Industri pertambangan merupakan salah satu bidang usaha yang memiliki profitabilitas tinggi
dengan diikuti nilai resiko yang tinggi juga. Nilai resiko yang dimaksud memiliki hubungan erat
dengan biaya. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi untuk menurunkan nilai resiko dan
meningkatkan nilai profitabilitas. Tantangan tersebut tentu dihadapi juga oleh Tambang Emas
Martabe, sesuai dengan salah satu dari nilai-nilai perusahaan yaitu Excellence (keunggulan).
Nilai tersebut harus diaplikasikan oleh seluruh individu dalam Tambang Emas Martabe,
termasuk mining engineer yang merupakan salah satu yang berperan dalam kegiatan produksi.
Tantangan utama seorang mining engineer adalah meningkatkan produksi tambang dan
menekan biaya produksi serta operasional. Yang mana target produksi dan budget forecast
dalam kurun waktu tertetu telah ditentukan sebelum dimulainya kegiatan produksi. Dalam
menghadapi tantangan ini, mining engineer dapat dimudahkan dengan adanya Fleet
Management System (FMS). FMS merupakan sebuah sistem yang dapat digunakan untuk
membantu manajemen alat berat seperti excavator dan articulated dump truck (ADT) dengan
optimal. Adapun prinsip dari sistem ini adalah menghubungkan alat berat tersebut dengan
monitor komputer secara wireless dan dibantu dengan fungsi global positioning system GPS.
Sistem ini dapat mempermudah mining engineer dalam mengontrol pergerakan atau aktivitas
alat berat melalui monitor komputer. Sehingga mempermudah dalam pengontrolan produksi
harian bahkan produksi per jam.
Kontrol penggunaan alat berat yang tepat akan berdampak langsung terhadap produktifitas
kerja (performance) operator excavator dan articulated dump truck (ADT). Performance
operator yang dilakukan selama 12 jam/shift dapat dimonitor langsung melalui monitor
komputer yang terhubung dengan FMS yang terpasang pada alat tersebut. Dengan cara di
atas, maka operator tidak perlu lagi menggunakan metode pencatatan aktivitas kerja mereka
pada timesheet (metode konvensional). Operator hanya perlu menekan status-status yang
terdapat pada monitor alat FMS dalam cabin alat masing-masing dengan cermat, sehingga ada
efisiensi waktu dalam pencatatan aktivitas kerja. Status-status yang terdapat di alat tersebut
berisikan aktivitas yang akan dan mungkin terjadi dalam setiap shift. Contoh status dalam alat
tersebut adalah Ready Produksi, Delay Menunggu Truck, Delay Menunggu Excavator, Delay Isi
Bahan Bakar (Gambar 1).
Penekanan status-status di atas akan merekam durasi waktu yang terjadi pada masing-masing
status. Dengan demikian, mining engineer dapat mengetahui utilisasi dari excavator dan
articulated dump truck (ADT) tersebut. Selain pencatatan aktivitas kerja (Gambar 2), dengan
FMS juga mining engineer juga dapat memonitor langsung posisi excavator dan articulated
dump truck (Gambar 3). Sehingga saat terdapat masalah operasional mining engineer dapat
mengetahui langsung permasalahan operasional. Contoh : Ketika terdapat status Standby
Jalan Licin keluar di monitor, artinya kegiatan produksi ore dari PIT Barani atau PIT Ramba
Joring akan terhenti sampai jalan tersebut dapat digunakan kembali. Maka ketika status
tersebut keluar, mining engineer akan melakukan pengecekan langsung (ke PIT) maupun tidak
langsung (komunikasi dengan operator) mengenai lokasi dimana jalan licin tersebut. Dengan
adanya laporan tersebut, maka perbaikan jalan dapat segera dilakukan untuk mengurangi
bahkan menghilangkan durasi status standby di waktu mendatang.
Gambar 3. Mining Engineer sedang monitoring aktivitas excavator dan articulated dump truck (ADT) di FMS