Anda di halaman 1dari 5

A.

Kegiatan Pembelajaran-4
1. Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan kegiatan pembelajaran-4 ini adalah mahasiswa mampu
menjelaskan konsep dasar pengelolaan dan pengembangan kegiatan anak di
Taman Kanak-Kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA), kelompok A.

2. Materi Pembelajaran: Konsep Dasar Pengelolaan dan Pengembangan


Kegiatan Anak di TK/RA.
a. Latar Belakang Taman Kanak-Kanak (TK)
Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) penting artinya bagi anak usia
dini karena merupakan jenjang pendidikan formal pertama yang diikuti. Sama
seperti pengelolaan PAUD lainnya kegiatan pendidikan Taman Kanak-Kanak
diperuntukkan bagi anak direntang usia 4–6 tahun. Hal ini tertuang pada
Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 1990 Pasal 12, yang berbunyi,
“Taman Kanak-Kanak, adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang
menyediakan pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai memasuki
pendidikan dasar.”
Layanan pendidikan anak usia dini ini memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan anak pada jalur pendidikan formal, seperti dinyatakan dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal
28, “ Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk
Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal atau bentuk lain yang sederajat.”
Sejarah Taman Kanak-Kanak di Indonesia
1) Pendidikan Taman Kanak-Kanak yang pertama kali, didirikan oleh
Friedrich Wilhelm Frobel pada 21 April 1782 di Blankenburg Jerman.
Freidrich Frobel (21 April 1782 – 21 Juni 1852) seorang berkebangsaan
Jerman, yang menggagas pendidikan untuk anak dengan membuka
kinder garten (kinder: anak, garten: anak). Frobel melaksanakn kegiatan
pembelajaran dengan bermain sambil belajar. Pengelolaan
pengembangan berisi kegiatan kerajinan tangan, bernyanyi,
mendengarkan cerita, bermain kotak kubus dan lainnya. Istilah kinder
garten dikenal juga dengan Frobel School.
2) Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, Taman Kanak-Kanak masih
menggunakan sistem pendidikan Frobel dan memberi nama lembaga
pendidikan prasekolah ini dengan Frobel School. Pada tahun 1938
pemerintahan ini juga memakai metode Montesori yang menekankan arah
pendidikan kepada perkembangan kepribadian anak, seperti, rasa
kemandirian, kepercayaan diiri, dan disiplin. Tokoh pendidikan yang
menjadi salah satu lulusannya adalah R. M. Soewardi Soerjaningrat atau
yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan
pendiri Taman Siswa.
3) Pada tahun 1917, Ibu-Ibu Aisyiyah, yang merupakan Organisasi Wanita
Muhammadiyah mendirikan Bustanul Athfal (Taman Kanak-Kanak)
pertama di Yogyakarta. Bustanul Athfal merupakan TK yang berlandaskan
Islam, sebagai respon kepada Lembaga Pendidikan Pendidikan Anak Usia
Dini yang berorientasi Eropa.
4) Pada tanggal 03 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara, rmelalui organisasi
Taman Siswa mendirikan Sekolah Frobel Kinder Garten dengan nama
Taman Lare (Taman Anak) atau Kindertuin atau Sekolah Frobel Nasional.
Pendidikan ini ditujukan bagi anak usia di bawah 7 tahun.
Penyelenggaraan pendidikan menggunakan. metode Mostessori yang
disesuaikan dengan budaya timur. Nama sekolah ini akhirnya berubah
menjadi Taman Indria.
5) Pada masa pendudukan Jepang, nama Frobel School diganti dengan
Taman Kanak-Kanak. Di masa inilah istilah Taman Kanak-Kanak dikenal
luas di Indonesia. Namun pada masa ini pula metode bernyanyi, bermain
dan bercerita diubah versinya serta penambahan nyanyian-nyanyian
Jepang.
6) Setelah proklamasi kemerdekaan, konsep taman kanak-kanak tetap
dipertahankan, dengan tambahan pelajaran tentang nasioanalisme dan
kebudayaan Indonesia. Selain itu ditambahkan juga misi kemerdekaan,
sulit pasca kemerdekaan. mencerdaskan kehidupan bangsa dan menekan
angka buta huruf dengan sasaran anak di atas usia 4 tahun sampai
memasuki pendidikan dasar. Namun masih sedikit orang tua yang
memasukkan anaknya ke taman kanak-kanak, salah satunya karena
perekonomian yang masih rendah.
7) Pada tahun 1950 keberadaan Taman Kanak-Kanak di Indonesia diakui
secara resmi, ditandai dengan berlakunya Undang-Undang No. 4 Tahun
1950 mengenai Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran Pasal 6 No. 1
bagian (a) yang berbunyi: “1. Menurut jenisnya maka pendidikan dan
pengajaran dibagi atas: a) pendidikan dan pengajaran taman kanak-
kanak, b) pendidikan dan pengajaran rendah, c) pendidikan dan
pengajaran menengah, d) pendidikan dan pengajaran tinggi. Kemudian
dilanjutkan pada Pasal 7 bagian (a), yang mengatakan, “Pendidikan dan
pengajaran Taman Kanak-Kanak bermaksud menuntun tumbuhnya rohani
dan jasmani kanak-kanak sebelum ia masuk sekolah rendah”.
8) Pada tahun 1957 berdiri GOPTKI (Gabungan Organisasi Penyelenggara
TK Indonesia).
9) Pada tahun 1960–an didirikan TK yang berstatus negeri yang kemudian
dianamakan sebagai TK Negeri Pembina.

a. Latar Belakang Raudhatul Athfal (RA)


Perkembangan teknologi dan informasi mau tak mau telah mendongkrak
perkembangan zaman. Pendidikan pun ikut berpacu termasuk pendidikan anak usia
dini. Adanya Taman Kanak-Kanak yang dikelola Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
ternyata belum menjadi pilihan utama sebagian orang tua sebagai wadah untuk
mendidik anak usia dininya. Meski banyak TK yang bernuansa Islam, masyarakat
dan orang tua khususnya yang beragama Islam, masih mencari pilihan untuk
layanan pendidikan anak usia dininya. Kesadaran bahwa pertumbuhan dan
perkembangan anak usia dini tidak cukup diisi dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi saja semakin meluas. Penanaman ketauhidan kepada Allah SWT dan
kecintaan pada Nabi dan Rasul-Nya, merupakan pilihan utama. Sehingga nilai-nilai
keimanan dan pengetahuan menjadi dua pengembangan yang dianggap sangat
penting untuk bekal kehidupan anak di dunia dan di akhirat.
Di tengah impian itu Departemen Agama yang sekarang bernama
Kementerian Agama melahirkan Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini dengan nama
Raudhatul Athfal. Lembaga ini disyahkan oleh pemerintah pada tahun 1993 melalui
Keputusan Menteri Agama No. 367 Tahun 1993 tentang Raudhatul Athfal yakni,
“Raudhatul Athfal adalah bentuk satuan pendidikan prasekolah yang berciri khas
agama Islam pada jalur pendidikan sekolah (formal) di lingkungan Ditjen Bimbaga
Islam Departemen Agama, yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak
usia dini sekurang-kurangnya empat tahun sampai memasuki jenjang sekolah dasar.
Pendidikan prasekolah ini diakui dan sejajar dengan Taman Kanak-Kanak
(TK). Hal ini dinyatakan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 28 ayat
(3) yang berbunyi, “Raudhtul Athfal (RA) menyelenggarakan pendidikan keagamaan
Islam, yang menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada peserta didik
untuk mengembaangkan potensi diri seperti pada taman kanak-kanak.
Pengelolaan pendidikan yang dilaksanakan oleh Raudhatul Athfal sangat
menentukan keberhasilan peserta didik dalam mengikuti pendidikan selanjutnya.
Sebagaimana tertulis dalam PP No. 17 Tahun 2010 pada pasal 66 ayat (1) yang
berbunyi, “Program pembelajaranTK/RA dan bentuk lain yang sederajat
dikembangkan untuk mempesiapken peserta didik memasuki SD, MI, atau bentuk
yang sederajat”.
Seperti pendidikan anak usia dini lainnya, kegiatan pembelajaran di Raudhatul
Athfal diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang
dimiliki anak didik seperti, moral dan nilai agama, sosial emosional, kemampuan
berbahasa, kemampuan kognitif, kemampuan fisik motorik serta kemampuan seni.
Dengan berciri khas Agama Islam. Artinya setiap pengembangan kegiatan
diintegrasikan ke dalam Agama Islam.
Lahirnya Raudhatul Athfal sebagai lembaga formal pendidikan prasekolah
yang berciri khas Agama Islam, disambut hangat orang tua, pendidik, dan
masyarakat khususnya Ummat Islam di tanah air. Selain menambah khazanah
lembaga pendidikan praskolah secara umum, Juga memperbanyak pilihan orang tua
Muslim untuk mendapatkan pendidikan bagi buah hatinya yang dapat menanamkan
aqidah Islam sejak usia dini.

b. Konsep Dasar Pengelolaan TK/RA


Dengan adanya kesetaraan antara Taman Kanak-Kanak (TK) dengan
Raudhatul Athafal (RA) seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 pasal 28 ayat (3), maka konsep dasar pengelolaan kegiatan pengembangan di
TK/RA pun pada dasarnya mempunyai kesamaan. Kedua lembaga pendidikan ini
dibedakan pada ciri khas keagamaan. Layanan pendidikan di TK/RA
diselenggarakan untuk memberi peluang agar anak dapat mengembangkan seluruh
potensi pertumbuhan dan perkembangannya sesuai dengan karakteristik anak
masing-masing.
Pengelolaan pengembangan dilakukan melalui kegiatan bermain. Sebab dunia
anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak mengembangkan sosial
emosional, dengan bermain anak mengembangkan kreativitasnya dengan membuat
daya cipta, dengan bermain anak mengembangkan bahasanya, dengan bermain
anak bernyanyi dan menari untuk mengembangkan nilai-nilai seni dan keindahan,
dengan bermain anak mengembangkan fisik motoriknya, dengan bermain anak
belajar memecahkan masalah. Bermain juga membantu anak mengembangkan nilai
moral dan agamanya.
Berdasarkan kajian tersebut dapat diketahui bahwa pengelolaan pengembangan
kegiatan di TK/RA bertujuan untuk mengembangkan semua aspek perkembangan
anak. Baik secara fisik maupun psikologisnya dengan iman dan taqwa kepada Allah
SWT, sikap dan kepribadian yang diterima masyarakat, dan pengetahuan, serta
keterampilan untuk mengantarkan anak ke jenjang pendidikan selanjutnya.

3. Tugas/Latihan
Diskusikanlah dalam kelompok yang berjumlah 3-5 orang, tentang latar
belakang berdirinya TK dan RA, lalu jelaskan secara bergantian!

4. Evaluasi
Carilah5 artikel yang berkaitan dengan konsep dasar
pengelolaan pengembangan kegiatan di TK/RA, lalu buatlah resumenya (hasil
review)!

Anda mungkin juga menyukai