiswa
(BAM) dapat terselesaikan dengan baik. Buku ajar yang disusun ini bertujuan
untuk memudahkan mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah akuntansi
Biaya yang ada di Program Studi Pendidikan Akuntansi. Buku ini disusun
sesuai dengan kurikulum dan RPS yang ada di Program Studi Pendidikan
Akuntansi. Buku ini terdiri dari 5 BAB yang masuk dalam kegiatan
pembelajaran sesuai dengan RPS mata kuliah Akuntansi Biaya sebagai
berikut:

1. BAB 1: Konsep Dasar Biaya


2. BAB 2: Komponen Biaya Produksi
3. BAB 3 : Metode Harga Pokok Pesanan
4. BAB 4 : Metode Harga Pokok Proses
5. BAB 5 : Produk Bersama (Joint Cost and Joint Product)

Buku ajar mahasiswa yang penulis buat ini masih belum sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan buku
ajar ini kami nantikan. Akhirnya semoga buku ajar ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak terutama mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Unesa.
.

Surabaya, 9 Oktober 2021

Penulis

iii
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Program Studi : S1 Pendidikan Akuntansi


Nama Mata Kuliah : Akuntansi Biaya
Kode Mata Kuliah : 7014213026
Semester/SKS : Gasal / 5
Prasyarat : Telah menempuh matakuliah Pengantar
Akuntansi
Nama Dosen Pengampu : Drs. Joni Susilowibowo, M.Pd
Dr.Susanti, M.Si
Han Tantri Hardini, S.Pd., M.Pd
Moh. Danang Bahtiar, S.Pd., M.Pd

Capaian Pembelajaran Matakuliah/Kompetensi:

 Memanfaatkan IPTEKS dan sumber belajar untuk menelusuri data dan informasi
tentang akuntansi biaya.
 Menganalisis kajian teori akuntansi biaya serta memformulasikannya dalam
penyelesaian masalahsecara prosedural.
 Mampu mengambil keputusan strategis berdasarkan data dan informasi biaya
dalam penentuan harga pokok dengan metode harga pokok pesanan dan
metode harga pokok proses.
 Memiliki sikap bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas secara individu
maupun kelompok, serta tugas secara lisan maupun tulisan.

Deskripsi Matakuliah:

Mata kuliah ini membahas tentang pengetahuan, wawasan dan kompetensi dalam
bidang ilmu akuntansi biaya tentang konsep dasar akuntansi biaya, metode
pengumpulan harga pokok produk melalui metode harga pokok pesanan, metode
harga pokok proses dengan berbagai karakteristik, dan diakhiri dengan pokok bahasan
penentuan harga pokok produk bersama (join cost). Perkuliahan dilaksanakan dengan
model pembelajaran berbasis masalah. Metode yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran adalah metode ceramah, diskusi, tanya jawab, penugasan.
Strategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah individual dan group learning dan
model pembelajaran yang digunakan adalah problem based learning, dan diskusi
kooperatif.

Referensi:
1. Carter Usry. 2009. Cost Accounting. Edisi 14, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
2. Hansen Mowen. 2000. Akuntansi Manajemen. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
3. Bustami Bastian dan Nurlela. 2007. Akuntansi Biaya: Teori dan Aplikasi. Edisi
Pertama. Jakarta: Graha Ilmu.
4. Supriyono, R.A. 2013. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: BPFE
5. Horngren, C.T and G. Foster. 2002. Cost Accounting A Managerial Emphasis:
New Jersey: Prentice Hall Inc.

v
Pert Indikator Strategi Sumber Belajar Pengalaman
Kemampuan Akhir Bahan Kajian Waktu
ke- Pembelajaran /Media Belajar

1 Mampu 1.1 Menjelaskan Tipe 1.1 Tipe pokok Pendekatan: Berpusat Sumber Belajar : 150’  Mahasiswa
menjelaskan pokok akuntansi akuntansi kepada mahasiswa Buku 1,2,3,4 dan 5 membaca buku
konsep dasar 1.2. Menjelaskan 1.2 Akuntansi (Student centered Media : Modul tentang pokok
akuntansi biaya Akuntansi keuangan Keuangan dan approach) Akuntansi Biaya, bahasan
dan dan akuntansi biaya Akuntansi Biaya Metode : diskusi, tanya Power point, dan konsep dasar
mengidentifikasi 1.3 Menjelaskan 1.3 Akuntansi Jawab, dan LCD dan klasifikasi
biaya Akuntansi biaya keuangan dan penugasan biaya
merupakan bagian akuntansi Model : Problem  Mahasiswa
dari akuntansi manajemen Based Learning berdiskusi
keuangan dan tentang pokok
akuntansi bahasan
manajemen konsep dasar
1.4 Mengidentifikasi 1.4 Tujuan dan klasifikasi
tujuan akuntansi akuntansi biaya biaya
biaya  Mahasiswa
1.5 Mengidentifikasi biaya 1.5 Penggolongan mengerjakan
berdasarkan : Biaya latihan soal
 Obyek pengeluaran dengan
 Fungsi pokok mengkaji dari
dalam perusahaan berbagai
 hubungan biaya sumber
dengan yang
dibiayai

vi
Pert Indikator Strategi Sumber Belajar Pengalaman
Kemampuan Akhir Bahan Kajian Waktu
ke- Pembelajaran /Media Belajar

 biaya dengan
perubahan volume
produksi
 Jangka waktu dan
manfaatnya
2-5 Mampu 2.1 Mengkaji ulang 2.1 Komponen biaya Pendekatan: Berpusat Sumber Belajar : 600’  Mahasiswa
mengidentifikasi laporan keuangan produksi langsung kepada mahasiswa Buku 1,2,3,4 dan 5 membaca buku
komponen biaya perusahaan (BBB, BTKL) (Student centered Media : Modul tentang pokok
produksi manufaktur approach) Akuntansi Biaya, bahasan
2.2 Mengidentifikasi Metode : diskusi, tanya Power point, dan metode
Komponen Biaya Jawab, dan LCD pengumpulan
produksi Langsung penugasan harga pokok
yaitu Biaya Bahan Model : Problem produksi,
Baku (BBB) dan Based Learning dan komponen
Biaya Tenaga Kerja cooperatif Learning biaya produksi,
Langsung (BTKL) laporan harga
3.1 Mengidentifikasi 3.1 Komponen biaya pokok produk,
Komponen Biaya produksi tak dan
Produksi tak langsung (BOP) departementali
langsung yaitu Biaya sasi BOP
Overhead Pabrik  Mahasiswa
(BOP) mengerjakan
3.2 Membuat laporan 3.2 Laporan harga latihan soal
harga pokok produksi pokok produk dengan

vii
Pert Indikator Strategi Sumber Belajar Pengalaman
Kemampuan Akhir Bahan Kajian Waktu
ke- Pembelajaran /Media Belajar

4.1 Menjelaskan ruang 4.1 Departementalisa mengkaji dari


lingkup si BOP berbagai
Departementalisasi 4.2 Klasifikasikan sumber
BOP Departemen dan
4.2 Mengklasifikasikan kaitannya
Departemen dan dengan BOP
kaitannya dengan
BOP
4.3 Mengidentifikasi 4.3 Langkah-langkah
langkah-langkah penentuan Tarif
penentuan Tarif BOP BOP Per
Per Departemen Departemen
4.4 Menyusun Tarif BOP 4.4 Tarif BOP
Per Departemen
5.1 Mengalokasikan BOP 5.1 Metode Alokasi
Departemen Departementalis
Pembantu ke asi BOP dari
Departemen Produksi departemen
5.2 Menjelaskan Prosedur Pembantu ke
Akuntansi departemen
Departementalisasi Produksi:
BOP

1. Metode

viii
Pert Indikator Strategi Sumber Belajar Pengalaman
Kemampuan Akhir Bahan Kajian Waktu
ke- Pembelajaran /Media Belajar

Alokasi
Langsung
(Direct
Allocation
Method)
2. Metode
Alokasi
Bertahap
(Step
Method)
5.2 Prosedur
Akuntansi
Departementalis
asi BOP
6-7 Mampu 6.1 Menjelaskan 6.1 Metode harga Pendekatan: Berpusat Sumber Belajar : 2x150’=  Mahasiswa
menjelaskan pengertian harga pokok pesanan kepada mahasiswa Buku 1,2,3,4 dan 5 300’ membaca buku
metode harga pokok pesanan (Student centered Media : Modul tentang pokok
pokok pesanan 6.2 Mengidentifikasi 6.2 Karakteristik approach) Akuntansi Biaya, bahasan
karakteristik metode metode harga Metode : diskusi, tanya Power point, dan metode harga
harga pokok pesanan pokok pesanan Jawab, dan LCD pokok pesanan
6.3 Menjelaskan 6.3 Hubungan penugasan
hubungan aktivitas aktivitas Model : Problem  Mahasiswa
perusahaan industri perusahaan Based Learning dan mengerjakan
dengan aliran biaya industri dengan kooperatif Learning

ix
Pert Indikator Strategi Sumber Belajar Pengalaman
Kemampuan Akhir Bahan Kajian Waktu
ke- Pembelajaran /Media Belajar

produksi aliran biaya latihan soal


produksi dengan
7.1 Menjelaskan prosedur 7.1 Prosedur mengkaji dari
akuntansi biaya pada akuntansi biaya berbagai
metode harga pokok pada metode sumber
pesanan harga pokok
pesanan
7.2 Membuat kartu harga 7.2 Kartu harga
pokok pesanan pokok pesanan
7.3 Mengerjakan siklus 7.3 Siklus akuntansi
akuntansi biaya pada biaya pada
metode harga pokok metode harga
pesanan pokok pesanan
8 UTS 90’

9-13 Mampu 9.1 Menjelaskan 9.1 Karakteristik Pertemuan 9: Sumber Belajar : 6x150’=  Mahasiswa
menjelaskan dan karakteristik metode metode harga Pendekatan: Berpusat Buku 1,2,3,4 dan 5 900’ membaca buku
mengaplikasikan harga pokok proses pokok proses kepada Dosen Media : Modul tentang pokok
metode harga (teacher center Akuntansi Biaya, bahasan
pokok proses 9.2 Mengidentifikasi cara 9.2 cara menyusun Approach) Power point, dan metode harga
menyusun harga harga pokok Metode : Ceramah, LCD pokok proses
pokok produk produk diskusi, tanya jawab,  Mahasiswa
9.3 Mengerjakan 9.3 Penyusunan penugasan mengerjakan
penyusunan laporan laporan harga Model : Direct latihan soal

x
Pert Indikator Strategi Sumber Belajar Pengalaman
Kemampuan Akhir Bahan Kajian Waktu
ke- Pembelajaran /Media Belajar

harga pokok produk pokok produk Instruction dengan


 mengkaji dari
berbagai
10.1 Mengerjakan 10.1 Prosedur
sumber
prosedur akuntansi akuntansi biaya
Pertemuan 10-13:
biaya metode harga metode harga
Pendekatan : Berpusat
pokok proses pokok proses
kepada mahasiswa
11.1 Mengerjakan 11.1 Penyusunan
(Student centered
penyusunan laporan laporan harga
approach)
harga pokok pokok produksi,
Metode : diskusi, tanya
produksi, perusahaan
Jawab, dan
perusahaan mengolah
penugasan
mengolah produk produk melalui
Model : Problem
melalui lebih dari lebih dari satu
Based Learning dan
satu departemen departemen
kooperatif Learning
11.2 Mengerjakan 11.2 Penyusunan
penyusunan laporan laporan harga
harga pokok pokok produksi,
produksi, perusahaan
perusahaan mengolah
mengolah produk produk melalui
melalui lebih dari lebih dari satu
satu departemen, departemen,
memperhatikan memperhatikan
adanya produk hilang adanya produk

xi
Pert Indikator Strategi Sumber Belajar Pengalaman
Kemampuan Akhir Bahan Kajian Waktu
ke- Pembelajaran /Media Belajar

dalam pengolahan hilang dalam


pengolahan

12.1 Mengerjakan 12.1 Penyusunan


penyusunan laporan laporan harga
harga pokok pokok produksi,
produksi, perusahaan
perusahaan mengolah
mengolah produk produk melalui
melalui lebih dari lebih dari satu
satu departemen, departemen,
memperhatikan memperhatikan
adanya produk adanya produk
dalam proses awal dalam proses
secara rata – rata awal secara
rata – rata

xii
Pert Indikator Strategi Sumber Belajar Pengalaman
Kemampuan Akhir Bahan Kajian Waktu
ke- Pembelajaran /Media Belajar

13.1 Mengerjakan 13.1 Penyusunan


penyusunan laporan laporan harga
harga pokok pokok produksi,
produksi, perusahaan
perusahaan mengolah
mengolah produk produk melalui
melalui lebih dari lebih dari satu
satu departemen, departemen,
memperhatikan memperhatikan
adanya produk adanya produk
dalam proses dalam proses
secara MPKP secara MPKP
14-15 Mampu 14.1 Mengidentifikasi 14.1 Join cost dan Pertemuan 14: Sumber Belajar : 2x150’=  Mahasiswa
mengerjakan harga makna join cost Join Product Pendekatan: Berpusat Buku 1,2,3,4 dan 5 300’ membaca buku
pokok produk 14.2 Menjelaskan 14.2 Karakteristik kepada Dosen Media : Modul tentang pokok
bersama (join cost) karakteristik Produk :Produk (teacher center Akuntansi Biaya, bahasan joint
bersama, produk bersama, Approach) Power point, dan cost dan joint
sampingan produk Metode : Ceramah, LCD product
sampingan diskusi, tanya jawab,  Mahasiswa
14.3 Mengerjakan cara 14.3 Metode penugasan mengerjakan
mengalokasikan pengalokasian Model : Direct latihan soal
biaya bersama biaya bersama Instruction dengan
pada produk utama pada produk mengkaji dari
dan produk utama dan Pertemuan 15:

xiii
Pert Indikator Strategi Sumber Belajar Pengalaman
Kemampuan Akhir Bahan Kajian Waktu
ke- Pembelajaran /Media Belajar

sampingan produk Pendekatan: Berpusat berbagai


sampingan kepada mahasiswa sumber
15.1 Mengerjakan cara 15.1 Menghitung dan (Student centered
menghitung dan memperlakukan approach)
memperlakukan atas produk Metode : diskusi, tanya
atas produk sampingan Jawab, dan
sampingan penugasan
Model : Problem
Based Learning dan
kooperatif Learning
16 UAS 90’

Mengetahui,

Kaprodi S1 Pendidikan Akuntansi Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah

Dr. Luqman Hakim., M.SA Drs. Joni Susilowibowo, M.Pd

NIP. 197302152009121001 NIP. 195906011986011001

xiv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii


RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) ................................................iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................... xiii

BAB 1 Konsep Dasar Akuntansi Biaya ...................................................... 1


A. Pendahuluan ................................................................................................ 1
1. Deskripsi Singkat cakupan materi bab ini .................................................... 1
2. Tujuan pembelajaran .................................................................................... 1
B. Materi ............................................................................................................ 1
1. Tipe Pokok Akuntansi .................................................................................. 1
2. Akuntansi Biaya Merupakan Bagian dari Akuntansi Keuangan dan
Akuntansi Manajemen ................................................................................ 3
3. Pengertian Akuntansi Biaya ......................................................................... 4
4. Tujuan Pokok Akuntansi Biaya ..................................................................... 6
5. Penggolongan biaya .................................................................................... 8
C. Perlatihan ................................................................................................... 11
D. Daftar Bacaan ............................................................................................ 18

BAB 2 Komponen Biaya Produksi ........................................................... 19


A. Pendahuluan .............................................................................................. 19
1. Deskripsi Singkat cakupan materi bab ini .................................................. 19
2. Tujuan pembelajaran .................................................................................. 19
B. Materi .......................................................................................................... 19
1. Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur ............................................. 19
2. Komponen Biaya Produksi Langsung ........................................................ 23

xiii
3. Komponen Biaya Poduksi Tak Langsung ................................................. 30
4. Prosedur Akuntansi Barang Jadi dan Barang Dalam Proses
Akhir Periode ............................................................................................. 39
5. Prosedur Akuntansi Penjualan atau Penyerahan Barang Jadi
kepada Pemesan ...................................................................................... 40
6. Membuat Laporan Harga Pokok Produksi ................................................ 41
7. Departementalisasi BOP ............................................................................ 42
C. Perlatihan ................................................................................................... 49
D. Daftar Bacaan ............................................................................................ 52

BAB 3 Metode Harga Pokok Pesanan ..................................................... 53


A. Pendahuluan .............................................................................................. 53
1. Deskripsi Singkat cakupan materi bab ini ................................................ 53
2. Tujuan pembelajaran ................................................................................ 53
B. Materi ........................................................................................................ 53
1. Pengertian Harga Pokok Pesanan ........................................................... 53
2. Karakteristik Perusahaan yang Menggunkana Metode Harga
Pokok Pesanan ......................................................................................... 54
3. Hubungan Aktivitas Perusahaan Manufaktur dengan Aliran Biaya
Produksi ..................................................................................................... 55
4. Prosedur Akuntansi Biaya Pada Metode Harga Pokok Pesanan ............. 57
5. Kartu Harga Pokok Pesanan ..................................................................... 62
C. Perlatihan ................................................................................................... 71
D. Daftar Bacaan ............................................................................................ 91

BAB 4 Metode Harga Pokok Proses........................................................ 92


A. Pendahuluan .............................................................................................. 92
1. Deskripsi Singkat cakupan materi bab ini ................................................. 92

xiv
2. Tujuan pembelajaran .................................................................................. 92
B. Materi .......................................................................................................... 92
1. Pengertian dan Karakteristik Metode Harga Pokok Proses ....................... 93

2. Mengidentifikasi Cara Menyusun Harga Pokok Produksi ........................... 95

3. Sistem Pembebanan Biaya Pada Metode Harga Pokok Proses ................ 99

4. Prosedur Akuntansi Biaya Metode Harga Pokok Proses ......................... 102

5. Mengerjakan Penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi Perusahaan


Mengolah Produk Melalui Satu Departemen dan Pencatatan Transaksinya104

6. Mengerjakan Penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi Perusahaan


Mengolah Produk Melalui Lebih dari Satu Departemen dan Pencatatan
Transaksinya .............................................................................................. 107

7. Mengerjakan Penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi Perusahaan


Mengolah Produk Melalui Lebih dari Satu Departemen, Memperhatikan

adanya produk hilang dalam pengolahan dan Pencatatan Transaksinya 113

8. Mengerjakan Penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi Perusahaan


Mengolah Produk Melalui Lebih dari Satu Departemen, Memperhatikan adanya
produk dalam proses secara rata-rata dan Pencatatan Transaksinya ..... 122

9. Mengerjakan Penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi Perusahaan


Mengolah Produk Melalui Lebih dari Satu Departemen, Memperhatikan

adanya produk dalam proses secara MPKP dan Pencatatan Transaksinya128

C. Perlatihan ................................................................................................... 134


D. Daftar Bacaan ............................................................................................ 170

BAB 5 Biaya Bersama (Joint Cost) ........................................................ 171


A. Pendahuluan ............................................................................................ 171
1. Deskripsi Singkat cakupan materi bab ini ................................................ 171

xv
2. Tujuan pembelajaran ............................................................................... 171
B. Materi ....................................................................................................... 171
1. Pengertian Biaya Bersama (Joint Cost) .................................................. 173
2. Produk Gabungan (Joint Product) ........................................................... 173
3. Produk Sampingan (By Product) ............................................................. 180
C. Perlatihan ................................................................................................. 182
D. Daftar Bacaan .......................................................................................... 188

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................


GLOSARIUM ......................................................................................................
BIODATA PENULIS ...............................................................................

xvi
BAB 1
KONSEP DASAR AKUNTANSI BIAYA

A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat cakupan materi bab ini
Bab ini membahas tentang konsep dasar akuntansi biaya yang dimulai dari tipe
pokok akuntansi, akuntansi biaya hubungannya dengan akuntansi keuangan dan
akuntansi manajemen, pengertian akuntansi biaya, tujuan pokok akuntansi biaya, dan
penggolongan biaya.

2. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1) Menjelaskan Tipe pokok akuntansi


2) Menjelaskan Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen
3) Menjelaskan Pengertian akuntansi Biaya
4) Mengidentifikasi Tujuan Pokok Akuntansi biaya
5) Mengidentifikasi penggolongan biaya berdasarkan Obyek
pengeluaran, Fungsi pokok dalam perusahaan, hubungan biaya
dengan yang dibiayai, biaya dengan perubahan volume produksi
dan Jangka waktu dan manfaatnya

B. Materi
1. Tipe Pokok Akuntansi
Sebelum membahas akuntansi biaya, perlu diketahui lebih dahulu dua tipe pokok
akuntansi. Akuntansi secara umum terbagi menjadi dua tipe pokok yaitu akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan menghasilkan informasi
terutama untuk memenuhi kebutuhan pihak luar, sedangkan akuntansi manajemen
menghasilkan informasi terutama untuk memenuhi kebutuhan para manajer dan berbagai
jenjang organisasi.
Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen memiliki dua kesamaan, yaitu
sistem pengolah informasi yang menghasilkan informasi keuangan dan berfungsi sebagai
penyedia informasi keuangan yang bermanfaat bagi seseorang untuk pengambilan
keputusan. Akuntansi bersangkutan dengan informasi keuangan. Informasi non keuangan
juga penting, namun demikian hampir seluruhnya berada diluar lingkup akuntansi. Fungsi
utama akuntansi adalah menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi
seseorang untuk pengambilan keputusan.
Perbedaan pokok antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen dapat
ditunjukkan pada tabel berikut ini:

1
Tabel 1 Perbedaan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen
Keterangan Akuntansi Manajemen Akuntansi Keuangan
Tujuan informasi Membantu manajer Mengomunikasikan posisi
mengambil keputusan keuangan organisasi
untuk memenuhi tujuan kepada para investor,
organisasi bank, regulator, dan
pihak-pihak luar lainnya
Pemakai utama Manajer organisasi Pemakai eksternal
Fokus dan Berorientasi masa depan Berorientasi masa lalu
penekanan (anggaran untuk tahun (laporan mengenai kinerja
2021 disiapkan pada tahun 2021 disajikan
tahun 2020) pada tahun 2022)
Aturan pengukuran Pengukuran dan laporan Laporan keuangan harus
dan pelaporan internal tidak harus dibuat disajikan sesuai dengan
sesuai dengan GAAP GAAP dan disahkan oleh
tetapi didasarkan pada auditor eksternal yang
analisis biaya-manfaat independen
Rentang waktu dan Bervariasi, mulai dari Laporan keuangan
jenis laporan informasi per jam hingga tahunan dan kuartalan,
15-20 tahun, berupa terutama mengenai
laporan keuangan dan perusahaan secara
laporan nonkeuangan keseluruhan
mengenai produk,
departemen, daerah, dan
strategi
Implikasi perilaku Dirancang untuk Terutama melaporkan
mempengaruhi perilaku kejadian-kejadian
manajer dan karyawan ekonomi tetapi juga
lainnya memepengaruhi perilaku
karena kompensasi
manajer sering
didasarkan pada hasil
keuangan yang
dilaporkan

2. Akuntansi Biaya Merupakan Bagian dari Akuntansi Keuangan dan


Akuntansi Manajemen

Akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri yang terpisah dari dua
tipe akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya merupakan bagian
dari dua tipe akuntansi tersebut.
Berikut ini adalah ilustrasi tentang hubun antara akuntansi biaya dengan tipe
pokok akuntansi.

2
Gambar 1.1 Keterkaitan Antara Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan dan
Akuntansi Manajemen

Berdasarkan gambar 1.1 dapat dijelaskan hubungan antara akuntansi biaya


dengan akuntansi keuangan. Akuntansi keuangan mempunyai tujuan utama yakni
menyediakan informasi keuangan berupa laporan keuangan bagi pihak-pihak di luar
perusahaan, seperti pemegang saham, kreditor, pemerintah sera masyarakat umu.
Laporan keuangan tersebut berupa Laporan Rugi-Laba, laporan posisi keuangan dan
Laporan Arus Kas. Dalam menyusun laporan rugi-laba dan neraca pada perusahaan
manufaktur, diperlukan suatu informasi berupa informasi harga pokok barang atau produk
jadi dan harga pokok barang atau produk dalam proses pada akhir periode tertentu. Harga
pokok barang produk jadi secara formal dihitung dan disajikan dalam laporan harga pokok
produksi yang merupakan lampiran dari laporan rugi-laba. Dari penjelasan di atas dapat
jelaskan bahwa akuntansi biaya merupakan bagian intergal (tidak terpisahkan) dari
akuntansi keuangan, karena akuntansi biaya membantu akuntansi keuangan dalam
menghasilkan informasi biaya akurat yang diperlukan dalam penyusunan laporan
keuangan.
Sedangkan hubungan akuntansi biaya dengan akuntansi manajemen dapat
dijelaskan sebagai berikut: Akuntansi manajemen mempunyai tujuan utama yakni
menyediakan informasi keuangan bagi manajemen yang berguna untuk pengambilan
keputusan tertentu. Sebagai contoh, seorang manajer pemasaran memerlukan informasi
yang relevan sebelum memutuskan apakah perusahaan perlu memberikan potongan
harga kepada pembeli atas produk yang akan dijual, atau apakah perusahaan perlu
memberikan hadiah atau bonus kepada pembeli atas pembelian produk dalam jumlah
tertentu. Untuk mengambil keputusan tersebut, maka perusahaan memerlukan informasi
yang relevan dengan keputusan yang akan diambil, yakni informasi biaya produksi.

3
Informasi biaya produksi ini diolah dan disajikan oleh akuntansi biaya. Dari uraian tersebut,
dapat diketahui bahwa akuntansi biaya juga merupakan bagian integral (tidak terpisahkan)
dari akuntansi manajemen. Alasannya adalah karena akuntansi biaya menghasilkan
informasi biaya yang dibutuhkan oleh akuntansi manajemen guna memberikan
pertimbangan kepada manajer dalam proses pengambilan keputusan tertentu.

3. Pengertian Akuntansi Biaya


1. Pengertian Biaya dan Beban
Biaya (cost) dalam arti sempit adalah pengorbanan sumber ekonomi (aset) untuk
memperoleh aset baru. Biaya (cost) dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi
(aset) yang dapat dinyatakan dalam satuan uang, yang telah terjadi atau secara potensial
akan terjadi untuk tujuan tertentu. Tujuannya adalah membentuk aset baru. Contohnya
adalah : mengubah kain menjadi barang jadi, mengubah kertas menjadi buku tulis,
mengubah terigu menjadi kue.
Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam
satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut diatas:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Diukur dalam satuan uang
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Berikut adalah contoh dari biaya. Perusahaan Jasa Dirgantara yang bergerak
dibidang fotocopy dan percetakan mencetak buku berjudul Sistem Informasi Akuntansi.
Untuk itu perusahaan menggunakan 5.000 rim kertas HVS 70 gram dengan harga
Rp.40.000 per rim, sehingga total harga kertas yang dipakai untuk mencetak buku Rp.
200.000.000.
Dari contoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwa biaya untuk membuat buku
berjumlah Rp.200.000.000,- karena:
1. Kertas 5.000 rim yang dipakai merupakan pengorbanan sumber ekonomi. Kertas =
benda/ sumber ekonomi, karena memiliki unsur langka, untuk mendapatkan kertas
perusahaan membutuhkan pengorbanan uang.
2. Pengorban tersebut diukur dengan satuan uang:Rp.200.000.000,-
3. Pengorbanan sumber ekonomi tersebut telah terjadi.
4. Pengorbanan sumber ekonomi bertujuan untuk mencetak buku “ Sistem Informasi
Akuntansi”.
Ada perbedaan antara biaya dan beban. Beban (expense) adalah pengorbanan
sumber ekonomi untuk memperoleh pendapatan. Contohnya adalah beban iklan, beban
promosi, dan lainnya. Akun beban akan masuk dalam laporan laba rugi, sedangkan akun
biaya akan masuk dalam laporan harga pokok produksi.

4
a. Pengertian Akuntansi Biaya
Menurut Carter dan Usry, Akuntansi Biaya adalah perhitungan biaya dengan tujuan
untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, perbaikan kualitas dan efisiensi, serta
pembuatan keputusan yang bersifat rutin maupun strategis.
Menurut Mulyadi (1996), Akuntasi Biaya adalah proses pencatatan, penggolongan,
peringkasan dan pengkajian biaya serta pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan
cara-cara tertentu dan penafsiran terhadapnya
Menurut Supriyono (2013:21), Akuntansi Biaya adalah salah satu cabang akuntansi
yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan menekan transaksi biaya secara
sistematis serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.
Menurut Horngren (2008) Akuntan mendefinisikan biaya (cost) sebagai sumber daya
yang dikorbankan (sacrified) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu.
Akuntansi Biaya akan menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk akuntansi manajemen
dan akuntansi keuangan. Akuntansi biaya akan mengukur dan melaporkan setiap informasi
keuangan dan non keuangan yang berkaitan dengan biaya perolehan atau pemanfaatan
sumber daya adalah suatu organisasi. Menurut Bastian dan Nurlela (2006), Akuntansi
Biaya adalah suatu bidang dalam akuntansi yang mempelajari bagaimana cara mencatat,
mengukur dan melaporkan tentang informasi biaya yang digunakan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpullkan bahwa akuntansi
biaya adalah bagian dari tipe pokok akuntansi yang mempelajari tentang pencatatan,
pengukuran, dan pelaporan biaya secara sistematis yang informasinya dibutuhkan oleh pihak
internal perusahaan.

4. Tujuan Pokok Akuntansi Biaya


Akuntansi Biaya mempunyai tiga tujuan pokok sebagai berikut:
a. Penentuan Harga Pokok Produk
1) Pengumpulan biaya dan penentuan harga pokok produk.
Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk, akuntansi biaya
mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau
penyerahan jasa. Untuk kepentingan tersebut, proedur pengumpulan biaya
mengikuti prosedur seperti pada akuntansi keuangan.
2) Biaya yang dikumpulkan dan disajikan adalah biaya yg telah terjadi di masa yang
lalu atau biaya historis.
3) Ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pihak luar perusahaan.
4) Oleh karena ditujukan untuk kebutuhan pihak luar, akuntansi biaya untuk
penentuan harga pokok produk tunduk pada prinsip-prinsip akuntansi yang
lazim.
5) Disamping itu penentuan harga pokok produk juga ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan manajemen
6) Penentuan harga pokok produk untuk memenuhi kebutuhan tsb dihasilkan oleh
akuntansi manajemen yang tidak selalu terikat dengan prinsip akuntansi yang
lazim.

5
b. Pengendalian Biaya
1) Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya
dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk
2) Jika biaya yang seharusnya ini telah ditetapkan, akuntansi biaya bertugas untuk
memantau apakah pengeluaran biaya sesungguhnya sesuai dengan biaya yang
seharusnya tersebut.
3) Akuntansi biaya kemudian melakukan analisis penyimpangan.Dari analisis
penyimpangan, manajer dapat mencari penyebabnya dan dilakukan tindakan
koreksi, jika perlu.
4) Akuntansi biaya untuk tujuan pengendalian biaya ini lebih ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan pihak dalam perusahaan, sehingga merupakan bagian dari
akuntansi manajemen.
c. Pengambilan Keputusan Khusus
1) Pengambilan keputusan khusus menyangkut masa yang akan datang. Karena
informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan khusus selalu
berhubungan dengan informasi masa yang akan datang.
2) Akuntansi biaya untuk pengambilan keputusan khusus bertugas untuk
menyediakan biaya masa yang akan datang (future costs)
3) Informasi biaya ini tidak dicatat dalam catatan akuntansi biaya, melainkan hasil
dari suatu proses peramalan.
4) Karena keputusan khusus merupakan sebagian besar kegiatan manajemen
perusahaan, laporan akuntansi biaya untuk memenuhi tujuan pengambilan
keputusan adalah bagian dari akuntansi manajemen.

5. Penggolongan biaya
Berdasarkan karakteristiknya, biaya dapat digolongkan berdasarkan lima jenis
penggolongan biaya sebagai berikut:

a. Penggolongan biaya menurut obyek pengeluarannya


Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka
semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “ biaya bahan bakar”.
Nama obyek pengeluaran adalah bahan mie, maka semua pengeluaran yang
berhubungan dengan bahan mie disebut biaya mie.

b. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan


Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi
pemasaran, dan fungsi administrasi & umum. Oleh karena itu dalam perusahaan
manufaktur biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok :
1) Biaya produksi
Adalah biaya yg telah terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi
yang siap dijual. Biaya produksi dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

6
a) Biaya bahan baku
Adalah bahan yang secara langsung dapat diusut ke produk. Bahan baku merupakan
bahan utama dalam membuat produk. Contohnya adalah bahan baku pembuatan
meja adalah kayu jati, bahan baku pembuatan baju adalah kapas.
b) Biaya tenaga kerja langsung
Adalah tenaga kerja yang secara langsung ikut mengerjakan/ terlibat langsung dalam
proses produksi. Contohnya adalah tukang sol pada pembuatan sepatu, tukang ukir
pada pembuatan meja jawa kuno, tukang jahit pada pembuatan baju.
c) Biaya overhead pabrik
Adalah biaya selain bahan baku utama dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead
pabrik ini tidak langsung terkait dengan produk. Contohnya adalah biaya bahan
pembantu seperti pewarna makanan, benang, dan lainnya. Biaya tenaga kerja tidak
langsung seperti satpam pabrik, dan lainnya. Biaya listrik dan air, telepon,
penyusutan, dan lainnya.
Biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung disebut juga dengan istilah biaya
utama (prime cost). Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula
disebut dengan istilah biaya konversi (conversion cost)

2) Biaya Non Produksi


Adalah semua biaya yang tidak terkait secara langsung dalam proses pembuatan
produk. Adapun penggolongan biaya non produksi adalah sebagai berikut:
a) Biaya Pemasaran merupakan biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran produk. Contoh: Biaya iklan, biaya promosi, gaji karyawan bagian
pemasaran.
b) Biaya administrasi & umum merupakan biaya – biaya untuk mengkoordinasi kegiatan
produksi dan pemasaran produk. Contoh: biaya karyawan bagian keuangan,
akuntansi, personalia, biaya pemeriksaan akuntan, biaya fotocopy.
Jumlah biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum juga sering disebut sebagai biaya
komersial (commercial expenses).

c. Penggolongan Biaya menurut Hubungan Biaya dengan sesuatu yang


dibiayai
Dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi dibagi menjadi dua : biaya
produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Dalam hubungannya dengan
departemen, biaya dibagi menjadi dua golongan : biaya langsung departemen dan biaya
tak langsung departemen.

1. Biaya langsung
Adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya
sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada maka biaya langsung
ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan
dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen adalah semua biaya yg terjadi di

7
dalam departemen tertentu. Contoh: biaya tenaga kerja yang bekerja dalam departemen.
Contoh biaya bahan baku merupakan biaya langsung untuk departemen produksi. Biaya
pemeliharaan adalah biaya langsung untuk departemen reparasi dan pemeliharaan.

2. Biaya tak langsung


Adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.
Biaya tak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya
produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan
dengan produk tertentu. Contohnya adalah gaji mandor yang mengawasi produk A,B,C
merupakan biaya tak langsung baik bagi produk A, B dan C. Dalam hubungannya dengan
departemen biaya tak langsung adalah biaya yang terjadi disuatu departemen tetapi
manfaatnya dinikmati lebih dari satu departemen, contoh biaya pembangkit tenaga listrik,
biaya satpam, biaya tukang bersih seluruh ruangan.

d. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan


perubahan volume kegiatan

Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas


utama untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya, serta pengambilan
keputusan. Tendensi perubahan biaya terhadap kegiatan dapat dikelompokkan
menjadi empat, yaitu:
1. Biaya variabel: Biaya yang per satuannya bersifat tetap (konstan) sampai pada
kisaran tertentu, tetapi secara total akan berubah berbanding lurus dengan
perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi volume kegiatan, semakin tinggi pula
biaya totalnya.
Contoh: Biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja langsung
2. Biaya semivariabel: biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume
kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya
variabel. Contohnya adalah biaya listrik.
3. Biaya semi tetap: biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan
berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. Contoh biaya
pengembangan.
4. Biaya tetap: biaya yang jumlah totalnya bersifat konstan (sampai pada kisaran
tertentu), tetapi biaya per satuannya akan berubah berbanding terbalik dengan
perubahan volume kegiatan, semakin tinggi volume kegiatan, semakin rendah biaya
satuannya. Contoh: biaya gaji direktur produksi, penyusutan mesin, pemeliharaan
mesin.

e. Penggolongan Biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya


Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya dibagi menjadi dua
golongan yaitu berdasarkan pengeluaran modal (capital expenditure) dan pengeluaran
pendapatan (revenue expenditure).

8
1. Pengeluaran Modal
Adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi
(biasanya satu tahun). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai
harga pokok aset, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya
dengan cara didepresiasi, diamortisasi atau dideplesi. Contoh: pengeluaran modal untuk
pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, dan lainnya.

2. Pengeluaran Pendapatan
Adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya
pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan
sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran
biaya tersebut. Contoh: biaya iklan, biaya telepon.

C. Perlatihan

LEMBAR KERJA MAHASISWA 1


Konsep Dasar Akuntansi Biaya

Kerjakanlah soal dibawah ini dengan tepat !


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan biaya, akuntansi biaya, dan beban?

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

2. Jelaskan hubungan akuntansi biaya dengan tipe pokok akuntansi?

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

3. Mengapa manajemen memerlukan informasi biaya yang berbeda untuk tujuan


yang berbeda?

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

9
4. Apa saja pengelompokan biaya berdasarkan fungsi pokok perusahaan?
Berikan contohnya?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

5. Berdasarkan perilaku biaya, biaya terdiri atas biaya tetap, biaya variabel, dan
biaya semi variable dan biaya semi tetap. Berikan contoh untuk masing-
masing kategori tersebut, masing-masing 10 contoh?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

10
6. Soal Tentang Penggolongan Biaya

Nama Kelompok: 1. ………………………………. ( NIM………………………)


2. ………………………………. (NIM……………………….)
NILAI : ………………………….............................................................
Berikut ini adalah biaya-biaya yang terjadi pada Perusahaan Aluminium PT ABC.
Perintah: Klasifikasikan biaya-biaya dibawah ini berdasarkan penggolongan biayanya.

Klasifikasi
BL BTL BBL BTKL BOP B. B. Biaya Biaya B. Semi Biaya
No. Nama Biaya
Pemasaran Administrasi Tetap Variabel variabel Semi
Tetap
1. Biaya
Alumunium
batangan
2. Biaya gaji
bagian
peleburan
3. Biaya gaji
bagian
pencetakan
4. Biaya gaji
bagian
penyelesaian

5. Biaya gaji
bagian

11
Klasifikasi
BL BTL BBL BTKL BOP B. B. Biaya Biaya B. Semi Biaya
No. Nama Biaya
Pemasaran Administrasi Tetap Variabel variabel Semi
Tetap
perencanaan
produksi
6. Biaya gaji
bagian
pengendalian
persediaan
bahan baku
7. Biaya gaji
bagian
pengendalian
persediaan
barang jadi
8. Biaya haji
kepala
departemen
produksi
9. Biaya gaji
departemen
pembelian
10. Biaya gaji
departemen
pemasaran
11. Biaya gaji

12
Klasifikasi
BL BTL BBL BTKL BOP B. B. Biaya Biaya B. Semi Biaya
No. Nama Biaya
Pemasaran Administrasi Tetap Variabel variabel Semi
Tetap
departemen
keuangan
12. Biaya gaji
direktur utama
13. Biaya listrik
kantor
14. Biaya air kantor
15. Biaya listrik
pabrik
16. Biaya air pabrik
17. Biaya telephon
dan faks
18. Biaya asuransi
pabrik

19. Biaya pajak


bumi dan
bangunan
20. Biaya
penyusutan
mesin peleburan
21. Biaya
penyusutan

13
Klasifikasi
BL BTL BBL BTKL BOP B. B. Biaya Biaya B. Semi Biaya
No. Nama Biaya
Pemasaran Administrasi Tetap Variabel variabel Semi
Tetap
mesin
pencetakan
22. Biaya
penyusutan
bangunan
pabrik
23. Biaya
penyusutan
peralatan kantor

24. Biaya
penyusutan
bangunan
kantor
25. Biaya amplas

26. Biaya kikir

27. Biaya sarung


tangan
28. Biaya masker

14
Klasifikasi
BL BTL BBL BTKL BOP B. B. Biaya Biaya B. Semi Biaya
No. Nama Biaya
Pemasaran Administrasi Tetap Variabel variabel Semi
Tetap
pengaman
29. Biaya kacamata
pengaman

15
D. Daftar Bacaan

6. Carter Usry. 2009. Cost Accounting. Edisi 14, Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat.
7. Hansen Mowen. 2000. Akuntansi Manajemen. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
8. Bustami Bastian dan Nurlela. 2007. Akuntansi Biaya: Teori dan Aplikasi. Edisi
Pertama. Jakarta: Graha Ilmu.
9. Supriyono, R.A. 2013. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: BPFE
10. Horngren, C.T and G. Foster. 2002. Cost Accounting A Managerial Emphasis:
New Jersey: Prentice Hall Inc.

17
BAB 2
KOMPONEN BIAYA PRODUKSI

A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat cakupan materi bab ini
Bab ini membahas tentang komponen biaya produksi langsung yaitu biaya
bahan baku dan tenaga kerja langsung, komponen biaya produksi tidak langsung
yaitu biaya overhead pabrik dan membuat laporan harga pokok produksi.

2. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1) Mengkaji ulang laporan keuangan perusahaan manufaktur


2) Mengidentifikasi komponen biaya produksi langsung yaitu
Biaya Bahan Baku (BBB) dan Biaya Tenaga Kerja Langsung
(BTKL).
3) Mengidentifikasi Komponen Biaya Produksi tak langsung yaitu
Biaya Overhead Pabrik (BOP)
4) Membuat Laporan Harga Pokok Produksi

B. Materi
1. Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 1 (2015:1), Laporan
keuangan adalah penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu
entitas”. Laporan ini menampilkan sejarah entitas yang di kuantifikasi dalam nilai moneter.
Harahap (2008:105) menyatakan bahwa Laporan keuangan menggambarkan
kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu
tertentu. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi : Laporan laba rugi, Laporan
perubahan ekuitas, Laporan Posisi Keuangan, Laporan arus kas atau laporan arus dana
dan Catatan atas Laporan keungan (CALk). Bagi perusahaan dagang dan perusahaan
manufaktur terdapat laporan harga pokok produksi. Dalam perusahaan manufaktur,
laporan harga pokok produksi terdapat tiga jenis persediaan yaitu bahan baku, barang
dalam proses dan persediaan barang jadi. Hal ini yang membedakan persediaan barang
dagangan pada perusahaan dagang. Berikut adalah penjelasan dari tiap laporan
keuangan perusahaan manufaktur:

18
a. Laporan Harga Pokok Produksi
Dalam perusahaana manufaktur, kita mengenal adanya istilah laporan harga
pokok produksi, laporan inilah yang menjadi poin utama dalam perusahaan manufaktur,
karena dengan adanya laporan ini sebuah perusahaan manufaktur bisa bisa melihat
jumlah nilai persediaan yang digunakan dalam sebuah proses produksi, jumlah nilai biaya
yang digunakan dalam proses produksi serta jumlah nilai biaya overhead pabrik yang
keluar dalam sebuah proses produksi, dengan begitu perusahaan bisa menentukan
dengan pasti berapa nilai harga pokok yang akan digunakan pada barang jadi yang telah
selesai dibuat, hal ini juga tentunya akan berpengaruh pada nilai jual yang akan digunakan
untuk menjual produk jadi dari hasil produksi tersebut.

b. Laporan Harga Pokok Penjualan


Laporan harga pokok penjualan pada perusahaan manufaktur berbeda dengan
perusahaan jasa dan dagang. Dalam perusahaan manufaktur ada unsur penambahan
persediaan barang jadi awal tambah harga pokok produksi dikurangi dengan persediaan
barang jadi akhir. Sedangkan dalam perusahaan dagang dan jasa tidak demikian, karena
tidak ada proses pengolahan dan penyimpanan produk jadi.

c. Laporan Laba Rugi


Laporan laba rugi pada perusahaan manufaktur sama dengan laporan raba rugi
perusahaan komersil lainnya dimana di dalamnya terdapat nilai pendapatan dan beban
dalam satu periode sehingga mendapatkan nilai laba atau rugi dalam satu periode
tertentu.

d. Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan perubahan ekuitas perusahaan manufaktur juga sama dengan laporan
perubahan ekuitas pada perusahaah komersil lainnya. Laporan ini berisi nilai modal awal,
perubahan modal karena prive atau hal lainnya yang tidak berkaitan dengan kegiatan
perusahaan.

e. Laporan Posisi Keuangan


Laporan posisi keuangan juga sama dengan laporan posisi keuangan pada
perusahaah komersil lainnya. Laporan ini berisi nilai total aset, dan total liabilitas dan
ekuitas dengan jumlah yang sama.
Berikut adalah contoh laporan harga pokok produksi, laporan harga pokok
penjualan, laporan perubahan ekuitas, dan laporan posisi keuangan pada perusahaan
manufaktur serta keterkaitan antara laporan keuangan tersebut.

19
Laporan Harga Pokok Poduksi

Laporan Harga Pokok Penjualan

20
Laporan Laba Rugi

Laporan Perubahan Ekuitas

21
Laporan Posisi Keuangan

2. Komponen Biaya Produksi Langsung


Berikut ini beberapa definisi biaya produksi dari berbagai sumber:
1. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap untuk dijual (Mulyadi, 1995:14).
2. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi suatu
item, yaitu jumlah dari bahan langsung, upah langsung dan biaya overhead pabrik
(Tunggal, 1993:1)
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah
biaya-biaya yang digunakan dalam proses produksi meliputi biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi membentuk harga
pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga
pokok produk pada akhir periode akuntansi masih dalam proses.
1. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku merupakan biaya utama dalam membuat produk, contoh: pada
industri pemintalan benang, maka bahan baku utama adalah kapas. Harga perolehan
kapas yang dikorbankan untuk memroses kapas menjadi benang tersebut merupakan
biaya bahan baku.
Prosedur akuntansi biaya bahan dan suplies meliputi prosedur pembelian sampai
dengan pemakaian bahan dan suplies di dalam pabrik. Metode pencatatan atas transaksi

22
biaya bahan baku tersebut biasanya menggunakan metode perpetual. Tahap-tahap
prosedur akuntansi biaya bahan baku adalah sebagai berikut:

a. Pembelian Bahan dan Suplies


Pembelian bahan dan. suplies dimulai dari pembuatan pesanan pembelian
(purchases order) oleh Bagian Pembelian dan mengirimkannya kepada suplier. Apabila
bahan dan suplies yang dipesan datang, oleh Seksi Gudang Bahan dibuatkan dokumen
berupa bukti penerimaan barang setelah diperiksa kecocokan jumlah dan kualitas barang
yang dibeli. Faktur pembelian dan suplier bersama pesanan pembelian dan bukti
penerimaan barang diberikan pada Departemen Akuntansi untuk dibuat jurnal dan
memasukkan ke dalam rekening buku besar pembantu yaitu Kartu Persediaan.

Jurnal pembelian bahan dan suplies secara kredit sebagai bérikut:


Persediaan Bahan Baku Rp xx
Persediaan Bahan Penolong Rp xx
Persediaan Suplies Pabrik Rp xx
Hutang Usaha Rp xx

Apabila pembelian bahan dan suplies secara tunai rekening buku besar yang dikredit
adalah Kas

b. Pengembalian (Return) Bahan dan Suplies yang Dibeli kepada Suplier


Apabila bahan dan suplies yang dibeli tidak sesuai dengan yang dipesan, maka
perusahaan dapat mengembalikan kepada suplier dengan dibuatkan dokumen yang
disebut nota debit (debit memorandum) atau Laporan Pengiriman Pengembalian
Pembelian. Dan nota debit oleh Departemen Akuntansi dibuatkan jurnal dan dimasukkan
ke dalam rekening buku besar pembantu persediaan sesuai dengan bahan dan suplies
yang dikembalikan kepada suplier. Jurnal pengembalian bahan dan suplies kepada suplier
adalah sebagai berikut:

Hutang Usaha Rp xx
Persediaan Bahan Baku Rp xx
Persediaan Bahan Penolong Rp xx
Persediaan Suplies Pabrik Rp xx

23
Jika harga bahan dan suplies yang dikembalikan sudah dibayar sebelumnya oleh
perusahaan, maka akan didebit Kas.

c. Potongan Pembelian (Tunai) atas Pembelian Bahan dan Suplies


Seringkali dalam pembelian bahan dan suplies diperoleh potongan pembelian,
apabila diaplikasikan, maka potongan tunai mengurangi harga perolehan bahan dan
suplies, oleh karena itu dari Bukti Kas Keluar akan dibuat jurnal dan dimasukkan ke dalam
Kartu Persediaan. Jurnalnya sebagai berikut :

Hutang Usaha Rp xx
Persediaan Bahan Baku Rp xx
Persediaan Bahan Penolong Rp xx
Persediaan Suplies Pabrik Rp xx
Kas Rp xx

Perlakuan tersebut di atas sesuai dengan prinsip akuntansi, akan tetapi perlakuan
ini dapat berakibat tidak praktis, yaitu apabila harga perolehan satuan menjadi pecahan
misalnya dari Rp 30,00 menjadi Rp 9,8999 akan mempersulit perhitungan harga pokok
persediaan dan harga pokok bahan yang dipakai. Oleh karena itu potongan pembelian
dapat diperlakukan sebagai penghasilan lain-lain (other income). Metode ini tidak sesuai
dengan prinsip akuntansi karena seharusnya penghasilan timbul dari kegiatan penjualan
barang atau jasa yang dilakukan perusahaan kepada pihak lain dan bukan dari kegiatan
pembelian.
Jurnal potongan. pembelian apabila diperlakukan sebagai penghasilan lain-lain tampak
sebagai berikut :
Hutang Usaha Rp xx
Penghasilan lain-lain Rp xx
Kas Rp xx

d. Pemakaian Bahan dan Supiles


Atas dasar perintah produksi, Departemen Produksi yang memerlukan mengisi
dokumen Bon Permintaan Bahan kepada Seksi Gudang Bahan untuk meminta bahan
baku, bahan penolong, suplies pabrik dan barang lainnya yang diperlukan untuk mengolah
produk yang dipesan pembeli.
24
Bon Permintaan Bahan untuk meminta bahan baku akan menunjukkan bagian yang
meminta, elemen, dan jumlah satuan bahan baku yang diminta, serta pesanan yang
memerlukan bahan baku tersebut. Dokumen ini akan dikirimkan pada Departemen
Akuntansi dan oleh Seksi Akuntansi Biaya dokumen Bon Permintaan Bahan tersebut akan
diisi harga perolehan satuan dan jumlah totalnya untuk dasar pembuatan jurnal dan
memasukkan ke dalam Kartu Persediaan Bahan Baku dan Kartu Harga Pokok Pesanan
yang bersangkutan.
Jurnal pemakaian bahan baku adalah sebagal berikut :

Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rpxx


Persediaan Bahan Baku Rp xx

Bon Permintaan Bahan untuk bahan penolong akan menunjukkan bagian yang
meminta, serta elemen dan jumlah bahan penolong yang diminta. Dokumen ini dikirimkan
ke Departemen Akuntansi untuk diisi harga perolehan satuan dan jumlahnya oleh Seksi
Akuntansi Biaya untuk dasar pembuatan jurnal dan memasukkan ke dalam Kartu
Persediaan Bahan penolong dan Kartu Biaya Overhead Pabrik.
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik dibebankan pada pesanan
atas dasar tarip yang ditentukan di muka, oleh karena itu perusahaan akan
menyelenggarakan rekening buku besar Biaya Overhead Pabrik (BOP) - Sesungguhnya
untuk menampung biaya yang sesungguhnya dan rekening Biaya Overhead Pabrik
(BOP) - Dibebankan untuk menampung biaya yang dibebankan kepada pesanan.
Jurnal pemakaian bahan penolong sebagai berikut :

Biaya Overhead Pabrik - Sesungguhnya Rp xx


Persediaan Bahan Penolong Rp xx

Prosedur pemakaian suplies pabrik sama dengan prosedur pemakaian bahan


penolong, setelah dokumen tersebut dilengkapi oleh Seksi Akuntansi Biaya data harga
perolehan satuan dan total, akan dibuat jurnal dan dimasukkan ke dalam Kartu Persediaan
Suplies Pabrik dan Kartu Biaya Overhead Pabrik.
Jurnal pemakaian suplies pabrik sebagai berikut :

Biaya Overhead Pabrik - Sesungguhnya Rp xx


Persediaan Suplies Pabrik Rp xx

25
e. Pengembalian Bahan Baku dari Pabrik ke Gudang Bahan
Dapat pula timbul pengembalian bahan baku dan pabrik ke gudang bahan. Misalnya
terjadi kelebihan bahan baku yang diminta dengan bahan baku yang dipakai
sesungguhnya oleh pesanan tertentu, agar bahan baku tidak rusak di pabrik maka bahan
baku tersebut dikembalikan ke gudang bahan. Atas bahan baku yang dikembalikan
tersebut dibuatkan dokumen yang disebut Laporan Pengembalian Bahan oleh
Departemen Produksi dikirimkan ke Seksi Gudang Bahan dantembusannya di
Departemen Akuntansi untuk membuat jurnal dan memasukkan ke Kartu Persediaan
Bahan- Baku dan Kartu Harga Pokok Pesanan.
Jurnal yang dibuat sebagai berikut :

Persediaan Bahan Baku Rp xx


Barang Dalarn Proses – Biaya Bahan baku Rp xx

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung


Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang langsung terkait
dengan proses produksi. Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja meliputi prosedur: (a)
terjadinya gaji dan upah, (b) pembayaran gaji dan upah, dan (c) distribusi gaji dan upah
untuk semua karyawan perusahaan baik produksi maupun non produksi, baik karyawan
yang gajinya tetap per bulan maupun yang ditentukan oleh jam kerjanya. Tahap-tahap
transaksi biaya tenaga kerja adalah sebagai berikut:

a. Penentuan Besarnya Gaji dan Upah


Cara penentuan besarnya gaji dan upah karyawan dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu:

(1) Gaji dan Upah karyawan besarnya tergantung pada lamanya waktu kerja (jam
kerja) atau jumlah produk yang dihasilkan.
Apabila karyawan dibayar atas dasar lamanya waktu kerja, umumnya sistem ini untuk
tenaga kerja langsung, untuk menentukan besarnya upah diperlukan dokumen Daftar
Hadir (Kartu Presensi) yang menunjukkan data jumlah jam kerja karyawan setiap hari
dalam jangka waktu tertentu (mingguan, bulanan) sesuai dengan jangka waktu
pembayaran upah.
Untuk mengetahui penggunaan waktu kerja karyawan di pabrik dalam mengerjakan
pesanan atau jumlah produk yang dihasilkan digunakan Kartu Jam Kerja Karyawan
(Job Time Ticket), manfaat kartu ini yaitu untuk memasukkan biaya tenaga kerja
langsung pada setiap kartu harga pokok pesanan.
Untuk pengawasan tenaga kerja, jumlah jam dalam Daftar Hadir harus sama dengan
jumlah jam pada Kartu Jam Kerja Karya wan.
Dari Daftar Hadir akan disusun Daftar Upah Karyawan yang menunjukkan data jumlah
gaji dan upah kotor, potongan atas gaji dan upah misalnya pajak pendapatan , serta
gaji dan upah bersih yang akan dibayarkan kepada karyawan.

26
(2) Gaji dan upah karyawan tetap per bulan
Untuk karyawan tetap per bulan, fungsi Daftar Hadir untuk mengetahu kedisiplinan
karyawan apakah sering datang terlambat dan pulang lebih cepat atau datang dan
pulang pada waktu yang tepat. Umumnya sistem ini dipakai untuk pimpinan, staf,
karyawan perusahaan yang tidak termasuk tenaga kerja langsung di bagian produksi.
Setiap menjelang akhir bulan disusun Daftar Gaji Karyawan yang menunjukkan data
jumlah gaji kotor yaitu gaji pokok ditambah tunjangan-tunjangan, potongan-potongan
atas gaji, serta gaji bersih yang akan dibayarkan kepada karyawan.
Jurnal untuk mencatat terjadinya gaji dan upah baik untuk karyawan tetap maupun
karyawan berdasar lamanya waktu kerja, adalah sebagai berikut:

Biaya Gaji dan Upah Rp xx


Hutang Pajak Pendapatan Rp xx
Hutang Dana Pensiun Rp xx
Hutang Asuransi Tenaga Kerja Rp xx
Hutang Asuransi Hari Tua Rp xx
Piutang Karyawan Rp xx
Hutang Gaji dan Upah Rp xx

b. Pembayaran atas Gaji dan Upah


Menjelang tanggal pembayaran gaji dan upah, Kasir membayarkan gaji dan upah
kepada Juru Bayar Gaji dengan menggunakan dokumen Bukti Kas Keluar. Pada saat gaji
dibayarkan, Juru Bayar Gaji meminta karyawan untuk menghitung kesesuaian gaji dan
upahnya serta menandatangi Daftar Gaji dan Upah. Jurnal pembayaran gaji dan upah
sebagai berikut :

Hutang Gaji dan Upah Rp xx


Kas Rp xx
c. Distribusi Biaya Gaji dan Upah
Melalui dokumen perintah jurnal, biaya gaji dan upah didistribusikan sesuai dengan
fungsi perusahaan yang menikmati manfaat gaji dan upah yaitu fungsi produksi, fungsi
pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Biaya gaji dan upah untuk produksi
dikelompokkan ke dalam biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak
langsung yang merupakan elemen biaya overhead pabrik sesungguhnya. Biaya tenaga
kerja langsung akan dimasukkan ke dalam rekening Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga
Kerja Langsung (BTKL) dan Kartu Harga Pokok Pesanan, sedangkan elemen gaji dan
upah lainnya ke Kartu Biaya yang bersangkutan. Jurnal distribusi gaji dan upah sebagai
berikut :

Barang Dalam Proses - BTKL Rp xx


Biaya Overhead Pabnk Sesungguhnya Rp xx
Biaya Pemasaran Rp xx
Biaya Administrasi dan Umum Rp xx
Biaya Gaji dan Upah Rp xx

27
d. Beban atas Gaji don Upah Yang Ditanggung Perusahaan
Pada perusahaan tertentu seringkali perusahaan ikut menanggung sebagian beban
atas gaji dan upah yang berupa pajak pendapatan, dana pensiun, asuransi hari tua, atau
asuransi tenaga kerja karyawan Beban yang ditanggung perusahaan merupakan elemen
biaya, beban yang berhubungan dengan karyawan pabrik diperlakukan sebagai elemen
biaya overhead pabrik sesungguhnya karena sifat biaya ini tidak dapat diidentifikasikan
pada produk tertentu, beban yang berhubungan dengan karyawan pemasaran masuk
elemen biaya pemasaran, beban yang berhubungan dengan karyawan administrasi dan
umum masuk elemen biaya administrasi dan umum.
Besarnya beban atas gaji dan upah dibuatkan dokumen Daftar Sumbangan Gaji dan
Upah, atas dasar tersebut dibuat jurnal dan dimasukkan Kartu Biaya. Jurnal transaksi
tersebut adalah sebagai berikut:

Biaya Overhead Sesungguhnya Rp xx


Biaya Pemasaran Rp xx
Biaya Aministrasi dan Umum Rp xx
Hutang Pajak Pendapatan Rp xx
Hutang Dana Pensiun Rp xx
Hutang Asuransi Tenaga Kerja Rp xx
Hutang Asuransi Hari Tua Rp xx

c. Penyetoran Potongan dan Beban atas Gaji dan Upah kepada Badan-badan yang
Berhak
Dokumen Bukti Kas Ke luar digunakan untuk menyetorkan potongan dan beban atas
gaji dan upah pada badan-badan yang berhak, jurnal yang dibuat sebagai berikut:

Hutang Pajak Pendapatan Rp xx


Hutang Dana Pensiun Rp xx
Hutang Asuransi Tenaga Kerja Rp xx
Hutang Asuransi Hari Tua Rp xx
Kas Rp xx

3. Komponen Biaya Poduksi Tak Langsung


1. Biaya Overhead Pabrik
a. Pengertian Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead costs) adalah biaya produksi
yang tidak masuk dalam biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja langsung. Apabila
suatu perusahaan juga memiliki departemen-departemen lain selain departemen produksi
maka semua biaya yang terjadi di departemen pembantu tersebut (termasuk biaya tenaga
kerjanya) dikategorikan sebagai biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik biasanya
muncul dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk pemakaian bahan tambahan, biaya
tenaga kerja tak langsung, pengawasan mesin produksi, pajak, asuransi, hingga fasilitas-
fasilitas tambahan yang diperlukan dalam proses produksi.

28
Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling komplek, untuk keadilan dan
ketelitian pembebanan harus digunakan tarip biaya overhead pabrik yang ditentukan di
muka. Alasan pemakaian tarip pembebanan adalah sebagai berikut :
1. Adanya biaya overhead yang timbul setelah aktivitas berlalu. Misalnya reparasi aktiva
tetap disebabkan pemakaian masa lalu, maka apabila pembebanan pada pesanan
dilakukan saat terjadinya biaya, berakibat menjadi tidak teliti dan adil.
2. Adanya biaya yang baru dapat dihitung pada akhir periode. Misalnya penyusutan,
biaya listrik PLN. Biaya ini apabila dibebankan pada pesanan saat dapat dihitung
berakibat menjadi tidak teliti dan adil.
3. Adanya biaya yang terjadi hanya pada interval waktu tertentu misalnya PBB, setahun
dibayar sekali atau dicicil dua kali. Biaya ini apabila dibebankan pada pesanan saat
terjadinya, berakibat menjadi tidak teliti atau adil karena manfaat PBB dinikmati
selama satu tahun.
Dari uraian tersebut jelas bahwa biaya overhead yang sesungguhnya baru dapat
dihitung pada akhir periode, padahal harga pokok pesanan harus dihitung saat pesanan
selesai tanpa menunggu akhir periode, jadi untuk membebankan biaya overhead pabrik
kepada pesanan harus digunakan tarip yang ditentukan di muka.
Rumus perhitungan tarip biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut.

di mana :
T = Tarip biaya overhead pabrik
B = Budget biaya overhead pabrik periode tertentu
K = Budget kapasitas pembebanan untuk periode yang bersangkutan.

b. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik


Sebelum menentukan anggaran biaya overhead pabrik, kita harus bisa
menggolongkan biaya overhead pabrik terlebih dahulu. Dengan adanya
penggolongan, kita akan lebih mudah dalam menentukan seberapa besar
anggaran yang perlu disisihkan sebagai anggaran biaya overhead pabrik sesuai
dengan usaha di perusahaan kita. Biaya overhead pabrik dapat digolongkan ke
dalam tiga kriteria, yakni:

1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya


Berdasarkan sifatnya, biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi:
a). Biaya bahan penolong
Bahan penolong yang dimaksud dalam hal ini adalah bahan yang
tidak menjadi bagian dari hasil produksi atau bahan yang nilainya relatif

29
kecil dibandingkan harga keseluruhan produk. Contoh biaya bahan
penolong adalah tinta, perekat, pewarna, dan lainnya.

b). Biaya tenaga kerja tak langsung


Tenaga kerja tak langsung yang dimaksud dalam biaya overhead
pabrik adalah tenaga kerja perusahaan yang upahnya tidak dapat
diperhitungkan secara langsung kepada produk. Contohnya adalah upah,
tunjangan, kesejahteraan.

c). Biaya reparasi dan pemeliharaan


Biaya reparasi dan pemeliharaan yang dimaksud dalam biaya
overhead pabrik adalah biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan
habis pakai (factory supplies), dan harga jasa yang perlu dikeluarkan
perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan mesin
produksi, kendaraan, dan alat-alat perusahaan lainnya. Contohnya
adalah biaya suku cadang, bahan habis pakai, mesin-mesin, dan lainnya.

d). Biaya tenaga kerja tidak langsung (upah,tunjangan,biaya kesejahteraan)


e). Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap (biaya
depresiasi, alat kerja dan aktiva lain yang digunakan pabrik)
f). Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu (asuransi kendaraan)
g). Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang
tunai (biaya PLN)

2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungan


dengan perubahan volume produksi.
Biaya ini digolongkan menjadi 3 yaitu biaya overhead pabrik tetap, biaya overhead
pabrik variable dan biaya overhead pabrik semivariabel. Penggolongan biaya overhead
pabrik yang selanjutnya dibagi berdasarkan perilakunya dalam hubungan dengan
perubahan volume produksi. Perilaku biaya overhead pabrik ini dapat dibagi menjadi tiga
golongan:
a). Biaya overhead pabrik tetap, yakni biaya overhead pabrik yang tidak berubah
meskipun terjadi perubahan dalam volume produksi.
b). Biaya overhead pabrik variabel, yakni biaya overhead pabrik yang berubah sebanding
dengan perubahan volume produksi.
c). Biaya overhead pabrik semivariabel, yakni biaya overhead pabrik yang berubah
namun tidak sebanding dengan perubahan volume produksi. Untuk memudahkan
30
penentuan tarif biaya overhead pabrik, biasanya biaya overhead pabrik semivariabel
akan dipecah menjadi dua unsur yakni biaya tetap dan biaya variabel.

3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen


Selain departemen produksi, sebuah perusahaan pasti memiliki departemen lain
yang dikategorikan sebagai departemen pembantu. Berdasarkan hubungannya dengan
departemen-departemen yang ada dalam perusahaan, biaya overhead pabrik dapat
digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu:
a). Biaya overhead pabrik langsung departemen (direct departemental overhead
expenses), yakni biaya overhead pabrik yang ada dalam sebuah departemen dan
manfaatnya hanya dapat dinikmati oleh departemen tersebut.
b). Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen (indirect departemental overhead
expenses), yakni biaya overhead pabrik yang manfaatnya dapat dinikmati oleh lebih
dari satu departemen.

c. Pembebanan Overhead Pabrik


Untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada pesanan, harus digunakan
tarif yang ditentukan dimuka. Alasan Pemakaian tarif pembebanan biaya overhead pabrik
yang ditentukan dimuka adalah:
a. Adanya biaya overhead yang timbul setelah aktivitas berlalu. Misalnya reparasi aktiva
tetap disebabkan pemakaian masa lalu, maka apabila pembebanan pada pesanan
dilakukan saat terjadinya biaya maka berakibat tidak teliti dan tidak adil
b. Adanya biaya yang baru dapat dihitung pada akhir periode, misalnya biaya listrik
PLN.
c. Adanya biaya yang terjadi hanya pada interval waktu tertentu misalnya PBB yang
dibayar 2 tahun sekali.
d. Jika BOP dibebankan atas dasar BOP-S, maka harga pokok produk per satuan akan
berubah-ubah. Hal ini disebabkan karena :
 Perubahan tingkat kegiatan produksi dr bulan ke bulan
 Perubahan tingkat efisiensi produksi
 Adanya BOP yg terjadinya secara sporadik, menyebar tidak merata selama jika
waktu setahun. Contoh: Terjadinya kerusakan mesin yang tidak terduga
waktunya

31
 BOP tertentu sering terjadi secara teratur pada waktu-waktu tertentu, contoh
tunjangan hari raya karyawan
e. Ada elemen BOP yg baru dapat diketahui pd akhir bulan atau tahun, sedangkan
penentuan harga pokok produk harus segera dihitung setiap proses produksi selesai.

d. Langkah Penentuan Tarif BOP


1). Menyusun anggaran BOP
Dalam menyusun anggaran BOP harus diperhatikan tingkat kapasitas yang akan
dipakai sbg dasar penaksiran BOP.
2). Memilih dasar pembebanan BOP
... Faktor-faktor yg harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan :
 Jenis BOP yg dominan jumlahnya dalam departemen produksi.
 Sifat-sifat BOP tsb dan erat hubungan sifat-sifat tsb dg dasar pembebanan yg
akan dipakai.

e. Pilihan Dasar Pembebanan BOP


Berikut adalah pilihan dasar pembebanan BOP:

1). Satuan Produk


Rumus:

Contoh:
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran Rp. 2.000.000
Taksiran jumlah produk yang dihasilkan selama tahun anggaran tersebut= 4000 unit
Tarif biaya overhead pabrik sebesar:
Rp. 2.000.000 = Rp.500 per unit produk
4000 unit
Jadi misalnya pesanan sebanyak 200 unit, maka akan dibebani biaya overhead pabrik
sebesar = 200 unit x Rp. 500 = Rp100.000

32
2). Biaya Bahan Baku
Rumus :

Contoh:
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran Rp. 2.000.000
Taksiran biaya bahan baku selama 1 tahun anggaran = Rp.4000.000
Tarif biaya overhead pabrik sebesar:
Rp. 2.000.000 x 100% = 50 % dari biaya bahan baku
Rp. 4000.000
Jadi misalnya pesanan menggunakan bahan baku seharga Rp 30.000, maka akan
dibebani biaya overhead pabrik sebesar = Rp. 30.000 x 50% = Rp. 15.000

3). Biaya Tenaga Kerja


Rumus :

Contoh:
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran Rp. 2.000.000
Taksiran biaya tenaga kerja selama 1 tahun anggaran = Rp.5.000.000
Tarif biaya overhead pabrik sebesar:
Rp. 2.000.000 x 100% = 40 % dari biaya tenaga kerja langsung yang
Rp. 5.000.000 dipakai

Jadi misalnya pesanan menggunakan tenaga kerja langsung seharga Rp 20.000, maka
akan dibebani biaya overhead pabrik sebesar =
Rp. 20.000 x 40% = Rp. 8.000

33
4). Jam Tenaga Kerja Langsung
Rumus :

Contoh:
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran Rp. 2.000.000
Taksiran jam kerja langsung selama 1 tahun anggaran = 2.000 jam

Tarif biaya overhead pabrik sebesar:


Rp. 2.000.000 = Rp. 1.000 Per jam tenaga kerja langsung
2.000
Jadi misalnya pesanan menggunakan jam tenaga kerja langsung seharga 200 jam, maka
pesanan ini akan dibebani biaya overhead pabrik sebesar =
Rp. 1.000 x 200 = Rp. 200.000

5). Jam Mesin


Rumus :

Contoh:
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran Rp. 2.000.000
Taksiran jam mesin selama 1 tahun anggaran = 10.000 jam mesin
Tarif biaya overhead pabrik sebesar:
Rp. 2.000.000 = Rp. 200 Per jam mesin
10.000
Jadi misalnya pesanan menggunakan jam mesin sebanyak 300 jam, maka pesanan ini
akan dibebani biaya overhead pabrik sebesar = 300 x Rp. 200 = Rp. 60.000

f. Prosedur Pembebanan Biaya Overhead Pabrik


1). Prosedur Pembebanan BOP
Jurnal pembebanan sebagai berikut:
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik Rp xx
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan Rp xx

34
2). Prosedur Akuntansi Pengumpulan Biaya Overhead Pabrik yang Sesungguhnya.
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam periode yang
bersangkutan akan ditampung dalam rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya dan
dimasukkan ke dalam Kartu Pembantu Biaya Overhead Pabrik, berikut ini dibahas jurnal
setiap elemen biaya overhead pabrik.

(a) Biaya Bahan Penolong


Prosedur ini telah dibahas pada prosedur akuntansi bahan dan suplies pada bab ini,
dan Bon Permintaan Bahan Penolong dijurnal:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx


Persediaan Bahan Penolong Rp xx

(b) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung


Prosedur ini telah dibahas pada prosedur akuntansi tenaga kerja pada bab ini, dan
Daftar Gaji dan Perintah Jurnal dibuat jurnal.

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx


Biaya Gaji dan Upah Rp xx

Beban atas gaji dan upah yang ditanggung perusahaan dengan dokumen Daftar
Sumbangan Gaji dan Upah dijurnal.

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx


Hutang Pajak Penghasilan Rp xx
Hutang Dana pensiun Rp xx
Hutang Asuransi Tenaga Kerja Rp xx
Hutang Asuransi Hari Tua Rp xx

(c) Biaya Penyusutan dan Amortisasi Aktiva Tetap Pabrik


Pada akhir periode dibuat dokumen Perintah Jurnal untuk mencatat biaya penyusutan
dan amortisasi aktiva tetap pabrik, dan dibuat jur nal sebagai berikut.

35
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Akumulasi Penyusutan Mesin Rp xx
Akumulasi Penyusutan Bangunan Rp xx
Akumulasi Penyusutan Peralatan Rp xx
Persediaan Suku Cadang Rp xx
Amortisasi Hak Paten Rp xx

(d) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Aktiva Tetap Pabrik


Biaya reparasi dan pemeliharaan dapat timbul dan reparasi dan pemeliharaan yang
dilakukan sendiri oleh karyawan perusahaan. Dalam hal ini biaya yang timbul adalah
biaya pemakaian suplies dan suku cadang, biaya tenaga kerja tidak langsung dan
penyusutan peralatan reparasi dan pemeliharaan. Untuk biaya suplies, tenaga kerja
tidak langsung dan penyusutan peralatan jurnalnya telah dibuat pada pembahasan di
muka, jurnal untuk pemakaian suku cadang sebagai berikut :
Saat dibeli :
Persediaan Suku Cadang Rp xx
Hutang Dagang atau Kas Rp xx
Saat dipakai :
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Persediaan Suku Cadang Rp xx

Biaya reparasi dapat pula timbul dan pembelian jasa reparasi dan pemeliharaan
kepada pihak luar, dan dokumen Bukti Kas Ke luar untuk yang sudah dibayar atau
dokumen Faktur Pembelian Jasa dan Perintah Jurnal untuk yang belum dibayar dibuat
jurnal :

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx


Kas Rp xx
Hutang Biaya Rp xx

(e) Biaya Listrik dan Air untuk Pabrik


Listrik PLN dan air PAM yang dikonsumsi perusahaan dan sudah dibayar digunakan
dokumen Bukti Kas Ke luar, yang belum dibayar dibuat dokumen Perintah Jurnal,
akan dibuat jurnal sebagai berikut:
36
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Kas Rp xx
Hutang Biaya Rp xx

(f) Biaya Asuransi Pabrik


Biaya ini umumnya timbul dan berakhirnya (expired) sebagian persekot asuransi, pada
saat persekot asuransi dibayar digunakan dokumen Bukti Kas Ke luar, pada saat
diperhitungkan biaya digunakan dokumen Perintah Jurnal. Jurnal dan persekot
asuransi dan biaya asuransi sebagai berikut:

Terjadinya pemboyaran persekot asuransi:


Persekot Asuransi Rp xx
Kas Rp xx

Persekot asuransi menjàdi biaya:


Baya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Persekot asuransi Rp xx
(f) Biaya Overhead Lain-lain
Elemen biaya yang dapat dimasukkan pada golongan biaya di atas dimasukkan di
dalam biaya overhead pabrik lain-lain, rekening yang dikredit tergantung dan
penyebab timbulnya biaya tersebut. Misalnya sebagian biaya overhead lain-lain sudah
dibayar dan sebagian masih terhutang dibuat jurnal :

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx


Kas Rp xx
Hutang Biaya Rp xx

g. Prosedur Akuntansi Perhitungan dan Perlakuan Selisih Biaya Overhead Pabrik


Pada akhir periode akuntansi akan dihitung besarnya selisih biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya dengan yang dibebankan kepada pesanan, dengan Perintah Jurnal
akan dibuat jurnal sebagai berikut:
(1) Jurnal menutup Biaya Overhead Pabrik Dibebankan ke Biaya Overhead Pabrik
Sesungguhnya.

37
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan Rp xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx

(2) Jurnal untuk menutup Biaya Overhead Pabrik Sesuñgguhnya dan menghitung selisih
sebagai berikut :
Apabila Biaya Overhead Sesungguhnya lebih besar dibanding Biaya Overhead
Dibebankan (selisih tidak menguntungkan atau unfavorable variance atau under
applied factory overhead) :

Selisih Baya Overhead Pabrik Rp xx


Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx

(3) Salah satu perlakuan selisih yaitu masuk ke rekening Rugi Laba jurnalnya sebagai
berikut :
Selisih tidak menguntungkan :
Rugi-Laba Rp xx
Selisih Biaya Overhead Pabrik Rp xx
Selisih menguntungkan :
Selisih Biaya Overhead PabrikRp xx
Rugi-Laba Rp xx

4. Prosedur Akuntansi Barang Jadi dan Barang Dalam Proses Akhir Periode
Pada metode harga pokok pesanan setiap ada pesanan yang selesai dipindahkan
dan Departemen Produksi ke Seksi Gudang Produk Selesai dan harus dihitung harga
pokoknya, jumlah harga pokok pesanan yang selesai dapat dihitung dengan merekam
Kartu Harga Pokok Pesanan dan selanjutnya memindahkan kartu tersebut dan fungsinya
sebagai rekening pembantu Barang Dalam Proses ke fungsi yang baru sebagai pembantu
rekening Persediaan Barang Jadi. Atas dasar dokumen Bukti Pemindahan Barang Jadi
dan Perintah Jurnal dibuat jurnal :

Persediaan Barang Jadi Rp xx


Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp xx
Barang Dalam Proses-B.Tenaga Kerja angsung Rp xx
Barang Dalam Proses-B.Overhead Pabrik Rp xx
38
Sedangkan apabila pada akhir periode masih ada pesanan dalam proses, maka
Kartu Harga Pokok Pesanan yang bersangkutan fungsinya berubah dari rekening
pembantu barang Dalam Proses menjadi rekening menjadi rekening pembantu Persediaan
Barang Dalam Proses. Atas dasar Perintah Jurnal harga pokok produk dalam proses
dipindahkan ke rkening Persediaan Produk Dalam Proses dengan jurnal sebagai berikut :

Persediaan Barang Dalam Proses Rp xx


Barang Dalam Proses-B. Bahan Baku Rp xx
Barang Dalam Proses-B.Tenaga Kerja Langsung Rp xx
Barang Dalam Proses-B. Overhead Pabrik Rp xx

5. Prosedur Akuntansi Penjualan atau Penyerahan Barang Jadi kepada Pemesan


Dari Seksi Gudang Produk Selesai pesanan dikirimkan kepada pemesan, dan
dibuatkan dokumen Faktur Penjualan. Jurnal yang dibuat sebagai berikut :
Piutang Usaha Rp xx
Kas Rp xx
Penjualan Rp xx

Piutang Usaha didebit sebesar harga jual yang belum diterima, kas didebit sebesar
harga jual yang telah diterima tunai. Penjualan dikredit sebesar harga jual pesanan yang
diserahkan.
Setiap pesanan diserahkan, maka Kartu Harga Pokok Pesanan yang semula
berfungsi sebagai rekening pembantu Persediaan Barang Jadi dipindahkan fungsinya
sebagai rekening pembantu Harga Pokok Penjualan. Jurnal yang dibuat untuk mengakui
Harga Pokok Penjualan adalah sebagai berikut :

Beban Pokok Penjualan Rp xx


Persediaan Barang Jadi Rp xx

6. Membuat Laporan Harga Pokok Produksi


Dalam membuat laporan harga pokok produksi perusahaan manufaktur harus
memperhatikan komponen biaya produksi : BBB, BTKL, BOP, persediaan barang dalam
proses awal dan persediaan barang dalam proses akhir. Adapun contoh soal yang terkait
adalah sebagai berikut:

39
Berikut ini adalah data perusahaan PT MARCEDES SURABAYA per 31 Desember 2020.
Persediaan bahan baku awal Rp 12.000.000
Persediaan bahan baku akhir Rp 16.000.000
Persediaan barang dalam proses awal Rp 4.500.000
Persediaan barang dalam proses akhir Rp 7.000.000
Pembelian bahan baku Rp 85.000.000
Beban Angkut pembelian bahan baku Rp 2.000.000
Retur pembelian bahan baku Rp 13.500.000
Upah langsung Rp 45.000.000
Upah Tak Langsung Rp 14.000.000
Gaji pengawas produksi Rp 12.000.000
Biaya pemeliharaan mesin Rp 11.500.000
Biaya perlengkapan pabrik Rp 4.500.000
Biaya penyusutan mesin pabrik Rp 5.500.000
Biaya penyusutan gedung pabrik Rp 11.000.000
Ditanyakan :
Buatlah laporan harga pokok produksi PT MARCEDES SURABAYA.

40
Jawab:

PT MERCEDES SURABAYA
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
Per 31 Desember 2020

7. Departementalisasi BOP
Departementalisasi BOP adalah pembagian pabrik ke dalam bagian-bagian yang
disebut departemen atau pusat biaya yg dibebani dengan BOP. Dalam Departementalisasi
BOP, tarif BOP dihitung untuk setiap departemen produksi dengan dasar pembebanan
yang mungkin berbeda diantara departemen2 produksi yang ada. Oleh karena itu
departementalisasi memerlukan pembagian perusahaan ke dalam departemen untuk
memudahkan pengumpulan BOP yg terjadi. Tujuannya untuk lebih meningkatkan

41
keakuratan perhitungan biaya produksi dan meningkatkan pengendalian yang
bertanggungjawab atas biaya overhead.

1. Pengertian Departementalisasi BOP


Adalah pembagian pabrik ke dalam bagian-bagian yang disebut departemen atau
pusat biaya (cost center) yang dibebani dengan biaya overhead pabrik. Dalam
departementalisasi biaya overhead pabrik, tarif biaya overhead dihitung untuk setiap
departemen produksi dengan dasar pembebanan yang mungkin berbeda diantara
departemen-departemen produksi yang ada. Oleh karena itu departementalisasi biaya
overhead pabrik memerlukan pembagian perusahaan ke dalam departemen-departemen
untuk memudahkan pengumpulan biaya overhead pabrik yang terjadi. Departemen-
departemen inilah yang merupakan pusat-pusat biaya yang merupakan tempat
ditandingkannya biaya dengan prestasi yang dihasilkan oleh departemen tersebut.

2. Pengklasifikasian Departemen
Ada dua jenis departemen dalam suatu perusahaan yaitu departemen produksi
dan departemen jasa. Departemen produksi adalah Departemen yang mengubah bentuk
atau sifat dari bahan baku atau dengan merakit komponen. Sedangkan departemen jasa
adalah Departemen yang memberikan pelayanan yang berkontribusi secara tidak
langsung terhadap produksi produk tetapi tidak mengubah bentuk, rakitan, maupun jenis
dari bahan baku.

3. Manfaat Departementalisasi
Departementalisasi biaya overhead pabrik bermanfaat untuk pengendalian biaya
dan ketelitian penentuan harga pokok produk. Pengendalian biaya overhead pabrik dapat
lebih mudah dilakukan dengan cara menghubungkan biaya dengan pusat terjadinya
sehingga dengan demikian akan memperjelas tanggungjawab setiap biaya yang terjadi
dalam departemen tertentu. Dengan digunakannya tarif-tarif biaya overhead pabrik yang
berbeda-beda untuk tiap departemen, maka pesanan atau produk yang melewati suatu
departemen produksi akan dibebani dengan biaya overhead pabrik sesuai tarif dari
departemen yang besangkutan. Hal ini mempunyai akibat terhadap ketelitian terhadap
penentuan harga pokok produk.

42
4. Langkah-langkah Penentuan Tariff Biaya Overhead Pabrik Per Departemen
a) Penyusunan anggaran biaya overhead pabrik per departemen
b) Alokasi biaya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen produksi.
Ada dua macam metode alokasi biaya overhead pabrik departemen pembantu:
1). Metode alokasi langsung
2). Metode alokasi bertahap, yang terdiri dari :
Metode alokasi kontinyu
Metode aljabar
Metode urutan alokasi yang diatur
c) Perhitungan tarif pembebanan biaya overhead pabrik per departemen

5. Penyusunan Anggaran Biaya Overhead Pabrik Per Departemen


Penyusunan anggaran BOP per departemen dibagi menjadi empat tahap utama
yaitu:
a. Penaksiran BOP-langsung departemen atas dasar kapasitas yang direncanakan untuk
tahun anggaran.
b. Penaksiran BOP-tak langsung departemen.
c. Distribusi BOP-tak langsung departemen ke departemen-departemen yang
menikmatinya
d. Menjumlah seluruh BOP per departemen untuk mendapatkan BOP per departemen.
6. Alokasi Biaya Overhead Pabrik Departemen Pembantu Ke Departemen Produksi
Metode yang dapat digunakan dalam pengalokasian BOP :
a. Metode Alokasi Langsung (Direct Allocation Method)
b. Metode Alokasi Bertahap (Step Method) :
 Metode alokasi yg memperhitungkan transfer jasa timbal balik antar departemen
pembantu :
- Metode Alokasi Kontinyu
- Metode Aljabar
 Metode Alokasi yg tidak memperhitungkan transfer jasa timbal balik antar
departemen pembantu :
- Metode Urutan Alokasi yg diatur

43
7. Perhitungan Tarif Biaya Overhead Pabrik
Tarif pembebanan BOP dihitung dengan cara membagi total BOP departemen
produksi setelah menerima alokasi BOP dari departemen pembantu, dengan dasar
pembebanan yang digunakan.
8. Analisis Selisih BOP per departemen
Langkah-langkah yg harus ditempuh dalam melakukan pembandingan antara
BOP dibebankan dg BOP-Sesungguhnya :
a. Mengumpulkan jml tiap jenis BOP-S dalam masing-masing departemen selama tahun
anggaran.
b. Mengumpulkan data sesungguhnya yg berhubungan dg dasar distribusi dan alokasi
BOP.
c. Mengalokasikan BOP-S departemen pembantu.
d. Mencari selisih BOP.
e. Menganalisis selisih BOP per departemen.
9. Penerapan Perhitungan Departementalisasi Biaya Overhead Pabrik
a. Metode Alokasi Langsung
Dalam metode ini, BOP Departemen Pembantu dialokasikan ke tiap-tiap
departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi langsung digunakan apabila
jasa yang dihasilkan oleh departemen pembantu hanya dinikmati oleh departemen
produksi saja. Tidak ada departemen pembantu yang memakai jasa departemen
pembantu lain. Berikut adalah contoh ilustrasi pembagian departemen dari departemen
jasa ke departemen produksi.

Departemen Produksi Departemen Jasa


Keterangan
A B 1 2
BOP sebelum alokasi
Rp120.000 Rp160.000 Rp72.600 Rp40.000
Biaya Departemen Jasa
Dasar alokasi:
Departemen 1 (jumlah
40 40 20
karyawan)
Departemen 2 (jumlah kwh)
200 500 300

44
*(40/80)xRp72.600 ke Dept A dan B
**(200/700)xRp40.000 ke Dept A, (500/700)xRp40.000 ke Dept B

Contoh Pembebanan Tarif BOP nya.


Misalnya, perhitungan tarif BOP menggunakan metode langsung dalam mengalokasikan
biaya departemen jasa, jika diketahui estimasi jumlah jam mesin pada departemen
produksi A adalah 1000 jam dan estimasi jumlah jam kerja langsung pada departemen
produksi B adalah 1500 jam.

b. Penerapan Metode Alokasi Bertahap


Metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen pembantu tidak
hanya dipakai oleh departemen produksi saja, tetapi digunakan pula oleh departemen
pembantu yang lain. Misalnya departemen pembangkit tenaga listrik dan departemen
bengkel yang saling membutuhkan.

45
*(40/100)xRp72.600 ke Dept A dan B, (20/100)xRp72.600 ke Dept 2
**(200/700)xRp54.520 ke Dept A, (500/700)xRp54.520 ke Dept B

c. Penerapan Metode Aljabar


Metode ini dapat diterapkan jika antar departemen jasa saling memberikan jasa.
Pada metode ini biaya departemen jasa dialokasikan secara simultan dengan
menggunakan teknik aljabar. Metode ini mengalokasikan biaya ke departemen produksi
dan antar departemen jasa. Berikut adalah contoh alokasi departemen jasa ke departemen
pembantu dengan metode aljabar.

Misalkan biaya departemen 1 setelah alokasi adalah Y dan biaya departemen 2 setelah
alokasi adalah Z, maka persamaan aljabar dirumuskan sebagai berikut:
Y = 72.600 + 0,30Z
Z = 40.000 + 0,20Y
46
Penyelesaian persamaan diatas:
Y = 72.600 + 0,30(40.000 + 0,20Y)
= 72.600 + 12.000 + 0,06
0,94Y = 84.600
Y = 90.000

Z = 40.000 + (0,20x90.000)
Z = 58.000

*(40/100)xRp90.000 ke Dept A dan Dept B, (20/100)xRp90.000 ke Dept 2


**(200/1000)xRp58.000 ke Dep A, (500/1000)xRp58.000 ke Dept B,
(300/1000)xRp58.000 ke Dept 1

Contoh penerapan jurnal departementalisasi BOP, dengan metode aljabar diatas, adalah:

Jurnal pencatatan BOP sesungguhnya departemen produksi A dan B:


BOP sesungguhnya – Departemen A Rp 120.000
BOP sesungguhnya – Departemen B Rp 160.000
Berbagai rekening dikredit Rp 280.000

Jurnal pencatatan alokasi biaya departemen jasa:


BOP sesungguhnya – Departemen A Rp 36.000
BOP sesungguhnya – Departemen B Rp 36.000

47
Biaya Departemen 2 Rp. 18.000
Biaya departemen 1 Rp 90.000
BOP sesungguhnya – Departemen A Rp 11.600
BOP sesungguhnya – Departemen B Rp 29.000
Biaya Departemen 1 Rp 17.400
Biaya departemen 2 Rp 58.000

Akuntansi Pembebanan BOP


Contoh Penjurnalan Pembebanan BOP Departementalisasi:
Misalnya, jumlah pemakaian jam mesin sesungguhnya departemen produksi A 800 jam,
dengan tarif Rp160 per JM, total BOP departemen produksi A sebesar Rp128.000. Jumlah
pemakaian jam kerja langsung departemen produksi B 1.000 jam, dengan tarif Rp150 per
JKL, total BOP departemen produksi B sebesar Rp150.000.
Jurnal pencatatan pembebanan BOP departemen A dan B sebagai berikut:
Barang Dalam Proses – Departemen A Rp 128.000
Barang Dalam proses – Departemen B Rp 150.000
BOP dibebankan – Departemen A Rp 128.000
BOP dibebankan – Departemen B Rp 150.000

C. Perlatihan

LEMBAR KERJA MAHASISWA 2


Komponen Biaya Produksi

1. Sebutkan beberapa alasan mengapa dalam BOP harus ada penentuan tarif dimuka?
2. Bedakan antara biaya overhead aktual dengan overhead dibebankan?
3. Analisislah mengapa perusahaan harus melakukan departementalisasi BOP
4. Berikan contoh penerapan departementalisasi pada perusahaan yang pernah
saudara ketahui disekitar saudara !
5. PT MEDIKA selama bulan Desember 2021 menjual produknya sebanyak 3000 unit
dengan harga jual @ Rp. 75.000. Selama bulan Desember 2021, beban produksi dan
beban operasi yang telah dikeluarkan adalah sebagai berikut:
Pembelian Rp 82.500.000
Potongan pembelian Rp 8.050.000

48
Beban Angkut Pembelian Rp 6.885.000
Upah Langsung Rp 56.100.000
Upah tak langsung Rp 14.100.000
Beban penyusutan gedung pabrik Rp 3.000.000
Beban produksi tak langsung rupa-rupa Rp 6.300.000
Beban gaji pegawai kantor Rp 9.100.000
Beban penyusutan gedung kantor Rp 2.500.000
Beban kerugian piutang Rp 630.000
Beban umum rupa-rupa Rp 7.280.000
Beban gaji salesman Rp 4.500.000
Beban ongkos penjualan Rp 3.460.000
Beban penjualan rupa-rupa Rp 2.140.000

Sedangkan persediaan yang terdapat pada PT MEDIKA terdiri dari:


Persediaan Per 1 Desember 2021 Per 31 Desember 2021

Bahan Baku Rp 1.830.000 Rp 680.000

Barang Dalam Proses Rp 2.160.000 Rp 1.040.000

Barang Jadi Rp 1.140.000 Rp 2.100.000

Ditanyakan :
a. Buatlah laporan harga pokok produksi dan laporan harga pokok penjualan
b. Buatlah laporan rugi laba

6. PT MITRA JAYANTI memiliki beberapa data per 31 Maret 2021 sebagai berikut:
Persediaan bahan baku awal Rp 37.500.000
Persediaan bahan baku akhir Rp 43.500.000
Persediaan barang dalam proses awal Rp 45.000.000
Persediaan barang dalam proses akhir Rp 29.400.000
Persediaan barang jadi awal Rp 34.500.000
Persediaan barang jadi akhir Rp 29.400.000
Pembelian bahan baku Rp 320.100.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 460.500.000

49
Upah tak langsung Rp 14.000.000
Biaya listrik air dan telepon Rp 120.000.000
Biaya reparasi mesin Rp 75.500.000
Biaya sewa gedung pabrik Rp 60.000.000
Biaya penyusutan mesin pabrik Rp 15.500.000
Biaya satpam pabrik Rp 13.700.000
Beban administrasi Rp 97.000.000
Beban pemasaran Rp 261.600.000

Ditanyakan :
a. Buatlah laporan harga pokok produksi PT MITRA JAYANTI
b. Buatlah laporan harga pokok penjualan PT MITRA JAYANTI

7. Berikut ini transaksi PT. KIRANA selama bulan Januari 2021 :


3/1 Dibeli bahan dan supplies dengan kredit :
Bahan Baku – A Rp 40.000.000
Bahan Baku – B Rp 60.000.000
Rp 100.000.000
Bahan Penolong – N Rp 10.000.000
Bahan Penolong – O Rp 15.000.000
Rp 25.000.000
Supplies – X Rp 8.000.000
Supplies – Y Rp 7.000.000
Rp 15.000.000

5/1 Pemakaian bahan baku dan bahan penolong :


Pesanan Bahan Baku A Bahan Baku B Jumlah
No.01 Rp 10.000.000 Rp 15.000.000 Rp 25.000.000

No.02 Rp 15.000.000 Rp 30.000.000 Rp 45.000.000


Jumlah Rp 25.000.000 Rp 45.000.000 Rp 70.000.000

50
Bahan penolong yang terpakai berjumlah Rp. 15.000.000, terdiri dari bahan
penolong N sebesar Rp. 6.500.000 dan bahan penolong O sebesar Rp
8.500.000

7/1 Biaya gaji dan upah yang terjadi untuk pesanan sebagai berikut :
BTKL ( Biaya Tenaga Kerja Langsung ) :
Pesanan Jumlah Jam Jumlah Upah
No.01 1.000 Rp 15.000.000
No.02 950 Rp 9.500.000

BTKTL ( Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung ) : Rp 10.000.000


Gaji karyawan Pemasaran Rp 5.000.000
Gaji karyawan Administrasi Rp 5.000.000
Potongan atas gaji dan upah :
Pajak Penghasilan Rp 4.500.000
Dana Pensiun Rp 3.500.000
** BOP = Rp2.500 / Jam

10/1 Dibayar lunas gaji dan upah seluruh gaji karyawan, serta dibayar pajak serta
dana pensiunan.
Berdasarkan pada transaksi diatas, buatlah jurnal BBB, BTKL, dan BOP nya!

7. Berikut adalah biaya produksi Departemen A, Departemen B, dan Departemen Jasa 1


dan 2.

Keterangan Departemen Produksi Departemen Jasa

A B 1 2

BOP sebelum alokasi Rp118.000 Rp122.000 Rp60.000 Rp42.000


Biaya Departemen Jasa

Dasar alokasi:
Departemen 1 (jumlah karyawan) 40 40 300 20
Departemen 2 (jumlah kwh) 200 500

51
Diminta: Buatlah alokasi departementalisasi dari departemen pembantu ke departemen
produksi dengan menggunakan metode alokasi langsung, alokasi bertahap, alokasi
aljabar.

D. Daftar Bacaan

1. Carter Usry. 2009. Cost Accounting. Edisi 14, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
2. Hansen Mowen. 2000. Akuntansi Manajemen. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
3. Bustami Bastian dan Nurlela. 2007. Akuntansi Biaya: Teori dan Aplikasi. Edisi
Pertama. Jakarta: Graha Ilmu.
4. Supriyono, R.A. 2013. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: BPFE
5. Horngren, C.T and G. Foster. 2002. Cost Accounting A Managerial Emphasis: New
Jersey: Prentice Hall Inc.

52
BAB 3
METODE HARGA POKOK PESANAN

A. Pendahuluan
1. Deskripsi singkat cakupan materi bab ini
Bab ini membahas tentang pengertian harga pokok pesanan, mengidentifikasi
karakteristik metode harga pokok pesanan, menjelaskan prosedur akuntansi
biaya pada metode harga pokok pesanan, dan membuat kartu harga pokok
pesanan.

2. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1) Menjelaskan pengertian harga pokok pesanan


2) Mengidentifikasi karakteristik metode harga pokok pesanan
3) Menjelaskan hubungan aktivitas perusahaan industri dengan
aliran biaya produksi
4) Menjelaskan prosedur akuntansi biaya pada metode harga
pokok pesanan
5) Membuat kartu harga pokok pesanan
6) Mengerjakan siklus akuntansi biaya pada metode harga
pokok pesanan
B. Materi
1. Pengertian Harga Pokok Pesanan
Metode harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi
untuk menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan produk atas
dasar pesanan. Adapun tujuan dari penggunaan metode harga pokok pesanan adalah
untuk menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan baik harga pokok secara
keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk per satuan. Dalam sistem perhitungan
biaya berdasarkan pesanan (job order costing atau job costing), biaya produksi
diakumulasikan untuk setiap pesanan (job) yang terpisah. Dalam metode ini biaya-biaya
produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan
dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah
satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Pada pengumpulan harga pokok

53
pesanan dimana biaya yang dikumpulkan untuk setiap pesanan/kontrak/jasa secara
terpisah dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya. Atau dalam pengertian yang
lain, penentuan harga pokok pesanan adalah suatu sistem akuntansi yang menelusuri
biaya pada unit individual atau pekerjaan, kontrak atau tumpukan produk yang spesifik.

2. Karakteristik Perusahaan yang menggunakan Metode Harga


Pokok Pesanan
Ada beberapa karakteristik perusahaan yang menggunakan metode harga pokok
pesanan sebagai berikut :
1. Tujuan produksi, untuk melayani pesanan pembeli.
2. Bentuk produk yang dihasilkan, bervariasi (heterogen) tergantung pada spesifikasi
pemesanan.
3. Sifat produksi terputus-putus dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya
secara jelas.
4 Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat dihitung
harga pokok pesanan dengan relatif teliti dam adil.
5. Sistem pembebanan biaya menganut normal cost system, artinya biaya yang
dibebankan kepada produk, metode harga pokok pesanan menggunakan : (a) harga
pokok historis untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, dan (b) untuk
ketelitian dan keadilan, pembebanan biaya overhead pabrik harus digunakan tarip
biaya yang ditentukan di muka (predetermined rates). Dalam metode harga pokok
pesanan dapat pula digunakan sistem harga pokok yang ditentukan di muka untuk
seluruh elemen biaya produksi (pre-determined cost system).
6. Harga pokok produk pesanan dihitung, pada saat pesanan yang bersangkutan
selesai dikerjakan, dengan menjumlahkan seluruh elemen biaya produksi yang
dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan. Harga pokok satuan untuk pesanan
tertentu dihitung dengan cara membagi jumlah total harga pokok pesanan dengan
jumlah satuan produk pesanan yang bersangkutan.
7. Pesanan yang sudah selesai dikerjakan dipindahkan ke gudang barang jadi dan
biasanya segera diserahkan (dijual) kepada pihak pemesan, sesuai dengan
saat/tanggal pesanan harus diserahkan.
8. Perusahaan industri yang menganut prosedur akuntansi biaya metode harga pokok
pesanan, diantaranya: industri pesawat terbang, industri kereta api, indutri kapal.

54
3. Hubungan aktivitas perusahaan manufaktur dengan aliran biaya
produksi
Aliran harga pokok produk (flow of cost) menunjukkan aliran biaya produksi dalam
rangka kegiatan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi, yang selanjutnya dijual, oleh
karena itu aliran harga pokok produk akan dipengaruhi atau tergantung kepada aliran
kegiatan (flow of activity) perusahaan industri dalam mengolah bahan baku menjadi
barang jadi dan menjualnya.
Kegiatan perusahaan manufaktur dalam mengolah bahan baku menjadi barang jadi
yang kemudian dijual adalah sebagai berikut :
1. Pengadaan ( procurement):
merupakan kegiatan untuk memperoleh atau mengadakan barang dan jasa yang akan
dikonsumsi dalam kegiatan produksi, dapat dikelompokkan ke dalam (a) Pembelian,
penerimaan, dan penyimpanan bahan baku, bahan penolong, suplies pabrik dan
elemen (barang) lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi, (b)
Perolehan jasa dan tenaga kerja langsung, tenaga kerja tidak langsung dan jasa
lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi.

2. Produksi (production):
Produksi adalah kegiatan mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Pada kegiatan
tersebut akan dikonsumsi bahan baku, tenaga kerja langsung, barang dan jasa
lainnya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik.

3. Penyimpanan produk selesai (Warehousing of finish goods):


Produk yang telah selesai diproduksi, dari pabrik akan dipindahkan ke dalam gudang
barang jadi dan menunggu saat dijual atau diserahkan kepada pemesan.

4. Penjualan produk selesai (Selling of finish product)


Produk yang terjual dikeluarkan dari gudang barang jadi dan dikirim kepada pembeli,
selanjutnya perusahaan mencatatnya sebagai piutang usaha atau kas dan pengakuan
atas harga pokok penjualan.

55
Berikut adalah tabel dan aliran buku besar dalam kegiatan perusahaan
manufaktur:

Gambar 3.1: Hubungan Aliran Kegiatan Perusahaan Manufaktur dengan Aliran Biaya
Produksi dan Rekening Buku Besar

56
Atas dasar aliran kegiatan perusahaan industri tersebut dapat disusun aliran biaya
sebagai berikut (lihat gambar 1 ).
1. Dalam rangka pengadaan bahan baku akan membentuk harga perolehan persediaan
bahan baku, pengadaan jasa karyawan menimbulkan biaya gaji dan upah, konsumsi
bahan penolong dan barang lain serta jasa yang dikelompokkan dalam overhead
pabrik menimbulkan biaya overhead pabrik.
2. Dalam rangka pengolahan produk, bahan baku yang dikonsumsi membentuk Barang
Dalam Proses - Biaya Bahan Baku, biaya tenaga kerja langsung yang dikonsumsi
membentuk Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung, biaya overhead
yang dikonsumsi membentuk Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik.
3. Dalam rangka penyimpanan produk jadi sebelum dijual akan membentuk harga pokok
Persediaan Barang Jadi
4. Dalam rangka penjüalan produk, harga pokok persediaan barang jadi yang dijual akan
membentuk Harga Pokok Penjualan.

Selain digunakan rekening buku besar dalam akuntansi biaya perlu diselenggarakan
buku besar pembantu (subsidiary ledgers) yang berfungsi untuk memerinci lebih lanjut
rekening buku besar tertentu sesuai dengan informasi yang diinginkan oleh manajemen.
Rekening buku besar biaya yang memerlukan rekening buku besar pembantu
disebut rekening kontrol biaya (cost control account), dalam hal ini Kartu Biaya
Produksi atau Kartu Harga Pokok Pesanan.

4. Prosedur akuntansi biaya pada metode harga pokok pesanan

Prosedur akuntansi biaya pada metode harga pokok pesanan meliputi


organisasi formulir, catatan-catatan dan laporan-laporan yang terkoordinasi dalam
rangka melaksanakan kegiatan untuk melayani pesanan dan menyajikan informasi
biaya bagi manajemen. Dalam hal ini prosedur akuntansi biaya dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Prosedur akuntansi biaya bahan baku, bahan penolong dan supplies pabrik.
b. Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja langsung.
c. Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik.
d. Prosedur akuntãnsi barang jadi

57
e. Prosedur akuntãnsi barang dalam proses akhir periode.
f. Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan.
Prosedur akuntansi biaya tersebut sudah dibahas pada BAB II sebelumnya
secara tersendiri dalam bab akuntansi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik. Adapun rincian ringkas prosedur akuntansi
biaya mulai dari biaya bahan dan suplies sampai dengan prosedur akuntansi
penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan adalah sebagai berikut:
1. Prosedur Akuntansi Biaya Bahan Baku, Penolong dan Supplies
Secara ringkas prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies adalah
sebagai berikut:
Transaksi dan Jurnal Transaksi Buku Besar
Dokumen Dasar Pembantu
Pembelian bahan Persed. Bahan Baku Rp xx Kartu Persediaan :
dan Suplies : Persed. Bahan Penolong Rp xx Bahan Baku
Faktur Pembelian Persed. Suplies Pabrik Rp xx Bahan Penolong
Bukti Penerimaan Hutang Usaha Rp xx Suplies Pabrik
Barang Kartu Persediaan :
Pesanan Hutang Usaha Rp xx Bahan Baku
Pembelian Persed. Bahan Baku Rp xx Bahan Penolong
Pengembalian Persed. Bahan Penolong Rp xx Suplies Pabrik
Pembelian : Persed. Suplies Pabrik Rp xx
Debit
Memorandum
Laporan
Pengiriman
Pengembalian
Pembelian

58
Transaksi dan Jurnal Transaksi Buku Besar
Dokumen Dasar Pembantu
Potongan Tunai Hutang Usaha Rp xx Kartu Persediaan :
pembelian : Persediaan Bahan Baku Rp xx Bahan Baku
Bukti Kas Ke Luar Persediaan Bahan Penolong Rp xx Bahan Penolong
Persediaan Suplies Pabrik Rp xx Suplies Pabrik
Kas Rp xx
Atau :
Hutang Usaha Rp xx
Penghasilan lain-lain Rp xx
Kas Rp xx
Pemakaian Bahan Barang Dalam Proses – Kartu Persediaan :
Baku : Biaya Bahan Baku Rp xx Bahan Baku
Bon Permintaan Persediaan Bahan Baku Rp xx Kartu Harga Pokok
Bahan Pesanan
Pemakaian Bahan Biaya Overhead Pabrik Kartu Persediaan :
Penolong : Sesungguhnya Rp xx Bahan Penolong
Bon Permintaan Persediaan Bahan Penolong Rp xx Kartu Biaya :
Bahan Overhead Pabrik
Pemakaian Suplies Biaya Overhead Pabrik Kartu Persediaan
Pabrik : Sesungguhnya Rp xx Suplies Pabrik
Bon Permintaan Persed. Suplies Pabrik Rp xx Kartu Biaya
Bahan Overhead Pabrik
Pengembalian Persediaan Bahan Baku Rp xx Kartu Persediaan :
Bahan Baku Dari Barang dlm Proses Biaya Bahan Baku
Pabrik ke Gudang Bahan Baku Rp xx Kartu Harga Pokok
Bahan : Pesanan
Laporan
pengembalian
barang

59
2. Prosedur Akuntansi Biaya Tenaga Kerja Langsung
Secara ringkas prosedur akuntansi biaya tenaga kerja adalah sebagai
berikut :
Transaksi dan Jurnal Transaksi Buku Besar Pembantu
Dokumen Dasar
Penentuan Gaji dan Biaya Gaji dan Upah Rp xx
Upah Hutang Pajak Penghasilan Rp xx
– Daftar Hadir Hutang Asuransi hari tua Rp xx
– Kartu Jam Kerja Piutang Karyawan Rp xx
– Daftar Gaji dan Upah Hutang Gaji dan Upah Rp xx
Pembayaran Gaji dan Hutang Gaji dan Upah Rp xx
Upah : Kas Rp xx
Bukti Kas Ke Luar
Distribusi Gaji dan Barang Dalam Proses- Kartu Harga Pokok
Upah : Biaya Tenaga Kerja Pesanan dan Kartu Biaya
Perintah Jurnal Langsung Rp xx Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabik Pemasaran
Sesungguhnya Rp xx Administrasi dan Umum
Biaya Pemasaran Rp xx
Biaya Administrasi dan
Umum Rp xx
Biaya Gaji dan Upah Rp xx
Beban atas Gaji dan Biaya Overhead Karyu Biaya :
Upah : Sesungguhnya Rp xx Overhead Pabrik
Daftar Sumbangan Biaya Pemasaran Rp xx Pemasaran
atas Gaji dan Upah Biaya Administrasi Administrasi dan Umum
Umum Rp xx
Hutang PPh Rp xx
Hutang Asuransi Hari Tua Rp xx
Penyetoran atas Hutang P.Ph Rp xx
Potongan dan beban Hutang As HT Rp xx
gaji dan upah : Kas Rp xx
Buki Kas Ke Luar

60
3. Prosedur Akuntansi Biaya Overhead Pabrik
Secara ringkas prosedur akuntansi biaya overhead pabrik adalah sebagai
berikut :
Transaksi dan Jurnal Transaksi Buku Besar
Dokumen Dasar Pembantu
Pembebanan BOP: Kartu Harga Pokok
Barang Dalam Proses – BOP Rp xx
-Dasar Pembebanan Pesanan
BOP Dibebankan Rp xx
– Perintah Jurnal

Pengumpulan BOP Kartu Biaya


Sesungguhnya: Overhead Pabrik
- Pemakaian Bahan BOP Sesungguhnya Rp xx
Penolong Persed. Bahan Penolong Rp xx

- Biaya Tenaga Kerja BOP Sesungguhnya Rp xx


Tak Langsung Gaji dan Upah Rp xx

-Penyusutan Aktiva BOP Sesungguhnya Rp xx


Tetap Akum Penyusutan Mesin Rp xx
Akum Penyustn Bangunan Rp xx
Akum Penyustn Peralatan Rp xx
Amortisasi Hak Paten Rp xx

-Biaya Pemeliharaan BOP Sesungguhnya Rp xx


Mesin Kas Rp xx

- BOP Lain-lain yang BOP Sesungguhnya Rp xx


terutang Kas Rp xx
Hutang Biaya Rp xx
Perhitungan & BOP Dibebankan Rp xx
Perlakuan Selisih BOP Sesungguhnya Rp xx
BOP:
Menutup BOP

61
Dibebankan
(Perintah Jurnal):

Pengakuan Selisih Selisih BOP Rp xx


BOP BOP Sesungguhnya Rp xx
- Jika BOP
Dibebankan < BOP Sesungguhnya Rp xx
BOP Selisih BOP Rp xx
Sesungguhnya
- Jika BOP
Dibebankan >
BOP
Sesungguhnya
Perlakuan Selisih
BOP ke Rekening
Rugi/Laba:
Dokumen Perintah
Jurnal : Rugi/Laba Rp xx
- Jika Selisih BOP Selisih BOP Rp xx
Tdk
Menguntungkan Selisih BOP Rp xx
Rugi/Laba Rp xx
- Jika Selisih BOP
Menguntungkan

4. Prosedur Akuntansi Barang Jadi


Secara ringkas prosedur akuntansi barang jadi adalah sebagai berikut:
Transaksi dan Buku Besar
Jurnal Transaksi
Dokumen Dasar Pembantu

Persediaan barang Persediaan Barang Jadi Rp xx Kartu


jadi : Barang Dalam Proses-Biaya persediaan
- Dokumen Bukti Bahan Baku Rp xx barang jadi

62
Pemindahan Barang Dalam Proses-
Barang Jadi Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xx
Barang Dalam Proses-
Biaya Overhead Pabrik Rp xx

5. Prosedur Akuntansi Barang Dalam Proses Akhir Periode


Secara ringkas prosedur akuntansi barang dalam proses adalah sebagai
berikut:
Transaksi dan Buku Besar
Jurnal Transaksi
Dokumen Dasar Pembantu
Persediaan barang Persediaan Barang Dalam Proses Kartu
dalam proses : Rp xx persediaan
- Dokumen Bukti Barang Dalam Proses-Biaya barang dalam
Pemindahan Bahan Baku Rp xx proses
Barang dalam Barang Dalam Proses-
proses Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp xx
Barang Dalam Proses-
Biaya Overhead Pabrik Rp xx

6. Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan


Secara ringkas prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada
pemesan adalah sebagai berikut:
Transaksi dan Buku Besar
Jurnal Transaksi
Dokumen Dasar Pembantu
Penyerahan barang Piutang Usaha Rp xx
kepada pemesan : Kas Rp xx
- Dokumen faktur Penjualan Rp xx
penjualan
Pengakuan Harga Harga Pokok Penjualan Rp xx
Pokok penjualan Persediaan barang jadi Rp xx

63
Untuk proses poduksi yang dilakukan berdasarkan pesanan, kegiatannya
dimulai dari penerimaan pesanan, proses bahan menjadi produk jadi sesuai
dengan spesifikasi yang diinginkan pemesan, dan selanjutnya diserahkan kepada
pemesan. Berdasarkan pada prosedur tersebut, pengumpulan biaya dimulai dari
pencatatan biaya dimulai dari pencatatan biaya bahan, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik, selanjtnya pencatatan biaya produk jadi
yang ditransfer ke gudang produk jadi. Untuk memberikan gambaran secara
menyeluruh terkait proses produksi berdasarkan pesanan, dapat ditampilkan
ilustrasi PT Narayan Batik yang bergerak dibidang pembuatan baju batik pada
contoh poin F dalam bab ini.

5. Kartu Harga Pokok Pesanan

Dalam proses perhitungan biaya berdasarkan pesanan, setiap pesanan


atau batch harus dapat diidentifikasi secara jelas dan terpisah, sehingga total
biaya maupun biaya per unitnya dapat dibedakan untuk setiap pesanan atau
batch. Rincian biaya produksi untuk setiap pesanan dapat dicatat dalam kartu
biaya pesanan, yang mana kartu ini nantinya berfungsi sebagai buku pembantu
untuk setiap pesanan.
Kartu Harga Pokok Pesanan disebut pula sebagai Kartu Biaya Produksi
Pesanan, berfungsi sebagai alat pencatat (perekam) setiap elemen biaya produksi
(biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik) yang
dibebankan kepada setiap produk pesanan yang berbeda. Jika spesifikasi
pesanan berjumlah 100 buah, maka disiapkan kartu biaya produksi sejumlah 100
buah pula.
Kartu biaya produksi memiliki fungsi yang berubah-ubah sesuai dengan
kepentingannya, yaitu: (a) sebagai buku pembantu perkiraan Barang Dalam
Proses saat produksi sedang berjalan, (b) sebagai buku pembantu perkiraan
Barang Jadi saat barang dalam proses tersebut dinyatakan sebagai produk yang
selesai dikerjakan, dan (c) sebagai Buku Pembantu perkiraan Harga Pokok

64
Penjualan saat Barang Jadi yang bersangkutan dijual dan diserahkan kepada
pemesan. Berikut ini contoh format sederhana kartu harga pokok.

KARTU HARGA POKOK PESANAN

No. Pesanan : .................. Nama Pemesan : ......................


Tgl Pesanan : .................. Kode Pesanan : ......................
Tgl Selesai : .................. Unit Dipesan : ......................

Tgl Biaya Bahan Upah Langsung BOP Jumlah


Baku

b. Contoh Kasus Siklus akuntansi biaya pada metode harga pokok


pesanan

PT. Narayan Batik, Surabaya per 1 Januari 2021 mempunyai saldo-saldo


perkiraan buku besar berikut ini:
Persediaan Bahan Baku dan Pembantu Rp 1.375.000,-
Persediaan Barang Dalam Proses *) Rp. 3.635.000,-
Persediaan Barang Jadi (Pesanan NN-88) Rp. 1.895.000,-
*) Untuk barang dalam proses terinci pada kartu harga pokok
pesanan sebagai berikut:
AX-01 AX-04 AX-05
Biaya Bahan Baku .............. Rp 525.000,- Rp 325.000,- Rp 475.000,-
B. Tenaga Kerja Langsung Rp 420.000,- Rp 400.000,- Rp 500.000,-
Biaya Overhead Pabrik ..... Rp 315.000,- Rp 300.000,- Rp 375.000,-

65
Pada bulan Januari 2021 terdapat transaksi sebagai berikut:
a) Dibeli bahan baku secara kredit sebesar Rp 4.275.000,-
b) Dipakai bahan pembantu sebesar Rp 4.750.000,- dengan rincian, sebanyak
Rp 250.000 untuk bahan pembantu, sisanya untuk bahan baku dengan
alokasi: pes AX-01= 20%, pes, AX-04= 25%, AX-05=15% dan AX-06= 40%.
c) Dari daftar gaji dan upah diketahui bahwa Gaji dan Upah yang akan dibayar
berjumlah Rp 5.650.000,-
d) Dari daftar gaji dan upah yang akan dibayar, dirinci sbb:
Upah Langsung ....................................................... Rp 3.600.000,-
Upah Tak Langsung ............................................... Rp 350.000,-
Gaji Bagian Pemasaran........................................... Rp 1.000.000,-
Gaji Bagian Administrasi ....................................... Rp 700.000,-
Dari bagian produksi diketahui bahwa upah langsung dialokasikan sebagai
berikut:
Pesanan AX-01= 20%, pes, AX-04= 25%, AX-05=15% dan AX-06= 40%.
e) Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang
ditentukan dimuka, yaitu sebesar 75 % dari Upah Langsung dengan alokasi
yang sama.
f) BOP yang sesungguhnya lainnya yang telah terjadi, diantaranya meliputi:
Biaya Pemeliharaan Mesin .................................... Rp 250.000,-
Biaya Asuransi Pabrik ......................................... Rp 200.000,-
Biaya Listrik & Air ............................................... Rp 500.000,-
Penyusutan Mesin.................................................. Rp 1.000.000,-
BOP Rupa-rupa ..................................................... Rp 300.000,-
g) Pesanan AX-01, AX-04 dan AX-05 dinyatakan selesai, sedangkan AX-06
masih dalam proses.
h) Pesanan NN-88, AX-01 dan AX-05 diserahkan kepada pemesan dengan
mengakui laba sebesar 40% dari harga pokok produksi, pembayaran secara
tunai.

66
Berdasarkan data tersebut, diminta:
1) Membuat Jurnal transaksi yang terjadi selama Januari 2021.
2) Menyusun kartu harga pokok pesanan.
3) Aliran biaya dalam rekening buku besar.

JAWABAN KASUS:

1. Jurnal Transaksi:
“PT. Narayan Batik”
Jurnal Umum
Bulan: Januari 2021

No Nama Rekening dan Jumlah


Keterangan D K
0 BDP - Biaya Bahan Baku Rp 1.325.000,00 -
BDP - Biaya Tenaga Kerja Rp 1.320.000,00 -
BDP - Overhead Pabrik Rp 990.000,00 -
Persed. Brng dlm Proses Rp 3.635.000,00
(Membuat Jurnal Pembalikan,
adanya barang dlm proses
awal )
A Persediaan bahan baku Rp 4.275.000,00 -
Hutang Usaha - Rp 4.275.000,00
(Mencatat pembelian bahan
baku dan bahan penolong)
B BDP – BBB Rp 4.500.000,00 -
BOP – Sesungguhnya Rp 250.000,00 -
Persediaan Bahan Baku - Rp 4.750.000,00
(Mencatat pemakaian bahan
baku dan pembantu, dengan

67
rincian pes:
AX-01= 20%= Rp 900.000,-
AX-04= 25%= Rp 1.125.000,-
AX-05=15%= Rp 675.000,-
AX-06= 40%= Rp 1.800.000,-

C Gaji dan Upah Rp 5.650.000,00 -


Hutang Gaji dan Upah - Rp 5.650.000,00
(Pengakuan hutang gaji dan
upah yang akan dibayar)

d BDP– Biaya Tenaga Kerja Rp 3.600.000,00 -


Langsg
BOP – Sesungguhnya Rp 350.000,00 -
Gaji Bag Pemasaran Rp 1.000.000,00 -
Gaji Bag Administrasi Rp 700.000,00 -
Gaji dan Upah - Rp 5.650.000,00
(Pendistribusian biaya gaji
dan upah, dan alokasi
BTKL,untuk pes:
AX-01= 20%= Rp 720.000,-
AX-04= 25%= Rp 900.000,-
AX-05=15%= Rp 540.000,-
AX-06= 40%=Rp 1.440.000,-
e BDP- Biaya Overhead Pabrik Rp 2.700.000,00 -
BOP- Dibebankan - Rp 2.700.000,00

(Mencatat pembebanan BOP


dengan rincian sbb:
AX-01= 20%=Rp 540.000,-

68
AX-04= 25%=Rp 675.000,-
AX-05=15%= Rp 405.000,-
AX-06=40%= Rp 1.080.000,-

f BOP – Sesungguhnya Rp 2.250.000,00 -


Biaya Pemeliharaan Mesin - Rp 250.000,00
Biaya Assuransi Pabrik -
Biaya Listrik & Air - Rp 200.000,00
Penyusutan Mesin - Rp 500.000,00
BOP Rupa-rupa - Rp 1.000.000,00
(Mencatat pengumpulan BOP Rp 300.000,00
sesungguhnya)

BOP- Dibebankan Rp 2.700.000


BOP- Sesungguhnya Rp 2.700.000
(Menutup rekening BOP
dibebankan)

Selisih BOP Rp 150.000


BOP- Sesungguhnya Rp 150.000
(Pengakuan selisih BOP yang
tidak menguntungkan)

Rugi-laba Rp 150.000
Selisih BOP Rp 150.000
(Perlakuan selisih BOP)
Persediaan Barang Jadi Rp. 10.115.000,00 -
BDP-B.Bahan Baku - Rp 4.025.000,00
BDP- Biaya Tenaga - Rp 3.480.000,00
Kerja Langsg

69
BDP- B. Overhead - Rp 2.610.000,00
(Mencatat barang jadi yang
masuk gudang)
Persediaan Produk dalam Rp 4.320.000,00 -
Proses
BDP- B. Bahan Baku - Rp 1.800.000,00
BDP-B.Tenaga Kerja Langsung - Rp 1.440.000,00
BDP- B. Overhead Pabrik
(Mencatat barang dalam proses - Rp 1.080.000,00
akhir periode)
Kas Rp11.599.000,00 -
Penjualan - Rp 11.599.000,00

Harga Pokok Penjualan Rp 8.285.000,00 -


Persediaan Barang Jadi - Rp 8.285.000,00
(Mencatat harga jual& harga
pokok penj. barang)

2. Kartu Harga Pokok Pesanan

KARTU HARGA POKOK PESANAN


No. Pesanan : .................. Nama Pemesan : ......................
Tgl Pesanan : .................. Kode Pesanan : AX-01
Tgl Selesai : .................. Unit Dipesan : ......................
Tgl Biaya Bahan Baku Upah Langsung BOP Jumlah
0 Rp 525.000,00 Rp 420.000,00 Rp 315.000,00 Rp 1.260.000,00
b Rp 900.000,00 - - Rp 900.000,00
d - Rp 720.000,00 - Rp 720.000,00
e - - Rp 540.000,00 Rp 540.000,00
Rp 1.425.000,00 Rp 1.140.000,00 Rp 855.000,00 Rp 3.420.000,00

70
KARTU HARGA POKOK PESANAN

No. Pesanan : .................. Nama Pemesan : ......................


Tgl Pesanan : .................. Kode Pesanan : AX-04
Tgl Selesai : .................. Unit Dipesan : ......................

Tgl Biaya Bahan Upah Langsung BOP Jumlah


Baku

0 Rp 325.000,- Rp 400.000,- Rp 300.000,- Rp 1.025.000,-


b Rp 1.125.000,- - - Rp 1.125.000,-
d - Rp 900.000,- - Rp 900.000,-
e - - Rp 675.000,- Rp 675.000,-

Rp 1.450.000,- Rp 1.300.000,- Rp 975.000,- Rp 3.725.000,-

KARTU HARGA POKOK PESANAN


No. Pesanan : .................. Nama Pemesan : ......................
Tgl Pesanan : .................. Kode Pesanan : AX-05
Tgl Selesai : .................. Unit Dipesan : ......................
Tgl Biaya Bahan Upah BOP Jumlah
Baku Langsung

0 Rp 475.000,- Rp 500.000,- Rp 375.000,- Rp 1.350.000,-


b Rp 675.000,- - - Rp 675.000,-
d - Rp 540.000,- - Rp 540.000,-
e - - Rp 405.000,- Rp 405.000,-
Rp 1.150.000,- Rp 1.040.000,- Rp 780.000,- Rp 2.970.000,-

71
KARTU HARGA POKOK PESANAN
No. Pesanan : .................. Nama Pemesan : ......................
Tgl Pesanan : .................. Kode Pesanan : AX-06
Tgl Selesai : .................. Unit Dipesan : ......................
Tgl Biaya Bahan Upah Langsung BOP Jumlah
Baku

b Rp1.800.000,00 - - Rp1.800.000,00
d - Rp1.440.000,00 - Rp1.440.000,00
e - - Rp1.080.000,00 Rp1.080.000,00
Rp1.800.000,00 Rp1.440.000,00 Rp1.080.000,00 Rp4.320.000,00

72
73
c. Perlatihan
LEMBAR KERJA MAHASISWA - 3
Mengidentifikasi Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan

1. Perusahaan industri (manufaktur) memiliki empat aktivitas utama,


meliputi:
a. ....................................................................................................
b. ....................................................................................................
c. ....................................................................................................
d. ....................................................................................................

2. Terdapat dua cara (metode) dalam mengumpulkan harga pokok , yaitu:


a. Metode .......................................................................................
b. Metode .......................................................................................

3. Yang dimaksud dengan metode harga pokok pesanan adalah:


............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

4. Karakteristik metode pengumpulan harga pokok pesanan meliputi:


a. Dasar kegiatan :
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
b. Tujuan produksi :
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
...................................................................................................................

74
c. Bentuk produk yang dihasilkan:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

d. Sifat kegiatan produksi:


.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
...................................................................................................................
e. Pengumpulan biaya produksi:
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
f. Perhitungan harga pokok produksi:
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................

5. Contoh perusahaan yang menganut metode ini:


............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

6. Biaya produksi terdiri atas 3 (tiga) komponen, meliputi:


a. ...........................................................................................................
b. ...........................................................................................................
c. ...........................................................................................................
7. Jelaskan yang dimaksud dengan biaya utama primecost)?
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

75
8. Jelaskan yang dimaksud dengan biaya konversi (convertion cost)
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

9. Sistem pembebanan biaya produksi pada metode harga pokok pesanan


dapat menganut salah satu dari tiga sistem pembebanan biaya berikut ini,
yaitu:

a. Hystorical cost system, maksudnya:


...........................................................................................................
b. Normal cost system, maksudnya:
...........................................................................................................
c. Pre determined cost system, maksudnya
...........................................................................................................

76
LEMBAR KERJA MAHASISWA - 4
Mengidentifikasi Prosedur Akuntansi Biaya Metode Harga Pokok Pesanan

1. Terdapat enam prosedur akuntansi biaya pada metode harga pokok


pesanan, yaitu:
a. Prosedur akuntansi biaya bahan meliputi:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

b. Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja, meliputi:


..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.................................................................................................................

c. Prosedur akuntansi biaya oberhead pabrik, meliputi:


..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..................................................................................................................

d. Prosedur akuntansi barang jadi,


..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..................................................................................................................

77
e. Prosedur akuntansi barang dalam proses,
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

f. Prosedur akuntansi atas penyerahan barang pesanan kepada pemesan,


..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.................................................................................................................

2. Bagaimanakah prosedur akuntansi atas pengumpulan biaya produksi pada


metode harga pokok pesanan, jika dinyatakan dengan jurnal?

a. Prosedur akuntansi biaya bahan meliputi:


(1) Jurnal pembelian bahan:
(D) ................................................................................
(K) ...............................................................................

(2) Jurnal pemakaian bahan baku:


(D) .................................................................................
(K) ................................................................................

b. Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja, meliputi:


(1) Pengakuan gaji dari daftar Gaji dan Upah yang akan dibayar:
(D) ................................................................................
(K) ................................................................................
.

78
(2) Pembayaran Gaji dan Upah:
(D) ................................................................................
(K) ................................................................................

(3) Distribusi atas Gaji dan Upah:


(D) ................................................................................
(D) ................................................................................
(D) ................................................................................
(K) ...............................................................................

c. Prosedur akuntansi biaya oberhead pabrik, meliputi:


(1) Jurnal pembebanan BOP pada produk:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.................................................................................................................

(2) Jurnal pengumpulan BOP Sesungguhnya:


..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..................................................................................................................

(3) Jurnal menutup BOP Dibebankan:


..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..................................................................................................................

79
(4) Jurnal pengakuan Selisih BOP:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.................................................................................................................

d. Jurnal akuntansi barang jadi:


..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.................................................................................................................

e. Jurnal akuntansi barang dalam proses:


..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

f. Jurnal akuntansi atas penyerahan barang pesanan kepada pemesan:

......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................

3. Alat bantu pendukung pengumpulan biaya produksi pada metode harga


pokok pesanan, adalah Kartu Harga Pokok Pesanan. Apa fungsi kartu
harga pokok pesanan?
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................

80
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA - 5
( Mengerjakan Prosedur Akuntansi Biaya Metode Harga Pokok Pesanan)

1. Data berikut ini merupakan transaksi yang terjadi pada PT. Citra Medika,
Surabaya, sebuah perusahaaan percetakan, pada bulan Oktober 2021:
Telah diterima pesanan Undangan Pernikahan dengan tipe sbb: A-01 sebanyak 1000
lembar, A-02 sebanyak 800 lembar, A-03 sebanyak 750 lembar,
a. Dibeli bahan baku dan pembantu secara tunai Rp 3.500.000,-, secara kredit
Rp 2.750.000,-
b. Dipakai bahan baku Rp 4.600.000,- dan bahan pembantu Rp 550.000,-. Dari
bahan baku yang dipakai dialokasikan untuk Pesanan tipe A-01= 40%, A-
02= 35% dan sisanya untuk pesanan A-03.
c. Dari daftar Gaji dan Upah bulan Oktober, diketahui bahwa total Gaji dan
Upah yang akan dibayar berjumlah Rp 3.400.000,-
d. Gaji dan Upah telah dibayarkan.
e. Dari gaji dan upah yang dibayarkan, didistribusikan sebagai berikut:
Upah Langsung .................................................... Rp 3.100.000,-
Upah tak Langsung .............................................. Rp 300.000,-
Gaji Bag Kantor ................................................... Rp 450.000,-
Gaji Bag Pemasaran ............................................. Rp 550.000,-
f. Dari upah langsung yang dialokasikan dibebankan pada Pesanan tipe A-01=
50%, A-02= 30% dan sisanya untuk pesanan A-03.
g. Biaya overhead Pabrik yang dibebankan kepada produk sebanyak 80% dari
Upah Langsung yang dibayarkan, dengan alokasi yang sama.
h. BOP Sesungguhnya yang lain dan belum diperhitungkan meliputi macam-
macam rekening yang berjumlah Rp 675.000,-
i. Pesanan dengan kode A-01 dan A-03 dinyatakan selesai, sedangkan A-02
masih dalam proses.
j. Semua pesanan yang telah selesai, diserahkan kepada Pemesan dengan
memperhitungkan laba sebesar 40% dari harga pokok produksi.

81
Berdasarkan data tersebut, Anda diminta untuk:
1) Mencatat transaksi dalam jurnal!
2) Membuat kartu harga pokok pesanan!
3) Membuat aliran biaya dalam rekening buku besar!
4) Menghitung harga pokok produksi per lembar setiap tipe pesanan!

82
Lembar Jawaban
1) Jurnal Umum
PT. Citra Medika, Surabaya,
Jurnal Umum
Untuk Periode yang berakhir pada Oktober 2021

Halaman:.........
Tanggal Keterangan Debit Kredit

83
Tanggal Keterangan Debit Kredit

84
Tanggal Keterangan Debit Kredit

85
2) Kartu Harga Pokok Pesanan
Pesanan Nomor:…………………
Tgl BBB BTK BOP Jumlah

Pesanan Nomor:…………………
Tgl BBB BTK BOP Jumlah

Pesanan Nomor:…………………
Tgl BBB BTK BOP Jumlah

Pesanan Nomor:…………………
Tgl BBB BTK BOP Jumlah

86
Aliran Biaya Produksi dalam Rekening Buku Besar

87
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA - 6
( Mengerjakan Prosedur Akuntansi Biaya Metode Harga Pokok Pesanan)

PT BUMI BERSINAR memproduksi barang berdasarkan pesanan pelanggan yang


berhubungan dengan proses produksi sebagai berikut:

Posisi persediaan pada tanggal 1 Maret 2021 adalah:


Persediaan barang jadi Rp. 20.000.000
Persediaan barang dalam proses Rp. 23.140.000
Persediaan bahan baku dan penolong Rp. 20.200.000

Berikut adalah keterangan barang dalam proses beberapa pesanan sebagai berikut:
Keterangan Job No. X11 Job No. X12 Job No. X13

Bahan Langsung Rp. 3.600.000 Rp. 3.500.000 Rp. 2.600.000

Tenaga Kerja Langsung Rp. 2.000.000 Rp. 2.540.000 Rp. 1.450.000

Overhead Pabrik Rp. 2.300.000 Rp. 3.450.000 Rp. 1.700.000

Transaksi yang terjadi selama bulan Maret 2021 adalah sebagai berikut:
1. Pembelian dan penerimaan bahan baku dan penolong Rp. 190.000.000
2. Pemakaian bahan sebesar Rp. 155.200.000 dengan perincian sebagai
berikut:
Job No. X11 Rp 42.250.000
Job No. X12 Rp 50.000.000
Job No. X13 Rp 22.300.000
Bahan Penolong Rp 40.650.000
3. Pengembalian bahan ke supplier Rp. 4.000.000
4. Pembayaran gaji dan upah:
Gaji dan Upah Rp. 97.000.000
PPh Pasal 21 Rp. 1.500.000
Dibayar tunai Rp. 95.500.000

88
5. Distribusi Gaji dan Upah sebagai berikut:
Upah langsung Job No. X11 Rp. 15.600.000
Job No. X12 Rp. 17.500.000
Job No. X13 Rp. 21.600.000
Total Rp. 54.700.000

6. Biaya produk tak langsung yang terjadi adalah sebagai berikut:


Biaya penyusutan gedung dan pabrik Rp. 8.200.000
Biaya penyusutan mesin Rp. 5.100.000
Biaya produk tak langsung rupa-rupa Rp. 3.250.000

7. Biaya produk tak langsung yang dibebankan ke produksi 125% dari upah
langsung
8. Job No. X11 dan Job No. X12 telah selesai dan diserahkan ke gudang
9. Job No. X11 telah dikirim ke pemesan, faktur yang dikirimkan ke gudang
ditambah laba 30% dari harga pokok dan PPh 10% dari harga jual
10. Penerimaan piutang dagang selama bulan Maret 2017 adalah sebesar Rp.
73.750.000, dipotong pajak 3%
11. Pembayaran hutang dagang Rp. 70.500.000,00
12. Selisih Lebih/kurang BOP dibebankan ke harga pokok penjualan

Pertanyaan:
1. Buatlah jurnal
2. Buatlah kartu harga pokok pesanan
3. Buatlah Laporan harga pokok produksi dan harga pokok penjualan
4. Buatlah aliran biaya produksi

89
LEMBAR JAWABAN

3) Jurnal Umum
PT. ..............................................
Jurnal Umum
Untuk Periode yang berakhir pada .......................

Halaman:
Tanggal Keterangan Debit Kredit

90
Tanggal Keterangan Debit Kredit

91
Tanggal Keterangan Debit Kredit

92
Tanggal Keterangan Debit Kredit

2): Kartu Harga Pokok Pesanan


Pesanan Nomor:…………………
Tgl BBB BTK BOP Jumlah

Pesanan Nomor:…………………
Tgl BBB BTK BOP Jumlah

93
Pesanan Nomor:…………………
Tgl BBB BTK BOP Jumlah

Pesanan Nomor:…………………
Tgl BBB BTK BOP Jumlah

94
Jawaban Laporan Harga Pokok Produksi dan Laporan harga Pokok Penjual

PT BUMI BERSINAR
Laporan Harga Pokok Produksi
Per 30 Maret 2021

PT BUMI BERSINAR
Laporan Harga Pokok Penjualan
Per 30 Maret 2021

95
Aliran Biaya Produksi dalam Rekening Buku Besar

96
D. Daftar Bacaan

1. Carter Usry. 2009. Cost Accounting. Edisi 14, Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat.
2. Hansen Mowen. 2000. Akuntansi Manajemen. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
3. Bustami Bastian dan Nurlela. 2007. Akuntansi Biaya: Teori dan Aplikasi. Edisi
Pertama. Jakarta: Graha Ilmu.
4. Supriyono, R.A. 2013. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: BPFE
5. Horngren, C.T and G. Foster. 2002. Cost Accounting A Managerial Emphasis:
New Jersey: Prentice Hall Inc.

97
BAB 4
METODE HARGA POKOK PROSES

A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat cakupan materi bab ini
Bab ini membahas tentang karakteristik metode harga pokok proses,
mengidentifikasi cara menyusun harga pokok produksi, prosedur akuntansi biaya
produksi satu departemen maupun lebih dari satu departemen dengan
memperhatikan hilang dalam pengolahan, menyusun laporan harga pokok produk
secara rata-rata, dan MPKP

2. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1) Menjelaskan pengertian dan karakteristik metode harga pokok proses


2) Mengidentifikasi cara menyusun harga pokok produksi
3) Mengidentifikasi sistem pembebanan biaya pada metode harga pokok proses
4) Mengerjakan prosedur akuntansi biaya metode harga pokok proses
5) Mengerjakan penyusunan laporan harga pokok produksi, perusahaan mengolah
produk melalui satu departemen
6) Mengerjakan penyusunan laporan harga pokok produksi, perusahaan mengolah
produk melalui lebih dari satu departemen
7) Mengerjakan penyusunan laporan harga pokok produksi, perusahaan mengolah
produk melalui lebih dari satu departemen, memperhatikan adanya produk hilang
dalam pengolahan
8) Mengerjakan penyusunan laporan harga pokok produksi, perusahaan mengolah
produk melalui lebih dari satu departemen, memperhatikan adanya produk dalam
proses awal secara rata – rata
9) Mengerjakan penyusunan laporan harga pokok produksi, perusahaan mengolah
produk melalui lebih dari satu departemen, memperhatikan adanya produk dalam
proses secara MPKP

B. Materi
Perusahaan manufaktur mengumpulkan harga pokok dengan dua metode yaitu :
(1). Metode harga pokok pesanan, dan (2) metode harga pokok proses. Seperti yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa pada perusahaan yang memiliki karakteristik
memproduksi produk jika ada pesanan maka perhitungan harga pokok produk bisa
menggunakan perhitungan metode harga pokok pesanan. Jika perusahaan yang memiliki
karakteristik dengan memproduksi produk secara massa tanpa ada pesananpun

98
perusahaan tetap memproduksi produk, maka perusahaan jenis ini dapat menghitung
harga pokok produk menggunakan metode harga pokok proses.
1. Pengertian dan Karakteristik Metode Harga Pokok Proses
Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan biaya produksi melalui
departemen produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang umumnya diterapkan
pada perusahaan yang menghasilkan produk dalam jumlah besar atau massa.
Karakteristik dari metode harga pokok proses disajikan berikut ini:
1. Dasar kegiatan produksi, budget produksi dalam skala tertentu.
2. Tujuan produksi, mengisi persediaan yang selanjutnya dijual.
3. Bentuk produk yang dihasilkan, bersifat homogin dan standar, baik bentuk maupun
ukurannya.
4. Sifat produksi terus-menerus (kontinyu), mengikuti standar waktu produksi (bulan,
triwulan, semester atau tahunan).
5. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, mengikuti standar
waktu produksi (bulan, triwulan, semester bahkan tahunan).
6. Sistem pembebanan biaya dapat menganut: (a) hystorical cost system, artinya
seluruh komponen biaya produksi, baik biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead pabrik menggunakan biaya yang sesungguhnya terjadi pada
periode yang bersangkutan. (b) menganut normal cost system, artinya biaya yang
dibebankan kepada produk, menggunakan : (1) biaya yang sesungguhnya terjadi,
untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, dan (2) menggunakan tarip
biaya yang ditentukan di muka (predetermined rates) untuk pembebanan biaya
overhead pabrik, agar menjamin ketelitian dan keadilan dalam penetapan biaya. Pada
metode harga pokok proses dapat pula menggunakan sistem harga pokok yang
ditentukan di muka untuk seluruh elemen biaya produksi (pre-determined cost
system).
7. Harga pokok produk dihitung, pada akhir periode produksi, dengan menjumlahkan
seluruh elemen biaya produksi yang terjadi dengan jumlah produk yang dihasilkan
pada periode itu pula.
8. Produk yang telah selesai diproduksi dipindahkan ke gudang barang jadi dan
selanjutnya siap dijual.

99
9. Perusahaan industri yang menganut prosedur akuntansi biaya metode harga pokok
proses, diantaranya: industri pupuk, industri tekstil, indutri makanan, industri alat
tulis.

2. Mengidentifikasi Cara Menyusun Harga Pokok Produksi


Setiap akhir periode produksi (dapat dinyatakan dalam periode bulan, triwulan,
semester atau tahun) pada implementasi metode harga pokok proses,
mengharuskan bagian produksi untuk menyajikan pelaporan harga pokok produksi
sebagai bentuk pertanggungjawaban bagian produksi kepada manajemen
perusahaan. Dokumen Laporan Harga Pokok Produksi dapat menjadi dasar di
Bagian Akuntansi untuk mencatat dalam jurnal transaksi.
Berikut ini merupakan tahapan menyusun Laporan Harga Pokok Produksi pada
metode harga pokok proses, yang meliputi (1) Menyajikan data produksi, (2)
Menyajikan biaya yang dibebankan pada periode yang bersangkutan, dan (3)
Menyajikan Perhitungan Biaya (Harga Pokok Produk).

Tahap 1:
Menyajikan Data Produksi:
Pada bagian ini disajikan informasi tentang: (a) berapa kuantitas (unit) produk yang
dimasukkan dalam proses produksi. (b) Dari produk yang diproses tersebut, berapa
unit produk yang dinyatakan menjadi produk selesai (barang jadi), dan berapa unit
produk yang dinyatakan masih dalam proses (barang setengah jadi) dengan
menyertakan prosentase serapan setiap elemen biaya produksi. Misalnya biaya
bahan baku (BB) telah menyerap 100%, biaya konversi (BK) menyerap 75 %, hal ini
berarti biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik masing-masing
menyerap biaya sebesar 75%.

Tahap 2:
a. Menyajikan Biaya Yang Dibebankan:
Pada bagian ini disajikan tentang berapa jumlah biaya produksi yang
dibebankan kepada produk untuk setiap elemen biaya produksi pada periode
tertentu, yang meliputi biaya bahan baku (BBB) biaya tenaga kerja langsung
(BTKL) dan biaya overhead pabrik (BOP).

100
Contoh:
Biaya Bahan Baku Rp 25.000.000,-
Biaya Tenaga Kerja Rp 36.000.000,-
Biaya Overhead Pabrik Rp 18.000.000,-

b. Menghitung Angka Produksi Ekuivalen (P.Ek):


Produksi ekuivalen merupakan satuan setara untuk menyatakan produk itu selesai
dikerjakan, yang dinyatakan dengan rumus:
“Produk Selesai (PS) + Produk Dalam Proses (PDP) dikalikan dengan tingkat
penyelesaiannya (TP)”, atau secara ringkas dapat dinyatakan = PS + PDP (TP).
Contoh:
Sebuah proses produksi dengan memasukkan 2.500 unit, yang dinyatakan selesai
2.000 unit, sementara yang 500 unit dinyatakan masih dalam proses dengan
tingkat penyelesaian 100% biaya bahan baku dan 80% biaya konversi.
Dari data tersebut maka dapat dhitung angka produksi ekuivalennya sebagai
berikut:
Biaya Bahan Baku = 2.000 + 500 (100%) = 2.500
Biaya Tenaga Kerja = 2.000 + 500 (80%) = 2.400
Biaya Overhead Pabrik = 2.000 + 500 (80%) = 2.400

c. Menghitung Harga Pokok Per Satuan (Unit):


Harga pokok per unit merupakan hasil bagi dari biaya yang dibebankan dengan
angka produksi ekuivalen untuk setiap elemen biaya produksi.
Berdasarkan contoh pada bagian (a) dan (b) di atas, maka dapat dihitung biaya
per satuan sebagai berikut:
Biaya Bahan Baku = Rp 25.000.000 / 2.500 = Rp 10.000,-
Biaya Tenaga Kerja = Rp 36.000.000 / 2.400 = Rp 15.000,-
Biaya Overhead Pabrik = Rp 18.000.000 / 2.400 = Rp 7.500,-

d. Menjumlahkan semua elemen biaya produksi dan elemen biaya per-satuan


(unit).
Penjumlahan pada biaya yang dibebankan berguna untuk menjadi alat kendali
saat penyajian perhitungan harga pokok produksi. Total biaya yang dibebankan

101
harus sama besar dengan penjumlahan antara harga pokok barang jadi dengan
harga pokok produk (barang) dalam proses.
Penjumlahan biaya per-satuan biaya produksi menjadi dasar untuk menentukan
harga pokok produk barang jadi (PS), sementara itu setiap elemen biaya per-
satuan digunakan sebagai dasar pada saat menghitung harga pokok produk dalam
proses (PDP).

Tahap 3:

Melakukan Perhitungan Biaya (Harga Pokok):

Pada bagian ini merupakan bagian akhir pada kegiatan penyusunan Laporan Harga
Pokok Produksi, dimulai dengan melaporkan jumlah harga pokok produk jadi dan
harga pokok produk yang masih dalam proses.

Jumlah harga pokok produk jadi merupakan hasil kali dari unit produk jadi (sumber
dari data produksi) dengan total harga pokok per satuan (sumber di biaya yang
dibebankan), sedangkan harga pokok produk dalam proses merupakan hasil kali dari
biaya persatuan dengan unit ekuivalen setiap elemen produk dalam proses.

Berdasarkan tahapan tersebut dapat disajikan format Laporan Harga Pokok Produksi
pada halaman 101 sebagai berikut :

102
PT. Kamajaya, Surabaya
Laporan Harga Pokok Produksi
Bulan : Juni 2019

Data Produksi: Unit


Jumlah produk masuk proses 2.500
Jumlah produk selesai yg ditransfer ke gudang 2.000
Jumlah produk dalam proses akhir:
(Bahan Baku 100%, Biaya konversi 80%) 500
2.500
Biaya Yang Dibebankan:
Elemen Biaya Jumlah Prod.Ekuiv HP / Unit
Biaya Bahan Baku Rp 25.000.000,- 2.500 *) Rp 10.000,-
Biaya Tenaga Kerja Rp 36.000.000,- 2.400 **) Rp 15.000,-
Biaya Overhead Pab Rp 18.000.000,- 2.400 Rp 7.500,-
Rp 79.000.000,- Rp 32.500,-

Perhitungan Harga Pokok:


Harga Pokok Produk Jadi = 2.000 @ Rp 32.500,- = Rp 65.000.000,-
Harga Pokok Produk Dalam Proses:
BBB = 500x100%x Rp 10.000 = Rp 5.000.000,-
BTK = 500x 80% x Rp 15.000 = Rp 6.000.000,-
BOP = 500x 80% x Rp 7.500 = Rp 3.000.000,-
Jumlah HP Produk Dalam Proses Rp 14.000.000,-
Jumlah Harga Pokok Produk yang dibebankan = Rp 79.000.000,-

Prod.Ekuiv: BBB= 2.000 + 500 (100%) = 2.500 *)


BK = 2.000 + 500 (80%) = 2.400 **)

3. Sistem Pembebanan Biaya pada Metode Harga Pokok Proses


Pembebanan harga pokok produk dalam metode harga pokok proses dapat dilakukan
dengan menggunakan sistem sebagai berikut:

1) Historical Cost System (sistem biaya sesungguhnya)


Pada sistem ini produk yang diolah dibebani biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik yang sesungguhnya dinikmati oleh produk yang
bersangkutan. Pada sistem harga pokok sesungguhnya, harga pokok produk,
pesanan, atau jasa baru dapat dihitung pada akhir periode setelah biaya yang
sesungguhnya dikumpulkan. Sistem ini hanya dapat dipakai untuk tujuan penentuan
harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan, sedangkan untuk perencanaan dan
pengendalian biaya serta pengambilan keputusan oleh manajemen tidak dapat
memuaskan atau menyajikan informasi untuk tujuan tersebut. Berikut ini adalah

103
contoh kasus pembebanan harga pokok dengan menggunakan sistem biaya
sesungguhnya (Historical Cost System):
Contoh 1:
PT. Megajaya, Surabaya mengolah produknya melalui satu departemen produksi,
berikut ini data kegiatan produksi dan biaya untuk bulan Maret 2019:
Produk yang masuk proses 5.000 unit, produk selesai yang dimasukan ke gudang
4.600 unit, sedangkan produk yang masih dalam proses di akhir Maret adalah 400
unit, dengan tingkat penyelesaian 100% biaya bahan dan 75 % biaya konversi.
Biaya produksi yang diserap meliputi: Biaya Bahan Baku Rp 5.250.000,00, Biaya
Tenaga Kerja Rp 3.920.000,00, dan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya sebesar
Rp 3.528.000,00.
Berdasarkan data tersebut Saudara diminta menyusun laporan harga pokok
produksi untuk bulan Maret 2019 !

PT. Megajaya, Surabaya


Laporan Harga Pokok Produksi
Bulan : Maret 2019

DATA PRODUKSI: Unit


Jumlah produk yang masuk proses……………………… 5.000
Jumlah produk selesai yg ditransfer ke gudang……………… 4.600
Jumlah produk dalam proses akhir (100% BB, 75% BK)…… 400
5.000
BIAYA YANG DIBEBANKAN:
Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen HP/Unit
Biaya Bahan Rp 5.250.000,- 4.600 + (400x100%) = 5.000 Rp 1.050,-
BTK Rp 3.920.000,- 4.600 + (400x 75%) = 4.900 Rp 800,-
BOP Rp 3.528.000,- = 4.900 Rp 720,-
Rp 12.698.000,- Rp 2.570,-

PERHITUNGAN HARGA POKOK:


HP Produk Selesai yg ditransfer ke Gudang: 4.600 x Rp 2.570,- = Rp 11.822.000,-
Harga Pokok Produk Dalam Proses:
- B B B: 400 x Rp 1.050,- = Rp 420.000,-
- B T K: 300 x Rp 800,- = Rp 240.000,-
- B O P: 300 x Rp 720,- = Rp 216.000,-
-----------------+ Rp 876.000,-
Jumlah Harga Pokok Yang Diperhitungkan .................. Rp 12.698.000,-

104
2) Normal Cost System (sistem biaya normal)
Pada sistem ini biaya bahan dan tenaga kerja dibebankan berdasarkan biaya
sesungguhnya, dan biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif. Sistem ini
dipakai apabila kondisi yang ada di dalam perusahaan mengharuskan dipakainya
tarif biaya overhead pabrik dengan tujuan untuk membebankan biaya secara adil
dan teliti kepada produk tersebut apabila perusahaan menghasilkan beberapa jenis
produk, produksi perusahaan tidak stabil dari waktu ke waktu dan jumlah elemen
biaya overhead tetap yang jumlahnya relatif tinggi.

Contoh 2:
PT. Megajaya, Surabaya mengolah produknya melalui satu departemen produksi,
berikut ini data kegiatan produksi dan biaya untuk bulan Maret 2019:
Produk yang masuk proses 5.000 unit, produk selesai yang dimasukan ke gudang
4.600 unit, sedangkan produk yang masih dalam proses di akhir Maret adalah 400
unit, dengan tingkat penyelesaian 100% biaya bahan dan 75 % biaya konversi.
Biaya produksi yang diserap meliputi: Biaya Bahan Baku Rp 5.250.000,00, Biaya
Tenaga Kerja Rp 3.920.000,00, dan Biaya Overhead Pabrik dibebankan sebesar
80% dari BTKL.
Berdasarkan data tersebut Saudara diminta menyusun laporan harga pokok
produksi untuk bulan Maret 2019 !

PT. Megajaya, Surabaya


Laporan Harga Pokok Produksi
Bulan : Maret 2019
DATA PRODUKSI: Unit
Jumlah produk yang masuk proses……………………… 5.000
Jumlah produk selesai yg ditransfer ke gudang……………… 4.600
Jumlah produk dalam proses akhir (100% BB, 75% BK)…… 400
5.000
BIAYA YANG DIBEBANKAN:
Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen HP / Unit
Biaya Bahan Rp 5.250.000,- 4.600 + (400x100%) = 5.000 Rp 1.050,-
BTK Rp 3.920.000,- 4.600 + (400x 75%) = 4.900 Rp 800,-
BOP-80% BTK Rp 3.136.000,- = 4.900 Rp 640,-
Rp 12.306.000,- Rp 2.490,-

HP Produk Selesai yg ditransfer ke Gudang: 4.600 x Rp 2.490,- Rp 11.454.000,-

Harga Pokok Produk Dalam Proses:


- B B B: 400 x 100% x Rp 1.050,- = Rp 420.000,-
- B T K: 400 x 75% x Rp 800,- = Rp 240.000,-
- B O P: 400 x 75% x Rp 640,- = Rp 192.000,-
-----------------+ Rp 852.000,-

Jumlah Harga Pokok Yang Diperhitungkan ............. Rp 12.306.000,-

105
3) Predetermind Cost System (sistem biaya yang ditentukan dimuka)
Pada sistem ini penentuan harga pokok produk semua elemen biaya baik biaya
bahan, tenaga kerja maupun overhead pabrik dibebankan berdasarkan harga pokok
yang ditentukan di muka. Sistem harga pokok yang ditentukan di muka ini dapat
dibagi menjadi dua, yaitu sistem harga pokok taksiran (Estimated cost system) dan
sistem harga pokok standar (Standard cost system).

4. Prosedur akuntansi biaya metode harga pokok proses


Secara umum prosedur pencatatan transaksi pada perusahaan manufaktur yang
menggunakan metode harga pokok proses sama dengan pencatatan pada harga
pokok pesanan. Kegiatan pokok pada perusahaan manufaktur yang melakukan
proses produksi secara massal dan terus -menerus antara lain:
1. Pengadaan (procurement) :
Merupakan kegiatan untuk memperoleh atau mengadakan barang dan jasa yang
akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi, dapat dikelompokkan ke dalam (a)
Pembelian, penerimaan, dan penyimpanan bahan baku, bahan penolong, suplies
pabrik dan elemen (barang) lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan
produksi, (b) Perolehan jasa dan tenaga kerja langsung, tenaga kerja tidak
langsung dan jasa lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi.
2. Produksi (production) :
Produksi adalah kegiatan mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Pada
kegiatan tersebut akan dikonsumsi bahan baku, tenaga kerja langsung, barang
dan jasa lainnya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik.
3. Penyimpanan produk selesai (Warehousing of finish goods) :
Produk yang telah selesai diproduksi, dari pabrik akan dipindahkan ke dalam
gudang barang jadi dan menunggu saat dijual atau diserahkan kepada pemesan.
4. Penjualan produk selesai (Selling of finish product) :
Produk yang terjual dikeluarkan dari gudang barang jadi dan dikirim kepada
pembeli, selanjutnya perusahaan mencatatnya sebagai piutang usaha atau kas
dan pengakuan atas harga pokok penjualan.

106
Gambar 4.1: Aliran Kegiatan Perusahaan Manufaktur Lebih dari satu Departemen

Perbedaan antara perusahaan manufaktur yang menggunakan metode harga pokok


proses dan pesanan terletak pada aliran kegiatannya, pada perusahaan yang
menggunakan harga pokok proses aliran produksi biasanya dilakukan oleh lebih dari satu
departemen, sehingga ini akan mempengaruhi aliran biaya

produksinya. Berikut ini adalah gambaran aliran biaya produksi perusahaan manufaktur
lebih dari satu departemen:

Gambar 4.2: Aliran Biaya Produksi Perusahaan Manufaktur Lebih dari satu
Departemen

5. Mengerjakan Penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi, Perusahaan


Mengolah Produk Melalui Satu Departemen dan Pencatatan Transaksinya

Proses penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi yang diolah melalui satu departemen
dilakukan dengan ketentuan:
1) Tidak terdapat persediaan produk dalam proses awal
2) Tidak terdapat produk yang rusak atau hilang dalam proses pengolahan.

107
3) Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk.
Berikut ini adalah contoh kasus dan penyelesaian untuk menghitung harga pokok produk
yang diolah melalui satu departemen:

Contoh Kasus:
CV. Dirgahayu, dalam pengolahan produknya dilakukan secara massal dan melalui satu
departemen produksi. Berikut ini disajikan data produksi dan kegiatan selama bulan
September 2019, yakni sebagai berikut :
Produk yang dimasukkan dlm proses 5.000 unit
Produk jadi 3.800 unit
Produk dalam proses dengan
Tingkat penyelesaian bahan baku dan
penolong 100 %; biaya konversi 40 %. 1.200 unit
Data Biaya produksi:
Berdasarkan informasi berikut ini adalah biaya produksi yang telah dikeluarkan yakni
sebagai berikut Biaya bahan baku Rp. 300.000, Biaya tenaga kerja Rp 513.600, Biaya
overhead pabrik Rp. 642.000
Berdasarkan data tersebut di atas, maka tentukan:
1) Berapa biaya produksi per unit untuk mengolah produk tersebut
2) Tentukan berapa harga pokok produk jadi
3) Berapa harga pokok produk dalam proses akhir bulan September 2019
4) Buatlah jurnal yang diperlukan.

108
JAWABAN:

CV. DIRGAHAYU, Surabaya


Laporan Harga Pokok Produksi
Bulan : September 2019
DATA PRODUKSI:
Produk yang dimasukkan proses 5.000
Produk Selesai 3.800
Produk dalam proses akhir (100% BB, 40 % BK) 1.200
5.000
BIAYA YANG DIBEBANKAN:
Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen HP/Unit
Biaya Bhn baku Rp. 300.000 3800+(1200 x 100%) = 5. 000 Rp. 60
Biaya Tenaga Kerja Rp. 513.600 3800+(1200 x 40%) = 4. 280 Rp. 120
Biaya Overhead Pabrik Rp. 642.000 3800+(1200 x 40%) = 4. 280 Rp. 150
Biaya Produksi Per Unit Rp. 1.455.600 Rp. 330

PERHITUNGAN HARGA POKOK:


HP Produk Selesai : 3.800 Unit x Rp. 330 = Rp 1. 254.000,-
Harga Pokok Produk Dalam Proses :
- B B B: 1.200 x100% x Rp 60 = Rp. 72.000,-
- B T K: 1.200 x40% x Rp 120 = Rp 57.600,-
- B O P: 1.200 x40% x Rp 150 = Rp 72.000,-
Jumlah Harga Pokok Barang Dalam Proses Rp 201.600,-
Jumlah Harga Pokok Yang Diperhitungkan Rp 1.455.600,-

Jurnal-Jurnal yang Diperlukan Untuk Mencatat Transaksi Tersebut:

1. Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku :


BDP – Biaya Bahan baku Rp. 300.000.
Persediaan Bahan Baku Rp. 300.000

2. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja


BDP – Biaya Tenaga Kerja Rp. 513.600
Gaji dan Upah Rp. 513.600

109
3. Jurnal untuk mencatat biaya overhead
BDP – Biaya Overhead pabrik Rp. 642.000
Biaya Overhead Pabrik Rp. 642.000

4. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang.
Persediaan Produk Jadi Rp. 1.254.000
BDP- Biaya Bahan Baku Rp. 228.000
BDP- Biaya Tenaga Kerja lgs Rp. 456.000
BDP- Biaya Overhead Pabrik Rp. 570.000

6. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk yang masih dalam proses akhir

Persediaan Produk Dalam Proses Rp. 201.600


BDP- Biaya Bahan Baku Rp. 72.000
BDP- Biaya Tenaga Kerja lgs Rp. 57.600
BDP- Biaya Overhead Pabrik Rp. 72.000

7. Mengerjakan Penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi Perusahaan


Mengolah Produk Melalui Lebih dari Satu Departemen dan Pencatatan
Transaksinya
Produk yang diolah melalui lebih dari satu departemen produksi di hitung dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Tiap departemen produksi dihitung harga pokoknya.
2. Harga pokok barang jadi departemen pertama merupakan bahan baku
departemen berikutnya.
3. Harga pokok barang jadi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan di departemen
pertama ditambah biaya yang di keluarkan di departemen berikutnya.
Berikut ini adalah contoh kasus dan penyelesaian metode harga pokok proses untuk
produk yang diolah melalui lebih dari satu departemen produksi.

110
Contoh Kasus:

PT. SINAR memiliki dua departemen produksi, yaitu departemen Pengolahan dan
departemen Penyelesaian, dalam menghasilkan produknya. Data produksi dan biaya
produksi kedua departemen tersebut adalah sebagai berikut:

Keterangan Dept.Pengolahan Dept.Penyelesaian


Produk masuk proses 2.500 kg 2.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke dept 2.000 kg -
Penyelesaian
Produk selesai yang ditransfer ke gudang - 1.800 kg
Produk dalam proses akhir periode dengan - 200 kg
tingkat penyelesaian 500 kg -
 BBB 100 % -
 BTKL 50 % 60 %
 BOP 30 % 40 %
Biaya yang dikeluarkan selama satu periode
 BBB Rp 5.000.000 -
 BTKL Rp 11.250.000 Rp 7.500.000
 BOP Rp 16.125.000 Rp 8.084.000

JUMLAH Rp 32.375.000 Rp 15.584.000

Berdasarkan data tersebut diatas buatlah laporan biaya produksi departemen Pengolahan
dan departemen Penyelesaian beserta jurnalnya !

111
JAWABAN:

A. Perhitungan Biaya Produksi Departemen Pengolahan

PT SINAR, Surabaya
Laporan Harga Pokok Produksi Departemen Pengolahan
Bulan : Agustus 2019

DATA PRODUKSI:
Produk yang dimasukkan proses 2.500
Produk Selesai di Pindah ke Departemen Penyelesaian 2.000
Produk dalam proses akhir (100% BB, 50 % BTKL, 30% BOP) .500
2.500

BIAYA YANG DIBEBANKAN:


Elemen Biaya Produksi Jumlah Produksi Ekuivalen HP/Unit

BBB Rp 5.000.000 2.000+(500×100%) = 2.500 Rp 2.000


BTKL Rp 11.250.000 2.000+(500× 50%) = 2.250 Rp 5.000
BOP Rp 16.125.000 2.000+(500× 30%) = 2.150 Rp 7.500
Biaya Produksi Per Unit Rp 32.375.000 Rp 14.500

PERHITUNGAN HARGA POKOK:

HP Produk Selesai : 2.000 Unit x Rp. 14.500 = Rp 29. 000.000,-


Harga pokok persediaan barang dalam proses akhir:

BBB : 100% × 500 × Rp 2.000 = Rp 1.000.000

BTKL : 50% × 500 × Rp 5.000 = Rp 1.250.000

BOP : 30% × 500 × Rp 7.500 = Rp 1.125.000

J umlah Harga Pokok Barang Dalam Proses Rp 3.375.000,-

Jumlah Harga Pokok Yang Diperhitungkan Rp 32.375.000,-

112
Jurnal Pencatatan Biaya Produksi:

a. Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku


BDP – Biaya bahan baku Rp 5.000.000,00
Persediaan bahan baku Rp 5.000.000,00

b. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung


BDP – Biaya TKL Rp 11.250.000,00
Gaji dan upah Rp 11.250.000,00

c. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik


BDP- Biaya overhead pabrik Rp 16.125.000,00
Biaya overhead pabrik Rp 16.125.000,00

d. Jurnal untuk mencatat harga pokok barang jadi Dep Pengolahan yang ditransfer
ke departemen Penyelesaian:

BDP- HP dr Dep Pengol-Dep Penyel Rp 29.000.000,00


BDP – BBB Dept. Pengolahan Rp 4.000.000,00
BDP – BTKL Dept Pengolahan Rp 10.000.000,00
BDP - BOP Dept Pengolahan Rp 15.000.000,00

e. Jurnal untuk mencatat harga pokok barang dalam proses akhir dept.
Pengolahan:

Persediaan BDP- Dep Pengolahan Rp 3.375.000


BDP – BBB Dept Pengolahan Rp 1.000.000,00
BDP – BTKL Dept Pengolahan Rp 1.250.000,00
BDP - BOP Dept Pengolahan Rp 1.125.000,00

113
B. Perhitungan Biaya Produksi Departemen Penyelesaian

PT SINAR, Surabaya
Laporan Harga Pokok Produksi Departemen Penyelesaian
Bulan : Agustus 2019

DATA PRODUKSI:
Produk diterima dari Departemen Pengolahan 2.000 kg
Produk Selesai yang ditransfer ke gudang 1.800 kg
Produk dalam proses akhir (60 % BTKL, 40% BOP) 200 kg
2.000 kg
BIAYA YANG DIBEBANKAN:
Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen HP/ Unit
Produksi

HP dari Dep Rp 29.000.000 Rp 14.500,-


Pengolahan

Biaya
Tambahan di
Dep Penyel:

BTKL
Rp 7.500.000 1.800+(200×60%) = 1.920 Rp 3.906,25
BOP
Rp 8.084.000 1.800+(200×40%) = 1.880 Rp 4.300

Rp 15.584.000 Rp 8.206,25
Jumlah
Rp 44.584.000 Rp 22.706,25

PERHITUNGAN HARGA POKOK:

Harga pokok barang jadi yang ditransfer

ke gudang : 1800 x Rp 22.706,25 = Rp 40.871.250,00

Harga pokok barang dalam proses akhir :

Harga Pokok dari

Dept Pengolahan : 200 x 100% x Rp 14.500,00 = Rp 2.900.000

BTKL : 200 x 60% x Rp 3.906,25 = Rp 468.750

BOP : 200 x 40% x Rp 4.300,00 = Rp 344.000

Rp 3.712.750,00
Jumlah Harga Pokok Diperhitungkan di Dept Penyelesaian Rp 44.584.000,00

114
Jurnal pencatatan biaya produksi Departemen Penyelesaian:
1. Jurnal penerimaan produk dari Departemen Pengolahan
(Pro Memori - telah tercatat di Dep Pengolahan)

2. Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja langsung


BDP- BTKL- Dept Penyelesaian Rp 7.500.000
Gaji dan upah Dept Penyelesaian Rp 7.500.000

3. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik


BDP – BOP - Dept Penyelesaian Rp 8.084.000
BOP Dept Penyelesaian Rp 8.084.000

4. Jurnal pencatatan harga pokok barang jadi yang ditransfer ke gudang


Persediaan Barang Jadi Rp 40.871.250
BDP- HP dr Dep Pengol-Dept Penyelesaian Rp 26.100.000
BDP – BTKL Dept Penyelesaian Rp 7.031.250
BDP – BOP Dept Penyelesaian Rp 7.740.000

5. Jurnal pencatatan harga pokok persediaan barang dalam proses akhir


Persediaan BDP Dep Penyelesaian Rp 4.308.750
BDP – HP dr Dep Pengol-Dep Penyelesaian Rp 3.500.000
BDP – BTKL Dept Penyelesaian Rp 468.750
BDP – BOP Dept Penyelesaian Rp 340.000

6. Mengerjakan penyusunan laporan harga pokok produksi, perusahaan


mengolah produk melalui lebih dari satu departemen, memperhatikan
adanya produk hilang dalam pengolahan dan pencatatan transaksinya.
Terdapat 2 (dua) asumsi pengakuan penentuan harga pokok produk, jika
terjadi produk hilang dalam pengolahan. (1) Produk hilang dianggap terjadi pada
awal proses, (2) Produk hilang dianggap terjadi pada akhir proses.
Jika produk hilang dianggap terjadi awal proses maka karakteristik
penentuan harga pokok adalah sebagai berikut:
(a) produk hilang awal proses dianggap tidak menikmati biaya,
(b) pada akhir periode tidak dibebani biaya,
(c) tidak disertakan dalam penentuan unit ekuivalen, dan
(d) jika produk hilang terjadi di departemen lanjutan, maka harga pokok produk
selesai yang diterima dari departemen sebelumnya harus disesuaikan.
Akibatnya harga pokok per satuan dari departemen sebelumnya tersebut
menjadi naik.

Jika produk hilang dianggap terjadi pada akhir proses, maka karakteristik
penentuan harga pokok produknya adalah sebagai berikut:

115
(a) produk hilang akhir proses dianggap telah menikmati biaya,
(b) pada akhir periode dibebani biaya,
(c) disertakan dalam penentuan unit ekuivalen, dan
(d) produk hilang akhir proses dibebankan pada produk selesai di departemen dimana
produk hilang tersebut terjadi. Akibatnya harga pokok per satuan dari departemen
yang bersangkutan menjadi naik.

a) Contoh Kasus Produk Hilang Awal dan Akhir Proses


PT Matahari memiliki 2 departemen produksi untuk menghasilkan produknya yaitu
Departemen Penyulingan dan Departemen Pengemasan. Data produksi dan biaya
produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari 2019 disajikan dalam
gambar berikut :

Departemen Penyulingan:

Produk yang masuk proses 7.500 liter, produk selesai yang ditransfer ke Departemen
Pengemasan 6.000 liter, sedangkan produk yang masih dalam proses di akhir April
adalah 1.200 liter, dengan tingkat penyelesaian meliputi 100% biaya bahan, dan 80 %
biaya konversi, sedangkan 300 liter hilang dalam pengolahan. Biaya produksi yang
diserap meliputi: Biaya Bahan Baku Rp 6.750.000,00, Biaya Tenaga Kerja Rp
5.760.00,00, dan Biaya Overhead Pabrik Rp 4.320.000,00.

Departemen Pengemasan:

Unit produk yang diterima dari Departemen Penyulingan 6.000 liter, produk selesai
yang ditransfer ke gudang 5.500 liter, produk yang masih dalam proses 400 liter
dengan tingkat penyelesaian 75% biaya konversi, dan sebanyak 100 liter ternyata
hilang dalam pengolahan. Biaya produksi yang ditambahkan meliputi: biaya tenaga
kerja sebesar Rp 3.770.000,00 dan biaya overhead pabrik sebesar Rp 3.016.000,00

Berdasarkan data tersebut Saudara diminta:

(a) Menyusun laporan harga pokok produksi di Departemen Penyulingan dan


Departemen Pengemasan untuk bulan Januari 2019, jika produk yang hilang
dianggap terjadi pada: (1) awal proses, (2) akhir proses.

(b) Membuat jurnal transaksi yang diperlukan.

116
Jawaban:

a1. Menyusun laporan harga pokok produksi di Depertemen Penyulingan dan


Departemen Pengemasan untuk bulan Januari 2019, jika produk yang hilang
dianggap terjadi pada awal proses.

PT. Matahari, Surabaya


Laporan Harga Pokok Produksi – Departemen Penyulingan
Bulan : Januari 2019

DATA PRODUKSI:
Produk yg dimasukkan proses 7.500 L
Produk selesai yg ditransfer ke Dep Penyels 6.000 L
Produk dlm proses akhir (..100% BB, 80 % BK) 1.200 L
Produk hilang awal proses 300 L
7.500 L
BIAYA YANG DIBEBANKAN:
Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen HP / Unit
BBB Rp 6.750.000 6000 L + (100% x 1.200 L)= 7.200 Rp 937,50000
BTK Rp 5.760.000 6000 L + ( 80% x 1.200 L) = 6.960 Rp 827,58620
BOP Rp 4.320.000 6000 L + ( 80% x 1.200 L) = 6.960 Rp 620,68965
Rp. 16.830.000 Rp 2.385,77585

PERHITUNGAN HARGA POKOK:

HP Produk Selesai yg ditransfer


ke Dep Penyles : 6000 L x Rp 2.385,77585 = Rp 14.314.655,100
Harga Pokok Produk Dalam Proses Akhir :
BBB : 1.200 L x Rp 937,5 x 100% = Rp 1.125.000,000
BTK : 1.200 L x Rp 827,58620 x 80% = Rp 794.482,752
BOP : 1.200 L x Rp.620,68965 x 80% = Rp 595.862,067
= Rp 2.515.344,819

Jumlah Harga Pokok yg diperhitungkan di Dep Penyul = Rp 16.830.000,000

117
PT. Matahari, Surabaya
Laporan Harga Pokok Produksi – Departemen Pengemasan
Bulan : April 2019

DATA PRODUKSI:
Produk yg diterima dari Departemen Penyulingan 6.000 L
Produk selesai yg ditransfer ke Dep Penyels 5.500 L
Produk dlm proses akhir (..100% BB, 75 % BK) 400 L
Produk hilang awal proses 100 L
6.000 L

BIAYA YANG DIBEBANKAN:


Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen HP/Unit
HP dari Dep Peny Rp. 14.314.655,1 6.000 Rp 2.385,77585
Penyesuaian - (100) Rp 40,43687
HP disesuaikan Rp. 14.314.655,1 5.900 Rp 2.426,21272

Biaya ditambahkan
BTK Rp 3.770.000 5500 L + (75% x 400 L) = 5.800 L Rp. 650,00
BOP Rp 3.016.000 5500 L + (75% x 400 L) = 5.800 L Rp. 520,00
Rp. 21.100.655,1 Rp. 3.596,21272

PERHITUNGAN HARGA POKOK:


HP Produk Selesai yg ditransfer
ke Dep Penyles : 5.500 L x 3.596,21272 = Rp. 19.779.169,96
Harga Pokok Produk Dalam Proses Akhir 400 L:
Harga Pokok dari Dep Penyulingan =
BBB : 400 L x Rp. 2.426,2127288 = Rp 970.485,09152
dIBULATKAN
BTK : 400 L x 75% x Rp. 650 = Rp 195.000
BOP : 400 L x 75% x Rp. 520 = Rp. 156.000
= Rp1.321.485,09152
Jumlah Harga Pokok yg diperhitungkan di Dep Pengemasan = Rp. 21.100.655,05
Dibulatkkan = Rp. 21.100.655,1

118
Jurnal yang harus dibuat :
Jumlah
No Nama Rekening dan Keterangan
Debet Kredit
1 Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Departemen Rp 6.750.000,00 -
Penyulingan
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 5.760.000,00 -
Departemen Penyulingan
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp 4.320.000,00 -
Departemen Penyulingan
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 3.770.000,00 -
Departemen Pengemasan
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp 4.320.000,00 -
Departemen Penyulingan
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp 3.016.000,00 -
Departemen Pengemasan
Persediaan Bahan - Rp 6.750.000,00
Biaya gaji dan upah - Rp 9.530.000,00
Biaya Overhead Pabrik - Departemen Penyulingan - Rp 4.320.000,00

Biaya Overhead Pabrik - Departemen Pengemasan - Rp 3.016.000,00

(Mencatat pembebanan biaya ke dalam setiap departemen)


2. Barang Dalam Proses – Harga Pokok dari departemen Rp 14.314.655,10 -
Penyulingan-Pengemasan
Barang dalam proses – Biaya Bahan Departemen - Rp 5.625.000,00
Penyulingan
Barang dalam proses – Biaya Tenaga Kerja - Rp 4.965.517,20
Departemen Penyulingan
Barang dalam proses – Biaya Overhead Pabrik - Rp 3.724.137,90
Departemen Penyulingan
3 Persediaan produk dalam proses - Departemen Rp 2.515.344,819 -
Pengemasan
Barang dalam proses- Biaya Bahan Departemen - Rp 1.125.000,00
Pengemasan
Barang dalam proses- Biaya Tenaga Kerja - Rp 794.482,752
Departemen Pengemasan
Barang dalam proses- Biaya Overhead Pabrik - Rp 595.862,067
Departemen Pengemasan
(Mencatat harga pokok produk dalam proses
departemen penyulingan)
4. Persediaan produk selesai Rp 19.779.169,96 -
Barang Dalam Proses – Harga Pokok Departemen - Rp 13.344.170,00
Penyulingan – Departemen Pengemasan
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja – - Rp 3.575.000,00
Departemen Pengemasan
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik – - Rp 2.860.000,00
Departemen Pengemasan
(mencatat harga pokok produk selesai di departemen

119
Pengemasan, perincian :
Harga Pokok Dep Penyulingan : Rp. 13.344.170,008
Biaya Tenaga Kerja : Rp. 3.575.000
Biaya Overhead Pabrik : Rp. 2.860.000
5 Persediaan Produk Dalam Proses – Departemen Rp 1.321.485,09 -
Pengemasan
Barang dalam proses – Harga Pokok Departemen - Rp 970.485,08
Penyulingan-Pengemasan
Barang dalam proses – Biaya Tenaga Kerja - Rp 195.000,00
Departemen Pengemasan
Barang dalam proses – Biaya Overhead Pabri - Rp 156.000,00
Departemen Pengemasan
(mencatat harga pokok produk departemen
pengemasan)

a2. Menyusun laporan harga pokok produksi di Depertemen Penyulingan dan Departemen
Pengemasan untuk bulan Januari 2019, jika produk yang hilang dianggap terjadi pada
akhir proses.

PT. Matahari, Surabaya


Laporan Harga Pokok Produksi – Departemen Penyulingan
Bulan : Januari 2019

DATA PRODUKSI:
Produk yg dimasukkan proses 7.500 L
Produk selesai yg ditransfer ke Dep Penyels 6.000 L
Produk dlm proses akhir (100% BB, 80% BK) 1.200 L
Produk hilang akhir proses 300 L
7.500 L

BIAYA YANG DIBEBANKAN:


Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen HP / Unit
BBB Rp 6.750.000 6000+300+ (100% x 1.200 L) = 7.500 Rp 900
BTK Rp 5.760.000 6000+300+ ( 80% x 1.200 L) = 7.260 Rp 793,388429
BOP Rp 4.320.000 6000+300+ ( 80% x 1.200 L) = 7.260 Rp 595,041322
Rp16.830.000 Rp 2.288,429751

PERHITUNGAN HARGA POKOK:


HP Produk Selesai yg ditransfer ke.Dep Penyulingan: 6000 L x Rp 2.288,429751 =Rp 13.730.578,506
HP Produk Hilang: 300 L x Rp 2.288,429751 =Rp 686.528,9253
HP Produk Selesai Yang ditransfer Dep. Pengemasan = 6000 l x Rp 2.402,85123855 =Rp 14.417.107
Harga Pokok Produk Dalam Proses Akhir :
BBB : 1.200 L x 100% x Rp 900 = Rp 1.080.000,00
BTK : 1.200 L x 80% x Rp 793,388429 = Rp 761.652,89184
BOP : 1.200 L x 80% x Rp 595,041322 = Rp 571.239,66912
Rp 2.412.893
Jumlah Harga Pokok yg diperhitungkan di Dep Penyulingan Rp 16.830.000

120
PT. Matahari, Surabaya
Laporan Harga Pokok Produksi – Departemen Pengemasan
Bulan : April 2019

DATA PRODUKSI:
Produk yg diterima dari departemen penyulingan 6.000 L
Produk selesai yg ditransfer ke Dep Penyels 5.500 L
Produk dlm proses akhir (..100% BB, 75 % BK) 400 L
Produk hilang akhir proses 100 L
6.000 L

BIAYA YANG DIBEBANKAN:


Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen HP / Unit
HP dari dep Peny Rp 14.417.107,4313 6.000 Rp 2.402,851238
Biaya ditambahkan:
BTK Rp 3.770.000 5500+100+ (75% x 400 L)=5.900L Rp 638,9830508
BOP Rp 3.016.000 5500+100+ (75% x 400 L)=5.900L Rp 511,1864406
Rp 21.203.107,4313 Rp 3.553,0207294

PERHITUNGAN HARGA POKOK:


HP Produk Selesai yg ditransfer ke Gudang 5.500L x Rp 3.553,0207294 = Rp 19.541.614,0117
HP Produk Hilang 100L x Rp 3.553,0207294 =Rp 355.302,07294
HP Produk Selesai Sesungguhnya 5500 L x Rp.3.617,62110629 =Rp19.896.916.08464
Harga Pokok Produk Dalam Proses Akhir 400 L:
Harga Pokok dari Dep Penyulingan=
BBB : 400 L x Rp 2.402,851238 = Rp 961.140,4952
BTK : 400 L x 75% x Rp 638,9830508 = Rp 191.694,91524
BOP : 400 L x 75% x Rp 511,1864406 = Rp 153.355,93218
=Rp 1.306.191,34262

Jumlah Harga Pokok yg diperhitungkan di Dep Pengemasan =Rp 21.203.107,4313

121
Jurnal yang harus dibuat :
Jumlah
No. Nama Rekening dan Keterangan
Debet Kredit
1 Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Departemen Rp 6.750.000 -
Penyulingan
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 5.760.000 -
Departemen Penyulingan
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp 4.320.000 -
Departemen Penyulingan
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 3.770.000 -
Departemen Pengemasan
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp 3.016.000 -
Departemen Pengemasan
Persediaan Bahan - Rp 6.750.000
Biaya gaji dan upah - Rp 9.530.000
Biaya Overhead Pabrik - Departemen - Rp 4.320.000
Penyulingan
Biaya Overhead Pabrik - Departemen - Rp 3.016.000
Pengemasan
(Mencatat pembebanan biaya ke dalam setiap
departemen)
2. Barang Dalam Proses – Harga Pokok dari departemen Rp 14.417.107,4313 -
Penyulingan-Pengemasan
Barang dalam proses – Biaya Bahan Departemen - Rp 5.670.000
Penyulingan
Barang dalam proses – Biaya Tenaga Kerja - Rp 4.998.347,1027
Departemen Penyulingan
Barang dalam proses – Biaya Overhead Pabrik - Rp 3.748.760,3286
Departemen Penyulingan
(mencatat harga pokok produk selesai, yang dipindahkan
ke departemen pengemasan)
Rincian:
BBB= 6300 x Rp. 900 = Rp. 5.670.000
BTKL=6300 x Rp.793,388429 = Rp.4.998.347,1027
BOP= 6300 x Rp.595,041322 = Rp.3.748.760,3286
Persediaan produk dalam proses - Departemen Rp 1.306.441,34262 -
Pengemasan
Barang dalam proses- Biaya Bahan Departemen - Rp 1.080.000,00
Pengemasan
Barang dalam proses- Biaya Tenaga Kerja - Rp 794.482,752
Departemen Pengemasan
Barang dalam proses- Biaya Overhead Pabrik - Rp 595.862,067
Dep. Pengemasan
(Mencatat harga pokok produk dalam proses departemen
penyulingan)
3. Persediaan produk selesai Rp 19.902.516.08464
Barang Dalam Proses – Harga Pokok - Rp 13.455.966,9328
Departemen Penyulingan – Departemen
Pengemasan
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja – - Rp 3.578.305,08448
Departemen Pengemasan
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik – - Rp 2.862.644,06736
Departemen Pengemasan
(mencatat harga pokok produk selesai di departemen
Pengemasan, perincian :
122
Rincian:
HP Dep.Penyuling = 5.600 x Rp.2.402,851238
= Rp. 13.455.966,9328
BTKL=5.600 x Rp.638,9830508=Rp. 3.578.305,08448
BOP= 5.600 x Rp.511,1864406 =Rp. 2.862.644,06736

4 Persediaan Produk Dalam Proses – Departemen Rp 1.306.441,34262 -


Pengemasan
Barang dalam proses – Harga Pokok Departemen - Rp 961.140,4952
Penyulingan-Pengemasan
Barang dalam proses – Biaya Tenaga Kerja - Rp 191.994,91524
Departemen Pengemasan
Barang dalam proses – Biaya Overhead Pabri - Rp 153.355,93218
Departemen Pengemasan
(mencatat harga pokok produk departemen
pengemasan)

8) Mengerjakan penyusunan laporan harga pokok produksi, perusahaan


mengolah produk melalui lebih dari satu departemen, memperhatikan
adanya produk dalam proses awal secara rata – rata dan pencatatan
transaksinya

Dalam metode ini, harga pokok persediaan produk dalam proses awal
ditambahkan kepada biaya produksi sekarang, dan jumlahnya kemudian dibagi
dengan unit ekuivalensi produk untuk mendapatkan harga pokok rata-rata. Harga
pokok rata-rata ini kemudian digunakan untuk menentukan harga pokok produk
jadi yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang dengan cara
mengalikannya dengan jumlah kuantitasnya.
Berikut ini disajikan karakteristik penentuan harga pokok produksi jika
terdapat produk dalam proses awal periode, menggunakan metode harga pokok
rata-rata (average cost method) :
a. Harga pokok produk dalam proses awal, diuraikan kembali elemennya
b. Elemen harga pokok produk dalam proses awal disatukan dengan biaya
produksi sekarang (current cost), baik biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,
dan biaya overhead pabrik
c. Unit ekuivalen dihitung dengan rumus =
Produk selesai + ( Persediaan dalam proses akhir x % Tingkat penyelesaian )
d. Harga pokok produk jadi tidak dilaporkan asal – usulnya

123
Untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan metode harga pokok rata-
rata tersebut disajikan dalam contoh berikut:

PT. Menara Jaya, Surabaya mengolah produk tertentu melalui dua departemen
produksi, yaitu Departemen A dan Departemen B, berikut data produksi dan biaya
pada pada bulan Desember 2018, sebagai berikut :

Departemen A Departemen B
Produk dalam periode 1
Desember 2018
Unit produksi 1.000 unit 800 unit
Dengan menyerap harga
pokok :
Harga Pokok dari - Rp 2.400.000,-
Departemen A
Biaya Bahan Baku Rp 1.500.000,- -
Biaya Tenaga Kerja Rp 1.200.000,- Rp 1.000.000,-
Biaya Overhead Pabrik Rp 900.000,- Rp 800.000,-

Produk bulan Desember yang 6.500 unit 7.000 unit


masuk proses
Produk selesai yang ditransfer ke 7.000 unit 7.500 unit
Dep. B/Gudang
Produk yang masih dalam proses di
akhir periode:
- 100% BB, 75% biaya konversi 500 unit -

- 60% biaya konversi - 300 unit


Selama bulan Desember telah
ditambahkan biaya sbb:
Biaya Bahan Baku Rp 8.750.000,- -
Biaya Tenaga Kerja Rp 8.000.000,- Rp 6.750.000,-
Biaya Overhead Pabrik Rp 6.000.000,- Rp 5.400.000,-

124
Berdasarkan data tersebut, Saudara diminta untuk :
a) Menyusun Laporan Harga Pokok Produksi kedua departemen, dengan
metode harga pokok rata-rata.
b) Membuat Jurnal transaksi yang terjadi.

PT Menara Jaya, Surabaya

Laporan Harga Pokok Produksi – Departemen A

Bulan : Desember 2018

(Metode Harga Pokok Rata-Rata)

DATAPRODUKSI

Produk dalam proses awal 1000 Unit


Produk yang masuk proses 6500 Unit
7500 Unit
Produk selesai yang ditransfer ke Dep B 7000 Unit
Produk dalam proses akhir (100% BB, 75% BK) 500 Unit

7500 Unit
BIAYA YANG DIBEBANKAN

Elemen HP PDP Awal Biaya Skrg Jumlah Prod Ekv Hp/ Unit
biaya
BBB Rp 1.500.000,- Rp 8.750.000,- Rp 10.250.000,- 7.500 Unit Rp 1.366,6667
BTK Rp 1.200.000,- Rp 8.000.000,- Rp 9.200.000,- 7.375 Unit Rp 1.247,4576
BOP Rp 900.000,- Rp 6.000.000,- Rp 6.900.000,- 7.375 Unit Rp 935,5932

Rp 3.600.000,- Rp 22.750.000 Rp 26.350.000,- Rp 3.549,7175

PERHITUNGAN HARGA POKOK

HP Produk Selesai yang ditransfer ke Dep B : 7.000 x Rp 3.549,7175 = Rp 24.848.023,-

Harga Pokok Produk Dalam Proses:


- BBB : (500 x 100%) x Rp 1.366,6667 = Rp 683.333,35
- BTK : (500 x 75%) x Rp 1.247,4576 = Rp 467.796,60
- BOP : (500 x 75%) x Rp 935,5932 = Rp 350.847,45
= Rp 1.501.977,-

Jumlah Harga Pokok Yang Diperhitungkan di Dep Pengol = Rp 26.350.000,-

125
PT. Menara, Surabaya

Laporan Harga Pokok Produksi-Departemen B

Bulan : Desember 2018

(Metode Harga Pokok Rata-Rata)

DATA PRODUKSI :

Produk dalam proses awal periode 800 unit

Produk yang masuk proses 7.000 unit +

7.800 unit

Produk selesai yg ditransfer ke Gudang 7.500 unit

Produk dalam proses akhir (100% BB,60% 3.000 unit +


BK)
7.800 unit

BIAYA YANG DIBEBANKAN:

Elemen HPP PDP Awl Biaya Skrg Jumlah Prod Ekv HP/Unit
Biaya
HP dr Dep A

(Biaya Rp 2.400.000,- Rp 24.848.032.- Rp 27.248.023,- 7.800 unit Rp 3.493,3363


Bahan)
BTK Rp 1.000.000,- Rp 6.750.000,- Rp 7.750.00,- 7.680 unit Rp 1.009,1146

BOP Rp 800.000,- Rp 5.400.000,- E Rp 6.200.00,- 7.680 unit Rp 807,2917

Rp. 4.200.000,- Rp. 36.998.023,- Rp. 41.198.023,- Rp 5.309,7426

PERHITUNGAN HARGA POKOK :

HP Produk Selesai yg ditransfer ke Gudang : 7.500 x Rp. 5.309,7426 = Rp 39.823.069.-

Harga Pokok Produk Dalam Proses :

- BBB: (300 x 100%) x Rp 3.493,3363 = Rp 1.048.000,8900

- BTK : (300 x 60%) x Rp 1.009,1146 = Rp 181.640,6280

- BOP : (300 x 60 %) x Rp 807,2917 = Rp 145.312,5060 + = Rp 1.374.954,-

Jumlah Harga Pokok Yang Diperhitungkan di Dep Penyel = Rp 41.198.023,-

126
JURNAL DEPT. A:
Tgl/Bulan Keterangan Debit Kredit
BDP-BBB-Departemen A Rp 1.500.000,-
BDP-BTK-Departemen A Rp 1.200.000,-
BDP-BOP-Departemen A Rp 900.000,-
Persed. Bahan Baku Rp 3.600.000,-
( mencatat HP PDP awal di Dept A )

BDP-BBB-Departemen A Rp 8.750.000,-
BDP-BTK-Departemen A Rp 8.000.000,-
BDP-BOP-Departemen A Rp 6.000.000,-
Persed. Bahan Baku Rp 8.750.000,-
Gaji dan Upah Rp 8.000.000,-
BOP Departemen A Rp 6.000.000,-
( mencatat pembelajaran biaya
Produksi di Departemen A )

BDP-HP dr Dep A-Dep B Rp 24.848.023,-


BDP-BBB-Departemen A Rp 9.566.667,-
BDP-BTK-Departemen A Rp 8.723.203,-
BDP-BOP-Departemen A Rp 6.549.153,-
( mencatat pengakuan barang Jadi di
Departemen A yang ditransfer ke
Departemen B )

Persed BDP-Dep A Rp 1.501.977,-


BDP-BBB-Departemen A Rp 683.333,-
BDP-BTK-Departemen A Rp 467.797,-
BDP-BOP-Departemen A Rp 350.847,-
( mencatat pengakuan barang Dalam
proses akhir di Departemen A )

127
JURNAL DEPT. B:

Tgl/Bulan Keterangan Debit Kredit


BDB-HP dari Departemen A Rp 2.400.000,-
BDP-BTK-Departemen B Rp 1.000.000,-
BDP-BOP-Departemen B Rp 800.000,-
Persed. Bahan Baku Rp 4.200.000,-
( mencatat HP PDP awal di Dept B )

BDP-BTK-Departemen B Rp 6.750.000,-
BDP-BOP-Departemen B Rp 5.400.000,-
Gaji dan Upah Rp 6.750.000,-
BOP Departemen B Rp 5.400.000,-
( mencatat pembebanan biaya
Produksi di Departemen B )

BDP-HP dr. Dep B-Gudang Rp 39.823.069,-


BDP-BBB-Departemen B Rp
BDP-BTK-Departemen B 26.200.022,-
BDP-BOP-Departemen B Rp 7.568.360,-
( mencatat pengakuan barang Jadi Rp 6.054.687,-
di Departemen B yang ditransfer ke
Gudang )

Persed. BDP-Dep B Rp 1.374.954,-


BDP-BBB-Departemen B Rp 1.048.001,-
BDP-BTK-Departemen B Rp 181.641,-
BDP-BOP-Departemen B Rp 145.312,-
( mencatat pengakuan barang
Dalam proses akhir Departemen B )

9) Mengerjakan penyusunan laporan harga pokok produksi, perusahaan


mengolah produk melalui lebih dari satu departemen, memperhatikan
adanya produk dalam proses secara MPKP dan pencatatan transaksinya

Perlakuan metode harga pokok proses MPKP pada persediaan dalam proses awal
periode sebagai berikut :
a. Harga pokok produk dalam proses awal tidak diuraikan elemennya,
disajikan utuh apa adanya
b. Harga pokok persediaan dalam proses awal tidak disatukan dengan biaya
produksi sekarang
c. Unit ekuivalen dihitung dengan rumus =

128
( Unit PDP awal x % Tingkat penyelesaian yang Diperlukan) + ( Current
Production = Produk Selesai – Unit PDP Awal ) + ( Unit PDP akhir x %
Tingkat penyelesaian yang dinikmati )
d. Harga pokok produk Jadi ditelusuri asal – usulnya, harga pokok dari
penyelesaian persediaan dalam Proses Awal dan Produksi Sekarang.

Berikut ini diberikan Contoh implementasi Perlakuan PDP Awal dalam


penentuan harga pokok produksi dengan metode masuk pertama, keluar pertama
(MPKP) maka penyajiannya adalah sebagai berikut:

PT Menara Jaya, Surabaya mengolah produk tertentu melalui dua departemen


produksi, yaitu Departemen A dan Departemen B, berikut data produksi dan biaya
pada bulan Desember 2018, sebagai berikut :

Departemen A Departemen B
Produk dalam proses 1 Desember
2006
- 100% BBB, 80% B.Konversi 1.000 unit -
- 75% Biaya konversi - 800 unit

Dengan menyerap harga pokok :


Harga pokok dari departemen A Rp 2.400.000,00
Biaya Bahan Baku Rp 1.500.000,00
Biaya Tenaga Kerja Rp 1.200.000,00 Rp 1.000.000,00
Biaya Overhead Pabrik Rp 900.000,00 Rp 800.000,00
Produk bulan Desember yang 6.500 unit 7.000 unit
masuk proses
Produk selesai yang ditransfer ke 7.000 unit 7.500 unit
Departemen B/Gudang
Produk yang masih dalam proses
diakhir periode :
- 100% BBB, 75% B. Konversi 500 unit -
- 60% biaya konversi - 300 unit
Selama bulan Desember telah
ditambahkan biaya sbb:
Biaya Bahan Baku Rp 8.750.000,00
Biaya Tenaga Kerja Rp 8.000.000,00 Rp 6.750.000,00
Biaya Overhead Pabrik Rp 6.000.000,00 Rp 5.400.000,00

Berdasarkan data tersebut, Saudara diminta untuk :


a) Menyusun Laporan Harga Pokok Produksi kedua departemen, dengan menggunakan
metode harga pokok MPKP (FIFO)
b) Membuat jurnal transaksi yang terjadi

129
PT Menara Jaya, Surabaya
Laporan Harga Pokok Produksi – Departemen A
Bulan : Desember 2018
(Metode Harga Pokok MPKP)

DATA PRODUKSI
Produk dalam proses awal periode (100% BB, 80% BK) 1.000 unit
Produk yang masuk proses 6.500 unit
7.500 unit
Produk selesai yang ditransfer ke Dep B 7.000 unit
Produk dalam proses akhir (75% BK) 500 unit
7.500 unit
BIAYA YANG DIBEBANKAN
Elemen Biaya Jumlah Prod. Ekv HP/Unit
HP PDP awal Rp 3.600.000,-

BBB Rp 8.750.000,- (1.000x0%) + 6.000 + (500x100%) = 6.500 Rp 1.346,1538

BTK Rp 8.000.000,- (1.000x20%) + 6.000 + (500x75%) = 6.575 Rp 1.216,7300

BOP Rp 6.000.000,- (1.000x20%) + 6.000 + (500x75%) = 6.575 Rp 912,5475

Rp 26.350.000,- Rp 3.475,4313

PERHITUNGAN HARGA POKOK


Harga produk selesai yang ditransfer ke Departemen B
Harga pokok PDP awal…………….. Rp 3.600.000
Penyelesaian PDP awal :
BTK = 1.000 x 20% x Rp 1.216,7300 = Rp 243.346
BOP = 1.000 x 20% x Rp 912,5475 = Rp 182.509,5
Rp 425.855,5
HP produk selesai dari PDP awal
Rp 4.025.856,-
HP PS dari current production =
(PS-PDP Awal ) = (7.000 - 1.000) x Rp3.475,4313 = Rp 20.852.588,-
Jadi HP produk selesai yang ditransfer ke departemen B……………... Rp 24.878.444,-

Harga pokok produk dalam proses


BBB = 500 x 100% x Rp 1.346,1538 Rp 673.076,90
BTK = 500 x 75% x Rp 1.216,7300 Rp 456.273,75
BOP = 500 x 75% x Rp 912,5475 Rp 342.205,31
Rp 1.471.556,-
Jumlah Harga Pokok yang Diperhitungkan di Departemen A Rp 26.350.000,-

130
PT Menara Jaya Surabaya
Laporan Harga Pokok Produksi – Departemen B
Bulan : Desember 2018
(Metode Harga Pokok MPKP)

DATA PRODUKSI:
Produk dalam proses awal periode (75% BK) 800 Unit
Produk yang diterima dep A............................................ 7.000 Unit
7.800 unit
Produk selesai yg ditransfer ke Gudang 7.500 unit
Produk dalam proses akhir (60% BK) 300 unit
7.800 unit

BIAYA YANG DIBEBANKAN:


Elemen Biaya Jumlah Prod Ekuivalen HP/Unit
HP PDP Awal Rp 4.200.000,-
HP dari Dep A
BBB
Rp 24.878.444,- 7.000 Rp 3.554,0634
BTK Rp 6.750.000,- (800 x 25%) + 6.700 + (300 x 60%) = 7.080 Rp 953,3898
BOP Rp 5.400.000,- (800 x 25%) + 6.700 + (300 x 60%) =7.080 Rp 762,7119
Rp 41.288.444,- Rp 5.270,1651

PERHITUNGAN HARGA POKOK:


HP Produk Selesai:
- Harga Pokok PDP awal……………………………. Rp 4.200.000,-
Penyelesaian PDP awal:
BTK = 800 x 25% x Rp 953,3898 = Rp 190.677,96
BOP = 800 x 25% x Rp 762,7119 = Rp 152.542,38
Rp 343.220,34
HP Produk Selesai dari PDP Awal…………………………………………….. Rp 4.543.200,34

HP PS dari Current Production = (PS PDP Awal) = (7.500 – 800) x Rp 5.270,1651 = Rp 35.310.106,17

Jadi HP Produk Selesai yang ditransfer ke Departemen B Rp 39.853.327,00


Harga Pokok Produk Dalam Proses Akhir:
HP dr Dep A : 300 x 100% x Rp 3.554,0634 = Rp 1.066.219,0200
BTK : 300 x 60% x Rp 953,3898 = Rp 171.610,1640
BOP : 300 x 60% x Rp 762,7119 = Rp 137.288,1420
Rp 1.375.117,-
Jumlah Harga Pokok Yang Diperhitungkan di Departemen B Rp 41.228.444,-

131
Jurnal Departemen A

Tgl/Bulan Keterangan Debit Kredit


BDP-BBB-Departemen A Rp 1.500.000,-
BDP-BTK-Departemen A Rp 1.200.000,-
BDP-BOP-Departemen A Rp 900.000,-
Persed. Bahan Baku Rp 3.600.000,-
( mencatat HP PDP awal di Dept A )
BDP-BBB-Departemen A Rp 8.750.000,-
BDP-BTK-Departemen A Rp 8.000.000,-
BDP-BOP-Departemen A Rp 6.000.000,-
Persed. Bahan Baku Rp 8.750.000,-
Gaji dan Upah Rp 8.000.000,-
BOP Departemen A Rp 6.000.000,-
( mencatat pembelajaran biaya Produksi
di Departemen A )
BDP-HP dr Dep A-Dep B Rp 24.878.444,-
BDP-BBB-Departemen A Rp 9.576.923,-
BDP-BTK-Departemen A Rp 8.743.726,-
BDP-BOP-Departemen A Rp 6.557.795
( mencatat pengakuan barang Jadi di
Departemen A yang ditransfer ke
Departemen B )

Persed BDP-Dep A Rp 1.471.556,-


BDP-BBB-Departemen A Rp 673.077,-
BDP-BTK-Departemen A Rp 456.274,-
BDP-BOP-Departemen A Rp 342.205,-
( mencatat pengakuan barang Dalam
proses akhir di Departemen A )

132
Jurnal Departemen B

Tgl/Bulan Keterangan Debit Kredit


BDB-HP dari Departemen A Rp 2.400.000,-
BDP-BTK-Departemen B Rp 1.000.000,-
BDP-BOP-Departemen B Rp 800.000,-
Persed. Bahan Baku Rp 4.200.000,-
( mencatat HP PDP awal di Dept B )

BDP-BTK-Departemen B Rp 6.750.000,-
BDP-BOP-Departemen B Rp 5.400.000,-
Gaji dan Upah Rp 6.750.000,-
BOP Departemen B Rp 5.400.000,-
( mencatat pembebanan biaya Produksi di
Departemen B )

BDP-HP dr. Dep B-Gudang Rp 39.853.327,-


BDP-BBB-Departemen B Rp 26.212.225,-
BDP-BTK-Departemen B Rp 7.578.390,-
BDP-BOP-Departemen B Rp 6.062.712,-
( mencatat pengakuan barang Jadi di Departemen B
yang ditransfer ke Gudang )

Persed. BDP-Dep B Rp 1.375.117,-


BDP-BBB-Departemen B Rp 1.066.219,-
BDP-BTK-Departemen B Rp 171.610,-
BDP-BOP-Departemen B Rp 137.288,-
( mencatat pengakuan barang Dalam proses akhir
Departemen B )

133
C. Perlatihan
1. Yang dimaksud dengan metode harga proses adalah:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
......................................................

2. Karakteristik metode pengumpulan harga pokok proses meliputi:


a. Dasar kegiatan :
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
............................................................................................
b. Tujuan produksi :
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
............................................................................................
c. Bentuk produk yang dihasilkan:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
............................................................................................
d. Sifat kegiatan produksi:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
............................................................................................

e. Pengumpulan biaya produksi:


.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
............................................................................................

f. Perhitungan harga pokok produksi:


.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
............................................................................................

Contoh perusahaan yang menganut model ini:


.............................................................................................................................
.......................................................................................................

134
3. Sistem pembebanan biaya produksi pada metode harga pokok proses, dapat
menganut salah satu dari tiga sistem pembebanan biaya berikut ini, yaitu:
d. Hystorical cost system, maksudnya:
.............................................................................................................................
.......................................................................................................

e. Normal cost system, maksudnya:


.............................................................................................................................
.......................................................................................................

f. Pre determined cost system, maksudnya


.............................................................................................................................
.......................................................................................................

4. Penggolongan proses produksi pada metode harga proses bergantung pada


produk yang dihasilkan, jelaskan maksudnya:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
................................

5. Lengkapilah pernyataan berikut ini:

Pengumpulan biaya produksi dapat menggunakan media informasi yang


dihasilkan oleh bagian produksi berupa laporan harga pokok produksi. Laporan
harga pokok produksi berisi hal-hal berikut ini,

Data Produksi, berisi informasi tentang:


...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
.......................................................................................
...................................................................................................................................
.............................................................................................................

135
Biaya Yang Dibebankan, menyajikan informasi dan perhitungan tentang:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
.......................................................................................

Perhitungan Harga Pokok, menyajikan informasi dan perhitungan tentang:


...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
.......................................................................................
...................................................................................................................................
.............................................................................................................

6. Yang dimaksud dengan produksi ekuivalen adalah


...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
..................................................................................................

7. Bagaimanakah cara menghitung angka produksi ekuivalen untuk setiap unsur


biaya produksi ?
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
.....................................................................................
8. Bagaimanakah cara menghitung biaya per satuan untuk setiap unsur biaya
produksi?
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
.......................................................................................
........................................................................................................................

9. Bagaimanakah cara menentukan harga pokok barang jadi dan harga pokok
barang dalam proses pada perhitungan harga pokok (biaya produksi)?
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
.......................................................................................
........................................................................................................................

136
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA 7:

(Menyusun Laporan Harga Pokok Produksi - Historycal Cost System)

Kasus 1:
PT. Mega Mendung, Surabaya mengolah produknya melalui satu departemen produksi,
berikut ini data kegiatan produksi dan biaya untuk bulan Maret 2019:
Produk yang masuk proses 10.000 unit, produk selesai yang dimasukan ke gudang 8.000
unit, sedangkan produk yang masih dalam proses di akhir Maret adalah 2.000 unit, dengan
tingkat penyelesaian 100% biaya bahan dan 75 % biaya konversi.
Biaya produksi yang diserap meliputi: Biaya Bahan Baku Rp 16.000.000,-, Biaya Tenaga
Kerja Rp 19.000.000,-, dan Biaya Overhead Pabrik Rp 16.150.000,-.
Berdasarkan data tersebut Saudara diminta menyusun laporan harga pokok produksi
untuk bulan Maret 2019 !

137
Jawaban:

PT. Mega Mendung, Surabaya

Laporan Harga Pokok Produksi

Bulan : Maret 2019

DATA PRODUKSI:

Jumlah produk yang masuk proses……………………………… …. Unit

Jumlah produk selesai yg ditransfer ke gudang………………

Jumlah produk dalam proses akhir (100% BB, 75% BK)…… Unit

BIAYA YANG DIBEBANKAN:

Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen HP/Unit

Biaya Bahan Rp..... ..... Rp ...

B T K Rp..... ..... Rp ...

B O P Rp..... ..... Rp ...

Rp............. Rp …....

PERHITUNGAN HARGA POKOK:

HP Produk Selesai yg ditransfer ke Gudang: .....................Rp _________

Harga Pokok Produk Dalam Proses:

- B B B: ..................................= .......................

- B T K: ..................................= .......................

- B O P: .................................= .......................

Jumlah HP Produk Dalam Proses Rp __________

Jumlah Harga Pokok Yang Diperhitungkan ..........= Rp ........................

138
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA 8:

(Menyusun Laporan Harga Pokok Produksi – Normal Cost System)

Kasus 2:
PT. Megajaya, Surabaya mengolah produknya melalui satu departemen produksi, berikut
ini data kegiatan produksi dan biaya untuk bulan Maret 2007:
Produk yang masuk proses 5.000 unit, produk selesai yang dimasukan ke gudang 4.600
unit, sedangkan produk yang masih dalam proses di akhir Maret adalah 400 unit, dengan
tingkat penyelesaian 100% biaya bahan dan 75 % biaya konversi.
Biaya produksi yang diserap meliputi: Biaya Bahan Baku Rp 7.750.000,00, Biaya Tenaga
Kerja Rp 7.056.000,00, dan Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan atas dasar tarip
sebesar 80% dari biaya tenaga kerja atau sebesar Rp 5.644.800,00. Sedangkan BOP
yang sesungguhnya terjadi adalah Rp 5.255.600,00.
Berdasarkan data tersebut Saudara diminta menyusun laporan harga pokok produksi
untuk bulan Maret 2016.

139
Jawaban:

PT. Megajaya, Surabaya

Laporan Harga Pokok Produksi

Bulan : Maret 2016

DATA PRODUKSI:

Jumlah produk yang masuk proses……………………………… …. Unit

Jumlah produk selesai yg ditransfer ke gudang………………

Jumlah produk dalam proses akhir (100% BB, 75% BK)…… Unit

BIAYA YANG DIBEBANKAN:

Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen HP/Unit

Biaya Bahan Rp..... ..... Rp ...

B T K Rp..... ..... Rp ...

B O P Rp..... ..... Rp ...

Rp............. Rp …....

PERHITUNGAN HARGA POKOK:

HP Produk Selesai yg ditransfer ke Gudang: .....................Rp _________

Harga Pokok Produk Dalam Proses:

- B B B: ..................................= .......................

- B T K: ..................................= .......................

- B O P: .................................= .......................

Jumlah HP Produk Dalam Proses Rp __________

Jumlah Harga Pokok Yang Diperhitungkan ............= Rp .......................

140
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA 9:

(Menyusun Laporan Harga Pokok Produksi - Proses Produksi melalui 2 (dua) atau
lebih Departemen Produksi)

Kasus 3:
PT. Sinar Sentosa, Surabaya mengolah sebuah produk melalui dua departemen produksi,
yaitu Departemen Pengolahan dan Departemen Penyelesaian, berikut ini data kegiatan
produksi dan biaya untuk bulan Juni 2019:

Departemen Pengolahan:
Produk yang masuk proses 15.000 unit, produk selesai yang ditransfer ke Departemen
Penyelesaian 12.000 unit, sedangkan produk yang masih dalam proses di akhir Juni
adalah 3.000 unit, dengan tingkat penyelesaian meliputi 100% biaya bahan, dan 75 %
biaya konversi. Biaya produksi yang diserap meliputi: Biaya Bahan Baku Rp
13.500.000,00, Biaya Tenaga Kerja Rp 11.520.00,00, dan Biaya Overhead Pabrik Rp
8.640.000,00.

Departemen Penyelesaian:
Unit produk yang diterima dari Departemen Pengolahan 12.000 unit, produk selesai yang
ditransfer ke gudang 11.000 unit dan yang masih dalam proses 1.000 unit dengan tingkat
penyelesaian 70% biaya konversi. Biaya produksi yang ditambahkan meliputi: biaya
tenaga kerja sebesar Rp 7.540.000,00 dan biaya overhead pabrik sebesar Rp
6.032.000,00

Berdasarkan data tersebut Saudara diminta menyusun laporan harga pokok produksi
di Depertemen Pengolahan dan Departemen Penyelesaian untuk bulan Juni 2019 !

141
Jawaban:

................................................................................
Laporan Harga Pokok Produksi – Departemen .........................................
Bulan : .......................................................

DATA PRODUKSI:

Jumlah produk yang masuk proses……………………………… …. Unit

Jumlah produk selesai yg ditransfer ke gudang………………

Jumlah produk dalam proses akhir (.....% BB, .........BK)…… Unit

BIAYA YANG DIBEBANKAN:

Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen HP/Unit

Biaya Bahan Rp..... ..... Rp ...

BTK Rp..... ..... Rp ...

BOP Rp..... ..... Rp ...

Rp............. Rp …....

PERHITUNGAN HARGA POKOK:

HP Produk Selesai yg ditransfer ke Gudang: .....................Rp _________

Harga Pokok Produk Dalam Proses:

- B B B: ..................................= .......................

- B T K: ..................................= .......................

- B O P: .................................= .......................

Jumlah HP Produk Dalam Proses Rp __________

Jumlah Harga Pokok Yang Diperhitungkan ............= Rp .......................

142
................................................................................
Laporan Harga Pokok Produksi – Departemen .........................................
Bulan : .......................................................

DATA PRODUKSI:

Jumlah produk yang masuk proses……………………………… …. Unit

Jumlah produk selesai yg ditransfer ke gudang………………

Jumlah produk dalam proses akhir (.....% BB, .........BK)…… Unit

BIAYA YANG DIBEBANKAN:

Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen HP/Unit

Biaya Bahan Rp..... ..... Rp ...

BTK Rp..... ..... Rp ...

BOP Rp..... ..... Rp ...

Rp............. Rp …....

PERHITUNGAN HARGA POKOK:

HP Produk Selesai yg ditransfer ke Gudang: .....................Rp _________

Harga Pokok Produk Dalam Proses:

- B B B: ..................................= .......................

- B T K: ..................................= .......................

- B O P: .................................= .......................

Jumlah HP Produk Dalam Proses Rp __________

Jumlah Harga Pokok Yang Diperhitungkan ............= Rp .......................

143
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA 10
(Menyusun Laporan Harga Pokok Produksi - Proses Produksi melalui 2 (dua) atau
lebih Departemen Produksi)

Kasus 4:
PT. Prima Sentosa, Surabaya mengolah sebuah produk melalui dua departemen produksi,
yaitu Departemen Pengolahan dan Departemen Penyelesaian, berikut ini data kegiatan
produksi dan biaya untuk bulan Juni 2017:

Departemen Pengolahan:
Produk yang masuk proses 15.000 unit, produk selesai yang ditransfer ke Departemen
Penyelesaian 12.000 unit, sedangkan produk yang masih dalam proses di akhir Juni
adalah 3.000 unit, dengan tingkat penyelesaian meliputi 100% biaya bahan, dan 70 %
biaya konversi. Biaya produksi yang diserap meliputi: Biaya Bahan Baku Rp
13.500.000,00, Biaya Tenaga Kerja Rp 11.520.00,00, dan Biaya Overhead Pabrik Rp
8.640.000,00.

Departemen Penyelesaian:
Unit produk yang diterima dari Departemen Pengolahan 12.000 unit, produk selesai yang
ditransfer ke gudang 11.000 unit dan yang masih dalam proses 1.000 unit dengan tingkat
penyelesaian 60% biaya konversi. Biaya produksi yang ditambahkan meliputi: biaya
tenaga kerja sebesar Rp 7.540.000,00 dan biaya overhead pabrik sebesar Rp
6.032.000,00

Berdasarkan data tersebut Saudara diminta menyusun laporan harga pokok produksi
di Depertemen Pengolahan dan Departemen Penyelesaian untuk bulan Juni 2017.

144
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA 11

(Mencatat kegiatan produksi pada jurnal umum)

Kasus 4:

Berdasarkan hasil jawaban pada lembar kegiatan mahasiswa ke 2, 3 dan ke 4, buatlah


jurnal umum untuk mencatat proses produksi pada perusahaan yang mengolah
produknya melalui satu ataupun dua departemen produksi. Alternatif jawaban meliputi:

a) Perusahaan mengolah produk melalui satu departemen produksi (hystorical cost),


b) Perusahaan mengolah produk melalui satu departemen produksi (normal cost),
c) Perusahaan mengolah produk melalui dua departemen produksi.

145
JAWABAN “A”:

Jurnal Umum

Tgl/Bulan Keterangan Debit Kredit

146
147
JAWABAN “B”:
Jurnal Umum

Tgl/Bulan Keterangan Debit Kredit

148
JAWABAN “C”:

Jurnal Umum (Rp)

Tgl/Bulan Keterangan Debit Kredit

149
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA 12:
(Menyusun Laporan Harga Pokok Produksi dengan memperhatikan adanya produk
hilang dalam pengolahan. Dalam penentuan harga pokok produk produk hilang
dianggap terjadi pada awal atau akhir proses)

Kasus 5:
PT. Matahari, Surabaya mengolah sebuah produk melalui dua departemen produksi, yaitu
Departemen Pengolahan dan Departemen Penyelesaian, berikut ini data kegiatan
produksi dan biaya untuk bulan April 2017:

Departemen Penyulingan:
Produk yang masuk proses 7.500 liter, produk selesai yang ditransfer ke Departemen
Pengemasan 6.000 liter, sedangkan produk yang masih dalam proses di akhir April adalah
1.200 liter, dengan tingkat penyelesaian meliputi 100% biaya bahan, dan 80 % biaya
konversi, sedangkan 300 liter hilang dalam pengolahan. Biaya produksi yang diserap
meliputi: Biaya Bahan Baku Rp 6.750.000,00, Biaya Tenaga Kerja Rp 5.760.00,00, dan
Biaya Overhead Pabrik Rp 4.320.000,00.

Departemen Pengemasan:
Unit produk yang diterima dari Departemen Penyulingan 6.000 liter, produk selesai yang
ditransfer ke gudang 5.500 liter, produk yang masih dalam proses 400 liter dengan tingkat
penyelesaian 75% biaya konversi, dan sebanyak 100 liter ternyata hilang dalam
pengolahan. Biaya produksi yang ditambahkan meliputi: biaya tenaga kerja sebesar Rp
3.770.000,00 dan biaya overhead pabrik sebesar Rp 3.016.000,00Berdasarkan data
tersebut Saudara diminta:
a) Menyusun laporan harga pokok produksi di Depertemen Penyulingan dan
Departemen Pengemasan untuk bulan April 2017, jika produk yang hilang dianggap
terjadi pada: (1) awal proses, (2) akhir proses.
b) Membuat jurnal transaksi yang diperlukan.

150
Jawaban “a.1” (produk hilang dianggap terjadi pada awal proses)

PT. Matahari, Surabaya

Laporan Harga Pokok Produksi – Departemen Penyulingan


Bulan : April 2017

DATA PRODUKSI:
Produk yg dimasukkan proses ...............
Produk selesai yg ditransfer ke Dep Penyels ....................
Produk dlm proses akhir (..100% BB, 75 % BK) ....................
Produk hilang awal proses ...................
..............
BIAYA YANG DIBEBANKAN

Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen HP/Unit

Biaya Bahan ................. .......................................... ...................


BTK ................. .......................................... ....................
BOP ................. .......................................... ....................
--------------

PERHITUNGAN HARGA POKOK:

HP Produk Selesai yg ditransfer ke Dep Pengem: .............x.............. .......


=Rp Rp .........................
Harga Pokok Produk Dalam Proses:

- B B B: .......... x Rp .............. = Rp ..........................

- B T K: .......... x Rp .............. = Rp ..........................


- B O P: .......... x Rp .............. = Rp ..........................
-------------------------+ =Rp ............................
----------------------------

Jumlah Harga Pokok Yang Diperhitungkan di Dep Penyul =Rp ...........................

151
PT. Matahari, Surabaya
Laporan Harga Pokok Produksi – Departemen Pengemasan
Bulan : April 2017
======================================================
DATA PRODUKSI:
Produk yg diterima dari Dep Penyulingan ....................
Produk selesai yg ditransfer ke Gudang ..........................
Produk dlm proses akhir (.......% BB, .....% BK) ..........................
Produk hilang awal proses .......................... +..................

BIAYA YANG DIBEBANKAN:

Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen HP/Unit

HP dr Dep Penyul
Penyesuaian adanya
Produk hilang
Rp…...........
Biaya ditambahkan:
Biaya Bahan ............................. ...........................................
BTK ............................. ...........................................
BOP ............................. ...........................................
-----------------------
=============
==========

PERHITUNGAN HARGA POKOK:

HP Produk Selesai yg ditransfer ke Gudang:............x...... =Rp ...........................

Harga Pokok Produk Dalam Proses:

- HP dr Dep Penyul: .......x Rp ....... = Rp ..........................


- B T K: .......... x Rp .............. = Rp ..........................
- B O P: .......... x Rp .............. = Rp .......................... +
=Rp .................

Jumlah Harga Pokok Yg Diperhitungkan di Dep Peng =Rp ........................

152
Jawaban “a.2” (produk hilang dianggap terjadi pada akhir proses):

PT. Matahari, Surabaya


Laporan Harga Pokok Produksi – Departemen Pengolahan
Bulan : Juni 2017
DATA PRODUKSI:
Produk yg diterima dari Dep Pengolahan ..................
Produk selesai yg ditransfer ke Gudang ..........................
Produk dlm proses akhir (..........% BK) ..........................
Produk hilang akhir proses .......................... +
..................

BIAYA YANG DIBEBANKAN:

Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen HP/Unit

HP dr Dep Pengol Rp......................... Rp ................


----------------------- -----------------
Biaya ditambahkan:
Biaya Bahan ............................. ........................................... ......................
BTK ............................. ........................................... ......................
BOP ............................. ........................................... ......................
----------------------- -----------------
----------------------- -----------------
============= ==========

PERHITUNGAN HARGA POKOK:


HP Produk Selesai : ..........x........... =Rp ...........................
HP Produk hilang : ...........x........... =Rp ..........................
-------------------------
Harga Pokok Produk Selesai yang ditransfer ke Gudang =Rp .........................
Harga Pokok Produk Dalam Proses:

- B B B: .......... x Rp .............. = Rp ..........................


- B T K: .......... x Rp .............. = Rp ..........................
- B O P: .......... x Rp .............. = Rp ..........................
-------------------- =Rp ............................

Jumlah Harga Pokok Yang Diperhitungkan di Dep Pengol =Rp ...........................

153
PT. Matahari, Surabaya
Laporan Harga Pokok Produksi – Departemen Penyelesaian
Bulan : Juni 2017
===========================================================

DATA PRODUKSI:
Produk yg diterima dari Dep Pengolahan ..................
Produk selesai yg ditransfer ke Gudang ..........................
Produk dlm proses akhir (..........% BK) ..........................
Produk hilang akhir proses .......................... +
..................

BIAYA YANG DIBEBANKAN:

Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen HP/Unit

HP dr Dep Pengol Rp......................... Rp ................


----------------------- -----------------
Biaya ditambahkan:
Biaya Bahan ............................. ........................................... ......................
BTK ............................. ........................................... ......................
BOP ............................. ........................................... ......................
----------------------- -----------------
----------------------- -----------------
============= ==========

PERHITUNGAN HARGA POKOK:


HP Produk Selesai : ..........x........... =Rp ...........................
HP Produk hilang : ...........x........... =Rp ..........................
-------------------------
Harga Pokok Produk Selesai yang ditransfer ke Gudang =Rp .........................
Harga Pokok Produk Dalam Proses:

- B B B: .......... x Rp .............. = Rp ..........................


- B T K: .......... x Rp .............. = Rp ..........................
- B O P: .......... x Rp .............. = Rp ..........................
-------------------- =Rp ............................

Jumlah Harga Pokok Yang Diperhitungkan di Dep Penyel =Rp ...........................

154
b.Jurnal Umum

Tgl/Bulan Keterangan Debit Kredit

155
Jurnal Umum

Tgl/Bulan Keterangan Debit Kredit

156
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA 13:

(Menyusun Laporan harga pokok produksi dengan memperhatikan adanya produk


dalam proses di awal periode, penentuan harga pokok produk secara rata-rata atau
average cost methods)

Kasus 6:

INDUSTRI HERMATO yang berada di Surakarta mengolah karet menjadi berbagai macam
produk rumah tangga. Produk diolah melalui dua departemen produksi, yaitu Departemen
A dan Departemen B, berikut data produksi dan biaya pada bulan Mei 2019, sebagai
berikut :

Departemen A Departemen B
Produk dalam proses 1 Mei
2019
- 100% BBB, 80% 2.000 unit -
B.Konversi
- 75% Biaya konversi - 1.600 unit
Dengan menyerap harga
pokok :
Harga pokok dari departemen Rp 4.800.000,00
A
Biaya Bahan Baku Rp 3.000.000,00
Biaya Tenaga Kerja Rp 2.400.000,00 Rp 2.000.000,00
Biaya Overhead Pabrik Rp 1.800.000,00 Rp 1.600.000,00
Produk bulan Desember yang 13.000 unit 14.000 unit
masuk proses
Produk selesai yang ditransfer 14.000 unit 15.000 unit
ke Departemen B/Gudang
Produk yang masih dalam
proses diakhir periode :
- 100% BBB, 75% B. 1.000 unit -
Konversi
- 60% biaya konversi - 600 unit

Selama bulan Desember telah


ditambahkan biaya sbb:
Biaya Bahan Baku Rp 17.500.000,00
Biaya Tenaga Kerja Rp 16.000.000,00 Rp 13.500.000,00
Biaya Overhead Pabrik Rp 12.000.000,00 Rp 10.800.000,00

157
Berdasarkan data tersebut, Saudara diminta untuk :
a) Menyusun Laporan Harga Pokok Produksi kedua departemen, dengan
menggunakan Metode Harga Pokok Rata - Rata)
b) Membuat jurnal transaksi yang terjadi

158
A. Laporan Harga Pokok Produksi

PT. Industri Hermanto


Laporan Harga Pokok Produksi – Departemen A
Bulan : Mei 2019
(Metode Harga Pokok Rata-rata)

DATA PRODUKSI:

Produk dalam proses awal periode .......................................


Produk yang masuk proses ...................................................
------------ _________
Produk selesai yg ditransfer ke Dep B
Produk dalam proses (100%BB, 75%BK) +
--------- _________
BIAYA YANG DIBEBANKAN:

Elemen Biaya HP PDP Aw Biaya Skrg Jumlah Prod Ekv HP/Unit

Biaya Bahan
BTK
BOP
------------------ ------------------ -------------- ------------

========== ========== ======== =======

PERHITUNGAN HARGA POKOK:

HP Produk Selesai yg ditransfer ke Dep B : ..........x........... =Rp ...........................


Harga Pokok Produk Dalam Proses:

- B B B: .......... x Rp ..............
= Rp ..........................
- B T K: .......... x Rp ..............
= Rp ..........................
- B O P: .......... x Rp ..............
= Rp ..........................
-------------------------+ =Rp ............................
----------------------------
Jumlah Harga Pokok Yang Diperhitungkan di Dep Pengol =Rp ...........................

159
PT. Industri Hermanto
Laporan Harga Pokok Produksi – Departemen B
Bulan : Mei 2019
(Metode Harga Pokok Rata-rata)
=============================================================

DATA PRODUKSI:

Produk dalam proses awal periode ....................................... ...............


Produk yang masuk proses ................................................... ............... +
------------ ................
Produk selessai yg ditransfer ke Gudang .....................
Produk dalam proses (.........BB, .......BK) .................... +
---------------- ................

BIAYA YANG DIBEBANKAN:

Elemen Biaya HP PDP Aw Biaya Skrg Jumlah Prod Ekv HP/Unit

HP dr Dep A ..................... ...................... .................. ................. .............


Biaya Bahan ..................... ....................... .................. ................. .............
BTK ...................... ....................... .................. ................. .............
BOP ....................... ....................... .................. .................. .............
------------------ ------------------ --------------- ------------
========== ========== ======== =======

PERHITUNGAN HARGA POKOK:

HP Produk Selesai yg ditransfer ke Gudang:............x............... =Rp ...........................


Harga Pokok Produk Dalam Proses:

- B B B: .......... x Rp .............. = Rp ..........................


- B T K: .......... x Rp .............. = Rp ..........................
- B O P: .......... x Rp .............. = Rp ..........................
-------------------------+
=Rp ............................
----------------------------
Jumlah Harga Pokok Yang Diperhitungkan di Dep Penyel =Rp ...........................

================

160
b. Jurnal Umum

Tgl/Bulan Keterangan Debit Kredit

161
Jurnal Umum

Tgl/Bulan Keterangan Debit Kredit

162
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA 14:

Menyusun Laporan harga pokok produksi dengan memperhatikan adanya produk


dalam proses di awal periode, penentuan harga pokok produk secara Masuk
Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First In First Out (FIFO)

Kasus 7:

INDUSTRI HERMATO yang berada di Surakarta mengolah karet menjadi berbagai macam
produk rumah tangga. Produk diolah melalui dua departemen produksi, yaitu Departemen
A dan Departemen B, berikut data produksi dan biaya pada bulan Desember 2019,
sebagai berikut :

Departemen A Departemen B
Produk dalam proses 1 Des 2019
- 100% BBB, 80% B.Konversi 2.000 unit -
- 75% Biaya konversi - 1.600 unit
Dengan menyerap harga pokok :
Harga pokok dari departemen A Rp 4.800.000,00
Biaya Bahan Baku Rp 3.000.000,00
Biaya Tenaga Kerja Rp 2.400.000,00 Rp 2.000.000,00
Biaya Overhead Pabrik Rp 1.800.000,00 Rp 1.600.000,00
Produk bulan Desember yang 13.000 unit 14.000 unit
masuk proses
Produk selesai yang ditransfer ke 14.000 unit 15.000 unit
Departemen B/Gudang
Produk yang masih dalam proses
diakhir periode :
- 100% BBB, 75% B. Konversi 1.000 unit -
- 60% biaya konversi - 600 unit
Selama bulan Desember telah
ditambahkan biaya sbb:
Biaya Bahan Baku Rp 17.500.000,00 -
Biaya Tenaga Kerja Rp 16.000.000,00 Rp 13.500.000,00
Biaya Overhead Pabrik Rp 12.000.000,00 Rp 10.800.000,00

Berdasarkan data tersebut, Saudara diminta untuk :


a) Menyusun Laporan Harga Pokok Produksi kedua departemen, dengan
menggunakan Metode Harga Pokok MPKP/FIFO)
b) Membuat jurnal transaksi yang terjadi

163
A. Laporan Harga Pokok Produksi
Industri Hermanto
Laporan Harga Pokok Produksi – Departemen A
Bulan : Mei 2019
(Metode Harga Pokok MPKP)
DATA PRODUKSI:

Produk dalam proses awal periode (………..BB, ……….BK) ...............


Produk yang masuk proses ................................................... ............... +
------------ ................
Produk selesai yg ditransfer ke Dep B ....................
Produk dalam proses (.........BB, .......BK) .................... +
---------------- ................
BIAYA YANG DIBEBANKAN:
Elemen Biaya Jumlah Prod Ekv HP/Unit
HP PDP Awal Rp ………
----------------
Biaya Bahan ....................... ........................................................ .............
BTK ...................... ........................................................ .............
BOP ....................... ........................................................ .............
------------------ ------------
=========== =======

PERHITUNGAN HARGA POKOK:

HP Produk Selesai yang ditransfer ke Departemen B:


- Harga Pokok PDP awal .................................................... =Rp ............................
Penyelesaian PDP awal:
BBB = ................................................= ............................
BTK = ................................................= ...........................
BOP = ................................................= ............................
------------------------ =Rp ............................
--------------------------
HP Produk Selesai dari PDP Awal .......................................................................Rp .....................
HP PS dari Current Production = (PS – PDP Aw) ...............................................Rp .....................
---------------------
Jadi HP Produk Selesai yang ditransfer ke Departemen B..................................=Rp .....................
Harga Pokok Produk Dalam Proses:

BBB: ............. x .......... x Rp .............. = Rp ..........................

BTK: ...............x ......... x Rp .............. = Rp ..........................

BOP: ............. x.............xRp .............. = Rp ..........................

---------------------+
=Rp ............................
--------------------
Jumlah Harga Pokok Yang Diperhitungkan di Dep Pengol............=Rp ...........................

================

164
Industri Hermanto
Laporan Harga Pokok Produksi – Departemen B
Bulan : Mei 2019
(Metode Harga Pokok MPKP)
DATA PRODUKSI:

Produk dalam proses awal periode (………..BB, ……….BK) ...............


Produk yang masuk proses ................................................... ............... +
------------ ................
Produk selesai yg ditransfer dari dep A ....................
Produk dalam proses (.........BB, .......BK) .................... +
---------------- ................
BIAYA YANG DIBEBANKAN:
Elemen Biaya Jumlah Prod Ekv HP/Unit
HP PDP Awal
----------------
Biaya Bahan ....................... ........................................................ .............
BTK ...................... ........................................................ .............
BOP ....................... ........................................................ .............
------------------ ------------
=========== =======

PERHITUNGAN HARGA POKOK:

HP Produk Selesai yang ditransfer ke Departemen B:


Harga Pokok PDP awal .................................................... =Rp ............................
Penyelesaian PDP awal:
BBB = ................................................= ............................
BTK = ................................................= ...........................
BOP = ................................................= ............................
------------------------ =Rp ............................
--------------------------
HP Produk Selesai dari PDP Awal .......................................................................Rp .....................
HP PS dari Current Production = (PS – PDP Aw) ...............................................Rp .....................
---------------------
Jadi HP Produk Selesai yang ditransfer ke Departemen B..................................=Rp .....................
Harga Pokok Produk Dalam Proses:

BBB: ............. x .......... x Rp .............. = Rp ..........................

BTK: ...............x ......... x Rp .............. = Rp ..........................

BOP: ............. x.............xRp .............. = Rp ..........................

---------------------+
=Rp ............................
----------------------------
Jumlah Harga Pokok Yang Diperhitungkan di Dep Pengemasan...........=Rp ......................

=========

165
b. Jurnal Umum

Tgl/Bulan Keterangan Debit Kredit

166
Jurnal Umum

Tgl/Bulan Keterangan Debit Kredit

167
D. Daftar Bacaan

1. Carter Usry. 2009. Cost Accounting. Edisi 14, Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat.
2. Hansen Mowen. 2000. Akuntansi Manajemen. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
3. Bustami Bastian dan Nurlela. 2007. Akuntansi Biaya: Teori dan Aplikasi.
Edisi Pertama. Jakarta: Graha Ilmu.
4. Supriyono, R.A. 2013. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: BPFE
5. Horngren, C.T and G. Foster. 2002. Cost Accounting A Managerial
Emphasis: New Jersey: Prentice Hall Inc.

168
BAB 5
Biaya Bersama dan Produk Bersama
(Joint Cost dan Joint Product)

A. Pendahuluan
1. Deskripsi singkat cakupan materi bab ini
Bab ini membahas tentang pengertian Joint Cost, mengidentifikasi makna
Joint Cost, menjelaskan karakteristik Produk Bersama dan Produk
Sampingan, cara mengalokasikan biaya bersama pada produk utama dan
produk sampingan serta mengerjakan cara menghitung dan memperlakukan
atas produk sampingan.

2. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1) Mendefinisikan Joint Cost dan Joint Product


2) Mengidentifikasi makna join cost
3) Menjelaskan karakteristik Produk bersama, produk sampingan
4) Mengerjakan cara mengalokasikan biaya bersama pada produk utama dan
produk sampingan
5) Mengerjakan cara menghitung dan memperlakukan atas produk
sampingan

B. Materi
Pada banyak perusahaan manufaktur, suatu proses produksi dihasilkan
lebih dari satu jenis produk. Sebagai contoh, pada perusahaan manufaktur minyak
bumi, proses penyulingan minyak mentah dapat menghasilkan bensin, minyak
tanah, oli dan lainnya. Pada perusahaan rumah potong hewan (RPH) dapat
menghasilkan daging, kulit, dan sebagainya. Bila dalam suatu proses produksi
menggunakan bahan yang sama dan dihasilkan lebih dari satu macam produk

169
seperti contoh di atas, maka proses produksi tersebut disebut sebagai produk
bersama. Hasil dari proses produksi tersebut terdapat produk utama dan produk
sampingan. Sebuah produk dapat dinyatakan sebagai produk utama atau produk
sampingan akan tergantung pada nilai pasar dari produk tersebut.
Persoalan yang timbul akibat dari proses produksi yang sama dihasilkan
lebih dari satu jenis produk ialah biaya yang dikeluarkan atau dikorbankan untuk
semua produk tersebut, disebut biaya bersama (join cost) yang telah dikeluarkan
untuk memproduksi produk – produk yang bersangkutan. Alokasi dari biaya
bersama penting untuk penetuan harga pokok produksi masing – masing produk
dan penentuan nilai persediaan produk jadi. Oleh sebab itu, dikemukakan
masalah perlakuan produk bersama, produk sampingan yang lebih terfokus pada
alokasi biaya bersama yang terjadi.
Berikut adalah ilustrasi keterkaitan antara biaya bersama, produk
bersama, produk sampingan dan titik pisah batas pada industri daging sapi.

Gambar 5.1 Keterkaitan antara produk bersama (join product), biaya bersama
(join cost), titik pisah batas (split off point), Biaya proses lanjutan

170
1. Pengertian Biaya Bersama (Joint Cost)
Joint Cost adalah biaya produksi yang diserap oleh produk bersama.
Biaya ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik yang semuanya tidak dapat diikuti jejaknya pada macam produk
tertentu.

2. Produk Gabungan (Joint Product)


A. Pengertian Joint Product
Produk gabungan / Produk Bersama (Joint Product) adalah beberapa
produk yang dihasilkan secara simultan atau bersamaan melalui satu atau
serangkaian proses produksi, yang mana setiap produk yang dihasilkan akan
mempunyai nilai yang sesuai dengan hasil pemrosesan. Menurut Supriyono
(1999), produk bersama (joint-product) adalah beberapa macam produk yang
dihasilkan bersama-sama atau serempak dengan menggunakan satu macam atau
beberapa macam bahan baku, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang sama dan
masukkan (input) tersebut tidak diikuti jejaknya pada setiap macam produk
tertentu. Biaya produk bersama bersifat homogen untuk seluruh produk sampai
pada titik pisah. Nilai jual dari masing-masing produk bersama relatif sama
sehingga tidak ada produk yang dianggap sebagi produk utama dan produk
sampingan. Contoh: Pabrik penyulingan minyak mentah (crude oil) menghasikan
minyak siap dikonsumsi berupa minyak gasolin, karosine, minyak diesel (solar),
minyak bakar, minyak tanah, dan lain-lain. Pada perusahaan yang menghasilkan
produk bersama

B. Karakteristik Joint Product


Ciri-ciri produk bersama adalah produk diproses secara bersamaan dan
setiap produk mempunyai nilai yang relatif sama antara satu dengan yang lainnya.
Setiap produk mempunyai hubungan fisik yang sangat erat dalam proses
produksi. Apabila terjadi peningkatan kualitas untuk satu unit jenis produk yang
dihasilkan, maka kualitas yang lain akan bertambah secara proporsional. Dalam

171
produk bersama dikenal istilah Split Off Point adalah saat dimana produk-produk
tersebut dapat diidentifikasi atau dipisah ke masing-masing produk secara
individual. Setelah Split Off Point (titik pisah) tersebut dapat dijual pada titik pisah
(secara langsung) dan dapat juga dijual setelah pisah (setelah proses lebih lanjut)
untuk mendapatkan produk yang lebih menguntungkan. Biaya yang dikeluarkan
untuk memproses produk lebih lanjut disebut biaya proses lanjutan atau biaya
setelah titik pisah (severable Cost).
Adapun karakteristik produk bersama menurut Purwaji (2015:251) adalah
sebagai berikut:
1. Produk utama yang dihasilkan oleh produk gabungan merupakan tujuan
utama pengolahan produk, sementara produk sampingan yang dihasilkan
bukan merupakan tujuan utama tapi tidak dapat dihindari (dikecualikan)
karena sifat pengolahannya.
2. Harga jual produk utama relatif lebih tinggi daripada harga jual produk
sampingan
3. Dalam pengolahan produk gabungan tidak dapat dihindari (dikecualikan)
untuk tidak menghasilkan produk tertentu (produk sampingan)

C. Kesulitan pada Joint Product


Kesulitan terbesar dalam biaya bersama adalah adanya kenyataan
bahwa produk bersama tidak dapat dipisahkan. Artinya bahwa biaya bersama
tidak secara khusus dapat diidentifikasi terhadap beberapa produk yang dihasilkan
secara serentak. Sebagai contoh, biaya dari perusahaan pertambangan untuk
menentukan lokasi , menambang dan memproses biji-biji logam dimana harus
dipilih dan ditentukan mana biaya besi, seng atau timah yang disaring dari logam
tersebut. Karena biaya bersama dari tambang tersebut tidak dapat diidentifikasi
secara tegas untuk besi, timah, dan seng, maka biaya bersama (Joint Product)
harus dialokasikan. Biaya bersama kadang-kadang dikaburkan dengan biaya
gabungan (common cost). Biaya gabungan adalah biaya-biaya yang timbul untuk
memproduksi produk secara serentak, tetapi sebenarnya tiap produk dapat

172
diproduksi secara terpisah. Jadi, biaya gabungan itu dapat dipisahkan dan dapat
diidentifikasi secara tegas kepada masing-masing produk yang dihasilkan,
sedangkan biaya bersama tidak dapat.
Biaya bersama (joint cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sejak
pertama kali bahan baku diolah sampai saat berbagai macam produk dapat
dipisahkan identitasnya. Biaya bersama adalah biaya-biaya yang timbul sampai
dengan titik pemisahan produk (Split off point), dimana pada titik ini tiap produk
secara individual dapat diidentifikasi.

D. Akuntansi Joint Product


Biaya produk bersama harus dialokasikan kepada masing-masing produk
agar dapat ditentukan nilai persediaan akhir dan laba bersih. Alokasi yang khusus
dari biaya produk bersama tersebut tidaklah mungkin. Oleh karena itu suatu
metode yang tepat harus dipergunakan untuk mengalokasikan biaya produk
bersama kepada masing-masing produk.
Biaya produk gabungan (terjadi sebelum titik pisah batas), dapat
dialokasikan ke produk gabungan dengan empat metode yaitu (1) Metode harga
pasar, berdasarkan harga pasar relatif dari produk individual, (2) Metode biaya
rata-rata per unit, (3) Metode rata-rata tertimbang, berdasarkan pada faktor
pembobotan yang telah ditentukan sebelumnya, dan (4) Metode unit kuantitatif,
berdasarkan pada ukuran fisik unit seperti berat, ukuran linear atau volume.
Berikut adalah penjelasan masing-masing metode :

a. Metode harga pasar dan harga jual (pasar hipotesis)


Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling populer. Asumsi dari
pendekatan ini adalah bahwa ada korelasi positif antara harga jual setiap produk
dengan harga pokoknya. Pendukung metode ini seringkali berendapat bahwa
harga pasar dari produk apapun sampai batas tertentu merupakan manifestasi
dari biaya yang dikeluarkan untuk memproduksinya. Metode ini juga dikenal
sebagai nilai bersih yang dapat direalisasi. Nilai bersih yang dapat direalisasi ini

173
merupakan estimasi nilai jual setiap produk pada titik pisah (Split off point).
Menurut pendekatan ini, pengalokasian biaya bersama dapat menimbulkan
situasi: (1) Produk gabungan yang dapat dijual pada titik pisah batas, dan (2)
Produk gabungan yang tidak dapat dijual pada titik pisah batas.

1). Produk gabungan yang dapat dijual pada titik pisah batas.
Metode harga pasar mengalokasikan biaya gabungan berdasarkan harga
pasar relatif dari produk gabungan. Metode ini menggunakan total harga pasar
dari setiap produk yaitu jumlah unit yang diproduksi dikaitkan dengan harga jual
per unit. Adapun contohnya adalah sebagai berikut:
Misalkan ada produk V, W, X, dan Y diproduksi dengan biaya gabungan sebesar $
240.000. Kuantitas yang diproduksi adalah: V = 40.000 unit, W = 30.000 unit, X=
20.000 unit, dan Y = 30.000 unit. Produk V dijual seharga $0,50; W seharga $6; X
seharga $ 7 dan Y seharga $ 10. Harga ini merupakan harga pasar dari produk
tersebut pada titik pisah batas. Berapakah alokasi biaya gabungan tiap produk?
Jawaban:
Harga Pasar per Rasio nilai produk
Total harga Pembagian Biaya
Produk Unit Produksi unit pada titik terhadap total
Pasar Produksi Gabungan
Pisah –Batas harga pasar
V 40 $ 0,50 $20.00 3125% $15.00
W 30 $6 $180.00 28125% $135.00
X 20 $7 $140.00 21875% $105.00
Y 30 $10 $300.00 46875% $225.00
120.000 unit $640.00 100% $480.00
Berdasarkan metode harga pasar, setiap produk gabungan menghasilkan
persentase laba kotor yang sama, dengan asumsi bahwa unit dijual tanpa
pemrosesan lebih lanjut. Berdasarkan alokasi diatas, jika produk V, W, X, dan Y
yang terjual masing-masing 36.000 unit, 24.000 unit, 16.000 unit, dan 28.000 unit,
maka perhitungan laba kotor adalah:

174
Total V W X Y
Penjualan – unit 104.000 unit 36.000 unit 24.000 unit 16.000 unit 28.000 unit
Persediaan akhir 4.000 unit 6.000 unit 4.000 unit 2.000 unit

Penjualan – Dolar $554.00 $18.00 $144.00 $112.00 $280.00


Biaya Produksi $480.00 $15.00 $135.00 $105.00 $225.00
(-)Persediaan Akhir $64.50 * $ 1.500 $27.00 $21.00 $15.00
Harga Pokok
$415.50 $13.50 $108.00 $84.00 $210.00
Penjualan
Laba Kotor $138.50 $4.50 $36.00 $28.00 $70.00
Persentase Laba
25% 25% 25% 25% 25%
Kotor
*Persediaan akhir produk= Biaya produksi : unit yg diproduksi x unit persediaan
akhir
Produk V = ($ 15.000 : 40.000 unit) x 4000 unit = 1.500

2). Produk gabungan yang tidak dapat dijual pada titik pisah batas.
Produk yang tidak dapat dijual dititik pisah batas, dan oleh karena itu tidak
memiliki harga pasar, memerlukan pemrosesan gabungan adalah harga pasar
hipotesis pada titik pisah batas. Perhatikan contoh berikut ini:

Biaya Pemrosesan Lebih Lanjut (setelah


Kasus Harga Pasar ( Per Unit)
titik pisah batas)

V $1 $4.00
W $10 $20.00
X $9 $20.00
Y $16 $56.00

Untuk memperoleh dasar alokasi, biaya pemrosesan lebih lanjut dikurangi


dari harga pasar final untuk mendapatkan harga pasar hipotesis. Beban
pemasaran dan administrasi yang dapat ditelusuri langsung ke produk tertentu,
serta estimasi untuk laba juga harus dikurangi jika jumlahnya berbeda secara
proporsional untuk produk gabungan yang berbeda. Adapun langkah-langkah
yang harus dilakukan adalah:

175
Biaya Pembagian
Harga Pasar % Total
Unit Harga Pasar Pemrosesan Harga Pasar Biaya Total Biaya
Produk Final Per Biaya
Produksi Final setelah Titik Hipotesis Produksi Produksi
Unit Produksi
Pisah Batas Gabungan

V $1 40 $40.00 4 $36.00 $9.60 13.6 34

W $10 30 300 20 280 74.666,67 94.666,67 31,55

X $9 20 180 20 160 42.666,67 62.666,67 34,81

Y $16 30 480 56 424 113.066,67 169.066,67 35,22

Total $1.000.000 $100.00 $900.00 $240.00 $340.00 34

b. Metode Biaya rata-rata per unit


Metode biaya rata-rata per unit (average unit cost method) berusaha untuk
mengalokasikan biaya gabungan ke produk gabungan sedemikian rupa sehingga
setiap produk menerima alokasi biaya gabungan per unit dalam jumlah yang
sama, yang disebut sebagai biaya rata-rata per unit. Alasan dari penggunaan
metode ini karena semua jenis produk bersama yang dihasilkan dari proses yang
sama sehingga tidak mungkin biaya untuk memproduksi setiap jenis produk
berbeda satu dengan yang lain. Metode ini dapat digunakan jika unit produk diukur
dalam satuan unit yang sama walaupun bentuk dan kualitas produk relatif
berbeda. Biaya rata-rata per unit diperoleh dengan cara sebagai berikut:

Adapun contoh kasus adalah sebagai berikut:


Diketahui total biaya produksi gabungan adalah $ 240.000. Total jumlah unit yang
diproduksi adalah 120.000. Maka biaya rata-rata per unit adalah?
Jawab:
= $ 2 per unit.

176
Unit Biaya Rata- Pembagian Biaya
Produk
Produksi Rata per unit Produksi Gabungan

V 40 2 $80.00
W 30 2 $60.00
X 20 2 $40.00
Y 30 2 $60.00
120 $240.00

c. Metode Biaya Rata-rata Tertimbang


Pada banyak industri, metode-metode yang telah dibahas diatas tidak
dapat memberikan solusi yang memuaskan dalam mengalokasikan biaya
bersama karena tidak mempertimbangkan segi kualitas dari suatu produk.
Sehingga mucullah metode yang menggunakan bobot sebagai presentasi dari
ukuran besarnya unit, kesulitan pembuatan, waktu yang dibutuhkan dan
sebagainya sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya bersama. Penentuan
alokasi biaya bersama pada setiap produk didasarkan atas perkalian jumlah unit
produk dengan angka penimbang, dan hasilnya digunakan sebagai dasar untuk
alokasi. Contoh kasus sebagai berikut:
Jumlah
Produk Unit Produksi
Poin
V 9 40
W 36 30
X 40,5 20
Y 45 30
120

Ditanyakah berapakah pembagian alokasi biaya produksi gabungan dengan


menggunakan metode rata-rata tertimbang?

177
Jawab:
Pembagian Biaya
Rata-Rata Biaya Per
Produk Jumlah Poin Unit Produksi Produksi
tertimbang unit
Gabungan
V 9 40 360 0,04 14.4
W 36 30 108 0,04 4.32
X 40,5 20 810 0,04 32.4
Y 45 30 1.350.000 0,04 54
2.628.000 $120.00

d. Metode Unit Kuantitatif


Metode kuantitatif berupaya mendistribusikan total biaya gabungan
berdasarkan satuan ukuran tertentu seperti kilogram, ton, liter, meter dan
sebagainya. Jika produk bersama mempunyai ukuran yang berbeda maka harus
ditentukan koefisien ekuivalesinya yang digunakan untuk mengubah satuan yang
berbeda kedalam satuan yang sama. Metode ini beranggapan bahwa setiap
produk dapat diidentifikasi sesuai dengan tingkat pemanfaatan bahan baku dalam
ukuran satuan yang sama. Adapun contoh ilustrasi metode unit kuantitatif
menggunakan berat sebagai dasar alokasi biaya gabungan dengan asumsi biaya
batu bara adalah seberat $ 40 per ton.
Distribusi limbah ke Bobot Produk yang
Produk yang diperoleh per Biaya per produk
Produk produk yang dihasilkan setelah
ton Batu Bara (dalam Pon) per ton batu bara
dihasilkan revisi
Arang 1.320,0 lbs 69,474 lbs* 1.389,474 lbs $ 27,790**
Batu Bara 120,0 6,316 126,316 2,526
Benzol 21,9 1,153 23,053 0,461
Amonia Sulfat 26,0 1,368 27,368 0,547
Gas 412,1 21,689 433,789 8,676
Limbah (air) 100,0
Total 2000 lbs 100,000 lbs 2000 lbs $40.00

*(1.320 : (2000-100) = 69,474


**(1389,474 : 2000) x $ 40 = $ 27,790

178
3. Produk Sampingan ( by Product)
1. Pengertian By Product
Produk sampingan adalah satu atau beberapa jenis produk yang
dihasilkan dari proses produksi secara simultan, tetapi nilainya relatif kecil jika
dibandingkan dengan produk lainnya (produk utama). Produk Sampingan (by-
product) digunakan untuk suatu produk yang bernilai total relatif kecil dan
diproduksi secara berbarengan dengan produk yang bernilai lebih besar. Produk
yang nilainya lebih besar biasa disebut dengan produk utama.
Produk sampingan juga bisa diartikan sebagai produk yang bukan tujuan
utama operasi perusahaan tetapi tidak dapat dihindarkan terjadinya dalam proses
pengolahan produk disebabkan sifat bahan yang diolah atau karena sifat
pengolahan produk, kuantitas dan nilai produk sampingan relatif kecil
dibandingkan dengan nilai keseluruhan produk.
Produk sampingan pada umumnya merupakan satu dari dua tipe berikut ini :
4. Produk sampingan tersebut mungkin dijual langsung seperti bentuk aslinya
tanpa diproses lebih lanjut.
5. Produk sampingan tersebut diproses lebih lanjut sebelum di jual. (Polimeni
dan Cashin, 1985)
Pembedaan produk utama dan produk sampingan terletak pada nilai
jualnya. Jika nilai jual salah satu produk relatif lebih kecil dari yang lainnya maka
dikategorikan sebagai produk sampingan, sedangkan apabila produk-produk yang
dihasilkan relatif sama maka dikategorikan sebagai produk bersama. Contoh:
pada pabrik penggergajian kayu, kayu lapis dan papan kayu merupakan produk
utama, sedangkan serbuk gergaji dan kayu bakar merupakan produk sampingan.
2. Karakteristik By Product
Ciri-ciri produk sampingan adalah dihasilkan bersama dengan produk
utama dalam suatu proses atau serangkaian proses tanpa dimaksudkan untuk
membuat produk ini. Nilai penjualan adalah relatif lebih kecil atau tidak berarti, bila
dibandingkan dengan produk-produk utama. Dihasilkan dalam jumlah unit atau
kuantitas yang lebih sedikit. Kadang-kadang memerlukan pengolahan lebih lanjut

179
dan pembungkusan. Produk ini tidak dapat dihasilkan tanpa memproduksi produk-
produk utama.
3. Akuntansi By Product
Metode yang dapat diterima untuk menghitung biaya produk sampingan
terdiri dari dua kategori. Dalam kategori pertama, biaya produksi gabungan tidak
dialokasikan ke produk sampingan. Dalam kategori ini, ada dua metode.
Pendapatan yang dihasilkan dari penjualan produk sampingan dikreditkan ke
pendapatan atau ke biaya produk utama. Metode ini dibedakan berdasarkan
perlakuannya terhadap pendapatan kotor dari produk sampingan dan disebut
sebagai metode 1. Dalam kategori kedua, untuk menghitung biaya produk
sampingan, sebagian biaya gabungan dialokasikan ke produk sampingan
tersebut. Alokasi biaya gabungan seperti ini dapat dikatakan hampir sama dengan
perlakuan terhadap produk gabungan. Nilai persediaan didasarkan pada besarnya
biaya gabungan yang dialokasikan ditambah dengan biaya pemrosesan lebih
lanjut setelah titik pisah batas. Dalam kategori ini, ada dua metode yang
digunakan. Metode 3 merupakan metode Biaya Penggantian dan metode 4
merupakan metode Harga Pasar (Pembatalan Biaya) atau metode pembalikan
biaya.

180
C. Perlatihan
Jawablah Pertanyaan Berikut ini dengan Benar !

1. Bedakan antara produk gabungan dan produk sampingan !


............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

2. Kapan alokasi biaya gabungan ke produk gabungan diperlukan !


............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

3. Metode mana yang mengurangi biaya produksi dengan nilai produk


sampingan yang dapat digunakan dalam proses produksi selanjutnya!
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

4. Diskusikan kelebihan dan kekutangan dari metode harga pasar dan metode
biaya rata-rata per unit dalam mengalokasikan biaya gabungan!
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

181
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA 15:

Perhitungan biaya produk gabungan – Metode Harga Pasar; perhitungan


produk sampingan – Metode Harga Pasar (Pembatalan Biaya). (Adaptasi
Soal Akuntansi Biaya, Buku Charter, halaman 287, L8-4).

Martens Company memproduksi produk gabungan X dan Y, serta produk


sampingan Z. Data biaya gabungan kumulatif untuk periode ini adlaah
sebesar $208.000, terdiri atas 20.000 unir yang telah selesai diproses
diDepartemen Pemurnian dengan biaya rata-rata $10,40. Biaya dibebankan
kepada X dan Y menggunakan metode harga pasar, yang
mempertimbangkan biaya pemrosesan di departemen-departemen
selanjutnya. Untuk menentukan alokasi biaya ke Z, digunaka metode harga
pasar (pembatalan biaya). Tambahan informasi adalah sebagai berikut:
Keterangan Z X Y

Jumlah yang diproses 2.000 unit 8.000 unit 10.000 unit

Harga jual per unit $9 $ 20 $ 25

Biaya pemrosesan lebih $2 $5 $7


lanjut per unit

Beban pemasaran dan 1 - -


administrasi per unit

Laba operasi per unit 2 - -

Diminta : Hitung alokasi biaya gabungan ke Z, serta ke X dan Y.

182
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA 16:

Perhitungan Biaya Produk gabungan – Metode Harga Pasar. (Adaptasi Soal


Akuntansi Biaya, Buku Charter, halaman 287, L8-5).

Prudental Company memproduksi tiga produk E, S, dan C dari proses gabungan


yang total biayanya sebesar $ 150.000.

Keterangan E S C

Unit Produksi 30.000 15.000 13.000

Biaya pemrosesan setelah titik $ 30.000 $ 24.000 $ 27.000


pisah batas

Harga jual per unit $ 4,30 $ 6,60 $ 6,00

Diminta :
a. Alokasikan biaya gabungan ke ketiga produk tersebut menggunakan
metode harga pasar
b. Asumsikan produk S dapat dijual pada titik pisah batas seharga $5,50.
Apakah hal tersebut adalah ide yang bagus ? beri perhitungannya.

183
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA 17:

Perhitungan Biaya Produk gabungan – Metode Rata-Rata Biaya Oer Unit dan
Metode Harga Pasar. (Adaptasi Soal Akuntansi Biaya, Buku Charter,
halaman 288, L8-7).

Plano Company memproduksi tiga produk A, B, dan C dari proses gabungan.


Total biayanya sebesar $ 100.000. Tambahan informasi untuk bulan Januari
adalah sebagai berikut:
Produk Jumlah Biaya Pemrosesan Harga
Setelah Titik Pisah-Batas Pasar Final

A 3.000 $ 20.000 $ 60.000

B 4.000 30.000 110.000

C 5.000 50.000 180.000

Diminta:
a. Hitung total biaya produksi untuk setiap produk menggunakan metode
biaya rata-rata per unit
b. Hitung total biaya produksi untuk setiap produk menggunakan metode
harga pasar.

184
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA 18:

Perhitungan Biaya Produk gabungan – Metode Harga Pasar. (Adaptasi Soal


Akuntansi Biaya, Buku Charter, halaman 289, L8-8).

Michael Inc, memproduksi empat produk gabungan yang mempunyai biaya


manufaktur sebesar $70.000 pada titik pisah batas.Berikut adalah data yang
berkaitan dengan produk-produk ini
Biaya
Unit Yang Harga Pasar Faktor
Produk pemrosesan
diproduksi Final Per Unit Penimbang
setelah titik pisah

K 5.000 $ 5,50 $ 1.500 3,0 poin

L 20.000 1,60 3.000 2,0 poin

M 15.000 1,50 2.500 4,0 poin

N 10.000 3,00 5.000 2,5 poin

Diminta: Alokasikan biaya produk gabungan menggunakan:


a. Metode Biaya unit rata-rata
b. Metode rata-rata tertimbang
c. Metode nilai pasar

185
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA 19:

Perhitungan Biaya produk Gabungan – Metode Harga Pasar. (Adaptasi Soal


Akuntansi Biaya, Buku Charter, halaman 291, S8-2)

Conviser Company memproduksi tiga produk secara bersamaan. Selama


bulan Mei, biaya gabungan totalnya sebesar $ 200.000. Informasi produk
individual berikut ini tersedia:

Keterangan Produk C Produk L Produk T

Unit Produksi 15.000 10.000 20.000

Unit di jual 13.000 9.000 10.000

Harga jual per unit $ 20.000 $ 15,00 $ 9,50

Biaya pemrosesan setelah titik $ 75.000 $ 25.000 $ 40.000


pisah batas

Diminta:
a. Hitung laba kotor untuk setiap produk dan totalnya menggunakan metode
alokasi harga pasar
b. Seorang pelanggan menawarkan untuk membeli semua produk T pada titik
pisah batas seharga $ 7 per unit. Berikan saran kepada Convisor
Company.

D. Daftar Bacaan

1. Carter Usry. 2009. Cost Accounting. Edisi 14, Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat.
2. Hansen Mowen. 2000. Akuntansi Manajemen. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
3. Bustami Bastian dan Nurlela. 2007. Akuntansi Biaya: Teori dan Aplikasi.

186
Edisi Pertama. Jakarta: Graha Ilmu.
4. Supriyono, R.A. 2013. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: BPFE
5. Horngren, C.T and G. Foster. 2002. Cost Accounting A Managerial
Emphasis: New Jersey: Prentice Hall Inc.

187
GLOSARIUM

Akuntansi (Accounting): Suatu proses yang meliputi kegiatan pengidentifikasian,


pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan data data keuangan yang berguna bagi
pengambilan keputusan perusahaan

Akuntansi biaya (Cost Accounting) : Bidang khusus akuntansi yang dimana


akan berkaitan terutama dengan akumulasi dan juga akan analisis biaya untuk
dapat penentuan harga pokok produk yang telah dihasilkan, serta untuk dapat
membantu manajemen dalam perencanaan, pengendalian, atau pengambilan
keputusan

Bahan baku (raw materials): bahan-bahan yang dipakai dalam proses produksi
yang dapat dengan mudah dan langsung diidentifikasikan dengan barang jadi
yang dihasilkan.

Bahan pembantu (indirect materials): bahan-bahan yang dipakai dalam proses


produksi, tetapi tidak dapat diidentifikasikan secaralangsung dengan barang jadi
yang dihasilkan.

Barang dalam Proses (process goods): bahan baku yang sudah diolah tetapi
masih dalam pengerjaan dan belum selesai.

Barang jadi (finished goods): barang yang telah selesai diproduksi tetapi belum
dijual. Biaya yang tercakup di dalamnya meliputi seluruh biaya pabrik.

Biaya pabrik (manufacturing cost): biaya bahan baku, buruh langsung dan
biaya pabrikase yang dibebankan dalam suatu periode.

188
Biaya overhead pabrik (factory overhead cost): biaya-biaya pabrik selain
bahan baku dan barang langsung yang tidak dapat diidentifikasikan secara
langsung dengan barang jadi yang dihasilkan.
Biaya produksi (production cost): Biaya yang dibebankan dalam proses
produksi selama suatu periode. Biaya ini terdiri dari persediaan dalam proses awal
ditambah biaya pabrik.

Tenaga kerja langsung (direct labor): buruh yang mengenai secara langsung
proses produksi atau yang dapat diidentifikasikan langsung dengan barang jadi
yang dihasilkan.

Tenaga kerja tidak langsung (indirect labor): barangyang biayanya tidak dapat
diidentifikasikan secara langsung dengan barang yang dihasilkan.

Beban pokok produksi (cost of goods manufactured): biaya pabrik ditambah


dengan persediaan dalam proses awal dikurangi dengan persediaan dalam
proses awal dikurangi dengan persediaan dalam proses akhir. Biaya ini
merupakan biaya produksi dari barang yang telah diselesaikan selama suatu
periode.

Persediaan dalam proses (work in process): Biaya bahan baku dan biaya-biaya
pabrik lain yang telah terjadi untuk memproduksi barang yang belum selesai.

Metode harga pokok pesanan (job order costing): suatu metode pengumpulan
biaya produksi untuk menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang
menghasilkan produk atas dasar pesanan

Metode harga pokok proses (process costing): metode pengumpulan biaya


produksi melalui departemen produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya,

189
yang umumnya diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk atau
massa.

Biaya bersama (joint cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sejak pertama
kali bahan baku diolah sampai saat berbagai macam produk dapat dipisahkan
identitasnya.

Produk bersama (joint-product) adalah beberapa macam produk yang


dihasilkan bersama- sama atau serempak dengan menggunakan satu macam
atau beberapa macam bahan baku, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang sama
dan masukkan (input) tersebut tidak diikuti jejaknya pada setiap macam produk
tertentu.

Produk Sampingan (by-product) Istilah produk sampingan digunakan untuk


suatu produk yang bernilai total relatif kecil dan diproduksi secara berbarengan
dengan produk yang bernilai lebih besar

Titik Pisah Batas (Split Off Point) adalah saat dimana produk-produk dapat
diidentifikasi atau dipisah ke masing-masing produk secara individual

Biaya proses lanjutan atau biaya setelah titik pisah (severable Cost): Biaya
yang dikeluarkan untuk memproses produk lebih lanjut.

190
DAFTAR PUSTAKA

Bustami Bastian dan Nurlela. 2007. Akuntansi Biaya: Teori dan Aplikasi. Edisi
Pertama. Jakarta: Graha Ilmu
Carter Usry. 2009. Cost Accounting. Edisi 14, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Cashin, James A dan Polimeni, Ralph S. 1985. Akuntansi Biaya. Jakarta:
Erlangga.
Hansen Mowen. 2000. Akuntansi Manajemen. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Horngren, C.T and G. Foster. 2002. Cost Accounting A Managerial Emphasis:
New Jersey: Prentice Hall Inc.
Purwaji, Agus, 2016. Akuntansi Biaya. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Supriyono, R.A. 2013. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: BPFE

191
BIODATA PENULIS

Drs. Joni Susilowibowo, M.Pd adalah Dosen Prodi Pendidikan


Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi FEB UNESA. Riwayat
pendidikan penulis adalah S1 Pendidikan Bisnis IKIP Surabaya
(UNESA), dan S2 Teknologi Pembelajaran UNIPA Surabaya. Mata
kuliah yang diampu adalah Akuntansi Biaya, Akuntansi Manajemen,
Pengantar Akuntansi, Praktikum Akuntansi, Pengembangan
Perangkat Pembelajaran, Pembelajaran Inovatif (Perencanaan
Pembelajaran), dan mata kuliah lainnya. Pengalaman Jabatan
Akademik beliau selama ini adalah Ketua Program Studi S1 Pendidikan Akuntansi (tahun
2009-2016), Sekretaris Jurusan Pendidikan Ekonomi (tahun 2016-2019), Sekretaris Pusat
Pendidikan Karakter Bimbingan Konseling, dan Layanan Psikologi UNESA (periode 2019-
2021), dan saat ini menjabat sebagai Kepala Pusat Pengelolaan Matakuliah
Pengembangan Kepribadian Nasional-Institusional LP3-Unesa (2021-2023). Adapun buku
yang pernah diterbitkan adalah Akuntansi Manajemen (tahun 2009), Strategi Belajar
Mengajar (tahun 2009), dan Perencanaan Pengajaran (tahun 2009). Penelitian dan PKM
yang digeluti terkait dengan pembelajaran akuntansi.

Dr. Agung Listiadi, S.Pd, M.Ak adalah alumni Universitas Negeri


Surabaya yang menempuh pendidikan Magister Akuntansi di Universitas
Airlangga dan Pendidikan Doktor di Universitas Negeri Malang. Hingga
saat ini adalah tenaga pengajar baik di S1 Pendidikan Akuntansi
maupun S2 Pendidikan Ekonomi pada Universitas Negeri Surabaya
untuk mata kuliah Media Pembelajaran, Analisis Kurikulum, Akuntansi
Intermediate dan Akuntansi Sektor Publik. Selain menulis buku juga
melakukan riset-riset yang dituangkan dalam jurnal baik Nasional maupun Internasional.

Han Tantri Hardini, S.Pd., M.Pd adalah Dosen pada Program Studi
S1 Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi FE UNESA.
Riwayat Pendidikan berawal dari S1 Universitas Negeri Surabaya, dan
S2 Universitas Negeri Malang pada bidang keahlian Pendidikan
Ekonomi Konsentrasi Pendidikan Akuntansi. Saat ini mata kuliah yang
diampu adalah Pengantar Akuntansi, Landasan Kependidikan,
Akuntansi Biaya, Dasar Perbankan, Akuntansi Manajemen, dan
Pengauditan. Penulis juga aktif dalam bidang penelitian dan PKM.
Artikel penulis dipublikasikan dalam jurnal dan prosiding nasional dan internasional. Buku
yang telah diterbitkan diantaranya adalah Pengantar Kewirausahaan Bagi
Perguruan Tinggi (2021).

192

Anda mungkin juga menyukai