Anda di halaman 1dari 17

ADSORPSI EMISI GAS CO, NO, DAN NOx MENGGUNAKAN

KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT BUAH KAKAO


(Theobroma cacao L.) PADA KENDARAAN BERMOTOR
RODA EMPAT

Ferawati Tamar Jaya 1*, Abd. Wahid Wahab1, Maming1

1*
Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan 90245

Abstrak. Telah dilakukan penelitian adsorpsi emisi gas CO, NO, dan NOx
menggunakan karbon aktif dari limbah kulit buah kakao pada kendaraan bermotor
roda empat yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan karbon aktif dari
limbah kulit buah kakao dengan variasi konsentrasi ZnCl2 dan mengetahui
perbandingan antara kadar adsorpsi emisi gas CO, NO, dan NOx pada kendaraan
bermotor roda empat dengan baku mutu pencemaran udara. Karbon aktif dibuat
dari limbah kulit buah kakao melalui tahap dehidrasi, karbonisasi, dan diaktivasi
menggunakan larutan ZnCl2 6, 8 dan 10% (b/v) selama 24 jam. Tahap pengujian
kualitas karbon aktif sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI-063730-95) dan
daya adsorpsi karbon aktif yang dihasilkan dilakukan dengan cara dimasukkan ke
dalam tabung adsorpsi dan dipasang pada saluran gas buang kendaraan BUS
Mistsubishi tahun 2004 dilakukan pengukuran emisi gas dengan alat PEM-9004.
Mutu karbon aktif yang baik adalah yang teraktivasi ZnCl2 10% dengan kadar air
1,97%, kadar abu 4,44%, kadar zat mudah menguap 3,35%, dan kadar karbon
terikat 92,21%. Kadar emisi gas NO dan NOx yang teradsorpsi sebesar 50% yaitu
dari 69 ppm menjadi 30 ppm masih diatas batas toleransi emisi gas NO dan NOx
sebesar 0,25 ppm; sedangkan kadar emisi gas CO yang teradsorpsi sebesar 70%
yaitu dari 500 ppm menjadi 150 ppm masih diatas batas toleransi emisi gas CO
sebesar 32 ppm. Penyerapan emisi gas tersebut bersesuaian dengan data analisis
FTIR yang menunjukkan bahwa permukaan karbon aktif yang mengandung gugus
fungsi C=O; C-O; OH; C-H; CH2; CH3; dan sesuai analisis SEM menunjukkan
jumlah dan diameter pori yang meningkat dengan adanya aktivasi ZnCl2 dan
didominasi oleh makropori.

Kata kunci: PEM-9004, karbon aktif, kulit kakao, FTIR, dan SEM.

Abstract. Research about gas emissions adsorption of CO, NO dan NOx using
activated carbon from waste cocoa fruit on motor vehicles that aims to determine
the ability of activated carbon from waste cocoa fruit with varation
concentrations of ZnCl2 and the knowing the comparison between the levels of
emission gas adsorption CO, NO, and NOx on a four-wheeled motor vehicle with
the raw quality of air pollutions. Activated carbon waste made from cacao fruit of
the skin through the stage of dehydration, carbonasi, and using solution ZnCl2 6,8
and 10 % of (b/v) for 24 hours, then the stage performed of testing carbon
activated in National Standard Indonesian (SNI-063730-95) and adsorption

*alamat korespondensi: fherachemistry26@yahoo.co.id


activated carbon produced. The measurement of gas emissions performed in bus
mistsubishi 2004 with an instrument PEM-9004. The evaluation of the chemical
structure activated carbon was done by using infrared spektrofotometri (FTIR),
and an electron microscope (shem). The measurement data gas emission levels
were analyzed and compared with quality standard of air pollution in flue gas on
motor vehicle with four wheels. The best quality activated carbon is produced at
10 % switched to ZnCl2 1,97 % with the water level 4,44 % levels of ashes 3,35%
volatile levels of subtance, and bound 92,21 % of carbon. NO gas emissions and
Nox levels of before and after the measurement in use which is activated carbon
ZnCl2 10 % to 30 % ppm of 69, while NO tolerance gas emissions and NOx is 1
ppm, to this research is the absorption about 50 % and CO emissions generated
before and after by using switched carbon to around 500 ppm ZnCl2 10 % to 150
ppm, in this research the absorption is about 70 %. Analysis FTIR shows that the
surface of containing carbon active ties C=O, C-O, C-H, CH2, CH3, and analysis
shem shows the number and diameter of increases pore with the activator
substance and dominated by makropon.

Key words: PEM-9004, Activated Carbon Cacao or the Skin FTIR, and SEM.

A. PENDAHULUAN tingginya angka ketidaklulusan uji


Kota Makassar merupakan kota emisi pada kendaraan bermotor roda
terbesar keempat di Indonesia dan empat khususnya yang berbahan
terbesar di Kawasan Timur bakar bensin sebesar 57% dibanding
Indonesia, memiliki luas area 175,79 dengan yang berbahan bakar bensin
km2 dengan penduduk 1.112.688. sebesar 12%. Semakin tinggi angka
Untuk menunjang mobilitas dan ketidaklulusan uji emisi pada
aktivitas masyarakat tersebut maka kendaraan bermotor roda empat
sarana transportasi merupakan maka akan semakin banyak
kebutuhan yang mutlak diperlukan. menimbulkan pencemaran udara
Semakin meningkatnya transportasi yang dihasilkan. Menurut Program
darat maka semakin meningkat Studi Teknik Lingkungan (2009),
pencemaran udara yang dihasilkan. pencemaran udara merupakan suatu
Jumlah kendaraan roda empat pada zat yang berada di atmosfer dalam
tahun 2011 mencapai 154.094 unit konsentrasi tertentu yang bersifat
atau meningkat hingga 8% dari tahun membahayakan manusia, binatang,
2010. Menurut Sekretaris kota tumbuhan atau benda-benda lain.
(Sekkot) Makassar, Jaya (2013), Beberapa polutan yang dihasilkan
selama tiga tahun terakhir, jumlah pada kendaraan tersebut adalah emisi
kendaraan di Makassar khususnya gas CO, NO, dan NOx. Menurut
kendaraan bermobil mencapai 1 juta Irawan, 2006, Kadar emisi gas CO
unit pada tahun 2012 atau terjadi dan NOx berkisar antara 69,1 dan 9,1
penambahan sebesar 10% setiap juta ton per tahunnya. Untuk
tahunnya. Menurut kementrian menghindari atau mengurangi
lingkungan hidup tahun 2009 konsentrasi emisi gas pada kendaraan
bermotor diperlukan suatu zat yang SPNISOSFD), desikator, ayakan 40
dapat berpotensi untuk menyerap mesh, Bus Mitsubishi, erlenmeyer
atau mengadsorpsi gas tersebut yaitu 250 mL, statif, klem, kaca arloji, labu
berupa karbon aktif. Material yang semprot, sendok, mortar, gelas
baik digunakn untuk membuat umum yang digunakan di
karbon aktif adalah material yang laboratorium, dan gegep.
mengandung lignoselulosa yaitu kulit
buah kakao sebesar 54%. 3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini diarahkan untuk Penelitian ini telah dilakukan di
memanfaatkan bahan baku alternatif Laboratorium Kimia Analitik,
dalam pembuatan karbon aktif yang Fakultas Matematika dan Ilmu
digunakan sebagai adsorben emisi Pengetahuan Alam (FMIPA)
gas CO, NO, dan NOx pada Universitas Hasanuddin dan di luar
kendaraan bermotor roda empat Lapangan (Central Workshop
khususnya di daerah perkotaan yaitu Unhas). Penelitian ini telah
Makassar. Berdasarkan hal tersebut dilakukan pada bulan September
pada penelitian ini dipelajari sampai bulan Oktober ditahun 2014.
kemampuan karbon aktif dari kulit
4. Prosedur Penelitian
buah kakao yang diaktivasi dengan
a. Pembuatan Karbon Aktif dari
Zncl2 dalam mengadsorpsi emisi gas
Kulit Buah Kakao (Masitoh dan
CO, NO, dan NOx pada kendaraan
Sianita-B, 2013):
bermotor roda empat menggunakan
alat PEM-9004 Analyzer.
Tahap pembuatan karbon aktif
B. METODE PENELITIAN
dari kulit kakao adalah sebagai
1 Bahan penelitian
berikut menurut Masitoh dan Sianita-
Bahan-bahan yang digunakan
B, 2013:
dalam penelitian ini adalah limbah
1. Dehidrasi: Kulit buah kakao
kulit buah kakao, ZnCl2 p.a, kain,
dicuci dengan akuades kemudian
kawat besi, plat aluminium, akuades,
dijemur dibawah sinar matahari
tissue roll, kertas saring Whatmann
selama 8 jam.
41, aluminium foil, dan kertas pH
2. Karbonisasi: 1 kg kulit buah kakao
universal.
dimasukkan kedalam tungku
2. Alat Penelitian selama 20 menit hingga kulit buah
Alat-alat yang digunakan pada kakao menjadi arang. Arang yang
penelitian ini adalah Portable diperoleh didinginkan, dihaluskan
Emission Measurement (PEM) 9004 dengan nampang dan diayak
Analyzer, neraca analitik (Shimadzu menggunakan ayakan 40 mesh.
AW220), penyaring Buchner, pompa 3. Aktivasi: 50 gram arang
vakum (ABM tipe 4EK F6 3CX-4), dimasukkan ke dalam gelas kimia
SEM-EDX Tescan Vega3SB, cawan 500 mL kemudian ditambahkan
porselin, Tanur (Muffle Furnace 100 mL larutan ZnCl2 6, 8, 10%
Type 6000), oven (tipe (b/v) selama 24 jam, disaring
dengan corong Buchner, residu b = bobot akhir contoh (g)
dicuci dengan akuades hingga  Penentuan Kadar Zat Mudah
mencapai pH netral. Selanjutnya Menguap (Fauziah, 2009)
dimasukkan ke dalam oven ± 1,000 gram karbon aktif
dengan suhu 100 oC selama 2 jam. dimasukkan ke dalam cawan
porselen yang telah diketahui bobot
b. Tahap pengujian Karbon Aktif
keringnya. Selanjutnya dipanaskan
 Penentuan Kadar Air (Fauziah,
dalam tanur pada suhu 700 °C
2009)
selama 10 menit, kemudian
± 1,000 gram karbon aktif
didinginkan dalam desikator selama
ditimbang dan dimasukkan ke dalam
1 jam dan ditimbang. Selanjutnya
cawan porselen. Dipanaskan dalam
dihitung % kadar zat yang mudah
oven pada suhu 100 oC selama 2 jam
menguap dengan rumus sebagai
30 menit. Kemudian didinginkan
berikut menurut (Masitoh dan
dalam desikator dan ditimbang
Sianita-B, 2013):
(sampai berat tetap). Selanjutnya
Kadar zat menguap (%) = a-b x 100%
dihitung % kadar air dengan rumus
sebagai berikut menurut (Masitoh a
a = bobot sebelum pemanasan (g)
dan Sianita-B, 2013):
b = bobot setelah pemanasan (g)
Kadar air (%) = a-b x 100%
 Analisa Kadar Karbon
a
Terikat (Satmoko, 2013)
a = bobot sebelum pemanasan (g) Karbon dalam karbon aktif
b = bobot setelah pemanasan (g) adalah zat selain abu dan zat atsiri.
 Penentuan Kadar Abu Kadar karbon terikat dapat dihitung
(Fauziah, 2009) pada persamaan berikut (Satmoko,
± 1,000 gram karbon aktif 2013):
dimasukkan ke dalam cawan Kadar Karbon terikat :100%-(kadar
porselen yang telah ditentukan bobot zat menguap +kadar abu)
keringnya. Selanjutnya dipanaskan di c. Pembuatan Tabung Adsorpsi
dalam tanur pada suhu 600 °C Tabung adsorpsi ini bertujuan
selama 2 jam. Setelah itu didinginkan untuk menyimpan karbon aktif
di dalam desikator selama 1 jam dan sebagai media penyerap (adsorben)
ditimbang. Hingga diperoleh bobot pada emisi gas CO2, NO, NOx .
yang konstan. Kemudian dihitung % Rincian spesifikasi tabung adsorpsi
kadar abu dengan rumus sebagai adalah sebagai berikut:
berikut menurut (Masitoh dan 1. Tabung Bagian Dalam
Sianita-B, 2013): a. Panjang tabung
Kadar abu (%) = a-b : 13,5 cm
x 100%
b. Diameter tabung
a
: 8 cm
a = bobot awal contoh (g) 2. Tabung Bagian Luar
a. Panjang tabung sampel. Kulit buah kakao
: 17,5 cm (Theobroma cacao L.) yang
b. Diameter tabung digunakan sebagai bahan dasar
: 10 cm pembuatan karbon aktif dikumpulkan
dari hasil perkebunan coklat Sidrap.
Kulit buah kakao dikeringkan
dibawah sinar matahari selama satu
minggu hingga kering berwarna
Gambar 1. Rancangan Tabung kecoklatan. Selanjutnya, limbah kulit
Adsorpsi buah kakao dibersihkan dari kotoran
dengan air, kemudian dikeringkan
d. Pengukuran Emisi Gas CO, dibawah sinar matahari. Limbah kulit
NO, dan NOx buah kakao yang telah dibersihkan
Kendaraan yang akan diukur diambil secara acak dan dimasukkan
ditempatkan pada posisi datar. Probe kedalam lumpang besar dan
alat uji PEM 9004 diletakkan tepat di ditumbuk hingga ukurannya menjadi
dalam knalpot. Kemudian kendaraan lebih kecil. Kemudian dicuci dengan
dinyalakan selama 1 menit. air dan dikeringkan dibawah sinar
Selanjutnya, dilakukan kalibrasi matahari. Adapun hasil preparasi
instrument PEM-9004 selama 1 sampel dapat dilihat pada Gambar
menit, setelah itu, dilakukan 4.1 sebagai berikut:
pengukuran dengan variasi waktu 1-5
menit. Kemudian hasil pengukuran
emisi gas akan ditampilkan pada
layar PEM-9004 dan dilakukan
pengambilan data konsentrasi gas (a) (b) (c)
yang terukur pada alat uji. Gambar 2 (a) Buah kakao (b) Kulit
Selanjutnya dilakukan pengukuran buah kakao (c) Hasil preparasi kulit
emisi gas dengan menggunakan buah kakao
tabung adsorpsi yang dipasang pada  Proses Pembuatan Karbon
knalpot. Tabung adsorpsi berisi Setelah melalui tahap preparasi
karbon murni dari kulit buah kakao sampel selanjutnya dilakukan tahap
dengan tabung adsorpsi yang pembuatan karbon aktif. Tahap
masing-masing berisi karbon aktif pembuatan karbon aktif menurut
dari kulit buah kakao dengan variasi Danarto dan Samun-T (2008) adalah
konsentrasi ZnCl2 6; 8; 10%. tahap dehidrasi, tahap karbonisasi,
C. HASIL DAN PEMBAHASAN dan tahap aktivasi. Tahap dehidrasi
 Preparasi Sampel Kulit Buah dalam penelitian ini, dilakukan
Kakao dengan cara sampel limbah kulit
buah kakao dicuci dengan akuades
Hal pertama yang dilakukan sebanyak tiga kali kemudian
dalam penelitian ini adalah preparasi dikeringkan dibawah sinar matahari
selama 8 jam. Kulit buah kakao yang Gambar (3) Hal ini dikarenakan pada
telah melalui proses dehidrasi, tahap karbonisasi terdapat oksigen
dikarbonisasi dalam tungku selama pada saat proses pirolisis. Menurut
20 menit hingga menjadi arang. Nugraha (2005) dalam Fauziah
Arang yang diperoleh didinginkan (2009), menyatakan bahwa proses
dan diayak menggunakan ayakan 40 pirolisis adalah salah satu proses
mesh. Selanjutnya dilakukan tahap pengarangan yang mendekomposisi
akhir yaitu tahap aktivasi material organik tanpa mengandung
menggunakan ZnCl2 sebagai oksigen. Apabila ada oksigen pada
activating agent. Menurut Masitoh saat pirolisis maka akan ada reaksi
dan Sianita-B (2013), activating dengan material lain yang pada
agent yang baik digunakan akhirnya akan menghasilkan abu.
khususnya untuk membuat karbon Pada proses pirolisis terhadap
aktif dari kulit buah kakao adalah senyawa lignin akan terdegradasi
ZnCl2. sebagai akibat kenaikan suhu
sehingga dihasilkan senyawa-
 Tahap Aktivasi senyawa karakteristiknya. Adapun
Menurut Fauziah 2009, proses hasil aktivasi pada suhu 300 °C dan
aktivasi adalah suatu perlakuan 700 °C dapat dilihat pada Gambar 3
terhadap arang yang bertujuan untuk berikut ini:
memperbesar pori-pori yaitu dengan
cara memecahkan hidrokarbon atau
mengoksidasi molekul-molekul
permukaan sehingga arang
mengalami perubahan sifat, baik
fisika maupun kimia yaitu luas (a) (b)
permukaannya bertambah luas dan Gambar 3. (a) Hasil aktivasi pada
berpengaruh terhadap daya adsorpsi. suhu 300 °C; (b) Hasil aktivasi pada
Adapun metode aktivasi yang umum suhu 700 °C
digunakan dalam pembuatan arang
aktif adalah aktivasi kimia dan Pada tahap aktivasi kimia, 50
aktivasi fisika. Aktivasi kimia yaitu gram sampel arang ditambahkan
proses pemutusan rantai karbon dari dengan larutan ZnCl2 6, 8, dan 10%
senyawa organik dengan pemakaian sebanyak 100 mL pada wadah gelas
bahan-bahan kimia sebagai kimia yang terpisah. Kemudian
pengaktivasinya sedangkan aktivasi dibiarkan terendam selama 24 jam.
fisika yaitu proses pemutusan rantai Hasil perendaman disaring
karbon dari senyawa organik dengan menggunakan kertas saring whatman
cara pemanasan dengan temperatur No. 41. Residu dicuci dengan
300-700 °C, uap dan CO2. Aktivasi akuades hingga pH 7. Setelah
fisika tidak dilakukan pada penelitian disaring dipanaskan pada suhu 105
karena pada pemanasan 300 °C °C, hal ini dilakukan karena pada
sampel dengan cepat menjadi abu,
suhu 105 °C air telah menguap antara 1,97-8,36%. Kadar air
secara sempurna. Kemudian sampel terendah terdapat pada karbon aktif
disimpan di desikator. Proses yang diaktivasi dengan ZnCl2 10%
pembuatan karbon aktif dapat dilihat yaitu sebesar 1,97%. Rendahnya
pada Gambar 4.3 berikut ini: kadar air ini diduga karena
permukaan arang aktif lebih sedikit
mengandung gugus fungsi yang
bersifat polar sehingga interaksi
antara uap air yang bersifat polar
juga sedikit (Pari et al. 2008 dalam
(a) (b) (c)
Fauziah 2009). Kurang polarnya
Gambar 4 (a) Arang; (b) Arang permukaan arang aktif sehingga
dengan ZnCl2; (b) Hasil pemanasan karbon aktif lebih sedikit mengikat
karbon aktif kulit kakao ZnCl2 6, 8, gugus hidroksil pada air, sehingga
dan 10% pada Suhu 100 °C luas permukaan arang aktif semakin
besar dan pori-pori arang semakin
 Pengujian Karbon Aktif dari banyak. Sehubungan dengan itu,
maka karbon aktif dari kulit buah
Jenis Kadar Air SNI (%) kakao yang diaktivasi dengan ZnCl2
Karbon (%) 10% diduga lebih baik digunakan
Karbon sebagai adsorben dibanding karbon
sebelum 13,95
Aktivasi
lainnya. Untuk uji kadar air pada
Karbon karbon aktif kulit buah kakao secara
Aktif 6 % 8,36 Max 15 keseluruhan telah memenuhi Standar
Nasional Indonesia (SNI) 063730-95,
Karbon (Anonim 1995 dalam Fauziah 2009)
Aktif 8 % 4,59 untuk karbon aktif, karena kurang
dari 15% (Tabel 1).
Karbon
Aktif 10 % 1,97 Tabel 1 Hasil analisis kadar air
2. Uji Kadar Abu
kulit buah kakao
Kadar abu merupakan sisa dari
Kualitas karbon aktif diuji atau
pembakaran yang sudah tidak
dinilai berdasarkan Standar Nasional
memiliki unsur karbon dan nilai
Indonesia (SNI) 06-3730-1995 yang
kalor lagi. Tujuan penetapan kadar
meliputi kadar air, kadar abu, kadar
abu adalah untuk mengetahui
zat mudah menguap, dan kadar
kandungan oksida logam dalam
karbon terikat.
arang aktif. Nilai kadar abu
1. Uji Kadar Air menunjukkan jumlah sisa dari akhir
Kadar air berpengaruh besar proses pembakaran berupa zat-zat
terhadap kualitas karbon aktif. mineral yang tidak hilang selama
Berdasarkan hasil penelitian bahwa proses pembakaran. Menurut
kadar air yang diperoleh berkisar Sudrajat 1985 dalam Fauziah 2009,
peningkatan kadar abu terjadi karena 1995 dalam Fauziah 2009).
terbentuknya garam-garam mineral Tabel 2 Hasil analisis kadar abu
pada saat proses pengarangan yang
bila proses tersebut berlanjut akan 3. Uji Kadar Zat Mudah
membentuk partikel-partikel halus Menguap
dari garam-garam mineral tersebut. Kadar zat mudah menguap
Kadar abu dipengaruhi oleh besarnya merupakan hasil dekomposisi zat-zat
kadar silikat, semakin besar kadar penyusun arang akibat proses
silikat maka kadar abu yang pemanasan selama pengarangan dan
dihasilkan akan semakin besar (Pari bukan komponen penyusun arang
Kadar Zat SNI (Pari 2004 dalam Fauziah 2009).
Jenis Arang dengan kadar zat menguap
Menguap (%)
Karbon
(%) yang tinggi akan menghasilkan asap
Karbon pembakaran yang tinggi pula pada
sebelum 14,98 saat arang tersebut digunakan.
Aktivasi Tujuan penetapan kadar zat menguap
Karbon Aktif
Max yaitu untuk mengetahui besarnya
6% 8,39
25 kandungan senyawa volatile di
Karbon Aktif dalam arang aktif sebagai hasil dari
8% 6,83 interaksi antara karbon dengan uap
air.
Karbon Aktif Tabel 3 Hasil analisis kadar zat
10 % 3,35 mudah menguap
1996 dalam Fauziah 2009). Berdasarkan hasil penelitian uji
Pengujian kadar abu dilakukan kadar zat mudah menguap dapat
dengan cara pemanasan pada suhu dilihat pada Tabel 3 memperlihatkan
600 °C. Kadar abu arang aktif yang nilai kadar zat mudah menguap arang
diperoleh berkisar antara 4,44- kulit kakao berkisar antara 3,35-
10,02% tergantung pada konsentrasi 8,39%. Kadar zat menguap yang
ZnCl2 (Tabel 2). Kadar abu yang terendah dimiliki oleh karbon yang
terendah adalah hasil karbon aktif teraktivasi ZnCl2 10% yaitu sebesar
ZnCl2 10% sebesar 4,44%.
Kadar Abu SNI
Rendahnya kadar abu ini diduga Jenis Karbon (%)
(%)
karena adanya pelarutan oksida-
oksida logam oleh aktivator ZnCl2, Karbon
sebelum 15,35
sehingga luas permukaan arang aktif Aktivasi
semakin besar dan pori-pori arang Karbon Aktif Max 10
semakin banyak. Secara keseluruhan 6% 10,02
untuk uji kadar abu pada karbon aktif Karbon Aktif
8% 8,09
dari kulit buah kakao yang diperoleh
telah memenuhi Standar Nasional Karbon Aktif 4,44
Indonesia (SNI) 063730-95 (Anonim 10 %
3,35%. Rendahnya kadar zat 92,21%. Untuk proses adsorpsi,
menguap diduga karena menguapnya penyerapan karbon aktif dipengaruhi
senyawa-senyawa non karbon yang oleh banyak tidaknya karbon pada
bersifat volatil pada proses karbon aktif tersebut maka kadar
karbonisasi. Sehubungan dengan hal karbon terikat yang tinggi diduga
itu, untuk proses adsorpsi kadar zat lebih baik dibanding dengan yang
menguap yang rendah diduga lebih rendah karena semakin tinggi persen
baik dibanding dengan yang tinggi kadar karbon terikat, sehingga
karena akan semakin luas permukaan semakin banyak pori-pori yang
pori-pori pada karbon aktif. terbentuk maka semakin baik dan
Berdasarkan Tabel 3 Nilai kadar zat semakin tinggi tingkat
mudah menguap pada karbon aktif penyerapannya terhadap adsorbat.
kulit buah kakao secara keseluruhan Berdasarkan Tabel 4 Nilai kadar
telah memenuhi Standar Nasional karbon terikat secara keseluruhan
Indonesia (SNI) 063730-95 (Anonim memenuhi Standar Nasional
1995 dalam Fauziah 2009). Indonesia (SNI) 063730-95 (Anonim
4. Kadar Karbon Terikat 1995 dalam Fauziah 2009).
Tabel 4 Hasil analisis kadar karbon  Tahap Pembuatan Media
terikat
Menurut Hendra dan Winarni (2003) Jenis Kadar Karbon SNI (%)
dalam Fauziah (2009), kadar karbon Karbon Terikat (%)
terikat adalah fraksi karbon yang Karbon
terikat di dalam arang selain fraksi sebelum 70,05
Aktivasi
air, zat menguap, dan abu. Menurut
Karbon
Pari (1996) dalam Fauziah 2009, Aktif 6 % 81,59 Min 65
tinggi rendahnya kadar karbon terikat
di dalam arang dipengaruhi oleh nilai Karbon
kadar abu, kadar zat mudah menguap Aktif 8 % 85,08
dan senyawa hidrokarbon yang
masih menempel pada permukaan Karbon
Aktif 10 % 92,21
arang juga dipengaruhi oleh
kandungan selulosa dan lignin bahan Adsorpsi
yang dapat dikonversi menjadi atom Media adsorpsi berfungsi
karbon. Adapun hasilnya dapat sebagai perantara pengaliran gas dari
dilihat Tabel 4. knalpot kendaraan menuju karbon
Dari Tabel 4 diatas aktif sebagai penjerap emisi gas
memperlihatkan nilai kadar karbon buang. Pembuatan media adsorpsi
terikat pada karbon kulit kakao menggunakan aluminium sepanjang
berkisar antara 81,59-92,21%. Nilai 13,5 cm untuk tabung bagian dalam
kadar karbon terikat yang tertinggi dan 17,5 untuk tabung bagian luar.
adalah karbon aktif dengan zat Tabung bagian dalam ditutup dengan
pengaktif ZnCl2 10% sebesar kain yang berlapis 4 kain dan
dieratkan dengan menggunakan penyerap. C0 adalah tanpa media
kawat tipis. Setelah itu tabung bagian adsorpsi, C1adalah karbon sebelum
dalam dimasukkan kedalam tabung teraktivasi, C2 adalah karbon
teraktivasi ZnCl2 6%, C3 adalah
bagian luar (Gambar 5).
karbon teraktivasi ZnCl2 8%, dan C4
adalah karbon teraktivasi ZnCl2 10%

Tahapan pengukuran tersebut


bertujuan untuk mengetahui
perbandingan kadar emisi gas dari
(a) (b) berbagai variabel yang diuji.
Gambar 5 (a) Tabung dalam dan (b) Pengukuran emisi gas menggunakan
Tabung luar alat instrumen PEM-9004. Sebelum
melakukan pengukuran instrumen
 Tahap Pengukuran Emisi Gas PEM-9004 dikalibrasi selama 1
Pengukuran emisi gas CO, NO, menit. Setelah itu, untuk
dan NOx pada kendaraan bermotor pengambilan data kualitas emisi gas
roda empat (BUS Unhas) yang dilakukan selama 5 menit. Setiap
bermerek Mitsubishi mesin diesel menit didapatkan hasil print out.
tahun 2004 dibagi menjadi 3 tahap dengan peningkatan waktu
yaitu pengukuran emisi gas secara emisi. Aktivasi karbon kulit kakao
langsung (tanpa bahan penyerap), meningkatkan daya adsorpsi
dengan menggunakan karbon aktif terhadap NO dan NOx. Semakin
sebelum diaktivasi, dan karbon tinggi konsentrasi larutan ZnCl2
teraktivasi ZnCl2 (6, 8, dan 10%). maka semakin tinggi kemampuan
karbon aktif dalam mengadsorpsi
suatu gas. Jadi karbon teraktivasi
ZnCl2 10% lebih tinggi
penyerapannya dibanding karbon
teraktivasi yang lain. Karbon yang
teraktivasi ZnCl2 10% terjadi
adsorpsi secara maksimum pada
waktu penyerapan emisi gas setelah
3 menit, sedangkan karbon
teraktivasi yang lainnya terjadi
adsorpsi maksimum pada waktu
penyerapan emisi gas selama kurang
satu menit. Kadar emisi gas NO dan
NOx sebelum dan setelah pengukuran
dengan menggunakan karbon
teraktivasi ZnCl2 10% berkisar 69
Gambar 6 Kadar emisi gas NO dan ppm dan 30 ppm, sedangkan
NOx untuk berbagai karbon toleransi emisi gas NO dan NOx
adalah 0,25 ppm. Sehingga pada signifikan. Kadar emisi gas CO
penelitian ini terjadi penyerapan dengan karbon teraktivasi ZnCl2 6, 8,
sekitar 50% namun, hal ini tidak dan 10% semakin lama semakin
memenuhi kualitas emisi gas NO dan menurun dengan meningkatnya
NOx pada kendaraan bermotor roda konsentrasi zat pengaktif pada
empat. Konsentrasi dan pola karbon aktif kulit buah kakao.
penyerapan gas NO oleh karbon aktif Berdasarkan hal itu karbon
relatif sama dengan NOx (Gambar 6). teraktivasi ZnCl2 10% lebih baik
Karena gas NOx adalah gas-gas digunakan sebagai adsorben.
berupa NO, NO2, N2O dan N2O5, (Gambar 7) semakin meningkatnya
berarti dalam gas NOx, NO yang konsentrasi karbon aktif maka
lebih dominan sehingga gas-gas semakin lambat waktu adsorpsi
lainnya yang ada pada gas NOx maksimum untuk mengadsorpsi gas
sangat signifikan. CO pada kendaraan bermotor roda
empat tersebut. Kadar emisi gas CO
yang dihasilkan sebelum dan setelah
menggunakan karbon teraktivasi
ZnCl2 10% berkisar 500 ppm dan
150 ppm, Pada penelitian ini terjadi
penyerapan sekitar 70% namun,
tidak memenuhi kualitas emisi gas
CO pada kendaraan bermotor roda
empat sesuai dengan persyaratan atau
toleransi emisi gas CO sebesar 32
Gambar 7 Kadar emisi gas CO untuk ppm. Tingginya kadar emisi gas CO
berbagai karbon penyerap. C0 setelah melalui penyerapan karbon
adalah tanpa media adsorpsi, C1 teraktivasi ZnCl2 10% karena
adalah Karbon sebelum teraktivasi, konsentrasi emisi gas awal yang
C2 adalah karbon teraktivasi ZnCl2 sangat tinggi. Kadar emisi gas CO
6%, C3 adalah karbon teraktivasi yang tinggi dapat menyebabkan
ZnCl2 8%, dan C4 adalah karbon gangguan pada kesehatan, berupa
teraktivasi ZnCl2 10% gangguan pernapasan bahkan dapat
menyebabkan kematian. Tingginya
Gambar 7 memperlihatkan kadar emisi gas CO pada penelitian
bahwa kadar emisi gas CO tanpa ini disebabkan karena telah terjadi
media adsorpsi, semakin lama pembakaran secara tidak sempurna
semakin meningkat. Kadar emisi gas pada kendaraan. Hasil pengukuran
CO dengan karbon sebelum kadar emisi gas CO, NO, dan NOx
teraktivasi, semakin lama semakin diperkuat dengan karakterisasi FTIR
menurun secara sedikit, hal ini dan SEM.
berlangsung karena terjadinya  Karakterisasi FTIR pada
penyerapan atau adsorpsi secara Karbon Kulit Buah Kakao
(a)

(b)

Gambar 8 Hasil karakterisasi FTIR karbon kulit kakao sebelum teraktivasi (a) dan
setelah diaktivasi menggunakan ZnCl2 10%.

Gambar diatas menunjukkan activating agent dapat menyebabkan


perbandingan bilangan gelombang terjadinya pergeseran berdasarkan
pita serapan karbon kulit kakao lingkungan kimianya Gugus fungsi
sebelum dan setelah teraktivasi OH mengalami pergeseran bilangan
ZnCl2 10%. Pita serapan pada pada gelombang lebih kecil dan semakin
karbon kulit kakao sebelum dan tajam setelah mengalami aktivasi,
setelah teraktivasi ZnCl2 10% sedangkan untuk pita serapan yang
mengalami perubahan, hal ini karena melebar pada karbon sebelum
teraktivasi diperkirakan karena masih lebih besar dan seragam. Karbon
banyak H2O. Kandungan H2O yang yang memiliki luas permukaan pori
banyak dapat mengurangi jumlah dan rongga yang besar dan seragam
pori-pori pada luas permukaan. Jadi, memiliki kemampuan adsorpsi yang
perbedaan tersebut diperkirakan lebih baik.Hal ini bersesuaian dengan
bersesuaian dengan kemampuan data hasil pengukuran adsorpsi emisi
karbon dalam mengadsorpsi suatu gas CO, NO, dan NOx.
gas lebih tinggi pada karbon yang D. KESIMPULAN DAN SARAN
teraktivasi ZnCl2. Gugus fungsi  Kesimpulan
lainnya seperti CH2, C=O, dan C-H Kesimpulan pada penelitian ini
alifatik juga mengalami pergeseran adalah sebagai berikut:
bilangan gelombang yang sangat 1. Limbah kulit buah kakao dapat
kecil. Walaupun demikian hal dibuat menjadi karbon aktif
tersebut menunjukkan perbedaan dengan aktivasi ZnCl2 10%
lingkungan kimia. Gugus fungsi melalui beberapa tahap yaitu
utama yang teridentifikasi sesuai dehidrasi, karbonisasi dan
dengan spektrumnya adalah OH, aktivasi.
C=O, CH2, CH3, C-O, C-H alifatik 2. Karbon aktif yang dibuat dari
(Tabel 4.6). limbah kulit buah kakao dapat
 Karakterisasi SEM menurunkan kandungan emisi gas
Pada penelitian ini, dilakukan uji buang NO dari 67 menjadi 30
SEM untuk mengetahui perubahan ppm, NOx dari 69 menjadi 31
morfologi permukaan karbon setelah ppm dengan kemampuan
diaktivasi. Hasil uji sem dapat dilihat adsorpsi maksimum emisi gas
pada Gambar 9 berikut ini: NO, dan NOx sekitar 50%, dan
CO dari 510 menjadi 150 ppm
dengan kemampuan adsorpsi
maksimum sekitar 70%.
3. Karbon aktif dari kulit buah kakao
dapat menurunkan kadar emisi
(a) (b) gas CO, NO, dan NOx pada
Gambar 9 Hasil SEM karbon kulit kendaraan bermotor roda empat
buah kakao sebelum teraktivasi (a) (BUS Mitsubishi tahun 2004)
dan setelah teraktivasi ZnCl2 10% namun semuanya belum
(b) Perbesaran gambar 20 µm memenuhi baku mutu yang
Gambar 9 menunjukkan bahwa ditetapkan karena konsentrasi
karbon sebelum teraktivasi memiliki emisi awal gas tersebut sangat
permukaan pori dengan rongga kecil, tinggi.
rapat, dan tidak seragam.  Saran
Dibandingkan dengan karbon 1. Perlu dilakukan penelitian
teraktivasi ZnCl2 10% mempunyai lebih lanjut tentang
permukaan pori dengan rongga yang pembuatan karbon aktif kulit
buah kakao dengan Astra, I. M., 2010, Energi dan
menggunakan aktivasi fisika Dampaknya terhadap
dengan variasi suhu yang Lingkungan: Meteorologi dan
Geofisika (Online), 11, (2)
tinggi.
(http://www.bmkg.go.id/Pusli
2. Perlu dilakukan penelitian tbang
lebih lanjut mengenai polutan /filePDF/Dokumen1349
yang lain seperti SO2 dan Volume11 Nomor 2
CO2 agar data yang November 2010 Energi dan
dihasilkan lebih lengkap. DampaknyaTerhadapLingkun
Kemudian perlu dilakukan gan.pdf, diakses 3 Desember
2013).
variasi waktu kejenuhan pada
pengukuran emisi gas Basri, S., 2010, Pencemaran Udara
tersebut. dalam Antisipasi Teknis
Pengelolaan Sumberdaya
DAFTAR PUSTAKA Lingkungan:Smartek,
(online), 8, (2),
Anonim, 2011, Kulit Kakao (Coklat), (http://jurnal.untad.ac.
Limbah Bernilai Tinggi: id/jurnal/index.php/SMARTE
Teknologi, (online), K/article/download/ 446/383,
(http://laskarpemberani.word diakses 11 November 2013).
press.com/2011/02/05/95/,
diakses 3 Desember 2013). Basuki, K. T., 2007, Penurunan
Konsentrasi CO dan NO2
Anonim, 2013 , Pemanfaatan Limbah pada Emisi Gas Buang
Kulit Kakao Menjadi Pakan menggunakan Arang
Ternak Kambing Lokal: Tempurung Kelapa yang
Pengkajian Teknologi Disisipi TiO2: Sekolah Tinggi
Pertanian Sulawesi Selatan Teknologi Nuklir: Batan
(online), (http:// laskar (Online), 1, (2)
pemberani. (http://jurnal.sttnbatan.ac.id/w
wordpress.com/2011/02/05/9 p-content/uploads/2008/ 12/1-
5/, diakses 3 Desember KrisTri%20Basuki55-66.pdf,
2013). diakses 3 Desember 2013).

Ansar, 2014, Seng Klorida Basuki, K. T., Setiawan, B., dan


Aplikasinya Luas, (Online), Nurimaniwathy, 2008,
http://wawasanilmukimia.wor Penurunan Konsentrasi CO
dpress.com/2014/03/27/seng- dan NO2 pada Emisi Gas
klorida-aplikasinya-luas/, Buang menggunakan Arang
diakses 29 April 2014). Tempurung Kelapa yang
Disisipi TiO2, (Online), 4, (1)
Arini, F., Boedisantoso, R., dan (Http://www.digilib.
Wilujeng, S. A., 2008, batan.go.id., diakses 3
Konstribusi Kegiatan Desember 2013).
Transportasi Terhadap Emisi
Karbon Di Makassar, Danarto, Y. C., dan Samun-T., 2008,
Makassar. Pengaruh Aktivasi Karbon
dari Sekam Padi pada Proses Program IVEM pada Ruas
Adsorpsi Logam Cr (IV): Jalan Arteri Di Kota
Jurusan Teknik Kimia UNS Makassar., Makassar.
Surakarta (Online), 7, (1),
(http://eprints.uns.ac.id/690/1/ Fardiaz, dan Srikandi., 1992, Polusi
Pengaruh_Aktivasi_Karbon_ Udara dan Air, Kansius:
dari_Sekam_Padi_pada_Pros Bogor.
es_Adsorpsi_Logam_Cr(VI).
pdf, diakses 3 Desember Fauziah, N., 2009, Pembuatan Arang
2013). Aktif Secara Langsung Dari
Kulit Acacia Mangium Wild
Departemen Kesehatan, 2014, Dengan Aktivasi Fisika Dan
Pencemaran Udara, (Online), Aplikasinya Sebagai
http://www.depkes.go.id/ Adsorben, (Online),
downloads/Udara.PDF, http://repository.ipb.ac.id/bits
diakses 29 April 2014). tream/handle/123456789/130
71/E09nfa.pdf;jsessionid=F77
Departemen Sulawesi Selatan, 2004, 40839DDBB2CE5BFAADB
Profil Kabupaten / Kota 04FECCF4D0?sequence=2,
Makassar, (Online), diakses 29 April 2014).
http://ciptakarya.pu.go.id/prof
il/profil/timur/sulsel/makassar Hendra, Dj., pari, G., 2009,
.pdf, diakses 29 April 2014). Pembentukan Arang Aktif
dari Tandan Kosong Kelapa
Dwi dan Susansi, 2010, Badan Sawit, Buletin Penelitian
Meteorologi Klimatologi dan Hasil Hutan, Jakarta.
Geofisika, (Online),
http://www.bmkg.go.id/BMK Institut Teknologi Sepuluh
G_Pusat/DataDokumen/Doku November, (online),
men_Buku_Informasi_Peruba http://digilib.its.ac.id/public/I
han_Iklim_dan_Kualitas_Uda TS-NonDegree-14528-
ra.PDF, diakses 28 April chapter1 pdf.pdf, diakses
2014). pada tanggal 8 Desember
2013).
Ebebezer, dkk, 2006, Pengaruh
Bahan Bakar Transportasi Irawan RM. B., 2006, Pengaruh
Terhadap Pencemaran Udara Catalytic Converter Kuningan
dan Solusinya. Terhadap Keluaran Emisi Gas
Carbon Monoksida dan Hidro
Erna, R. M. Saleh, 1998, Ekstrak Carbon Motor Bensin: Traksi,
Kulit Buah Kakao
(Theobroma cacao L.), Kementrian Lingkungan Hidup,
Fakultas Teknologi Pertanian 2012, Evaluasi Kualitas
Institut Pertanian Bogor: Udara Perkotaan 2012,
Bogor. (Online),
http://www.menlh.go.id/DAT
Fardani, E., 2014, Analisis Besaran A/ evaluasi_kota_2012.pdf,
Emisi Kendaraan Truk diakses 29 April 2014).
dengan menggunakan
khairunisa, R., 2008, Kombinasi berat Cd (II) dalam Pelarut
Teknik Elektrolisis dan teknik Air Utilization Of
Adsorpsi menggunakan (Theobroma cacao L.):
Karbon Aktif untuk Univeristas negeri Surabaya,
Menurunkan Konsentrasi (online), 2, (2),
Senyawa Fenol dalam Air: (http://ejournal.unesa.ac.id,
FMIPA Depok, (Online), diakses 3 Januari 2014).
http://lontar.ui.
ac.id/file?file=digital/123302- Miranti S. T. 2012, Pembuatan
S30417-Ratna%20 Karbon aktif dari Bambu
Khairunisa.pdf, diakses 29 dengan Metode Aktivasi
April 2014). Terkontrol menggunakan
Activating Agent H3PO4 dan
Kurniati, E., 2008, Pemanfaatan KOH: Departemen Teknik
Cangkang Kelapa Sawit Kimia, DEPOK (Online),
sebagai Arang Aktif: (http://lontar.ui.ac.id/file?file
Penelitian Ilmu Teknik =digital/ 131558-
(Online), 8, (2) T%2027522-
(http://eprints.upnjatim.ac.id/ Pembuatan%20karbon-
2805/2/JURNAl_ELLY_4.pd Tinjauan%20literatur.pdf,
f, diakses 8 Desember 2013). diakses 3 Desember 2013).

Langkong, dkk, 2011, Pemetaan Program Studi Teknik Lingkungan,


Lemak dari Biji Kakao 2009, Pengantar Pencemaran
(Theobroma cocoa L) di Udara: Rekayasa Lingkungan
Sulawesi Selatan, (Online), (Online),(http://kuliah.ftsl.itb.
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal ac.id/wp-content/
/files/ uploads/2010/03/7-pengantar-
1c968d54ed2d033c10522766 pencemaran -udara.pdf,
9 ae4b8b3.pdf, diakses 29 diakses 3 Desember 2013).
April 2014).
Maryanto, D., Mulasari, S. A., dan Portable Emission Measurement
Suryani, D., 2009, Penurunan (PEM) 9004, 2008, Operating
Kadar Emisi Gas Buang Instructions for PEM-9004
Karbon Monoksida (CO) Portable Emissins Analyzer:
dengan Penambahan Arang Teledyne Analytical
Aktif pada Kendaraan Instruments, (online)
Bermotor Di Yogyakarta: (http://www.teledyne-ai.com,
KES MAS, (online), (http:// diakses 3 Desember 2013).
www.penganten.com/Carbon
%20Actif/proposal%20active Pujiyanto, F. T., 2010, Pembuatan
%20carbo%20OK%20K.pdf, Karbon Aktif, (Online),
diakses 3 Desember 2013). http://lontar.ui.ac.id/file?file=
digital/131558-T%2027522-
Masitoh, Y., F., dan Sianita-B, M., Pembuatan% 20karbon-
M., 2013, Pemanfaatan Arang Tinjauan%20literatur.pdf,
Aktif dari Kulit Buah Coklat diakses 28 April 2014).
(Theobroma cacao L.)
sebagai Adsorben Logam
Riyadi, S., 1982, Pencemaran (Online),http://file.upi.edu/Di
Udara, Usaha Nasional: rektori/FPIPS/JUR._PEND._
Surabaya. SEJARAH/19590305198901
1-SYARIF_MO
Sastrawijaya, A. T., 1991, EIS/Masyarakat_Urban/Bab_
Pencemaran Lingkungan, IX.pdf, diakses 29 April
Rineka Cipta: Surabaya. 2014).

Sekretaris Kota (Sekkot) Makassar, Sugiarti, 2009, Gas Pencemar Udara


Jaya, A., 2013, Kualitas dan Pengaruhnya Bagi
Udara Makassar Kesehatan Manusia: Chemica
Memprihatinkan, (online), (Online), 10, (1),
http://beritakotamakassar.com (http://ojs.unm.ac.id/index.ph
/index.php/metro-makassar/ p/chemica
5599 -- kualitas- udara- /article/download/399/pdf,
makassar- diakses 3 Desember 2013).
meprihatinkan.html, diakses
28 April 2014). Tamin, O. Z., dan Dharmowijoyo, D.
B., 2011, Menuju Terciptanya
Setyawati, 2002, Pencemaran Sistem Transportasi Kota
Lingkungan, Rineka Cipta: hemat Energi dan Ramah
Surabaya. Lingkungan di Kota-Kota
besar di Indonesia, (Online),
Sitorus, B., 2010, Pengaruh (htpp://OFYAR%20_Z_TAM
Campuran Kadar Kerosin IN_Presentasi_LOKAKARY
dalam Premium terhadap A_ENERGI.pdf, diakses 29
Emisi Gas Oksida dan April 2014).
Nitrogen Oksida pada
Kendaraan Bermotor: Ilmiah Universitas Sumatera Utara, 2011 a,
Fakultas Teknik (Online), 6, Produksi Asam Asetat dan
(2),(http://portal.kopertis3.or.i Asam Laktat melalui
d/bitstream/123456789/955/1 Fermentasi Biji Kakao
/Jurnal%20Limit%27s%20Vo (Theobroma cacao L.)
l%206%20No.2.pdf, diakses dengan menggunakan
3 Desember 2013). mikroorganisme, (Online),
10, (1), (http://repository.usu.
Syafril, 2012, Pencemaran Udara di ac.id/bitstream/123456789/19
Kota Makassar: (online), 461/4/Chapter%20II.pdf,
http://bio0656.wordpress.com diakses 3 Januari 2014).
/2012/09/13/pencemaran-
udara-di-kota-makassar/, Universitas Sumatera Utara, 2011 b,
diakses 28 April 2014). Hujan Asam, (Online),
http://repository.usu.ac.id/bits
Syarif, 2011, Pencemaran Udara tream/123456789/39834/4/Ch
Akibat kemacetan Lalu apter%20II.pdf, diakses 29
Lintas, April 2014).

Anda mungkin juga menyukai