GEMASTIK13-Karya Tulis Ilmiah - (13200720195328) - (H2A)
GEMASTIK13-Karya Tulis Ilmiah - (13200720195328) - (H2A)
DIUSULKAN OLEH :
ABSTRAK
Indonesia is the largest agricultural country in Southeast Asia as well as the fourth
largest state in the world. The population of Indonesia is so large that the availability
of food in Indonesia cannot be guaranteed. Then with the COVID-19 pandemic, the
accessibility of food is hampered so that it can threaten Indonesia's food security.
Seeing this, technology is needed that can facilitate accessibility to food. Therefore,
it is necessary to have SHOVALTECH (Shopping Virtual Technology), which is a
virtual-based technology to provide new experiences in shopping for food
commodities. This technology aims to increase accessibility in meeting food needs
by minimizing physical contact when shopping during the COVID-19 pandemic.
The concept of SHOVALTECH consists of three parts, namely the virtual layer,
the information system layer and the physical layer. The working mechanism of
this technology is that users must log in first, then choose a market consisting of
malls, supermarkets and markets. After that, choose a shopping aisle and determine
the groceries and make a payment. All processes are carried out virtually, what
distinguishes supermarkets and traditional markets is the bargaining feature. So that
with the SHOVALTECH users can experience a new experience in shopping for
food commodities, facilitate food accessibility, and can increase food security in
Indonesia.
Gambar 1 Produksi Pangan Indonesia dalam rentan tahun 2014-2018 (Ton). Sumber: Kementan, 2020
Gambar 2 Konsumsi Pangan Indonesia dalam rentan tahun 2014-2018 (Kg). Sumber. Kementan, 2020
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia melalui website resmi
kementrian pertanian republik Indonesia, mengenai tingkat produksi dan konsumsi
pangan dalam rentan tahun 2014-2018. Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa
produksi pangan di Indonesia didominasi oleh komoditas padi dengan peningkatan
produksi mencapai 10 juta ton. Di lain sisi komoditas yang mengalami penurunan
tingkat produksi adalah ubi yang menurun sekitar 4 juta ton. Kemudian pada
Gambar 2 dapat dilihat juga bahwa tingkat konsumsi pangan terbanyak adalah
makanan yang mengandung beras pada tahun 2016 yaitu sebanyak 100 juta kg,
sedangkan jumlah konsumsi pangan lainnya secara keseluruhan berada dibawah 20
juta kg (Kementan, 2020).
Selain produksi dan konsumsi pangan, perkembangan harga komoditas
pangan tahun 2020 melalui Pusat Informasi Harga Pangan Strategis nasional
(PIHPS) dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Perkembangan Harga Pangan pada bulan April-Agustus tahun 2020. Sumber: PIHPS, 2020
Gambar 3 Sistem Ketahanan Pangan Sebelum Pandemi COVID-19. Sumber: Siche, 2020
Gambar 4 Sistem Ketahanan Pangan Setelah Pandemi COVID-19. Sumber: Siche, 2020
II. TUJUAN
Tujuan pembuatan karya ilmiah ini yaitu untuk memberikan usulan mengenai
SHOVALTECH, yang merupakan teknologi market berbasis virtual. Sehingga
dapat memberikan pengalaman baru dalam berbelanja komoditas pangan, serta
dapat meningkatkan aksesibilitas dalam pemenuhan kebutuhan pangan dengan
meminimasir kontak fisik ke pangan dalam berbelanja selama pandemi COVID 19.
III. METODE
Metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini terdiri dari
beberapa tahapan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Studi literatur
Kajian pustaka yang meliputi topik: ketahanan pangan, teknologi digital
ketahanan pangan, indikator ketahanan pangan, permasalahan ketahanan
pangan, dampak covid-19 terhadap ketahanan pangan, faktor-faktor yang
mempengaruhi ketahanan pangan dan solusi mengenai ketahanan pangan
selama pandemi covid-19.
2. Observasi aplikasi belanja komoditas pangan
Observasi dilaksanakan dengan melakukan survei menggunakan aplikasi
playstore terhadap aplikasi terkait komoditas pangan. Setiap aplikasi
tersebut kemudian digali fitur-fiturnya.
3. Merancang framework sistem belanja virtual
Framework ini merupakan dasar kerangka teknologi yang diusulkan pada
karya tulis ini. Perancangan kerangka ini dilakukan dengan
mengkonsolidasikan beberapa sumber pustaka dengan hasil observasi
aplikasi.
4. Merancang mekanisme kerja sistem belanja virtual
Pada tahap ini mekanisme kerja sistem SHOVALTECH dirancang lebih
rinci lagi untuk menggambarkan proses dan interaksi yang terjadi dalam
aktivitas perbelanjaan virtual. Alur sistem belanja virtual digambarkan
dalam bentuk diagram yang terhubung dilengkapi juga dengan komponen
atau aktor yang terlibat di dalamnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
No Nama Jumlah Jual beli Edukasi Promo Informaasi Produk Kurir Kurir Sistem Sistem Sistem
Aplikasi Pengguna komoditi harga Terbaru Pribadi Lainnya Pembayaran Pemesanan Pemesanan
dengan e- Melalui Melalui
money WA Aplikasi
1. Sayur box 500rb+ V v v V v v
2. Tukang 100rb+ V V v v v
Sayur.co
3. Brambang 100rb+ V v v V v v
4. Kecipir 10rb+ V v V v v
5. Arenatani 10rb+ V v
6. HappyFresh 1jt+ V v v V v v
7 Toko 500+ V v v
Tetangga
8 Titipku 100rb+ V v v v v
9 Pasarloka 1rb V v v v v
10 PETANI 50 b+ V v V
11 MyAgri 10rb+ V v V
12 Sayur 100+ V v v v
Rumahan
13 Tani Hub 100rb+ V V v v v
3.2 Konsep SHOVATECH
Berdasarkan Gambar 5 diatas dapat dilihat bahwa terdapat tiga bagian dalam
SHOVALTECH yaitu virtual layer, Information system layer, dan physical layer.
Bagian pertama yaitu virtual layer, dimana pengguna dapat membuka aplikasi yang
menggunakan SHOVALTECH melalui mobile phone, kemudian akan muncul
tampilan virtual market yang dapat dipilih pengguna dalam melakukan
perbelanjaan online secara virtual. Bagian kedua yaitu information system layer,
bagian ini menjelaskan tentang sistem cloud dalam SHOVALTECH yang terdiri
dari order management system, supply chain management system, dan customer
management system. Bagian terakhir yaitu physical layer, yang terdiri dari penjual
dan shop Assistant yang bekerja pada market, Shop admin yang mengelola market
secara keseluruhan baik supermarket ataupun pasar tradisional, serta kurir yang
mengirim pesanan konsumen. Semua komponen dalam bagian ini terhubung secara
langsung tanpa menggunakan sistem. Dari ketiga komponen diatas satu dengan
yang lainnya terhubung menggunakan interfaces between information system
components.
Dengan terselesaikannya karya ilmiah ini, kami selaku penulis mengucapkan terima
kasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Allah SWT atas limpahan karunia dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah.
2. Dosen pembimbing, Bapak Wahyu Andy Prastyabudi atas arahan,
bimbingan, serta koreksinya selama penyusunan dan penulisan karya
ilmiah.
3. Ketua program studi teknik industri, Fakultas Teknologi Informasi dan
Industri Institut Teknologi Telkom Surabaya Bapak Benazir Arif Muttaqin
yang telah membantu dalam pengecekan nilai pengajuan karya ilmiah kami.
4. Kepada Dekan Fakultas Teknologi Informasi dan Teknologi Bapak Helmi.
5. Seluruh dosen dan staf pengajar Institut Teknologi Telkom Surabaya yang
telah memberikan sejumlah ilmu pengetahuan yang tidak ternilai
manfaatnya kepada penulis selama menuntut ilmu.
6. Kepada kedua orang tua kami yang telah membimbing dan mendukung
serta mendoakan yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Pearson, S. et al. (2019) ‘Are Distributed Ledger Technologies the panacea for food
traceability?’, Global Food Security, 20, pp. 145–149. doi:
10.1016/j.gfs.2019.02.002.
PIHPS Nasional. (2020) "Data Perkembangan Harga Pangan April-Agustus Tahun
2020" [Online],
(https://hargapangan.id/component/users/?view=reset&Itemid=101., diaskes 1
September 2020).
Riely, F. (2019) ‘Food Security Indicators and Framework for Use in the
Monitoring and Evaluation of Food Aid Programs’, p. 50.
van Egmond, F. M. et al. (2009) ‘iSOIL: exploring the soil as the basis for quality
crop production and food security’, Quality Assurance and Safety of Crops &
Foods, 1(2), pp. 117–120. doi: 10.1111/j.1757-837X.2009.00019.x.
Lampiran I