Anda di halaman 1dari 26

KECEMASAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

JOEL ANAKAMPUN

ARMANA BARUS

KHAIRUL SAHYANI BR.SAGALA

CHALVIN JOHANNES SIREGAR

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGRI MEDAN

2022
DAFTAR ISI

Cover.............................................................................................................................

Daftar isin.....................................................................................................................

Kata pengantar ..............................................................................................................

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang...............................................................................................................

Rumusan Masalah..........................................................................................................

Tujuan Pembahasan.......................................................................................................

Manfaat Pembahasan.....................................................................................................

II ISI

Pengertian kecemasan....................................................................................................

Gejala-gejala Kecemasan...............................................................................................

Faktor-faktor Penyebab Kecemasan..............................................................................

Jenis-jenis Kecemasan...................................................................................................

Gangguan Kecemasan...................................................................................................

Dampak Kecemasan.......................................................................................................

Konsep Teori Kecemasan...............................................................................................

Penerapan Dari Teori Kecemasan..................................................................................

III PENUTUP.

Kesimpulan.....................................................................................................................

Saran...............................................................................................................................

Daftar pustaka ....................................................................................................................


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah“Psikologi Olahraga”.

Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan
sunnah untuk keselamatan umat di dunia.Makalah ini merupakan salah satu tugas
mata kuliah “ Psikologi Olahraga “ di program studi “Pendidikan Jasmani Kesehatan
dan Rekreasi” pada Universitas Negeri Medan.Selanjutnya penulis mengucapkan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ibu Doris selaku dosen pembimbing mata
kuliah “Psikologi Olahraga”dan kepada segenap pihak yang telah memberikan
bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan


dalam penulisan makalah ini,maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan sesuatu yang buruk
akan terjadi. Kecemasan ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan
fisik dan adanya perasaan khawatir (Durand dan Barlow, 2006). Gejala kecemasan
bervariasi antara individu yang satu dengan individu yang lain. Gejala dapat berupa
perasaan yang tidak menyenangkan, ketakutan yang difus serta gejala otonom
seperti palpitasi, berkeringat, sakit kepala, jantung berdebar, sakit perut, gelisah dan
ketidakmampuan berdiri atau duduk dalam waktu yang lama (Kaplan dan
Sadock,2010).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2020


kecemasan merupakan penyebab utama dari ketidakmampuan seorang individu di
seluruh dunia dan gangguan psikiatri akan menyumbang sekitar 15% dari angka
kesakitan global. Amerika telah kehilangan setiap tahunnya uang sejumlah 80 miliar
dolar akibat ketidak produktifan yang dikarenakan menderita gangguan psikiatri
(Hidayat et al., 2010).
Penelitian di Inggris pada dua kelompok masyarakat yaitu masyarakat kulit putih
dan masyarakat keturunan Afrika didapatkan gangguan kecemasan pada kulit putih
lebih besar yaitu 9% dibandingkan dengan keturunan Afrika yang memiliki
persentase sebesar 3% (Wiguna, 2003). Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas
tahun 2013, prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan
dan depresi sebesar 6% dari populasi yang berumur >15 tahun.

Sedangkan di Sumatera Barat prevalensi gangguan kecemasan yaitu sebanyak


4,5% dari populasi yang berumur >15 tahun (Riskesdas, 2013).
Kecemasan merupakan salah satu masalah utama dalam hal pendidikan yang
dihadapi oleh remaja. Remaja adalah mereka yang berusia antara 12 hingga 24
tahun.Terlalu cemas dan takut menjelang ujian, justru akan mengganggu daya ingat
dan konsentrasi untuk belajar efektif (Putri, 2013). Masalah remaja sering menjadi
sulit oleh karena kurangnya pengalaman dalam mengatasi masalah dan adanya
suasana hati yang berubah–ubah serta tingginya angka perilaku ceroboh (Spear,
2010).

2
B. Rumusan Masalah

1. Pengertian kecemasan olahraga

2. Gejala-gejala Kecemasan olahraga

3. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan olahraga

.4. Jenis-jenis Kecemasan olahraga

5. Gangguan Kecemasan olahraga

6.Dampak Kecemasan olahraga

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ini adalah

1.Dapat memahami definisi dari kecemasan

2. Dapat mengetahui gejala dari kecemasan

3. Untuk mengetahui faktor penyebab dari kecemasan

4.Dapat mengetahui jenis dari kecemasan

5.Untuk memahami yang diliputi dari kecemasan

6.Untuk memahami dampak yang terjadi dari kecemasan

7. Untuk memahami teori dan penerapan dari teori kecemasan

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah

1. Diharapkan makalah berisi materi ini dapat berguna bagi pembaca

2. Pembaca lebih memahami tentang kecemasan


3

BAB II

Anxiety
(Kecemasan)

A. Pengertian Anxiety (Kecemasan)

Riset dalam berbagai bidang ilmu turut mendukung pengayaan dalam teori dan

metodologi latihan. Demikian pula, berbagai disiplin dan sub-disiplin ilmu yang

erat hubungannya dengan olahraga telah dilibatkan untuk mendukung teori

tersebut. Menurut Bompa dalam Harsono (2017:39) disiplin ilmu yang

mendukung pengayaan teori dan metodologi latihan yaitu Ilmu urai, ilmu faal,

biomekanika, ilmu gizi, tes dan pengukuran, ilmu gerak motorik dan psikologi.

Tidak hanya aspek fisik, teknik, taktik saja untuk menunjang prestasi atlet,

dalam buku panduan praktis penyusunan program latihan yang disusun oleh

Johansyah Lubis (2013:65-69) terdapat persiapan latihan psikologis pada

persiapan umum, persiapan khusus, pra kompetisi dan kompetisi utama. Artinya

aspek psikologis tidak dapat dipandang sebelah mata bahwasanya aspek

psikologi sangat berperan terhadap prestasi olahraga.

Monty P. Setiadarma (2000:10-11) menjelaskan bahwa psikologi

Olahraga lebih diarahkan kepada kemampuan prestatif pelakunya yang bersifat

kompetitif. Selanjutnya menurut James Tangkudung dan Apta Mylsidayu

(2017:10) psikologi olahraga adalah suatu ilmu yang


mempelajari gejala-gejala kejiwaan/tingkah laku yang terjadi pada olahragawan

ketika mereka berolahraga.

Salah satu gejala-gejala kejiawaan yang terjadi pada atlet yaitu kecemasan

(anxiety). Kecemasan sebagai salah satu kajian psikologis yang unik dan

menarik yang terjadi pada atlet. Kejadian-kejadian yang penting sebelum, saat,

dan akhir pertandingan dalam olahraga sangat dipengaruhi oleh tingkatan

kecemasan dari pelaku olahraga, baik atlet, pelatih, wasit, maupun penonton.

Perasaan cemas diakibatkan karena bayangan sebelum pertandingan dan saat

pertandingan, hal tersebut terjadi karena adanya tekanan-tekanan secara

kejiwaan.

Pengertian Kecemasan (Anxiety)

Setiap orang yang normal pasti mengalami anxiety. Kecemasan dapat

timbul kapan saja, salah satu penyebabnya adalah ketegangan yang berlebihan

dan berlangsung lama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kecemasan

adalah suatu keadaan kekhawatiran atau kebimbangan.Berikut ini beberapa

penjelasan tentang kecemasan (anxiety):

1. James Tangkudung dan Apta Mylsidayu (2017:48) anxiety adalah salah satu

gejala mental yang identik dengan perasaan negatif

2. Leitenberg (1990:421) anxiety merupakan kecendrungan belajar untuk

menanggapi kecemasan kognitif dan somatic terhadap situasi olahraga yang

kompetitif sebagai kelengkapan evaluasi kinerja atlet.


3. Straub dalam Husdarta (2010:80) kecemasan adalah reaksi situasional

terhadap berbagai rangsang stress.

4. Dadang Hawari (2001:18) kecemasan adalah gangguan alam perasaan

(affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang

mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai

realitas, kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan

kepribadian/splitting of personality, perilaku dapat terganggu tetapi masih

dalam batas-batas normal.

5. Secara sederhana kecemasan atau dalam bahasa psikologi biasa disebut

dengan anxiety didefinisikan sebagai aktivasi dan peningkatan kondisi emosi

(Bird, 1986).

6. Weinberg & Gould (2003:79) menyatakan bahwa kecemasan adalah keadaan

emosi negatif yang ditandai dengan gugup, khawatir, dan ketakutan dan

terkait dengan aktivasi atau kegairahan pada tubuh.

7. Kenny (2011:33) anxiety adalah emosi universal, terkadang sulit untuk

membedakan antara kecemasan normal atau gangguan kecemasan.

8. Cashmore (2002) menjelaskan bahwa kecemasan mengacu kepada emosi

yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan perasaan samar, tetapi terus-

menerus merasa prihatin dan ketakutan.

9. Viera dalam Carlos Eduardo Lopes Verardi (2016:1) kecemasan adalah

emosi yang dipicu oleh stres dari kondisi internal dan eksternalnya.
10. Evangelos Bebetsos (2012:1) kecemasan adalah respons emosional yang

ditandai dengan rasa kekhawatiran.

11. Cox dalam Evangelos Bebetsos (2013:1) kecemasan adalah salah satu dari

banyak emosi yang dapat muncul sebagai reaksi atlet dalam situasi yang

kompetitif.

12. Kalkant T (2017:1) Kecemasan didefinisikan sebagai antisipasi bahaya masa


depan atau kesialan seseorang, disertai dengan emosi negatif yang kuat dan
gejala stres
13. Kecemasan adalah reaksi yang salah satu menampilkan di bawah tekanan

emosional atau fisik. Dalam kehidupan sehari-hari kecemasan sering

menggambarkan situasi yang dinyatakan dengan istilah ketakutan,

keprihatinan dan kegelisahan. (Özen G. 2018:1)

Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

kecemasan (anxiety) adalah salah satu gejala jiwa yang negatif pada seseorang

ditandai dengan kekhawatiran dan ketegangan.

Jenis-Jenis Kecemasan (Anxiety)

Para peneliti menjelaskan dan membagi kecemasan menjadi 2 yaitu trait

dan state (Evangelos Bebetsos, 2012:1). State anxiety: kecemasan dapat

dianggap sebagai salah satu perasaan dasar pada manusia, kita semua memiliki

sedikit kecemasan dalam situasi tertentu yang dianggap berbahaya. (Batumluand

and Erden, 2007:24). Sedangkan menurut Steffen J. Hoover (2017:604)

kecemasan karena itu juga diakui sebagai konstruk multidimensi yang terdiri

dari komponen kognitif dan


somatik dan juga dapat dilihat sebagai karakteristik kepribadian yang agak stabil

(trait anxiety) atau sebagai respon terhadap situasi tertentu (state anxiety).

Menurut Krista M. Hixson (2017:1) state anxiety merujuk kepada bagaimana

seseorang merasa disaat berbagai situasi. Sedangkan trait anxiety

menggambarkan karakteristik kepribadian yang berfokus pada berbagai ancaman

dirasakan.

Pendapat yang sama selanjutnya diungkapkan oleh James Tangkudung

dan Apta Mylsidayu (2017:49-50), Berdasarkan jenis- jenisnya, kecemasan dibagi

menjadi dua macam yaitu state anxiety dan trait anxiety. State anxiety adalah

keadaan emosional yang terjadi mendadak/pada waktu tertentu yang ditandai

dengan kecemasan, takut, tegang, dan biasanya kecemasan ini terjadi saat

menjelang pertandingan, kecemasan lainnya yang terjadi pada atlet biasanya takut

gagal dalam pertandingan, takut akan akibat sosial atas kualitas prestasinya, takut

cedera atau hal lain menimpa dirinya, takut terhadap agresi fisik baik oleh lawan

maupun dirinya, dan takut bahwa kondisi fisiknya tidak akan mampu

menyelesaikan tugasnya atau pertandingannya dengan baik. Beberapa alat

evaluasi keadaan kecemasan adalah Spielberger State Anxiety Inventory

(SSAI) yang diciptakan oleh Spielberger dan kawan- kawan pada tahun 1970.

Format lain dari alat tes ini adalah Competitive State Anxiety Inventory

(CSAI). Pendapat selanjutnya Martens dalam Vuong Ngo (2017:1) “State

anxiety berhubungan dengan ketakutan akut


akan kegagalan dan pikiran negatif yang dapat mengakibatkan hilangnya

kepercayaan diri dan konsentrasi.

Trait anxiety adalah rasa cemas yang merupakan sifat pribadi/bawaan

(sifat pencemas). Menurut Singgih D. Gunarsa (2008:74) sifat kecemasan adalah

suatu predisposisi untuk mempersepsikan situasi lingkungan yang mengancam

dirinya. Seorang atlet pada dasarnya memiliki sifat kecemasan maka manifestai

kecemasannya akan selalu berlebihan dan mendominasi aspek psikisnya. Hal ini

merupakan kendala yang serius bagi atlet tersebut untuk dapat bernampilan baik.

Berikut tipe kepribadian pencemas antara lain: cemas, khawatir, tidak

tenang, ragu dan bimbang, was-was/khawatir, kurang percaya diri, gugup/demam

panggung, sering merasa tidak bersalah dan menyalahkan orang lain, tidak mudah

mengalah atau ‘ngotot’, gerakan sering serba salah, tidak tenang dan gelisah,

sering mengeluh, khawatir berlebihan terhadap penyakit, mudah tersinggung,

suka membesar-besarkan masalah kecil (dramatisasi), sering bimbang dan ragu

dalam mengambil keputusan, sering histeris saat emosi (Dadang Hawari, 2001:

65-66).
san (Anxiety)

James Tangkudung dan Apta Mylsidayu (2017:51-53) menjelaskan bahwa:

1) dari dalam

a) lalu terpaku pada kemampuan teknisnya. Akibatnya didominasi oleh

pikiran-pikiran yang terlalu membebani, seperti komitmen yang

berlebihan bahwa harus bermain sangat baik.

b) pikiran-pikiran negatif, seperti ketakutan akan dicemooh oleh penonton

jika tidak memperlihatkan penampilan yang baik.

c) atlet akan sangat dipengaruhi oleh kepuasan yang secara subjektif

dirasakan di dalam dirinya. Pada atlet akan muncul perasaan khawatir

akan tidak mampu memenuhi keinginan pihak luar sehingga

menimbulkan ketegangan baru.

2) dari luar

a) berbagai rangsangan yang membingungkan rangsangan tersebut dapat

berupa tuntutan/harapan dari luar yang menimbulkan keraguan pada

atlet untuk mengikuti hal tersebut atau sulit dipenuhi. Keadaan ini

menyebabkan atlet mengalami kebingungan untuk menentukan

penampilannya, bahkan kehilangan kepercayaan diri.

Sebagai contoh: Xiaobo Xu (2017:1575), secara psikologis

mengendalikan perilaku pengasuhan, seperti mengecilkan atau

membatasi tindakan anak-anak untuk memecahkan masalah


secara mandiri, terlalu mengkritik atau mengejek kegagalan anak- anak,

dan mengabaikan upaya anak-anak dalam proses pemecahan masalah,

akan merusak perkembangan keyakinan anak-anak dalam kemampuan

mereka untuk menghadapi tantangan dan ancaman. berhasil dalam

situasi masalah (ekspektasi kompetensi), yang pada gilirannya, akan

mengarah ke tingkat kecemasan yang lebih tinggi.

b) ssa. Dalam pertandingan apa pun, emosi massa sering berpengaruh besar

terhadap penampilan atlet, terutama jika pertandingan tersebut sangat

ketat dan menegangkan. Atlet sepakbola yang bertanding di lapangan

biasa tingkat kecemasannya akan lebih kecil dibandingkan dengan atlet

yang bertanding di stadion Gelora Bung Karno dengan jumlah penonton

yang ribuan.

c) saingan lain yang bukan lawan tandingnya. Seorang atlet menjadi

sedemikian tegang ketika menghadapi kenyataan bahwa mengalami

kesulitan untuk bermain sehingga menjadi terdesak. Misalnya, dalam

suatu tim Bolabasket, Andi adalah pemain andalan dalam tim dan top

score, ketika Bayu mendapatkan bola dan berkesempatan untuk

mencetak angka, kecemasannya akan muncul karena takut tidak

menghasilkan poin. Sehingga bola tersebut diberikan kepada Andi.


d) yang memperlihatkan sikap tidak mau memahami bahwa telah berupaya

sebaik-baiknya, pelatih sering menyalahkan atau mencemooh atletnya

yang sebenarnya dapat mengguncang kepribadian atlet tersebut.

e) non teknis seperti kondisi lapangan, cuaca yang tidak bersahabat, angin

yang bertiup terlalu kencang, atau peralatan yang dirasakan tidak

memadai.

asan dengan Olahraga

Selman Cutuk (2017:1) Selain kapasitas fisik banyak atlet top; terungkap

bahwa dimensi psikologis tidak bisa diabaikan untuk meningkatkan prestasi.

ketika diperhitungkan bahwa psikologi memiliki banyak kompetensi seperti

motivasi, fokus, penetapan tujuan, dan manajemen kecemasan.

Dampak dari ketegangan terhadap penampilan keterampilan gerak pada

atlet antara lain menimbulkan kecemasan, emosi, ketegangan pada otot,

kelentukan, dan koordinasi. Kepercayaan diri sangat berhubungan dengan

konsistensi emosi positif, seperti kegembiraan dan kebahagiaan, sedangkan

kepercayaan diri yang rendah berhubungan dengan emosi negatif seperti

kecemasan, keraguan dan depresi. Pengertian secara umum, dalam sebuah

penelitian yang dilakukan oleh Francesco Perrotta yang berjudul “The Beneficial

Effects of Sport on Anxiety and Depression”, bahwa olahraga secara rutin

dapat mengurangi stress dan kecemasan. (Francesco Perrotta, 2010:1). Lane

dalam Komaruddin (2017:72),


menyatakan bahwa orang yang mengalami kecemasan tingkat tinggi tanpa

dibarengi rasa percaya diri mungkin akan mengalami penurunan peforma.

Selanjutnya menurut Harsono (2017:130) salah satu faktor yang bisa

mempengaruhi peak performance atlet adalah yang berhubungan dengan keadaan

atlet, yaitu kecemasaan (anxiety) bertanding; takut cidera, takut sah, takut kalah,

dsb,

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan

antara kecemasan dengan olahraga yang sering terjadi yaitu kecemasan yang

dialami oleh atlet saat bertanding, hal ini tentunya sisi negatif yang dapat

mempengaruhi penampilan dan merugikan seorang atlet.

Dampak kecemasan terhadap penampilan atlet secara bertingkat yang


berakibat negatif seperti gambar berikut:

Gambar. 1 Dampak Kecemasan yang Merugikan Atlet


(Anxiety)

Efek kecemasan pada kinerja atletik telah menjadi target utama studi

dalam psikologi olahraga baru-baru ini. Setiap gangguan kecemasan memiliki

gejala yang berbeda, tetapi mereka mengelompokkan ketakutan dan ketakutan

yang tidak masuk akal dan berlebihan. (Tomás Zambrano, Journal of Sports

Science and Medicine 2016:554). Kemudian pendapat selanjutnya menurut Jesica

M. Lipschitz (2016:2), kecemasan adalah bentuk penyakit mental yang paling

umum di Amerika Serikat. Individu dengan gangguan kecemasan mengalami

gangguan kualitas hidup dan fungsi pendidikan dan pekerjaan, serta peningkatan

risiko komoditas medis.

Pada umumnya atlet yang mengalami kecemasan ditandai dengan gejala-

gejala yang bisasanya diikuti dengan timbulnya ketegangan atau stres pada diri

atlet. Indikator yang bisa dijadikan bahwa atlet mengalami kecemasan bisa dilihat

dari perubahan secara fisik maupun secara psikis. Komaruddin (2017:102-103)

menjelaskan bahwa gejala-gejala kecemasan secara fisik diantaranya:

1. Adanya perubahan yang dramatis tingkah laku, gelisah atau tidak tenang

dan sulit tidur

2. Terjadinya peregangan otot-otot leher, pundak, perut terlebih lagi pada

otot-otot ektremitas

3. Terjadi perubahan irama pernafasan

4. Terjadi kontraksi otot pada dagu, sekitar mata dan rahang


Sedangkan secara psikis yaitu:

1. Gangguan pada perhatian dan konsentrasi

2. Perubahan emosi

3. Menurunnya rasa percaya diri

4. Timbul obsesi

5. Tidak ada motivasi

Perubahan fisik yang terjadi akibat anxiety: kepala pusing, keinginan

seks menurun, cepat marah, meningkatnya ketegangan otot, keluar keringat

berlebihan, sakit dada, pernafasan cepat, jantung berdebar, tekanan darah

meningkat, sering buar air besar (mencret) (Komaruddin, 2017:103). Pendapat

selanjutnya menurut Evangelos Bebetsos (2012:2) juga hampir senada yaitu

kecemasan somatik mengacu pada penangkapan arousal fisiologis secara

individu yang memiliki karakteristik negatif, seperti peningkatan denyut nadi,

sakit perut, berkeringat, dll.

James tangkudung dan apta Mylsidayu (2017:53-54) lebih spesifik

membedakan gejala-gejala kecemasan menjadi 2 yaitu cognitive anxiety dan

somatic anxiety. Berikut ciri-cirinya:

a) Gejala cognitive anxiety, meliputi: Individu cenderung terus menerus merasa

khawatir akan keadaan yang buruk yang akan menimpa dirinya/orang lain

yang dikenalnya dengan baik. Biasanya cenderung tidak sabar, mudah

tersinggung, sering mengeluh, sulit berkonsentrasi, dan mudah terganggu

tidurnya atau mengalami kesulitan tidur.


b) Gejala somatic anxiety, meliputi: Sering berkeringat berlebihan walaupun

udara tidak panas dan bukan setelah berolahraga, jantung berdegup cepat,

tangan dan kaki terasa dingin, mengalami gangguan pencernaan, mulut dan

tenggorokan terasa kering, tampak pucat, sering buang air kecil melebihi batas

kewajaran, gemetar, berpeluh dingin, mulut menjadi kering, membesarnya

pupil mata, sesak nafas, percepatan nadi dan detak jantung, mual, muntah,

murus atau diare, mengeluh sakit pada persendian, otot kaku, merasa cepat

lelah, tidak mampu rileks, sering terkejut, dan kadang disertai gerakan

wajah/anggota tubuh dengan intensitas dan frekuensi berlebihan, misalnya

pada saat duduk menggoyangkan kaki atau meregangkan leher secara terus

menerus.

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa, gejala gejala

anxiety terbagi menjadi 2 yaitu somatic seperti mudah khawatir, sulit

berkonsentrasi, mudah mengeluh dan kognitif seperti gemetar, mengeluarkan

keringat yang tidak sewajarnya, pernafasan cepat, nadi meningkat tidak

sewajarnya, merasakan mual, diare. Gejala-gejala tersebut terjadi tidak seperti

biasanya (tidak wajar).


Kecemasan (Anxiety)

Latihan relaksasi sangat efektif diberikan kepada atlet yang berada

dalam keadaan tegang (stress). Ketegangan yang dimiliki oleh atlet secara

berlebihan yang melebihi batas normal atau batas ambang stress, atlet akan

mengalami perasaan cemas (anxiety).(Komaruddin, 2017:102)

Sumber yang baik yang dapat dikombinasikan dengan teknik relaksasi

dan psychingup adalah apa yang disebut “pra task music’ (Karageorghis, Terry,

Lane, bishop, & Priest, 2011). Mendengarkan music sebelum berlatih mungkin

memiliki stimulasi atau efek (Terry & Karageorghis, 2006). Atlet dapat memilih

musik yang paling sesuai dengan tujuan mereka: relaksasi atau meningkatkan

energi. Peneltian tentang teknik relaksasi dan psyching up yang dilakukan oleh

Brazilian Olympic Committee (BOC). Terbukti telah membantu atlet mengelola

tingkat anxiety dan arousal, karenanya meningkatkan peformance mereka.

(Guilherme Pineschi dan Andr´Ea Di Pietro, 2013:181-190).

Dalam penelitian Leonardo de Sousa Fortes yang berjudul “Mental

training generates positive effect on competitive anxiety of young

swimmers?” .University of Pernambuco, Graduate Program in Physical

Education, tahun 2016, video perenang yang telah mencapai keberhasilan dalam

kejuaran-kejuaran digunakan setiap sesi latihan mental untuk memfasilitasi

kemampuan imajinatif atlet. Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa hal ini

membuat atlet percaya diri dan mengurangi tingkat


kecemasannya saat bertanding. Artinya selain music, dan

relaksasi, memperlihatkan video kepada atlet dapat

mengurangi kecemasan.

Teknik terakhir adalah berbicara pada diri sendiri (self

talk). Secara prinsip, teknik ini sebenarnya menitikberatkan

pada pengalihan fokus dari eksternal ke arah internal.

Terkadang seorang atlet yang hendak bertanding merasa ragu

dan cemas akan hasil yang akan mereka capai, keragu-raguan

ini harus segera disingkirkan dengan mengatakan pada dirinya

sendiri bahwa dia mampu. Self talk yang sukses adalah

ketika seorang atlet mampu menyingkirkan pikiran-pikiran

ragu dan takut tadi dan menggantinya dengan ucapan-ucapan

yang optimis.

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa ada beberapa cara untuk mengatasi

kecemasan (anxiety) yaitu dengan cara relaksasi bisa dengan

cara peregangan otot dan mendengarkan music, visualisasi

dengan memperlihatkan (menonton video-video yang terbaik),

dan memotivasi diri sendiri (self talk) dengan optimis.

15
BAB III

PENUTUP

E. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah rasa takut
ataukhawatir pada situasi yang sangat mengancam karena adanya ketidakpastian di
masamendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan
tersebutditandai dengan adanya beberapa gejala yang muncul seperti kegelisahan,
ketakutanterhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, merasa tidak tenteram, sulit untuk
berkonsentrasi, danmerasa tidak mampu untuk mengatasi masalah. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor di antaranya adalah, kecemasan timbul karena individu melihat adanya
bahaya yang mengancam dirinya, kecemasan juga terjadi karena individu merasa berdosaatau
bersalah karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.

Dari beberapa gejala, faktor, dan definisi diatas, kecemasan ini termasuk dalam
jeniskecemasan rasional, karena kecemasan rasional merupakan suatu ketakutan akibat
adanyaobjek yang memang mengancam. Adanya berbagai macam kecemasan yang
dialamiindividu dapat menyebabkan adanya gangguan-gangguan kecemasan seperti
gangguankecemasan spesifik yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran
atauantisipasi terhadap objek atau situasi yang spesifik. Sehingga dapat menyebabkan
adanyadampak dari kecemasan yang berupa simtom kognitif, yaitu kecemasan dapat
menyebabkankekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal-hal yang tidak
menyenangkanyang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-
masalah real yangada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan
akhirnya dia akanmenjadi lebih merasa cemas.

F. Saran

1. Kenali pemicu kecemasan dan rasa takut dengan cara menenangkan diri secara fisik
danmental.

2. Bangun kepecayaan diri dan lawan rasa takut yang

menghampiri. 3.Berpikir positif agar terhindar dari perasaan cemas

14
DAFTAR PUSTAKA

Cu Batumlu DZ, Ve Erden M. “The Relationship Between


Foreign Language Anxiety And English Achievement
Of Yıldız Technical University School Of Forreign
Languages Preparatoryt Students”.Journal of Theory
and Practice in Education, Vol. 3(1), pp:24-38. 2007.

Carlos Eduardo Lopes Verardi. “Associated Factors Between


The State Of Anxiety And A Specific Gymnastics Skill
With Environmental Variations”. Journal Of Physical
Education And Sport ® (Jpes), 16(1), Art 29, pp. 187 –
191. 2016.

Cashmore, Ellis. 2002. Sport Psychology: The Key Concept.


New York: Routledge

Dadang Hawari. 2001. Manajemen Stres, Cemas, dan


Depresi. Jakarta: FKUI.

Evangelos Bebetsos. “Do Anxiety, Anger And Aggression


Differentiate Elite Water-Polo Players?”. Journal Of
Physical Education And Sport ® (JPES), 13(2), Art 35, pp
209 - 212, 2013.

Evangelos Bebetsos. Competitive State Anxiety And Gender


Differences Among Youth Greek Badminton Players.
Journal Of Physical Education And Sport ® (Jpes),
12(1), Art 17, Pp. 107 - 110, 2012

Francesco Perrotta. “The Beneficial Effects of Sport on Anxiety


and Depression”. Journal of Physical Education and
Sport Vol 28, no 3, September, 2010.

Guilherme Pineschi dan Andr´Ea Di Pietro, “Anxiety


Management Through Psychophysiological
Techniques: Relaxation And Psyching-Up In Sport”.
Journal Of Sport Psychology In Action, 4:181–190,
2013.
tler, Howard C. 2004.
Seni Hidup Bahagia. (Alih Bahasa: Alex Tri KantjonoWidodo).

Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.Fitri Fauziah & Julianty Widuri. 2007.

Psikologi Abnormal Klinis Dewasa

. Universitas Indonesia(UI-Press): Jakarta.Kartono Kartini. 2006.

Kenakalan Remaja

. Raja Grafindo Persada: JakartaMustamir Pedak. 2009.

Metode Supernol Menaklukkan Stres.

Jakarta: Hikmah Publishing House. Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., & Greene Beverly.
2005. Pengantar PsikologiAbnormal.Bandung: Erlangga.Ramaiah, Savitri (Penyunting). 2003.

Kecemasan, Bagaimana Mengatasi Penyebabnya.

Jakarta:Pustka Populer Obor.Rochman, Kholil Lur. 2010.

Kesehatan Mental.

Purwokerto : Fajar Media PressRufaidhah, Elina Raharisti. 2009.

Fektivitas Terapi Kognitif Perilaku terhadap PenurunanTingkat Kecerdasan pada Penderita


Asma. Tesis

. Unversitas Gadjah Mada.Savitri, Ramaiah. 2005.

Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya

. Jakarta: PustakaPopuler Obor.Semiun, Yustinus, 2006,

Kesehatan Mental 3.

Yogyakarta: Penerbit KanisiusSinggih D. Gunarsa. 2008.

Psikologi Perawatan

15
Gunung Mulia: Jakarta.Siti Sundari 2004.
Kearah Memahami Kesehatan Mental.

Yogyakarta: PPB FIP UNY.Wiramihardja, Sutarjo. 2005.

Pengantar psikologi Abnormal

. Bandung: PT Refika Aditama.Lukaningsih, Zuyina Luk dan Siti Bandiyah. 2011.

Psikologi Kesehatan

. Yogyakarta: NuhaMedika

http://digilib.uinsby.ac.id/1872/4/Bab%201.pdfhttps://eprints.uny.ac.id/9709/2/BAB%202%2
0-07104244004.pdfhttps://dosenpsikologi.com/teori-kecemasan

16

Anda mungkin juga menyukai