Anda di halaman 1dari 4

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi kita


nikmat. Terutama nikmat sehat wal ‘afiat, nikmat umur,
nikmat iman dan nikmat kesempatan, sehingga kita
berkesempatan hadir di tempat yang penuh kemuliaan ini.
Dari mimbar, khatib berwasiat kepada jama’ah sekalian,
terutama pada diri khatib sendiri, untuk senantiasa
berusaha meningkatkan kualitas keimanan, dan
ketakwaan kepada Allah SWT, dengan cara melaksanakan
semua kewajiban, dan menjauhkan diri dari seluruh yang
diharamkan.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, sebenar- “


benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati,
melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Al-Quran, Surat Ali
Imran, ayat 102)

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan


kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para
sahabatnya, dan seluruh kaum muslimin, yang senantiasa
di atas petunjuknya. Allahumma shalli ‘ala sayyidina
muhammad, wa’ala Aali sayyidina Muhammad.

Hadirin rahimakumullah.
Takwa adalah kata yang ringan untuk diucapkan, akan
tetapi berat dalam timbangan amal perbuatan. Takwa
tempatnya adalah hati.
Jadi, hati adalah pemimpin anggota badan. Jika hati baik,
maka seluruh anggota badan akan baik, sehingga orang
menjadi bertakwa. Sebaliknya jika hati rusak, maka
anggota badan menjadi rusak, sehingga orang menjadi
pelaku maksiat.
Maka marilah kita bertakwa kepada Allah, yaitu
melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan semua
yang diharamkan serta mencari bekal sebanyak-
banyaknya untuk kehidupan akhirat.
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah
Oleh karenanya, mari perbaiki hati kita dengan
menerapkan adab-adab yang diajarkan dalam Islam secara
lahir dan batin. Kita obati hati dengan mengikuti ajaran
Allah SWT, dan meneladani Rasulullah SAW.
Kita obati hati, karena hati memiliki penyakit yang tidak
bisa diobati oleh para dokter. Penyakit hati itu hanya bisa
diobati dengan kesungguhan mengikuti perintah Allah dan
Rasul-Nya.

Dan di antara penyakit hati adalah riya, yaitu melakukan


bentuk ketaatan agar dilihat oleh orang lain dengan tujuan
mengharapkan pujian darinya.
Allah SWT berfirman yang Artinya: Padahal mereka tidak
diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah, dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya. (QS al Bayyinah: 5)

Jamaah Rahimakumullah
Mari kita ikhlaskan niat, selalu hanya karena Allah, dan
jangan sampai jatuh pada maksiat riya.
Sahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu meriwayatkan
hadits qudsi bahwa Rasulullah bersabda:
Allah SWT berfirman : Artinya : Aku tidak menerima
tujuan lain dalam beramal, barangsiapa melakukan satu
amal perbuatan dan memiliki tujuan lain selain ridha-Ku,
maka Aku akan meninggalkannya dan tidak menerimanya.
(HR Muslim)

Jika kita melakukan suatu amal perbuatan untuk mencari


pahala dari Allah, dan sekaligus mengharap pujian sesama
manusia, maka Allah tidak akan menerima amal tersebut
dari kita.
Jadi seseorang yang melakukan amal perbuatan yang
disertai riya, maka tidak ada pahalanya sama sekali,
bahkan dia berdosa karena riya-nya.
Oleh karenanya, marilah kita introspeksi diri, Kita awasi
dan amati hati kita.
Padahal seluruh manusia adalah makhluk-makhluk
ciptaan Allah sama seperti kita. Mereka tidak dapat
menciptakan manfaat maupun mudlarat. Mereka tidak
bisa memberikan manfaat kepada kita atau mencelakai
kita kecuali atas kehendak Allah. Kenapa kita memilih
dicela oleh Allah agar dipuji oleh sesama hamba? Pujian
mereka kepada kita tidak akan menambah rezeki, tidak
menunda ajal, dan tidak bermanfaat bagi kita dalam
kehidupan akhirat. Oleh karenanya, obatilah hati dari
penyakit riya. Kita jadikan ridla Allah Sang Pencipta
kebaikan dan keburukan sebagai tujuan kita. Kita
ikhlaskan niat karena Allah, dan jangan kita pedulikan
apakah orang mencela atau memuji. Sungguh kebaikan
seluruhnya ada pada ridha Allah SWT.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah


Marilah bersama-sama kita renungkan hadits yang
diriwayatkan Imam Muslim dari Sulaiman bin Yasar, ia
berkata:
Ketika majelis Abu Hurairah usai dan orang-orang pergi
meninggalkan majelis, maka Natil, yaitu seorang penduduk
Syam, berkata kepada Abu Hurairah : Wahai Guru,
sampaikanlah kepada kami sebuah hadits yang telah
engkau dengar dari Rasulullah SAW.
Abu Hurairah berkata : Ya, aku telah mendengar
Rasulullah SAW bersabda : Orang yang pertama kali
diberikan keputusan kepadanya di hari kiamat adalah
orang yang tewas di medan peperangan. Ia pun
didatangkan dan diingatkan tentang nikmat-nikmat yang
diberikan kepadanya di dunia, maka dia pun
mengingatnya. Dikatakan kepadanya : Apa yang engkau
lakukan terhadap nikmat-nikmat tersebut? Dia pun
menjawab: aku berperang di jalan-Mu hingga aku mati
syahid. Maka dikatakan kepadanya : Engkau telah
berdusta, engkau berperang untuk dikatakan sebagai
pemberani dan itu sudah dikatakan.
Kemudian diperintahkan agar orang tersebut diseret
dengan posisi muka di bawah, hingga dilempar ke neraka.
Begitu juga seorang hamba yang telah mempelajari ilmu
agama, mengajarkannya dan rajin membaca al Qur`an,
maka didatangkan dan diberitahukan nikmat-nikmat yang
diberikan kepadanya, maka ia pun mengingatnya.
Ditanyakan kepadanya : Apakah yang engkau lakukan
terhadap nikmat-nikmat tersebut? Ia menjawab: Aku
mempelajari ilmu, mengajarkannya dan membaca al
Qur`an karena-Mu ya Allah. Dikatakan kepadanya:
Engkau berdusta, kenyataannya engkau mempelajari ilmu
agar dikatakan sebagai ulama, engkau membaca al Qur`an
agar engkau dikatakan pandai membaca al Qur`an, dan ini
telah dikatakan. Kemudian diperintahkan agar orang itu
diseret dengan posisi muka di bawah sehingga dilempar ke
neraka. Begitu juga seseorang yang Allah lapangkan
rezekinya dan Allah berikan kepadanya seluruh jenis
harta, maka ia didatangkan, diingatkan tentang nikmat-
nikmatnya, maka ia pun mengingatnya. Dikatakan
kepadanya : Apa yang engkau lakukan terhadap nikmat-
nikmat tersebut? Ia pun menjawab: Aku tidak
meninggalkan jalan infaq yang Engkau anjurkan kecuali
aku infaqkan hartaku untuk meraih ridha-Mu ya Allah.
Lalu dikatakan kepadanya : Engkau berdusta, engkau
lakukan ini agar dikatakan sebagai dermawan dan itu
telah dikatakan. Kemudian diperintahkan agar orang itu
diseret dengan posisi muka di bawah sehingga
dilemparkan di neraka. (HR Muslim).
Jika kita melakukan shalat, maka lakukan karena Allah.
Jika bersedekah, maka bersedekah karena Allah. Jika kita
perindah akhlak, lakukan itu karena Allah. Jika kita
menaati Allah, maka kita taat karena semata-mata ingin
meraih ridha-Nya. Jika kita melakukan bukan karena
Allah, maka sia-sialah umur kita dan alangkah ruginya
waktu kita.
Hadirin Rahimakumullah
Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan
bermanfaat bagi kita semua

Anda mungkin juga menyukai