Anda di halaman 1dari 1

Pendekatan Perilaku

Pendekatan perilaku terhadap analisis politik dan sosial berkonsentrasi pada satu pertanyaan tunggal
yakni mengapa orang berkelakuan sebagaimana yang mereka lakukan ? yang membedakan pendekatan
perilaku dengan dengan pendekatan lain adalah bahwa :
(a) perilaku dapat diteliti (observable behaviour) dan
(b) penjelasan apapun tentang perilaku tersebut mudah diuji secara empiris.
Penekanan terhadap observasi dan pengujian empiris menghasilkan dua ciri karakteristik pendekatan
behavioral terhadap penelitian sosial. Yang pertama adalah komitme behavioralisme terhadap penggunaan
sistematis dari semua bukti empiris yang relevan, bukan sekedar himpunan terbatas contoh ilustratiif yang
mendukung. Komitmen ini semata berarti bahwa, ketika suatu pernyataan teoritis tertentu sedang
diinvestigasi, peneliti tidak boleh membatasi dirinya untuk hanya mempertimbangkan kasus-kasus yang
diamatinya yang memberikan dukungan ‘anekdotal’ terhadap klaim teoritis yang sedang dibuat.
Ciri kedua analisis behavioral agak lebih halus implikasinya tapi tidak kurang penting. Hal ini semata bahwa
teori dan penjelasan ilmiah, pada prinsipnya harus mampu difalsifikasi.
Pendekatan perilaku memiliki beberapa kelebihan seperti berikut :
1. Riset behavioral memberikan kontribusi teoritis dan empiris yang sangat besar terhadap pemahaman
dan penjelasan perilaku sosial.
2. Kekuatan analisis behavioral yang meliputi suatu kombinasi yang teliti antara teorisasi yang ketat dan
pengujian empiris yang sistematis menawarkan metodologi yang maju tentang cara aktivisme politik
dapat dipelajari, dan suatu ulasan substantif tentang perubahan pola aktivisme.
3. Menganalisis secara mendalam alasan yang mendasari bentuk utama partisipasi politik massa di negara
demokratis.
Sedangkan kelemahan dalam pendekatan behavioral atau perilaku :
1. Pendekatan perilaku telah membawa efek yang kurang menguntungkan, yakni mendorong para ahli
menekuni masalah-masalah yang kurang penting seperti pemilihan umum (voting studies) dan riset
berdasarkan survey (1960-an).
2. Penganut pendekatan perilaku kurang memberi perhatian pada perubahan (change) dalam masyarakat.
3. Pendekatan perilaku terlalu steril, karena menolak untuk memasukkan nilai-nilai dan norma dalam
penelitian.
4. Pendekatan perilaku juga tidak memiliki relevansi dengan realitas politik dan buta terhadap masalah-
masalah sosial.
Sumber: https://myevilsmile.wordpress.com/

Ilham 042989363

Anda mungkin juga menyukai