HIDROSEFALUS REVISI Fixxxxxxxxxxxxx
HIDROSEFALUS REVISI Fixxxxxxxxxxxxx
KEPERAWATAN ANAK
HIDROSEFALUS
Nama Kelompok :
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkatNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini menyajikan
tentang Asuhan Keperawatan pada Anak dengan HIDROSEFALUS dalam mata kuliah
Keperawatan Anak.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
penyusunan makalah ini, yaitu:
1. Ibu Asnet Leo Bunga, SKp., M.Kes selaku Ketua STIK Sint Carolus
2. Ibu Ns. Justina Purwarini, MKep.,Sp.Mat selaku Ketua Program Studi S-1
Keperawatan
3. Ibu Ns. Lina Dewi A, M.Kep., Sp.Kep. An, selaku koordinator mata kuliah
Keperawatan Anak
4. Ibu Ns. Elisabeth Isti Daryati, SKep.selaku pembimbing di lapangan
5. Ibu Ostina Saragih, SKM, selaku pembimbing dilapangan
6. Teman-teman S-1 Keperawatan jalur A semester V
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, sehingga kami
membutuhkan kritik dan masukan dari para pembaca agar kami dapat membuat makalah
yang lebih baik lagi.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dn chepalon yang berarti
kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif
yang menyebabkan dilatasi system ventrikel otak, dimana terjadi akumulasi CSS yang
berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaaan ini
disebabkan oleh karena terdapat ketidakseimbangan antaraproduksidan absorbs dari
CSS. Bila akumulasi CSS yang berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan
ini disebut higroma subdural atau koleksi cairan subdural.
Pada kasus akumulasi cairan yang berlebihan terjadi pada system ventrikel,
keadaan ini disebut sebagai hidrosefalus internal. Selain itu beberapa lesi intracranial
menyebabkan peningkatan TIK, namun tidak sampai menyebabkan hidrosefalus.
Peninggian volume CSS tidak ekivalen dengan hidrosefalus; ini juga dapat terjadi
atrofi serebral. Kebanyakan hidrosefalus pada anak-anak kanginital yang biasanya
sudah tampak pada masa bayi. Jika hidrosefalus tampak setelah umur 6 bulan
biasanya bukan karena congenital.
Hidrosefalus yang terjadi sebagai komplikasi meningitis bakteri dapat
dijumpai pada semua usia, tetapi lebih sering pada bayi daripada anak-anak. Cairan
serebrospinal yang berada di ruang subarakhnoid merupakan salah satu proteksi untuk
melindungi jaringan otak dan medula spinalis terhadap trauma atau gangguan dari
luar.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif
pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan–jaringan serebral
selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili
arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan
intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang–ruang tempat mengalirnya liquor.
CSF diproduksi 500ml/hari (Duffy, 2010). Beberapa tipe hydrocephalus :
a. Hidrocephalus Non – komunikasi (nonkommunicating hydrocephalus)
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah
bersikulasinya CSF. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang
berhubungan dengan malformasi congenital pada sistem saraf pusat atau diperoleh
dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi
sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan jaringan
adhesi atau bekas luka didalam sistem di dalam sistem ventricular. Pada klien dengan
garis sutura yag berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia 12–18 bulan dengan
tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda–tanda dan gejala–gejala
kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak–anak yang garis suturanya tidak bergabung
terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.
b. Hidrosefalus Komunikasi (Kommunicating hidrocepalus)
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk
mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional.
Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya
villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien
memperkembangkan tanda dan gejala–gejala peningkatan ICP). Pada tipe
communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan
atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup
maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
2.3 Patofisiologi
Jika terdapat obstruksi pada sistem ventrikuler atau pada ruangan sub arachnoid,
ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek
garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi
pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga
walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan.
Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba–tiba/akut dan dapat juga selektif
tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi
peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan
mengembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal (Penyakit
keluarga/keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl
dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi
yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan
terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV
melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah
tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum
yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional. Pada orang yang
lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai
akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikel cerebral menjadi sangat
membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak
komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan
absorbsi total akan menyebabkan kematian. Pada pelebaran ventrikular menyebabkan
robeknya garis ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan
absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka
akan terjadi keadaan kompensasi.
2.6 Etiologi
a) Cacat pada perkembangan bayi (Arnold chiari malformasion)
b) Tumor bawaan
c) Neoplasma
d) Kelainan kongenital
e) Meningitis
f) Subaracnoid hemoragic
g) Perdarahan
h) Bayi premature
i) Trauma kepala
j) Infeksi virus dan bakteri
Penatalaksanaan
a) Pemeriksaan lingkar kepala setiap hari
b) CT-scan CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan
jaringan dan adanya massa pada kepala , terlihat tengkorak mengalami penipisan
dengan sutura yang terpisah–pisah dan pelebaran vontanela.
c) MRI
d) Ventrikulography (menilai penyebab hidrosefalus) : Ventrikulogram menunjukkan
pembesaran pada sistim ventrikel.
e) Echoensefalografi
f) USG : mengetahui gambaran ukuran ventrikel
g) Lumbal pungsi
h) Transiluminasi : melihat seberapa banyak cairan yang ada dengan menggunakan
senter
i) Ventrikuloatrial shunt
j) Ventrikuloperitoneal shunt : semacam pamasangan selang yang ditempatkan
didalam otak akan mengalirkan CSF ke daerah lain, biasanya perut.
k) Endoscopic third ventikulostomi
l) Terapi farmakologi :
Intra ventrikular antibiotik
Asetasolamit (inhibisi LCS)
Furosemid (menggurangi sekresi cairan plexus coroid dan meningkatkan
absorbsi)
Steroid / manitol : menurunkan pembengkakan sekitar lesi yang
menyebabkan obstruksi aliran CSF
Dextrose 5% : untuk menambah nutrisi
2.8 PENGKAJIAN
2.8.1 Anamnese
Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda,
perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis
keras atau tidak.
Kekejangan: Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Riwayat kehamilan
Riwayat imunisasi
Riwayat perdarahan dikepala
Infeksi torch sitomegali virus
Riwayat vaksin
Riwayat infeksi virus dan bakteri
Nutrisi metabolic :Sulit makan, Sulit menelan, Muntah
Aktivitas dan latihan : Pembesaran kepala cepat, Sulit untuk menahan kepala
saat menengadah, Penurunan tingkat kesadaran, Apnea, Menangis
melengking.
Pemeriksaan Fisik :
a. Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
b. Inspeksi :
1) Anak dapat melihat keatas atau tidak.
2) Pembesaran kepala.
3) Sutura terpisah.
4) Fontanel membesar, menonjol, tegang.
5) Dahi menonjol dan mengkilat serta pembuluh dara terlihat jelas.
c. Palpasi
1) Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela
tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
d. Perkusi
Bunyi Craked-pot (seperti semangka matang)
e. Pemeriksaan Mata
1) Stabismus.
2) Respon pupil.
3) Diplopia
4) Papiledema
Observasi Tanda –tanda vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
a. Peningkatan tekanan darah.
b. Penurunan nadi / Bradicardia.
c. Peningkatan frekwensi pernapasan.
BAB III
KASUS
By. R ( 4 bln), didiagnosa menderita hidrosefalus. Ibu pasien mengatakan bahwa pada
trimester 1 ibu dirawat di rumah sakit selama 2 minggu karena menderita Demam Berdarah
Dengue. Pada trimester ke 3 dokter kandungan ibu mendiagnosa bahwa janin yang
dikandungnya menderita hidrosefalus, dan telah disarankan untuk terminasi, namun ibu
menolak. Ibu melahirkan secara Caesar, dan cukup bulan. By. R lahir dengan berat badan
4190 gr, tinggi badan 47 cm.
By. R dirujuk dari unit Goreti. Saat pertama kali pengkajian suhu: 36 0c, nadi :
80 x/ menit, penapasan : 35x/menit, berat badan 6000gr, tinggi badan 66 cm, ukuran lingkar
kepala 59 cm. Kedua orang tua klien selalu disamping klien, ibu klien terlihat cemas terhadap
proses penyakit dan pengobatan, ibu klien terlihat mampu memberikan obat dan susu dengan
tepat dan benar, melakukan perawatan mulut dengan benar, dan mampu memandikan By. R.
By. R dilakukan pungsi pengambilan cairan kepala pada tanggal 2 desember 2014
sebanyak 405cc dengan kesan: terdapat peningkatan kadar protein cairan otak tanpa
peningkatan sel, penurunana kadar glukosa dan kadar Natrium, cairan berwarna jernih.
Terlihat By.R: kepala membesar ukurannya 59 cm, tidak ada sunset eyes, gangguan
menelan/ sulit makan, fontanel anterior menonjol, distensi vena kepala, sutura melebar,napas
cepat, tidak ada cracked pot diduga karena ada massa, tetapi hasil CT- scan tidak diketahui
adanya massa. Kesadaran alert, tidak menangis melengking. Benjolan di kedua parietal
dengan teraba lunak pada benjolan tetapi teraba keras disekitar benjolan. Dilakukan
transiluminasi, hasilnya cahaya senter tidak tembus. Hasil CT- scan: non-kontras dibanding
Ct-scan kepala tanggal 16 november dan 27 november dilatasi berat ventrikel lateral bilateral
dengan parenkim tipis di frontal relative STGA.
Terapi obat yang diberikan kepada klien : glaucon 50 mg: 2x1bks, cesfan 20 mg: 2x 1
bks. Rencana akan dilakukan VP shunt.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
1. KLASIFIKASI
By. R mengalami hidrosefalus non komunikan karena hasil CT Scan: dilatasi berat
ventrikel lateral bilateral dengan parenkim tipis di frontal yang dapat menyebabkan
penyumbatan aliran CSF. Diduga disebabkan oleh virus pada saat kehamilan ibu
trimester 1.
2. FASE TUMBUH-KEMBANG
Usia 4 bulan :
a. Sudah mulai bisa mengangkat kepala setinggi 45 derajat
b. Memberikan reaksi ocehan
c. Tertawa sudah mulai keras
d. Dapat tersenyum saat diajak bicara atau tersenyum
e. Tertawa sudah mulai keras
f. Mulai mengenal ibu dengan penglihatan, pendengaran serta kontak
g. Bisa berbalik dari mulai tengkurap ketelentang
h. Sudah dapat mengengam benda yang ada dijari
i. Mulai memperluas jarak pandang.
By.R mengalami masalah pada fase tumbuh kembang .
4. KOMPLIKASI
Gangguan pada fase tumbuh kembang
5. PENATALAKSANAAN
a) Pengambilan pungsi cairan kepala
b) CT scan
c) Labolatorium : HB 13,6 , Leu 2500, Trom 556 ribu, Hema 418 %., Eritrosit
5.20
d) Terapi : glaucon 50 mg diberikan untuk terapi cairan, cefsan 20mg diberikan
untuk penyakit infeksi.
6. PENGKAJIAN
Terlampir
7. MASALAH KEPERAWATAN
TGL 2 Des 2014 :
1) Resti perubahan perfusi jaringan serebral
2) Resti kekurangan volume cairan
3) Ansietas
TGL 3 Des 2014 :
1) Ketidakefektifan jalan napas
2) Resti perubahan jaringan serebral
3) Resti kekurangan volume cairan
4) Resti kerusakan integritas kulit
5) Resti terjadinya infeksi
6) Ansietas
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
TGL 2 Des 2014 :
1) Resti perubahan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK
2) Resti Kekurangan volume cairan b.d muntah
3) Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan
TGL 3 Des 2014 :
1) Ketidakefektifan jalan napas b.d penumpukan slem
2) Resiko infeksi b.d pengambilan pungsi cairan
3) Resiko integritas kulit b.d adanya penekanan pada kepala (mika-miki)
9. DISCHARGE PLANING
a. Ajarkan ibu untuk mengubah posisi bayi setiap 4 jam
b. Ajarkan ibu perawatan bekas luka pungsi
c. Anjurkan ibu membatasi pengunjung untuk menghindari infeksi
d. Anjurkan ibu rutin follow up bayi
e. Anjurkan pada ibu memberikan cairan
f. Anjurkan ibu sering membersihkan slam dengan perawatan mulut
g. Jelaskan manfaat dan komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan shunt.
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ball, jane. Dkk. 2008. Principles of Pediatrice Nursing. USA: pearson Education.
Wong’s. 2003. 7th edition. Nursing Care Of Infants and children.USA : Mosby.
James, Susan Rowen. Dkk. 2013. Nursing Care Of Children. USA : Elsevier.