Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 59 - 68

ISSN: 0852-3681
E-ISSN: 2443-0765
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/

Total leukosit dan diferensial leukosit darah ayam broiler akibat


penggunaan tepung onggok fermentasi rhizopus oryzae pada ransum

Dian Purnomo, Sugiharto dan Isroli

Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

dianpurnomo595@gmail.com

ABSTRACT : The aim of the present study was to determine the effect of cassava pulp
fermented with Rhizopus oryzae onthe total leucocyte and differential leucocyte and its
influence on the health of broiler chickens. The study was conducted in July-September
2015. The material used was 275 DOC of broiler with average of initial weight 55 g.
Ration ingredient used were corn, rice bran, soybean meal, fish meal, poultry meat meal
and fermented cassava pulp. The experiment used a completely randomized design
(CRD) comprised of 5 treatments and 5 replications. Treatment ration consist of T0
(control ration), T1 (8% cassava pulp without fermentation), T2 (8% cassava pulp
fermented with Rhizopus oryzae), T3 (16% cassava pulp fermented with Rhizopus oryzae)
and T4 (24% cassava pulp fermented with Rhizopus oryzae). The result of the study
showed that there was no influence among treatments (P>0,05) of the use of cassava pulp
fermented with Rhizopus oryzae in ration to total leucocyte and differential leucocycte. It
is concluded that cassava pulp fermented with Rhizopus oryzae in ration is potential to
substitute the use of corn in ration without compromising the health and amount of total
leucocyte and differential leucocyte.

Keywords: Rhizopus oryzae, leuycocyte, differential leucocyte, broiler

PENDAHULUAN 2014). Isroli dkk. (2009) menyatakan


Kesehatan merupakan faktor bahwa untuk mengetahui tingkat
yang sangat menentukan keberhasilan kekebalan tubuh dapat dilihat dari
usaha peternakan ayam broiler. Ayam variabel darahberupa leukosit dan
yang sehat akan dengan mudah diferensial leukosit secara lengkap.
mengkonversikan pakan yang Leukosit merupakan sel yang
dikonsumsi menjadi daging, karena berperan dalam sistem pertahanan tubuh
energi yang diperoleh dari pakan dapat yang sangat tanggap terhadap agen
sepenuhnya digunakan untuk infeksi penyakit. Leukosit berfungsi
pertumbuhan. Salah satu metode yang melindungi tubuh terhadap berbagai
digunakan untuk menilai status penyakit dengan cara fagosit dan
kesehatan ayam broilermelalui penilaian menghasilkan antibodi (Junguera, 1977).
hematologi. Secara umum total leukosit Diferensial leukosit merupakan kesatuan
dan diferensial leukosit dapat dari sel darah putih yang terdiri dari dua
memberikan gambaran dan status kelompok yaitu granulosit yang terdiri
kesehatan pada hewan (Sugiharto, atas heterosinofil, eusinofil, dan basofil,

59
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 59 - 68

dan kelompok agranulosit yang terdiri digunakan meliputi kandang, ransum,


dari limfosit dan monosit (Cahyaningsih peralatan pakan dan minum, instansi
dkk., 2007). Tingkat kenaikan dan listrik, timbangan, thermometer dan
penurunan jumlah leukosit dalam hygrometer, alat tulis dan peralatan
sirkulasi menggambarkan ketanggapan penelitian lainnya. Prosedur penelitian
sel darah putih dalam mencegah yang dilakukan terdiri dari 3 tahap yaitu
hadirnya agen penyakit dan peradangan tahap persiapan, tahap pemeliharaan dan
(Nordenson, 2002). Faktor-faktor yang tahap pengambilan data.
mempengaruhi jumlah leukosit dan
diferensialnya antara lain kondisi Tahap persiapan
lingkungan, umur dan kandungan nutrisi Tahap persiapan yang dilakukan
pakan. Diantara faktor-faktor tersebut, meliputi pembuatan starter, fermentasi
faktor nutrisi (protein) memiliki peran bahan pakan dan penyusunan ransum
yang sangat penting dalam proses serta persiapan kandang. Starter
pembentukan leukosit karena protein diperoleh dengan cara isolasi dari
merupakan salah satu komponen darah fermentasi gathot. Jamur Rhizopus
(Addas et al., 2012; Etim et al., 2014). oryzae dibiakkan dengan media Potato
Rhizopus oryzae merupakan Dextrose Agar (PDA). Inkubasi
fungi yang memiliki potensi probiotik. dilakukan pada suhu 37° C selama 3
Selain itu, fungi yang diisolasi dari hari. Inokulum jamur Rhizopus
gathot tersebut menunjukkan aktivitas oryzaediambil dari PDA dalam keadaan
antioksidan yang tinggi (Sugiharto et al., steril menggunakan spatula. Inokulum
2015). Lebih lanjut dijelaskan bahwa dilarutkan dalam 200 ml akuades dan
fermentasi menggunakan fungi tersebut selanjutnya ditambahkan dengan 200
juga dapat menurunkan kadar serat kasar gram onggok yang telah diautoklaf pada
dan meningkatkan protein bahan pakan. suhu 121°C selama 15 menit,
Berdasarkan hasil tersebut, fermentasi dimasukkan ke kantong plastik dan
dengan menggunakan Rhizopus oryzae dilakukan pengadukan secara
yang diisolasi dari gathot diharapkan menyeluruh dan diinkubasi pada suhu
tidak hanya dapat memperbaiki nilai kamar selama 14 hari.
mutu nutrisi onggok, namun juga Tahap fermentasi bahan pakan
diharapkan dapat berpengaruh positif dilakukan dengan cara 10 kg onggok
terhadap tingkat kesehatan ayam yang kering dimasukkan kedalam kantong
tercermin dari total leukosit dan plastik dan diautoklaf pada suhu 121°C
diferensial leukosit darah ayam broiler. selama 15 menit dan kemudian
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan dimasukkankedalam ember plastik
untuk mengetahui pengaruh pemberian sebagai tempat fermentasi. Fermentasi
onggok yang difermentasi dengan dimulai dengan merendam onggok
Rhizopus oryzae terhadap total leukosit, dengan air steril dalam rasio 1:1 (1 kg
diferensial leukosit, kestabilan kesehatan onggok : 1 liter air). Onggok diinokulasi
dan fisiologis ayam broiler. dengan 55g/kg starter (ca 4×1010 cfu/g)
dan 41g/kg urea dan kemudian
MATERI DAN METODE dicampur. Campuran tersebut diinkubasi
Penelitianini dilaksanakan pada selama 14 hari dan diaduk setiap 2 hari
bulan Juli-September 2015. Materi yang sekali. Hasil fermentasi dikeringkan
digunakan adalah Day Old Chick (DOC) dibawah sinar matahari selama 2 hari.
ayam broiler berjumlah 275 ekor dengan Sebelum digunakan untuk formulasi
bobot awal rata-rata 55 g. Peralatan yang ransum, sampel dari ember fermentasi

60
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 59 - 68

yang berbeda diperoleh dan Penyusunan ransum dilakukan dengan


dikumpulkan untuk dianalisis proksimat. menghitung kebutuhan nutrien ternak,
Tahap penyusunan ransum menimbang bahan pakan sesuai
dilakukan dengan pemilihan bahan komposisi, dan mencampur bahan pakan
pakan yang meliputi tepung jagung, yang digunakan. Formulasi dan
bekatul, bungkil kedelai, tepung ikan, kandungan nutrien ransum dapat dilihat
PMM, onggok dan onggok fermentasi. pada Tabel 1.

Tabel 1. Formulasi ransum dan kandungan nutrien pakan


T0 T1 T2 T3 T4
Bahan pakan
-------------------------------(%)---------------------------
Jagungkuning 50,0 48,0 44,0 39,0 36,0
Bekatul 18,0 10,0 19,0 17,5 13,0
Bungkilkedelai 26,0 26,0 17,0 17,5 17,5
Tepungikan 2,0 1,0 3,5 3,0 4,0
Poultry meat meal(PMM) 4,0 7,0 8,5 7,0 5,5
Onggok - 8,0 - - -
Onggok + R. Oryzae - - 8,0 16,0 24,0

Kandungan nutrien
EM (kkal/kg)** 2924,0 2925,0 2961,0 2943,0 2932,0
Protein kasar (%)* 22,5 22,7 22,9 23,8 24,3
Serat kasar (%) 9,3 8,9 8,9 9,0 11,8
Lemak kasar (%) 1,3 1,0 1,7 1,7 1,3
Abu (%) 9,2 7,5 11,6 11,2 10,8
Air (%) 11,7 11,8 11,9 13,2 14,0
Keterangan :
(*) Komposisi ransum yang ada pada tabel sebagian telah terpublikasi di jurnal Livestock
Research (Sugiharto et al., 2016).
(**) Nilai Energi Metabolis (EM) dihitung berdasarkan rumus Balton (Siswohardjono,
1982).
EM : 40,81 x (0,87 (PK + (2,25 x LK) + BETN) + 2,5

Tahap pemeliharaan hari.Selain itu juga dilakukan


Tahap pemeliharaan dimulai penimbangan sisa pakan untuk
dengan tahap chick indimanaDOC yang mengetahui konsumsi ternak setiap hari
akan dipelihara ditimbang bobot serta penimbangan bobot badan ternak
badannya lalu diberi air minum berupa yang dilakukan pada hari ke-7, 14, 21,
larutan isotonik (pocary sweat) yang 28, dan 35.
bertujuan untuk mengganti cairan yang
hilang selama perjalanan. Perlakuan Tahap pengambilan data
pakan dilakukan mulai hari pertama Tahap pengambilan data
dimana pakan diberikan secara ad dilakukan pada hari ke 35 dengan
libitum sesuai kebutuhan ternak. pemuasaan ternak selama 3 jam sebelum
Pemberian pakan dan air minum pengambilan darah. Metode
dilakukan sekali/hari dengan frekuensi pengambilan darah dilakukan dengan
pemberian 2-4 kali. Penimbangan pakan memilih 1 sampel secara acak pada
yang diberikan dilakukan setiap setiap unit flock. Pengambilan darah

61
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 59 - 68

dilakukan melalui pembuluh vena terdiri dari 11 ekor ayam. Rancangan


brachialis menggunakan spuit percobaan yang digunakan yaitu
(disposible syringe). Darah yang diambil ƒ T0 : Ransum kontrol tanpa onggok
minimal sebanyak 1 ml dan ditampung ƒ T1 : Ransum menggunakan onggok
pada tabung EDTA yang mengandung 8%
antikoagulan.Tabung dikocok secara ƒ T2 : Ransum menggunakan onggok
perlahan dan disimpan pada suhu rendah fermentasi R. oryzae 8%
(18ºC) untuk menghindari lisis atau ƒ T3 : Ransum menggunakan onggok
penggumpalan darah. Darah yang akan fermentasi R. oryzae 16%
diuji di lab disimpan pada cooler box. ƒ T4 : Ransum menggunakan onggok
Penghitungan jumlah leukosit fermentasi R. oryzae 24%
ditentukan dengan metode ruang Data diuji menggunakan analisis
Burker. Penghitungan diferensial ragam.Apabila hasil menunjukkan
leukosit darah ayam broiler ditentukan pengaruh nyata maka dilanjutkan
dengan penghitungan preparat apus dengan ujijarak ganda Duncan.
menggunakan mikroskop cahaya
dengan lensa perendaman. Teknik HASIL DAN PEMBAHASAN
coverslip diterapkan saat menyiapkan Rerata total leukosit dan
smear darah. diferensial leukosit darah ayam broiler
Rancangan penelitian dengan penggunaan tepung onggok yang
Rancangan percobaan yaitu difermentasi dengan fungi Rhizopus
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang oryzae pada ransum disajikan pada Tabel
teriri dari 5 perlakuan yaitu T0, T1, 2.
T2,T3, T4 dan 5 ulangan. Setiap ulangan

Tabel 2. Rataan total leukosit, heterofil, eosinofil, limfosit dan monisit ayam broiler umur
35 hari akibat penggunaan tepung onggok fermentasi fungi Rhizopus oryzae
pada ransum
Perlakuan
Variabel
T0 T1 T2 T3 T4
Leukosit (x 103 / ml) 20,12 16,65 16,03 16,48 28,13
Heterofil (%) 30,40 31,60 37,33 52,00 40,00
Eosinofil (%) 26,00 24,40 21,33 20,00 27,20
Limfosit (%) 39,20 37,60 32,80 25,60 31,00
Monosit (%) 10,40 9,00 6,40 12,00 9,00
Keterangan : Rataan total leukosit, heterofil, eosinofil, limfosit dan monosit menunjukkan
tidak ada perbedaan nyata (P>0,05).

Total leukosit darah ayam broiler normal. Smith dan Mangkoewidjojo


Tabel 2 menunjukkan bahwa (1998) dan Swenson (1984) melaporkan
penggunaan tepung onggok yang bahwa secara normal jumlah leukosit
difermentasi dengan fungi Rhizopus pada darah ayam broiler berada pada
oryzae dalam ransum tidak berpengaruh kisaran antara 6-40 × 103/ml.
nyata (P>0,05) terhadap total leukosit Leukosit merupakan unit aktif
darah ayam broiler pada umur 35 hari. dari sel darah yang berperan dalam
Total leukosit pada penelitian ini sistem pertahanan tubuh dari serangan
berkisar 16,03-28,13 × 103/ml, dimana penyakit yang dapat digunakan sebagai
hasil tersebut berada pada angka yang indikator tingkat kesehatan dan status

62
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 59 - 68

fisiologis ayam broiler. Hartoyo dkk. kondisi kesehatan ternak secara pasti.
(2015) menyatakan bahwa fungsi dari Akhirnya, berdasarkan data yang
leukosit yaitu menjaga tubuh dari diperoleh dari penelitian ini dapat
patogen dengan cara fagositosis dan diasumsikan bahwa pemberian onggok
menghasilkan antibodi. Faktor-faktor fermentasi dalam ransum mampu
yang menentukan jumlah leukosit antara menjaga tingkat kestabilan kesehatan
lain aktivitas biologis, kondisi ayam broiler.
lingkungan, umur dan pakan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Guyton dan Hall Persentase diferensial leukosit
(1997) yang menyatakan bahwa total Berdasarkan hasil penelitian
leukosit yang menggambarkan tingkat pada Tabel 2, persentase heterofil pada
kesehatan dipengaruhi oleh beberapa darah ayam broiler berumur 35 hari
faktor baik internal yang meliputi jenis dengan penggunaan tepung onggok
kelamin, umur, penyakit dan hormon fermentasi Rhizopus oryzae dalam
maupun faktor eksternal seperti keadaan ransum tidak berbeda nyata antar
lingkungan, aktivitas ternak, stress dan perlakuan. Persentase heterofil pada
pakan yang diberikan. darah ayam broiler berdasarkan hasil
Berdasarkan data pada Tabel 2 penelitian berada pada kisaran 30,40-
terlihat bahwa terjadi penurunan jumlah 52,00% dimana hasil tersebut tergolong
leukosit pada T1, T2 dan T3 normal. Hendro dkk. (2013) menyatakan
dibandingkan T1 dan meningkat pada T4 bahwa persentase heterofil yang normal
(pemberian taraf 24%) tetapi penurunan pada darah ayam broiler berada pada
dan peningkatan jumlah leukosit masih kisaran 20-40%.
berada pada kisaran normal. Peningkatan Heterofil adalah bagian dari
dan penurunan leukosit dalam darah leukosit yang termasuk kedalam
merupakan mekanisme respon tubuh kelompok granulosit dan berada pada
terhadap patogen yang menyerang. garis depan (first line) yang berfungsi
Tingginya produksi leukosit belum dapat sebagai pertahanan awal terhadap
diasumsikan bahwa ternak tersebut penyakit yang dapat mengakibatkan
dalam keadaan sakit. Peningkatan infeksi atau peradangan. Baratawidjaja
jumlah leukosit menggambarkan adanya dan Rengganis (2012) menambahkan
respon secara humoral dan seluler dalam bahwa sistem kerja heterofil yaitu
melawan agen patogen penyebab menghancurkan patogen melalui jalur
penyakit dalam tubuh. Moyes dan oksigen independen (lisozom, enzim
Schute (2008) dan Soeharsono dkk. proteolitik dan protein kationik) dan
(2010) menyatakan bahwa kesehatan oksigen dependen. He et al. (2005) dan
fisik ternak dapat diukur melalui jumlah Redmond et al. (2011) melaporkan
leukosit yang dihasilkan, dimana bahwa heterofil mengandung zat
peningkatan jumlah leukosit antimikroba yang berhubungan dengan
menandakan adanya peningkatan resistensi penyakit pada tubuh dan
kemampuan pertahanan tubuh. dipengaruhi oleh kontrol genetik dari
Sedangkan penurunan jumlah leukosit ternak tersebut. Faktor-faktor yang
juga dapat diasumsikan bahwa tidak menentukan tinggi rendahnya heterofil
adanya infeksi atau gangguan bakteri antara lain kondisi lingkungan, tingkat
patogen yang menyerang tubuh. Oleh stress pada ternak, genetik dan
karena itu, perlu diketahui secara kecukupan nutrien pakan (Puvadolpirod
keseluruhan jumlah leukosit dan and Thaxton, 2000).
diferensial leukosit untuk mengetahui

63
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 59 - 68

Hasil penelitian menunjukkan Hasil penelitian juga menemukan


bahwa persentase eosinofil pada darah bahwa penggunaan tepung onggok yang
ayam broiler berumur 35 hari dengan difermentasi dengan Rhizopus oryzae
penggunaan tepung onggok yang dalam ransum tidak berpengaruh nyata
difermentasi dengan Rhizopus oryzae (P>0,05) terhadap persentase limfosit
dalam ransum memberikan hasil tidak darah ayam broiler umur 35 hari.
berbeda nyata antar perlakuan. Persentase limfosit yang diperoleh
Persentase eosinofil yang diperoleh berada pada kisaran 25,6-39,2% dan
berada pada kisaran 20-27,20% dimana hasil tersebut tergolong normal. Hal ini
persentase tersebut melebihi kisaran sesuai pendapat Smith dan
batas normal. Jain (1986) menyatakan Mangkoewidjojo (1988)serta Guyton
bahwa pada kisaran normal jumlah dan Hall (1997) yang menyatakan bahwa
eosinofil 2-8% dari jumlah sel darah secara normal jumlah limfosit berada
putih dan dapat bertahan hidup 3-5 hari. pada kisaran 24-84%. Limfosit
Tingginya persentase eosinofil dalam merupakan sel darah putih yang
darah belum dapat diasumsikan bahwa termasuk kedalam kelompok
ayam tersebut berada pada kondisi sakit. agranulosit. Salasia dan Hariono (2010)
Tingginya produksi eosinofil juga dapat menyatakan bahwa limfosit bertugas
menunjukkan berfungsinya sistem merespon adanya antigen dan stress
pertahanan tubuh dalam menghadapi dengan meningkatkan sirkulasi antibodi
agen penyakit. dalam pengembangan sistem imun.
Eosinofil merupakan bagian dari Siegel (1995), Puvadolpirod andThaxton
diferensial leukosit yang dibentuk dalam (2000)melaporkan bahwa faktor-faktor
sumsum tulang belakang yang berfungsi terbesar yang mempengaruhi jumlah
sebagai respon parasitik, peradangan dan limfosit yaitu cekaman panas atau
alergi. Lokapirnasari dan Yulianto lingkungan dan stress, karena cekaman
(2014) menyatakan bahwa eosinofil panas mengakibatkan berkurangnya
memiliki dua fungsi utama yaitu mampu bobot organ limfoid timus dan bursa
menyerang dan menghancurkan bakteri fabrisius yang berdampak pada
patogen serta mampu menghasilkan penurunan jumlah limfosit.
enzim yang dapat menetralkan faktor Hasil penelitian juga
radang. Dalam mencegah masuknya membuktikan bahwa penggunaan
infeksi pada tubuh, eosinofil bekerja tepung onggok yang difermentasi
dengan fungsi kimiawi secara enzimatik. dengan Rhizopus oryzaedalam ransum
Hal ini sesuai pendapat Moyes tidak memberikan pengaruh nyata
danSchute(2008) serta Isroli dkk. (2009) terhadap persentase monosit pada darah
yang menyatakan bahwa eosinofil ayam broiler berumur 35 hari. Persentase
melakukan fungsi imun melawan monosit yang diperoleh pada penelitian
mikroorganisme dengan cara ini berkisar 6,4-12%, dimana hasil
sebagaimana fungsi kimiawi yakni tersebut tergolong normal. Hal ini sesuai
secara enzimatik. Faktor- faktor pendapat sesuai pendapat Eroschenko
peningkatan eosinofil dapat terjadi (2008) yang menyatakan bahwa batasan
karena hipersensitivitas misalnya karena normal nilai monosit pada darah ayam
parasit dan alergi yang diakibatkan broiler yaitu 3-10%. Monosit merupakan
faktor lingkungan yang bising dan diferensial sel darah putih yang termasuk
berdebu (Dharmawan, 2002) dimana kedalam kelompok agranulosit yang
kedua kondisi tersebut terjadi pada saat dibentuk di sumsum tulang dan
penelitian dilaksanakan. mengalami pematangan ketika masuk

64
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 59 - 68

kedalam sirkulasi sehingga menjadi probiotik pada unggas dapat


makrofag dan masuk ke jaringan. memperbaiki penyerapan nutrisi dan
Frandson et al.(2009) mengatakan meningkatkan kesehatan tubuh.
bahwa monosit mampu memfagositosis Probiotik juga mampu meningkatkan
100 sel bakteri patogen dan menjadi kesehatan ternak dengan cara
sistem pengatur ketika terjadi menyeimbangkan mikroflora dalam
peradangan dan merespon kekebalan. saluran pencernaan dan mengendalikan
Monosit dimobilisasi bersama dengan mikroba pathogen dalam saluran
heterofil sehingga disebut sebagai pencernaan jika dikosumsi dalam jumlah
pertahanan kedua terhadap peradangan. yang cukup (Budiansyah, 2004 dan
Pemberian pakan onggok yang Sugiharto, 2014). Widhyari dkk. (2009)
difermentasi dengan fungi Rhizopus dan Kabir et al. (2004) melaporkan
oryzae bertujuan untuk mengurangi bahwa pemberian probiotik dan
proporsi jagung dalam ransum, antioksidan dalam gathot atau onggok
mengingat semakin tingginya harga mampu mempertahankan integritas
bahan pakan tersebut. Onggok yang membran penyusun dan meningkatkan
difermentasi dengan fungi Rhizopus aktivitas jaringan limfoid. Genus
oryzae memiliki kandungan protein Rhizopus mampu meningkatkan
kasar 22,76-24,31% dan energi kandungan protein dari bahan baku dan
metabolis 2925-2961 kkal/kg. Hasil protein ini memiliki aktivitas fungsional
analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi dan dan aktivitas katalitik tertentu (Oliveira
PakanFakultas Peternakan dan Pertanian et al., 2010 dan Purwandari, 2014).
Universitas Diponegoro menunjukkan Jamur dari genus ini juga mampu
bahwa kandungan protein dan energi memecah senyawa komplek menjadi
metabolis tersebut sama dengan protein sederhana sehingga memudahkan proses
dan energi metabolis pada jagung. pencernaan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, Selain sebagai probiotik, fungi
penggunaan onggok yang difermentasi Rhizopus oryzae juga berperan sebagai
dengan fungi Rhizopus oryzae tidak antioksidan untuk memperbaiki
mengurangi kecukupan nutrisi ayam kekebalan tubuh (Sugiharto et al., 2016).
broiler. Hal tersebut diindikasikan pada Secara keseluruhan jumlah leukosit dan
data performan ayam broiler yang tidak diferensial leukosit tergolong normal
berbeda nyata antar perlakuan. Lebih dan dapat diasumsikan bahwa ayam
lanjut ditemukan bahwa jumlah leukosit broiler tersebut berada pada kondisi yang
dan diferensial leukosit juga tidak sehat. Antioksidan dibutuhkan oleh
berbeda nyata antara ayam yang diberi tubuh untuk menangkal radikal bebas
pakan jagung dan ayam yang diberi sebagai penyebab stress oksidatif. Istiani
pakan perlakuan. (2010) dan Schmidt et al. (2014)
Onggok yang difermentasi menyatakan bahwa antioksidan atau
dengan Rhizopus oryzae diharapkan antiradikal dalam tubuh bekerja
memiliki peran sebagai probiotik dan melawan stress oksidatif akibat
antioksidan sehingga baik bagi ketidakseimbangan antara oksidan dan
kesehatan ayam broiler. Hal tersebut sistem pertahanan oksidan. Selain itu,
didasari oleh fakta bahwa Rhizopus fungi Rhizopus oryzae juga
oryzae memiliki potensi probiotik dan menghasilkan senyawa isoflavon yang
antioksidan (Sugiharto et al., 2015 dan berfungsi sebagai pertahanan tubuh. Hal
Sugiharto et al., 2016). Manin dkk. ini sesuai dengan pendapat
(2014) menyatakan bahwa pemberian Pawiroharsono (2001) dan Nara et al.

65
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 59 - 68

(2006) yang menyatakan bahwa fungi pemberian serbuk kunyit


Rhizopus sp berpotensi menghasilkan (Curcuma domestica) dosis
senyawa isoflavon ketika proses bertingkat. Prosiding Seminar
fermentasi berfungsi sebagai pertahanan Nasional Teknologi Peternakan
tubuh dari mikroba patogen. dan Veteriner. Hal: 593-599.
Berdasarkan hasil diatas, dapat Dharmawan, N. S. 2002.
diasumsikan bahwa onggok yang Pengantarpatologi klinik
difermentasi dengan fungi Rhizopus veteriner. Pelawa Sari.Denpasar.
oryzae dapat berpotensi menggantikan Etim, N., E. Enyinihi, U. Akpabio dan
proporsi jagung dalam ransum tanpa Edem. 2014. Effects of nutrition
menggangu pembentukan sel darah putih on haemotology of rabbits : A
dan diferensialnya. review. J. European Sci. 10 (3):
413-423.
KESIMPULAN (URVFKHQNR 9 3 'L )LRUH¶V atlas
Berdasarkan hasil penelitian of histology with functional
dapat disimpulkan bahwa penggunaan correlations. Edisi Kesebelas.
onggok yang difermentasi dengan fungi Lippincott Williams & Wilkins,
Rhizopus oryzae dalam ransum Philadelpia.
berpotensi sebagai probiotik dan mampu Frandson, R. D., W. L. Wike dan A. D.
mempertahankan tingkat kestabilan Fails. 2009.
kesehatan dan menjaga kondisi fisiologis Anatomyandphysiologyof farm
ayam broiler. animal. Edisi Ketujuh.Willey-
Blackwell, Iowa.
DAFTAR PUSTAKA Guyton, A. C.dan J. E.
Addass, P. A., David, I. Edward, A. Zira Hall.1997.Fisiologikedokteran.
dan Midak. 2012. Effect of age, EGC:Jakarta. (Diterjemahkan
sex and management system on oleh Irawati, K. A. Tengadi dan
some haematological A. Santoso).
parameters of intensively and Hartoyo, B., S. Suhermiyati, N. Iriyanti
semi-intensively kept chicken in dan E. Susanti. 2015. Performan
Mubi. Adamawa State, Nigeria. dan profil hematologis darah
Iranian J. of App. Anim. Sci. 2 ayam broiler dengan
(3) : 277-282. suplementasi herbal
Baratawidjaja, K. G dan I. Rengganis. (fermenherfit). Prosiding
2012. Imunologi dasar. Edisi IX. Seminar Nasional Teknologi dan
Badan Penerbit Fakultas Agribisnis Peternakan (Seri III):
Kedokteran Universitas Pengembangan peternakan
Indonesia. Jakarta. berbasis sumber daya lokal untuk
Budiansyah, A. 2004. Pemanfaatan menghadapi Masyarakat
probiotik dalam meningkatkan Ekonomi ASEAN (MEA).
penampilan produksi ternak Fakultas Peternakan Universitas
unggas. Program Pascasarjana Jendral Soedirman, Purwokerto.
Intitut Pertanian Bogor. Bogor. He, H., V. K. Lowry, P. M. Ferro dan M.
(Tesis). H. Kogut. 2005. CpG
Cahyaningsih, U., Malichatin. H dan Y. oligodeoxynucleotide stimulated
E. Hedianto. 2007. Diferensial chicken heterophil degranulation
leukosit pada ayam setelah is serum cofactor and cell surface
diinfeksi Eimeria tanella dan

66
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 59 - 68

receptor dependent. Dev Comp Itik Kerinci. J. Ilmu Ternak. 1


Immunol. 29 : 255-264. (2): 7-11.
Hendro, L. Adriani dan D. Latipudin. Moyes, C.D. and P. M. Schulte. 2008.
2013. Pengaruh pemberian Principles of animal physiology.
lengkuas (Alpinia galanga) Edisi Kedua. Perarson
terhadap kadar neutrofil dan International Edition, NewYork
limfosit ayam broiler. Prosiding Nara, K., T. Miyoshi, T. Honma dan H.
Seminar Nasional Peternakan. Koga. 2006. Antioxidante
Hal: 531-536. activity of bound-form phenolics
Isroli, S. Susanti, E. Widiastuti, T. in potato pell. Bioscience,
Yudiarti dan Sugiharto. 2009. Biotechnology and Biochemistry
Observasi beberapa variabel 70 : 1489-1491.
hematologis ayam Kedu pada Nordenson, N. J. 2002. White Blood Cell
pemeliharaan intensif. Prosiding Count and Differential.
Seminar Nasional Kebangkitan http://www. Lifesteps .com/gm.
Peternakan. Hal: 548-557. Atoz/ency
Istiani, Y. 2010. Karakteristik senyawa /white_blood_cell_count_and_di
bioaktif isoflavon dan uji fferential. jsp. [April 2015].
aktivitas antioksidan dari ekstrak Oliveira, M. S., L. Kupski, Feddern, E.
etanol tempe berbahan Koro Cipolatti, B. Furlong dan S.
Pedang (Canavalio ensiformis). Soares. 2010. Physico-chemical
Program Studi Biosains. Program characterization of fermented
Pasca Sarjana Universitas rice bran biomas. J. Food
Sebelas Maret. Surakarta. Reseach 8 : 236-269.
(Tesis). Purwandari, U., G. R. Tristiana dan D.
Jain, N. C. 1986. 6FKDOP¶V veteriner Hidayati. 2014. Gluten-free
hematology. Edisi Keempat. noodle made from gathotan flour:
Philadelphia. Lea & Febiger. antioxidant activity and effect of
Junguera, L. C. 1977. Basic histology. consumption on blood glucose
Edisi Kedelapan. McGraw-Hill, level. J. International Food
New York. Research Journal 21 (4): 1629-
Kabir, S. M. L., M. M. Rahman, M. B. 1634.
Rahman dan S. U. Ahmed. 2004. Pawiroharsono, S. 2001. Prospek dan
The dynamic of probiotic on manfaat isoflavon untuk
growth performance and immune kesehatan. Direktorat Teknologi
respone in broiler. Int. J. of Poult. Bioindustri. Badan Pengkajian
Sci. 3 (5) : 361-364. dan Penerapan Teknologi.
Lokaspirnasari, W. R dan A. B. Puvadolpirod and Thaxton. 2000. Model
Yulianto. 2014. Gambaran sel of physiological stress in
eosinofil, monosit, dan basofil chicken. Edisi Kelima.
setelah pemberian spirulina pada Quantitative Evaluation.
ayam yang diinfeksi virus flu Departement of Poultry Science,
burung. J. Vet. 15 (4) : 499-505. Mississipi State University. 79 :
Manin, F., E. Hendalia, Yatno dan P. 391-395.
Rahayu. 2014. Dampak Redmond, S. B, P. Chuammitri, C. B.
pemberian probiotik FM $QGUHDVHQ ' 3DOLü GDQ /DPRQW
terhadap status kesehatan ternak SJ, 2011. Genetic control of
chicken heterophil function in

67
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 59 - 68

advanced intercross lines: Sugiharto, S. 2014. Role of


associations with novel and with nutraceuticals in gut health and
known Salmonella resistance loci growth performance of poultry.
and a likely mechanism for cell J. Saudi Soc. Agric. Sci. Hal: 1-
death in extracellular trap 13.
production. Immunogenetics. 63: Sugiharto, S., T. Yudiarti and I. Isroli.
449±458. 2015. Functional properties of
Salasia, S. I. O dan B. Hariono. 2010. filamentous fungi isolated from
Patologi klinik veteriner. the Indonesian fermented dried
Samudra Biru.Yogyakarta. cassava with particular
Schmidt, C., M. Gocalves, L. Prietto, S. application on poultry.
Hackbart dan E. B. Furlong. J.Mycobiology. 43 (4): 415-422.
2014. Antioxidant activity and Sugiharto, S., T. Yudiarti and I. Isroli.
enzyme inhibition of phenolic 2016. Assay of a ntioxidant
acids from fermented rice bran potential of two filamentous
with fungus Rhizopus oryzae. J. fungi isolated from the
Food Chemistry. 146 : 371-377. Indonesian fermented dried
Siegel, H. S.1995. Stress, strain and cassava. Antioxidant.
resistence. Brit. Poultry Sci 36: https://www.researchgate.net/p
3-22. ublication. (Februari 2016).
Siswohardjono, W. 1982. Beberapa Swenson, M. J. 1984. Physiological
metode pengukuran energi properties and cellular and
metabolisme bahan makanan chemical constituents of blood.
ternak pada itik. Makalah In Swenson, M. J. Duke¶s
Seminar Pascasarjana. Institut Physiology of domestic animal.
Pertanian Bogor. Bogor. Edisi Kesepuluh. Cornell
Smith, J. B dan S. Mangkoewidjojo. UniversityPress, Ithaca and
1988. Pemeliharaan, pembiakan London.
dan penggunaan hewan Widhyari, S. D., W. Ietje, S. Harry dan
percobaan di daerah tropis. W. Wiwin. 2009. Efektivitas
Universitas Indonesia. Jakarta. pemberian kombinasi mineral
Soeharsono, L. Adriani, E. Hernawan, K. zinc dan herbal sebagai
A. Kamil dan A. Mushawwir. imunomodulator. J. Ilmu
2010. Fisiologi ternak fenomena Pertanian Indonesia. 14 (1): 30-
dan nomena dasar, fungsi dan 40.
interaksi organ pada hewan.
Widya Padjajaran, Bandung.

68

Anda mungkin juga menyukai