Anda di halaman 1dari 4

Nama : Verio Oktanema F

NIM : 043837282

TUGAS 1

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. Konstruksi pengertian iman dalam Al-quran berkaitan dengan assyaddu hubban (QS. Al-Baqarah


(2): 165), qalbu, mata, dan telinga (QS. Al-A’raaf (7):179)

a.‫ين َءا َمنُ ٓو ۟ا أَ َش ُّد ُحبًّا‬,َ ‫ون ٱهَّلل ِ أَن َدا ًدا ي ُِحبُّونَهُ ْم َكحُبِّ ٱهَّلل ِ ۖ َوٱلَّ ِذ‬
ِ ‫اس َمن يَتَّ ِخ ُذ ِمن ُد‬ ِ َّ‫َو ِم َن ٱلن‬
‫ب‬ َ ‫ا إِ ْذ يَ َر ْو َن ْٱل َع َذ‬,۟‫ين ظَلَ ُم ٓو‬
ِ ‫اب أَ َّن ْٱلقُ َّوةَ هَّلِل ِ َج ِميعًا َوأَ َّن ٱهَّلل َ َش ِدي ُد ْٱل َع َذا‬ َ ‫هَّلِّل ِ ۗ َولَ ْو يَ َرى ٱلَّ ِذ‬

“ Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat
cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika
mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa
Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal) “

b. asyaddu hubban lillah. Hub artinya kecintaan atau kerinduan. Asyaddu adalah kata superlative syadiid
( sangat ). Asyaddu hubban berarti sikap yang menunjukkan kecenderungan atau keinginan luar biasa
terhadap Allah. Orang orang yang beriman kepada Allah dapat diartikan orang yang reka mengorbankan
jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau kemauan yang dituntut oleh Allah kepadanya.

c. Dari ayat tersebut tergambar bahwa iman adalah sikap (attitude), yaitu kondisi mental yang
menunjukkan kecenderungan atau keinginan luar biasa terhadap Allah. Orang-orang yang beriman
kepada Allah berarti orang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau
kemauan yang dituntut oleh Allah kepadanya.

‫ُون بِهَا َولَهُ ْم أَ ْعي ٌُن اَّل‬ ْ


d. َ ‫نس ۖ لَهُ ْم قُلُوبٌ اَّل يَ ْفقَه‬ ِ ِ ‫َولَقَ ْد َذ َرأنَا لِ َجهَنَّ َم َكثِيرًا ِّم َن ْٱل ِج ِّن َوٱإْل‬
ٓ ٓ
‫ك هُ ُم‬ َ ِ‫ضلُّ ۚ أُ ۟و ٰلَئ‬ ,َ ِ‫ُون بِهَٓا ۚ أُ ۟و ٰلَئ‬
َ َ‫ك َكٱأْل َ ْن ٰ َع ِم بَلْ هُ ْم أ‬ َ ‫ان اَّل يَ ْس َمع‬ ,ٌ ‫ُون بِهَا َولَهُ ْم َءا َذ‬
َ ‫ْصر‬ ِ ‫يُب‬
َ ُ‫ْٱل ٰ َغفِل‬
‫ون‬
“ Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia,
mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka
itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai “

e. bahwa iman adalah meyakini dengan hati dan dibuktikan dalam amal perbuatan dengan menggunakan
seluruh indera yang ada. Manusia dan jin dianugerahkan Allah dengan hati, namun sayangnya hati
tersebut tidak digunakan untuk meyakini ayat-ayat Allah serta tidak mengimani Allah. Manusia dan jin
lebih mendahulukan hawa nafsunya sehingga tidak menggunakan segala pemberiannya untuk semakin
menguatkan keimanan dan ketakwaannya. Seharusnya dengan hati, akal, dan seluruh anggota tubuh
yang dianugerahkan oleh Allah, manusia dan jin dapat semakin yakin akan beradaan Allah, kebesaran,
dan kekuasaan Allah

f.  pengertian iman kepada Allah Swt adalah percaya dan menyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah
Swt. benar-benar ada yang diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan.

2.  Manusia berbeda dengan makhluk lainnya dari segi fisik, non fisik dan tujuan penciptaannya.
Namun, kesempurnaan manusia lebih ditekankan kepada aspek non fisik dan pencapaian tujuan
penciptaan tersebut daripada aspek fisik. Hal ini diantaranya diisyaratkan dalam kandungan ayat-ayat
Q.S. Ali-Imran (3): 190-191 dan Q.S. Qaaf (50):16.

a. “ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (190). (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambal
berdiri dan duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata) : “ Ya Tuhan Kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka “ (191) “

b. Artinya : "Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh
hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya."

Penjelasan : Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah sang Pencipta. Dia adalah dzat yang menciptakan
segala sesuatu termasuk di dalamnya adalah manusia. Allah Subhanahu Wa Ta'ala Maha Mengetahui
apapun yang terjadi di alam semesta ini, termasuk di dalamnya apa yang dibisikkan oleh hati manusia.

c. Ayat ini menjelaskan bahwa Hakikat Manusia adalah makhluk yang memiliki Akal dan mampu
menggunakannya untuk mengingat allah, mengetahui keagungan-Nya, kebijaksanaan-Nya, keadilan-
Nya, dan kekuasaan-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan bahwa Dia sendiri yang
menciptakan manusia, baik yang laki-laki maupun yang perempuan. Dia mengetahui keadaan mereka,
apa yang mereka sembunyikan dan apa yang dibisikkan oleh hati mereka, dan Dia lebih dekat kepada
manusia daripada urat lehernya Hal ini dapat disimpulkan agar manusia untuk selalu merasakan
pengawasan Allah yang mengetahui hati dan batin mereka, sehingga mereka merasa malu jika berbuat
maksiat karena senantiasa dilihat-Nya
3. a. pengertian terminologis tentang masyarakat :

1) Ralph Linton mendefinisikan masyarakat sebagai setiap kelompok manusia yang telah hidup
dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap
diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas - batas yang dirumuskan dengan
jelas.

2) Selo Sumarjan mendefinisikan masyarakat adalah orang -orang yang hidup bersama yang
menghasilkan kebudayaan. Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas baik secara
etimologi maupun terminologi dapat diketahui bahwa sesuatu kelompok dapat disebut
masyarakat jika memiliki sekelompok manusia yang hidup bersama, bercampur untuk waktu
yang cukup lama, mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan, dan mereka
merupakan suatu sistem hidup bersama.

b. Allah SWT pada awalnya menciptakan manusia ada dua jenis yaitu laki laki dan wanita. Kemudian
Allah jadikan berbangsa bangsa dan bersukur suku yaitu menjadi sebuah masyarakat. Untuk bisa
saling mengenal dan berinteraksi. Namun suku-suku ini tidak ada manfaatnya di sisi Allah SWT.
Karena sesungguhnya yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.Kemudian di
dalam kehidupan masyarakat Allah meninggikan sebagian dari sebagian yang lain beberapa derajat
agar bisa bermanfaat orang sebagian tersebut untuk sebagian yang lain.sebagian diberikan kekayaan
lebih agar bisa membantu sebagian yang lain (orang yang kekurangan harta).

c. masyarakat yang adil, terbuka dan demokratis. Dengan landasan takwa kepada Allah dan taat
kepada ajaran-Nya. Takwa kepada Allah adalah semangat ketuhanan yang diwujudkan dengan
membangun hubungan yang baik dengan Allah dan manusia. Hubungan itu tentu saja harus dilandasi
dengan berbudi luhur dan akhlak mulia.

d.

-. Keadilan : Berbicara tentang keadilan secara horizontal berarti berbicara kesejahteraan umum.
Keadilan merupakan sunnatullah di mana Allah menciptakan alam semesta ini dengan prinsip
keadilan dan keseimbangan. Dalam al-Quran keadilan itu disebut sebagai hukum keseimbangan yang
menjadi hukum jagat raya. Keadilan juga merupakan sikap yang paling dekat dengan takwa.
-. Supremasi Hukum : Praktik keadilan di mulai dari menegakkan hukum. Menegakkan hukum yang
adil merupakan amanah yang diperintahkan untuk dilaksanakan kepada yang berhak. Dapat juga
diartikan menempatkan hukum di atas segalanya dan menetapkannya tanpa memandang bulu.
- Egalitarianisme : prinsip persamaan, tidak melihat keutamaan atas dasar keturunan, ras , etnis.
Karena prinsip inilah, maka akan terwujud keterbukaan di mana seluruh anggota masyarakat
berpartisipasi untuk menentukan pemimpinnya dan dalam menentukan kebijakan - kebijakan publik.
-. Pluralisme : adalah suatu sikap yang tulus bahwa keberagaman merupakan bagian dari karunia
Allah dan rahmat-Nya karena akan memperkaya budaya melalui interaksi dinamis dengan pertukaran
budaya yang beraneka ragam.
- Pengawasan Sosial : Suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan
mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku.
Pengawasan sosial baik secara individu maupun lembaga merupakan suatu keharusan dalam usaha
pembentukan masyarakat beradab dan sejahtera. Pengawasan sosial harus berdiri atas dasar asas-asas
tidak bersalah sebelum terbukti sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai