Kelas : 1A
Mata Kuliah. : Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Ivony R. Sapan, S.S.
Doa merupakan hal yang penting bagi kehidupan karena kita bisa
berkomunikasi dengan Tuhan. Doa adalah nafas kehidupan umat yang percaya.
Saat yang paling membahagiakan dalam kehidupan ini adalah saat kita dapat
berbicara kepada Tuhan tanpa batasan atau hambatan apapun, kapanpun dan
bagaimana pun.
Doa adalah energi yang menumbuhkan warga jemaat selaku anggota tubuh
Kristus. Hal ini terlihat dalam pertumbuhan gereja pada Kisah Para Rasul Doa
memberikan kekuatan dan kuasa kepada para rasul dan orang percaya lainnya
yang berani bersaksi tentang Kristus. Sehubungan dengan hal ini Bill Hybels.
menyatakan: "Jika kita bekerja maka kitalah yang mengerjakan pekerjaan itu,
tetapi jika kita berdoa maka Tuhanlah yang mengerjakannya untuk kita".
Dalam perjanjian lama, dijelaskan doa dan tempat ibadah yaitu :
Pada 1 Raja-raja 17:2-6
Pada Kejadian 32 : 22
Pada Daniel 6 : 11b
Misi : ialah segala daya dan upaya yang digunakan untuk mencapai visi dan tugas
yang
Dirasakan orang sebagai suatu kewajiban untuk melaksanakannya demi
agama,
Ideologi, patriotisme dan sebagainya.
Fasilitas Pendukung
Rumah Doa
Di Taman Doa Durin Simbelang
Teologi Praktika
Secara etimologi teologia(Yunani;theos: Allah, dan Logos: kata atau ilmu)
berarti ilmu yang mempelajari tentang Allah. Ruang lingkup teologia mencakup
hal-hal yang tidak terbatas dan yang terbatas. Sedangkan Praktika praksis atau
perbuatan , hal-hal yang diperbuat atau dilaksanakan. Jadi secara etimologis
teologia praktika berarti ilmu yang membicarakan tentang praktis dan pelayanan
gereja sebagai respon atas karya dan perbuatan Allah atas dunia dan manusia.
Dengan demikian teologia Praktika juga membahas masalah dia yang bukan
hanya terbuka tetapi merupakan kewajiban bagi semua orang. Dengan demikian
taman doa merupakan ruang lingkup pembahasan teologia praktika.
Sikap Berdoa
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berdoa yaitu harus didasarkan
kepada iman dan kepercayaan. Doa dialamatkan kepada Allah melalui Tuhan
Yesus. Tentang bagaimana sikap atau posisi badan dalam berdoa, Alkitab
memberi kesaksian yang beranekaragam tentang hal ini. Ada posisi berd (1 Raj.
8:22, Neh, 9:4-5), posisi duduk (1 Taw. 17:16), berlutut (Ezr. 95) tidur di
pembaringan (Mzm. 63:7), tersungkur ke tanah (Kel. 34:8), berbaring di tanah (2
Sam. 12:16), dan mengangkat tangan ke atas (Mzm. 28:2, Yes 1:15, 1 Tim. 2:8).
Doa atau permohonan di dalam Alkitab juga diungkapkan dengan cara yang
berbeda-beda, umpamanya. Berdoa dalam hati (1 Sam 1:13), dengan suara
nyaring (Neh. 9:4, Yeh. 11:13), berdoa dengan suara mengerang (Rom. 8:26), dan
dengan keyakinan bahwa Roh akan menyampaikan permohonan itu kepada
Tuhan. Doa juga disampaikan dengan cara menyanyi kepada Tuhan (Mzm. 92:2-
3, Ef. 5:19-20, Kol 3:15). Namun yang paling penting diperhatikan adalah doa
harus didasarkan kepada iman yang sungguh. Doa tanpa percaya bukanlah berdoa
kepada Allah. Sebab Firman Allah la mengatakan bahwa la adalah Allah yang
dapat dipercayai dalam segala hal. Karena itu tanpa percaya orang tidak dapat
datang kepadaNya.
Di samping iman,doa juga harus disampaikan dengan ketekunan mencakup
kesungguhan, kepasrahan, kepolosan, ketekunan dan kerendahan hati. Ada
beberapa usaha yang dilakukan untuk menunjukkanketekunan dan kesungguhan
dalam berdoa umpamanya: Doa sering diawali dengan puasa (Ezr. 8:21, Neh. 1:4,
Dan. 9:3-4, Luk 2.37) Mengusahakan tempat yang mendukung untuk membangun
atau menciptakan kesungguhan tersebut, umpamanya dengan membaca Alkitab
dengan perlahan, atau mengiringi doa dengan musik dan nyanyian. Atau dengan
mencari tempat tempat yang khusus sehingga di tengah keheningan kita dapat
menyampaikan dengan bebas dan tulus doa-doa kita kepada Allah. Keheningan
dapat membantu pikiran, hati dan jiwa kita untuk merasakan kehadiran Allah di
dalam diri kita.
Waktu Berdoa
Sebagaimana doa merupakan suatu bentuk komunikasi khusus antara umat
dengan Allah maka di dalam berdoa sebenarnya umat juga membutuhkan waktu
yang khusus dalam berdoa. Orang Yahudi selalu berdoa tiga kali setiap hari, yaitu
doa waktu siang, waktu petang, dan waktu malam. Sedangkan Raja Daud memuji
Tuhan tujuh kali sehari (Mazmur 119:164) Nabi Daniel tiga kali sehari berlutut,
berdoa serta memuji AllahNya seperti yang biasa dilakukannya (Daniel 6:11b).
Tempat Berdoa
Di dalam Perjanjian Lama tempat-tempat berdoa diutamakan pada tempat-
tempat khusus. Di samping itu juga ditemukan doa-doa pribadi di luar bait Allah
dan rumah misalnya: Musa berdoa di puncak bukit (Kel 34:2), Yosua berdoa di
kaki bukit, Elia berdoa di tempat kamar khususnya (1 Raj. 17: 19), Daniel berdoa
di kamar atas rumahnya yang dilengkapi dengan tingkap-tingkap yang terbuka ke
arah Yerusalem (Daniel 6:11), Yakub berdoa di tepi sungai Yabok.
Jika orang percaya memiliki tempat doa yang khusus untuk berdoa maka doa
umat percaya akan berkuasa. Orang-orang Kristen Cina mempunyal sebuah
pomeo “Sedikit doa, sedikit kuasa, tidak ada doa, tidak ada kuasa. Doa adalah
suatu privilege (privilegium = hak yang diberikan sebagai keistimewaan) dari
Allah kepada manusia.
Di dalam Perjanjian Baru ada penekanan akan kebebasan tempat walaupun
masih ada tempat-tempat atau persekutuan-persekutuan khusus. Kebebasan ini
nampak dari tempat Tuhan Yesus atau para rasul atau jemaat yang berdoa baik
secara pribadi maupun secara kelompok. Yesus memilih tempat yang khusus yaitu
taman atau bukit untuk berdoa. Di bukit itu selain berdoa sekaligus juga untuk
melaksanakan pengajaran, penyembuhan orang sakit dan pelayanan lainnya.
Tempat dan waktu sebenarnya tidak menjadi persoalan besar dalam menentukan
doa kita, walaupun itu sering menjadi bahan perdebatan. Heiler menemukan
bahwa ada kecenderungan para ahli pada awal abad ke 20 membicarakan doa dari
segi metode dari pada isi dan rohani Tetapi yang lebih penting adalah persiapan
iman, hati dan seluruh hidup kita. Jadi PL maupun PB memperlihatkan bahwa
Bait Allah atau gereja dipahami sebagai tempat untuk beribadah atau berdoa.
Secara Alkitabiah panggilan untuk berdoa bukanlah sesuatu yang bersifat
temporal dan situasional tetapi kapan dan di mana saja.
Ada pertanyaan: mengapa Tuhan Yesus atau para rasul memilih tempat-
tempat berdoa di bukit, di gunung, di taman, atau di rumah untuk berdoa?
pemilihan tempat itu adalah untuk membentuk hubungan yang lebih khusus, erat,
pribadi dan antara si pendoa dengan Tuhan. Berdoa di rumah seperti yang
dilakukan oleh jemaat pada zaman Perjanjian Lama sangat baik, tetapi pada saat
sekarang ini di rumah juga sudah banyak gangguan seperti dering telepon, suara
kendaraan yang masuk ke rumah, tamu-tamu yang datang, gonggongan anjing
sehingga konsentrasi terganggu. Dari sisi ini jelaslah bagi kita pentingnya usaha
untuk mempersiapkan tempat-tempat khusus untuk menjadi tempat berdoa bagi
jemaat. Kesadaran tentang visi dan misi yang seperti inilah yang melatar-
belakangi didirikannya Taman Doa Sola Gratia yang berlokasi di Durin
Simbelang yang menjadi objek penelitian penulis dalam buku ini.
Pengangkatan istilah taman’ (garden) untuk menyebut tempat bukanlah sesuatu
yang kebetulan tetapi memiliki landasan Alkitab. Di dalam Alkitab kita
menemukan istilah Taman Eden sebagai tempat manusia pertama di tempatkan
oleh Allah di bumi (Kej. 2.8-18). Istilah Taman Eden tidak hanya ditujukan
sebagai tempat manusia saja tetapi dikenal sebagai taman Allah.
Seperti yang dikatakan oleh Nancy B. Gibbs dan kawan-kawan dalam buku Di
Dapur dengan Tuhan (In The Kitchen with God) bahwa di tengah pekerjaan
rumah rutin yang sehari-hari harus diselesaikan kita harus tetap ambil waktu
sejenak bahkan di dapur sekalipun untuk melakukan saat teduh. Ini berarti bahwa
waktu dan tempat untuk berhubungan dengan Tuhan bisa dilakukan di mana saja
dan kapan saja.”
Demikian pula menurut Robert J. Exley dan kawan-kawan dalam bukunya Di
Kebun dengan Tuhan (In the Garden with God) yang intinya menegaskan bahwa
Tuhan memelihara hubungan dengan kita sama dengan seperti Tuhan memelihara
kebun milikNya. Membajak tanah, menyiram dan memupuki tanamannya dengan
teratur sehingga tumbuh dengan baik sama dengan Dia memelihara hubunganNya
dengan kitapun dengan setia.”
Dalam bukunya yang berjudul Bertemu Tuhan di Tempat-tempat Hening
(Meeting God in Quiet Places), sang penulis, F. Lagard Smith, merasakan
penyertaan Tuhan secara pribadi pada saat ia berjalan di daerah pertanian yang
sunyi di Inggris.
Buku Saat Hening dengan Tuhan untuk Para Wanita (Quiet Moments with God
for Women) berisi penegasan bahwa pada umumnya kehidupan wanita zaman
sekarang seolah-olah didikte oleh jadwal tugas maupun agenda kerja dan hal ini
sering menjadi pemicu stress yang semakin lama semakin berat. Dalam buku Saat
Hening dengan Tuhan Kesetiaan (Quiet Moments with God Devotional)
penulisnya mengatakan bahwa hadir dalam kebaktian hanya sekali seminggu
tidaklah cukup untuk mengisi kebutuhan “energi” rohani kita. Perlu waktu-waktu
khusus lain yang harus disediakan untuk menambah “energi” tersebut.
Dalam salah satu tulisan dalam buku Saat Hening dengan Tuhan untuk Para Ibu
(Quiet Moments with God for Mothers) dinyatakan bahwa meskipun menjadi
seorang ibu adalah satu pekerjaan yang sangat melelahkan dan menyita waktu,
seorang ibu tetap harus menyiapkan waktu dan tempat hening untuk berhubungan
secara pribadi dengan Tuhan,”
Pokok-Pokok kita
Ada beberapa topik doa yang sering dilakukan, yaitu:
Doa Pribadi
Doa pribadi merupakan doa yang dinaikkan secara pribadi kepada Tuhan yang
sebagian besar doa ini berisikan hal-hal maupun permohonan yang berkaitan
dengan keinginan pendoa sendiri. Doa pribadi ini dapat bersifat doa
pengampunan, doa perlindungan dan doa penyembuhan.
Doa Keluarga
Doa keluarga merupakan doa yang dinaikkan bersama-sama baik oleh anggota
secara keseluruhan maupun sebagian dari anggota keluarga, pokok doa yang
utama adalah hal-hal yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga secara utuh
dan kepentingan masing-masing anggota keluarga
Salah satu doa keluarga atau jemaat adalah doa puasa. Adapun alasan berpuasa
adalah:
1) Kita berpuasa sebagai ketaatan akan Firman Allah. (Yoel: 12,2 Kor. 6:4-6,
Mat. 9:15).
2) Kita berpuasa untuk merendahkan diri kita di hadapan Allah dan untuk
mendapatkan anugerah dan kuasa-Nya. (Yak. 4.10).
3) Kita berpuasa untuk mengakhiri pencobaan-pencobaan yang Menghalangi
kita masuk dalam kuasa Allah. (Luk. 4)
4) Kita berpuasa untuk dimurnikan dari dosa dan membantu sesama untuk
dimurnikan juga.
5) Kita berpuasa untuk mendapatkan pimpinan Tuhan dalam melakukan
kehendak-Nya. (Kisah Para rasul 13:3-4, 14:23)
Doa Gereja
Doa gereja merupakan doa yang biasanya dinaikkan oleh pendeta maupun
anggota jemaal gereja yang bersangkutan, pokok doanya adalah untuk keutuhan
gereja, tuntunan dan penyertaan Tuhan atas gereja, juga doa untuk semua jemaal
gereja.
Kemudian pada zaman keemasan periode historikal kritis (1930-1960) ada dua
tokoh yang terkenal yang mempergumulkan tentang doa secara teologis yaitu
Eichrodt dan Von Rad. Eichrodt menemukan bahwa ada tiga bentuk hubungan
yang terjadi secara teologi yaitu hubungan antara Allah dengan umat-Nya, dunia
dan manusia. Von Rad dalam kajian teologianya menjabarkan doa dari segi
sejarah tradisi Israel.
Dari kajian kedua tokoh ini dapat disimpulkan pandangan teologia pada zaman
ini tentang doa, yaitu: Kedua pandangan ini didasarkan kepada pendekatan sejarah
agama. Sehingga seluruh bentuk-bentuk kultis keagamaan mewakili seluruh
bentuk kerohanian umat. Pandangan ini mengatakan bahwa agama dan praktek
keagamaan seperti halnya doa bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Doa merupakan inti pertumbuhan gerakan Pentakosta. Tidak ada kegiatan tanpa
doa. Kaum pentakosta menekankan peranan Roh Kudus. Roh Kudus bekerja dan
hadir membawa pembaharuan di dalam kehidupan doa. Aliran ini telah dapat
membangun kepribadian manusia secara personal dalam memahami kehadiran
Allah secara nyata.
Karena pentingnya doa maka aliran pentakosta juga menekankan adanya doa-
doa kelompok. Hal ini di dasarkan dengan pola kehidupan jemaat mula-mula
setelah turunnya Roh kudus. Menurut aliran ini ada beberapa fungsi diadakannya
doa kelompok yaitu:
Doa kelompok dapat menambah semangat kerohanian kita untuk lebih
yakin akan doa-doa kita.
Hal yang positif dalam doa seperti ini adalah jelas terlihat kedewasaan rohani dan
sifat altruis sebagai lawan egois. Doa seperti ini sering diucapkan pada perayaan
Natal Demikian pula cara berpuisi seperti itu lebih menarik dari cara biasa dan
jemaat harus dilatih dengan baik. Kelemahannya dalam doa ini sudah baku,
sehingga tidak ada yang timbul dari diri sendiri.
Konsep Doa
Pelatihan dalam kekudusan memerlukan hidup Kristiani yang berciri khas
terutama dalam seni doa. Tahun Yubileum telah merupakan tahun doa yang lebih
intensif, baik personal maupun komunal.
Dalam keempat Injil kita berulang kali menemukan catatan bahwa Yesus
berdoa, seringkali menyendiri untuk berdoa di tempat sunyi. Yesus tidak hanya
berdoa tetapi la juga mendesak murid-murid-Nya untuk berdoa. Dalam Kisah Para
Rasul dan surat-surat yang termuat dalam Perjanjian Baru kita tahu bahwa Para
Rasul dan umat Kristen mempraktekkan anjuran Yesus untuk berdoa. Santo
Paulus mengakui la “Senantiasa Berdoa (1 Korintus 1:4), “Mengucap syukur
setiap saat” (Pilipi 3: 4). La mengingatkan umat akan anjuran Yesus untuk berdoa
dengan tekun, baik secara pribadi maupun secara bersama, mewarnai kehidupan
umat Kristen sejak abad pertama. Seharusnya berdoa adalah kegiatan yang paling
membahagiakan, karena memang diciptakan untuk berpartisipasi dalam
kehidupan Allah, yaitu menikmati relasi pribadi dengan Bapa, Putra dan Roh
Kudus.
Di Lingkungan Protestan
Contoh Doa di Lingkungan Protestan
a. Doa Pembukaan pada Liturgi Kebaktian Minggu Advent
b. Doa persembahan
c. Doa sebelum Khotbah
d. Doa Pembukaan pada saat liturgi Kebaktian Minggu Pentakosta
d. Kesederhanaan
Bangunan rumah maupun corak kehidupan mereka sangat kontras dengan hidup
masyarakat Eropa. Makanannya sangat sederhana dan lebih mendekati vegetarian.
Mereka mengerjakan kebunnya untuk bahan makanan mereka dan dapat
merangkai bunga-bunga di padang. Mereka membuat lilin dan menjualnya untuk
biaya hidup mereka bersama. Namun mereka tetap juga masuk dalam kehidupan
modern.
e. Merayakan Perjalanan Hidup sehari-hari dengan Allah.
Kalau perlu, mereka mengubah jadwal mereka untuk lebih intensif mengikuti
perjalanan Yesus misalnya. Pada waktu Kamis Putih hingga Sabtu sebelum
kebangkitan Detik-detik perjalanan Yesus sedemikian padat dan menentukan, itu
mereka ikuti sehingga jam doa diperbanyak.
Namun tahun liturgi gereja yang berlangsung dalam satu tahun penuh mereka
persingkat lagi dan dituangkan dalam 24 jam sebagai berikut:
Jam 18.00-24.00 Dijalani sebagai Masa Advent hingga Masa Natal
Jam 24.00-06.00 Dijalani sebagai Masa Minggu-minggu Sengsara hingga
Masa Paskah.
Jam 06.00-12.00 Dijalani sebagai masa Pentakosta
Jam 12.00-18.00 Dijalani sebagai Masa Gereja (dalam istilah Liturgis)
HKBP Minggu-minggu Trinitas.
Mereka menjalani Sejarah Perjalanan Hidup Yesus melalui tahap Liturgi Gereja
mulai dari masa Advent hingga minggu Peringatan Kristus Raja. Seluruh
perjalanan liturgis itu berlangsung serentak dengan pekerjaan rumah tangga,
kantor atau program retreat mereka. Pembacaan Mazmur, injil dan surat-surat
disesuaikan dengan perjalanan Tahun Gerejawi ini, dan itu terus terngiang-ngiang
dalam pekerjaan sehari-hari.
Perlengkapan liturgispun mereka sesuaikan dengan tahun gerejawi, terutama
ikon-ikon di pajang diruangan ibadah ataupun ruangan lainnya.