Buku Panduan Deteksi Dini Tuberkulosis Pada Balita Di Tingkat Masyarakat Dan FKT
Buku Panduan Deteksi Dini Tuberkulosis Pada Balita Di Tingkat Masyarakat Dan FKT
1
Kolaborasi
Direktorat Kesehatan Keluarga
Subtansi Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah
Ikatan Dokter Anak Indonesia IDAI
2
Tim Penyusun
Diterbitkan oleh:
Direktorat Kesehatan Keluarga
Pengarah:
Direktur Kesehatan Keluarga
dr. Erna Mulati M.Sc., CMFM
Penyusun:
Direktorat Kesehatan Keluarga
Subtansi Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah
dr. Ni Made Diah PLD., MKM
dr. Ario Baskoro, M.Sc (IHM)
dr. Laila Mahmudah, MPH
dr. Alan Vahlevi
Dwi Octa Amalia, SKM
3
Kata Pengantar
Direktur Kesehtan Keluarga
Buku ini memberikan acuan bagi petugas Puskesmas mulai dari Dokter,
Bidan, dan perawat dalam menemukan kasus dan memberikan tata laksana TB
pada anak balita di Puskesmas, serta dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
berbasis masyarakat yang melibatkan kader posyandu, guru TK, guru PAUD dan
Ibu-ibu di kelas balita. Materi-materi di buku ini ditulis secara singkat, karena
uraian yang lebih lengkap sudah ada di beberapa buku pedoman dan petunjuk
teknis yang sudah diterbitkan sebelumnya.
Tim penyusun menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu mohon kritik dan saran yang membangun, demi kesempurnaan buku
ini.
Terima kasih.
Tim Penyusun
4
Daftar Isi
5
Daftar Gambar
6
Daftar Tabel
7
Daftar Lampiran
Lampiran 1 .......................................................................................... 27
Lampiran 2 .......................................................................................... 29
Lampiran 3 .......................................................................................... 30
Lampiran 4 .......................................................................................... 31
8
Bab I
Permasalahan TBC pada Balita
▪ Balita berisiko tinggi tertular TBC dan menderita TBC berat dengan angka
kematian yang tinggi
▪ Pemberian terapi pencegahan TBC pada balita penting untuk mencegah
terjadinya sakit TBC pada balita dan mencegah berkembangnya menjadi sumber
penularan di masa dewasa.
9
Bab II
Diagnosis dan Pengobatan
Catatan:
Gejala umum TBC pada anak sering juga ditemui pada penyakit lain. Akan
tetapi, salah satu karakteristik gejala TBC adalah bersifat menetap
(berlangsung lebih dari 2 minggu) dan tidak membaik dengan terapi standar
10
• Gejala TBC ekstraparu sesuai organ yang terkena, seperti pembesaran
kelenjar limfonodi pada TBC kelenjar, kejang dan penurunan kesadaran
pada meningitis karena TBC, lumpuh atau kesulitan berjalan pada TBC
skeletal.
11
Gambar 1. Alur Diagnosis TBC Anak
Keterangan:
*) Dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan sputum
**) Kontak TBC paru dewasa dan kontak TBC paru anak terkonfirmasi
bakteriologis
***) Evaluasi respons pengobatan. Jika tidak ada respons dengan pengobatan
adekuat, evaluasi ulang diagnosis TB dan adanya komorbiditas atau rujuk
12
Tabel 1. Sistem skoring diagnosis TBC anak
Parameter 0 1 2 3
Laporan keluarga,
Kontak TBC Tidak jelas - BTA (+)
BTA (-)/tidak tahu
Positif (≥10mm,
Uji tuberkulin atau ≥5mm pada
Negatif - -
(Mantoux) keadaan
imunokompromais)
Klinis gizi buruk
Berat badan/ BB/TB <90%
- atau BB/TB <70% -
keadaan gizi atau BB/U <80%
atau BB/U<60%
Demam yang
- ≥ 2 minggu - -
tidak diketahui
Batuk kronik - ≥ 2 minggu - -
Pembesaran
≥1 cm, lebih dari
kelenjar limfe
- 1 KGB, tidak - -
kolli, aksila,
nyeri
inguinal
Pembengkakan
tulang/sendi Ada
- - -
panggul, lutut, pembengkakan
falang
Gambaran
Foto Rontgen Normal/kelainan sugestif -
-
toraks tidak jelas (mendukung)
TBC
Skor Total
2.2 Pengobatan
• Prinsip pengobatan TBC pada balita sama dengan pada dewasa, terdiri atas
dua fase, yaitu:
i. Fase intensif selama 2 bulan awal
ii. Fase lanjutan selama 4-10 bulan (4 bulan TB biasa, 10 bulan TB berat)
• Obat TBC pada anak diberikan secara harian, baik pada fase intensif
maupun fase lanjutan
13
Tabel 2. Dosis OAT kombinasi dosis tetap (KDT) pada anak
• Orang tua diminta untuk menjadi Pengawas Menelan Obat (PMO) pasien
TBC anak
• Edukasi kepada orang tua pasien, antara lain:
o Obat paling baik diberikan pada saat perut kosong (misalnya setelah
bangun tidur pagi hari). Anak diperbolehkan makan atau minum susu
30 menit ampai 1 jam setelah minum OAT.
o Obat berwarna merah, rasa manis, dapat larut dalam air, tidak boleh
digerus, tidak boleh diberikan ½ tablet.
o Setelah minum OAT, buang air kecil anak berwarna merah
dan ini merupakan kondisi normal
• Selama pengobatan, kondisi yang harus dipantau adalah:
▪ Berat badan setiap bulan
▪ Gejala TBC menghilang atau bertambah
▪ Efek samping obat
▪ Ketaatan minum obat
14
Bab III
Investigasi Kontak dan Terapi Pencegahan
TBC pada Balita
Bab ini menguraikan secara singkat tentang investigasi kontak (IK) dan
pemberian terapi pencegahan TBC (TPT), yang difokuskan pada balita.
Penjelasan lebih lengkap tentang IK dan pemberian TPT dapat dibaca pada
buku Petunjuk Teknis Penanganan Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) tahun
2020.
15
o Jika terbukti sakit TBC, berikan OAT
o Jika tidak terbukti sakit TBC, berikan TPT
- Jika balita yang kontak tidak mempunyai gejala di atas, bisa
langsung diberi TPT.
- Balita yang mendapatkan TPT, jika dalam perjalanannya
menunjukkan gejala TBC, harus dirujuk ke dokter untuk pemeriksaan
lebih lanjut untuk menentukan ada tidaknya TBC pada balita
tersebut.
o Jika terbukti sakit TBC, stop TPT dan berikan OAT
o Jika tidak terbukti sakit TBC, lanjutkan dan selesaikan TPT
sesuai dengan regimen yang diberikan (lihat Tabel 3).
Gambar 2. Alur Investigasi Kontak TBC pada anak (Kementerian Kesehatan 2020, Buku Juknis ILTB 2020)
16
3.2 Terapi Pencegahan TBC (TPT)
• Indikasi: balita kontak dengan penderita TBC dewasa, namun tidak
menunjukkan gejala sakit TBC
• Pilihan obat untuk TPT pada balita ditampilkan di Tabel 3.
• Selain pilihan di atas, juga ada jenis obat TPT baru yang sudah mulai
diimplementasikan bertahap, yaitu kombinasi Isoniazid dan Rifapentin yang
diberikan seminggu sekali selama 3 bulan (lihat buku Juknis ILTB 2020).
• Khusus untuk anak kontak dengan TB MDR, tapi anak tidak tidak terbukti
sakit TBC, maka TPT yang diberikan juga berbeda, yaitu Levofloxacin &
Ethambutol (lihat buku Juknis TB RO 2020).
17
Bab IV
Penemuan Kasus dan Pengobatan TBC
pada Balita di Fasilitas Kesehatan
Seperti yang telah diuraikan di bab I, penemuan kasus TBC pada balita di
Indonesia saat ini masih kurang. Upaya yang dapat dilakukan di fasilitas
kesehatan, khususnya di Puskesmas, adalah dengan integrasi program TBC
dengan program lainnya. Gejala TBC yang sering dijumpai pada anak balita
adalah batuk lebih dari 2 minggu, berat badan tidak naik atau turun dan demam
lama. Oleh karena itu skrining dan penemuan kasus TBC pada balita di
Puskesmas, tidak hanya dilakukan di poli umum saja tetapi dapat dilakukan juga
di poli/pelayanan KIA dan poli gizi. Di samping itu, karena TBC merupakan
penyakit komorbid tersering pada anak dengan infeksi HIV, integrasi program
TBC pada balita juga dapat dilakukan dengan program HIV.
Skrining TBC Balita dapat dilakukan di poli KIA, poli gizi, poli HIV atau
IGD dan rawat inap (untuk Puskesmas dengan rawat inap). Secara skematik
integrasi program dan alur penemuan kasus TBC pada balita di Puskesmas
dapat dilihat pada Gambar 3. Skrining tersebut dapat diintegrasikan sesuai
pelayanan program, seperti poli anak melalui pelayanan MTBS dan SDITK.
Jika ditemukan anak yang sesuai dengan kriteria suspek TBC, anak tersebut
dirujuk ke dokter (di poli umum) untuk pelacakan ada tidaknya sakit TBC.
Selanjutnya, jika terbukti sakit TBC, anak diberikan pengobatan dan edukasi.
*termasuk rujukan dari PAUD, Posyandu, dan temuan pada masyarakat (lihat BAB 5)
Gambar 3. Integrasi program dan alur penemuan kasus TBC pada balita di Puskesmas
18
4.1. Skrining
Skrining TBC pada balita di poli umum, poli KIA, poli gizi, poli HIV, IGD atau
rawat inap bisa dilakukan oleh dokter, perawat atau bidan. Alat skrining yang
digunakan di masing-masing lokasi seperti yang tertulis di Tabel 4.
19
c. Berdasarkan hasil skrining, anak dapat diklasifikasikan sebagai (lihat
lampiran 1):
• Terduga TBC
• Kontak erat
• HIV
• Bukan terduga TBC
c. Jika diklasifikasikan sebagai terduga TBC, kontak erat atau HIV, rujuk ke
dokter di poli umum.
20
• Apakah anak kontak erat dengan pasien TBC dewasa yang tidak
serumah?
• Apakah anak mempunyai satu atau lebih gejala berikut?
- Batuk lebih dari >2 minggu
- Demam lebih dari >2 minggu
- Berat badan tidak naik atau turun dalam 2 bulan berturut-turut
meskipun sudah diberikan asupan gizi yang adekuat
- Gizi buruk
• Apakah sudah pernah didiagnosis dan mendapat terapi TBC?
• Apakah sudah pernah mendapat obat pencegahan TBC?
c. Berdasarkan hasil skrining, anak dapat diklasifikasikan sebagai (lihat
lampiran 1):
• Terduga TBC
• Kontak erat, sudah mendapat TPT
• Kontak erat, belum mendapat TPT
• Sedang atau pernah mendapat terapi TBC
• Bukan terduga TBC
d. Jika diklasifikasikan sebagai terduga TBC atau kontak erat belum
mendapat TPT, rujuk ke dokter di poli umum.
4.2. Diagnosis
Diagnosis TBC pada anak balita yang telah dilakukan skrining di poli KIA,
poli Gizi, poli HIV, rawat inap atau IGD, dilakukan oleh dokter sesuai dengan
petunjuk diagnosis TBC pada anak (lihat Bab 3 atau buku Petunjuk Teknis
Managemen TBC Anak tahun 2016 Kementerian Keehatan Republik Indonesia)
4.3 Pengobatan TBC dan pemberian TPT pada Balita
Jika anak balita terdiagnosis TBC:
• Berikan OAT KDT sesuai berat badan dan tipe penyakitnya.
• Berikan edukasi cara meminum OAT seperti pada Bab 2
Jika balita kontak dengan pasien TBC aktif dewasa namun balita tersebut
tidak bergejala TBC maka:
• Berikan TPT
• Berikan edukasi pemberian TPT sesuai dengan penjelasan pada Bab 3
21
Bab 5. Manajemen TBC pada Balita di Masyarakat
22
- Demam > 2 minggu
- Riwayat kontak dengan pasien TBC
• Rujuk ke puskesmas jika ada satu atau lebih gejala di atas
23
- Demam > 2 minggu
- Riwayat kontak dengan pasien TBC
• Rujuk ke puskesmas jika ada satu atau lebih gejala di atas
Edukasi untuk guru PAUD/TK dan orang tua/masyarakat:
• Anak balita yang diklasifikasikan sebagai terduga TBC dan dirujuk ke
Puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut tetap dapat bersekolah.
• Jika ada balita yang terdiagnosis TBC dan mendapatkan pengobatan
OAT, anak tetap dapat bersekolah jika dalam tidak sakit berat.
• Jika ada balita yang mendapatkan terapi pencegahan TBC, anak tetap
dapat bersekolah.
• Sebagian besar anak balita yang menderita TBC tidak menular, jadi
tidakperlu ditakuti dan dipisahkan.
5.5 Peran Puskesmas pada deteksi balita terduga TBC dari Masyarakat
Petugas kesehatan KIA di Puskesmas bertanggung jawab dalam
mengelola kesehatan balita di masyarakat. Oleh karena itu petugas
mengajarkan kepada masyarakat mengenai deteksi dini TBC balita dengan
bantuan instrumen yang ada pada buku KIA dan SDIDTK. Jika ada anak
balita yang terduga TBC hasil skrining masyarakat (PAUD, Posyandu, dan
Kelas Balita) maka dilakukan skrining awal menggunakan alur MTBS di poli
KIA/dokter di poli umum. Aktivitas selanjutnya disesuaikan dengan alur
skrining.
24
5.6 Lain-lain
• Anak balita yang diklasifikasikan sebagai terduga TBC dan dirujuk ke
Puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut tetap dapat bersekolah.
• Jika ada balita yang terdiagnosis TBC dan mendapatkan pengobatan
OAT, anak tetap dapat bersekolah jika dalam tidak sakit berat.
• Jika ada balita yang mendapatkan terapi pencegahan TBC, anak tetap dapat
bersekolah.
• Sebagian besar anak balita yang menderita TBC tidak menular, jadi tidak
perlu ditakuti dan dipisahkan.
25
Bab 6. Pencatatan dan Pelaporan TBC Balita
26
6.2 Data yang dikelola oleh petugas P2TB
Adapun data yang dikelola oleh petugas P2TB melalui aplikasi SITB
adalah:
6.2.1 Jumlah balita yang kontak erat
6.2.2 Jumlah balita yang terduga TBC
6.2.3 Jumlah balita yang terdiagnosis TBC
6.2.4 Jumlah balita yang mendapat pengobatan OAT
6.2.5 Jumlah balita yang mendapat TPT
6.2.6 Jumlah balita yang menyelesaikan OAT
6.2.7 Jumlah balita yang menyelesaikan TPT
Data-data ini hanya dapat diakses oleh petugas yang ditunjuk, atau
melalui izin kepada Direktorat Kesehatan Keluarga Subtansi Kesehatan
Balita dan Direktorat
P2M Dinkes
Kabupaten/Kota
27
Lampitran 1.
Catatan : Variabel skrining TBC Balita dapat dihasilkan dari pelayanan yang
berlaku sesuai tugas fungsi pengelola program.
28
KLASIFIKASI DAN TINDAK LANJUT
Temuan Klasifikasi Tindak Lanjut
Semua poin dijawab TIDAK Bukan terduga TBC Tidak ada
Poin A atau B saja dijawab YA Kontak erat Rujuk ke dokter
Poin D saja dijawab YA HIV Rujuk dokter
Jika anak TIDAK HIV: Terduga TBC Rujuk ke dokter
Satu atau lebih dari poin C
dijawab YA (dengan atau
tanpa poin lain)
Jika anak HIV: TBC-HIV Lanjutkan obat TBC
Poin E1 dijawab YA
Jika anak HIV: HIV, sudah /sedang Lanjutkan TPT
Poin E2 dijawab YA mendapat TPT
Jika anak HIV: HIV, belum mendapat Rujuk ke dokter
Poin E 2 dijawab tidak TPT untuk penentuan
pemberian TOT
Petugas Skrining
(… ........................ )
29
Lampiran 2
LEMBAR
SKRINING TBC BALITA
Nama: Jenis Kelamin: L/P
DI POSYANDU
PUSKESMAS:
……………………. Posyandu: Tanggal Lahir:
KABUPATEN:……………………. …………………………
Petugas Skrining
(… ........................ )
30
Lampiran 3
LEMBAR
SKRINING TBC BALITA Nama: Jenis Kelamin: L/P
DI PAUD/TK
PUSKESMAS: PAUD/TK: Tanggal Lahir:
……………………. …………………………
KABUPATEN:…………………….
Petugas Skrining
(… ........................ )
31
Lampiran 4
Instrumen Skrining TBC Balita m-KIA
m- KIA (mobile-Kesehatan Ibu dan Anak)
Orang Tua
Cara mendaftar m-KIA
1. Klik tombol “Bergabung” pada tampilan awal aplikasi
2. Isi data pribadi dengan sesuai
32
4. Akun orang tua sudah berhasil dibuat
5. Isi data Anak dengan pilih menu “Anak” dan Isikan data Anak
33
6. Klik tombol simpan pada tampilan Tambah Data Anak
7. Data anak telah tersimpan, untuk skrining TBC Balita, klik tombol Anak
anda
34
9. Isi pertanyaan pada Instrumen Skrining TBC Balita di tampilan Deteksi Dini
10. Klik tombol konfirmasi, akan muncul hasil dan arahan yang harus dilakukan untuk
Balita
Daftar Pustaka
35
Kader
Cara mendaftar m-KIA
1. Klik tombol “Bergabung” pada tampilan awal aplikasi
2. Isi data pribadi dengan sesuai
3. Klik tombol “DAFTAR” pada tampilan Registrasi Account Akun kader sudah berhasil
dibuat
36
4. Pilih tombol pengaturan dipojok kanan atas, lalu pilih “SWITCH MODE”
37
6. Klik tombol “Anak”, lalu pilih tombol “Data Anak Dalam Pemantauan”
38
8. Isi data Anak dengan pilih menu “Anak” dan Isikan data Anak
39
11. Kemudian pilih tombol skrining berbentuk orang di sebelah kanan
bawah tampilan Kontrol Anak
40
12. Isi pertanyaan pada Instrumen Skrining TBC Balita di tampilan
Deteksi Dini
13. Klik tombol konfirmasi, akan muncul hasil dan arahan yang harus dilakukan untuk Balita
41
DAFTAR PUSTAKA
42