Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS BENCANA KEKERINGAN PADA LAHAN PERTANIAN DI

INDONESIA

Indoneisa merupakan negara yang tidak dapat dipisahkan dari sektor


pertanian. Hal ini disebakan sector pertanian di Indonesia memiliki peran yang
penting terhadap pembangunan nasional. Namun di Indonesia memiliki berbagai
ancaman yang dapat menyebabkan sektor pertanian tidak dapat berkembang secara
maksimal dan berdapak terhadap keterpurukan pada perekonomian di Indoneisa.
Salah satu ancaman terbesar terhadap sektor pertanian yaitu kekeringan.
Kekeringan merupakan slah stau bencana alam yang kerap terjadi di
Indoneisa, yang mana memberikan dampak salah satunya pada lahan pertanian.
Menurut (Yulia, M. 2018) menyatakan bahwasanya bahaya kekeringan dibagi
menjadi 3 kelas yakni kelas rendah, sedang, dan tinggi. Pada penelitiannya juga
menunjukkan bahwa 1087.29 Km2 dan 319.35 km2 merupakan luasan untuk kelas
bahaya rendah, 3012.29 Km2 merupakan luas untuk kelas sedang dan 466.72 Km2
merupakan luas untuk kelas bahaya tinggi. Hal ini dapat disimak melalui gambar
berikut:
Berdasarkan gambar 1 diatas maka dapat dilihat bahwasanya bencana
kekeringan pada lahan pertanian di Indonesia tergolong kedalam beberapa kelas
yakni bahaya tinggi yang tersebar di 4 pulau besar di Indonesia.
Sumatera merupakan salah wilayah yang mana memiliki potensi bahaya
kekeringan pada lahan pertanian paling tinggi, sedang papua merupakan wilayah
yang memiliki potensi rendah untuk bencana kekeringan pada lahan pertanian.
Sedangkan kelas bahaya sedang menduduki pulau Kalimantan dan jawa. Menurut
peta tersebut diantara keempat pulau, pulau Kalimantan merupakan daerah dengan
potensi lahan pertanian paling bagus. Hal ini tercermin bahwa Kalimantan memiliki
area yang luas dan baik bagi kegiatan pertanian.
Pulau Jawa merupakan pulau yang memiliki intensitas sedang hal ini dapat
dibuktikan melalui sebuah penelian yang dikemukakan oleh (Nilasari, M., dkk. 2017)
yang berjudul aplikasi pengindraan jauh untuk memetakan kekeringan lahan
pertanian dengan metode thermal vegetation index di kabupaten Kudus Jawa Tengah.
Pada penelitian ini menyatakan bahwasanya lahan pertanian kekeringa di wilayah
Kudus hampir terjadi setiap tahun walaupun jumlah luasan dan tingkat kejadian tidak
sama disetiap tahunnya. Namun pada daerah ini tidak semua wilayah mengalami
kekeringan pada lahan pertanian. Tingkat kekeringan lahan oertanian yang berpotensi
mengalai kekeringan sedang hingga berat terdapat pada daerah dataran rendah dengan
kelerengan 0-8% dan memiliki jenis tanah alluvial. Pada kebupaten kudus ini
memiliki pola kekeringan yang mana dimulai dari bulan Juli yang mana bertambah
luas pada setiap bulan berikutnya. Berikut merupakan gambaran persebaran
kekeringan di Kabupaten Kudus mulai bulan July hingga September.

Oleh karena itu konservasi lahan pertanian hendaknya dilakukan dengan


harapan terdapat jaminan ketahanan pangan dalam suatu wilayah dengan harapan
pencapaian yang maksimal. Menurut penelitian yang dikemukakan oleh (Marinda, R.,
dkk., 2020) menyatakan bahwa konservasi lahan sawah cukup signifik utamanya di
daerah penggunaan lahan pertanian lahan kering.

Referensi
XMarinda, R., Sitorus, S.R.P., Pribadi, D.O. 2020. Analisis Pola Spasial Persebaran
Kawasam Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Karawang. 1 ,
2 , 3. 12(02), 161–173. https://doi.org/10.24114/jg.v12i02.17646
Nilasari, M., Sasmito, B., Sukmono, A. 2017. Aplikasi Pengindraan Jauh Untuk
Memetakan Kekeringan Lahan Pertanian Dengan Metode Thermal Vegetation
Index. Jurnal Geodesi Undip. 6, 97–105.
Yulia, M. 2018. emodelan Spasial Bahaya Bencana Kekeringan Meteorologi Pada
Kawasan Pertanian di Indonesia Menggunakan Indeks SPI.. (n.d.). 2 . 319.35.

Anda mungkin juga menyukai