2. Kesehatan
1. Masih ditemukannya kematian ibu, bayi dan balita. Pada tahun 2016
terjadi 14 kasus kematian ibu melahirkan, AKB sebesar 5,46 per 1.000 KH
dan AKBa mencapai 5,88 per 1.000 KH.
2. Masih ditemukannya gizi buruk sebesar 2,7%.
3. Rendahnya cakupan ASI Eksklusif dan konsumsi rumah tangga garam
beryodium. Pada tahun 2016 cakupan ASI Ekslusif mencapai 60,15% dan
RT mengkonsumsi garam yodium sebesar 79,76%.
4. Masih tingginya angka kesakitan baik menular maupun tidak menular.
Ditandai oleh IR DBD mencapai 61 pada tahun 2016; CNR Kasus TB Paru
yang mencapai 46,86 pada tahun 2016.
5. Cakupan penemuan kasus baru HIV AIDS pada Tahun 2016 sebesar
1,10%.
6. Belum semua desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat). STBM di Kabupaten Jepara pada tahun 2016 baru
mencapai 55,38%.
IV-1
7. Masih belum optimalnya perilaku hidup sehat pada masyarakat. Ditandai
dengan proporsi rumah tangga ber PHBS pada tahun 2016 baru sebesar
81,52%.
8. Belum semua desa/kelurahan menerapkan konsep kawasan sehat. Hal ini
ditandai dengan persentase desa/kelurahan sehat 68,79% pada tahun
2016.
9. Belum semua TTU dan TPM memenuhi syarat kesehatan. Ditandai
persentase tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan
sebesar 69,66% pada tahun 2016 dan persentase tempat pengelolaan
makanan (TPM) memenuhi syarat higiene sanitasi sebesar 51,98% pada
tahun 2016.
10. Kurangnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana fasilitas
kesehatan baik FKTP maupun rujukan. Jumlah puskesmas baru mencapai
21 puskesmas dengan jumlah ideal 40 puskesmas, masih terdapat
kekurangan sebesar 19 puskesmas.
11. Kurangnya jumlah dan kualitas tenaga kesehatan baik medis maupun
non medis. Seluruh tenaga kesehatan masih belum memenuhi standar
WHO kecuali tenaga farmasi yang telah memenuhi standar WHO. Ditandai
dengan Rasio Tenaga Kefasmasian sebesar 13,60 sedangkan standar WHO
sebesar 10,00.
12. Masih belum optimalnya penyediaan Sumberdaya Kesehatan, khususya
terkait ketersediaan dokter spesialis dan dokter umum. Ditandai rasio
dokter spesialis sebesar 3,57 dan rasio dokter umum sebesar 13,27 pada
tahun 2016.
IV-2
jauh dari program 100-0-100 Kementerian PUPR di tahun 2019 dimana
target 100 % akses air minum, 0 % kawasan permukiman kumuh, dan 100
% akses sanitasi layak.
3. Belum optimalnya penanganan sampah di Kabupaten Jepara, dilihat dari
Persentase pengangkutan sampah sampai dengan tahun 2016 baru
mencapai 18,53%.
4. Masih rendahnya pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau di wilayah
perkotaan, RTH tahun 2016 tercatat baru mencapai 7,33%.
5. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengurus IMB, sampai dengan
tahun 2016, persentasi rekomendasi IMB yang diterbitkan sebesar 4,7%.
6. Sosial
1. Masih terbatasnya penanganan yang dilakukan pemerintah Kabupaten
Jepara terhadap PMKS yakni tahun 2016 masih sebesar 72,64%; skala
IV-3
kabupaten yang memperoleh pemenuhan kebutuhan dasar sebesar
62,15% dan program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya terhadap
PMKS skala Kabupaten juga masih sebesar 62,1%.
2. Rendahnya cakupan jaminan sosial untuk penyandang cacat fisik dan
mental, serta lanjut usia tidak potensial menurun dari 17,75% (2015)
menjadi sebesar 14,79% (2016).
3. Belum optimalnya pembinaan terhadap eks penyandang penyakit sosial
(eks. Narapidana, PSK, Narkoba dan penyakit Sosial Lainnya) masih
sebesar 31,91%.
4. Belum optimalnya pembentukan dan pembinaan Potensi Sumber
Kesejahteraan Sosial (PSKS) masih sebesar 47,06%.
5. Belum meratanya informasi pelayanan kesejahteraan sosial di tingkat
desa/masyarakat masih sebesar 38,9%.
7. Tenaga Kerja
1. Masih belum optimalnya kinerja peningkatan kapasitas dan produktivitas
pencari kerja, kondisi ini terlihat dari masih terbatasnya jumlah pencaker
yang diikutkan dalam proses magang yaitu 20 orang per tahun, dan
jumlah pencaker yang diberikan pelatihan keterampilan yaitu sebesar 400
orang.
2. Masih belum seimbangnya ketersediaan dan kebutuhan tenaga kerja di
pasar kerja. Jumlah pencaker yang ditempatkan baru mencapai 8.985
orang.
3. Masih terbatasnya jumlah perusahaan yang mendaftarkan pekerjanya
pada BPJS Ketenagakerjaan, masih terdapat 60% buruh yang masih belum
terdaftar sebagai peserta BPJS.
IV-4
6. Masih belum optimalnya Kelembagaan Pusat Pelayanan Terpadu/Pusat
Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (PPT/P2TP2A) pada
tahun 2016 masih mencapai 41,18%.
9. Pangan
1. Belum optimalnya penyediaan cadangan pangan kabupaten. Hal ini
terlihat dari penguatan cadangan pangan yang tersedia hingga tahun 2016
baru mencapai sebesar 42,16% dibawah target SPM tahun 2015 sebesar
60%.
2. Belum optimalnya pemantauan terhadap ketersediaan pasokan dan harga
pangan di daerah. Hal ini terlihat dari ketersediaan informasi pasokan,
harga & akses pangan di daerah pada tahun 2016 baru mencapai 86,11%
dibawah target SPM tahun 2015 sebesar 100%.
3. Masih rendahnya keanekaragaman konsumsi pangan masyarakat. Hal ini
terlihat dari Skor Pola Pangan Harapan yang baru mencapai 90,8%,
dibawah target SPM tahun 2015 sebesar 95%.
10. Pertanahan
1. Masih banyaknya tanah milik Pemerintah Kabupaten Jepara yang belum
memiliki sertifikat hak milik. Tanah milik Pemerintah Kabupaten Jepara
yang telah memiliki sertifikasi hak milik dari BPN hanya sebesar 35%.
IV-5
5. Masih rendahnya pemenuhan sarana monitoring polusi di Kabupaten
Jepara, terutama sarana monitoring polusi air dengan tingkat pemenuhan
pada tahun 2016 baru sebesar 44%.
IV-6
15. Perhubungan
1. Ketersediaan rambu dan fasilitas perlengkapan jalan yang kurang
memadai. Menurut data tahun 2016 ketersediaan rambu lalu lintas hanya
40%. Sedangkan ketersediaan fasilitas perlengkapan jalan baru 72%. Hal
ini menjadi salah satu penyebab masih tingginya kasus pelanggaran lalu
lintas, dimana pada tahun 2016 sebesar 18.457 kasus meningkat
dibandingkan kondisi tahun 2015 yaitu 16.484 kasus.
2. Pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) cukup lama yaitu 57 menit
untuk setiap kendaraan, bandingkan kabupaten lain disekitar seperti
Kabupaten Blora, Rembang dan Grobogan yang hanya membutuhkan
waktu 20-30 menit untuk setiap kendaraan yang melakukan uji KIR.
3. Ketersediaan alat keselamatan pelayaran belum cukup memadai,
dibandingkan dengan potensi wisatawan yang berkunjung. Ketersediaan
rambu laut baru 41% di tahun 2016.
4. Belum adanya kapal penghubung antar pulau di Karimunjawa, sehingga
menyulitkan wisatawan untuk menjangkau pulau-pulau lain yang ada di
Kepulauan Karimunjawa. Wisatawan hanya terkonsentraasi di Pulau
Karimunjawa, padahal ada potensi untuk lebih mengembangan kawasan
wisata di Kepulauan Karimunjawa.
IV-7
18. Penanaman Modal
1. Belum optimalnya pelaksanaan promosi dan kerjasama penanaman modal
di Kabupaten Jepara.
20. Statistik
1. Belum optimalnya penyediaan data dan informasi misalnya data tentang
dan informasi ketenagakerjaan dan pertanian.
2. Kurangnya sumber daya manusia yang memiliki keahlian khusus bidang
teknologi informasi untuk melaksanakan tanggungjawab pengolahan dan
penyajian data.
21. Persandian
1. Kurangnya sumber daya manusia yang memiliki keahlian khusus bidang
persandian.
2. Belum terpenuhinya tempat penyelenggaraan kegiatan sandi yang sesuai
dengan standar yang ada dalam Perka Lembaga Sandi Negara Nomor 10
Tahun 2010 Tentang Standar Tempat Kegiatan Sandi.
22. Kebudayaan
1. Belum optimalnya penyelenggaraan festival seni dan budaya di Kabupaten
Jepara karena tergolong masih sangat minim, mengingat masih banyaknya
potensi kebudayaan yang ada.
2. Belum optimalnya dukungan sarana dan prasarana bidang kebudayaan
dalam menunjang pelaksanaan kegiatan kebudayaan di Kabupaten Jepara.
23. Perpustakaan
1. Belum adanya tenaga pengelola khusus di perpustakaan kecamatan dan
belum tersedianya gedung perpustakaan kecamatan yang terpisah dengan
gedung kecamatan, ditunjukkan dengan jumlah perpustakaan kecamatan
yang menurun dari 16 uit menjadi 8 unit.
2. Kurangnya tenaga ahli dan terampil (pustakawan) yaitu hanya 3 orang
tenaga terampil dan 1 orang tenaga ahli pada sampai pada tahun 2016.
IV-8
3. Rendahnya rasio jumlah bahan bacaan masyarakat dengan pertumbuhan
jumlah pemustaka, pada tahun 2016 menurun menjadi 43%.
4. Rendahnya peran serta dunia usaha/swasta yang berpartisipasi dalam
peningkatan budaya gemar membaca masyarakat hingga tahun 2016
hanya 3 perusahaan.
5. Belum adanya naskah kuno yang dilestarikan dan alih mediakan ke
informatika, kondisi sampai pada tahun 2016 masih 0 (nol).
24. Kearsipan
1. Rendahnya arsiparis yang memperoleh sertifikasi kompetensi kearsipan,
tahun 2016 masih sebesar 0,24%.
2. Belum optimalnya pembinaan kearsipan terhadap SDM kearsipan, pada
tahun 2016 masih sebesar 10%.
3. Belum memadainya sarana prasarana kearsipan pada setiap Perangkat
Daerah ditunjukkan persentase perangkat daerah yang telah menerapkan
manajemen arsip secara lebih efektif (e-arsip) pada tahun 2016 masih
sebesar 17%.
4. Rendahnya minat masyarakat dalam mengakses arsip, terutama arsip yang
memiliki nilai historis, ditunjukkan dengan jumlah arsip statis yang di
akses, digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat pada tahun 2016
hanya sebanyak 35 buku.
IV-9
26. Pariwisata
1. Masih kurangnya jumlah promosi dan pemasaran daerah pariwisata selain
Wisata Bahari Taman Nasional Karimunjawa di Kabupaten Jepara.
Persentase promosi obyek wisata pada tahun 2016 baru tercapai 0,09%
dari potensi yang ada.
2. Rata-rata lama tinggal wisatawan masih belum optimal, yaitu antara 2-3
hari.
27. Pertanian
1. Kurang stabilnya produksi pertanian tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan yang dipengaruhi oleh musim, pola tanam dan hama penyakit.
2. Kurangnya kuantitas dan kualitas penyuluh mengenai teknologi pertanian,
perkebunan dan peternakan terbaru, terlihat dari Persentase penyuluh
pertanian yang telah mengikuti diklat teknis dan inovasi pertanian sebesar
10% pada tahun 2016.
3. Menurunnya beberapa populasi ternak pada tahun 2016 seperti kerbau
dan itik.
4. Kurangnya penerapan teknologi peternakan oleh peternak sehingga
produktivitas peternakan belum optimal, terlihat dari Jumlah kelompok
ternak yang menerapkan paket teknologi peternakan baru mencapai 10
kelompok pada tahun 2016
28. Perdagangan
1. Semakin menurunnya kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB
Kabupaten Jepara, tahun 2016 sebesar 16.71%. Angka tersebut turun jika
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
2. Belum optimalnya informasi pasokan, harga dan akses pangan daerah.
3. Belum optimalnya pelaksanaan pembinaan terhadap pedagang, tahun
2015 hanya 50 orang pedagang formal dan informal yang mendapatkan
pembinaaan.
4. Masih banyak pasar daerah yang masuk kariteria pasar tidak sehat. Tahun
2016 hanya terdapat 1 pasar daerah dari total 21 pasar yang termasuk
dalam kategori pasar sehat.
5. Belum optimalnya penataan pedagang kaki lima, tahun 2012 sampai 2016
hanya ada 2 kawasan PKL yang tertata.
29. Perindustrian
1. Belum optimalnya pembinaan pemerintah terhadap industri kecil dan
menengah. Setiap tahun Pemerintah Kabupaten Jepara hanya mampu
membina rata-rata 25 IKM saja dari sebanyak 19.380 IKM sehingga
pertumbuhan IKM hanya 9,60 pada tahun 2016.
IV-10
2. Masih rendahnya produk IKM yang memperoleh fasilitasi HaKI. Ssmpai
dengan tahun 2016 hanya 10 produk saja.
30. Transmigrasi.
1. Terbatasnya kuota pemberangkatan transmigran yang disediakan oleh
pemerintah provinsi maupun pusat yang tidak dapat dipastikan setiap
tahunnya.
2. Pengawasan terhadap persebaran transmigran di lokasi tujuan
transmigrasi masih lemah, tahun 2016 saja hanya 2 lokasi yang mampu
dipetakan persebaran penduduk Kabupaten Jepara yang ada di wilayah
transmigran.
32. Keuangan
1. Belum optimalnya pendapatan asli daerah khususnya yang bersumber dari
pajak dan retribusi daerah terlihat dari persentase besaran PAD terhadap
seluruh pendapatan dalam APBD pada tahun 2016 baru mencapai
15,31%, dipengaruhi oleh belum tergalinya potensi riil pajak dan retribusi,
belum sesuainya nilai obyek pajak dengan nilai jual obyek pajak di
pasaran, dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak
dan retribusi, sehingga terjadi tunggakan pajak yang belum tertagih.
2. Kurangnya penerapan standar pelayanan dan pemanfaatan teknologi
informasi dalam peningkatan kualitas pelayanan pemungutan pajak dan
retribusi daerah.
3. Belum optimalnya kualitas manajemen pengelolaan keuangan dan aset
daerah berbasis acrual.
IV-11
2. Masih minimnya produk penelitian yang mendukung terhadap
penyusunan dokumen perencanaan pembangunan.
3. Masih minimnya kegiatan pengembangan yang mendukung inovasi
produk-produk kreatif dalam rangka pengembangan perekonomian
Kabupaten Jepara.
34. Kepegawaian
1. Belum optimalnya kompetensi ASN yang sesuai dengan unit kerja
Perangkat Daerah.
2. Masih belum optimalnya pembinaan disiplin dan terdapat ASN yang tidak
displin di setiap unit kerja PD.
3. Jumlah ASN yang pensiun lebih besar daripada pengangkatan ASN baru,
terutama memenuhi kebutuhan tenaga pendidik, tenaga kependidikan,
tenaga kesehatan dan tenaga fungsional tertentu.
35. Setda
1. Belum seluruh PD memiliki SOP, baru mencapai 81,03% pada tahun 2016.
Kondisi yang sama juga ditunjukkan oleh belum sepenuhnya PD pelayanan
publik yang menyusun dan mengimplementasikan SPP dan Maklumat
Pelayanan.
2. Masih rendahnya PD yang mampu menyusun laporan kinerja instansi
pemerintah (LKjIP) yang dihasilkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Masih rendahnya produk hukum daerah yang tersosialisasikan.
4. Masih belum optimalnya capaian Nilai Survei Kepuasan Masyarakat dalam
pelayanan publik
36. Setwan
1. Masih terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM
2. Belum optimalnya kinerja pelaksanaan fungsi-fungsi DPRD.
37. Pengawasan
1. Masih rendahnya level kapabilitas APIP
2. Masih kurangnya tenaga pemeriksa yang menguasai teknik/teori
pengawasan dan penilaian akuntabilitas kinerja
3. Masih rendahnya capaian penilaian pelaksanaan reformasi birokrasi
4. Masih rendahnya tingkat Maturitas SPIP
IV-12
4.2. Isu Strategis
Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau
dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan
bagi entitas (daerah/masyarakat) di masa datang. Isu strategis juga diartikan sebagai
suatu kondisi/kejadian penting/keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan
menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya akan menghilangkan
peluang apabila tidak dimanfaatkan. Karakteristik suatu isu strategis adalah kondisi
atau hal yang bersifat penting, mendasar, berjangka panjang, mendesak, bersifat
kelembagaan/keorganisasian dan menentukan tujuan di masa yang akan datang,
oleh karena itu, untuk memperoleh rumusan isu-isu strategis diperlukan analisis
terhadap berbagai fakta dan informasi kunci yang telah diidentifikasi.
Dari kajian terhadap permasalahan yang telah digambarkan pada sub bab
diatas, teridientifikasi isu strategis yang akan dihadapi oleh Kabupaten Jepara lima
tahun mendatang adalah sebagai berikut:
1. Derajat dan Upaya Pelayanan Kesehatan belum optimal.
Derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Jepara masih belum optimal.
Kondisi ini terlihat dari tingginya IR DBD Kabupaten Jepara pada pertengahan
Tahun 2016 mencapai 61 per 100.000 penduduk. Angka Kematian Ibu pada
Tahun 2016 terdapat 14 kasus kematian Ibu. Selain itu cakupan penemuan
kasus baru HIV AIDS pada Tahun 2016 hanya 1,10%. Kondisi lainnya
ditunjukkan oleh ketersediaan tenaga kesehatan serta kualitas fasilitas tingkat
pertama masih kurang.
IV-13
Capaian Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Jepara tertinggi kedua
dibandingkan beberapa kabupaten lain di sekitarnya. Capaian IPG Kabupaten
Jepara di bawah capaian Jawa Tengah (92,21) dan di atas capaian Nasional
(91,03). Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Jepara pada Tahun 2015
mencapai 91,29 yang menunjukkan bahwa ketimpangan gender di Kabupaten
Jepara sudah berada dalam kondisi yang semakin membaik.
Capaian Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Kabupaten Jepara
dibandingkan dengan capaian IDG kabupaten sekitar menunjukan
ketertinggalan. IDG Kabupaten Jepara masih berada jauh dibawah rata-rata
capaian Nasional, Provinsi Jawa Tengah dan 6 kabupaten sekitar. Capaian IDG
Kabupaten Jepara pada tahun 2015 mencapai 48,49.
5. Pertumbuhan ekonomi melambat dan diikuti oleh angka inflasi yang
cukup tinggi.
Secara nominal, PDRB Kabupaten Jepara Atas Dasar Harga Berlaku
(ADHB) mengalami kenaikan dari Rp22.071.848.000.000,- pada tahun 2015
menjadi Rp23.903.617.000.000,- pada tahun 2016. Meski demikian,
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara pada tahun 2016 yang mencapai
5,02%, melambat jika dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 5,04%. Jika
ditarik lebih jauh, selama periode 2012-2016, pertumbuhan ekonomi Jepara
juga menunjukkan trend melambat. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh
melambatnya pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan yang
merupakan lapangan usaha dengan share/kontribusi terbesar dalam PDRB
Kabupaten Jepara.
Inflasi di Kabupaten Jepara pada tahun 2016 mencapai 3,45 dan
merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan capaian kabupaten di
sekitarnya. Capaian ini juga lebih tinggi dibandingkan Jawa Tengah (2,36) dan
Nasional (3,02).
IV-14
IV-15