Anda di halaman 1dari 14

Tempat-Tempat Keramat di Kecamatan Panjalu… (Aam Masduki) 475

TEMPAT-TEMPAT KERAMAT
DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

THE SACRED PLACES IN PANJALU SUB-DISTRICT OF CIAMIS REGENCY

Aam Masduki
Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung
Jl. Cinambo No. 136 Ujungberung Bandung
e-mail: Masduki.aam@gmail.com

Naskah Diterima: 28 Mei 2014 Naskah Direvisi: 11 Juli 2014 Naskah Disetujui: 18 Agustus 2014

Abstrak
Dewasa ini bangsa Indonesia sedang berada di tengah-tengah kebudayaan yang sedang
tumbuh dan berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Meskipun di tengah arus perkembangan yang sangat pesat dalam segala aspek kehidupan, masih
nampak bahwa ada masyarakat yang masih kuat berpegang pada adat kebiasaan dan mentalitas
para leluhur mereka tentang kepercayaan sebagai keyakinan dalam hidupnya yang diwujudkan
melalui tindakan. Di antaranya pada waktu tertentu pergi atau berkunjung ke tempat-tempat
keramat, misalnya makam-makam para leluhur yang dianggap keramat atau tempat-tempat yang
dianggap mempunyai tuah dan sebagainya.Tempat-tempat keramat banyak ditemukan di semua
daerah di Indonesia. Di tempat-tempat inilah masyarakat pendukung suatu kebudayaan
mengekspresikan dirinya secara religius dengan beranekaragaman cara dan laku. Hal tersebut bisa
dimengerti karena kepercayaan sebagai salah satu unsur kebudayaan, terdiri atas pola-pola
sistematis dari keyakinan anggota masyarakat. Pola-pola tersebut sistematis karena manifestasinya
teratur dalam kejadian maupun ekspresinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
tempat-tempat keramat serta mengungkap fungsi dan maknanya, agar masyarakat terutama
generasi muda bisa mengetahui dan memelihara tinggalan leluhur. Penelitian ini bersifat deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang melihat pada aspek nilai dan konsep berpikir
pada masyarakat tersebut, serta penggalian data melalui observasi dan wawancara.
Kata kunci: tempat-tempat keramat, Panjalu, Ciamis.

Abstract
Today the Indonesian nation was in the midst of a culture that is growing and changing
in accordance with the development of science and technology. While in the midst of rapid growth
in all aspects of life, it appears that there are still people who still hold on to the customs and
mentality of their ancestors of faith as belief in life created by the action. Among them at a certain
time to go or visiting sacred places, such as the tombs of the ancestors that are considered sacred
or places that are considered to have good luck and so on. Sacred places are found in all regions
in Indonesia. In places it is public support for a culture to express themselves religiously with
various manner and behavior. This is understandable, given the trust as one of the cultural
elements, consisting of systematic patterns of society belief-pattern.The patterns are systematic, as
a regular in the incidence of manifestations and expressions. The purpose of this study was to
identify sacred sites and reveals the function and meaning, so that people, especially younger
generations can know and preserve the remains of ancestors. This is a descriptive study using a
qualitative approach that looks at the aspects of value and the concept of thinking in the
community, as well as extracting data through observation and interviews.
Keywords: sacred places, Panjalu, Ciamis.
476 Patanjala Vol. 6 No. 3, September 2014: 475-488

A. PENDAHULUAN masyarakat, akan tuah dan keramat


Keramat dari kata karamah yang makamnya. Sesuai dengan pandangan
berarti mulia, murah dan luhur. Dalam umum masyarakat Indonesia yang
teologi Islam, keramat adalah keisti- menganggap seseorang yang bergelar
mewaan luar biasa yang dianugerahkan waliyullah adalah orang yang sangat dekat
Tuhan kepada seseorang yang dicintai. dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka
Keramat dibedakan dengan mujizat yang tokoh tersebut beserta pengikutnya yang
dianugerahkan kepada para Nabi dan dimakamkan tidak jauh dari sang tokoh
istidraj yang dimiliki oleh orang yang diyakini dapat menjembatani umatnya
durhaka kepada Tuhan. Keramat sering dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.
dikaitkan dengan tokoh yang dipercayai Tempat-tempat keramat banyak
sebagai wali, yaitu orang yang sangat ditemukan di semua daerah di Indonesia.
dikasihi Tuhan. Kekeramatan mereka Di tempat-tempat inilah masyarakat
terlihat dalam perbuatan mereka yang luar pendukung suatu kebudayaan meng-
biasa dan tidak terjangkau oleh akal biasa. ekspresikan dirinya secara religius dengan
Kekeramatan mereka berlangsung terus beragam cara dan laku. Hal tersebut bisa
setelah mereka meninggal. dimengerti karena kepercayaan sebagai
Oleh karena itu dalam masyarakat terdapat salah satu unsur kebudayaan, terdiri atas
kuburan para wali yang diyakini sebagai pola-pola sistematis dari keyakinan
kuburan keramat dan diziarahi banyak anggota masyarakat. Pola-pola tersebut
orang untuk memperoleh berkah. Selain itu sistematis karena manifestasinya teratur
dalam masyarakat dikenal pula benda dalam kejadian maupun ekspresinya.
keramat, misalnya aneka benda keraton Dengan dasar pemikiran tersebut di
yang dianggap berkhasiat gaib atas, perlu adanya pengenalan tentang
(Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1990). tempat-tempat keramat yang sering
Manusia pada zaman prasejarah dikunjungi masyarakat, apa yang menjadi
telah mengenal akan adanya suatu alam tujuan mereka mendatangi tempat keramat,
yang tak nampak, yaitu kehidupan yang dan makna apa yang terkandung dalam
tak dapat dilihat dengan mata. Alam itu tempat keramat tersebut.
ialah dunia gaib, atau supranatural. Mereka Artikel ini bertujuan mendata dan
percaya bahwa selain dunia ini, ada lagi mengidentifikasi dan mengungkap fungsi
dunia lain yang tak dapat dilihat oleh mata. dan makna simbolis tempat-tempat
Di dalam dunia gaib terdapat arwah keramat, serta apa yang menjadi alasan
leluhur, hantu, setan, jin, peri, dan lain- atau motivasi mereka mendatangi tempat
lain. Kepercayaan akan adanya dunia gaib keramat.
semacam itu baru mencapai bentuk yang
kongkrit pada zaman neolitik dan zaman B. METODE PENELITIAN
logam. Metode yang digunakan untuk
Tempat yang dikeramatkan penyusunan tentang tempat-tempat kera-
mempunyai latar belakang yang unik, mat di Kecamatan Panjalu Kabupaten
seperti makam yang memiliki latar Ciamis adalah metode deskriptif dalam
belakang sejarah orang yang dike- bentuk kualitatif, dengan teknik pengum-
ramatkan. Demikian pula halnya yang pulan data berupa observasi partisi-
terjadi di Kabupaten Ciamis, banyak pasi/pengamatan, wawancara mendalam
makam dianggap keramat dan dihormati dengan beberapa informan dan pe-
sebagai tokoh suci yang mempunyai ngunjung, serta studi pustaka.
pengaruh besar pada umatnya di kemudian Ruang lingkup penelitian terbagi
hari. Berlatar belakang sejarah dan dua, yakni materi dan wilayah. Yang
perjuangannya dalam menegakkan syiar termasuk ke dalam ruang lingkup materi di
Islam, telah mengokohkan kepercayaan antaranya gambaran umum lokasi
Tempat-Tempat Keramat di Kecamatan Panjalu… (Aam Masduki) 477

penelitian, bentuk, sifat dan fungsi dari matan Panjalu, serta menikmati keindahan
masing-masing tempat keramat. Ruang alam yang masih alami, karena Situ
lingkup wilayah adalah di Kecamatan Lengkong Panjalu masih dijadikan tempat
Panjalu Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa keramat. Di sekitar Situ Lengkong Panjalu
Barat. tersaji makanan khas Kecamatan Panjalu,
berbagai jenis kerajinan tangan yang
C. HASIL DAN BAHASAN terbuat dari bambu, limbah daur ulang
Panjalu adalah sebuah kota kecil yang terbuat dari plastik, botol dan lain-
sebagai ibukota dari Kecamatan Panjalu di lain. Selain itu, terdapat juga perahu untuk
Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat. berlayar mengelilingi Situ Lengkong.
Kota ini terletak sekitar 100 km dari Unsur kebudayaan yang masih
ibukota Provinsi Jawa Barat Bandung atau terjaga menjadikan Situ Lengkong sebagai
75 km dari Cirebon dan sekitar 30 km dari objek pariwisata serta peziarah yang
Ciamis. Wilayahnya termasuk daerah datang dari berbagai kota di antaranya dari
perbukitan atau pegunungan dengan curah Cilacap, Jakarta, Bandung, Indramayu,
hujan rata-rata pertahun 160 mm dengan Banten, Cirerbon, dan lain-lain. Selain
suhu udara rata-rata 0,20 derajat celcius. sebagai tempat pariwisata, Situ Lengkong
Pada tahun 2004 kota kecamatan ini Panjalu juga dijadikan tempat berziarah.
telah dideklarasikan sebagai Kota Wisata Hal yang menarik serta unik dari danau
Budaya Ziarah. Tempat-tempat ziarah itu yaitu di tengah-tengah danau tersebut ada
biasanya dianggap keramat, ada yang daratan yang disebut Nusa Gede atau Nusa
terdapat di alam terbuka dan ada yang Larangan yang luasnya 9,25 Ha. Di dalam
terdapat di tempat tertutup. Adapun Nusa terdapat makam keramat Prabu
tempat-tempat keramat yang ada di Sanghyang Hariang Kancana.
kecamatan Panjalu di antaranya adalah: Penamaan Nusa Larangan, karena
apabila kita berada di daerah Kecamatan
1. Situ Lengkong Panjalu harus menjaga ucapan serta
Situ Lengkong atau Situ Panjalu tingkah laku atau kita harus bersikap sopan
adalah pulau kecil yang masih alami jangan sampai ucapan-ucapan yang tidak
dengan udara yang sejuk, ciri khas dari sopan keluar dari mulut kita. Di sekeliling
daerah pegunungan dengan pesona alam makam keramat ditumbuhi berbagai jenis
yang indah dan jauh dari polusi udara. Situ pohon besar yang berdiri kokoh.
Lengkong Panjalu terletak di Desa Panjalu, Para peziarah yang datang ke Nusa
Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Larangan menggunakan perahu yang telah
Provinsi Jawa Barat. Situ Lengkong disediakan, di atas perahu mereka
memiliki beragam jenis pohon dan marga melantunkan dzikir serta shalawat, agar
satwa yang menjadi objek menarik dari mereka terhindar dari hal-hal yang tidak
situ tersebut. Danau ini memiliki luas diinginkan. Setelah sampai di Nusa
sekitar 64 hektar dan berada pada 700 Larangan, mereka masuk dan berdoa
meter diatas permukaan air laut, kepada Allah SWT dengan niat dan
kedalaman Situ Lengkong berkisar 4-6 maksud yang diinginkan. Para peziarah
meter. diharapkan tidak meminta-minta kepada
Setiap hari libur dan hari raya besar kuburan serta ingin didoakan oleh orang
Islam, Situ Lengkong dipenuhi oleh yang telah meninggal, sebab sama saja
berbagai pelancong dan peziarah.Tidak dengan menyekutui Allah SWT.
hanya masyarakat Panjalu yang datang ke Para peziarah mempercayai bahwa
Situ Lengkong, tetapi dari berbagai kota, air dari Situ Lengkong dapat
bahkan turis dari luar negeri berdatangan menyembuhkan penyakit, karena air situ
untuk berekreasi, berziarah atau ingin berasal dari air zamzam yang dibawa oleh
mengetahui kebudayaan masyarakat Keca- Prabu Borosngora dari Tanah Suci Mekah
478 Patanjala Vol. 6 No. 3, September 2014: 475-488

pada abad VII. Air tersebut dibawa waktu itu merupakan Museum Kerajaan.
dengan menggunakan gayung yang Istana Kerajaan dipindahkan dari Pasir
berlubang di bagian dasarnya. Gayung Dayeuh Luhur ke Nusa Gede Panjalu,
tersebut titipan dari ayahnya agar Prabu sehingga dengan demikian air Situ
Borosngora bisa membawa air secanting Lengkong merupakan benteng pertahanan
penuh tanpa menumpahkan isinya. Kenapa Keraton.
air di Situ Lengkong dipercayai sebagai Situ Lengkong atau disebut juga Situ
penyembuh penyakit? Hal itu disebabkan Panjalu merupakan salah satu sisa-sisa
di sekitar situ banyak ditumbuhi jenis- peninggalan raja-raja Panjalu yang se-
jenis pohon yang sudah berumur tua serta karang masih ada. Benda-benda pening-
tanaman obat-obatan yang akarnya masuk galan yang masih ada berupa dolmen,
ke dalam tanah dan terendam oleh air situ. lingga, dan batu bekas singgasana/bertapa
Air situ pun banyak dimanfaatkan untuk raja. Bumi Alit, Situ Lengkong dan
mengairi pesawahan penduduk. Upacara Nyangku merupakan salah satu
Menurut sejarah Panjalu, Situ bukti peninggalan sejarah pada waktu
Lengkong bukanlah situ alam yang terjadi agama Islam masuk ke Kerajaan Panjalu,
dengan sendirinya, akan tetapi hasil buatan yang merupakan awal terjadinya
para leluhur Panjalu. Sejak lebih kurang perkembangan sejarah baru.
abad ke-7 Masehi (menurut catatan Selanjutnya diceritakan pula bahwa
kebudayaan abad ke-15) di Panjalu telah Prabu Borosngora memindahkan keraton
ada Kerajaan Hindu yang bernama yang semula terletak di daerah Dayeuh
Kerajaan Panjalu. Awal abad ke-7, Raja Luhur ke Nusa Gede yang terletak di
yang memerintah ialah Prabu Syang tengah-tengah Situ Lengkong. Selain
Hyang Cakradewa. Raja mempunyai keraton, ia juga memindahkan kepatihan
keinginan agar putra mahkota sebagai yang disebut Hujung Winangun ke sebelah
calon pengganti raja haruslah memiliki Barat Nusa Gede dan membuat taman serta
terlebih dahulu ilmu paling ampuh dan kebun tempat rekrerasi di Nusa Pakel.
sempurna, berangkatlah sang mahkota Untuk memudahkan komunikasi, dibuatlah
Borosngora. Akhirnya putera mahkota tiba dua pintu gerbang untuk memasuki
di Tanah Suci Mekah dan di sanalah Keraton Nusa Gede. Pintu gerbang yang
tujuannya tercapai, yaitu mempelajari dan pertama dibuat dari ukiran dan dijaga oleh
memperdalam agama Islam. Gulang-gulang yang berjenggot yang
Setelah cukup lama, maka pulanglah bernama Apun Obek. Adapun pintu ger-
sang putera mahkota ke Negara Panjalu. Ia bang yang kedua merupakan jembatan
dibekali air zamzam, pakaian kesultanan yang menghubungkan Nusa Gede dengan
serta perlengkapan Pedang dan Cis dengan daratan, letaknya di sebelah barat yang
tugas harus menjadi Raja Islam dan dikenal dengan nama Cukang Padung
sekaligus mengislamkan rakyatnya. Ia (jembatan dari balok-balok kayu). Kini
menjadi Raja Panjalu menggantikan daerah-daerah tersebut dinamakan Dusun
ayahnya dengan gelar Syang Hyang Cukang Padung.
Borosngora. Mulai saat itulah Kerajaan Setelah Prabu Borosngora pindah ke
Panjalu berubah dari Kerajaan Hindu Jampang maka kekuasaan Kerajaan
menjadi Kerajaan Islam. Air zamzam yang Panjalu diserahkan kepada anaknya, Raden
dari Mekah ditumpahkan ke sebuah Hariang Kuning dan selanjutnya diberikan
lembah yang bernama Lebah Pasir Jambu. kepada adiknya yang bernama Raden
Air di lembah tersebut bertambah banyak Hariang Kencana (Embah Panjalu) yang
dan terbentuklah danau yang sekarang dimakamkan di Situ Lengkong, dan
disebut Situ Lengkong. menurunkan raja-raja Panjalu selanjutnya.
Pedang, Cis dan Pakaian Kesultanan
disimpan di Museum Bumi Alit yang
Tempat-Tempat Keramat di Kecamatan Panjalu… (Aam Masduki) 479

3. Keris Komando, senjata yang


2. Bumi Alit digunakan oleh Raja Panjalu sebagai
Bumi Alit atau pasucian pada penanda kedudukan bahwa ia seorang
awalnya terletak di Buni Sakti, kemudian Raja Panjalu.
dipindahkan ke Desa Panjalu oleh Prabu 4. Keris, sebagai pegangan para Bupati
Sanghyang Borosngora bersama benda- Panjalu.
benda pusaka Kerajaan Panjalu. Bentuk 5. Pancaworo, digunakan sebagai senjata
Bumi Alit yang lama masih berbentuk perang pada zaman dahulu.
tradisional, tempatnya masih berupa 6. Bangreng, digunakan sebagai senjata
tanaman lumut yang dibatasi oleh batu- perang pada zaman dahulu.
batu besar. Sedangkan di sekelilingnya 7. Gong kecil, digunakan sebagai alat
dipagari oleh tanaman waregu, di tengah untuk mengumpulkan rakyat pada
tanaman itu berdiri bangunan Bumi Alit zaman dahulu.
yang berukuran besar. Bangunan yang dulu 8. Kujang, senjata perang khas Sunda
terbuat dari kayu, bambu dan ijuk, peninggalan seorang petapa sakti
bawahnya bertiang tinggi, badan bangunan bernama Pendita Gunawisesa Wiku
berdinding bilik sedangkan atapnya dari Trenggana (Aki Garahang) yang
suhunan ijuk berbentuk pelana. Ujung diturunkan kepada para Raja Panjalu.
bungbung menciut berujung runcing dan
ditutup dengan papan kayu berukir. Pada
sisi bagian barat terdapat pintu kecil yang
depannya terdapat tangga kayu yang kuat
dari kayu balok tebal.
Pasucian Bumi Alit atau lebih
populer disebut Bumi Alit, mulai dibangun
sebagai tempat penyimpanan pusaka
peninggalan Prabu Sanghyang Borosngora
oleh Prabu Rahyang Kancana di Dayeuh
Nagasari, Ciomas. Kata-kata bumi alit Gambar 1. Gapura Bumi Alit
Sumber:
dalam Bahasa Sunda berarti "rumah kecil"
http://www.google.com/#q=pasucian+bumi+alit+pa
Bumi alit bentuknya bangunan kecil yang njalu+ciamis
berada pada suatu tempat namanya
“Pasucian”. Nama pasucian sendiri
diberikan oleh Raja Panjalu yang bernama Sejarah Bumi Alit
Prabu Shangyang Borosngora atau Syeh Pada masa pemerintahan Raden
Haji Dul Imam, raja Panjalu yang Tumenggung Wirapraja bangunan Bumi
memeluk agama Islam. Adapun benda- Alit dipindahkan dari Dayeuh Nagasari,
benda pusaka yang tersimpan di Bumi Alit, Ciomas ke Dayeuh Panjalu seiring dengan
antara lain adalah: perpindahan kediaman Bupati
1. Pedang, cinderamata dari Baginda Ali Tumenggung Wirapraja ke Dayeuh
r.a, sebagai senjata yang digunakan Panjalu. Pasucian Bumi Alit dewasa ini
untuk membela diri dalam rangka terletak di Kebon Alas, Alun-alun Panjalu.
menyebarluaskan agama Islam. Pada awalnya Bumi Alit berupa
2. Cis, berupa tombak bermata dua atau taman berlumut yang dibatasi dengan batu-
dwisula yang berfungsi sebagai senjata batu besar serta dikelilingi dengan pohon
pelindung dan kelengkapan dalam Waregu. Bangunan Bumi Alit berbentuk
berdakwah atau berkhutbah dalam mirip lumbung padi tradisional masyarakat
rangka menyebarluaskan ajaran agama Sunda, berupa rumah panggung dengan
Islam. kaki-kaki yang tinggi, rangkanya terbuat
dari bambu dan kayu berukir dengan
480 Patanjala Vol. 6 No. 3, September 2014: 475-488

dinding terbuat dari bilik bambu 2. Batara Layah di Karantenan Gunung


sedangkan atapnya berbentuk seperti Sawal.
pelana terbuat dari ijuk. 3. Batara Karimun Putih di Pasir
Ketika di Jawa Barat terjadi Kaputihan Gunung Sawal.
pengungsian akibat pendudukan tentara 4. Prabu Sanghyang Rangga Gumilang
Jepang (1942-1945) benda-benda pusaka atau Sanghyang Rangga Sakti di
yang tersimpan di Pasucian Bumi Alit itu Cipanjalu, Desa Maparah, Panjalu.
diselamatkan ke kediaman sesepuh tertua 5. Prabu Sanghyang Lembu Sampulur I di
keluarga Panjalu yaitu Raden Hanafi Cipanjalu, Desa Maparah, Panjalu.
Argadipradja (1901-1973), cucu Raden 6. Prabu Sanghyang Cakradewa di
Demang Aldakusumah di Kebon Alas, Cipanjalu, Desa Maparah, Panjalu.
Panjalu. 7. Prabu Sanghyang Lembu Sampulur II
Begitu pula ketika di wilayah Jawa di Cimalaka Gunung Tampomas,
Barat berkecamuk pemberontakan DI/TII Sumedang.
(Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) 8. Prabu Sanghyang Borosngora (adik
pimpinan S.M. Kartosuwiryo (1949-1962) Sanghyang Lembu Sampulur II) di
yang marak dengan perampokan, Jampang Manggung, Sukabumi.
pembantaian dan pembakaran rumah Prabu Rahyang Kuning di Kapun-
penduduk. Para pemberontak DI/TII itu duhan Cibungur, Desa Kertamandala
sempat merampas benda-benda pusaka Panjalu.
kerajaan Panjalu dari Bumi Alit. Pusaka- 9. Prabu Rahyang Kancana (adik Prabu
pusaka itu kemudian baru ditemukan Rahyang Kuning) di Nusa Larang, Situ
kembali oleh aparat TNI di hutan Gunung Lengkong Panjalu.
Sawal lalu diserahkan kepada Raden 10. Prabu Rahyang Kuluk Kukunangteko di
Hanafi Argadipradja, kecuali pusaka Cis Cilanglung Desa Simpar, Panjalu.
sampai sekarang tidak diketahui 11. Prabu Rahyang Kanjut Kadali Kancana
keberadaannya. di Sareupeun, Desa Hujungtiwu,
Pada tahun 1955, Bumi Alit Panjalu.
dipugar oleh warga dan sesepuh Panjalu 12. Prabu Rahyang Kadacayut Martabaya
yang bernama R.H. Sewaka (M. Sewaka) di Hujung Winangun, Situ Lengkong
mantan Gubernur Jawa Barat (1947- Panjalu.
1948,1950-1952). Hasil pemugaran itu 13. Prabu Rahyang Kunang Natabaya di
menjadikan bentuk bangunan Bumi Alit Ciramping, Desa Simpar, Panjalu.
yang sekarang, berupa campuran bentuk 14. Raden Arya Sumalah di Buninagara,
masjid zaman dahulu dengan bentuk Desa Simpar, Panjalu.
modern, beratap susun tiga. Pada pintu 15. Pangeran Arya Sacanata (adik R. Arya
masuk Museum Bumi Alit terdapat patung Sumalah) di Nombo Dayeuhluhur,
ular bermahkota dan di pintu gerbangnya Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.
terdapat patung kepala gajah. Hingga kini, 16. Raden Arya Wirabaya (anak R. Arya
pemeliharaan Museum Bumi Alit Sumalah) di Cilamping, Panjalu.
dilakukan oleh Pemerintah Desa Panjalu 17. Raden Tumenggung Wirapraja (anak R.
yang terhimpun dalam ‘Wargi Panjalu’ di Arya Wirabaya) di Kebon Alas
bawah pengawasan Dinas Pariwisata dan Warudoyong, Panumbangan Ciamis.
Budaya Kabupaten Ciamis. 18. Raden Tumenggung Cakranagara I
Daftar Para Batara, Raja, Bupati dan (anak R. Arya Wiradipa bin Pangeran
Demang Panjalu beserta Pusa- Arya Sacanata) di Cinagara, Panjalu.
ra/Petilasannya: 19. Raden Tumenggung Cakranagara II di
1. Batara Tesnajati di Karantenan Gunung Puspaligar, Panjalu.
Sawal. 20. Raden Tumenggung Cakranagara III di
Nusa Larang, Situ Lengkong Panjalu.
Tempat-Tempat Keramat di Kecamatan Panjalu… (Aam Masduki) 481

21. Raden Demang Sumawijaya di Nusa Rahyang Kancana di Nusa Larang Situ
Larang, Situ Lengkong Panjalu. Lengkong. Kemudian Kuncen (juru Kunci)
Setiap tahun pada bulan Maulud, Bumi Alit atau beberapa petugas yang
lebih tepatnya pada hari-hari yang ganjil di ditunjuk panitia pelaksanaan Nyangku
akhir bulan Mulud pada hari Senin atau melakukan pengambilan air suci untuk
Kamis selalu diadakan upacara sakral yaitu membersihkan benda-benda pusaka yang
Nyangku atau Nyaangan Laku (menerangi berasal dari sembilan sumber mata air,
tingkah laku). Acara seperti ini hampir yaitu:
sama dengan di Yogyakarta yaitu Sekaten 1. Sumber air Situ Lengkong
dan di Cirebon, Panjang Jimat. Nyangku 2. Sumber air Karantenan Gunung Sawal
diambil dari kata “yanku” dari bahasa Arab 3. Sumber air Kapunduhan (makam Pra-
yang berarti “membersihkan”, artinya, bu Rahyang Kuning)
Nyangku adalah membersihkan benda 4. Sumber air Cipanjalu
pusaka hanyalah sebagai simbol. Tradisi 5. Sumber air Kubang Kelong
Nyangku bukan untuk kegiatan musyrik 6. Sumber air Pasanggrahan
atau menyimpang, tetapi membersihkan 7. Sumber air Bongbang Kancana
diri dari dosa setahun lalu dan mem- 8. Sumber air Gunung Bitung
perbaikinya di tahun yang akan datang. 9. Sumber air Ciomas
Bahan-bahan lain yang diperlukan
3. Nyangku dalam pelaksanan upacara Nyangku adalah
Nyangku adalah suatu rangkaian tujuh macam sesaji termasuk umbi-
prosesi adat penjamasan (penyucian) umbian, yaitu:
benda-benda pusaka peninggalan Prabu 1. Tumpeng nasi merah
Sanghyang Borosngora dan para Raja serta 2. Tumpeng nasi kuning
Bupati Panjalu penerusnya yang tersimpan 3, Ayam panggang
di Pasucian Bumi Alit. Istilah Nyangku 4. Ikan dari Situ Lengkong
berasal dari kata bahasa Arab "yanko" 5. Sayur daun kelor
yang artinya membersihkan, mungkin 6. Telur ayam kampung
karena kesalahan pengucapan lidah orang 7. Umbi-umbian
Sunda sehingga entah sejak kapan
Selanjutnya disertakan pula tujuh macam
kata yanko berubah menjadi nyangku.
minuman, yaitu:
Upacara Nyangku ini dilak-sanakan pada
1. Kopi pahit
Hari Senin atau Kamis terakhir Bulan
2. Kopi manis
Maulud (Rabiul Awal).
3. Air putih
Dalam rangka mempersiapkan
4. Air teh
bahan-bahan untuk pelaksanaan upacara
5. Air Mawar
Nyangku ini pada zaman dahulu biasanya
6. Air Bajigur
semua keluarga keturunan Panjalu
7. Rujak Pisang
menyediakan beras merah yang harus
Kelengkapan prosesi adat lainnya
dikupas dengan tangan, bukan ditumbuk
adalah sembilan payung dan kesenian
sebagaimana biasa. Beras merah ini akan
gembyung untuk mengiringi jalannya
digunakan untuk membuat tumpeng dan
upacara. Pada malam harinya sebelum
sasajen (sesaji). Pelaksanaan menguliti
upacara Nyangku, dilaksanakanlah acara
gabah merah dimulai sejak tanggal 1
Muludan peringatan hari kelahiran Nabi
Mulud sampai dengan satu hari sebelum
Muhammad SAW yang dihadiri oleh para
pelaksanaan Nyangku.
sesepuh Panjalu serta segenap masyarakat
Disamping itu, semua warga
yang datang dari berbagai pelosok
keturunan Panjalu melakukan ziarah ke
sehingga suasana malam itu benar-benar
makam Raja-raja Panjalu dan bupati-bupati
meriah, apalagi biasanya di alun-alun
penerusnya terutama makam Prabu
482 Patanjala Vol. 6 No. 3, September 2014: 475-488

Panjalu juga diselenggarakan pasar malam Prabu Sanghyang Borosngora yang telah
yang semarak. menyampaikan ajaran Islam kepada rakyat
Keesokan paginya dengan ber- dan keturunannya.Tradisi Nyangku ini
pakaian adat kerajaan para sesepuh Panjalu konon telah dilaksanakan sejak zaman
berjalan beriringan menuju Bumi Alit pemerintahan Prabu Sanghyang
tempat benda-benda pusaka disimpan. Borosngora, pada waktu itu, Sang Prabu
Kemudian dibacakan puji-pujian dan menjadikan prosesi adat ini sebagai salah
shalawat Nabi Muhammad SAW. satu media syiar Islam bagi rakyat Panjalu
Selanjutnya benda-benda pusaka yang dan sekitarnya.
telah dibalut kain putih mulai disiapkan
untuk diarak menuju tempat penjamasan. Tabu/Pantangan
Perjalanannya didiringi dengan irama Dalam Kamus Umum Bahasa
gembyung (rebana) dan pembacaan Indonesia (1982:209-988) pantangan
Shalawat Nabi. diartikan sebagai hal yang terlarang
Setibanya di Situ Lengkong, dengan menurut adat atau kepercayaan, sedangkan
menggunakan perahu rombongan tabu ialah yang dilarang atau dianggap suci
pembawa benda-benda pusaka itu (tidak boleh disentuh, diucapkan, dan
menyeberang menuju Nusa Larang dengan sebagainya): pantangan; larangan. Dalam
dikawal oleh dua puluh perahu lainnya. kamus tersebut pantangan diartikan
Pusaka-pusaka kemudian diarak lagi sebagai larangan yang bila dilanggar akan
menuju bangunan kecil yang ada di Nusa menimbulkan hukuman dari alam gaib,
Larang. Benda-benda pusaka itu kemudian sedangkan yang dimaksud dengan tabu
diletakkan di atas alas kasur yang khusus ialah sesuatu larangan atau haram untuk
disediakan untuk upacara Nyangku ini. dikerjakan oleh umum, karena pelanggaran
Selanjutnya benda-benda pusaka satu per terhadapnya akan mengakibatkan ma-
satu mulai dibuka dari kain putih lapetaka atau menyebabkan pengaruh
pembungkusnya. jelek.
Setelah itu benda-benda pusaka Dalam upacara Nyangku dikenakan
segera dibersihkan dengan tujuh sumber dua pantangan, yaitu berkenaan dengan
mata air dan jeruk nipis, dimulai dengan waktu pelaksanaan upacara serta manusia
pedang pusaka Prabu Sanghyang sebagai pelakunya. Yang berkenaan
Borosngora dan dilanjutkan dengan dengan waktu ialah tabu melaksanakan
pusaka-pusaka yang lain.Tahap akhir, upacara Nyangku di luar hari dan bulan
setelah benda-benda pusaka itu selesai yang sudah diamanatkan oleh para leluhur
dicuci lalu diolesi dengan minyak kelapa Panjalu. Adapun hari yang sudah
yang dibuat khusus untuk keperluan diamanatkan yaitu hari Senin atau Kamis
upacara ini, kemudian dibungkus kembali dan bulan Maulud. Jika pantangan ini
dengan cara melilitkan janur lalu dilanggar akan mengakibatkan malapetaka,
dibungkus lagi dengan tujuh lapis kain sedangkan yang berkenaan dengan pelaku
putih dan diikat dengan memakai tali dari ialah tabu atau pantang bagi kaum ibu
benang boeh. Setelah itu baru kemudian maupun remaja putri yang sedang datang
dikeringkan dengan asap kemenyan lalu bulan terlibat dalam pelaksanaan upacara,
diarak untuk disimpan kembali di Pasucian karena pada saat-saat tersebut mereka
Bumi Alit. sedang dalam keadaan kotor atau tidak
Upacara adat Nyangku ini mirip suci.
dengan upacara Sekaten di Yogyakarta
juga Panjang Jimat di Cirebon, hanya saja Makna yang Terkandung dalam Upacara
selain untuk memperingati hari kelahiran Manusia sebagai makhluk yang
Nabi Muhammad SAW, acara Nyangku berbudaya dalam hidupnya selalu ber-
juga dimaksudkan untuk mengenang jasa hubungan dengan simbol-simbol. Dapat
Tempat-Tempat Keramat di Kecamatan Panjalu… (Aam Masduki) 483

dikatakan bahwa simbol merupakan bagian setiapraja/penguasa Panjalu harus


integral dari hidup manusia. Oleh karena menjadi ulama dan penyiar agama
itu dengan begitu eratnya kebudayaan Islam. Pedang melambangkan per-
manusia dengan simbol, maka manusia juangan dalam mempertahankan syiar
pun dapat pula disebut makhluk bersimbol. agama Islam, sedangkan Bareng (gong
Dengan melalui simbol kita dapat kecil) melambangkan nilai musyawa-
membaca dan menemukan nilai-nilai rah.
sebagai ekspresi kehidupan manusia. 3. Berapa jenis warna payung: Payung
Dengan demikian, simbol dapat digunakan Tunggal berwarna kuning, melam-
untuk memahami fenomena-fenomena bangkan pengakuan manusia terhadap
seperti dalam berbahasa atau Kemahaesaan Tuhan. Payung susun dua
berkomunikasi, religi, kesenian, sejarah, berwarna hijau, melambangkan bahwa
ilmu pengetahuan, atau teknologi. manusia dalam hidupnya di dunia
Penggunaan simbol-simbol dalam menuju akhirat harus dipayungi oleh
kebudayaan adalah universal dan penting petunjuk dari Allah SWT dengan
peranannya. Dengan menggunakan simbol- berpedoman kepada Rasulullah
simbol yang dapat digunakan dengan kata- Muhammad Saw. Payung susun tiga
kata, gerak tubuh, dan upacara-upacara dengan warna putih, melambangkan
dapat dipertahankan keadaan yang baik bahwa manusia dituntut berakhlak
dari masyarakat pendukung kebudayaan mulia Akhlaqul Karimah, seperti dalam
tersebut dalam segala kebutuhan (Nina berucap, berperilaku, memilih yang
Isniawati, 1988:20). halal dan menggunakan kebenaran atau
Nyangku merupakan suatu tradisi kesucian (warna putih) dalam kebijak-
upacara yang dilaksanakan oleh masya- sanaannya.
rakat Desa Panjalu Kabupaten Ciamis, 4. Sembilan kele melambangkan kegi-
Provinsi Jawa Barat, tentunya me- atan-kegiatan yang ada hubungannya
ngandung pula makna-makna dalam dengan kehidupan manusia. Kele
serangkaian aktivitas dan perleng- dipegang bersama juru kunci dan
kapannya, meskipun tidak secara perempuan, kemudian air kele itu
keseluruhan. Dengan kata lain dalam dimasukkan ke dalam gentong. Ini
upacara Nyangku terdapat simbol-simbol mengandung arti bahwa kele yang
yang makna-maknanya dapat meng- dibawa oleh wanita ialah kele sembilan
gambarkan kehidupan masyarakat pen- (kele selapan kunci) kemudian masuk
dukungnya. Adapun makna yang ter- ke dalam rahim dan terjadilah
kandung di dalam simbol-simbol upacara kehamilan selama 9 (sembilan) bulan.
Nyangku adalah sebagai berikut :
1. Nyangku merupakan lambang pem- 4. Cipanjalu
bersihan yang diperagakan melalui Desa Bahara yang berada di wilayah
kegiatan membersihkan benda-benda Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis ini
pusaka keturunan leluhur Panjalu dan ternyata memiliki sebuah objek wisata
lambang hubungan emosional antar- budaya Cipanjalu yang potensial dan tak
sesama turunan Panjalu, hubungan kalah menarik dibandingkan dengan objek
antar-manusia serta kesadaran sesama wisata Situ Lengkong di Desa Panjalu.
turunan Nabi Adam a.s. Hakikatnya Keramat Cipanjalu ini merupakan tempat
pembersihan itu harus senantiasa tileum atau ngahyang (menghilangnya)
dilakukan manusia baik untuk dirinya Prabu Cakradewa, ayahanda Prabu
maupun lingkungan sebagai makhluk Sanghyang Borosngora yang menjadi Raja
Allah Yang Maha Suci. Panjalu Islam Pertama.
2. Cis, Pedang dan Bareng (gong kecil), Potensi yang dimiliki objek wisata
melambangkan syiar Islam, dalam arti Cipanjalu ini antara lain hutan lindung
484 Patanjala Vol. 6 No. 3, September 2014: 475-488

yang terawat, komplek makam keramat sebagai raja linuhung (berilmu tinggi dan
Prabu Cakradewa, adanya sumber mata air berwawasan luas) dan pinandita (bersifat
yang berkhasiat, Ciriung Sumur Tujuh, wiku) serta memegang teguh Ajaran
situs-situs maupun Batu Tulis Tampian Karahayuan mendambakan pewaris tahta
Dalem peninggalan semasa kerajaan kerajaannya dipegang oleh orang yang
dipimpin Prabu Cakradewa, juga telah memiliki ilmu dan kemampuan yang
dibuat air pancuran untuk mandi para berguna bagi generasi penerusnya. Prabu
wisatawan dan lainnya, di samping Cakradewa memiliki putera 6 orang, yakni
wisatawan dapat menikmati panorama Prabu Lembur Sampulur II, Sanghyang
alamnya yang indah. Hutan lindung yang Prabu Borosngora, Panjibarani, Mamprang
masih terjaga keasliannya dengan aneka Kancana Atas Wayang, Anggarunting dan
pepohonan langka mewarnai kawasan Pundut Agung. Prabu Borosngora adalah
Cipanjalu, sehingga ketika kuncen dipe- salah satu putranya yang dianggap me-
gang H. Ayok Sukaryo, beliau menerima miliki kepribadian yang menonjol sehingga
penghargaan Kalpataru tahun 2007 sebagai layak menjadi pewaris tahta Kerajaan
penyelamat hutan. Panjalu.
Sejarah singkat mengenai kebe-
radaan Cipanjalu yang menjadi istana 5. Makam Keramat Kiai haji Eyang Penghulu
Prabu Cakradewa hingga ‘ngahyang’ Gusti
menghilang. Kerajaan Panjalu yang juga Ciomas adalah nama desa di kaki
dikenal sebagai Kerajaan Soko Galuh Gunung Syawal, Panjalu, Ciamis, Jawa
Panjalu didirikan oleh seorang puteri raja Barat. Di desa ini tergambar kehidupan
keturunan Raja Galuh yang bernama Ratu khas masyarakat Tatar Sunda. Dan seperti
Permana Dewi bergelar Ratu Galuh Cipta desa agraris lainnya, penduduk Desa
Permana Dewa Nyakrawati Ing Nusa Jawa. Ciomas juga menggantungkan hidupnya
Ratu Permana Dewi diperistri oleh Prabu kepada alam. Ketaatan dan kearifan
Rangga Gumilang, putera Prabu Batara terhadap alam inilah yang kemudian
Tesnajati, yakni Raja Panjalu dari membuat Ciomas menjadi daerah harmonis
Karantenan Gunung Syawal. Beliau dan damai.
kemudian memindahkan keratonnya ke Kearifan warga Ciomas terhadap
Dayeuh Luhur Panjalu dan kemudian alam tak lepas dari keberadaan hutan yang
meletakkan dasar-dasar “Ajaran berada persis di tengah-tengah desa. Hutan
Karahayuan”, yang merupakan pedoman seluas 35 hektar ini disebut hutan
hidup masyarakat dan Negara (falsafah Sukarame dan dianggap keramat oleh
kerajaan). Kemudian peletakan Ajaran warga. Aturan-aturan tidak tertulis dalam
Karahayuan tersebut dikukuhkan oleh adat masyarakat, membuat hutan ini tetap
puteranya bernama Prabu Lembur lestari. Kepatuhan terhadap aturan inilah
Sampulur I yang dikenal sebagai “Raja yang membuat hutan keramat ini masih
Panjalu Leluhur” lestari. Bahkan pemerintah sendiri pernah
Pemegang tahta Kerajaan Panjalu menganugerahi penghargaan Kalpataru
diteruskan oleh puteranya, yakni Prabu bagi masyarakat Ciomas karena kepe-
Cakradewa, seorang raja arif bijaksana duliannya dalam melestarikan hutan.
serta memiliki kemampuan mambaca Kepercayaan warga terhadap hutan
tanda-tanda zaman (weruh sadurung keramat terkait dengan keberadaan makam
winarah, waspada permana tingal). Prabu Kiai Haji Eyang Penghulu Gusti, yang
Cakradewa sangat teguh melaksanakan terletak di tengah hutan Sukarame. Di
Ajaran Karahayuan yang diwariskan sekitar makam ini pulalah upacara Nyepuh
nenek-kakeknya, Ratu Permana Dewi dan setiap tahun digelar. Menurut sesepuh
Prabu Rangga Gumilang. Prabu Karahayuan Pangawitan Ciomas, Ki H.
Sanghyang Cakradewa yang juga dikenal Dede Sadeli Suryabinangun, Eyang
Tempat-Tempat Keramat di Kecamatan Panjalu… (Aam Masduki) 485

Penghulu Gusti merupakan penyebar Bila menengok kenyataan saat ini,


agama Islam di Ciomas. Penghulu Gusti kita bisa menyaksikan hutan-hutan di
pulalah yang meminta warga setempat nusantara rusak berat karena tebang dan
untuk selalu memerhatikan hutan dan dijarah. Hal itu, menurut Ki H Dede,
melestarikannya. Masyarakat di sana karena simbolisasi mulung pangpung ini
dilarang menebang pohon, apalagi tidak diamalkan dalam kehidupan. Di
merusaknya. Siapa yang melanggar Ciomas, 35 ha hutan Sukarena hingga kini
pantangan itu, dipercaya bakal masih lestari karena kearifan
mendapatkan musibah dalam hidupnya. masyarakatnya. Sehingga jangan heran
Karena pantangan itulah tak ada seorang pemerintah pernah memberi penghargaan
pun warga di sana yang berani berbuat Kalpataru kepada masyarakat Ciomas. Bila
macam-macam di hutan ini. keperluan kayu bakar dirasa telah
mencukupi, para pemuda desa yang
Mulung Pangpung mendapat mengambil kayu harus
Tradisi Nyepuh sendiri meru-pakan menunjukkan kayu-kayu tersebut pada
upacara puncak dari rangkaian tradisi lain tetua desa. Sebelum dibawa ke kampung,
yang berlangsung sehari sebelumnya. tetua diwajibkan memeriksa kayu-kayu
Antara lain tradisi mulung pangpung atau itu.Bila ada rayap atau sudah rapuh, kayu
pengambilan kayu bakar dan nalekan itu tak boleh dibawa pulang dan harus
(menanyai). Dua acara ini merupakan dikembalikan lagi ke dalam hutan.
kegiatan dalam rangka memasak tiga nasi
tumpeng untuk melengkapi upacara Ritual Nalekan
Nyepuh keesokan harinya. Ritual memasak Setelah bahan-bahan untuk
nasi tumpeng ini dilakukan menggunakan memasak tersedia. Tibalah saatnya ritual
kebersamaan atau gotong royong. nalekan dilakukan. Nalekan adalah ritual
Ritual mulung pangpung menanyai tentang segala hal berkait
dan nalekan ini pun sangat sarat makna. pembuatan nasi tumpeng, mulai dari
Misalnya pada prosesi mulung pangpung, bahan-bahan untuk memasak, hingga
pengambilan kayunya harus dari hutan. Itu prosesnya. Sesuai aturan adat, bahan-bahan
pun tidak boleh sembarangan. Pangpung membuat tumpeng harus berasal dari
(kayu lempung) yang diambil harus kayu kebaikan dan harus halal. Bila ada yang
yang sudah jatuh dari pohonnya. Jadi tidak diperoleh dari jalan tidak halal, maka harus
boleh kayu yang masih menempel, apalagi disingkirkan. Selain itu, yang memasak
yang masih tumbuh. Di situlah nilai tiga tumpeng ini pun harus dilakukan oleh
pelestarian lingkungan yang diajarkan 17 wanita yang sudah menopause.
leluhur tetap dijalankan Dapur yang akan digunakan untuk
Selain itu, proses mulung pangpung memasak makanan pun tak lepas dari
harus didampingi kuncen hutan Sukarame, pengawasan para tetua. Maklum, sejumlah
yakni Ibu Siti Mariyam. Juru kuncilah persyaratan harus dipatuhi. Terutama
yang kemudian membuka hutan agar penggunaan kayu bakar dan air. Perlu
terbuka bagi para pencari kayu yang diperhatikan, air untuk memasak haruslah
dilakoni para pemuda desa. Pengambilan diambil dari mata air di gunung.
kayu ini pun harus setelah mendapatkan Makna pemeriksaan bahan-bahan
izin lebih dahulu dari penguasa hutan. makanan sebenarnya sesuai dengan pesan
Dengan diiringi lantunan ayat suci Al- bulan suci Ramadan yang akan segera
quran dan sholawat nabi, mereka berdoa di datang. Di Bulan Suci inilah, umat yang
sekitar makam. Tujuannya agar kayu-kayu menjalankan ibadah puasa diharapkan
yang nantinya digunakan untuk memasak dapat menjaga segala tingkah lakunya dari
dapat membawa keberkahan. perbuatan kotor. Itu pulalah yang
diharapkan dari Upacara Nyepuh. Melalui
486 Patanjala Vol. 6 No. 3, September 2014: 475-488

ritual ini, warga Ciomas disadarkan sehingga dengan demikian untuk dapat
tentang arti menyucikan diri untuk menjadi menikmati keindahan dan keasrian ketujuh
manusia sempurna yang fitri (Sumber: air terjun tersebut, adalah dengan cara
http://www.diciamis.com/menengok- mengitari bukit, menapaki jalan setapak
tradisi-nyepuh-warga-ciomas.php diakses mulai dari kaki ke puncak bukit dan
tanggal 23 Oktober 2014). kembali lagi.
Setiap curug ini memiliki nama
6. Nusa Gede atau Nusa Larang yaitu, Curug Satu, Curug Dua, Curug Tiga,
Prabu Sanghyang Borosngora Curug Cibolang, Curug Cimantaja, Curug
memindahkan kaprabon (kediaman raja) Cileutik dan Curug Cibuluh. Ketujuh curug
dari Dayeuhluhur ke Nusa Larang. Nusa ini mengalirkan air ke Sungai Cibolang
Larang adalah sebuah pulau yang terdapat dan Cimantaja.
di tengah-tengah Situ Lengkong. Dinamai Curug ini berada di dalam Kawasan
juga Nusa Gede karena pada zaman dulu Wana Wisata Curug Tujuh di RPH Panjalu
ada juga pulau yang lebih kecil bernama BKPH Ciamis KPH Ciamis, dengan luas
Nusa Pakel (sekarang sudah tidak ada sekitar 40 ha yang dikelilingi Bukit
karena menyatu dengan daratan sehingga Ciparang dan Cibolang di kaki Gunung
menyerupai tanjung). Untuk menyeberangi Sawal. Kawasan ini terletak pada
situ menuju Keraton Nusa Larang ketinggian antara 800-900 m dpl dengan
dibangun sebuah Cukang suhu udara berkisar 17o-18oC.
Padung (jembatan) yang dijaga oleh Keberadaan Curug ini mempunyai
Gulang-gulang (penjaga gerbang) bernama kelebihan jika dibandingkan dengan
Apun Otek. Sementara Nusa Pakel kebanyakan air terjun lain pada umumnya,
dijadikan Tamansari dan Hujung karena air terjun ini tidak pernah surut
Winangun dibangun Kapatihan untuk Patih sekalipun di musim kemarau, dan air yang
Sanghyang Panji Barani. mengalir mengandung unsur belerang yang
berkhasiat untuk penyembuhan beberapa
penyakit.
Sumber air curug ini berasal air
Cimantaja yang menurut mitos bahwa
cimantaja yang berarti air mata raja.
Konon dahulu kala ada seorang penguasa
atau raja yang pada suatu waktu merasa
sangat prihatin melihat keadaan di
wilayahnya akibat kemarau panjang. Air
tidak ada dan tanah kering kerontang,
sehingga rakyatnya dirundung sengsara
Gambar 2. Nusa Gede atau Nusa Larang berkepanjangan. Sang raja kemudian
Sumber: bertapa untuk memohon supaya diturunkan
:http://raxenasukma.blogspot.com/p/nusa- hujan agar keadaan negerinya pulih seperti
larang-atau-nusa-gede-dan-asal.html
sedia kala. Namun usahanya itu tidak
mendapat jawaban dari pernguasa
7. Curug tujuh alam. Karena tak membuahkan hasil hati
Nama lain dari Curug Cibolang sang raja merasa sedih dan kesedihannya
adalah Curug Tujuh. Sesuai dengan itu membuat sang raja menangis. Saat
namanya curug ini mempunyai 7 (tujuh) itulah keajaiban terjadi, air mata raja yang
buah air terjun (curug) yang tersebar dan terus turun perlahan-lahan berubah
tidak berjauhan letaknya. Bahkan curug 4 menjadi genangan air jernih dan semakin
dan 5 letaknya berdampingan hanya membesar sehingga membentuk aliran air
terpisah kurang lebih 2 meter jaraknya, yang akhirnya terpecah dan jatuh di tujuh
Tempat-Tempat Keramat di Kecamatan Panjalu… (Aam Masduki) 487

buah tebing. Berkat air curug tersebut berziarah, melainkan untuk kebaikan roh
keadaan negara pun kembali sejahtera. orang yang diziarahi.
Setelah membeli karcis dan masuk Ziarah ke makam keluarga memiliki
pintu di pintu gerbang langsung akan makna kultural yang hampir sama dengan
ditemui jalan setapak berbatu yang halal bihalal, di mana dalam periode
menanjak dengan bentuk tangga. tertentu, misalnya setahun sekali, orang
Kemiringan jalan ini mencapai hampir 45 merasa perlu menyempatkan diri pulang ke
derajat. Di ujung tangga ini akan ditemui kampung halamannya untuk mengunjungi
percabangan jalan dengan papan petunjuk saudara-saudara dan tetangganya. Jika
lokasi curug Cibolang berada. Untuk halal bihalal adalah silaturahmi kepada
curug satu hingga lima ke arah kanan orang-orang yang masih hidup, ziarah
sedangkan curug enam dan tujuh ke arah kubur adalah silaturahmi kepada orang-
kiri. orang yang sudah mati. Orang yang
Mulai dari curug satu, dari tempat sewaktu lebaran tidak pulang kampung
petunjuk arah, kemudian pengunjung bisa untuk berhalal bihalal, ia bisa dianggap
berjalan lagi sekitar 5 menit jarak yang lupa asal usul. Demikian pula, orang yang
harus ditempuh antara curug satu dengan dalam periode tertentu tidak melakukan
yang lainnya, kecuali curug satu dan dua ziarah, khususnya jika ia memiliki orang
serta Curug empat, lalu Curug lima karena tua yang sudah meninggal, akan dianggap
berdekatan lokasinya. Curug satu adalah anak yang tidak berbakti.
curug yang paling besar dengan ketinggian Sementara itu, pada makam
hampir mencapai 120 meter dengan lebar keramat, aktivitas berziarah ke sana
sekitar 15-20 meter dan di sisi kirinya tampaknya memiliki tujuan atau motivasi
terdapat tebing datar, sedangkan lokasi yang beragam. Hal ini mengingat bahwa
curug dua berada di bawahnya. orang-orang yang berziarah ke makam
Untuk menuju curug selanjutnya keramat berasal dari berbagai daerah dan
harus melewati curug satu. Konon kalangan serta status sosial yang
kabarnya di salah satu curug ini ada yang bermacam-macam. Bahkan untuk makam
yang mempunyai khasiat untuk keramat yang besar, penziarah bisa berasal
menyembuhkan berbagai penyakit kulit. dari daerah yang sangat jauh, luar pulau,
Hal tersebut karena air terjun yang sampai luar negara.
mengalir berasal dari kawah Gunung Adapun alasan yang melarbe-
Sawal yang diketahui mengandung lakangi masyarakat berkunjung ke tempat-
belerang1. tempat keramat antara lain: Pertama
getaran emosi keagamaan yang menuntun
D. PENUTUP manusia melakukan kegiatan atau aktivitas
Menilik tempatnya, makam yang religius. Banyak cara yang dilakukan
menjadi tujuan ziarah dapat dibedakan ketika orang berziarah, antara lain
menjadi dua, yaitu makam keluarga dan melaksanakan tahlil, dzikir, dan tawasul
makam keramat. Pada makam keluarga, kepada Allah SWT. Ditutup dengan doa
misalnya makam orang tua, orang yang memohon kepada Allah SWT atas
berziarah umumnya bertujuan untuk berbagai keinginan, misalnya permohonan
mendoakan arwah yang dikubur agar agar mendapatkan rezeki, kenaikan
mendapat keselamatan atau tempat yang pangkat, mendapatkan anak yang soleh,
baik di sisi Tuhan. Jadi, manfaatnya bukan usaha lancar, nadzar dan lain-lain. Kedua,
ditujukan untuk kepentingan orang yang dari pengakuan para peziarah bahwa
kedatangannya ke tempat keramat
merupakan salah satu upaya untuk
1
Sumber:https://sites.google.com/site/wisataair melepaskan diri dari berbagai tekanan
terjun/jawa-barat/curug-cibolang---ciamis hidup yang tidak dapat diatasi dengan nalar
488 Patanjala Vol. 6 No. 3, September 2014: 475-488

semata. Pada umumnya mereka percaya Rosidi, Ajip. 1970.


bahwa kekuatan gaib yang dipancarkan Carita Mundinglaya Di Kusumah.
oleh tokoh yang dikeramatkan itu bisa Bandung: Proyek Penelitian Pantun.
membantu melepaskan mereka dari Sutrisno, Sulastin. 1981.
kesusahan atau himpitan kehidupan. Relevansi Filologi. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.

DAFTAR SUMBER

Ahmad Mansur Suryanegara.


“Seminar Menggali Nilai-Nilai Sejarah
dan Budaya Panjalu”, Panitia Bersama
Nyangku dan Festival, 9 Juni 2002.
Atja dan Saleh Danasasmita. 1981.
Sanghiyang Siksa Kandang Karesian.
Proyek Pengembangan Permuseuman,
Bandung Jawa Barat.
Ekadjati, Edi S. et al. 1983.
Wawacan Carios Munada. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebu-
dayaan Direktorat Jenderal Kebu-
dayaan Direktorat Sejarah dan Nilai
Tradisional Bagian Proyek Penelitian
dan Kebudayaan Nusantara.
_____. 1993/1994.
Empat Sastrawan Sunda Lama. Riwayat
Hidup, Riwayat Kepengarangan dan
Konsep Sentral Karangan Mereka.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Sejarah dan
Nilai Tradisional Proyek Penelitian dan
Pengkajian Kebudayaan Nusantara.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1990.
Jakarta : Balai Pustaka.
Lembaga Basa & Sastra Sunda. 1975
Kamus Umum Basa Sunda. Bandung:
Tarate.
Mustapa, R. H. Hasan. 1985.
Adat Istiadat Orang Sunda. Bandung:
Alumni.
Natapradja, Iwan. 2005.
Wangsit dan Falsafah Sanghyang
Borosngora Syeh Panjalu. Ciamis:
Yayasan Borosngora
Rusyana, Yus. 1988/1989.
Pandangan Hidup Orang Sunda (seperti
Tercermin dalam Kehidupan
Masyarakat Dewasa Ini) Tahap III.
Bandung: Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai