Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK BERBASIS


MEDIA AUDIO VISUAL MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS
PADA KELOMPOK B1 DI TK ANANDA

OLEH:
NAMA : RIKA AULIA NANDA, S.Pd
INSTANSI : TK ANANDA

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN BIREUN


TK ANANDA KECAMATAN JEUNIEB KABUPATEN BIREUEN
2021
LEMBAR PENGESAHAN KEPALA SEKOLAH
Laporan ini disampaikan untuk memenuhi persyaratan penyelesaian tugas Workshop
Pengembangan Profesionalisme Guru melalui Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru PAUD dan
Guru SD

Oleh :

NAMA : Rika Aulia Nanda, S.Pd


NIP :-
INSTANSI : TK ANANDA

Disahkan dan disetujui oleh :

Ketua Yayasan

Taman Kanak-kanak ANANDA

Mursyidah, S.Pd
NIP.-

i
LEMBAR PENGESAHAN JUDUL

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rika Aulia Nanda, S.Pd


NIP :-
Instansi : TK Ananda
Judul Penelitian : Upaya meningkatkan keterampilan motorik halus anak berbasis
media audio visual melalui kegiatan melipat kertas wama di
kelompok B1 TK Ananda

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan penelitian tindakan kelas yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila di
kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Jeunieb, 3 Desember 2021


Yang Membuat Pernyataan

Rika Aulia Nanda, S,Pd


NIP. -

iii
SURAT KETERANGAN TEMAN SEJAWAT
Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rika Aulia Nanda, S.Pd


NIP :-
Jabatan dalam penelitian : Guru Peneliti
Unit Kerja : TK Ananda

Menerangkan bahwa:

Nama : Darwiati, S.Pd


NIP : 197205052008012002
Jabatan dalam Penelitian : Guru Observer
Unit Kerja : TK Ananda

Adalah teman sejawat yang membantu sebagai Kolaborator/Observer dalam pelaksanaan


Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan guru
peneliti di kelas B 1 pada tema binatang pada bulan Oktober 2021.

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Jeunieb, 3 November 2021


Peneliti
Teman Sejawat/Observer

Rika Aulia Nanda, S,Pd


NIP. -

iv
SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Mursyidah, S.Pd
Jabatan : Ketua Yayasan Rika Aulia Ananda
Nama Lembaga : TK Ananda
Alamat Lembaga : Jl. Syuhada 44, Desa Mns.Keutapang, Kecamatan Jeunieb,
Kabupaten Bireuen
Dengan ini menerangkan bahwa:
Nama : Rika Aulia Nanda, S.Pd
NIP : -
Jabatan : Kepala Sekolah
Tempat mengajar : TK Ananda

Benar – benar telah melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada anak didik di TK
Ananda dengan judul “Upaya meningkatkan keterampilan motorik halus anak berbasis media
audio visual melalui kegiatan melipat kertas wama di kelompok B1 TK Ananda”.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan
sebagaimana mestinya.

Jeunieb, 3 November 2021

Yang menerangkan,
Ketua Yayasan Yang diterangkan

Rika Aulia Nanda, S,Pd

v
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan perbaikan pembelajaran ini dengan
sebaik-baiknya. Penyusunan laporan ini didasarkan pada penelitian tindakan kelas (PTK) yang
disusun dan diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas pemantapan kemampuan profesional
guru. Harapan peneliti semoga penelitian ini dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi
dalam kegiatan pembelajaran di TK Ananda Kecamatan Jeunieb Kabupaten Bireuen.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
penelitian ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga
tidak lepas dari bantuan, kerjasama dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah membantu
demi kelancaran penelitian ini.
Peneliti sangat menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Untuk itu peneliti mohon maaf yang sebesar-besarnya dan peneliti mengharap kritik
dan saran demi sempurnanya tulisan ini.
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan akan mendapat ridha Allah SWT, amin.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak.

Jeunieb, 3 Desember 2021

Penulis

Rika Aulia Nanda, S,Pd

vi
ABSTRAK

Rendahnya kemampuan motorik halus anak pada kelompok B-1 TK Ananda merupakan suatu
masalah yang perlu diperbaiki. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik
halus anak berbasis media audio visual melalui kegiatan melipat kertas warna serta untuk
mendeskripsikan aktivitas guru dan anak selama upaya meningkatkan kemampuan motorik halus
anak berbasis media audio visual melalui kegiatan melipat kertas warna pada kelompok B1 di
TK Ananda Kecamatan Jeunieb Kabupaten Bireuen. Penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas yang terdiri dari dua siklus. Subjek penelitian adalah anak kelompok B-1 (5-6) tahun di
TK Ananda Terpadu Kecamatan Jeunieb Kabupaten Bireuen yang berjumlah 15 anak. Penelitian
tindakan kelas dilakukan dalam empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan hasil unjuk kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan motorik halus anak berbasis media audio
visual melalui kegiatan melipat kertas wama mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil
tes unjuk kerja anak dimana pada tindakan II siklus I anak yang tuntas hanya 60,00% dan
pada tindakan II siklus II rneningkat menjadi 86,67%. Hasil observasi aktivitas guru dan
aktivitas anak dalam meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan melipat kertas
warna juga mengalami peningkatan. Pada siklus I perolehan persentase aktivitas guru adalah
81,17% meningkat di siklus II menjadi 91,76%. Selanjutnya untuk observasi aktivitas anak
siklus I mencapai 74,70 % meningkat pada siklus II menjadi 87,64%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan motoric halus anak berbasis media audio
visual melalui kegiatan melipat kertas wama pada kelompok B1 di TK Ananda Kecamatan
Jeunieb Kabupaten Bireuen.

Kata Kunci: Kemampuan Motorik Halus, Media Audio Visual, Video Tutorial, Melipat Kertas
Warna

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN KEPALA SEKOLAH.........................................................................i


LEMBAR PENGESAHAN JUDUL...............................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......................................................................iii
SURAT KETERANGAN TEMAN SEJAWAT............................................................................iv
SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN............................................................................iv
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)...................................................................................v
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................v
ABSTRAK......................................................................................................................................vi
DAFTAR ISI................................................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah..............................................................................................................3
C. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
D. Tujuan Penelitian..................................................................................................................4
E. Manfaat Penelitian................................................................................................................4
BAB II KAJIAN LITERATUR.......................................................................................................5
A. Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini......................................................................5
1. Definisi Keterampilan Motorik Halus...............................................................................5
2. Pentingnya Keterampilan Motorik Halus.........................................................................7
3. Tujuan dan Fungsi Peningkatan Motorik Halus untuk Anak Usia Dini...........................8
4. Prinsip-prinsip Pengembangan Motorik Halus...............................................................10
5. Teori Belajar Keterampilan Motor Halus.......................................................................11
6. Jenis-jenis Motorik Halus...............................................................................................12
7. Program Pengembangan Keterampilan Motorik Halus bagi Anak Usia Dini................13
B. Media Pembelajaran...........................................................................................................17
1. Pengertian Media Pembelajaran......................................................................................17
2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran......................................................................17

viii
3. Ciri-ciri Media Pembelajaran..........................................................................................19
4. Jenis-jenis Media Pembelajaran......................................................................................20
C. Media Audio Visual............................................................................................................20
1. Pengertian Media Audio Visual......................................................................................20
2. Manfaat Video.................................................................................................................21
3. Karakteristik Video.........................................................................................................21
4. Kelebihan dan Kekurangan Video..................................................................................22
D. Kegiatan Melipat Kertas.....................................................................................................25
1. Pengertian Melipat Kertas...............................................................................................25
2. Dasar-dasar Melipat Kertas.............................................................................................26
3. Manfaat Belajar Origami................................................................................................27
4. Langkah Kerja Melipat...................................................................................................27
E. Langkah Pembelajaran Pengembangan Keterampilan Motorik Halus Berbasis Media
Audio Visual melalui Kegiatan Melipat atau Origami..............................................................28
F. Penelitian Relevan..............................................................................................................29
BAB III PROSEDUR PENELITIAN............................................................................................30
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.........................................................................................30
B. Subjek Penelitian................................................................................................................30
C. Teknik Pengumpulan Data.................................................................................................30
D. Analisis Data.......................................................................................................................31
E. Prosedur Penelitian.............................................................................................................32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................34
A. Hasil Penelitian...................................................................................................................34
1. Paparan Pratindakan...........................................................................................................34
2. Paparan Data Siklus 1.........................................................................................................35
3. Paparan Data Siklus II........................................................................................................47
B. Pembahasan........................................................................................................................57
BAB V PENUTUP........................................................................................................................60
A. Simpulan.............................................................................................................................60
B. Saran...................................................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................62

ix
x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 28 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan jenjang
pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar melalui jalur
pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan bagi anak yang dimulai sejak usia 0-6 tahun. Pembelajaran bagi anak usia dini
ditujukan sebagai suatu dasar pembentukan perilaku, penanaman nilai moral dan akhlak
mulia, pengembangan intelektualitas yang tinggi serta pengembangan fisik motorik
(Suryana, 2016).
Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dalam
kehidupan berbangsa dan bemegara. Pada usia tersebut berbagai aspek perkembangan anak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat (Amalia, 2016; Kamelia, 2019).
Aspek perkembangan yang harus terus dikembangkan pada anak usia dini antara lain
menurut (Suryana, 2018) yaitu aspek perkembangan nilai agama dan moral, aspek
perkembangan sosial emosional, aspek perkembangan fisik motorik, aspek perkembangan
kognitif, aspek perkembangan bahasa, dan aspek perkembangan seni. Tentunya setiap aspek
tersebut perlu dikembangkan dan diberikan stimulasi yang tepat dan menyenangkan. Selain
itu aspek perkembangan yang paling cepat berkembang pada anak usia dini adalah aspek
fisik motorik.
Perkembangan fisik motorik adalah perkembangan jasmaniah melalui kegiatan pusat
saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi (Komaini, 2018). Perkembangan fisik motorik
terdiri atas dua jenis, yakni motorik kasar dan motorik halus (Setiani, 2013;Aghnaita, 2017;
Daroyah et al., 2018). Pembelajaran aspek fisik motrik halus anak harus sesuai dengan
tingkat pencapaian perkembangan anak usia dini. Keterampilan motorik halus menggunakan
otot halus pada kaki dan tangan. Gerakan ini memerlukan kecepatan, ketepatan, dan
keterampilan menggerakkan. Gerakan ini memerlukan koordinasi yang cermat (Susanto,
2015). Kegiatan motorik halus melibatkan gerak otot-otot kecil, seperti jari-jari tangan,
lengan, siku, dan engkel (Agustina et al., 2018; Puspitaningrum et al., 2016). Pada sisi lain,

1
(Susanto, 2015) menyatakan bahwa kegiatan yang dapat melatih kemampuan fisik motorik
halus anak antara lain yaitu menggunting, melipat, meremas, menempel, menebali gambar,
mencoret-coret, menyusun balok, dan meletakkan benda.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di kelompok B TK Ananda,
ditemukan bahwa keterampilan motorik halus anak masih belum berkembang secara
optimal. Terdapat 8 dari 15 anak mengalami kesulitan dalam menggerakkan otot-otot tangan
dan koordinasi mata khususnya dalam meniru bentuk, seperti dalam kegiatan melipat
melalui media kertas wama. Anak cenderung sulit untuk melipat kertas menjadi lipatan-
lipatan yang lebih kecil. Hal ini menyebabkan hasil pencapaian siswa terhadap aspek
pengembangan keterampilan motorik halus anak tidak berkembang sesuai harapan.
Rendahnya keterampilan fisik motorik halus anak dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain yaitu anak tidak antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena media
yang digunakan oleh guru kurang bervariasi. Media penyampaian materi belajar oleh guru
cenderung monoton dan mengakibatkan kurangnya motivasi anak untuk mengikuti
pembelajaran. Selain itu, aktivitas guru dikelas kurang mengembangkan kegiatan yang dapat
melatih ketangkasan motorik halus anak sehingga menyebabkan lemahnya koordinasi mata,
otot-otot tangan dan konsentrasi anak. Keterampilan fisik motorik anak yang masih rendah
juga disebabkan oleh tidak tersedianya video pembelajaran menarik yang dapat mendukung
ketreampilan motorik halus anak. Stimulasi motorik halus oleh guru lebih banyak
menggunakan metode demonstasi di kelas. Anak-anak memperhatikan ketika guru
memberikan penjelasan. Namun, media yang digunakan guru ketika demonstrasi terlalu
kecil sehingga banyak anak yang kurang memperhatikan dan memilih untuk bermain
sendiri. Oleh karena itu, diperlukan suatu media baru untuk mengatasi permasalahan
tersebut.
Berdasarkan paparan masalah diatas, maka diperlukan upaya untuk menumbuh
kembangkan keterampilan motorik halus anak. Salah satu strategi yang dapat diterapkan
yaitu dengan menggunakan media audio visual berupa video tutorial cara melipat kertas
wama selama kegiatan pembelajaran. Media audio-visual adalah media kombinasi antara
audio dan visual yang dikombinasikan dengan kaset audio yang mempunyai unsur suara dan
gambar yang biasa dilihat, misalnya rekaman video, slide suara dan sebagainya (Purwono et

2
al., 2018). Jenis media audio-visual yang digunakan dalam penelitian ini yaitu video tutorial
melipat kertas wama.
Pada zaman serba teknologi ini, media pembelajaran berbasis digital seperti video
tutorial dapat menjadi salah satu altematif bagi guru untuk mengemas materi pembelajaran
agar lebih menarik perhatian anak. Pembelajaran menggunakan media digital dapat
memfasilitasi anak untuk dapat belajar lebih luas, lebih banyak, dan bervariasi (Munir,
2017). Selain itu karakter tampilan yang berwama, bersuara, dan bergerak pada media
digital membuat anak memperoleh beragam manfaat dari penggunaan media digital. Oleh
karena itu, dua situasi ini dapat dijadikan oleh guru sebagai alasan utama pemilihan media
digital seperti video tutorial di zaman sekarang ini.
Kegiatan melipat merupakan kegiatan motorik untuk melatih daya ingat dan daya
terampil anak terhadap konsep kreasi anak dan kreatifitas anak dalam berkarya sehingga
melatih keterampilan otot-otot dan motorik anak secara bertahap (Hairani, 2019). Media
kertas sebagai bentuk sarana yang digunakan untuk melatih motorik anak agar pembelajaran
lebih menarik dan tidak membosankan. Dengan menggunakan media kertas tersebut,
diharapkan dapat menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan fisik
motorik halus pada anak terutama pada aspek mengkoordinasikan mata dan tangan untuk
melakukan gerakan yang rumit.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya meningkatkan keterampilan motorik
halus anak berbasis media audio visual melalui kegiatan melipat kertas wama di kelompok
B1 TK Ananda”

B. Identifikasi Masalah
Bertolak dari latar belakang permasalahan diatas, maka penulis mengidentifikasi adanya
beberapa masalah yang dialami anak dalam meningkatkan keterampilan motoric halus
khususnya pada kegiatan melipat, antara lain yaitu:
1. Media yang digunakan oleh guru kurang bervariasi
2. Guru sering memberikan tugas kepada anak dengan kegiatan yang monoton
3. Aktivitas guru dikelas kurang mengembangkan kegiatan yang dapat melatih ketangkasan
motorik halus anak sehingga lemahnya koordinasi mata, otot-otot tangan dan
konsentrasi siswa.

3
4. Tidak terdapatnya video pembelajaran yang dapat mendukung keterampilan motorik
halus anak.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah upaya meningkatkan keterampilan motorik halus anak berbasis media
audio visual melalui kegiatan melipat kertas wama di kelompok B1 TK Ananda?
2. Bagaimanakah aktivitas guru dan anak selama kegiatan melipat kertas wama untuk
meningkatkan keterampilan motorik halus pada kelompok B1 di TK Ananda?

D. Tujuan Penelitian
Setelah menemukan permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui upaya meningkatkan keterampilan motoric halus anak berbasis media
audio visual melalui kegiatan melipat kertas pada kelompok B1 di TK Ananda.
2. Untuk mengetahui aktivitas guru dan anak selama kegiatan melipat kertas wama untuk
meningkatkan keterampilan motorik halus pada kelompok B1 di TK Ananda

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Bagi penulis, merupakan sarana untuk mendapatkan pengalaman praktis dalam
menyampaikan materi ajar kepada anak
b. Bagi anak, dapat meningkatkan keterampilan motoric halus anak
c. Bagi guru, dapat menjadi bahan rujukan untuk mengajar
d. Bagi sekolah, dapat meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran di sekolah

4
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini
1. Definisi Keterampilan Motorik Halus
Kata keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cekatan. Menurut Kamus
Bahasa Indonesia (KBI) keterampilan adalah kecakapan dalam menyelesaikan tugas
(Qodratillah et al., 2008). Sejalan dengan itu, Tarigan (2013) berpendapat bahwa
keterampilan merupakan kemampuan yang diperoleh seseorang dari hasil praktik dan
banyak latihan. Definisi lain keterampilan yaitu keahlian sesorang untuk menggunakan akal,
pikiran, ide, dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu
menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut
(Ariyanto, Adi, N, dkk, 2021).
Menurut Yudha & Rudhyanto (2005) keterampilan adalah kemampuan anak dalam
melakukan berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosial-emosional, kognitif dan
nilai-nilai moral. Keterampilan yang dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi
kebiasaan. Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara keterampilan dengan
perkembangan keseluruhan anak. Perkembangan anak akan terhambat tanpa adanya
kematangan.
Bidang perkembangan fisik motorik pada anak meliputi perkembangan motorik
kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh
keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak untuk mengendalikan tubuh
(Aghnaita, 2017; Ananditha, 2017; Ensang Timuda, 2017; Lindawati, 2012; Romlah, 2017;
Setyawan, Hadi, & Royana, 2018; Solihin, M.R.D.,Anwar.F., Sukandar, 2013). Kemampuan
anak dalam keterampilan motorik yang berbeda akan mengalami perbedaan pula dalam
penyesuaian sosial dan pribadi anak (Sumantri, 2005). Perkembangan motorik disebabkan
oleh bertambah matangnya perkembangan otak yang mengatur sistem saraf (neuromuscular)
memungkinkan anak-anak usia TK lebih lincah dan aktif (Zalfandi, 2001).
Motorik halus merupakan gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian
anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih Fikriaty
(2012). Beaty (2013) mendefinisikan motorik halus sebagai perkembangan otot-otot halus
yang melibatkan tangan dan mata. Lebih lanjut, Depdiknas menjelaskan bahwa motorik

5
halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh
otot-otot kecil (halus) serta memerlukan koordinasi yang cermat, seperti menggunting
mengikuti garis, menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok,
memasukkan kelereng ke dalam lubang, membuka dan menutup objek dengan mudah,
menuangkan air ke dalam gelas tanpa berceceran, menggunakan kuas, krayon dan spidol,
serta melipat kertas.
Senada dengan paparan Depdiknas, Beery, K. E., Buktenica, N. A., & Beery, N. A.
(2010) mengasumsikan bahwa keterampilan motorik halus melibatkan koordinasi gerakan
otot kecil yang diperlukan untuk tugas-tugas seperti menggambar, menulis, berbicara, dan
memainkan alat musik. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan motorik halus merupakan kemampuan yang melibatkan otot-otot halus pada
bagian tubuh tertentu seperti jari tangan yang digunakan untuk menulis, meremas dan
menggenggam. menempel, meronce, merobek, menyusun balok menjadi suatu bentuk yang
representatif, menggambar, mewamai, dan menulis.
Keterampilan motorik halus merupakan komponen yang mendukung pengembangan
yang lainnya seperti pengembangan kognitif, sosial dan emosional anak. Pengembangan
kemampuan motorik yang benar dan bertahap akan meningkatkan kemampuan kognitif
anak sehingga dapat terbentuk kemampuan kognitif yang optimal. Pengembangan
keterampilan motorik halus dapat ditunjukkan dalam kemampuan kognitif anak yaitu
ditunjukkan dengan kemampuan: mengenali, membandingkan, menghubungkan,
menyelesaikan masalah sederhana dan mempunyai banyak gagasan tentang berbagai konsep
dan gejala sederhana yang ada di lingkungannya. Kurangnya kesempatan berpartisipasi
dalam salah satu kegiatan motorik akan memperlambat pertumbuhan dan intelektual
anak (Sumantri, 2005).
Berikut perkembangan motorik halus anak berdasarkan tahap usianya
a. Anak Usia 3-4 Tahun
 Menuang air, pasir, atau biji bijian kedalam tempat penampungan (mangkok
atau ember)
 Memasukkan benda kecil ke dalam botol (kerikil kecil, biji-bijian atau kertas
yang dibuat kecil – kecil seperti bola)

6
 Meronce manik – manik yang tidak terlalu kecil dengan benang yang agak
kaku
b. Anak Usia 4 -6Tahun
 Membuat garis vertikal, horizontal, lengkung kiri/ kanan, miring kiri / kanan,
dan lingkaran
 Menjiplak bentuk
 Mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media
 Meniru bentuk
 Menempel gambar dengan tepat
 Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail
 Menggunkan alat tulis dengan benar

2. Pentingnya Keterampilan Motorik Halus


Perkembangan motorik halus sangat penting bagi anak usia dini karena usia dini
merupakan masa ideal untuk mempelajari keterampilan motorik halus. Sebagaimana
diungkapkan oleh Elisabeth B Hurlock (2013) beberapa alasan yaitu sebagai berikut:
a. Tubuh anak lebih lentur ketimbang tubuh remaja atau orang dewasa sehingga anak
lebih mudah menerima semua pelajaran.
b. Anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan
keterampilan yang baru dipelajarinya, maka bagi anak mempelajari keterampilan lebih
mudah.
c. Secara keseluruhan anak lebih berani pada waktu kecil ketimbang setelah besar.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa permainan memungkinkan anak bergerak
secara bebas sehingga mampu meningkatkan kemampuan motoric yang dimilikinya
(Yuliati, 2010). Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa kemampuan
perkembangan motorik halus merupakan kemampuan gerak yang baik pada anak yang
amat diperlukan dalam melakukan kegiatan ataupun kegiatan apa saja. Apabila hal ini
kurang dikembangkan maka anak-anak menjadi tidak mandiri dan kurang percaya diri
dalam lingkungan sosialnya. Perkembangan gerak motorik halus juga berpengaruh
terhadap penyesuaian diri anak dalam pergaulan terutama dalam mengikuti kegiatan
sekolah nantinya. Anak–anak yang canggung dalam gerakan motorik akan menghambat

7
keikutsertaannya dalam permainan kelompok. Hal inilah yang akan menghambatnya dalam
pergaulan, dan dapat menyebabkan anak tersebut merasa dikucilkan oleh teman
sepermainannya

3. Tujuan dan Fungsi Peningkatan Motorik Halus untuk Anak Usia Dini
Menurut Sumantri menyatakan bahwa tujuan peningkatan motorik halus di usia anak
4-6 tahun adalah:
a. Anak mampu meningkatkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan
keterampilan gerak kedua tangan.
b. Anak mampu menggerakan anggota tubuh yang berhubungandengan gerak jari jemari:
seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi bendabenda.
c. Anak mampu mengkoordinasi indra mata dan aktivitas tangan.
d. Anak mampu pengendalikan emosi dalam beraktivitas motoric halus.
Perkembangan motorik halus meliputi perkembangan otot halus dan fungsinya. Otot
ini berfungsi untuk melakukan gerakan–gerakan bagian tubuh yang lebih spesifik yaitu
koordinasi otot–otot kecil ditangan, kaki dan jari–jari sebagai perkembangan motorik halus.
Anak prasekolah sudah mulai menggunakan otot–otot halus untuk membantu berbagai
kemampuan menolong diri. Perkembangan motorik halus terjadi pada masa usia prasekolah
seperti: menulis, mengikat tali sepatu, memasang kancing baju, menggunting, memegang
kertas, melipat kertas dan mewamai.
Menurut Hurlock fungsi perkembangan motorik halus bagianak yaitu sebagai berikut:
1. Keterampilan bantu diri
Untuk mencapai kemandiriannya, anak harus mempelajari keterampilan motorik yang
memungkinkan mereka mampu melakukan segala sesuatu bagi diri mereka
sendiri.Keterampilan tersebut meliputi keterampilan makan, berpakaian, merawat diri
dan mandi. Pada waktu anak mencapai usia sekolah penguasaan keterampilan tersebut
harus dapat membuat anak mampu merawat diri sendiri dengan tingkat keterampilan
dan kecekatan seperti orang dewasa.
2. Keterampilan bantu sosial
Untuk menjadi anggota kelompok social yang diterima di dalam keluarga, sekolah,
dan tetangga anak harus menjadi anggota yang kooperatif. Untuk mendapatkan

8
penerimaan kelompok tersebut dipelukan keterampilan tertentu seperti membantu
pekerjaan rumah atau pekerjaan sekolah.
3. Keterampilan bermain
Untuk dapat menikmati kegiatan kelompok sebaya atau untuk dapat menghibur diri di
luar kelompok sebaya anak harus mempelajari keterampilan bermain bola,
menggambar, melukis, dan memanipulasi alat bermain.
4. Keterampilan sekolah
Keterampilan motorik halus peserta didik di TK dapat menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan sekolah.Usia prasekolah peserta didik sudah dapat dilatih melukis,
menggambar, menulis dan melipat.
Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa fungsi motorik halus bagi anak
usia dini yaitu sebagai keterampilan bantu diri, keterampilan bantu social, keterampilan
bermain dan keterampilan sekolah. Menurut Permendikbud No.146 Tahun 2014
perkembangan motorik halus pada anak usia 4-6 tahun sebagai berikut:
1. Membuat garis vertikal, horizontal, lengkung kiri/kanan, miring kiri/kanan, dan
lingkaran
2. Menjiplak bentuk
3. Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit
4. Melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan
menggunakan berbagai media
5. Mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media25.
Dalam Permendikbud No 137 Tahun 2014 perkembangan motorik halus pada anak
usia 4-6 tahun lebih lengkap, yaitu sebagai berikut :
1. Membuat garis vertical, horizontal, lengkung, miring.
2. Meniru bentuk
3. Menempel gambar dengan tepat
4. Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan
5. Melakukan gerakan untuk mengasilkan suatu bentuk dengan menggunakan
berbagai media
Oleh sebab itu selama anak dalam proses tumbuh kembang, tujuan pemberian
stimulus/rangsangan pada perkembangan motorik halus anak adalah untuk melatih

9
keterampilan motorik dengan melalui seni melipat kertas sehingga gerakan jari–jari
tangan anak dapat terlatih, sebab perkembangan motorik halus pada anak mencakup
kemampuan anak dalam menguasai gerakan–gerakan otot dalam bentuk koordinasi
ketangkasan dan kecekatan dalam menggunakan tangan dan jari–jari. Dalam hal ini
stimulus sangat penting untuk mengembangkan motorik halus anak agar jari–jari tangan
anak tidak kaku.
Menurut teori Friederich Frobel dasar utama mempelajari pengetahuan dan kecekatan
adalah keaktifan peserta didik itu sendiri. Cara mendidik yang baik menurut teori Frobel
adalah dengan metode yang banyak memberikan kesempatan kepada anak usia dini untuk
sibuk dan aktif mengerjakan, membuat, dan menciptakan sesuatu atas inisiatif sendiri. Dan
bentuk pengajaran menurut teori Frobel adalah sebagai berikut:
1. Dengan ada nya permainan bentuk
2. Alat permainan untuk berfrobel (pekerjaan tangan) dengan menggunakan lidi, tanah
liat, dan kertas lipat.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa bentuk pembelajaran untuk peningkatan
motorik halus anak menurut teori Froble adalah dengan adanya permainan bentuk dengan
menggunakan alat permainan seperti kertas lipat untuk menciptakan sesuatu bentuk yang di
inginkan. Sementara itu menurut Benjamin S. Bloom menyatakan bahwa rentangan
penguasaan psikomotorik ditunjukkan oleh gerakan yang kaku sampai kepada gerakan yang
lancar dan luwes.

4. Prinsip-prinsip Pengembangan Motorik Halus


Dalam rangka mengembangkan motorik halus anak usia dini di TK usia 4 – 6 tahun
secara optimal, perlu diperhatikan prinsip – prisip pengembangan yaitu sebagai
berikut :
a. Memberikan kebebasan berekspresi kepada anak
Ekspresi adalah proses mengungkapkan perasaan jiwa secara jujur dan langsung dari
dalam diri anak usia dini. Karena itu perlu ditanamkan dan dikembangkan.
b. Melakukan pengaturan waktu, tempat, media (alat dan bahan)
Agar dapat merangsang anak usia dini untuk kreatif. Kreativitas merupakan
kemampuan kemampuan menciptakan sesuatu yang baru (orisinil/asli) dari dirinya
sendiri.

10
c. Memberikan bimbingan kepada anak usia dini untuk menentukkan teknik/cara yang
baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media.
d. Menumbuhkan keberanian dan menghindari petunjuk yang dapat dapat merusak
keberanian serta perkembangan anak usia dini.
e. Membimbing anak usia dini sesuai dengan kemampuan taraf perkembangan.
f. Memberikan rasa gembira dan menciptakan suasana yang menyenangkan pada anak
usia dini.
g. Melakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan
5. Teori Belajar Keterampilan Motor Halus
Teori yang digunakan peneliti sebagai landasan dalam melakukan penelitian yaitu teori
belajar behavioristik. Peserta didik akan mengalami peningkatan kemampuannya jika
dalam proses pembelajaran anak diajak untuk belajar melakukan hal atau kegiatan
pembelajaran yang akan meningkakan aspek kemampuan yang akan ditingkatkan oleh
pendidik. Dalam proses belajar ini, menurut teori belajar behavioristik menekankan
adanya stimulus dan respon.
Menurut Teori Behavioristik, belajar merupakan suatu bentuk perubahan yang dialami
siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Teori ini mengutamakan pengukuran, apa saja yang
diberikan oleh guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan oleh siswa (respons), semuanya
harus dapat diamati dan dapat diukur.
Teori Stimulus respon dikembangkan oleh E.L. Thomdike yang terkenal dengan
tiga hukumnya dalam belajar, yaitu (1) Hukum Kesiapan, (2) Hukum Latihan, dan (3)
Hukum Pengaruh. Hukum Thomdike ini nantinya akan melahirkan teori penguatan
(Reinforcement) dalam belajar.
Teori tingkah laku yang berpengaruh dalam pendidikan dan teori belajar adalah
teori operant conditioning yang dikembangkan oleh B.F. Skinner. Gredler menyatakan
bahwa operant conditioning merupakan proses mengubah tingkah laku individu dengan cara
memberi penguatan (reinforcement) atas respon- respon yang dikendaki dengan kehadiran
stimulus. Dalam pandangan Skinner penguatan merupakan faktor penting dalam belajar.28
Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya

11
respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin
kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negatif reinforcement) responpun akan tetap
dikuatkan.Salah satu tokoh yang memperkuat teori ini adalah Skinner.
Aplikasi teori behavioristic dalam kegiatan pembelajaran semata tergantung, dari
beberapa hal seperti:tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik
pembelajaran, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia (Alizamar, 2016)

6. Jenis-jenis Motorik Halus


Motorik halus mengembangkan kemampuan dalam mengembangkan jari-jarinya,
khususnya ibu jari dan jari telunjuk. Sumantri (2010) memaparkan bahwa kemampuan
motorik halus ada bermacam- macam, antara lain yaitu:
a. Menggambar
Kegiatan yang mengembangkan motrik halus anak juga merupakan kegiatan mengasah
imajinasi anak lebih luas lagi.
b. Mewamai
Merupakan kegiatan yang berpusat pada koordinasi tangan dan mata juga mengajarkan
anak tentang berbagai macam wama.
c. Meronce.
Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melatih koordinasi mata dengan jari tangan,
mengenal konsep wama dan keserasian, merangsang kreativitas.
d. Kolase.
Merupakan gambar yang dibuat dari potongan kertas atau material lain yang ditempel.
e. Menggunting
Kegiatan menggunting tidak hanya menyenangkan, kegiatan menggunting juga
melatih keterampilan motorik halus anak. Mulai dari garis lurus, garis zigzag,
garis lengkung, bentuk geometri hingga pola hewan. Kegiatan menggunting ini
bertujuan untuk melatih koordinasi tangan dan mata yang merupakan persiapan
menulis.
f. Menulis
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain
dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa

12
dan grafik tersebut. Pada dasamya pembelajaran menulis di TK dapat dilaksanakan
selama dalam batas-batas aturan pengembangan motorik anak usia TK.
g. Melipat
Melipat merupakan salah satu kegiatan mencipta seni rupa tiga dimensi. Melipat

pada hakikatnya merupakan kegiatan keterampilan tangan untuk menciptakan bentuk-


bentuk tertentu tanpa menggunakan lem atau perekat. Keterampilan ini membutuhkan
keterampilan koordinasi tangan dengan mata, ketelitian dan kerapihan serta kreativitas
kegiatan melipat jika disajikan sesuaidengan minat anak, akan memberikan
keasyikan dan kegembiraan serta kepuasan
Makin banyak gerakan yang dilakukan anak, maka makin banyak pula koordinasi
yang diperlukannya. Karena itu, anak akan mendapatkan banyak kegiatan yang
menunjang motorik halus dan kasar, yang tentunya dirancang dengan baik sesuai
dengan usia perkembangan anak (Yamin, 2010)

7. Program Pengembangan Keterampilan Motorik Halus bagi Anak Usia Dini


Pendidik tatkala akan mengembangkan keterampilan motorik halus anak, hams
terlebih dahulu mengetahui tahapan perkembangan anak, sehingga pendidik akan
menemukan tindakan yang tepat dalam melaksanakan program pengembangan
tersebut.Perkembangan keterampilan motorik anak melalui berbagai tahapan. Menurut
Fits dan Postner (Sumantri, 2005: 101) proses perkembangan belajar motorik anak usia
dini terjadi dalam 3 tahap yaitu :
a. Tahap Verbal Kognitif
Tahap ini merupakan tahap awal dalam belajar gerak, tahap ini disebut fase
kognitif karena perkembangan yang menonjol terjadi pada diri anak adalah
menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari, sedangkan penguasaan gerakannya
sendiri masih baik karena masih dalam taraf mencoba-coba gerakan. Pada tahap
kognitif, proses belajar gerak diawali dengan aktif berpikir tentang gerakan yang
dipelajari. Anak yang belajar gerak berusaha mengetahui dan memahami gerakan
dari informasi yang diberikan kepadanya. Informasi bisa bersifat verbal atau
bersifat visual. Informasi verbal adalah informasi yang berbentuk penjelasan
dengan menggunakan kata-kata. Disini indera pendengar aktif berfungsi.

13
Informasi visual adalah informasi yang dapat dilihat. Informasi ini bisa berbentuk
contoh gerakan atau gambar gerakan, disini indra penglihatan aktifberfungsi.
b. Tahap Asosiatif
Tahap ini disebut juga tahap menengah. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan
gerakan dimana anak sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk
rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. Dengan tetap
mempraktekkan berulang-ulang, pelaksanaan gerakan akan menjadi semakin efisien,
lancar, sesuai dengan keinginannya, dan kesalahan gerakan semakin berkurang. Pada
tahap ini perkembangan anak usia dini sedang memasuki masa pemahaman dari
gerakan-gerakan yang sedang dipelajari. Pada fase ini merangkaikan bagian-bagian
gerakan menjadi rangkaian gerakan secara terpadu merupakan unsur penting untuk
menguasai berbagai gerakan keterampilan. Setelah rangkaian-rangkaian gerakan
bisa dilakukan dengan baik, maka anak segera bisa dikatakan memasuki belajar
yang disebut tahap otomatisasi.
c. Tahap otomatisasi
Pada tahap ini dapat dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Tahap ini
ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana anak mampu melakukan gerakan
keterampilan secara otomatis. Tahap ini dikatakan sebagai tahap otonom karena
anak mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupun
pada saat melakukan gerakan itu anak hams memperhatikan hal-hal lain selain
gerakan yang dilakukan. Hal ini bisa terjadi karena gerakannya sendiri sudah bisa
dilakukan secara otomatis. Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan gerakan
dengan benar dan baik atau spontan.
Perkembangan keterampilan motorik anak TK berada pada tahap asosiatif. Pada tahap
ini perkembangan anak usia dini sedang memasuki masa pemahaman dari gerakan-gerakan
yang sedang dipelajari. Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan keterampilan motorik
halus yaitu kegiatan melipat kertas. Pembelajaran melipat kertas dalam pelaksanaannya,
pendidik haruslah mengikuti langkah kerja melipat. Hal ini ditujukan agar peserta didik
mudah untuk memahami dan mampu mengikuti setiap tahapan dalam melipat
kertas.Keterampilan motorik halus anak dapat ditingkatkan dengan menyusun program
kegiatan pengembangan, sehingga motorik anak dapat berkembang secara optimal.

14
Program pengembangan motorik halus anak usia dini yang dipaparkan Sumantri
(2005: 149) adalah sebagai berikut:

Kelompok Hasil belajar Indikator/ kegiatan


Usia
4-6 Tahun Anak menunjukkan  Dapat mengurus dirinya sendiri antara lain
kelentukan otot dan makan, berpakaian, mandi, menyisir rambut,
mampu menolong mencuci dan mengelap tangan.
diri sendiri  Dapat mengikat tali sepatu sendiri dengan
sedikit bantuan atau sama sekali tanpa
bantuan
 Dapat membuat berbagai bentuk dengan
menggunakan tanah liat, plastisin, play
dough, seperti kue-kue tanah liat.
 Meniru membuat garis tegak garis datar dan
lingkaran
 Menirukan melipat kertas sederhana
 Menggambar orang yang terdiri dari dua
bagian (badan dan kepala)
 Belajar menggunting
 Dapat menyalin lingkaran dan bujur sangkar
 Menjahit sederhana
Berdasarkan program pengembangan yang telah dipaparkan, peneliti mengambil salah
satu kegiatan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus anak yaitu kegiatan
melipat kertas sederhana pada kelompok B1 di TK Ananda yang berusia 5-6 tahun.
Kegiatan melipat kertas sederhana untuk anak usia 5-6 tahun menurut Permendiknas Nomor
58 Tahun 2009 yaitu melipat kertas dengan jumlah lipatan 1-7 lipatan. Dalam penelitian
ini peserta didik dikatakan memliki keterampilan motorik halus jika anak mampu
menyelesaikan melipat kertas dengan waktu cepat dan hasil yang rapi.
Pembelajaran motorik pada anak TK yang dijelaskan dalam (Samsudin, 2008)
menggunakan prinsip pengajaran dengan mengikuti tahapan sebagai berikut:
a. Latihan pemanasan
Latihan pemanasan dilakukan bertujuan untuk menciptakan, meyesuaikan dan
membawa anak siap beraktivitas. Sebelum pembelajaran melipat kertas dilakukan,

15
pendidik mengajak peserta didik untuk melakukan pemanasan guna menghindari
terjadinya cidera dan menyiapkan kondisi peserta didik sehingga siap untuk
mengikuti kegiatan melipat kertas. Kegiatan pemanasan dapat dilakukan dengan
memberikan pembelajaran motorik seperti senam, bermain gerak dan lagu,
menggerakkan jari tangan seperti gerakan meremas kertas (buka tutup telapak tangan
secara berulang-ulang), memutar-mutar kedua pergelangan tangan guna melenturkan
otot-otot tangan.
b. Latihan inti
Tujuan dilakukan latihan inti yaitu untuk meningkatkan keterampilan intelektual,
sosial, emosional, dan kualitas fisik. Kegiatan melipat kertas mampu meningkatkan
kemampuan mengenali, membandingkan, menghubungkan, menyelesaikan masalah
sederhana, kurangnya kesempatan berpartisipasi dalam kegiatan motorik akan
memperlambat pertumbuhan dan intelektual anak. Kegiatan melipat dapat
menumbuhkan keterampilan sosial, dimana para peserta didik dapat saling
berkomunikasi saat menunjukkan hasil karya lipatan kertas yang telah berhasil
mereka buat.Kegiatan melipat kertas dapat melatih kesabaran peserta didik, seperti
yang kita ketahui bahwa dalam melipat kertas membutuhkan
ketelatenan untuk menghasilkan lipatan kertas dengan hasil yang rapi.Kegiatan
melipat kertas juga dapat meningkatkan kualitas fisik peserta didik, khususnya pada
fisik motorik halus.
c. Latihan penenangan
Terakhir latihan penenangan, tahapan ini bertujuan untuk menyiapkan fisik dan mental
anak untuk dapat mengikuti pembelajaran berikutnya. Jika pembelajaran melipat
kertas telah selesai, peserta didik dipersilahkan untuk meghias hasil lipatan
kertas dengan memberi coretan gambar pada lipatan kertas tersebut dengan
menggunakan spidol kemudian hasil karya ditempel pada papan hasil karya atau
dapat dipakai sebagai media bermain bagi anak. Kegiatan selanjutnya peserta didik
dipersilahkan untuk mengikuti pembelajaran berikutnya.

16
B. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam proses belajar mengajar demi
tercapainya tujuan pembelajaran (Arsyad, 2016). Media yang digunakan untuk memperlancar
komunikasi dalam proses pembelajaran sering diistilahkan media pembelajaran (Haryoko,
2009). Pendapat tersebut diperkuat oleh Gagne dan Briggs (dalam Arsyad, 2016) yang
menyatakan secara implisit bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari buku, tape recorder,
kaset, video kamera, video recorder, film, slide atau gambar bingkai, foto, gambar, grafik,
televisi dan komputer.
Pendapat lain dari Rusman (2012) yang mendefinisikan media pembelajaran yaitu
berupa software dan hardware untuk membantu proses interaksi guru dengan siswa dan
interaksi siswa dengan lingkungan belajar serta sebagai alat bantu menunjang penggunaan
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Selanjutnya Rusman, dkk. (2013)
mengungkapkan hakikat media pembelajaran dengan lebih jelas bahwa, hakikatnya media
pembelajaran sebagai wahana untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber pesan
diteruskan pada penerima. Pesan atau bahan ajar yang disampaikan adalah materi
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran atau sejumlah kompetensi yang telah
dirumuskan, sehingga dalam prosesnya memerlukan media sebagai subsistem
pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran merupakan alat bantu berisi pesan-pesan pembelajaran yang digunakan dalam
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi tertentu.
2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Hamalik (dalam Arsyad, 2016) mengungkapkan bahwa pemakaian media pembelajaran
dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap
siswa. Fungsi media pembelajaran yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik
pesan pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa sehingga dapat
memotivasi dan mengefisienkan proses belajar (Rusman, 2012: 145). Sejalan dengan
pendapat tersebut, Kemp dan Dayton (dalam Arsyad 2016: 23) menyatakan media

17
pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunaan untuk
perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu:
a. Memotivasi minat atau tindakan. Pencapaian tujuan ini akan mempengaruhi sikap, nilai,
dan emosi.
b. Menyajikan informasi.
c. Memberi instruksi Informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik
dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga
pembelajaran dapat terjadi.
Selain itu, Daryanto (2013) menyatakan peran media pembelajaran bahwa, dalam
proses pembelajaran, media berfungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru)
menuju penerima (siswa). Sedangkan metode merupakan prosedur untuk membantu siswa
dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Seperti pada
skema berikut ini
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa
media berfungsi sebagai perantara untuk memperjelas pesan-pesan pembelajaran yang dapat
membangkitkan motivasi belajar. Selain memiliki fungsi, media juga memiliki berbagai
manfaat. Manfaat umum media pembelajaran yaitu untuk mengatasi berbagai hambatan,
antara lain: hambatan komunikasi, keterbatasan ruangan belajar, sikap siswa yang pasif,
pengamatan siswa yang kurang seragam, daya ingat siswa yang berbeda, sehingga tidak
memungkinkan dipelajari tanpa media, tempat belajar yang terpencil, dan sebagainya
(Jaliusril, 2012).
Selanjutnya, Arsyad (2016: 29) menjelaskan manfaat media pembelajaran sebagai
berikut:
a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi.
b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian, sehingga
dapat menimbulkan motivasi belajar. Media memungkinkan siswa belajar secara individu
sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman pada siswa tentang
peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi
antara guru, masyarakat, dan lingkungannya

18
Manfaat lain dari media pembelajaran diungkapkan oleh Rusman (2012) yaitu:
a. Pembelajaran lebih menarik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.
b. Materi pembelajaran lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami dan
memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik.
c. Metode pembelajaran akan lebih bervariasi.
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar.
Media pembelajaran dapat membuat metode pembelajaran menjadi bervariasi,
memperjelas materi pembelajaran, mengatasi berbagai keterbatasan, membangkitkan
motivasi belajar, serta membuat siswa menjadi aktif dan mandiri. Tentunya untuk mengatasi
berbagai hambatan belajar, media pembelajaran harus dirancang dengan baik agar memiliki
fungsi dan berbagai manfaat bagi proses pembelajaran.
3. Ciri-ciri Media Pembelajaran
Gerlach dan Ely (dalam Arsyad 2016: 15-17) mengemukakan tiga ciri-ciri media
yaitu:
a) Ciri Fiksatif
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan
merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Dengan ciri ini, media memungkinkan suatu
rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada waktu tertentu ditransportasikan tanpa
mengenal waktu. Format media yang ada dapat digunakan setiap saat.
b) Ciri Manipulatif
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri
manipulatif. Media dapat dipercepat ataupun diperlambat.
c) Ciri Distributif
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan
melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar
siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.
4. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Rusman (2012) membagi media dalam 5 jenis, yaitu: 1) media visual, 2) media audio,
3) media audio visual, 4) kelompok media penyaji, 5) media objek dan media interaktif
berbasis komputer. Berdasarkan perkembangan teknologi, Arsyad (2016) mengelompokkan
media pembelajaran menjadi media hasil teknologi cetak, 2) media hasil teknologi audio

19
visual, 3) media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, 4) media hasil gabungan
teknologi cetak dan komputer. Sedangkan Rusman, dkk. (2013) mengklasifikasikan media
pembelajaran berdasarkan sifat, jangkauan, dan teknik pemakainya.
a) Berdasarkan sifatnya, media dapat dibagi menjadi:
1) Media auditif yang hanya dapat didengar saja atau media yang memiliki unsur
suara
2) Media visual, yang hanya dapat dilihat saja tidak mengandung unsur suara
3) Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga
mengandung unsur gambar.
b) Dari kemampuan jangkauannya, media dapat dibagi menjadi:
1) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak.
2) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu.
c) Dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi menjadi:
1) Media yang diproyeksikan.
2) Media yang tidak diproyeksikan.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut, secara garis besar media pembelajaran
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu media audio, media visual, dan media audio visual.

C. Media Audio Visual


1. Pengertian Media Audio Visual
Rey (2013) mendefinisikan audio visual yaitu metode pembelajaran yang
menggabungkan suara dan gambar. Pendapat yang hampir sama juga disampaikan Rusman,
dkk. (2013) yang menyatakan media audio visual adalah alat bantu yang dapat digunakan
melalui pendengaran dan pengelihatan. Di bagian lain Rusman, dkk. (2013) menyatakan
bahwa, salah satu bentuk dari media audio visual adalah video pembelajaran.
Video berasal dari singkatan dalam bahasa Inggris, dari kata vi adalah singkatan dari
visual yang berarti gambar, kemudian pada kata deo adalah singkatan dari audio yang berarti
suara (Dewi, 2016). Rey (2013) mendefinisikan video sebagai teknik untuk merekam
gambar dan suara pada media magnetik, kemudian rekaman ditampilkan pada layar.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, video diartikan sebagai rekaman gambar hidup

20
atau program televisi lewat tayangan pesawat televisi. Dengan kata lain video merupakan
tayangan gambar bergerak yang disertai dengan suara (dalam Prastowo, 2014).
Dalam penelitian ini, media video pembelajaran yang akan digunakan adalah media
pembelajaran video turtorial yang ditujukan untuk anak
2. Manfaat Video
Adapaun manfaat video menurut Jumasa (2016) yaitu dapat meningkatkan perhatian
dan motivasi siswa karena melalui media video ini kedua mata dan telinga siswa menjadi
aktif (Parel dan Jain, 2008). Sedangkan Kemp (dalam Sukiman 2012) menyatakan media
video dapat menyajikan informasi menggambarkan suatu proses dan tepat mengajarkan
keterampilan, menyingkat dan mengembangkan waktu serta dapat mempengaruhi sikap.
Hal ini dipengaruhi oleh ketertarikan minat, dimana tayangan yang ditampilkan oleh
media video dapat menarik gairah rangsang (stimulus) seseorang untuk menyimak lebih
dalam. Suatu materi yang telah direkam dalam bentuk video dapat digunakan baik
untuk proses pembelajaran tatap muka langsung maupun jarak jauh tanpa kehadiran guru
(Daryanto, 2013)
3. Karakteristik Video
Riyana (dalam Radian, 2015) menjelaskan bahwa untuk menghasilkan video
pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan efektivitas penggunanya maka
pengembangan video pembelajaran harus memperhatikan karakteristik dan kriterianya.
Karakteristik video pembelajaran yaitu:
a. Clarity of Massage (kejalasan pesan)
Dengan media video, siswa dapat memahami pesan pembelajaran secara lebih bermakna
dan informasi dapat diterima secara utuh sehingga dengan sendirinya informasi
akan tersimpan dalam memory jangka panjang dan bersifat retensi.
b. Stand Alone (berdiri sendiri)
Video yang dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus
digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.
c. User Friendly (akrab dengan pemakainya)
Media video menggunakan bahasa yang sedehana, mudah dimengerti, dan
menggunakan bahasa yang umum sehingga bersahabat dengan pemakainya. Termasuk
kemudahan pengguna dalam merespon, dan mengakses sesuai dengan keinginan.

21
d. Representasi Isi
Materi harus benar-benar representatif, misalnya materi simulasi atau demonstrasi. Pada
dasarnya materi pelajaran baik sosial maupun sain dapat dibuat menjadi media video
e. Visualisasi dengan media
Materi dikemas secara multimedia terdapat dalam teks, animasi, sound, dan video sesuai
tuntutan materi. Materi-materi yang digunakan bersifat aplikatif, berproses, sulit
terjangkau berbahaya apabila langsung dipraktikkan, dan memiliki tingkat keakurasian
tinggi.
f. Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi
Tampilan berupa grafis media video dibuat dengan teknologi rekayasa digital dengan
resolusi tinggi.
g. Dapat digunakan secara klasikal atau individual
Video pembelajaran dapat digunakan oleh siswa secara individual atau digunakan secara
klasikal dengan jumlah siswa maksimal 50 orang. Dapat dipandu oleh guru atau
mendengarkan uraian narasi dari narator yang telah tersedia dalam program.
4. Kelebihan dan Kekurangan Video
Media video memiliki kelebihan dan kekurangan. Azhar Arsyad (dalam Sukiman,
2012) menguraikan kelebihan video yaitu:
a. Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik ketika
mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain.
b. Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara
berulang-ulang jika dipandang perlu.
c. Di samping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan video menanamkan sikap
dan segi-segi afektif lainnya.
d. Video mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan
dalam kelompok peserta didik.
e. Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung seperti
lahar gunung berapi atau binatang buas.
f. Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang
heterogen, maupun perorangan.

22
g. Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar, film dalam kecepatan normal
memakan waktu satu minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit.

Henich, Molenda, Russel (dalam Rusman, dkk 2013) mengemukakan kelebihan video
sebagai berikut.
a. Bergerak
Sifat-sifat yang nyata pada video dalam proses pembelajaran adalah kemampuannya
untuk memperlihatkan gerakan-gerakan. Hal ini membuat video lebih menguntungkan
dari media lain.
b. Proses
Video dapat menyajikan suatu proses dengan lebih tepat guna (efektif) dibanding dengan
media lain.
c. Pengamatan yang baik.
Video memungkinkan adanya pengamataan yang baik terhadap suatu keadaan/peristiwa
yang berbahaya bila dilihat secara langsung, dapat dilihat/diamati secara baik dan
meyakinkan.
d. Kemampuan belajar.
Menurut hasil penelitian terbukti bahwa video sangat berguna untuk mengajarkan
keterampilan, karena kemungkinan adanya pengulangan sehingga suatu keterampilan
bisa dipelajari secara berulang- ulang juga.
e. Dramatisasi
Kemampuan video untuk mendramatisasi peristiwa-peristiwa dan situasi yang
membuatnya cocok bagi pembelajaran dalam bidang ilmu-ilmu sosial dan masalah-
masalah kemanusiaan.
f. Domain efektif
Karena memiliki dampak emosional yang tinggi/besar, video sangat cocok untuk
mengajarkan masalah-masalah yang menyangkut domain efektif.
g. Memecahkan masalah (problem solving).
Suatu episode video dapat digunakan secara tepat guna dalam situasi pembelajaran
yang menekankan pada proses pemecahan masalah.
h. Pemahaman budaya

23
Kita dapat mengembangkan suatu saluran penghargaan untuk budaya lain dengan melihat
lukisan video dan film tentang kehidupan sehari-hari masyarakat lain.
i. Pemahaman yang sama.
Dengan mengamati program video atau film bersama, suatu kelompok yang berlainan
dapat membangun suatu basis bersama untuk mendiskusikan suatu masalah dengan
kecenderungan yang sama.

Kumala (dalam Niswa, 2012) menjelaskan kelebihan video atau CD interaktif yaitu
lebih praktis, menyenangkan siswa, tidak klasik, dan tidak membosankan. Siswa dapat
mengukur tenaga yang harus ia keluarkan untuk mendapatkan nilai yang baik, dapat
dipantau oleh guru, serta menumbuhkan pemahaman tentang materi secara menyenangkan.
Berbagai pendapat mengenai kelebihan media video tersebut dapat dimanfaatkan
menjadi potensi yang baik dalam pengembangannya. Selain itu, dengan mengetahui beberapa
pendapat di atas, kelemahan media video tersebut dapat diminimalisir dengan memanfaatkan
potensi yang sudah ada
Selain memiliki beberapa kelebihan, media video juga memiliki kekurangan yaitu:
a. Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang
banyak.
b. Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua
peserta didik mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut.
c. Film dan video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar
yang diinginkan; kecuali film dan video itu dirancang dan diproduksi khusus untuk
kebutuhan sendiri.

D. Kegiatan Melipat Kertas


1. Pengertian Melipat Kertas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “kegiatan adalah aktivitas, usaha,
pekerjaan/kekuatan dan ketangkasan serta kegairahan. Istilah origami berasal dari bahasa
Jepang. Ori berarti “melipat” dan Kami berarti “kertas”. Kemudian orang – orang
mengartikan origami sebagai seni melipat kertas (Sukmajati, 2008). Hirai (2007) berpendapat
bahwa melipat/origami adalah sebuah seni melipat kertas. Artinya dengan bahan dasar
kertaslah, kreativitas seni ini dilakukan dan dikembangkan. Bila kemudian ada yang

24
menggunakan bahan plastik, aluminium foil, kain dan bahan-bahan lain selain kertas, hal
tersebut merupakan perkembangan selanjutnya yang banyak dilakukan oleh para seniman.
Akan tetapi secara prinsip kertaslah yang menjadi media dasar origami.
Melipat merupakan salah satu kegiatan mencipta seni rupa tiga dimensi. Melipat
biasanya menggunakan kertas. Seni melipat kertas dinamakan juga origami. Kertas tersebut
dapat dibuat berbagai macam bentuk seperti burung, perahu, bunga, kincir air dan
sebagainya sesuai imajinasi anak (Mulyani, 2017).
Bagi anak usia taman kanak-kanak melipat merupakan salah satu bentuk kegiatan
bermain keatif yang menarik dan menyenangkan. Kegiatan ini dapat mengembangkan
keterampilan motorik halus anak, kompetisi pikir, imajinasi, rasa seni, dan keterampilan
anak. Secara khusus kegiatan melipat bertujuan untuk melatih daya ingat, pengamatan,
keterampilan tangan, mengembangkan daya fantasi, kreasi, ketelitian, kerapian, dan
perasaan keindahan. Keberhasilan melipat terpancar dalam ekspresi anak saat mampu
menyelesaikan lipatannya. Tidak hanya rasa senang yang didapatkan dari kegiatan melipat
namun juga penyaluran kreativitas dan imajinasi anak, dan yang terpenting adalah
keterampilan dalam mengontrol dan melatih motorik halus.
Berkreasi dengan kertas adalah kegiatan yang sangat mengasyikkan. Dengan alat
pendukung seperti gunting, lem, pensil, kawat, benang, karton dan lain- lain, bentuk – bentuk
yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai hiasan dinding, kartu ucapan, album foto, atau
pembungkus kado. Belajar untuk tetap konsentrasi dan fokus dalam mengikuti langkah-
langkah pembuatan suatu model lipatan adalah bentuk belajar sambil bermain. Semua hal
tersebut di atas sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan anak memasuki usia sekolah
(Sumantri, 2010).
Melipat dilakukan dengan cara mengubah lembaran kertas berbentuk bujur
sangkar, empat persegi, atau segi tiga menurut arah atau pola lipatan tertentu secara bertahap
sampai dihasilkan suatu model atau bentuk lipatan yang diinginkan, untuk
memudahkan membuat suatu bentuk/model lipatan perlu diperhatikan dasar-dasar teknik
melipat, tahapan melipat setiap bentuk yang akan dibuat dan kerapian lipatan.
Pentingnya kegiatan melipat bagi anak usia dini adalah sebagai salah satu bekal
ia untuk hidup mandiri dikehidupan selanjutnya. Berawal dari belajar melipat kertas anak
diharapkan mampu melipat baju, melipat tikar ataupun melipat benda-benda lain yang

25
dapat dilipat. Melalui kegaiatan melipat kertas juga dapat mengambangkan
keterampilan motorik halus anak, seperti melatih gerak otot-otot tangan sehingga anak
memiliki kemampuan untuk memegang pensil, meremas kertas, ataupun membentuk benda
dari adonan atau bahan lain.
Jadi dapat dismpulkan bahwa seni melipat kertas atau Origami adalah melipat kertas
untuk membuat suatu model, maka ketika seorang anak berorigami, ia sedang belajar
membuat dari selembar kertas (atau lebih) menjadi sebuah bentuk yang sesuai dengan
kemampuan dan kesukaannya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa origami merupakan
kegiatan seni yang dilakukan dengan menggunakan bahan dasar yang dapat membentuk
sesuatu model yang di inginkan.
2. Dasar-dasar Melipat Kertas
Kegiatan melipat kertas dalam pelaksanaanya haruslah mengikuti tuntunan
dasar-dasar melipat, ini bertujuan agar kegiatan melipat kertas mudah untuk diikuti anak-
anak. Dasar-dasar melipat menurut (Sumanto, 2005) adalah sebagai berikut:
a. Gunakan jenis kertas yang secara khusus dipersiapkan untuk melipat. Kertas lipat
biasanya sudah dikemas dalam bungkus plastik berbentuk bujur sangkar dalam berbagai
ukuran dan wama. Melipat juga dapat menggunakan jenis kertas HVS, kertas koran,
kertas sukung/marmer, kertas payung, kertas buku tulis, dan sejenisnya. Sedangkan
mengenai ukuran dan wamanya dapat disesuaikan dengan bentuk atau model
lipatan yang akan dibuat termasuk melipat dengan menggunakan kertas tissu.
b. Setiap model lipatan, ada yang dibuat dari kertas berbentuk bujur sangkar, bujur
sangkar ganda, empat persegi panjang, dan segi tiga. Misalnya untuk lipatan model
rumah, perahu, bunga, gelas, bola kotak dibuat dengan menggunakan kertas berbentuk
bujur sangkar, model katak lompat menggunakan kertas bujur sangkar ganda.
Lipatan model perahu layar, kapal terbang, mainan topeng mamakai kertas empat persegi
panjang. Lipatan model ikan dapat dibuat dari kertas berbentuk segi tiga. Setiap
model akan dapat dibuat dari kertas berbentuk segi tiga. Setiap model lipatan tidak selalu
menggunakan kertas berbentuk bujur sangkar.
c. Untuk memudahkan melipat berdasakan gambar kerja (pola), kenalilah petujuk dan
langkah-langkah pembuatannya. Petunjuk melipat ditandai dengan garis anak panah
sesuai arah yang dimaksudkan dalam tahapan lipatan. Misalnya lipatan ke tengah,

26
lipatan rangkap, lipatan sudut, hasil lipatan dibalik, hasil lipatan ditarik dan
sebagainya.
d. Kualitas hasil lipatan ditentukan oleh kerapian dan ketepatan teknik melipat, mulai
dari awal sampai selesai.
3. Manfaat Belajar Origami
Adapun kegunaan dan manfaat jika anak diajarkan origami secara konsisten sejak usia
dini menurut Maya (2010) adalah:
a. Anak akan semakin akrab dengan konsep-konsep dan istilah-istilah matematika geometri,
karena pada saat seorang guru menerangkan origami akan sering menggunakan istilah
matematika geometri contohnya: garis, titik, perpotongan 2 buah garis, titik pusat, segi
tiga, dan sebagainya.
b. Bermain origami akan meningkatkan keterampilan motorik halus anak, yaitu dengan
menekan kertas menggunakan ujung-ujung jari merupakan latihan yang efektif untuk
melatih motorik halus anak.
c. Kegiatan melipat ketas juga dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal
bentuk, dari kertas yang dilipat-lipat akan menjadi suatu bentuk benda.
d. Kegiatan melipat membuat anak lebih berimajinasi
e. Kegiatan melipat membantu anak belajar meniru/mengikuti arahan.
f. Kegiatan melipat membantu anak belajar seni/ berkarya
4. Langkah Kerja Melipat
Menurut Sumanto (2005:102) langkah kerja melipat sebagai berikut:
a. Tahap persiapan, dimulai dengan menentukan bentuk, ukuran, dan wama kertas yang
digunakan untuk kegiatan melipat. Juga dipersiapkan bahan pembantu dan alat yang
diperlukan sesuai model yang akan dibuat.
b. Tahap pelaksanaan, yaitu membuat lipatan tahap demi tahap sesuai gambar pola
(gambar kerja) dengan rapi menurut batas setiap tahapan lipatan sampai selesai.
c. Tahap penyelesaian, yaitu melengkapi bagian-bagian tertentu pada hasil lipatan.
Melipat lurus dan melipat miring perlu diberikan sebagai dasar dalam melatih
kemampuan anak pada kegiatan melipat kertas ke berbagai arah atau posisi dengan
menggunakan beberapa ukuran kertas. Melipat lurus dan melipat miring merupakan cara/
pendekatan yang harus dilakukan dalam pembuatan suatu model lipatan.

27
E. Langkah Pembelajaran Pengembangan Keterampilan Motorik Halus Berbasis Media
Audio Visual melalui Kegiatan Melipat atau Origami
Seorang Guru dalam mengajarkan melipat kertas atau origami, hendaknya mengikuti
petunjuk-petunjuk yang ada. Adapun petunjuk mengajarkan melipat kertas atau origami
adalah sebagai berikut:
a. Guru dalam memberikan peragaan langkah- langkah melipat pada anak TK melalui
video tutorial yang telah diunduh pada laman YouTube mengenai cara melipat kertas
origami berbentuk ikan. Selain itu lengkapi peragaan tersebut dengan gambar langkah-
langkah meliputi yang ditempelkan di papan tulis dan contoh hasil melipat yang
sudah jadi dengan baik
b. Setiap tahapan melipat yang sudah dibuat oleh siswa hendaknya diberikan penguatan
oleh guru misalnya “rapikan lipatan", haluskan/setrika lipatan yang sudah dibuat dan
sebagainya
c. Bila siswa sudah selesai membuat satu model/bentuk lipatan dapat diberikan kesempatan
untuk mengulangi melipat lagi agar setiap anak memiliki keterampilan sendiri membuat
lipatan tanpa bantuan bimbingan dari guru.
Metode pembelajaran yang dipakai peneliti yaitu metode demonstrasi. Metode
pembelajaran adalah cara yangdilakukan guru untuk membelajarkan anak agar mencapai
kompetensi yang ditetapkan (Samsudin, 2008). Metode demonstrasi dilakukan dengan cara
mempertunjukkan atau memperagakan suatu cara atau suatu keterampilan. Tujuannya agar
anak memahami dan dapat melakukannya dengan benar, misalnya, mengupas buah,
memotong rumput, menahan bunga, mencampur wama, menipu balon kemudian
melepaskannya, menggosok gigi, mencuci tangan, dan lain-lain.

F. Penelitian Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang dijadikan referensi oleh penulis antara lain yaitu
“Upaya Meningkatkan Kemampuan Fisik Motorik Halus Anak Kelompok A Melalui
Kegiatan Melipat dengan Media Kertas” oleh Murwani (2021). Penelitian tersebut
merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian yang dilakukan oleh Murwani
bertujuan untuk Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan fisik motorik
halus pada anak usia dini dengan menggunakan media melipat kertas. Hasil penelitian

28
tersebut menunjukan bahwa terjadi peningkatan prosentase awalnya pada pra siklus anak
sebesar 40% pada siklus I sebesar 60% pada siklus II prosentase meningkat menjadi 80%.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh (Sukartini, 2021) yang berjudul
“Mengembangkan Kemampuan Fisik Motorik Halus Melalui Media Video Tutorial Anak
Kelompok B TK Dharma Wanita Dayu 01 Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar”.
Penelitian tersebut juga merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Kesimpulan penelitian ini
adalah penerapan kegiatan melalui media video tutorial mearna gradasi dapat
mengembangkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B TK Dharma Wanita
Dayu 01 Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil
persentase ketuntasan belajar dari pra tindakan sebesar 13,5%, siklus I sebesar 37.5%, siklus
II sebesar 62.5%, siklus III sebesar 81,25%.
Kesimpulan dari hasil penelitian di atas kaitannya dengan penelitian yang peneliti
lakukan mempunyai hubungan yang identik yaitu tentang meningkatkan keterampilan
motorik halus anak. Sedangkan perbedaan terletak pada penekanan kajian tentang penerapan
kegiatan melipat origami untuk meningkatkan keterampilan motorik halus. Selain itu tempat
penelitian juga berbeda. Dari penelitian yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan dari setiap penelitian yaitu penelitian tersebut di atas walaupun berbeda akan
tetapi masih berhubungan dengan penelitian di atas mendukung penelitian ini. Penelitian
ini menekankan pengembangan keterampilan motorik halus anak berbasis media audio visual
melalui kegiatan melipat kertas atau origami.

29
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian yang menerapkan pendekatan kualitatif. Jenis
penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas
adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Penelitian tindakan kelas
yang direncanakan dalam penelitian ini adalah penerapan metode eksperimen yang
dilaksanakan dalam dua siklus, dengan dua siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu planning
(rencana), action (tindakan), observation (pengamatan) dan reflection (refleksi).

Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

B. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini yaitu kelompok B1 TK Ananda
sebanyak 15 anak yang terdiri dari 7 anak perempuan dan 8 anak laki-laki.

C. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh hasil data yang kuat
maka peneliti menggunakan instrumen penilaian sebagai berikut:
1. Unjuk kerja yang dikaitkan dengan penjelasan rubrik penilaian
Rubrik adalah suatu panduan bagi peneliti untuk melakukan penilaian yang konsisten dan
dapat dipertanggung jawabkan terhadap mutu pekerjaan. Rubrik dapat pula digunakan
sebagai umpan balik terhadap mutu pekerjaan. Di dalam suatu rubric terhadap terdapat satu
set kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja dari suatu pekerjaan atau tugas tertentu

30
oleh individu atau kelompok, serta menyediakan lebih detil grade capaiannya. Dengan
demikian, rubric membantu fasilitator memberikan penilaian lebih objektif sesuai dengan
capaian pembelajaran.
Menurut Kuander (2011: 401) unjuk kerja adalah “penilaian tindakan atau tes praktik
yang secara efektif yang secara efektif dapat digunakan untuk kepantingan pengumpulan
berbagai informasi tentang bentuk bentuk prilaku yang diharapkan muncul dalam diri anak
“penilaian dapat dilakukan dengan mengunakan format penilaian kualitatif atau format
berskala.
Peneliti mengamati dan meminta anak untuk mempraktekan kegiatan melipat kertas
dengan menggunakan media origami dengan baik sehingga menghasilkan bentuk-bentuk
yang indah pada setiap siklus
2. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau
peninjauan secara cermat dan langsung di kelas. Observasi dalam penelitian ini memperoleh
informasi tentang keadaan anak dalam meningkatkan keterampilan motoric halus anak
berbasis media audio visual melalui kegiatan melipat kertas warna pada kelompok B di TK
Ananda. Observasi yang akan dilihat yaitu observasi aktivitas guru dan aktivitas anak. Alat
yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah lembar instrumen
observasi

D. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian menurut Bogdan (Sugiyono, 2009), menyatakan
bahwa analisis data adalah menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
observasi selama penelitian berlangsung dan catatan lapangan sehingga dapat mudah
dipahami dan hasil temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Sesuai dengan
pendekatan penelitian kualitatif, maka data yang diperoleh dalam penlitian ini dianalisis
secara analisis kualititatif pula.
Teknik analisis data berlangsung dari awal penelitian yaitu mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis. Alat
yang digunakan untuk mengobservasi aktivitas guru dan aktivitas anak berupa skor dengan
rumus sebagai berikut:

31
f
P= x 100 %
N

Keterangan:
P : Angka persentase
f : Skor yang diperoleh atau kemampuan yang dicapai anak
N : Nilai maksimal dikalikan dengan jumlah seluruh anak

Untuk mengetahui persentase tersebut digunakan kriteria sebagai berikut:


80% - 100% : Sangat Baik
56% - 79% : Baik
26% - 55% : Cukup
0% - 25% : Kurang
(Sudjana, 2013)
Adapun indikator penelitian dikatakan berhasil apabila 80% dari jumlah anak
mendapatkan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) atau Berkembang Sesuai Harapan
(BSH) dari peningkatan keterampilan motoric halus anak berbasis media audio visual melalui
kegiatan melipat warna, jika belum berhasil maka akan dilanjutkan pada siklus II.

E. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini sama disetiap siklusnya. Penelitian dikatakan
selesai jika sudah mencapai indikator keberhasilan. Setiap siklus dalam penelitian ini
terdapat empat langkah dan dilaksanakan secara sistematis dengan perencanaan yang telah
ditentukan, diantaranya:
1. Perencanaan
Beberapa langkah yang dilaksanakan dalam perencanaan penelitian tindakan kelas
ini adalah:
a) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) pembelajaran untuk
meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan melipat kertas
b) Menyiapkan media dan alat untuk kegiatan melipat kertas c. Menyiapkan lembar
observasi dan lembar evaluasi
2. Pelaksanaan

32
Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti mengamati apa yang sudah dirumuskan,
direncanakan dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH), dan disetujui untuk dilakukan
tindakan.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan penelitian. Jadi saat peneliti
rnelakukan penelitian, pengarnatan juga dilakukan. Pengamatan dalarn penelitian ini adalah
pengumpulan data yang bertujuan untuk rnengetahui pencapaian sasaran dari tindakan yang
telah dilaksanakan. Kegiatan pengarnatan ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Peneliti rnenyiapkan lernbar observasi untuk rnencatat pernbelajaran yang
dilaksanakan.
b) Peneliti rnencatat aktivitas peserta didik yang berlangsung dalarn pernbelajaran
secara keseluruhan.
c) Peneliti rnengumpulkan data hasil pengarnatan.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan peneliti untuk rnenganalisis data-data yang telah terkurnpul. Dengan
melihat hasil dari pengarnatan, selanjutnya peneliti mengarnbil kesimpulan untuk
melakukan tindakan selanjutnya yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya.

33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TK Ananda pda kelompok B1. Kegiatan belajar berlangsung
deilakukan di dlaam kelas dengan jumlah 15 anak. Penelitian ini dilaksanakan pada semester
ganjil Tahun Ajan 2020/2021 dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan motoric halus
anak berbasis media audio visual melalui kegiatan melipat kertas warna.

1. Paparan Pratindakan
Hasil penelitian dilaksanakan berdasarkan prosedur penelitian tindakan kelas melalui
kegiatan melipat kertas untuk meningkatkan motorik halus anak di RA Nurul Huda
Semarang pada Kelompok B. Hasil penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut: Hasil
pengamatan awal dapat disimpulkan bahwa Anak-anak di RA Nurul Huda Semarang ini
kurang menyukai kegiatan melipat kertas, oleh karena itu untuk meningkatkan kegiatan
tersebut harus sering dilatih agar anak terampil dalam melipat atau pun membuat kreasi
sendiri.

Hasil pengamatan peneliti terhadap peningkatan pemahaman melipat kertas pada anak
melalui kegiatan melipat sebelum diberikan tindakan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Kemampuan awal siswa pratindakan
Kriteria
No Nama Ketelitia Rata-rata Keterangan
Kerapian Kecepatan
n
1. A1 MB MB BB MB Tidak Tuntas
2. A2 BSH BSH BSH BSH Tuntas
3. A3 BB BB BB BB Tidak Tuntas
4. A4 MB MB MB MB Tidak Tuntas
5. A5 BSH MB BSH BSH Tuntas
6. A6 MB BB BB BB Tidak Tuntas
7. A7 BSH BSH MB BSH Tuntas
8. A8 BSH BSH MB BSH Tuntas
9. A9 MB MB MB MB Tidak Tuntas
10. A10 BSH BSH BSH BSH Tuntas
11. A11 MB BB BB BB Tidak Tuntas
12. A12 MB MB MB MB Tidak Tuntas
13. A13 BSH MB BSH BSH Tuntas

34
14. A14 MB MB MB MB Tidak Tuntas
15. A15 BSH BSH BSH BSH Tuntas
Jumlah Anak 7 5 5 7
Tuntas
Persentase 46,67% 33,33% 33,33% 46,67%
Sumber: Hasil Penelitian di TK Ananda (2021)

Tabel 4.1 menunjukkan data kemampuan awal siswa dalam hal melipat kertas.
Berdasarkan hasil data pratindakan pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa untuk kriteria
ketelitian, anak yang tuntas berjumlah 7 orang, kriteria kerapian hanya berjumlah 5 orang,
dan untuk kriteria kecepatan yaitu sebanyak 5 orang saja. Secara keseluruhan, hasil perolehan
data menunjukkan hanya terdapat sebanyak 7 orang anak yang masuk dalam kategori tuntas
yaitu sekitar 46,67%.

2. Paparan Data Siklus 1


Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaa,
pelakasanaan, observasi, dan refleksi.

a) Perencanaan Siklus 1

Perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan sesuai dengan perencanaan


pembelajaran yang telah disusun. Adapun tahap perencanaan pada siklus I meliputi
kegiatan sebagai berikut:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harian (RPPH) untuk dua kali
pertemuan dengan tema binatang. RPPH digunakan oleh peneliti (guru) sebagai
acuan dan penyampaian yang akan dilaksanakan di siklus I
2) Menyiapkan lembar observasi guru dan anak yang akan digunakan untuk
memperoleh data selama penelitian berlangsung
3) Menyiapkan lembar penilaian dan rubrik penilaian kemampuan motoric halus anak
4) Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk penelitian yaitu laptop,
infokus, dan video tutorial
5) Mempersiapkan media yang akan digunakan dalam penelitian berupa kertas warna
dan gambar binatang
6) Menyiapkan perlengkapan peralatan dokumentasi kegiatan pembelajaran yang akan
berlangsung seperti kamera handphone.

35
b) Pelaksanaan Siklus I
Siklus I terdiri dari dua kali pertemuan. Pertemuan I dilaksanakan pada hari senin, 4
Oktober 2021 dengan mengambil subtema binatang yang hidup di darat. Sedangkan
perttemuan II dilaksanakan pada hari selasa, 5 Oktober 2021 dengan subtema binatang yang
bisa terbang. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk penelitian. Video yang digunakan dalam penelitian ini yaitu video yang
telah di unduh dari laman Youtube dengan link https://www.youtube.com/watch?
v=exJA2V394L4 dan https://www.youtube.com/watch?v=S1b8QVRtpUU. Video yang telah
diunduh dari YouTube kemudian ditampilkan melalui infokus, ini bertujuan untuk menarik
perhatian anak dan agar anak dapat melihat secara lebih jelas tahapan-tahapan dalam melipat.
Adapun media yang digunakan untuk melipat kertas adalah kertas warna (origami).
1) Tindakan 1 (Pertemuan I)
A. Kegiatan Pembuka
1. Menyiapkan anak berbaris untuk masuk kelas
2. Salam, do’a, menyanyikan lagu pembuka, Ikrar
3. Guru mengkondisikan anak duduk di tempat masing-masing
4. Guru memperkenalkan tema dan sub tema hari ini
5. Guru dan anak bercerita sambil memperlihatkan gambar macam-macam binatang
yang hidup di darat yaitu seperti kucing
6. Guru dan anak memperagakan gerak/jalannya kucing
7. Guru menjelaskan kegiatan inti yang akan dilaksanakan
B. Kegiatan Inti
1. Menjelaskan materi tentang kucing
2. Menonton video tentang tutorial membuat origami kucing
3. Bermain melipat kertas bentuk kucing
4. Bermain mewarnai gambar kucing
5. Bermain menghitung banyak gambar kucing
C. Istirahat
1. Cuci tangan
2. Berdoa sebelum makan
3. Makan bersama

36
4. Berdoa sesudah makan
D. Recalling
1. Bertanya bagaimana perasaan anak
2. Tanya jawab tentang materi kucing
3. Bernyanyi
E. Kegiatan Penutup
1. Berdoa sebelum pulang
2. Menginformasikan kegiatan besok pagi
3. Memberikan pesan kepada anak
4. Salam
5. Pulang

2) Tindakan 2 (Pertemuan I)
A. Kegiatan Pembuka
1. Menyiapkan anak berbaris untuk masuk kelas
2. Salam, do’a, menyanyikan lagu pembuka, Ikrar
3. Guru mengkondisikan anak duduk di tempat masing-masing
4. Guru memperkenalkan tema dan sub tema hari ini
5. Guru dan anak bercerita sambil memperlihatkan gambar macam-macam binatang
yang hidup di udara (bisa terbang) yaitu seperti burung
6. Guru dan anak menyanyikan lagu
7. Guru menjelaskan kegiatan inti yang akan dilaksanakan
B. Kegiatan Inti
1. Menjelaskan materi tentang burung
2. Menonton video tentang tutorial membuat origami burung
3. Bermain melipat kertas bentuk burung
4. Bermain melengkapi kotak bagian tubuh burung
5. Bermain mengurutkan gambar burung dari yang terkecil sampai yang terbesar
C. Istirahat
1. Cuci tangan
2. Berdoa sebelum makan

37
3. Makan bersama
4. Berdoa sesudah makan
D. Recalling
1. Bertanya bagaimana perasaan anak
2. Tanya jawab tentang materi burung
3. Bernyanyi
E. Kegiatan Penutup
1. Berdoa sebelum pulang
2. Menginformasikan kegiatan besok pagi
3. Memberikan pesan kepada anak
4. Salam
5. Pulang
c) Pengamatan Siklus I
Pada tahap observasi ini, pengamat mengamati aktivitas guru dan anak selama proses
pembelajaran melipat kertas warna berbantuan video tutorial. Pengamatan dilakukan dengan
mengisi lembar observasi yang telah disediakan peneliti.
1) Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dan Anak Siklus I Tindakan 1
Observasi aktivitas guru (peneliti) dilakukan pada saat yang bersamaan dengan mengisi
lembar observasi guru yang sudah disiapkan. Observasi dilakukan oleh 2 orang
pengamat. Pengamat mengamati segala kegiatan guru dan menyesuaikan dengan lembar
observasi aktivitas guru. Adapun hasil observasi aktivitas guru pada siklus I tindakan 1
dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Tindakan 1

Skor
No Aspek Yang Diamati
P1 P2
1. Guru menerapkan SOP pembuka 5 4
2. Guru mengajak anak berdiskusi tentang hewan yang hidup 4 4
di darat
3. Guru mengajak anak berdiskusi tentang makanan binatang 4 4
4. Guru mengajak anak melakukan gerak/jalannya binatang 4 4
5. Guru mengenalkan kegiatan main dan aturan yang 4 4
digunakan selama bermain
6. Guru meminta anak membedakan suara-suara binatang 4 5

38
Skor
No Aspek Yang Diamati
P1 P2
darat seperti kucing
7. Guru membagikan kertas warna untuk melipat 5 5
8. Guru memusatkan perhatian dan konsentrasi anak pada 3 3
dinding proyeksi infokus
9. Guru memutar video cara melipat origami bentuk kucing 4 4
10. Guru mencontohkan kembali cara melipat bentuk kucing 3 3
11. Guru membimbing anak melakukan kegiatan melipat 3 4
bentuk kucing secara bersama-sama
12. Guru membimbing anak menunjukkan dan menceritakan 3 4
hasil karyanya
13. Guru mengevaluasi hasil karya anak 4 4
14. Guru mengajak anak untuk membereskan peralatan yang 4 4
telah digunakan selama proses pembelajaran
15. Guru mengajak anak berdiskusi tentang perasaan diri 4 4
selama melakukan kegiatan main
16. Guru bercerita pendek yang berisi pesan-pesan 4 4
17. Guru menerapkan SOP penutupan 5 4
Jumlah 67 68
Skor Maksimal 85 85
Persentase 78,82% 80%
Persentase Rata-rata 79,41 %
Sumber: Hasil Penelitian di TK Ananda (2021)

Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa 17 aspek
yang diamati terdapat 4 aspek yang memiliki skor rendah clari aspek yang lain yaitu "guru
memusatkan perhatian dan konsentrasi anak pada dinding proyeksi infokus, guru
mencontohkan kembali cara melipat bentuk kepala kucing, guru membimbing anak
melakukan kegiatan melipat bentuk kepala kucing secara bersama-sama dan guru
membimbing anak menunjukkan dan menceritakan hasil karyanya". Hal ini menunjukkan
bahwa guru belum dapat menjelaskan cara melipat kertas kepada anak dengan baik.
Penjelasan yang diberikan guru terlalu cepat dan tidak berurutan sehingga anak kurang
paham. Selain itu, guru juga masih kurang dalam membimbing anak baik dlaam melipat
ataupun dalam menunjukkan hasil karyanya.

Berdasarkan Tabel 4.2 juga dapat dilihat bahwa persentase yang diperoleh pengamat I
untuk aktivitas guru pada siklus I tindakan 1 adalah 78,82%, sedangkan persentase yang
diperoleh pengamat 2 untuk aktivitas guru pada siklus I tindakan 1 adalah 80.00%.

39
Berdasarkan hasil yang diperoleh oleh kedua pengamat tersebut, maka persentase rata-rata
aktivitas guru pada siklus I tindakan 1 adalah 79,41%. Persentase tersebut tennasuk kategori
baik, namun belum memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu > 80%.

Pelaksanaan observasi terhadap aktivitas anak dilakukan bersamaan dengan kegiatan


pembelajaran dan juga bersamaan dengan observasi aktivitas guru. Adapun hasil observasi
aktivitas anak pada siklus I tindakan 1 dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Anak Siklus I Tindakan 1


Skor
No Aspek Yang Diamati
P1 P2
1. Anak melakukan SOP pembuka 4 4
2. Anak berdiskusi tentang hewan yang hidup di darat 3 3
3. Anak berdiskusi tentang makanan binatang 4 4
4. Anak berdiskusi anak melakukan gerak/jalannya binatang 5 5
5. Anak memperhatikan kegiatan main dan aturan yang 4 4
digunakan selama bermain
6. Anak membedakan suara-suara binatang darat seperti kucing 5 5
7. Anak mengambil kertas warna untuk melipat dari guru 4 4
secara bergantian
8. Anak memusatkan perhatian dan konsentrasi pada dinding 4 4
proyeksi infokus
9. Anak menonton dan memperhatikan video cara melipat 3 3
origami bentuk kucing
10. Anak memperhatikan cara guru mencontohkan kembali cara 3 3
melipat bentuk kucing
11. Anak melakukan kegiatan melipat bentuk kucing secara 3 3
bersama-sama
12. Anak menunjukkan dan menceritakan hasil karyanya 3 3
13. Anak mengevaluasi hasil karyanya bersama guru 3 4
14. Anak membereskan peralatan yang telah digunakan selama 4 4
proses pembelajaran
15. Anak berdiskusi tentang perasaan diri selama melakukan 3 3
kegiatan main
16. Anak mendengarkan pesan-pesan pendek yang disampaikan 4 4
oleh guru
17. Anak melakukan kegiatan SOP penutupan 4 4
Jumlah 63 64
Skor Maksimal 85 85
Persentase 74,11% 75, 29%
Persentase Rata-rata 74,70 %

40
Sumber: Hasil Penelitian di TK Ananda (2021)

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa persentase yang diperoleh pengamat I untuk
aktivitas anak pada siklus I tindakan 1 adalah 74,11%, sedangkan dengan persentase yang
diperoleh pengamat 2 adalah 75,29%. Berdasarkan hasil yang diperoleh oleh kedua pengamat
tersebut, maka persentase rata-rata aktivitas anak pada siklus I tindakan 1 adalah 74,70%.
Persentase tersebut termasuk kategori baik, namun belum memenuhi kriteria yang ditetapkan
yaitu > 80%.

Berdasarkan hasil observasi seperti pada Tabel 4.3 di atas, juga diketahui bahwa terdapat
7 aspek dari 17 aspek yang memperoleh skor rendah. Pada awal pembelajaran, anak terlihat
bersemangat dalam mengikuti pelajaran seperti saat guru meminta membaca doa. Anak
tampak asyik bermain saat guru menanyakan tentang hewan-hewan yang hidup di darat
sehingga hanya beberapa anak yang mendengarkan guru. Namun kemudian saat guru
meminta anak melakukan gerak/jalannya binatang, semua anak tampak bersemangat dan
senang.

Antusiasme dan semangat tampak sampai kegiatan mengambil kertas. Kemudian saat
guru menghidupkan infokus, anak terlihat bersemangat dan tertarik untuk menonton
tayangan yang akan ditampilkan pada video tersebut. Namun pada saat anak mengikuti cara
tutor melipat kertas bentuk kucing, anak kurang memperhatikan dan merasa kesulitan
sehingga maka menjadi kurang mengerti. Selanjutnya pada saat anak melakukan kegiatan
melipat seperti yang dicontohkan guru, banyak anak yang tidak bisa melipat dengan baik.
Saat guru meminta menunjukkan hasil karya, anak kurang percaya diri dalam menunjukkan
hasil karyanya.

2) Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dan Anak Siklus I Tindakan 2

Pengamatan pada siklus I tindakan 2 juga dilakukan bersamaan dengan kegiatan


pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh dua orang pengamat dengan mengisi lembar
observasi yang telah disediakan oleh peneliti. Berdasarkan hasil pengarnatan diketahui
bahwa aktivitas guru dan anak dalam pembelajaran menjadi lebih baik

41
Adapun hasil observasi kegiatan guru pada siklus I tindakan 2 dapat dilihat pada Tabel
4.4 berikut.

Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Tindakan 2


Skor
No Aspek Yang Diamati
P1 P2
1. Guru menerapkan SOP pembuka 5 4
2. Guru mengajak anak berdiskusi tentang binatang yang bisa 4 4
terbang
3. Guru mengajak anak berdiskusi tentang ciri-ciri binatang 4 4
yang bisa terbang
4. Guru mengajak anak melakukan gerak binatang yang bisa 4 5
terbang
5. Guru mengenalkan kegiatan main dan aturan yang digunakan 4 4
selama bermain
6. Guru meminta anak membedakan suara-suara burung 4 4
7. Guru membagikan kertas warna untuk melipat 5 5
8. Guru memusatkan perhatian dan konsentrasi anak pada 3 4
dinding proyeksi infokus
9. Guru memutar video cara melipat origami bentuk burung 4 4
10. Guru mencontohkan kembali cara melipat bentuk burung 4 4
11. Guru membimbing anak melakukan kegiatan melipat bentuk 3 4
burung secara bersama-sama
12. Guru membimbing anak menunjukkan dan menceritakan 3 4
hasil karyanya
13. Guru mengevaluasi hasil karya anak 4 4
14. Guru mengajak anak untuk membereskan peralatan yang 4 4
telah digunakan selama proses pembelajaran
15. Guru mengajak anak berdiskusi tentang perasaan diri selama 4 4
melakukan kegiatan main
16. Guru bercerita pendek yang berisi pesan-pesan 4 4
17. Guru menerapkan SOP penutupan 5 4
Jumlah 68 69
Skor Maksimal 85 85
Persentase 80% 82,35%
Persentase Rata-rata 81,17 %
Sumber: Hasil Penelitian di TK Ananda (2021)

Hasil observasi aktivitas seperti yang terlihat pada Tabel 4.4 di atas menunjukkan
bahwa persentase yang diperoleh oleh pengamat 1 adalah 80% dan persentase yang diperoleh
oleh pengamat 2 adalah 82,35%. Sehingga persentase rata-rata untuk aktivitas guru pada

42
tindakan 2 siklus I adalah sebesar 81,17%. Persentase tersebut termasuk kategori sangat
baik dan telah memenuhi kriteria keberhasilan proses pembelajaran yang ditetapkan, yaitu >
80%.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa aktivitas guru pada
pembelajaran siklus I tindakan 2 sudah mengalami peningkatan. Guru menjelaskan cara
melipat kertas dengan baik dan secara perlahan kepada anak sehingga anak dapat mendengar
dan memahaminya. Selain itu guru juga berusaha membimbing anak berdiskusi dan juga
berusaha membangkitkan semangat anak untuk mengikuti pembelajaran.

Adapun untuk mengetahui hasil observasi aktivitas anak dalam pembelajaran siklus I
tindakan 2 dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Anak Siklus I Tindakan 2


Skor
No Aspek Yang Diamati
P1 P2
1. Anak melakukan SOP pembuka 4 4
2. Anak berdiskusi tentang binatang yang bisa terbang 4 4
3. Anak berdiskusi tentang ciri-ciri binatang yang bisa terbang 4 4
4. Anak berdiskusi anak melakukan gerakan binatang yang bisa 4 5
terbang
5. Anak memperhatikan kegiatan main dan aturan yang 4 4
digunakan selama bermain
6. Anak membedakan suara-suara burung 5 4
7. Anak mengambil kertas warna untuk melipat dari guru 4 4
secara bergantian
8. Anak memusatkan perhatian dan konsentrasi pada dinding 4 4
proyeksi infokus
9. Anak menonton dan memperhatikan video cara melipat 4 4
origami bentuk burung
10. Anak memperhatikan cara guru mencontohkan kembali cara 4 3
melipat bentuk burung
11. Anak melakukan kegiatan melipat bentuk burung secara 3 4
bersama-sama
12. Anak menunjukkan dan menceritakan hasil karyanya 3 3
13. Anak mengevaluasi hasil karyanya bersama guru 3 3
14. Anak membereskan peralatan yang telah digunakan selama 4 4
proses pembelajaran
15. Anak berdiskusi tentang perasaan diri selama melakukan 4 3
kegiatan main

43
Skor
No Aspek Yang Diamati
P1 P2
16. Anak mendengarkan pesan-pesan pendek yang disampaikan 4 4
oleh guru
17. Anak melakukan kegiatan SOP penutupan 4 4
Jumlah 66 65
Skor Maksimal 85 85
Persentase 77,64% 76, 47%
Persentase Rata-rata 77,05 %
Sumber: Hasil Penelitian di TK Ananda (2021)

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa persentase yang diperoleh pengamat 1
untuk aktivitas anak pada siklus I tindakan 2 adalah 77,64%, sedangkan persentase
yang diperoleh pengamat 2 adalah 76, 47%. Berdasarkan hasil yang diperoleh oleh kedua
pengamat tersebut, maka persentase rata-rata aktivitas anak pada siklus I tindakan 2
adalah 77,05%. Persentase tersebut termasuk kategori baik, namun belum memenuhi
kriteria yang ditetapkan yaitu ≥ 80%

Berdasarkan hasil observasi terscbut, diketahui bahwa anak belum sepenuhnya


terlibat dalam pembelajaran. Beberapa anak tcrlihat asyik bermain dan ada anak yang
hanya duduk diam saja. Ada juga anak yang suka berbicara keras-keras. Beberapa anak juga
belum terlihat dapat melipat kertas membentuk burung dengan baik. anak cenderung
melipat ke arah yang salah dan sesuai dengan lipatan yang sebenarnya.

3) Hasil Penilaian Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus I

Hasil tes kemampuan motorik halus anak diperoleh dari hasil unjuk kerja yang
dilakukan selama proses pembelajaran. Guru memberikan penilaian kepada anak
berdasarkan hasil unjuk kerja anak dan hasil karya anak melalui kegiatan melipat kertas
warna. Hasil penilaian pengembangan motorik halus anak berbasis media audio visual
melalui kegiatan melipat kertas warna pada siklus I tindakan I dan II dapat dilihat pada
gambar berikut ini.

44
Persentase Ketuntasan Motorik Halus Anak Siklus I
60
60
50
46.67
40

30

20

10

0
Tindakan 1 Tindakan 2
Gambar 4.1. Persentase ketuntasan motorik halus anak pada siklus 1

Berdasarkan Gambar 4.1, diketahui bahwa perolehan persentase ketuntasan


belajar anak dalam pengembangan motorik halus berbasis media audio visual melalui
kegiatan melipat kertas warna pada tindakan 1 adalah 46,67% dari 15 anak atau sekitar 7
anak yang memproleh nilai BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ataupun BSB
(Berkembang Sangat Baik). Pada tindakan II persentase ketuntasan meningkat menjadi
60,00% (9 anak). Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa persentase perolehan tersebut
belum mencapai ≥ 85%.

Hasil unjuk kerja kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan melipat kertas
warna juga dapat dilihat dari setiap aspek motorik halus yaitu ketelitian, kerapian dan
kecepatan. Adapun hasil dari setiap aspek motorik halus tersebut pada tindakan 1 dan 2
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Persentase kemampuan motorik halus per indikator pada siklus I
Indikator Motorik Halus Tindakan 1 Tindakan 2
Ketelitian 46,67% 53,33%
Kerapian 33,33% 53,33%
Kecepatan 33,33% 46,67%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui persentase ketuntasan setiap indikator motorik halus
mengalami peningkatan dari tindakan 1 ke tindakan 2. Indikator ketelitian pada tindakan l
memperoleh nilai ketuntasan 46,67% dari 15 anak, pada tindakan 2 meningkat menjadi

45
53,33. Indikator ketelitian memperoleh persentase ketuntasan 33,33% pada tindakan 1, pada
tindakan 2 meningkat menjadi 53,33%. Indikator kecepatan pada tindakan 1 persentase
perolehan ketuntasan belajar anak adalah 33,33% dan pada tindakan II meningkat menjadi
46,67%.

Berdasarkan hasil perolehan persentase ketuntasan belajar anak untuk ketiga


indikator diketahui bahwa pada tindakan 1 anak-anak baru belajar melipat, sehingga anak-
anak kurang teliti dan hanya melipat asal saja. Hasil lipatan anak kurang rapi dan bahkan
tidak menyerupai bentuk kucing. Pada saat melipat anak-anak juga sangat lamban dalam
melakukannya sehingga ketika waktu habis masih terdapat anak yang belum menyelesaikan
lipatannya.

Pada tindakan 2, anak-anak sedikit mengalami perubahan dalarm kegiatan pembelajaran


dan juga dalam melipat kertas warna. Ini terlihat dari hasil unjuk kertas bahwa hampir
setengah dari jumlah anak berkembang sesuai harapan dalam hal melipat kertas warna,
Anak-anak mulai bisa melipat walaupun belum rapi. Terdapat juga sekitar 46,67% anak
sudah dapat melipat dengan kecepatan yang sesuai.

d) Refleksi Siklus I

Peningkatan keterampilan motorik halus pada anak Kelompok B dapat dilihat melalui
persentase yang diperoleh pada siklus I dari tindakan 1 hingga tindakan II. Peneliti dan
kolaborator melakukan diskusi mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan dari pertemuan
pertama sampai pertemuan kedua kemudian menjabarkan permasalahan apa saja yang
menjadi kendala pada siklus I sehingga . belum dapat mencapai target yang ditetapkan.
Berdasarkan hasil observasi dan hasil unjuk kerja anak, diketahui beberapa hal sebagai
berikut:

1. Berdasarkan unjuk kerja motorik halus anak pada tindakan 2 siklus I diperoleh 60,00%
anak telah menacapai ketuntasan yang ditetapkan yaitu mendapat nilai BSB atau BSH.
Namun, persentase tersebut belum sesuai dengan harapan peneliti yaitu anak yang
tuntas mencapai > 85%, sehingga penelitian pada siklus I belum berhasil.

46
2. Aktivitas guru pada tindakan terakhir siklus I adalah sebesar 82,50% dengan kategoti
sangat baik. Persentase tersebut telah mencapai kriteria persentase yang diharapkan
yaitu 80%.
3. Aktivitas anak pada tindakan terakhir siklus I termasuk kategori baik dengan persentase
77,50%. Persentase tersebut belum mencapai kriteria persentase yang diharapkan yaitu
80%.

Dengan melihat hasil yang diperoleh pada pelaksanaan siklus I, disimpulkan bahwa
kriteria pembelajaran belum mencapai indikator keberhasilan yang diinginkan, sehingga
pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya.

3. Paparan Data Siklus II


a. Perencanaan Siklus II
Perencanaan tindakan Siklus ll dalam membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran
yang disusun oleh peneliti. Tahapan pada Siklus II ini antara lain:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) untuk dua kali
pertemuan
2) Menyiapkan lembar observasi guru dan anak yang akan digunakan untuk
memperoleh data selama penelitian berlangsung.
3) Menyiapkan lembar penilaian dan rubrik penilaian kemampuan motorik halus anak.
4) Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk penelitian yaitu laptop,
infokus, dan video tutorial.
5) Mempersiapkan media yang diperlukan untuk penelitian. Media yang disiapkan
berupa kertas warna.
6) Menyiapkan perlengkapan peralatan dokumentasi kegiatan pembelajaran yang akan
berlangsung seperti kamera handphone.
b. Pelaksanaan Siklus II
Siklus II terdiri atas 2 kali pertemuan, pembelajaran dimulai dari pukul 08.00-10.30
WIB. Hasil penelitian dalam siklus ini diperoleh melalui tahap observasi, pengisian
lembar checklist, dan dokumentasi. Penyajian tindakan Siklus II adalah sebagai
berikut:
1) Tindakan 1 (Pertemuan I)

47
A. Kegiatan Pembuka
1. Menyiapkan anak berbaris untuk masuk kelas
2. Salam, do’a, menyanyikan lagu pembuka, Ikrar
3. Guru mengkondisikan anak duduk di tempat masing-masing
4. Guru memperkenalkan tema dan sub tema hari ini
5. Guru dan anak berdiskusi tentang ikan dan ciri-ciri ikan
6. Guru dan anak melakukan permainan menjaring ikan
7. Guru menjelaskan kegiatan inti yang akan dilaksanakan
B. Kegiatan Inti
1. Menjelaskan materi tentang ikan
2. Menonton video tentang tutorial membuat origami bentuk ikan
3. Bermain melipat kertas bentuk ikan
4. Bermain mewarnai gambar ikan
5. Mengurutkan gambar ikan dari kecil-besar
C. Istirahat
1. Cuci tangan
2. Berdoa sebelum makan
3. Makan bersama
4. Berdoa sesudah makan
D. Recalling
1. Bertanya bagaimana perasaan anak
2. Tanya jawab tentang materi ikan
3. Bernyanyi
E. Kegiatan Penutup
1. Berdoa sebelum pulang
2. Menginformasikan kegiatan besok pagi
3. Memberikan pesan kepada anak
4. Salam
5. Pulang

2) Tindakan 2 (Pertemuan I)

48
A. Kegiatan Pembuka
1. Menyiapkan anak berbaris untuk masuk kelas
2. Salam, do’a, menyanyikan lagu pembuka, Ikrar
3. Guru mengkondisikan anak duduk di tempat masing-masing
4. Guru memperkenalkan tema dan sub tema hari ini
5. Guru dan anak berdiskusi ciri-ciri binatang laut
6. Guru dan anak menyanyikan lagu “baby shark”
7. Guru menjelaskan kegiatan inti yang akan dilaksanakan
B. Kegiatan Inti
1. Menjelaskan materi tentang binatang laut
2. Menonton video tentang tutorial membuat origami ikan pari
3. Bermain melipat kertas bentuk ikan pari
4. Menulis kata “ikan pari”
5. Menghitung banyak gambar ikan pari
C. Istirahat
1. Cuci tangan
2. Berdoa sebelum makan
3. Makan bersama
4. Berdoa sesudah makan
D. Recalling
1. Bertanya bagaimana perasaan anak
2. Tanya jawab tentang materi binatang laut
3. Bernyanyi
E. Kegiatan Penutup
1. Berdoa sebelum pulang
2. Menginformasikan kegiatan besok pagi
3. Memberikan pesan kepada anak
4. Salam
5. Pulang
c. Pengamatan Siklus II

49
Pada tahap obeservasi ini pengamat mengamati aktivitas guru dan anak selama proses
pembelajaran melalui kegiatan melipat kertas warna. Pengamatan dilakukan pada setiap
pertemuan dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan peneliti.
1) Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dan Anak Siklus II Tindakan 1
Observasi ini dilakukan dengan cara mengamati aktivitas guru ketika proses
pembelajaran mengembangkan motorik halus melalui kegiatan melipat kertas wama yang
dimulai dari awal hingga akhir pembelajaran. Adapun hasil observasi aktivitas guru pada
siklus ll tindakan 1 dapat dilihat pada Tabet 4.7 berikut.
Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas guru Siklus II Tindakan 1
N Skor
Aspek Yang Diamati
o P1 P2
1. Guru menerapkan SOP pembuka 5 4
2. Guru mengajak anak berdiskusi tentang jenis ikan 4 4
3. Guru mengajak anak berdiskusi tentang ciri-ciri ikan 4 4
4. Guru mengajak anak melakukan permainan menjaring 5 4
ikan
5. Guru mengenalkan kegiatan main dan aturan yang 5 4
digunakan selama bermain
6. Guru meminta anak mengurutkan gambar ikan dari ukuran 4 5
kecil-besar
7. Guru membagikan kertas warna untuk melipat 5 5
8. Guru memusatkan perhatian dan konsentrasi anak pada 4 4
dinding proyeksi infokus
9. Guru memutar video cara melipat origami bentuk ikan 4 4
10. Guru mencontohkan kembali cara melipat bentuk ikan 4 4
11. Guru membimbing anak melakukan kegiatan melipat 4 4
bentuk ikan secara bersama-sama
12. Guru membimbing anak menunjukkan dan menceritakan 4 4
hasil karyanya
13. Guru mengevaluasi hasil karya anak 4 4
14. Guru mengajak anak untuk membereskan peralatan yang 5 4
telah digunakan selama proses pembelajaran
15. Guru mengajak anak berdiskusi tentang perasaan diri 4 4
selama melakukan kegiatan main
16. Guru bercerita pendek yang berisi pesan-pesan 4 5
17. Guru menerapkan SOP penutupan 5 5
Jumlah 74 72
Skor Maksimal 85 85
Persentase 87,05% 84,70%
Persentase Rata-rata 85,88 %

50
Sumber: Hasil Penelitian di TK Ananda (2021)
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa persentase perolehan aktivitas guru pada
siklus II tindakan 1 yang dilakukan oleh dua orang pengamat memperoleh persentase rata-
rata yaitu sebesar 85,88% yang termasuk dalam kategori sangat baik. Persentase
tersebut sudah memenuhi kriteria ketuntasan proses pembelajaran yaitu ≥ 80%. Pada
pelaksanaan tindakan siklus II tindakan 1, guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan
sangat baik. Guru menjelaskan langkah melipat dengan berurutan dan secara perlahan
sehingga anak dapat mengerti. Guru juga membimbing anak dalam melipat dengan baik.
Adapun observasi terhadap aktivitas anak dilakukan bersamaan dengan kegiatan
pembelajaran dan juga bersamaan dengan observasi aktivitas guru. Pada pelaksanaan siklus
II tindakan 1, aktivitas anak dalam pembelajaran mulai membaik dan menunjukkan
peningkatan. Namun, belum memenuhi kriteria keberhasilan proses pembelajaran. Data hasil
observasi aktivitas anak pada siklus II tindakan I dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.8. Hasil Observasi Aktivitas Anak Siklus II Tindakan 1
Skor
No Aspek Yang Diamati
P1 P2
1. Anak melakukan SOP pembuka 4 4
2. Anak berdiskusi tentang jenis ikan 4 4
3. Anak berdiskusi tentang ciri-ciri ikan 4 4
4. Anak melakukan permainan menjaring ikan 4 4
5. Anak memperhatikan kegiatan main dan aturan yang 4 4
digunakan selama bermain
6. Anak mengurutkan gambar ikan dari ukuran kecil-besar 5 4
7. Anak mengambil kertas warna untuk melipat dari guru secara 4 4
bergantian
8. Anak memusatkan perhatian dan konsentrasi pada dinding 4 4
proyeksi infokus
9. Anak menonton dan memperhatikan video cara melipat 4 4
origami bentuk ikan
10. Anak memperhatikan cara guru mencontohkan kembali cara 4 4
melipat bentuk ikan
11. Anak melakukan kegiatan melipat bentuk ikan secara bersama- 3 4
sama
12. Anak menunjukkan dan menceritakan hasil karyanya 4 4
13. Anak mengevaluasi hasil karyanya bersama guru 4 3
14. Anak membereskan peralatan yang telah digunakan selama 4 4
proses pembelajaran

51
Skor
No Aspek Yang Diamati
P1 P2
15. Anak berdiskusi tentang perasaan diri selama melakukan 4 4
kegiatan main
16. Anak mendengarkan pesan-pesan pendek yang disampaikan 4 4
oleh guru
17. Anak melakukan kegiatan SOP penutupan 4 4
Jumlah 68 67
Skor Maksimal 85 85
Persentase 80% 78,82%
Persentase Rata-rata 79,41 %
Sumber: Hasil Penelitian di TK Ananda (2021)
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat persentase rata-rata aktivitas anak pada siklus
II tindakan 1 belum mencapai ≥ 80%. Persentase rata-rata yang diperoleh pada siklus II
tindakan 1 ini hanya mencapai 79,41%. Pada penelitian siklus II, anak mulai
menunjukkan partisipasi aktif dalam pembelajaran. Namun beberapa anak masih terlihat
lamban dalam melipat kertas dan juga malas dalam mengikuti kegiatan diskusi. Anak juga
enggan dalam menunjukkan hasil karyanya.

2) Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dan Anak Siklus II Tindakan 2


Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II tindakan 1 berjalan dengan sangat baik.
aktivitas guru dan anak dalam pembelajaran berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
adapaun untuk melihat hasil observasi aktivitas guru pada pembelajaran siklus II tindakan l
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Tindakan 2
Skor
No Aspek Yang Diamati
P1 P2
1. Guru menerapkan SOP pembuka 5 4
2. Guru mengajak anak berdiskusi binatang laut 5 4
3. Guru mengajak anak berdiskusi tentang ciri-ciri binatang laut 4 5
4. Guru mengajak anak melakukan permainan memancing ikan 5 5
5. Guru mengenalkan kegiatan main dan aturan yang digunakan 5 4
selama bermain
6. Guru meminta anak menghitung kerang 4 5
7. Guru membagikan kertas warna untuk melipat 5 5
8. Guru memusatkan perhatian dan konsentrasi anak pada 5 5
dinding proyeksi infokus
9. Guru memutar video cara melipat origami bentuk ikan pari 5 5
10. Guru mencontohkan kembali cara melipat bentuk ikan pari 5 5

52
Skor
No Aspek Yang Diamati
P1 P2
11. Guru membimbing anak melakukan kegiatan melipat bentuk 4 5
ikan pari secara bersama-sama
12. Guru membimbing anak menunjukkan dan menceritakan hasil 4 4
karyanya
13. Guru mengevaluasi hasil karya anak 4 4
14. Guru mengajak anak untuk membereskan peralatan yang telah 5 4
digunakan selama proses pembelajaran
15. Guru mengajak anak berdiskusi tentang perasaan diri selama 4 5
melakukan kegiatan main
16. Guru bercerita pendek yang berisi pesan-pesan 5 5
17. Guru menerapkan SOP penutupan 5 5
Jumlah 78 78
Skor Maksimal 85 85
Persentase 91,76% 91,76%
Persentase Rata-rata 91,76%
Sumber: Hasil Penelitian di TK Ananda (2021)
Hasil observasi aktivitas guru scperti yang terlihat pada Tabel 4.9 di atas, menunjukkan
bahwa persentase yang diperoleh oleh pengamat 1 dan pengamat 2 adalah 91,76%. Sehingga
persentase rata-rata untuk aktivitas guru pada tindakan 2 siklus II adalah sebesar 91,76%
pula. Persentase tersebut termasuk kategori sangat baik dan telah memenuhi kriteria
keberhasilan proses pembelajaran yang ditetapkan, yaitu > 80%.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa aktivitas guru pada
pembelajaran siklus I tindakan 2 sudah mengalami peningkatan. Guru menjelaskan cara
melipat kertas dengan baik dan secara perlahan kepada anak sehingga anak dapat mendengar
dan memahaminya. Selain itu guru juga berusaha membimbing anak berdiskusi dan juga
berusaha membangkitkan semangat anak untuk mengikuti pembelajaran.

Adapun untuk mengetahui hasil observasi aktivitas anak dalam pembelajaran


siklus II tindakan 2 dapat dilihat pada Tabet 4.10 berikut ini.

Tabel 4.10 Tabel Hasil Observasi Aktivitas Anak Siklus II Tindakan 2


Skor
No Aspek Yang Diamati
P1 P2
1. Anak melakukan SOP pembuka 5 5
2. Anak berdiskusi tentang binatang laut 4 4
3. Anak berdiskusi tentang ciri-ciri binatang laut 4 4

53
Skor
No Aspek Yang Diamati
P1 P2
4. Anak melakukan permainan menjaring ikan 5 5
5. Anak memperhatikan pari kegiatan main dan aturan yang 4 4
digunakan selama bermain
6. Anak menghitung kerang 5 4
7. Anak mengambil kertas warna untuk melipat dari guru 4 5
secara bergantian
8. Anak memusatkan perhatian dan konsentrasi pada dinding 4 4
proyeksi infokus
9. Anak menonton dan memperhatikan pari video cara melipat 5 5
origami bentuk ikan pari
10. Anak memperhatikan pari cara guru mencontohkan kembali 5 5
cara melipat bentuk ikan pari
11. Anak melakukan kegiatan melipat bentuk ikan pari secara 4 4
bersama-sama
12. Anak menunjukkan dan menceritakan hasil karyanya 4 4
13. Anak mengevaluasi hasil karyanya bersama guru 4 4
14. Anak membereskan peralatan yang telah digunakan selama 5 4
proses pembelajaran
15. Anak berdiskusi tentang perasaan diri selama melakukan 4 5
kegiatan main
16. Anak mendengarkan pesan-pesan pendek yang disampaikan 4 5
pari oleh guru
17. Anak melakukan kegiatan SOP penutupan 4 4
Jumlah 74 75
Skor Maksimal 85 85
Persentase 87,05% 88,23%
Persentase Rata-rata 87,64 %
Sumber: Hasil Penelitian di TK Ananda (2021)

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat persentase rata-rata aktivitas anak pada siklus II
tindakan 2 mencapai 87,64%. Pada penelitian siklus II, anak sudah dapat berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran. Anak juga terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam
kegiatan diskusi, permainan, melipat kertas dan juga sudah dapat menceritakan hasil
karyanya.

3) Hasil Pengamatan Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus II


Hasil tes kemampuan motorik halus anak pada siklus II juga diperoleh dari hasil unjuk
kerja yang dilakukan selama proses pembelajaran. Guru memberikan penilaian kepada

54
anak berdasarkan hasil unjuk kerja anak dan hasil karya anak melalui kegiatan melipat
kertas warna. Hasil penilaian pengembangan motorik halus anak berbasis media audio
visual melalui kegiatan melipat kertas wama pada siklus II tindakan 1dan 2 dapat
dilihat pada gambar berikut ini.

Persentase Ketuntasan Motorik Halus Anak pada Siklus II


100
80 86.67
73.33
60

40
20

0
Tindakan 1 Tindakan 2
Gambar 4.2 Persentase ketuntasan motoric halus anak pada siklus II
Berdasarkan Gambar 4.2, diketahui bahwa perolehan persentase ketuntasan belajar anak
dalam pengembangan rnotorik halus anak berbasis media audio visual rnelalui kegiatan
melipat kertas wama pada tindakan 1 siklus II adalah 73,33% dari 15 anak atau sekitar 11
anak yang memproleh nilai BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ataupun BSB
(Berkembang Sangat Baik). Pada tindakan II persentase ketuntasan meningkat menjadi
86,67% atau sekitar 13 anak. Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa persentase
perolehan tersebut telah mencapai 85%.

Hasil unjuk kerja kemampuan motorik halus anak berbasis media audio visual melalui
kegiatan melipat kertas warna juga dapat dilihat dari setiap aspek motorik halus yaitu
ketelitian, kerapian dan kecepatan. Adapun hasil dari setiap aspek motorik halus tersebut
pada tindakan 1 dan II siklus 11 tersebut dapat di lihat pada Tabel 4.11 berikut.

Tabel 4.11 Persentase kemampuan motorik halus per indikator pada siklus I
Indikator Motorik Halus Tindakan 1 Tindakan 2
Ketelitian 73,33% 86,67%
Kerapian 60,00% 86,67%
Kecepatan 53,33% 80,00%

55
Berdasarkan tabel diatas, diketahui persentase ketuntasan setiap indikator motorik
halus mengalami peningkatan dari tindakan 1 ke tindakan II. Indikator ketelitian pada
tindakan siklus II memperoleh nilai ketuntasan 73,33% dari 15 anak, pada tindakan II
meningkat menjadi 86,67%. Indikator kerapian memperoleh persentase ketuntasan 60,00%
pada tindakan 1, pada tindakan II meningkat menjadi 86,67%. Indikator kecepatan dalam
melipat kertas wama pada tindakan 1 adalah 53,33%, dan pada tindakan II meningkat
menjadi 80,00%.
Berdasarkan hasil perolehan persentase ketuntasan belajar anak untuk ketiga indikator
diketahui bahwa pada siklus II, anak mulai terbiasa dalam melipat kertas warna. Anak
menjadi lebih teliti dalam melipat sehingga hasil lipatan menjadi lebih rapi. Anak juga dapat
menyelesaikan lipatannya tepat waktu.

d) Refleksi Siklus II

Refleksi pada penelitian ini adalah evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan selama
Siklus II. Berdasarkan hasil data di atas menunjukkan bahwa perbaikan yang dilakukan pada
Siklus II mengalami peningkatan keterampilan motorik halus pada Kelompok B1 TK
Ananda. Berdasarkan hasil observasi dan hasil unjuk kerja anak, diketahui beberapa hal
sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil unjuk kerja anak dalam melipat kertas wama diperoleh persentase
rata-rata ketuntasan motorik halus anak pada tindakan akhir adalah 86,67%. Persentase
tersebut telah sesuai dengan harapan peneliti yaitu anak yang tuntas mencapai ≥ 85%,
sehingga penelitian pada siklus II berhasil.
2. Aktivitas guru pada siklus II tindakan 2 adalah sebesar 91,75% dengan kategori sangat
baik.
3. Aktivitas anak pada siklus II tindakan 2 termasuk kategori baik dengan persentase
87,64%.

56
Dengan melihat hasil yang diperoleh pada pelaksanaan siklus II, disimpulkan bahwa
kriteria pembelajaran telah mencapai indikator keberhasilan yang diinginkan, sehingga tidak
perlu dilakukan pelaksanaan siklus III.

B. Pembahasan
Hasil penelitian pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa adanya peningkatan
keterampilan motorik halus pada anak Kelompok B1 TK Ananda. Peningkatan keterampilan
motoric halus anak terjadi pada setiap pertemuan. Hal tersebut dapat dilihat dari
peningkatan persentase keterampilan motorik halus anak pada siklus I sebesar 60,00%
pada siklus II meningkat menjadi 86,67%.

Berdasarkan data hasil penilaian unjuk kerja yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa
terjadi peningkatan yang signifikan pada siklus II yaitu keterampilan motorik halus pada
anak kelompok B1 TK Ananda telah indikator keberhasilan yang sudah ditentukan yaitu
sebesar 85%. Pada penelitian tindakan ini peneliti melakukan tindakan melalui kegiatan
melipata kertas warna.

Melipat kertas adalah suatu bentuk karya seni/kerajinan tangan yang umumnya dibuat
dari bahan kertas, dengan tujuan untuk menghasilkan beraneka ragam bentuk mainan,
hiasan, benda fungsional, alat peraga, dan kreasi lainnya (Sumanto, 2005). Selama
penelitian berlangsung, anak-anak antusias dalam mengikuti kegiatan melipat kertas
berbantuan video tutorial. Bagi anak usia Taman Kanak-kanak, kegiatan melipat kertas
merupakan salah satu bentuk kegiatan bermaian kreatif yang menarik dan menyenangkan.
Melalui kegiatan melipat kertas, kompetensi pikir, imajinasi, dan rasa seni anak dapat
dikembangkan. Kegiatan melipat kertas juga dapat meningkatkankan keterampilan motorik
halus anak, seperti melatih gerak otot tangan sehingga anak memiliki kemampuan untuk
memegang pensil, meniru membuat bentuk huruf atau angka, menggambar dan lain
sebagainya.

Keterampilan motorik halus Kelompok BI mengalami peningkatan karena diberikan


stimulus berupa kegiatan melipat kertas dimana anak langsung mempraktekkan melipat
kertas menjadi bentuk benda yang dibantu oleh tayangan video tutorial. Peserta didik akan

57
cepat mengalami peningkatan kemampuannya jika dalam proses pembelajaran anak terlibat
secara langsung dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa aktivitas guru dalam kegiatan


pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada tindakan 1 siklus I
persentase aktivitas guru mencapai 79,41%, pada tindakan 2 siklus I meningkat menjadi
81,17%. Pada siklus II, aktivitas guru dalam pembelajaran menjadi lebih baik lagi, dimana
pada tindakan l siklus II memperoleh persentase 85,88% dan pada tindakan 2 siklus II
memperoleh persentase 91,76%.

Untuk observasi kegiatan anak juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Pada tindakan I siklus I persentase aktivitas anak hanya mencapai 74,70%, pada tindakan 2
siklus I meningkat menjadi 77,05%. Pada siklus II, aktivitas anak dalam pembelajaran
menjadi lebih baik lagi, dimana pada tindakan 1 siklus II memperoleh persentase 79,41% dan
pada tindakan 2 siklus II memperoleh persentase 87,64%.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hairani (2019) menunjukkan bahwa penerapan
melipat kertas dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok A TK
Dharma Wanita Rempung Kee, Pringgasela semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Selain
itu penerapan melipat kertas juga dapat meningkatkan aktivitas belajar para anak pada
kelompok A di TK Dharma Wanita Rempung Kee Pringgasela semester II Tahun Pelajaran
2016/2017 yang dapat dilihat dari peningkatan aktivitas belajar dari siklus I sampai
dengan siklus II, dari kategori belum tutas menjadi kategori Tuntas pada siklus II.

58
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dalam penelitian yang telah
diuraikan, maka peneliti menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Kemampuan motoric halus anak berbasis media audio visual melalui kegiatan melipat
kertas warna mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari tes unjuk kerja anak dimana
pada tindakan 2 siklus I anak yang tuntas hanya 60,00% dan pada tindakan 2 siklus II
meningkat menjadi 86,67%.
2. Hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas anak dalam meningkatkan kemampuan
motoric halus anak berbasis media audio visual melalui kegiatan melipat kertas warna
juga mengalami peningkatan. Pada siklus I perolehan persentase aktivitas guru adalah
81,17% meningkat di siklus II menjadi 91,76%. Selanjutnya untuk observasi aktivitas
anak siklus I mencapai 74,70 % meningkat pada siklus II menjadi 87,64%.

F. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka saran-saran yang dapat
penulis berikan antara lain, yaitu:

1. Bagi pihak sekolah hendaknya memfasilitasi proses kegiatan belajar mengajar dengan
melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan
2. Kepada semua pihak sekolah terutama guru, sudah seharusnya meningkatkan kompetensi
serta membekali diri dengan pengetahuan luas, karena sesungguhnya kompetensi guru
sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar yang pada akhirnya akan
menghasilkan anak yang berprestasi, berakhlakul karimah, dan berbudi pekerti luhur.
Sehingga berdampak positif pada perkembangan dan kemajuan sekolah.
3. Peningkatan kemampuan motorik halus anak akan berkembang lebih baik apabila
melalui pembiasaan dan melalui metode pembelajaran yang lebih bervariasi dan
semenarik mungkin, sebagai salah satu alternatif pembelajaran yaitu dengan metode
pemberian tugas melipat kertas yang diyakini sebagai salah satu pendekatan yang

59
berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak agar dapat
meningkatkan kreativitas, daya imajinasi, dan motivasi belajar anak.

60
DAFTAR PUSTAKA

Aghnaita, A. (2017). Perkembangan Fisik-Motorik Anak 4-5 Tahun Pada Permendikbud no. 137
Tahun 2014 (Kajian Konsep Perkembangan Anak). Al-Athfal: Jurnal Pendidikan Anak,
3(2), 219–234. https://doi.org/10.14421/al-athfal.2017.32-09
Agustina, S., Nasirun, M., & D, D. (2018). Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak
Melalui Bermain dengan Barang Bekas. Jurnal Ilmiah Potensia, 3(1), 24–33.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia/article/view/2963
Amalia, I. A. (2016). Aspek Perkembangan Motorik Dan Hubungannya Dengan Aspek Fisik
Dan Intelektual Anak. AWLADY: Jurnal Pendidikan Anak, 2(1), 1–12.
Daroyah, M., Jaya, M. T. B., & Surahman, M. (2018). engaruh Aktivitas Bermain Senam Fantasi
Terhadap Perkembangan Fisik Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Al-Azhar 16
Bandar Lampung. Jurnal Pendidikan Anak, 4(2).
Kamelia, N. (2019). PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK USIA DINI (STANDAR
TINGKAT PENCAPAIAN PERKEMBANGAN ANAK ) STPPA TERCAPAI di RA
HARAPAN BANGSA MAGUWOHARJO CONDONG CATUR YOGYAKARTA.
KINDERGARTEN: Journal of Islamic Early Childhood Education, 2(2), 112.
https://doi.org/10.24014/kjiece.v2i2.9064
Komaini, A. (2018). KEMAMPUAN MOTORIK ANAK USIA DINI (Edisi Pert). PT RajaGrafindo
Persada.
Munir. (2017). Pembelajaran Digital. In Alfabeta. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_KOM
PUTER/196603252001121-MUNIR/BUKU/Pembelajaran
%2520Digital.pdf&ved=2ahUKEwj-
oITXwpbpAhWf7HMBHYxmDaIQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw3FGMSFjUjBN9Rjd
vb5NBzI&cshid
Purwono, J., Yutmini, S., & Anitah, S. (2018). Penggunaan Media Audio-Visual pada Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pacitan. Jurnal
Teknologi Pendidikan Dan Pembelajaran, 2(2), 127–144.
Puspitaningrum, F. R., Wahyuningsih, S., & Samidi. (2016). Motorik Halus Melalui Media
Realia Pada Anak Kelompok a Tk Tunas Bangsa Pati. Kumara Cendekia, 6(4), 241–248.

61
Qodratillah, M. T., Sitanggang, C., Hardaniwati, M., Amalia, D., Santoso, T., Budiwiyanto, A.,
& Puspita, D. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional.
Setiani, R. E. (2013). Memahami Pola Perkembangan Motorik Pada Anak Usia Dini. INSANIA:
Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 18(3), 455–470.
Suryana, D. (2016). Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi dan Aspek Perkembangan Anak by
Dr. Dadan Suryana (z-lib.org).pdf (Edisi Pert). KENCANA.
Suryana, D. (2018). Dr . Dodon Suryono (Edisi Pert). PRENAMEDIA GROUP.
Susanto. (2015). Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-Kanak. PRENADA MEDIA
GROUP.

62

Anda mungkin juga menyukai