Anda di halaman 1dari 13

MENULIS ILMIAH

Pengaruh Bahasa Gaul terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia Mahasiswa UNS


2019

Disusun oleh:

Nurul Sardiyah K1217058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2019
Pengaruh Bahasa Gaul terhadap Penggunaan
Bahasa Indonesia Mahasiswa UNS 2019
NURUL SARDIYAH
Universitas Sebelas Maret
nurul_sardiyah@yahoo.com
ABSTRACT
Technological advances have a variety of impacts on life today, both positively and
negatively. In terms of communication, technological advances are certainly
positive. Because technology will bring up increasingly sophisticated and faster
means of communication. Unlike about 10 years ago, for the sake of asking for
news, it had to go through a letter that took a long process. It is not only
increasingly sophisticated means of communication, but the influence of the
emergence of new languages into Indonesian is also part of technological progress.
The language is absorbed in Indonesian. Then, it is used by a group or even the
whole wider community. One of them is the emergence of slang. Slang language is
increasingly prevalent among teenagers, especially in the student environment.
This, of course, is interesting to research the influence of slang. Furthermore, this
study aims to find out the use of slang among UNS 2019 students. Know the impact
of slang. The forms of slang that are often used by UNS 2019 students. This study
uses quantitative descriptive methods. Using questionnaires in data collection
techniques. It was found that students of UNS 2019 used slang not during lecture
hours.

Keywords
Technology, communication, language, slang, UNS students

ABSTRAK
Kemajuan teknologi memiliki berbagai dampak dalam kehidupan saat ini, baik
secara positif maupun negatif. Dari segi komunikasi, adanya kemajuan teknologi
tentunya tentunya merupakan hal yang positif. Karena dengan adanya teknologi
akan memunculkan sarana komunikasi yang semakin canggih dan semakin cepat.
Tidak seperti sekitar 10 tahun lalu, untuk kepentingan menanyakan kabar, harus
melalui surat yang memakan proses cukup lama. Bukan hanya sarana komunikasi
yang semakin canggih, namun penggaruh munculnya bahasa baru ke dalam bahasa
Indonesia juga merupakan bagian dari kemajuan teknologi. Bahasa tersebut diserap
dalam bahasa Indonesia. Kemudian, digunakan oleh suatu kalangan atau bahkan
seluruh masyarakat luas. Salah satunya adalah munculnya bahasa gaul. Bahasa
gaul semakin marak penggunaannya di kalangan remaja khususnya di lingkungan
mahasiswa. Hal ini, tentunya menarik untuk dilakukan penelitian tentang
penggaruh bahasa gaul. Selanjutnya, penelitian ini bertujuan untuk menggetahui
penggunaan bahasa gaul di kalangan mahasiswa UNS 2019. Menggetahui dampak
yang ditimbulkan dari bahasa gaul. Bentuk- bentuk bahasa gaul yang sering
digunakan mahasiswa UNS 2019. Penelitian ini, menggunakan metode deskriptif
kuantitaif. Menggunakan kuesioner dalam teknik pengumpulan data. Ditemukan
bahwa mahasiswa UNS 2019 menggunakan bahasa gaul tidak pada jam
perkuliahan.
Kata Kunci
Teknologi, komunikasi, bahasa, bahasa gaul, mahasiswa UNS

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa merupakan suatu fenomena sosial yang
dimiliki oleh suatu kelompok tertentu. Terbentuk atas dasar kesepakatan bersama
antar anggota kelompok tersebut. Bahasa memiliki peranan yang vital dalam
kehidupan bermasyarakat. Tidak hanya menjadi alat untuk berkomunikasi antar
manusia. Bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaannya. Proses tersebut menggunakan bahasa sebagai media penyampaian
buah pikiran seseorang agar diketahui dan memperoleh respon dari orang lain
(Saddhono, 2012). Bahasa juga memengaruhi budaya. Bahasa menjadi sarana
pengembangan kebudayaan, jalur pelestari budaya, dengan bahasa memungkinkan
untuk mengembangkan suatu kebudayaan. Selain sebagai sarana komunikasi
bahasa juga merupakan sarana manusia untuk menyampaikan pemikiran atau
penalaran, sikap dan perasaannya [CITATION Nin14 \l 1057 ]. Dalam pemakaiannya
bahasa menjadi sangat beragam, karena bergantung pada kebutuhan dan tujuan
komunikasi. Dengan adanya keberagaman penggunaan bahasa tersebut, kemudian
memunculkan konsep penggunaan bahasa yang baik dan benar. Dalam hal ini
bahasa yang dimaksudkan adalaha bahasa Indonesia. Berbahasa Indonesia dengan
baik dan benar adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan faktor-faktor
penentu komunikasi dan benar dalam penerapan aturan kebahasaannya [ CITATION
Set13 \l 1057 ]. Namun dengan seiring pesatnya kemajuan teknologi, ada banyak cara
yang dipilih pemakai bahasa dalam berkomunikasi.
Perkembangan dan berbagai pengaruh globalisasi yang semakin menjalar.
Tidak hanya dari segi perantara alat komunikasi yang semakin canggih, tetapi ada
berbagai pengaruh dalam hal kebahasaan. Perbedaan kualitas kemampuan
berbahasa ini akan berdampak pada tercapainya tujuan komunikasi secara optimal.
[CITATION Gun79 \l 1057 ] mengklasifikasikan keterampilan bahasa menjadi empat
meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca,
dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling
berhubungan satu sama lain dengan dasar proses-proses berpikir yang mendasari
bahasa. Sejalan dengan pendapat yang menyatakan “Reading skills are specific
abilities which enable a reader to read the written from as meaningful language,
to read anything written fluently. And to read, interact with the message [CITATION
Khu17 \l 1057 ]”. Dengan menguasai berbagai keterampilan berbahasa manusia dapat
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman saat ini yang terpengaruh oleh
globalisasi.
Dalam era globalisasi saat ini, jati diri bahasa Indonesia yang merupakan ciri
dari Bangsa Indonesia harus terus dipertahankan eksistensinya. Hal tersebut harus
dilaksanakan, karena menurut pernyataan (Syarfina, 2015) bahwa era digital yang
menuntut penguasaan teknologi dan bahasa asing pada berbagai bidang kehidupan
saat ini makin meminggirkan posisi bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, bahasa
Indonesia harus terus dibina dan dikembangkan sedemikian rupa agar tidak
terintervensi dan terpengaruh oleh bahasa asing. Dalam konteks ini, bukan berarti
seluruh masyarakat Indonesia dilarang untuk belajar bahkan menguasai bahasa
asing. Belajar bahasa asing tentunya sangat penting dalam perkembangan zaman
saat ini. Karena, bahasa asing menjadi salah satu alat komunikasi pergaulan antar
negara. Namun, ada banyak orang yang mengeluh dan merasa kesulitan belajar
bahasa asing tetapi mereka lupa bahwa kesulitan itu sebenarmya disebabkan oleh
penguasaan bahasa Indonesia yang masih belum memadai. (Sahril , 2016). Untuk
itu pembinaan dan perkembangan bahasa Indonesia menjadi tanggungjawab
seluruh pemakai bahasa Indonesia itu sendiri. Baik buruknya, maju mundurnya dan
teratur kacaunya bahasa Indonesia juga merupakan tanggungjawab setiap warga
Negara Indonesia. Setiap warga Negara Indonesia harus bersama-sama berperan
dalam membina dan mengembangkan bahasa Indonesia [ CITATION Mus12 \l 1057 ].
Bahasa Indonesia diresmikan menjadi bahasa nasional pada tahun 1945.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang dinamis terbukti hingga sekarang masih
menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari
bahasa daerah maupun bahasa asing. Adanya pengaruh globalisasi akibat dari
kemajuan teknologi maka memunculkan jenis bahasa baru, salah satunya adalah
bahasa gaul. Bahasa gaul bisa disebut dengan bahasa slang atau prokem yaitu
variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia. “Menurut (Mulyana 2008), bahasa
gaul adalah sejumlah kata atau istilah yang mempunyai arti yang khusus, unik,
menyimpang atau bahkan bertentangan dengan arti yang lazim ketika digunakan
oleh orang-orang dari subkultur tertentu.” Awal mulanya bahasa gaul atau bahasa
slang merupakan bahasa yang digunakan dikalangan preman. Sebagai kode untuk
percakapan mereka. Namun, pada akhirnya bahasa slang tersebut sudah semakin
banyak diketahui maksudnya dan mulai diterima di masyarakat khususnya remaja.
Menurut Sarwono (2004) bahasa gaul adalah bahasa khas remaja (kata-katanya
dibah-ubah sedemikian rupa, sehingga hanya bisa dimengeri di antara mereka) bisa
dipahami oleh hampir seluruh remaja di tanah air yang terjangkau oleh media
massa, padahal istilah istilah itu berkembang, berubah dan bertambah hampir
setiap hari. Dengan adanya sosial media, akan berdampak pada semakin pesatnya
penggunaan bahasa gaul. Dan bahasa gaul kini sudah lazim digunakan dalam
segala aktivitas komunikasi, terlebih komunikasi yang bersifat nonformal.
Dengan munculnya bahasa gaul, dikhawatirkan akan mengakibatkan
turunnya pemakain bahasa Indonesia secara baik dan benar. Padahal bahasa
Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai penghantar pendidikan di
selruh Indonesia. Maka, sudah sewajarnya seluruh calon guru harus mengguasai
bahasa Indonesia. Tidak hanya itu, masyarakat juga memiliki tingkat kepercayaan
yang tinggi dalam kerja yang dilakukan oleh guru. Masyarakat menaruh
kepercayaan tersebut dipundak seluruh guru di Indonesia. Orang tua secara secara
sukarela mengizinkan anak mereka untuk dipengaruhi dan mengharapkan anak
mereka menurut dan menghargai guru [ CITATION Par08 \l 1057 ]. Masyarakat percaya
guru yang kompeten dan efektif adalah kunci penting untuk sistem pendidikan.
Sebagai guru, tidak hanya diharapkan mahir dalam memakai berbagai macam
strategi pembelajaran. Namun juga bagaimana pengguasaan bahasa Indonesia,
yang digunakan sebagai suatu alat untuk menyampaikan ilmu. Sejalan dengan
pendapat (Hansen 1995) yang menyatakan bahwa guru harus sadar etnik sosial-
tugas dan kewajiban publik mereka yang dipresentasikan dalam pengajaran.
Kualitas proses pembelajaran memiliki banyak kriteria penilaian agar dapat
menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas. Namun, secara umum proses
pembelajaran dikatakan berkualitas apabila tujuan-tujuan pembelajaran telah
tercapai (Herman, dkk, 2016). Agar tujuan tersebut tercapai, maka seorang guru
hendaknya sebelum memulai pembelajaran telah menetapkan tujuan. Jika sebelum
mengajar guru memiliki tujuan yang jelas, maka kegiatan belajar mengajar menjadi
hal yang mudah dan menyenangkan. Menurut Blanton, dan Irwin dalam Burns, dkk.
yang dikutip Farida Rahim (2008: ll-12), tujuan pembelajaran adalah agar peserta
didik dapat memperbaharui pengetahuannya, memperoleh informasi baru dari
berbagai bidang, mampu mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah
diketahuinya. [CITATION Set11 \l 1057 ].

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang diperlukan dalam pencapaian sasaran penelitian karena
metode yang merumuskan ide dan pikiran yang didasarkan pada pendekatan
ilmiah. Pada penelitian ini, meggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif.
Metode deskriptif kuantitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Serta menggunakan berbagai teori dari berbagai sumber pustaka
yang ada, terutama buku dan jurnal penelitian sebelumnya yang relevan. Sejalan
dengan pendapat Saddhono (2012) yang memaparkan bahwa dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran maka diperlukan buku teks. Buku teks ini
bertujuan agar pembelajaran dapat dilakukan sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan. Maka dari itu, perlu mempelajari sumbersumber referensi yang selaras
dengan topik kajian. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut
secara holistik (Sugiyono, 2014). Menurut Sudaryanto (1988:62), deskriptif adalah
metode yang secara hakikatnya didasarkan pada fakta yang ada atau fenomena
yang memang secara empiris dalam penurunanya. Sedangkan, Moleong (2005:6)
mengungkapkan definisi penelitian kualitatif adalah pendekatan yang berkaitan
dengan data yang tidak berupa angka-angka tetapi berupa kualitas bentuk-bentuk
variabel yang berwujud tuturan sebagai data yang dihasilkan berupa kata-kata
tertulis atau lisan tentang sifat-sifat individu, keadaan, gejala, dari kelompok
tertentu yang diamati. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu
menggunakan kuesioner. Metode ini, dilakukan untuk mengetahui pengunaan
bahasa gaul di lingkungan mahasiswa UNS 2019.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Telah dilakukan pengambilan data dengan kuesioner kepada mahasiswa UNS.
Populasi sebanyak 30 mahasiswa yang heterogen.
KUESIONER PENGARUH PENGUNAAN BAHASA GAUL TERHADAP PENGGUNAAN
BAHASA INDONESIA
1. Apakah mengenal istilah bahasa gaul atau bahasa slang?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika ya, apakah anda sering berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
gaul?
a. Sering
b. Jarang
3. Kepada siapa anda sering berkomunikasi dengan menggunakan bahasa gaul?
a. Teman sebaya
b. Teman sekampus tetapi beda jurusan
c. Teman sekampus dan sama jurusan
d. Teman sekelas
e. Siapa saja
4. Anda lebih sering menggunakan bahasa gaul secara
a. Lisan
b. Tulisan
c. Lisan dan tulisan
5. Menurut anda, bahasa gaul mempengaruhi pemakaian bahasa Indonesia
secara.... dn berikan alasannya!
a. Positif
b. Negatif
c. Positif dan negatif
6. Apakah anda suka dengan bahasa gaul? Berikan alasannya!
a. Suka
b. Tidak suka
7. Menurut anda, apakah bahasa gaul perlu dipertahankan? Berikan alasannya!
a. Ya
b. Tidak
8. Tuliskan 5 kata dalam bahasa gaul yang sering anda gunakan!
Dari hasil kuesioner yang telah disebarkan kepada responden sebanyak 30
mahasiswa, diperoleh bahwa sebanyak 94 % mereka mengetahui tentang bahasa
gaul dan hanya 6 % yang tidak mengetahui bahasa gaul. Namun, walaupun
responden mengetahui bahasa gaul, tetapi mereka jarang menggunakannya dalam
berkomunikasi. Hanya 4 % yang sering menggunakan bahasa gaul. Bahkan 7 %
ditemukan tidak pernah menggunakan bahasa gaul. Mengenai dengan siapa
responden berkomunikasi dengan menggunakan bahasa gaul, ternyata responden
biasanya berkomunikasi menggunakan bahasa gaul dengan teman sepermainan
memiliki persentase tertinggi sebesar 46 %, kemudian dengan teman sebaya
sebesar 12 %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa responden akan
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa gaul kepada orang yang terdekat
dengan mereka yang memiliki usia yang hampir sama. Karena teman sepermainan
dan teman sebaya biasanya adalah mereka yang sering atau selalu bersama-sama
dan yang memiliki beberapa kesamaan baik itu usia ataupun tempat bermain dan
topik-topik yang biasa mereka bahasa dalam kebersamaan mereka. Selain itu,
dengan teman sebaya, para pengguna bahasa gaul membentuk suatu komunitas
yang kelihatan berbeda dengan orang lain. Ini terbukti dengan pernyataan
repsonden yang beberapa ada mengatakan bahwa bahasa gaul digunakan hanya
untuk bercanda atau untuk mencairkan suasana dan untuk menunjukkan keakraban
mereka. Ini menunjukkan bahwa responden memang jarang menggunakan bahasa
gaul. Mereka menggunakan bahasa gaul hanya pada kondisi tertentu. Mereka
hanya sekadar mengetahui, namun tidak banyak mengetahui. Hal ini agar mereka
tidak dikatakan kurang pergaulan.
Bahasa gaul juga digunakan untuk tidak menyinggung perasaan orang lain
karena banyak orang lain yang tidak paham dengan bahasa gaul sehingga orang
tersebut tidak mengetahui apa yang sedang dibicarakan. Terdapat juga pernyataan
dari responden yang menyatakan bahwa akan dianggap tidak sopan jika
menggunakan bahasa gaul. Oleh sebab itu mereka hanya menggunakan bahasa
gaul dengan teman sebaya. Dari data yang diperoleh, peneliti juga menemukan
bahwa responden lebih sering menggunakan bahasa gaul secara lisan dibanding
tulisan. Yang menjadi alasannya adalah mereka menganggap bahwa bahasa gaul
sangat sulit dibaca dan dimengerti maknanya, terlalu ribet dan berlebihan sehingga
selain akan menyulitkan diri sendiri dalam menuliskannya juga akan menyulitkan
orang lain dalam memahaminya. Kemudian, Responden diminta untuk menulis
bahasa gaul yang terakhir kali mereka gunakan. Ditemukan bahwa responden
hanya menuliskan kata dan bukan kalimat. Dan dari 30 responden, contoh kata
bahasa gaul yang mereka berikan hampir semua memiliki kata yang serupa
seperti: elo, gue, woles, santuy, literly. Pengaruh bahasa gaul terhadap bahasa
Indonesia berdasarkan data yang diperoleh 91 % adalah negatif. Alasan yang
diberikan oleh responden sebagian besar mengatakan bahwa bahasa gaul dapat
merusak bahasa Indonesia baik dari struktur kalimat, tata bahasa, makna, dan
penulisannya khususnya ketika membuat singkatan kata. Terdapat 2 % yang
menyatakan bahwa bahasa gaul berdampak positif. Responden bersangkutan
menyatakan demikian bahwa mengetahui bahasa gaul adalah untuk menambah
pengetahuan mereka tentang bahasa yang digunakan dalam masyarakat dan
hanya untuk sekedar mengetahui. Sementara itu, terdapat 7 % yang menyatakan
bahwa bahasa gaul berdampak positif dan negatif. Mereka memiliki alasan yang
sama dengan mereka yang mengatakan bahwa bahasa gaul memiliki dampak
negatif terhadap bahasa Indonesia. Namun, untuk yang berdampak positif, dapat
menambah pengetahuan mereka dalam hal bahasa namun harus tahu kapan,
dimana, dan dengan siapa mereka harus menggunakan bahasa gaul. Selain itu,
bahasa gaul tidak akan mereka gunakan ketika mereka bertambah dewasa.
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Beta Puspa Sari (2015) yang berjudul “Pudarnya
Penggunaan Bahasa Indonesia oleh Bahasa Gaul di Kalangan Remaja.” Hasilnya
adalah banyaknya masyarakat Indonesia yang menggunakan bahasa gaul,
singkatansingkatan dalam komunikasinya seharihari adalah penyimpangan dari
penggunaan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal ini dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan Bahasa Indonesia. Kurangnya kesadaran untuk
mencintai dan menggunakan Bahasa Indonesia di negeri sendiri akan berdampak
lunturnya atau hilangnya Bahasa Indonesia dalam pemakaiannya dalam
masyarakat terutama di kalangan remaja. Apalagi dengan maraknya dunia
kalangan artis menggunakan bahasa gaul di media massa dan elektronik, membuat
remaja semakin sering menirukannya di kehidupan sehari-hari hal ini sudah wajar
karena remaja suka meniru hal-hal yang baru. Penelitian kedua, Mira Erlinawati
(2015) mengenai “Analisis Sosiolinguistik Kesalahan Berbahasa pada Jejaring Sosial
Status Facebook.” Pengaruh Penggunaan Bahasa Alay terhadap Penggunaan
Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar oleh Susi Ekalastri (2016). Pengaruh Bahasa
Alay Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia di Kalangan Mahasiswa IKIP
Siliwangi oleh Laelasari (2018). Pengaruh Bahasa Gaul terhadap Penggunaan
Bahasa Indonesia Mahasiswa Unswagati oleh Ratna Prasasti Suminar (2016)
Kosakata bahasa gaul di Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang hidup di
lingkungan kelompok remaja tertentu. Pembentukan kata dan maknanya sangat
beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya. Bahasa gaul berfungsi
sebagai ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan
menggunakan bahasa gaul, mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota
kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain. Kalimat-
kalimat yang digunakan dalam bahasa gaul kebanyakan berstruktur kalimat
tunggal. Terdapat opemakaian kata ganti sepertikata “gue” yang berarti saya dan
“lo” berarti kamu. Dan berbagai bentuk lainnya yang seringkali hanya dipahami
oleh anggota kelompok. Fenomena pemakaian kata ganti persona juga pernah
dikaji Saddhono (2006: 1-5) yang membahas tentang pemakaian bahasa etnik
madura di Kota Surakarta. Pemakalain kata ‘aku’ dan ‘saya’ dapat diperbandingkan
dengan pemakaian kata ‘kaula’ dalam bahasa Madura atau Jawa yang setara
dengan kata ‘saya’. Dalam bahasa Jawa kata ‘kaula’ berarti rakyat, orang biasa,
hamba dan merupakan lawan kata dari ‘gusti’ yang berarti ‘tuan’.
Faktor-faktor maraknya bahasa gaul di kalangan remaja. Karena pengaruh
lingkungan, umumnya para remaja menyerap dari percakapan orang-orang di
sekitarnya, baik teman sebayaatau keluarga. Peran media baik media elektronik
ataupun media cetak. Dalam media elektronik yang menggunakan istilah bahasa
gaul dalam film-film khusunya film remaja dan iklan, misal dari adegan percakapan
di televisi. Media Cetak, misalnya bahasa yang ada dalam majalah, surat kabar atau
koran. Selain itu, pembuatan karya sastra remaja misalnya cerpen atau novel yang
umumnya menggunakan bahasa gaul. Aritnya bahasa gaul tidak hanya terjadi
karena kontak langsung antara masyarakat itu sendiri.Seiring dengan munculnya
bahasa gaul dalam masyarakat, banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh
bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia.
Saddhono, 2012 dalam Kajian Sosiolinguistik Pemakaian Bahasa Mahasiswa
Asing dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing (BIPA) di
Universitas Sebelas Maret menegaskan bahwa semakin tinggi jumlah kesalahan,
makin rendah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran bahasanya. Oleh karena itu,
tentunya harus ada upaya menekan sekecil-kecilnya kesalahan berbahasa yang
dilakukan. Maka, eksistensi bahasa Indonesia yang terancam terpinggirkan oleh
bahasa gaul tidak akan terjadi. Aktivitas berbahasa sangat erat kaitannya dengan
budaya sebuah generasi. Jika generasi bangsa sudah tidak pedui dengan
kelestarian bahasa Indonesia, mungkin bahasa Indonesia akan semakin
sempoyongan dalam memanggul bebannya sebagai bahasa nasional dan identitas
bangsa. Dalam kondisi demikian, diperlukan pembinaan dan pemupukan sejak dini
kepada generasi muda. Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa tercermin
pada perilaku masyarakat yang mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa
menggunakan bahasa gaul.

SIMPULAN
Bahasa adalah bagian dari kebudayaan dan bahasalah yang memungkinkan
pengembangan kebudayaan sebagaimana kita kenal sekarang. Melihat bahasa
nasional di Indonesia adalah bahasa Indonesia, munculnya bahasa yang digunakan
dalam jejaring sosial ini dapat menjadi bumerang. Karena dalam sisi negatifnya
jelas akan merusak tatanan bahasa Indonesia. Dampak positif dengan
digunakannya bahasa gaul adalah remaja menjadi lebih kreatif. Terlepas dari
menganggu atau tidaknya bahasa gaul ini, tidak ada salahnya kita
menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai
pada situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan yang tepat juga.
Pada mahasiswa yang juga calon guru bahasa gaul hendaknya dipahami
sebagai salah satu ragam bahasa yang akan menambah kekayaan bahasa
Indonesia. Namun, bukan berarti dengan adanya pemakluman pengguasaan
dan kecintaan terhadap bahasa Indonesia menjadi rendah.

DAFTAR PUSTAKA
Erlinawati, Mira dan Margaretha Evi Yuliana. 2017. Analisis Sosiolinguistik Kesalahan
Berbahasa pada Jejaring Sosial Status Facebook (Studi Kasus Mahasiswa
STMIK Duta Bangsa Surakarta). Magistra, 20-25, ISSN 0215-9511
Khuruawan, P., & Dennis, N. K. 2017. A Study Of English Reading Comprehension
Using Content-based Instruction Approach. International Journal of Research -
Granthaalayah, 5 (1), 368-375. doi: org/10.2378/ijor.5.1.368-375
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitan Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Ofset.

Mulyana, 2008.Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Rembang: Yayasan


Adhigama.
Ningsih, S. 2014. Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Metode Bercerita
Siswa Kelas III SD Negeri 1 Beringin Jaya Kecamatan Bumi Raya Kabupaten
Morowali. Jurnal Kreatif Tadulako Online, 2 (4), 243-256.
Nababan, 1984. Tuntunan Penyusunan Bahasa Indonesia. Bandung : Sinar Baru.
Poedjosoedarmo, Soepomo.(tt).Sosiolinguistik. Yogyakarta: Naskah Buku
Saddhono, Kundharu. 2006. Bahasa Etnik Madura di Lingkungan Sosial: Kajian
Sosiolinguitik di Kota Surakarta. Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra. 18, (34)
1-15.
Saddhono, K. 2012. Pengantar Sosiolingistik Teori dan Konsep Dasar. Surakarta:
Program Buku Teks LPP UNS.
Saddhono, K. 2012. Kajian Sosiolinguistik Pemakaian Bahasa Mahasiswa Asing
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di
Universitas Sebelas Maret. Kajian Linguistik dan Sastra, 24 (2): 176-186.

Saddhono, K. 2012. Pengembangan Buku Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing:


Studi Kasus di Universitas Sebelas Maret (The Development of Indonesian
Language Textbooks for Foreign Students:A Case Studies in Sebelas Maret
University) dalam The 3rd AISOFOLL di Jakarta 30 Oktober -1 November 2012
oleh SEAMEO QITEP.

Sari, Beta Puspa. 2015. Dampak Penggunaan Bahasa Gaul di Kalangan Remaja
terhadap Bahasa Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB.

Setyawati, C. K. 2011. Pengembangan Pembelajaran Keterampilan Membaca Melalui


Penerapan Teknik Tari Bambu. Jurnal llmiah Guru "COPE", 15 (2), 17-23.
Soulisa, Irawan. 2018. Penggunaan Bahasa Indonesia Lisan Baik dan Benar dalam
Kelompok Kecil Kalangan Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Victory Sorong. Jurnal Kredo. 1(2). 81-87
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian
Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University
Press.
Sugiyono, S. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grapindo Persada.
Suminar, Ratna Prasasti. (2016). Pengaruh Bahasa Gaul terhadap Penggunaan
Bahasa Indonesia Mahasiswa Unswagati. Jurnal Logika, 18 (3). 114-115.
Sunahrowi. 2007. Variasi dan Register Bahasa dalam Pengajaran Sosiolinguistik.
Insania: Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan. 12 (1), 81-92.
Supriyono, S., Wardani, N., E., Saddhono, K. 2017. Pendidikan Karakter Berbasis
Sastra Sejarah Dalam Puisi “Aku Tidak Bisa Menulis Puisi Lagi” Karya
Subagio Sastrowardoyo. Jurnal Artefak. 4(2) : 153-160.
http://dx.doi.org/10.25157/ja.v4i2.835
Syarfina. 2015. “Sikap Masyarakat Medan terhadap Penggunaan Bahasa Asing di
Ruang Publik”. Metalingua: Jurnal Penelitian Sastra Vol. 13 No. 1, Desember
2015.
Tarigan, H. G. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai