Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH

4.1. Permasalahan Pembangunan


1. Pendidikan
1. Masih rendahnya capaian APM SMP/SMPLB/MTs/Paket B yang hanya
sebesar 79,26% di tahun 2016, dimana capaian ini masih jauh dari kondisi
ideal APM sebesar 100%.
2. Masih adanya Angka Putus Sekolah pada semua jenjang pendidikan di
Kabupaten Jepara utamanya Angka Putus Sekolah SMP/MTs sebesar
0,11% (2016).
3. Masih rendahnya capaian Angka Melanjutkan dari SMP/MTs ke
SMA/SMK/MA dimana capaiannya masih sebesar 96,17%, artinya masih
terdapat siswa SMP/MTs sebanyak 3,83% yang tidak melanjutkan
pendidikannya ke tingkat SMA/SMK/MA.
4. Belum optimalnya kualitas sarana dan prasarana (Ruang kelas SD/MI
kondisi baik) dimana capaiannya masih 73.28%. artinya masih ada 26,72%
ruang kelas yang belum baik.
5. Belum optimalnya kualitas pendidik dan tenaga kependidikan di
Kabupaten Jepara, dimana guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV pada
semua jenjang pendidikan masih di kisaran 85,77-86,95%.

2. Kesehatan
1. Masih ditemukannya kematian ibu, bayi dan balita. Pada tahun 2016
terjadi 14 kasus kematian ibu melahirkan, AKB sebesar 5,46 per 1.000 KH
dan AKBa mencapai 5,88 per 1.000 KH.
2. Masih ditemukannya gizi buruk sebesar 2,7%.
3. Rendahnya cakupan ASI Eksklusif dan konsumsi rumah tangga garam
beryodium. Pada tahun 2016 cakupan ASI Ekslusif mencapai 60,15% dan
RT mengkonsumsi garam yodium sebesar 79,76%.
4. Masih tingginya angka kesakitan baik menular maupun tidak menular.
Ditandai oleh IR DBD mencapai 61 pada tahun 2016; CNR Kasus TB Paru
yang mencapai 46,86 pada tahun 2016.
5. Cakupan penemuan kasus baru HIV AIDS pada Tahun 2016 sebesar
1,10%.
6. Belum semua desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat). STBM di Kabupaten Jepara pada tahun 2016 baru
mencapai 55,38%.

IV-1
7. Masih belum optimalnya perilaku hidup sehat pada masyarakat. Ditandai
dengan proporsi rumah tangga ber PHBS pada tahun 2016 baru sebesar
81,52%.
8. Belum semua desa/kelurahan menerapkan konsep kawasan sehat. Hal ini
ditandai dengan persentase desa/kelurahan sehat 68,79% pada tahun
2016.
9. Belum semua TTU dan TPM memenuhi syarat kesehatan. Ditandai
persentase tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan
sebesar 69,66% pada tahun 2016 dan persentase tempat pengelolaan
makanan (TPM) memenuhi syarat higiene sanitasi sebesar 51,98% pada
tahun 2016.
10. Kurangnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana fasilitas
kesehatan baik FKTP maupun rujukan. Jumlah puskesmas baru mencapai
21 puskesmas dengan jumlah ideal 40 puskesmas, masih terdapat
kekurangan sebesar 19 puskesmas.
11. Kurangnya jumlah dan kualitas tenaga kesehatan baik medis maupun
non medis. Seluruh tenaga kesehatan masih belum memenuhi standar
WHO kecuali tenaga farmasi yang telah memenuhi standar WHO. Ditandai
dengan Rasio Tenaga Kefasmasian sebesar 13,60 sedangkan standar WHO
sebesar 10,00.
12. Masih belum optimalnya penyediaan Sumberdaya Kesehatan, khususya
terkait ketersediaan dokter spesialis dan dokter umum. Ditandai rasio
dokter spesialis sebesar 3,57 dan rasio dokter umum sebesar 13,27 pada
tahun 2016.

3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


1. Masih banyak ruas jalan dan jembatan di Kabupaten Jepara dalam kondisi
rusak, dimana jalan kabupaten dalam kondisi baik saat ini baru mencapai
42,11 % dan sisanya sebesar 57,89 % masih dalam kondisi rusak (kondisi
sedang, rusak, dan rusak berat) dari total panjang jalan 872,142 km.
2. Kondisi jaringan irigasi masih belum optimal. Ditandai dengan rasio
jaringan irigasi dalam kondisi baik terhadap areal budidaya baru mencapai
9,82 m/ha. Persentase saluran irigasi dalam kondisi baik baru mencapai
21,57% pada tahun 2016.
3. Saluran drainase jalan yang belum memadai, dimana jalan yang memiliki
drainase tahun 2016 baru mencapai 4,45 %.
1. Saluran drainase belum memadai, dimana drainase kondisi baik tahun
2016 baru mencapai 11,23 %.
2. Belum optimalnya cakupan air minum dan sanitasi, sampai dengan tahun
2016 persentase rumah tangga dengan akses air minum/bersih yang layak
mencapai 80,73% dan persentase pelayanan IPLT 0,0056 %. Hal ini masih

IV-2
jauh dari program 100-0-100 Kementerian PUPR di tahun 2019 dimana
target 100 % akses air minum, 0 % kawasan permukiman kumuh, dan 100
% akses sanitasi layak.
3. Belum optimalnya penanganan sampah di Kabupaten Jepara, dilihat dari
Persentase pengangkutan sampah sampai dengan tahun 2016 baru
mencapai 18,53%.
4. Masih rendahnya pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau di wilayah
perkotaan, RTH tahun 2016 tercatat baru mencapai 7,33%.
5. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengurus IMB, sampai dengan
tahun 2016, persentasi rekomendasi IMB yang diterbitkan sebesar 4,7%.

4. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman


1. Belum optimalnya penyediaan perumahan layak huni yang terjangkau,
sampai dengan tahun 2016 ketersediaan rumah layak huni hanya 77,42%.
2. Belum optimalnya penanganan kawasan kumuh sesuai SK Bupati.
Persentase kawasan kumuh di Kabupaten Jepara yang pada tahun 2016
sebesar 0,024% sementara target Kementrian PU-PR sebesar 0% di tahun
2019.

5. Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat


1. Masih tingginya angka kriminalitas di Kabupaten Jepara, pada tahun 2016
angka kriminalitas mencapai 773 kasus.
2. Masih rendahnya rasio anggota Linmas dan Hansip dibandingkan jumlah
penduduk yang dilayani, dengan perbandingan sebesar 1:167 orang
termasuk rendah.
3. Belum optimalnya pelaksanaan penegakan Perda. Ditandai dengan
cakupan penegakan perda dan perkada baru mencapai 32,7%.
4. Masih belum terpenuhinya Response Time Kebakaran khususnya untuk
WMK di Jepara Bagian Utara, wilayah perbatasan dengan Kabupaten
Kudus, serta Kecamatan Karimunjawa. Ditandai dengan tingkat waktu
tanggap daerah layanan tingkat waktu tanggap di daerah Wilayah
Manajemen Kebakaran/WMK sebesar 67,6%.
5. Belum optimalnya pelayanan pencegahan dan penanggulangan bencana.
Ditandai dengan persentase desa siaga bencana baru mencapai 4,62%
pada tahun 2016.
6. Belum tersedianya Early Warning System (EWS) di daerah rawan bencana.
7. Masih terbatasnya sarana peralatan penanggulangan bencana.

6. Sosial
1. Masih terbatasnya penanganan yang dilakukan pemerintah Kabupaten
Jepara terhadap PMKS yakni tahun 2016 masih sebesar 72,64%; skala

IV-3
kabupaten yang memperoleh pemenuhan kebutuhan dasar sebesar
62,15% dan program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya terhadap
PMKS skala Kabupaten juga masih sebesar 62,1%.
2. Rendahnya cakupan jaminan sosial untuk penyandang cacat fisik dan
mental, serta lanjut usia tidak potensial menurun dari 17,75% (2015)
menjadi sebesar 14,79% (2016).
3. Belum optimalnya pembinaan terhadap eks penyandang penyakit sosial
(eks. Narapidana, PSK, Narkoba dan penyakit Sosial Lainnya) masih
sebesar 31,91%.
4. Belum optimalnya pembentukan dan pembinaan Potensi Sumber
Kesejahteraan Sosial (PSKS) masih sebesar 47,06%.
5. Belum meratanya informasi pelayanan kesejahteraan sosial di tingkat
desa/masyarakat masih sebesar 38,9%.

7. Tenaga Kerja
1. Masih belum optimalnya kinerja peningkatan kapasitas dan produktivitas
pencari kerja, kondisi ini terlihat dari masih terbatasnya jumlah pencaker
yang diikutkan dalam proses magang yaitu 20 orang per tahun, dan
jumlah pencaker yang diberikan pelatihan keterampilan yaitu sebesar 400
orang.
2. Masih belum seimbangnya ketersediaan dan kebutuhan tenaga kerja di
pasar kerja. Jumlah pencaker yang ditempatkan baru mencapai 8.985
orang.
3. Masih terbatasnya jumlah perusahaan yang mendaftarkan pekerjanya
pada BPJS Ketenagakerjaan, masih terdapat 60% buruh yang masih belum
terdaftar sebagai peserta BPJS.

8. Pemberdayaan Perempuan Dan Pelindungan Anak


1. Rendahnya skor hasil evaluasi Kabupaten Layak Anak (KLA) untuk
Kabupaten Jepara tahun 2015 masih sebesar 500 dan persentase
Desa/Kelurahan Layak Anak (DEKELA) tahun 2016 masih sebesar 8,21%.
2. Rendahnya keikutsertaan perempuan di lembaga legislatif hanya 6%.
3. Rendahnya cakupan Program Pemberdaaan Perempuan (PP) bagi
perempuan rentan, pada tahun 2016 masih sebesar 61.57%.
4. Masih tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak termasuk
TPPO di Kabupaten Jepara.
5. Belum optimalnya kelembagaan Forum Anak Tingkat Kabupaten,
Kecamatan, Desa pada tahun 2016 hanya sebesar 8,02%.

IV-4
6. Masih belum optimalnya Kelembagaan Pusat Pelayanan Terpadu/Pusat
Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (PPT/P2TP2A) pada
tahun 2016 masih mencapai 41,18%.

9. Pangan
1. Belum optimalnya penyediaan cadangan pangan kabupaten. Hal ini
terlihat dari penguatan cadangan pangan yang tersedia hingga tahun 2016
baru mencapai sebesar 42,16% dibawah target SPM tahun 2015 sebesar
60%.
2. Belum optimalnya pemantauan terhadap ketersediaan pasokan dan harga
pangan di daerah. Hal ini terlihat dari ketersediaan informasi pasokan,
harga & akses pangan di daerah pada tahun 2016 baru mencapai 86,11%
dibawah target SPM tahun 2015 sebesar 100%.
3. Masih rendahnya keanekaragaman konsumsi pangan masyarakat. Hal ini
terlihat dari Skor Pola Pangan Harapan yang baru mencapai 90,8%,
dibawah target SPM tahun 2015 sebesar 95%.

10. Pertanahan
1. Masih banyaknya tanah milik Pemerintah Kabupaten Jepara yang belum
memiliki sertifikat hak milik. Tanah milik Pemerintah Kabupaten Jepara
yang telah memiliki sertifikasi hak milik dari BPN hanya sebesar 35%.

11. Lingkungan Hidup


1. Rendahnya tingkat pemantauan status mutu air di Kabupaten Jepara,
berdasarkan hasil analisis laborat terhadap sample air sungai yang
diobservasi/diuji dan dilakukan penghitungan Indeks Pencemaran, secara
umum menunjukkan indikasi tercemar ringan sampai sedang. Hasil
pemantauan Tahun 2016 Faktor pembatas (tekanan) ditunjukkan oleh
parameter yang melampaui Baku Mutu, meliputi : DO, Sulfida sbg (H2S)
dan Detergent (MBAS).
2. Rendahnya pengawasan terhadap pelaksanaan UKL dan UPL yang
dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Jepara baru tercapai 18,86%
dari seluruh jenis usaha/kegiatan yang tidak termasuk pada kategori
AMDAL.
3. Belum optimalnya tingkat kepatuhan usaha dan /atau kegiatan terhadap
pemenuhan persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran
air. Ditahun 2016, usaha dan /atau kegiatan yang tertib administrasi dan
teknis pencegahan pencemaran air baru tercapai sebesar 80%.
4. Rendahnya pelaksanaan kegiatan konservasi di wilayah rawan longsor dan
wilayah yang memiliki potensi sumber mata air, tahun 2016 penghijauan
yang dilakukan baru tercakup sebesar 0,49% saja.

IV-5
5. Masih rendahnya pemenuhan sarana monitoring polusi di Kabupaten
Jepara, terutama sarana monitoring polusi air dengan tingkat pemenuhan
pada tahun 2016 baru sebesar 44%.

12. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil


1. Masih rendahnya cakupan kepemilikan akta kelahiran bagi penduduk
yaitu baru mencapai 59,12%.
2. Rendahnya cakupan kepemilikan akte kematian yang baru mencapai
46,21%.

13. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa


1. Belum optimalnya upaya pengembangan Posyandu di Kabupaten Jepara
hal ini terlihat dari capaian persentase Posyandu Purnama dan Mandiri di
Kabupaten Jepara masih rendah yaitu capaian posyandu purnama
(47.14%) dan posyandu mandiri hanya 12.05%.
2. Belum optimalnya swadaya masyarakat terhadap program pemberdayaan
masyarakat, hal ini terlihat dari capaiannya tiap tahun yang bergerak
lambat dan capain akhir tahun 2016 hanya sebesar 65,38%.
3. Belum optimalnya upaya peningkatan aparatur pemerintah desa di
Kabupaten Jepara hal ini terlihat dari persentase kepala desa, perangkat
desa dan BPD yang telah mengikuti pelatihan pada Tahun 2016 mengalami
penurunan yang signifikan jika dibandingkan dengan Tahun 2015.

14. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana


1. Masih tingginya Cakupan Pasangan Usia Subur yang ingin ber KB namun
tidak terpenuhi (unmetneed), yaitu naik pada tahun 2016 menjadi sebesar
10,89%.
2. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam ber KB, hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya drop out KB pada tahun 2016 menjadi sebesar 24,91% dan
menurunnya persentase peserta KB aktif MKJP pada tahun 2016 menjadi
sebesar 9,96%.
3. Tingginya Angka kelahiran remaja perempuan usia 15-19 tahun per 1.000
perempuan usia 15-19 tahun pada tahun 2016 mencapai sebesar 33,21%.
4. Belum optimalnya keikutsertaan PUS menjadi Anggota Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang ber-KB hanya sebesar
87,42% pada tahun 2016.
5. Belum optimalnya fasilitas pelayanan konseling remaja tingkat kecamatan,
pada tahun 2016.

IV-6
15. Perhubungan
1. Ketersediaan rambu dan fasilitas perlengkapan jalan yang kurang
memadai. Menurut data tahun 2016 ketersediaan rambu lalu lintas hanya
40%. Sedangkan ketersediaan fasilitas perlengkapan jalan baru 72%. Hal
ini menjadi salah satu penyebab masih tingginya kasus pelanggaran lalu
lintas, dimana pada tahun 2016 sebesar 18.457 kasus meningkat
dibandingkan kondisi tahun 2015 yaitu 16.484 kasus.
2. Pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) cukup lama yaitu 57 menit
untuk setiap kendaraan, bandingkan kabupaten lain disekitar seperti
Kabupaten Blora, Rembang dan Grobogan yang hanya membutuhkan
waktu 20-30 menit untuk setiap kendaraan yang melakukan uji KIR.
3. Ketersediaan alat keselamatan pelayaran belum cukup memadai,
dibandingkan dengan potensi wisatawan yang berkunjung. Ketersediaan
rambu laut baru 41% di tahun 2016.
4. Belum adanya kapal penghubung antar pulau di Karimunjawa, sehingga
menyulitkan wisatawan untuk menjangkau pulau-pulau lain yang ada di
Kepulauan Karimunjawa. Wisatawan hanya terkonsentraasi di Pulau
Karimunjawa, padahal ada potensi untuk lebih mengembangan kawasan
wisata di Kepulauan Karimunjawa.

16. Komunikasi dan Informatika


1. Meskipun sudah semua Perangkat Daerah memiliki website, tetapi belum
semua website milik Perangkat Daerah aktif melakukan updating
informasi.
2. Belum opimalnya pembentukan dan pengembangan jaringan kerjasama
komunikasi dan informasi untuk mendukung penyampaian informasi
kepada masyarakat.
3. Kurangnya SDM pengelola website memahami ITE di masing-masing
Perangkat Daerah.

17. Koperasi, Usaha Kecil, Dan Menengah


1. Belum semua koperasi aktif, data tahun 2016 menunjukkan baru 82,95%
dari total koperasi yang ada.
2. Masih adanya koperasi yang tidak sehat. Tahun 2016 persentase koperasi
sehat sebesar 86,63%
3. Belum optimalnya cakupan pembinaan terhadap pelaku UMKM. Data
tahun 2016 hanya 535 kelompok dari 75.989 UMKM yang mendapatkan
pembinaan atau sekitar 0,70%.

IV-7
18. Penanaman Modal
1. Belum optimalnya pelaksanaan promosi dan kerjasama penanaman modal
di Kabupaten Jepara.

19. Kepemudaan dan Olah Raga


1. Belum optimalnya pembangunan kepemudaan di Kabupaten Jepara, hal
ini terlihat dari jumlah organisasi kepemudaan pada tahun 2016 baru
mencapai 16 organisasi, meskipun ada relatif kenaikan dari tahun 2015
sebesar 15 organisasi.
2. Belum optimalnya pembinaan olahraga maupun olahraga prestasi di
Kabupaten Jepara, hal ini terlihat dari jumlah cabang olahraga yang
berprestasi baru mencapai 5 cabang olahraga.

20. Statistik
1. Belum optimalnya penyediaan data dan informasi misalnya data tentang
dan informasi ketenagakerjaan dan pertanian.
2. Kurangnya sumber daya manusia yang memiliki keahlian khusus bidang
teknologi informasi untuk melaksanakan tanggungjawab pengolahan dan
penyajian data.

21. Persandian
1. Kurangnya sumber daya manusia yang memiliki keahlian khusus bidang
persandian.
2. Belum terpenuhinya tempat penyelenggaraan kegiatan sandi yang sesuai
dengan standar yang ada dalam Perka Lembaga Sandi Negara Nomor 10
Tahun 2010 Tentang Standar Tempat Kegiatan Sandi.

22. Kebudayaan
1. Belum optimalnya penyelenggaraan festival seni dan budaya di Kabupaten
Jepara karena tergolong masih sangat minim, mengingat masih banyaknya
potensi kebudayaan yang ada.
2. Belum optimalnya dukungan sarana dan prasarana bidang kebudayaan
dalam menunjang pelaksanaan kegiatan kebudayaan di Kabupaten Jepara.

23. Perpustakaan
1. Belum adanya tenaga pengelola khusus di perpustakaan kecamatan dan
belum tersedianya gedung perpustakaan kecamatan yang terpisah dengan
gedung kecamatan, ditunjukkan dengan jumlah perpustakaan kecamatan
yang menurun dari 16 uit menjadi 8 unit.
2. Kurangnya tenaga ahli dan terampil (pustakawan) yaitu hanya 3 orang
tenaga terampil dan 1 orang tenaga ahli pada sampai pada tahun 2016.

IV-8
3. Rendahnya rasio jumlah bahan bacaan masyarakat dengan pertumbuhan
jumlah pemustaka, pada tahun 2016 menurun menjadi 43%.
4. Rendahnya peran serta dunia usaha/swasta yang berpartisipasi dalam
peningkatan budaya gemar membaca masyarakat hingga tahun 2016
hanya 3 perusahaan.
5. Belum adanya naskah kuno yang dilestarikan dan alih mediakan ke
informatika, kondisi sampai pada tahun 2016 masih 0 (nol).

24. Kearsipan
1. Rendahnya arsiparis yang memperoleh sertifikasi kompetensi kearsipan,
tahun 2016 masih sebesar 0,24%.
2. Belum optimalnya pembinaan kearsipan terhadap SDM kearsipan, pada
tahun 2016 masih sebesar 10%.
3. Belum memadainya sarana prasarana kearsipan pada setiap Perangkat
Daerah ditunjukkan persentase perangkat daerah yang telah menerapkan
manajemen arsip secara lebih efektif (e-arsip) pada tahun 2016 masih
sebesar 17%.
4. Rendahnya minat masyarakat dalam mengakses arsip, terutama arsip yang
memiliki nilai historis, ditunjukkan dengan jumlah arsip statis yang di
akses, digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat pada tahun 2016
hanya sebanyak 35 buku.

25. Kelautan dan Perikanan


1. Belum optimalnya produksi perikanan tangkap yang terlihat dari produksi
perikanan tangkap 10.534,90 ton pada tahun 2016. Hal ini disebabkan
oleh sebagian besar nelayan merupakan nelayan tradisional dengan
struktur armada penangkapan dibawah 10 GT, dan penggunaan teknologi
yang rendah, penurunan daya dukung lingkungan dan terjadinya
overfishing pada jalur I daerah penangkapan ikan di laut.
2. Belum optimalnya produksi perikanan budidaya, terlihat dari produksi
perikanan pada tahun 2016 sebesar 16.010,00 ton, menurun
dibandingkan tahun 2015 sebesar 20.920,00 ton.
3. Kurangnya kualitas dan daya saing produk usaha pengolahan ikan
ditandai dengan jumlah produksi hasil olahan ikan baru mencapai
10.780.000 kg pada tahun 2016, dan belum optimalnya tingkat konsumsi
ikan pada masyarakat yaitu sebesar 22,30 Kg/Kapita/Th.
4. Kurangnya keterampilan dan tingkat kesejahteraan keluarga nelayan,
pembudidaya ikan, dan petani garam. Hal ini ditandai dengan Rata-rata
pendapatan nelayan pada tahun 2016 sebesar 2.312.800 per bulan, dan
rata-rata pendapatan pembudidaya ikan 2.100.000 per bulan.

IV-9
26. Pariwisata
1. Masih kurangnya jumlah promosi dan pemasaran daerah pariwisata selain
Wisata Bahari Taman Nasional Karimunjawa di Kabupaten Jepara.
Persentase promosi obyek wisata pada tahun 2016 baru tercapai 0,09%
dari potensi yang ada.
2. Rata-rata lama tinggal wisatawan masih belum optimal, yaitu antara 2-3
hari.

27. Pertanian
1. Kurang stabilnya produksi pertanian tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan yang dipengaruhi oleh musim, pola tanam dan hama penyakit.
2. Kurangnya kuantitas dan kualitas penyuluh mengenai teknologi pertanian,
perkebunan dan peternakan terbaru, terlihat dari Persentase penyuluh
pertanian yang telah mengikuti diklat teknis dan inovasi pertanian sebesar
10% pada tahun 2016.
3. Menurunnya beberapa populasi ternak pada tahun 2016 seperti kerbau
dan itik.
4. Kurangnya penerapan teknologi peternakan oleh peternak sehingga
produktivitas peternakan belum optimal, terlihat dari Jumlah kelompok
ternak yang menerapkan paket teknologi peternakan baru mencapai 10
kelompok pada tahun 2016

28. Perdagangan
1. Semakin menurunnya kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB
Kabupaten Jepara, tahun 2016 sebesar 16.71%. Angka tersebut turun jika
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
2. Belum optimalnya informasi pasokan, harga dan akses pangan daerah.
3. Belum optimalnya pelaksanaan pembinaan terhadap pedagang, tahun
2015 hanya 50 orang pedagang formal dan informal yang mendapatkan
pembinaaan.
4. Masih banyak pasar daerah yang masuk kariteria pasar tidak sehat. Tahun
2016 hanya terdapat 1 pasar daerah dari total 21 pasar yang termasuk
dalam kategori pasar sehat.
5. Belum optimalnya penataan pedagang kaki lima, tahun 2012 sampai 2016
hanya ada 2 kawasan PKL yang tertata.

29. Perindustrian
1. Belum optimalnya pembinaan pemerintah terhadap industri kecil dan
menengah. Setiap tahun Pemerintah Kabupaten Jepara hanya mampu
membina rata-rata 25 IKM saja dari sebanyak 19.380 IKM sehingga
pertumbuhan IKM hanya 9,60 pada tahun 2016.

IV-10
2. Masih rendahnya produk IKM yang memperoleh fasilitasi HaKI. Ssmpai
dengan tahun 2016 hanya 10 produk saja.

30. Transmigrasi.
1. Terbatasnya kuota pemberangkatan transmigran yang disediakan oleh
pemerintah provinsi maupun pusat yang tidak dapat dipastikan setiap
tahunnya.
2. Pengawasan terhadap persebaran transmigran di lokasi tujuan
transmigrasi masih lemah, tahun 2016 saja hanya 2 lokasi yang mampu
dipetakan persebaran penduduk Kabupaten Jepara yang ada di wilayah
transmigran.

31. Perencanaan Pembangunan


1. Kualitas dokumen perencanaan pembangunan daerah belum optimal,
disebabkan kurangnya kapasitas SDM perencana.
2. Banyaknya amanat pemerintah untuk menyusun dokumen perencanaan
multisektor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
terbaru yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
3. Belum optimalnya kerjasama pembangunan dalam mendorong
peningkatan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.
4. Kurangnya ketersediaan data dan informasi untuk menunjang
perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas.

32. Keuangan
1. Belum optimalnya pendapatan asli daerah khususnya yang bersumber dari
pajak dan retribusi daerah terlihat dari persentase besaran PAD terhadap
seluruh pendapatan dalam APBD pada tahun 2016 baru mencapai
15,31%, dipengaruhi oleh belum tergalinya potensi riil pajak dan retribusi,
belum sesuainya nilai obyek pajak dengan nilai jual obyek pajak di
pasaran, dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak
dan retribusi, sehingga terjadi tunggakan pajak yang belum tertagih.
2. Kurangnya penerapan standar pelayanan dan pemanfaatan teknologi
informasi dalam peningkatan kualitas pelayanan pemungutan pajak dan
retribusi daerah.
3. Belum optimalnya kualitas manajemen pengelolaan keuangan dan aset
daerah berbasis acrual.

33. Penelitian dan Pengembangan


1. Masih minimnya produk penelitian yang menjadi dasar dalam pengambilan
kebijakan di Kabupaten Jepara.

IV-11
2. Masih minimnya produk penelitian yang mendukung terhadap
penyusunan dokumen perencanaan pembangunan.
3. Masih minimnya kegiatan pengembangan yang mendukung inovasi
produk-produk kreatif dalam rangka pengembangan perekonomian
Kabupaten Jepara.

34. Kepegawaian
1. Belum optimalnya kompetensi ASN yang sesuai dengan unit kerja
Perangkat Daerah.
2. Masih belum optimalnya pembinaan disiplin dan terdapat ASN yang tidak
displin di setiap unit kerja PD.
3. Jumlah ASN yang pensiun lebih besar daripada pengangkatan ASN baru,
terutama memenuhi kebutuhan tenaga pendidik, tenaga kependidikan,
tenaga kesehatan dan tenaga fungsional tertentu.

35. Setda
1. Belum seluruh PD memiliki SOP, baru mencapai 81,03% pada tahun 2016.
Kondisi yang sama juga ditunjukkan oleh belum sepenuhnya PD pelayanan
publik yang menyusun dan mengimplementasikan SPP dan Maklumat
Pelayanan.
2. Masih rendahnya PD yang mampu menyusun laporan kinerja instansi
pemerintah (LKjIP) yang dihasilkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Masih rendahnya produk hukum daerah yang tersosialisasikan.
4. Masih belum optimalnya capaian Nilai Survei Kepuasan Masyarakat dalam
pelayanan publik

36. Setwan
1. Masih terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM
2. Belum optimalnya kinerja pelaksanaan fungsi-fungsi DPRD.

37. Pengawasan
1. Masih rendahnya level kapabilitas APIP
2. Masih kurangnya tenaga pemeriksa yang menguasai teknik/teori
pengawasan dan penilaian akuntabilitas kinerja
3. Masih rendahnya capaian penilaian pelaksanaan reformasi birokrasi
4. Masih rendahnya tingkat Maturitas SPIP

IV-12
4.2. Isu Strategis
Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau
dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan
bagi entitas (daerah/masyarakat) di masa datang. Isu strategis juga diartikan sebagai
suatu kondisi/kejadian penting/keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan
menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya akan menghilangkan
peluang apabila tidak dimanfaatkan. Karakteristik suatu isu strategis adalah kondisi
atau hal yang bersifat penting, mendasar, berjangka panjang, mendesak, bersifat
kelembagaan/keorganisasian dan menentukan tujuan di masa yang akan datang,
oleh karena itu, untuk memperoleh rumusan isu-isu strategis diperlukan analisis
terhadap berbagai fakta dan informasi kunci yang telah diidentifikasi.
Dari kajian terhadap permasalahan yang telah digambarkan pada sub bab
diatas, teridientifikasi isu strategis yang akan dihadapi oleh Kabupaten Jepara lima
tahun mendatang adalah sebagai berikut:
1. Derajat dan Upaya Pelayanan Kesehatan belum optimal.
Derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Jepara masih belum optimal.
Kondisi ini terlihat dari tingginya IR DBD Kabupaten Jepara pada pertengahan
Tahun 2016 mencapai 61 per 100.000 penduduk. Angka Kematian Ibu pada
Tahun 2016 terdapat 14 kasus kematian Ibu. Selain itu cakupan penemuan
kasus baru HIV AIDS pada Tahun 2016 hanya 1,10%. Kondisi lainnya
ditunjukkan oleh ketersediaan tenaga kesehatan serta kualitas fasilitas tingkat
pertama masih kurang.

2. Masih belum optimalnya kualitas infrastruktur di Kabupaten Jepara.


Belum optimalnya kualitas infrastruktur dasar di Kabupaten Jepara
ditandai oleh masih rendahnya rasio jalan dalam kondisi baik dan rendahnya
jalan yang memiliki sarana pelengkap. Persentase jalan dalam kondisi baik
pada tahun 2016 mencapai 42,11% dan saluran irigasi dalam kondisi baik
baru mencapai 21,57%.

3. Persentase penduduk miskin rendah namun jumlah (absolutnya) tinggi.


Angka kemiskinan (P0) di Kabupaten Jepara kendati mengalami
penurunan setiap tahunnya namun masih perlu mendapatkan perhatian.
Jumlah absolut penduduk miskin di Kabupaten Jepara kendati telah menurun
setiap tahunnya tetapi masih cukup besar (100.300 jiwa). Jumlah penduduk
miskin pada Tahun 2016 mencapai 8,35%.

4. Masih terjadinya ketimpangan gender, meskipun IPG tinggi namun IDG


rendah.

IV-13
Capaian Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Jepara tertinggi kedua
dibandingkan beberapa kabupaten lain di sekitarnya. Capaian IPG Kabupaten
Jepara di bawah capaian Jawa Tengah (92,21) dan di atas capaian Nasional
(91,03). Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Jepara pada Tahun 2015
mencapai 91,29 yang menunjukkan bahwa ketimpangan gender di Kabupaten
Jepara sudah berada dalam kondisi yang semakin membaik.
Capaian Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Kabupaten Jepara
dibandingkan dengan capaian IDG kabupaten sekitar menunjukan
ketertinggalan. IDG Kabupaten Jepara masih berada jauh dibawah rata-rata
capaian Nasional, Provinsi Jawa Tengah dan 6 kabupaten sekitar. Capaian IDG
Kabupaten Jepara pada tahun 2015 mencapai 48,49.
5. Pertumbuhan ekonomi melambat dan diikuti oleh angka inflasi yang
cukup tinggi.
Secara nominal, PDRB Kabupaten Jepara Atas Dasar Harga Berlaku
(ADHB) mengalami kenaikan dari Rp22.071.848.000.000,- pada tahun 2015
menjadi Rp23.903.617.000.000,- pada tahun 2016. Meski demikian,
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara pada tahun 2016 yang mencapai
5,02%, melambat jika dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 5,04%. Jika
ditarik lebih jauh, selama periode 2012-2016, pertumbuhan ekonomi Jepara
juga menunjukkan trend melambat. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh
melambatnya pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan yang
merupakan lapangan usaha dengan share/kontribusi terbesar dalam PDRB
Kabupaten Jepara.
Inflasi di Kabupaten Jepara pada tahun 2016 mencapai 3,45 dan
merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan capaian kabupaten di
sekitarnya. Capaian ini juga lebih tinggi dibandingkan Jawa Tengah (2,36) dan
Nasional (3,02).

6. Masih belum optimalnya usaha pelestarian lingkungan.


Usaha pelestarian lingkungan di Kabupaten Jepara hingga saat ini
masih belum optimal disebabkan oleh masih rendahnya cakupan pelaksanaan
penjaringan kualitas air, udara dan tanah. Titik yang diuji dalam penghitungan
kualitas air baru mencapai baru mencapai 16%. Indikasi lainnya adalah
cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan UKL dan UPL baru tercapai
sebesar 18,86% pada tahun 2016.

7. Masih belum optimalnya kualitas tata kelola pemerintahan.


Kualitas tata kelola pemerintahan di Kabupaten Jepara masih belum
optimal ditandai oleh rendahnya skor LkjIP yang pada Tahun 2016 baru
mencapai nilai CC. Kapabilitas APIP yang berada pada level 2 dan maturitas
SPIP masih berada pada level 2 dari level 5.

IV-14
IV-15

Anda mungkin juga menyukai