Anda di halaman 1dari 147

i

KATA PENGANTAR

Kita hidup didalam generasi Sandwich, artinya kita terjepit ditengah dan
tidak dapat lepas dari himpitan kehidupan. Secara finansial anak-anak
bergantung pada kita, demikian juga orang tua, atau saudara-saudara yang
tidak beruntung. Biaya pendidikan di universitas tidak kepalang mahalnya
dan akan semakin mahal melebihi cepatnya tingkat inflasi. Untuk orang tua
terkasih, biaya pengobatan penyakit dan perawatan diusia tua mereka
memerlukan puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Sedang bagi diri sendiri
yang akan memasuki usia pensiun suatu hari nanti, kita harus
mempersiapkan dana masa tua bagi diri sendiri dan pasangan, termasuk juga
dana kesehatan dan perawatan disaat tua

Hal diatas adalah alasan utama mengapa perencanaan investasi menjadi


begitu penting dalam kehidupan kita. Perencanaan investasi merupakan
aspek paling menarik dalam perencanaan keuangan. Anda, sebagai
perencana keuangan, dapat membantu klien anda mencapai hari tua mereka
agar aman dan nyaman.

Menurut para pakar perencanaan investasi, Anda memerlukan 3 hal utama


yaitu yang pertama pengetahuan berinvestasi, dan pengetahuan investasi
bukan merupakan subjek yang mudah. Buku referensi ini menyiapkan dasar-
dasar yang anda perlukan di Indonesia. Anda sangat diharapkan membaca
buku buku tambahan yang lebih lengkap dan lebih uptodate. Kami mencoba
mereferensikan beberapa buku yang perlu anda baca.

Yang kedua, keahlian, keahlian memberi advis, menjual dan membantu


mengelola portafolio investasi klien. Keahlian ini memerlukan ”on going
learning” dalam praktek dan belajar melalui workshop, buku, teman dan
klien.

Yang ketiga, dengan pengetahuan dan keahlian, Anda memerlukan ”strong


conviction”, misalnya saat pasar jatuh, Anda mempunyai kemampuan dan
untuk menyatakan tahan (stay put) kalau memang stay put adalah hal yang
paling tepat dilakukan.

Ucapan terimakasih atas dukungan dan advis dari beberapa praktisi seperti
bapak Muhamad Ichsan, Bapak Profesor Roy Sembel PhD, Bapak Teddy
Ferdiansyah, Bapak Tri Djoko Santoso serta praktisi lainnya yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.

-Selamat belajar.

Kata Pengantar
Financial Planning Standards Board Indonesia
ii

UCAPAN PENGHARGAAN DAN TERIMAKASIH

Atas dukungan dari Corporate Founders FPA Indonesia dan Perusahaan-


perusahaan lainnya baik langsung dan tidak langsung yang memungkinkan
terbitnya buku-buku pendidikan dari Financial Planning FPSB Indonesia

ABN Amro Bank

Lippo Bank

PT. AIG Life

PT. AXA Life

PT. Bank Central Asia Tbk

PT. Bank Mandiri (persero)Tbk.

PT. Danareksa Investment Management

PT. Jatis Solutions

PT. Limas Centric Indonesia Tbk

PT. Panin Life Tbk

PT. Schroder Investment Management Indonesia

Keseluruhan 4 modul pendidikan telah digunakan oleh 8 lembaga


pendidikan sejak 2002. Review berkala atas isi modul akan dilakukan untuk
memperbaiki dan menyempurnakan isi modul, apabila perusahaan anda
berminat untuk membantu FPSB Indonesia, mohon dapat menghubungi
info@fpsbindonesia.org atau kantor FPSB Indonesia.

Kata Pengantar
Financial Planning Standards Board Indonesia
iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………….…… i

Daftar Isi ……..………………………………………………………. iii

Bab 1: Pengenalan Pasar Modal Indonesia


Isi Bab 1
Pengantar 2
Pasar modal di Indonesia 2
Instrumen pasar modal 7
Indeks harga saham 8
Transaksi di pasar modal 8
Peraturan pasar modal 10
Remote trading 19

Bab 2 : Konsep Dasar Investasi


Isi Bab 21
Pengantar 22
Pengertian dan Tujuan Investasi 22
Mengapa harus Investasi? 23
Jenis-Jenis Investasi 25
Klasifikasi Aset/ Investasi Keuangan 26
Apa itu Hasil Investasi ? 35
Mengukur Tingkat Hasil Investasi 36
Apa itu risiko (risk)? 42
Jenis-jenis risiko 42
Mengukur Tingkat Risiko? 45
Prinsip Dasar Investasi: Risk-Return Tradeoff 46
Kenali Klien Anda 46

Bab 3: Analisa Laporan Keuangan Perusahaan


Isi Bab 47
Penggunaan rasio keuangan Perusahaan 48
Analisa likuiditas (liquidity analysis) 51
Analisa aktifitas (activity analysis) 52
Analisa hutang (debt analysis) 55
Analisa profitabilitas (profitability analysis) 56

Bab 4: Penilaian Risiko Klien


Isi Bab 59
Tujuan penilaian 60

Daftar Isi
Financial Planning Standards Board Indonesia
iv

Metode penilaian 60
Memeriksa objektifitas investasi klien 64

Bab 5: Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Isi Bab 67
Pengertian alokasi asset 68
Faktor-faktor dari alokasi asset 68
Teknik alokasi asset 70

Bab 6: Analisa Saham


Isi Bab 89
Karakteristik dari saham biasa 90
Kategori investasi dari saham biasa 91
Penaksiran saham biasa 93
Proses Investasi 98
Fundamental risiko dan Tingkat hasil investasi 101

Bab 7: Analisa Sekuritas Berpendapatan Tetap


Isi Bab 107
Tipe-tipe umum dari sekuritas berpendapatan tetap 108
Deposito 108
Instrumen pasar uang 108
Obligasi pemerintah 111
Obligasi swasta 111
Penilaian (valuation) 114
Pengertian umum 114
Penilaian obligasi 116
Yield to maturity 117
Durasi obligasi 118

Bab 8: Pengenalan Instrumen Derivatif


Isi Bab 119
Waran 120
Opsi (Option) 123
Kontrak berjangka (future contract) 125
Sewa (leasing) 126

Bab 9: Reksa Dana


Isi Bab 131
Reksadana di Indonesia 132
Pengertian Reksadana 132
Bentuk Reksadana 134

Daftar Isi
Financial Planning Standards Board Indonesia
v

Perpajakan Reksa Dana 134


Nilai Aktiva Bersih (Net Asset Value) 135
Kinerja Reksadana 136
Menghitung Kinerja sub-periode 136
Menghitung Kinerja periode tertentu 136
Indeks Kinerja Reksadana 138
Kinerja Tolak Ukur (Benchmark) 139

***

Daftar Isi
Financial Planning Standards Board Indonesia
vi
1

BAB 1
PENGENALAN PASAR MODAL INDONESIA

Isi Bab

1. Pengantar

2. Pasar Modal di Indonesia


2.1 Bapepam
2.2 Bursa Efek
2.3 Lembaga Kliring dan Penjamin (LKP)
2.4 Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP)
2.5 Perusahaan Efek
2.6 Penjamin Emisi Efek
2.7 Perantara Pedagang Efek
2.8 Manajer Investasi
2.9 Penasihat Investasi
2.10 Kustodian
2.11 Biro Administrasi Efek
2.12 Wali Amanat
2.13 Struktur Organisasi

3. Instrumen Pasar Modal

4. Indeks Harga Saham

5. Transaksi di Pasar Modal


5.1 Skema Transaksi Beli
5.2 Skema Transaksi Jual

6. Peraturan Pasar Modal

7. Remote Trading

BAB 1 : Pengenalan Pasar Modal Indonesia


Financial Planning Standards Board Indonesia
2

1. Pengantar

Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara, yang pada
dasarnya peranan tersebut mempunyai kesamaan antara satu negara dengan
negara yang lain. Hampir semua negara didunia ini mempunyai pasar modal,
yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan
keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal.

2. Pasar Modal di Indonesia

Bursa Efek Jakarta pada hakekatnya adalah merupakan pasar yang


mempertemukan pemilik modal (investor) dan pihak yang memerlukan dana
(penerbit saham), dimana dalam pasar modal ini diperdagangkan instrumen
keuangan jangka panjang seperti saham, obligasi, obligasi konvertibel,
waran, right, put dan call option.

Disamping pasar modal, kita mengenal juga pasar uang dimana pasar ini
memperjualbelikan instrumen keuangan yang jangka pendek (yang umurnya
tidak lebih dari satu tahun) seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat
Berharga Pasar Uang (SPBU), Promissory Notes, Repurchase Agreement,
dan lain-lain.

Dalam sebuah pasar modal kita akan menjumpai sejumlah profesi yang
berkaitan ataupun lembaga-lembaga penunjang suatu operasi pasar modal.
Undang-Undang No.8 tahun 1995, mengatur tentang tugas, kewenangan dan
fungsi dari lembaga-lembaga atau profesi-profesi pasar modal di Indonesia
tersebut, diantaranya adalah;

2.1 Bapepam

Adalah lembaga yang melakukan pembinaan, pengaturan, dan


pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal, dimana tujuan dari
kegiatan Bapepam ini adalah untuk mewujudkan terciptanya kegiatan
pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi
kepentingan pemodal dan masyarakat.

Bapepam berwenang antara lain memberi izin usaha kepada bursa efek,
lembaga kliring dan penjamin, lembaga penyimpanan dan penyelesaian,
reksa dana, perusahaan efek, penasihat investasi dan biro administrasi
efek.

BAB 1 : Pengenalan Pasar Modal Indonesia


Financial Planning Standards Board Indonesia
3

Bapepam juga mempunyai wewenang untuk memberi izin usaha


perseorangan bagi wakil penjamin emisi efek, wakil perantara pedagang
efek, wakil manajer investasi dan memberikan persetujuan bagi bank
kustodian.

2.2 Bursa Efek

Adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau


sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak
lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.

Bursa efek didirikan dengan tujuan menyelenggarakan perdagangan efek


yang teratur, wajar dan efisien.

Dimana, efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan
kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap
derivatif dari efek.

Anggota bursa efek adalah perantara pedagang efek yang telah


memperoleh izin usaha dari Bapepam dan mempunyai hak untuk
mempergunakan sistem dan atau sarana bursa efek sesuai dengan
peraturan bursa efek.

2.3 Lembaga Kliring dan Penjamin (LKP)

Adalah pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan


penyelesaian transaksi bursa yaitu perseroan yang telah memperoleh izin
usaha dari Bapepam dengan tujuan pendirian adalah untuk menyediakan
jasa kliring dan penjamin penyelesaian transaksi bursa yang teratur,
wajar dan efisien.

Mayoritas saham LKP dimiliki oleh bursa efek dengan anggota


pemegang saham lainnya seperti perusahaan efek, biro administrasi efek,
bank kustodian atau pihak lain atas persetujuan Bapepam.

LKP wajib menetapkan peraturan mengenai kegiatan kliring dan


penjamin penyelesaian transaksi bursa, termasuk mengenai biaya
pemakaian jasa.

BAB 1 : Pengenalan Pasar Modal Indonesia


Financial Planning Standards Board Indonesia
4

2.4 Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP)

Adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi


bank kustodian, perusahaan efek, dan pihak lain dengan tujuan
menyediakan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi yang
teratur, wajar dan efisien.

Yang dapat menjadi pemegang saham LPP adalah bursa efek,


perusahaan efek, biro administrasi efek, bank kustodian atau pihak lain
atas persetujuan Bapepam.

LPP wajib menetapkan peraturan mengenai jasa kustodian sentral dan


jasa penyelesaian transaksi efek, termasuk ketentuan mengenai biaya
pemakaian jasa.

2.5 Perusahaan Efek

Adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai penjamin emisi


efek, perantara pedagang efek, dan/atau manajer investasi yang telah
memperoleh izin usaha dari Bapepam.

Perusahaan efek bertanggung jawab terhadap segala kegiatan yang


berkaitan dengan efek yang dilakukan oleh direktur, pegawai dan pihak
lain yang bekerja untuk perusahaan tersebut.

Orang perseorangan yang memiliki izin untuk bertindak sebagai wakil


penjamin emisi efek, wakil perantara pedagang efek atau wakil manajer
investasi dilarang bekerja pada lebih dari satu perusahaan efek.

2.6 Penjamin Emisi Efek

Adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan


penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban
untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.

Orang perseorangan yang memiliki izin untuk bertindak sebagai wakil


penjamin emisi efek dapat bertindak sebagai wakil perantara pedagang
efek.

Tugas dan kegiatan penjamin emisi efek antara lain adalah membantu
emiten dalam rangka mempersiapkan pernyataan pendaftaran berikut
dokumen pendukungnya, memberikan konsultasi di bidang keuangan,

BAB 1 : Pengenalan Pasar Modal Indonesia


Financial Planning Standards Board Indonesia
5

melakukan evaluasi terhadap kondisi perusahaan antara lain keuangan,


pemasaran dan produksi berikut prospeknya dan menentukan harga
saham bersama-sama dengan Emiten.

2.7 Perantara Pedagang Efek

Adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk
kepentingan sendiri atau pihak lain yang bertugas antara lain untuk
menyelesaikan perintah jual beli dari pemberi amanat dan atau untuk
kepentingan sendiri, menyediakan data dan informasi bagi kepentingan
pemodal dan memberikan rekomendasi perdagangan untuk klien.

2.8 Manajer Investasi

Adalah pihak yeng kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk


para klien atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk
sekelompok klien, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun dan bank
yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan membuat kontrak dengan bank
kustodian untuk mendirikan reksa dana.

2.9 Penasihat Investasi

Adalah pihak yang memberikan nasihat kepada pihak lain mengenai


penjualan atau pembelian efek dengan memperoleh imbalan jasa,
dimana yang dapat melakukan kegiatan sebagai penasihat investasi
adalah pihak yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam.

Lembaga-lembaga Penunjang Pasar Modal

Selain kelembagaan-kelembagaan yang telah dijelaskan sebelumnya, pasar


modal Indonesia mengenal pula lembaga-lembaga penunjang pasar modal,
yaitu antara lainnya adalah

2.10 Kustodian

Adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang
berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen,
bunga dan hak-hak lainnya, menyelesaikan transaksi efek dan
mewakili pemegang rekening yang menjadi kliennya.

Yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai kustodian

BAB 1 : Pengenalan Pasar Modal Indonesia


Financial Planning Standards Board Indonesia
6

adalah lembaga penyimpanan dan penyelesaian, perusahaan efek atau


bank umum yang telah mendapat persetujuan Bapepam.

2.11 Biro Administrasi Efek

Adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan


pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan
efek.

Yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai biro administrasi


efek adalah perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam.

2.12 Wali Amanat

Adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat


utang baik didalam maupun diluar pengadilan.

Kegiatan usaha wali amanat dapat dilakukan oleh bank umum dan
pihak lain yang telah ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan
terlebih dahulu terdaftar di Bapepam.

Wali amanat wajib memberikan ganti rugi kepada pemegang efek yang
bersifat utang atas kerugian karena kelalaiannya dalam pelaksanaan
tugasnya sebagaimana diatur dalam undang-undang no.8 tahun 1995
dan atau peraturan pelaksanaannya serta kontrak perwaliamanatan.

Adapun profesi penunjang pasar modal yang diatur dalam undang-


undang no.8 tahun 1995 adalah akuntan, konsultan hukum, penilai,
notaris dan profesi lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Dimana kesemua profesi ini wajib terlebih dahulu terdaftar di Bapepam
sebelum dapat melakukan kegiatan di bidang pasar modal.

Setiap profesi penunjang pasar modal wajib menaati kode etik dan
standar profesi yang ditetapkan oleh asosiasi profesi masing-masing
sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang pasar modal no.8
tahun 1995 dan atau peraturan pelaksanaannya.

2.13 Struktur Organisasi

Struktur organisasi Bursa Efek Jakarta terlihat seperti bagan berikut


ini ;

BAB 1 : Pengenalan Pasar Modal Indonesia


Financial Planning Standards Board Indonesia
7

3. Instrumen Pasar Modal

Instrumen pasar modal yang paling banyak dikenal umum di Indonesia


adalah saham biasa (common stocks). Kita akan melihat berbagai aspek
tentang saham biasa dalam pembahasan khusus dalam Bab. Saham Biasa.

Saham khusus atau saham preferen (preferred stocks), adalah instrumen


pasar modal yang pada hakekatnya mirip dengan saham biasa hanya saja
yang membedakannya adalah diberikannya hak kepada para pemegang
saham ini untuk mendapatkan pembagian dividen terlebih dahulu sebelum
dividen itu dibagikan kepada para pemegang saham biasa, yang mana
ketentuan ini berlaku pula untuk pembagian aset atau pembayaran
kewajiban lainnya pada saat perusahaan penerbit pengalami kebangkrutan.

Oleh karena saham preferen diperdagangkan berdasarkan hasil yang


ditawarkan kepada investor, maka secara praktis saham preferen dipandang
sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap dan karena itu akan bersaing
dengan obligasi di pasar. Walaupun demikian, obligasi perusahaan
menduduki tempat yang lebih senior dibanding dengan saham preferen.

Obligasi dan obligasi konversi akan dibahas lebih lanjut dalam Bab.
Sekuritas Berpendapatan Tetap. Sementara instrumen pasar modal yang
BAB 1 : Pengenalan Pasar Modal Indonesia
Financial Planning Standards Board Indonesia
8

cukup ramai di perdagangkan di Indonesia adalah waran dan right yang


akan dibahas lebih mendalam pada Bab. Instrumen Investasi Lain.

4. Indeks Harga Saham

Indeks harga saham adalah merupakan salah satu indikator yang


menunjukkan kinerja harga saham-saham yang menjadi pembentuk indeks
tersebut.

Bursa Efek Jakarta memiliki lima macam indeks yaitu ;


• Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang merupakan
cerminan harga dari keseluruhan saham-saham yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta.

• Indeks Sektoral, yang mengklasifikasikan saham-saham yang


terdaftar di BEJ berdasarkan sektor industri masing-masing
kemudian menghitung indeks dari tiap-tiap industri tersebut.
Sektor industri yang dimaksud disini adalah ;
ο Sektor-sektor primer (ekstraktif) ;
♦ Pertanian, sektor 1
♦ Pertambangan, sektor 2
ο Sektor-sektor sekunder (Industri pengolahan/
manufaktur) ;
♦ Industri dasar dan kimia, sektor 3
♦ Industri barang konsumsi, sektor 5
ο Sektor-sektor tersier (jasa) ;
♦ Properti dan real estate, sektor 6
♦ Transportasi dan infrastruktur, sektor 7
♦ Keuangan, sektor 8
♦ Perdagangan, jasa dan investasi, sektor 9

• Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 saham aktif yang


masuk dalam kriteria syariah.
• Indeks Individual, yaitu indeks harga masing-masing saham
terhadap harga dasarnya

5. Transaksi di Pasar Modal

Sebelum dapat melakukan transaksi, investor terlebih harus menjadi klien di


salah satu perusahaan Efek. Klien dapat melakukan order jual atau beli
setelah investor disetujui untuk menjadi klien di perusahaan Efek yang
bersangkutan. Dalam perdagangan saham, jumlah yang dijual-belikan

BAB 1 : Pengenalan Pasar Modal Indonesia


Financial Planning Standards Board Indonesia
9

dilakukan dalam satuan perdagangan yang disebut dengan lot. Di Bursa Efek
Jakarta, satu lot berarti 500 saham, dan itulah batas minimal pembelian
saham. Pesanan jual atau beli para pemodal dari berbagai perusahaan akan
bertemu di lantai bursa. Setelah terjadi pertemuan (match) antar order
tersebut, maka proses selanjutnya adalah proses terjadinya transaksi.

Di BEJ, transaksi dilakukan pada hari-hari tertentu yang disebut Hari Bursa,
yaitu:

Hari Bursa Sesi Perdagangan Waktu


Senin s/d Kamis Sesi I Jam 9:30 – 12:00
Sesi II WIB
Jam 13:30 – 16:00
WIB
Jumat Sesi I Jam 9:30 – 11:30
Sesi II WIB
Jam 14:30 – 16:00
WIB

5.1 Skema Transaksi Beli

BAB 1 : Pengenalan Pasar Modal Indonesia


Financial Planning Standards Board Indonesia
10

5.2 Skema Transaksi Jual

6. Peraturan Pasar Modal

Secara garis besar, terdapat 6 kelompok peraturan yang mengatur mengenai


berbagai aspek dalam kegiatan pasar modal di Indonesia.

Keenam kelompok peraturan tersebut adalah ;


1. Undang-Undang Pasar Modal No.8 tahun 1995, yang isinya mengatur
tentang :
Bab I. Ketentuan Umum
Bab II. Badan Pengawas Pasar Modal
Bab III. Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjamin, serta
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
Bab IV. Reksa Dana
Bab V. Perusahaan Efek, Wakil Perusahaan Efek, dan Penasihat
Investasi
Bab VI. Lembaga Penunjang Pasar Modal
Bab VII. Penyelesaian Transaksi Bursa dan Penitipan Kolektif
Bab VIII. Profesi Penunjang Pasar Modal
Bab IX. Emiten dan Perusahaan Publik
Bab X. Pelaporan dan Keterbukaan Informasi
Bab XI. Penipuan, Manipulasi Pasar, dan Perdagangan Orang
Dalam
BAB 1 : Pengenalan Pasar Modal Indonesia
Financial Planning Standards Board Indonesia
11

Bab XII. Pemeriksaan


Bab XIII. Penyidikan
Bab XIV. Sanksi Administratif
Bab XV. Ketentuan Pidana
Bab XVI. Ketentuan Lain-Lain
Bab XVII. Ketentuan Peralihan
Bab XVIII.Ketentuan Penutup

2. Peraturan Pemerintah No.45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan


Kegiatan di Bidang Pasar Modal, yang berisikan ;
Bab I. Bursa Efek
Bab II. Lembaga Kliring Dan Penjaminan, Serta Lembaga
Penyimpanan Dan Penyelesaian
Bab III. Reksa Dana
Bab IV. Perusahaan Efek
Bab V. Wakil Perusahaan Efek
Bab VI. Penasihat Investasi
Bab VII. Bank Umum Sebagai Kustodian
Bab VIII. Biro Administrasi Efek
Bab IX. Wali Amanat
Bab X. Profesi Penunjang Pasar Modal
Bab XI. Tata Cara Pemberian Atau Penolakan Izin, Persetujuan
Dan Pendaftaran
Bab XII. Sanksi Administratif
Bab XIII. Ketentuan Penutup

3. Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 1995 tentang Tata Cara


Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal, yang mengatur tentang ;
Bab I. Ketentuan Umum
Bab II. Tujuan Pemeriksaan
Bab III. Norma Pemeriksaan
Bab IV. Tata Cara Pemeriksaan
Bab V. Ketentuan Penutup

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia, antara lainnya adalah ;


Nomor 053 tahun 1990 tentang Pasar Modal

Nomor 096 tahun 2000 tentang Bidang Usaha Yang Tertutup dan
Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan
Persyaratan Tertentu Bagi Penanaman Modal
Nomor 118 tahun 2000 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden
No. 96 Tahun 2000 Tentang Bidang Usaha
BAB 1 : Pengenalan Pasar Modal Indonesia
Financial Planning Standards Board Indonesia
12

Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang


Terbuka Dengan Persyaratan Tertentu Bagi
Penanaman Modal
5. Keputusan Menteri Keuangan
• Kepmenkeu Nomor 467/KMK.010/1997 tentang Pembatasan
Pemilikan Saham Perusahaan Efek oleh Pemodal Asing
• Kepmenkeu Nomor 455/KMK.01/1997 tentang Pembelian Saham
oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal
• Kepmenkeu Nomor 646/KMK.01/1995 tentang Pemilikan Saham
atau Unit Penyertaan Reksa Dana oleh Pemodal Asing
• Kepmenkeu Nomor 645/KMK.01/1995 tentang Pencabutan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990
tentang Pasar Modal Sebagaimana Telah Diubah Terakhir dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 284/KMK.010/1995
• Keputusan Menteri Negara Investasi / Kepala Bagian Koordinasi
Penanaman Modal ;
• Kepmeninvest Nomor 38/SK/1999 tentang Pedoman dan Tata Cara
Permohonan Penanaman Modal Yang Didirikan Dalam Rangka
Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing

6. Seluruh peraturan yang telah dikeluarkan oleh Bapepam dapat


diklasifikasikan dalam beberapa kelompok sebagai berikut:

Bursa Efek
III.A.1 Perizinan Bursa Efek
III A.2 Tata Cara Pembuatan Peraturan oleh Bursa Efek
III.A.3 Persyaratan Calon Komisaris Dan Direktur Bursa Efek
III.A.4 Tata Cara Penyusunan Serta Pengajuan Rencana
Anggaran Dan Penggunaan Laba Bursa Efek
III.A.5 Tata Cara Pemberian Persetujuan Anggaran Dasar Bursa
Efek.
III.A.10 Transaksi Efek
III.A.11 Pelelangan Saham Bursa Efek
III.B.6 Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa
III.B.7 Dana Jaminan
X.A.1 Laporan Bursa Efek
X.A.2 Pemeliharaan Dokumen oleh Bursa Efek

Lembaga Kliring dan Penjamin ((LKP)


III.B.1 Perizinan Lembaga Kliring dan Penjaminan
III.B.2 Tata Cara Pembuatan Peraturan Oleh Lembaga Kliring

BAB 1 : Pengenalan Pasar Modal Indonesia


Financial Planning Standards Board Indonesia
13

dan Penjaminan
III.B.3 Persyaratan Calon Direktur dan Komisaris Lembaga
Kliring dan Penjaminan
III.B.4 Tata Cara Penyusunan Serta Pengajuan Rencana
Anggaran Dan Penggunaan Laba Lembaga Kliring dan
Penjaminan
III.B.5 Tata Cara Pemberian Persetujuan Anggaran Dasar
Lembaga Kliring dan Penjaminan
III.B.6 Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa
III.B.7 Dana Jaminan
X.B.1 Laporan Lembaga Kliring dan Penjaminan
X.B.2 Pemeliharaan Dokumen oleh Lembaga Kliring dan
Penjaminan

Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP)


III.C.1 Perizinan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
III.C.2 Tata Cara Pembuatan Peraturan Oleh Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian
III.C.3 Persyaratan Calon Direktur dan Komisaris Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian
III.C.4 Tata Cara Penyusunan Serta Pengajuan Rencana
Anggaran Dan Penggunaan Laba Penyimpnan dan
Penyelesaian
III.C.5 Tata Cara Pemberian Persetujuan Anggaran Dasar
Lembaga Penyimpnan dan Penyelesaian
III.C.6 Prosedur Operasi Dan Pengendalian Interen Lembaga
Penyimpanan Dan Penyelesaian
X.C.1 Laporan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
X.C.2 Pemeliharaan Dokumen oleh Lembaga Penyimpnan dan
Penyelesaian

Reksa Dana
Pemeriksaan Reksa Dana
II.F.2 Pemeriksaan Reksa Dana

Reksa Dana Berbentuk Perseroan


IV.A.1 Tata Cara Permohonan Izin Usaha Reksa Dana
Berbentuk Perseroan
IV.A.2 Pedoman Anggaran Dasar Reksa Dana Berbentuk
Perseroan
IV.A.3 Pedoman Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan
BAB 1 : Pengenalan Pasar Modal Indonesia
Financial Planning Standards Board Indonesia
14

IV.A.4 Pedoman Kontrak Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk


Perseroan
IV.A.5 Pedoman Kontrak Penyimpanan Kekayaan Reksa Dana
Berbentuk Perseroan

Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK)


IV.B.1 Pedoman Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Kontrak
Investasi Kolektif
IV..B.2 Pedoman Kontrak Reksa Dana Berbentuk Kontrak
Investasi Kolektif

Pengelolaan Reksa Dana


IV.C.2 Nilai Pasar Wajar Dari Efek Dalam Portofolio Reksa
Dana
IV.C.3 Pedoman Pengumuman Harian Nilai Aktiva Bersih
Reksa Dana Terbuka

Pelaporan Reksa Dana


X.D.1 Laporan Reksa Dana

Standar Akuntansi
VIII.G.8 Pedoman Akuntansi Reksa Dana
VIII.G.9 Informasi Dalam Ikhtisar Singkat Reksa Dana

Pernyataan Pendaftaran
IX..C.4 Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran
Umum Reksa Dana Berbentuk Perseroan
IX.C.5 Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran
Umum Reksa Dana Berbentuk KIK
IX.C.6 Pedoman Bentuk dan isi Prospektus Dalam Rangka
Penawaran Umum Reksa Dana

Perusahaan Efek, Wakil Perusahaan Efek, dan Penasihat


Investasi
Perusahaan Efek
V.A.1 Perizinan Perusahaan Efek
V.D.1 Pengawasan Terhadap Wakil dan Pegawai Perusahaan
Efek
V.D.3 Pengendalian Interen dan Penyelenggaraan Pembukuan
oleh Perusahaan Efek
V.D.4 Pengendalian dan Perlindungan Efek Yang Disimpan oleh
Perusahaan Efek
BAB 1 : Pengenalan Pasar Modal Indonesia
Financial Planning Standards Board Indonesia
15

V.D.5 Pemeliharaan dan Pelaporan Modal Kerja Bersih


Disesuaikan
V.D.6 Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek oleh
Perusahaan Efek Bagi Klien
V.D.7 Pokok-pokok Ketentuan Perjanjian Pinjaman Sub
Ordinasi Perusahaan Efek
V.D.8 Kegiatan Perusahaan Efek Di Berbagai Lokasi
V.D.9 Pedoman Perjanjian Agen Perusahaan Efek Anggota
Bursa Efek
V.E.1 Perilaku Perusahaan Efek Yang Melakukan Kegiatan
Sebagai Perantara Pedagang Efek
V.F.1 Perilaku Perusahaan Efek Yang Melakukan Kegiatan
Sebagai Penjamin Emisi Efek

Wakil Perusahaan Efek


V.B.1 Perizinan Wakil Perusahaan Efek
V.B.2 Perizinan Wakil Agen Penjual Efek Reksa

Penasihat Investasi
V.H.1 Perilaku Yang Dilarang Bagi Penasihat Investasi
X.F.1 Laporan Yang Dipersyaratkan Bagi Penasihat Investasi
X.F.2 Kewajiban Penyimpanan dan Pemeliharaan Catatan Bagi
Penasihat Investasi
X.F.3 Keterbukaan Kepentingan Dalam Efek Dari Penasihat
Investasi

Manajer Investasi
V.G.1 Perilaku Yang Dilarang Bagi Manajer Investasi
V.G.3 Pedoman Pencatatan Dalam Rangka Pengambilan
Keputusan Oleh Manajer Investasi.
V.G.5 Fungsi Manajer Investasi Berkaitan Dengan Efek
Beragun Aset (Aset Backed Securities)
IX.K.5 Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset
(Asset Backed Securities)
X.N.1 Laporan Kegiatan Bulanan Manajer Investasi

Lembaga Penunjang Pasar Modal


Kustodian
VI.A.1 Persetujuan Bank Umum Sebagai Kustodian
VI.A.2 Fungsi Bank Kustodian Berkaitan Dengan Efek Beragun
Aset (Asset Backed Securities)
BAB 1 : Pengenalan Pasar Modal Indonesia
Financial Planning Standards Board Indonesia
16

VI.A.3 Rekening Efek Pada Kustodian


X.G.1 Laporan Bank Umum Sebagai Kustodian
X.G.2 Pemeliharaan Dokumen Oleh Bank Umum Sebagai
Kustodian

Biro Administrasi Efek


VI.B.1 Perizinan Biro Administrasi Efek
X.H.1 Laporan Biro Administrasi Efek dan Emiten Yang
Menyelenggarakan Administrasi Efek Sendiri
X.H.2 Pemeliharaan Dokumen Oleh Biro Administrasi Efek dan
Emiten Yang Menyelenggarakan Administrasi Efek
Sendiri

Wali Amanat
VI.C.2 Pendaftaran Bank Umum Sebagai Wali Laporan Wali
Amanat
X.1.2 Pemeliharaan Dokumen Oleh Wali Amanat

Profesi Penunjang Pasar Modal


Akuntan
VIII.A.1 Pendaftaran Akuntan Yang Melakukan Kegiatan di Pasar
Modal
X.J.1 Laporan Kepada Bapepam Oleh Akuntan

Konsultan Hukum
VIII.B.1 Pendaftaran Konsultan Hukum Yang Melakukan
Kegiatan di Pasar Modal
Penilai
VIII.C.1 Pendaftaran Penilai Yang Melakukan Kegiatan di Pasar
Modal
Notaris
VIII.D.1 Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan di Pasar
Modal

Emiten dan Perusahaan Publik


Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran dan Penawaran Umum
IX.A.1 Ketentuan Umum Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
IX.A.2 Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum
IX.A.3 Tata Cara Untuk Meminta Perubahan Dan Atau
Tambahan Informasi Atas Pernyataan Pendaftaran
IX.A.4 Prosedur Penangguhan Penawaran Umum
IX.A.5 Penawaran Yang Bukan Merupakan Penawaran Umum
BAB 1 : Pengenalan Pasar Modal Indonesia
Financial Planning Standards Board Indonesia
17

IX.A.6 Pembatasan Atas Saham Yang Diterbitkan Sebelum


Penawaran Umum
IX.A.7 Tanggung Jawab Manajer Penjatahan Dalam Rangka
Pemesanan Dan Penjatahan Efek Dalam Penawaran
Umum
IX.A.8 Prospektus Awal Dan Info Memo
IX.A.9 Promosi Pemasaran Efek Termasuk Iklan, Brosur, Atau
Komunikasi Lainnya Kepada Publik
IX.A.10 Penawaran Umum Sertifikat Penitipan Efek Indonesia
(Indonesian Depository Receipt)
IX.C.1 Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan
Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum
IX.C.2 Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus Dalam
Rangka penawaran Umum
IX.C.3 Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus Ringkas
Dalam Rangka Penawaran Umum
IX.C.7 Pedoman Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Dalam
Rangka Penawaran Umum Oleh Perusahaan Menengah
Atau Kecil
IX.C.8 Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus Dalam
Rangka Penawaran Umum Oleh Perusahaan Menengah
Atau Kecil
IX.C.9 Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran
Umum Efek Beragun Aset (Aset Backed Securities)
IX.C.10 Pedoman Bentuk dan Isi Prospektus Dalam Rangka
Penawaran Umum Efek Beragun Aset (Asset Backed
Securities)
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
IX.D.1 Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
IX.D.2 Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan
Pendaftaran Dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu
IX.D.3 Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus Dalam
Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
IX.D.4 Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu Pendaftaran Perusahaan Publik
IX.B.1 Pedoman Mengenai Bentuk Dan Isi Pernyataan
Pendaftaran Perusahaan Publik

Peraturan Lainnya :
IX.E.2 Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha
Utama

BAB 1 : Pengenalan Pasar Modal Indonesia


Financial Planning Standards Board Indonesia
18

IX.I.1 Rencana dan Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang


Saham
IX.I.2 Persyaratan Surat Efek
IX.I.3 Penerbitan Foreign Depositary Receipts
IX.I.4 Pembentukan Sekretaris Perusahaan

Benturan Kepentingan
IX.E.1 Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu

Penawaran Tender
IX.F.1 Penawaran Tender
IX.F.2 Pedoman Tentang Bentuk dan Isi Pernyataan Penawaran
Tender
IX.F.3 Pedoman Tentang Bentuk dan Isi Pernyataan Perusahaan
Sasaran Dan Pihak Lainnya Sehubungan Dengan
Penawaran Tender

Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha


IX.G.1 Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha Perusahaan
Publik Atas Emiten

Pengambilalihan Perusahaan
IX.H..1 Pengambilalihan Perusahaan Terbuka

Hubungan Dengan Pemegang Saham


X.M.1 Keterbukaan Informasi Pemegang Saham Tertentu

Anggaran Dasar
IX.J.1 Pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan Yang
Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas Dan
Perusahaan Publik

Pelaporan Emiten dan Perusahaan Publik


VII.G.2 Laporan Tahunan
X.K.1 Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan
Kepada Publik
X.K.2 Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala
X.K.4 Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran
Umum
X.K.5 Keterbukaan Informasi Bagi Emiten Atau Perusahaan
Publik Yang Dimohonkan Pailit

BAB 1 : Pengenalan Pasar Modal Indonesia


Financial Planning Standards Board Indonesia
19

Standar Akuntansi
VIII.G.5 Pedoman Penyusunan Comfort Letter
VIII.G.6 Pedoman Penyusunan Surat Pernyataan Manajemen
Dalam Bidang Akuntansi
VIII.G.7 Pedoman Penyajian Laporan Keuangan

Penipuan, Manipulasi Pasar, dan Perdagangan Orang Dalam


XI.B.1 Stabilisasi Harga Untuk Mempermudah Penawaran
Umum
X1.B.2 Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh
Emiten Atau Perusahaan Publik
XI.C.1 Transaksi Efek Yang Tidak Dilarang Bagi Orang Dalam

Dokumen Publik dan Laporan ke Bapepam


II.A.1 Dokumen Yang Terbuka Untuk Umum
II.A.2 Prosedur Penyediaan Dokumen Bagi Masyarakat di Pusat
Referensi Pasar Modal
II.A.3 Surat, Laporan, dan Dokumen Lain Yang Dikirim
Kepada Bapepam

Sanksi
XIV.B.1 Tata Cara Penagihan Sanksi Administratif Berupa Denda

7. Remote Trading

Remote Trading adalah sistem perdagangan jarak jauh yang dapat dilakukan
oleh anggota bursa dari kantor anggota bursa masing-masing dimana setiap
order jual/beli langsung dikirim ke sistem perdagangan Bursa Efek Jakarta
(Jakarta Automated Trading System - JATS) tanpa perlu memasukkan order
melalui lantai bursa.

Untuk dapat menjalankan sistem ini, anggota bursa harus mempunyai


BOFIS (Brokerage Office Information System) yang mana BOFIS ini
terhubung JATS dengan melalui jaringan komunikasi WAN/Wide Area
Network di luar gedung Bursa.

Perbedaan antara Remote Trading dengan Online Trading adalah dalam hal
proses memasukkan order. Jika Remote Trading, proses memasukkan order
hanya dapat dilakukan melalui komputer yang ada di kantor anggota bursa,
BAB 1 : Pengenalan Pasar Modal Indonesia
Financial Planning Standards Board Indonesia
20

sedangkan Online Trading, memungkinkan investor memasukkan order


langsung dari fasilitas teknologi yang tersedia seperti ATM, ponsel, internet,
dll.

***

BAB 1 : Pengenalan Pasar Modal Indonesia


Financial Planning Standards Board Indonesia
21

BAB 2
KONSEP DASAR INVESTASI

Isi Bab

1. Pengantar

2. Pengertian dan Tujuan Investasi

3. Mengapa Harus Berinvestasi?

4. Jenis-Jenis Investasi
4.1 Aset Nyata dan Aset Keuangan
4.2 Investasi Langsung dan Tidak Langsung

5. Klasifikasi Investasi Finansial


5.1. Instrumen pasar Uang
5.2 Surat Berharga Pasar Modal dengan Pendapatan Tetap
5.3 Efek yang Bersifat Ekuitas
5.4. Derivatif
5.5. Reksadana

6. Apa Itu Hasil Investasi ?


6.1 Mengukur Tingkat Hasil Investasi
6.2. Mengukur Return dalam beberapa periode

7. Apa Itu Risiko?


7.1 Jenis-Jenis Risiko
7.2 Mengukur Tingkat Risiko

8. Prinsip Dasar Investasi: Risk And Return Tradeoff

9. Kenali Klien Anda

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
22

1. Pengantar

Anda baru saja memasuki masa pensiun (usia 55 tahun). Setelah bekerja
kurang lebih 30 tahun di sebuah perusahaan BUMN, tentulah Anda
menginginkan menikmati masa hari tua yang nyaman. Dengan nilai aset
sejumlah Rp. 3 Milyar, Anda yakin bahwa Anda dapat menjalani masa hari
tua yang nyaman.

Realitanya, Anda menikah di usia 35 tahun. Anak pertama Anda, Anton,


akan memasuki kuliah tahun depan di sebuah Universitas lokal di Jakarta—
biaya pendidikan Anton sampai selesai paling tidak Rp.500 juta. Sedangkan
anak kedua Anda, Santi, berkeinginan untuk sekolah di luar negeri
mengambil jurusan design. Dengan nilai uang sekarang, tidak kurang dari
Rp.1,2 Milyar harus disiapkan. Lebih dari Rp.1,7 Milyar tidak bisa Anda
gunakan untuk keperluan Anda di masa hari tua. Sebagian investasi ada
dalam bentuk lain, rumah yang Anda tempati sekarang. Apakah Anda dapat
hidup nyaman selama masa hari tua sekarang ini?

Contoh diatas mungkin tidak merefleksikan kondisi Anda sama sekali, tapi
cerita diatas adalah fakta yang terjadi. Saat ini, Indonesia bisa dikategorikan
memasuki aging population. Karena gaya hidup, usia nikah semakin telat,
di masa orang tua kita, usia nikah adalah 16-20 tahun. Sedangkan sekarang,
usia 30 masih dikatakan cepat. Dulu, orang tua kita memiliki banyak anak di
usia yang masih muda. Masa kita sekarang, masyarakat menunda memiliki
anak sehingga di usia menjelang pensiun kita masih dihadapi dengan
kebutuhan biaya pendidikan anak-anak kita. Sedang biaya pendidikan
meningkat tajam setiap tahunnya, mengalahkan peningkatan inflasi.

Semua ini membuat kita harus lebih bijak dalam mengelola dan
menginvestasikan aset yang kita miliki guna memenuhi kebutuhan masa
pensiun dan prioritas tujuan keuangan lainnya.

Oleh karenanya pengetahuan mengenai investasi menjadi sangat penting.


Sebelum membahas lebih jauh sebaiknya kita memahami dulu apa itu
investasi.

2. Pengertian dan Tujuan Investasi

Secara sederhana investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan


menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu jenis aset selama periode
tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan/atau
peningkatan nilai investasi.

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
23

Berdasarkan pengertian tersebut maka memegang uang tunai bukan


merupakan investasi karena uang tunai tidak memberikan penghasilan dan
nilainya akan turun karena inflasi.

Sebaliknya, menempatkan uang tunai pada tabungan di bank merupakan


investasi karena tabungan memberikan penghasilan. Demikian pula
pembelian saham merupakan investasi karena saham memberikan
penghasilan dalam bentuk dividen dan nilainya dapat diharapkan meningkat
di masa datang.

Apa tujuan dari investasi? Dari pengertian investasi diatas jelas


menunjukkan bahwa tujuan investasi adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan kita dan keluarga, sekarang maupun di masa yang akan
datang.

Dana yang akan diinvestasikan bisa berasal dari aset atau kekayaan yang
sudah dimiliki, meminjam dan menabung secara regular setiap bulan dengan
menunda konsumsi—Dollar Cost Averaging. Dengan menunda konsumsi
saat ini dan menginvestasikannya, investor berharap bahwa nilainya akan
berkembang di masa datang.

Investor juga berusaha untuk mengelola dananya secara efektif,


meningkatkan pertumbuhan maksimal darinya dan menjaganya dari risiko
inflasi, pajak dan faktor-faktor lainnya. Untuk mencapai itu semua,
masyarakat harus menginvestasikan dananya.

3. Mengapa Harus Berinvestasi?

Untuk dapat mencapai semua tujuan keuangan yang Anda miliki Anda harus
menginvestasikan dana Anda agar dapat berkembang. Secara umum, tujuan
keuangan sebuah keluarga adalah:

• Membeli rumah
• Menyiapkan biaya pendidikan anak
• Menyiapkan masa pensiun dari sisi keuangan
• Menyiapkan dana untuk diwariskan kepada generasi penerus

Tujuan keuangan diatas merupakan tujuan yang umumnya disiapkan oleh


sebuah keluarga. Sebagai contoh, mari kita lihat situasi dari Ibu Nia yang
menikah saat berusia 25 tahun. Membeli rumahnya diusia 30 tahun-an dan
menyekolahkan anaknya ke universitas di usianya yang ke 40 dan memasuki
masa pensiun di usia 55 tahun. Dari perjalanan ini, terlihat bahwa Ibu Nia

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
24

memiliki tujuan mulai dari jangka pendek, menengah sampai panjang.


Setiap tujuan saling berbenturan berkaitan dengan kebutuhan akan uang dan
setiap tujuan merupakan tujuan keuangan yang berdiri sendiri.

• Membeli rumah

Setiap keluarga muda pasti mendambakan memiliki rumah sendiri. Membeli


rumah dengan tunai dirasa sangat mustahil. Oleh karenanya mereka
menggunakan fasilitas pinjaman. Membeli rumah membutuhkan komitmen
jangka panjang. Kredit rumah bisa mencapai 15 tahun, bukan saja cicilan
bulanan yang membebani Anda selama 15 tahun tapi diawal pengikatan
kredit Anda juga harus menyiapkan uang muka sekitar 30% dari harga.

• Menyiapkan biaya pendidikan anak

Biaya untuk menyekolahkan anak semakin hari semakin mahal. Untuk


membiayai sekolah anak di sebuah universitas lokal, biaya saat ini yang
dibutuhkan sampai anak Anda selesai sekolah paling tidak Rp.150 juta-an.
Bila anak Anda berusia 8 tahun, proyeksi biaya pendidikan 10 tahun
mendatang sekitar Rp.320 juta-an.

Bila Anda berencana untuk menyekolahkan anak Anda ke luar negeri,


misalkan universitas di Amerika, minimal saat ini biayanya sekitar Rp.1
Milyar kalau 10 tahun mendatang maka kebutuhannya akan meningkat bisa
mencapai Rp. 2,2 Milyar. Bila Anda memiliki tiga orang anak, bayangkan
berapa besar biaya yang harus Anda siapkan untuk pendidikan anak-anak
Anda?

• Menyiapkan masa pensiun dari sisi keuangan

Hal ini merupakan tujuan utama Anda melakukan investasi. Bukankah


demikian? Pergeseran tanggung jawab dari perusahaan atau pemerintah ke
pada perseorangan semakin jelas terlihat. Jadi untuk dapat hidup layak
selama masa pensiun Anda harus mengembangkan investasi mandiri.
Untuk dapat menyiapkan kebutuhan masa pensiun dengan baik, kita harus
memiliki gambaran yang jelas mengenai arti pensiun..Masa pensiun
biasanya diawali saat Anda tidak lagi bekerja, di Indonesia umumnya di usia
55 tahun sampai masa dipanggil oleh Yang Maha Kuasa—usia ekspektasi di
Indonesia adalah 65 tahun untuk pria dan 69 tahun untuk wanita.

• Menyiapkan dana waris bagi keluarga tercinta agar mereka tidak


memulai dari 0

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
25

4. Jenis-Jenis Investasi

4.1 Aset Nyata dan Aset Keuangan

Aset pada dasarnya dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu aset nyata
(real assets) dan aset keuangan (Financial Assets). Aset nyata dapat
dilihat fisik dan ujudnya, misalnya aset property seperti tanah, gedung,
rumah atau logam mulia seperti emas, berlian, dan perak. Sedangkan
aset keuangan merupakan klaim terhadap pihak tertentu seperti
perusahaan. Klaim tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk sertifikat
atau kertas berharga yang menunjukkan kepemilikan aset keuangan
tersebut, seperti saham, obligasi, dan kredit bank. Dengan memiliki
saham maka pemodal mempunyai klain kepemilikan terhadap
perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, sedangkan obligasi
memberikan klaim hutang kepada pemilik obligasi tersebut.

Kaitan aset nyata dan aset keuangan adalah sebagai berikut: perusahaan
menggunakan aset nyata seperti pabrik dan mesin untuk memperoleh
keuntungan. Keuntungan tersebut kemudian dibagikan kepada pemodal
sesuai dengan kepemilikan aset keuangannya di perusahaan tersebut.
Pemegang obligasi misalnya, berhak memperoleh penghasilan sesuai
dengan tingkat bunga yang disepakati, sedangkan pemegang saham
berhak memperoleh penghasilan sisa (residual income) setelah
penghasilan perusahaan dikurangi berbagai kewajiban pembayaran
kepada pemegang obligasi atau kreditur lain.

Dengan demikian penghasilan yang diterima pemegang aset keuangan


sangat bergantung pada penghasilan yang diperoleh dari pemanfaatan
aset nyata oleh perusahaan yang mengeluarkan aset keuangan tersebut.
Keterkaitan ini menunjukkan bahwa nilai aset keuangan juga
bergantung pada kemampuan aset nyata memperoleh penghasilan.

4.2. Investasi Langsung dan Tidak langsung

Pemodal dapat melakukan kegiatan investasi secara langsung maupun


tidak langsung. Pemodal dikatakan melakukan investasi langsung
apabila ia membeli dan memiliki aset keuangan secara langsung.
Contoh, jika pemodal membeli saham maka secara langsung ia memiliki
klaim terhdap penghasilan residual perusahaan yang mengeluarkan
saham tersebut.

Sebaliknya, investasi dilakukan secara tidak langsung apabila pemodal

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
26

membeli surat berharga yang menunjukkan kepemilikan atas suatu


perusahaan investasi, dimana selanjutnya perusahaan investasi tersebut
membeli sekumpulan atau portofolio aset keuangan atas nama pemilik
perusahaan investasi tersebut. Contoh dari investasi tidak langsung
adalah Reksadana (Mutual Fund), yang merupakan suatu portofolio efek
yang didiversifikasi dan dikeluarkan oleh perusahaan investasi.

Keuntungan investasi tidak langsung dibandingkan dengan investasi


langsung adalah bahwa dengan dana yang terbatas pemodal dapat
memiliki suatu portofolio yang terdiversifikasi karena portofolio
tersebut terdiri dari puluhan dan bahkan ratusan efek. Dengan investasi
langsung, diversifikasi tidak dapat dilakukan apabila dana yang dimiliki
pemodal terbatas.

Seorang pemodal dengan dana sebesar 5 juta rupiah, misalnya, hanya


dapat melakukan investasi langsung pada beberapa saham saja sehingga
portofolionya tidak terdivesifikasi dengan baik. Apabila ia membeli
reksadana, dimana portofolio reksadana tersebut mencakup banyak
saham dari berbagai sector industri, maka secara tidak langsung ia
memiliki saham-saham tersebut dan portofolionya lebih terdiversifikasi
dengan baik.

Dalam investasi, konsep diversifikasi menjadi sangat penting karena


pemodal dapat meningkatkan penghasilan atau kembalian yang
diharapkan dan pada saat bersamaan tetap dapat mempertahankan atau
malah mengurangi tingkat risiko yang dihadapainya.

5. Klasifikasi Aset/ Investasi keuangan

Telah diuraikan bahwa aset dapat berupa aset nyata dan aset keuangan.
Untuk dapat membedakan aset-aset financial kita harus membaginya
terhadap dua kelompok yaitu marketable dan non marketable. Investasi
keuangan yang marketable adalah investasi yang dapat diperjual belikan
melalui pasar modal, bisa di Bursa Efek Jakarta atau Bursa Efek Surabaya.
Sedangkan investasi keuangan yang non maketable adalah investasi yang
tidak dapat diperjual belikan di dalam pasar yang terorganisir, seperti
deposito atau saham pada perusahaan yang belum listed di Bursa. Dalam
pembahasan ini, kita hanya akan focus pada investasi keuangan yang
marketable.

Memulai pembahasan mengenai klasifikasi aset keuangan, sebenarnya


secara umum dapat dibagi menjadi lima kategori besar, yaitu Instrumen

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
27

Pasar Uang, Surat Berharga Pasar Modal dengan Pendapatan Tetap, Efek
yang bersifat Ekuitas, Derivatif dan Reksadana atau mutual fund.

5.1. Instrumen pasar Uang

Secara umum, instrumen pasar uang meliputi produk pasar uang yang
berjangka waktu kurang dari 1 tahun tetapi cukup likuid. Produk ini
merupakan surat berharga atau hutang yang dikeluarkan oleh perusahaan
atau pemerintah untuk meminjam dana dari masyarakat.

Beberapa jenis instrumen pasar uang yang dikenal secara umum adalah:

Sertifikat Bank Indonesia, dikenal dengan sebutan SBI merupakan


surat hutang yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia. Karena
diterbitkan oleh pemerintah, peringkat SBI merupakan instrumen
investasi yang likuid dan aman. SBI diterbitkan dengan system diskonto
dan tanpa warkat. Jangka waktu SBI terdiri dari 1, 2, 3, 6, dan 12 bulan.
Metode perdagangannya dilakukan melalui system lelang dan nonlelang.
Lelang dilakukan secara periodic, misalnya setiap hari rabu dengan
system ABS (Automatic Bidding System) dari Bloomberg yang bersifat
online real time.

Negotiable Certificate Of Deposit (NCD). Instrumen ini sangat baik


bagi investor yang menginginkan dananya tersimpan cukup aman di
bank dan mendapatkan tingkat suku bunga yang kompetitif. NCD
biasanya mempunyai jangka waktu 1 bulan sampai 12 bulan. Metode
penawarannya langsung kepada pihka investor atau klien bank. Karena
fleksibilitas jumlah nominal, periode jatuh temponya yang relatif pendek
dan cukup likuid, mengakibatkan banyak investor tertarik dengan
instrumen ini.

Commercial Paper (CP). Surat berharga komersial adalah surat utang


yang sangat praktis bagi kalangan perusahaan yang membutuhkan
karena cukup likuid dan mudah diperdagangkan. Surat utang jangka
pendek ini mempunyai kisaran jatuh tempo sampai dengan 270 hari.
Tingkat suku bunganya berbentuk fixed rate dan menerapkan diskon di
depan. Biasanya surat ini diterbitkan oleh perusahaan, bank, atau pihak
yang membutuhkan dana. Metode penjualan tidak melalui penawaran
umum tetapi langsung kepada calon investor.

Repurchase Agreements (Repo). Produk ini merupakan perjanjian


kontrak antara dua pihak. Produk investasi ini diterbitkan dengan

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
28

memberikan daya tarik bagi investor dengan perjanjian untuk


membelinya kembali pda harga dan waktu yang telah disepakati
bersama. Tingkat suku bunga Repo ditentukan dengan patokan tingkat
suku bunga pemerintah sehingga biasanya ditawarkan lebih tinggi agar
menarik investor untuk membelinya.

Medium Term Note (MTN). penerbitan MTN diupayakan untuk


memenuhi kebutuhan para pelaku pasar uang dengan jangka waktu
menengah. Jangka waktu jatuh tmeponya berkisar antara 1-5 tahun.
MTN diterbitkan bisa dengan mata uang Rupiah atau US Dollar. Jenis
tingkat suku bunga yang ditawarkan adalah bentuk diskon atau zero
coupon. Metode pembayaran kupon bisa dilakukan dengan metode
interest bearing, kuartalan atau semesteran. Penawaran kepada investor
dilakukan secara private placement.

5.2 Surat Berharga Pasar Modal dengan Pendapatan Tetap

Surat Berharga Pendapatan Tetap (obligasi) seperti halnya instrumen


pasar uang, dimana berupa surat berharga atau utang yang dikeluarkan
oleh perusahaan atau pemerintah untuk meminjam uang kepada
masyarakat. Perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah:

Obligasi memiliki jangka waktu jatuh tempo lebih besar dari 12 bulan.
Biasanya instrumen ini berjanji akan membayar bunga tetap selama
masa berlakunya dan pada saat jatuh tempo.

Misalkan Anda membeli instrumen ini sebesar Rp.100 juta dengan


kupon sebesar 10% selama 5 tahun. 10% disebut sebagai kupon rate
yang berarti bahwa Anda akan menerima 10% dari total investasi
sebesar Rp. 100 juta dari nilai face value-nya. Kupon rate biasanya
dibayarkan setiap enam bulan, dimana Anda akan menerima Rp.5 juta
setiap enam bulan. Pada saat jatuh tempo, yaitu 5 tahun mendatang,
selain menerima kupon sebesar Rp. 5juta Anda juga menerima kembali
investasi awal yang Anda tempatkan yaitu sebesar Rp. 100 juta.

Tingkat hasil investasi obligasi adalah, pertama, dalam bentuk kupon


bunga yang diberikan regular selama masa investasi sampai masa jatuh
tempo. Kedua, potensi keuntungan yang bisa didapat dengan menjual
obligasi tersebut di harga yang lebih tinggi dari pada saat Anda
membelinya. Secara umum, harga obligasi akan meningkat bila tingkat
suku bunga menurun. Dan karenanya ada potensi pergerakan harga
obligasi diakibatkan oleh perusabahan tingkat suku bunga.

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
29

Risiko terpenting yang harus diperhatikan bilamana Anda investasi di


obligasi adalah default risk, yaitu dimana penerbit obligasi gagal dalam
membayar baik kupon bunga maupun nilai investasi pada saat jatuh
tempo.

5.3 Efek yang Bersifat Ekuitas

Ekuitas dapat diterjemahkan sebagai saham. Saham adalah surat bukti


kepemilikan bagian modal atau tanda penyertaan modal pada perseroan
terbatas yang memberi hak atas dividend dan lain-lain menurut besar
kecilnya modal disetor.

5.3.1. Tipe-tipe saham

Saham ada 2 macam, yaitu saham biasa (common stock) dan saham
Preferen (preferred Stock).

Kelebihan memiliki saham biasa adalah kemampuannya memberikan


keuntungan yang tidak terhingga. Tidak terhingga bukan berarti
keuntungan investasi saham tidak terbatas besarnya. Tetapi,
keuntungan sangat dipengaruhi oleh perusahaan penerbitnya. Bila
perusahaan menghasilkan laba yang besar, maka akan kemungkinan
bahwa pemilik saham juga akan merasakan keuntungan yang bsar
pula. Karena dengan laba tersebut memungkinkan perusahaan untuk
membagikan dividen. Disamping keuntungan dividen, pemilik saham
juga bisa mendapatkan keuntungan dari capital gain, yaitu dengan
menjual sahamnya pada harga yang lebih tinggi dari pada saar
pembelian.

Selain dari itu sebagai pemegang saham biasa Anda memiliki hak
suara dalam RUPS dalam menentukan tim direksi.

Sedangkan saham preferen merupakan gabungan antara obligasi dan


saham biasa. Artinya disamping memiliki karakteristik seperti
obligasi, juga memiliki karakteristik saham biasa., karaktersitik
obligasi, saham preferen memberikan hasil yang tetap, seperti bunga
obligasi.
Biasanya saham preferen memberikan pilihan tertentu dalam hak
pembagian dividennya. Ada yang besar dividennya tetap setiap tahun,
ada pula yang dibayarkan didepan dan lain-lain.

Memiliki karaktersitik saham biasa, sebab tidak selamanya saham

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
30

preferen bisa memberikan penghasilan seperti yang dikehendaki oleh


pemegangnya. Ada kemungkinan pemegang saham preferen tidak
mendapatkan apa yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Jadi jelasnya, saham preferen adalah saham yang memberikan


prioritas pilihan kepada pemegangnya. Disaat perusahaan dilikuidasi,
saham preferen memiliki nilai par yang ditetapkan.

5.4. Derivatif

Aset derivative juga merupakan aset finansial atau investasi keuangan


dimana investor memperoleh kontrak yang menyatakan klaim legal
terhadap nilai turunan dari efek utama, yang belum dimiliki, baik yang
bersifat penyertaan maupun utang.

Sesungguhnya ada dua tipe derivative yang paling penting Anda ketahui
yaitu, opsi dan futures—kontrak berjangka. Banyak tipe lainnya ada
dipasar, namun biasanya tipe-tipe lainnya tersebut bisa dikembanghkan
berdasarkan dua tipe penting diatas.

5.4.1. Opsi

Opsi terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagai contoh, Anda


ingin membeli sebuah rumah yang dijual melalui sebuah broker
properti. Anda dan penjual sudah menyepakati harga jualnya, yaitu
Rp.200 juta. Anda memberikan sejumlah uang Rp.5 juta sebagai tanda
jadi dan menarik rumah tersebut dari pasar sehingga tidak ada lagi
pembeli yang bisa membeli rumah tersebut selama 1 minggu ke
depan. Dengan begitu Anda memiliki waktu 1 minggu untuk
mengumpulkan dana sebesar Rp.200 juta untuk melakukan transaksi
pembelian rumah tersebut atau Anda kehilangan uang panjer yang
sudah Anda berikan yaitu sebesar Rp.5 juta.

Perjanjian ini bisa disebut sebagai opsi. Secara umum definisi Opsi
adalah kontrak yang memberikan hak (bukan kewajiban) kepada
pemegang kontrak itu untuk membeli (call options) atau menjual (put
oprtions) suatu aset tertentu dengan harga tertentu (Strike price/
exercise price atau harga patokan/ tebus) dalam jangka waktu tertentu.

Terdapat dua tipe utama dari opsi yaitu call options dan put options.
Agar lebih jelas, ikuti Illustrasi berikut ini. Umpamanya harga saham
Telkom di Bursa Amerika Serikat US$29 per saham. Kalau Anda

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
31

membeli call options untuk saham Telkom dengan harga tebus US$30
dan jatuh tempo tiga bulan dari sekarang, maka tiga bulan lagi Anda
mempunyai hak (bukan kewajiban) untuk membeli saham Telkom dari
penjual Opsinya seharga $30 per lembar sahamnya.

Jika tiga bulan telah berlalu dan harga saham Telkom saat itu ternyata
$40 per saham, maka Anda boleh menggunakan hak Anda (istilahnya
Anda exercise opsi Anda) membeli saham Telkom dengan harga $ 30
per saham. Kemudian, kalau mau, Anda bisa segera menjualnya di
pasar dengan harga $ 40 persaham sehingga Anda untung $ 10 per
saham.

Namun jika ternyata harga saham Telkom setelah tiga bulan bukannya
$40 melainkan $15, Anda tidak perlu exercise call options Anda.
Soalnya, Anda bisa beli saham lebih murah dari $30 per saham di
pasar. Dalam kasus ini, Anda biarkan saja kontrak call options Anda
berakhir tanpa Anda gunakan, sehingga Anda cuma rugi sebesar harga
yang Anda bayar untuk beli kontrak itu (harga ini disebut sebagai
premi dari opsi). Dengan demikian, kalau Anda punya call options
saham Telkom, bila harga jatuh kerugian Anda terbatas sebesar Premi
dari opsi sedangkan kalai harga naik potensi laba Anda tak terbatas.

Kalau Anda beli put options, Anda punya hak untuk menjual aset
tertentu dengan harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Kalau
harga aset turun drastis, pemegang kontrak put options akan
beruntung besar. Sebaliknya, kalau harga aset naik di atas harga
patokan, pemegang put options akan rugi sebesar premi dari opsi.
Potential untung rugi yang tidak simetris ini merupakan ciri penting
dari opsi.

Salah satu bentuk dari opsi adalah waran. Waran adalah sekuritas yang
sebenarnya merupakan sebuah call options. Seperti yang telah
dijelaskan, call options merupakan kontrak yang memberikan hak
kepada pemegangnya untuk membeli suatu aset dasar pada saat jatuh
tempo pada suatu harga patokan yang telah ditetapkan diawal kontrak.
Bedanya dengan call options, asetnya biasa bervariasi sedangkan pada
waran asetnya hanyalah saham.

5.4.2 Futures

Sebagai contoh, Anda membutuhkan sebanyak 100 barrel crude oil


enam bulan dari sekarang. Anda mengkhawatirkan harga beli dari

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
32

Crude Oil tersebut pada saat Anda membutuhkannya. Salah satu


pemecahannya adalah dengan membuat perjanjian dengan penjual
dimana Anda berjanji akan membeli, sebut saja US$ 20 per barrel-nya,
enamn bulan dari sekarang untuk 100 barrel crude oil yang dibutuhkan.
Dengan kata lain, Anda dan penjual sepakat, enam bulan mendatang,
Anda akan membayar US$ 2,000 untuk 100 barrel crude oil. Perjanjian
yang Anda buat bisa disebut sebagai kontrak berjangka atau dikenal
dengan sebutan future contract.

Ada yang bilang, futures adalah permainan berbahaya. Sebagian orang


berpendapat bahwa perdagangan berjangka secara total tidak
memberikan nilai tambah, karena keuntungan yang diperoleh oleh satu
pihak merupakan kerugian bagi pihak lain. Pada dasarnya,
perdagangan berjangka dilakukan oleh pihak pembeli (biasa disebut
sebagai pemegang long position) dan pihak penjual (short position).
Untuk tiap satu kontrak long position ada satu kontrak padanan short
position. Kalau harga aset dasar yang diperjualbelikan naik, maka
pemegang long position akan untung dan pemegang short position
akan rugi. Sebaliknya, kalau harga aset dasarnya turun, pemegang
short position untung dan pemegang long position rugi. Jadi, menurut
para penentangnya, perdagangan berjangka tidak lain hanyalah
merupakan permainan berjumlah nihil (zero-sum game). Sebagai
informasi, aset dasarnya bisa berupa komoditas pertanian (misalnya
kopi, beras, olein, dan CPO), aset finansial (misalnya saham, obligasi,
dan valas), bisa juga indeks, seperti indeks pasar saham.

Walau banyak yang bilang bahwa bermain kontrak berjangka sama saja
dengan judi, namun ada satu manfaat penting yang dapat Anda ambil
dari intrumen investasi ini yaitu melaksankan lindung nilai atau
hedging. Misalnya, dengan mengambil posisi short pada perdagangan
berjangka, seorang produsen atau petani dapat melakukan selling
hedge (lindung nilai jual), untuk melindungi dirinya dari kerugian
akibat penurunan harga komoditas yang diproduksinya. Sebaliknya,
dengan mengambil posisi long untuk buying hedge (lindung nilai beli),
konsumen atau pabrik bisa memanfaatkan perdagangan berjangka
untuk melindungi diri dari kerugian akibat kenaikan harga barang
(input). Dengan adanya mekanisme untuk mengelola risiko, proyek
yang sebelumnya dirasa terlalu besar risikonya dan tidak bisa
dijalankan akan menjadi layak dijalankan karena risikonya berhasil
ditekan. Dengan berjalannya proyek bisnis tersebut, sumber daya yang
sebelumnya menganggur akan bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan
nilai tambah bagi perekonomian pada umumnya.

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
33

5.4.3. Opsi vs. futures

Dari uraian singkat ini, kedua bentuk derivatif diatas memiliki


perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan pertama adalah dalam hal
kontrak berjangka, pembeli berkewajiban untuk membeli aset yang
diperjual belikan pada harga yang telah disepakati (dan penjual
kontrak berjangka berkewajiban untuk menjual). Sedangkan pemilik
kontrak call options tidak berkewajiban untuk membeli kecuali
pemiliknya menginginkannya, ia memiliki hak bukan kewajiban.
Perbedaan kedua yang sangat penting adalah bila Anda membeli
kontrak berjangka atau futures, Anda tidak membayar sepeserpun
(dan Anda tidak menerima apapun bila Anda menjual). Akan tetapi,
bila Anda membli kontrak opsi, Anda harus membayar premi, bila
Anda menjualnya, Anda akan menerima preminya.

5.5. Reksadana atau Mutual Fund

Investasi secara langsung pada saham, obligasi atau derivatif bukan


untuk semua orang. Hal ini membutuhkan waktu untuk analisa, waktu
untuk mengelola portofolio Anda dan membutuhkan kepiawaian untuk
dapat memilih satu dari begitu banyak alternatif investasi yang unggul.

Investasi tidak langsung melalui Reksadana merupakan alternatif


investasi guna mengembangkan dana yang dimiliki. Reksadana
merupakan investasi bagi pemodal kecil dan pemodal yang tidak
memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menganalisa risiko terhadap
investasi mereka. Dengan investasi minimum sebesar Rp.200,000
dengan fee yang relative kecil, manejer investasi profesional
mengalokasikan dana tersebut dalam berbagai instrumen investasi
seperti pasar uang, obligasi atau saham dengan tujuan untuk
memberikan potensi keuntungan yang maksimal, tentunya konsisten
dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan Reksadana, kita dapat memilih produk yang sesuai dengan


profil risiko kita. Reksadana saham diperuntukkan bagi mereka yang
bisa menerima risiko lebih besar dengan tujuan pertumbuhan nilai dalam
jangka panjang. Sedangkan Reksadana Pendapatan Tetap baik untuk
mereka yang menginginkan pendapatan saat ini dan tidak
mengingingkan fluktuasi setinggi bila ditempatkan pada Reksadana
saham. Dan bila membutuhkan dana untuk tujuan jangka pendek,
tentunya Anda tidak menginginkan nilai kapitalnya menurun, maka
Reksadana pasar uang bisa menjadi alternatif investasi.

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
34

Reksadana dapat berfokus untuk investasi pada instrumen saham,


obligasi atau instrumen pasar uang, atau campuran dari ketiga instrumen
tersebut. Berdasarkan fokus pilihan instrumen investasinya, ada empat
jenis Reksadana yang dikenal di Indonesia: Reksadana Pasar Uang,
Reksadana Pendapatan Tetap, Reksadana Saham, dan Reksadana
Campuran.

Reksadana Pasar Uang (RDPU) adalah reksadana yang menempatkan


investasinya sebesar 100% pada efek Pasar Uang. Efek. Efek Pasar
Uang adalah efek hutang yang berjangka kurang dari satu tahun. Secara
umum, yang termasuk dalam efek jenis ini adalah deposito, SBI, dan
efek hutang lainnya yang memiliki waktu jatuh tempo kurang dari satu
tahun. RDPU merupakan reksadana dengan tingkat risiko paling rendah.
Di lain pihak, potensi keuntungan RDPU jenis ini juga terbatas.

Reksadana Pendapatan Tetap (RDPT) adalah reksadana yang


menginvestasikan sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang
dikelolanya ke dalam efek bersifat hutang, terutama hutang jangka
panjang. Umumnya RDPT di Indonesia memanfaatkan instrumen
obligasi sebagai bagian terbesar dalam portofolionya. Salah satu
keuntungan dari RDPT adalah – sampai saat modul ini direvisi pada
akhir tahun 2004 - kebebasan pajak bagi bunga obligasi yang
diperolehnya. Bila Anda berinvestasi langsung dalam instrumen obligasi
maka Anda akan dikenakan pajak terhadap penghasilan bunga.

Reksadana Saham (RDS) adalah reksadana yang menempatkan investasi


sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam
efek bersifat ekuitas (saham). Berbeda dengan efek pendapatan tetap
seperti deposito dan obligasi yang memberikan pendapatan bunga, efek
saham memberikan potensi hasil dari capital gain, yaitu dari kenaikan
perubahan harga saham. Selain dari capital gain, efek saham juga
memberikan hasil lain berupa dividen. Namun penghasilan berupa
dividen sangat tergantung laba yang dihasilkan perusahaan. Bila laba
sedang tinggi, dividen yang dibagikan cenderung tinggi. Sebaliknya, bila
laba sedang rendah atau bahkan negatif, maka dividen yang dibagikan
pun cenderung rendah atau nihil.

Berbeda dengan reksadana lainnya yang mempunyai batasan alokasi


yang diperbolehkan pada instrumen tertentu, Reksadana Campuran
(RDC) dapat melakukan investasinya baik pada efek hutang di pasar
uang dan pasar modal maupun efek ekuitas dengan alokasi investasi
yang lebih fleksibel. Karena fleksibilitas ini, RDC dapat beroreintasi ke

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
35

saham, obligasi maupun pasar uang. Dari sisi investor, RDC dapat
memberikan alternatif investasi bagi yang menghendaki suatu komposisi
investasi yang terdiri dari kombinasi saham dan efek hutang (baik
jangka panjang seperti obligasi maupun jangka pendek seperti SBI).
Karena fleksibilitasnya yang sangat tinggi, maka RDC yang ditawarkan
oleh perusahaan yang berbeda bisa sangat bervariasi. Pelajari komposisi
investasi yang ditawarkan dalam prospektus agar Anda dapat menelaah
risiko yang terkandung serta potensi hasil yang diberikan.

6. Apa itu Hasil Investasi?

Kita melakukan investasi dengan tujuan untuk mengembangkan dana yang


kita miliki. Memang benar bahwa uang bukan segalanya tapi kami yakin
semua setuju bahwa uang merupakan salah satu pilar dari kebebasan
finansial.

Sayangnya hasil dari berinvestasi tidak datang tanpa biaya. Setiap investasi
pasti akan diikuti oleh risiko. Jadi dalam hal investasi, risk dan return
berjalan berdampingan, semakin tinggi potensi return-nya akan semakin
tinggi pula risikonya. Pasti Anda mengikuti berita seputar investasi di sektor
perkebunan yang pernah dilakukan oleh QSAR, dimana dijanjikan return
yang sangat tinggi dengan risiko rendah. Masyarakat tergiur dan
menginvestasikan uang simpanannya dan dana pensiun tanpa
mempertimbangkan lebih dalam. Uang masyarakat yang terhimpun ludes
entah kemana, untung yang ditunggu, buntung yang didapat.

Tentunya Anda mengetahui return yang Anda peroleh dari investasi yang
Anda alokasikan, misalkan di reksadana saham selama 1 tahun tingkat
pengembalian dari investasi tersebut adalah 23%. Jadi pertumbuhannya
selama satu tahun meningkat 23% dari nilai diawal tahun. Tapi yang
seringkali dilupakan adalah konsep risiko. Oleh karenanya dalam sub bab ini
kita akan memberikan landasan yang penting untuk dapat memahami ruang
lingkup dari risk dan return dan belajar bagaimana mengukur atau
menghitungnya. Dengan dasar ini, kami mengharapkan Anda dapat
mengikuti perhitungan risiko dan return pada jenis investasi lainnya di bab-
bab selanjutnya.

Bila Anda membeli saham, keuntungan ataupun kerugian yang Anda


dapatkan adalah return dari investasi tersebut. Terdapat dua komponen dari
return:
1. Pendapatan, dan
2. Peningkatan atau penurunan modal (Capital gain or loss)

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
36

Anda akan memperoleh nilai tunai atau penghasilan bilama Anda memiliki
investasi. Sebagai contoh, bila Anda memiliki saham, dividen yang Anda
terima merupakan pendapatan dari investasi saham tersebut. Dan kedua,
nilai dari saham tersebut mungkin saja berubah bilamana Anda akan
menjualnya. Dalam hal ini Anda mendapatakn capital gain or loss dari
investasi tersebut.

Misalkan Anda membeli saham di harga Rp.3000. Selama 1 tahun, Anda


mendapatakan Rp.100 dalam bentuk dividen. Setelah satu tahun, Anda
menjaul saham tersebut di harga Rp.3400, Mendapatkan capital gain
Rp.400. Total return yang Anda peroleh adalah Rp.500 yang berasal dari
dividen sebesar Rp.100 dan capital gain sebesar Rp.400.

6.1. Mengukur tingkat hasil investasi dalam satu periode

Langkah awal, mari kita menghitung return periode tunggal, secara


umum selama masa 1 tahun walau periode waktu bisa bukan satu tahun.
selanjutnya kita akan membahas bagaimana mengukur return untuk
periode lebih dari satu. Dalam hal ini kita akan mengukurnya dalam
satuan rupiah dan persentasi.

6.1.1. Mengukur total return

Total return yang diperoleh untuk satu periode adalah sama dengan
berbagai pendapatan yang diperoleh ditambah dengan capital gain or
loss:

Total rupiah return = pendapatan + capital gain or loss

Sebagai contoh:
Anda membeli saham PT. Granit di harga Rp.3000 pada tanggal 1
Januari. Selama 1 tahun berjalan, Anda mendapatkan Rp.100 dalam
bentuk dividen. Setelah satu tahun, Anda menjual saham tersebut di
harga Rp.3400, Mendapatkan capital gain Rp.400. Total rupiah return
yang Anda peroleh adalah Rp.500.

Pendapatan = Rp.100
Capital gain = (Rp.3400 – Rp.3000) = Rp.400

Total rupiah return = Rp.100 + Rp.400


= Rp.500.

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
37

Dalam prakteknya, lebih sesuai bila return dinyatakan dalam satuan


persentasi. Menyatakan return dalam persentasi memungkinkan kita
untuk membandingkan satu investasi dengan investasi yang lain,
berapa pun investasi yang ditempatkan. Total Return (TR) adalah sama
dengan Total rupiah return dibagi dengan investasi awal yang
ditempatkan (Pa).

TR = (Pendapatan + Capital gain) / Pa

Dari contoh diatas, berapa total return investasi pada PT. Granit dalam
bentuk saham setelah satu tahun? Dengan Pendapatan sebesar Rp.100
dan capital gain sebesar Rp.400, maka total returnya adalah 16,67%.

TR = (Rp.100 + Rp.400) / Rp.3000


= 0,167 atau 16,7%.

6.1.2. Mengukur relatif return

Dalam mengukur return dalam beberapa periode, beberapa formula


yang akan kita pakai tidak dapat menghitung angka negarif. Relatif
return memecahkan masalah ini dengan menambahkan 1 dengan total
return:

RR = 1 + TR

Langkah lain untuk menghitung relatif return adalah dengan


menggunakan formula TR dan menggantikan nilai capital gain or loss
dengan harga dari investasi diakhir periode investasi (Pe):

RR = (pendapatan + Pe)/ Pa

Dengan contoh PT. Granit, dengan total return adalah 0,167 akan
menghasilkan relatif return sebesar 1,167:

RR = 1 + TR
RR = 1 + 0.167
= 1,167

RR = (100 + 3400)/ 3000


= 1,167
Relatif return 1,167 dapat diartikan bahwa kita menerima Rp.1,167
dalam bentuk return dari setiap Rp.1 yang kita investasikan. Atau kita

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
38

dapat simpulkan bahwa investasi Rp.1 akan berkembang menjadi


Rp.1,167.

Bagaimana bila ada nilai negatif? Misalkan total return sebuah investasi
adalah -0.15. Relatif returnnya akan menjadi 0,85:

RR = 1 + TR
RR = 1 + (-0.15)
= 0,85

RR = (100 + 2450)/ 3000


= 0.85

6.2. Mengukur Hasil Investasi dalam beberapa periode

Misalkan Anda akan tetap mempertahankan investasi pada PT. Granit,


dan sekarang sudah memasuki tahun ke 10. Anda ingin menghitung
performa investasi Anda untuk masa 10 tahun tersebut. Dari data
dibawah ini, Anda secara sadar selalu menghitung hasil investasi yang
diperoleh setiap tahunnya selama 10 tahun sepereti tabel berikut ini:

Tabel 6.2. Hasil investasi PT. Granit selama periode 1995-2004


Tahun Total Return Ralatif Return
1995 16.70% 1.167
1996 -10% 0.900
1997 -15% 0.850
1998 -5% 0.950
1999 -20% 0.800
2000 5% 1.050
2001 10% 1.100
2002 15% 1.150
2003 25% 1.250
2004 20% 1.200
Catatan: Diasumsikan dividen telah diinvestasikan kembali

Seperti yang Anda lihat, data hasil investasi selama 10 tahun tidak
beraturan dan secara menyeluruh tidak memberikan data yang
bermanfaat sebelum dilakukan sesuatu terhadap data tersebut. Untuk itu
kita membutuhkan cara untuk menyimpulkan data dengan
mempertimbangkan tiga ukuran penting :

1. Indeks Kekayaan Kumulatif—Cummulative Wealth Index


BAB 2 : Konsep Dasar Investasi
Financial Planning Standards Board Indonesia
39

2. Nilai Rata-rata Aritmatik—Arithmetic Mean


3. Nilai Rata-rata Geometrik—Geometric Mean

6.2.1. Indeks Kekayaan Kumulatif IKK—Cummulative Wealth Index

Bila Anda ingin mengetahui secara pasti berapa yang Anda peroleh
dalam satuan rupiah saat ini dari investasi yang Anda alokasikan 10
tahun yang lalu, IIK menjawab hal ini. IKK mengukur kumulatif hasil
investasi pada periode tertentu dengan investasi awal yang umumnya
dipakai adalah Rp.1.

Menghitung nilai IKK sangat mudah, kita hanya perlu mengambil


semua nilai relatif hasil investasi setiap tahun dan kalikan semua nilai
tersebut. Untuk investasi di PT. Granit, kita mendapat nilai 1,35:

IKK = (1,167) (0,9) (0,85) (0,95) (0,8) (1,05) (1,1) (1,15) (1,25)(1,2)
= 1,35

Jadi, setiap Rp.1 yang diinvestasikan diawal tahun 1995 akan


memberikan Rp.1,35 diakhir tahun 2004 (lihat gambar 6.2. dibawah
ini). Atau dengan kata lain, investasi pada PT. Granit selama 10 tahun
dari tahun 1995 sampai 2004 menghasilkan total hasil investasi sebesar
35%.

Gambar 6.2. Indeks Kekayaan Kumulatif PT. Granit

Indeks Kekayaan Kumulatif

1.400

1.200
IKK

1.000

0.800

0.600
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Tahun

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
40

6.2.2. Nilai Rata-rata Aritmatik—Arithmetic Mean

IKK sangat bermanfaat untuk menghitung kumulatif hasil investasi


selama periode tertentu dalam hal ini 10 tahun. Sekarang mari kita
melihat salah satu ukuran yang memperlihatkan performa investasi
dalam nilai rata-rata atau dalam basis tahunan.

Cara termudah untuk menghitung nilai rata-rata dari seri data seperti
hasil investasi PT. Granit pada tabel 6.2 adalah dengan menjumlahkan
semua total hasil investasi setiap tahun dan membaginya dengan 10.
cara ini dikenal dengan nilai rata-rata Aritmatik. Jadi kalau kita hitung
Nilai rata-rata Artimatik hasil investasi dari PT. Granit selama 10
tahun atau dari periode 1995 sampai 2004 adalah:

AM = (0,167 - 0,1 - 0,15 – 0,05 – 0,2 + 0,05 + 0,1 + 0,15 + 0,25 + 0,2)
10
= 0,417/10
= 0,0417 atau 4,17%

Nilai rata-rata aritmatik sangat baik sebagai estimasi hasil investasi


ditahun yang akan datang (2005) dan jawaban dari estimasi tersebut
adalah sebesar 4,17%.

6.2.3. Nilai Rata-rata Geometrik—Geometric Mean

Menjelaskan langkah perhitungan nilai rata-rata geometrik terdengar


sangat kompleks, tapi jangan takut, dengan contoh nantinya
perhitungan akan terlihat lebih mudah dan jelas.

Beginilah caranya menghitung nilai rata-rata geometrik. Pertama,


ambillah setiap nilai raletif hasil investasi setiap tahun dan kalikan
semua. Inilah langkah yang kita lakukan dalam menghitung Indeks
Kekayaan Kumulatif (IKK). Kedua, lakukan akar pangkat n, dimana n
merupakan total angka dari relatif hasil investasi, dalam hal ini ada 10
nilai. Dan terakhir, kita kurangi dengan 1 dari langkah kedua dan kita
memperoleh nilai rata-rata geometrik (GM).

Melanjutkan contoh PT. Granit, kita hitung nilai rata-rata geometrik


PT. Granit untuk periode 1995-2004 adalah

GM = [(1,167) (0,9) (0,85) (0,95) (0,8) (1,05) (1,1) (1,15) (1,25)(1,2)]1/10 - 1


= 0,030 atau 3,0%

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
41

Nilai rata-rata Geometrik mengukur tingkat hasil investasi majemuk


tahunan selama jangka waktu tertentu.

6.2.4. Nilai rata-rata Aritmatik Vs. Geometrik

Dalam perhitungan diatas, perlu dipahami mengapa terjadi perbedaan


nilai antara nilai rata-rata Aritmatik dan nilai rata-rata Geometrik dan
dalam situasi seperti apa kita menggunakannya.

• Bila Anda ingin mengestimasi tingkat bunga untuk satu periode


mendatang, Nilai rata-rata Aritmatik sebaiknya yang digunakan
karena perhitungan tersebut mengukur gambaran performa untuk
satu periode. Sebaliknya, bila Anda ingin mengestimasi tingkat
bunga tahunan untuk periode sebut saja, 10 periode, gunakan Nilai
rata-rata Geometric lebih sesuai.

• Nilai rata-rata Aritmatik akan selalu lebih besar atau sama dengan
Nilai rata-rata Geometrik. Dalam contoh perhitungan diatas, Nilai
rata-rata Aritmatik untuk PT. Granit adalah 4,17% sedangkan Nilai
rata-rata Geometriknya adalah 3%. Satu pengecualin hanya bila
semua tingkat bunga setiap tahunnya sama, maka Nilai rata-rata
Aritmatik dan Nilai rata-rata Geometrik akan sama.

• Selisih antara Nilai rata-rata Aritmatik dibandingkan dengan Nilai


rata-rata Geometrik sangat tergantung dengan berapa besar besar
perbedaan tingakt bunga setiap tahunnya, semakin besar
perbedaanya akan semakin besar pula selisih nilai rata-rata
Aritmatik dibandingkan dengan nilai rata-rata Geometriknya.

Sebagai contoh, bila perusahaan sejenis PT. Pualam memiliki tingkat


bunga seperti berikut ini:

Tabel 6.2.1. Hasil investasi PT. Pualam selama periode 1995-2004


Tahun Total Return Ralatif Return
1995 50% 1.500
1996 -30% 0.700
1997 -35% 0.650
1998 -15% 0.850
1999 -40% 0.600
2000 15% 1.150
2001 20% 1.200
2002 35% 1.350
2003 45% 1.450
2004 50% 1.500
Catatan: Diasumsikan dividen telah diinvestasikan kembali
BAB 2 : Konsep Dasar Investasi
Financial Planning Standards Board Indonesia
42

Dengan Tingkat bunga pertahun seperti diatas, Nilai rata-rata aritmatiknya


adalah 9,5%, sedangkan Nilai rata-rata Geometriknya adalah 3,498%.
Terlihat selisih yang besar antara kedua nila rata-rata tersebut. Dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa PT. Pualam lebih besar perbedaan tingkat bunganya
dibandingkan dengan PT. Granit.

7. Apa itu Risiko?

Risiko dalam kaitannya dengan investasi adalah kemungkinan terjadinya


kerugian. Atau dapat dikatakan bahwa risiko dalam berinvestasi adalah
adanya kemungkinan besar dimana tingkat keuntungan yang didapat tidak
seperti yang diharapkan. Semakin besar fluktuasi tingkat keuntungan, berarti
semakin tinggi pula risikonya.
Terdapat ikatan positif antara hasil invstasi dengan risiko (risk)—semakin
tinggi potensi keuntungannya akan diikuti dengan semakin tingginya tingkat
risiko. Sebaliknya juga benar, semakin rendah potensi keuntungan akan
semakin rendah pula risikonya.

7.1. Jenis-Jenis Risiko

Risiko yang dikenal umum terbagi menjadi dua komponen, risiko


sistematik (systematic risk) dan risiko nonsistematik (nonsystematik
risk). Jadi dapat dismpulkan bahwa total risiko adalah jumlah dari risiko
sistematik dengan risiko nonsistematik.

Untuk sekarang, dapat dikatakan bahwa risiko sistematik adalah bagian


risiko yang tidak dapat dikontrol dan risiko nonsistematik yang dapat
dikontrol.

7.1.1. Risiko Nonsistematik

Bila Anda memiliki uang dan Anda menempatkan hanya pada satu
investasi, maka bila investasi tersebut turun maka semua investasi
atau uang Anda akan merugi. Tapi sebaliknya bila Anda
menempatkannya pada beberapa pilihan investasi, maka bila terjadi
penurunan terhadap salah satu investasi tidak mengakibatkan semua
jumlah portofolio Anda menurun.

Secara umum, risiko nonsistematik memiliki tiga karakteristik:


1. Risiko ini bisa dihilangkan dengan proses diversifikasi
2. Risiko ini bisa dikurangi atau dikontrol
3. Risiko ini unik untuk saham dan industri

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
43

Mari kita lihat beberapa contoh dari risiko nonsitematik:

• Risiko Bisnis (Business Risk)

Risiko ini merupakan risiko melakukan bisnis dalam suatu


perusahaan, industri maupun lingkungan tertentu. Bila Anda hanya
berinvestasi pada saham perusahaan rokok maka bila bisnis rokok
mengalam penurunan demikian pula dengan saham Anda.
Mengatasinya adalah dengan menginvestasikan juga di berbagai
industri lainnya, seperti otomotif, telekomunikasi dan perbankan.

• Risiko finansial (Financial Risk)

Perusahaan yang meminjam hutang banyak, terekspos terhadap risiko


finansial karena besarnya kebutuhan pembayaran bunga yang tetap
terhadp hutang yang dimiliki. Sebagai investor untuk mengurangi
risiko ini adalah dengan memilih perusahaan dengan tingkat hutang
yang lebih kecil.

• Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)

Sebuah sekuritas dengan tingkat likuiditas yang rendah dapat


diartikan bahwa sekuritas tersebut sulit untuk diperjual belikan di
pasar sekunder tanpa melakukan diskon terhadap harga. Investasi
pada barang-barang antik mungkin memiliki tingkat likuiditas risiko
yang tinggi karena agak sulit untuk menemukan pembelinya di pasar.
Sedangkan untuk investasi saham bluechip harusnya memiliki risiko
likuiditas rendah karena mudah diperjual belikan di pasar sekunder.

• Risiko Nilai Tukar Mata Uang (Exchange rate Risk)

Risiko ini perlu dipertimbangkan sejalan dengan akan dibukanya kerja


sama pasar modal dengan negara lain seperti Malaysia dan Hongkong.
Nilai investasi yang Anda terima akan sangat terpengaruh oleh
perubahan nilai tukar rupiah. Misalkan saham yang Anda beli dalam
satuan Ringgit Malaysia. Bila nilai tukar rupiah terhadap Ringgit
Malaysia semakin menguat (Ringgit Malaysia melemah terhadap
rupiah), maka nilai nominal rupiah yang akan Anda terima menjadi
lebih sedikit. Gejolak nilai tukar valuta asing rupiah menjadikan risiko
ini harus diperhatikan dengan baik, agar investasi Anda terlindung
dari kerugian akibat selisih kurs valas.

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
44

• Risiko Negara (Country Risk)

Risiko ini berkaitan dengan semua hal yang negative berkaitan


dengan sebuah negara dalam hal ekonomi, krisis politik, perang dan
resesi. Setiap investor dapat mengontrol risiko ini dengan
menginvestasikan dananya pada portofolio internasional yang
menempatkan dana pada beberapa negara.

7.1.2. Risiko Sistematik

Dalam hal investasi, investor dapat mengurangi tingkat risiko yang


berkaitan dengan risiko unsistematik dan yang masih tersisa dari total
risiko adalah risiko market atau risiko sistematik. Risiko ini yang
masih tersisa dalam portofolio investasi berkaitan lansung dengan
semua pergerakan dari pasar atau ekonomi secara general. Seperti
halnya risiko nonsistematik, risiko sistematik memiliki tiga
karakteristik:

1. Risiko ini mempengaruhi semua efek


2. Risiko ini tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi
3. Risiko ini tidak bisa dikurangi atau dikontrol

Semua efek sekuritas pasti memiliki risiko sistematik, terdapat tiga risiko
sistematik faktor:

• Risiko tingkat suku bunga (Interest Rate Risk)

Harga saham cenderung bergerak berlawanan dengan perubahan


tingkat suku bunga. Pada saat tingkat suku bunga naik, harga saham-
saham akan turun dan semua hal tetap, maka setiap saham akan
terpengaruh. Walau Anda melakukan a well-diversified portfolio tetap
saja bila terjadi perubahan tingkat suku bunga secara cepat akan
mengakibatkan perubahan harga saham.

• Risiko Pasar (Market Risk)

Risiko ini ada akibat fluktuasi pasar secara menyeluruh yang


terrefleksi terhadap menurunya Indeks Harga Saham gabungan atau
IHSG. Hal ini bisa diakibatkan sentimen negatif pasar akibat perang,
resesi dan lain-lain. Semua saham akan terpengaruh walau perusahaan
dengan kondisi fundamental yang baik sekalipun.

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
45

• Risiko Inflasi (Inflation Risk)

Bila inflasi naik, semua efek sekuritas akan terpengaruhi. Inflasi akan
mengerogoti nilai real uang atau investasi Anda dalam satuan nilai
saat ini. Inflasi juga mempengaruhi tingkat suku bunga, semakin
tinggi inflasi akan semakin tinggi pula kenaikan tingkat suku bunga.

Sangat penting bagi investor untuk memahami bahwa, Anda tidak


dapat menghindar dari risiko sistematik karena risiko pasar tidak
dapat dihilangkan. Bila pasar modal turun secara drastis, maka saham-
saham juga akan terkena imbasnya. Pergerakan pasar seperti ini akan
tetap mempengaruhi portfolio yang dimiliki investor walau portofolio
yang dimiliki didiversifikasi dengan baik.

7.2. Mengukur Risiko

Tingkat keuntungan saham dari tahun-ke-tahun cenderung lebih


beragam dibandingkan dengan obligasi pemerintah. Sekarang kita akan
mengukur besarnya variabilitas risiko sehingga kita bisa membahas
risiko lebih jelas lagi.

Yang perlu kita lakukan adalah menghitung selisih atau spread dari
semua tingkat bunga dibandingkan dengan tingkat bunga rata-rata. Yang
ingin kita ketahui adalah berapa besar tingkat bunga aktual berbeda dari
rata-rata tingkat bunga pada tahun tersebut. Variance dan standard
deviation merupakan alat ukur yang umum diguankan untuk hal ini.

Sebagai contoh, misalkan investasi memberikan tingkat keuntungan


sebesar 5, 20 dan 35 persen selama tiga tahun. Nilai rata-rata
Aritmatiknya adalah 20%--(5+20+35)/3. Perhatikan, tingkat bunga
diawal tahun berbeda --15% (5%-20%) dibandingkan dengan rata-rata
tingkat bunga. Di tahun kedua 0% (20%-20%). Dan di tahun ketiga
berbeda 15% (35%-20%) dari nilai rata-ratanya. Untuk menghitung
Variance, kita memangkatkan semua deviasinya dan jumlahkan.
Kemudian bagi hasilnya dengan berapa tingkat suku dikurangi dengan 1:

(5 – 20)2 = 225
(20 – 20)2 =0
(35 – 20)2 = 225
Total = 450
Variansi = 450/ (3-1)

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
46

= 225
Standar Deviasi (SD) adalah akar pangkat dua dari Variansi:
SD = √225
= 15%

Sebagai latihan, coba hitung berapa Standar deviasi dari PT. Granit untuk
periode 1995-2004? Jawabannya adalah 15,74%, coba cek dengan
perhitungan Anda.

8. Prinsip Dasar Investasi: Risk And Return Tradeoff

Risk And Return Trade-off

Derivatif
R
E
Saham Perusahaan
T Risk
U Premium
R Obligasi Perusahaan
N
Obligasi Pemerintah

Treasury Bills Risk-Free


Rate

RISK

9. Kenali Klien Anda

Investor memiliki pilihan dalam hal jenis produk investasi. Tersedia


produk-produk investasi yang relatif sama dikeluarkan oleh perusahaan yang
berbeda. Semakin banyak pilihan, tentunya akan semakin menyulitkan bagi
investor untuk memilih produk yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.

Seorang perencana keuangan dituntut untuk dapat memberikan masukan


dalam merekomendasi produk yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
keuangan investor tersebut. Istilah Know Your Client menjadi jargon penting
yang harus didalami dengan benar. Tidak ada investasi yang sesuai untuk
semua orang. Ada berbagai perbedaan seperti tingkat pendapatan dan tujuan
keuangan membuat pemilihan produk investasi yang sesuai dengannya
menjadi sangat penting.

BAB 2 : Konsep Dasar Investasi


Financial Planning Standards Board Indonesia
47

BAB 3
ANALISA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN
(FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS)

Isi Bab

1. Penggunaan Rasio Keuangan Perusahaan

2. Analisa Likuiditas
2.1 Modal Kerja Neto (net working capital)
2.2 Current Ratio
2.3 Quick (acid-test) Ratio

3. Analisa Aktifitas
3.1 Pengembalian Atas Inventori
3.2 Periode Rata-Rata Penagihan
3.3 Periode Rata-Rata Pembayaran
3.4 Pengembalian Atas Aset Tetap
3.5. Pengembalian Atas Total Aset

4. Analisa Hutang
4.1 Rasio Hutang
4.2 Rasio Hutang Terhadap Ekuitas
4.3. Rasio Kali Bunga Terperoleh (Times Interest Earned Ratio)

5. Analisa Profitabilitas
5.1 Margin Laba Kotor
5.2 Margin Laba Operasi
5.3 Margin Laba Bersih
5.4 Pengembalian Atas Total Aset
5.5 Pengembalian Atas Ekuitas

BAB 3 : Analisa Laporan Keuangan Perusahaan


Financial Planning Standards Board Indonesia
48

1. Penggunaan Rasio Keuangan

Analisa saham melibatkan metode perhitungan dan interpretasi atas rasio-


rasio keuangan perusahaan yang tercermin lewat laporan laba-rugi dan
neraca perusahaan.

Analisa rasio dari sebuah laporan keuangan perusahaan akan menarik


perhatian sedikitnya tiga kelompok utama, yaitu;

• Para pemegang saham,


• Kreditor,
• Pelaksana perusahaan (manajemen).

Baik pemegang saham maupun investor potensial akan memberikan


perhatian terhadap tingkat risiko dan hasil investasi yang diberikan oleh
emiten saham sekarang dan dimasa-masa yang akan datang.

Para kreditor akan menggunakan hasil dari analisa rasio keuangan ini guna
melihat likuiditas jangka pendek dari perusahaan bersangkutan dan
kemampuannya dalam membayar kewajiban-kewajiban dalam bentuk bunga
maupun pokok hutang. Hal lain yang menjadi perhatian kreditor adalah
kemampuan perusahaan menghasilkan laba, kreditor ingin memastikan
bahwa bisnis dari perusahaan tersebut sehat dan dapat terus berlangsung.

Pihak manajemen memanfaatkan analisa rasio ini untuk terus memantau


perkembangan dan jalannya perusahaan sehingga harapan-harapan dari para
pemegang saham dan kreditor dapat tercapai.

Manajemen perusahaan menggunakan analisa rasio untuk memonitor kinerja


perusahaan dari waktu ke waktu sekaligus membandingkannya dengan
industri atau perusahaan sejenis.

Sebagai contoh adalah PT Mika Indonesia yang bergerak dibidang distribusi


bahan kimia. Kita akan melakukan beberapa analisa berdasarkan dari
laporan keuangan yang dipublikasikan seperti,

• Analisa likuiditas
• Quick ratio
• Analisa aktifitas
• Analisa hutang
• Analisa profitabilitas

BAB 3 : Analisa Laporan Keuangan Perusahaan


Financial Planning Standards Board Indonesia
49

Laporan Laba Rugi


Mika Company

Untuk tahun berakhir Desember 31, 2002 2001

Pendapatan penjualan Rp.307.400.000 Rp.256.700.000


Harga pokok barang terjual 208.800.000 171.100.000
Laba kotor 98.600.000 85.600.000

Biaya operasional
Biaya penjualan 10.000.000 10.800.000
Biaya administrasi 19.400.000 18.700.000
Biaya sewa 3,500,000 3.500.000
Biaya depresiasi 23.900.000 22.300.000
Total biaya operasional 56.800.000 55.300.000
Laba operasional 41.800.000 30.300.000

Biaya bunga 9.300.000 9.100.000


Laba bersih sebelum pajak 32.500.000 21.200.000

Pajak (29%) 9.400.000 6.400.000


Laba bersih setelah pajak 23.100.000 14.800.000

Dividen saham khusus 1.000.000 1.000.000


Dana tersedia untuk saham biasa 22.100.000 13.800.000

Jumlah saham biasa yang beredar 76.262 76.244


Earnings per share (EPS) Rp. 289,79 Rp. 181

BAB 3 : Analisa Laporan Keuangan Perusahaan


Financial Planning Standards Board Indonesia
50

Laporan Neraca Mika Company


Rupiah
Desember 31,
Aset 2002 2001

Aktiva lancar
Kas 36.300.000 28,800,000
Sekuritas terdagangkan 6.800.000 5,100,000
Piutang 50.300.000 36,500,000
Inventori 28.900.000 30,000,000
Total aktiva lancar 122.300.000 100,400,000

Aktiva tetap bruto


Tanah dan bangunan 207.200.000 190,300,000
Mesin dan peralatan berat 186.600.000 169,300,000
Perabotan 35.800.000 31,600,000
Kendaraan 27.500.000 31,400,000
Lain-lain 9.800.000 9.600.000
Total aktiva tetap bruto 466.900.000 432.200.000

Akumulasi depresiasi 229.500.000 205.600.000


Nilai aktiva tetap 237.400.000 226.600.000
Total aset 359.700.000 Rp. 327.000.000

Hutang dan Ekuitas

Hutang jangka pendek


Hutang 38.200.000 27.000.000
Debit nota 7.900.000 9.900.000
Akrual 15.900.000 11.400.000
Total hutang jangka pendek 62.000.000 48.300.000
Hutang jangka panjang 102.300.000 96.700.000
Total hutang 164.300.000 145.000.000
Ekuitas
Saham khusus-kumulatif 5%,Rp.10.000 par,
2000 lembar saham 20.000.000 20.000.000
Saham biasa-Rp.250 par,saham beredar
2002: 76.262, 2001: 76.244 19.065.500 19.061.000
Agio saham 42.800.000 41.800.000
Laba ditahan 113.500.000 101.200.000
Total ekuitas 195.365.500 182.061.000
Total hutang dan ekuitas Rp.359.665.500 Rp.327.061.000

BAB 3 : Analisa Laporan Keuangan Perusahaan


Financial Planning Standards Board Indonesia
51

2. Analisa Likuiditas

2.1 Modal Kerja Bersih/Netto (net working capital)


Modal kerja bersih/netto walaupun bukan merupakan sebuah rasio pada
hakekatnya, namun formula ini sering digunakan untuk mengukur
likuiditas keseluruhan dari sebuah perusahaan.

Modal kerja bersih = aktiva lancar – hutang jangka pendek

Modal kerja bersih/netto untuk Mika Company tahun 2002 adalah


= Rp.122.300.000 – Rp.62.000.000
= Rp.60.300.000

Hasil perhitungan ini tidak berguna dalam hal perbandingan dengan


kinerja perusahaan lain tapi hasil perhitungan ini berguna untuk kontrol
internal perusahaan.

2.2 Current Ratio


Adalah rasio yang menghitung kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban pembayaran hutang jangka pendek.

Aktiva lancar
Current ratio =
hutang jangka pendek

Rp.122.300 .000
Current ratio = Rp.62.000. 000

= 1,97

Sebuah current ratio sebesar 2 secara umum dianggap cukup, tapi nilai
penerimaan tersebut tergantung jenis industri dari perusahaan yang
sedang dievaluasi. Sebagai contoh, sebuah current ratio 1 dapat
dipertimbangkan layak untuk jenis industri produk kegunaan tapi besar
kemungkinan angka ini tidak cukup untuk jenis perusahaan yang
bergerak dalam industri manufaktur.

Nilai current ratio 1 berarti modal kerja neto adalah nol. Jika sebuah
perusahaan mempunyai current ratio lebih kecil dari 1 berarti
perusahaan tersebut mempunyai modal kerja neto negatif.

BAB 3 : Analisa Laporan Keuangan Perusahaan


Financial Planning Standards Board Indonesia
52

2.3 Quick (acid-test) Ratio

Quick (acid-test) ratio adalah rasio yang mirip dengan current ratio
hanya dengan pengecualian pengurangan atas inventori. Pengurangan
ini beralasan atas sifat dari inventori yang paling tidak likuid dari semua
pos di aktiva lancar.

aktiva lancar − inventori


Quick ratio = hu tan g jangka pendek

Sebuah quick ratio sama dengan 1 atau lebih besar secara umum
menunjukkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan yang memadai.
Tapi sama halnya dengan current ratio, nilai ini tetap bergantung pada
jenis dari industri dimana perusahaan tersebut bergerak.

Catatan kedua, jika inventori dari perusahaan dianggap cukup likuid,


maka perhitungan dengan formula current ratio lebih cocok.
Rp122.300.00 0 - Rp.28.900. 000
Quick ratio = Rp.62.000. 000

= 1,51

3. Analisa Aktifitas

Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana kecepatan sejumlah


pos-pos perusahaan dikonversikan ke dalam bentuk uang. Terdapat 5 pos-
pos perusahaan seperti di bawah ini

3.1 Pengembalian Atas Inventori

Tingkat pengembalian atas inventori secara umum mengukur aktivitas


atau likuiditas dari inventori perusahaan.

H arg a pokok barang terjual


Pengembalian atas inventori =
inventori

Rp.208.800 .000
Pengembalian atas inventori =
Rp.28.900. 000

= 7,2

BAB 3 : Analisa Laporan Keuangan Perusahaan


Financial Planning Standards Board Indonesia
53

Inventori Mika Company berputar 7,2 kali dalam setahun. Atau dengan
kata lain, umur inventori dari Mika Company adalah 50 hari (360 ÷ 7,2)

Hasil dari tingkat pengembalian atas inventori ini hanya memberikan arti
bila kita membandingkannya dengan rasio dari perusahaan pesaing atau
perusahaan sejenis lainnya atau kita membandingkannya dengan data
perusahaan kita pada waktu-waktu yang lalu. Tingkat pengembalian atas
inventori sebesar 20 bukanlah hal yang luar biasa untuk sebuah
supermarket, sementara tingkat pengembalian atas inventori yang hanya
sebesar 4 masih dianggap wajar untuk perusahaan pabrikan pesawat
terbang.

3.2 Periode Rata-Rata Penagihan

Periode rata-rata penagihan atau umur rata-rata dari account receivable


digunakan untuk mengevaluasi kebijakan kredit dan penagihan.

piutan g
Periode rata-rata penagihan = rata− rata penjualan per hari

Aplikasi formula di atas untuk Mika Company adalah

Rp 50.300.000
=  Rp.307.400 .000  = 58,9 hari
 
 360 

Data ini hanya berguna bila dikombinasikan dengan kondisi kredit dari
Mika Company. Bila manajemen memberikan kelonggaran 30 hari
penagihan setelah tanggal penjualan, dan kenyataannya bahwa
penagihan berhasil dilakukan rata-rata setelah 58,9 hari, maka hal ini
mengindikasikan kontrol kredit dan kinerja bagian penagihan yang
kurang baik.

3.3 Periode Rata-Rata Pembayaran

hutang
Periode rata-rata pembayaran =
rata− rata pembelian per hari

BAB 3 : Analisa Laporan Keuangan Perusahaan


Financial Planning Standards Board Indonesia
54

Kita mengasumsikan bahwa 70% dari harga pokok barang terjual adalah
merupakan biaya pembelian untuk tahun 2002. Maka periode rata-rata
pembayaran untuk tahun 2004 adalah

Rp .38.200.000
=  0,70xRp.20 8.800.000  = 94,1 hari
 
 360 

Seperti halnya periode rata-rata penagihan, maka hasil hitungan di atas


akan memberikan indikasi yang jelas jika dibandingkan dengan kondisi
kredit yang diberlakukan oleh pihak kreditor atas pembelian dari Mika
Company.

3.4 Pengembalian Atas Aset Tetap


Mengukur efisiensi dari perusahaan dalam menggunakan aktiva tetapnya
dalam upaya menaikkan tingkat penjualan.

penjualan
Pengembalian atas aset tetap = aktiva tetap neto

Untuk data Mika Company per 2002 maka,


Rp .307.400.00 0
= Rp .237.400.00 0
= 1,29

Hasil hitungan ini mengindikasikan bahwa tingkat pengembalian biaya


aktiva tetap dari Mika Company adalah sebesar 1,29 kali dalam
setahun. Secara umum, semakin besar nilai rasio ini maka semakin baik
pula kinerja perusahaan, dengan kata lain perusahaan mampu
menghasilkan tingkat penjualan yang semakin baik dengan efektifitas
penggunaan aktiva tetapnya.

3.5 Pengembalian Atas Total Aset

Rasio berikut ini mengindikasikan efisiensi dari penggunaan


keseluruhan aset perusahaan untuk menghasilkan penjualan.

penjualan
Pengembalian atas total aset = total aset

BAB 3 : Analisa Laporan Keuangan Perusahaan


Financial Planning Standards Board Indonesia
55

Nilai rasio untuk Mika Company adalah


Rp .307.400.00 0
= Rp.359.700 .000
= 0,85

Perusahaan mampu memberikan pengembalian atas total aset sebesar


0,85 kali dalam setahun. Kriteria yang berlaku adalah sama dengan
pengembalian atas aktiva tetap, dimana semakin besar nilai yang
diperoleh maka semakin efisien perusahaan tersebut dalam
pemanfaatan total asetnya untuk menghasilkan penjualan.

4. Analisa Hutang

Posisi hutang dalam sebuah perusahaan menunjukkan jumlah uang pihak


lain yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Secara umum, analisa finansial menitik beratkan pada posisi hutang jangka
panjang.

4.1 Rasio Hutang


Rasio ini mengukur proporsi dari total aset yang dibiayai oleh pihak
kreditor. Semakin tinggi nilai rasio ini berarti semakin besar dana pihak
lain yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan perusahaan.

total hutang
Rasio hutang = total aset

Rp .164.300.00 0
= Rp.359.700 .000
= 45,67%

Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan membiayai 45,67% dari


keseluruhan asetnya dengan menggunakan hutang. Semakin tinggi nilai
rasio ini maka semakin besar pula risiko dari perusahaan tersebut dalam
hubungannya atas kemampuan membayar kewajibannya kepada para
kreditor.

4.2 Rasio Hutang Terhadap Ekuitas

Rasio ini mengindikasikan hubungan antara dana jangka panjang yang


disediakan oleh para kreditor dan modal usaha yang disediakan oleh
pemilik perusahaan.
BAB 3 : Analisa Laporan Keuangan Perusahaan
Financial Planning Standards Board Indonesia
56

hu tan g jangka panjang


Rasio hutang terhadap ekuitas =
ekuitas pemegang saham

Rp .102.300.00 0
= Rp.195.365 .500
=52,36%

Interpretasi atas nilai ini adalah bahwa hutang jangka panjang Mika
Company hanya sebesar 52,36% dari keseluruhan nilai ekuitas
pemegang saham.

4.3 Rasio TIER (Times Interest Earned Ratio)


Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melakukan
pembayaran kontraktual bunga. Semakin tinggi nilai dari rasio ini,
semakin baik perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban
pembayaran bunga pinjaman.

laba sebelum pembayaran bunga dan pajak


Rasio TIER =
bunga

Dengan mengaplikasikan formula ini pada Mika Company, maka kita


memperoleh hasil
Rp .41.800.000
= Rp.9.300.0 00
= 4,49

5. Analisa Profitabilitas

5.1 Margin Laba Kotor


Margin laba kotor digunakan untuk mengukur persentase setiap uang
yang masuk melalui penjualan setelah dikurangi dengan harga pokok
barang terjual. Semakin besar nilai rasio ini semakin baik kinerja
perusahaan tersebut dan relatif semakin kecil harga pokok barang
terjual.

penjualan− h arg a pokok barang terjual


Margin daya laba = penjualan

BAB 3 : Analisa Laporan Keuangan Perusahaan


Financial Planning Standards Board Indonesia
57

Rp .307.400.00 0 - Rp.208.800 .000


Untuk Mika Company = Rp.307.400 .000

= 32,07%

Dengan kata lain, dari total 100% penjualan perusahaan tertinggal


32,07% sebagai margin keuntungan bruto perusahaan.

5.2 Margin Laba Operasi


Margin laba operasi biasa juga disebut sebagai keuntungan murni yang
dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Margin laba operasi dianggap
sebagai keuntungan murni dengan mengabaikan setiap biaya keuangan
dan pemerintah (bunga pinjaman dan pajak) dan hanya mengukur
keuntungan yang dihasilkan melalui operasi perusahaan.

laba operationa l
Margin laba operasi =
penjualan

Aplikasi formula ini untuk Mika Company menghasilkan

Rp .41.800.000
= Rp.307.400 .000 = 13,6%
5.3 Margin Laba Bersih
Perhitungan berikut adalah untuk mengukur persentase dari setiap
rupiah penjualan yang tersisa setelah pengurangan seluruh biaya,
termasuk pajak. Semakin tinggi margin laba bersih sebuah perusahaan
maka semakin baiklah kinerja perusahaan tersebut. Sebuah margin laba
bersih sebesar 1% atau bahkan kurang adalah hal yang biasa untuk
sebuah supermarket, sementara margin laba bersih sebesar 10% dapat
dipertimbangkan sangat rendah untuk sebuah toko perhiasan mewah.

laba setelah pajak


Margin laba bersih =
penjualan

Rp . 23.100.000
= Rp.307.400 .000 = 7,5%

BAB 3 : Analisa Laporan Keuangan Perusahaan


Financial Planning Standards Board Indonesia
58

5.4 Pengembalian Atas Total Aset (ROA =Return on Asset)


Sering juga disebut sebagai rasio pengembalian atas investasi
perusahaan, yang mana mengukur efektifitas manajemen dalam
mengakumulasi keuntungan dengan menggunakan aset perusahaan
yang ada.

laba bersih setelah pajak


Pengembalian atas total aset = total aset

Rp .23.100.000
=
Rp.359.700 .000

= 6,4%

5.5 Pengembalian Atas Ekuitas (Return on Equity)

Adalah untuk mengukur pengembalian yang dihasilkan oleh dana


investasi dari para pemegang saham.

laba bersih setelah pajak


Pengembalian atas ekuitas =
ekuitas pemegang saham

Rp .23 .100 .000


=
Rp .195.365.50 0

= 0.11

***

BAB 3 : Analisa Laporan Keuangan Perusahaan


Financial Planning Standards Board Indonesia
59

BAB 4
PENILAIAN TOLERANSI RISIKO KLIEN
(RISK TOLERANCE)

Isi Bab
1. Tujuan Penilaian
2. Metode Penilaian
3. Memeriksa Obyektifitas Investasi Klien

BAB 4 : Penilaian Toleransi Risiko Klien


Financial Planning Standards Board Indonesia
60

1. Tujuan Penilaian

Bagaimana seseorang mengukur tingkat toleransi risiko klien? yang kami


maksudkan adalah mengukur tingkat di mana klien membuat keputusan
yang lebih ber-risiko atau terlalu aman dibandingkan dengan karakteristik
umum orang tersebut.

Satu cara adalah mengamati klien berulang-ulang dalam jangka waktu


panjang pada situasi yang lebih memungkinkan untuk mengungkapkan
karakteristik tingkat toleransi risiko. Tentunya, pendekatan ini tidak terlihat
karena akan sangat tidak masuk akal dan membuang waktu bagi perencana
keuangan dan akan menyebabkan kewaspadaan bagi klien. Beberapa
pengamatan mungkin disalahartikan karena orang mungkin tidak menyadari
risiko yang sedang dijalaninya. Konsekuensinya ada kebutuhan untuk
memperkirakan toleransi risiko klien dengan waktu yang lebih singkat.

Bab ini meninjau beberapa pilihan yang ada tentang memperkirakan


toleransi risiko klien dalam waktu singkat. Semua pilihan ini mensyaratkan
sensitifitas bagi petunjuk yang tepat dan kemampuan untuk memadukan
semua itu ke dalam impresi total klien.

Metode apapun yang dipergunakan, seseorang harus menyadari proses


penilaian berarti membantu klien memahami tingkat toleransi risikonya.
Sesungguhnya, klien tidak menyadari seberapa besar toleransi risiko atau
apakah mereka sebagai penolak risiko. Bagi mereka toleransi risiko adalah
konsep abstrak yang mensyaratkan penjelasan dan penjelajahan. Tujuan dari
penilaian tidak membuat perencana menegakkan persepsinya pada klien.
Misalnya, tidak layak untuk memberikan advis klien bahwa pilihan antara
“makan” (investasi berisiko) dan “tidur” ( investasi tidak berisiko). Pada
akhirnya, adalah klien yang harus memutuskan apa yang dimaksud dengan
penerimaan tingkat risiko. Peran perencana adalah membantu klien belajar
dengan cukup mengenai dirinya sendiri agar dapat membuat keputusan
terinformasi.

2. Metode Penilaian

Banyak praktisi gagal mengapresiasi kerumitan tugas menghadapi mereka


dalam usaha mencoba menentukan tingkat risiko klien dengan akurat. Waktu
dan usaha yang cukup diperlukan untuk melakukannya dengan benar.
Masalah utama adalah, seringkali, bermacam-macam tehnik tidak
memberikan gambar yang sama bagi tingkat toleransi risiko seseorang
tertentu. Seringkali seseorang terlihat sebagai pengambil risiko ketika

BAB 4 : Penilaian Toleransi Risiko Klien


Financial Planning Standards Board Indonesia
61

diamati dengan satu tehnik dan penolak risiko ketika diamati dengan tehnik
lainnya. Misalnya, dalam satu studi yang memberikan 16 prosedur penilaian
berbeda, persentase orang yang dapat diklasifikasikan sebagai pengambil
risiko berkisar antara 0% sampai 94%, tergantung dari tehnik yang
dipergunakan. Praktisnya, hal ini berarti bahwa lebih dari satu pendekatan
harus dilakukan untuk penilaian yang akurat bagi kecenderungan
pengambilan risiko klien.

• Penilaian Kualitatif dan Kuantitatif

Proses penilaian dapat sebagai kualitatif atau kuantitatif dalam orientasinya.


Jika seseorang mengandalkan pendekatan kualitatif, orang tersebut akan
mendapatkan bahwa informasi utama yang diperlukan didapat melalui
percakapan dengan klien, tanpa menghitung jumlah pengumpulan informasi.
Informasi yang dikumpulkan adalah dalam format tidak terstruktur dan
dievaluasi atas dasar intuitif atau impresionistik, berdasarkan pada
pengalaman dan pelatihan perencana. Pendekatan kuantitatif, sebaliknya,
mengandalkan penggunaan kuesioner dengan format terstruktur, misalnya,
kuesioner yang memperbolehkan seseorang menterjemahkan pengamatan ke
dalam beberapa jenis angka penilaian. Angka ini kemudian digunakan untuk
mengartikan kecenderungan pengambilan risiko klien.

Kebanyakan para perencana tidak bertumpu pada satu pendekatan yang


lebih eksklusif dari yang lain. Misalnya, sedikit perencana yang berorientasi
kuantitatif bersedia menyerahkan penilaian profesional pada hasil kuesioner.
Ini hanyalah masalah sampai di mana tingkat kualitatif atau kuantitatif
seorang perencana dibandingkan dengan lainnya. Seseorang dapat
menggunakan pendekatan kualitatif utama dan tetap tidak mendapatkan
manfaat atas informasi yang mengukur kuantitatif. Kuesioner dan alat
kuantitatif lainnya bisa merupakan alat bervariasi di tangan perencana
keuangan yang ahli.

Seringkali kuesioner, atau alat serupa, yang dipergunakan untuk menilai


toleransi risiko klien dapat memfasilitasi awal dialog antara perencana dan
klien. Isi kuesioner mengangkat masalah yang mungkin tidak terpikirkan
oleh klien. Keuntungan lain dari pendekatan kuantitatif memperbolehkan
seseorang menstandarkan proses penilaian.

Sejumlah batasan mewarisi pendekatan kualitatif yang ketat – di mana


perencana keuangan mengandalkan hanya pada cara verbal yang dibuat oleh
klien dan mengartikan keberadaan dasar intuitif. Satu studi menemukan
bahwa perencana keuangan (seperti semua orang) terlalu percaya diri

BAB 4 : Penilaian Toleransi Risiko Klien


Financial Planning Standards Board Indonesia
62

mengenai kemampuan mereka untuk membuat penilaian intuitif. Perencana,


mempresentasikannya dengan bermacam-macam pernyataan yang dapat
dibuat oleh klien, diminta untuk mengevaluasi tingkat toleransi risiko
pernyataan ini dengan menggunakan skala 10 poin, di mana 1
mengindikasikan toleransi risiko rendah dan 10 mengindikasikan toleransi
risiko tinggi.

Sangat dimengerti bahwa pernyataan mengambang seperti


“memperhitungkan risiko berbeda dengan menunjukkan tingkat konsekuansi
rendah” akan mendapatkan peringkat serendah-rendahnya 4 dan setinggi-
tingginya 8. (Rata-rata adalah 6.7). Namun, pada pernyataan yang lebih
langsung ada kekurangan konsensus. Pernyataan seperti “Saya suka
berspekulasi atas investasi saya,” jika dibuat oleh klien, diartikan, rata-rata
8.5. Namun, sekali lagi ada perbedaan opini mengenai artinya. Beberapa
perencana keuangan melihat pernyataan hanya bermanfaat jika peringkatnya
5 sedangkan yang lainnya menginginkan peringkat 10. “tongkat karet” jenis
ini dapat diminimalkan dalam pendekatan penilaian kuantitatif.

Jika menggunakan orientasi kualitatif untuk menilai toleransi risiko,


perencana harus memiliki keahlian mewawancarai dengan baik. Ada standar
bagi prosedur penilaian kuantitatif, yang di luar kapasitas bab ini. Cukup
dikatakan bahwa alat ukur kuantitatif seperti tes atau bahkan kuesioner,
perlu dibuat dengan hati-hati. Pertanyaan harus ditulis dengan cara tertentu
sehingga tidak menuntun atau memberikan bias pada seseorang untuk
menjawabnya dengan cara tertentu. Terlebih lagi, bukti harus disediakan
untuk menunjukkan bahwa tes atau kuesioner menilai hal yang berarti untuk
diukur dan yang akan mengukur dengan tepat atas dasar konsisten.

Anggap saja bahwa ukuran tersebut akurat, alat ukur kuantitatif terbaik
adalah yang memberikan perencana kesempatan membandingkan
keberadaan seseorang tertentu dalam kelompok yang diwakilinya. Alat ukur
semacam ini dikatakan memiliki “norma.” Mempergunakan norma seperti
itu, seseorang dapat membandingkan individu dari masyarakat luas, atau
kelompok lainnya. Misalnya, mempergunakan ukuran norma toleransi
risiko, adalah mungkin untuk melihat apakah klien lebih toleran terhadap
risiko atau tidak dari pada orang pada umumnya atau membandingkan klien
dengan orang dari usia dan jenis kelamin yang sama.

Sayangnya, kebanyakan tes, inventarisasi, skala, daftar cek, dan kuesioner


yang dipergunakan saat ini oleh perencana keuangan untuk mengukur
toleransi risiko mereka belum dikembangkan di bawah standar ketat.
Mayoritas diciptakan oleh perusahaan itu sendiri yang dipergunakan oleh

BAB 4 : Penilaian Toleransi Risiko Klien


Financial Planning Standards Board Indonesia
63

perencana secara perorangan, perusahaan broker, atau reksadana. Banyak


pengembang alat penilaian ini mungkin tidak sadar akan persyaratan
tersebut. Ada kebutuhan kritis untuk mendapatkan kuesioner yang dibuat
dengan baik sehingga memberikan bukti untuk mendukung penggunaan
kuesioner bagi pengukuran toleransi risiko.

Kebanyakan alat penilaian yang tersedia memiliki masalah sama. Dalam


beberapa alat, pertanyaan salah ditanyakan, atau dipresentasikan dengan
format yang salah. Banyak alat terlalu singkat, sehingga gagal untuk
memasukkan representasi yang cukup mengenai pertanyaan. Telah
ditunjukkan berulang kali bahwa jawaban terhadap pertanyaan yang sama
mengenai toleransi risiko dapat terjadi. Untuk menghindari agar tidak
dituntun oleh jawaban atas satu pertanyaan saja, perencana keuangan perlu
mengajukan serangkaian pertanyaan. Beberapa jawaban akan merendahkan
tingkat toleransi risiko klien yang benar, sedangkan lainnya akan
melebihkan tingkat kebenaran tersebut. Jika semua faktor sama, semakin
banyak pertanyaan digunakan untuk mengukur karakteristik psikologi,
semakin mendekati hasilnya.

Beberapa kuesioner tidak memisahkan perbedaan konteks pengambil risiko,


sehingga nilai tinggi pada kuesioner tersebut mungkin lebih baik untuk
mengidentifikasikan kecenderungan terhadap pencari bahaya daripada
dalam hal toleransi risiko tinggi di bidang investasi. Untuk semua alasan ini,
seseorang harus berlatih hati-hati dalam menggunakan kuesioner. Sangat
direkomendasikan, bahwa perencana keuangan memeriksa isi kuesioner.
Sebuah “kuesioner” atau “alat cek” atau “inventarisasi” yang menuntut
untuk menilai toleransi risiko mungkin pada kenyataannya mengukur juga
hal lainnya.

Banyak tehnik dapat digunakan untuk menilai toleransi risiko klien.


Beberapa di antaranya lebih kepada pendekatan kualitatif, sedangkan yang
lainnya lebih kepada pendekatan kuantitatif. Pada bagian berikut, pandangan
singkat dari pendekatan yang paling umum akan dibahas, seperti tehnik
melihat sudut pandang klien.

• Obyektif investasi
• Pilihan pada beberapa alat investasi
• Pilihan nyata dalam hidup yang melibatkan risiko
• Perilaku terhadap risiko
• Pilihan bagi probabilitas berbeda dan tingkat sukses

BAB 4 : Penilaian Toleransi Risiko Klien


Financial Planning Standards Board Indonesia
64

3. Memeriksa Obyektifitas Investasi Klien

Seringkali klien diminta untuk mengidentifikasikan tujuan keuangan


mereka. Misalnya, klien mungkin diminta mengindikasikan bagaimana
pentingnya hal berikut ini bagi mereka; likuiditas, modal yang aman,
apresiasi, perlindungan dari inflasi, pendapatan saat ini, dan pengurangan
pajak. Tingkat toleransi risiko klien didapat dari jawaban tersebut. Jika
kekhawatiran utama klien adalah modal yang aman dan/atau likuiditas,
maka berarti menolak risiko. Jika, obyektif utama adalah perlindungan dari
inflasi atau pengurangan pajak, maka berarti klien toleran terhadap risiko.

Obyektif, tidak boleh dikacaukan dengan toleransi risiko. Ada banyak orang
yang menginginkan pengurangan pajak namun merupakan penolak risiko.
Obyektif yang dinyatakan seseorang mungkin, pada kenyataannya, sangat
setara dengan tingkat toleransi risiko orang tersebut. Dalam banyak kasus,
klien mungkin tidak menyadari hal ini. Dalam arti, tingkat toleransi risiko
klien harus berdasarkan pada evaluasi bagaimana layaknya obyektif klien.
Namun, menggunakan obyektif untuk tujuan meningkatkan toleransi risiko,
tanpa ada usaha lainnya untuk menilai toleransi risiko sebenarnya, adalah
salah. Dengan melakukan hal ini sama saja seperti “mengikuti goyangan
ekor anjing.”

• Pilihan Pada Beragam Produk Investasi

Hal ini merupakan pendekatan yang sangat langsung untuk mengukur


toleransi risiko klien. Dengan metode ini, klien mengindikasikan produk
yang ia sukai sebagai investasi. Beberapa variasi prosedur dilalui. Secara
sederhana, klien dipresentasikan alternatif yang tersedia dan kemudian
ditanya bagaimana ia berharap untuk mendistribusikan aset yang ada di
antara pilihan tersebut. Produk biasanya dipresentasikan dalam peringkat
yang sama, berkisar dari investasi yang paling aman sampai kepada
investasi yang paling berisiko. Dana yang sebenarnya atau hayalan dapat
digunakan. Bagian tugas terakhir dari variasi ini, klien ditanya sesuatu
seperti, “Apa yang Anda lakukan jika Anda bangkrut?” Secara alami orang
cenderung lebih berani dengan uang khayalan daripada dengan uang
sesungguhnya. Variasi ke tiga dari pendekatan ini adalah meminta klien
memperingkat produk dari yang paling disukai sampai yang paling sedikit
disukai atau memberikan setiap produk peringkat yang mewakili tingkat
kesukaan klien (misalnya, rendah, menengah, atau tinggi).

Keakuratan prosedur ini (dalam semua varasinya) terletak pada pengetahuan


klien akan potensi risiko pendapatan yang sesungguhnya dari berbagai

BAB 4 : Penilaian Toleransi Risiko Klien


Financial Planning Standards Board Indonesia
65

investasi. Sebaiknya perbedaan ini dijelaskan dan dinyatakan kepada klien,


karena banyak klien mungkin memiliki kekurangan pengetahuan dasar.
Seseorang tidak seharusnya berasumsi bahwa klien sangat mengetahui
tentang masalah keuangan. Survey dari masyarakat umum, termasuk orang
kaya, mengungkapkan adanya tingkat mengabaikan keuangan.

• Perilaku Terhadap Risiko

Metode yang seringkali digunakan untuk mendapatkan informasi tentang


tingkat toleransi risiko klien melibatkan penggalian perilakunya terhadap
risiko. Sikap terhadap risiko dapat digali dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif atau kualitatif. Pertanyaan dapat dalam bentuk berbeda.

Pertama, klien dapat diajukan pertanyaan umum seperti apakah mereka


memandang diri mereka sebagai penolak risiko atau pencari risiko.
Misalnya, “Pada skala 10 poin, di mana 1 adalah penolak risiko dan 10
adalah pencari risiko, di mana Anda menempatkan diri Anda?”

Kedua, klien dapat ditanya tentang reaksi spesifiknya terhadap risiko.


Misalnya, apakah klien mengalami berikut ini:

• tidak dapat tidur setelah membuat investasi berisiko


• mempunyai pemikiran ke dua yang kuat mengenai suatu investasi
• memandang risiko sebagai kesempatan daripada sebagai bahaya
• mendapatkan kesenangan lebih dengan menghasilkan Rp 30,000,000
pada investasi berisiko daripada Rp 15,000,000 pada investasi aman
• takut kehilangan apa yang dimilikinya
• bersedia untuk meminjam uang bagi investasi yang baik
• percaya bahwa tidak mungkin menang selangkah tanpa mengambil
kesempatan
• setuju dengan perkataan “Lebih baik aman daripada menyesal”

Banyak pertanyaan yang harus diajukan untuk menilai keakuratan toleransi


risiko. Hal ini khususnya benar untuk mengukur kasus pendekatan sikap.
Telah ditemukan bahwa alasan mengapa banyak sikap, seperti yang diukur
oleh kuesioner atau skala lain dari jenis tersebut, gagal memprediksi
perilaku sebenarnya karena pertanyaan yang diajukan tidak cukup. Jika
jumlah pertanyaan ditingkatkan, maka ada kemungkinan menghubungkan
antara perilaku dan sikap.

Masalahnya, dengan pendekatan perilaku terhadap penilaian toleransi risiko


adalah orang ingin mempresentasikan yang terbaik atas dirinya dihadapan

BAB 4 : Penilaian Toleransi Risiko Klien


Financial Planning Standards Board Indonesia
66

orang lain. Karakteristik yang dinilai terlalu dibesarkan. Di Amerika


dianggap lebih baik sebagai pengambil risiko daripada penolak risiko. Oleh
karena itu klien seringkali membesarkan keinginannya untuk mengambil
risiko. Konsekuensinya, ada jarak antara perilaku verbal yang diutarakan
dan sikap, bahkan jika sejumlah pertanyaan diajukan. Jika menggunakan
pendekatan ini, seseorang perlu pasti seberapa baik perilaku yang
ditunjukkan sesuai dengan bukti lain, misalnya informasi keuangan tentang
penolakan seseorang sebagai pengambil risiko.

***.

BAB 4 : Penilaian Toleransi Risiko Klien


Financial Planning Standards Board Indonesia
67

BAB 5
ALOKASI ASET DAN DIVERSIFIKASI PORTOFOLIO
(ASSET ALLOCATION & PORTFOLIO DIVERSIFICATION)

Isi Bab
1. Pengertian Alokasi Aset
2. Faktor-Faktor Yang Perlu Dipertimbangkan dari Alokasi Aset
2.1 Umur
2.2 Harapan hidup seseorang
2.3 Kewajiban dan tanggung jawab keuangan dari individu
2.4 Periode waktu
2.5 Jenis pendekatan
2.6 Sumber pendapatan
2.7 Tingkat hasil investasi pasar yang diharapkan
2.8 Toleransi risiko

3. Teknik Alokasi Aset


3.1 Kondisi Menyeluruh Klien
- Keluarga
- Laporan Neraca Keuangan
- Arus Kas
- Objektif Mula-Mula
3.2 Evaluasi Keuangan
3.3 Objektifitas Investasi
3.4 Anggaran Umum
3.5 Anggaran Kapital
3.6 Pengenalan portofolio

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
68

1. Pengertian Alokasi Aset

Alokasi aset berarti membagi portofolio investasi dan dana yang tersedia ke
dalam berbagai macam kelas aset dengan tujuan untuk mengurangi tingkat
fluktuasi dari nilai dan pengembalian atas aset dan portofolio investasi
tersebut guna pencapaian sejumlah objektif investasi. Dengan kata lain,
alokasi aset adalah bagaimana mengatur penempatan dana atau sumber
keuangan yang terbatas untuk dapat memenuhi kebutuhan individu
bersangkutan yang terus berubah dan kadang tanpa batas.

Program dari alokasi aset ini haruslah merupakan kombinasi dan kesatuan
dari objektifitas keuangan atau hasil yang ingin dicapai, jangka waktu
pencapaian objektifitas tersebut, halangan yang dapat ditemui pada proses
pencapaian objektifitas dan toleransi risiko.

2. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dari Alokasi Aset

Untuk dapat menciptakan program alokasi aset yang optimal, kita harus
terlebih dahulu memperhatikan sejumlah faktor diantaranya adalah ;

2.1. Umur

Faktor umur memegang peran penting dalam sebuah perencanaan


keuangan dan alokasi aset. Dalam konteks sebagai seorang perencana
keuangan, kita harus memperhatikan umur dari individu bersangkutan,
umur pasangannya dan umur anak-anaknya.

Semakin muda usia seseorang, relatif masih terbuka lebar untuk


berbagai alternatif objektifitas keuangan, relatif adanya toleransi tingkat
risiko yang lebih tinggi dan masih terbuka kesempatan untuk
melakukan koreksi dan revisi dari penentuan objektifitas keuangan
mula-mula.

Faktor umur berpengaruh juga pada saat melakukan evaluasi terhadap


tingkat produktifitas individu bersangkutan dimana hal ini kita
berbicara mengenai kemampuan menghasilkan arus kas positif.

2.2 Harapan hidup seseorang

Dengan semakin tingginya tingkat kesadaran individu akan pentingnya


arti sebuah kesehatan, membaiknya fasilitas kesehatan dan perubahan
gaya hidup, membuat seseorang dapat memiliki tingkat harapan hidup

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
69

yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Hal ini mengakibatkan


seseorang harus benar-benar mempersiapkan diri untuk menghadapi
kondisi dan konsekueensi dari semakin panjangnya tingkat harapan
hidupnya dilihat dari sisi kelayakan hidupnya nanti, kebutuhan-
kebutuhan hidup yang semakin bervariasi dan masa pensiun (tidak
produktif) yang lebih lama.

2.3 Kewajiban dan tanggung jawab keuangan dari individu

Kewajiban dan tanggung jawab keuangan dari seseorang turut


mempengaruhi penentuan dari besarnya dana yang akan diinvestasikan,
kemana harus diinvestasikan dan berapa tingkat pengembalian atas
investasi yang diharapkan. Dimana kesemua ini berhubungan erat
dengan tingkat risiko yang terkait pada kewajiban dan tanggung jawab
keuangan dari individu bersangkutan.

Seorang individu yang hidup sendiri pada usia produktif relatif lebih
mempunyai keleluasaan dalam pengalokasian dananya ketimbang
seseorang yang telah berkeluarga dengan 2 anak tertanggung.

2.4 Periode waktu

Semakin panjang periode waktu yang digunakan untuk mengakumulasi


kekayaan atau tingkat pendapatan tertentu, semakin besar pula risiko
ketidakmampuan (ketidakpastian) untuk mencapai jumlah arus kas
yang diharapkan tersebut.

Dalam hubungannya dengan nilai waktu uang, seorang perencana


keuangan haruslah menilai sebuah investasi berdasarkan nilai
penghasilan (arus kas) investasi tersebut disetarakan dengan nilai waktu
uang sekarang, kemudian membandingkannya dengan jenis investasi
lain menggunakan metode analisa yang sama dan memilih investasi
yang memberikan nilai waktu uang sekarang yang paling positif.

2.5 Jenis pendekatan

Kita dapat menggunakan jenis pendekatan investasi konservatif,


moderat ataupun agresif tergantung dari tipe individu, tingkat
pengembalian investasi yang diharapkan dan toleransi risiko yang dapat
ditanggung. Seorang individu yang tipenya tidak berani mengambil
risiko janganlah ditawarkan jenis investasi yang agresif walaupun
investasi jenis ini menjanjikan tingkat pengembalian yang paling tinggi.

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
70

2.6 Sumber pendapatan

Faktor berikut yang haruslah mendapat perhatian dalam sebuah


pembentukan alokasi aset untuk pencapain sebuah objektifitas
keuangan adalah sumber pendapatan atau arus kas dari individu. Arus
kas inilah yang juga menentukan berapa lama waktu yang kita
butuhkan untuk mencapai objektifitas tersebut atau akan dialokasikan
kemana dana tersebut guna mewujudkan tujuan-tujuan keuangan
individu bersangkutan.

2.7 Tingkat hasil investasi pasar yang diharapkan

Investasi yang tidak realistis hanya akan mengacaukan keseluruhan


program alokasi aset tersebut dan bukannya membantu pencapaian
objektifitas keuangan.

Semakin tingginya tingkat persaingan antara perencana keuangan yang


satu dengan perencana keuangan yang lain terkadang menyebabkan
iklim persaingan menjadi tidak sehat. Seorang perencana keuangan
terkadang harus mengambil risiko untuk "memenuhi" segala kebutuhan
klien pada biaya berapa saja. Seorang perencana keuangan kadang
menghadapi dilema dan "dipaksa" untuk menetapkan asumsi tingkat
hasil investasi yang tidak relevan hanya untuk menyenangkan klien dan
membuat klien tersebut tidak berpaling kepada perencana keuangan
lain yang mampu memberikan gambaran hasil perhitungan investasi
yang lebih menggiurkan.

2.8 Toleransi risiko

Kesemua faktor diatas ini saling berhubungan satu sama lain, termasuk
dengan tingkat toleransi risiko yang dapat diterima oleh seseorang. Hal
ini berkaitan dengan umur, objektifitas keuangan dan jumlah dana yang
tersedia. Seorang dengan dana Rp.100 juta lebih mampu menerima
kerugian sebesar Rp.10 juta ketimbang seorang dengan dan Rp.20 juta
untuk besar kerugian yang sama Rp.10 juta.

3. Teknik Alokasi Aset

3.1 Kondisi Menyeluruh Klien

Untuk masuk ke dalam satu bentuk perencanaan keuangan individu,


terlebih dahulu kita harus mempunyai gambaran detail mengenai

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
71

keseluruhan struktur keluarga, tingkat pendapatan dan objektifitas


investasi.
Pembentukan neraca individu akan sangat membantu dalam
memberikan gambaran keseluruhan dari semua informasi yang kita
perlukan bagi satu perencanaan keuangan. Neraca individu tersebut
(selayaknya) sebuah neraca keuangan perusahaan akan memuat
sedikitnya empat kategori informasi, yaitu ;

• Keluarga
• Laporan neraca keuangan
• Arus kas
• Objektif awal

• Keluarga
Dalam kelompok ini, seorang perencana keuangan harus mampu
mengumpulkan informasi yang lengkap mengenai kondisi dan struktur
keluarga, berapa jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan
pribadi klien termasuk (bila perlu) jumlah anak diluar nikah yang tetap
menjadi tanggungan klien.

Informasi ini perlu dalam kaitannya dengan total pengeluaran tetap


yang akan menjadi beban keuangan individu bersangkutan.

- Laporan Neraca Keuangan


Dalam pos ini, kita akan memasukkan keseluruhan daftar kekayaan dan
hutang individu yang dikategorikan dalam dua kelompok besar yaitu :

Aset aktif terdiri antara lain ;


• kas
• tabungan / deposito
• asuransi
• investasi dalam bentuk instrumen pasar modal
• pendapatan dari gaji/upah profesional
• piutang
• rumah/gedung kantor/gedung usaha
• mesin-mesin
• tanah
• jenis usaha non profesional (wiraswasta, berkebun dll)
• sumber-sumber keuangan lainnya

Aset pasif terdiri antara lain ;


• pinjaman/hutang

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
72

• Arus Kas
Dalam wawancara dengan klien, perencana keuangan akan
mengumpulkan data keuangan klien yang menginformasikan total
pendapatan dan pengeluaran. Data ini akan disimpulkan ke dalam
bentuk pelaporan arus kas keuangan pribadi.

Seperti telah disinggung terdahulu dalam modul 1 bab: Laporan


Keuangan Individu, arus kas adalah adalah suatu pelaporan keuangan
yang mengungkapkan jumlah uang yang diterima dan dikeluarkan oleh
seorang individu pada satu periode waktu yang telah lewat, biasanya
periode satu tahun

Dalam menghitung total pendapatan individu kita mengasumsikan


bahwa total pendapatan ini adalah merupakan total dari semua jenis
pendapatan individu baik yang sifatnya tetap, maupun tidak tetap.
Secara umum pencatatan pendapatan ini dapat menggunakan periode
akhir tahun dimana jumlah pendapatan yang dimasukkan adalah total
dari pendapatan satu tahun setelah dipotong pajak.

Sementara untuk total pengeluaran adalah mencatat keseluruhan jenis


pengeluaran apakah itu pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga,
pengeluaran bunga pinjaman yang masih berlangsung dan pengeluaran-
pengeluaran lainnya.

• Objektif Awal
Kita akan membedakan objektif awal dengan objektif revisi. Objektif
awal adalah objektif yang dimasukkan dalam laporan kondisi
menyeluruh klien yang merupakan objektif mula-mula dari klien.
Objektifitas awal ini dapat dikatakan sebagai objektifitas murni dari
pribadi klien.

Objektif awal adalah objektif atau motifasi yang mendorong klien untuk
menghubungi seorang perencana keuangan.

Objektif ini dapat berbentuk sangat umum bahkan cenderung kabur,


namun bisa pula telah terfokus pada satu keputusan tertentu. Tugas dari
seorang perencana keuangan adalah membantu klien untuk
mengevaluasi objektif awal tersebut disesuaikan dengan kondisi
keuangan yang ada. Besar kemungkinan objektif awal tersebut akan
mengalami perubahan setelah melalui diskusi dua arah dengan klien.

Objektif awal yang telah direvisi itulah yang akan menjadi objektif

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
73

utama dari sebuah agenda perencanaan keuangan. Guna memperjelas


perbedaannya kita sebut objektifitas ini sebagai objektifitas investasi
yang akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian berikut dari bab ini.

3.2 Evaluasi Keuangan

Setelah kita menemukan gambaran kondisi menyeluruh klien, perencana


keuangan selanjutnya akan mulai mengevaluasi kondisi keuangan
dengan perhatian yang lebih spesifik lagi. Tujuan dari evaluasi
keuangan pribadi ini adalah untuk menentukan sehat tidaknya posisi
keuangan dari keluarga tersebut, apakah ada posisi hutang yang terlalu
besar, atau banyaknya kebocoran keuangan yang terjadi setiap bulan
yang berakibat pengeluaran yang jauh dari anggaran sebelumnya dan
lain-lain.

Dalam melakukan evaluasi laporan keuangan individu ini kita dapat


merujuk pada pembahasan di dalam modul 1 bab: Laporan Keuangan
Individu dan diperkaya dengan konsep dasar yang sama yang
diaplikasikan pada sebuah perusahaan yang dibahas pada modul 2 bab:
Analisa Laporan Keuangan.

Sebuah evaluasi laporan keuangan pribadi pada akhirnya akan mampu


memberikan gambaran seperti apa tipe klien pemilik laporan keuangan
tersebut, seberapa terencana dia dalam pengelolaan dan penggunaan
keuangannya, seberapa ketat individu tersebut menjalankan program
anggaran belanjanya atau seberapa parah individu tersebut terlilit hutang
akibat keputusan pengeluaran yang tidak terkontrol.

Proses evaluasi keuangan ini mengambil porsi yang kritikal sebelum


seorang perencana keuangan dapat melanjutkan kegiatannya pada
langkah selanjutnya. Sebaiknya kita memberikan ekstra waktu dan
perhatian pada tahapan ini sebab tahapan ini menjadi penentu dapat
dilanjutkannya atau tidak sebuah proses perencanaan keuangan. Dengan
kata lain harus terjalin rasa saling percaya dan keterbukaan antara
perencana keuangan dengan klien. Hubungan ini diharapkan mampu
memberikan rasa aman dari klien terhadap perencana keuangannya
sehingga bersama-sama dapat mencari solusi terbaik untuk
mengoptimalkan keuangan pribadi klien.

Sebagai contoh sederhana, sebuah laporan keuangan rumah tangga yang


terlalu berat menanggung beban hutang sebaiknya mencari solusi untuk
memperingan beban hutang tersebut terlebih dahulu sebelum

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
74

menetapkan objektifitas investasi lain walaupun klien tersebut pada


mulanya menyewa jasa penasehat keuangan tersebut untuk nasehat atas
sebuah investasi.

Hal lain yang dapat kita temukan setelah merevisi posisi keuangan
individu tersebut adalah jumlah dana aktual yang tersedia (actual excess
of cash). Jumlah ini akan menjadi sumber arus kas sekarang yang dapat
dipergunakan untuk mengeksekusi keputusan perencanaan keuangan
saat ini.

3.3 Obyektifitas Investasi

Pada tahap ini seorang perencana keuangan akan melakukan apa yang
dinamakan pengidentifikasian kembali objektifitas, dimana objektifitas
tersebut harus dituangkan dalam bentuk tertulis beserta dengan aspek
terkaitnya seperti biaya, waktu pencapaian, dan tingkat risiko.

Sebuah penentuan objektifitas invetasi adalah merupakan sebuah


penentuan arah dari investasi itu sendiri.

Sebuah investasi yang tidak memiliki arah yang jelas hanya akan
mengalami risiko perubahan, koreksi dan revisi yang berulang-ulang
dalam periode pencapaiannya. Sehingga pada akhirnya proses
pencapaian itu menjadi terlalu lama dan tingkat risiko tertanggung akan
semakin terakumulasi sementara tujuan investasi tersebut tetap kabur.

Salah satu teknik penentuan objektifitas investasi adalah dengan


melakukan pengelompokan kategori investasi, misalnya investasi untuk
tujuan pendidikan, kesehatan, rumah, mobil, asuransi, liburan, hobi,
program pensiun dan lain-lain dimana dalam pembuatan kategori
investasi ini kita wajib menggunakan skala prioritas untuk
mendahulukan tujuan yang paling penting.

Untuk sebagian kasus kita dapat menggunakan metode pengklasifikasian


berdasarkan periode waktu pencapaian, misalnya penentuan objektifitas
investasi yang rampung tidak lebih dari satu tahun (jangka pendek), 3-5
atau 10 tahun untuk skala menengah dan diatas 10 tahun untuk tujuan
investasi jangka panjang.

Sekali lagi, seorang perencana keuangan berperan guna membantu


seorang individu dalam membuat objektifitas investasinya. Penentuan
objektifitas investasi haruslah realistis dan dapat diwujudkan. Sebuah

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
75

objektifitas yang terlalu tinggi hanya akan menghasilkan kefrustrasian


dan kegamangan dalam proses pencapaiannya.

Hal penting lainnya yang harus diperhatikan pada saat penentuan


objektifitas investasi adalah kejelasan dari objektifitas investasi itu
sendiri. Kita tidak menargetkan punya mobil, tapi kita ingin membeli
sebuah mobil H dengan harga Rp.xxx juta pada tahun ke-x.

Kita tidak merencanakan sebuah program liburan, tetapi kita ingin


berlibur tahun depan ke daerah X untuk xx hari lamanya dengan
kegiatan a,b,c dan d.

Kejelasan objektifitas ini akan sangat membantu dalam penentuan


seberapa besar usaha yang harus dilakukan untuk mencapainya, berapa
besar biaya yang diperlukan, berapa realistis objektifitas tersebut, berapa
lama waktu sebenarnya yang diperlukan untuk mencapainya dan berapa
besar dana yang harus disisihkan untuk alokasi bagi pencapaian
objektifitas tersebut.

3.4 Anggaran Umum

Sebuah anggaran belanja tidak saja menjadi pedoman dalam aktifitas


keuangan seseorang tapi berfungsi juga sebagai kontrol keuangan.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai kontrol keuangan, kita dapat
membandingkan rencana anggaran dan realisasi anggaran yang termuat
dalam laporan keuangan pribadi, kita bisa menemukan seberapa jauh
realisasi pengeluaran menyimpang dari rencana anggaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.

Hal kedua yang dapat kita simpulkan dari analisa perbandingan laporan
keuangan dan rencana anggaran adalah kelayakan dari rencana anggaran
itu sendiri. Bisa saja rencana anggaran tersebut dibuat terlalu rendah
sehingga pada kenyataannya tidak dapat mengakomodasi kebutuhan
pengeluaran rumah tangga pada tahun berikutnya. Atau kita
menemukan kenyataan yang sebaliknya, dimana rencana anggaran
tersebut dibuat terlalu tinggi sehingga banyak terdapat kelebihan dana
tanpa ada pemanfaatan yang optimal.

Pada dasarnya, sebuah anggaran belanja memiliki dua pos utama, yaitu
pos pengeluaran tetap dan pos pengeluaran variabel. Secara umum pos
pengeluaran tetap tidak akan terlalu banyak mengalami perubahan sebab
jenis pengeluaran yang menjadi faktor pembentuknya sudah tetap dan

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
76

menjadi suatu keharusan. Tidaklah demikian dengan pos pengeluaran


variabel. Kita bisa memanfaatkan sifat dari pos ini yang tidak tetap
untuk tujuan menekan anggaran belanja rumah tangga.
Sisi negatif dari pos pengeluaran variabel adalah tingkat variasi
pengeluaran yang kadang tidak terkontrol. Menjadi tugas dari seorang
perencana keuangan untuk bersama-sama dengan klien menetapkan
proyeksi jumlah pengeluaran variabel ini dalam jumlah yang wajar
(tidak terlalu besar dan tidak juga terlalu kecil).

Evaluasi terhadap tingkat pengeluaran pada tahun-tahun sebelumnya


dapat menjadi acuan untuk menetapkan proyeksi anggaran belanja pada
tahun-tahun mendatang.

Dalam hasil laporan proyeksi anggaran pengeluaran ini, sudah termasuk


didalamnya jenis-jenis pengeluaran yang merupakan bagian dari aplikasi
pencapaian objektifitas investasi klien dengan kata lain terlampir dalam
laporan tersebut berapa dana yang harus disisihkan untuk mengeksekusi
keputusan investasi klien.

3.5 Anggaran Kapital

Anggaran kapital adalah proses evaluasi dan seleksi dari instrumen


investasi jangka panjang yang konsisten dengan tujuan investasi
individu dalam memaksimalkan kekayaan.

Anggaran kapital dalam prosesnya mempunyai 5 langkah utama, yaitu ;


pengajuan proposal, analisa proposal, pengambilan keputusan,
implementasi dan pemantauan.

Dalam menganalisa sebuah proposal investasi kita akan menggabungkan


teknik yang dibahas dalam modul 1 bab: Nilai Waktu Uang dan bab:
pertimbangan tingkat hasil investasi dan risiko, serta modul 2 bab:
Prinsip-Prinsip Investasi dan konsep penilaian dalam Saham Biasa dan
Sekuritas Berpendapatan Tetap.

Contoh,
Seorang investor diperhadapkan pada dua macam pilihan investasi,
investasi A dan B dengan perincian arus kas masuk sebagai halaman
berikut ;

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
77

Investasi A Investasi B
Investasi awal Rp. 42.000.000 Rp. 45.000.000
Tahun Arus kas masuk
1 Rp.14.000.000 Rp.28.000.000
2 Rp.14.000.000 Rp.12.000.000
3 Rp.14.000.000 Rp.10.000.000
4 Rp.14.000.000 Rp.10.000.000
5 Rp.14.000.000 Rp.10.000.000
Rata-
rata Rp.14.000.000 Rp.14.000.000

Lakukan analisa berdasar nilai waktu uang untuk menentukan investasi


yang memberikan hasil investasi dengan nilai waktu uang sekarang yang
paling besar (positif). Kita menggunakan asumsi biaya kapital sebesar
10%.

Perhitungan ini ditunjukkan dalam tabel dibawah ini ;

Investasi A

Arus kas tahunan Rp 14,000,000.00

(x) PVIFA10%,5thn 3.791

Nilai arus kas sekarang Rp 53,074,000.00

(-) Investasi awal Rp 42,000,000.00

Nilai bersih pada waktu


sekarang (NPV) Rp 11,074,000.00

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
78

Investasi B
Nilai arus kas seka-
Tahun Arus kas PVIF10%,5thn rang

1 Rp 28,000,000.00 0.909 Rp 25,452,000.00

2 Rp 12,000,000.00 0.826 Rp 9,912,000.00

3 Rp 10,000,000.00 0.751 Rp 7,510,000.00

4 Rp 10,000,000.00 0.683 Rp 6,830,000.00

5 Rp 10,000,000.00 0.621 Rp 6,210,000.00


Total nilai arus kas sekarang Rp 55,914,000.00

(-) Investasi awal Rp 45,000,000.00


Nilai waktu sekarang (NPV) Rp 10,914,000.00

Kesimpulan pertama adalah, kedua investasi ini dapat dijalankan karena


hasil pengembalian investasi bernilai positif bila dihitung dengan
menggunakan nilai waktu uang pada saat t = 0 atau pada waktu
sekarang.

Kesimpulan kedua, investasi A adalah investasi yang paling layak


dijalankan dengan pertimbangan investasi ini memberikan tingkat
pengembalian yang mempunyai nilai waktu uang paling besar (positif)
dibandingkan dengan investasi B.

Tahap implementasi merupakan tahapan dimana keputusan investasi ini


disesuaikan dengan besaran dana yang tersedia yang tercantum dalam
optimalisasi laporan keuangan.

Tahap pemantauan adalah salah satu bentuk kontrol terhadap valid


tidaknya proyeksi arus kas yang telah dibuat dalam proposal rencana
investasi tersebut. Tahapan ini juga berfungsi sebagai umpan balik (feed
back) yang menggambarkan kondisi pasar investasi bersangkutan.

Sejumlah revisi atau modifikasi arus kas dapat saja dilakukan pada
tahapan ini jika memang kondisi pasar pada saat itu tidak dapat
memberikan tingkat pengembalian yang setara dengan yang

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
79

diproyeksikan sebelumnya. Konsekuensinya terjadi perubahan tingkat


penerimaan arus kas (risiko pasar) tetapi hal ini perlu tetap dilakukan
agar pengembalian investasi tersebut tetap pada taraf wajar, tidak
menggelembung.

3.6 Pengenalan portofolio

Pada prinsipnya pembentukan sebuah portofolio adalah untuk membagi


tingkat keseluruhan risiko kedalam berbagai macam jenis aset yang
memiliki tingkat risiko masing-masing yang berbeda sehingga pada
akhirnya nilai keseluruhan dari portofolio ini dapat mengurangi beban
risiko total.

Penentuan tingkat hasil investasi dan risiko tertanggung dari sebuah


portofolio maupun aset tunggal dibahas lebih mendetail dalam modul 2
bab: Saham Biasa.

Untuk tahap perkenalan dari sebuah pembentukan portofolio, kita dapat


melihat beberapa bentuk pembagian komposisi portofolio yang
dikaitkan dengan tipe kondisi individu baik itu pribadi yang tidak
menikah, pasangan muda, pasangan menikah dengan tanggungan anak,
pasangan dengan perhatian pada pendidikan anak dan pensiun, dan
bentuk komposisi portofolio untuk para pensiunan.

3.6.1 Pribadi Tidak Menikah

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang belum


menikah, tidak pernah menikah, janda dan duda dengan/tanpa anak,
pribadi yang bercerai. Kelompok ini biasa memiliki ciri antara lain
sebagai berikut :

• Berusia 18 – 34 tahun
• Sedang mengembangkan karir yang pertama atau kedua
• Memiliki gelar diploma, sarjana atau master
• Masih tinggal dengan orang tua, menyewa rumah atau sudah
memiliki rumah sendiri
• Mempunyai kendaraan (kontan/kredit)
• Mempunyai hutang jangka pendek dalam bentuk kartu kredit
• Mulai memikirkan untuk menginvestasikan uang mereka

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
80

Beberapa objektifitas keuangan yang dimiliki oleh kelompok ini


adalah :

• Menetapkan gaya hidup


• Memantapkan jenjang karir
• Membentuk sebuah keluarga
• Membangun kekayaan
• Membuat transisi dari remaja ke dewasa
• Mampu membiayai kebutuhan sendiri
• Membeli (secara kontan/kredit) mobil sendiri
• Membeli rumah
• Membiayai sekolah untuk diri sendiri
• Menyimpan dana untuk sekolah anak-anak

Kesempatan-kesempatan yang tersedia bagi jenis kelompok ini:


• Melakukan investasi dini
• Menabung sebelum mempunyai anak-anak
• Menjadi konsumen yang terencana
• Belajar untuk mengatur uang
• Perencanaan masa depan yang dini
• Perencanaan karir untuk jangka panjang
• Tingkat penerimaan risiko yang relatif lebih besar

Sebaliknya risiko-risiko yang bisa saja dihadapi oleh kelompok ini


adalah:
• Pengeluaran yang terlalu banyak
• Tingkat hutang yang terlalu besar
• Gagal untuk menabung dan menginvestasikan dananya
• Gagal untuk menentukan tujuan dan objektif
• Gagal untuk merencanakan keuangan mereka
• Gagal dalam implementasi rencana keuangan tersebut
• Gagal untuk menjadi dewasa
• Gagal dalam meniti karir

Beberapa kesempatan investasi yang dapat dilakukan oleh orang-


orang dalam kategori ini adalah :
• Menginvestasikan dana mereka ke dalam aset yang memiliki
tingkat pengembalian yang tinggi (relatif risiko yang besar
pula), terutama dikarenakan individu-individu ini relatif
memiliki waktu yang cukup panjang untuk mengejar kembali
kerugian-kerugian yang dapat saja terjadi pada masa-masa
investasi tersebut.

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
81

• Membangun suatu portofolio. Relatif masih mudanya umur


pribadi-pribadi ini, memungkinkan mereka membentuk
portofolio untuk tujuan pengembalian jangka panjang.
• Memulai bisnis sendiri.

Pengalokasian aset bagi mereka yang masih single dapat mengikuti


contoh pembagian sebagai berikut :
• Saham-saham unggulan 60%
• Saham asing 13%
• Saham berkapitalisasi kecil, sekuritas berpendapatan tetap dan
aset dengan tingkat risiko menengah masing-masing 7,5%
• Sisanya dialokasikan kedalam aset dengan tingkat risiko
tinggi dan ditahan dalam bentuk kas dengan komposisi
masing-masing 2,25%

3.6.2 Pasangan Muda

Profil umum yang dapat ditemui dari kelompok individu ini adalah :
• Berumur antara 26 – 35 tahun
• Hidup bersama sebagai pasangan muda
• Memiliki gabungan dua kemampuan keuangan pribadi
• Memiliki gabungan dua gaya investasi, prioritas finansial dan
objektif
• Sedang mengembangkan jenjang karir yang pertama atau
kedua
• Memiliki gelar diploma, sarjana atau master
• Menyewa atau memiliki rumah sendiri
• Memiliki mobil sendiri
• Mulai menginvestasikan dana mereka.

Objektif umum yang banyak ditemui pada individu-individu ini antara


lain adalah :
• Menetapkan gaya hidup sebagai sebuah pasangan
• Menetapkan karir profesional
• Mencari posisi yang lebih baik dalam pekerjaan
• Membangun sebuah keluarga yang utuh
• Membangun kekayaan
• Mulai menabung untuk masa pensiun
• Melakukan transisi dari seorang dewasa kedalam bentuk
tanggung jawab sebagai seorang pasangan
• Mengurangi tingkat hutang
• Membeli mobil kedua

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
82

• Membeli rumah
• Menabung untuk kebutuhan anak-anak nantinya

Jenis-jenis kesempatan yang tersedia bagi mereka yang masuk


kategori pasangan muda adalah:
• Melakukan investasi dini dan secara konsisten mulai
membangun kekayaan
• Menabung sebelum adanya kehadiran anak-anak
• Menjadi konsumen yang terencana
• Belajar dan mulai mengaplikasikan kemampuan mengatur
uang
• Perencanaan rumah tangga
• Menyeimbangkan antara pendapatan, pengeluaran dan
investasi
• Menganalisa kondisi keuangan pasangan berikut kesempatan
pertumbuhan finansialnya
• Menabung untuk hari tua
• Mengurangi tingkat hutang pada masa dini

Sementara risiko-risiko yang dapat saja mengancam individu dalam


kategori ini seperti misalnya :
• Gagal untuk berkolaborasi dalam perencanaan keuangan
• Pengeluaran yang terlalu banyak
• Terjadinya beban hutang konsumer yang berlebihan
• Gagal untuk menabung
• Gagal untuk menetapkan tujuan dan objektifitas
• Gagal dalam hubungannya sebagai sebuah pasangan
sehingga berakhir dengan perceraian

Kesempatan investasi pada umumnya tidaklah jauh berbeda dengan


kesempatan investasi yang dimiliki oleh individu single karena
mereka mempunyai kelompok umur dan ciri yang hampir sama.

Contoh pengalokasian aset untuk kelompok ini dapat ditampilkan


dalam data berikut ini :
• Kas dan setara kas sebesar 0 - 5%
• Instrumen berpendapatan tetap 5 – 15%
• Saham unggulan 40 – 75%
• Saham asing unggulan 10 – 15%
• Saham berkapitalisasi kecil 0 – 10%
• Aset berisiko menengah 5 – 10%
• Aset berisiko tinggi 0 – 7,5%

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
83

3.6.3 Pasangan Menikah dan Mempunyai Anak

Profil dari kelompok ini adalah :


• Masuk dalam kelompok umur 28 – 42 tahun
• Merupakan perpindahan dari keluarga dengan hanya dua
orang menjadi lebih dari dua orang anggota keluarga
• Besar kemungkinan telah terjadi peleburan gaya investasi
dan prioriotas serta objektifitas keuangan
• Menghadapi perubahan jenis pengeluaran yang diakibatkan
oleh kehadiran anak ditengah keluarga
• Perlu mendanai perawatan anak dan biaya pendidikan
• Sedang menganalisa perlu tidaknya salah satu dari pasangan
untuk tinggal di rumah mengurusi anak dan keluarga
• Memiliki gelar diploma, sarjana atau master
• Memiliki atau menyewa rumah
• Memiliki satu atau dua buah mobil
• Menginvestasikan uang mereka untuk dana pensiun

Sedangkan sejumlah objektifitas yang dapat ditemui pada kelompok


ini antara lain adalah :
• Menetapkan gaya hidup sebagai sebuah pasangan dengan
anak
• Melangkah lebih jauh lagi dalam pencapain jenjang karir
• Membangun kekayaan
• Menabung untuk hari tua
• Melakukan transisi dari pasangan tanpa anak menjadi
pasangan dengan tanggungan anak
• Membeli rumah
• Membeli mobil
• Menekan tingkat hutang
• Membiayai pengeluaran sehubungan dengan pemeliharaan
anak dan bayi

Kesempatan yang terbuka bagi individu kategori ini adalah :


• Melakukan investasi dini dan konsisten untuk membangun
kekayaan
• Menjadi konsumer yang terencana
• Belajar untuk melakukan perencanaan keuangan yang
mampu mendukung pertumbuhan keluarga
• Menganalisa apakah kedua pasangan perlu untuk bekerja
• Tetap menabung walaupun terjadi peningkatan pengeluaran
keluarga

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
84

Risiko yang mengikuti setiap kesempatan yang ada antara lain :


• Gagal untuk membentuk sebuah perencanaan keuangan
• Gagal untuk mengimplementasikan perencanaan keuangan
• Tingkat pengeluaran yang terlalu besar
• Tidak adanya perencanaan untuk pengeluaran yang
berhubungan dengan biaya anak-anak
• Terlalu banyak hutang konsumer
• Gagal untuk menabung dan berinvestasi
• Gagal untuk menjawab tantangan transisi dari pasangan tidak
mempunyai anak menjadi pasangan dengan tanggungan anak

Terjadi sedikit perubahan dalam komposisi alokasi aset untuk


kelompok ini dimana :
• Kas dan setara kas 0 – 7,5%
• Instrumen berpendapatan tetap 5 – 25%
• Saham unggulan 40 – 70%
• Saham asing unggulan 10 – 15%
• Saham berkapitalisasi kecil 0 – 7,5%
• Aset berisiko menengah 5 –10%
• Aset berisiko tinggi 0 – 5%

3.6.4 Pasangan Menabung untuk Pendidikan dan Pensiun

Ciri-ciri individu yang termasuk kelompok ini adalah :


• Berumur 35 – 55 tahun
• Tengah menikmati puncak pendapatan pertahun
• Sedang menganalisa kinerja portofolio mereka
• Menghadapi perubahan pola pengeluaran sehubungan dengan
kebutuhan pendidikan anak yang lebih tinggi
• Memiliki rumah sendiri
• Menikmati satu atau dua kali liburan per tahun
• Punya satu atau dua buah mobil
• Menginvestasikan kelebihan uang mereka untuk dana
pensiun
• Menginvestasikan dana mereka untuk tujuan biaya sekolah
anak-anak ke jenjang yang lebih tinggi

Objektifitas keuangan yang banyak ditemui pada individu kategori ini


adalah :
• Membangun kekayaan untuk persiapan pensiun
• Membangun kekayaan untuk pembiayaan sekolah anak ke
perguruan tinggi

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
85

• Membeli mobil untuk anak-anak


• Mempersiapkan rencana liburan keluarga paling tidak
setahun sekali
• Terus menekan tingkat hutang

Kesempatan yang mungkin saja terbuka bagi mereka antara lain


adalah:
• Berinvestasi dengan konsisten untuk persiapan pensiun
• Menabung untuk mengantisipasi kebutuhan biaya sekolah
anak-anak
• Menjadi konsumer yang cerdas untuk kategori produk
investasi
• Belajar bagaimana mengatur uang untuk tujuan-tujuan yang
baru
• Tetap menyeimbangkan tingkat pendapatan, tabungan,
pengeluaran dan investasi

Sementara risiko gagal untuk mempersiapkan sebuah rencana


keuangan tetap saja ada selain gagal untuk mengimplementasikannya,
tidak adanya persiapan untuk tingkat pengeluaran yang besar
sehubungan dengan pendidikan anak, terus menerus terjadi
pengeluaran yang besar dan diluar perencanaan.

Kesempatan investasi yang dapat dipertimbangkan oleh mereka


misalnya, terus berinvestasi pada aset yang menawarkan tingkat
pertumbuhan yang tinggi, membagi portofolio yang telah ada
menjadi dua dimana salah satunya diperuntukkan bagi pembiayaan
sekolah anak-anak.

Model pembagian aset yang dapat dilakukan seperti misalnya :


• Kas dan setara kas 0 – 15 %
• Instrumen berpendapatan tetap 10 – 30%
• Saham unggulan 40 – 55%
• Saham asing unggulan 7,5 – 10%
• Saham berkapitalisasi kecil 0 – 5%
• Aset berisiko menengah 5 – 10%
• Aset berisiko tinggi 0 – 2,5%

3.6.5 Pensiunan

• Mereka mempunyai ciri-ciri antara lain:


• Telah berumur diatas 55 tahun

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
86

• Telah mencapai puncak pendapatan per tahun


• Merencanakan sebuah gaya hidup baru untuk pensiun
• Menganalisa kinerja portofolio
• Sedang memutuskan kapan akan efektif pensiun
• Sedang memikirkan kemungkinan untuk menunda masa
pensiun guna tetap menjaga kemampuan finansial mereka
• Menganalisa apakah pasangan mereka juga akan pensiun
pada saat yang bersamaan
• Besar kemungkinan telah memiliki rumah peristirahatan
• Berinvestasi untuk dana pensiun
• Merencanakan pembiayaan kesehatan pada masa-masa
pensiun

Objektifitas keuangan yang dimiliki oleh mereka-mereka yang masuk


kategori kelompok ini adalah :
• Menetapkan gaya hidup yang disesuaikan dengan kondisi
pensiun
• Membuat persiapan transisi dari angkatan kerja menjadi
pensiunan
• Mengurangi tingkat hutang
• Meninjau kembali asuransi yang telah ada
• Memastikan bahwa cadangan keuangan yang tersedia cukup
untuk membiayai segala keperluan pada sejak masa pensiun
mulai

Kesempatan-kesempatan yang ada, yang bisa dimanfaatkan oleh


mereka antara lain :
• Memaksimalkan pendapatan yang terima pada masa-masa
karir sebagai angkatan kerja
• Menabung untuk persiapan terjadinya peningkatan
pengeluaran pada saat mereka tidak bekerja lagi
• Rencanakan transisi kepindahan ke tempat peristirahatan
• Terus menjadi konsumer yang cerdas untuk kategori produk
keuangan
• Menyeimbangkan antara pengeluaran, tabungan dan investasi
• Hindari hutang untuk kartu kredit
• Memberikan uang untuk anak dan cucu

Risiko yang mengikuti antara lain:


• Gagal untuk membentuk rencana keuangan
• Gagal untuk mengimplementasikan rencana tersebut
• Pengeluaran yang terlalu berlebih

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
87

• Tidak realistis dalam menentukan besaran dana yang


dibutuhkan pada masa-masa pensiun
• Terlilit hutang
• Gagal mengantisipasi besaran pengeluaran untuk biaya
kesehatan

Pembagian aset yang dapat dilakukan oleh mereka yang akan pensiun
atau telah pensiun misalnya :
• Kas dan setara kas 0 –20%
• Instrumen berpendapatan tetap 25 – 50%
• Saham unggulan 35 – 50%
• Saham asing unggulan 5 –10%
• Saham berkapitalisasi kecil 0
• Aset berisiko menengah 5 – 10%
• Aset berisiko tinggi 0

Faktor kesuksesan sebuah rencana keuangan adalah diri kita sendiri.


Bagaimana kita menentukan objektifitas dan tujuan investasi, bagaimana
posisi keuangan kita, bagaimana lingkungan kita dan bagaimana kita
menjadi konsumen yang cerdas dan bertanggung jawab dalam menjalankan
rencana keuangan yang telah kita buat sendiri.

***.

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
88

BAB 5 : Alokasi Aset dan Diversifikasi Portofolio


Financial Planning Standards Board Indonesia
89

BAB 6
ANALISA SAHAM(EQUITY ANALYSIS)

Isi Bab
1. Karakteristik dari Saham Biasa
1.1 Sertifikat Saham
1.2 Voting
1.3 Pembayaran Dividen
1.4 Hak Memesan Terlebih Dahulu (Preemtive Right)

2. Kategori Investasi dari Saham Biasa


2.1 Growth Stocks
2.2 Income Stocks
2.3 Growth (Moderate) dan Income Stocks
2.4 Saham Bertahan (Defensive Stocks)
2.5 Saham Berdaur (Cyclical Stocks)
2.6 Saham Unggulan (Blue-Chips Stocks)
2.7 Saham Spekulative
2.8 Saham Perusahaan Kecil dan Menengah

3. Penaksiran Saham Biasa


3.1 Rumusan Dasar Penaksiran Harga Saham Biasa
3.2 Pertumbuhan Nol
3.3 Pertumbuhan Konstan
3.4 Pertumbuhan Variabel

4. Proses Investasi
4.1 Menentukan Kebijakan Investasi
4.2 Melakukan Analisa Proforma Saham
4.3 Membentuk Sebuah Portofolio
4.4 Merevisi Portofolio
4.5 Mengevaluasi Performance dari Portofolio

5. Fundamental Risiko dan Hasil Investasi


5.1 Menentukan Hasil Investasi
5.2 Konsep Dasar Risiko: Satu Aset Tunggal
5.2.1 Distribusi Probabilitas
5.2.2 Standar Deviasi
5.2.3 Coefficient of Variation
5.3 Risiko dari Sebuah Portofolio
5.3.1 Tingkat Hasil Investasi dan Standar Deviasi

BAB 6 : Analisa Saham


Financial Planning Standards Board Indonesia
90

1. Karakteristik Saham Biasa

Saham biasa mewakili ekuitas, atau satu posisi kepemilikan dalam sebuah
perusahaan. Kepemilikan ini bersifat klaim residu, dalam pengertian bahwa
pihak kreditor dan pemegang saham khususlah yang akan menerima
pembayaran pembagian keuntungan perusahaan sebelum dibagikan kepada
para pemegang saham biasa.

Segi positif dari sifat saham biasa adalah bahwa pemegang saham jenis ini
hanya akan kehilangan keseluruhan investasi awalnya, dalam bentuk modal
kepemilikan jumlah saham biasa, pada saat perusahaan penerbit saham
tersebut mengalami kebangkrutan.

1.1 Sertifikat Saham

Sertifikat saham biasanya tercatat lengkap dengan nama, alamat, dan


jumlah kepemilikan saham. Adapun pembayaran dividen, materi voting,
laporan keuangan per kwartal atau tahunan, dan segala jenis surat-
menyurat dikirim langsung ke alamat investor atau pemilik terakhir
yang tercatat atas surat saham biasa tersebut.

1.2 Voting

Oleh karena pemegang saham biasa adalah juga pemilik dari


perusahaan, maka para pemegang saham biasa ini memiliki hak suara
dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) dimana salah satu agenda
utamanya adalah memilih dewan direksi perusahaan.

Sejumlah perusahaan ada yang menerbitkan dua atau lebih jenis saham
biasa. Sebagai contoh, saham class A yang mempunyai keunggulan
posisi dalam hal pembagian dividen tapi tidak memiliki hak suara utk
voting. Sebaliknya, saham class B memiliki hak suara penuh untuk
voting tetapi posisi yang lemah dalam hal urutan pembagian dividen.

1.3 Pembayaran Dividen

Dividen adalah pembayaran atas hasil keuntungan akhir perusahaan


kepada para pemegang saham. Date of record adalah dividen akan
diumumkan oleh dewan direksi dan dibayarkan kepada para pemegang
saham terakhir yang tercatat pada satu tanggal tertentu yang ditentukan
oleh dewan direksi yang sama. Para pemegang saham yang berhak
untuk menerima pembagian dividen tersebut adalah para pemegang

BAB 6 : Analisa Saham


Financial Planning Standards Board Indonesia
91

saham yang tercatat pada saat ex-dividend date.

Sebagai contoh, pengumuman pembagian dividend dikeluarkan pada


tanggal 15 Mei, dengan date of record, Jumat 15 juni. Pada kondisi ini,
Rabu 13 Juni akan menjadi ex-dividend date. Seorang investor yang
membeli saham tersebut pada hari Selasa 12 Juni, akan tercatat untuk
menerima pembagian dividen (dengan catatan dia tetap memegang
saham tersebut). Jika saham tersebut dibeli pada Rabu 13 Juni, maka
investor yang melakukan pembelian pada hari itu tidak akan tercatat
untuk menerima pembagian dividen. Selain ketiga tanggal spesifik
tersebut, tanggal yang keempat adalah tanggal pembayaran (payment
date), kita ambil contoh misalnya tanggal 25 Juni.

15 Mei 13 Juni 15 Juni 25 Juni


Declaration Ex-dividend Date of Payment Date
Date Date Record

1.4 Hak Memesan Terlebih Dahulu (Preemtive Right)

Hak memesan efek terlebih dahulu adalah hak yang diberikan kepada
para pemegang saham lama untuk memesan atau membeli saham yang
baru diterbitkan oleh perusahaan yang sama. Tujuan dari penyertaan
hak ini adalah untuk tetap menjaga proporsi kepemilikan dari seseorang
terhadap sebuah perusahaan.

2. Kategori Investasi dari Saham Biasa

2.1 Growth Stocks

Growth stocks biasanya dipertimbangkan sebagai saham dari


perusahaan dengan tingkat penjualan dan pendapatan yang lebih cepat
atau tinggi daripada ekonomi secara general dan lebih cepat dari
kebanyakan saham pada umumnya. Perusahaan-perusahaan jenis ini
biasanya agresif, menitik beratkan pada penelitian dan pengembangan
produk inovatif dan mengalokasikan hampir keseluruhan dari
pendapatan perusahaan ke dalam ekspansi masa depan. Atas alasan ini,
perusahaan biasanya tidak membayar atau hanya membayar dividen
dalam jumlah sangat kecil. Investor tertarik pada saham ini karena
alasan kemungkinan terjadinya apresiasi harga saham dikemudian hari
akibat inovasi dan ekspansi yang agresif dari perusahaan.

BAB 6 : Analisa Saham


Financial Planning Standards Board Indonesia
92

Harga pasar dari saham jenis ini dapat sangat berfluktuasi, khususnya
untuk jangka pendek. Saham jenis ini biasanya dapat bergerak lebih
cepat dari saham jenis lain, tapi pada saat hasil perusahaan tidak dapat
memenuhi harapan investor atau analis, harga saham ini dapat jatuh
dengan cepat.

2.2 Income Stocks

Sering kali investor membeli saham untuk pendapatan saat ini. Investor
akan mencari saham-saham yang mampu memberikan hasil yang lebih
tinggi dari rata-rata saham yang ada dalam bentuk dividen.

2.3 Growth (Moderate) dan Income Stocks

Saham kategori ketiga ini adalah merupakan gabungan dari kedua


kelompok saham di atas. Dimana, saham-saham ini diharapkan dapat
memberikan pembayaran dividen yang wajar dan juga mempunyai
potensial pertumbuhan yang signifikan.

2.4 Defensive Stocks

Saham jenis ini adalah saham yang diasumsikan stabil dan aman,
khususnya dalam periode dimana siklus bisnis sedang menurun. Saham-
saham dalam industri makanan adalah contoh dari jenis saham bertahan.

2.5 Cyclical Stocks

Cyclical company adalah perusahaan yang memiliki pendapatan dan


harga saham yang berfluktuasi dengan tajam mengikuti siklus bisnis atau
industrinya. Saham-saham dalam industri manufaktur mobil dan mesin
adalah contoh-contoh dari cyclical companies.

2.6 Blue-Chips Stocks

Saham unggulan adalah saham-saham yang diterbitkan oleh perusahaan-


perusahaan mapan dengan rekor tingkat pertumbuhan dan pembayaran
dividen yang bagus di atas rata-rata keseluruhan saham beserta sejumlah
aspek positif yang menyertai saham-saham tersebut seperti misalnya
emiten sebaai pemimpin pasar, berkapitalisasi besar, manajemen yang
solid.

BAB 6 : Analisa Saham


Financial Planning Standards Board Indonesia
93

2.7 Speculative Stocks

Sesuai dengan namanya, saham jenis ini memberikan peluang spekulatif


bagi para investor dalam hal menemukan momen yang tepat untuk
berinvestasi melalui saham ini. Saham-saham jenis ini dapat
memberikan tingkat keuntungan yang besar pada saat saham-saham lain
sedang menurun tapi dapat pula memberikan hasil yang berlawanan
hanya dalam waktu yang singkat.

2.8 Small and Middle Cap Stocks

Saham jenis ini diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan kategori


berkapitalisasi pasar kecil (small-cap). Sejumlah studi menunjukkan
hasil yang mengejutkan bahwa saham-saham ini sering kali memberikan
tingkat pengembalian rata-rata lebih tinggi dari pada saham dalam
industri sejenis dengan tingkat kapitalisasi yang lebih besar, tapi tentu
saja diiringi dengan tingkat fluktuasi harga yang bergejolak.

3. Penaksiran Saham Biasa (Valuation of Common Stock)

3.1 Rumusan Dasar Penaksiran Harga Saham Biasa

Nilai dari saham biasa adalah sama dengan nilai sekarang dari
keseluruhan keuntungan yang bakal diperoleh dimasa depan. Dengan
kata lain, nilai dari sebuah saham biasa adalah setara dengan total
keseluruhan dividen yang tersedia dalam kerangka waktu horizontal
yang tidak terbatas.

D1 D2 D∞
+ + ... +
Po = (1 + Ks )1 (1 + Ks )2 (1 + Ks )∞

Dimana,
Po = nilai dari saham biasa
Dt = dividen per saham yang diharapkan pada setiap akhir tahun t
Ks = tingkat pengembalian atas saham biasa (required return of
common stock)

Berdasarkan formula dasar ini, kita akan mengembangkan perhitungan


selanjutnya dengan asumsi pembagian dividen dengan kategori
pertumbuhan nol, pertumbuhan konstan dan pertumbuhan bervariasi.

BAB 6 : Analisa Saham


Financial Planning Standards Board Indonesia
94

3.2 Pertumbuhan Nol

Dengan asumsi tidak adanya pertumbuhan dividen per tahun maka D1 =


D2 = … =Dº

Penyesuaian formula dasar atas dasar perhitungan pertumbuhan dividen


nol menjadi,
D1
Po = Ks

Contoh,
Dividen dari perusahaan Mika Company yang bergerak dalam sektor
industri tekstil di perkirakan akan tetap konstan pada Rp.150 per saham
untuk jangka waktu tidak terbatas. Jika tingkat pengembalian saham
yang diharapkan adalah sebesar 15%, maka nilai saham Mika Company
adalah (150/0,15) = Rp.1000

3.3 Pertumbuhan Konstan

Asumsi perhitungan yang paling umum digunakan adalah perhitungan


dengan mendasari pada adanya pertumbuhan dividen yang konstan
setiap tahun, dimana dividen diperkirakan bertumbuh pada tingkat
pertumbuhan (g) yang konstan. Sehingga diperoleh formula sebagai
berikut;

Dà x (1 + g )1 Dà x (1 + g ) 2 Do x (1 + g ) ∞
Po = (1 + K s )1
+
(1 + K s ) 2
+ ... +
(1 + K s ) ∞

Atau

D1
Po = Ks − g

Contoh,
Sebuah saham biasa diharapkan memberikan dividen Rp.10 per lembar
saham, adapun tingkat pertumbuhan dividen untuk jangka panjang
diperkirakan sebesar 12%, dan tingkat pengembalian sebesar 15%,
maka nilai saham tersebut sekarang adalah;

BAB 6 : Analisa Saham


Financial Planning Standards Board Indonesia
95

Po = 10 / (0,15-0,12)

= Rp333,33

3.4 Pertumbuhan Variabel

Model perhitungan nilai saham biasa dengan menggunakan asumsi


tingkat pertumbuhan dividen yang bervariasi adalah satu pendekatan
penilaian dividen yang memungkinkan diberlakukannya sebuah
perubahaan tingkat pertumbuhan dividen untuk menghitung nilai saham
pada saat sekarang.

Perhitungan ini menggunakan empat tahapan, sebagai berikut;

Tahap 1
Temukan nilai dividen pada akhir tahun (Dt);

Dt = Do x (1+g1)t = Do x FVIFg1,t

Tahap 2
Temukan nilai sekarang daridividen yang diharapkan sepanjang periode
pertumbuhan awal. Nilai ini bisa diperoleh lewat perhitungan;

N DO x (1+g1)t N
D1 N

∑t=1 (1+Ks )t
= ∑(1+K )
t=1
t
= ∑(D
t=1
1 x Ks,t )
PVIF
s

Tahap 3
Temukan nilai saham pada akhir periode pertumbuhan awal;

1 DN +1
x = PVIF
KsN x PN
(1+ Ks )N Ks − g2

BAB 6 : Analisa Saham


Financial Planning Standards Board Indonesia
96

Tahap 4
Tambahkan nilai sekarang dari komponen yang ditemukan pada tahap
perhitungan 2 dan 3 untuk menentukan nilai saham,Po;

 1 DN +1  N DO x (1+g1)
t

Po = 
 (1+ Ks )N
x ∑ (1+K )t
Ks − g2  t=1
+
 s

Nilai sekarang dari Nilai sekarang dari


dividen sepanjang harga saham pada
periode pertumbuhan akhir dari periode
pertumbuhan awal

Dimana,

PVIF = Present Value Interest Factor

1
PVIF = (1 + i) n

FVIF = Future Value Interest Factor

FVIF = (1+i)n

Contoh,
Pembayaran dividen tahunan terakhir (2002) dari Mika Industries
adalah Rp.25 per saham. Manager keuangan dari perusahaan
bersangkutan mengharapkan terjadinya peningkatan sebesar 10% per
tahun, (g1), selama tiga tahun kedepan (2003,2004 dan 2005). Pada
akhir tahun ke tiga (akhir tahun 2005) akibat siklus produk yang telah
jenuh maka diperkirakan pertumbuhan dividen hanya sebesar 5% per
tahun untuk seterusnya (dinyatakan sebagai g2). Tingkat pengembalian
(required return) perusahaan (Ks) adalah 15%. Untuk memperkirakan
nilai saham biasa pada saat ini (akhir tahun 2002), Po = P2002 adalah
dengan mengaplikasikan keempat langkah diatas.

BAB 6 : Analisa Saham


Financial Planning Standards Board Indonesia
97

T Akhir Do = FVIF10 Dt PVIF1- Nilai sekarang dari di-


tahun D2002 %,t [(1)x(2)] 5%,t viden
(3) [(3)x(4)]
(1) (2) (4) (5)
1 2003 Rp.25 1,1 Rp.27,5 0,870 Rp.23,925
2 2004 25 1,21 30,25 0,756 22,869
3 2005 25 1,331 33,275 0,658 21,895

3 Do x (1+ g1)t
Total nilai sekarang dari dividen = ∑ = Rp.68,689
t =1 (1+ Ks )t

Tahap 1 Nilai dari dividen dalam setiap tahun dari data tiga tahun dihitung
di kolom 1,2 dan 3. Dividen untuk tahun 2003, 2004 dan 2005
adalah masing-masing 27,5, 30,25, 33,275.

Tahap 2 Nilai sekarang dari ketiga dividen yang diharapkan sepanjang


tahun 2003-2005 dihitung pada kolom 3,4 dan 5. Total nilai terkini
dari ketiga dividen tersebut adalah Rp.68,689.

Tahap 3 Nilai saham pada akhir tahun periode pertumbuhan (N=2005)


dapat diperoleh dengan menghitung DN+1 = D2006

D2006 = D2005 x (1+0,05)


= Rp.33,275 x (1,05) = Rp.34,93875

Dengan menggunakan D2006 = Rp.34,93875, Ks = 0,15, dan g2 =


0,05, maka nilai saham pada akhir tahun 2005 adalah:

P2005 = D2006 34,93875


= = Rp.349,3875
Ks − g2 0,15− 0,05
Ak h i r n ya nilai saham sebesar
Rp.349,3875 pada akhir tahun 2005 harus dikonversi ke dalam
nilai sekarang untuk akhir tahun 2002. Menggunakan 15% tingkat
pengembalian, maka kita memperoleh ;

PVIFKs,N x PN = PVIF15%,3 x P2005


= 0,658 x 349,3875 = Rp.229,8970

Tahap 4 Tambahkan nilai sekarang dari dividen awal yang didapat dari
tahap dua ke nilai sekarang saham pada akhir dari periode
BAB 6 : Analisa Saham
Financial Planning Standards Board Indonesia
98

pertumbuhan initial (yang ditemukan dalam tahap tiga), maka


kita akan menemukan nilai saham (akhir tahun 2002) adalah ;

P2002 = Rp.68,689 + Rp.229,8970


= Rp.298,586

Saham dari Mika Industries sekarang bernilai Rp. 298,586

4. Proses Investasi

Proses investasi menjelaskan bagaimana seorang investor seharusnya


mengambil keputusan atas instrumen-instrumen keuangan / pasar modal
yang akan menjadi sasaran investasinya, seberapa kerap investasi tersebut
harus dilakukan, dan kapan investasi tersebut harus dilakukan.

Sedikitnya terdapat lima langkah dalam proses investasi :


1. Menentukan Kebijakan Investasi
2. Melakukan Analisa Proforma Saham
3. Membentuk Sebuah Portofolio
4. Merevisi Portofolio
5. Mengevaluasi Performance dari Portofolio

4.1 Menentukan Kebijakan Investasi

Penentuan kebijakan investasi melibatkan penentuan objektifitas dari


investor dan jumlah dari kekayaannya yang akan di investasikan. Karena
adanya relasi yang kuat antara risiko dan tingkat pengembalian, maka
kebijakan investasi haruslah dibuat dalam kerangka yang mencakup
kedua aspek tersebut.

Kebijakan investasi adalah merupakan landasan utama dari sebuah


proses investasi. Namun demikian, banyak investor individu yang
mengabaikan hal tersebut. Sebuah kebijakan investasi sedikitnya
haruslah memuat pernyataan kebijakan-kebijakan sebagai berikut ;

• Pernyataan. Sebuah penjelasan mengenai tujuan finansial jangka


panjang. Misalnya, seorang individu ingin memfokuskan pada
simpanan tabungan untuk pendidikan anak.

• Toleransi risiko. Jumlah risiko yang sanggup ditanggung oleh


seorang individu untuk mencapai perwujudan dari misi

BAB 6 : Analisa Saham


Financial Planning Standards Board Indonesia
99

investasinya. Individu yang telah memasuki masa pensiun


biasanya memiliki tingkat toleransi risiko yang lebih rendah
ketimbang seorang individu usia produktif.

• Objektifitas investasi. Hasil-hasil investasi yang spesifik yang


mengindikasikan bahwa proses investasi tersebut berjalan sukses.
Misalnya, tingkat pengembalian dari portofolio saham seorang
investor yang menunjukkan performance sedikitnya menyamai
tingkat pengembalian dari index untuk periode beberapa tahun.

• Kebijakan aset campuran (mix asset) Alokasi jangka panjang


dari instrumen-instrumen investasi seperti saham dan obligasi.
Pilihan ini harus tetap memperhatikan misi dari investasi, toleransi
risiko dan objektifitas investasi.

• Managemen aktif. Keputusan dari investor untuk menggunakan


tenaga profesional dibidang investasi untuk melakukan analisa dan
pemilihan saham-saham atau grup industri yang pada akhirnya
diharapkan mampu memberikan proforma yang mendekati atau
lebih dari tingkat pengembalian index saham gabungan atau
benchmarks lainnya.

4.2 Melakukan Analisa Saham

Melibatkan evaluasi sejumlah saham per saham atau grup industri yang
nantinya akan menjadi saham-saham unggulan untuk dimasukkan ke
dalam portofolio investasi. Analisa saham ini jatuh ke dalam dua jenis
klasifikasi, yaitu : analisa teknikal; yaitu analisa yang dilakukan
dengan menggunakan sejumlah grafik harga saham beserta berbagai
indikator penunjang yang mampu memberikan indikasi pergerakan
harga saham di kemudian hari. Klasifikasi kedua dikenal sebagai
analisa fundamental; sebuah analisa yang didasarkan pada evaluasi
laporan keuangan, aspek makro dan mikro saham terkait.

Analisa teknikal dapat dikatakan sebagai sebuah analisa yang


didasarkan atas pergerakan harga saham dalam bentuk grafik. Analisa
ini meyakini bahwa grafik harga-harga saham tersebut akan membentuk
pola-pola pergerakan tertentu dan pola-pola itu akan melakukan
pengulangan-pengulangan diwaktu-waktu mendatang. Dengan
mengenal dan menganalisa pola-pola tersebut, seorang analis grafik
dapat berharap bisa mendeteksi arah pergerakan saham tersebut dan
menentukan posisi yang tepat (buy or sell)

BAB 6 : Analisa Saham


Financial Planning Standards Board Indonesia
100

Sebuah analisa fundamental berawal dari evaluasi saham untuk menilai


apakah nilai sebenarnya (true or intrinsic value) dari aset finansial
saham tersebut setara dengan nilai sekarang (present value) dari setiap
arus kas yang diharapkan diterima oleh investor. Saham yang nilai
sebenarnya lebih kecil dari harga pasar terkini disebut nilai berlebih
(overvalued or overpriced), sebaliknya saham dengan nilai intrinsik
lebih besar dari harga pasar terkini disebut penilaian rendah
(undervalued or underpriced)

4.3 Membentuk Sebuah Portofolio

Pembentukan portofolio melibatkan identifikasi aset-aset tertentu yang


akan menjadi objek investasi, sebagaimana juga penentuan proporsi
dari kekayaan investor yang akan dialokasikan ke dalam setiap aset
investasi tersebut. Dalam hal inilah investor harus memperhatikan
aspek pemilihan (selectivity), waktu (timing) dan diversifikasi
(diversification)

Pemilihan (selectivity), dikenal juga sebagai perkiraan mikro, mengacu


kepada analisa saham dan kemudian memfokuskan pada pergerakan
harga saham per saham. Waktu (timing), dikenal sebagai perkiraan
makro, melibatkan perkiraan harga saham-saham biasa (common
stocks) secara umum relatif terhadap sekuritas berpendapatan tetap
(fixed-income securities) seperti obligasi swasta atau surat hutang
pemerintah. Diversifikasi (diversification), melibatkan pembentukan
portofolio dalam kerangka untuk meminimalkan tingkat risiko
tertanggung dengan memperhatikan sejumlah batasan-batasan tertentu.

4.4 Merevisi Portofolio

Sejalan dengan waktu, objektifitas investor dapat berubah yang mana


portofolio terdahulu dapat menjadi tidak optimal lagi untuk
mengakomodasi objektif tersebut. Mungkin investor ingin membentuk
satu portofolio baru dengan menjual sejumlah saham yang terdapat
dalam portofolio terdahulu atau motivasi yang lain seperti misalnya
pertimbangan bahwa saham-saham yang tadinya kurang menarik telah
berubah menjadi saham-saham yang menguntungkan, sehingga investor
merasa perlu untuk merevisi portofolio yang telah ada.

BAB 6 : Analisa Saham


Financial Planning Standards Board Indonesia
101

4.5 Mengevaluasi Performance dari Portofolio

Langkah kelima ini melibatkan penilaian secara berkala bagaimana


portofolio tersebut bekerja, tidak saja dalam konteks tingkat
pengembalian yang diterima tapi juga tingkat risiko yang ditanggung
oleh investor.

5. Fundamental Risiko dan Tingkat Hasil Investasi

5.1 Menentukan hasil investasi

Hasil investasi diukur sebagai total keuntungan atau kerugian yang


dialami oleh pemilik investasi dalam satu periode tertentu. Hasil
investasi ini biasanya dinyatakan sebagai perubahan nilai ditambah
distribusi kas, yang dikuantifikasikan dalam persentase dari nilai
investasi awal periode.

Pt − Pt −1 + C t
Kt = Pt −1

Dimana,
Kt = aktual, nilai yang diharapkan, atau (required rate of return)
sepanjang periode t
Pt = nilai (price) dari aset pada waktu t
Pt-1 = nilai (price) dari aset pada waktu t-1
Ct = cash flow yang diterima dari investasi aset dalam periode waktu
t-1 ke t

Contoh,
Wynne Gamezone, ingin menentukan tingkat pengembalian aktual dari 2
mesin video game, Destroyer dan Crazy Rally. Destroyer dibeli setahun
yang lalu dengan harga Rp.20,000,000 dan memiliki nilai pasar sekarang
sebesar Rp.21,500,000. Sepanjang tahun yang lalu, mesin ini telah
menghasilkan keuntungan setelah pajak sebesar Rp.800,000. Mesin Crazy
Rally dibeli empat tahun lalu, dan nilainya pada awal tahun dan akhir tahun
jatuh dari Rp.12,000,000 ke Rp.11,800,000. Sepanjang tahun, mesin ini
menghasilkan keuntungan setelah pajak sebesar Rp.1,700,000. Maka tingkat
pengembalian dari kedua mesin video game ini adalah:

Destroyer 21,500 ,000 − 20 ,000 ,000 + 800 ,000


Kd = 20 ,000 ,000 = 11,5%

BAB 6 : Analisa Saham


Financial Planning Standards Board Indonesia
102

Crazy Rally
11,800 ,000 − 12 ,000 ,000 + 1,700 ,000
Kc = = 12,5%
12 ,000 ,000

Walaupun harga mesin Crazy Rally terus turun sepanjang tahun berjalan,
tetapi mesin ini mampu memberikan arus kas yang tinggi dibandingkan
mesin Destroyer.

5.2 Konsep Dasar Risiko: Satu Aset Tunggal

5.2.1 Distribusi Probabilitas

Distribusi probabilitas adalah sebuah model yang menghubungkan


kemungkinan-kemungkinan dari hasil (outcome) yang diharapkan.

Aset A dan B
Asset A Asset B
Initial investment Rp.10,000,000 Rp.10,000,000

Annual rate of return


Pessimistic 13% 7%
Most likely 15% 15%
Optimistic 17% 13%
Range 4% 16%

Walaupun kedua aset ini mempunyai most likely return yang sama
(15%), namun jarak tingkat pengembalian masing-masing aset
berbeda satu sama lain, aset A 4% sementara aset B 16%. Tingkat
distribusi dari pengembalian atas investasi aset B terlalu besar
penyebarannya (dispersion) sehingga mengakibatkan investasi atas
aset B lebih berisiko ketimbang aset A.

5.2.2 Standar Deviasi

Standar deviasi σk digunakan untuk mengukur penyimpangan yang


terjadi atas nilai yang diharapkan. Nilai yang − diharapkan atas
sebuah pengembalian (expected value of return), k , adalah most
likely return dari sebuah aset.
− n
k = ∑ki
i=1
x Pri

BAB 6 : Analisa Saham


Financial Planning Standards Board Indonesia
103

Dimana,
K1 = pengembalian untuk hasil dari i
Pri = probabilitas terjadinya hasil i
n = jumlah hasil yang dipertimbangkan

2
n
 −
standar deviasi σk = ∑ k1 − k  x
i=1  
Pri

Expected value of return dari aset A dan B

Weighted value
Possible Probabil- Returns (%) (%)
outcomes ity (2) [(1)x(2)]
(1) (3)
Asset A
Pessimistic 0,25 13 3,25
Most likely 0,50 15 7,50
Optimistic 0,25 17 4,25
Total 1 Expected re- 15
turn
Asset B
Pessimistic 0,25 7 1,75
Most likely 0,50 15 7,50
Optimistic 0,25 23 5,75
Total 1 Expected re- 15
turn

Tabel di atas menunjukkan perhitungan expected value of return k untuk
aset A dan B.

BAB 6 : Analisa Saham


Financial Planning Standards Board Indonesia
104

Asset A
− − −
(ki- k )2 (ki- k )2x Pri

i ki k ki- k Pri
1 13% 15% -2% 4% 0,25 1%
2 15 15 0 0 0,50 0
3 17 15 2% 4% 0,25 1
2%

Asset B
1 7% 15% -8% 64% 0,25 16%
2 15 15 0 0 0,50 0
3 23 15 8% 64% 0,25 16
32%

Standar deviasi dari pengembalian atas aset A dan B

Standar deviasi untuk aset A ; σKA= 2% = 1,41%

aset B ; σKB = 32 %
= 5,66%

Aset B memiliki standar deviasi yang lebih besar daripada aset A, maka
relatif lebih berisiko.

5.2.3. Coefficient of Variation

Coefficient of variation ,CV, adalah satu ukuran dari penyimpangan relatif


yang digunakan dalam membandingkan risiko dari aset-aset yang ada
dengan tingkat pengembalian yang diharapkan yang berbeda.
σk
CV = −
k

Dengan memasukkan nilai standar deviasi dan pengembalian hasil yang


diharapkan, ke dalam rumusan di atas maka kita akan menemukan nilai
coefficient of variation dari aset A adalah 0,094 (1,41%+15%) dan aset B
sebesar 0,377 (5,66%+15%). Aset B memiliki CV yang lebih besar
sehingga relatif lebih berisiko dari pada aset A.

BAB 6 : Analisa Saham


Financial Planning Standards Board Indonesia
105

5.3 Risiko dari Sebuah Portofolio

5.3.1 Tingkat Pengembalian Portofolio dan Standar Deviasi

Asumsi bahwa kita ingin menentukan nilai yang diharapkan dan standar
deviasi dari pengembalian untuk portofolio X dan Y, yang diciptakan dengan
memakai komposisi 50-50% aset X dan Y. Tingkat pengembalian yang
diharapkan atas aset X dan Y untuk tiap-tiap tahun dalam 5 tahun kedepan
tercantum dalam kolom 1 dan 2 pada tabel di bawah.

Expected return, expected value dan standard deviation dari return untuk
portofolio XY

A. Expected portfolio returns


Expected return
Asset Asset Portfolio return Expected portfolio re-
Year X Y (3) turn, kp
(1) (2) (4)
2003 8% 16% (0, 5x8%)+(0,5x16%)= 12%
2004 10 14 (0, 5x10%)+(0,5x14%)= 12%
2005 12 12 (0, 5x12%)+(0,5x12%)= 12%
2006 14 10 (0, 5x14%)+(0,5x10%)= 12%
2007 16 8 (0, 5x16%)+(0,5x8%)= 12%

B. Expected value of portfolio returns, 2003-2007


12% +12% +12% +12% +12%
kp = = 12%
5

C. Standard deviation of expected portfolio returns

(12% − 12%)2 + (12% − 12%)2 + (12% − 12%)2 + (12% − 12%)2 + (12% − 12%)2
= 0%
5 −1
σkp=

Standar deviasi dengan nilai 0% bukanlah hal yang mengejutkan sebab


pengembalian yang diharapkan adalah sama besar 12% setiap tahun
sehingga tidak ada variasi dari hasil yang dicapai.

BAB 6 : Analisa Saham


Financial Planning Standards Board Indonesia
106

BAB 6 : Analisa Saham


Financial Planning Standards Board Indonesia
107

BAB 7
ANALISA SEKURITAS BERPENDAPATAN TETAP
(FIXED INCOME ANALYSIS)

Isi Bab

1. Tipe-Tipe Umum dari Sekuritas Berpendapatan Tetap


1.1 Deposito
1.2 Instrumen Pasar Uang
- Kertas Berharga
- Persetujuan Pembelian Kembali
1.3 Obligasi Pemerintah
1.4 Obligasi Swasta
1.4.1 Indentur
1.4.2 Tipe Obligasi
1.4.3 Provisi Tarik (Call Provision)
1.4.4 Dana Pelunasan Hutang (Sinking Funds)
1.4.5 Saham Khusus

2. Penilaian (Valuation)
2.1 Pengertian Umum Sebuah Penilaian
2.2 Penilaian Obligasi
2.3 Hasil Serahan Hingga Jatuh Tempo (Yield to Maturity)
2.4 Durasi Obligasi

BAB 7 : Analisa Sekuritas Berpendapatan Tetap


Financial Planning Standards Board Indonesia
108

1. Tipe-Tipe Umum dari Sekuritas Berpendapatan Tetap

Terminologi sekuritas berpendapatan tetap (fixed-income) yang digunakan


dalam pembahasan bab ini secara general adalah semua jenis sekuritas yang
menjanjikan kepada investornya bahwa mereka akan menerima sejumlah
arus kas yang spesifik pada satu waktu tertentu dimasa mendatang. Arus kas
ini dapat hanya berlangsung satu kali saja yang dikenal dengan sekuritas
kupon nol (zero-coupuno or pure-discount security). Atau alternatif yang
lain, penerimaan pendapatan ini dapat melibatkan multi arus kas. Jika arus-
arus kas ini dalam jumlah yang sama besar, maka biasanya mengacu kepada
pembayaran kupon (coupon payments). Tanggal spesifik dimana investor
tidak berhak lagi menerima pembayaran arus kas tetap dikenal dengan
tanggal jatuh tempo (maturity date). Pada tanggal yang sama ini, investor
akan menerima pokok hutang (principal or par/face value).

1.1 Deposito

Mungkin tipe investasi berpendapatan tetap yang paling banyak


diketahui orang adalah rekening tabungan di bank (deposito) dimana
rekening sejenis ini akan memberikan keamanan pokok simpanan dan
pembayaran bunga, tingkat likuiditas yang tinggi dan relatif
pengembalian atas investasi yang rendah.

1.2 Instrumen Pasar Uang

Sebagian instrumen pasar uang masuk ke dalam model instrumen


negosiasi dan diperdagangkan secara aktif pada pasar sekunder, namun
ada sebagian juga yang tidak demikian. Ada instrumen yang dapat dibeli
oleh siapa saja yang mempunyai dana yang cukup, sebagian hanya bisa
dibeli oleh institusi tertentu saja. Banyak pula jenis instrumen yang
dijual pada harga diskon. Sebagai contoh, nota 90 hari dengan harga par
Rp.1000.000 dapat saja dijual hanya dengan harga Rp.980.000, dimana
Rp.1000.000 akan dibayarkan kepada investor pada saat jatuh tempo.
Perbedaan antara harga sebesar Rp.20.000 itu dianggap sebagai
pendapatan bunga.

- Kertas Berharga (Commercial Paper)

Adalah sebuah nota perjanjian jangka pendek yang dikeluarkan bisa


oleh lembaga keuangan maupun nonkeuangan. Surat hutang ini
biasanya dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan besar yang
memiliki jalur kredit mengganggur di bank, hal ini membuat pinjaman

BAB 7 : Analisa Sekuritas Berpendapatan Tetap


Financial Planning Standards Board Indonesia
109

dalam bentuk penerbitan kertas berharga tersebut mampu memberikan


jaminan bahwa dana tersebut dapat dilunasi pada waktunya. Tingkat
bunga dari instrumen ini relatif rendah jika dibandingkan dengan
tingkat bunga dari sekuritas berpendapatan tetap korporasi lainnya.

- Persetujuan Pembelian Kembali (Repo)

Sering terjadi investor (biasanya sebuah institusi keuangan) akan


menjual kepada investor lainnya (yang juga biasanya merupakan
institusi keuangan lainnya) sebuah instrumen pasar uang dan setuju
untuk membelinya kembali pada satu harga yang telah disetujui
terlebih dahulu pada tanggal mendatang.

Contoh, investor A ingin menjual kepada investor B sebuah surat


hutang pemerintah jangka pendek yang jatuh tempo dalam 180 hari
pada harga Rp.100.000.000. Investor A menandatangani sebuah
persetujuan pembelian kembali (repurchase agreement or repo)
dengan investor B.

Persetujuan ini menyatakan bahwa setelah 30 hari, investor A dapat


membeli kembali surat hutang ini pada harga Rp.101.000.000.
Dengan kata lain investor A akan membayar Rp.1.000.000 sebagai
bunga atas pinjaman 30 hari kepada investor B.

Tingkat bunga tahunan disebut repo rate, yang mana dalam contoh ini
sebesar 12%

Rp.1.000.000 360
= Rp.100.000.000
x
30

Kondisi persetujuan pembelian kembali mirip seperti pinjaman


agunan (berjaminan), dimana surat hutang yang dipertukarkan adalah
sebagai jaminannya. Pinjaman jenis ini sering dikategorikan sebagai
pinjaman berisiko rendah oleh karena instrumen pasar uang yang
biasa digunakan tergolong instrumen berkualitas tinggi.

Pengertian bunga yang masih harus dibayar (accrued interest) adalah


bunga yang diperoleh penjual dari tanggal pembayaran kupon terakhir
hingga tanggal settelement penjualan obligasi. Pada saat penjualan,
pembeli membayar kepada penjual harga obligasi ditambah bunga
yang masih harus dibayar, yang dihitung dengan mengalikan suku

BAB 7 : Analisa Sekuritas Berpendapatan Tetap


Financial Planning Standards Board Indonesia
110

bunga kupon dengan banyaknya hari yang berlalu setelah pembayaran


tersebut.

Untuk treasury bonds, bunga yang masih harus dibayarkan dihitung


aktual
berdasar aktual

Untuk obligasi pemerintah daerah (municipal bonds), maupun


korporasi

dihitung berdasar 30
360

Obligasi yang dijual pada keadaan default atau pembayaran kupon


tidak dibayarkan maka dikatakan obligasi dijual flat. Flat berarti
pembeli membayar hanya sebesar harga obligasi tanpa harus
membayar bunga yang belum dibayarkan (accrued interest)
TDCS
ai = i x TDP

Dimana,
ai = bunga yang masih harus dibayar (accrued interest)
i = suku bunga kupon (coupon interest)
TDCS = jumlah hari kupon dari pembayaran kupon terakhir
hingga tanggal settlement
TDP = jumlah hari pada periode kupon

Contoh,
Sebuah obligasi korporasi dengan harga par Rp.10.000.000 membayar
bunga kupon setiap tanggal 1 Maret dan 1 September dengan suku
bunga kupon 9%. Jika obligasi dibeli pada tanggal 12 Juli untuk
settlement tanggal 15 Juli, maka bunga yang masih harus dibayar
(accrued interest) adalah sebesar ;

Total hari kupon dari pembayaran terakhir (Maret – Juli) = 134 hari
Total hari kupon pada periode pembayaran (Maret – September) =
180 hari
Bunga kupon = Rp.10.000.000 x 9 %
2

= Rp.450.000
134
Bunga yang masih harus dibayar = Rp.450.000 x 180

= Rp.335.000
BAB 7 : Analisa Sekuritas Berpendapatan Tetap
Financial Planning Standards Board Indonesia
111

1.3 Obligasi Pemerintah

Berdasarkan penerbit maka obligasi dapat dibagi atas dua yaitu obligasi
yang diterbitkan oleh pemerintah atau lembaga pemerintah dan obligasi
yang diterbitkan oleh swasta. Obligasi pemerintah sesuai dengan
namanya adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah (biasanya
dalam bentuk seri obligasi).

Ada pula obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah yang


ditujukan untuk menggalang dana guna pembiayaan anggaran proyek
daerah. Obligasi ini biasa disebut juga municipale bonds.

Kita juga mengenal obligasi yang diterbitkan oleh perusahan milik


negara (BUMN) yang mana bisa diterbitkan oleh lembaga bank seperti
BAPINDO, BTN atau bisa diterbitkan oleh lembaga non bank seperti
PLN, Jasa Marga, dll.

1.4 Obligasi Swasta

1.4.1 Indentur

Penerbitan obligasi korporasi biasanya dijamin dengan sebuah


indenture, yang mana dalam hal ini, pihak korporasi berjanji pada
sebuah wali amanat tertentu bahwa korporasi tersebut akan memenuhi
semua kewajibannya dan menyatakan dengan jelas segala ketentuan
yang menyangkut penerbitan obligasi tersebut.

Wali amanat dari obligasi yang diterbitkan tersebut, biasanya adalah


sebuah bank penjamin atau perusahaan wali amanat, dimana wali
amanat ini berfungsi sebagai pengganti dari para pemegang obligasi.

1.4.2 Tipe Obligasi

Obligasi Hipotek (Mortgage Bonds)


Mengacu kepada hutang yang dijamin oleh sejumlah kepemilikan
tertentu (property). Dalam kondisi default atau gagal bayar,
pemegang obligasi dapat mengambil properti tersebut dan atau
menjualnya sebagai ganti dari kewajiban penerbit obligasi yang lalai
atau gagal bayar.

Obligasi Beragun (Collateral Trust Bonds)


Jenis obligasi ini adalah obligasi yang dijamin oleh efek yang lain
yang biasanya dimiliki oleh wali amanat. Sebuah situasi yang umum
BAB 7 : Analisa Sekuritas Berpendapatan Tetap
Financial Planning Standards Board Indonesia
112

terjadi adalah penerbit obligasi menggunakan efek dari anak


perusahannya sebagai jaminan atas obligasi dari induk perusahaan.

Obligasi Perlengkapan (Equipment Bonds)


Dikenal juga sebagai equipment trust certificates, yaitu sebuah
obligasi yang dijamin dengan sejumlah peralatan atau kendaraan berat
dari perusahaan penerbitnya (seperti misalnya alat berat, pesawat
komersial).

Debentur
Adalah obligasi tanpa jaminan, dimana para pemegang obligasi ini
hanya berpegang pada janji dari penerbitnya bahwa hutang pokok dan
bunga kupon obligasi tersebut akan dilunasi pada waktunya.

Subordinat Debentur
Jika penerbit menerbitkan lebih dari satu obligasi debentur, maka
sebuah hirarki obligasi dapat dibentuk. Sehingga kita mengenal
subordinat debentur yaitu sebuah obligasi junior dari unsubordinated
debentures. Hal ini memberikan pengertian bahwa dalam kondisi
bankrut, maka klaim atas obligasi junior tidak akan dibayarkan
sebelum penerbit mampu melunasi seluruh kewajibannya atas obligasi
senior.

Obligasi Berpendapatan (Income Bonds)


Berdasarkan karakteristiknya lebih menyerupai saham khusus.
Pembayaran atas bunga pinjaman secara penuh dan tepat waktu
tidaklah menjadi keharusan, dan ketidakmampuan penerbit untuk
membayar kewajiban atas bunga pinjaman tidak menyebabkan
penerbitnya dikatakan bankrut.

Obligasi Bergaransi (Quaranteed Bonds)


Adalah sebuah obligasi yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan tapi
dijamin oleh perusahaan lainnya (misalnya, oleh induk perusahaan).

Obligasi Voting (Voting Bonds)


Tidak seperti halnya obligasi pada umumnya, obligasi jenis ini
memberikan hak suara kepada para pemegangnya dalam manajemen
perusahaan.

Obligasi Tukar (Convertible Bonds)


Dari sisi pemegangnya, memberikan pilihan untuk ditukar dengan
sejumlah saham atau efek yang lain pada saat jatuh tempo pelunasan.

BAB 7 : Analisa Sekuritas Berpendapatan Tetap


Financial Planning Standards Board Indonesia
113

Obligasi Tawaran (Putable Bonds)


Adalah juga salah satu jenis obligasi yang memberikan pilihan kepada
para pemegangnya untuk menukar obligasi mereka pada harga
tertentu. Pilihan ini dapat dilakukan setelah mereka memegang
obligasi tersebut untuk beberapa saat lamanya.

1.4.3 Provisi Tarik (Call Provision)

Pihak manajemen biasanya ingin mempunyai hak untuk membayar


obligasi korporasinya pada harga par kapan saja sebelum tanggal
jatuh tempo. Kemampuan ini memberikan keleluasaan bagi
manajemen, karena hutang korporasi dapat ditekan. Poin yang paling
penting adalah, hutang bunga kupon yang mahal yang diterbitkan
pada saat tingkat suku bunga yang tinggi, dapat digantikan dengan
hutang bunga kupon yang lebih rendah jika tingkat bunga di pasar
turun.

Banyak korporasi penerbit obligasi yang menyertakan kondisi call


provision ini dalam indentur obligasi mereka yang memberikan
pilihan kepada perusahaan untuk menebus sebagian atau keseluruhan
dari obligasi yang telah diterbitkan pada satu level harga tertentu
sepanjang satu periode waktu yang telah ditentukan sebelum obligasi
tersebut jatuh tempo.

Sebaliknya indentur ini memberikan dua macam perlindungan bagi


pemegang obligasi. Pertama, sepanjang sejumlah tahun tertentu
setelah obligasi tersebut diterbitkan, obligasi tersebut tidak dapat
ditebus oleh penerbitnya. Kedua, call premium dapat ditentukan
dalam call provision tersebut. Kondisi ini menyatakan bahwa, jika
penerbit obligasi ingin menebus obligasinya maka ia harus
menebusnya pada harga tebus (call price) yang mana ditentukan
harganya diatas harga par.

1.4.4 Dana Pelunasan Hutang (Sinking Funds)

Sebuah indentur obligasi sering mewajibkan korporasi penerbit untuk


melakukan pembayaran tahunan dalam bentuk dana pelunasan hutang
(sinking funds). Ide yang mendasari hal ini adalah melakukan
pembayaran pokok hutang secara bertahap setiap tahun, sehingga
mampu mengurangi beban hutang yang tersisa hingga tanggal jatuh
tempo.

Aliran dana pelunasan hutang ini dapat dilakukan oleh korporasi


BAB 7 : Analisa Sekuritas Berpendapatan Tetap
Financial Planning Standards Board Indonesia
114

dengan mentransfer sejumlah dana segar ke wali amanat yang


kemudian membeli obligasi yang sedang beredar di pasar, atau
korporasi penerbit dapat membeli langsung obligasinya dengan
menggunakan fasilitas call option.

1.4.5 Saham Khusus

Pemegang saham ini akan menerima pembayaran yang sama setiap


tahun dari penerbit saham. Pembayaran ini dapat dinyatakan dalam
bentuk persentase dari nilai par saham tersebut. Kegagalan emiten
untuk melakukan pembayaran tetap ini tidak menyebabkan emiten
tersebut dikategorikan bankrut.

Dalam hal pembubaran emiten saham, maka pemegang saham ini


akan mendapat hak khusus dimana mereka berhak menerima
pembagian aset perusahaan terlebih dahulu guna pembayaran
kewajiban emiten sebelum pelunasan kewajiban kepada pemegang
saham biasa.

2. Penilaian (Valuation)

2.1 Pengertian Umum Sebuah Penilaian

Semua keputusan finansial haruslah dilihat dalam satu rangkaian dari


tingkat risiko, tingkat pengembalian yang diharapkan, dan imbas
terhadap perubahan harga instrumen investasi itu sendiri. Maka sebuah
penilaian (valuation) adalah satu proses yang menghubungkan antara
tingkat pengembalian dan risiko untuk menentukan nilai dari sebuah
aset.

Faktor-faktor kunci dari sebuah penilaian adalah pengembalian (returns)


yang berbentuk arus kas, waktu (timing) dan risiko yang dinyatakan
dalam bentuk tingkat pengembalian yang diharapkan (required return).

Arus kas (returns)

Nilai dari sebuah aset tergantung kepada arus kas yang diperkirakan
bakal tersedia oleh aset tersebut setelah sejumlah waktu kepemilikan
tertentu.

Contoh,
Cenlia, seorang analis finansial ingin mengestimasi nilai dari tiga
buah aset; saham biasa dari Michael Enterprise, bunga dari sebuah
BAB 7 : Analisa Sekuritas Berpendapatan Tetap
Financial Planning Standards Board Indonesia
115

sumur minyak, dan sebuah lukisan asli dari seorang pelukis terkenal.
Saham dalam Michael Enterprise; diperkirakan memberikan dividen
Rp.3.000.000 per tahun untuk waktu tidak terbatas.
Sumur minyak; diperkirakan memberikan arus kas Rp.20.000.000
pada akhir tahun pertama, Rp.40.000.000 pada akhir tahun kedua, dan
Rp.100.000.000 pada akhir tahun keempat, sebelum sumur itu dijual
kembali.
Lukisan; diperkirakan dapat laku dijual dalam 5 tahun untuk harga
Rp.850.000.000

Waktu (timing)

Pada saat membuat estimasi arus kas, kita harus menentukan dengan
jelas waktu penerimaan dari arus kas tersebut, kebanyakan analis
menggunakan batasan akhir tahun sebagai waktu penerimaan arus
kas.

Tingkat hasil investasi yang diharapkan (required return)

Risiko dalam hal ini adalah kemungkinan hasil yang diharapkan tidak
mampu dicapai. Secara umum, semakin besar risiko (atau semakin
tidak pasti pencapaian) sebuah arus kas, maka semakin kecil nilai aset
tersebut.

Nilai dari sebuah aset adalah merupakan nilai sekarang (present


value) dari keseluruhan arus kas dimasa depan yang diharapkan
mampu disediakan oleh sebuah aset setelah melalui sejumlah periode
waktu tertentu. Dimana, periode waktu ini bisa dibawah satu tahun
atau tidak terbatas.

Melanjutkan contoh dari penilaian yang dilakukan oleh Cenlia


sebelumnya, maka penilaian ketiga aset tersebut adalah sebagai
berikut.

BAB 7 : Analisa Sekuritas Berpendapatan Tetap


Financial Planning Standards Board Indonesia
116

Penilaian aset.

Aset Arus kas, CF Pengembalian Penilaian Formula


yg
diharapkan
Required re-
turn (%)
Saham Rp.3.000.000/ 12 Vo = Rp.3jt x (PVIFA12%,º) PVIFA =
Michael thn = Rp.25jt 1
Entp
i
Sumur min- Thn CFt 20 Vo = (Rp.20jt x (PVIF20%,1)) +
yak 1 Rp.20jt (Rp.40jt x (PVIF20%,2)) + PVIF =
2 Rp.40jt (Rp.100jt x (PVIF20%,4)) 1
3 Rp.0 = Rp.92.669.753,09
4 Rp.100jt (1 + i) n
Lukisan Rp.850jt tahun 15 V0 = Rp.850jt x (PVIF15%,5) PVIF =
kelima = Rp.422.600.225 1
(1 + i) n

2.2 Penilaian Obligasi

Nilai dari obligasi adalah merupakan nilai sekarang dari pembayaran


kontraktual dari penerbitnya yang wajib dilakukan hingga tanggal jatuh
tempo. Maka, nilai sebuah obligasi, B0, yang membayar bunga tahunan,
I, yang mempunyai n tahun hingga jatuh tempo, dengan M Rupiah nilai
par adalah sebagai berikut ;

n 1    1 
B0 = I  ∑ 

+ M 
 atau = (I (PVIFAKd,t) + (M (PVIFKd,t)
  t =1 (1 + kd )t    (1+ kd )
t


1
1 −
PVIFAKd,t = (1+i)n
i

Contoh,
Sebuah korporasi menerbitkan obligasi dengan nilai par sebesar
Rp.10.000.000, mempunyai bunga kupon 10% yang dibayar secara
tahunan, dengan masa berlaku obligasi 10 tahun. Nilai obligasi
tersebut adalah sebesar ;

B0 = (Rp.1jt (PVIFA10%,10) + (Rp.10jt (PVIF10%,10)


= Rp.10.000.000

BAB 7 : Analisa Sekuritas Berpendapatan Tetap


Financial Planning Standards Board Indonesia
117

2.3 Yield to Maturity

Investor sering memperhatikan yield to maturity pada saat mereka


mengevaluasi sebuah obligasi, dimana YTM adalah tingkat
pengembalian yang dihasilkan oleh seorang investor jika ia membeli
sebuah obligasi pada satu harga yang spesifik, B0, dan memegang
obligasi tersebut hingga jatuh tempo.
M − B0
i +
n
YTM = M + B0
2

Dimana,
i = suku bunga (interest)
M = nilai par
B0 = Nilai obligasi terkini
N = jumlah tahun hingga jatuh tempo

Contoh,
Sebuah obligasi dijual pada harga Rp.10.800.000, nilai par sebesar
Rp.10.000.000, mempunyai bunga kupon 10% yang dibayar secara
tahunan, dengan masa berlaku obligasi 10 tahun.

Maka dapat diformulasikan menjadi ;


Rp.10.800.000 = Rp.1.000.000 x (PVIFAkd,10) + Rp.10.000.000 x (PVIFkd,10)

Dengan menggunakan formula perkiraan YTM, kita memperoleh hasil ;

Rp.10 jt − Rp.10,8 jt = 8,846%


Rp.1 jt +
10
Rp.10 jt + Rp.10,8 jt
2

Interpolasi
Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat, kita dapat menggunakan
metode interpolasi sebagai berikut ;
Langkah 1:
Temukan perbedaan antara nilai obligasi,B0, pada bunga 8% dan 9%.
Perbedaannya adalah sebesar Rp.700.250,51 (Rp.11.342.016 –
Rp.10.641.765,77)
Langkah 2 :
Temukan perbedaan absolut antara nilai sekarang Rp.10,8 juta dan nilai
yang diasosiasikan dengan suku bunga diskonto terendah.
BAB 7 : Analisa Sekuritas Berpendapatan Tetap
Financial Planning Standards Board Indonesia
118

Perbedaannya adalah sebesar Rp.542.016,28 (Rp.11.342.016 –


Rp.10.800.000)
Langkah 3:
Bagi nilai dari langkah 2 dengan nilai dari langkah 1. Kita memperoleh
hasil 0,774
Langkah 4:
Kalikan nilai dari langkah 3 dengan 1% (9%-8%), sehingga diperoleh
hasil 0,77%
Langkah 5:
Tambahkan nilai dari langkah keempat dengan tingkat bunga yang
diasosiasikan oleh tingkat bunga terendah. Hasil akhirnya kita
memperoleh 8,77% yang merupakan yield to maturity.

2.4 Durasi Obligasi

Pada tahun 1938 Frederick R. Macaulay, mendefinisikan durasi sebagai


waktu rata-rata tertimbang untuk mengembalikan pembayaran bunga
dan pokok hutang dalam hubungannya terhadap harga pasar terkini dari
obligasi.

Modifikasi durasi Macaulay adalah untuk mengukur sensitifitas harga


sebuah obligasi terhadap perubahan tingkat suku bunga.

Contoh,
Obligasi dengan bunga kupon 4% per tahun, dengan nilai par
Rp.10.000.000, YTM sebesar 8% dengan umur obligasi 10 tahun.

Tahun (t) Arus kas (CF) PVIF0,08 PV dari CF PV sebagai % t x (PV sbg %)
1 400 000,00 0,9259 370 370,37 0,051 0,051
2 400 000,00 0,8573 342 920,00 0,047 0,094
3 400 000,00 0,7938 317 520,00 0,043 0,130
4 400 000,00 0,7350 294 000,00 0,040 0,161
5 400 000,00 0,6806 272 240,00 0,037 0,186
6 400 000,00 0,6302 252 080,00 0,034 0,207
7 400 000,00 0,5835 233 400,00 0,032 0,223
8 400 000,00 0,5403 216 120,00 0,030 0,236
9 400 000,00 0,5002 200 080,00 0,027 0,246
10 10 400 000,00 0,4632 4 817 280,00 0,658 6,585
7 316 010,37 1,000 8,118

Maka durasi dari obligasi ini adalah sebesar 8,118 tahun.

***

BAB 7 : Analisa Sekuritas Berpendapatan Tetap


Financial Planning Standards Board Indonesia
119

BAB 8
PENGENALAN INSTRUMEN DERIVATIF

Isi Bab

1. Waran (Warrant)
1.1 Karakteristik Dasar dari Waran
2.1 Nilai Waran

2. Opsi (Option)
2.1 Calls dan Puts
2.2 Transaksi Option
- Call Option
- Put Option

3. Kontrak Berjangka (Futures Contract)


3.1 Para Lindung Nilai dan Spekulator
3.2 Perbedaan Kontrak Berjangka dan Option
3.3 Bursa Berjangka di Indonesia

4. Sewa (Leasing)
4.1 Bentuk Dasar Penyewaan
- Sewa Operasi
- Sewa Finansial atau Kapital
4.2 Keputusan Sewa atau Beli

BAB 8 : Pengenalan Instrumen Derivatif


Financial Planning Standards Board Indonesia
120

1. Waran

Pembelian waran saham memberikan kepada pemegangnya hak untuk


membeli sejumlah saham biasa pada satu level harga tertentu untuk satu
periode waktu. Pemegang waran tidak mendapatkan pendapatan apapun
dari waran yang dimilikinya hingga waran tersebut digunakan atau dijual.

1.1 Karakteristik Dasar dari Waran

1.1.1 Waran sebagai pemanis

Waran sering dicantumkan oleh penerbit hutang sebagai pemanis atau


nilai tambah dari instrumen hutang itu sendiri.

1.1.2 Harga Eksekusi

Adalah merupakan harga dimana pemegang waran dapat membeli


sejumlah saham dengan mengeksekusi waran yang dimilikinya. Harga
eksekusi ini biasanya lebih tinggi 10%-20% dari harga saham
perusahaan penerbit waran pada saat waran itu dikeluarkan. Dengan
kata lain, pemegang waran sebaiknya mengeksekusi haknya lewat
waran mereka nanti pada saat harga saham terkait lebih tinggi dari
pada harga eksekusi waran, karena jika tidak mereka dapat membeli
saham yang sama dengan harga yang lebih murah di pasar sekunder.

1.1.3 Umur Waran

Umur waran biasanya tidak lebih dari 10 tahun, walaupun ada juga
waran yang tidak mempunyai batasan umur. Tidak sama halnya
dengan efek konversi (convertible securities), waran tidak dapat
ditebus oleh penerbitnya.

1.1.4 Perdagangan Waran

Pemegang obligasi dapat menjual warannya tanpa harus menjual efek


dimana waran itu disertakan. Perdagangan waran yang marak terjadi
di sejumlah bursa dunia, salah satunya yang paling populer adalah
American Stock Exchange (AMEX).

1.1.5 Perbedaan Waran dan Right

Umur dari right tidak lebih dari beberapa bulan saja; sementara waran
bisa dieksekusi walaupun setelah lewat beberapa tahun.
BAB 8 : Pengenalan Instrumen Derivatif
Financial Planning Standards Board Indonesia
121

Pada saat penerbitan right, harga subscription dari right tersebut


berada di bawah dari nilai pasar dari saham yang disertainya pada saat
itu; sementara waran biasanya diterbitkan dengan harga eksekusi
10%-20% di atas harga pasar saham yang disertainya saat itu.

1.1.6 Harga Keseluruhan dari Waran yang Disertakan

Pada saat sebuah waran melekat pada sebuah obligasi, maka harga
murni dari waran yang disertakan yang merupakan harga yang efektif
dibayar untuk setiap waran yang menyertai obligasi tersebut, dapat
dihitung dengan cara ;

Harga keseluruhan dari waran yang disertakan = harga obligasi


dengan penyertaan waran – nilai obligasi

Kita menggunakan formula perhitungan penilaian obligasi untuk


mencari nilai obligasi. Membagi harga keseluruhan dari waran yang
disertakan dengan jumlah waran kita akan memperoleh nilai dari
setiap waran.

Contoh,
Marine Enterprise menerbitkan sebuah obligasi dengan par
Rp.10.000.000, bunga kupon 10,5% yang dibayar per tahun selama 20
tahun, mempunyai 20 waran yang disertakan untuk membeli saham
dari perusahaan penerbit obligasi tersebut. Obligasi ini dijual pada
harga par.

Sewaktu obligasi ini diterbitkan, obligasi dengan karateristik yang


sama di pasar memberikan yield sebesar 12%. Maka nilai obligasi
Marine Enterprise adalah sama dengan nilai sekarang dari arus kas
masuk yang diskontokan pada bunga 12%.

Tahun Pembayaran PVIF 12% Nilai Sekarang


1-20 Rp.1.050.000 7,469 a Rp.7.842.450
20 Rp.10.000.000 0,104 b Rp.1.040.000

Nilai Obligasi Rp.8.882.450

a
perhitungan PVIFA12%,20
b
perhitungan PVIF12%,20

BAB 8 : Pengenalan Instrumen Derivatif


Financial Planning Standards Board Indonesia
122

Harga keseluruhan dari waran yang disertakan = Rp.10.000.000 –


Rp.8.882.450 = Rp.1.117.550 Rp .1 .117 .550
Harga dari setiap waran yang disertakan = 20

= Rp.55.877,5

1.2 Nilai Waran

Seperti halnya efek konversi lainnya, sebuah waran mempunyai nilai


pasar dan nilai teoritis. Selisih dari kedua nilai ini, atau biasa disebut
premium waran, tergantung kepada seberapa besar ekspektasi investor
dan seberapa besar investor mampu mendapatkan keuntungan dari
waran dibanding dengan saham yang disertainya.

1.2.1 Nilai Teoritis dari Sebuah Waran

Nilai teoritis dari sebuah waran adalah pada level harga berapa sebuah
waran seharusnya dijual di pasar.

Nilai teoritis waran TVW = (P0 – E) x N

Dimana,
P0 = nilai pasar dari saham biasa
E = harga eksekusi dari waran
N = jumlah saham biasa yang dapat dibeli dengan satu lembar waran

Contoh,
Merci Corporation mempunyai waran yang beredar dengan harga
eksekusi Rp.4.000 per lembar dengan perincian satu lembar waran
mempunyai hak membeli 3 lembar saham biasa. Saham biasa dari
Merci Corporation dijual saat ini pada harga Rp.4.500 per lembar.
Maka waran dari Merci Corporation itu seharusnya dijual di pasar
pada harga ;

TVW Merci Corporation = (Rp.4.500 – Rp.4.000) x 3


= Rp.1.500

BAB 8 : Pengenalan Instrumen Derivatif


Financial Planning Standards Board Indonesia
123

2. Option

Option dapat dilihat sebagai sebuah instrumen yang menyediakan kepada


pemegangnya sebuah kesempatan untuk membeli atau menjual sebuah aset
tertentu pada satu satuan harga tertentu pada atau sebelum tanggal jatuh
tempo. Tiga bentuk dasar dari option adalah rights, waran dan calls-puts.

2.1 Calls dan Puts

Call option adalah sebuah kontrak yang memberikan hak kepada


pemiliknya untuk membeli (call) saham dalam jumlah tertentu dari
perusahaan tertentu penerbit option tersebut pada sebuah satuan harga
tertentu pada kapan saja hingga dan termasuk satu tanggal akhir
tertentu.

Sebuah kontrak call option paling sedikit memuat informasi sebagai


berikut ;
• perusahaan yang mana sahamnya dapat dibeli
• jumlah lembar saham yang dapat dibeli
• harga beli dari saham tersebut, disebut juga harga eksekusi
(exercise or striking price)
• tanggal dimana kontrak ini habis masa berlakunya, disebut juga
expiration date.

Put option adalah sebuah kontrak yang memberikan hak kepada


pemiliknya untuk menjual sejumlah tertentu saham dari sebuah
perusahaan tertentu pada satu satuan harga tertentu kapan saja hingga
dan termasuk satu tanggal tertentu.

Sebuah kontrak put option sedikitnya memuat informasi sebagai


berikut ;
• perusahaan yang mana sahamnya dapat dijual
• jumlah lembar saham yang dapat dijual
• harga jual dari saham tersebut, disebut juga harga eksekusi
(exercise or striking price)
• tanggal dimana kontrak ini habis masa berlakunya, disebut juga
expiration date.

2.2 Transaksi Option

- Call Option

Motivasi yang paling umum yang mendasari pembelian call option


BAB 8 : Pengenalan Instrumen Derivatif
Financial Planning Standards Board Indonesia
124

adalah adanya perkiraan bahwa harga pasar dari saham bersangkutan


akan naik secara signifikan yang mana kenaikan harga tersebut cukup
untuk menutupi biaya pembelian option sehingga mengeksekusi call
option menjadi satu alternatif yang menguntungkan.

Contoh,
Asumsikan Pan membayar Rp.25.000 untuk 3 bulan call option dari
Flyover Enterprise pada harga Rp.5.000. Kontrak ini menyatakan
bahwa dengan membayar Rp.25.000, maka Pan digaransi dapat
membeli 100 lembar saham Flyover Enterprise pada harga Rp.5.000
dalam kurun waktu 3 bulan.

Saham tersebut harus naik sebesar Rp.250 per lembar (Rp.25.000 /


100) menjadi Rp.5.250 untuk menutupi biaya dari kontrak option
tersebut (dengan mengabaikan biaya broker atau dividen). Jika harga
saham naik hingga Rp.6.000 per lembarnya, maka keuntungan bersih
Pan adalah sebesar Rp.75.000, [{(100 saham x Rp.6.000)-(100 saham
x Rp.5.000)}-Rp.25.000]

Sebaliknya jika harga saham Flyover Enterprise tidak mampu naik


hingga melewati level harga Rp.5.000 per lembar, maka tidak ada
alasan bagi Pan untuk mengeksekusi kontrak option-nya, sebab dia
bisa membeli saham yang sama dengan harga yang lebih murah di
pasar.
Kecuali saham Flyover Enterprise bergerak dalam kisaran harga
Rp.5.000 – Rp.5250 per lembar, besar kemungkinan Pan bisa
mengeksekusi kontrak option yang dimilikinya guna mengurangi
tingkat kerugian yang diderita menjadi lebih kecil dari Rp.250.000

- Put Option

Sebuah kontrak put option dibeli dengan perkiraan bahwa harga


saham yang menjadi objek kontrak tersebut akan turun sepanjang
masa berlaku kontrak put option tersebut. Pembeli dari kontrak put
option biasanya sedang memiliki saham terkait dan ingin melindungi
keuntungan yang telah ada (floating profit) dari selisih harga beli dan
harga pasar sekarang dari saham tersebut.

Dengan membeli kontrak put option mereka dapat mengunci


keuntungan mengambang tersebut karena dengan memiliki kontrak
ini memungkinkan mereka untuk menjual saham pada satu level harga
yang telah ditentukan sebelumnya.

BAB 8 : Pengenalan Instrumen Derivatif


Financial Planning Standards Board Indonesia
125

Contoh,
Asumsikan bahwa Dunne membayar Rp.32.500 untuk sebuah kontrak
put option dengan durasi 6 bulan dari Divine Corporation, pada harga
eksekusi Rp.4.000. Dengan membayar sebesar Rp.325.000, Dunne
memastikan bahwa dia dapat menjual 100 saham Divine Corporation
pada harga Rp.4.000 per lembarnya kapan saja hingga 6 bulan
kedepan.

Harga saham tersebut harus jatuh sebesar Rp.325 per lembarnya


(Rp.32.500 / 100) menjadi Rp.3.675 untuk menutupi biaya kontrak
put option tersebut (dengan mengabaikan biaya broker atau dividen).

Jika harga saham Divine Corporation jatuh hingga mencapai level


harga Rp.3.000 per lembar, maka keuntungan yang dibukukan oleh
Dunne adalah Rp.67.500, [{(100 saham x Rp.4.000)-(100 saham x
Rp.3.000)}]

3. Kontrak Berjangka (Futures Contract)

3.1 Para Lindung Nilai dan Spekulator

Ada dua jenis individu yang meramaikan proses perdagangan di pasar


berjangka, mereka yaitu para spekulator yang membeli dan menjual
kontrak berjangka dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan dari
selisih harga terakhir di pasar dan harga awal dari kontrak tersebut.
Individu jenis ini biasanya bukan produsen dan bukan pula konsumen
dari produk yang diperdagangkan di pasar bursa berjangka. Mereka
semata-mata adalah orang yang mencari keuntungan dari selisih dua
harga.

Sementara jenis peserta pasar yang kedua adalah para lindung nilai
(hedger) yang membeli dan menjual kontrak berjangka untuk
mengurangi risiko posisi mereka di pasar spot. Kebanyakan dari para
lindung nilai ini adalah produsen atau konsumen dari produk atau aset
yang diperdagangkan di bursa berjangka tersebut.

3.2 Perbedaan Kontrak Berjangka dan Option

Sering terjadi kekeliruan atau kebingungan untuk membedakan kontrak


berjangka dan kontrak option. Pada sebuah kontrak option, ada
kemungkinan bahwa kedua belah pihak yang terlibat dalam persetujuan
kontrak tersebut tidak harus melakukan sesuatu pada akhir dari kontrak
BAB 8 : Pengenalan Instrumen Derivatif
Financial Planning Standards Board Indonesia
126

option tersebut. Sebaliknya dalam sebuah kontrak berjangka, kedua


belah pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut harus melakukan
sesuatu pada akhir dari kontrak tersebut. Kedua belah pihak harus
menyelesaikan kontrak tersebut, apakah dengan melakukan pertukaran
perdagangan (reversing trade) atau dengan melakukan pengiriman
barang sesuai dengan kontrak berjangka tersebut.

3.3 Bursa Berjangka di Indonesia

Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) atau Jakarta Futures Exchange (JFX)


adalah lembaga resmi yang menyediakan sarana untuk perdagangan
kontrak berjangka di Indonesia.

Sedikitnya Bursa Berjangka Jakarta mempunyai 4 macam produk yang


aktif diperdagangkan yaitu; (1) emas, (2) minyak sawit, (3) kontrak gulir
emas, dan (4) kontrak gulir index emas. Dengan tambahan produk
kontrak berjangka lainnya seperti kontrak Index Hang Seng 33, kontrak
Index Nikkei 225, kontrak Index Kospi 200, kontrak mata uang Dollar
Amerika dan Jepang, serta kontrak Crude Palm Oil (CPO)

Bursa Berjangka Jakarta adalah lembaga yang memberikan jaminan


kepada para pelaku pasar kontrak berjangka perihal keamanan
perdagangan dan kepastian proses transaksi meliputi juga kepastian
pengiriman barang pada akhir dari sebuah kontrak.

4. Sewa (Leasing)

Penyewaan seperti halnya hutang jangka panjang, memungkinkan sebuah


perusahaan untuk menggunakan sejumlah aktiva tetap dalam sebuah kontrak
penyewaan dengan melakukan pembayaran secara periodik kepada pemilik
dari aset tersebut.

Penyewa (lessee) adalah mereka yang menerima service dari aset tersebut
didalam kontrak penyewaan. Pemberi sewa (lessor) adalah pemilik
sebenarnya dari aset yang disewakan.

4.1 Bentuk Dasar Penyewaan

Terdapat dua bentuk dasar penyewaan yang tersedia didunia usaha,


yaitu ;

BAB 8 : Pengenalan Instrumen Derivatif


Financial Planning Standards Board Indonesia
127

- Sewa Operasi

Adalah merupakan sebuah pengaturan secara kontraktual dimana


penyewa setuju untuk melakukan pembayaran secara periodik kepada
pemberi sewa, biasanya kurang dari 5 tahun, untuk menggunakan aset
tertentu.

Sistim sewa ini memberikan kemungkinan pembatalan dari pihak


penyewa dengan sangsi pembayaran tertentu untuk pembatalan
penyewaan tersebut.

Aset yang disewakan biasanya mempunyai umur penggunaan yang


lebih panjang dari periode kontrak sewa.

Jika masa penyewaan telah selesai, penyewa wajib mengembalikan


aset yang disewa tersebut kepada pihak pemberi sewa. Pada
umumnya, aset tersebut masih memiliki nilai buku yang positif
sehingga pihak pemberi sewa dapat menyewakannya lagi kepada
penyewa yang lain atau menjualnya. Dalam beberapa kontrak,
pemilik aset memberikan kesempatan kepada penyewa untuk
membeli aset tersebut.

- Sewa Finansial atau Kapital

Adalah satu bentuk sewa yang lebih panjang dibandingkan dengan


periode sewa dari sistim sewa operasi.

Sistim sewa ini tidak dapat dibatalkan, sehingga pihak penyewa wajib
melakukan pembayaran atas penggunaan aset tersebut sepanjang
periode waktu yang telah ditentukan dalam kontrak.

Sistim sewa ini biasanya melibatkan penyewaan atas tanah, bangunan


atau peralatan berat untuk industri.

4.2 Keputusan Sewa atau Beli

Pokok pertimbangan yang mendasari keputusan pengadaan sebuah aset


dalam perusahaan adalah (1) sewa aset tersebut, (2) pinjam sejumlah
dana segar untuk membeli aset tersebut, atau (3) beli aset tersebut
dengan uang yang tersedia sekarang.

Pengambilan keputusan sewa atau beli menggunakan dasar perhitungan


nilai sekarang, dimana melibatkan sejumlah langkah analisa sebagai
BAB 8 : Pengenalan Instrumen Derivatif
Financial Planning Standards Board Indonesia
128

berikut ;
1. Temukan nilai arus kas keluar setelah pajak untuk setiap tahun
dalam alternatif periode sewa aset.
2. Temukan nilai arus kas keluar setelah pajak untuk setiap tahun
dalam alternatif pembelian aset.
3. Hitung nilai sekarang dari kedua arus kas keluar tersebut.
4. Pilih alternatif yang memberikan nilai sekarang paling rendah
yang diperoleh dari langkah perhitungan ketiga.

Contoh,
M&M Corp. membutuhkan pengadaan sebuah mesin dengan total harga
beli Rp.240.00.000. Perusahaan ini mengaplikasikan 40% pajak.

Kondisi alternatif sebagai berikut ;


Sewa. M&M dapat menyewa mesin tersebut dengan melakukan
pembayaran setiap akhir tahun sebesar Rp.60.000.000. Semua biaya
perawatan dari mesin tersebut akan dibebankan kepada pihak pemberi
sewa, sementara biaya asuransi dan biaya lain dibebankan kepada pihak
penyewa. Pihak M&M sebagai penyewa diberikan pilihan untuk dapat
memiliki mesin tersebut pada akhir kontrak sewa dengan membayar
Rp.40.000.000

Beli. Perusahaan dapat membiayai pembelian tersebut dengan bunga


pinjaman 9% per tahun untuk 5 tahun. Dasar perhitungan bunga
tahunan adalah
Rp . 240 . 000 . 000
( PVIFA 9 ù , 5 ) = Rp.61.702.189,67

Mesin ini akan didepresiasikan dengan besaran depresiasi


Rp.48.000.000, Rp.76.800.000, Rp.45.600.000, Rp.28.800.000,
Rp.28.800.000 untuk masing-masing tahun pertama, kedua, ketiga,
keempat dan kelima. Perusahaan juga harus membayar Rp.15.000.000
per tahun untuk biaya yang mencakup perawatan, asuransi dan biaya
terkait lainnya. M&M Corp. berencana untuk tetap menggunakan mesin
tersebut walaupun telah lewat 5 tahun masa depresiasi.

Maka,
Langkah pertama, arus kas keluar setelah pajak adalah sebesar
= Rp.60jt x (1-0,4)
= Rp.36.000.000
Berarti alternatif sewa ini memberikan hasil arus kas keluar sebesar
Rp.36.000.000 setiap tahun untuk 5 tahun, dimana pada tahun kelima
terdapat pilihan tambahan biaya sebesar Rp.40.000.000
BAB 8 : Pengenalan Instrumen Derivatif
Financial Planning Standards Board Indonesia
129

Langkah kedua, menentukan arus kas keluar setelah pajak dari alternatif
beli adalah dengan menentukan dahulu pembayaran bunga dan pokok
pinjaman, yang ditunjukkan dalam tabel berikut ini ;

Bunga dan pokok hutang M&M Corp.


Pembayaran

Akhir Tahun Pinjaman Pokok Awal Tahun Bunga (9%) Pokok Pokok Akhir Tahun

(0,09x(2)) (1)-(3) (2)-(4)


(1) (2) (3) (4) (5)

1 Rp61 702 189,67 Rp240 000 000,00 Rp21 600 000,00 Rp40 102 189,67 Rp199 897 810,33

2 Rp61 702 189,67 Rp199 897 810,33 Rp17 990 802,93 Rp43 711 386,74 Rp156 186 423,59
3 Rp61 702 189,67 Rp156 186 423,59 Rp14 056 778,12 Rp47 645 411,55 Rp108 541 012,04
4 Rp61 702 189,67 Rp108 541 012,04 Rp9 768 691,08 Rp51 933 498,59 Rp56 607 513,46

5 Rp61 702 189,67 Rp56 607 513,46 Rp5 094 676,21 Rp56 607 513,46 Rp0,00

Kolom (3) dan (4) menunjukkan pembayaran bunga dan pokok


pinjaman setiap tahun selama lima tahun.

Selanjutnya untuk menentukan nilai arus kas keluar untuk alternatif


beli, kita melakukan perhitungan sebagai berikut ;

Arus kas setelah pajak

Total Arus Kas Keluar

Akhir Pembayaran Biaya Pengurangan Pajak Setelah Pajak

Tahun Pinjaman Pemeliharaan Depresiasi Bunga (2)+(3)+(4) (0,4 x (5) ((1)+(2))-(6)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Rp 61 702 189,67 Rp 15 000 000,00 Rp 48 000 000,00 Rp 21 600 000,00 Rp 84 600 000,00 Rp 33 840 000,00 Rp 42 862 189,67

2 Rp 61 702 189,67 Rp 15 000 000,00 Rp 76 800 000,00 Rp 17 990 802,93 Rp 109 790 802,93 Rp 43 916 321,17 Rp 32 785 868,50

3 Rp 61 702 189,67 Rp 15 000 000,00 Rp 45 600 000,00 Rp 14 056 778,12 Rp 74 656 778,12 Rp 29 862 711,25 Rp 46 839 478,42

4 Rp 61 702 189,67 Rp 15 000 000,00 Rp 28 800 000,00 Rp 9 768 691,08 Rp 53 568 691,08 Rp 21 427 476,43 Rp 55 274 713,24

5 Rp 61 702 189,67 Rp 15 000 000,00 Rp 28 800 000,00 Rp 5 094 676,21 Rp 48 894 676,21 Rp 19 557 870,48 Rp 57 144 319,19

BAB 8 : Pengenalan Instrumen Derivatif


Financial Planning Standards Board Indonesia
130

Langkah ketiga, melakukan perbandingan nilai sekarang dari arus kas


keluar untuk masing-masing alternatif, yang ditampilkan dalam tabel di
bawah ini ;

Sewa Beli

Akhir Arus Kas Keluar Faktor Nilai Sekarang Arus Kas Keluar Faktor Nilai Sekarang
Tahu
n Setelah Pajak Nilai Sekarang Arus Kas Setelah Pajak Nilai Sekarang Arus Kas

(1) x (2) (4) x (5)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Rp 36 000 000,00 0,943 Rp 33 948 000,00 Rp 42 862 189,67 0,943 Rp 40 419 044,86

2 Rp 36 000 000,00 0,890 Rp 32 040 000,00 Rp 32 785 868,50 0,890 Rp 29 179 422,97

3 Rp 36 000 000,00 0,840 Rp 30 240 000,00 Rp 46 839 478,42 0,840 Rp 39 345 161,87

4 Rp 36 000 000,00 0,792 Rp 28 512 000,00 Rp 55 274 713,24 0,792 Rp 43 777 572,89

5 Rp 76 000 000,00 0,747 Rp 56 772 000,00 Rp 57 144 319,19 0,747 Rp 42 686 806,43

Total nilai sekarang dari Total nilai sekarang dari

arus kas keluar Rp 181 512 000,00 arus kas keluar Rp 195 408 009,02

Langkah keempat. Dengan melihat bahwa hasil perhitungan pada


langkah ketiga, kita mengambil kesimpulan bahwa pilihan penyewaan
terhadap mesin baru tersebut lebih menguntungkan dari pada
melakukan pembelian, sebab pengeluaran dari alternatif sewa
memberikan nilai waktu sekarang yang lebih rendah.

***

BAB 8 : Pengenalan Instrumen Derivatif


Financial Planning Standards Board Indonesia
131

BAB 9
REKSADANA (UNIT TRUSTS)

Isi Bab
1. Reksadana di Indonesia
1.1 Pengertian Reksadana
1.2 Bentuk Reksadana

2. Perpajakan Reksa Dana

3. Nilai Aktiva Bersih (Net Asset Value)

4. Kinerja Reksadana
4.1 Menghitung Kinerja sub-periode
4.2 Menghitung Kinerja periode tertentu—Time Weighted Rate
of Return
4.3 Indeks Kinerja Reksadana
4.4 Kinerja Tolak Ukur (Benchmark)

BAB 9 : Reksadana
Financial Planning Standards Board Indonesia
132

1. Reksadana di Indonesia

Instrumen Reksadana mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1995 yang


dipelopori oleh PT. BDNI Securities yang mengelola PT. BDNI Reksadana.
Hal ini dilakukan seiring dengan diberlakukannya UU no. 8 tahun 1995
tentang Pasar Modal. Walau saat itu ketentuan Reksadana baru sebatas
membolehkan Reksadana berbentuk PT. Reksadana yang dikeluarkan
pertama kali oleh PT. BDNI Securities merupakan Reksadana yang bersifat
tertutup dimana dimana setelah melakukan penawaran umum, transaksi jual-
beli saham Reksadana tersebut dilakukan melalui bursa, seperti layaknya
perusahaan publik.

Mulai tahun 1996, industri Reksadana terus berkembang dengan


dikeluarkannya peraturan pelaksanaan tentang Reksadana berbentuk
Kontrak Investasi Kolektif oleh Bapepam. Pada tahun itu juga, Reksadana
terbuka (open-end) pertama kali ditawarkan ke publik yang dipelopori oleh
PT. Danareksa.

1.1 Pengertian Reksadana

Reksadana berasal dari kosa kata ‘reksa’ yang berarti ‘jaga’ atau
‘pelihara’ dan kata ‘dana’ yang berarti ‘(kumpulan) uang’. Sehingga
Reksadana dapat diartikan ‘kumpulan uang yang dipelihara (bersama
untuk suatu kepentingan)’.

Menurut UU Pasar Modal, reksadana adalah ‘wadah yang digunakan


untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan (kembali) dalam portofolio efek oleh manajer investasi’.
Dana dapat ditambahkan ‘dimana kekayaan bersama milik pemodal
akan disimpan dan diadminsitrasikan oleh bank kastodian’.

Dengan memakai istilah ‘wadah’ jelaslah bahwa reksadana adalah suatu


bentuk hukum yang terpisah dari perusahaan manajer investasi ataupun
bank kustodian. Jadi reksadana bukanlah suatu perusahaan efek, namun
suatu wadah hukum untuk menghimpun dana.

Kemudian istilah masyarakat pemodal yang menegaskan bahwa dana


yang dihimpun adalah dari masyarakat yang diharapkan menempatkan
dananya sebagai modal, bukan sebagai simpanan. Modal mengandung
konotasi berjangka panjang dan pokok (modal) tersebut tidak segera
ditarik kembali.

Menurut UU Pasar Modal, dana tersebut akan diinvestasikan kedalam


BAB 9 : Reksadana
Financial Planning Standards Board Indonesia
133

portofolio efek, yaitu kumpulan surat berharga yang dimiliki oleh suatu
pihak. Manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya
mengelola portofolio efek untuk para klien atau mengelola portofolio
investasi kolektif untuk sekelompok klien. Sedangkan bank kustodian
adalah bank yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lainnya
yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen,
bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili
pemegang rekening yang menjadi kliennya.

Pembentukan portofolio efek melalui reksadana dapat dilihat pada


gambar dibawah ini :

Deposito

Unit Penyertaan surat-surat berharga


Surat Berharga
Pemodal Manajer

dana dana Obligas

Saham

Gambar berikut merupakan contoh mekanisme investasi reksadana

Investasi Klien

Transaksi:pembukaan Rekening
formulir aplikasi & setoran
Agen

Konfirmasi alokasi Rekening Reksadana


& Unit Penyertaan
Manajer Investasi
Bank Kustodian

BAB 9 : Reksadana
Financial Planning Standards Board Indonesia
134

1.2 Bentuk Reksadana

Berdasarkan struktur lembaga, reksadana dibedakan menjadi reksadana


berbentuk Perseroan dan reksadana berbentuk Kontrak Investasi
Kolektif.

Reksadana berbentuk perseroan menerbitkan saham yang dapat dibeli


oleh pemodal atau investor. Dengan memiliki saham perseroan tersebut,
investor mempunyai kepemilikan atas perseroan tersebut. Sedangkan
reksadana KIK tidak menerbitkan saham, tetapi menerbitkan Unit
Penyertaan. Dengan memiliki unit penyertaan reksadana KIK, investor
juga mempunyai kepemilikan atas kekayaan bersih reksadana tersebut.

Dari sifat operasionalnya, reksadana di Indonesia dibedakan antara


reksadana terbuka (open-end) dan reksadana tertutup (closed-end).
Didalam reksadana tertutup, pengelola perseroan reksadana, seperti
halnya perusahaan lain, melakukan emisi saham dan dana hasil emisi
tersebut kemudian digunakan untuk membeli saham, obligasi, ataupun
sekuritas lainnya. Investor yang membeli saham perseroan reksadana
dapat memperjual-belikan saham tersebut di pasar sekunder dengan
harga sesuai dengan permintaan dan penawaran saat transaksi.
Sementara itu dalam reksadana terbuka, perseroan reksadana/
Reksadana dapat membeli saham/ Unit Penyertaan dan menjual di pasar
sekunder atau menjual kembali perusahaan Reksadana yang
mengeluarkannya dengan harga beli sesuai dengan nilai aktiva
bersihnya.

2. Perpajakan Reksa Dana

Dalam Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor : SE-18/PJ.42/1996


tertanggal 30 April 1996, Pemerintah mengatur tentang Pajak Penghasilan
Atas Usaha Reksa Dana sebagai berikut:

Perpajakan Reksa Dana Berbentuk KIK

Pada Reksa Dana berbentuk KIK, bagian laba dari Reksa Dana termasuk
pelunasan kembali Unit Penyertaan yang diterima pemilik adalah bukan
objek Pajak Penghasilan (PPh). Keringanan ini dimaksudkan pemerintah
untuk lebih menggairahkan Reksa Dana di Indonesia.

BAB 9 : Reksadana
Financial Planning Standards Board Indonesia
135

Uraian Perlakuan PPh Dasar Hukum


• Dividen PPh tariff umum Pasal 4 (1) UU PPh
• Bunga Obligasi Bukan Objek PPh Pasal 3 (3) hrf I UU PPh
• Bunga Deposito PPh final 15% PP 51 tahun 1994
• Capital Gain Sahan di Bursa PPh final 0,1% PP 41 tahun 1994
• Surat Hutang Lainnya PPh tarif umum Pasal 4 (I) UU PPh
Bagian laba termasuk pelurusan
kembali antar unit penyertaan yang Bukan objek PPh Pasal 4 (3) hrf h UU PPh
diterima oleh pemegang unit

Catatan: bunga obligasi dan capital gain obligasi bukan obyek PPh selama 5
tahun pertama sejak Reksadana berbentuk KIK dikeluarkan.

3. Nilai Aktiva Bersih (Net Asset Value)

Sebuah konsep yang penting dalam memahami operasi dari sebuah


reksadana adalah nilai aktiva bersih (net asset value).

MVt − LIABt
NAVt = NSOt
Dimana,
MVt = nilai pasar (market value) dari investasi perusahaan pada waktu t
LIABt = jumlah hutang (liabilities) perusahaan pada waktu t
NSOt = jumlah saham yang beredar (number of share outstanding) pada
waktu t

Contoh,
Sebuah perusahaan investasi memiliki 4.000.000 saham yang beredar,
dimana aset ini dalam bentuk saham biasa dengan total harga pasar sebesar
Rp.1.020.000.000, hutang perusahaan berjumlah Rp.200.000.000 per
tanggal 20 November. Maka NAV sebesar Rp.205

(Rp .1 .020 .000 .000 − Rp .200 .000 .000 )


= 4 .000 .000

Nilai ini dapat berubah setiap hari sebab ketiga faktor pembentuk nilai ini
berubah pula setiap hari.

BAB 9 : Reksadana
Financial Planning Standards Board Indonesia
136

4. Kinerja Reksadana

Sumber informasi utama dalam pengukuran kinerja reksadana adalah Nilai


Aktiva Bersih per unit penyertaan (NAB/Unit) atau harga per unit yang
selalu dipublikasikan di harian bisnis. Perubahan aset (NAB) bukan
merupakan indikator kinerja, karena adanya faktor masuk-keluarnya dana
investor.

Lamgkah pertama dalam mengukur kinerja reksadana adalah dengan


menentukan periode pengukuran yang dapat dilakukan secara harian,
mingguan atau bulanan. Pengunaan periode harian merupakan periode yang
paling tepat karena pengaruh dividen dapat diperhitungkan secara tepat.

4.1 Menghitung Kinerja Sub-periode

Kinerja setiap sub-periode dihitung berdasarkan formula pendekatan


berikut:

NAt – Nat-1 + Pk
Kinerja sub periode = Nat-1 – (PKxF)

Dimana:
Nat = NAB/Unit akhir minggu ini
Nat = NAB/Unit akhir minggu sebelumnya
Pk = Pembagian keuntungan per unit
F = 0,5 yang mengasumsikan bahwa pembagian uang tunai dilakukan
pada pertengahan periode mingguan.

4.2 Menghitung Kinerja periode tertentu

Setelah kinerja per sub-periode mingguan dihitung, selanjutnya dapat


dihitung kinerja untuk periode tertentu, misalkan periode 4 mingguan
(bulanan), periode 52 mingguan (tahunan) dan untuk seluruh periode
dari sejak awal hingga akhir periode pengukuran.

Dalam menghitung kinerja historis suatu periode tertentu, harus


menggunakan metode yang disebut time-weighted rate of return.
Formulanya adalah sebagai berikut:

BAB 9 : Reksadana
Financial Planning Standards Board Indonesia
137

Kinerja periode = (HPR1 x HPR2 x HPR3 x …x HPRn) -1

Dimana:
HPRn = Kinerja sub periode ke n + 1

HPR1 hingga HPRn adalah holding period return dari sub-periode 1


hingga periode ke-n dan kinerja sub peridoe ke n merupakan hasil
perhitungan kinerja untuk setiap periode dari formula sub periode.

Perhitungan dimulai dengan menghitung kinerja masing-masing sub-


periode dalam contoh ini diasumsikan bahwa pembagian keuntungan
dilakukan pada akhir sub-periode, sehingga Nilai F pada formula sub-
periode menjadi 0. Kemudian hitung HPR untuk masing-masing sub-
periode dengan menambahkan kinerja sub-perode dengan 1.
Sebagai contoh, perhatikan tabel dibawah ini.

Reksadana dengan pembagian dividen

Kinerja/sub-
Tanggal NAV/Unit Dividen/Unit periode HPR
1 Januari 2000 1,000.00 -
30 Juni 2000 1,150.00 50.00 20.00% 1.200
30 Desember 2000 1,000.00 50.00 -8.70% 0.913
1 Januari 2001 1,002.00 - 0.20% 1.002
30 Juni 2001 950.00 - -5.19% 0.948
30 Desember 2001 1,050.00 25.00 13.16% 1.132
1 Januari 2002 1,055.00 - 0.48% 1.005
30 Juni 2002 1,100.00 25.00 6.64% 1.066
30 Desember 2002 1,150.00 50.00 9.09% 1.091
1 Januari 2003 1,155.00 - 0.43% 1.004
30 Juni 2003 1,250.00 50.00 12.55% 1.126
30 Desember 2003 1,300.00 50.00 8.00% 1.080
Total Dividen 300.00 total HPR 1.681
Total Kinerja 68.1%

Jika kinerja sub-periode adalah 20% maka HPR = 0,2 + 1 = 1,2.


Jika kinerja sub-periode adalah -8,7% maka HPR = -0,087 + 1 = 0,913.

BAB 9 : Reksadana
Financial Planning Standards Board Indonesia
138

Setelah diketahui HPR masing-masing periode, maka dapat dihitung


total HPR dengan mengalikan (bukan menjumlahkan) masing-masing
sub-periode. Dari contoh diatas, diperoleh total HPR sebesar 1,681.
Untuk menghitung total kinerja selama seluruh periode, kurangkan total
HPR dengan 1, sehingga didapat total kinerja 1,681 – 1 = 0,681. Dalam
persentase, kalikan 0,681 dengan 100%, maka didapat 68,1%.

Reksadana yang memberikan keuntungan dan yang tidak memberikan


keuntungan harus menghasilkan kinerja yang sama.

Reksadana tanpa pembagian dividen


Tanggal NAV/Unit Dividen/Unit Kinerja/sub-periode HPR
1 Januari 2000 1,000.00 -
30 Juni 2000 1,200.00 - 20.00% 1.200
30 Desember 2000 1,095.60 - -8.70% 0.913
1 Januari 2001 1,097.84 - 0.20% 1.002
30 Juni 2001 1,040.87 - -5.19% 0.948
30 Desember 2001 1,177.83 - 13.16% 1.132
1 Januari 2002 1,183.43 - 0.48% 1.005
30 Juni 2002 1,261.96 - 6.64% 1.066
30 Desember 2002 1,376.70 - 9.09% 1.091
1 Januari 2003 1,382.67 - 0.43% 1.004
30 Juni 2003 1,556.23 - 12.55% 1.126
30 Desember 2003 1,680.75 - 8.00% 1.080
Total Dividen - total HPR 1.681
Total Kinerja 68.1%

Dari tabel diatas, dimana reksadana tidak pernah membagikan dividen,


NAB/Unit akan meningkat dari Rp.1000 pada awal periode menjadi
Rp.1,680.75 atau peningkatan sebesar 68,08%. Sementara seandainya
reksadana tersebut membagikan dividen, seperti pada tabel sebelumnya,
walaupun NAB/Unit pada akhir periode adalah Rp.1,300, kinerja yang
dihasilkan adalah sama.

4.3 Indeks Kinerja Reksadana

Penggunaan Indeks Kinerja dimaskudkan untuk kebutuhan presentasi


kinerja dalam bentuk grafik dan perbandingan dengan suatu tolak ukur.
Secara umum indeks dimulai dengan 100. Indeks 100 akan dimulai
bersamaan dengan dilakukannya penawaran umum Reksadana, sehingga
pada saat NAB/Unit Reksadana awal mulai dengan Rp.1,000 merupakan
ekuivalen dengan indeks 100. Selanjutnya perubahan naik-turunnya
indeks akan sesuai dengan perubahan naik-turunnya kinerja reksadana.

Sebagai contoh, jika NAB/Unit pada awal periode adalah Rp.1,000 dan

BAB 9 : Reksadana
Financial Planning Standards Board Indonesia
139

pada akhir periode menjadi Rp.1,200 (tanpa pembagian dividen), maka


kinerja reksadana tersebut adalah 20%. Jika indeks kinerja awal 100,
maka indeks kinerja pada akhir periode menjadi 120—kenaikan 20%.
Untuk periode berikutnya dihitung berdasarkan nilai indeks akhir
periode menjadi nilai indeks awal. Jadi, jika periode selanjutnya NAB/
Unit kembali naik menjadi Rp.1,320, maka kinerja untuk periode
tersebut adalah 10%. Indeks kinerja Reksadana juga akan naik 10%, dari
120 menjadi 132.

Formula yang digunakan untuk perhitungan indeks kinerja adalah:

Indeks Kinerja n = Indeks Kinerja n-1 x (1 + Kinerja sub-periode ke n)

Dimana: n-1 adalah periode sebelumnya.

4.4 Kinerja Tolak Ukur (Benchmark)

Pada pasar investasi yang telah berkembang, terdapat suatu indeks pasar
untuk masing-masing jenis instrumen investasi. Di Indonesia, khususnya
untuk pasar saham, indeks yang sudah kita kenal adalah Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Jakarta.
Ada indeks harga saham lain seperti LQ-45 atau Bisnis 40. Indeks
saham diatas saat ini sering dijadikan sebagai tolak ukur atau
pembanding dari suatu kinerja portofolio saham atau reksadana saham.

Sementara untuk instrumen obligasi, Bursa Efek Surabaya sudah


mengeluarkan indeks obligasi. Namun, karena likuiditas yang masih
rendah, dan banyaknya perdagangan yang masih dilakukan diluar bursa
(over the counter), masih sulit menentukan harga pasar yang wajar dari
suatu obligasi, sehingga indeks obligasi yang diharapkan masih belum
sepenuhnya mencerminkan kinerja pasar obligasi. Namun demikian,
perkembangan di akhir tahun 2003 mewajibkan bagi semua pejual atau
pembeli obligasi untuk melaporkan transaksinya ke Bursa Efek Jakarta,
sehingga jumlah traksaksi yang tercatat meningkat yang tadinya hanya
berkisar 10-17%, saat ini (2004), jumlahnya berada dikisaran 70-80%.
Oleh karenanya saat ini indeks tersebut bisa digunakan sebagai tolak
ukur untuk Reksadana Pendapatan Tetap yang berorientasi obligasi.

Maksud penggunaan tolak ukur dalam pengukuran kinerja reksadana


adalah untuk membandingkan apakah kinerja reksadana yang dikelola
oleh manajer investasi dapat ‘mengalahkan’ (outperform) pasar atau
BAB 9 : Reksadana
Financial Planning Standards Board Indonesia
140

justru ‘kalah’ (underperform) dari pasar.

Untuk dapat membandingkan dengan tolak ukur yang sesuai, terdapat


tiga hal yang perlu diperhatikan, yakni jenis instrumen, perpajakan serta
periode waktu yang sama.

Dari jenis instrumennya, reksadana yang akan dibandingkan dengan


tolak ukur tertentu harus memiliki portofolio yang sebagian besar
investasinya sama dengan jenis instrumen dari indeks pasar sebagai
tolak ukurnya. Pengelompokan kategori reksadana untuk tujuan ini
sedikit berbeda dengan apa yang diatur oleh Bapepam, dimana lebih
diarahkan pada jenis instrumen yang menjadi bagian terbesar atau
orientasi terbesar portofolionya. Reksadana dengan karakteristik khusus
seharusnya juga membandingkan dengan tolak ukur yang khusus pula.
Misalkan reksadana saham infrastruktur seharusnya menggunakan
indeks sektor infrastruktur sebagai tolak ukurnya.

Reksadana pasar uang dapat menggunakan tingkat suku bunga deposito


berjangka 1 bulan sebagai tolak ukurnya. Walau tidak ada indeks untuk
bunga deposito, dapat digunakan rata-rata suku bunga deposito dari
beberapa bank yang dipilih. Dari perhitungan rata-rata suku bunga
mingguan maupun bulanan, dapat dijadikan tolak ukur untuk reksadana
pasar uang. Dalam hal pasar uang, karena adanya pajak yang cukup
signifikan (20% final), penggunaan tolok ukur suku bunga deposito
untuk reksadana pasar uang harus memotong pajak terlebih dahulu.

Hal lain yang juga penting adalah masalah waktu. Perbandingan kinerja
reksadana dengan suatu tolak ukur harus dilakukan untuk periode yang
sama. Misalkan, sebuah reksadana saham melakukan penawaran umum
perdana pada tanggal 15 Januari 2003, dengan NAB/Unit Rp.1,000,
maka pembanding dengan tolak ukur IHSG harus dimulai pada posisi
IHSG pada tanggal yang sama. Misalkan, pada tanggal 31 Desember
2003, reksadana tersebut memiliki NAB/Unit sebesar Rp.1,250 (tidak
ada pembagian dividen), maka kinerja reksadana tersebut adalah 25%.
Jika pada tanggal 15 Januari 2003 posisi IHSG ada di 400 dan pada
tanggal 31 Desember 2003 posisinya naik menjadi 480 maka, kinerja
rata-rata pasar saham adalah 20%. Untuk periode yang sama diatas, kita
dapat membandingkan IHSG dengan reksadana saham dimana kinerja
reksadana lebih baik dari kinerja rata-rata pasar saham.

Sebagai contoh: dihalaman berikut perhatikan performa salah satu


Reksadana saham dengan benchmark Jakarta Capital Index.

BAB 9 : Reksadana
Financial Planning Standards Board Indonesia
141

Performance Reksadana Sham-A Vs.


JCI

2.500,00
2.000,00 JCI
1.500,00
1.000,00 Reksadana
500,00 saham-A
-
29/05/1997

29/11/1997

29/05/1998

29/11/1998

29/05/1999

29/11/1999

29/05/2000

29/11/2000

29/05/2001

29/11/2001
Date

BAB 9 : Reksadana
Financial Planning Standards Board Indonesia

Anda mungkin juga menyukai