Anda di halaman 1dari 24

JUDUL:

SHOVALTECH: TEKNOLOGI BERBASIS VIRTUAL UNTUK


MEMBERIKAN PENGALAMAN BARU DALAM BERBELANJA
KOMODITAS PANGAN

DIUSULKAN OLEH :

Annisa Putri Pratama Ketua :1203190023


Haifa Puji Rahayu Ningsih Anggota 1 :1203190009
Hesti Dita Pramesti Anggota 2 :1203190021

INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM SURABAYA


KOTA SURABAYA
TAHUN 2020
SHOVALTECH: TEKNOLOGI BERBASIS VIRTUAL UNTUK
MEMBERIKAN PENGALAMAN BARU DALAM BERBELANJA
KOMODITAS PANGAN
Annisa Putri Pratama1, Haifa Puji Rahayu Ningsih2, Hestidita Pramesti3

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara agraris terbesar di Asia Tenggara sekaligus sebagai


negara bagian terbesar keempat di dunia. Jumlah penduduk Indonesia yang begitu
banyak, menyebabkan ketersediaan pangan di Indonesia belum bisa terjamin.
Kemudian dengan adanya pandemi COVID-19, mengakibatkan aksesibilitas
pangan menjadi terhambat sehingga dapat mengancam ketahanan pangan
Indonesia. Melihat hal tersebut, maka dibutuhkan teknologi yang dapat
mempermudah aksesibilitas terhadap pangan. Oleh karena itu, perlu adanya
SHOVALTECH (Shopping Virtual Technology) yaitu teknologi berbasis virtual
untuk memberikan pengalaman baru dalam berbelanja komoditas pangan.
Teknologi ini bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas dalam pemenuhan
kebutuhan pangan dengan meminimalisir kontak fisik saat berbelanja
selama pandemi COVID-19. Konsep dari SHOVALTECH terdiri dari tiga bagian
yaitu virtual layer, information system layer dan physical layer. Mekanisme kerja
dari teknologi ini yaitu pengguna harus login terlebih dahulu, kemudian memilih
market yang terdiri dari mall, supermarket, dan pasar. Setelah itu, memilih lorong
perbelanjaan dan menentukan belanjaan serta melakukan pembayaran. Semua
proses dilakukan secara virtual, yang membedakan antara supermarket dan pasar
tradisional yaitu adanya fitur tawar-menawar. Sehingga dengan adanya
SHOVALTECH pengguna dapat merasakan pengalaman baru dalam berbelanja
komoditas pangan, mempermudah aksesibilitas pangan, serta dapat meningkatkan
ketahanan pangan di Indonesia.

Kata Kunci : Belanja Online, Pangan, Teknologi, Virtual.


ABSTRACT

Indonesia is the largest agricultural country in Southeast Asia as well as the fourth
largest state in the world. The population of Indonesia is so large that the availability
of food in Indonesia cannot be guaranteed. Then with the COVID-19 pandemic, the
accessibility of food is hampered so that it can threaten Indonesia's food security.
Seeing this, technology is needed that can facilitate accessibility to food. Therefore,
it is necessary to have SHOVALTECH (Shopping Virtual Technology), which is a
virtual-based technology to provide new experiences in shopping for food
commodities. This technology aims to increase accessibility in meeting food needs
by minimizing physical contact when shopping during the COVID-19 pandemic.
The concept of SHOVALTECH consists of three parts, namely the virtual layer,
the information system layer and the physical layer. The working mechanism of
this technology is that users must log in first, then choose a market consisting of
malls, supermarkets and markets. After that, choose a shopping aisle and determine
the groceries and make a payment. All processes are carried out virtually, what
distinguishes supermarkets and traditional markets is the bargaining feature. So that
with the SHOVALTECH users can experience a new experience in shopping for
food commodities, facilitate food accessibility, and can increase food security in
Indonesia.

Keywords: Online Shopping, Food, Technology, Virtual.


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Indonesia merupakan negara agraris terbesar di Asia Tenggara sekaligus
negara bagian terbesar keempat di dunia. Hal ini menjadi tantangan bagi Indonesia
dalam hal memenuhi kebutuhan pangan, dengan besarnya jumlah penduduk
menyebabkan ketersediaan pangan di Indonesia belum bisa terjamin hingga saat
ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan di Indonesia
antara lain adalah CPI (Customer Price Index) dan FIMI (Food Insecurity
Multidimensional Index). CPI meliputi indeks harga perumahan, listrik, gas,
transportasi, jasa, dan keuangan. FIMI merupakan variabel yang menunjukan
tingkat ketahanan pangan, semakin tinggi nilai FIMI maka semakin rendah tingkat
ketahanan pangan, begitupun sebaliknya. Berdasarkan faktor CPI dan FIMI diatas,
bisa dikatakan bahwa ketahanan pangan tidak cukup hanya dengan meningkatkan
kuantitas dan kualitas konsumsi, tetapi juga dengan meningkatkan pasokan
makanan, kemampuan untuk mengakses ekonomi dan stabilitas pangan (Widada,
Masyhuri and Mulyo, 2017).
Klasifikasi Indikator Ketahanan Pangan (IKP) terdiri dari beberapa bagian
yang meliputi IKP secara keseluruhan, IKP bagi negara berkembang, dan IKP
rumah tangga. Indikator Ketahanan Pangan secara keseluruhan terdiri dari :
1. CSI (Coping Strategy Index) dan rCSI (Reduced Coping Strategy
Index) yang berkaitan dengan kuantitas atau kecukupan pangan.
2. HHS (The Household Hunger Scale) yang berkaitan dengan ketidakcukupan
pangan pada rumah tangga
3. HFIAS (Household Food Insecurity and Access Scale) yang berkaitan
tentang campuran faktor kecukupan dan psikologi.
4. FCS (Food Consumption Score) dan HDDS (Household Dietary Diversity
Scale) yang berkaitan dengan kualitas dan keberagaman tangkapan pangan
serta GHI (Global Hunger Indeks) yang berkaitan dengan gizi, berat, dan
angka kematian karena kelaparan.
IKP yang menggambarkan kondisi ketahanan pangan di negara berkembang yaitu
produksi pangan, pendapatan, total pengeluaran, dan pengeluaran khusus makanan.
Sedangkan IKP rumah tangga meliputi, demograsi untuk pemilihan gender,
pendapatan/ mata pencaharian, aset, pengeluaran untuk makanan, konsumsi dan
penanganan pangan, sumber air, sanitasi dan akses makanan serta kesehatan untuk
pemanfaatan (vhurumuku dan Riely, 2014,2019)

Gambar 1 Produksi Pangan Indonesia dalam rentan tahun 2014-2018 (Ton). Sumber: Kementan, 2020

Gambar 2 Konsumsi Pangan Indonesia dalam rentan tahun 2014-2018 (Kg). Sumber. Kementan, 2020
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia melalui website resmi
kementrian pertanian republik Indonesia, mengenai tingkat produksi dan konsumsi
pangan dalam rentan tahun 2014-2018. Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa
produksi pangan di Indonesia didominasi oleh komoditas padi dengan peningkatan
produksi mencapai 10 juta ton. Di lain sisi komoditas yang mengalami penurunan
tingkat produksi adalah ubi yang menurun sekitar 4 juta ton. Kemudian pada
Gambar 2 dapat dilihat juga bahwa tingkat konsumsi pangan terbanyak adalah
makanan yang mengandung beras pada tahun 2016 yaitu sebanyak 100 juta kg,
sedangkan jumlah konsumsi pangan lainnya secara keseluruhan berada dibawah 20
juta kg (Kementan, 2020).
Selain produksi dan konsumsi pangan, perkembangan harga komoditas
pangan tahun 2020 melalui Pusat Informasi Harga Pangan Strategis nasional
(PIHPS) dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Perkembangan Harga Pangan pada bulan April-Agustus tahun 2020. Sumber: PIHPS, 2020

No Harga April Mei Juni Juli Agustus Harga


Pangan 2020 Rata-Rata
(Rp)
1 Beras 11.900 11.900 11.850 11.850 11.850 11.870
2 Daging ayam 28.950 37.750 38.950 34.400 29.850 33.980
3 Daging Sapi 117.900 118.500 118.100 119.400 118.150 118.410
4 Telur ayam 25.150 24.450 26.350 26.300 25.500 25.550
5 Bawang 46.200 59.200 44.550 33.750 30.450 42.830
merah
6 Bawang Putih 39.250 32.500 25.400 22.900 26.050 29.220
7 Cabai merah 31.600 29.150 30.550 38.900 29.450 31.930
8 Cabai rawit 35.350 33.200 33.500 35.100 31.800 33.790
9 Minyak 13.750 13.650 13.600 13.700 13.850 13.710
goreng
10 Gula Pasir 18.200 17.050 15.700 14.800 14.600 16.070

Pandemi COVID-19 menjadi kekhawatiran terhadap ketahanan pangan di


seluruh dunia termasuk Indonesia, karena menimbulkan dampak cukup signifikan
terhadap ketahanan pangannya (Hirawan dan Verselita, 2020). Secara global
menurut Food and Agriculture Organization (FAO) menyatakan bahwa COVID-
2019 mempengaruhi pertanian dalam dua aspek penting yaitu pasokan dan
permintaan pangan. Kedua aspek ini berkaitan langsung dengan ketahanan pangan,
sehingga ketahanan pangan memiliki risiko untuk terganggu.

Gambar 3 Sistem Ketahanan Pangan Sebelum Pandemi COVID-19. Sumber: Siche, 2020

Gambar 4 Sistem Ketahanan Pangan Setelah Pandemi COVID-19. Sumber: Siche, 2020

Berdasarkan Gambar 3 mengenai sistem ketahanan pangan sebelum


terjadinya pandemi COVID-19, terlihat bahwa pasokan dan permintaan pangan
dapat berjalan lancar karena aksesibilitas yang tidak mengalami hambatan. Namun,
setelah terjadinya pandemi COVID-19, terlihat bahwa persediaan dan permintaan
pangan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat mengalami penurunan. Hal ini
karena aksesibilitas yang tidak berjalan lancar dampak terbatasnya ruang gerak
untuk meminimalisir terjadinya penyebaran COVID-19, sebagaimana terlihat pada
Gambar 4. Pandemi COVID-19 telah mempengaruhi proses transaksi dalam
pemenuhan kebutuhan pangan, baik dari sisi penawaran maupun permintaan.
Meskipun berpengaruh lebih besar pada sisi permintaan karena adanya
pembatasan ruang gerak yang mempengaruhi aksesibilitas, namun ketersediaan
dan konsumsi tetap hampir stabil (Siche, 2020).
Ketahanan pangan dalam tingkat rumah tangga juga berdampak karena
pandemi COVID-19 yaitu terjadinya penguncian pendapatan rumah tangga dan
akses fisik ke pangan dan terjadinya gangguan rantai pasok karena masalah
transportasi (Devereux, Béné and Hoddinott, 2020). Logistik dan distribusi
Indonesia juga mengalami beberapa penyesuaian dalam hal penyediaan pasar
modern dan pasar online. Sementara dari sisi konsumsi, modal transaksi juga mulai
mengalami perubahan yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya transaksi yang
menggunakan platform digital maupun online. Kondisi ini pada akhirnya
membutuhkan penyesuaian strategi kebijakan pangan di seluruh rantai pasok untuk
memastikan ketahanan pangan di Indonesia (Post, 2020).
Dalam rangka mengatasi masalah yang timbul karena pandemi COVID-19,
tentunya semua negara memberlakukan upaya terbaik yang dapat dilakukan. Solusi
yang dapat digunakan untuk mengatasi ketahanan pangan Indonesia saat pandemi
COVID-19 diantaranya yaitu, memperbaiki kebijakan perdagangan dengan
mengeliminasi tarif impor pangan untuk memaksimalkan kesejahteraan ekonomi
masyarakat. Importir dengan Angka Pengenal Importir (API) seharusnya diizinkan
untuk bertindak secepatnya (Hirawan dan Verselita, 2020). Selain itu, optimalisasi
pekarangan rumah dengan berkebun di rumah menggunakan metode KRPL
(Kawasan Rumah Pangan Lestari) dan memberikan penyuluhan kepada petani
terkait perilaku menjaga kebersihan diri demi mencegah penyebaran COVID-19
untuk keamanan pangan adalah beberapa upaya untuk stabilisasi kebutuhan pangan
(Hartati, Susanto dan Swardana, 2020).
Berdasarkan hasil studi literatur, terdapat lima teknologi berbasis ICT yang
telah diterapkan untuk meningkatkan ketahanan pangan. Pertama adalah
Distributed Ledger Technologies (DLT), teknologi ini menghubungkan data
informasi seluruh rantai pasokan makanan dari produsen hingga pengguna akhir
(Pearson et al., 2019). Kedua ada Digital Soil Mapping (DSM) yang berfungsi
untuk memetakan tanah yang luas bagi pertanian (Van Egmond et al., 2009). Ketiga
adalah Pasar Digital (Agro-Pay) yang merupakan pasar digital sebagai platform
untuk fintech sebagai proses keberlanjutan dalam hal pendanaan dan distribusi
(Anshari et al., 2019). Keempat adalah Point Of Sale (POS) yang merupakan
teknologi untuk meningkatkan kinerja dari masyarakat mengenai kesejahteraan
pengiriman pasokan rantai dengan dua dimensi yang meliputi monitoring dan
planning (Ganesh, Deo and Devalkar, 2019). Kemudian yang terakhir yaitu Drive
Through Robotic yang merupakan sistem robotik untuk berbelanja sederhana,
terjangkau dan tanpa kontak untuk persiapan, pengeluaran makanan dan
perlengkapan bertahan hidup dalam skala komunitas selama pandemi (Sharma,
Zanotti and Musunur, 2020).
Berdasarkan pemaparan mengenai lima teknologi di atas, masih belum
ditemukan adanya teknologi market yang dapat memberikan pengalaman
berbelanja online seperti sedang melakukan perbelanjaan secara langsung, dimana
masyarakat akan lebih memilih untuk berbelanja secara langsung baik itu di pasar
ataupun supermarket. Hal tersebut dapat menyebabkan masyarakat lebih sering
terjadinya kontak fisik ke pangan dan kegiatan bertemu dengan orang lain sehingga
dapat meningkatkan peluang tertularnya COVID-19. Oleh karena itu, diperlukan
adanya pengembangan teknologi baru yang dapat memberikan pengalaman lebih
dalam berbelanja.
SHOVALTECH merupakan teknologi berbasis virtual yang dapat
memberikan pengalaman baru dalam berbelanja komoditas pangan, sehingga dapat
meningkatkan aksesibilitas antara persediaan dan permintaan pangan. Cakupan
market dalam SHOVALTECH terdiri dari supermarket dan pasar tradisional.
Melalui teknologi ini masyarakat dapat melakukan perbelanjaan komoditas pangan
ke supermarket ataupun pasar tradisional secara online, namun seperti sedang
berbelanja secara langsung.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Teknologi atau aplikasi apa saja yang telah digunakan di Indonesia untuk
distribusi pangan?
1.2.2 Bagaimana transaksi komoditas pangan dapat ditingkatkan dengan
memberikan pengalaman nyata dalam berbelanja melalui
SHOVALTECH?
1.2.3 Bagaimana mekanisme kerja SHOVALTECH untuk memberikan
pengalaman lebih dalam berbelanja?

1.3 Tujuan dan manfaat


1.3.1 Memberikan informasi kepada pembaca mengenai beragam teknologi
atau aplikasi distribusi pangan yang telah diterapkan di Indonesia.
1.3.2 Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai adanya teknologi
baru yang dapat meningkatkan transaksi komoditas pangan secara virtual.
1.3.3 Memberikan gambaran kepada pembaca mengenai mekanisme kerja
SHOVALTECH yang dapat memberikan pengalaman lebih dalam
berbelanja.

II. TUJUAN

Tujuan pembuatan karya ilmiah ini yaitu untuk memberikan usulan mengenai
SHOVALTECH, yang merupakan teknologi market berbasis virtual. Sehingga
dapat memberikan pengalaman baru dalam berbelanja komoditas pangan, serta
dapat meningkatkan aksesibilitas dalam pemenuhan kebutuhan pangan dengan
meminimasir kontak fisik ke pangan dalam berbelanja selama pandemi COVID 19.
III. METODE

Metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini terdiri dari
beberapa tahapan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Studi literatur
Kajian pustaka yang meliputi topik: ketahanan pangan, teknologi digital
ketahanan pangan, indikator ketahanan pangan, permasalahan ketahanan
pangan, dampak covid-19 terhadap ketahanan pangan, faktor-faktor yang
mempengaruhi ketahanan pangan dan solusi mengenai ketahanan pangan
selama pandemi covid-19.
2. Observasi aplikasi belanja komoditas pangan
Observasi dilaksanakan dengan melakukan survei menggunakan aplikasi
playstore terhadap aplikasi terkait komoditas pangan. Setiap aplikasi
tersebut kemudian digali fitur-fiturnya.
3. Merancang framework sistem belanja virtual
Framework ini merupakan dasar kerangka teknologi yang diusulkan pada
karya tulis ini. Perancangan kerangka ini dilakukan dengan
mengkonsolidasikan beberapa sumber pustaka dengan hasil observasi
aplikasi.
4. Merancang mekanisme kerja sistem belanja virtual
Pada tahap ini mekanisme kerja sistem SHOVALTECH dirancang lebih
rinci lagi untuk menggambarkan proses dan interaksi yang terjadi dalam
aktivitas perbelanjaan virtual. Alur sistem belanja virtual digambarkan
dalam bentuk diagram yang terhubung dilengkapi juga dengan komponen
atau aktor yang terlibat di dalamnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Teknologi atau Aplikasi distribusi pangan di Indonesia

Tabel 2 memperlihatkan hasil survei aplikasi market komoditas pangan


melalui aplikasi playstore, terdapat tiga belas aplikasi market komoditas pangan di
Indonesia yaitu: Sayurbox, Tukang Sayur Co, Brambang, Kecipir, Arena Tani,
Happyfresh, Toko Tetangga, Titipku, Pasar Loka, My Agri, Sayur Rumahan dan
Tani Hub. Fitur-fitur yang diuji dalam aplikasi tersebut antara lain adalah: 1) jumlah
pengguna, 2) jual beli, 3) edukasi, 4) promo, 5) informasi harga, 6) produk terbaru,
7) kurir pribadi, 8) kurir lainnya, 9) sistem pembayaran dengan e-money, 10) sistem
pembayaran melalui WhatsApp, dan 11) sistem pemesanan melalui aplikasi.
Diantara tiga belas aplikasi telah di survei hanya terdapat empat aplikasi yang
menyediakan fitur edukasi, dan aplikasi lainnya secara umum hanya terdapat fitur
jual beli komoditas pangan.
Jumlah pengguna dari tiga aplikasi diatas berkisar antara 1 ribu sampai satu
juta pengguna. Aplikasi dengan jumlah pengguna paling banyak dan paling sedikit
yaitu aplikasi Happyfresh dan Pasarloka. Berdasarkan hasil survey yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa aplikasi-aplikasi di atas hanya difokuskan
pada belanjaan yang dibutuhkan konsumen yang diwakilkan dengan satu gambar
produk. Hal ini mengakibatkan semua barang akan terlihat sama bagusnya dan
konsumen tidak dapat membedakan kualitas dari barang yang akan dibelinya.
Selain itu, melalui aplikasi diatas, masyarakat bisa bisa menikmati proses
perbelanjaan online seperti sedang berbelanja secara langsung.
Tabel 2 Hasil Survei Aplikasi Terkait Komoditas Pangan

No Nama Jumlah Jual beli Edukasi Promo Informaasi Produk Kurir Kurir Sistem Sistem Sistem
Aplikasi Pengguna komoditi harga Terbaru Pribadi Lainnya Pembayaran Pemesanan Pemesanan
dengan e- Melalui Melalui
money WA Aplikasi
1. Sayur box 500rb+ V v v V v v
2. Tukang 100rb+ V V v v v
Sayur.co
3. Brambang 100rb+ V v v V v v
4. Kecipir 10rb+ V v V v v
5. Arenatani 10rb+ V v
6. HappyFresh 1jt+ V v v V v v
7 Toko 500+ V v v
Tetangga
8 Titipku 100rb+ V v v v v
9 Pasarloka 1rb V v v v v
10 PETANI 50 b+ V v V
11 MyAgri 10rb+ V v V
12 Sayur 100+ V v v v
Rumahan
13 Tani Hub 100rb+ V V v v v
3.2 Konsep SHOVATECH

Gambar 5 Diagram konseptual framework SHOVATECH

Berdasarkan Gambar 5 diatas dapat dilihat bahwa terdapat tiga bagian dalam
SHOVALTECH yaitu virtual layer, Information system layer, dan physical layer.
Bagian pertama yaitu virtual layer, dimana pengguna dapat membuka aplikasi yang
menggunakan SHOVALTECH melalui mobile phone, kemudian akan muncul
tampilan virtual market yang dapat dipilih pengguna dalam melakukan
perbelanjaan online secara virtual. Bagian kedua yaitu information system layer,
bagian ini menjelaskan tentang sistem cloud dalam SHOVALTECH yang terdiri
dari order management system, supply chain management system, dan customer
management system. Bagian terakhir yaitu physical layer, yang terdiri dari penjual
dan shop Assistant yang bekerja pada market, Shop admin yang mengelola market
secara keseluruhan baik supermarket ataupun pasar tradisional, serta kurir yang
mengirim pesanan konsumen. Semua komponen dalam bagian ini terhubung secara
langsung tanpa menggunakan sistem. Dari ketiga komponen diatas satu dengan
yang lainnya terhubung menggunakan interfaces between information system
components.

3.3. Tahapan Implementasi SHOVALTECH

SHOVALTECH merupakan sistem teknologi virtual market untuk berbelanja


komoditas pangan. Teknologi ini dapat memberikan pengalaman baru kepada
masyarakat dalam berbelanja secara online berbasis virtual. Selain itu, dengan
adanya teknologi ini aksesibilitas untuk pemenuhan kebutuhan pangan selama
pandemi COVID-19 dapat meningkat dan pengguna dapat menikmati proses
belanja online seolah sedang berbelanja secara langsung. Teknologi yang diusung
adalah melalui virtualisasi 360 dalam proses pengambilan gambar dan/atau video
lokasi perbelanjaan. Tahapan yang perlu disiapkan untuk mengimplementasi
SHOVALTECH adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan video kondisi market menggunakan virtualisasi 360.
2. Menentukan layout market.
Dalam menentukan layout market perlu disiapkan layout market yang sesuai
dengan kategori pemesanan yang ada di aplikasi SHOVALTECH.
Contohnya, saat customer memilih untuk membeli kategori pemesanan
barang dapur maka customer akan menuju tempat kebutuhan dapur sesuai
layout yang telah ditentukan.
3. Menentukan berbagai kemungkinan alur layout market.
Kemungkinan layout market yang sesuai dengan kategori pemesanan perlu
dilakukan untuk menunjukan berbagai arah alur video menuju tempat
produk yang dipilih sehingga, saat customer memilih untuk memesan suatu
barang maka alur arah video untuk menuju barang pesanan tidak hanya satu
arah melainkan bisa dari berbagai arah. Sehingga customer tidak akan bosan
saat berbelanja menggunakan aplikasi SHOVALTECH.
3.4 Mekanisme Kerja SHOVATECH

Gambar 6 Mekanisme Kerja SHOVATECH

Gambar 7 Legenda Komponen Mekanisme Kerja SHOVATECH

Berdasarkan Gambar 6 mekanisme kerja SHOVALTECH dapat dilihat


bahwa yang pertama kali dilakukan oleh para pengguna yaitu untuk log in dengan
mengisi data diri dan mendaftarkan akun. Setelah itu, para pengguna dapat memilih
market yang terdiri dari supermarket dan pasar tradisional untuk belanja kebutuhan
pangan yang diinginkan. Setelah memilih, pengguna akan disajikan video virtual
yang menggambarkan lokasi pasar maupun supermarket yang akan dituju. Bagi
pengguna yang memilih lokasi pasar, maka akan menelusuri lorong untuk mencari
barang yang akan dibutuhkan. Setelah menemukan barang yang dibutuhkan,
pengguna dapat melakukan transaksi tawar menawar dengan penjual pasar, jika
harga barang disetujui maka barang tersebut akan masuk ke dalam keranjang
pemesanan, tetapi jika tidak disetujui maka pengguna dapat menuju ke penjual yang
lainnya.
Setelah itu pengguna akan menerima notifikasi untuk belanja lagi atau
melakukan pembayaran. Jika melakukan pembayaran, pengguna akan diarahkan
untuk mengisi alamat tujuan dengan lengkap dan dapat memilih metode
pembayaran dengan menggunakan e-money atau dengan melakukan COD (Cash
On Delivery). Setelah itu pengguna bisa melakukan pembayaran sesuai jumlah
harga barang dan biaya pengiriman yang tertera. Kemudian yang terakhir yaitu
barang akan dikirim dan konsumen akan diminta untuk memberikan ulasan. Secara
keseluruhan proses transaksi di supermarket ataupun pasar tradisional tidak
memiliki perbedaan, kecuali pada fitur tawar-menawar yang hanya terdapat pada
pasar tradisional.
V. KESIMPULAN

SHOVATECH (Shopping Virtual Technology) merupakan teknologi yang


memberikan pengalaman baru dalam berbelanja komoditas pangan. Sehingga.
dengan adanya teknologi market berbasis virtual yaitu SHOVALTECH,
masyarakat tidak akan merasa bosan saat berbelanja online selama pandemi
COVID-19. Pengambilan gambar serta video kondisi market dari teknologi ini yaitu
dengan menggunakan virtualisasi 360, sehingga para pengguna dapat melihat
situasi sekeliling lokasi seperti kita berada langsung di lokasi perbelanjaan yang
kita inginkan. Teknologi ini juga dapat mengurangi terjadinya kerumunan di pusat
perbelanjaan seperti pasar, supermarket, dan market lainnya, sahingga dapat
meminimalisir terjadinya kontak fisik selama pandemi COVID 19, serta dapat
meningkatkan aksesibilitas dalam pemenuhan kebutuhan pangan.
UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan terselesaikannya karya ilmiah ini, kami selaku penulis mengucapkan terima
kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Allah SWT atas limpahan karunia dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah.
2. Dosen pembimbing, Bapak Wahyu Andy Prastyabudi atas arahan,
bimbingan, serta koreksinya selama penyusunan dan penulisan karya
ilmiah.
3. Ketua program studi teknik industri, Fakultas Teknologi Informasi dan
Industri Institut Teknologi Telkom Surabaya Bapak Benazir Arif Muttaqin
yang telah membantu dalam pengecekan nilai pengajuan karya ilmiah kami.
4. Kepada Dekan Fakultas Teknologi Informasi dan Teknologi Bapak Helmi.
5. Seluruh dosen dan staf pengajar Institut Teknologi Telkom Surabaya yang
telah memberikan sejumlah ilmu pengetahuan yang tidak ternilai
manfaatnya kepada penulis selama menuntut ilmu.
6. Kepada kedua orang tua kami yang telah membimbing dan mendukung
serta mendoakan yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA

Anshari, M. et al. (2019) ‘Digital Marketplace and FinTech to Support Agriculture


Sustainability’, Energy Procedia, 156, pp. 234–238. doi:
10.1016/j.egypro.2018.11.134.

Devereux, S., Béné, C. and Hoddinott, J. (2020) ‘Conceptualising COVID-19’s


impacts on household food security’, Food Security, 12(4), pp. 769–772. doi:
10.1007/s12571-020-01085-0.

Ganesh, M., Deo, S. and Devalkar, S. K. (2019) ‘Leveraging Digital Technology to


Improve Monitoring and Planning in Public Sector Supply Chains: Evidence from
India’s Food Security Program’, SSRN Electronic Journal. doi:
10.2139/ssrn.3419350.

Hartati, P. and Susanto, S. (2020) ‘PERAN PEMUDA TANI DALAM


PENCEGAHAN PENYEBARAN COVID-19 DI TINGKAT PETANI (KASUS DI
KABUPATEN MAGELANG)’, BASKARA : Journal of Business &
Entrepreneurship, 2(2), pp. 107–112. doi: 10.24853/baskara.2.2.107-112.

Hirawan, Fajar B. dan Verselita, Akita A. (2020) ‘Kebijakan Perdagangan Pangan


Indonesia saat Covid-19’, CSIS Commentaries Indonesia.

Komalasari, W. B. (2020). Statistik Konsumsi Pangan Tahun 2018 . Jakarta


Selatan: Pusat Data Dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal,
Kementerian Pertanian.

KPRI. (2020) "Data Lima Tahun Terakhir" [Online],


(https://www.pertanian.go.id/home/?show=page&act=view&id=61., diakses 1
September 2020)

Pearson, S. et al. (2019) ‘Are Distributed Ledger Technologies the panacea for food
traceability?’, Global Food Security, 20, pp. 145–149. doi:
10.1016/j.gfs.2019.02.002.
PIHPS Nasional. (2020) "Data Perkembangan Harga Pangan April-Agustus Tahun
2020" [Online],
(https://hargapangan.id/component/users/?view=reset&Itemid=101., diaskes 1
September 2020).

Post, T. J. (2020) Ensuring food security in Indonesia during COVID-19, The


Jakarta Post. Available at:
https://www.thejakartapost.com/academia/2020/05/04/ensuring-food-security-in-
indonesia-during-covid-19.html (Accessed: 8 September 2020).

Riely, F. (2019) ‘Food Security Indicators and Framework for Use in the
Monitoring and Evaluation of Food Aid Programs’, p. 50.

Sharma, A., Zanotti, P. and Musunur, L. P. (2020) ‘Drive Through Robotics:


Robotic Automation for Last Mile Distribution of Food and Essentials During
Pandemics’, IEEE Access, 8, pp. 127190–127219. doi:
10.1109/ACCESS.2020.3007064.

Siche, R. and Siche, R. (2020) ‘What is the impact of COVID-19 disease on


agriculture?’, Scientia Agropecuaria, 11(1), pp. 3–6. doi:
10.17268/sci.agropecu.2020.01.00.

Swardana, A. (2020) ‘Optimalisasi Lahan Pekarangan Sebagai Salah Satu Upaya


Pencegahan Krisis Pangan di Masa Pandemi Covid-19’, 4(2), p. 13.

van Egmond, F. M. et al. (2009) ‘iSOIL: exploring the soil as the basis for quality
crop production and food security’, Quality Assurance and Safety of Crops &
Foods, 1(2), pp. 117–120. doi: 10.1111/j.1757-837X.2009.00019.x.

Widada, A. W., Masyhuri, M. and Mulyo, J. H. (2017) ‘Determinant Factors of


Food Security in Indonesia’, Agro Ekonomi, 28(2), p. 205. doi:
10.22146/jae.26245.
LAMPIRAN – LAMPIRAN

Lampiran I

SURAT PERNYATAAN SUMBER TULISAN KARYA TULIS

Saya yang menandatangani Surat Pernyataan ini :


Nama : Annisa Putri Pratama
NIM : 1203190023
1. Menyatakan bahwa Artikel dalam lomba karya tulis yang saya tuliskan
bersama anggota tim lainnya benar bersumber dari kegiatan yang telah
dilakukan :
• Nyatakan Program Kegiatannya (KKN – Praktik Lapangan – Tugas
Kelompok – Magang – PKM yang sudah dilaksanakan) yang telah
dilakukan sendiri oleh penulis bukan oleh pihak lain.
• Topik Kegiatannya.
• Tahun dan Tempat Pelaksanaan.
2. Naskah ini belum pernah diterbitkan/dipublikasikan dalam bentuk prosiding
maupun jurnal sebelumnya.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan
pihak manapun juga untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Surabaya, 10 September 2020


Mengetahui/Menyetujui,
Yang Membuat Pernyataan, Ketua Jurusan/Prodi,

Annisa Putri Pratama Benazir Imam Arif Muttaqin, S.T., M.T.


NIM. 1203190023 NIP/NIDN. 18930086

Anda mungkin juga menyukai