Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PEMBELAJARAN

KEPERAWATAN ANAK

HIDROSEFALUS

Nama Kelompok :

Bonifasius S. Ehung 2012-11-004


Desi Ratna Sari 2010-11-009
Margareta V. Solin 2012-11-020
Mawar Oktaviani 2012-11-025

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS


S1 KEPERAWATAN A – SEMESTER LIMA (V)
JAKARTA 2012
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkatNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini menyajikan
tentang Asuhan Keperawatan pada Anak dengan HIDROSEFALUS dalam mata kuliah
Keperawatan Anak.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
penyusunan makalah ini, yaitu:
1. Ibu Asnet Leo Bunga, SKp., M.Kes selaku Ketua STIK Sint Carolus
2. Ibu Ns. Justina Purwarini, MKep.,Sp.Mat selaku Ketua Program Studi S-1
Keperawatan
3. Ibu Ns. Lina Dewi A, M.Kep., Sp.Kep. An, selaku koordinator mata kuliah
Keperawatan Anak
4. Ibu Ns. Elisabeth Isti Daryati, SKep.selaku pembimbing di lapangan
5. Ibu Ostina Saragih, SKM, selaku pembimbing dilapangan
6. Teman-teman S-1 Keperawatan jalur A semester V

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, sehingga kami
membutuhkan kritik dan masukan dari para pembaca agar kami dapat membuat makalah
yang lebih baik lagi.

Jakarta, 4 desember 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dn chepalon yang berarti
kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif
yang menyebabkan dilatasi system ventrikel otak, dimana terjadi akumulasi CSS yang
berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaaan ini
disebabkan oleh karena terdapat ketidakseimbangan antaraproduksidan absorbs dari
CSS. Bila akumulasi CSS yang berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan
ini disebut higroma subdural atau koleksi cairan subdural.
Pada kasus akumulasi cairan yang berlebihan terjadi pada system ventrikel,
keadaan ini disebut sebagai hidrosefalus internal. Selain itu beberapa lesi intracranial
menyebabkan peningkatan TIK, namun tidak sampai menyebabkan hidrosefalus.
Peninggian volume CSS tidak ekivalen dengan hidrosefalus; ini juga dapat terjadi
atrofi serebral. Kebanyakan hidrosefalus pada anak-anak kanginital yang biasanya
sudah tampak pada masa bayi. Jika hidrosefalus tampak setelah umur 6 bulan
biasanya bukan karena congenital.
Hidrosefalus yang terjadi sebagai komplikasi meningitis bakteri dapat
dijumpai pada semua usia, tetapi lebih sering pada bayi daripada anak-anak. Cairan
serebrospinal yang berada di ruang subarakhnoid merupakan salah satu proteksi untuk
melindungi jaringan otak dan medula spinalis terhadap trauma atau gangguan dari
luar.

1.2 Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:


1. Penulisan hasil dari diskusi kelompok terkait hidrosefalus serta asuhan
keperawatan untuk klien dengan penyakit hidrosefalus .
2. Membagi ilmu bagi mahasiswa lain secara mendalam mengenai terkait
hidrosefalus.
3. Menjadi pembelajaran bersama untuk dasar teori dan asuhan keperawatan klien
dengan hidrosefalus pada tindakan nyata.
4. Mengetahui discharge planning pada pasien dengan hidrosefalus.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif
pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan–jaringan serebral
selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili
arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan
intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang–ruang tempat mengalirnya liquor.
CSF diproduksi 500ml/hari (Duffy, 2010). Beberapa tipe hydrocephalus :
a. Hidrocephalus Non – komunikasi (nonkommunicating hydrocephalus)
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah
bersikulasinya CSF. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang
berhubungan dengan malformasi congenital pada sistem saraf pusat atau diperoleh
dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi
sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan jaringan
adhesi atau bekas luka didalam sistem di dalam sistem ventricular. Pada klien dengan
garis sutura yag berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia 12–18 bulan dengan
tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda–tanda dan gejala–gejala
kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak–anak yang garis suturanya tidak bergabung
terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.
b. Hidrosefalus Komunikasi (Kommunicating hidrocepalus)
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk
mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional.
Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya
villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien
memperkembangkan tanda dan gejala–gejala peningkatan ICP). Pada tipe
communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan
atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup
maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.

2.2 Fisiologi Cairan Cerebro Spinalis


2.3 Pembentukan CSF
Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian
CSF di perbaharui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF
ternyata berkurang + 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA:
2.3.1 Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar)
2.3.2 Parenchym otak
2.3.3 Arachnoid
2.4 Sirkulasi CSF
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat
pembentuknya ke tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel
lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui
aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV. Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF
mengalir cerebello pontine dan cisterna prepontis. Cairan yang keluar dari foramen
Magindie menuju cisterna magna. Dari sini mengalir ke superior dalam rongga sub
arachnoid spinalis dan ke cranial menuju cisterna infra tentorial. Melalui cisterna di
supratentorial dan kedua hemisfere cortex cerebri. Sirkulasi berakhir di sinus
Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.

2.3 Patofisiologi
Jika terdapat obstruksi pada sistem ventrikuler atau pada ruangan sub arachnoid,
ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek
garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi
pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga
walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan.
Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba–tiba/akut dan dapat juga selektif
tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi
peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan
mengembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal (Penyakit
keluarga/keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl
dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi
yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan
terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV
melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah
tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum
yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional. Pada orang yang
lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai
akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikel cerebral menjadi sangat
membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak
komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan
absorbsi total akan menyebabkan kematian. Pada pelebaran ventrikular menyebabkan
robeknya garis ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan
absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka
akan terjadi keadaan kompensasi.

2.4 Etiologi dan Patologi


Hydrosephalus dapat disebabkan oleh kelebihan atau tidak cukupnya penyerapan
CSF pada otak atau obstruksi yang muncul mengganggu sirkulasi CSF di sistem
ventrikuler. Kondisi diatas pada bayi dikuti oleh pembesaran kepala. Obstruksi pada
lintasan yang sempit (Framina Monro, Aquaductus Sylvius, Foramina Mengindie dan
luschka ) pada ventrikuler menyebabkan hidrocephalus yang disebut Noncomunicating
(Internal Hidricephalus). Obstruksi biasanya terjadi pada ductus silvius di antara
ventrikel ke III dan IV yang diakibatkan perkembangan yang salah, infeksi atau tumor
sehingga CSF tidak dapat bersirkulasi dari sistim ventrikuler ke sirkulasi sub arahcnoid
dimana secara normal akan diserap ke dalam pembuluh darah sehingga menyebabkan
ventrikel lateral dan ke III membesar dan terjadi kenaikan ICP.

2.5 HIDROCEPHALUS PADA ANAK ATAU BAYI


Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua :
2.5.1 Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga;
a. Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil
b. Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial
sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2.5.2 Di dapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah
penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana
pengobatannya tidak tuntas. Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah
sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan
intrakranial. Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat terletak
pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.

2.6 Etiologi
a) Cacat pada perkembangan bayi (Arnold chiari malformasion)
b) Tumor bawaan
c) Neoplasma
d) Kelainan kongenital
e) Meningitis
f) Subaracnoid hemoragic
g) Perdarahan
h) Bayi premature
i) Trauma kepala
j) Infeksi virus dan bakteri

2.7 Manifestasi klinis


Bayi :
a. Peningkatan pertumbuhan kepala yang cepat
b. Gangguan menelan/ sulit makan.
c. Fontanel anterior menonjol.
d. Distensi vena kepala.
e. Satura melebar
f. Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi
tegang. keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
g. Sclera terlihat diatas iris (sunset eyes).
h. Apnea.
i. Peningkatan tekanan darah.
j. detak jantung menurun.
k. Bayi menangis melengking.
l. Respon pupil lamban terhadap cahaya
m. Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial, meliputi: Muntah, gelisah
Menangis dengan suara tinggi
n. Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan
pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor
o. Peningkatan tonus otot ekstrimitas
Tanda – tanda fisik lainnya ;
1. Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh
darah terlihat jelas.
2. Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah – olah
di atas iris.
3. Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”
4. Strabismus, nystagmus, atropi optik.
5. Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.

Anak yang telah menutup suturanya


Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial :
a. Sakit kepala yang terjadi pada pagi hari dan berkurang saat duduk tegak
b. Mual-muntah
c. Diplopia
d. Ataxia
e. Papiledema
f. Gelisah
g. Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
h. Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
i. Strabismus
j. Pupil melamban.

Penatalaksanaan
a) Pemeriksaan lingkar kepala setiap hari
b) CT-scan CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan
jaringan dan adanya massa pada kepala , terlihat tengkorak mengalami penipisan
dengan sutura yang terpisah–pisah dan pelebaran vontanela.
c) MRI
d) Ventrikulography (menilai penyebab hidrosefalus) : Ventrikulogram menunjukkan
pembesaran pada sistim ventrikel.
e) Echoensefalografi
f) USG : mengetahui gambaran ukuran ventrikel
g) Lumbal pungsi
h) Transiluminasi : melihat seberapa banyak cairan yang ada dengan menggunakan
senter
i) Ventrikuloatrial shunt
j) Ventrikuloperitoneal shunt : semacam pamasangan selang yang ditempatkan
didalam otak akan mengalirkan CSF ke daerah lain, biasanya perut.
k) Endoscopic third ventikulostomi
l) Terapi farmakologi :
 Intra ventrikular antibiotik
 Asetasolamit (inhibisi LCS)
 Furosemid (menggurangi sekresi cairan plexus coroid dan meningkatkan
absorbsi)
 Steroid / manitol : menurunkan pembengkakan sekitar lesi yang
menyebabkan obstruksi aliran CSF
 Dextrose 5% : untuk menambah nutrisi

2.8 PENGKAJIAN
2.8.1 Anamnese
 Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda,
perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
 Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis
keras atau tidak.
Kekejangan: Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
 Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
 Riwayat kehamilan
 Riwayat imunisasi
 Riwayat perdarahan dikepala
 Infeksi torch sitomegali virus
 Riwayat vaksin
 Riwayat infeksi virus dan bakteri
 Nutrisi metabolic :Sulit makan, Sulit menelan, Muntah
 Aktivitas dan latihan : Pembesaran kepala cepat, Sulit untuk menahan kepala
saat menengadah, Penurunan tingkat kesadaran, Apnea, Menangis
melengking.
Pemeriksaan Fisik :
a. Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
b. Inspeksi :
1) Anak dapat melihat keatas atau tidak.
2) Pembesaran kepala.
3) Sutura terpisah.
4) Fontanel membesar, menonjol, tegang.
5) Dahi menonjol dan mengkilat serta pembuluh dara terlihat jelas.
c. Palpasi
1) Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela
tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
d. Perkusi
Bunyi Craked-pot (seperti semangka matang)
e. Pemeriksaan Mata
1) Stabismus.
2) Respon pupil.
3) Diplopia
4) Papiledema
Observasi Tanda –tanda vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
a. Peningkatan tekanan darah.
b. Penurunan nadi / Bradicardia.
c. Peningkatan frekwensi pernapasan.

2.9 DIAGNOSA KEPERAWATAN


2.9.1 Pre Operasi
a. Kekurangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan intake yang kurang diserta
muntah
Data Indikasi ; keluhan Muntah, Jarang minum.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan dan elektrolit.
Intervensi :
1) Kaji tanda – tanda kekurangan cairan
2) Monitor Intake dan out put
3) Berikan terapi cairan secara intravena.
4) Atur jadwal pemberian cairan dan tetesan infus.
5) Monitor tanda – tanda vital.
b. Gangguan rasa nyaman: Nyeri sehubungan dengan meningkatkanya tekanan
intrakranial .
Data Indikasi : Adanya keluahan Nyeri Kepala, Meringis atau menangis, gelisah,
kepala membesar
Tujuan ; Klien akan mendapatkan kenyamanan, nyeri kepala berkurang
Intervensi :
1) Jelaskan Penyebab nyeri.
2) Atur posisi Klien
3) Ajarkan tekhnik relaksasi
4) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian Analgesik
5) Persapiapan operasi
c. Kecemasan Orang tua sehubungan dengan keadaan anak yang akan mengalami
operasi.
Data Indikasi : Ekspresi verbal menunjukkan kecemasan akan keadaan anaknya.
Tujuan : Kecemasan orang tua berkurang atau dapat diatasi.
Intervensi :
1) Dorong orang tua untuk berpartisipasi sebanyak mungkin dalam merawat
anaknya.
2) Jelaskan pada orang tua tentang masalah anak terutama ketakutannya
menghadapi operasi otak dan ketakutan terhadap kerusakan otak.
3) Berikan informasi yang cukup tentang prosedur operasi dan berikan jawaban
dengan benar dan sejujurnya serta hindari kesalahpahaman.
2.9.2 Post – Operatif
a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan tekanan pada kulit yang
dilakukan shunt.
Data Indikasi ; adanya keluhan nyeri, Ekspresi non verbal adanya nyeri.
Tujuan : Rasa Nyaman Klien akan terpenuhi, Nyeri berkurang
Intervensi :
1) Beri kapas secukupnya dibawa telinga yang dibalut.
2) Aspirasi shunt (Posisi semi fowler), bila harus memompa shunt, maka
pemompaan dilakukan perlahan – lahan dengan interval yang telah ditentukan.
3) Kolaborasi dengan tim medis bila ada kesulitan dalam pemompaan shunt.
4) Berikan posisi yang nyama. Hindari posisi p[ada tempat dilakukan shunt.
5) Observasi tingkat kesadaran dengan memperhatikan perubahan muka (Pucat,
dingin, berkeringat)
6) Kaji orisinil nyeri : Lokasi dan radiasinya
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
Data Indikasi ; Adanya keluhan kesulitan dalam mengkonsumsi makanan.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan nutrisil.
Intervensi :
1) Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein.
2) Berikan klien makan dengan posisi semi fowler dan berikan waktu yang cukup
untuk menelan.
3) Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan terhindar dari bau – bauan
yang tidak enak.
4) Monitor therapi secara intravena.
5) Timbang berta badan bila mungkin.
6) Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene)
7) Berikan makanan ringan diantara waktu makan
c. Resiko tinggi terjadinya infeksi sehubungan dengan infiltrasi bakteri melalui
shunt.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi / Klien bebas dari infeksi.
Intervensi :
1) Monitor terhadap tanda – tanda infeksi.
2) Pertahankan tekhnik kesterilan dalam prosedur perawatan
3) Cegah terhadap terjadi gangguan suhu tubuh.
4) Pertahanakan prinsiup aseptik pada drainase dan ekspirasi shunt.
d. Resiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit dan kontraktur sehubungan dengan
imobilisasi.
Tujuan ; Pasien bebas dari kerusakan integritas kulit dan kontraktur.
Intervensi :
1) Mobilisasi klien (Miki dan Mika) setiap 2 jam.
2) Obsevasi terhadap tanda – tanda kerusakan integritas kulit dan kontrkatur.
3) Jagalah kebersihan dan kerapihan tempat tidur.
4) Berikan latihan secara pasif dan perlahan – lahan.

BAB III
KASUS
By. R ( 4 bln), didiagnosa menderita hidrosefalus. Ibu pasien mengatakan bahwa pada
trimester 1 ibu dirawat di rumah sakit selama 2 minggu karena menderita Demam Berdarah
Dengue. Pada trimester ke 3 dokter kandungan ibu mendiagnosa bahwa janin yang
dikandungnya menderita hidrosefalus, dan telah disarankan untuk terminasi, namun ibu
menolak. Ibu melahirkan secara Caesar, dan cukup bulan. By. R lahir dengan berat badan
4190 gr, tinggi badan 47 cm.
By. R dirujuk dari unit Goreti. Saat pertama kali pengkajian suhu: 36 0c, nadi :
80 x/ menit, penapasan : 35x/menit, berat badan 6000gr, tinggi badan 66 cm, ukuran lingkar
kepala 59 cm. Kedua orang tua klien selalu disamping klien, ibu klien terlihat cemas terhadap
proses penyakit dan pengobatan, ibu klien terlihat mampu memberikan obat dan susu dengan
tepat dan benar, melakukan perawatan mulut dengan benar, dan mampu memandikan By. R.
By. R dilakukan pungsi pengambilan cairan kepala pada tanggal 2 desember 2014
sebanyak 405cc dengan kesan: terdapat peningkatan kadar protein cairan otak tanpa
peningkatan sel, penurunana kadar glukosa dan kadar Natrium, cairan berwarna jernih.
Terlihat By.R: kepala membesar ukurannya 59 cm, tidak ada sunset eyes, gangguan
menelan/ sulit makan, fontanel anterior menonjol, distensi vena kepala, sutura melebar,napas
cepat, tidak ada cracked pot diduga karena ada massa, tetapi hasil CT- scan tidak diketahui
adanya massa. Kesadaran alert, tidak menangis melengking. Benjolan di kedua parietal
dengan teraba lunak pada benjolan tetapi teraba keras disekitar benjolan. Dilakukan
transiluminasi, hasilnya cahaya senter tidak tembus. Hasil CT- scan: non-kontras dibanding
Ct-scan kepala tanggal 16 november dan 27 november dilatasi berat ventrikel lateral bilateral
dengan parenkim tipis di frontal relative STGA.
Terapi obat yang diberikan kepada klien : glaucon 50 mg: 2x1bks, cesfan 20 mg: 2x 1
bks. Rencana akan dilakukan VP shunt.

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
1. KLASIFIKASI
By. R mengalami hidrosefalus non komunikan karena hasil CT Scan: dilatasi berat
ventrikel lateral bilateral dengan parenkim tipis di frontal yang dapat menyebabkan
penyumbatan aliran CSF. Diduga disebabkan oleh virus pada saat kehamilan ibu
trimester 1.

2. FASE TUMBUH-KEMBANG
Usia 4 bulan :
a. Sudah mulai bisa mengangkat kepala setinggi 45 derajat
b. Memberikan reaksi ocehan
c. Tertawa sudah mulai keras
d. Dapat tersenyum saat diajak bicara atau tersenyum
e. Tertawa sudah mulai keras
f. Mulai mengenal ibu dengan penglihatan, pendengaran serta kontak
g. Bisa berbalik dari mulai tengkurap ketelentang
h. Sudah dapat mengengam benda yang ada dijari
i. Mulai memperluas jarak pandang.
By.R mengalami masalah pada fase tumbuh kembang .

3. TANDA DAN GEJALA pada By. R


a) Terjadi pembesaran ukurannya lingkar kepala 59 cm, normal pada bayi umur 4
bulan
b) Tidak ada sunset eyes
c) Gangguan menelan/ sulit makan
d) Fontanel anterior menonjol
e) Distensi vena kepala
f) Sutura melebar
g) Pernapasan cepat,
h) Tidak ada cracked pot diduga karena ada massa

4. KOMPLIKASI
Gangguan pada fase tumbuh kembang
5. PENATALAKSANAAN
a) Pengambilan pungsi cairan kepala
b) CT scan
c) Labolatorium : HB 13,6 , Leu 2500, Trom 556 ribu, Hema 418 %., Eritrosit
5.20
d) Terapi : glaucon 50 mg diberikan untuk terapi cairan, cefsan 20mg diberikan
untuk penyakit infeksi.

6. PENGKAJIAN
Terlampir

7. MASALAH KEPERAWATAN
TGL 2 Des 2014 :
1) Resti perubahan perfusi jaringan serebral
2) Resti kekurangan volume cairan
3) Ansietas
TGL 3 Des 2014 :
1) Ketidakefektifan jalan napas
2) Resti perubahan jaringan serebral
3) Resti kekurangan volume cairan
4) Resti kerusakan integritas kulit
5) Resti terjadinya infeksi
6) Ansietas

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
TGL 2 Des 2014 :
1) Resti perubahan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK
2) Resti Kekurangan volume cairan b.d muntah
3) Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan
TGL 3 Des 2014 :
1) Ketidakefektifan jalan napas b.d penumpukan slem
2) Resiko infeksi b.d pengambilan pungsi cairan
3) Resiko integritas kulit b.d adanya penekanan pada kepala (mika-miki)
9. DISCHARGE PLANING
a. Ajarkan ibu untuk mengubah posisi bayi setiap 4 jam
b. Ajarkan ibu perawatan bekas luka pungsi
c. Anjurkan ibu membatasi pengunjung untuk menghindari infeksi
d. Anjurkan ibu rutin follow up bayi
e. Anjurkan pada ibu memberikan cairan
f. Anjurkan ibu sering membersihkan slam dengan perawatan mulut
g. Jelaskan manfaat dan komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan shunt.

BAB V
KESIMPULAN

Hidrosefalus adalah respon tubuh terhadap keseimbangan produksi dan absorbsi


cairan CHF. Normalnya cairan CHF adalah 500ml/hari. By. R (4 bln) benar di diagnosa
dengan hidrosefalus karena tampak terlihat pembesara kepala 59cm, ubun-ubun cembung,
sutura melebar, pernapasan cepat adanya gangguan menelan, adanya penonjolan pada
fontanel anterior dan gangguan pada tumbuh kembang. Hasil CT scan terdapat dilatasi berat
ventrikel lateral bilateral.

DAFTAR PUSTAKA
Ball, jane. Dkk. 2008. Principles of Pediatrice Nursing. USA: pearson Education.
Wong’s. 2003. 7th edition. Nursing Care Of Infants and children.USA : Mosby.
James, Susan Rowen. Dkk. 2013. Nursing Care Of Children. USA : Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai