TEKNOLOGI BAHAN
Dosen Pengampu: Algazt Arsyad Masagala, S.T., M.eng.
Disusun oleh:
Disusun oleh:
Laporan ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat
Sarjana S-1 Program Studi Teknik Sipil
Disusun oleh:
Laporan Tugas Besar Teknologi Bahan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:
Disetujui dan disahkan oleh:
Catatan Asistensi
2 Sabtu, • Pendahuluan-Pelaksanaan
24 Okt 2020 Bab 1-5 ACC
Bab 6-10 Revisi
• Lanjut Pendahuluan-Pelaksanaan
Bab 11-15
Selasa, • Pendahuluan-Pelaksanaan
3 27 Okt 2020 Bab 6-10 ACC
Bab 11-15 Revisi
• Lanjut Pendahuluan-Pelaksanaan
Bab 16-20
4 Sabtu,
• Pendahuluan-Pelaksanaan
31 Okt 2020
Bab 11-15 ACC
Bab 16-20 Revisi
• Lanjut Perhitungan-Kesimpulan
Bab 1-5
Selasa,
• Perhitungan-Kesimpulan
3 Nov 2020
Bab 1-5 Revisi
Sabtu, • Perhitungan-Kesimpulan
7 Nov 2020 Bab 1-5 ACC
• Lanjut Perhitungan-Kesimpulan
• Bab 6-10
• Grafik Bab 7 & 8
UNIVERSITAS TEKNOLOGI
YOGYAKARTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI LEMBAR ASISTENSI
PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL
Sabtu, • Perhitungan-Kesimpulan
14 Nov 2020 Bab 6-10ACC
• Grafik Bab 7 & 8 ACC
• Lanjut Perhitungan-Kesimpulan
Bab 11-15, Grafik Bab 13
Selasa, • Perhitungan-Kesimpulan
16 Nov 2020 Bab 11-15 Revisi
• Grafik Bab 13 Revisi
Sabtu,
• Perhitungan-Kesimpulan
21 Nov 2020
Bab 11-15 ACC
• Grafik Bab 13 ACC
• Lanjut Perhitungan-Kesimpulan
Bab 16-20, Grafik Bab 17 & 18
Selasa,
23 Nov 2020 • Perhitungan-Kesimpulan
Bab 16-20 Revisi
• Grafik Bab 17 & 18 Revisi
Sabtu, • Perhitungan-Kesimpulan
28 Nov 2020 Bab 16-20 ACC
• Grafik Bab 17 & 18 ACC
• Gambar alat dan gambar
pelaksanaan ACC
Tabel 1.1 Kekuatan Kayu Berdasarkan Berat Jenis Kering udara ........................... 2
Tabel 7.1 Hasil Pengujian Modulus Halus Butiran Pasir....................................... 26
Tabel 8.1 Hasil Pengujian Modulus Halus Butiran Kerikil ................................... 33
Tabel 9.1 Ukuran Bejana dan Ukuran Batu yang Diuji ......................................... 39
Tabel 10.1 Pengelompokkan Kayu Menurut Kelas Kekuatan ............................... 44
Tabel 10.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Kayu ....................................................... 45
Tabel 11.1 Kelas Kuat Kayu Berdasar Berat Jenis Kering Udara ......................... 48
Tabel 11.2 Pemeriksaan Ukuran Kayu................................................................... 51
Tabel 12.1 Pemeriksaan Ukuran Tulangan ............................................................ 54
Tabel 14.1 Data Hasil Praktikum ........................................................................... 65
Tabel 14.2 Nilai Deviasi ........................................................................................ 66
Tabel 14.3 Nilai Slump .......................................................................................... 66
Tabel 14.4 Volume Air .......................................................................................... 67
Tabel 14.5 Faktor Air Semen ................................................................................. 68
Tabel 14.6 Kuat Tarik Beton Untuk berbagai Faktor Air Semen .......................... 68
Tabel 14.7 Volume Agregat tiap Satuan Volume Adukan Beton .......................... 69
Tabel 14.8 Formulir Perancangan Campuran Adukan Beton Metode ACI ........... 71
Tabel 14.9 Tabel Kebutuhan Benda Uji Silinder Beton ........................................ 72
Tabel 14.9 Tabel Kebutuhan Benda Uji Kubus Beton ........................................... 72
Tabel 14.9 Tabel Kebutuhan Benda Uji Balok Beton............................................ 73
Tabel 16.1 Data Hasil Praktikum ........................................................................... 84
Tabel 16.2 Spesifikasi Benda Uji ........................................................................... 84
Tabel 17.1 Jenis-Jenis Beton dan Kuat Tekan ....................................................... 88
Tabel 17.2 Faktor Konversi Kekuatan Beton Berdasarkan Umur ......................... 90
Tabel 18.1 Jenis-Jenis Beton dan Kuat Tekan ....................................................... 95
Tabel 18.2 Hasil Pengukuran Dimensi................................................................... 97
Tabel 19.1 Hasil Pengukuran Dimensi dan Berat Beton Balok ........................... 107
Tabel 20.1 Pemeriksaan Berat dan Gradasi Benda Uji ........................................ 112
Tabel 20.1 Pemeriksaan Jumlah dan Berat Bola Baja ......................................... 112
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Kadar Air Kayu ................................ 4
Gambar 2.1 Kandungan Lumpur Dalam Pasir ......................................................... 8
Gambar 3.1 Hasil Pemeriksaan Kandungan Lumpur ............................................. 11
Gambar 4.1 Warna Larutan NaOh 3% Setelah Pengujian ..................................... 15
Gambar 5.1 Kondisi Agregat ................................................................................. 17
Gambar 5.2 Kriteria Benda Uji .............................................................................. 18
Gambar 5.3 Hasil Pengujian SSD .......................................................................... 19
Gambar 6.1 Berat Pasir Kering Tungku................................................................. 23
Gambar 7.1 Hasil Pemeriksaan Modulus Agregat Halus Pasir.............................. 29
Gambar 9.1 Berat Satuan Agregat ......................................................................... 42
Gambar 10.1 Kayu Setelah Uji Kuat Tekan........................................................... 47
Gambar 11.1 Hasil Pengujian Kuat Lentur Kayu .................................................. 52
Gambar 12.1 Hasil Praktikum ................................................................................ 55
Gambar 13.1 Kondisi Tulangan Setelah Pengujian ............................................... 61
Gambar 14.1 Hasil Perancangan Adukan Beton Metode ACI ............................... 74
Gambar 15.1 Mengukur Nilai Slump ..................................................................... 79
Gambar 16.1 Pembuatan Silinder Beton ................................................................ 86
Gambar 17.1 Uji Kuat Tekan Silinder ................................................................... 94
Gambar 18.1 Pengujian Kuat Tekan Kubus ......................................................... 103
Gambar 19.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Balok ................................................ 110
Gambar 20.1 Hasil Benda Uji Ketahanan Aus Kerikil ........................................ 114
BAB 1
PEMERIKSAAN BERAT JENISDAN
KADAR AIR KAYU
BAB 1
PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN KADAR AIR KAYU
1.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan berat jenis dan kadar air kayu merupakan hal yang paling penting
untuk mengetahui kelas kuat kayu dan kondisi kayu sudah kering udara atau belum.
1.2 TUJUAN
Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui cara memeriksa berat jenis dan
kadar air kayu.
1.5 PERALATAN
1. Gergaji.
2 Timbangan.
3. Kaliper.
4. Tungku pemanas (Oven).
1.6 PELAKSANAAN
1. Menyiapkan benda uji.
2. Menimbang benda uji.
3. Mengukur dimensi benda uji.
4. Memasukkan benda uji kedalam tungku pengering (oven) dengan suhu 105℃
selama 2-3 hari sampai beratnya tetap.
5. Mengeluarkan benda uji setelah 24 jam proses pengeringan, kemudian
mendinginkannya terlebih dahulu.
6. Menimbang kembali benda uji.
7. Mengukur kembali dimensi benda uji (benda uji yang telah melalui proses
pengeringan dalam tungku pengering).
1.8 HITUNGAN
1. Volume kayu semula (V₁) = p x l x t
= 121,283 mm³
= 121,3 cm³
B₂
2. Berat jenis kayu =
V₁
79,5
=
121,3
= 0,655 gr/cm³
B1−B2
3. Kadar kayu semula = x 100%
B2
80,25−79,5
= x 100%
79,5
= 0,94 %
𝐵1
4. Bobot isi =
𝑉1
80,25
=
121,3
= 0,66 gr/cm³
1.9 PEMBAHASAN
Pemeriksaan berat jenis dan kadar air kayu yang dilakukan dengan
menggunakan sample sebuah kayu dengan ukuran 49,5mm×49,8mm×49,2mm
dimana kayu yang kami gunakan adalah kayu jati. Dalam pengujian ini kayu
tersebut dicari berat jenis dan kadar airnya dengan cara menimbang berat kering
dan berat semulanya serta mengukur volumenya. kayu jati termasuk kayu yang
berkualitas tinggi. Dari data analisis hitungan percobaaan didapat hasil,
a. Berat jenis kayu = 0.655 gr/cm3.
b. Kadar air kayu = 0,94 %
Berdasarkan PUBI 1982 pasal 37, kayu yang kami uji masuk dalam kelas kuat
II dilihat dari berat jenisnya. kayu ini baik digunakan jika dipadukan dengan bahan
bangunan yang lain untuk membentuk struktur utama atau struktur pendukung.
Sedangkan untuk batas kering dan basah menurut PUBI 1982 sebesar 20%. Kadar
air kayu jati yang kami uji sebesar 0,95 %, berarti masih masuk sesuai standar yang
ada. Apabila kayu yang akan digunakan untuk konstruksi bangunan kadar airnya
lebih dari 20 % sebaiknya dijemur atau dikeringkan terlebih dahulu.
Gambar 1.1 Hasil pengujian berat jenis dan kadar air kayu
(Sumber : Hasil Praktikum Teknologi Bahan 1C,2019)
A. Benda Uji
Jenis kayu : Jati
Ukuran kayu :
Panjang (p) = 49,5 mm
Lebar (l) = 49,8 mm
Tinggi (t) = 49,2 mm
B. Hasil Pengujian
Berat kayu semula (B1) = 80,25 gr
Berat kayu kering tungku (B2) = 79,5 gr
C. Analisis Data
Volume kayu semula (V1) = p x l x t = 121,3 cm3
𝐵2
Berat jenis kayu = ( ) = 0,655 gr/cm3
𝑉1
𝐵1
Bobot isi = ( ) = 0,661 gr/cm3
𝑉1
𝐵1 − 𝐵2
Kadar air kayu semula = ( ) x 100% = 0,94 %
𝐵2
D. Kesimpulan
Menurut berat jenisnya kayu ini termasuk (*) = I / II / III / IV
kelas kuat (Tabel 37-3 PUBI 1982).
E. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu.
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Gergaji kayu berfungsi untuk memotong kayu.
2. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram diperlukan untuk benda uji kayu
ukuran 5 cm x 5 cm.
3. Kaliper (jangka sorong) berfungsi untuk mengukur kayu dengan ukuran 5 cm
x 5 cm.
4. Tungku Pengering (Oven) dilengkapi dengan pengatur suhu untuk dapat
memelihara keseragaman temperature 110˚C ± 5˚C.
GAMBAR PELAKSAANAAN
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Menimbang benda uji.
2. Mengukur dimensi benda uji.
3. Menimbang kembali benda uji, setelah dioven dan didinginkan.
BAB 2
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR
DALAM PASIR
(Cara Volume Endapan Ekivalen)
BAB 2
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Volume Endapan Ekivalen)
2.1 PENDAHULUAN
Pasir adalah butiran-butiran mineral yang lolos ayakan 4,8mm dan tertinggal
diatas ayakan 0,007m. Di dalam pasir juga terdapat kandungan-kandungan mineral
yang lain seperti tanah dan silt. Pasir yang digunakan untuk bahan bangunan harus
memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam PUBI-1982. Pasir yang digunakan
sebagai bahan bangunan, jika kandungan lumpur di dalamnya tidak lebih dari 5%
dengan cara endapan ekivalen, kadar lumpur dalam pasir yang dinyatakan dalam
(%) dapat diketahui secara tepat.
2.2 TUJUAN
Pemeriksaan pasir dengan cara volume endapan ekivalen bertujuan untuk
mengetahui besarnya kadar lumpur dalam pasir tersebut.
2.5 PERALATAN
2.6 PELAKSANAAN
1. Mengisi gelas ukur dengan pasir yang telah disediakan terlebih dahulu sampai
450cc, kemudian menambahkan air sehingga mencapai 900cc.
2. Menutup gelas sampai benar-benar rapat, kemudian mengocoknya sebanyak
kurang lebih 60 kali.
3. Mendiamkan selama kurang lebih 1 jam.
4. Memeriksa kemudian mencatat tinggi endapan lumpur yang berada di atas
pasir (berapa cc ketebalannya).
2.8 HITUNGAN
VL
Kandungan lumpur dalam pasir = x 100 %
VP
21
= x 100 %
450
= 4,67 %
2.9 PEMBAHASAN
Dari hasil analisa percobaan pemeriksaan kandungan Lumpur dalam pasir,
pasir yang kami uji sebanyak 450 cc dan ditambahkan air bersih hingga gelas ukur
mencapai 900 cc setelah itu dikocok sebanyak 60 kali dan didiamkan selama 1 jam.
Didapatkan kandungan lumpur sebanyak 21 cc dan dinyatakan dalam persen
sebanyak 4,67%. Dapat disimpulkan bahwa kandungan lumpur dalam pasir kurang
dari 5%. Menurut PUBI 1982 pasal 11, batas lumpur yang ada di pasir maksimal
5%. Maka pasir tersebut dapat digunakan untuk campuran beton.
2.10 KESIMPULAN
Berdasarkan data praktikum pemeriksaan kandungan lumpur dalam pasir
terdapat kandungan lumpur sebanyak 21 cc atau kurang dari 5% dari sample pasir
(benda uji) yang berasal dari merapi.
A. Benda Uji
Pasir asal : Merapi
B. Hasil Pengujian
Volume pasir semula (VP) = 450 cc
Volume endapan Lumpur sekitar (VL) = 21 cc
𝑉𝐿
Kandungan lumpur dalam pasir = x 100% = 4,67 %
𝑉𝑃
C. Kesimpulan
Berdasarkan kandungan lumpur ini, pasir memenuhi / tidak memenuhi (*)
(PUBI 1982 Pasal 11)
D. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu.
Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jika kandungan
lumpur di dalamnya tidak lebih dari 5% (PUBI 1982 Pasal 11)
(1) (2)
Keterangan:
1. Gelas ukur tak berwarna (transparan) dengan ukuran 1000 cc
berfungsi untuk mengisi benda uji pasir dan air.
2. Penutup gelas ukur berfungsi agar benda uji pada gelas ukur tidak
tumpah saat dikocok.
GAMBAR PELAKSAAN
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Mengisi gelas ukur dengan pasir yang telah disediakan terlebih dahulu sampai
450 cc, kemudian menambahkan air sehingga mencapai 900 cc.
2. Menutup gelas sampai benar-benar rapat, ukur, kemudian mengocok sebanyak
kurang lebih 60 kali.
3. Mendiamkan selama kurang lebih 1 jam. Periksa kemudian mencatat tinggi
endapan lumpur yang berada diatas pasir (berapa cc ketebalannya).
BAB 3
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR
DALAM PASIR
(Cara Ayakan Nomor 200)
BAB 3
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Ayakan Nomer 200)
3.1 PENDAHULUAN
Pasir adalah butiran-butiran mineral yang lolos ayakan 4,8 mm dan tertinggal
di atas ayakan 0,075 mm. Di dalam pasir juga masih terdapat kandungan –
kandungan mineral yang lain seperti tanah dan silt. Pasir yang digunakan untuk
bahan bangunan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam PUBI – 1982.
Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jika kandungan lumpur di
dalamnya tidak lebih dari 5%. Dengan cara endapan ekivalen, kadar lumpur dalam
pasir yang dinyatakan dalam persen (%) dapat diketahui secara cepat.
3.2 TUJUAN
Pemeriksaan pasir dengan cara ayakan nomer 200 bertujuan untuk
mengetahui besarnya kadar lumpur ( tanah liat dan silt) dalam pasir tersebut.
3.5 PERALATAN
1. Ayakan nomer 200.
2. Ayakan 4,8 mm.
3. Nampan pencuci.
4. Tungku pengering (oven).
5. Timbangan dengan ketelitian 0,1 %.
3.6 PELAKSANAAN
1. Mengambil pasir kering tungku yang lewat ayakan 4,8 mm seberat 500 gram
(B1).
2. Memasukan pasir tersebut ke dalam nampan pencuci dan menambahkan air
secukupnya sampai semuanya terendam.
3. Mengoncang – goncang nampan, kemudian menuangkan air cucian ke dalam
ayakan nomer 200 (butir – butir besar dijaga jangan sampai masuk ke dalam
ayakan supaya tidak merusak ayakan).
4. Mengulangi langkah ke 3 sampai cucian tampak bersih.
5. Memasukan kembali butir- butir pasir yang tersisa di ayakan nomer 200 ke
dalam nampan, kemudian memasukannya kedalam tungku untuk di
keringkan kembali.
6. Menimbang kembali pasir setelah kering tungku (B2).
3.9 PEMBAHASAN
Dari hasil analisa percobaan pemeriksaan kandungan Lumpur dalam pasir
(cara ayakan nomor 200) kami mencuci pasir dengan manual menggunakan cawan
karena di laboratorium Teknologi Bahan Universitas Teknologi Yogyakarta tidak
terdapat ayakan nomor 200. Setelah itu pasir dicuci hingga air terlihat jernih, pasir
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam cawan dan dikeringkan dalam oven.
Setelah pasir dikeringkan dalam oven selama ±24 jam kemudian ditimbang dan
didapatlah pasir kering seberat 474,25 gr dan dinyatakan dalam persen sebesar
5,15%. maka pasir tersebut tidak dapat langsung digunakan sebagai campuran beton
karena pasir tersebut melebihi kandungan lumpur yang ditentukan yaitu lebih dari
5%. Maka akan lebih baik lagi jika pasir tersebut akan digunakan dicuci terlebih
dahulu agar daya ikatnya lebih sempurna sehingga kekuatan beton akan tercapai.
A. Benda Uji
Pasir asal = Merapi
Berat pasir semula (B1) = 500 gr
B. Hasil Pengujian
Berat pasir setelah dicuci dan kering tungku (B2) = 474,25 gr
B1 − B2
Kandungan lumpur = x 100% = 5,15 %
B1
C. Kesimpulan
Berdasarkan kandungan lumpur ini, pasir memenuhi / tidak memenuhi (*)
(PUBI 1982 Pasal 11)
D. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu.
Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jika kandungan
lumpur di dalamnya tidak lebih dari 5% (PUBI 1982 Pasal 11)
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Ayakan nomor 200 untuk mengayak benda uji.
2. Ayakan 4,8 mm untuk mengayak benda uji.
3. Nampan pencuci sebagai tempat / wadah untuk mencuci benda uji.
4. Tungku pengering (oven) dilengkapi dengan pengatur suhu untuk dapat
memelihara keseragaman temperatur 110 ± 5℃
5. Timbangan dengan ketelitian 0,1% menimbang benda uji.
GAMBAR PELAKSANAAN
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Mengambil pasir kering tungku yang lewat ayakan 4,8 mm seberat 500 gram
(B1).Memasukkan pasir tersebut kedalam nampan pencuci dan menambahkan
air secukupnya sampai semuanya terendam.
2. Mengoncang-goncangkan nampan, kemudian menuang air cucian kedalam
ayakan nomor 200 (menjaga butir-butir besar jangan sampai memasuki
kedalam ayakan supaya tidak merusak ayakan). Mengulangi langkah ini
sampai cucian tampak bersih.
3. Memasukkan kembali butir-butir pasir yang tersisa di ayakan nomor 200 ke
dalam nampan, kemudian memasukkan kedalam tungku untuk dikeringkan
kembali.
4. Menimbang kembali pasir setelah kering tungku (B2).
BAB 4
PEMERIKSAAN ZAT ORGANIS DALAM PASIR
BAB 4
PEMERIKSAAN ZAT ORGANIS DALAM PASIR
4.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan ini merupakan cara untuk mengetahui adanya kotoran organis
yang melekat pada pasir alam, yang akan mempengaruhi mutu mortar atau beton
yang dibuat. Warna gelap yang terjadi pada pemeriksaan ini tidak dapat digunakan
sebagai tolak ukur apakah pasir tersebut dapat digunakan dalam adukan, karena
warna gelap tersebut bisa berasal dari arang atau mangaan yang terkandung dalam
pasir tersebut.
4.2 TUJUAN
Pada prinsipnya pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menentukan apakah
perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut atau tidak, misalnya untuk pemeriksaan
keawetan dan kekuatan beton yang di buat dengan menggunakan pasir tersebut.
4.6 PELAKSANAAN
1. Memasukan benda uji (pasir) kedalam gelas ukur.
2. Menambahkan larutan NaOH 3% sehingga setelah mengocok isi gelas ukur
harus mencapai 200 ml. (mengocok kuat – kuat sampai betul – betul teraduk
secara merata).
3. Mendiamkan selama 24 jam dan setelah itu membandigkan warna cairan di
atas endapan pasir dengan warna standart (Tinto Meter).
4.8 PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan Pemeriksaan zat organis dalam pasir diperoleh cairan
organik yang berwarna lebih terang dari warna standar, warna tersebut diperoleh
setelah 3% larutan NAOH dicampur dengan pasir. Ini membuktikan bahwa pasir
tersebut dapat digunakan langsung sebagai campuran beton sesuai PUBI 1982 pasal
11, namun jika warna cairan organik gelap atau lebih gelap dari warna standar maka
pasir yang diuji mengandung zat organis yang banyak, ada baiknya pasir dicuci
terlebih dahulu sebelum digunakan agar kandungan organisnya berkurang dan pasir
mempunyai daya rekat yang kuat.
Gambar 4.1 Warna larutan NaOh 3% setelah pengujian
(Sumber: Hasil Praktikum Teknologi Bahan 1C, 2019)
4.9 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil Analisa percobaan pemeriksaan zat organis dalam pasir
didapat warna zat organik lebih muda dari warna standar maka pasir dapat langsung
digunakan sesuai PUBI 1982 pasal 11.
A. Benda Uji
Pasir asal = Merapi
B. Hasil Pengujian
Warna larutan NaOH 3% di atas pasir lebih muda / lebih tua (*) dari warna
standar.
C. Kesimpulan
Berdasarkan kandungan lumpur ini, pasir memenuhi / tidak memenuhi (*)
(PUBI 1982 Pasal 11)
D. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu.
Warna larutan NaOH 3% diatas endapan pasir tidak boleh lebih gelap/lebih
tua dari warna larutan pembanding (PUBI 1982 Pasal 11)
(1) (2
(3) (4)
Keterangan:
1. Gelas ukur yang tidak berwarna dan mempunyai tutup dari karet atau yang lain
serta tidak larut dalam larutan NaOH 3% untuk mengisi benda uji berupa pasir.
2. Warna standar (Tinto meter) sebagai pembanding warna hasil dari benda uji
yang telah diuji dengan warna standar.
3. Larutan NaOH 3% untuk dicampurkan dengan pasir. Larutan ini dibuat dengan
melarutkan 3 bagian berat NaOH dalam 97 bagian berat air suling.
4. Plastik atau karet untuk menutup gelas ukur.
GAMBAR PELAKSANAAN
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Memasukkan benda uji kedalam gelas ukur.
2. Menambahkan larutan NaOH 3% sehingga setelah mengocok isi gelas ukur
harus mencapai 200 ml. (mengocok kuat-kuat sampai betul-betul teraduk
secara merata).
3. Kemudian mendiamkan selama 24 Jam dan setelah itu membandingkan warna
cairan diatas endapan pasir dengan warna standar (Tinto meter).
BAB 5
PEMERIKSAAN SSD PASIR
BAB 5
PEMERIKSAAN SSD PASIR
5.1 PENDAHULUAN
Pasir merupakan bahan pengisi beton sehingga perlu diperiksa dengan
menggunakan uji SSD. Dengan pemeriksaaan SSD ini akan diperoleh pasir yang
sesuai sebagai bahan campuran adukan beton, yang berhubungan dengan sedikit
atau banyaknya air yang dikandung oleh pasir tersebut.
5.2 TUJUAN
Mengetahui pasir uji termasuk dalam jenis SSD kering, basah, atau ideal.
5.5 PERALATAN
1. Kaliper (jangka sorong).
2. Corong uji SSD pasir.
3. Tongkat pemadat.
5.6 PELAKSANAAN
1. Meletakkan corong cetakan diatas permukaan yang rata dan kering.
2. Mengisi corong cetakan dalam 3 lapis, masing – masing sekitar 1/3 bagian
volume corong.
3. Memasukkan 1/3 lapisan pertama kedalam corong kemudian menusuk –
nusuknya menggunakan batang baja diameter 16 mm, panjang 60 cm, dan
berujung bulat. Melakukan langkah penusukan sebanyak 25 kali.
4. Penusukan harus merata selebar permukaan dan tidak boleh sampai masuk ke
dalam lapisan sebelumnya.
5. Setelah lapis pasir yang terakhir selesai proses penusukan kemudian
meratakan permukaannya sehingga permukaannya rata dengan sisi atas
cetakan (corong uji SSD pasir).
6. Menunggu sekitar 30 detik, kemudian menarik corong cetakan keatas secara
perlahan – lahan dan hati – hati sehingga benar – benar tegak ke atas.
7. Kriteria benda uji dapat dilihat pada gambar berikut:
(3) (4)
Gambar 5.2 Kriteria benda uji
(Sumber: Modul Teknologi Bahan, 2019)
Keterangan gambar :
1. Corong uji SSD Pasir.
2. Pasir Basah.
3. Pasir Kering.
4. Pasir SSD (kondisi ideal).
5.9 KESIMPULAN
Data hasil percobaan pemeriksaan SSD pasir diperoleh pasir dalam kondisi
basah. Di mana di dalam butiran dan permukaan banyak mengandung air. Sangat
dianjurkan untuk mengeringkan pasir terlebih dahulu sampai pasir mendekati
kondisi SSD.
A. Benda Uji
Pasir asal : Merapi
B. Alat
Corong kerucut : diameter dasar = 8,97 cm
diameter atas = 3,72 cm
tinggi = 7,55 cm
C. Hasil Pengujian
Kondisi Pasir *) : Basah ()
Kering (-)
Ideal/SSD (-)
*) Diberi tanda ( ) untuk jawaban yang sesuai.
D. Kesimpulan
Pasir harus (dikeringkan / diberi air)*
E. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Kaliper ( jangka sorong) berfungsi mengukur corong uji.
2. Corong uji SSD pasir berfungsi untuk mengisi benda uji dan sebagai
pembanding.
3. Tongkat pemadat berfungsi untuk memadatkan benda uji pasir dengan
cara ditusuk.
GAMBAR PELAKSANAAN
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Meletakan corong cetakan di atas permukaan yang sta dan kering.
2. Mengisi corong cetakan dalam 3 lapis, masing-masing sekitar 1/3
bagian volume corong.
3. Memasukan 1/3 lapis pertama kedalam corong kemudian menusuk-
nusuk dengan mengunakan batang baja. Langkah penusukan dilakukan
sebanyak 20 kali. Penusukan harus merata selebar permukaan dan tidak
boleh sampai masuk ke dalam lapisan sebelumnya.
6.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan berat jenis dan SSD pasir merupakan hal yang penting untuk
mengetahui pasir tersebut telah memenuhi syarat atau belum untuk bahan campuran
adukan beton.
6.2 TUJUAN
Berat volume agregat adalah massa per satuan volume bahan agregat dalam jumlah
besar, dimana volume tersebut termasuk volume partikel itu sendiri dan volume
rongga antar partikel . Volume pasir adalah volume dari wadah Berat jenis
digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh agregat. Berat jenis dari
agregat pada akhirnya akan menentukan berat jenis dari beton sehingga secara
langsung menentukan banyaknya campuran agregat dalam campuran beton.
Pemeriksaan berat jenis dan SSD pasir merupakan hal yang penting untuk
mengetahui pasir tersebut telah memenuhi syarat atau belum untuk bahan campuran
adukan beton. (misal pada Peraturan Umum untuk Bahan Bangunan di Indonesia
(PUBI), 1982 Pasal 11 Pasir Beton “Syarat berat jenis pasir yang baik
6.1 BENDA UJI
Benda uji berupa pasir SSD seberat 500 gram.
6.2 PERALATAN
1. Tabung ukur (Volumetric flush) 1000 ml.
2. Tungku pengering (oven).
3. Timbangan.
4. Loyang.
6.3 PELAKSANAAN
1. Mengisi tabung ukur dengan air pengering line akhir tabung ukur (Volumetric
flush).
2. Menimbang, kemudian mengeluarkan air.
3. Menyediakan pasir SSD sebanyak 500 gr.
4. Masukkan pasir SSD ke dalam tabung ukur dan jangan sampai tumpah.
5. Setelah itu, memasukkan air sampai line akhir tabung ukur.
6. Menggoyang-goyang sampai udara nampak keluar.
7. Memberi air sampai line akhir tabung ukur.
8. Mengeluarkan air dari tabung ukur.
9. Mengeluarkan pasir dari tabung ukur dan mengeringkan selama 36 jam.
6.8 HITUNGAN
𝐷
1. Berat jenis kering tungku =[ ]
((𝐶+𝐵)−𝐴)
465,2
= [(( ]
1295+500)−1602,7)
= 2,42
500
=[ ]
((1295+500)−1602,7)
= 2,6
𝐵−𝐷
3. Presentase penyerapan air = x 100%
𝐷
500−465,2
= x 100%
465,2
= 7,48 %
6.9 PEMBAHASAN
Pemeriksaan berat jenis dan SSD pasir yang dilakukan dengan cara
membandingkan antara massa pasir asli dengan massa air murni. Pemeriksaan berat
jenis dan SSD pasir merupakan hal yang penting untuk mengetahui pasir tersebut
telah memenuhi syarat atau belum untuk bahan campuran adukan beton.
Setelah melakukan praktikum pengujian berat jenis pasir maka didapatkan
hasil analisis hitungan sebagai berikut:
a) Berat jenis kering tungku : 2,42
b) Berat jenis pasir SSD kering tungku : 2,6
c) Presentase penyerapan air : 7,48 %
Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa pengujian berat jenis
pasir SSD kering tungku yang kami lakukan menunjukkan hasil sebesar 2,6 gr
sehingga pasir tersebut termasuk kondisi baik menurut PUBI 1982 Pasal 11 Pasir
Beton “syarat berat jenis pasir yang baik adalah 2,4-2,9”.
Gambar 6.1 Berat pasir kering tungku
(Sumber: Hasil Praktikum Teknologi Bahan 1C, 2019)
6.10 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa pemeriksaan berat jenis pasir didapat hasil berat
jenis kering tungku: 2,42, berat jenis pasir SSD kering tungku: 2,6, presentase
penyerapan air: 7,48 %. Pasir telah memenuhi syarat sesuai PUBI 1982 pasal 11
Pasir Beton.
A. Benda Uji
Pasir asal = Merapi
B. Hasil Pengujian
Berat pasir + tabung ukur + air (A) = 1602,7 gr
Berat pasir SSD (B) = 500 gr
Berat tabung ukur + air (C) = 1295 gr
Berat pasir kering tungku (D) = 465,2 gr
C. Analisis Data
𝐷
Berat jenis kering tungku [((𝐶+𝐵)−𝐴)] = 2,42 gr
𝐵
Berat jenis pasir SSD kering tungku [((𝐶+𝐵)−𝐴)] = 2,6 gr
𝐵−𝐷
Presentase penyerapan air x 100% = 7,48 %
𝐷
D. Kesimpulan
Menurut berat jenis dan SSD pasir, benda uji memenuhi / tidak memenuhi
syarat (*).
E. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu.
Untuk berat jenis pasir SSD yang baik adalah 2,4 – 2,9.
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Tabung ukur (Volumetric Flush) 1000 ml.
2. Tungku pengering (oven).
3. Timbangan dengan ketelitian 0,1% menimbang benda uji.
4. Loyang sebagai wadah untuk mencuci benda uji
GAMBAR PELAKSANAAN
(1) (2)
(3) (4)
(5) (6)
Keterangan:
1. Mengisi tabung ukur air sampai line akhir tabung ukur (Volumetric
Flush) 1000 ml. Menimbang, kemudian mengeluarkan air.
2. Menyediakan pasir SSD sebanyak 500 gr.
3. Memasukkan pasir SSD kedalam tabung ukur dan jangan sampai
tumpah.
4. Setelah itu memasukkan air sampai line akhir tabung ukur.
Kemudaian, menggoyang-goyang sampai udara nampak keluar.
5. Diberi air sampai line akhir tabung ukur.
6. Mengeluarkan air dari tabung ukur. Kemudian, mengeluarkan pasir dari
tabung ukur dan mengeringkan selama 36 jam.
BAB 7
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS
BUTIRAN PASIR
BAB 7
7.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan ini adalah salah satu cara untuk mengetahui nilai kehalusan dan
kekasaran suatu agregat. Kehalusan atau kekasaran dapat mempengaruhi kelecakan
dari mortar beton, apabila agregat halus yang terdapat dalam mortar terlalu banyak
akan menyebab lapisan tipis dari agregat halus dan semen akan naik ke atas.
7.2 TUJUAN
Untuk mengetahui nilai kehalusan atau kekasaran butiran pasir.
7.5 PERALATAN
1. Satu set ayakan 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15 mm;
dan untuk sisa.
2. Alat getar ayakan (sieve saker).
3. Timbangan.
4. Kuas untuk membersihkan ayakan.
5. Cawan.
7.6 PELAKSANAAN
1. Mengambil pasir dan menimbang sebanyak 500 gram.
2. Menyiapkan satu set ayakan dan menyusun dari atas kebawah sesuai dengan
ukurannya.
3. Memasukan pasir kedalam set ayakan.
4. Memasang set ayakan kedalam alat getar ayakan kemudian digetarkan selama
± 1 menit.
5. Mengambil ayakan dari alat getar, kemudian mengambil dan menimbang pasir
yang tertinggal dari masing-masing tingkat ayakan (tidak boleh ada pasir yang
masih tertinggal dalam ayakan, bila perlu dibersihkan menggunakan kuas).
pasir berkisar antara 1,50-3,80. Semakin besar nilai Modulus Halus Butiran
(MHB) suatu agregat berarti semakin besar butiran agregatnya (semakin kasar).
Menurut SIN No. 1737-1989 maka MHB pasir telah memenuhi syarat dan
gradasi pasir masuk dalam batas I ( Kasar ).
7.1 HASIL PRAKTIKUM
1. Pasir asal = Merapi
2. Berat pasir yang diperiksa = 500 gr
7.2 HITUNGAN
1. Berat Tertinggal (%)
1,3
a. Lubang Ayakan 4,75 = . 100%
499,2
= 0,26 %
51,5
b. Lubang Ayakan 2,36 = . 100%
499,2
= 10,3 %
112,2
c. Lubang Ayakan 1,18 = . 100%
499,2
= 22,4 %
208,3
d. Lubang Ayakan 0,06 = . 100%
499,2
= 41,73%
101,5
e. Lubang Ayakan 0,30 = . 100%
499,2
= 20,3 %
= 4,87 %
0,1
g. Sisa Ayakan = 499,2 . 100%
= 0.02 %
7.9 PEMBAHASAN
Setelah melalui pengujian menggunakan 1 set alat penyaring selama 1 menit
lalu diperoleh nilai berat butiran yang tertinggal dalam satuan (gr). Kemudian dicari
nilai berat dalam satuan (%) kemudian setelah itu diperoleh nilai berat komulatif
tertinggal dan berat komulatif butiran yang lewat ayakan dalam satuan (%).
Pada pemeriksaan Modulus Halus Butir (MHB) pasir dan análisis hitungan
maka diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Total berat tertinggal = 99,84%
b. Total berat komulatif = 312,92%
c. Total berat komulatif lolos ayakan = 287,08%
d. Modulus halus butiran pasir = 3,1292
Berdasarkan data hasil pengujian MHB pasir tersebut menunjukkan hasil
sebesar 3,1292 yang berarti kadar kehalusan pasir dalam keadaan baik karena MHB
pasir berkisar antara 1,50-3,80. Semakin besar nilai Modulus Halus Butiran (MHB)
suatu agregat berarti semakin besar butiran agregatnya (semakin kasar).
A. Benda Uji
Pasir asal = Merapi
Berat pasir yang diperiksa = 500 gr
B. Hasil Pengujian
Lubang Berat tertinggal Berat kumulatif Berat kumulatif
Ayakan (mm) (gr) (%) (%) Lewat ayakan (%)
4,75 1,3 0,26 0,26 99,74
2,36 51,5 10,3 10,56 89,44
1,18 112,2 22,4 32,96 67,04
0,60 208,3 41,66 74,62 25,38
0,30 101,5 20,3 94.92 5,08
0,15 24,3 4,86 99,6 0,4
Sisa 0,1 0,02 Xxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxx
Jumlah 499,2 99,84 312,92 287,08
C. Analisis Data
Modulus Halus Butiran (MHB) pasir : 3,1292
Gradasi pasir masuk daerah (*) : I (kasar)
II (agak kasar)
III (agak halus)
IV (halus)
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian, maka gradasi pasir masuk pada daerah kasar /
agak kasar/ agak halus / halus (*).
E. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu.
Buatlah grafik gradasi pasir pada lembar berikut.
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Keterangan:
1. Satu set ayakan 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15
mm;dan untuk sisa berfungsi menyaring dan menampung benda uji.
2. Alat getar ayakan (siever saker) berfungsi sebagai alat bantu dalam
proses pengayakan.
3. Timbangan berfungsi untuk menimbang benda uji sebelum diayak dan
sesudah diayak.
4. Kuas untuk membersihkan ayakan.
5. Cawan berfungsi sebagai wadah benda uji ketika ditimbang.
GAMBAR PELAKSANAAN
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Keterangan:
1. Mengambil pasir dan menimbang sebanyak 500 gram.
2. Menyiapkan satu set ayakan dan menyusun dari atas ke bawah sesuai
dengan ukurannya.
3. Memasukan pasir ke dalam set ayakan.
4. Memasangkan set ayakan kedalam alat getar ayakan kemudian
digetarkan selama ± 1 menit.
5. Mengambil ayakan dari alat getar, kemudian mengambil dan
menimbang pasir yang tertinggal dari masing-masing tingkat ayakan
(tidak boleh ada pasir yang masih tertinggal dalam ayakan, bila perlu
membersihkan menggunakan kuas)
BAB 8
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS
BUTIRAN KERIKIL
BAB 8
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN KERIKIL
8.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan ini adalah salah satu cara untuk mengetahui nilai variasi butiran
suatu agregat. Variasi butiran agregat kasar dapat mempengaruhi kelecakan dari
mortar beton, apabila agregat kasar yang terdapat dalam mortar terlalu banyak akan
menyebabkan keropos pada beton.
8.2 TUJUAN
Untuk mengetahui nilai kehalusan atau kekasaran butiran kerikil.
8.5 PERALATAN
1. Satu set ayakan 38,1 mm; 25 mm; 19 mm; 9,5 mm; 6,3 mm; 4,75 mm; 2,36
mm; dan untuk sisa.
2. Alat getar ayakan.
3. Timbangan.
4. Kuas pembersih ayakan.
5. Cawan.
8.6 PELAKSANAAN
1. Mengambil kerikil dan menimbang sebanyak 2.000 gram.
2. Menyiapkan satu set ayakan dan menyusun dari atas ke bawah sesuai dengan
ukurannya.
3. Memasukan pasir kedalam set ayakan.
4. Memasang set ayakan ke dalam alat getar ayakan kemudian menggetarkan
selama ± 1 menit.
5. Mengambil ayakan dari alat getar, kemudian mengambil dan timbang pasir
yang tertinggal dari masing-masing tingkat ayakan (tidak boleh ada pasir yang
masih tertinggal dalam ayakan, bila perlu membersihkan menggunakan kuas).
8.8 HITUNGAN
1. Berat Tertinggal (%)
0
a. Lubang Ayakan 38,10 = . 100%
1999,99
=0%
892,65
b. Lubang Ayakan 25,00 = . 100%
1999,99
= 44,6325 %
514,33
c. Lubang Ayakan 19,00 = . 100%
1999,99
= 25,7165 %
401,76
d. Lubang Ayakan 12,75 = . 100%
1999,99
= 20,088 %
134,1
e. Lubang Ayakan 9,50 = . 100%
1999,99
= 6,705%
= 2,277 %
7,5
g. Lubang Ayakan 4,75 = . 100%
1999,99
= 00,375 %
3,3
h. Lubang Ayakan 2,36 = . 100%
1999,99
= 0,165 %
0,8
i. Sisa Ayakan = . 100%
1999,99
= 0,004 %
Jadi total berat tertinggal (%) = 44,6325% + 25,7165% + 20,088% +
6,705% + 2,277% + 0,375% + 0,165% +
0,004%
= 100%
= 6,017325
8.9 PEMBAHASAN
Setelah melalui pengujian menggunakan 1 set alat penyaring selama 1 menit
lalu diperoleh nilai berat butiran yang tertinggal dalam satuan (%), kemudian dicari
nilai berat kemudian setelah itu diperoleh nilai berat komulatif butiran yang lewat
ayakan dalam satuan (%).
Batas MHB pada umumnya diantara 6 - 7,1 pada pemeriksaan Modulus
Halus Butir (MHB) Pasir dan analisis hitungan maka di peroleh hasil sebagai
berikut :
a. Total Berat Tertinggal = 99,999 %
b. Total Berat Komulatif = 601,7325%
c. Total Berat Komulatif Lolos Ayakan = 198,2675%
8.10 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian modulus halus butiran pasir, didapat hasil akhir
sebagai berikut: Total Berat Tertinggal sebanyal 99,999 %, Total Berat Komulatif
sebanyak 601,7325%, Total Berat Komulatif Lolos Ayakan sebanyak 198,2675%,
MHB Keril sebanyak 6,017325, dan Batas Kerikil di batas 1.
A. Benda Uji
Kerikil asal = Merapi
Berat kerikil yang diperiksa = 2000 gr
B. Hasil Pengujian
Lubang Berat tertinggal Berat kumulatif Berat kumulatif
Ayakan (mm) (gr) (%) (%) Lewat ayakan (%)
38,10 0 0 0 100
25,00 892,65 44,6325 44,6325 55,3675
19,00 514,33 25,7165 70,349 29,651
12,75 401,76 20,088 90,437 9,563
9,50 134,1 6,705 97,142 2,858
6,35 45,54 2,277 99,419 0,581
4,75 7,5 0,375 99,794 0,206
2,36 3,3 0,165 99,959 0,041
Sisa 0,8 0,004 xxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxx
Jumlah 1999,98 99,999 601,7325 198,2675
C. Analisis Data
Modulus Halus Butiran (MHB) kerikil : 6,017325
Gradasi kerikil masuk daerah *) : I ()
II (-)
*) Diberi tanda ( ) untuk jawaban yang sesuai.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian, maka gradasi kerikil masuk pada daerah I /
daerah II (*).
E. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu.
Buatlah grafik gradasi kerikil pada lembar berikut.
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Keterangan:
1. Satu set ayakan 38,1 mm; 25 mm; 19 mm; 9,5 mm; 6,3 mm; 4,75 mm;
2,36 mm; dan untuk sisa berfungsi menyaring dan menampung benda
uji.
2. Alat getar ayakan berfungsi sebagai alat bantu dalam proses
pengayakan.
3. Timbangan berfungsi untuk menimbang benda uji sebelum diayak dan
sesudah diayak.
4. Kuas pembersih ayakan.
5. Cawan berfungsi sebagai wadah benda uji ketika ditimbang
GAMBAR PELAKSANAAN
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Keterangan:
1. Mengambil kerikil dan menimbang sebanyak 200 gram.
2. Menyiapkan satu set ayakan dan menyusun dari atas ke bawah sesuai
dengan ukurannya.
3. Memasukan kerikil ke dalam set ayakan.
4. Memasangkan set ayakan kedalam alat getar ayakan kemudian
menggetarkan selama ±1 menit.
5. Mengambil ayakan dari alat getar, kemudian mengambil dan
menimbang kerikil yang teringgal dari masing-masing tingkat ayakan
(tidak boleh ada agregat yang masih tertinggal dalam ayakan, bila perlu
membersihkan menggunakan kuas).
BAB 9
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT
BAB 9
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT
9.1 PENDAHULUAN
Perbandingan antara berat dan volume agregat ( pasir dan kerikil ) termasuk
pori – pori antara butirannya disebut berat volume atau berat satuan.
9.2 TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui cara mencari berat satuan
pasir, kerikil, atau campuran.
9.5 PERALATAN
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat benda uji.
2. Nampan besar.
3. Tongkat pemadat dari baja tahan karat dengan panjang 60 cm, diameter 15
mm, dan ujungnya bulat.
4. Mistar perata.
5. Bejana baja yang kaku, berbentuk s
6. Silinder dengan ukuran seperti pada Tabel 9.1 berikut ini Tabel 9.1 Ukuran
bejana dan ukuran batuan yang diuji
Jenis
Ukuran Bejana Minimum
Pasir Kerikil/Campuran
(Sumber : PUBI-1982)
9.6 PELAKSANAAN
1. Menimbang bejana (B1).
2. Mengukur diameter serta tinggi bejana.
3. Memasukkan pasir / kerikil ke dalam bejana sebanyak 3 lapis dengan tiap
lapis 1/3 bagian bejana dan memadatkan masing – masing sebanyak 25 kali.
4. Setelah menumbuk, meratakan permukaan bejana yang berisi pasir / kerikil
dengan menggunakan mistar perata.
5. Menimbang berat bejana berisi pasir / kerikil (B2).
9.6 HASIL PENGAMATAN
1. Agregat halus
a. Pasir Asal : Merapi
b. Keadaan Pasir : Basah
c. Berat Bejana (B1) : 10,5 kg
d. Berat bejana berisi pasir (B2) : 18,5 kg
e. Diameter bagian dalam : 150,5 mm
f. Tinggi bagian dalam : 300 mm
g. Volume bejana : 5334133,875 mm3
: 0,00533 m3
2. Agregat kasar
a. Kerikil asal : Merapi
b. Keadaan kerikil : Kering
c. Berat bejana (B1) : 10,5 kg
d. Berat bejana berisi kerikil : 17,82 kg
e. Diameter bagian dalam : 150,5 mm
f. Tinggi bagian dalam : 300 mm
g. Volume bejana : 5334133,875 mm3
: 0,00533 m3
9.4 HITUNGAN
a. Berat pasir (B3) = B2 – B1
= 18,5 - 10,5
= 8 kg
𝐵3
b. Berat satuan pasir =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑒𝑗𝑎𝑛𝑎
8 𝑘𝑔
=
0,00533 m3
= 1500,938086 kg/m3
= 1,500938086 ton/m3
𝐵3
d. Berat satuan kerikil = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑒𝑗𝑎𝑛𝑎
7,32 𝑘𝑔
= 0,00533 𝑚³
= 1373,358349 kg/m³
= 1,3733 ton/m3
9.5 PEMBAHASAN
Berat satuan agregat adalah berat satuan agregat dalam satuan bejana yang
dinyatakan dalam satuan kg/liter atau ton/m 3. Berat satuan dalam satuan bejana
terdiri volume butir tertutup dan terbuka. Berat satuan agregat terdiri dari volume
agregat, untuk agregat normal 1,50 sampai 1,80. Berat satuan merupakan
perbandingan antara berat agregat dengan volume alat.
Pada pengujianya, dihasilkan berat pasir dengan selisih antara berat bejana
berisi pasir dengan berat bejana sebesar 8 kg, dan hasil berat satuan pasir didapat
didapat dengan perbandingan berat pasir dan volume bejana sebesar 1,498 ton/ m3.
Sedangkan berat kerikil didapat dengan selisih antara berat bejana berisi
kerikil sebesar 7,32 kg, dan hasil berat satuan kerikil didapat dengan perbandingan
berat kerikil dan volume bejana sebesar 1,3733 ton/ m3.
Pada umumnya agregat normal antara 1,50 – 1,80, oleh karena itu hasil berat
satuan pasir dan kerikil tidak sesuai dengan agregat normal. Karena pasir dan kerikil
yang diuji kemungkinan saat penumbukan kurang padat.
a. berat bejana berisi pasir b. berat bejana berisi kerikil
Gambar 9.1 Berat satuan agregat
9.6 KESIMPULAN
Dari hasil analisa percobaan Pemeriksaan berat satuan agregat diperoleh
hasil Berat satuan pasir sebesar 1,498 ton/m3, Berat satuan kerikil sebesar 1,3733
ton/m3. Berat satuan pasir dan berat satuan kerikil tidak sesuai.
A. Benda Uji
Pasir asal : Merapi
B. Hasil Pengujian
Berat bejana (B1) = 10,5 kg
Berat bejana berisi pasir (B2) = 18,5 kg
Ukuran bejana :
Diameter bagian dalam = 150,5 mm
Tinggi bagian dalam = 300 mm
Volume bejana = 5334133,875 mm3
= 0,00533 m3
C. Analisis Data
Berat pasir (B3) = B2 – B1 = 8 kg
𝐵3
Berat satuan pasir = = 1500,94 kg/m3
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑒𝑗𝑎𝑛𝑎
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, maka berat satuan agregat halus = 1500,94
kg/m3
A. Benda Uji
Kerikil asal : Merapi
B. Hasil Pengujian
Berat bejana (B1) = 10,5 kg
Berat bejana berisi kerikil (B2) = 17,82 kg
Ukuran bejana :
Diameter bagian dalam = 150,5 mm
Tinggi bagian dalam = 300 mm
Volume bejana = 5334133,875 mm3
= 0,00533 m3
C. Analisis Data
Berat kerikil (B3) = B2 – B1 = 7,32 kg
𝐵3
Berat satuan kerikil = = 1373,36 kg/m3
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑒𝑗𝑎𝑛𝑎
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, maka berat satuan agregat kasar = 1373,36
kg/m3
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat benda uji berfungsi untuk
menimbang benda uji.
2. Tongkat pemadat dari baja tahan karat dengan panjang 60 cm, diameter 15
mm, dan ujungnya bulat berfungsi untuk memadatkan benda uji.
3. Bejana baja yang kaku, berbentuk silinder dengan ukuran seperti pada
Tabel 9.1.
GAMBAR PELAKSANAAN
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Menimbang bejana (B1).
2. Ukuran diameter setara tinggi bejana.
3. Memasukan pasir/kerikil ke dalam bejana sebanyak 3 lapis dengan
memadatkan tiap lapis 1/3 bagian bejana masing – masing sebanyak 25
kali. Setelah menumbuk, bejana yang berisi pasir/kerikil permukaannya
diratakan menggunakan mistar perata.
10.1 PENDAHULUAN
Kuat tekan kayu adalah nilai yang digunakan untuk mengetahui kelas kuat.
Kelas kuat kayu adalah tolak ukur yang akan kita gunakan di lapangan untuk
menentukan dimensi kayu dan harus didasarkan pada pembebanan yang bekerja.
10.2 TUJUAN
Untuk mengetahui cara menguji kuat tekan kayu searah serat.
10.1 PERALATAN
10.2 PELAKSANAAN
10.7 PEMBAHASAN
Dari hasil pengujian kuat tekan kayu jati dengan menggunakan luas
penampang 2471,33 mm2 maka diperoleh kuat tekan kayu jati ialah 50,58 N/mm2
dan kecepatan pembebanan ialah 5 kN/detik. Sifat-sifat mekanik kayu yang penting
kaitannya untuk diketahui adalah kekuatan lengkung, kekuatan tekan sejajar serat,
tekanan tegak lurus serat, kekuatan tarik sejajar serat, kekuatan geser sejajar serat,
keuletan, kekenyalan, kekerasan sisi, modulus elastisitas, dan modulus elastis
sejajar serat.
Sifat-sifat mekanik adalah kemampuan mata untuk menahan muatan dari luar.
Yang dimaksud dari luar ialah gaya-gaya di luar benda yang mempunyai
kecenderungan untuk mengubah bentuk dan besarnya beda. Kekuatan kayu
memegang peranan penting dalam penggunaan kayu untuk pembangunan,
perkakas, dan untuk penggunaan lain. (Dumanauw, 1990)
Ada pula faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu yaitu, faktor
biologis, kadar air, waktu penyimpanan, suhu, kelelehan, mata kayu, dan
kemiringan serat. Sebagaimana dikemukakan pada sifat umum kayu, kayu akan
lebih kuat jika menerima beban sejajar dengan arah serat daripada menerima beban
tegak lurus serat. Ini karena struktur serat kayu yang berlubang. Semakin rapat
serat, kayu umumnya memiliki kekuatan yang lebih dari kayu dengan serat tidak
rapat.
Berdasarka dari data pengujian yang sudah dilakukan, kuat tekan kayu jati
yang sudah diuji kuat tekannya sebesar 50,58 Mpa. Dapat disimpulkan bahwa kayu
jati memiliki kelas kuat tekan kelas II.
Gambar 10.1 Kayu setelah uji kuat tekan
(Sumber: Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 1C, 2019)
10.10 KESIMPULAN
Berdasarka dari data pengujian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa kayu jati memiliki kelas kuat tekan kelas II karena kuat tekan kayu jati yang
sudah diuji kuat tekannya sebesar 50,58 Mpa.
A. Benda Uji
Jenis kayu : Jati
Ukuran kayu :
Panjang (L) Sisi A (b) Sisi B (h)
Uraian
(mm) (mm) (mm)
Pengukuran 1 199,5 49.45 49.3
Pengukuran 2 199.25 50 50.1
Jumlah 398.75 99.45 99.4
Rata-rata 199.375 49.725 49.7
B. Hasil Pengujian
Beban maksimum (P) = 125 kN = 125.000 N
Lama pembebanan (s) = 35 detik
C. Analisis Data
Luas penampang (A) =b.h = 2471,33 mm2
Kuat tekan kayu = P/A = 50,58 N/mm2
Kecepatan pembebanan = P/s = 3,57 KN/detik
D. Kesimpulan
Kuat tekan kayu : 50,58 MPa
Termasuk kelas kuat : II (lihat tabel 37-3 PUBI-1982).
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Keterangan:
1. Kaliper (jangka sorong) berfungsi untuk mengukur diameter benda uji.
2. Meteran berfungsi mengukur panjang dari benda uji.
3. Stopwatch.
4. Mesin uji tekan.
5. Gergaji
GAMBAR PELAKSANAAN
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Menyiapkan benda uji berupa kayu yang akan diuji tekan.
2. Menempatkan benda uji kayu pada mesin uji tekan.
3. Memberikan pembebanan dengan kecepatan sekitar 0,6 mm/menit.
Mencatat besar besar beban maksimum dan lama pembebanan.
11.1 PENDAHULUAN
Suatu balok kayu biasanya menahan beban lentur. Untuk mengetahui
kekuatan terhadap momen lentur maka perlu dilakukan pengujian lentur.
11.2 TUJUAN
Untuk memberi gambaran bagaimana cara menguji kekuatan lentur balok
dan menghitung tegangan lentur maksimumnya.
11.5 PERALATAN
1. Mesin uji lentur balok.
2. Kaliper (jangkasorong).
3. Meteran.
4. Gergaji.
11.6 PELAKSANAAN
1. Mengukur penampang balok dengan teliti.
2. Memasang balok pada tempat penguji, dengan panjang bentang sekitar
450 mm (tergantung ukuran kayu) dan beban dua titik dengan jarang
masing-masing 1/3 bentang dengan percepatan pembebanan 8 -10
kg/𝑐𝑚2per menit.
3. Mencatat beban maksimum yang mematahkan balok.
ƐMB = 0
= RAV. 63,9 – P1. 42,6 – P2. 21,3
= RAV. 63,9 – 9. 42,6 – 9. 21,3
= 63,9 RAV – 383,4 – 191,7
-63,9 RAV = -575,1
RAV = 9 kN
ƐMA = 0
= -RBV. 63,9 + P2. 42,6 + P1. 21,3
= -RAV. 63,9 + 9. 42,6 + 9. 21,3
= -63,9 RAV + 383,4 + 191,7
63,9 RAV = 575,1
RAV = 9 kN
- BMD
𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑥
3. Kuat lentur kayu (F max) =
𝑊
191,7
= 20584,1
= 93,13 N/mm2
4. Kecepatan pembebanan = P/s
= 18/25
= 0,72 kN/detik
11.1 PEMBAHASAN
Pada pengujian kuat lentur kayu ini ditujukan untuk memberi gambaran
bagaimana cara menguji kekuatan lentur balok dan menghitung tegangan lentur
maksimumnya. Dalam pengujian kali ini kami melakukan pengujian dengan kayu Jati yang
berukuran 639 x 50 x 49,7 mm. pada pelaksanaannya pengujian dilakukan dengan
menggunakan alat tekan kayu, saat kayu diletakkan pada alat uji, didapatkan titik beban
dan tumpuan yang telah dicari sehingga didapatkan BMD maksimal sebesar 191,7
𝐾𝑛/𝑐𝑚3 , tahanan momen sebesar 20584,08267 𝑚𝑚3 , kuat lentur kayu sebesar 93,13
𝑁/𝑚𝑚3 dan kecepatan pembebanannya 0,72 KN/detik, dari data tersebut maka kuat lentur
kayu kami termasuk kayu golongan II .
11.8 KESIMPULAN
Menurut hasil praktikum kekuatan lentur kayu jati adalah 93,13 N/mm 2
dan termasuk dalam kelas II, sesuai dengan PUBI-1982 Pasal 37-3.
A. Benda Uji
Jenis kayu : Jati
Ukuran kayu :
Panjang (L) Lebar (b) Tinggi (h)
Uraian
(mm) (mm) (mm)
Pengukuran 1 639 50 49,7
Pengukuran 2 639 49,2 50,1
Jumlah 1278 99,2 99,8
Rata-rata 639 49,6 49,9
B. Hasil Pengujian
Beban maksimum (P) = 18 kN = 18.000 N
Lama pembebanan (s) = 25 detik
C. Analisis Data
Tahanan Momen (W) = 1/6 . b . h2 = 20584,1 mm2
𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑥
Kuat lentur kayu (F max) = = 93,13 N/mm2
𝑊
Kecepatan pembebanan = P/s = 0,72 kN/detik
D. Kesimpulan
Kuat lentur kayu : 93,13 MPa
Termasuk kelas kuat : II (lihat tabel 37-3 PUBI-1982).
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Mesin uji lentur balok.
2. Kaliper (jangka sorong) berfungsi untuk mengukur diameter benda uji.
3. Meteran berfungsi mengukur panjang dari benda uji.
4. Gergaji.
GAMBAR PELAKSANAAN
(1) (2)
Keterangan:
1. Mengukur penampang balok dengan teliti.
2. Memasang balok pada tempat pengujian, dengan panjang bentang
sekitar 450 mm (tergantung ukuran kayu) dan beban dua titik dengan
jarak masing-masing 1/3 bentang dari perletakan dengan kecepatan
pembebanan 8-10 Kg/cm2 per menit.
BAB 12
PEMERIKSAAN DIAMETER PENGENAL
TULANGAN
BAB 12
PEMERIKSAAN DIAMETER PENGENAL TULANGAN
12.1 PENDAHULUAN
Percobaan ini dilakukan untuk mendapat perhitungan ukuran diameter
tulangan yang akan kita tentukan.
12.2 TUJUAN
Mengetahui cara menentukan diameter tulangan, karena sering ditemukan
ukurannya di pasaran yang ukurannya tidak homogen.
12.3 PERALATAN
1. Timbangan.
2. Kapiler (jangka sorong).
3. Gergaji memotong baja.
4. Meteran.
12.4 PELAKSANAAN
1. Memotong baja tulangan 1m.
2. Menimbang potongan baja tulang tersebut.
a. Tulangan Polos
= 0,00575 kg/cm
Diameter pengenalan tulangan
Dn = 12,74√W
= 12,74√0,00575
= 0,95 cm
B
W =
L
1,15
=
99,5
= 1,37 cm
12.5 PEMBAHASAN
Pengujian pemeriksaan diameter pengenal tulangan ini bermaksud untuk
mengetahui diameter tulangan dari data panjang dan berat tulangan. Menuruyt
PUBI -1982 Pasal 74, baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang yang
digunakan untuk penulangan beton. Berdasarkan bentuknya, baja tulangan terdiri
dari baja tulangan polos dan baja tulangan sirip (deform).dari hasil uji pemeriksaan
diameter pengenalan tulangan didapatkan,
Tulangan Polos
a. Berat (W) = 0,00575 kg
b. Diameter = 0,95 cm
Tulangan Deform
a. Berat (W) = 0,0116 kg
b. Diameter = 1,37 cm
Dari hasil pemeriksaan ini dapat diketahui bahwa tulangan memiliki berat
dan diameter masing-masing sesuai kebutuhan di lapangan.
A. Benda Uji
Jenis baja tulangan : polos dan ulir
B. Hasil Pengujian
Hasil Uji Tulangan Polos Tulangan Ulir
Berat benda uji (B) kg 0,058 1,15
Panjang benda uji (L) cm 10,25 9,95
C. Kesimpulan
Hasil Uji Tulangan Tulangan
Polos Ulir
Berat benda uji parcentimeter panjang
𝐵 0,00566 0,116
w= (kg/cm)
𝐿
Diameter pengenalan tulangan
0,96 4,34
Dn =12,74 √𝑤 (cm)
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Timbangan berfungsi untuk menimbang benda uji.
2. Kaliper (jangka sorong) berfungsi untuk mengukur diameter benda uji.
3. Meteran berfungsi mengukur panjang dari benda uji.
GAMBAR PELAKSANAAN
(1) (2)
Keterangan:
1. Baja tulangan dipotong 1 m.
2. Menimbang potongan baja tulangan tersebut.
BAB 13
PENGUJIAN TARIK BAJA
BAB 13
PENGUJIAN TARIK BAJA
13.1 PENDAHULUAN
Semua bahan padat akan berubah bentuk apabila diberi beban. Perubahan
bentuk tergantung pada besar beban, unsur kimia maupun kondisi bahan, bentuk
bahan uji, suhu, kecepatan pembebanan dan sebagainya, suatu kurva yang
menghubungkan antara beban dan perubahan bentuk pada benda uji (deformasi)
merupakan bagian utama dari studi tentang sifat mekanika dari bahan benda uji itu.
Akan tetapi, biasanya pengujian itu agak berbeda bila bentuk gometrinya berbeda,
walaupun bahannya sama. Oleh karena itu bentuk benda uji dibuatkan suatu standar
yang sedimikian rupa sehingga kurva tegangan-regangan diperoleh juga standar
pula.
13.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui langkah kerja pengujian uji tarik baja.
2. Untuk mengetahui besarnya tegangan leleh dan kuat tarik baja.
Menurut PUBI -1982 Pasal 74, Baja tulangan beton adalah baja yang
berbentuk batang yang digunakan untuk penulangan beton. Dalam perdagangan
disebut juga besi beton. Berdasarkan bentuknya, baja tulangan terdiridari baja
tulangan polos dan baja tulangan sirip (deform). Baja tulangan polos merupakan
batang baja yang permukaannya licin. Baja tulangan sirip merupakan batang yang
bentuk permukaannya khusus untuk mendapatkan pendekatan (bonding) pada beton
yang lebih baik dari baja tulangan polos dengan lua spenampang yang sama. Kuat
Tarik adalah tegangan yang didapat dari beban maksimum dibagi oleh luas
penampang semula dari batang uji, dinyatakan dalam kgf/mm² (N/mm²). Beban
maksimal adalah beban terbesar yang terjadi pada waktu pengujian Tarik,
dinyatakan dalam kgf (N). (SNI-07-0408-1989).
13.4 BENDA UJI
Batang logam yang berpenampang bulat atau persigi empat dengan ukuran
sesuai standar benda uji menurut Standarisasi Industri Indonesia (SII) atau PUBI-
1982.
13.5 PERALATAN
1. Mesin uji tarik.
2. Alat gambar.
3. Kaliper (jangka sorong).
4. Meteran.
13.6 PELAKSANAAN
1. Mengukur dimensi benda uji, maupun jarak dua titik ukur awal.
2. Memasang penolok ukuran regangan pada benda uji.
3. Menarik spesimen tarik baja dengan penambahan tegangan tidak melebihi
10 MPa/detik.
4. Setelah selesai pengujian (benda uji telah putus) mencatat jarak titik ukur,
diameter pada tempat putus dari keadaan putusnya benda uji.
13.2 HITUNGAN
1. Luas diameter awal (A1) = ¼ π D²
= ¼.3,14. 5,012
= 19,7036 mm2
Beban Leleh
3. Tegangan leleh =
Luas Diameter Awal
8000
=
19,7036
= 406,02 N/mm2
Beban Maksimum
4. Tegangan max =
Luas Diameter Awal
13000
=
19,7036
= 659,78 N/mm2
= 82,43 %
6. Perpanjangan akhir (Regangan)
Panjang Akhir−Panjang Awal
= 𝑥 100%
Panjang Akhir
110,3−100
= 𝑥 100%
110,3
= 9,34 %
13.6 PEMBAHASAN
Pengujian Tarik baja dilakukan untuk mengetahui mutu dari baja yang akan
digunakan untuk keperluan kontruksi bangunan. Dalam pengujian ini, digunkan
baja polos berdiameter 10 mm. Dalam pengujian ini, baja ditarik menggunakan
beban sampai baja putus. Dari pengujian ini didapat hasil sebagai berikut :
a. Tegangan leleh : 406.0171745 N/mm2
b. Tegangan maksimum : 659.7779086 N/mm2
c. Regangan : 9,34 %
d. Perpanjangan luas di tempat putus : 82,43 %
Dari data yang diperoleh menunjukan bahwa baja yang digunakan termasuk
kedalam golongan BJTP 30. (Berdasarkan PUBI Tabel 74-6). Akan tetapi akan
lebih baik jika pengujian ini dilakukan beberapa kali untuk diambil reratanya.
Pengujian yang hanya dilakukan sekali masih belum bias dikatakan akurat dan
sesuai dengan persyaratan, karena bias saja terjadi kesalahan pada saat pembacaan
arloji pada mesin kuat tarik dan pembacaan jangka sorong atau penggaris saat
pengukuran.
13.7 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian kuat Tarik baja didapat hasil sebagai berikut Tegangan
leleh sebesar 406,0172 N/mm2, Tegangan maksimum sebesar 659,78 N/mm2,
Ragangan sebesar 9,34%, Perpanjangan luas di tempat putus sebesar 82,43%.
Berdasarkan nilai tegangan leleh dan tengangan maksimumnya, baja
tulangan polos yang digunakan masuk kedalam jenis mutu baja BJTP 30.
(Berdasarkan PUBI 1982 Tabel 74-6).
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB 13 PENGUJIAN TARIK BAJA
A. Benda Uji
Bahan benda uji : Baja tulangan polos (BJTP)
Diameter terukur :
Pengukuran 1 5,01 mm
Pengukuran 2 5 mm
Pengukuran 3 5,02 mm
Diameter rerata (D) 5,01 mm
600
500
TEGANGAN LELEH
406,0172
400
PUTUS
406,0172
300
200
100
0
0 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060 0.070 0.080 0.090 0.100
Regangan
GAMBAR ALAT
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Mesin uji tarik.
2. Kaliper (jangka sorong) berfungsi untuk mengukur diameter benda uji.
3. Meteran berfungsi mengukur panjang dari benda uji.
GAMBAR PELAKSANAAN
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Mengukur dimensi benda uji, maupun jarak dua titik ukur awal.
2. Memasang penolok ukur regangan pada benda uji.
3. Menarik spesimen tarik baja dengan menambahan tegangan tidak
melebihi 10 MPa/detik.
BAB 14
PEMBUATAN ADUKAN BETON
BAB 14
14.1 PENDAHULUAN
Pada percobaan ini diuraikan cara-cara mencampur bahan-bahan dasar
pembuatan campuran beton.
14.2 TUJUAN
Untuk mengetahui langkah-langkah yang benar dalam pengadukan beton.
14.5 PERALATAN
1. Cangkul
2. Bejana
3. Sekop
4. Ember
5. Timbangan
6. Tongkat penusuk adukan
7. Mesin molen
14.6 PELAKSANAAN
Pelaksanaan pengadukan beton pada praktikum ini adalah mengikuti
langkah-langkah seperti di bawah ini :
1. Pengukuran
Mengukur semen portland dan batuan (pasir dan kering kerikil) secara
teliti dengan berat atau melalui proses penimbangan, adapun air yang digunakan
dapat diukur dengan menggunakan berat atau dengan volumenya (gelas ukur).
2. Pencatatan
Menetapkan terlebih dahulu suatu formulir data yang jelas yang memuat
bahan yang akan dicampur. Dapat memulai penimbangan dari pasir yang halus
(apabila diameter pasir dan kerikil dipisahkan menjadi beberapa kelompok)
kemudian menambahnya dengan batuan yang berdiameter lebih besar
(penimbangan dilakukan secara kumulatif). Dengan demikian secara keseluruan
berat pasir dan kerikil tidak berbeda banyak dengan berat rencana, bila
dibandingkan dengan cara pasir dan kerikil ditimbang sendiri-sendiri.
a. Cara Penimbangan
14.3 HITUNGAN
1.Data Material/Bahan
a. Berat jenis pasir : 2,66
Tabel 14.2 nilai deviasi (kg/cm²) untuk berbagai volume pekerjaan dan mutu
pelaksanaan di lapangan.
Diambil nilai Sd = 55
untuk balok dan kolom didapat nilai slump : 7,5 – 15 cm, diambil rata-
rata 10 cm, sehingga nilai slump rencana adalah 10 cm = 100 mm.
Tabel 14.4 Volume Air yang diperlukan tiap m³ adukan beton untuk
berbagai nilai slump dan ukuran agregat maksimum
Berat Air (W air) = 183 lt/m3 beton dan perkiraan udara terperangkap 1,0 %.
Tabel 14.6 Kuat tarik beton untuk berbagai faktor air semen
Untuk kuat desak beton umur 28 hari (rencana f’cr = 320,2 kg/cm2), maka
dilakukan interpolasi antara :
Maka, bandingkan nilai fas 1 = 0,545 dan fas 2 = 0,488 dipakai nilai fas
yang kecil,
3 . m
Dengan MHB = 6,017325 dan ukuran agregat maksimum = 40 mm didapat 0,72
= 0,2476 . 2,66
W semen = 375 kg
W pasir = 659 kg
W kerikil = 1176 kg
W air = 183 liter
Perbandingan berat = W semen : W pasir : W kerikil : W air
= 1 : 1,76 : 3,136 : 0,488
10. Kontrol hitungan, dengan cara menghitung berat 1 m3 beton
Berat beton = W semen + W pasir + W kerikil + W Air
= 375 + 659 + 1176 + 183
= 2393 kg/m3
Berarti hasil hitungan perencanaan campuran diatas diperkirakan
benar, karena berat beton normal sekitar 2.300 – 2.400 kg/m3.
Kebutuhan bahan untuk membuat 2 buah benda uji kubus dengan volume
0,0077 m3 :
Semen = 375 x 0,0077 = 2,89 kg
Pasir = 659 x 0,0077 = 5,0743 kg
Kerikil = 1176 x 0,0077 = 9,055 kg
Air = 183 x 0,0077 = 1,41 lt
Tabel 14.8 kebutuhan bahan benda uji kubus beton (0,15 x 0,15 x 0,15) m :
Jumlah benda uji kubus beton 2 bh
Volume benda uji kubus beton 0,0077 m3
Kebutuhan semen 2,89 kg
Kebutuhan agregat halus (pasir) 5,0743 kg
Kebutuhan agregat kasar (kerikil) 9,055 kg
Kebutuhan air 1,41 lt
Tabel 14.9 kebutuhan bahan benda uji balok beton (0,15 x 0,15 x 0,60) m :
Jumlah benda uji balok beton 1 bh
Volume benda uji balok beton 0,0135 m3
Kebutuhan semen 5,0625 kg
Kebutuhan agregat halus (pasir) 8,8965 kg
Kebutuhan agregat kasar (kerikil) 15,876 kg
Kebutuhan air 2,47 lt
14.4 PEMBAHASAN
Dalam praktikum pembuatan adukan beton kali ini metode yang kami
gunakan dalam perancangan campuran adukan beton adalah metode ACI. Dengan
mutu beton yang disyaratkan f’c = 23 Mpa. Dalam perencanaan ini ada hal yang
perlu diperhatikan diantaranya sebagai berikut:
1. Penentuan Nilai Margin dan Sd dalam perhitungan kuat tekan rata- rata
beton dengan kuat tekan rata- rata yang disyaratkan
• Nilai margin (m) ditetapkan dengan menggunakan rumus:
m= 1,64 Sd
dengan Sd = nilai standar deviasi
• Nilai Sd ditentukan berdasarkan tabel nilai deviasi untuk berbagai volume
pekerjaan dan mutu pelaksanaan di lapangan. Maka nilai Sd yang digunakan
adalah sebesar 55 karena berdasar klasifikasi volume pekerjaan hanyalah
kecil <1000m3 dengan mutu pelaksanaan kategori Baik.
2. Penentuan Nilai Slump Rencana
Penentuan nilai slump juga berdasar dari tabel nilai slump dimana itu
mengacu pada jenis konstruksi yang akan dibuat. Dalam hal ini konstruksi yang
akan dibuat adalah pelat, balok, dan kolom, Maka nilai slump rencana berada di
nilai 7,5 – 15, lalu diambil rata-rata yaitu 10 cm. Sehiungga nilai slump rencana
sebesar 10 cm =100mm
3. Penentuan Volume air yang yang diperlukan
Volume air yang diperlukan tiap m3 adukan beton berdasarkan tabel nilai
slump dan ukuran agregat maksimum. Dengan agregat maksimum sebesar 40mm
dan nilai slump 10 cm maka diperoleh berat air=183lt/m 3 beton dan perkiraan udara
terperangkap 1,0 %
4. Penentuan nilai fas (faktor air semen)
• Nilai fas pertama ditentukan berdasarkan tabel jenis konstruksi dan keadaan
cuaca dimana jenis konstruksi adalah tampang sedang seperti dinding
penahan tanah, pilar, balok dan kolom, lalu untuk keadaan cuaca adalah
perubahan suhu yang berbahaya di udara, Maka diperoleh nilai fas 1 = 0,545
• Nilai fas kedua berdasarkan tabel nilai kuat tekan desak beton, untuk kuat
desak beton umur 28 hari (rencana f’cr = 320,2 kg/cm2), maka dilakukan
perbandingan antara nilai kuat tekan beton 350 kg/cm2 dengan 280kg/cm2,
sehingga didapat nilai fas sebesar 0,488.
Untuk penentuan nilai fas adalah diambil yang terkecil dari kedua nilsi fas,
dimana nilai fas yang diperoleh sebesar 0,545 dan 0,488 maka diambil nilai fas
kedua sebesar 0,488.
Tabel kebutuhan bahan benda uji balok beton (0,15 x 0,15 x 0,60) m :
Jumlah benda uji balok beton 1 bh
Volume benda uji balok beton 0,0135 m3
Kebutuhan semen 5,0625 kg
Kebutuhan agregat halus (pasir) 8,8965 kg
Kebutuhan agregat kasar (kerikil) 15,876 kg
Kebutuhan air 2,47 lt
(1) (2)
(3) (4)
(5) (6)
(7)
Keterangan:
1. Cangkul berfungsi sebagai alat bantu untuk mengaduk/mengambil
agregat.
2. Bejana berfungsi untuk menampung adukan beton.
3. Sekop berfungsi sebagai alat bantu untuk mengambil agregat.
4. Ember berfungsi sebagai wadah benda yang akan diuji.
5. Timbangan berfungsi untuk menimbang benda uji.
6. Tongkat penusuk adukan berfungsi sebagai alat bantu untuk pemadatan.
7. Mesin Molen berfungsi sebagai alat pengaduk benda uji menjadi adukan
beton.
GAMBAR PELAKSANAAN
(1) (2)
(3)
Keterangan:
Pelaksanaan pengadukan beton pada praktikum ini adalah mengikuti
langkah- langkah seperti dibawah ini :
1. Mengukur semen portland dan batuan (Pasir dan kering kerikil) secara
teliti dengan berat atau melalui proses penimbangan dengan timbangan
yang mempunyai ketelitian sampai 0,1 kg, adapun menggunakan air
yang dapat diukur dengan menggunakan berat atau dengan volumenya
(gelas ukur).
2. Masukkan batuan (pasir dan kerikil) ke dalam mesin aduk, dan masukkan pula
semen diatas batuan (pasir dan kerikil) itu. Untuk selanjutnya masukkan air
sedikit demi sedikit sampai adukan tampak mempunyai kelecakan (konsisten)
yang cukup.
3. Mengeluarkan adukan beton segar kemudian dan menampung dalam
bejana yang cukup besar. Mengeluarkan adukan beton segar kemudian
dan menampung dalam bejana yang cukup besar.
BAB 15
PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR
BAB 15
15.1 PENDAHULUAN
Kelecakan (konsistency) beton segar biasanya diperiksa dengan uji slam
(slump). Dengan pemeriksaan slam diperoleh nilai slam yang dipakai sebagai
tolak ukur kelecakan beton segar, yang berhubungan dengan tingkat kemudahan
pengerjaan peton.
15.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui langkah kerja pemeriksaan slam beton segar.
2. Mengetahui besarnya nilai uji slam.
15.5 PERALATAN
1. Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter dasar 20 cm, diameter
diatas 10 cm, dan tinggi 30 cm.
2. Cetok
3. Mistar pengukur (Penggaris dari baja)
4. Alat pemadat
5. Tatakan untuk dasar cetakan
15.6 PELAKSANAAN
1. Membasahi corong cetakan dan kemudian menaruh di tempat yang rata,
basah, tidak menyerap air, dan ruangan cukup bagi pemegang corong untuk
secara kuat dan berdiri pada kedua kaki selama melakukan pengisian
corong.
2. Corong cetakan diisi 3 lapis, masing-masing sekitar 1/3 volume corong.
3. Dengan demikian tebal beton segar pada setiap kali pengisian sekitar 6 cm,
15 cm, 30 cm. Setiap kali mengisikan beton segar ke dalam cetakan,
menggeraakan cetok atau sendok mengelilingi bagian ujung atas – dalam
corong agar diperoleh penyebaran beton segar di dalam corong yang merata.
Menusuk setiap lapis beton segar dengan alat penusuk sebanyak 25 kali.
15.8 PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini slam beton didapat dengan menghitung jarak tinggi
corong abrams yang dibalik dengan benda uji. Dengan mutu beton rencana 23
MPA dan faktor air semen 0,488. Slam yang direncanakan 100 mm,dan yang
didapatkan setelah praktikum 85 mm. Dengan toleransi kurang lebih 20 mm pada
saat percobaan. Berarti slam hasil percobaan sesuai dengan slam rencana. Apabila
nilai slam semakin tinggi, maka beton segar semakin encer,sedangkan bila nilai
slam rendah, maka beton semakin padat.
15.8 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian slam segar diperoleh nilai slam sebesar 118,16 mm.
dengan toleransi kurang lebih 20 mm pada satu percobaan, dan hasil dari percobaan
masih sesuai dengan rencana namun beton cenderung padat.
A. Benda Uji
Benda uji : Silinder
Mutu beton rencana (f’c) : 23 MPa
Faktor air semen (fas) *) : 0,488
Nilai slam rencana *) : 100 mm
B. Hasil Pengujian
Nilai slam hasil percobaan :
Percobaan 1 = 120,5 mm
Percobaan 2 = 115,3 mm
Percobaan 3 = 118,7 mm
Rata-rata = 118,16 mm
C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, maka nilai slam beton segar = 118,16 mm
D. Catatan
*) Nilai fas dan slam yang sesuai pada perancangan campuran (mix design)
beton.
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Cetakan berupa kerucut terpacung dengan diameter dasar 20 cm,
diameter atas 10 cm, dan tinggi 30 cm berfungsi sebagai cetakan adukan
beton dan tatakan untuk dasar cetakan.
2. Cetok berfungsi untuk mengaduk adukan beton.
3. Mistar pengukur (Penggaris dari baja) berfungsi untuk mengukur nilai
slam.
4. Alat pemadat berfungsi untuk memadatkan adukan benda uji dalam
cetakan.
GAMBAR PELAKSANAAN
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Mengisi corong cetakan 3 lapis, masing-masing sekitar 1/3 volume
corong. Dengan demikian tebal beton segar pada setiap kali pengisian
sekitar 6 cm, 15 cm, 30 cm. Setiap kali mengisikan beton segar ke dalam
cetakan, cetok atau menggerakkan sendok mengelilingi bagian ujung
atas – dalam corong agar memperoleh penyebaran beton segar di dalam
corong yang merata. Menusuk setiap lapis beton segar dengan alat
penusuk sebanyak 25 kali. Mengusahakan penusukan secara merata
selebar permukaan lapisan dan tidak boleh masuk sampai lapis beton
sebelumnya.
16.1. PENDAHULUAN
Silinder beton yang dibuat adalah replikasi dari beton yang digunakan untuk
bahan bangunan. Silinder beton dibuat dari adukan beton yang akan digunakan,
merupakan sampel yang akan diujikan di laboratorium. Jumlah silinder beton yang
dibuat harus bisa mempresentasikan dari adukan beton yang dibuat sebagai bahan
bangunan.
16.2. TUJUAN
16.6 PELAKSANAAN
1. Pemadatan
a. Melakukan pengisian adukan beton dalam 3 lapis yang tiap lapis kira-
kira bervolume sama.
b. Melakukan pengisian dengan cetok ke bagian tepi silinder agar
diperoleh beton yang simetris menurut sumbunya (keruntuhan timbunan
beton dari tepi ke tengah).
c. Menusuk-nusuk tiap lapis dengan batang baja penusuk sebanyak 25 kali.
Melakukan penusukan merata ke semua permukaan lapisan dengan ke
dalam sampai sedikit masuk ke lapisan sebelumnya. Khusus untuk
lapisan pertama, penusukan jangan sampai mengenai dasar cetakan.
d. Setelah selesai menusuk lapis ketiga, memenuhi bagian atas cetakan
dengan adukan beton kemudian meratakan dengan tongkat perata
hingga permukaan atas adukan rata dengan bagian atas cetakan.
2. Penyimpanan benda uji
a. Mengeluarkan benda uji silinder dari cetakan setelah jam sampai 24 jam
sejak percetakan.
b. Membersihkan benda uji dari kotoran yang mungkin melekat, kemudian
memberi tanda atau sandi agar tidak keliru dengan benda uji yang lain
dan menimbangnya.
c. Mengembalikan benda uji ke dalam ruang lembab atau tempat
penyimpanan yang lain.
d. Bila melakukan pembuatan silinder di lapangan tempat penuangan beton
dikerjakan, setelah mengeluarkan benda uji harus ditutup dengan
1. Pemadatan
a. Melakukan pengisian adukan beton dalam 3 lapis yang tiap lapis kira-
kira bervolume sama.
b. Melakukan pengisian dengan cetok ke bagian tepi silinder agar
diperoleh beton yang simetris menurut sumbunya (keruntuhan timbunan
beton dari tepi ke tengah).
c. Menusuk-nusuk tiap lapis dengan batang baja penusuk sebanyak 25 kali.
Melakukan penusukan merata ke semua permukaan lapisan dengan ke
dalam sampai sedikit masuk ke lapisan sebelumnya. Khusus untuk
lapisan pertama, penusukan jangan sampai mengenai dasar cetakan.
d. Setelah selesai menusuk lapis ketiga, memenuhi bagian atas cetakan
dengan adukan beton kemudian meratakan dengan tongkat perata
hingga permukaan atas adukan rata dengan bagian atas cetakan.
2. Penyimpanan benda uji
a. Mengeluarkan benda uji silinder dari cetakan setelah jam sampai 24 jam
sejak percetakan.
b. Membersihkan benda uji dari kotoran yang mungkin melekat,
kemudian memberi tanda atau sandi agar tidak keliru dengan benda uji
yang lain dan menimbangnya.
c. Mengembalikan benda uji ke dalam ruang lembab atau tempat
penyimpanan yang lain.
d. Bila melakukan pembuatan silinder di lapangan tempat penuangan
beton dikerjakan, setelah mengeluarkan benda uji harus ditutup dengan
rapat (misalnya kertas kedap air) dan menghindarkannya dari sinar
panas matahari langsung.
16.8. DATA PRAKTIKUM
Tabel 16.1 Data Hasil Praktikum
Bahan Berat
Semen 4,5375 kg
Pasir 7,9739 kg
Kerikil 14,23 kg
Air 2,2143 L
(Sumber: Hasil Praktikum Teknologi Bahan 1C, 2019)
1. Faktor air semen : 0,488
2. Nilai slump : 118,16 mm
3. Spesifikasi Benda Uji : Silinder
Tabel 16.2 Spesifikasi Benda Uji
Uraian Nomor silinder
Benda uji Silinder I Silinder II
Diameter (D) 151,1 151,2
Tinggi (t) 299,8 300
Volume (V) 5373165,455 5383869,12
Berat Beton (w) 12,35 12,41
(Sumber: Data kelompok 1C 2020)
1
1. Volume silinder 1 = 4 . π. d2 . t
1
= . 𝜋.151,12.299,8
4
= 5373165,455 mm3
= 0,00537 m3
1
2. Volume silinder 2 = 4 . π. d2 . t
1
= 4.π.151,22.300
= 5383869,12 mm3
= 0,00538 m3
= 2299,814 kg/m3
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 𝜌2
4. Berat jenis silinder 2 (ρ2) =
𝑉
12,41
=
0,00538
= 2306,69 kg/m3
ρ1 + ρ2
5. Berat jenis rata rata beton =
2
2299,814 + 2306,69
=
2
= 2303,252 m3
16.10. PEMBAHASAN
Dalam pembuatan beton di butuhkan beberapa material untuk campuran.
Disini beton yang dibuat berbentuk silinder dengan ukuran begesting 15x30 cm.
dari praktikum yang telah dilakukan di dapat di data sebagai berikut:
volume silinder 1 = 0,00537 m3
volume silindeer2 = 0,00538 m3
berat jenis silinder 1 (ρ1) = 2299,814 kg/m3
berat jenis silinder 2 (ρ2) = 2306,69 kg/m3
berat jenis rata-rata beton = 2303,252 m3
Dari praktukum ini bertujuan mengetahuhi berat jenis beton, pada umumnya
berat beton normal berada di 2300-2400 𝑘𝑔⁄𝑚 2 sedangkan berat jenis yang didapat
di pratikum ini 2303,252 kg/m2 maka beton ini termasuk beton normal.
Gambar16.1 Pembuatan silinder beton
(sumber: Hasil Praktikum Teknologi Bahan Klompol 1C 2019)
16.11. KESIMPULAN
Didapatkan nilai campuran semen seberat 4,5375 kg, air seberat 2,2143
liter, kerikil seberat 14,23 kg, pasir seberat 7,9739 kg pada benda uji beton
silinder.
A. Benda Uji
Metode yang digunakan : ACI
Mutu beton rencana (f’c) : 23 MPa
Faktor air semen (fas) : 0,502
Nilai Slam rencana : 100 mm
Tabel kebutuhan bahan benda uji silinder beton ( 0,15 x 0,3) m (*) :
Jumlah benda uji silinder beton 2 bh
Volume benda uji silinder beton 0,0121 m3
Kebutuhan semen 4,5375 kg
Kebutuhan agregat halus (pasir) 7,9739 kg
Kebutuhan agregat kasar (kerikil) 14,23 kg
Kebutuhan air 2,2143 lt
B. Hasil Pengujian
Tabel hasil percobaan pembuatan benda uji silinder beton
Nomor Benda Uji Silinder
Uraian Satuan
SI S II
Diameter (D) Mm 151,1 151,2
Tinggi (t) Mm 299,8 300
Volume (V) = ¼ D2 t mm3 5373165,455 5383869,12
Berat beton (W) Kg 12,35 12,41
3
Berat jenis beton () = kg/m 2299,814 2306,69
𝑊⁄
𝑉
C. Kesimpulan
Dari ke dua benda uji, maka diperoleh berat jenis () beton rata –
rata = 2303,252 kg/m3
D. Catatan
(*) Diambil dari laporan hasil percobaan Pembuatan Adukan Beton
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Cetakan silinder berukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm
berfungsi menampung adukan beton.
2. Alat penumpuk/penusuk berfungsi memadatkan adukan dalam cetakan
dan perata berfungsi meratakan adukan beton pada cetakan.
3. Palu dengan kepala karet berfungsi mengeluarkan udara pada adukan
beton yang telah ditampung dalam cetakan.
4. Cetok berfungsi untuk mengaduk adukan beton.
GAMBAR PELAKSANAAN
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Melakukan pengisian adukan beton dalam 3 lapis yang tiap lapis kira-
kira bervolume sama. Melakukan pengisian dengan cetok ke bagian tepi
silinder agar memperoleh beton yang simetri menurut sumbunya
(keruntuhan timbunan beton dari tepi ke tengah).
17.1. PENDAHULAN
Mutu beton umumnya ditentukan berdasarkan kuat tekannya. Cara menguji
kuat tekan dilakukan terhadap uji (yang umumnya berupa silinder beton dengan
ukuranunuk mengetahui diameter 150 mm dan tinggi 300 mm atau kubus dengan
sisi 150 mm) setelah umur 28 hari. Berikut ini cara melakukan pengujian kuat tekan
benda uji tersebut.
17.2. TUJUAN
Sebagai benda uji ialah silinder beton diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
17.5. PERALATAN
17.6. PELAKSANAAN
1. Mencari data tentang benda uji beton yang akan diuji, antara lain:
a. Faktor semen.
b. Nilai slam.
c. Cara perawatan dan penyimpanan benda uji.
d. Kapan dibuat atau berapa umur benda uji. (berdasarkan data
tersebut, perkirakanlah kuat tekannya).
2. Bila benda uji berupa silinder, mengukur diameter rata-rata silinder di
tengah-tengah tingginya, dan mengukur pula tinggi rata-ratanya dengan
ketelitian sampai 0,1 mm (dengan kaliper).
3. Menimbang dengan ketelitian sampai 0,005 kg.
4. Meratakan permukaan beton dengan memberi lapisan perta pada permukaan
dengan bahan yang tersedia, meratakan bahan perata itu dengan kaca atau
plat. Menunggu sampai lapisan perata ini keras dan cukup kuat.
5. Menguji tekan dengan kecepatan pembebanan 2 kg/cm sampai dengan 4
kg/cm (SNI 03-1974-1990) hingga benda uji hancur.
6. Mencatat beban maksimum yang dihasilkan dan menggambarkan sketsa
keruntuhan benda uji.
1. Silinder beton SI
a. Diameter (d) : 151,1 mm
b. Tinggi (t) : 299,8 mm
c. Berat beton (w) : 12,35 kg
2. Silinder beton SII
a. Diameter (d) : 151,2 mm
b. Tinggi (t) : 300 mm
c. Berat beton (w) : 12,41 mm
3. Fas : 0,488
4. Slump : 118,16 mm
1. Silinder SI
a. Luas penampang (A) = ¼.π.d2
= 1⁄4.π.151,12
= 17922,5 mm2
12,35
c. Berat jenis =
0,0054
= 2287,04 kg/m3
d. Pada detik ke-5
Diperoleh = 148000 N
Luas tampang = 17922,5 mm2
𝑃
Kuat tekan =
𝐴
148000
=
17922,5
= 8,258 𝑁⁄𝑚𝑚2
e. Pada detik ke 10
Diperoleh = 245000 N
Luas tampang = 17922,5 mm2
𝑃
Kuat tekan =
𝐴
245000
=
17922,5
= 13,67 𝑁⁄𝑚𝑚2
f. Pada detik ke 15
Diperoleh = 290000 N
Luas tampang = 17922,5 mm2
𝑃
Kuat tekan =
𝐴
290000
=
17922,5
= 16,181 𝑁⁄𝑚𝑚2
𝑝
g. Kecepatan pembebanan =
𝑠
290000
=
20
= 14500 𝑁⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2. Silinder II
a. Luas penampang (A) = ¼ x 𝜋 x d2
1
= .π.151,22
4
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡
c. Berat jenis =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
12,41
=
0,0054
= 2298,15 kg/m2
d. Pada detik ke 5
Diperoleh = 145000 N
Luas tampang = 17946,2304 mm2
𝑃
Kuat tekan =
𝐴
145000
=
17946,2304
= 8,1 𝑁⁄𝑚𝑚2
e. Pada detik ke 10
Diperoleh = 238000 N
Luas tampang = 17946,2304 mm2
𝑃
Kuat tekan =
𝐴
238000
=
17946,2304
= 13,28 𝑁⁄𝑚𝑚2
f. Pada detik ke 15
Diperoleh = 288000 N
Luas tampang = 17946,2304 mm2
𝑃
Kuat tekan =
𝐴
288000
=
17946,2304
= 16,07 𝑁⁄𝑚𝑚2
𝑝
g. Kecepatan pembebanan =
𝑠
288000
=
25
= 11520 𝑁⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑘1+𝑘2
3. Kuat tekan rata-rata umur 7 hari =
2
16,181+16,07
=
2
= 16,125 𝑁⁄𝑚𝑚2
= 24,81 𝑁⁄𝑚𝑚2
𝑏𝑗1+𝑏𝑗2
5. Berat jenis rata-rata =
2
2287,04 +2298,15
=
2
𝑘𝑔⁄ 2
= 2292,595 𝑚𝑚
17.9. PEMBAHASAN
Dari pengujian yang telah dilakukan di dapatkan nilai:
a. Kuat tekan silinder pada umur 7 hari : 16,125 𝑁⁄
𝑚𝑚2
Dari hasil tesebut maka kuat tekan silinder memenuhi syarat. Karena nilai
17.10 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian didapat nilai Kuat tekan silinder pada umur 7 hari
sebesar 16,125 𝑁⁄𝑚𝑚2, Kuat tekan silinder pada umur 28 hari sebesar
𝑘𝑔
24,81 𝑁⁄𝑚𝑚2, Berat jenis beton silinder sebesar 2292,595 ⁄𝑚𝑚 2.
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB 17 PENGUJIAN KUAT TEKAN SILINDER BETON
A. Benda Uji
Mutu beton rencana (f’c rencana) : 23 MPa
Umur beton saat di uji tekan : 7 hari
B. Hasil Pengujian
Tabel hasil pengukuran dimensi dan berat benda uji silinder beton
Nomor Benda Uji Silinder
Uraian Satuan
SI S II
Diameter (D) Mm 151,1 151,2
Tinggi (t) Mm 299,8 300
Luas Tampang (A) = ¼ D2 mm2 17922,45 17922,5
Volume (V) = A t mm3 5373150,51 5376750
Berat beton (W) Kg 12,35 12,41
Berat jenis beton () = 𝑊⁄𝑉 kg/m3 2287,04 2298,15
Tabel hasil pengujian kuat tekan benda uji silinder beton pertama (S I)
T Beban (P) Kuat Tekan = P/A (MPa)
(s) (kN) (N) Umur hari
0 0 0 0
5 148 148000 8,258
10 245 245000 13,67
15 290 290000 16,181
20
25
30
Tabel hasil pengujian kuat tekan benda uji silinder beton kedua (S II)
T Beban (P) Kuat Tekan = P/A (MPa)
(s) (kN) (N) Umur hari
0 0 0 0
5 145 145000 8,1
10 238 238000 13,28
15 288 288000 16,07
20
25
30
C. Kesimpulan
Kuat tekan silinder beton umur 7 hari rata – rata = 16,125 MPa
Kuat tekan silinder beton umur 28 hari rata – rata *) = 24,81 MPa
Berat jenis () beton rata – rata = 2292,595 kg/m3
D. Catatan
*) Kuat tekan beton pada umur 28 hari dengan asumsi beton telah mencapai
100% kekuatannya.
Bandingkan nilai kuat tekan silinder beton (f’c) rata – rata hasil pengujian
terhadap mutu beton (f’c) rencana.
25
20
KUAT TEKAN MAKS UMUR 7 HARI
15
10
0
0 5 10 15
25
20
KUAT TEKAN MAKS UMUR 7 HARI
15
10
0
0 5 10 15
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Kaliper untuk mengukur dimensi benda uji.
2. Timbangan.
3. Alat uji tekan.
GAMBAR PELAKSANAAN
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Mengukur diameter rata-rata silinder ditengah-tengah tingginya, dan
mengukur pula tinggi rata-ratanya dengan ketelitian sampai 0,1 mm
(dengan kaliper).
2. Menimbang dengan ketelitian sampai 0,005 kg.
3. Menguji tekan dengan kecepatan pembebanan 2kg/cm2 sampai
dengan 4 kg/cm2 (SNI 03-1974-1990) hingga benda uji hancur.
BAB 18
PENGUJIAN KUAT TEKAN KUBUS
BETON
BAB 18
PENGUJIAN KUAT TEKAN KUBUS BETON
18.1. PENDAHULUAN
Mutu beton umumnya ditentukan berdasarkan kuat tekannya. Cara menguji
kuat tekan beton dilakukan terhadap benda uji (yang umumnya berupa silinder
beton dengan ukuran diameter 150mm dan tinggi 300mm atau kubus dengan sisi
150mm) setelah umur 28 hari. Berikut ini diuraikan cara melakukan pengujian
tekan benda uji kubus beton.
18.2. TUJUAN
Kuat tekan beton merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan
adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Walaupun
dalam beton terdapat tegangan tarik yang kecil, diasumsikan bahwa semua
tegangan tekan didukung olehbeton tersebut penentuan kekuatan tekan dapat
dilakukan dengan menggunakan alat uji tekan dan benda uji berbentuk silinder
denga presedur ASTM C-39 atau kubus dengan prosedur BS-1881 part 115; part
116 pada umur 28 hari. .(Ir. Tri Mulyono, Teknologi Beton,2005:9).
Tabel 18.1 Jenis-Jenis Beton dan Kuat Tekan
No Jenis Beton Kuat tekan (Mpa)
1 Berat sederhana (Plain Counchete) 0 – 15
2 Berat normal (beton biasa) 15 – 30
3 Beton prategang 30 – 40
4 Beton kuat tekan tinggi 40 – 80
5 Beton kuat tekan sangat tinggi >80
(Sumber : Ir. Kandiyono Tjokcodimulyo. MT, Teknologi Beton)
Sebagai benda uji adalah kubus beton dengan ukuran sisi 150 mm.
18.5. PERALATAN
1. Mencari data tentang benda uji beton yang akan diuji, antar lain:
a. Faktor Semen
b. Nilai slam
c. Stop watch
d. Alat uji tekan.
2. Benda uji berupa kubus, mengukur dengan teliti sisi dari kubus beton
menggunakan kaliper.
3. Menimbang dengan ketelitian sampai 0,005 Kg
4. Meratakan permukaan beton dengan memberi lapisan perata pada
permukaan dengan bahan yang tersedia, meratakan bahan perata itu dengan
kaca atau plat. Tunggu sampai lapisan perata ini keras dan cukup kuat.
5. Pengujian tekan dengan kecepatan pembebanan 2 kg/cm² sampai dengan
4kg/cm² (SNI 03-1974-1990).
6. Mencatat beban maksimum yang dihasilkan dan menggambarkan sketsa
keruntuhan benda uji.
Tabel 18.2 Hasil pengukuran dimensi dan berat benda uji kubus beton
Nomor Benda Uji Kubus
Uraian Satuan
KI K II
Panjang sisi (S) mm 150,45 151,23
Luas Tampang (A) = S² mm² 22635,2025 22870,5129
Volume (V) = S³ mm³ 3405466,216 3458707,66587
Berat Beton (W) kg 7,59 7,68
18.8. HITUNGAN
= 22635,2025 mm2
b. Volume (V) = 𝑆3
= 150,453
= 3405466,216 mm3
= 0,003405466 m³
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡
c. Berat Jenis (Bj) =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
7,59
=
0,003405466
= 2228,77 kg/m3
= 8,35 𝑁⁄𝑚𝑚2
8,35
Kuat tekan umur 28 hari =
0,65
= 12,85 𝑁⁄𝑚𝑚2
b. Pada detik ke-10
328000
=
22635,2025
= 14,49 𝑁⁄𝑚𝑚2
14,49
Kuat tekan umur 28 hari =
0,65
= 22,29 N/mm2
𝑃
Kuat tekan =
𝐴
433000
=
22635,2025
= 19,13 𝑁⁄𝑚𝑚2
19,13
Kuat tekan umur 28 hari =
0,65
= 29,431 N/mm2
𝑝
d. Kecepatan pembebanan =
𝑠
433000
=
15
= 28,87 𝑁⁄𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 151,232
= 22870,5129 mm2
b. Volume (V) = 𝑆3
=151,233
= 3458707,66587 mm3
= 0,00346 m³
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡
c. Berat Jenis (Bj) =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
7,68
=
0,00346
= 2219,65 kg/m3
𝑃
Kuat tekan =
𝐴
188000
=
22870,5129
= 8,22 N/mm2
8,22
Kuat tekan umur 28 hari =
0,65
= 12,65 N/mm2
𝑃
Kuat tekan =
𝐴
328000
=
22870,5129
= 14,342 𝑁⁄𝑚𝑚2
14,342
Kuat tekan umur 28 hari =
0,65
= 22,065 N/mm2
𝑃
Kuat tekan =
𝐴
433000
=
22870,5129
= 18,933 𝑁⁄𝑚𝑚2
18,933
Kuat tekan umur 28 hari =
0,65
= 29,13 N/mm2
433000
=
15
= 28,87 𝑁⁄𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘2
𝐾 𝐼+𝐾 𝐼𝐼
5. Kuat tekan kubus beton umur 7 hari =
2
19,13 + 18,933
=
2
= 19,03 𝑁⁄𝑚𝑚2
19,03
=
0,65
= 29,23 𝑁⁄𝑚𝑚2
= 29,23 x 10
= 292,3 𝑁⁄𝑚𝑚2
= 242,609 𝑁⁄𝑚𝑚2
18.9. PEMBAHASAN
Dari pengujian yang telah dilakukan di dapatkan nilai:
a. Kuat tekan silinder pada umur 7 hari : 19,03 𝑁⁄𝑚𝑚2
b. Kuat tekan silinder pada umur 28 hari : 29,23 𝑁⁄𝑚𝑚2
c. Berat jenis beton kubus : 2219,65 𝑘𝑔⁄𝑚𝑚2
Beton yang di rencanakan harus memenuhi syarat nilai kuat tekan rata-rata
yang memenuhi persyaratan 28 hari. Jika nilai kuat tekan tinggi maka yang lain juga
cenderung baik. Pembuatan sulit maka harganya pun semakin mahal sehingga bias
digunakan pembangunan besar. Pada kuat tekan kubus beton ini emenuhi syarat
karena pengadukan saat pengadukan pembuatan beton merata. Selain itu,
perhitungan mix design yang kurang teliti juga mempengaruhi kuat tekan beton
Dari hasil pengujian di peroleh hasil rata-rata kuat tekan kubus setelah di konfersi
ke 28 hari sebesar 29,23 𝑁⁄𝑚𝑚2, maka beton tersebut masuk kedalam normal.
A. Benda Uji
Mutu beton rencana (f’c rencana) : 23 MPa
Umur beton saat di uji tekan : 7 hari
B. Hasil Pengujian
Tabel hasil pengukuran dimensi dan berat benda uji kubus beton
Nomor Benda Uji Kubus
Uraian Satuan
KI K II
Panjang sisi (s) mm 150,45 151,23
Luas Tampang (A) = s2 mm2 22635,2025 22870,5129
Volume (V) = s3 mm3 3405466,216 3458707,66587
Berat beton (W) kg 7,59 7,68
Tabel hasil pengujian kuat tekan benda uji kubus beton pertama (K I)
T Beban (P) Kuat Tekan = P/A (MPa)
(s) (kN) (N) Umur 7 hari
0 0 0 0
5 189 189000 8,35
10 328 328000 14,49
15 433 433000 19,13
20
25
30
Tabel hasil pengujian kuat tekan benda uji kubus beton kedua (K II)
T Beban (P) Kuat Tekan = P/A (MPa)
(s) (kN) (N) Umur 7 hari
0 0 0 0
5 188 188000 8,22
10 328 328000 14,342
15 433 433000 18.933
20
25
30
C. Kesimpulan
Kuat tekan kubus beton umur 7 hari rata – rata = 19,03 MPa
Kuat tekan kubus beton umur 28 hari rata – rata *) = 29,23 MPa
Kuat tekan beton konversi ke silinder (x 0,83) = 242,609 MPa
Berat jenis () beton rata – rata = 2224,625 kg/m3
D. Catatan
*) Kuat tekan beton pada umur 28 hari dengan asumsi beton telah mencapai
100% kekuatannya.
1 N/mm2 = 1 MPa = 10 kg/cm2
Bandingkan nilai kuat tekan beton (f’c) yang disyaratkan (nilai kuat tekan
beton yang telah di konversi ke benda uji silinder) hasil pengujian terhadap
mutu beton (f’c) rencana.
25
15
10
0
0 5 10 15
25
15
10
0
0 5 10 15
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Kaliper untuk mengukur dimensi benda uji.
2. Timbangan.
3. Stop watch.
4. Alat uji tekan.
GAMBAR PELAKSANAAN
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Benda uji berupa kubus, mengukur dengan teliti sisi dari kubus beton
menggunakan kaliper.
2. Menimbang dengan ketelitian sampai 0,005 kg.
3. Menguji tekan dengan kecepatan pembebanan 2 kg/cm 2 sampai
dengan 4 kg/cm2 (SNI 03-1947-1990) hingga benda uji hancur.
BAB 19
PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK
BETON
BAB 19
PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON
19.1 PENDAHULUAN
Selain ditentukan berdasarkan kuat tekannya, mutu beton juga ditentukan
pada kuat lenturnya. Umumnya pengujian kuat lentur beton dilakukan terhadap
benda uji berupa belok beton dengan ukuran sisi 150 mm dan panjang 600 mm,
setelaah umur beton 28 hari.
19.2 TUJUAN
19.5 PERALATAN
19.6 PELAKSANAAN
1. Benda uji
a. Mutu beton rencana (f’c) = 23 Mpa
b. Umur beton =7 hari
2. Hasil pengujian
Tabel 19.1 Hasil pengukuran dimensi dan berat beton balok
Urutan Satuan Nomor Benda Uji Balok
Panjang Mm 600
Lebar Mm 152
Tinggi Mm 151
Luas Tampang mm² 22952
Volume mm³ 13771200
Berat Kg 30,5
(Sumber: Data praktikum kelompok 1C, 2020)
a. Beban maksimum (P) = 24 kN =24000 N
b. Lama pembebanan (S) = 9 detik
19.8 HITUNGAN
12KN 12KN
2. ΣMB = 0
= 60 RAV - (P1 x 40) - (P2 x 20)
= 60 RAV - (12 x 40 ) - (12 x 20)
= 60 RAV + 480 + 240
720
RAV =
60
3. Momen BMD
a. MA =0
b. MC = RAV x 20
= 12 x 20
= 240 kNcm
4. SFD
RA 12
+
A B
-
RB 12
Gambar 19.2 Shearing Force Diagram
(Sumber: Perhitungan Data Praktikum Teknologi Bahan 1C,2020)
5. BMD
MC MD
MA 0 0 MB
240 240
Momen Maks
7. Kuat lentur balok umur 7 hari =
W
2400000
=
577625,33
= 4,155 N/mm2
P
8. Kecepatan pembebanan =
s
24
=
9
= 2,67 kN/detik
4,155
9. Kuat lentur balok umur 28 hari =
0,65
= 6,392 N/mm2
W
10. Berat jenis (ϒ) beton = V
30,5
=
0,0138
= 2210,145 Kg/m3
19.10 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan hasil sebagai berikut: M max
sebesar 240 KN/mm, Kuat Lentur max sebesar 4,155 Mpa, Kecepatan pembebanan
sebesar 2,67 kN/detik.
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB 19 PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON
A. Benda Uji
Mutu beton rencana (f’c rencana) : 23 MPa
Umur beton saat di uji tekan : 7 hari
B. Hasil Pengujian
Tabel hasil pengukuran dimensi dan berat benda uji balok beton
Nomor Benda Uji Balok
Uraian Satuan
BI
Panjang (L) mm 600
Lebar (b) mm 152
Tinggi (h) mm 151
Luas Tampang (A) = b h mm2 22952
Volume (V) = A L mm3 13771200
Berat beton (B) kg 30,5
C. Analisis Data
Kecepatan pembebanan = P/s = 2,7 kN/detik
Tahanan Momen (W) = 1/6 . b . h2 = 577625,33 mm3
𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑥
Kuat lentur balok pada umur 7 hari = =4,155N/mm2
𝑊
D. Kesimpulan
Kuat lentur balok beton pada umur 7 hari = 4,155 MPa
Kuat lentur balok beton pada umur 28 hari = 6,392 MPa
Berat jenis () beton rata – rata = 2210,145 kg/m3
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Keterangan:
1. Kaliper untuk mengukur dimensi benda uji.
2. Timbangan.
3. Meteran berfungsi mengukur panjang dari benda uji.
4. Stop watch (alat pengukur waktu).
5. Alat uji kuat lentur.
GAMBAR PELAKSANAAN
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Mengukur panjang dan sisi balok dengan teliti.
2. Menimbang benda uji dengan ketelitian 0,1 kg.
3. Memasang balok pada tempat pengujian, dengan panjang bentang sekitar
450 mm (tergantung ukuran kayu) dan beban dua titik dengan jarak
masing-masing 1/3 bentang dari perletakan dengan kecepatan pembebanan
8 – 10 kg/cm2 per menit.
BAB 20
UJI KETAHANAN AUS KERIKIL DENGAN
MESIN LOS ANGELES
BAB 20
UJI KETAHANAN AUS KERIKIL DENGAN MESIN LOS
ANGELES
20.1 PENDAHULUAN
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketahanan aus
kerikil/batu pecah dengan menggunakan alat mesin Los Angeles. Pengujian
ketahanan aus kerikil dengan cara ini memberikan gambaran yang berhubungan
dengan kekerasan dan kekuatan kerikil, serta kemungkinan terjadinya pecah butir –
butir kerikil selama penumpukan, pemindahan maupun selama pengangkutan.
Kekerasan kerikil berhubungan pula dengan kekuatan beton yang dibuat. Nilai yang
diperoleh dari hasil pengujian ketahanan aus ini berupa prosentase antara berat
bagian yang halus (lewat lubang ayakan ayakan 2 mm) setelah pengujian dan berat
semula sebelum pengujian. Makin banyak yang aus makin kurang tahan keausan
nya. Pada umumnya kerikil diisyaratkan bagian yang aus/hancur tidak lebih dari
10% setelah diputar 100 kali, dan tidak boleh lebih dari 50% setelah diputar 500
kali.
20.2 TUJUAN
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui tingkat ketahanan aus
kerikil/batu pecah yang berhubungan dengan kekerasan dan kekuatan.
20.6 PELAKSANAAN
1. Menimbang benda uji sesuai Tabel 20.1. (berat A).
2. Memasukkan kerikil / batu pecah kedalam mesin los angeles.
3. Memasukkan bola baja ke dalam mesin los angeles dengan jumlah sesuai
Tabel 20.2.
4. Memutar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm sebanyak 500 kali.
5. Mengeluarkan bola baja / ambil bola baja dari mesin los angeles.
Mengeluarkan benda uji dari mesin los angeles, kemudian diayak memakai
ayakan nomor 12.
6. Menimbang kerikil yang tertinggal di atas ayakan no 12 (berat B).
2. Hasil pengujian
a. Berat benda uji semula (A) : 5000 gr
b. Berat setelah diuji (B) : 3113,44 gr
20.8 ANALISIS HITUNGAN
Berat benda uji ( A ) = 5000 gr
Berat benda uji setelah diuji ( B ) = 3113,44 gr
𝐴−𝐵
K= ( ) 𝑥 100%
𝐴
5000 − 3113,44
K= ( ) 𝑥 100%
5000
= 37,73 %
20.9 PEMBAHASAN
Pada praktikum ini diperoleh nilai uji keausan sebesar 37,73% dan menurut
PUBI 1982 nilai tersebut memenuhi syarat yang baik untuk bahan perkerasan jalan
ataupun untuk bahan kontruksi bangunan.
Gambar 20.1 Hasil Benda uji ketahanan aus kerikil dengan mesin los angeles
(Sumber: Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 1C, 2019)
20.10 KESIMPULAN
Dari pengujian keausan agregat yang telah dilakukan diperoleh nilai
keausan rata-rata adalah 37,73%. Menurut SNI 03-2417-1991, nilai keausan
agregat yang baik untuk digunakan dalam kontruksi adalah <40%. Jadi benda uji
merupakan agregat yang baik/memenuhi syarat digunakan dalam kontruksi.
A. Benda Uji
Kerikil atau batu pecah asal : Merapi
Gradasi yang digunakan :A/B/C (*)
Tabel Gradasi benda uji dan jumlah bola yang digunakan
Lubang ayakan Berat Benda Uji
(mm) (gr)
Lewat Tertinggal Gradasi A Gradasi B Gradasi C
38,10 25,40 1.250 …….. ………
25,40 19,05 1.250 …….. ………
19,05 12,70 1.250 2.500 …….…
12,70 9,51 1.250 2.500 ………
9,51 6,35 ……. ……. 2.500
6,35 4,75 ……. ……. 2.500
Jumlah bola 12 11 10
B. Hasil Pengujian
Berat benda uji semula (A) = 5000 gr
Berat benda uji sesudah diuji (B) = 3113,44 gr
C. Analisis Data
(𝐴 − 𝐵)
Keausan (K) = x 100% = 37,73 %
𝐴
D. Kesimpulan
Menurut PUBI 1982 Tabel 25-2, maka batuan ini dapat digunakan untuk
jenis konstruksi : Berat / Sedang / Ringan (*)
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Mesin los angeles berfungsi menguji ketahanan aus agregat.
2. Ayakan no 12 (lubang 2 mm) dan ayakan lain dengan lubang 38,1 mm,
25,4 mm, 19,05 mm, 12,7 mm, 9,51 mm, 6,36 mm, 4,75 mm, 2,36 mm
berfungsi untuk mengayak agregat.
3. Timbangan dengan ketelitian 5 gr berfungsi menimbang benda uji.
4. Bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm dan berat masing-masing
antara 390 gr sampai 445 gr berfungsi sebagai nilai bantu untuk
menghancurkan agregat.
GAMBAR PELAKSANAAN
UJI KETAHANAN AUS KERIKIL DENGAN MESIN LOS
ANGELES
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Menimbang benda uji sesuai Tabel 20.1. (berat A).
2. Memasukan kerikil / batu pecah ke dalam mesin los angeles dan
memasukan bola baja ke dalam mesin los angeles dengan jumlah
sesuai Tabel 20.2.
3. Memutar mesin dengan kecepatan dengan kecepatan 30 sampai 33
rpm sebanyak 500 kali.
4. Mengeluarkan benda uji dari mesin los angeles, kemudian menimbang
kerikil.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2011. SNI 2493-2011 tentang Tata Cara
Pembuatan Dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium.
Jakarta:BSN
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2008. SNI 1972-2008 tentang Cara Uji
Slump Beton. Jakarta:BSN
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2011. SNI 1974-2011 tentang Cara Uji
Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder. Jakarta:BSN
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2008. SNI 2417-2008 tentang Cara Uji
Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles. Jakarta:BSN