Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Analisis Kecelakaan Kerja Pada Kasus

”Pekerja Proyek Pembangunan Hotel Panghegar Tewas Terjatuh

Dari Lantai 20,Rabu 23 Maret 2011

Disusun Oleh:

SAYYIDATUN NISAA (217052882)

BARRA AJIE SAITRIA (217052883)

AGCHEL RANDA BANDASO (217052872)

D-1V KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

UNIVERSITAS BALIKPAPAN
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas bimbingan dan petunjuk serta
kemudahan yang diberikan oleh-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan baik.

Penyusunan makalah ini adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mengisi nilai
di mata kuliah Perundangan K3 & Ketenagakerjaan. Selain itu pembaca diharapkan mampu
memahami pentingnya K3 di lapangan. Saya juga memasukkan identifikasi risiko kecelakaan
kerja yang kerap terjadi di dunia industri.

Seperti kata pepatah, tiada gading yang tidak retak, penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan. Apalagi pengetahuan penulis
juga masih belum seberapa mengenai hal yang dibahas dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang positif sangat penulis harapkan agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai mana mestinya. Terlebih dapat bermanfaat
sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan kesadaran berbudaya K3 dengan baik.
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program pembangunan telah membawa Indonesia pada kemajuan yang


sigfnifikan di segala sektor kehidupan, seperti sektor industri, properti, transportasi,
pertambangan dan lainnya. Dapat kita lihat dan rasakan gedung tinggi menjulang, pabrik-
pabrik beroperasi tanpa henti, berbagai macam barang telah diproduksi, dan berbagai
kemudahan sebagai manifestasi dari pembangunan yang pesat. Namun pernahkah kita
berpilir sejenak mengenai hal ini. Setiap hal memiliki dua sisi logam yang saling
bertentangan. Begitu pula dengan program pembangunan. Ada sisi positif ada pula sisi
negatif. Banyak keuntungan yang didapat namun tidak sedikit kerugian yang ditanggung.
Kecelakaan kerja, pencemaran lingkungan, perubahan ilim, polusi udara, global warming,
penyakit akibat kerja, dan kenegasian lain dari dampak pembangunan ini telah kita
rasakan. Kondisi ini dapat terjadi karena kurangnya kepedulian mengenai lingkungan dan
terlebih sistem keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tengah masyarakat. Proses
pembangunan di Indonesia belum menunjukkan keseimbangan antara kemajuan program
pembangunan dengan peningkatan kesadaran akan pentingnya manajemen K3. Hal ini
dapat dibuktikan dengan banyaknya kecelakaan kerja yang terjadi dan meningkatnya
penyakit akibat kerja serta prevalensi morbiditas dan mortalitas akibat kerja yang
meningkat. Menurut Dirut PT. Jamsostek Hotbonar Sinaga yang dilansir dari
poskota.co.id menyatakan bahwa jumlah kasus kecelakaan kerja dalam lima tahun
terakhir terus meningkat. Kasus kecelakaan kerja tertinggi terjadi tahun lalu, yakni
mencapai 98.711 kasus, jumlah ini lebih besar dibandingkan jumlah ini lebih besar jika
dibandingkan dengan empat tahun sebelumnya. Menurutnya, rata-rata kasus kecelakaan
kerja setiap tahun sekitar 93.000 kasus. Oleh karena itu, pada makalah ini penulis akan
melakukan analisis mengenai salah satu kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia
yaitu kasus kecelakaan pekerja proyek pembangunan Hotel Panghegar yang tewas
terjatuh dari lantai 20, Rabu 23 Maret 2011.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan pada


kasus Proyek Pembangunan Hotel Panghegar tersebut ?

2. Bagaimana melakukan penangan dan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan


lagi ?

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan pada kasus
tersebut 2. Untuk mengetahui bagaimana cara penanganan dan pencegahan agar tidak terjadi
kecelakaan yang sama
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kecelakaan

Menurut Frank Bird, ”an accident is undesired event that result in physical harm to a
person or damage to property. It is usually the result of a contact with a source of energy (kinetic,
electrical, chemical, thermal, etc)” (Soehatman, 2010)

Meurut Heinrich, Petersen dan Roos, 1980 “KeIelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah
suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu tindakan atau reaksi
suatu objek, bahan, orang atau radiasi yang mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat
lainnya”. (Mayendra, 2009).

Kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak direncanakan yang menyebabkan atau
berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan, atau kerugian lainnya. (Standar AS/NZS
4801:2001). Sementara itu, menurut OHSAS 18001:2007 Kecelakaan Kerja didefinisikan
sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau
kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian kematian atau kejadian yang dapat
menyebabkan kematian. Pengertian ini digunakan juga untuk kejadian yang dapat menyebabkan
merusak lingkungan (Sumber : OHSAS 18001:2007).

Kecelakaan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.3 adalah suatu

kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang adapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa kecelakaan akibat
kerja adalah suatu peristiwa yang tidak terduga, tidak terencana tidak dikehendaki dan
menimbulkan kerugian baik jiwa maupun harta yang disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan yaitu ketika pulang dan pergi ke tempat kerja melalui rute yang biasa
dilewati.
2.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Pengertian kejadian menurut standar Australian AS 1885 1 (1990) adalah suatu proses
atau kejadian cidera atau penyakit akibat kerja. ( Mayendra,2009) Banyak tujuan yang dicapai
dengan melakukan pengklasifikasian kejadian kecelakaan akibat kerja. Salah satu diantaranya
adalah untuk mengidentifikasi proses alami suatu kejadian seperti dimana terjadinya kecelakaan,
apa yang dilakukan oleh karyawan dan alat apa yang digunakan oleh karyawan sehingga
menyebabkan kecelakaan.

Dengan menerapkan kode-kode kecelakaan kerja maka akan sangat membantu proses
investigasi dalam menginterpretasikan informasi-informasi yang di dapat. ada banyak refrensi
yang menjelaskan mengnai kode-kode dari kecelakaan kerja, salah satunya adalah standar
Australian 1885 1 (1990). Berdasarkan standar tersebut, kode yang diguakan untuk mekanisme
terjadinya cidera/sakit akibat kerja dibagi sebagi berikut :

1. Jatuh dari atas ketinggian

2. Jatuh dari ketinggian yang sama

3. Menabrak objek dengan bagian tubuh

4. Terpajan oleh getaran mekanik

5. Tertabrak oleh objek yang bergerak

6. Terpajan oleh suara yang tiba-tiba

7. Terpajan oleh suara yang lama

8. Terpajan tekanan yang bervariasi

9. Pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah

10. Otot tegang lainnya

11. Kontak dengan listrik

12. Kontak atau terpajan dengan dingin atau panas

13. Terpajan radiasi


14. Kontak tunggal dengan bahan kimia

15. Kontak jangka panjang dengan bahan kimia

16. Kontak lainnya dengan bahan kimia

17. Kontak dengan atau terpajan dengan faktor biologi

18. Terpajan faktor stress mental

19. Longsor atau runtuh

20. Kecelakaan kendaraan/mobil

21. Lain-lain mekanisme cidera berganda atau banyak

Model Kecelakaan

Dalam proses terjadinya kecelakaan terkait 4 unsur produksi yaitu People, Equipment, Material,
dan Environment yang saling berinteraksi dan bersama-sama menghasilkan suatu produk atau
jasa.
Kecelakaan dapat terjadi karena konsdisi alat atau material yang digunakan dalam bekerja. Alat
dan material ada kemungkinan besar memiliki kondisi yang berbahaya. Selain itu kecelakan juga
dapat disebabkan oleh lingkungan tempat bekerja.

Menurut Mayendra, 2009 dalam makalahnya pentingnya mempelajari model kecelakaan adalah
sebagai berikut

Memahami klasifikasi sistem yang logis, objektif dan dapat diterima secara universal. Dengan
mengklasifikasikan sistem maka beberapa fenomena, kejadian yang melatarbelakangi kecelakaan
dapat dikelompok-kelompokkan sehingga mudah dianalisa.
Three Main Factor

Menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan peralatan, lingkungan dan faktor manusia pekerja itu
sendiri.

Two main Factor

Kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya dan tindakan berbahaya .

Human Factor Theory

Menekankan bahwa pada akhirnya seluruh kecelakaan kerja tidak langsung disebabkan karena
kesalahan manusia.

Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan teknik identifikasi bahaya antara lain

Sistematis dan tersetruktur, 2. Mendorong pemikiran kreatif tentang kemungkinan bahaya yang
belum pernah dikenal sebelumnya, 3. Harus sesuai dengan sifat dan skala kegiatan perusahaan,
4. Mempertimbangkan ketersediaan informasi yang diperlukan.

Karakteristik bidang konstruksi

Bidang konstruksi adalah satu bidang produksi yang memerlukan kapasitas tenaga kerja dan
tenaga mesin yang sangat besar, bahaya yang sering ditimbulkan umumnya dikarenakan faktor
fisik, yaitu : terlindas dan terbentur yang disebabkan oleh terjatuh dari ketinggian, kejatuhan
barang dari atas atau barang roboh.
Kemungkinan jatuh dari ketinggian terjadinya lebih besar, kerusakan yang ditimbulkannya lebih
parah. Penyebab jatuh dari ketinggian umumnya adalah : pekerja pada saat bekerja di tempat
kerja memiliki kepercayaan dirinya berpengalaman atau mencari jalan cepat, mulai bekerja tanpa
mengenakan alat pelindung apapun atau baju pelindung, sehingga begitu terjatuh tidak ada sabuk
pengaman atau jaring pengaman bisa mengakibatkan kematian. Selain kurangnya pemahaman
pekerja tentang keamanan, perlindungan tenaga kerja yang dilakukan pemilik usaha sering tidak
mencukupi, sebagai contoh bila bekerja di kerangka yang tinggi, harus dipasang balok
menyilang, disamping untuk menjaga kestabilan, selain itu untuk memberikan topangan yang
kuat bagi tenaga kerja; pada saat pekerja tidak hati-hati terjatuh, ada satu lapisan pengaman,
untuk mengurangi dampak yang terjadi. Pemilik usaha tidak seharusnya mengabaikan hidup para
pekerjanya demi untuk mengejar keuntungan.
Penyebab kejatuhan benda dari atas seringkali karena kecerobohan pekerja; seperti pada saat
mengoperasikan mesin penderek, mesin penggali lubang atau mesin pendorong, semestinya ada
pagar pembatas di sekelilingnya, guna mencegah masuknya pekerja, apabila tetap diperlukan
pekerja lain untuk memberikan bantuan operasional, maka di sampingnya perlu ada seorang
mandor yang memberikan komando dan pengawasan; selain pagar pembatas pekerja di area
tersebut harus memakai secara benar perlengkapan pelindung seperti helm, sarung tangan dan
sepatu pengaman dan lain-lain.

Kebijakan dan Undang-Undang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan ketentuan perundangan dan memiliki landasan hukum
yang wajib dipatuhi semua pihak, baik pekerja, pengusaha atau pihak yang terkait lainnya. Ada beberapa
peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia, beberapa diantaranya :

 Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatn kerja

 Undang-unang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

 Undang-undang No. 8 tahun 1998 tentang perlindungan konsumen

 Undang-undang No. 19 tahun 1999 tentang jasa konstruksi

 Undang-undang No. 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung

 Undang-undang No. 30 tahun 2009 tentang keteknikan memuat aspek keselamatan Kebijakan
merupakan persyaratan utama dalam semua sistem manajemen seperti Manajemen
Lingkungan, Mutu dan lain-lain. kebijakan merupakan roh dari sebuah sistem. Oleh karena itu,
OHSAS 18001 mensyaratkan ditetapkannya kebijakan K3 dalam organisasi oleh manajemen
puncak. Kriteria kebijaka K3 adalah sebagai berikut :
1. Sesuai dengan sifat dan skala resiko K3 organisasi
2. Mencakup komitmen untuk peningkatan berkelanjutan 10
3. Termasuk adanya komitmen untuk sekuarngnya memenuhi perundangan K3 yang berlaku
Didokumentasikan, diimplimentasikan, dan dipelihara
4. Dikomunikasikan kepada seluruh pekerja
5. Tersedia bagi pihak lain yang terkait
6. Ditinjau ulang secara berkalauntuk memastikan bahwa masih relevan dan sesuai dengan
organisasi

BAB III

ANALISIS KASUS KECELAKAAN

3.1 Deskripsi Kasus

Terjun dari Lantai 20, Pekerja Proyek Tewas (Seputar Indonesia) Thursday, 24 March 2011

Sumber : www.seputarindonesia.com

BANDUNG– Seorang pekerja, Agus Iding, 35, tewas seketika setelah terjatuh dari lantai 20 proyek
pengerjaan Apartemen Panghegar di Jalan Merdeka, Kota Bandung, kemarin pukul 14.15 WIB. Namun
disayangkan, pihak proyek tidak melaporkan ke kepolisian. Berdasarkan data yang dihimpun di
lapangan, korban yang bekerja sebagai mekanik leader konstruksi lift saat itu hendak mengecek lift di
lantai 20. Saat pintu terbuka, seketika itu korban terdorong dan pintu tertutup otomatis dengan cepat,
sedangkan kotak lift berada di lantai dasar.Korban pun langsung terjatuh hingga lantai GF. Salah seorang
rekan kerja korban, Leman Nugraha, 20 mengatakan bahwa korban terdorong sangat cepat “Biasanya
lift passenger itu selalu berada di lantai 20, ini malah di lantai GF, jadi pas di buka kosong” jelas Leman.
Saudara korban, Dadang, mengaku mendapat kabar keccelakaan tersebut sekitar pukul 16.00
WIB.”Kalau keluarga mendapat kabarnya pukul tigaan, katanya kecelakaan” ungkap Dadang di Rumah
Sakit Bungsu, jalan Veteran Kota Bandung, tadi malam

Korban tewas warga Jalan Cikuda RT 02/11,Cibiru,Kota Bandung, itu mengalami luka patah kaki dan
mengeluarkan darah segar dari bibir, serta beberapa bagian tubuhnya mengalami pembengkakan. Korban
langsung dilarikan ke RS Bungsu.Sementara itu,pihak pengembang hotel bungkam ketika ditanya
wartawan mengenai kejadian tersebut. “No comment saya ngga tahu,” ungkap beberapa pekerja dan pihak
keamanan. Pihak kepolisian pun baru mengetahuinya sekitar pukul 17.30 dari pihak rumah sakit.
Tim identifikasi langsung meluncur ke lokasi kejadian,tetapi pihak pengembang terlihat menutupnutupi.
Kasat Reskrim Polrestabes Bandung AKBP TuHagus Ade Hidayat membenarkan terkait kejadian
tersebut”Iya, kita baru tahu sekitar jam 17.30 WIB” Ungkap Tubagus Ketika di hubungi wartawan.Pihak
nya pun saat ini memeriksa beberapa orang saksi yang mengetahui kejadian tersebut.

Jatuh Dari Lantai 20 Apartemen Panghegar, Agus Tewas Seketika

Sumber : www.bandung.detik.com

Baban Gandapurnama - detikBandung Bandung - Agus iding (35), tewas seketika setelah jatuh dari lantai
20 proyek pembangunan Grand Royal Panghegar Apartement, sekitar pukul 14.15 WIB, Rabu
(23/3/2011). Jenazah pekerja proyek itu langsung dibawa ke RS Bungsu, Jalan Veteran. Sebelum
kejadian, Agus dan rekan kerjanya, Leman Nugraha (25), sedang mengecek lift ke lantai 20 bangunan
tersebut. Agus ini bekerja sebagai mekanik leader konstruksi lift. "Saat itu pintu lift dalam keadaan
tertutup. Almarhum membuka pintu itu menggunakan tangan, dia masuk dan pintu tiba-tiba pintu
menutup. Ternyata pas dibuka melompong, enggak ada boks liftnya," kata Leman ditemui di RS Bungsu.
Diketahui, kata dia, boks lift berada di lantai bawah. "Biasanya juga lift passenger itu setiap hari ada di
lantai 20. Tapi tadi di bawah," ujarnya. Leman menambahkan, Agus tewas seketika di lokasi kejadian.
Lalu jenazahnya diboyong ke RS Bungsu, "Kondisinya mulut berdarah, tubuh bengkak dan kaki patah,"
ungkapnya. Korban merupakan warga Jalan Cikuda, RT 2 RW 11, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung. Dia
sudah bekerja di proyek Apartemen Panghegar sejak Maret 2010 lalu. Sementara itu, pihak keluarga
korban mengaku diberitahu pihak perusahaan dua jam setelah peristiwa tersebut. "Tadi dikasih tahu
jam empat. Kalau kejadiannya enggak tahu. Tapi dibilang jatuh," ujar Dadang dari pihak keluarga korban
saat ditemui di RS Bungsu. Pantauan detikbandung, sejumlah polisi yang diberi tahu oleh RS Bungsu
sekitar pukul 17.30 WIB, langsung mengidentifikasi data diri korban. Usai meminta keterangan keluarga
korban dan rekan kerja, polisi meninggalkan RS Bungsu sekitar pukul 19.30 WIB. Sementara jasad korban
dibawa keluarga sekitar pukul 20.00 WIB. Pihak proyek yang ditemui di lokasi kejasian enggan
berkomentar soal kasus ini. Enggak tahu. No comment," ujar seorang petugas proyek saat wartawan
meminta konnfirmasi. Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP Tubagus Ade Hidayat membenarkan
kejadian tersebut. "Kami masih menyelidikinya. Sejumlah saksi kami minta keterangan," ujarnya saat
dikonfirmasi wartawan via ponsel. Sementara itu dihubungi secara terpisah PR Panghegar Restina
Setiawan mengaku belum mendapat konfirmasi soal peristiwa itu. "Belum ada konfirmasi apa-apa, saya
tadi pulang duluan. Jadi belum bisa ngomong apa-apa. Mungkin besok saya bisa kasih keterangan,"
ujarnya.

3.2 Analisis Kasus

Pada kasus kecelakaan ini penulis menggunakan model analisis kasus Teori Domino yang berasal dari
Heinrich (1930). Hal ini disebabkan karena kondisi kasus kecelakaan sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Heinrich ini. Dalam Teori Domino Heinrich, kecelakaan terdiri atas lima faktor yang
saling berhubungan yaitu, kondisi kerja (environment), kelalaian manusia (person), tindakan tidak aman
(hazard), kecelakaan (accident) dan cedera/kematian (injury)

1. Identitas korban kecelakaan Pada kasus ini dapat kita ketahui bahwa korban bernanma
Agus Iding. Ia adalah seorang Pemimpin Konstruksi Lift dari proyek pembangunan
Apartemen Panghegar di Jalan Merdeka, Kota Bandung. Dari artikel tersebut dpat kita
kategorikan bahwa korban berkerja pada bidang konstruksi bangunan dan sudah cukup
berpengalaman karena ia diposisikan sebagai leader dalam proyek pembangunan lift
apartemen ini.
2. Identifikasi sumber bahaya Dalam kasus ini korban melakukan tindakan yang tidak aman
yaitu tidak menggunakan body harness/full body harness (Hazard yang berupa unsafe act).
Sedangkan Menurut undang-undang keselamatan kerja, bekerja di ketinggian ini
memerlukan fix platform atau memakai alat pelindung diri berupa full body harness. Selain
itu, bila pekerjaan dilakukan pada tempat yang memiliki ketinggian lebih dari lima meter,
diperlukan sebuah ijin khusus, yang mana ijin ini diperlukan untuk menganalisa bahaya apa
saja yang mungkin terjadi dan menyiapkan alat pengaman yang cocok untuk meminimalisir
resiko yang akan dihadapi bila bekerja pada ketingian tersebut. Working at High atau sering
disingkat WaH, memiliki arti dalam bahasa Indonesia adalah bekerja pada ketinggian.
Kategori bekerja pada ketinggian adalah melakukan pekerjaan yang memiliki ketinggian
sama dengan atau lebih dari 1,8 meter dari permukaan tanah. Kemudian dapat kita ketahui
pula bahwa kondisi kerja (environment) pada saat itu mendukung terjadinya kecelakaan.
Berdasarkan berita tersebut lift passanger biasanya berada di lantai 20 tempat korban
berada, namun entah mengapa pada hari tersebut box liftnya berada di GS (Ground Floor).
Dari deskripsi berita yang diberikan dapat kita analisa bahwa korban melakukan kesalahan
(fault of person), selain tidak memakai alat pelindung diri, korban tidak berlaku hati-hati
terhadap segala kemungkinan yang ada. Disini mungkin ia merasa aman karena seperti
biasanya box lift berada di lantai 20, namun kenyataannya tidak.

3. Kronologis kecelakaan kerja

Dalam kasus kecelakaan yang terjadi pada Agus Icing ini merupakan sebuah kasus yang
komplikatif. Artinya banyak penyebab yang dpat kita analisis didalamnya dan membentuk
sebuah kemungkinan terjadinya kecelakaan yang pada akhirnya menimbulkan kerugian baik
secara langsung (direct cost) maupun tidak langsung (Indirect cost).
Pada kasus ini penulis akan menjelaskan kejadian berdasarkan teori yang dikemukaan oleh
Heinrich pada tahun 1930 yaitu teori Domino. Teori domino merupakan visualitas yang
menggambarkan berbagai peluang dan sumber bahaya yang pada akhirnya mengakibatkan
terjadinya kecelakaan. Tahap-tahap kejadian pada kasus ini berdasarkan analisa berita yaitu
sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai