MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Balaghah
Dosen Pengampu :
Dr. Muhammad Fathoni Ulin Nuha, M.Pd
Disusun Oleh :
1. Muhammad Ridwan Yasin (12202193056)
2. Ajeng Nadlifah Qurrotul Uyyun (12202193101)
3. Rahma Waldatus Sholihah (12202193048)
SEMESTER 5
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
OKTOBER 2021
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul المدح بما تأكيد
Terselesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan beberapa pihak,
sehingga penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Binti Ma’unah, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Bapak Prof. Dr. Sokip, M.Pd.I., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
4. Bapak Dr. Muhammad Fathoni Ulin Nuha, M.Pd., selaku Dosen Pengampu Mata
Kuliah Balaghah yang telah memberikan pengarahan kepada kami.
5. Teman-teman yang telah bekerja sama, memberikan dukungan, serta motivasi kepada
penulis.
6. Serta semua pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah
ini. Penulis juga berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan sosial menuntut manusia sebagai makhluk sosial untuk berinteraksi
antara satu sama lainnya. Dalam interaksi ini manusia akan memberikan respon atas
segala gejala dan tingkah laku yang ia amati. Respon tersebut salah satunya berbentuk
penilaian yang dirumuskan berdasarkan fenomena yang ada. Tatkala otak manusia
menangkap sebuah fenomena yang membuatnya terkagum atau tidak suka, maka ia
akan menerjemahkan (encoding) perasaan tersebut ke dalam sebuah ungkapkan atau
pernyataan yang mengandung rasa pujian ( )المدحatau celaan ()الذم. Proses
penerjemahan tersebut memunculkan banyak pertimbangan mengenai gaya bahasa
apakah yang hendak dipakai, tentunya harus disesuaikan dengan tingkat penangkapan
(decoding) mukhatab, agar pesan yang telah dilontarkan (sending) oleh mutakallim
dapat maksimal ditangkap oleh mukhatab. Salah satu gaya bahasa yang dapat
digunakan adalah gaya bahasa تأكيد المدح بما يشبه الذمuntuk perasaan kagum (suka) atau
gaya bahasa تأكيد الذم بما يشبه المدحuntuk perasaan tidak suka.
Pembahasan mengenai kedua gaya bahasa tersebut banyak dibahas dalam
kajian ilmu balaghah, tepatnya pada bagian ilmu badi’. Kedua gaya bahasa ini dalam
ilmu badi’ merupakan salah satu ragam dari keindahan makna ()المحسّنات المعنوية.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari ? تأكيد المدح بما يشبه الذم
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Memahami tentang pengertian dari تأكيد المدح بما يشبه الذم.
2. Untuk Mengetahui tentang macam-macam dari تأكيد المدح بما يشبه الذم.
1
BAB II
PEMBAHASAN
تأكيد المدح بما يشبه الذمmerupakan salah satu jenis uslub badi’ yang bertujuan untuk
memperindah makna. Secara leksikal, uslub ini bermakna “ Menguatkan Pujian Dengan
Menyerupai Celaan”. Sedangkan dalam bahasa indonesia ragam muhassinat ma’nawiyah
ini di sebut Apofasis atau Preterisio adalah gaya bahasa di mana penulis atau pengarang
menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal. Kata تأكيدberasal dari fi’l madli َأ َ َّكد
ي ٌَؤ ِكدyang berarti “menguatkan atau mengokohkan”.1 Dalam bentuk mashdar kata تأكيد
dapat diartikan “penguatan atau pengokohan”. Kata المدحberarti “pujian”, sedangkan kata
الذمberarti “celaan, kecaman atau kritik”. Kata ي ْش ِبهberasal dari fi’l madli َ أ َ ْشبَهyang berarti
“menyerupai”2
Dari perincian arti per-kata di atas, تأكيد المدح بما يشبه الذمdapat diartikan “menguatkan
pujian dengan menggunakan ungkapan yang menyerupai celaan”, sedangkan تأكيد الذم بما
يشبه المدحberarti “menguatkan celaan dengan ungkapan yang menyerupai pujian”.
Menurut D. Hidayat dalam bukunya balaghah untuk semua, menyebutkan bahwa
ta’kid almadh bima yushbihu addzam artinya menegaskan pujian dengan ungkapan
yang mengesankan adanya celaan. Dari segi struktur kalimat, uslub di maksud di tandai
dengan pemakaian kata yang menunjukkan “pengecualian”, seperti hanya, kecuali,
dalam bahasa arab seperti kata “illa, ghairu”.
1
Munawwir, A.W., Kamus Almunawwir Arab-indonesia Terlengkap, Surabaya: Pustaka Progressif,
1997.
22
Ali Al-Jarim, terjemah Al-Balaghatul… … ……, h. 419-420
1
بتقدير دخولها فيها,ان تستثنى من صفة مذح في امرما من صفة ذم منفية عنه
Artinya:
"Mengecualikan sifat sanjungan dari sifat pencelaan yang dinafikan dengan cara
bahwa sifat sanjangan itu termasuk pada sifat pencelaan"
Contoh :
orang yang dipujinya, lalu dia datangkan huruf istisna’ yaitu ( )سوىsehingga sedikit
memberi kesan kepada pendengar bahwa ada kecacatan pada orang yang dipuji itu.
3
Al-Hasimiy, As-Sayyid Ahmad, Jawahir Al-Balaghah Fi Al-Ma’ani wa Al-Bayan wa Al-Badi’, Beirut:
Al-Maktabah Al-Ashriyyah, 1999.
2
Ibnu Rumi akan berani menjelaskannya, dan pendengar pun lalu memahami bahwa
kata-kata setelah huruf istisna’ itu sifat pujian, namun mereka terkecoh dengan uslub
tersebut. Pendengar pun akan tahu bahwa Ibnu Rumi telah mengelabuinya. Jadi, ia
tidak menyebutkan kecacatan, melainkan justru menguatkan pujiannya dengan
kalimat yang memberi kesan mencela.
Demikian juga halnya dengan contoh kedua. Pada contoh ini kata "“ عيب
adalah sifat celaan yang dinafikan dengan huruf nafi ""ال, kemudian di datangkan
huruf istisna’ " "غيرyang mengisyaratkan bahwa setelah pujian "فيهم ( "ال عيبTak
ada cela pada diri mereka) adalah celaan, karena pada dasarnya jika mustastna
minhu me-nafi-kan “ ” عيب, maka mustatsna menetapkan “ ”عيب. Akan tetapi yang
terjadi justru penyebutan pujian lain, yaitu “الكتائب ”ان سيوفهم بهن فلول من قراع
(Pedang mereka rompak disebabkan berbenturan dengan pedang musuh), pedang
yang rompak akibat sering berperang menunjukkan bahwa pemiliknya mempunyai
sifat pemberani.
2. Menetapkan sifat pujian bagi sesuatu, setelah itu mendatangkan huruf istisna' ,
dikuti sifat pujian yang lain.
Dalam ilmu badi' jenis kedua ini bisa didefinisikan sebagai :
تليها صفة مدح أخرى للشيء, وذكر أداة إستثناء بعدها,إثبات صفة مدح لشيئ معين
نفسه
Artinya :
"Menetapkan sifat sanjungan terhadap sesuatu dan sesudahnya didatangkan
perangkat pengecualian yang diikuti oleh sifat sanjungan lain yang dikecualikan dari
semisalnya".
Contoh untuk bentuk kedua ini adalah sebagai berikut:
3
"Aku orang arab yang paling fasih, hanya saja aku ini orang quraisy"
جواد فما يبقى على المال باقيا# فتى كملت أخالقه غير أنّه
Artinya :
"Dialah pemuda yang sempurna akhlaknya, hanya saja sesungguhnya dia seorang
dermawan sehingga tidak ada lagi sisa dari hartanya".
Pada contoh pertama, kita dapatkan bahwasanya Rasulullah menyifati dirinya
dengan sifat untuk pujian, yaitu bahwa beliau adalah orang Arab yang paling fasih,
namun setelah itu beliau mendatangkan huruf istisna' , maka pendengar akan
menjadi bingung dan beranggapan bahwa beliau akan menyebutkan kata-kata yang
tidak menyenangkan setelah huruf istisna' itu. Akan tetapi, kondisi yang demikian
segera normal kembali begitu beliau menyebutkan sifat yang terpuji, yaitu bahwa
beliau adalah orang quraisy. Dan orang quraisy adalah kabilah arab yang paling
fasih, tidak diperselisihkan. Dengan demikian mendatangkan huruf istisna' dan kata-
kata berikutnya justru memperkuat pujian pada kalimat yang pertama dengan uslub
yang telah dikenal umum. Uslub yang demikian disebut dengan menguatkan pujian
dengan kalimat yang menyerupai celaan.4
Pada contoh yang kedua ini mensifati seorang pemuda dengan sifat yang baik
yaitu "أخالقه " كملت (sempurna akhlaknya), namun setelah itu mendatangkan
huruf istisna' (pengecualian) yang mengisyaratkan akan datang celaan setelah pujian,
karena pada dasarnya mustastna yang terletak setelah huruf istisna' seharusnya
berbeda hukumnya dengan mustasna minhu, jika mustatsna minhu berupa sifat
pujian, maka seharusnya mustatsna tidak berupa pujian layaknya mustatsna minhu.
Akan tetapi yang terjadi justru menyebutkan pujian lain setelah huruf istisna'
tersebut yaitu "( "جوادdermawan). Dengan demikian, pujian yang kedua tersebut
تأكيد المدح بما يشبه الذمmerupakan salah satu bentuk dari muhasinat maknawiyah
yang bertujuan untuk memuji (pujian).
4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ushlub تأكيد المدح بما يشبه الذمadalah menguatkan pujian dengan
menggunakan ungkapan yang menyerupai celaan. Dalam penyampaiannya
dapat dilakukan dengan dua bentuk, yaitu:
a. ْ
أن يثبت لشيء صفة مدح ويأتي بعدها بأداة استثناء تليها صفة مدح أخرى
Rumus: صفة مدح+ أداة استثناء+ صفة مدح
b. أن يستثنى ِم ْن صفة ذ ّم َمنفية صفة مدح بتقدير دخولها في صفة الذم المنفية
ْ
Rumus: صفة مدح+ أداة استثناء+ صفة ذم+ أداة نفي
تأكيد المدح بما يشبه الذمmerupakan salah satu jenis uslub badi’ yang
bertujuan untuk memperindah makna. Secara leksikal, uslub ini bermakna
“Menguatkan Pujian Dengan Menyerupai Celaan dan Pada awalnya, ketika
seseorang akan memuji, dia memilih kata-kata atau ungkapan yang langsung
menunjukkan kepada tujuan tersebut. Akan tetapi seiring dengan
perkembangan budaya dan tingkat intelektual manusia, cara pengungkapan
pujian tersebut bervariasi. Orang mulai berpaling dari yang jelas kepada yang
samar, dari yang hakiki kepada majazi, dan dari yang mudah dipahami kepada
yang sulit dipahami.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat berdasarkan sumber-sumber yang ada, kami
menyadari masih banyak kekurangan di dalam penulisan makalah ini, sehingga perlu
bagi kami dari para pembaca untuk memberikan kritik dan saran untuk membantu
supaya makalah ini lebih baik.
5
DAFTAR PUSTAKA
llam, Abdul ‘Athiy Gharib, Dirasaat Fi Al-Balaghah Al-Arabiyyah, Benghazi: Jami’ah
Qaz Yunus, 1997, Cet. 1.
Al-Ghulayaini, Musthafa, Jami’ Ad-Durus Al-Arabiyyah, Juz. 3, Beirut: Al-Maktabah
Al-Ashriyyah, 1993, Cet. 28.
Al-Hasimiy, As-Sayyid Ahmad, Jawahir Al-Balaghah Fi Al-Ma’ani wa Al-Bayan wa
Al-Badi’, Beirut: Al-Maktabah Al-Ashriyyah, 1999.
Al-Jarim, Ali, dan Musthafa Amin, Al-Balaghah Al-Wadlihah Al-Bayan, Al-Ma’ani,
Al-Badi’, Kairo: Dar Al-Ma’arif, t.t.
Idris, Mardjoko, Ilmu Balaghah Antara Al-Bayan dan Al-Badi’, Yogyakarta: Teras,
2007.
Muhammad, Jalaluddin, At-Talkhish Fi Al-Balaghah, Kairo: Dar Al-Fikr Al-Arabi, t.t.
Munawwir, A.W., Kamus Almunawwir Arab-indonesia Terlengkap, Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997.
Qalaqilah, Abduh Abdul Aziz, Al-Balaghah Al-Ishtilahiyyah, Kairo: Dar Al-Fikr Al-
Arabi, 1992, Cet. 3.
Zainuddin, Mamat, dan Yuyun Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, Bandung: PT.
Refika Aditama, 2007.