PSIKOLOGI OLAHRAGA
DISUSUN OLEH:
Nama : VINCENT SILALAHI
Kelas : PJKR II A
Mata Kuliah : Psikologi Olahraga
Dosen Pengampu : Husna Parluhutan Tambunan S,Pd. M,Pd
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan saya
rahmat kesehatan dan kesempatan. Sehingga saya bisa menyusun atau menyelesaikan tugas CBR
(CRITICAL BOOK RIVIEW). Penulisan ini saya sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai
dengan kemampuan yang saya miliki, dan tugas ini disususun dalam rangka memenuhi tugas
CBR pada mata kuliah Psikologi Olahraga.
Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik
yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan tugas ini, dan
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada pihak- pihak yang telah membantu
dan secara khusus saya berterimakasih kepada bapak Husna Parluhutan Tambunan S,Pd. M,Pd
selaku Dosen pengampu mata kuliah Psikologi Olahraga karena telah memberikan bimbinganya
kepada saya untuk menyelesaikan tugas CBR ini hingga selesai.
VINCENT SILALAHI
CRITICAL BOOK REPORT
1. Review Identitas
Teori dasar mengenai hubungan arousal dengan penampilan atlet ada dua, yaitu teori interved U dan
teori drive.
1. Teori Interved U
Teori interved U adalah teori yang meliputi berbagai subteori yang menjelaskan mengapa saling
berhubungan antara arousal dengan penampilan berbentuk persamaan kuadrat. Menurut teori
intervedu, baik arousal tingkat rendah maupun tinggi tidak akan menghasilkan penampilan setinggi-
tingginya. Tingkat arousal yang sedang, umumnya akan memberikan kemungkinan lebih besar
untuk memperoleh penampilan puncak atau peak performance.
2. Teori Drive
Teori ini disebut sebagai hukum Yerkes- Dodson (1908) ini mengajukan pandangan
tentang hubungan berbentuk U terbalik antara kegairahan dan penampilan didasarkan oleh
derajat optimimasi keterampilan tertentu. Teori ini mengemukakan bahwa jika kegairahan
ditingkatkan sampai batas tertentu maka penampilan pada suatu saat akan mencapai titik
optimal. Kemudian jika kegairahan terus ditingkatkan maka kinerja penampilan akan menurun
secara bertahap.
Teori drive merupakan teori multidimensional mengenai penampilan dan proses belajar.
Teori drive membentuk garis hubungan linier. Hubungan antara arousal dan penampilan atlet
digambarkan sebagai garis lurus (linier) sehingga seolah-olah ada hubungan positif antara
arousal dengan peningkatan penampilan atlet secara terusmenerus.
D. Pengukuran Arousal
Untuk mengukur kegairahan, para psikolog melihat pada perubahan dalam tanda-tanda
psikologis : detak jantung, pernapasan, keadaan kulit (direkam dengan sebuah ukuran
tegangan), biokimia (digunakan untuk menilai perubahan zat-zat seperti katekolamina). Para
psikolog juga melihat pada bagaimana orang- orang mengukur tingkat kegairahan mereka
dengan sebuah set (seri-seri), pernyataan (seperti “My heart is pumping”, I fell Peppy”),
menggunakan skala numeric yang bergerak dari rendah ke tinggi. Skala-skala ini mengacu
pada “self – report measures”.
Untuk mengukur sate anxiety, psikolog menggunakan global dan multidimensi laporan diri
tindakan.Dalam langkah-langkah global, orangorang menilai bagaimana mereka merasa
gugup, dengan menggunakan skala laporan diri dari rendah ke tinggi. Menjumlahkan skor
setiap item Bab 10 “Arousal” (Kegairahan) 189 menghasilkan skor total. Laporan
multidimensi tindakan digunakan di sekitar dengan cara yang sama, tapi orang-orang menilai
bagaimana khawatir (cognitive state anxiety) dan bagaimana secara psikologis yang mereka
rasa,. Dengan menggunakan laporan diri skala berkisar dari rendah ke tinggi. Penelitian
menunjukkan bahwa orang yang bernilai tinggi di urutan trait anxiety juga mengalami state
anxiety yang lebih dalam persaingan yang tinggi dan suasana yang evaluatif. Seorang atlet
yang mempunyai sifat bawaan kegelisahan yang tinggi mungkin mempunyai jumlah
pengalaman yang besar dalam situasi tertentu dan dengan alasan tidak merasa sebuah
kegelisahan, dan koresponden keadaan gelisah yang tinggi.
E. Faktor-fator yang Menyebabkan Kegairahan
1. Faktor Instrinsik
Terjadi karena kesiapan mental individu atau kelompok dalam menghadapi suatu
pertandingan. Hal ini menyebabkan tercapainya performance maksimal atlet, mental yang
tegar, sama halnya dengan teknik dan fisik, akan didapat melalui pelatihan yang terencana,
teratur dan sistematis. Kegairahan ini muncul diakibatkan rasa percaya diri yang diberikan
tim bahkan perasaan yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri.
2. Faktor Ekstrinsik
Terjadi karena adanya ketegangan mental yang timbul dari lawan bertanding maupun
provokasi supporter lawan, apabila mental bertanding atlet itu baik maka berbagai macam
provokasi dari siapa pun tidak akan berpengaruh terhadap performanya, akan tetapi apabila
mental bertanding atlet itu buruk maka performa terbaiknya tidak akan muncul, sehingga
merugikan diri sendiri, tim, dan clubnya. Kegairahan yang timbul dikarenakan adanya
dukungan yang dilakukan oleh suporter sehingga pemain bisa berubah kegairahannya dan
semngat atau juga pada olahraga individu itu sendiri.
dalam bukunya sbb :
a. Dalam interaksi kelompok dimana terdapat hubungan timbal – balik yang langsung antara
manusia.
b. karena komunikasi, dimana terdapat pengaruh-pengaruh (hubungan) langsung dari satu
pihak saja.
F. Memahami Attitude
Untuk dapat memahami attitude social dan non social biasanya tidak mudah seperti juga tidak
mudah untuk mengetahui struktur motif orang denan segala tingkah lakunya. Konteks ruang
lingkup sekolah di masa yang akan datang di mana perilaku mengganggu yang dikembangkan
oleh siswa lebih sering terjadi (Alberto, Gomes, dkk., dalam Aparecida: 2016). Untuk dapat
memahami attitude- attitude itu terdapat beberapa metode yangdapat digolongkan ke dalam
metode- metode langsung dan metode-metode tidak langsung.
Metode langsung metode di mana orang secara langsung diminta pendapat atau anggapannya
mengenai objek tertentu. Metode ini lebih mudah pelaksanaannya, Tetapi hasil-hasilnya
kurang dapat dipercaya daripada metode tidak langsung.
Metode tidak langsung, orang diminta agar menyatakan dirinya mengenai objek attitude yang
diteliti tetapi secara tidak langsung, misalnya dengan menggunakan test psikologi (test
proyeksi) yang dapat mendaftarkan sikap-sikap dan attitude-attitude dengan cukup mendalam.
Cara ini lebih sulit dilaksanakan tetapi lebih mendalam.
Pelatih dapat menetapkan sasaran dan tujuan yang akan dilaksanakan melalui latihan mental (mental
training), berikut sistematika latihan yang di latihan pendahuluan, latihan dasar, latihan mental,
pemantapan dan pembentukan konsep diri. Pembinaan sikap dapat dilakukan dengan cara melatih
mental atlet agar lama kelamaan atlet sudah terbisa dan dapat membentuk sikapnya secara
permanen.
1. Latihan Pendahuluan
Latihan pendahuluan mental training (preliminary training) pada dasarnya meliputi latihan dengan
sasaran atau tujuan sebagai berikut.
Menyiapkan keserasian perkembangan fisik dan mental atlet, meningkatkan proses metabolisme,
dengan latihan pernapasan, relaksasi konsentrasi untuk menormalkan fungsi-fungsi fisiologik dan
psikologik.
Menyiapkan fisik dan mental atlet sehingga lebih siap menerima latihan mental,untuk meningkatkan
keterampilan.
Latihan pendahuluan ini dimaksudkan agar atlet memiliki kondisi dan kesiapan mental. Dalam hal ini
keserasian dan keselarasan hubungan aspek-aspek mental psikologik atau sumber-sumber kemampuan
jiwa manusia, merupakan sasaran pembinaan yang utama. Selama latihan pendahuluan ini atlet-atlet
dilatih untuk lebih memahami diri sendiri, berpikir positif, sehingga timbul persepsi positif terhadap diri
sendiri dan lingkungan.
2. Latihan Dasar
Latihan dasar mental training merupakan kelanjutan dari latihan pendahuluan mental training, yaitu
lebih terarah untuk menanamkan landasan yang kokoh bagi perkembangan mental atlet. Latihan dasar
di samping menyiapkan mental yang sehat, juga dimaksudkan untuk meningkatkan kesiapan
menghadapi gangguan, menyiapkan kondisi mental sehingga memiliki kesiapan mental untuk
menerima latihan dalam upaya meningkatkan keterampilan mental. Jadi latihan dasar mental training
merupakan landasan atau tumpuan untuk menerima atau melakukan program-program latihan mental
yang lebih berat. Untuk menguatkan kemauan atlet, maka yang bersangkutan selain memiliki
pemikiran dan perasaan positif terhadap lingkungan dan terhadap diri sendiri, perlu
menetapkan cita-cita yang ingin dicapai sesuai keadaan dan kemampuannya, oleh karena itu
pembentukan citra diri merupakan program utama pada latihan dasar mental training.
a. Latihan Keterampilan dan Penguatan Mental Meningkat atau merosotnya kinerja atlet
sangat ditentukan oleh kesiapan mental atlet, dan selanjutnya juga ditentukan oleh ketahanan
mental atlet. Makin disadari bahwa sifat-sifat kepribadian (personality traits) dan kemampuan-
kemampuan psikologik sangat berperan dalam meningkatkan kinerja atlet.
b. Latihan Keterampilan Mental Kesiapan mental dapat diupayakan dengan latihan
keterampilan mental (mental skill training), yaitu suatu keterampilan dalam menyiapkan diri
menanggung beban mental, baik beban mental yang berupa hambatan-hambatan yang datang
dari diri atlet itu sendiri, seperti kurang percaya diri, merasa belum siap melakukan
pertandingan, mengatasi gejolak emosional, dan sebagainya. Maupun beban mental yang
datang dari luar dirinya, misalnya menghadapi lawan bertanding yang agresif, menghadapi
penonton yang gegap gempita menjagokan pemain yang difavoritkan menjadi juara, suasana
pertandingan yang dirasakan kurang tenang, udara dingin dan sebagainya.
3. Latihan Menguatkan Mental
Mengenai latihan penguatan mental atau “mental strength training”, yang pada hakikatnya
dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan mental, dapat dilakukan antara lain dengan
a. Latihan untuk menguatkan kemauan (will power training);
b. Latihan untuk meningkatkan kemampuan akal (cognitive rehearshl);
c. Latihan untuk dapat Gmensugesti diri sendiri (self-seggestion training);
d. Latihan untuk dapat menilai diri sendiri dan merasakan diri berhasil (self-efficacytraining);
212 Sport Psychometrics Dasar-dasar dan Instrumen Sport Psikometri.
e. Stress management training, yaitu latihan untuk dapat mengendalikan stress danmempunyai
daya tahan menghadapi stres;
f. IPS (ideal performing state), yaitu latihan untuk dapat terwujudnya kondisi mental yang
ideal yang memungkinkan atlet melakukan kinerja sebaik-baikny;
g. Latihan meditasi dalam upaya mengembangkan sikap, pendapat dan kemauan untuk
terus berusaha mencapai yang terbaik.
Semua latihan keterampilan mental dan penguatan mental membutuhkan waktu yang
cukup lama, dan hampir dapat dikatakan tidak ada batas akhirnya. Keadaan dan kondisi mental
atlet dapat berubah sesudah menghadapi berbagai situasi dan beban mental yang berbeda-beda,
oleh karena itu latihan keterampilan dan penguatan mental juga perlu selalu terus-menerus
dilakukan.
Latihan keterampilan dan ketahanan mental harus terarah pada tiga aspek psikologik atlet,
yaitu aspek kognitif (akal), aspek konatif (kemauan), dan aspek afektif(emosional), sehingga
dapat selalu diupayakan hubungan yang harmonis antara ke tiga aspek kejiwaan tersebut.
Terdapat beberapa faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan sikap yaitu sebagai berikut.
1) Pengalaman pribadi Dasar pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi harus
meninggalkan kesan yang kuat. Sikap mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional.
2) Kebudayaan Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut
dibesarkan. Contoh pada sikap orang kota dan orang desa terhadap kebebasan dalam
pergaulan.
3) Orang lain yang dianggap penting (Significant Others) Yaitu orang-orang yang
diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini kita, orang yang tidak
ingin dikecewakan, dan yang berarti khusus. Misalnya yaitu orang tua, pacar, suami atau istri,
teman dekat, guru, pemimpin. Umumnya individu tersebut akan memiliki sikap yang searah
(konformis) dengan orang yang dianggap penting.
4) Media massa Media massa berupa media cetak dan elektronik. Dalam penyampaian pesan,
media massa membawa pesan-pesan sugestif yang dapat memengaruhi opini kita. Jika pesan
sugestif yang disampaikan cukup kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam menilai
sesuatu hal sehingga membentuk sikap tertentu.
5) Institusi/Lembaga Pendidikan dan agama Institusi yang berfungsi meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman baik dan buruk, salah atau
benar, yang menentukan sistem kepercayaan seseorang sehingga ikut berperan dalam
menentukan sikap seseorang.
6) Faktor emosional Suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai semacam
penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Dapat bersifat
sementara ataupun menetap (persisten/tahan lama). Contohnya, prasangka (sikap tidak toleran,
tidak fair).
H. Sikap Positif dan Sikap Negatif
Dalam pergaulan sehari-hari kita dapat menemukan dua sikap/ perilaku, yaitu perilaku positif
dan perilaku negatif. Sunyoong Kim, dkk., dalam Tate (1993) disebutkan bahwa kegiatan sikap
positif berkaitan dengan partisipasi setiap kegiatan. Orang yang memiliki sikap negatif
umumnya perilakunya tidak menyenangkan dan membuat orang lain merasa tidak betah
bersamanya. Ia cenderung merugikan orang lain. Sebaliknya orang yang memiliki sikap positif
umumnya kehadirannya didambakan, menyenangkan, dan orang merasa betah bersamanya.
Kehadirannya cenderung menguntungkan berbagai pihak. Sikap positif mendukung hidup
bersamanya. Menurut Heri Purwanto (1998: 63), sikap dapat bersifat positif dan dapat pula
bersifat negatif.
1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan
objek tertentu;
2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak
menyukai objek tertentu; Secara ringkas, sikap positif artinya perilaku baik yang sesuai dengan
nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang berlaku dalam masyarakat.
Sedangkan sikap negatif ialah sikap yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma- norma
kehidupan yang berlaku dalam masyarakat atau bahkan bertentangan.
1. Manfaat Sikap Positif
Sikap positif begitu kuat dapat memperkuat ciri-ciri kepribadian. Ia dapat membuat orang
cantik menjadi dua kali lebih cantik. Hal ini dapat mengubah kepribadian yang membosankan
menjadi kepribadian yang dipandang orang menarik. Ia juga bisa “mencemerlangkan”
karakteristik kepribadian yang lain. Dalam proses ini, citra keseluruhan orang yang
bersangkutan menjadi lebih bersinar dan lebih menarik bagi orang lain. Rasanya tidak perlu
diragukan lagi bahwa sikap positif dapat membantu orang menampilkan kepribadian yang
sebaik- baiknya. Banyak orang berbakat, termasuk mereka yang memiliki karakteristik dan
karisma yang didambakan orang lain merasa kesepian dan tidak bahagia, baik dalam
kehidupan pekerjaan maupun dalam kehidupan pribadi, karena mereka tidak menyadari
pentingnya sikap yang positif. Banyak manfaat yang diperoleh dari seseorang yang memiliki
sikap positif. Beberapa manfaat yang bisa disebutkan antara lain:
a. Meningkatkan produktivitas Orang yang memiliki dan membiasakan sikap positif dalam
kehidupan sehari-hari akan berpengaruh terhadap produktivitas kegiatan yang dilakukannya.
Salah satu contoh kecil yang mudah dijumpai adalah orang yang memiliki sikap rajin dan
tidak menunda-nunda pekerjaan tentu akan menyelesaikan semua tugas yang dibebankan
padanya sesuai dengan waktu dan target yang telah ditentukan.
b. Membantu perkembangan kelompok kerja Masih berhubungan dengan manfaat
peningkatan produktivitas, dalam hubungannya sebagai anggota dari suatu
kelompok atau tim kerja, orang yang memiliki sikap positif akan menjadi teladan bagi rekan
anggota kelompoknya. Lebih dari itu, dia bahkan berpotensi untuk menularkan sikap
positifnya tersebut kepada orang lain sehingga kelompok kerja yang diikutinya semakin
berkembang. Berkembang di sini baik dalam artian terjadinya perkembangan kepribadian pada
rekan kelompoknya maupun perkembangan penyelesaian pekerjaan atau tugas yang diemban
oleh kelompok kerja tersebut.
c. Membantu pemecahan masalah Orang yang memiliki sikap positif akan memandang
bahwa setiap masalah pasti mempunyai jalan keluar dan bisa dipecahkan. Oleh karena itu,
setiap kesulitan atau permasalahan yang terjadi akan dihadapinya tanpa mengenal kata
menyerah. Dia akan mengerahkan segala potensi yang dimilikinya untuk mencari jalan keluar
dari masalah tersebut.
d. Meningkatkan kualitas Manfaat ini seiring dengan peningkatan produktivitas. Orang yang
memiliki sikap positif tidak hanya menghasilkan peningkatan dari segi kuantitas saja, namun
dia akan mengembangkan pemikirannya bagaimana agar hasil aktivitasnya tersebut dapat terus
meningkat kualitasnya dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, orang yang memiliki sikap positif
tidak akan puas dengan hasil yang telah dicapainya saat ini. Namun dia akan terus berusaha
untuk meningkatkan kompetensinya agar hasil kegiatannya akan menjadi lebih baik di masa
depan.
e. Menjamin kesetiaan Orang yang memiliki sikap positif akan menumbuhkan rasa percaya
dari
relasinya. Orang lain akan merasa aman dengan berbagai sikap positif
yangdimilikinya dari kemungkinan perilaku negatif, antara lain aman dari perbuatan curang,
tindak kejahatan, maupun perilaku tidak jujur lainnya. Hal ini tidaklah mengherankan, karena
orang yang memiliki sikap positif akan terus berusaha menjaga integritas dan harga dirinya
agar orang lain tidak merasa dirugikan.
f. Membantu mengembangkan hubungan antarmanusia baik dengan sesama karyawan,
atasan, dan pelanggan. Manfaat ini masih memiliki kaitan erat dengan manfaat sebelumnya,
yaitu menjamin kesetiaan. Sikap positif yang dimiliki seseorang akan sangat membantunya
dalam menciptakan dan menjaga hubungan dengan orang lain. Hal itu tentu didorong dari
perasaan menyenangkan
216 Sport Psychometrics Dasar-dasar dan Instrumen Sport Psikometri dan betah yang
dirasakan orang lain tersebut terhadap sikap- sikap positif seseorang ketika berhubungan
dengannya.
g. Mendorong orang lain untuk meningkatkan kontribusinya kepada kelompok kerja,
perusahaan, maupun organisasi Manfaat ini berkaitan dengan manfaat berupa perkembangan
kelompok kerja. Tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan kerja atau pergaulan amat besar
pengaruhnya dalam memengaruhi seseorang. Tentunya jika yang berkembang di lingkungan
kerja tersebut adalah sikap positif, orang lain dalam kelompok kerja atau organisasi tersebut
lambat laun akan terpengaruh dan ikut bersikap positif dalam bekerja. Hal ini tentu sangat
bermanfaat bagi kelompok kerja atau organisasi tersebut dalam mencapai tujuan atau target-
targetnya, sehingga produktivitas kelompok kerja tersebut akan meningkat dari sisi kuantitas
maupun kualitas.
b. Definisi operasional
Dalam definisi operasional ada beberapa bentuk sikap yaitu sikap individu dan sikap sosial
dengan ditandai dengan beberpa indikator yang memengaruhi sikap diantaranya 1).Kegigihan,
2). Keseriusan, 3).
Semangat, 4). Disiplin, 5). Kerja sama, 6).
Status sosial, 7). Dukungan keluarga, 8). Dukungan lingkungan, 9). Dukungan teman, 10).
Sarana dan prasarana.
Instrumen penelitian adalah alat ukur untuk memperoleh data penelitian. Instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data dari variabel attitude adalah angket dengan skalalikert.
Dalam hal ini memberikan skor dari lima alternatif pilihan jawaban dalam bentuk tingkat
kesetujuan responden terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angket.
2 Penutup (Kesimpulan)
Arousal yang dirasakan oleh atlet harus dalam porsi yang cukup, yakni pada titik yang menunjukkan
kegairahan yang tidak berlebihan atau sebaliknya tidak kurang supaya penampilan menjadi optimal.
Apabila arousal tidak berada pada porsi yang tepat maka penampilan atlet menjadi buruk. Akan tetapi,
arousal yang terlalu berlebihan juga akan meningkatkan ketegangan dan kecemasan. Untuk mengatasi
hal tersebut, perlu mencari teknik-teknik pendekatan yang tepat dan disesuaikan dengan kepribadian
masing-masing atlet.
Kepribadian merupakan ciri khas seseorang dalam berpikir, bertindak, dan berperilaku dengan berbagai
pengaruh yang dibawanya seperti lingkungan pendidikan maupun keturunan. Sikap (attitudes) ialah
sesuatu yang kompleks, yang dapat didefinisikan sebagai pernyataanpernyataan evaluatif, baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, atau penilaian mengenai objek, manusia, atau
peristiwaperistiwa. Sebagian sikap terbentuk melalui proses belajar sosial yang diperoleh dari orang lain.
Sikap dapat tumbuh selama manusia hidup. Sepanjang hidupnya, manusia belajar tidak pernah berhenti.
Proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan, dan pengalaman, berlangsung sepanjang hidup manusia.
Dalam proses yang panjang inilah nilai- nilai hidup didapatkan oleh manusia, yang kemungkinan besar
akan dapat menumbuhkan sikap mereka terhadap subjek atau objek.
NIM/Prodi : 6203111041
NamaPengarang : Prof. Dr. dr. James Tangkudung, SportMed., M.Pd. Apta Mylsidayu,
S.Pd.Kor., M.Or.
BAB 4
AROUSAL (KEGAIRAHAN) DALAM OLAHRAGA
1. Isi Buku (Ringkasan Dalam Setiap Sub Bab)
A. DEFINISI AROUSAL
Olahraga adalah sebuah yang ditinjau dari berbagai dimensi. Selain dimensi fisik
olahraga juga mengkaji dimensi psikis. Dimensi psikis atau jiwa dalam aktivitas jasmani
dan olahraga merupakan bagian terpenting dalam penampilan olahragawan. Beberapa
keadaan psikologis yang terjadi pada olahragawan sangatlah kompleks. Kompleksitas
tubuh dalam menghadapi respon dan tekanan merupakan kondisi yang sering terjadi
dalam aktivitas jasmani dan olahraga.
Berikut ini beberapa definisi arousal:
1. Menurut Sudibyo Setyobroto (2002: 84) arousal adalah hal yang tidak dapat
dielakkan seperti timbulnya ketegangan fisik/tension dan stres.
2. Menurut Weinberg & Gould (2003: 78) arousal merupakan perpaduan antara
aktivitas fisiologis dan psikologis dalam diri seseorang, dan mengacu pada intensitas
motivasi pada saat tertentu.
3. Menurut Barker, et al. (2007: 16) arousal is referred to as a physiological state of
alertness and anticipation that prepares the body for action. Artinya, arousal disebut
sebagai keadaan kesiap-siagaan fisiologis dan antisipasi yang mempersiapkan tubuh
untuk beraksi.
4. Gledhill, Adam, et al. (2007: 95) arouaasal adalah keadaan fisiologis berupa kewaspadaan
dan antisipasi yang mempersiapkan tubuh untuk beraksi.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa arousal adalah peningkatan aktivitas
fisiologis, psikis, dan sistem syaraf simpatetis yang tidak dapat dielakkan yang mendasari
kesiapan individu untuk berperilaku, bereaksi, berpikir, dan bergerak.
Adapun ciri-ciri individu yang mengalami arousal dapat dilihat secara fisiologis dan psikis
seperti berikut ini.
1. otot sangat tegang dan kaku
2. denyut jantung cepat
3. napas tidak teratur
4. tekanan darah meningkat
5. sulit memperhatikan dan konsentrasi sehingga semua yang dilihat tampak cepat
6. tidak dapat berpikir jernih dan cermat
7. perhatian dan pandangan hanya pada satu hal tertentu,
psikis seperti:
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan arousal yang terjadi pada olahragawan
meliputi: 1. menarik napas dalam-dalam kemudian dikeluarkan secara perlahan dan teratur.
2. memperpanjang waktu dengan menjauhi lawan (mengatur tempo permainan).
3. memusatkan pada teknik terbaik yang dapat menghasilkan angka.
4. jangan memikirkan menang atau kalah.
B. TEORI DASAR HUBUNGAN AROUSAL DENGAN PENAMPILAN
OLAHRAGAWAN
Teori dasar mengenai hubungan arousal dengan penampilan olahragawan ada dua yakni teori
inverted U dan teori drive.
1. Teori inverted U Teori inverted U adalah teori yang meliputi berbagai sub teori yang
menjelaskan mengapa saling berhubungan antara arousal dengan penampilan berbentuk
persamaan kuadrat. Menurut teori inverted U, baik arousal tingkat rendah maupun tinggi tidak
akan menghasilkan penampilan setinggi-tingginya. Tingkat arousal yang sedang umumnya akan
memberikan kemungkinan lebih besar untuk memperoleh penampilan puncak atau peak
performance.
2. Teori drive Teori drive merupakan teori multi dimensional mengenai penampilan dan
proses belajar. Teori drive membentuk garis hubungan linier. Hubungan antara arousal
dan penampilan olahragawan digambarkan sebagai garis lurus (linier) sehingga seolah-
olah ada hubungan positif antara arousal dengan peningkatan penampilan olahragawan
secara terus menerus.