Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

‘’ Peripheral Arterial Disease (PAD) ‘’

FERI ATMAJAYA

04064881618050

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2017
Peripheral Arterial Disease (PAD)

A. Definisi
Peripheral Artery Disease (PAD) adalah suatu penyakit dimana terganggunya atau
tersumbatnya aliran darah dari atau ke jaringan organ. Sumbatan itu disebabkan oleh
plak yang terbentuk di arteri yang membawa darah ke seluruh anggota tubuh. Plak ini
terdiri atas lemak, kalsium, jaringan fibrosa dan zat lain di dalam darah (Prasetyo, 2003).
Menurut Fran (2004), Peripheral Artery Disease (PAD) adalah semua penyakit yang
menyangkut sindrome arterial non koroner yang disebabkan oleh kelainan struktur dan
fungsi arterial yang mengaliri otak, organ viseral dan keempat ekstremitas.

B. Etiologi
PAD umumnya akibat aterosklerosis yaitu terbentuknya plak pada pembuluh darah
yang membentuk blok sehingga mempersempit dan melemahkan pembuluh darah.
Penyebab lain PAD antara lain :
1) Gumpalan atau bekuan darah yang dapat memblokir pembuluh darah.
2) Diabetes dalam jangka panjang, gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh
darah. Penderita DM juga memiliki tekanan darah yang tinggi dan lemak yang banyak
dalam darah sehingga mempercapat perkembangan aterosklerosis.
3) Infeksi Arteri (arteritis)
4) Cidera, bisa terjadi akibat kecelakaan
5) Hiperlipidemia, perokok, hipertensi, obesitas dan lain-lain.

C. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya aterosklerosis pada PAD sama seperti yang terjadi pada arteri
koronaria. Proses aterosklerosis lebih sering terjadi pada percabangan arteri, tempat yang
turbulensinya meningkat dan kerusakan tunika intima. Aterosklerosis pembuluh darah
distal lebih sering terjadi pada pasien usia lanjut dan diabetes mellitus. Aterosklerosis
menyebabkan terbatasnya aliran darah arteri sehingga dapat menimbulkan iskemia karena
terdapat ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan.
Pada PAD, arteri yang terganggu tidak dapat berespon terhadap stimulus untuk vasodilatasi.
Selain itu, endotel yang mengalami disfungsi pada aterosklerosis tidak dapat melepaskan
substansi vasodilator seperti adenosin serta nitrit oksida dalam jumlah yang normal. Jika
aterosklerosis atau stenosis terjadi sedemikian parah hingga menyebabkan tidak tercukupinya
suplai darah atau oksigen bahkan pada saat istirahat, akan terjadi kegawatan pada tungkai karena
berpotensi besar terjadi nekrosis jaringan dan ganggren. Iskemia yang terjadi secara
intermiten lama kelamaan dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi otot seperti
denervasi dan drop out. Hilangnya serat-serat otot dapat menyebabkan penurunan
kekuatan serta atropi otot. Selain itu, serat-serat otot yang masih dapat digunakan
sebenarnya juga sudah mengalami abnormalitas metabolisme oksidatif pada mitokondria.

D. Manifestasi Klinis
a. Gejala yang tampak :
1) Rasa nyeri pada kaki
2) Denyut nadi lemah
3) Perubahan suhu tubuh.
4) Bulu kaki rontok
b. Gejala yang tidak tampak
1) 90% hanya bisa diketahui dari ABI.
c. Gejala Non Spesifik
1) Kulit dingin, kulit mengkilat
2) Kuku menebal
3) Kurangnya rambut atau bulu kaki
4) Nyeri di dada atau leher
5) Pingsan
6) Kebingungan, sulit untuk melihat pada satu atau kedua mata
7) Kehilangan koordinasi
8) Sakit kepala mendadak

E. Komplikasi
1) Iskemia berat dan nekrosis
2) Ulserasi kulit
3) Gangren yang dapat di ikuti oleh amputasi tungkai
4) Kerusakan pertumbuhan kuku dan rambut
5) Stroke atau serangan iskemia sepintas (TIA)
6) Emboli perifer atau sistemik

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lanjutan yang diperlukan pada kecurigaan adanya PAD adalah
pengukuran anklebrachial index (ABI) yang merupakan rasio tekanan sistolik pada ankle
(kaki) serta brachial (lengan). ABI dianggap normal apabila ≥1.0 sedangkan indeks
kurang dari 0.9 dapat membantu menegakan diagnosis PAD. Pada kondisi tersebut
pasien seringkali sudah mengeluhkan klaudikasio. Sementara itu, jika indeks sudah
mencapai <0.5, pasien biasanya sudah mengalami klaudikasio pada saat istirahat.
Beberapa tes lain yang dapat digunakan untuk menilai perfusi perifer antara lain
adalah sebagai berikut :
1) Pengukuran tekanan sistolik segmental dan pulse volume recordings.
2) Duplex ultrasonography
3) Magnetic resonance angiography, CT angiography, atau intra arterial contrast
angiography (jika akan direncakan dilakukan prosedur revaskularisasi).

G. Pentalaksanaan
1. Terapi Non-farmakologi
a. Perubahan pola hidup
 Berhenti merokok
 Menurunkan berat badan pada penderita obesitas (diet dan olahraga)
 Menurunkan tekanan darah
 Menurunkan kadar kolesterol dalam darah
 Menurunkan kadar gula darah jika beresiko diabetes
 Olahraga teratur
b. Terapi suportif
 Perawatan kaki dengan menjaga tetap bersih dan lembab dengan memberikan
krim atau pelembab
 Memakai sandal dan sepatu yang ukurannya pas dari bahan sintetis yang
berventilasi.
 Hindari penggunaan bebat plastik karena mengurangi aliran darah ke kulit
 Latihan fisik (exercise) berupa jalan-jalan kaki kira-kira selama 30-40 menit
2. Penatalaksanaan Medis
1) Angioplasti dan bedah.
Dalam beberapa kasus, angioplasti atau pembedahan mungkin diperlukan untuk
mengobati penyakit arteri perifer yang menyebabkan klaudikasio intermiten.
2) Angioplasti.
Dalam prosedur ini, tabung hampa kecil (kateter) berulir dimasukkan melalui
pembuluh darah ke arteri yang terkena. Balon kecil di ujung kateter mengembang
untuk membuka kembali arteri dan meratakan penyumbatan ke dinding arteri,
sementara pada saat yang sama peregangan arteri terbuka untuk meningkatkan
aliran darah.
3) Operasi Bypass.
Graft bypass menggunakan pembuluh darah dari bagian lain dari tubuh atau
pembuluh darah sintetis. Teknik ini memungkinkan darah mengalir di sekitar -
atau memotong - arteri yang tersumbat atau menyempit.
4) Terapi trombolitik.
Jika ada bekuan darah yang memblokir arteri, dokter akan menyuntikkan obat
untuk melarutkan gumpalan dalam arteri pada titik dari bekuan itu.

H. Asuhan Keperawatan PAD


1. Pengkajian
Tanda dan gejala kinis akibat proses arterosklerosis tergantung pada organ atau
jaringan yang terkena. Adanya penyakit arteri oklusif, lokasi dan beratnya ditegakkan
dengan riwayat gejala pada pasien dan dengan pemeriksaan fisik terutama warna dan
suhu ekstremitas dan denyut nadi. Kuku mungkin menebal dan keruh, kulit mengkilat,
atropi dan kering dengan pertumbuhan rambut yang jarang.
a) Data subjektif
1) Jalan pincang setelah melakukan gerakan badan, terutama jalan.
2) Rasa nyeri atau kram pada betis, punggung bawah, paha, kaki, yang dapat
timbul ketika berjalan dan hilangnya rasa nyeri ketika istirahat.
3) Iskemia pada ekstremitas.
4) Adanya rasa nyeri sekalipun ketika istirahat.
5) Rasa kebas pada betis atau kaki.
b) Data objektif
1) Nadi pada kedua ekstremitas bawah teraba pada kedua tungkai.
2) Pengisian kapiler lama (3 detik) atau tidak ada pengisian kapiler.
3) Warna kulit pucat, sianosis.
4) Temperatur kulit dingin.
5) Adanya gangren pada jari-jari kaki, tumit kaki.

2. Diagnosis Keperawatan
1) Nyeri kronis berhubungan dengan iskemia otot.
2) Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah
arteri.
3) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan klaudikasi.

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1. Nyeri berhubungan Tujuan : Intervensi :
dengan iskemia Nyeri berkurang setelah - Observasi karakteristik,
jaringan sekunder dilakukan tindakan lokasi, waktu, dan
terhadap sumbatan perawatan selama di RS. perjalanan nyeri dada.
arteri ditandai Kriteria Hasil: - Anjurkan pada klien
dengan : - Nyeri dada berkurang menghentikan aktifitas
- nyeri dada misalnya dari skala 3 ke selama ada serangan dan
dengan / tanpa 2, atau dari 2 ke 1 istirahat.
penyebaran - ekpresi wajah rileks / - Bantu klien melakukan
- wajah meringis tenang, tak tegang tehnik relaksasi,
- gelisah - tidak gelisah misalnya nafas dalam,
- delirium - nadi 60-100 x menit, perilaku distraksi,
- perubahan nadi, - TD 120/ 80 mmHg visualisasi, atau
tekanan darah. bimbingan imajinasi.
- Pertahankan oksigenasi
dengan bikanul
contohnya ( 2-4 L/
menit)
- Monitor tanda-tanda
vital (nadi & tekanan
darah) tiap dua jam.
- Kolaborasi dengan tim
kesehatan dalam
pemberian analgetik.
2. Gangguan perfusi Tujuan : Intervensi :
jaringan Gangguan perfusi jaringan - Monitor Frekuensi dan
berhubungan berkurang/tidak meluas irama jantung
dengan iskemik, selama dilakukan tindakan - Observasi perubahan
penyempitan/ perawatan di RS. status mental
penyumbatan Kriteria Hasil: - Observasi warna dan
pembuluh darah - Daerah perifer hangat suhu kulit / membran
arteri ditandai - Tidak sianosis mukosa
dengan : - Gambaran EKG tak - Ukur haluaran urin dan
- Daerah perifer menunjukan perluasan catat berat jenisnya
dingin infark - Kolaborasi berikan
- RR lebih dari 24 - RR 16-24 x/ menit cairan IV sesuai indikasi
x/menit - Tidak terdapat clubbing - Pantau pemeriksaan
- Kapiler refill finger diagnostik / dan
lebih dari 3 - Kapiler refill 3-5 detik laboratorium misal EKG,
detik - Nadi 60-100x / menit elektrolit, GDA (PaO2,
- Nyeri dada - TD 120/80 mmHg PaCO2 dan saturasi O2 )
- Gambaran foto dan pemberian oksigen.
torak terdapat
pembesaran
jantung &
kongestif paru
( tidak selalu )
- HR lebih dari
100 x/menit, TD
> 120/80 AGD
dengan : pa O2 <
80 mmHg, pa
CO2 > 45 mmHg
dan Saturasi <
80 mmHg
- Nadi lebih dari
100 x/menit
- Peningkatan
enzim jantung
yaitu CK, AST,
LDL/HDL
3. Risiko gangguan Tujuan : Intervensi :
- Anjurkan pasien untuk
integritas kulit b.d. Gangguan integritas kulit
menggunakan pakaian
perubahan sirkulasi tidak terjadi.
yang longgar.
ditandai dengan : Kriteria Hasil :
- Hindari kerutan padaa
Eksternal: - Integritas kulit yang baik
tempat tidur.
- Hipertermia atau bisa dipertahankan
- Jaga kebersihan kulit
hipotermia - Melaporkan adanya
agar tetap bersih dan
- Perubahan status gangguan sensasi atau
kering.
metabolik nyeri pada daerah kulit
- Mobilisasi pasien (ubah
- Tulang menonjol yang mengalami
posisi pasien) setiap dua
- Defisit imunologi gangguan.
jam sekali.
-  Perubahan status - Menunjukkan
- Monitor kulit akan
nutrisi pemahaman dalam
adanya kemerahan.
    - Perubahan turgor proses perbaikan kulit
- Oleskan lotion atau
(elastisitas kulit) dan mencegah terjadinya
minyak/baby oil pada
          sedera berulang.
derah yang tertekan.
- Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan - Monitor aktivitas dan
kelembaban kulit dan mobilisasi pasien.
perawatan alami. - Monitor status nutrisi
- Status nutrisi adekuat. pasien.
- Sensasi dan warna kulit - Memandikan pasien
normal dengan sabun dan air
hangat
- Gunakan pengkajian
risiko untuk memonitor
faktor risiko pasien
(Braden Scale, Skala
Norton).
- Inspeksi kulit terutama
pada tulang-tulang yang
menonjol dan titik-titik
tekanan ketika merubah
posisi pasien.
- Jaga kebersihan selimut.
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk pemberian
tinggi protein, mineral
dan vitamin.
- Monitor serum albumin
dan transferin.
4. Intoleransi aktivitas Tujuan : Intervensi :
berhubungan Terjadi peningkatan - Catat frekuensi jantung,
dengan toleransi pada klien setelah irama, dan perubahan
ketidakseimbangan dilaksanakan tindakan TD selama dan sesudah
antara suplai keperawatan selama di RS aktivitas
oksigen dengan Kriteria Hasil : - Tingkatkan istirahat (di
kebutuhan, adanya - Klien berpartisipasi tempat tidur)
iskemik/nekrosis dalam aktifitas sesuai - Batasi aktivitas pada
jaringan miokard kemampuan klien dasar nyeri dan berikan
ditandai dengan : - Frekuensi jantung 60-100 aktivitas sensori yang
- Gangguan x/menit tidak berat.
frekuensi jantung, - TD 120-80 mmHg - Jelaskan pola
tekanan darah peningkatan bertahap
dalam aktivitas dari tingkat aktivitas,
- Terjadinya contoh bangun dari kursi
disritmia bila tidak ada nyeri,
- Kelemahan umum ambulasi dan istirahat
selam 1 jam setelah
makan.
- Kaji ulang tanda
gangguan yang
menunjukan tidak
toleran terhadap
aktiVitas atau
memerlukan pelaporan
pada dokter.

Daftar Pustaka

Fran, H.M. 2004. Handbook of Emergency Cardiovascular Care for Healthcare Providers.
United States of America: AHA.
Prasetyo, J.B. 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya: Airlangga University.
Levefer, J. 1997. Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik dengan Implikasi
Keperawatan. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Wilkinson, Judith. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC Ed. 9. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai