Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur khadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Ridho-NYA sehingga
penulis bisa menyelesaikan laporan Non Destructive Test (NDT) ini tanpa halangan suatu
apapun.

Makalah ini berisi tentang pengujian NDT dengan menggunakan metode Penetrant Test.
Makalah ini di buat berdasarkan hasil praktek yang telah di lakukan pada hari sebelum nya.

Penulis mengucapkan Terima kasih kepada Assisten laboratorium NDT yang telah membantu
praktikan dalam pengujian NDT. Selain itu penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat di harapkan
demi penyempurnaan makalah ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
pada umumnya dan bagi penulis pada khususya.

Wasalamu’alaikum Wr.Wb

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………...i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….iii

Bab I Pendahuluan .................................................................................................................................. 1


1.1 TUJUAN PRAKTIKUM ............................................................................................................... 1
1.2 DASAR TEORI............................................................................................................................. 1
Bab II Metode Pengujian......................................................................................................................... 2
2.1 Metode Pengujian .................................................................................................................... 2
2.2 Macam – Macam Metode Pengujian ....................................................................................... 3
2.2.1 Visual Inspection (VT) .................................................................................................... 3
2.2.2 Liquid Penetrant Test (PT) .............................................................................................. 3
2.2.3 Magnetic Particle Inspection (MT) ................................................................................. 3
2.2.4 Eddy Current Test atau Elektromagnetic Test (ET) ........................................................ 4
2.2.5 Ultrasonic Inspection (UT) .............................................................................................. 4
2.2.6 Radiographic Inspection (RT) ......................................................................................... 4
2.2.7 Acoustic Emission Testing (AE) ..................................................................................... 5
2.2.8 LEAK TEST (LT) ........................................................................................................... 5
Bab III PROSEDUR PRAKTIKUM ....................................................................................................... 9
3.1 Sebelum Praktikum ..................................................................................................................... 9
3.2 Saat Praktikum ............................................................................................................................. 9
3.3 Selesai Praktikum ........................................................................................................................ 10
Bab IV ................................................................................................................................................... 11
ANALISA ............................................................................................................................................. 11
Bab V..................................................................................................................................................... 12
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 12

iii
Bab I
Pendahuluan

1.1 TUJUAN PRAKTIKUM


1. Memahami teknik inspeksi menggunakan metode penetrant test
2. Mampu melakukan pendeteksian cacat permukaan / terbuka dengan metode penetrant test

1.2 DASAR TEORI


Pengevaluasian atau inspeksi terhadap suatu diskontinyuitas padakonstruksi yang
menggunakan material logam, sebaiknya dilakukan secara rutin, untuk mengurangi risiko
terjadinya kecelakaan kerja, dan juga akan mempermudah perawatannya. Untuk melakukan
pengevaluasian atau inspeksi tersebut diperlukan suatu metoda pengujian yang sekiranya
mampu mendeteksi keberadaan diskontinyuitas pada suatu logam material.Uji liquid
penetrant merupakan salah satu metoda pengujian jenis NDT (Non-Destructive Test) yang
relatif mudah dan praktis untuk dilakukan. Liquid Penetrant Testing (LPT) adalah cara tanpa
merusak (nondestructive means) untuk melokalisir cacat pada permukaan (surface
discontinuities) berdasar kapilaritas atau aksi kapilar (Capillarity / Capillary Action).Uji
liquid penetran ini dapat digunakan untuk mengetahuidiskontinyuitas halus pada permukaan
seperti retak, berlubang ataukebocoran. Liquid penetrant dengan warna tertentu (merah)
meresap masuk kedalam diskontinyuitas, kemudian liquid penetrant tersebut dikeluarkandari
dalam diskontinyuitas dengan menggunakan cairan pengembang(developer) yang
warnanya kontras dengan liquid penetrant (putih).

1
Bab II
Metode Pengujian

2.1 Metode Pengujian


Terdeteksinya diskontinyuitas adalah dengan timbulnya bercak-bercak merah (liquid
penetrant) yang keluar dari dalam diskontinyuitas . Diskontinyuitas yang mampu dideteksi
dengan pengujian ini adalah diskontinyuitas yang bersifat terbuka dengan prinsip kapilaritas
seperti pada gambar . Deteksi diskontinyuitas dengan cara ini tidak terbatas padaukuran,
bentuk arah diskontinyuitas, struktur bahan maupun komposisinya. Liquid penetrant dapat
meresap kedalam celah diskontinyuitas yang sangat kecil. Pengujian penetrant tidak dapat
mendeteksi kedalaman dari diskontinyuitas. Proses ini banyak digunakan untuk menyelidiki
keretakan permukaan (surface cracks), kekeroposan (porosity), lapisan-lapisan bahan,dll.
Penggunaan uji liquid penetrant tidak terbatas pada logam ferrous dan non ferrous saja tetapi
juga pada ceramics, plastic, gelas, dan benda-benda hasil powder metalurgi.
Penggunaan uji liquid penetrant ini sangat terbatas, misalnya :
1. Keretakan atau kekeroposan yang ada dapat dideteksi jika keretakan tersebut merembat
hingga ke permukaan benda. Sedangkan keretakanyang ada dibawah permukaan
benda, tidak akan terdeteksi dengan menggunakan metoda pengujian ini.
2. Pada permukaan yang terlalu kasar atau berpori-pori juga dapat mengakibatkan indikasi
palsu.
3. Metoda pengujian ini tidak dianjurkan untuk menyelidiki benda- benda hasil hasil
metallurgy yang kurang padat.

2
2.2 Macam – Macam Metode Pengujian
Dalam aplikasinya NDT menggunakan bermacam – macam metode yang sekarang
terus berkembang untuk memperoleh cara yang lebih baik. Beberapa metode Non Destructive
Testing meliputi :

2.2.1 Visual Inspection (VT)


Sering kali metode ini merupaka langkah yang pertama kali diambil dalam
melaksanakan NDT/ Metode ini bertujuan menemukan cacat atau retak permukaan dan
korosi pada material. Dalam hal ini tentu saja adalah retak, cacat yang dapat terlihat oleh
mata telanjang atau dengan bantuan alat seperti kaca pembesar, kaca atau borescopes.

2.2.2 Liquid Penetrant Test (PT)


Liquid Penetrant Test atau biasa disebut DYE penetrant test merupakan salah satu
metode NDT.Metode ini digunakan untuk menemukan cacat di permukaan dari suatu
material, baik logam maupun non logam, seperti keramik dan plastic fiber. Melalui
metode ini, cacat pada permukaan material akan terlihat. Caranya adalah dengan
memberikan cairan berwarna terang pada permukaan material yang diinspeksi, viasanya
warna merah.Cairan ini harus memiliki daya penetrasi yang baik dan viskositas yang
rendah agar dapat masuk pada cacat di permukaan material.Selanjutnya, penetrant yang
tersisa di permukaan material disingkirkan dengan cairan pembersih. Cacat akan nampak
jika ada cairan penetrant yang tertinggal dicelah permukaan material setelah developer
disemprotkan. Untuk menentukan cacat atau tidaknya suatu material tergantung standar
apa yang digunakan serta pengalaman dari non Destructive technician itu sendiri, sebab
butuh ketelitian tinggi walaupun metode ini terlihat sederhana .

Kelemahan dari metode ini antara lain adalah bahwa metode ini hanya bisa diterapkan
pada permukaan terbuka. Metode ini tidak dapat di terapkan pada komponen dengan
permukaan kasar, berlapis, atau berpori. Metode ini juga tidak dapat untuk mendetksi
crack di dalam material.

2.2.3 Magnetic Particle Inspection (MT)


Dengan menggunakan metode ini, cacat permukaan (surface) dan bawah permukaan
(subsurface) sutu komponen dari bahan ferromagnetic dapat di ketuhi. Prinsipnya adalah
dengan memagnetisasi bahan yang akan di uji. Adanya cacat yang tegak lurus arah
medan magnet akan menyebabkan kebocoran medan magnet. Kebocoran medan magnet
ini mengindikasikan adanya cacat pada material. Cara yang di gunakan untuk mendeteksi

3
adanya kebocoran medan magnet adalah dengan menaburkan partikel magnetic
dipermukaan. Partikel – partikel tersebut akan berkumpul pada daerah kebocoran medan
magnet.

Kelemahan metode ini hanya bisa diterapkan untuk metraial ferromagnetic. Selain itu,
medan magnet yang dibangkitkan harus tegak lurus atu memotong daerah ratak serta
diperlukan demagnetisasi di akhir inspeksi.

2.2.4 Eddy Current Test atau Elektromagnetic Test (ET)


Inspeksi ini memanfaatkan prinsip electromagnet. Prinsipnya, arus listrik dialirkan
pada kumparan untuk membangkitkan medan magnet di dalamnya. Jika medan magnet
ini dikenakan pada benda logam yang akan diinspeksi, maka akan terbangkit arus Eddy.
Arus Eddy kemudian menginduksi adanya medan magnet. Medan magnet pada benda
akan berinteraksi dengan medan magnet pada kumparan dan mengubah impedansi bila
ada cacat. Indikasi cacat dapat terlihat saat menaburkan serbuk magnetic diatas
permukaan material.

Keterbatasan dari metode ini yaitu hanya dapat di terapkan pada permukaan yang
dapat di jangkau.Selain itu, metode ini juga hanya di terapkan pada bahan logam saja.

2.2.5 Ultrasonic Inspection (UT)


Prinsip yang digunakan adalah prinsip gelombang suara.Gelombang suara yang
dirambatkan pada specimen uji dan sinyal yang ditransmisi atau dipantulkan diamati dan
interpretasikan. Gelombang ultrasonic yang digunakan memiliki frekuensi 0,5 – 20 MHz.
Gelombang suara akan terpengaruh jika ada void, retak, atau delaminasi pada material.
Gelombang ultrasonic ini dibangkitkan oleh tranducer dari bahan piezoelektri yang dapat
merubah energy listrik menjadi energy getaran mekanik kemudian menjadi energy listrik
lagi.

2.2.6 Radiographic Inspection (RT)


Metode NDT ini dapat untuk menemukan cacat pada material dengan menggunakan
sinar X dan sinar gamma.Prinsipnya, sinar X dipancarkan menembus material yang
diperiksa. Saat menembus objek, sebagian sinar akan diserap sehingga intensitasnya
berkurang. Intensitas akhir kemudian direkam pada film yang sensitive. Jika ada cacat
pada material maka intensitas yang terekam pada film tentu akan bervariasi. Hasil
rekaman pada film ini lah yang akan memperlihatkan bagian material yang mengalami
cacat.

4
2.2.7 Acoustic Emission Testing (AE)
Acoustic Emission (AE) adalah keluarnya gelombang akustik, dalam range frekuensi
20 Khz – 1 Mhz dari suatu materialketika material tersebut mengalami pemebanan /
stimulasi oleh gangguan luar. Emisi akustik ini diibangkitkan dari deformasi local,
misalnya berupa retak (crack) yang mengakibatkan stress local dan mengemisikan energy
pulsa elastic yang akan merambat ke seluruh interior material. Sensor diletakkan pada
permukaan komponen / struktur material untuk menagkap energy ini.Sinyal emisi
diamplifikasi dan difilter oleh system pengelolah sinyal untuk kemudian dimonitor pada
layar PC secara real time. Lokasi kerusakan material dapat diketahui dengan cara
mengekstrak koordinat sumber AE seakurat mungkin. Sangat berguna untuk investigasi
kerusakan local, khususnya dalam skala mikro, didalam material. Selain itu mampu
memonitor seluruh system secara bersamaan dan real time.Bahkan saat material tersebut
sedang dioperasikan dalam suatu kegiatan industry.

2.2.8 LEAK TEST (LT)


Leak Test adalah pengujian tingkat kebocoran yang terjadi pada komponen yang
bertekanan saat berada pada kondisi tertutup rapat. Metode ini dapat diaplikasikan
dengan menggunakan electronic listening devices, pressure gauge measurements, gas
dan cairan penetrant, atau cara yang sederhana menggunakan busa sabun. Biasanya ini
dilakukan pada reinforcing pad of opening, menggunakan udara. Kadang – kadang di
counter cheek dengan bubble soap. Sehingga sering di sebut juga bubble test.
Diaplikasikan pada semua peralatan yang mempunyai pads pada bagian pressure (PV,
HE, Tank, dll). Bisa juga leak test di lakukan tanpa sabun. Material diinjeksi dengan
udara bertekanan dan di rendam dalam tanki air untuk beberapa waktu (di gunakan dalam
pengetesan fuel tank untuk forklift).Ini lebih efektif dibandingkan dengan sabun.

Klasifikasi liquid penetrant sesuai cara pembersihannya


Liquid penetrant bila dilihat dari cara pembersihannya dapatdiklasifikasikan menjadi tiga
macam metoda dan ketiganya memiliki perbedaan yang mencolok. Pemilihan salah satu
system bergantung padafaktor-faktor :
1. Kondisi permukaan benda kerja yang diselidiki
2. Karakteristik umum discuntinuity/keretakan logam
3. Waktu dan tempat penyelidikan
4. Ukuran benda kerja

5
Metoda pengujian liquid penetran ini diklasifikasikan sesuaidengan cara
pembersihannya, yaitu :

1.Water Washable Penetrant System


Sistem liquid penetrant ini dapat berupa fluorescent. Proses pengerjaannya cepat dan
efisien. Pembilasan harus dilakukan secarahati-hati, karena liquid penetran dapat terhapus
habis dari permukaandiskontinyuitas.

2.Post Emulsifible System


Biasa digunakan untuk menyelidiki keretakan yang sangat kecil,menggunakan
penetrant yang tidak dapat dibasuh dengan air. Penetrant jenis ini dilarutkan dengan oli dan
membutuhkan langkah tambahan pada saat penyelidikan yaitu pembubuhan emulsifier yang
dibiarkan pada permukaan spesimen.

3.Solvent Removable System


Solvent removable sistem digunakan pada saat pre cleaning dan pembasuhan
penetrant. Penetrant jenis ini larut dalam oli. Pembersihan penetrant secara optimum dapat
dicapai dengan cara mengelap permukaan benda kerja dengan lap yang telah
dilembabkan dengan solvent. Tahap akhir dari pengelapan dilakukan dengan
menggunakankain kering. Penetrant juga dapat dihilangkan dengan cara membanjiri permukaan
benda kerja dengan solvent.

Klasifikasi liquid penetrant berdasarkan pengamatannya


Berdasarkan pengamatannya ada tiga jenis liquid penetrant, yaitu:

1.Visible Penetrant
Pada umumnya visible penetrant berwarna merah. Hal ini ditunjukkan pada
penampilannya uang contrast terhadap latar belakang warnadevelopernya. Proses ini tidak
membutuhkan pencahayaan ultra violet,tetapi membutuhkan cahaya putih minimal 1000 lux
untuk pengamatan.

6
2.Fluorescent Penetrant Liquid
penetrant ini adalah yang dapat berkilau bila disensivitasfluorescent penetrant
bergantung pada kemampuannya untuk menampilkan diri terhadap cahaya ultra violet yang
lemah padaruangan yang gelap.

3.Dual Sensitivity Penetrant


Pada system ini, specimen mengalami dua kali pengujian yaitu visible penetrant dan
fluorescent penetrant, sehingga dengan dual sensitivitydapat diperoleh hasil dengan ketelitian
yang lebih tinggi dan akurat.

Acceptance Criteria
Dalam uji ini material dapat dinyatakan memiliki cacat yang harus di reject apabila
material tersebut secara umum memiliki ukuran cacat yang lebih dari 1,6mm. dan material
tersebut dapat diterima apabila permukaannya bebas dari :
1. Linier indication
Suatu cacat dikatakan memiliki indikasi linier apabila pada cacattersebut memiliki
panjang lebih dari 3 kali lebarnya.
2. Rounded indication
Suatu cacat dikatakan memiliki indikasi lingkaran apabila padacacat tersebut memili
panjang kurang dari 3 kali lebarnya.
3. Material tersebut akan di reject apabila memiliki panjang atau lebar indikasi lingkaran
lebih dari 4,8 mm.
4. Material tersebut akan di reject apabila memiliki 4 ataulebih indikasi lingkaran yang
tersusun dalam satu baris,dengan jarak antara indikasi lingkaran kurang dari
1,6mm.
Maka, apabila permukaan suatu material bebas dari kedua indikasi yang telah disebutkan di
atas, material tersebut dapat diterima.

ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
a. Alat
1. Penggaris
2. Kain
3. Stop Watch
4. Lampu
5. Light Intensity

b. Bahan

7
1. Spesimen Uji
a. Part Name : Plate
b. Part No. : MT-5866
c. Material : Carbon Steel
2. Cleaner (SKC-S ; Batch No. 1DE03K)
3. Penetrant (SKL-SP1; Batch No. 08E17K)
4. Developer (SKD-S2 ; Batch No. 07K13K)

8
Bab III
PROSEDUR PRAKTIKUM

3.1 Sebelum Praktikum

1. Memeriksa kelengkapan peralatan penetran test kit yang akan digunakan


2. Mencatat semua data yang diperlukan pada laporan nati yang didapat dari
seluruh peralatan yang digunakan (spesfikasi material / alat, batch number product, serial
number alat).
3. Memastikan semua bahan maupun peralatan bantu yang akan digunakan
dalam pelaksanaan praktikum penetrant test ini sperti specimen uji, sikat kawat dan
kain pembersih (majun).

3.2 Saat Praktikum

1. Membersihakan permukaan benda uji yang akan dilakukan pentrant test


denganmenggunakan bahan maupun peralatan sesuai dengan kondisi permukaan benda uji.
2. Melakukan pemberian penetran pada permukaan yang akan dievaluasi kondisi
cacatnyadengan cara menyemprotkan penetrant secukupnya secara merata.
3. Membiarkan penetrant berada di permukaan benda uji selama 10menit (dwell time)
bergantung pada bahan specimen uji dan produk penetrant yang digunakan.

4. Membersihkan penetrant dari permukaan beda uji dengan cara sesuai dengan
jenis penetrant yang digunakan (dalam hal ini adalah jenis solvent base penetrant),
sehinggadapat langsung dibersihkan dengan menggunakan kain pembersih dan cleaner /
remover secukupnya bila perlu.

9
5. Memberikan waktu sebentar agar kemungkinan cleaner / remover yang ada dapat
mengering.
6. Menyemprotkan developer secara merata keseluruh permukaan benda uji secukupny adan
biarkan selama 10 menit (dwell time) bergantung pada produk developer yangdigunakan.
7. Melakukan pengamatan dan evaluasi terhadap semua indikasi yang ada.

3.3 Selesai Praktikum


1. Membersihkan permukaan benda uji dari bahan-bahan penetrant test yang menepeldengan
menggunakan kain maupun cleaner / remover bila perlu.
2. Membersihkan semua peralatan dan tempat praktek, kembalikan / smpan peralatan
dan bahan peraktikum pada tempat yang ditentukan (laporkan kepada petugas
laboratoriumuntuk dibereskan).
3. Membuat laporan sementara hasil praktikum segera terutama cacat semua data
yangdiperlukan untuk pembuatan laporan lengkap (nama alat/bahan, spesifikasi,
batchnumber, serial number, gambar skets dan ukuran indikasi cacat yang ditemukan
selama praktikum).

10
Bab IV
ANALISA

White Light Intensity = 1100 lux/fc


Dari gambar diatas terlihat bahwa terdapat cacat pada daerah ulir Bevel Gear. Jumlah
cacat yang kami temukan adalah 1 buah.
Cacat ini merupakan cacat linear yang mempunyai panjang 5 mm. Berdasarkan
acceptance standards maka cacat ini tidak dapat diterima (rejected) karena ukurannya
termasuk pada ukuran yang tidak disyaratkan . karena dapat menyebabkan terjadinya patahan
pada ulir bevel gear nantinya.

11
Bab V
KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa terdapat


discontinuity pada material yakni berupadiscontinuity garis (linear) yang memanjang pada
permukaan material .
Pada percobaan ini kami menemukan 2 discontinuity pada permukaan material yaitu :
1. Diskontinuity liniear dengan p= 2 mm
2. Diskontinuity rounded dengan p= 20 mm
Hasil dari discontinuity didapatkan :
1. flaw no.1 = diterima (accepted)
2. flaw no.2 = ditolak (rejected)

12

Anda mungkin juga menyukai